presus katarak senilis imatur

Upload: fajar-ayu

Post on 29-Oct-2015

616 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

ccccc

TRANSCRIPT

LAPORAN KASUS

KATARAK SENILIS IMATUR

Disusun oleh :

Tantri Agusleani (1110221105)

Fajar Ayu

(1210221039)

Diajukan kepada :

dr. Achmad C. Siregar, Sp.M

SMF ILMU PENYAKIT MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UPN VETERAN JAKARTA

RSUP PERSAHABATAN

PERIODE 1 JULI 2013 3 AGUSTUS 2013LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS

KATARAK SENILIS IMATURDiajukan untuk memenuhi syarat Ujian Kepaniteraan Klinik

di bagian Ilmu Penyakit Mata RSUP Persahabatan

Telah disetujui dan dipresentasikan

pada tanggal: Juli 2013

Disusun oleh :

Tantri Agusleani (1110221105)

Fajar Ayu

(1210221039)Mengetahui

Dokter Pembimbing,

dr. Achmad C. Siregar, Sp.M

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia-Nyalah, penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul Katarak Senilis Imatur dengan baik. Penulisan laporan kasus ini merupakan salah satu syarat mengikuti ujian Program Pendidikan Profesi di bagian Ilmu Penyakit Mata RSUP Persahabatan. Penulis berharap laporan kasus ini dapat bermanfaat untuk kepentingan pelayanan kesehatan, pendidikan, penelitian dan dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya oleh berbagai pihak yang berkepentingan.

Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ungkapan terima kasih kepada:

1. Dr. Achmad C. Siregar, Sp.M selaku dokter pembimbing yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan laporan kasus ini

2. Teman-teman serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan kasus ini

Penulis sadar sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan kasus ini masih banyak dijumpai kekurangan. Oleh karena itu, segala masukan yang bersifat membangun dari para penelaah sangat diharapkan demi proses penyempurnaan laporan kasus ini.

Jakarta, Juli 2013

Penulis

DAFTAR ISIHALAMAN JUDUL ..1

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................2

KATA PENGANTAR ....................................................................................3

DAFTAR ISI ...................................................................................................4

BAB I. LAPORAN KASUS1.1 Identitas ....................................................................................................61.2 Anamnesa ..................................................................................................61.3 Pemeriksaan fisik .......................................................................................71.4 Status oftalmologi.......................................................................................71.5 Resume .......................................................................................................111.6 Diagnosis banding .......................................................................................121.7 Diagnosis kerja ............................................................................................121.8 Usulan pemeriksaan......................................................................................121.9 Usulan terapi ................................................................................................121.10 Prognosis ....................................................................................................12BAB II. PEMBAHASAN ...............................................................................13

BAB III. TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi ......................................................................................................153.2 Etiologi.......................................................................................................153.3 Patofisiologi ..............................................................................................153.4 Gejala Klinis...............................................................................................163.5 Diagnosis ...................................................................................................173.6 Diagnosis Banding.....................................................................................183.7 Penatalaksanaan ......................................................................................18

3.8 Komplikasi...............................................................................................203.9 Prognosis..................................................................................................21DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................22BAB I

LAPORAN KASUS

1.1 Identitas Pasien

Nama

: Ny. Sumiyati binti SarijoUmur

: 55 tahun

Alamat:Jl. Kemuning II No.21 RT 010 RW 002 Kelurahan Pulogadung Kecamatan Pulogadung Jakarta TimurJenis Kelamin: Perempuan

Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

Pendidikan

: SMP

Agama

: IslamSuku Bangsa: Jawa

No. RM

: 4946911.2 Anamnesa

Keluhan Utama : Penglihatan kedua mata kabur

Keluhan Tambahan : Pusing Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke poliklinik mata dengan keluhan penglihatan kedua mata kabur sejak 1 bulan yang lalu. Mata kanan pasien dirasa lebih kabur dibandingkan dengan mata kirinya. Kabur dirasa perlahan-lahan dan semakin lama semakin memberat hingga mengganggu aktivitas pasien. Pasien merasa lebih sulit melihat benda-benda yang terletak jauh dibandingkan dengan sebelumnya. Pasien juga mengeluh pandangan berbayang pada kedua mata serta seperti melihat kabut atau asap. Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien tidak pernah mengalami hal ini sebelumnya. Riwayat alergi, trauma, penggunaan kaca mata dan penyakit sistemik seperti hipertensi dan diabetes mellitus disangkal oleh pasien.

Riwayat Penyakit Keluarga : Keluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan serupa.

