long case katarak imatur fix.docx

42
BAB I LAPORAN KASUS I. IDENTITAS Nama : Tn. E Usia : 72 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Pekerjaan : Pensiun Agama : Islam Alamat : Jalan Raya Pondok Kelapa B1 no.3 RT/RW 009/04 Kelurahan Duren Sawit, Jakarta Timur Status : Menikah No.RM : 688163 II. ANAMNESIS Dilakukan autoanamnesis dengan pasien di poli mata RSUD Budhi Asih pada tanggal 03 November 2015 pada pukul 12.00 WIB Keluhan Utama : Penglihatan seperti berkabut dan memburam tanpa disertai mata merah sejak 1 tahun yang lalu Keluhan Tambahan : silau, sulit membaca 1

Upload: yanti-purnama

Post on 28-Jan-2016

287 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: LONG CASE KATARAK IMATUR FIX.docx

BAB I

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS

Nama : Tn. E

Usia : 72 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Pensiun

Agama : Islam

Alamat : Jalan Raya Pondok Kelapa B1 no.3 RT/RW 009/04 Kelurahan Duren

Sawit, Jakarta Timur

Status : Menikah

No.RM : 688163

II. ANAMNESIS

Dilakukan autoanamnesis dengan pasien di poli mata RSUD Budhi Asih pada tanggal 03

November 2015 pada pukul 12.00 WIB

Keluhan Utama : Penglihatan seperti berkabut dan memburam tanpa disertai mata

merah sejak 1 tahun yang lalu

Keluhan Tambahan : silau, sulit membaca

Riwayat Penyakit Sekarang:

Os datang ke rumah sakit Budhi Asih dengan keluhan penglihatan seperti berkabut dan

memburam tanpa disertai mata merah sejak 1 tahun yang lalu. Awalnya pasien

merasakan tidak adanya gangguan dalam penglihatan, tetapi makin kelamaan os

mengeluh penglihatan makin memburam terutama saat melihat jauh dan saat membaca.

1

Page 2: LONG CASE KATARAK IMATUR FIX.docx

Pasien juga mengeluhkan sedikit merasa silau jika melihat cahaya langsung, tetapi belum

sampai mengganggu aktivitas. Os menyangkal adanya melihat bayangan ganda, mata

nyeri dan merah disangkal oleh pasien, pasien menyangkal adanya riwayat terbentur

sehingga mengenai mata. Pasien menyangkal adanya nyeri kepala, penglihatan ganda.

Pasien juga menyangkal adanya riwayat saat berjalan sering terbentur atau menabrak

benda disekitarnya. Riwayat mata merah, gatal, dan sering mengeluarkan air disangkal

oleh pasien.

Os baru pertama kali mengalami gejala seperti ini dan belum pernah berobat ke dokter

mata sebelumnya.

Riwayat penyakit dahulu:

Riwayat tekanan darah tinggi, diabetes melitus, alergi obat disangkal oleh pasien

Riwayat penyakit keluarga:

Di keluarga pasien tidak ada yang mengalami gejala seperti ini.

III. PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis

Keadaan Umum : Tampak sakit ringan

Kesadaran : Compos mentis

Tanda Vital :

Tekanan Darah : 130/80 mmHg

Nadi : 84 x/menit

Suhu : 36,70C

Pernafasan : 20 x/menit

2

Page 3: LONG CASE KATARAK IMATUR FIX.docx

Status Oftalmologi

OD OS

6/30 ph (-) Visus 6/120 ph (-)

Ortoforia Kedudukan bola mata Ortoforia

Baik kesegala arah

Pergerakan bola mata

Baik kesegala arah

Oedem (-)

Hiperemis (-)

Entropion (-)

Ektropion (-)

Trikiasis (-)

Distrikiasis (-)

Blefaritis (-)

Lagoftalmus (-)

Ptosis (-)

Palpebra Superior

Oedem (-)

Hiperemis (-)

Entropion (-)

Ektropion (-)

Trikiasis (-)

Distrikiasis (-)

Blefaritis (-)

Lagoftalmus(-)

Ptosis (-)

Oedem (-)

Hiperemis (-)

Entropion (-)

Ektropion (-)

Trikiasis (-)

Distrikiasis (-)

Blefaritis (-)

Palpebra Inferior

Oedem (-)

Hiperemis (-)

Entropion (-)

Ektropion (-)

Trikiasis (-)

Distrikiasis (-)

Blefaritis (-)

Hiperemis (-)

Folikel (-)

Papil (-)

Lithiasis (-)

Membran (-)

Konjungtiva Tarsalis

Superior

Hiperemis (-)

Folikel (-)

Papil (-)

Lithiasis (-)

Membran (-)

3

Page 4: LONG CASE KATARAK IMATUR FIX.docx

Injeksi Konjungtiva (-)

Injeksi siliar (-)

Kemosis (-)

Subkonjungtiva Bleeding (-)

Pterigium (-)

Pingekuela (-)

Konjungtiva Bulbi

Injeksi Konjungtiva (-)

Injeksi siliar (-)

Kemosis (-)

Subkonjungtiva Bleeding (-)

Pterigium (-)

Pingekuela (-)

Hiperemis (-)

Folikel (-)

Papil (-)

Lithiasis (-)

Membran (-)

Konjungtiva Tarsalis

Inferior

Hiperemis (-)

Folikel (-)

Papil (-)

Lithiasis (-)

Membran (-)

Jernih Kornea Jernih

Dangkal, Shadow test (+) COA Dangkal, Shadow test (+)

Warna cokelat, gambaran

kripta baikIris

Warna cokelat, gambaran

kripta baik

Isokor, D=3 mm,reguler,

Refleks Cahaya Langsung (+),

Refleks Cahaya Tidak

Langsung (+)

Pupil

Isokor, D=3 mm,reguler,

Refleks Cahaya Langsung (+),

Refleks Cahaya Tidak

Langsung (+)

Keruh Lensa Keruh

Sulit dinilai Vitreous Humour Sulit dinilai

Sulit dinilai Funduskopi Sulit dinilai

14,2 TIO 15,8

IV. RESUME

Seorang pria, 72 tahun datang ke poli mata RSUD Budhi Asih dengan keluhan

penglihatan seperti berkabut dan memburam tanpa diserta mata merah sejak 1 tahun yang

lalu. Os juga mengaku adanya gangguan dalam penglihatan terutama saat melihat jauh.

