presus katarak senilis imatur revisi

41
LAPORAN KASUS KATARAK SENILIS IMATUR Disusun oleh : Tantri Agusleani (1110221105) Fajar Ayu (1210221039) Diajukan kepada : dr. Achmad C. Siregar, Sp.M SMF ILMU PENYAKIT MATA 1

Upload: diggi-vio

Post on 03-Jan-2016

243 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

katarak

TRANSCRIPT

Page 1: Presus Katarak Senilis Imatur Revisi

LAPORAN KASUS

KATARAK SENILIS IMATUR

Disusun oleh :

Tantri Agusleani (1110221105)

Fajar Ayu (1210221039)

Diajukan kepada :

dr. Achmad C. Siregar, Sp.M

SMF ILMU PENYAKIT MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UPN “VETERAN” JAKARTA

RSUP PERSAHABATAN

PERIODE 1 JULI 2013 – 3 AGUSTUS 2013

1

Page 2: Presus Katarak Senilis Imatur Revisi

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS

KATARAK SENILIS IMATUR

Diajukan untuk memenuhi syarat Ujian Kepaniteraan Klinik

di bagian Ilmu Penyakit Mata RSUP Persahabatan

Telah disetujui dan dipresentasikan

pada tanggal: Juli 2013

Disusun oleh :

Tantri Agusleani (1110221105)

Fajar Ayu (1210221039)

Mengetahui

Dokter Pembimbing,

dr. Achmad C. Siregar, Sp.M

2

Page 3: Presus Katarak Senilis Imatur Revisi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia-

Nyalah, penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Katarak Senilis Imatur”

dengan baik. Penulisan laporan kasus ini merupakan salah satu syarat mengikuti ujian

Program Pendidikan Profesi di bagian Ilmu Penyakit Mata RSUP Persahabatan. Penulis

berharap laporan kasus ini dapat bermanfaat untuk kepentingan pelayanan kesehatan,

pendidikan, penelitian dan dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya oleh berbagai pihak

yang berkepentingan.

Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ungkapan terima kasih kepada:

1. Dr. Achmad C. Siregar, Sp.M selaku dokter pembimbing yang telah

memberikan bimbingan dalam penyusunan laporan kasus ini

2. Teman-teman serta semua pihak yang telah membantu dalam

penyusunan laporan kasus ini

Penulis sadar sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan kasus ini masih banyak

dijumpai kekurangan. Oleh karena itu, segala masukan yang bersifat membangun dari para

penelaah sangat diharapkan demi proses penyempurnaan laporan kasus ini.

Jakarta, Juli 2013

Penulis

3

Page 4: Presus Katarak Senilis Imatur Revisi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………….. 1