Riwayat Sosial : Pasien sehari-harinya merupakan seorang ibu rumah tangga. Pendidikan terakhir pasien adalah Sekolah Menengah Pertama. Riwayat Kebiasaan : Pasien mengaku sering mengkonsumsi jamu dua kali sehari sejak usia muda.1.3 Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum: Tampak sakit ringan

Kesadaran

: Compos mentis

Tekanan darah

: 100/70 mmHg

1.4 Pemeriksaan Fisik Khusus / Status Oftalmologi

Okuli Dekstra (OD)Okuli Sinistra

Kedudukan bola mataGerak bola mataOrtho Baik ke segala arah Ortho Baik ke segala arah

Supra cilia

Madarosis

Sikatriks Tidak ada

Tidak adaTidak ada

Tidak ada

Palpebra superior

Edema

Hiperemi

Enteropion

Ekteropion

BenjolanTidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak adaTidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Palpebra inferior

Edema

Hiperemi

Enteropion

Ekteropion

BenjolanTidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak adaTidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Konjungtiva palpebra superior

Sekret mata

Hiperemi

Folikel

Papil

Sikatriks

Benjolan

Lain-lainTidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak adaTidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Konjungtiva palpebra inferior

Sekret mata

Hipermi

Folikel

Papil

Sikatriks

BenjolanTidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak adaTidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Konjungtiva bulbi

Kemosis

Hiperemi

Konjungtiva

Silier

Perdarahan di bawah konjungtiva

Pterigium

PingueculaeTidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak adaTidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Kornea

Sikatriks

Infiltrat

Ulkus

Keratik presifitatTidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak adaTidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Bilik Mata Depan

Kedalaman

Hifema

HipopionDangkalTidak ada

Tidak ada Dangkal Tidak ada

Tidak ada

Iris PupilBentuk

Letak

Warna

Refleks cahaya langsung

RAPDBulat, reguler

Ditengah

Cokelat kehitaman

+

-Bulat, reguler

Ditengah

Cokelat kehitaman

+

-

Lensa

Subluksasi

Dislokasi

Tes bayangan irisKeruh

Tidak ada

Tidak ada

+Keruh

Tidak ada

Tidak ada

+

Vitreus humorTidak dilakukanTidak dilakukan

Funduskopi Refleks fundus +Refleks fundus +

Visus dan refraksi

Visus

Koreksi

Cyl

Axis

Add 3/60

S-4,00

-150

90

2,506/60

S-2,00

-

-

2,50

Tonometri

Tensi okuli

Tonometri schiotzHipertensi okuli

6/7,5Hipertensi okuli

6/7,5

1.5 Resume

Pasien perempuan 55 tahun, datang ke poliklinik mata dengan keluhan penglihatan kedua mata kabur sejak 1 bulan lalu. Pasien merasa lebih sulit melihat benda-benda yang terletak jauh dibandingkan dengan sebelumnya. Pasien juga mengeluh pandangan berbayang pada kedua mata seperti melihat kabut atau asap. Pasien memiliki kebiasaan sering mengkonsumsi jamu sejak usia muda. Riwayat alergi, trauma, diabetes mellitus dan hipertensi disangkal oleh pasien. Keluarga pasien tidak ada yang mengalami hal yang serupa. Pemeriksaan fisik:

Keadaan umum: tampak sakit ringan

Kesadaran

: compos mentis

ODOS

3/60Visus6/60

NormalPalpebraNormal

TenangKonjungtivaTenang

TenangSkleraTenang

NormalKorneaNormal

Dangkal BMDDangkal

Bulat, reguler, bayangan iris positifIrisBulat, reguler, bayangan iris positif

Rp (+)PupilRp (+)

KeruhLensaKeruh

(+)Reflek fundus(+)