Pasien juga mengeluhkan sedikit merasa silau jika melihat cahaya langsung, Os baru

pertama kali mengalami gejala seperti ini dan belum pernah berobat ke dokter mata

sebelumnya. Pada status oftalmologi ditemukan:

4

Page 5: LONG CASE KATARAK IMATUR FIX.docx

OD OS

6/30 ph (-) Visus 6/120 ph (-)

Dangkal, Shadow test (+) COA Dangkal, Shadow test (+)

Keruh Lensa Keruh

V. DIAGNOSIS KERJA

Katarak senilis imatur ODS

VI. DIAGNOSIS BANDING

Glaukoma kronik

VII. PENATALAKSANAAN

a. Non medikamentosa:

Menggunakan kacamata hitam untuk mengurangi rasa silau

Memberitahu kepada pasien untuk menjaga kebersihan mata untuk menghindari

penyakit mata lainnya

Memberitahukan menggunakan obat tetes mata teratur dan memberitahukan

bahwa pengobatan topikal tidak membantu untuk menyembuhkan kekeruhan pada

lensa

Merujuk ke spesialis mata untuk dilakukan tindakan selanjutnya seperti

pembedahan

b. Medikamentosa:

Catarlent eye drop 3 ddgtt1 ODS

c. Operatif:

Phaco + IOL ODS

VIII. PROGNOSIS

Ad vitam : Ad bonam

Ad Fungsionam : Dubia Ad bonam

Ad Sanationam : Dubia Ad bonam

5

Page 6: LONG CASE KATARAK IMATUR FIX.docx

BAB II

ANALISIS KASUS

6

GAMBAR 1 OD GAMBAR 2 OS

GAMBAR 3 FUNDUSKOPI

Page 7: LONG CASE KATARAK IMATUR FIX.docx

Pada pasien dilakukan anamnesis dan pemeriksaan oftalmologi dan didapatkan diagnosa katarak

imatur ODS.

1. Tn.E, 72 tahun datang ke poli mata RSUD Budhi Asih dengan keluhan penglihatan

seperti berkabut dan memburam tanpa diserta mata merah sejak 1 tahun yang lalu.

Keluhan ini termasuk didalam penggolongan mata tenang visus turun perlahan, termasuk

didalamnya adalah katarak, glaukoma kronis, retinopati, maupun kelaianan refraksi.

2. Usia merupakan salah satu faktor resiko yang meningkatkan insidensi terjadinya kekeruhan

pada lensa. Beberapa penelitian mengatakan bahwa prevalensi ini meningkat sampai 50%

pada mereka yang berusia 65-75 tahun dan meningkat lagi sekitar 70% pada usia 75 tahun.

Komposisi lensa sebagian besar berupa air dan protein yaitu kristalin. Lensa orang dewasa

tidak dapat lagi mensintesa kristalin untuk menggantikan kristalin yang rusak, sehingga dapat

menyebabkan kekeruhan lensa.

3. Pandangan berkabut dan penglihatan memburam dan perasaan silau. Hal ini

disebabkan karena kekeruhan lensa, akibat dari kekeruhan lensa akan terjadi perubahan

kepadatan dan warna, hal ini mengakibatkan yang seharusnya cahaya dibiaskan dan

difokuskan masuk menuju retina, terhalang oleh kekeruhan lensa sehingga mngakibatkan

gejala seperti berkabut dan mmberikan penglihatan yang memburam, serta perasaan

fotofobia (silau). Silau merupakan salah satu gangguan penglihatan yang terjadi dini pada

katarak dimana terjadi ketidakmampuan menoleransi cahaya terang; misalnya sinar matahari

langsung atau lampu kendaraan bermotor. Derajat silau tergantung pada lokasi dan ukuran

kekeruhan lensa.

4. Pada pemeriksaan oftalmoskopi didapatkan visus pada OD 6/30 ph (-) dan OS 6/120 ph (-).

Pada pemeriksaan mata jika didapatkan tanda pinhole negatif menunjukkan adanya kelainan

organik yang mengarah kelainan pada lensa. Sehingga kelainan refraksi dapat disingkirkan.

Visus yang turun ini diakibatkan karena kekeruhan lensa yang mengakibatkan penglihatan

menurun.

5. Pada pemeriksaan shadow test positif pada ODS. Ketika cahaya disinarkan ke pupil, akan

terbentuk bayangan berebentuk bulan sabit (crescenteric shadow) di tepi pupil pada lensa

yang keruh keabuan, selama masih ada korteks yang jernih dianatara kekeruhan dan tepi

pupil. Ketika lensa jernih atau keruh secara keseluruhan, maka tidak terbentuk iris shadow.

Iris shadow tersebut merupakan tanda dari katarak imatur

7

Page 8: LONG CASE KATARAK IMATUR FIX.docx

6. COA dangkal pada ODS, menunjukkan adanya bayangan iris yang mendekati lensa. COA

positif terdapat pada katarak imatur.

7. Lensa keruh pada ODS, diakibatkan karena adanya kekeruhan lensa, bisa terjadi karena

adanya faktor sklerosis lensa maupun hidrasi cairan. Kekeruhan lensa ini meningkat dengan

insidensi usia.

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan oftalmologi, maka pasien ini didiagnosa dengan

katarak senilis imatur ODS dimana dimana katarak senilis ditemukan pada usia >60 tahun

dengan diagnosa banding glaukoma kronis.

Glaukoma kronis termasuk dalam kelompok mata tenang visus menurun dan glaukoma

kronis dapat disingkirkan melalui anamnesis yaitu pasien menyangkal adanya kepala pusing,

mual,dan menyangkal adanya riwayat terbentur benda sekitarnya saat berjalan dimana hal ini

mengarah kepada defek lapang pandang. Pada pemeriksaan tonometri didapatkan TOD 14,2 dan

TOS 15,8 dimana tekanan bola mata tersebut normal.

Penatalaksanaan pada pasien ini berupa edukasi mengenai masalah mata yang

dihadapinya, penyembuhannya, dan terapi selanjutnya yang diperlukan oleh pasien ini yang

harus dirujuk ke spesialis mata untuk dilakukan tindakan selanjutnya, menghindari pasien dari

rasa tidak nyaman dengan mnggunakan kacamata hitam. Pengobatan yang diberikan hanya

bersifat memperlambat progresifitas tetapi tidak menyembuhkan. Pengobatan yang diberikan

yaitu Catarlent eye drop. Kandungan dari catarlent yaitu CaCl2 anhidrat 0,075 gram, Kalium

Iodida 0,075 gram, Natrium Tiosulfat 0,0075 gram, Fenilmerkuri nitrat 0,3 mg dimana

komposisi trsebut dipakai dalam pngobatan katarak. Tindakan yang dianjurkan selanjutnya

adalah rujuk ke spesialis untuk dilakukan pembedahan. Pembedahan yang dipilih yaitu phaco +

IOL, dimana pada katarak imatur dapat dilakukan pembedahan jenis tersebut.

Prognosis dari pasien ini yaitu pada ad vitam ad bonam, dikarenakan penyakit ini tidak

mengancam jiwa, ad sanationam dubia ad bonam apabila tlah dilakukan tindakan pembedahan,

tergantung bagaimana cara pasien dalam merawat matanya dan menghindari faktor predisposisi

katarak, ad fungsionam dubia ad bonam, dikarenakan pada pasien dengan katarak ada beberapa

kasus adanya gangguan penglihatan dikarenakan gangguan pada saraf matanya sehingga fungsi

penglihatan memang menurun tetapi pada katarak senilis jika katarak dapat cepat terdeteksi serta

8

Page 9: LONG CASE KATARAK IMATUR FIX.docx

mendapatkan pengobatan dan pembedahan katarak yang tepat maka 95% penderita dapat melihat

normal.

