laporan kasus katarak imatur

30
I. STATUS PASIEN I. IDENTITAS Nama : Tn. E Jenis kelamin : Laki-Laki Umur : 73 tahun Agama : Islam Pekerjaan : Purnawirawan TNI AD Alamat : Gg.Langgar, Kelurahan Cawang, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur. Tanggal pemeriksaan : 1 September 2014 II. ANAMNESA Anamnesis : Autoanamnesis Keluhan utama : Penglihatan mata kiri buram dan memburuk sejak 1 tahun yang lalu Keluhan tambahan : Silau ketika melihat cahaya/lampu Riwayat perjalanan penyakit : Pasien mengeluh penglihatan mata kiri buram sejak 1 tahun yang lalu. Pasien mengaku penglihatannya menjadi sangat kabur dalam 1 bulan terakhir.Pasien mendeskripsikan pandangan yang buram seperti berkabut. Pasien mengaku bahwa mata kanan juga buram namun tidak seburam mata kiri.Tidak ada faktor yang memperburuk atau 1

Upload: arisrahmanda

Post on 26-Dec-2015

2.157 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Laporan Kasus Katarak

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Kasus Katarak Imatur

I. STATUS PASIEN

I. IDENTITAS

Nama : Tn. E

Jenis kelamin : Laki-Laki

Umur : 73 tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Purnawirawan TNI AD

Alamat : Gg.Langgar, Kelurahan Cawang, Kecamatan Kramat Jati,

Jakarta Timur.

Tanggal pemeriksaan : 1 September 2014

II. ANAMNESA

Anamnesis : Autoanamnesis

Keluhan utama : Penglihatan mata kiri buram dan memburuk sejak 1 tahun

yang lalu

Keluhan tambahan : Silau ketika melihat cahaya/lampu

Riwayat perjalanan penyakit :

Pasien mengeluh penglihatan mata kiri buram sejak 1 tahun yang lalu. Pasien

mengaku penglihatannya menjadi sangat kabur dalam 1 bulan terakhir.Pasien

mendeskripsikan pandangan yang buram seperti berkabut. Pasien mengaku bahwa

mata kanan juga buram namun tidak seburam mata kiri.Tidak ada faktor yang

memperburuk atau memperingan gejala tersebut.Keluhan pasien tidak disertai dengan

mata merah ataupun nyeri pada matanya.

Pasien menjelaskan menggunakan kacamata untuk membaca.Pasien

menggunakan kacamata baca dengan ukuran S+2.75 pada kedua lensa kacamatanya.

Pasien mengaku tidak memiliki keluhan melihat seperti ada benda-benda

1

Page 2: Laporan Kasus Katarak Imatur

berterbangan yang mengikuti arah gerak mata.Pasien juga merasa lebih silau ketika

melihat cahaya/lampu dibanding beberapa tahun sebelumnya. Pasien menyangkal

mempunyai keluhan sering menabrak saat berjalan. Pasien juga menyangkal susah

melihat ketika dalam ruangan atau dalam keadaan gelap.Pasien menyangkal

mempunyai diabetes mellitus. Pasien memiliki kebiasaan merokok, menghabiskan

sekitar 1 sampai 2 bungkus per hari sejak berusia 25 tahun. Pasien berhenti merokok

pada usia 55 tahun Pasien menyangkal mempunyai riwayat pemakaian obat tetes mata

atau konsumsi obat dalam waktu lama.

Riwayat penyakit dahulu :

Riwayat diabetes melitus, penyakit jantung, dan trauma pada mata disangkal.

Pasien memiliki hipertensi sejak berusia 50 tahun dan rutin kontrol kedokter.Pasien

menyangkal mempunyai keluhan yang sama sebelumnya

Riwayat alergi : Disangkal.

Riwayat penyakit keluarga : Tidak ada anggota keluarga yang mengalami sakit

serupa dengan pasien

III. PEMERIKSAAN FISIK

a. Status generalis:

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : compos mentis

Tanda-tanda vital

Tekanan darah : 140/80 mmHg

Nadi : 80x per menit

Suhu : Afebris

Laju pernafasan : 16x per menit

Kepala : Normocephal, tidak terdapat deformitas

Telinga : Discharge (-)

2

Page 3: Laporan Kasus Katarak Imatur

Hidung : Deviasi septum (-), discharge (-), epistaksis (-)

Mulut : Karies gigi (-)

Leher : Kelenjar getah bening tidak mengalami pembesaran

Thorax

Jantung : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Paru : Suara napas dasar vesikuler, rhonki (-), wheezing (-)

Abdomen : Cembung, supel, nyeri tekan (-), bising usus (+) N.