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ 2

KATA PENGANTAR .................................................................................... 3

DAFTAR ISI ................................................................................................... 4

BAB I. LAPORAN KASUS

1.1 Identitas .................................................................................................... 7

1.2 Anamnesa .................................................................................................. 7

1.3 Pemeriksaan fisik ....................................................................................... 8

1.4 Status oftalmologi....................................................................................... 8

1.5 Resume ....................................................................................................... 11

1.6 Diagnosis banding ....................................................................................... 12

1.7 Diagnosis kerja ............................................................................................ 12

1.8 Usulan pemeriksaan...................................................................................... 12

1.9 Usulan terapi ................................................................................................ 12

1.10 Prognosis ....................................................................................................12

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

4

Page 5: Presus Katarak Senilis Imatur Revisi

2.1 Katarak Senilis Imatur.................................................................................. 13

A. Definisi ................................................................................................. 13

B. Etiologi.................................................................................................. 13

C. Patofisiologi ..........................................................................................13

D. Gejala Klinis.......................................................................................... 14

E. Diagnosis .............................................................................................. 15

F. Diagnosis Banding.................................................................................16

G. Penatalaksanaan ....................................................................................16

H. Komplikasi.............................................................................................18

I. Prognosis................................................................................................19

2.2 Hipertensi Okular..........................................................................................19

A. Definisi.................................................................................................. 19

B. Gejala.................................................................................................... 19

C. Pemeriksaan...........................................................................................20

D. Penatalaksanaan.................................................................................... 22

E. Komplikasi.............................................................................................23

F. Prognosis............................................................................................... 23

2.3 Glaukoma Sudut Tertutup Kronik................................................................ 23

A. Definisi.................................................................................................. 23

B. Pemeriksaan Fisik..................................................................................23

5

Page 6: Presus Katarak Senilis Imatur Revisi

C. Penatalaksanaan.....................................................................................23

BAB III. PEMBAHASAN ................................................................................ 25

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................27

6

Page 7: Presus Katarak Senilis Imatur Revisi

BAB I

LAPORAN KASUS

1.1 Identitas Pasien

Nama : Ny. Sumiyati binti Sarijo

Umur : 55 tahun

Alamat : Jl. Kemuning II No.21 RT 010 RW 002 Kelurahan

Pulogadung Kecamatan Pulogadung Jakarta Timur

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Pendidikan : SMP

Agama : Islam

Suku Bangsa : Jawa

No. RM : 494691

1.2 Anamnesa

- Keluhan Utama : Penglihatan kedua mata kabur

- Keluhan Tambahan : Pusing

- Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke poliklinik mata dengan

keluhan penglihatan kedua mata kabur sejak 1 bulan yang lalu. Mata kanan

pasien dirasa lebih kabur dibandingkan dengan mata kirinya. Kabur dirasa

perlahan-lahan dan semakin lama semakin memberat hingga mengganggu

aktivitas pasien. Pasien merasa lebih sulit melihat benda-benda yang terletak

jauh dibandingkan dengan sebelumnya. Pasien juga mengeluh pandangan

berbayang pada kedua mata serta seperti melihat kabut atau asap dan pasien

sering merasa silau. Pusing dan pegal pada daerah mata disangkal. Nyeri pada

mata disangkal. Mata merah dan berair disangkal. Selain keluhan pada mata,

pasien juga mengeluhkan pusing. Pusing dirasa pada bagian kepala dan

7

Page 8: Presus Katarak Senilis Imatur Revisi

semakin bertambah sehingga mengganggu aktivitas. Pemakaian obat-obatan

anti radang dalam waktu yang lama disangkal.

- Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien tidak pernah mengalami hal ini

sebelumnya. Riwayat alergi, trauma, penggunaan kaca mata dan penyakit

sistemik seperti hipertensi dan diabetes mellitus disangkal oleh pasien.

- Riwayat Penyakit Keluarga : Keluarga pasien tidak ada yang mengalami

keluhan serupa.

- Riwayat Sosial : Pasien sehari-harinya merupakan seorang ibu rumah tangga.

Pendidikan terakhir pasien adalah Sekolah Menengah Pertama kelas 2.

- Riwayat Kebiasaan : Pasien mengaku sering mengkonsumsi jamu dua kali

sehari sejak usia muda. Pasien menyangkal memelihara hewan di rumah.

1.3 Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Tampak sakit ringan

Kesadaran : Compos mentis

Tekanan darah : 100/70 mmHg

1.4 Pemeriksaan Fisik Khusus / Status Oftalmologi

Okuli Dekstra (OD) Okuli Sinistra

Kedudukan bola mata

Gerak bola mata

Ortho

Baik ke segala arah

Ortho

Baik ke segala arah

Supra cilia

Madarosis

Sikatriks

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Palpebra superior

Edema

Hiperemi

Enteropion

Ekteropion

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

8

Page 9: Presus Katarak Senilis Imatur Revisi

Benjolan Tidak ada Tidak ada

Palpebra inferior

Edema

Hiperemi

Enteropion

Ekteropion

Benjolan

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Konjungtiva palpebra superior

Sekret mata

Hiperemi

Folikel

Papil

Sikatriks

Benjolan

Lain-lain

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Konjungtiva palpebra inferior

Sekret mata

Hipermi

Folikel

Papil

Sikatriks

Benjolan

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Konjungtiva bulbi

Kemosis

Hiperemi

- Konjungtiva

- Silier

Perdarahan di bawah

konjungtiva

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

9

Page 10: Presus Katarak Senilis Imatur Revisi

Pterigium

Pingueculae

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Kornea

Sikatriks

Infiltrat

Ulkus

Keratik presifitat

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Bilik Mata Depan

Kedalaman

Hifema

Hipopion

Dangkal

Tidak ada

Tidak ada

Dangkal

Tidak ada

Tidak ada

Iris – Pupil

Bentuk

Letak

Warna

Refleks cahaya langsung

RAPD

(Midriasis)

Bulat, reguler

Ditengah

Cokelat kehitaman

+

-

Bulat, reguler

Ditengah

Cokelat kehitaman

+

+

Lensa

Subluksasi

Dislokasi

Tes bayangan iris

Keruh

Tidak ada

Tidak ada

+

Keruh

Tidak ada

Tidak ada

+

Vitreus humor Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Funduskopi Refleks fundus + Refleks fundus +

Visus dan refraksi

Visus

Koreksi

Cyl

Axis

Add

3/60

S-4,00

-150

90

2,50

6/60

S-2,00

-

-

2,50

10

Page 11: Presus Katarak Senilis Imatur Revisi

Tonometri

Tonometri schiotz 7/7,5 ( 18,5 mmHg) 6/7,5 (21,9 mmHg)

1.5 Resume

Pasien perempuan 55 tahun, datang ke poliklinik mata dengan keluhan

penglihatan kedua mata kabur sejak 1 bulan lalu. Pasien merasa lebih sulit

melihat benda-benda yang terletak jauh dibandingkan dengan sebelumnya.

