lp pk ok.doc
TRANSCRIPT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGOROPROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANPROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERSKEPERAWATAN JIWA
LAPORAN PENDAHULUAN
I. Masalah Utama
Perilaku kekerasan/amuk.
II. Proses Terjadinya Masalah
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang
lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan
kesal atau marah yang tidak konstruktif.
Perilaku kekerasan/amuk dapat disebabkan karena frustasi, takut,
manipulasi atau intimidasi. Perilaku kekerasan merupakan hasil konflik
emosional yang belum dapat diselesaikan. Perilaku kekerasan juga
menggambarkan rasa tidak aman, kebutuhan akan perhatian dan ketergantungan
pada orang lain.
Pada klien gangguan jiwa, perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya
perubahan sensori persepsi berupa halusinasi, baik dengar, visual maupun
lainnya. Klien merasa diperintah oleh suara-suara atau bayangan yang dilihatnya
untuk melakukan kekerasan atau klien merasa marah terhadap suara-suara atau
bayangan yang mengejeknya.
Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan-tindakan
berbahaya bagi dirinya, orang lain maupun lingkungannya, seperti menyerang
orang lain, memecahkan perabot, membakar rumah dll.
III.Pohon Masalah
1
Pohon masalah pada masalah keperawatan perilaku kekerasan sebagai berikut.
Masalah Keperawatan dan data yang perlu dikaji
a. Masalah keperawatan:
1). Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
2). Perilaku kekerasan / amuk
3). Gangguan konsep diri harga diri rendah.
b. Data yang perlu dikaji:
1). Perilaku kekerasan / amuk
Data Subyektif :
a). Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
b). Klien suka membentak dan menyerang orang yang
mengusiknya jika sedang kesal atau marah.
c). Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data Obyektif :
a). Mata merah, wajah agak merah.
b). Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.
c). Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
d). Merusak dan melempar barang-barang.
2). Gangguan konsep diri harga diri rendah.
Data Subjektif:
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa,
bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu
terhadap diri sendiri, destruktif yang diarahkan pada orang lain,
2
Perilaku kekerasan/amuk
Harga diri rendah
Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
gangguan dalam berhubungan, rasa diri penting yang berlebihan,
perasaan tidak mampu, rasa bersalah, mudah tersinggung atau
marah berlebihan, perasaan negatif mengenai dirinya sendiri,
ketegangan peran yang dirasakan, penolakan terhadap kemampuan
personal, penurunan produktivitas, khawatir, penyalahgunaan zat.
Data Objektif:
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup.
D. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
perilaku kekerasan/amuk.
2. Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah..
D. Rencana Tindakan
Rencana tindakan keperawatan dibagi dua yaitu:
1. Rencana tindakan keperawatan kepada klien
a. Manajemen perilaku kekerasan
b. Manajemen krisis saat terjadi perilaku kekerasan
2. Rencana tindakan keperawatan pada keluarga klien
a. Pertemuan ke 1
Kontrak dengan keluarga
Identifikasi masalah keluarga
Informasi tentang perilaku kekerasan
Informasi tentang cara merawat klien perilaku kekerasan
b. Pertemuan ke 2 dan 3
Penerapan cara merawat klien selama dirawat di rumah sakit
c. Pertemuan ke 4
Perencanaan pulang tentang cara merawat klien dirumah
Cara mengevaluasi perilaku kekerasan di rumah
Cara mengevaluasi jadual kegiatan
3
Rencana tindakan keperawatan pada klien: manajemen perilaku
kekerasan
1. Diagnosa keperawatan: Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
berhubungan dengan perilaku kekerasan/amuk.
TujuanUmum
Klien tidak mencederai dengan melakukan maanjemen perilaku kekerasan.
Tujuan Khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Tindakan:
1.1. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati,
sebut nama perawat dan jelaskan tujuan interaksi.
1.2. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
1.3. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
Tindakan:
2.1.Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.
2.2.Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal.