Ekstremitas : Hangat, udema -/-, deformitas (-)

b. Status oftalmologis

KETERANGAN OD OS

1. VISUS

Tajam penglihatan 0.3f PH (+) 1/60 PH(-)

Koreksi S + 1 0.5f Tidak dapat dikoreksi

Addisi S+2.75 S+2.75

Distansia Pupil 60/58 mm

Kaca mata lama S+2.00, Addisi S+2.75 Plano, Addisi S+2.75

2. KEDUDUKAN BOLA MATA

Eksoftalmus Tidak ada Tidak ada

Endoftalmus Tidak ada Tidak ada

Deviasi Tidak ada Tidak ada

Gerakan mata Baik ke segala arah Baik ke segala arah

3. SUPRA SILIA

Warna Hitam Hitam

Letak Simetris Simetris

4. PALPEBRA SUPERIOR DAN INFERIOR

Edema Tidak Ada Tidak Ada

Nyeri tekan Tidak Ada Tidak Ada

3

Page 4: Laporan Kasus Katarak Imatur

Ektropion Tidak Ada Tidak Ada

Entropion Tidak Ada Tidak Ada

Blefarospasme Tidak Ada Tidak Ada

Trikiasis Tidak Ada Tidak Ada

Sikatriks Tidak Ada Tidak Ada

Fisura palpebra 9 mm 9 mm

Hordeolum Tidak Ada Tidak Ada

Kalazion Tidak Ada Tidak Ada

Ptosis Tidak Ada Tidak Ada

5. KONJUNGTIVA TARSAL SUPERIOR DAN INFERIOR

Hiperemis Tidak Ada Tidak Ada

Folikel Tidak Ada Tidak Ada

Papil Tidak Ada Tidak Ada

Sikatriks Tidak Ada Tidak Ada

Anemia Tidak Ada Tidak Ada

Kemosis Tidak Ada Tidak Ada

6. KONJUNGTIVA BULBI

Injeksi konjungtiva Tidak Ada Tidak Ada

Injeksi siliar Tidak Ada Tidak Ada

Perdarahan subkonjungtiva Tidak Ada Tidak Ada

Pterigium Tidak Ada Tidak Ada

Pinguekula Tidak Ada Tidak Ada

Nervus pigmentosus Tidak Ada Tidak Ada

7. SISTEM LAKRIMALIS

Punctum lakrimal Terbuka Terbuka

Tes Anel + +

8. SKLERA

Warna Putih Putih

Ikterik Tidak Ada Tidak Ada

9. KORNEA

4

Page 5: Laporan Kasus Katarak Imatur

Kejernihan Jernih Jernih

Permukaan Licin Licin

Ukuran 12 mm 12 mm

Sensibilitas Baik Baik

Infiltrat Tidak ada Tidak ada

Ulkus Tidak ada Tidak ada

Perforasi Tidak ada Tidak ada

Arkus senilis Ada Ada

Edema Tidak ada Tidak ada

Tes Plasido Reguler Reguler

10. BILIK MATA DEPAN

Kedalaman Dalam Dalam

Kejernihan Jernih Jernih

Hifema Tidak ada Tidak ada

Hipopion Tidak ada Tidak ada

Efek Tyndall Tidak ada Tidak ada

11. IRIS

Warna Coklat Coklat

Kripte Jelas Jelas

Bentuk Bulat Bulat

Sinekia Tidak ada Tidak ada

Koloboma Tidak ada Tidak ada

12. PUPIL

Letak Sentral Sentral

Bentuk Bulat Bulat

Ukuran 5 mm 5 mm

Refleks cahaya langung + +

Refleks cahaya tidak langsung + +

13. LENSA

Kejernihan Keruh Keruh

5

Page 6: Laporan Kasus Katarak Imatur

Letak Menyeluruh Ditengah

Tes Shadow + +

14. BADAN KACA

Kejernihan Jernih Sulit dinilai

15. FUNDUS OKULI

a. Reflex fundus Positif suram Positif sangat suram

b. Papil

o Bentuk Bulat Sulit dinilai

o Warna Kuning kemerahan Sulit dinilai

o Batas Tegas Sulit dinilai

o Warna Kuning kemerahan Sulit dinilai

o C/D Ratio 0.3 Sulit dinilai

c. A/V Ratio 2/3 Sulit dinilai

d. Retina

o Edema Tidak ada Sulit dinilai

o Perdarahan Tidak ada Sulit dinilai

o Exudat Tidak ada Sulit dinilai

o Sikatriks Tidak ada Sulit dinilai

e. Makula lutea

o Refleks fovea Positif Positif suram

o Edema Tidak ada Sulit dinilai

o Pigmentosa Tidak ada Sulit dinilai

16. PALPASI