Pasien juga mengeluh pandangan berbayang pada kedua mata seperti melihat

kabut atau asap dan pasien sering merasa silau. Mata merah dan berair disangkal.

Penggunaan obat anti radang jangka panjang disangkal. Pasien memiliki

kebiasaan sering mengkonsumsi jamu sejak usia muda. Riwayat alergi, trauma,

diabetes mellitus dan hipertensi disangkal oleh pasien. Keluarga pasien tidak ada

yang mengalami hal yang serupa.

Pemeriksaan fisik:

Keadaan umum : tampak sakit ringan

Kesadaran : compos mentis

Tekanan darah : 100/70 mmHg

OD OS

4/60 PH 6/12 Visus 6/12 PH 6/7,5

Normal Palpebra Normal

Tenang Konjungtiva Tenang

Tenang Sklera Tenang

Normal Kornea Normal

Dangkal BMD Dangkal

Bulat, reguler,

bayangan iris positif

Iris Bulat, reguler,

bayangan iris positif

Rp (+) Pupil Rp (+)

Keruh Lensa Keruh

(+) Reflek fundus (+)

11

Page 12: Presus Katarak Senilis Imatur Revisi

18,5 mmHg TIO 21,9 mmHg

1.6 Diagnosis Banding

- Katarak Senilis Imatur ODS

- Hipertensi okular OS

- Glaukoma Sudut Tertutup Kronis OS

1.7 Diagnosis Kerja

Katarak senilis imatur ODS

1.8 Usulan Pemeriksaan

- Slitlamp

- Gonioskopi

1.9 Usulan Terapi

- Penggunaan kacamata

- ODS Ekstraksi Lensa

1.10 Prognosis

Dubia ad bonam

12

Page 13: Presus Katarak Senilis Imatur Revisi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Katarak Senilis Imatur

A. Definisi

Katarak senilis imatur merupakan salah satu stadium katarak senilis,

dimana pada stadium ini kekeruhan lensa belum terjadi disemua bagian lensa.

Kekeruhan pada stadium ini utamanya terjadi di bagian posterior dan belakang

nukleus lensa. Pada katarak imatur, volume lensa dapat bertambah akibat

meningkatnya tekanan osmotik bahan degeneratif lensa. Pada keadaan ini, lensa

akan mencembung dan dapat menimbulkan hambatan pupil sehingga terjadi

glaukoma sekunder.1,2

B. Etiologi

Penyebab katarak senilis sampai saat ini masih belum diketahui secara

pasti dan diduga multifaktorial. Beberapa penyebab katarak diantaranya adalah:5

- Faktor biologi, yaitu karena usia tua dan pengaruh genetik

- Faktor fungsional, yaitu akibat akomodasi yang sangat kuat sehingga

mempunyai efek buruk terhadap serabu-serabut lensa

- Faktor imunologik

- Gangguan yang bersifat lokal pada lensa, seperti gangguan nutrisi, gangguan

permeabilitas kapsul lensa, efek radiasi cahaya matahari.

- Gangguan metabolisme umum

C. Patofisiologi

Kekeruhan lensa dapat terjadi akibat hidrasi dan denaturasi protein lensa.

Dengan bertambahnya usia, ketebalan dan berat lensa akan meningkat sementara

daya akomodasinya akan menurun. Dengan terbentuknya lapisan konsentris baru

dari kortek, inti nucleus akan mengalami penekanan dan pengerasan. Proses ini

13

Page 14: Presus Katarak Senilis Imatur Revisi

dikenal sebagai sklerosis nuclear. Selain itu terjadi pula proses kristalisasi pada

lensa yang terjadi akibat modifikasi kimia dan agregasi protein menjadi high-

molecular-weight-protein. Hasil dari agregasi protein secara tiba tiba ini

mengalami fluktuasi refraktif index pada lensa sehingga menyebabkan cahaya

menyebar dan penurunan pandangan. Modifiaksi kimia dari protein nukleus lensa

juga menghasilkan pigmentasi progresif yang akan menyebabkan warna lensa

menjadi keruh. Perubahan lain pada katarak terkait usia juga menggambarkan

penurunan konsentrasi glutatin dan potassium serta meningkatnya konsentrasi

sodium dan calcium.2

Terdapat berbagai faktor yang ikut berperan dalam hilangnya transparasi

lensa. Sel epithelium lensa akan mengalami proses degeneratif sehingga

densitasnya akan berkurang dan terjadi penyimpangan diferensiasi dari sel-sel

fiber. Akumulasi dari sel-sel epitel yang hilang akan meningkatkan pembentukan

serat-serat lensa yang akan menyebabkan penurunan transparasi lensa. Selain itu,

proses degeneratif pada epithelium lensa akan menurunkan permeabilitas lensa

terhadap air dan molekul-molekul larut air sehingga transportasi air, nutrisi dan

antioksidan kedalam lensa menjadi berkurang. Peningkatan produk oksidasi dan

penurunan antioksidan seperti vitamin dan enzim-enzim superoxide memiliki

peran penting pada proses pembentukan katarak.6

D. Gejala Klinis

Seorang pasien dengan katarak senilis biasanya datang dengan riwayat

kemunduran secara progesif dan gangguan penglihatan. Penyimpangan

penglihatan bervariasi, tergantung pada jenis dari katarak ketika pasien datang.2

- Penurunan visus, merupakan keluhan yang paling sering dikeluhkan pasien

dengan katarak senilis.