21,9TIO21,9

1.6 Diagnosis Banding

Kekeruhan badan kaca

Endopthalmitis

Glaukoma kronis

1.7 Diagnosis Kerja

ODS Katarak senilis imatur

1.8 Usulan Pemeriksaan

Funduskopi

Slit lamp

1.9 Usulan Terapi

ODS Ekstraksi Lensa

1.10 Prognosis

Dubia ad bonam

BAB IIPEMBAHASAN

Pasien perempuan berumur 55 tahun dengan keluhan utama pasien adalah penglihatan kedua mata kabur secara perlahan-lahan sejak 1 bulan yang lalu. Keluhan dirasakan semakin memberat hingga mengganggu aktivitasnya. Pasien merasa lebih sulit melihat benda-benda yang terletak jauh dibandingkan dengan sebelumnya. Pasien juga mengeluh pandangan berbayang pada kedua mata seperti melihat kabut atau asap. Gejala-gejala yang dialami pasien ini sesuai dengan kepustakaan yang menuju kearah katarak. Katarak merupakan kekeruhan pada lensa sehingga mengakibatkan penurunan tajam penglihatan. Tingkat kekaburan yang dialami pasien bervariasi tergantung dari tingkat kekeruhan lensa. Lensa pasien katarak akan semakin cembung akibat proses hidrasi korteks, sehingga indeks refraksi berubah karena daya biasnya bertambah dan mata menjadi myopia. Usia pasien yang lebih dari 50 tahun merupakan salah satu penentu jenis katarak. Jenis katarak yang sesuai adalah katarak senilis.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan visus pasien kurang dari 6/6, terdapat kekeruhan pada kedua lensa yang jika disinari dengan menggunakan senter pada kemiringan 45o menimbulkan bayangan iris. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa pada lensa normal yang tidak terdapat kekeruhan, sinar dapat masuk kedalam mata tanpa ada yang dipantulkan. Jika kekeruhan lensa hanya sebagian saja, maka sinar obliq yang mengenai bagian yang keruh ini, akan dipantulkan lagi, sehingga pada pemeriksaan, terlihat dipupil, ada daerah yang terang sebagai reflek pemantulan cahaya pada daerah lensa yang keruh dan daerah yang gelap, akibat bayangan iris pada bagian lensa yang keruh. Keadaan ini disebut bayangan iris (+). Pada pemeriksaan opthalmologi, tidak ditemukan adanya hiperemi pada konjungtiva serta rasa nyeri pada mata (-). Pada funduskopi, didapatkan reflex fundus yang (+),. Adanya bayangan iris mengarah kepada katarak senilis imatur. Dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik, didapatkan diagnosis yang sesuai adalah katarak senilis imatur.

Usulan pemeriksaan yang dilakukan pada pasien ini adalah pemeriksaan funduskopi dan slit lamp untuk lebih memastikan kekeruhan yang terjadi pada lensa dan segmen posterior bola mata serta menilai keadaan retina pasien.

Penatalaksanaan pada katarak imatur adalah penggunaan kaca mata sehingga pasien mampu beraktivitas dengan baik. Namun jika hal ini masih dirasa mengganggu oleh pasien, dapat dilakukan ekstraksi lensa. Ekstraksi lensa dapat dilakukan dengan metode ECCE + IOL atau Fakoemulsifikasi + IOL. Dimana pemilihan teknik operasi ini juga diserahkan pada pasien, namun sebelumnya kita harus memberikan edukasi mengenai kelebihan ataupun kekurangan dari masing-masing teknik tersebut. Pada ECCE + IOL, pembedahan yang dilakukan lebih lebar dibandingkan dengan teknik fakoemulsifikasi sehingga proses penyembuhan akan berlangsung lebih lama dan kemungkinan terjadinya astigmatisma juga lebih besar. Sementara teknik fakoemulsifikasi memiliki komplikasi astigmatisma yang lebih kecil hanya saja biayanya lebih mahal dibandingkan dengan ECCE.

Prognosis pasien ini baik, hal ini disebabkan karena katarak merupakan suatu kekeruhan pada lensa yang dapat diperbaiki. Sehingga tajam penglihatan pasien setelah dioperasi akan lebih baik dibandingkan dengan sebelum dioperasi.

BAB IIITINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi

Katarak senilis imatur merupakan salah satu stadium katarak senilis, dimana pada stadium ini kekeruhan lensa belum terjadi disemua bagian lensa. Kekeruhan pada stadium ini utamanya terjadi di bagian posterior dan belakang nukleus lensa. Pada katarak imatur, volume lensa dapat bertambah akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan degeneratif lensa. Pada keadaan ini, lensa akan mencembung dan dapat menimbulkan hambatan pupil sehingga terjadi glaukoma sekunder.1,23.2 Etiologi

Penyebab katarak senilis sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti dan diduga multifaktorial. Beberapa penyebab katarak diantaranya adalah:5 Faktor biologi, yaitu karena usia tua dan pengaruh genetik

Faktor fungsional, yaitu akibat akomodasi yang sangat kuat sehingga mempunyai efek buruk terhadap serabu-serabut lensa Faktor imunologik Gangguan yang bersifat lokal pada lensa, seperti gangguan nutrisi, gangguan permeabilitas kapsul lensa, efek radiasi cahaya matahari. Gangguan metabolisme umum 3.3 Patofisiologi