Nyeri tekan Tidak Ada Tidak Ada

Massa tumor Tidak Ada Tidak Ada

Tensi okuli (digital) N+0/P N+0/P

Tonometer Schiotz 14.3 mmHg 13.1 mmHg

17. KAMPUS VISI

Tes konfrontasi Sama dengan pemeriksa Sama dengan pemeriksa

Keadaan mata pasien saat diperiksa :

6

Page 7: Laporan Kasus Katarak Imatur

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG:

1. Biometri Oculi Sinistra

2. Pemeriksaan laboratorium darah :

a. Hb,Hct, Leukosit, Trombosit, PT dan aPTT

b. Pemeriksaan glukosa darah

3. Pemeriksaan EKG dan konsultasi ke departemen Jantung

V. RESUME:

Pasien laki-laki berumur 73 tahun datang ke RSPAD Gatot Soebroto dengan keluhan

pengelihatan mata kirinya buram sejak 1 tahun yang lalu, memburuk dalam satu bulan

terakhir. Pasien mengaku bahwa mata kananya juga buram namun tidak separah mata

kiri.Buram yang pasien rasakan adalah seperti berkabut.Pasien menyangkal adanya

keluhan mata merah dan nyeri pada matanya.Pasien memakai kacamata untuk

membaca dengan ukuran S+2.75 sebelumnya. Pasien merasa lebih silau ketika

melihat cahaya/lampu. Pasien menyangkal memiliki riwayat Diabetes Mellitus, pasien

memiliki hipertensi yang terkontrol sejak usia 50 tahun. Pada pemeriksaan fisik

Gambar Oculi Dextra Gambar Oculi Sinistra

7

Page 8: Laporan Kasus Katarak Imatur

didapati pada OD, visus 0.3 dan kekeruhan pada lensa yang menyeluruh dengan

shadow test positif. Pada OS, visus 1/60,dan kekeruhan pada lensa yang menyeluruh

dengan shadow test positif. Funduskopi dari mata kanan pasien didapatkan dalam

batas normal, hasil funduskopi mata kiri pasien sulit dinilai karena terhalang oleh

kekeruhan lensa.

VI. DIAGNOSIS KERJA:

OD: Katarak senilis stadium Imatur

Presbiopia

OS : Katarak senilis stadium Imatur

Presbiopia

VII. DIAGNOSIS BANDING:

Retinopati Hipertensi

VIII. PENATALAKSANAAN:

1. Non Medikamentosa:

- Edukasi penyakit katarak

- Modifikasi gaya hidup dengan mengurangi faktor risiko, diet dan olahraga teratur.

2. Tindakan operasi :

- OS: Operasi ECCE (Extracapsular Cataract Extraction), Fakoemulsifikasi + IOL.

3. Kacamata :

Sebelum operasi, dapat diberikan kacamata dengan ukuran koreksi sebagai berikut

untuk membantu penglihatan pasien.Namun pemberian kacamata disarankan diberikan

setelah satu bulan pasca operasi dan setelah visus pasien dievaluasi ulang.Alasan

pemberian kacamata sebulan paska operasi mengingat pertimbangan ekonomi dan

efisiensi dalam pemberian kacamatanya, karena visus pasien juga akan berubah dengan

operasi diakibatkan penanaman lensa intraokuler.

8

Page 9: Laporan Kasus Katarak Imatur

- OD : S+1 add S+ 2.75

- OS : Plano add S+2.75

PROGNOSIS

a. Ad vitam: ad bonam

b. Ad fungsionam: ad bonam

c. Ad sanationam: ad bonam

IX. ANALISA KASUS

Diagnosis pada pasien ini adalah:

OD: Katarak senilis stadium imatur

Presbiopia

OS: Katarak senilis stadium imatur

Presbiopia

Identifikasi masalah pasien :

A. Identitas

Umur pasien 73 tahun, pasien memiliki faktor predisposisi menderita katarak senilis

yaitu kekeruhan pada lensa pada usia diatas 50 tahun.