- Silau, Keluhan ini termasuk seluruh spektrum dari penurunan sensitivitas

kontras terhadap cahaya terang lingkungan atau silau pada siang hari hingga

silau ketika mendekat ke lampu pada malam hari.

14

Page 15: Presus Katarak Senilis Imatur Revisi

- Perubahan miopik, Progesifitas katarak sering meningkatkan kekuatan

dioptrik lensa yang menimbulkan myopia derajat sedang hingga berat.

Sebagai akibatnya, pasien presbiopi melaporkan peningkatan penglihatan

dekat mereka dan kurang membutuhkan kaca mata baca, keadaan ini disebut

dengan second sight. Secara khas, perubahan miopik dan second sight tidak

terlihat pada katarak subkortikal posterior atau anterior.

- Diplopia monocular. Kadang-kadang, perubahan nuclear yang terkonsentrasi

pada bagian dalam lapisan lensa, menghasilkan area refraktil pada bagian

tengah dari lensa, yang sering memberikan gambaran terbaik pada reflek

merah dengan retinoskopi atau ophtalmoskopi langsung. Fenomena seperti ini

menimbulkan diplopia monocular yang tidak dapat dikoreksi dengan

kacamata, prisma, atau lensa kontak.

- Noda, berkabut pada lapangan pandang.

- Ukuran kaca mata sering berubah

E. Diagnosis

Diagnosis katarak senilis imatur dapat diperoleh dari gejala-gejala klinis

yang dialami serta pemeriksaan oftalmologi. Pasien pada katarak senilis imatur

biasanya datang dengan keluhan pandangan mata kabur serta silau. Sementara

pemeriksaan oftalmologi dapat dilakukan dengan menggunakan senter, slit lamp

dan funduskopi. Berikut merupakan hasil temuan pemeriksaan oftalmologi pada

katarak senilis dan katarak stadium lainnya.

Insipien Imatur Matur Hipermatur

Kekeruhan lensa Ringan Sebagian Komplit Masif

Cairan Lensa Normal Bertambah (air

masuk)

Normal Berkurang (air+masa

lensa keluar)

Iris Normal Terdorong Normal Tremulans

Bilik Mata Depan Normal Dangkal Normal Dalam

Sudut Bilik Mata Normal Sempit Normal Terbuka

Shadow Test Negatif Positif Negatif Pseudopositif15

Page 16: Presus Katarak Senilis Imatur Revisi

Visus (+) < << <<<

Penyulit - Glaukoma - Uveitis+glaucoma

Pada katarak senilis imatur, terdapat kekeruhan pada sebagaian lensa

yang dapat menimbulkan gangguan visus. Dengan koreksi, visus masih dapat

mencapai 1/60-6/6. Pada stadium ini, kekeruhan belum mengenai seluruh lapisan

lensa. Pada lensa normal yang tidak terdapat kekeruhan, sinar dapat masuk

kedalam mata tanpa ada yang dipantulkan. Oleh karena kekeruhan dibagian

posterior lensa, maka sinar obliq yang mengenai bagian yang keruh ini, akan

dipantulkan lagi, sehingga pada pemeriksaan, terlihat dipupil, ada daerah yang

terang sebagai reflek pemantulan cahaya pada daerah lensa yang keruh dan

daerah yang gelap, akibat bayangan iris pada bagian lensa yang keruh. Keadaan

ini disebut shadow test (+).

F. Diagnosis Banding

Kekeruhan badan kaca

Endopthalmitis

Glaukoma kronis

G. Penatalaksanaan

Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi jika

gejala katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang kala

cukup dengan mengganti kacamata sehingga didapatkan penglihatan maksimal.

Sejauh ini tidak ada obat-obatan yang dapat menjernihkan lensa yang keruh.

Namun, aldose reductase inhibitor, diketahui dapat menghambat konversi

glukosa menjadi sorbitol dan sudah memperlihatkan hasil yang menjanjikan

dalam pencegahan katarak gula pada hewan. Obat anti katarak lainnya sedang

diteliti termasuk diantaranya agen yang menurunkan kadar sorbitol, aspirin, agen

glutathione-raising, dan antioksidan vitamin C dan E.