2.3.Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien
dengan sikap tenang
3. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
Tindakan:
3.1. Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan
dirasakan saat jengkel/kesal.
3.2. Observasi tanda perilaku kekerasan.
3.3. Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel / kesal yang
dialami klien.
4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan.
Tindakan:
4.1. Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan.
4
4.2. Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan
yang biasa dilakukan.
4.3. Tanyakan "Apakah dengan cara yang dilakukan
masalahnya selesai?".
5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
Tindakan:
5.1. Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan.
5.2. Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang
digunakan.
5.3. Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.
6. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon
terhadap kemarahan.
Tindakan :
6.1. Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.
6.2. Diskusikan cara lain yang sehat secara fisik : tarik nafas
dalam jika sedang kesal, berolah raga, memukul bantal / kasur.
6.3. Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau
kesal / tersinggung
6.4. Secara spiritual: berdo'a, sembahyang, memohon kepada
Tuhan untuk diberi kesabaran.
7. Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan.
Tindakan:
7.1. Bantu memilih cara yang paling tepat.
7.2. Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.
7.3. Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih.
7.4. Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai
dalam simulasi.
7.5. Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel /
marah.
8. Klien mendapat dukungan dari keluarga.
Tindakan :
5
8.1 Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui
pertemuan keluarga.
8.2 Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.
9. Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program).
Tindakan:
9.1. Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis,
frekuensi, efek dan efek samping).
9.2. Bantu klien mengpnakan obat deng-an prinsip 5 benar
(nama klien, obat, dosis, cara dan waktu).
9.3. Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat
yang dirasakan.
2. Diagnosa keperawatan: Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri
rendah.
a. Tujuan umum
Kien dapat mengontrol perilaku kekerasan pada saat berhubungan
dengan orang lain.
b. Tujuan khusus
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
1.1. Bina hubungan saling percaya dengan menerapkan prinsip
komunikasi terapeutik:
Sapa klien dengan ramah secara verbal dan nonverbal
Perkenalkan diri dengan sopan
Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang
disukai klien
Jelaskan tujuan pertemuan
Jujur dan menepati janji
Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar
klien
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki.
6
2.1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
2.2. Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien.
2.3. Utamakan memberi pujian yang realistik.
3. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
3.1. Diskusikan kemampuan yang masih dapat dilakukan.
3.2. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan
penggunaannya.
4. Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki.
4.1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan
setiap hari.
4.2. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
4.3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien
lakukan.
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan
kemampuannya.
5.1. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang
telah direncanakan.
5.2. Diskusikan pelaksanaan kegiatan dirumah
6. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
6.1. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
6.2. Klien dapat menetapkan/merencanakan kegiatan sesuai
kemampuan yang dimiliki
6.3. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai sesuai kondisi sakit
dan kemampuan
6.4. Klien dapat memanfaatkan system pendukung yang ada
c. Hasil yang diharapkan
1) Klien mengungkapkan perasaannya terhadap penyakit yang
diderita.
7
2) Klien menyebutkan aspek positif dan kemampuan dirinya(fisik,
intelektual, system pendukung).
3) Klien berperan serta dalam perawatan dirinya.
4) Percaya diri klien menetapkan keinginan atau tujuan yang realistik.
DAFTAR PUSTAKA
Azis R, dkk. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang : RSJD Dr. Amino Gondoutomo. 2003
Boyd MA, Hihart MA. Psychiatric nursing : contemporary practice. Philadelphia : Lipincott-Raven Publisher. 1998
Keliat BA. Proses kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC. 1999
Stuart GW, Sundeen SJ. Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC. 1998
Tim Direktorat Keswa. Standar asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1. Bandung : RSJP Bandung. 2000
Semarang, 19 September
2005
Praktikan,
ANI KUSWATINIM. G6B 205 003
8
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
PERILAKU KEKERASAN
OLEH:
ANI KUSWATIG6B 205 003
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS ANGK VIPROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNDIPSEMARANG
2005
9