B. Anamnesis:

Keluhan utama pasien adalah penurunan fungsi penglihatan yang progresif,

sejak 1 tahun lalu dan mulai memburuk terutama pada 1 bulan terakhir. Penyakit ini

masuk dalam kelompok penyakit visus turun perlahan tanpa mata merah. Dari

kelompok ini kemungkinan penyakit lainnya adalah kelainan refraksi, katarak,

glaukoma kronis serta kelainan makula dan retina. Penglihatan buram pasien

dideskripsikan seperti berkabut, lebih berat di mata kiri daripada mata kanan, pasien

juga merasa cahaya/lampu menjadi lebih silau dari sebelum-sebelumnya. Ini

9

Page 10: Laporan Kasus Katarak Imatur

merupakan gejala penurunan visus dan glare yang terdapat pada katarak. Pasien

mengaku memakai kacamata untuk membaca dengan ukuran S +2.75 pada kedua

lensa, hal ini menunjukan terdapatnya kelainan refraksi pada pasien ini, ditinjau dari

segi usia, pasien menderita presbiopia. Pasien menyangkal mempunyai keluhan sering

menabrak saat berjalan yang menunjukan adanya gangguan dalam penyempitan

lapanagan pandang. Pasien juga menyangkal mempunyai gangguan beradaptasi dalam

melihat gelap.Pasien menyangkal mempunyai diabetes mellitus. Pasien memiliki

kebiasaan merokok, menghabiskan sekitar 1 sampai 2 bungkus per hari sejak berusia

25 tahun. pasien berhenti merokok pada usia 55 tahun Pasien menyangkal mempunyai

riwayat pemakaian obat tetes mata atau konsumsi obat dalam waktu lama.

C. Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan oftalmologis didapatkan:

Pada OD: 1. Visus 0.3f, koreksi S+1 0.5

2. Lensa yang keruh shadow test (+).

3. Non contact tonometri: 14.9 mmHg

4. Tes konfrontasi normal

OD memiliki visus 0.3 menjadi 0.5 setelah dikoreksi dengan lensa S+1.Pada

mata kanan, terdapat kekeruhan pada lensa dengan shadow test (+) sugestif katarak

imatur. Tes konfrontasi normal dengan TIO normal menyingkirkan glaukoma kronik.

Pada OS: 1. Visus 1/60

2. Lensa yang keruh dengan shadow test (+).

3. Non contact tonometri: 13.5 mmHg

4. Tes konfrontasi normal

OS memiliki visus 1/60 yang menjadi 0.3 setelah dikoreksi dengan lensa keruh

dengan shadow test (+) sugestif katarak imatur. Tes konfrontasi normal dengan TIO

normal menyingkirkan glaukoma kronik.

10

Page 11: Laporan Kasus Katarak Imatur

Funduskopi pada mata kanan dalam batas normal, namun pada mata kiri sulit

dinilai karena lensa yang keruh akibat katarak. Pada pasien ini, diagnosis DM tipe 2

belum dapat disingkirkan karena belum dilakukan pemastian lewat kadar gula darah

pasien maka masih ada kemungkinan pasien menderita retinopati diabetes namun

retina belum dapat dinilai.

D. Pemeriksaan anjuran:

1. Biometri OD: untuk persiapan operasi, untuk pemilihan ukuran lensa

intraokuler.

2. Pemeriksaan Hb, Hct, Leukosit, Trombosit, PT dan aPTT: persiapan operasi

serta menilai fungsi hemostasis.

3. Pemeriksaan glukosa darah : untuk melihat apakah gula darah dalam kondisi

yang baik untuk operasi agar tidak terjadi komplikasi seperti ketoasidosis dan

untuk memastikan apakah pasien memiliki Diabetes Mellitus dalam pemberian

penatalaksanaan medikamentosa dan non-medikamentosa

4. Pemeriksaan EKG dan konsultasi ke jantung: untuk melihat apakah ada

kelainan dengan irama atau fungsi jantung untuk menilai kesiapan pasien

untuk operasi dan pemilihan jenis anestesi.