BAB III

KATARAK

9

Page 10: LONG CASE KATARAK IMATUR FIX.docx

KATARAK SENILIS

Definisi

Katarak senilis atau biasa juga disebut ‘age-related cataract’ merupakan katarak dapatan

yang paling sering, mengenai umur lebih dari 50 tahun. Setelah umur 70 tahun, lebih dari 90%

individu mengalami katarak senilis. Kondisi ini biasanya bilateral, tetapi pada tahap awal hampir

selalu satu mata yang terlibat.

Secara morfologi katarak senilis terjadi dalam dua bentuk, yaitu kortikal (katarak lunak)

dan nuklear (katarak keras). Katarak senil kortikal dapat berawal dari katarak kuneiformis atau

kupuliformis.1

Epidemiologi

Secara global sekitar 38 juta orang mengalami kebutaan, 41% kasus disebabkan oleh

katarak. Data di India menunjukkan sekitar 72% kebutaan disebabkan oleh katarak. Tidak ada

perbedaan insiden antara laki-laki dan perempuan.

Etiologi

Katarak senilis berkembang seiring dengan proses bertambahnya usia. Etiopatogenesis

yang pasti belum jelas, beberapa faktor yang berperan dalam terjadinya katarak senilis adalah:

Faktor yang berpengaruh terhadap onset umur, jenis, dan maturitas katarak senilis

1. Herediter; berperan dalam insiden, onset umur, dan maturasi katarak senilis pada keluaraga

yang berbeda.

2. Radiasi ultraviolet; banyak studi epidemiologi menunjukkan peranan paparan sinar

ultraviolet terhadap lebih awalnya onset dan maturitas dari katarak senilis.

3. Faktor diet; defisiensi protein tertentu, asam amino, vitamin (riboflavin, vitamin E, vitamin

C), dan elemen esensial diduga mempercepat onset dan maturitas katarak senilis.

4. Krisis dehidrasi; adanya episode dehidrasi sebelumnya (misalnya diare, kolera) juga

dihubungkan dengan cepatnya onset dan maturitas katarak.

5. Merokok; mengakibatkan akumulasi molekul 3 hidroksikinurinin berpigmen dan kromofor

yang dapat menyebabkan warna kekuningan. Sianat pada rokok menyebabkan karabamilasi

dan denaturasi protein lensa.

10

Page 11: LONG CASE KATARAK IMATUR FIX.docx

Patofisiologi

Komposisi lensa sebagian besar berupa air dan protein yaitu kristalin. Kristalin α dan β

merupakan heat shock protein yang berguna menjaga keadaan normal dan mempertahankan

molekul protein agar tetap inaktif sehingga lensa tetap jernih. Lensa orang dewasa tidak dapat

lagi mensintesa kristalin untuk menggantikan kristalin yang rusak, sehingga dapat menyebabkan

kekeruhan lensa. Perubahan lensa pada usia lanjut sebagai berikut:

1. Kapsul

a. Menebal dan kurang elastis

b. Mulai presbiopi

c. Bentul lamel kapsul berkurang atau kabur

d. Terlihat bahan granular

2. Epitel makin tipis

a. Sel epitel pada ekuator bertambah besar dan berat

b. Bengkak dan vakuolisasi mitokondria nyata

3. Serat lensa

a. Lebih ireguler

b. Pada korteks jelas kerusakan serat sel

c. Brown sclerotic nucleus, sinar ultraviolet mengubah protein nukleus lensa, sedang

warna cokelat protein nukleus mengandung histidin dan triptofan dibanding normal

d. Korteks tidak berwarna

Mekanisme hilangnya transparansi berbeda pada katarak nuklear dan kortikal.

1. Katarak senil kortikal

Gambaran perubahan biokimia pada katarak senil kortikal adalah berkurangnya protein

total, asam amnio, dan kalium yang dihubungkan dengan peningkatan konsentrasi natrium

dan hidrasi lensa, diikuti oleh koagulasi protein.

2. Katarak senil nuklear 

Pada katarak senil nuklear, terjadi peningkatan signifikan dari protein yang tidak larut air.

Protein total dan distribusi kation dalam batas normal. Selain itu jiga dapat atai tidak

berhubungan dengan depost pigmen urokrom dan/atau melanin turunan dari asam amnio

pada lensa.

11

Page 12: LONG CASE KATARAK IMATUR FIX.docx

Klasifikasi Katarak Senilis

1. Berdasarkan morfologi katarak senilis dibagi menjadi 3 bentuk, yaitu:

a. Katarak Nuklear

Katarak nuklear terjadi pada bagian sentral darilensa dan muncul pada usia lanjut bahkan

pada lensa yang normal. Protein yang terakumulasi , terutama akibat faktor oksidasi,

menyebabkan pembentukan dari agregasi protein yang akhirnya memendarkan cahaya.

Protein didalam nukleus kemudian menjadi berkembang secara progresif dan lebih

berpigmen seiring bertambahnya usia, pada beberapa katarak nuklear warnanya dapat lebih

gelap, coklat atau bahkan hitam.

Pada beberapa kasus katarak , cahaya pada lensa lebih diserap dibandingkan dipendarkan.

Secara kontras , pada katarak kortikal , katarak nuklear bersifat lebih keras. Penghamburan

cahaya dan kekuningan yang parah disebut sebagai katarak nuklear yang menyebabkan

opasiti netral. Nukleus cenderung menjadi gelap dan keras (sklerosis), berubah dari jernih

menjadi kuning sampai cokelat. Perubahan kekuningan dan kecokelatan yang

progresifitasnya pada lensa menyebabkan diskriminasi warna yang buruk, khususnya

terhadap spektrum warna biru sehingga penderita mengalami kesulitan membedakan warna

terutama warna biru dan ungu. Beberapa tingkat sklerosis nuklear dan kekuningan pada lensa

adalah normal pada pasien dewasa yang telah

melewati usia pertengahan. Secara umum, kondisi

ini hanya mempengaruhi fungsi visual secara

minimal. Biasanya mulai timbul sekitar usia 60-70

tahun dan progesivitasnya lambat. Bentuk ini

merupakan bentuk yang paling banyak terjadi

meskipun biasanya bilateral, namun biasanya

asimetris. Pandangan jauh lebih dipengaruhi

daripada pandangan dekat (pandangan baca), bahkan

pandangan baca dapat menjadi lebih baik yang disebut juga second sight, sulit menyetir pada

malam hari.

b. Katarak Kortikal

12

GAMBAR 1 KATARAK NUKLEARIS

Page 13: LONG CASE KATARAK IMATUR FIX.docx

Katarak kortikal terjadi pada bagian luar dari lensa dan mempunyai karakteristik adanya

vakuol, katup air,dan bentuk seperti jari sepeda. Dipercaya bahwa kebanyakan katarak

kortikal ini penyebabnya karena gangguan osmotik, dimana terjadi akumulasi cairan didalam

dan diantara sel dari lensa yang biasanya diakibatkan dari ketidakseimbangan dari ion.