16

Page 17: Presus Katarak Senilis Imatur Revisi

Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa.

Terdapat 2 tipe ekstraksi lensa yaitu intra capsuler cataract ekstraksi (ICCE) dan

ekstra capsuler cataract ekstraksi (ECCE). ECCE sendiri terdiri dari dua teknik

yaitu Small Incision Cataract Surgery (SICS) dan Phakoemulsifikasi.7

- Intra Capsuler Cataract Ekstraksi (ICCE)

Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama

kapsulnya. Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake

dan depindahkan dari mata melalui incisi korneal superior yang lebar.

Sekarang metode ini hanya dilakukan hanya pada keadaan lensa subluksatio

dan dislokasi. Pada ICCE tidak akan terjadi katarak sekunder dan merupakan

tindakan pembedahan yang sangat lama populer. ICCE tidak boleh dilakukan

atau kontraindikasi pada pasien berusia kurang dari 40 tahun yang masih

mempunyai ligamen hialoidea kapsular. Penyulit yang dapat terjadi pada

pembedahan ini astigmatisme, glukoma, uveitis, endoftalmitis, dan

perdarahan.

- Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE)

Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan

pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior

sehingga massa lensa dan kortek lensa dapat keluar melalui robekan.

Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan kelainan

endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa intra ocular posterior,

perencanaan implantasi sekunder lensa intra ocular, kemungkinan akan

dilakukan bedah glukoma, mata dengan prediposisi untuk terjadinya prolaps

badan kaca, mata sebelahnya telah mengalami prolap badan kaca, sebelumnya

mata mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid macular edema, pasca bedah

ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak

seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini

yaitu dapat terjadinya katarak sekunder.

17

Page 18: Presus Katarak Senilis Imatur Revisi

- Phakoemulsifikasi

Phakoemulsifikasi merupakan suatu teknik ekstraksi lensa dengan

memecah dan memindahkan kristal lensa. Pada tehnik ini diperlukan irisan

yang sangat kecil (sekitar 2-3mm) di kornea. Getaran ultrasonik akan

digunakan untuk menghancurkan katarak, selanjutnya mesin phako akan

menyedot massa katarak yang telah hancur sampai bersih. Sebuah lensa Intra

Okular yang dapat dilipat dimasukkan melalui irisan tersebut. Karena incisi

yang kecil maka tidak diperlukan jahitan dan irisan akan pulih dengan

sendirinya sehingga memungkinkan pasien dapat dengan cepat kembali

melakukan aktivitas sehari-hari. Tehnik ini bermanfaat pada katarak

kongenital, traumatik, dan kebanyakan katarak senilis. Tehnik ini kurang

efektif pada katarak senilis padat.

- Small Incision Cataract Surgery SICS

Teknik ini dipandang lebih menguntungkan karena lebih murah dan

proses penyembuhannya lebih cepat.

H. Komplikasi

- Komplikasi Intra Operatif

Edema kornea, COA dangkal, ruptur kapsul posterior, pendarahan atau efusi

suprakoroid, pendarahan suprakoroid ekspulsif, disrupsi vitreus, incacerata

kedalam luka serta retinal light toxicity.1,6,7

- Komplikasi dini pasca operatif

COA dangkal karena kebocoran luka dan tidak seimbangnya antara cairan

yang keluar dan masuk, adanya pelepasan koroid, block pupil dan siliar,

edema stroma dan epitel, hipotonus, brown-McLean syndrome (edema

kornea perifer dengan daerah sentral yang bersih paling sering)

Ruptur kapsul posterior, yang mengakibatkan prolaps vitreus

18

Page 19: Presus Katarak Senilis Imatur Revisi

Prolaps iris, umumnya disebabkan karena penjahitan luka insisi yang tidak

adekuat yang dapat menimbulkan komplikasi seperti penyembuhan luka

yang tidak sempurna, astigmatismus, uveitis anterior kronik dan

endoftalmitis.

Pendarahan, yang biasa terjadi bila iris robek saat melakukan insisi

- Komplikasi lambat pasca operatif

Ablasio retina

Endoftalmitis kronik yang timbul karena organissme dengan virulensi

rendah yang terperangkap dalam kantong kapsuler

Post kapsul kapacity, yang terjadi karena kapsul posterior lemah

Malformasi lensa intraokuler, jarang terjadi.

I. Prognosis

Jika katarak dapat dengan cepat terdeteksi serta mendapatkan pengobatan

dan pembedahan katarak yang tepat maka 95% penderita dapat melihat kembali

dengan normal. Dengan tehnik bedah yang mutakhir, komplikasi atau penyulit

menjadi sangat jarang. Hasil pembedahan yang baik dapat mencapai 95%. Pada

bedah katarak resiko ini kecil dan jarang terjadi. Keberhasilan tanpa komplikasi

pada pembedahan dengan ECCE atau fakoemulsifikasi menjanjikan prognosis

dalam penglihatan dapat meningkat hingga 2 garis pada pemeriksaan dengan

menggunakan snellen chart.