E. Penatalaksanaan

1. Non Medikamentosa:

- Edukasi tentang penyakit katarak

- Modifikasi gaya hidup dengan mengurangi faktor resiko, diet dan olahraga

teratur. Pasien juga dianjurkan untuk berhenti merokok, karena rokok

meningkatkan risiko kardiovaskular, yang mana pada pasien ini risiko tersebut

sudah tinggi akibat pasien menderita hipertensi, serta untuk memperlambat

perburukan katarak pada mata kiri.

2. Tindakan operasi:

OS: Operasi ECCE (Extracapsular Cataract Extraction), fakoemulsifikasi + IOL.

11

Page 12: Laporan Kasus Katarak Imatur

Dilakukan sebagai terapi definitif untuk katarak matur atas indikasi untuk

perbaikan visus. Dipilih ECCE dengan fakoemulsifikasi + IOL, karena insisi pada

kornea yang dibutuhkan lebih kecil dengan resiko astigmatisme post-operatif yang

lebih kecil daripada ICCE. Komplikasi yang lebih sedikit dan pemulihan visus yang

lebih cepat.

3. Kacamata:

Berdasarkan usia, pasien dapat diberikan koreksi lensa maksimal S+3 untuk

kacamata jarak dekat supaya dapat mengatasi gangguan refraksi presbiopia karena

usia, namun pemberian koreksi lensa tergantung dari kenyamanan pasien, pada pasien

ini lebih nyaman menggunakan lensa dengan ukuran S+2.75.

Sebelum operasi, pasien dapat diberikan kacamata, namun pemberian

kacamata disarankan diberikan setelah satu bulan pasca operasi dan setelah visus

pasien dievaluasi ulang.Alasan pemberian kacamata sebulan paska operasi mengingat

pertimbangan ekonomi dan efisiensi dalam pemberian kacamatanya, karena visus

pasien juga akan berubah dengan operasi diakibatkan penanaman lensa intraokuler.

12

Page 13: Laporan Kasus Katarak Imatur

II. TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI

Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi

(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat kedua-duanya.

Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak

mengalami perubahan dalam waktu yang lama.

KLASIFIKASI

A. Klasifikasi etiologi

I. Katarak kongenital

II. Katarak akuisita

1. Katarak senilis

2. Katarak traumatik

3. Katarak komplikata

4. Katarak metabolik

5. Katarak oleh karena cedera listrik

6. Katarak oleh karena radiasi

7. Katarak oleh karena logam berat

dan obat-obatan

8. Katarak yang berhubungan dengan penyakit kulit

9. Katarak yang berhubungan dengan penyakit tulang

10. Katarak dengan sindroma lainnya seperti sindroma Down

B. Klasifikasi morfologis

1. Katarak kapsular: meliputi kapsul

i. Katarak kaspular anterior

ii. Katarak kapsular posterior

2. Katarak subkapsular: mengenai bagian superfisial dari korteks (dibawah kapsul)

i. Katarak subkapsular anterior

ii. Katarak subkapsular posterior

3. Katarak kortikal: meliputi sebagian besar dari korteks

4. Katarak supranuklear: meliputi bagian dalam korteks (diluar nukelus)

13

Page 14: Laporan Kasus Katarak Imatur

5. Katarak nuklear: meliputi nukelus dari lensa

6. Katarak polaris: meliputi kapsul dan bagian superfisial dari korteks pada daerah

polar

i. Katarak polaris anterior

ii. Katarak polaris posterior

KATARAK SENILIS

Katarak senilis (age-related cataract) merupakan jenis katarak didapat (akuisita)

yang paling sering ditemukan pada laki-laki maupun perempuan, biasanya berusia di atas 50

tahun. Pada usia sekitar 70 tahun, hampir 90% individu menderita katarak. Kondisi

kekeruhan biasanya bilateral akan tetapi hampir selalu kondisi salah satu mata lebih berat dari

mata lainnya. Secara morfologis katarak senilis dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu katarak

kortikal dan katarak nuklear. Kedua jenis katarak ini sering terjadi secara bersamaan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi tipe, maturasi dan usia munculnya katarak senilis:

- Keturunan : mempengaruhi peran genetik dalam mulainya awitan seorang individu

terkena katarak dan maturasi dari kataraknya tersebut,

- Radiasi Ultraviolet: paparan UV yang tinggi mempercepat maturasi dan usia

munculnya katarak.