Ketidakseimbangan elektrolit terjadi sebagai hasil dari rusaknya membran sel dari lensa,

terutama jaringan sel-sel epitelial yang berfungsi dalam menjaga keseimbangan metabolik

homeostasis dari seluruh lensa. Pada kortikal katarak kadar kalium menurun, sedangkan

kadar natrium,klorida dan kalsium meningkat sehingga terjadi influks dari air. Vakuola atau

tempat dimana mengandung air yang banyak ini menghasilkan indeks refraksi yang rendah

karena kaya akan protein pada serat-seratnya dan hal yang berkepangjangan menghasilkan

pependaran cahaya dan katarak. Katarak kortikal biasanya bilateral tetapi sering asimetris.

Terdapat wedgeshape opacities/cortical spokes atau gambaran seperti ruji. Banyak pada

penderita DM. Keluhan yang biasa terjadi yaitu penglihatan jauh dan dekat terganggu,

penglihatan merasa silau.

c. Katarak Subkapsular Posterior atau Kupuliformis

Bentuk ini terletak pada bagian belakang dari kapsul lensa. Katarak subkapsular posterior

lebih sering terkena pada usia tua dibandingkan pada katarak nuklear maupun kortikal.

Prevalensi usia terkena sekitar 40-60 tahun dan progesivitasnya cepat. Posterior subkapsular

katarak terjadi pada bagian kutub posterior. Katarak ini terjadi akibat dari pembentukan serat

–serat bagian posterior yang berubah atau serat-serat lensa menjadi abnormal. Pada keadaan

lanjut sel epitelial lensa ini dapat migrasi kebagian kutub posterior. Posterior subkapsular

katarak ini biasanya ditemukan setelah radiasi dari sinar X dan pemakainan kortikosteroid ,

serta penyakit degenerasi retina, tetapi dapat juga terjadi secara idiopatik. 

2. Berdasarkan stadium katarak senilis dibagi menjadi 4 stadium, yaitu:

1. Stadium katarak insipien

Pada stadium ini kekeruhan diantara

lensa yang masih jernih dapat dideteksi

lebih awal. Ada dua bentuk yang

berbeda pada stadium ini, yaitu:

13

Page 14: LONG CASE KATARAK IMATUR FIX.docx

a. Katarak kuneiformis; ditandai oleh kekeruhan berbentuk baji yang berada di

antara lensa yang masih jernih. Pada

penyinaran oblik katarak stadium ini

tampak sebagai kekeruhan berbentuk seperti jari-jari roda yang bejalan radial

dengan warna putih keabuan, seperti gambar berikut ini:

b. Katarak kupuliformis; pada katarak jenis ini berkembang kekeruhan berbentuk

seperti piring cawan tepat di bawah kapsul yang biasanya di sentral korteks

posterior (katarak subkapsular posterior)

2. Stadium katarak imatur

Pada stadium ini lensa berwarna putih keabuan

(seperti pada gambar 10) tetapi masih ada korteks

yang jernih sehingga tampak bayangan iris (iris

shadow). Pada beberapa pasien, lensa bisa menjadi

bengkak oleh karena hidrasi yang terus-menerus.

Keadaan ini disebut katarak inumesen.

3. Stadium Katarak matur

Pada katarak stadium ini kekeruhan menjadi

komplit oleh karena korteks secara keseluruhan

telah terlibat. Warna lensa menjadi seperti mutiara.

Katarak matur disebut juga katarak matang.

4.   Katarak senil hipermatur

a. Katarak hipermatur Morgagnian; pada beberapa pasien, setelah maturitas seleuruh

korteks mencair dan lensa berada dalam kantung berisi cairan seperi susu. Nukleus lensa

yang kecil berwarna kecoklatan berada di bawah.

b. Pada stadium ini kadang-kadang terjadi deposit kalsium yang dapat terlihat di kapsul

lensa. Katarak hipermatur tipe sklerotik; setelah stadium

matur kadang korteks lensa mengalami disintegrasi dan

lensa menjadi mengkerut akibat kebocoran cairan. Kapsul

14

GAMBAR 3 KATARAK MATUR

GAMBAR 2 KATARAK INSIPIEN

GAMBAR 5 KATARAK HIPERMATUR

Page 15: LONG CASE KATARAK IMATUR FIX.docx

anterior mengkerut dan menebal akibat proliferasi sel-sel anterior dan katarak kapsular

dengan densitas putih dapat terbentuk di area pupil. Oleh  karena lensa mengkerut, bilik

mata depan menjadi dalam dan iris tremulans (iridodonesis).

Insipien Imatur Matur HipermaturVisus 6/6 ↓ (6/6 -1/60) ↓↓ (1/300 – 1/~) ↓↓ (1/300 – 1/~)

Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh MasifCairan Lensa Normal Bertambah Normal Berkurang

Iris Normal Terdorong Normal TremulansBilik Mata

DepanNormal Dangkal Normal Dalam

Sudut bilik mata

Normal Sempit Normal Terbuka

Shadow test Negatif Positif Ngatif Pseudopositif

Penyulit - Glaukoma -Uveitis+ glaukoma

Tabel 1. Perbedaan stadium katarak senilis

GAMBARAN KLINIS

Gambaran klinis yang dirasakan pasien katarak pada umumnya serupa :

1. Silau. Salah satu gangguan penglihatan yang terjadi dini pada katarak adalah rasa silau atau

ketidakmampuan menoleransi cahaya terang; misalnya sinar matahari langsung atau lampu

kendaraan bermotor. Derajat silau tergantung pada lokasi dan ukuran kekeruhan lensa.

2. Poliopia uniokular. Dapat berupa melihat dua atau tiga bayangan objek. Hal ini juga

merupakan gejala dini dari katarak yang disebabkan oleh refraksi yang tidak beraturan akibat

indeks refraktif yang bervariasi sebagai hasil dari proses kekeruhan lensa.

3. Halo berwarna. Hal ini mungkin

dirasakan oleh beberapa pasien sebagai

cahaya putih yang terpecah menjadi

spektrum warna akibat adanya droplet

air di lensa.

4. Bintik hitam di depan mata. Bintik

hitam yang stasioner dapat dirasakan

oleh beberapa pasien.

15

Gambar 6.Penglihatan tanpa katarak (penglihatan normal). B.Penglihatan dengan katarak, tampak daerah

yang berawan dan kehilangan visual yang parsial.

Page 16: LONG CASE KATARAK IMATUR FIX.docx

5. Pandangan kabur, ditorsi gambar Pandangan berkabut dapat terjadi pada stadium awal

katarak. Penurunan atau hilangnya penglihatan. Kemunduran visus akibat katarak senilis

mempunyai beberapa gambaran tipikal. Penglihatan yang menurun atau hilang secara

perlahan tanpa diseratai rasa nyeri. Pasien dengan kekeruhan sentral (misalnya pada katarak

kupuliformis) merasa mengalami kemunduran penglihatan lebih awal. Penglihatan dirasakan

lebih baik ketika pupil midriasis pada malam hari dengan cahaya yang suram (day blindness).