2.2 Hipertensi Okular

A. Definisi

Hipertensi okular adalah peningkatan tekanan intraokular tanpa kelainan

diskus optikus atau lapang pandang dan lebih sering dijumpai daripada glaukoma

sudut terbuka primer.

 Hipertensi okuli bukan merupakan suatu penyakit melainkan faktor

resiko glaukoma atau salah satu tanda kelainan yang terdapat pada penyakit

19

Page 20: Presus Katarak Senilis Imatur Revisi

glaukoma. Kurang dari 10% penderita hipertensi okuler akan berubah menjadi

glaukoma.

Angka terbentuknya glaukoma pada para pengidap hipertensi okular

adalah sekitar 5-10 per 1000 per tahun. Risiko meningkat seiring dengan

peningkatan tekanan intraokular, bertambahnya usia,riwayat glaukoma dalam

keluarga, miopia, diabetes melitus, dan penyakit kardiovaskular.Risiko itu juga

meningkat pada orang berkulit hitam. Timbulnya perdarahan diskus pada pasien

dengan hipertensi okular juga mengindikasikan peningkatan risiko terjadinya

glaukoma. Pasien hipertensi okular dianggap tersangka mengidap glaukoma dan

harus menjalani pemantauan teratur (satu sampai tiga kali setahun) diskus

optikus, tekanan intraokular, dan lapangan pandang.3

B. Gejala

Kebanyakan orang dengan hipertensi okular tidak mengalami gejala

apapun. Untuk alasan ini, pemeriksaan mata secara teratur dengan dokter mata

sangat penting untuk menyingkirkan segalakerusakan pada saraf optik dari

tekanan tinggi.

C. Pemeriksaan

1. Visus : bandingkan visus sekarang dengan visus yang diketahui sebelumnya

2. Pupil : ada/tidaknya defek afferen dari pupil (Marcus-Gunn) harus dilihat.

3. Pemeriksaan slit lamp dari segmen anterior :

a. Cornea : lihat tanda-tanda oedema microcystic (ditemukan hanya dengan

peninggian TIO yang tiba-tiba), keratic precipitates, pigmen di endothelium

(Krukenberg spindle),dan kelainan kongenital. 

b. Bilik mata depan : periksa apakah ada cell atau flare, uveitis, hyphema, dan

suduttertutup.

c. Iris : defek transiluminasi, atrophy iris, synechiae, rubeosis, ektropion uvea,

iris bombe, perbedaan dalam pewarnaan iris bilateral mungkin diobservasi.

20

Page 21: Presus Katarak Senilis Imatur Revisi

d. Lensa : periksa apakah ada perkembangan katarak (misalnya fakomorfik

glaucoma,PXF, fakolitik glaucoma dengan katarak Morgagni).

e. Saraf optik/Lapisan serabut saraf : pemeriksaan stereoskopik untuk

buktikan tidak adanya kerusakan glaukomatous termasuk ratio cup-to-disc

pada bidang horizontal danvertical, penampakan dari disc, pembesaran cup

yang progresif, bukti kerusakan lapisanserabut saraf dengan filter red-free,

notching atau penipisan dari disc rim (terutama pada pole superior atau

inferior), pallor, timbul perdarahan (biasanya daerah inferotemporal), tidak

simetrisnya disc, atrophy parapapillary atau abnormalitas saraf kongenital.

f. Fundus : abnormalitas lain yang biasa dianggap sebagai defek lapang

pandangannonglaukomatous atau kehilangan penglihatan termasuk disc

drusen, optic pits, penyakitretina, perdarahan vitreous, atau retinopati

proliferatif.

4. Tonometri

Tonometri merupakan pemeriksaan untuk menentukan tekanan bola

mata seseorang berdasarkan fungsinya di mana tekanan bola mata merupakan

keadaan mempertahankan bolamata sehingga tekanan bola mata yang normal

tidak akan memberikan kerusakan saraf optik atauyang terlihat sebagai

kerusakan dalam bentuk kerusakan glaukoma pada papil saraf optik.

Batastekanan bola mata tidak sama pada setiap individu, karena dapat saja

tekanan ukuran tertentumemberikan kerusakan pada papil saraf optik pada

orang tertentu. Untuk hal demikian yangdapat kita temukan kemungkinan

tekanan tertentu memberikan kerusakan. Dengan tonometer Schiotz tekanan

bola mata penderita diukur.

Dikenal 4 bentuk cara pengukuran tekanan bola mata:

1. Palpasi, kurang tepat karena tergantung faktor subjektif.

2. Identasi tonometri, dengan memberi beban pada permukaan kornea.

3.Aplanasi tonometri, mendatarkan permukaan kecil kornea.