- Faktor diet: Defisiensi dari beberapa jenis protein, asam amino dan vitamin C, E serta

riboflavin dihubungkan dengan kecepatan maturasi dan usia munculnya katarak

- Krisis dehidrasi: Riwayat dehidrasi berat seperti pada kolera meningkatkan resiko.

- Merokok: merokok mempercepat munculnya katarak. Merokok menyebabkan

penumpukan molekul berpigmen -3 hydroxykhynurine dan chromophores, yang

menyebabkan terjadinya penguningan warna lensa, yang menyebabkan kekuningan.

Sianat dalam rokok juga menyebabkan terjadinya karbamilasi dan denaturasi protein.

14

Page 15: Laporan Kasus Katarak Imatur

Stadium maturasi katarak senilis :

A. Maturasi dari katarak senilis tipe kortikal

I. Stadium katarak insipien

Merupakan stadium yang paling dini, yang belum menimbulkan gangguan

visus.Kekeruhan terutama terdapat pada bagian perifer berupa berca-bercak seperti jari-jari

roda, terutama mengenai korteks anterior, sedang aksis relatif masih jernih.Gambaran berupa

Spokes of a wheel.

Gambar : Katarak stadium insipien “Spokes of a wheel”

II. Katarak senilis imatur:

Lensa terlihat putih keabu-abuan, namun masih terdapat korteks yang jernih, maka

terdapat iris shadow.Kekeruhan terdapat dibagian posterior dan bagian belakang nukleus

lensa.Pada stadium ini mungkin terjadi hidrasi kroteks, yang mengakibatkan lensa menjadi

cembung, sehingga indeks refraksi berubah karena daya biasnya bertambah dan mata menjadi

miopia.

III. Katarak senilis matur:

Kekeruhan korteks secara total sehingga iris shadow tidak ada.Lensa telah menjadi

keruh seluruhnya.Pada pupil nampak lensa yang seperti mutiara.Pada stadium ni, lensa akan

berukuran normal kembali akibat terjadi pengeluaran air.

15

Page 16: Laporan Kasus Katarak Imatur

IV. Katarak senilis hipermatur

i. Katarak hipermatur tipe Morgagni: Pada kondisi ini, korteks mencair dan lensa

menjadi seperti susu. Nukleus yang berwarna coklat tenggelam ke dasar.Pada

stadium ini juga terjadi kerusakan kapsul lensa, sehingga isi korteks yang cair

dapat keluar dan lensa menjadi kempis, yang dibawahnya terdapat nukleus lensa.

ii. Katarak hipermatur tipe sklerotik: Pada kondisi ini, korteks terdisintegrasi dan

lensa menjadi berkerut yang menyebabkan COA menjadi dalam

Gambar : Katarak hipermatur tipe Morgagni

B. Maturasi dari katarak senilis tipe nuklear:

Pada keadaan ini, lensa menjadi keras dan tidak elastis, sehingga menurunkan

kemampuan akomodasi serta menghalangi cahaya. Perubahan dimulai dari tengah, lalu secara

perlahan menyebar ke perifer sampai hampir meliputi seluruh kapsul, namun masih terdapat

sedikit bagian dari korteks yang masih jernih. Warna yang dapat dilihat ialah coklat

(cataracta brunescens), hitam (cataracta nigra) dan merah (cataracta rubra)

Gambar : A.Cataracta brunescens, B.Cataracta nigra, C.Cataracta rubra

16

Page 17: Laporan Kasus Katarak Imatur

GEJALA KLINIS

Kekeruhan lensa dapat terjadi tanpa menimbulkan gejala, dan dijumpai pada pemeriksaan

mata rutin. Gejala katarak yang sering dikeluhkan adalah :

1. Silau

Pasien katarak sering mengeluh silau, yang bisa bervariasi keparahannya mulai dari

penurunan sensitivitas kontras dalam lingkungan yang terang hingga silau pada saat siang

hari atau sewaktu melihat lampu mobil atau kondisi serupa di malam hari. Keluhan silau

tergantung dengan lokasi dan besar kekeruhannya, biasanya dijumpai pada tipe katarak

posterior subkapsular.