Kekeruhan lensa dapat terjadi akibat hidrasi dan denaturasi protein lensa. Dengan bertambahnya usia, ketebalan dan berat lensa akan meningkat sementara daya akomodasinya akan menurun. Dengan terbentuknya lapisan konsentris baru dari kortek, inti nucleus akan mengalami penekanan dan pengerasan. Proses ini dikenal sebagai sklerosis nuclear. Selain itu terjadi pula proses kristalisasi pada lensa yang terjadi akibat modifikasi kimia dan agregasi protein menjadi high-molecular-weight-protein. Hasil dari agregasi protein secara tiba tiba ini mengalami fluktuasi refraktif index pada lensa sehingga menyebabkan cahaya menyebar dan penurunan pandangan. Modifiaksi kimia dari protein nukleus lensa juga menghasilkan pigmentasi progresif yang akan menyebabkan warna lensa menjadi keruh. Perubahan lain pada katarak terkait usia juga menggambarkan penurunan konsentrasi glutatin dan potassium serta meningkatnya konsentrasi sodium dan calcium.2

Terdapat berbagai faktor yang ikut berperan dalam hilangnya transparasi lensa. Sel epithelium lensa akan mengalami proses degeneratif sehingga densitasnya akan berkurang dan terjadi penyimpangan diferensiasi dari sel-sel fiber. Akumulasi dari sel-sel epitel yang hilang akan meningkatkan pembentukan serat-serat lensa yang akan menyebabkan penurunan transparasi lensa. Selain itu, proses degeneratif pada epithelium lensa akan menurunkan permeabilitas lensa terhadap air dan molekul-molekul larut air sehingga transportasi air, nutrisi dan antioksidan kedalam lensa menjadi berkurang. Peningkatan produk oksidasi dan penurunan antioksidan seperti vitamin dan enzim-enzim superoxide memiliki peran penting pada proses pembentukan katarak.63.4 Gejala KlinisSeorang pasien dengan katarak senilis biasanya datang dengan riwayat kemunduran secara progesif dan gangguan penglihatan. Penyimpangan penglihatan bervariasi, tergantung pada jenis dari katarak ketika pasien datang.2 Penurunan visus, merupakan keluhan yang paling sering dikeluhkan pasien dengan katarak senilis.

Silau, Keluhan ini termasuk seluruh spektrum dari penurunan sensitivitas kontras terhadap cahaya terang lingkungan atau silau pada siang hari hingga silau ketika mendekat ke lampu pada malam hari.

Perubahan miopik, Progesifitas katarak sering meningkatkan kekuatan dioptrik lensa yang menimbulkan myopia derajat sedang hingga berat. Sebagai akibatnya, pasien presbiopi melaporkan peningkatan penglihatan dekat mereka dan kurang membutuhkan kaca mata baca, keadaan ini disebut dengan second sight. Secara khas, perubahan miopik dan second sight tidak terlihat pada katarak subkortikal posterior atau anterior. Diplopia monocular. Kadang-kadang, perubahan nuclear yang terkonsentrasi pada bagian dalam lapisan lensa, menghasilkan area refraktil pada bagian tengah dari lensa, yang sering memberikan gambaran terbaik pada reflek merah dengan retinoskopi atau ophtalmoskopi langsung. Fenomena seperti ini menimbulkan diplopia monocular yang tidak dapat dikoreksi dengan kacamata, prisma, atau lensa kontak.

Noda, berkabut pada lapangan pandang.

Ukuran kaca mata sering berubah

3.5 Diagnosis

Diagnosis katarak senilis imatur dapat diperoleh dari gejala-gejala klinis yang dialami serta pemeriksaan oftalmologi. Pasien pada katarak senilis imatur biasanya datang dengan keluhan pandangan mata kabur serta silau. Sementara pemeriksaan oftalmologi dapat dilakukan dengan menggunakan senter, slit lamp dan funduskopi. Berikut merupakan hasil temuan pemeriksaan oftalmologi pada katarak senilis dan katarak stadium lainnya.InsipienImaturMaturHipermatur

Kekeruhan lensaRinganSebagianKomplitMasif

Cairan LensaNormalBertambah (air masuk)NormalBerkurang (air+masa lensa keluar)

IrisNormalTerdorongNormalTremulans

Bilik Mata DepanNormalDangkalNormalDalam

Sudut Bilik MataNormalSempitNormalTerbuka

Shadow TestNegatifPositifNegatifPseudopositif

Visus (+)