4. Tonometri udara (air tonometri), kurang tepat karena dipergunakan di ruang

terbuka.Pada keadaan normal tekanan bola mata tidak akan mengakibatkan

21

Page 22: Presus Katarak Senilis Imatur Revisi

kerusakan pada papilsaraf optik. Reaksi mata tidak sama pada setiap orang,

sehingga tidaklah sama tekanan normal pada setiap orang. Tujuan

pemeriksaan dengan tonometer atau tonometri untuk mengetahuitekanan bola

mata seseorang. Tonometer yang ditaruh pada permukaan mata atau kornea

akanmenekan bola mata ke dalam. Tekanan ke dalam ini akan mendapatkan

perlawanan tekanan daridalam bola mata melalui kornea.

5. Gonioskopi

Dilakukan untuk memeriksa drainase sudut mata, untuk

melakukannya, lensa kontak khusus ditempatkan pada mata. Tes ini penting

untuk menentukan apakah sudut terbuka,menyempit, atau tertutup dan untuk

menyingkirkan kondisi lainnya yang dapat menyebabkantekanan intraokular

tinggi.

6. Visual cek uji coba lapangan perifer

Biasanya dengan menggunakan mesin otomatis bidang visual. Tes ini

dilakukan untuk menyingkirkan segala bidang visual cacat akibat glaukoma.

pengujian lapang Visual mungkin perlu diulang. Jika ada risiko kerusakan

rendah, glaukoma, kemudian menguji dapat dilakukanhanya sekali setahun.

Jika ada risiko tinggi kerusakan glaukoma, kemudian menguji dapatdilakukan

sesering setiap 2 bulan.

7. Pachymetry (ketebalan kornea)

Diperiksa oleh probe USG untuk menentukan akurasi pembacaan

tekanan intraokular. Sebuah kornea tipis dapat memberikan salah pembacaan

tekanan rendah, sedangkan tebal korneadapat memberikan salah pembacaan

tekanan tinggi

D. Penatalaksanaan

Hipertensi okuler sebagian besar diobati dengan pilocarpine, timolol,

acetazolamide dan  clonidine. Laser dan therapy operasi tidak dapat menjadi

pertimbangan untuk pengobatan hipertensi okuli sebab resikonya lebih besar

daripada resiko timbulnya kerusakan glaucomatous dari hipertensi okuli.

22

Page 23: Presus Katarak Senilis Imatur Revisi

E. Komplikasi

Dengan kontrol tekanan intra okuli yang jelek, berlanjut dengan

timbulnya perubahan pada saraf optik dan lapang pandangan.

F. Prognosis

Prognosis sangat baik untuk pasien-pasien dengan hipertensi okuli.

Dengan follow-up yang sangat baik ditambah dengan obat-obatan, kebanyakan

pasien-pasien hipertensi okuli tidak  berkembang menjadi glaukoma sudut

terbuka primer, dan mereka tetap mempunyai penglihatan yang bagus seumur

hidup mereka.

2.3 Glaukoma Sudut Tertutup Kronis

A. Definisi

Glaukoma jenis ini adalah glaukoma primer yang ditandai dengan

tertutupnya trabekulum oleh iris perifer secara perlahan. Bentuk primer

berkembang pada mereka yang memiliki faktor predisposisi anatomi berupa

sudut bilik mata depan yang tergolong sempit. Glaukoma tersebut dapat pula

berkembang dari bentuk intermitten, subakut, atau dari glaukoma sudut tertutup

primer yang tidak mendapat pengobatan, pengobatan yang tidak sempurna, atau

setelah terapi iridektomi perifer/trabekulektomi (glaukoma residual).

B. Pemeriksaan Fisik

• Peningkatan TIO

• Sudut coa yang sempit

• Sinekia anterior ( dengan tingkatan yang bervariasi )

• Kelainan diskus optikus dan lapangan pandang.

C. Penatalaksanaan

• Terapi  medikamentosa  diberikan  baik  sebelum  terapi  iridektomi  perifer

maupun setelahnya

23

Page 24: Presus Katarak Senilis Imatur Revisi

• Tindakan bedah trabekulektomi bila TIO diatas 21 mmHg setelah tindakan

Iridektomi perifer dan medikamentosa.

• Tindakan bedah kombinasi trabekulektomi dan katarak bila ada indikasi

keduanya

24

Page 25: Presus Katarak Senilis Imatur Revisi

BAB III

PEMBAHASAN

Pasien perempuan berumur 55 tahun dengan keluhan utama pasien adalah

penglihatan kedua mata kabur secara perlahan-lahan sejak 1 bulan yang lalu. Keluhan

dirasakan semakin memberat hingga mengganggu aktivitasnya. Pasien merasa lebih

sulit melihat benda-benda yang terletak jauh dibandingkan dengan sebelumnya.