2. Diplopia monokular atau polypia

Terkadang, perubahan nuklear terletak pada lapisan dalam nukleus lensa,

menyebabkan daerah pembiasan multipel di tengah lensa sehingga menyebabkan refraksi

yang ireguler karena indeks bias yang berbeda.

3. Halo

Hal ini bisa terjadi pada beberapa pasien oleh karena terpecahnya sinar putih menjadi

spektrum warna oleh karena meningkatnya kandungan air dalam lensa.

4. Distorsi

Katarak dapat menyebabkan garis lurus kelihatan bergelombang

5. Penurunan tajam penglihatan

Katarak menyebabkan penurunan penglihatan progresif tanpa rasa nyeri. Umumnya

pasien katarak menceritakan riwayat klinisnya langsung tepat sasaran. Dalam situasi lain,

pasien hanya menyadari adanya gangguan penglihatan setelah dilakukan pemeriksaan. Pada

17

Page 18: Laporan Kasus Katarak Imatur

katarak kupuliform (opasitas sentral) gejala lebih buruk ketika siang hari dan membaik ketika

malam hari. Pada katarak kuneiform (opasitas perifer) gejala lebih buruk ketika malam hari.

6. Myopic shift

Seiring dengan perkembangan katarak, dapat terjadi peningkatan dioptri kekuatan

lensa, yang pada umumnya menyebabkan miopia ringan atau sedang. Umumnya, pematangan

katarak nuklear ditandai dengan kembalinya penglihatan dekat oleh karena meningkatnya

miopia akibat kekuatan refraktif lensa nuklear sklerotik yang menguat, sehingga kacamata

baca atau bifokal tidak diperlukan lagi. Perubahan ini disebut ”second sight”. Akan tetapi,

seiring dengan penurunan kualitas optikal lensa, kemampuan tersebut akhirnya hilang.

PENATALAKSANAAN

Tindakan non-bedah:

1. Pengobatan dari penyebab katarak: Penyebab katarak harus dicari, karena apabila

penyakit tersebut dapat ditemui dan diobati seringkali memberhentikan progresi dari

penyakit tersebut, contohnya adalah:

- Kontrol gula darah pada pasien DM

- Menghentikan penggunaan obat-obatan seperti kortikosteroid

- Pengobatan uveitis untuk mencegah komplikasi

2. Memperlambat progresi: penggunaan yodium, kalsium, kalium, vitamin E dan aspirin

dihubungkan dengan perlambatan dari kataraktogenesis.

3. Meningkatkan penglihatan pada katarak insipien dan imatur dengan:

- Refraksi

- Pencahayaan: Pada opasitas sentral menggunakan penerangan yang terang. Pada

opasitas perifer menggunakan penerangan yang sedikit redup.

4. Pengunaan kacamata hitam ketika beraktifitas diluar ruangan pada pasien dengan

opasitas sentral

5. Midriatikum pada pasien dengan katarak aksial yang kecil.

18

Page 19: Laporan Kasus Katarak Imatur

Indikasi operasi katarak ialah:

1. Fungsi penglihatan: Ini merupakan indikasi yang paling sering. Operasi katarak

dilakukan ketika cacat visus menjadi menyebabkan gangguan signifikan pada

kehidupan sehari-hari pasien.

2. Indikasi medis: meskipun pasien merasa nyaman dari aspek penglihatan, operasi

dapat dianjurkan apabila pasien menderita:

- Glaukoma lens-induced

- Endoftalmitis fakoanafilaktik

- Penyakit retina seperti retinopati diabetikum dan ablasio retina yang terapinya

terganggu karena adanya kekeruhan lensa.

3. Indikasi kosmetik: Terkadang pasien dengan katarak matur meminta ekstraksi katarak

agar pupil kembali menjadi hitam.

Evaluasi Preoperatif

1. Pemeriksaan umum: untuk melihat apakah pasien memiliki penyakit diabetes

mellitus, hipertensi dan masalah jantung, PPOK dan daerah potensi infeksi seperti

periodontitis dan infeksi saluran kemih. Gula darah harus terkontrol dan hipertensi

tidak boleh diatas 160/100 mmHg

2. Pemeriksaan fungsi retina:

a. Persepsi sinar: apakah operasi tersebut akan menguntungkan dengan melihat

apakah fungsi retina masih baik atau tidak.

b. RAPD: apabila positif maka kemungkinan ada lesi nervus optikus

c. Persepsi warna

d. Pemeriksaan diskriminasi dua sinar

e. Pemeriksaan objektif seperti elektroretinogram, EOG dan VOR.