Pada pasien dengan kekeruhan lensa di bagian perifer (misalnya pada katarak kuneiformis)

kemunduran penglihatan lambat terjadi dan penglihatan dirasakan lebih baik pada cahaya

terang ketika pupil miosis. Pasien dengan sklerosi nuklear, penglihatan jauh mengalami

kemunduran akibat miop indeks yang progresif. Pasien tersebut dapat membaca dekat tanpa

memakai kacamata presbiop. Perbaikan penglihatan dekat ini disebut “second sight”.

TANDA KLINIS

Beberapa pemeriksaan yang diperlukan untuk melihat tanda dari katarak:

a. Pemeriksaan ketajaman penglihatan

Ketajaman penglihatan dapat bervariasi mulai dari 6/9 sampai hanya persepsi cahaya,

tergantung pada lokasi dan maturitas katarak.

b. Iluminasi oblik

Pemeriksaan iluminasi oblik dapat memperlihatkan warna lensa di daerah pupil yang

bervariasi dari setiap jenis katarak.

c. Tes iris shadow

Ketika cahaya disinarka ke pupil, akan terbentuk bayangan berebentuk bulan sabit

(crescenteric shadow) di tepi pupil pada lensa

yang keruh keabuan, selama masih ada korteks

yang jernih dianatara kekeruhan dan tepi pupil,

sebagaimana digambarakan seperti berikut ini: 

Ketika lensa jernih atau keruh secara keseluruhan,

maka tidak terbentuk iris shadow. Iris shadow

tersebut merupakan tanda dari katarak imatur.

d. Pemeriksaan oftalmoskop langsung

16

GAMBAR 7 GAMBARAN DIAGRAMA IRIS SHADOW PADA: KATARAK

IMATUR

Page 17: LONG CASE KATARAK IMATUR FIX.docx

Pada media tanpa kekeruhan akan tampak refleks fundus yang berwarna kuning kemerahan,

sedangkan pada lensa dengan kekeruhan parsial akan tampak bayangan hitam yang

berlawanan dengan cahaya kemerahan tersebut pada area yang keruh.

e. Pemeriksaan slit-lamp

Pemeriksaan dengan slit-lamp dilakukan dengan dilatasi pupil. Pemeriksaan ini memberikan

gambaran menegenai morfologi kekeruhan (lokasi, ukuran, bentuk, pola warna, dan

kepadatan dari nukleus). Pengelompokan berdasarkan konsistensi nukleus penting dalam

parameter ekstraksi lensa teknik fakoemulsifikasi. Berdasarkan hasil pemeriksaan slit-lamp,

konsistensi nukleus dapat dikelompokkan seperti tabel berikut ini:

Tingkat konsistensi/kepadatan

Deskripsi Konsistensi Warna Nukleus

Tingkat 1 Lunak Putih atau kuning kehijauanTingkat 2 Lunak agak padat KuningTingkat 3 Agak padat KuningTingkat 4 Padat KecokelatanTingkat 5 Sangat padat kehitaman

Tabel 2. Pengelompokan konsistensi/ kepadatan nuleus berdasarkan pemeriksaan slit-lamp

PENATALAKSANAAN PADA KATARAK SENILIS

Penataksanaan Non-Bedah

1. Terapi Penyebab Katarak

Pengontrolan diabetes melitus, menghentikan konsumsi obat-obatan yang bersifat

kataraktogenik seperti kortikosteroid, fenotiasin, dan miotik kuat, menghindari iradiasi

(infra merah atau sinar-X) dapat memperlambat atau mencegah terjadinya proses

kataraktogenesis.

2. Memperlambat Progresivitas

Beberapa preparat yang mengandung kalsium dan kalium digunakan pada katarak stadium

dini untuk memperlambat progresivitasnya, namun sampai sekarang mekanisme kerjanya

belum jelas. Selain itu juga disebutkan peran vitamin E dan aspirin dalam memperlambat

proses kataraktogenesis.

3. Penilaian terhadap Perkembangan Visus pada Katarak insipien dan Imatur

a. Refraksi; dapat berubah sangat cepat, sehingga harus sering dikoreksi.

17

Page 18: LONG CASE KATARAK IMATUR FIX.docx

b. Pengaturan pencahayaan; pasien dengan kekeruhan di bagian perifer lensa (area pupil

masih jernih) dapat diinstruksikan menggunakan pencahayaan yang terang. Berbeda

dengan kekeruhan pada bagian sentral lensa, cahaya remang yang ditempatkan di

samping dan sedikit di belakang kepala pasien akan memberikan hasil terbaik. 

c. Penggunaan kacamata gelap; pada pasien dengan kekeruhann lensa di bagian sentral,

hal ini akan memberikan hasil yang baik dan nyaman apanila beraktivitas di luar

ruangan.

d. Midriatil; dilatasi pupil akan memberikan efek positif pada lataral aksial dengan

kekeruhan yang sedikit. Midriatil seperti fenilefrin 5% atau tropikamid 1% dapat

memberikan penglihatan yang jelas.

Pembedahan Katarak

Pembedahan katarak adalah pengangkatan lensa natural mata (lensa kristalin) yang telah

mengalami kekeruhan, yang disebut sebagai katarak.2,3

Indikasi

Indikasi penatalaksanaan bedah pada kasus katarak mencakup indikasi visus,medis, dan

kosmetik.

1. Indikasi visus; merupakan indikasi paling sering. Indikasi ini berbeda pada tiap individu,

tergantung dari gangguan yang ditimbulkan oleh katarak terhadap aktivitas sehari-harinya.

2. Indikasi medis; pasien bisa saja merasa tidak terganggu dengan kekeruhan pada lensa

matanya, namun beberapa indikasi medis dilakukan operasi katarak seperti glaukoma imbas

lensa (lens-induced glaucoma), endoftalmitis fakoanafilaktik, dan kelainan pada retina

misalnya retiopati diabetik atau ablasio retina.

3. Indikasi kosmetik; kadang-kadang pasien dengan katarak matur meminta ekstraksi katarak

(meskipun kecil harapan untuk mengembalikan visus) untuk memperoleh pupil yang hitam.

Jenis-jenis operasi katarak :

1. Intracapsular Ekstraksi Katarak

2. Ekstrakapsular Ekstraksi Katarak

a. Ekstrakapsular ekstraksi katarak convensional

b. Manual Small Incision cataract surgery

18

Page 19: LONG CASE KATARAK IMATUR FIX.docx

c. Phacoemulsifikasi

Akan dijelaskan tahapan operasi sebagai berikut:

1. INTRACAPSULAR CATARACT EXTRACTION (ICCE)

Prosedur ini memiliki tingkat komplikasi yang sangat tinggi sebab membutuhkan insisi yang

luas dan tekanan pada vitreous. Tindakan ini sudah jarang digunakan terutama pada negara-

negara yang telah memiliki peralatan operasi mikroskop dan alat dengan teknologi tinggi

lainnya.

a. Indikasi ICCE:

Dislokasi lensa atau fasilitas operasi yang tidak memungkinkan untuk operasi yang lain.