Pasien juga mengeluh pandangan berbayang pada kedua mata seperti melihat kabut

atau asap. Gejala-gejala yang dialami pasien ini sesuai dengan kepustakaan yang

menuju kearah katarak. Katarak merupakan kekeruhan pada lensa sehingga

mengakibatkan penurunan tajam penglihatan. Tingkat kekaburan yang dialami pasien

bervariasi tergantung dari tingkat kekeruhan lensa. Lensa pasien katarak akan

semakin cembung akibat proses hidrasi korteks, sehingga indeks refraksi berubah

karena daya biasnya bertambah dan mata menjadi myopia. Usia pasien yang lebih

dari 50 tahun merupakan salah satu penentu jenis katarak. Jenis katarak yang sesuai

adalah katarak senilis. Nyeri pada mata disangkal. Mata merah dan berair disangkal.

Hal ini menyatakan bahwa tidak ada tanda-tanda peradangan pada mata.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan visus pasien kurang dari 6/6, terdapat

kekeruhan pada kedua lensa yang jika disinari dengan menggunakan senter pada

kemiringan 45o menimbulkan bayangan iris. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang

menyatakan bahwa pada lensa normal yang tidak terdapat kekeruhan, sinar dapat

masuk kedalam mata tanpa ada yang dipantulkan. Jika kekeruhan lensa hanya

sebagian saja, maka sinar obliq yang mengenai bagian yang keruh ini, akan

dipantulkan lagi, sehingga pada pemeriksaan, terlihat dipupil, ada daerah yang terang

sebagai reflek pemantulan cahaya pada daerah lensa yang keruh dan daerah yang

gelap, akibat bayangan iris pada bagian lensa yang keruh. Keadaan ini disebut

bayangan iris (+). Pada pemeriksaan opthalmologi, tidak ditemukan adanya hiperemi

pada konjungtiva serta rasa nyeri pada mata (-). Pada funduskopi, didapatkan reflex

fundus yang (+). Adanya bayangan iris mengarah kepada katarak senilis imatur. Dari

25

Page 26: Presus Katarak Senilis Imatur Revisi

hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik, didapatkan diagnosis yang sesuai adalah

katarak senilis imatur.

Usulan pemeriksaan yang dilakukan pada pasien ini adalah pemeriksaan slit

lamp untuk lebih memastikan kekeruhan yang terjadi pada lensa dan segmen

posterior bola mata serta menilai keadaan retina pasien serta gonioskopi untuk

mengetahui lebar sudut kamera anterior.

Penatalaksanaan pada katarak imatur adalah penggunaan kaca mata sehingga

pasien mampu beraktivitas dengan baik. Namun jika hal ini masih dirasa

mengganggu oleh pasien, dapat dilakukan ekstraksi lensa. Ekstraksi lensa dapat

dilakukan dengan metode ECCE + IOL atau Fakoemulsifikasi + IOL. Dimana

pemilihan teknik operasi ini juga diserahkan pada pasien, namun sebelumnya kita

harus memberikan edukasi mengenai kelebihan ataupun kekurangan dari masing-

masing teknik tersebut. Pada ECCE + IOL, pembedahan yang dilakukan lebih lebar

dibandingkan dengan teknik fakoemulsifikasi sehingga proses penyembuhan akan

berlangsung lebih lama dan kemungkinan terjadinya astigmatisma juga lebih besar.

Sementara teknik fakoemulsifikasi memiliki komplikasi astigmatisma yang lebih

kecil hanya saja biayanya lebih mahal dibandingkan dengan ECCE.

Prognosis pasien ini baik, hal ini disebabkan karena katarak merupakan suatu

kekeruhan pada lensa yang dapat diperbaiki. Sehingga tajam penglihatan pasien

setelah dioperasi akan lebih baik dibandingkan dengan sebelum dioperasi.

26

Page 27: Presus Katarak Senilis Imatur Revisi

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas, Sidarta. 2009. Ilmu Penyakit Mata. 3rd ed. Jakarta: Balai Penerbit

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

2. Khalilullah, Said Alvin. 2010. Patologi dan Penatalaksanaan pada Katarak

Senilis.

3. Vaughan, Daniel G; Asbury, Taylor and Eva, Paul Riordan. 2000.

Oftalmologi Umum. 14th ed. Jakarta : Widya Medika.

4. Victor, Vicente. 2012. Senile Cataract. Available from : www.medscape.com.

5. Faradila, Nova. 2009. Glaukoma dan Katarak Senilis. Riau: Fakultas

Kedokteran Universitas Riau

6. Zulkifli, MS. 2009. Katarak Senilis. Available from : www.blogsehat.com

7. Riordan-Eva, P, Whitcher, J P : Vaughan & Asbury’s General

Ophthalmology, Sixteenth edition, Mc Graw Hill Companies, Inc, Boston,

Singapore, International Edition 2004.

27