3. Mencari sumber infeksi lokalis: infeksi konjungktiva, meibomitis,blefaritis dan

infeksi sakus lakrimalis harus disingkirkan. Dilakukan uji anel untuk melihat patensi

19

Page 20: Laporan Kasus Katarak Imatur

sakus lakrimalis apabila pasien memiliki riwayat mata berair. Apabila terdapat

penyakit dakriosistitis, maka harus dilakukan dakriosistektomi ato

dakriosistorinostomi.

4. Evaluasi segmen anterior: apakah ada tanda-tanda uveitis seperti keratic precipitate,

efek Tyndall dan harus diobati sebelum operasi katarak

5. Pengukuran TIO: tekanan intraokuler yang tinggi merupakan prioritas pengobatan

sebelum ekstraksi katarak

Penyulit yang mungkin timbul setelah operasi katarak :

1. Peradangan pada hari pertama post-operasi, dapat dicegah dengan pemberian

antibiotika lokal dan sistemik

2. Prolaps iris melewati lubang diantara sayatan atau tempat jahitan

3. Jika prolaps iris dibiarkan, maka sekitar hari ke 4-5 dapat menyebabkan coa dangkal,

kemudian dapat timbul ablasi retina, akibat badan siliar kedepan

PEMBEDAHAN KATARAK SENILIS

1. Ekstraksi katarak intrakapsular (ICCE)

Pada teknik ini, keseluruhan lensa katarak dan kapsulnya diangkat. Zonula yang

lemah dan terdegenerasi merupakan syarat dari operasi ini. Karena hal ini, teknik ini

tidak bisa dilakukan pada pasien yang muda karena zonula yang kuat. Pada usia 40-50

tahun, digunakan enzim alphachymotrypsin yang melemahkan zonula.

Indikasi: Subluksasi dan dislokasi lensa.

2. Ekstraksi katarak ekstrakapsular (ECCE)

Pada teknik ini, bagian besar dari kapsula anterior dan epitel, nukleus dan korteks

diangkat; kapsula posterior ditinggalkan sebagai penyangga lensa implant.

Indikasi: Operasi katarak pada anak-anak dan dewasa.

Kontraindikasi: Subluksasi dan dislokasi lensa.

20

Page 21: Laporan Kasus Katarak Imatur

3. Fakoemulsifikasi

Pembedahan menggunakan vibrator ultrasonik untuk menghancurkan nukleus yang

kemudian diaspirasi melalui insisi 2.5-3 mm, dan kemudian dimasukan lensa

intraokular yang dapat dilipat. Keuntungan yang didapat ialah pemulihan visus lebih

cepat, induksi astigmatis akibat operasi minimal, komplikasi dan inflamasi pasca

bedah minimal.

LENSA TANAM INTRAOKULER

Implantasi lensa intraokular merupakan metode pilihan untuk koreksi afakia. Biasanya bahan

lensa intraokuler terbuat dari polymethylmethacrylate (PMMA).

Pembagian besar dari lensa intraokular berdasarkan metodi fiksasi pada mata ialah:

1. IOL COA: Lensa di depan iris dan disangga oleh sudut dari COA.

2. Lensa yang disangga iris: lensa dijahit kepada iris, memiliki tingkat komplikasi yang

tinggi.

Gambar : Teknik Fakoemulsifikasi pada operasi katarak

21

Page 22: Laporan Kasus Katarak Imatur

3. Lensa Bilik Mata Belakang: Lensa diletakan di belakang iris, disangga oleh sulkus

siliaris atau kapsula posterior lensa.

DAFTAR PUSTAKA

1. Khurana AK. Comprehensive ophthalmology. 4th ed. Anshan publishers 2007.

2. Ilyas HS, Yulianti SR. Ilmu penyakit mata. 4th 3 rev. ed. Badan penerbit FKUI. 2013.

3. Riordan-eva P, Cunningham E. Vaughan & Asbury general ophthalmology. 18th ed.

McGraw-Hill Professional. 2011.

4. Kanski JJ, Bowling B. Clinical ophthalmology: systemic approach. 7th ed.

Saunders.2012

5. Nana Wijana. Ilmu Penyakit Mata.1993

22

Page 23: Laporan Kasus Katarak Imatur

23