Dapat dilakukan pada zonula zinii yang rapuh atau mudah rapuh.

b. Keuntungan ICCE:                      

Tehnik telah dikenal lebih lama, sehingga sangat dipahami oleh ahli bedah mata

Tidak mungkin terjadi katarak sekunder 

Instrumen lebih murah dan sederhana, dapat dilakukan dalam kondisi yang minimal.

Merupakan pilihan tehnik operasi untuk lensa dengan sub-luksasi

c. Kerugian ICCE:

Tidak dapat dilakukan insersi IOL PC di bilik mata belakang

Tidak dapat dilakukan untuk penderita berumur kurang dari 35 tahun, (sebab ligamen

kapsulo-hyaloid masih intak dan alfa-khemotripsin tidak dapat mencapai jaringan

ini).

Sering terjadi komplikasi vitreous pada segmen anterior, inkarserasi iris, glaucoma

blok pupil, kerusakan endotel di superior

Angka kejadian Irvine-Gass syndrome (CME), 50 % terjadi sementara, 2 – 4% terjadi

CME yang menetap.

Ablasio retina lebih tinggi dibanding ECCE

Penyembuhan luka lebih lama

Rehabilitasi visus dicapai lebih lambat, sering terjadi astigmatisme against the rule

d. Metode Operasi

19

Page 20: LONG CASE KATARAK IMATUR FIX.docx

1. Jahitan kendali muskulus rektus superior, bertujuan untuk menstabilisir bola mata dan

mempertahankan bola mata tetap mengarah ke bawah, sehingga limbus tampak

selebar mungkin.

2. Insisi dibuat sejauh mungkin dengan zonula yang ruptur (pada kasus subluksasi

lensa) untuk menghindari prolaps vitreous. Jenis insisi : stab dengan super blade,

kemudian dilanjutkan dengan gunting korneo-sklera kiri dan kanan.

3. Iridektomi perifer, untuk mencegah blok vitreous. Dilakukan dengan forsep Mc

Pherson, gunting de Wecker dan jahitan nilon 10-0 untuk menarik kornea.

4. Zonulisis dilakukan bila tidak terjadi subluksasi dan usia penderita < 60 tahun. Hal ini

dilakukan untuk memudahkan pengeluaran lensa dan mencegah ruptur kapsul.

Caranya dengan irigasi Alfa-khemotripsin menggunakan kanula kedalam bilik mata

belakang melalui lubang iridektomi, kadang kadang dilakukan irigasi juga pada jam

6. Tetapi enzim ini harus diirigasi dengan BSS selama 2 menit. Secara teoritis hal ini

juga akan membersihkan zonula yang telah lisis dan mencegah kenaikan tekanan

intra-okuler.

5. Pengeluaran lensa dengan krio, spons segitiga, kanula dan asetil-kholin khlorida.

Caranya: rucingkan ujung spons, kendurkan jahitan kendali dan speculum untuk

menghilangkan tekanan positip, Krio ditest untuk pembekuan dan perlekatan. Asisten

menarik kornea, bila insisi kurang lebar, dilakukan pelebaran dengan guntung korneo-

sklera. Keringkan permukaan lensa dengan spons. Bila kurang kering akan

mempercepat pelebaran bunga es. Iris disingkirkan dengan spons baru, ujung krio

ditempelkan pada daerah pre-ekuator jam 12. Pembekuan dilakukan dengan pedal,

tunggu 2 detik, kemudian terjadi perlekatan, lensa ditarik keatas sedikit, lalu ke kiri

dan kanan. Bila bunga es telah sampai diluar bola mata, asisten mengendurkan jahitan

kornea untuk mencegah prolaps vitreous.

6. Irigasi Asetil-kholin khlorida dengan kanula.

7. Luka di jahit.

2. EKSTRACAPSULAR EKSTRAKSI KATARAK (ECCE)

1. Ekstracapsular Ekstraksi Katarak Conventional (ECCE)

20

Page 21: LONG CASE KATARAK IMATUR FIX.docx

Insisi luas pada perifer kornea atau sklera anterior (biasanya 10-12 mm), bagian anterior

kapsul dipotong dan diangkat, nukleus diekstraksi, dan korteks lensa dibuang dari mata

dengan irigasi dengan atau tanpa aspirasi, sehingga menyisakan kapsul posterior. Insisi

harus dijahit. Metode ini diindikasikan pada pasien dengan katarak yang sangat keras

atau pada keadaan dimana ada masalah dengan fakoemulsifikasi. Penyulit yang dapat

timbul adalah terdapat korteks lensa yang dapat menyebabkan katarak sekunder.

Pembedahan ini dilakukan.

a. Indikasi ECCE: Hard nuclei-cataract (grade 5) dan katarak pada bayi. Dapat dilakukan

pada pasien dengan katarak imatur, kelainan endotel, keratoplasti, implantasi lensa intra

okular lensa, implantasi sekunder lensa intra okuler, kemungkinan dilakukan bedah

glaukoma, prdisposisi prolaps vitreous, ablasi retina

b. Keuntungan ECCE:

1. Dapat insersi IOL PC

2. Jarang komplikasi vitreous di BMD (dibanding ICCE)

3. Angka kejadian CME dan ablasio retina lebih jarang (dibanding ICCE)

4. Bila terjadi ablasio retina, lebih mudah diatasi dan prognosis lebih baik

5. Dapat dilakukan pada penderita umur < 40 tahun

c. Kerugian ECCE

1. Perlu learning curve lebih lama (dibanding ICCE)

2. 10 – 50 % terjadi katarak sekunder setelah 3 – 5 tahun

3. Tidak dapat dilakukan pada penderita dengan uveitis khronis yang aktif

d. Metode Operasi

a. Pasang jahitan kendali.

b. Flap konjungtiva dengan forsep St Martin dan gunting konjungtiva.

c. Dilakukan grooving dengan pisau “super sharp”, fragmen razor blade, pisau

“diamond” atau pisau Graefe.

d. Kapsulotomi anterior (lihat kuliah dr. Djiwatmo).

e. Bilik mata depan ditembus dengan pisau.

f. Dilebarkan dengan gunting Troutman atau Castroveijo.

21

Page 22: LONG CASE KATARAK IMATUR FIX.docx

g. Ekspresi nukleus dengan dua tangan. Sistotom di tangan kanan menekan sclera 2

mm. di belakang insisi untuk melepaskan pole superior inti dari korteksnya, pupil

akan terlihat melebar ke superior. Pole inferior diekspresi dengan lens expressor atau

kait otot dengan tangan kiri, dengan goyangan halus tangan kanan dan kiri. Jika pole

superior sudah tampak dibibir luka, dapat ditolong dengan sistotom yang tajam

untuk mengeluarkan inti..

h. Jika pole superior tetap berada di bawah iris, insisi mungkin perlu dilebarkan atau

iris perlu disingkirkan dengan sistotom.

i. Ekspresi nucleus dengan satu tangan. Gunakan “irrigating vectis”. Kapsulotomi

harus agak lebar, inti dilepaskan denga sistotom atau hidro diseksi. Dengan “vectis”

irigasi BSS pada tangan kanan, dibantu jari telunjuk tangan kiri, menyusur belakng

lensa dengan menekan iris, irigasi dikaukan terus sehingga inti hanyut keluar. Hati

hati, mudah terjadi ruptur kapsul posterior.

j. Ekspresi nucleus dengan tehnik inter kapsuler. Kapsulotomi bentuk D, kemudian

hidro-diseksi, ekspresi nucleus dengan dua tangan. Dapat juga dibantu VEM di bilik

mata depan.

k. Pembersihan korteks. Korteks lunak dan penderita tua akan mudah sekali

dibersihkan, cukup dengan irigasi. Korteks yang keras dan penderita muda

memerlukan irigasi dan aspirasi. Cara  manual dengan menggunakan McIntyre,

Simcoe atau Pearce. Caraotomatik dengan Alcon, SITE, OMS atau Storz.

l. Yang perlu diperhatikan adalah : jahit kornea kadang belum perlu dilakukan, lubang

aspirasi menghadap ke kornea, lubang aspirasi dengan cara otomatik harus tertutup

korteks, (tetapi jika kapsul teraspirasi, aspirasi segera dihentikan), aspirasi korteks

jam 12 sering kali sulit dilakukan, demikian juga aspirasi pada PSC (katarak sub-

kapsuler posterior) mungkin memerlukan poles atau vakum. Kapsul posterior yang

teraspirasi memberikan gambaran seperti bintang. Aspirasi ujung kapsul akan

menyebabkan pupil tertarik. Kapsul penderita tua lebih kaku. Tehnik inter-kapsuler

memerlukan irigasi yang lebih sedikit. Korteks bersih adalah hal yang ideal, tetapi

lebih baik menyisakan sedikit korteks yang akhirnya di resorbsi daripada

menghadapi resiko robekan kapsul posterior dan prolaps vitreous.

22

Page 23: LONG CASE KATARAK IMATUR FIX.docx

m. Pembersihan kapsul posterior untuk menghindari kontraksi, distorsi atau Elschnig’s

Pearls dengan menggunakan iigasi aspirasi, Kratz scratcher, olive bulb polisher atau

Terry squeegee

Gambar Tahap ECCE konvensional

dengan implantasi IOL di bilik mata

belakang:

 A, kapsulotomi anterior

dengan menggunakan can-

opener;

B, pengangkatan kapsul

anterior; C, corneo-scleral

section;

 D, pengangkatan nukleus

(metode pressure and counter-

pressure);

E, aspirasi korteks; F, insersi haptik inferior IOL di bilik mata belakang;

2. Small Incision Cataract SurgEry (SICS)

a. Indikasi SICS: Insisi 5-6 mm untuk katarak slightly hard- moderately hard (grade 2 dan

3). Teknik operasi ini dapat dilakukan pada stadium katarak immature, mature, dan

hypermature. Teknik ini juga telah dilakukan pada kasus glaukoma fakolitik dan dapat

dikombinasikan dengan operasi trabekulektomi.

b. Keuntungan SICS:

1. Lebih murah dibanding fako-emulsifikasi

2. Astigmatisme lebih kecil dibanding ECCE

3. Rehabilitasi tajam penglihatan hampir sama dibanding fako-emulsifikasi

4. Komplikasi seperti nucleus tenggelam ke vitreous dan keratopati bulosa lebih sedikit

5. Jika dilakukan seorang yang ahli, operasi hanya membutuhkan waktu 6 – 8 menit dan

hampir tidak tergantung dari kekerasan nukleus

23

GAMBAR 8 TEKNIK ECCE

Page 24: LONG CASE KATARAK IMATUR FIX.docx

c. Kerugian SICS:

1. Insisi lebih lebar dari pada fako-emulsifikasi.

2. Komplikasi kornea lebih sering dari pada fako-emulsifikasi

d. Metode SICS:

1. Anestesi, jahitan kendali dan insisi khusus, sehingga insisi 6 mm tanpa jahitan bias

kedap air, antara lain bentuk Chevron Frown atau bentuk Lurus, semua dengan

struktur 3 bidang, termasuk membuat “sleral tunnel” dengan pisau khusus.

2. Visko-elastik

3. Kapsuloreksis

4. Hidro-diseksi (tidak memerlukan hidro-delineasi)

5. Visko-elastik

6. Nukleus diprolaps (prolapsing, flipping) ke bilik mata depan (lihat video) dengan

kanula  hidro-diseksi atau dengan Sinskey hook.

7. Visko-elastik sebagai “bantal” di depan dan belakang nucleus.

8. Irrigating-vectis, nucleus diekstraksi

9. Pada tiap tiap tahap di atas, bila tidak tercapai tujuan yang dimaksudkan, dapat

dilakukan konversi ke ECCE dengan beberapa jahitan luka operasi.Hal ini perlu

diingat oleh operator, karena jika operator terlalu menuruti ego-nya akan berakibat

terjadi trauma pada endotel yang berat, terjadi komplikasi vitreous prolaps, maupun

komplikasi lain yang amat berbahaya bagi penderita kelak.

10. Irigasi dan aspirasi sisa masa lensa

11. Visko-elastik

12. Lensa intra-okuler, dst

3. Phacoemulsification

1. Indikasi fako-emulsifikasi : Insisi kecil pada katarak slightly hard – moderately hard

(grade 2 dan 3)

2. Keuntungan fako-emulsifikasi:

a. BMD selalu terbentuk

b. Insisi kecil

c. Astigmatisme menurun

24

Page 25: LONG CASE KATARAK IMATUR FIX.docx

d. Penutupan luka mudah

e. Rehabilitasi tajam penglihatan cepat

3. Kerugian fakoemulsifikasi:

a. Instrumen mahal

b. Tidak semua senter mempunyai alat fako-emulsifikasi.

c. Biaya pemeliharaan alat lebih tinggi.

d. Learning curve lebih lama

4. Metode fakoemulsifikasi:

a. Insisi

b. Kapsulotomi anterior

c. Hidro-diseksi dan hidro-delineasi

d. Emulsifikasi nukleus : ada 3 tahap yaitu : sculpting (mengeruk), mobilisasi nucleus

dengan second-instrument dan emulsifikasi sisa nucleus. Keberhasilan setiap tahap

akan mempermudah tahap berikutnya. Sculpting relatif mudah, terutama jika ada

adhesi antara nucleus dan korteks, sehingga nucleus tidak menjauhi tip sewaktu

emulsifikasi. Jumlah yang di sculpting tergantung dari kerasnya nucleus. Nucleus

yang lebih keras memerlukan sculpting sebanyak mungkin supaya second-instrument

dapat memegang inti lensa. Perlu diketahui, kapsul anterior harus sudah tidak ada,

karena dapat ter-aspirasi. Pedal fako-emulsifikasi (posisi 3) hanya diinjak seperlunya

saja, untuk menghemat waktu fako (phaco-time). Dalamnya sculpting sangat

bervariasi diantara kasus satu dengan yang lain. Bagi pemula, cukup melakukan tahap

sculpting, kemudian pindah pada ECCE yang biasa, sampai beberapa kasus tercapai.

Perlu juga untuk menghindari nucleus grade 1, sebab bila terdapat nucleus grade 1

yang melekat pada kapsulnya, mudah terjadi kerusakan kapsul atau zonula. Tahap

berikutnya adalahmobilisasi nucleus (manipulation and loosening). Tujuannya untuk

melepaskan nucleus dari perlekatannya di posterior dengan nucleus mikro-

manipulator atau irigasi (hidrodiseksi). Pedal fako posisi 1, nucleus di putar untuk

mengetahui apakah sudah lepas dari perlekatannya di posterior. Pedal posisi 2 dan

terakhir 3, sehingga pinggir nucleus mulai di emulsifikasi. Demikian seterusnya

sampai tahap emulsifikasi sisa nucleus.

25

Page 26: LONG CASE KATARAK IMATUR FIX.docx

Gambar. 9 Tahap

fakoemulsifikasi: A,

kapsuloreksis continuous

curvilinear;

B, Hidrodiseksi; C,

Hidrodelineasi;

D dan E, Emulsifikasi

nukleus, F, apirasi

korteks.

Lensa Intraokular

            Setelah pengangkatan katarak, lensa intraokular (IOL) biasanya diimplantasikan ke dalam

mata. Kekuatan implan IOL yang akan digunakan dalam operasi dihitung sebelumnya dengan

mengukur panjang mata secara ultrasonik dan dengan kelengkungan kornea (maka juga kekuatan

optik) secara optik. Kekuatan lensa umumnya dihitung sehingga pasien tidak akan membutuhkan

kacamata untuk penglihatan jauh. Pilihan lensa juga dipengaruhi oleh refraksi mata kontrolateral

dan apakah terdapat katarak pada mata tersebut yang membutuhkan operasi.

KOMPLIKASI

  Komplikasi operasi dapat berupa komplikasi preoperatif, intraoperatif, postoperatif awal,

postoperatif lanjut, dan komplikasi yang berkaitan dengan lensa intra okular (intra ocular lens,

IOL).

1. Komplikasi preoperatif

a. Ansietas; beberapa pasien dapat mengalami kecemasan (ansietas) akibat ketakutan akan

operasi. Agen anxiolytic seperti diazepam 2-5 mg dapat memperbaiki keadaan.

b. Nausea dan gastritis; akibat efek obat preoperasi seperti asetazolamid dan/atau gliserol.

Kasus ini dapat ditangani dengan pemberian antasida oral untuk mengurangi gejala.

26

Page 27: LONG CASE KATARAK IMATUR FIX.docx

c. Konjungtivitis iritatif atau alergi; disebabkan oleh tetes antibiotik topical preoperatif,

ditangani dengan penundaan operasi selama 2 hari.

d. Abrasi kornea; akibat cedera saat pemeriksaan tekanan bola mata dengan menggunakan

tonometer Schiotz. Penanganannya berupa pemberian salep antibiotik selama satu hari

dan diperlukan penundaan operasi selama 2 hari.

2. Komplikasi intraoperatif

a. Laserasi m. rectus superior; dapat terjadi selama proses penjahitan.

b. Perdarahan hebat; dapat terjadi selama persiapan conjunctival flap atau selama insisi

ke bilik mata depan.

c. Cedera pada kornea (robekan membrane Descemet), iris, dan lensa; dapat terjadi

akibat instrumen operasi yang tajam seperti keratom.

d. Cedera iris dan iridodialisis (terlepasnya iris dari akarnya)

e. Lepas/ hilangnya vitreous; merupakan komplikasi serius yang dapat terjadi akibat

ruptur kapsul posterior (accidental rupture) selama teknik ECCE.

3. Komplikasi postoperatif awal

Komplikasi yang dapat terjadi segera setelah operasi termasuk hifema, prolaps iris,

keratopati striata, uveitis anterior postoperatif, dan endoftalmitis bakterial.

4. Komplikasi postoperatif lanjut

Cystoid Macular Edema (CME), delayed chronic postoperative endophtalmitis,

Pseudophakic Bullous Keratopathy (PBK), ablasio retina, dan katarak sekunder merupakan

komplikasi yang dapat terjadi setelah beberapa waktu post operasi.

5. Komplikasi yang berkaitan dengan IOL

Implantasi IOL dapat menyebabkan komplikasi seperti uveitis-glaucoma-hyphema

syndrome (UGH syndrome), malposisi IOL, dan sindrom lensa toksik (toxic lens syndrome).

Perawatan Pasca Bedah

Jika digunakan teknik insisi kecil, maka penyembuhan pasca operasi biasanya lebih

cepat. Pasien diperbolehkan rawat jalan. Tetapi dianjurkan untuk bergerak secara hati-hati dan

menghindari mengangkat beban berat selama 1 bulan, jangan berolahraga mengangkat beban

berat, menggunakan kacamata hitam selama 6-8 minggu pasca operasi sambil menunggu

kacamata permanen. Selain itu diberikan obat untuk mengurangi rasa sakit pasca operasi,

27

Page 28: LONG CASE KATARAK IMATUR FIX.docx

antibiotik untuk mencegah infeksi, obat tetes mata steroid untuk mengurangi reaksi radang pasca

operasi, obat tetes yang mengandung antibiotik.

Hal yang tidak boleh dilakukan antara lain:

PROGNOSIS

            Tindakan pembedahan secara defenitif memperbaiki ketajaman penglihatan pada lebih

dari 90% kasus. Pada katarak senilis jika katarak dapat cepat terdeteksi serta mendapatkan

pengobatan dan pembedahan katarak yang tepat maka 95% penderita dapat melihat normal.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas, S., Taim, H.,Simarmata M.,et al. Ilmu Penyakit Mata. 2002. p.143-57

2. J.William. Surgical and Refractive Cataract.2015. Elsavier Journal. Available at:

http://www.aaojournal.org/article/E0161-6420%2805%29/abstractelsavier. Accessed on November 2, 2015.

3. American Academy of Ophthalmology: Lens and Cataract, section 11, 1997-1998, pp.

3-5, 77-117. Available at: http://www.aao.org/preferred-practice-pattern/cataract-in-

adult-eye-ppp--october-2011. Accessed on: November 2,2015

28

Page 29: LONG CASE KATARAK IMATUR FIX.docx

29