lbm 4 blok 18

27
Skenario Idham, 9 tahun datang ke RSIGM dengan keluhan sakit tajam pada rahang bawah kanan disertai susah membuka mulut, dan gigi geraham atas goyang setelah kecelakaan sepeda motor 6 jam sebelumnya. Pasien sadar, dapat berkomunikasi dengan baik, dan menyatakan tidak mual dan muntah setelah kejadian. Pasien sudah minum obat pengurang rasa sakit namun masih terganggu dengan rasa sakitnya. Pemeriksaan klinis didapatkan: EO: inspeksi: laserasi (+) pada kulit pipi kanan, diffuse fasial oedema, step (diskontinuitas) pada regio parasimfisis kanan IO: laserasi pada mukosa bukal 84 – 85 Pemeriksaan tambahan: Tongue blade test memberikan rasa sakit. Pemeriksaan Ro: didapatkan garis fraktur pada diantara regio 84 – 85 Pasien dilakukan tindakan immobilisasi dan diberi obat

Upload: laraz-al-mushofi

Post on 12-Aug-2015

95 views

Category:

Documents


15 download

TRANSCRIPT

Page 1: LBM 4 BLOK 18

Skenario

Idham, 9 tahun datang ke RSIGM dengan keluhan sakit tajam pada rahang bawah kanan

disertai susah membuka mulut, dan gigi geraham atas goyang setelah kecelakaan sepeda

motor 6 jam sebelumnya. Pasien sadar, dapat berkomunikasi dengan baik, dan menyatakan

tidak mual dan muntah setelah kejadian. Pasien sudah minum obat pengurang rasa sakit

namun masih terganggu dengan rasa sakitnya.

Pemeriksaan klinis didapatkan:

EO: inspeksi: laserasi (+) pada kulit pipi kanan, diffuse fasial oedema, step (diskontinuitas)

pada regio parasimfisis kanan

IO: laserasi pada mukosa bukal 84 – 85

Pemeriksaan tambahan:

Tongue blade test memberikan rasa sakit.

Pemeriksaan Ro: didapatkan garis fraktur pada diantara regio 84 – 85

Pasien dilakukan tindakan immobilisasi dan diberi obat

Page 2: LBM 4 BLOK 18

I. Pendahuluan

Fraktur merupakan diskontinuitas dari jaringan tulang yang biasanya disebabkan oelh

adanya kecelakaan yang timbul secara langsung. Fraktur mandibula adalah putusnya

kontinuitas tulang mandibula. Hilangnya kintinuitas pada rahang bawah atau mandibula,

dapat menyebabkan fatal bila tidak ditangani dengan baik dan benar. Mandibula adalah

tulang rahang bawah pada manusia dan berfungsi sebagai tempat menempelnya gigi geligi.

Fraktur mandibula dapat terjadi karena kecelakaan lalulintas, kecelakaan industry atau

kecelakaan kerja, kecelakaan rumah tangga, mabuk, perkelahian, atau kekerasan fisik.

Setiap pukulan keras pada muka dapat mengakibatkan terjadinya suatu fraktur pada

mandibula. Daya tahan mandibula terhadap kekuatan impak adalah lebih besar dibandingkan

dengan tulang wajah lainnya. Meskipun demikian fraktur mandibula lebih sering terjadi

dibandingkan dengan bagian skeleton lainnya.

Fraktur mandibula merupakan frakturkedua tersering pada rangka wajah. Hal ini

disebabkan karena kondisi mandibula yang terpisah dari cranium. Diagnosis mandibula dapat

ditunjukan dengan adanya: rasa sakit, pembengkakakn, nyeri tekan, dan maloklusi. Patahnya

gigi, adanya gap, tidak ratanya gigi, tidak simetrisnya arcus dentalis, adanya laserasi intra

oral, gigi yang longgar dan adanya krepitasi menunjukkan kemungkinan adanya fraktur.

Selain hal itu, mungkin juga tejadi trismus (nyeri waktu rahang digerakkan). Evaluasi

radiografis pada mandibula mencakup foto polos, bila perlu dilakukan foto waters, CT scan

dan pemeriksaan panoramic.

Secara khusus penanganan fraktur mandibula dan tulang pada wajah (maksilofasial)

mulai diperkenalkan oleh Hipocrates (400 – 373 SM). Dengan menggunakna panduan oklusi

(hubungan ideal antara gigi rahang atas dan gigi rahang bawah) sebagai dasar pemikiran dan

diagnostic fraktur mandibula. Pada perkembangan selanjunya oleh para ahli klinis

Page 3: LBM 4 BLOK 18

menggunakan oklusi sebgai konsep dasar penanganan fraktur mandibula dan tulang wajah

terutama dalam diagnostic dan penatalaksanaannya. Hal ini diikuti dengan pekembangan

teknik fiksasi mulai dari hand bandage (pengikat kepala), pengikat rahang atas dan rahang

bawah dengan kawat (intermaxillary fixation), serta fiksasi dan imobilisasi fragmen fraktur

dengan menggunakan pien tulang (plate and screw).

Page 4: LBM 4 BLOK 18

II. Rumusan Masalah

Dari scenario yang sudah kami baca sebagai latar belakang pada LBM 4 ini,

kami menganalisis dan mendapat beberapa masalah yang timbul. Yaitu mengenai

fraktur mandibula dan penatalakasanaannya.

Pada step pertama, kami membahas kata – kata yang belum dimengerti yang

terdapat paa scenario diatas terdapat kata laserasi, dikontinuitas, dan tongue blade test.

Laserasi adalah luka yang biasanya disebabkan oleh trauma atau robekan bentuknya

tidak teratur seperti bekas sayatan bedah. Dikontinuitas merupakan terputusnya garis

normal antar tulang. Tongue blade test merupakan merupakan pemeriksaan stabilatas

tulang mandibula dengan meletakan spatel lidah diantara gigi, dilihat apakah pasien

dapat menahan spatel tersebut.

Kemudian semua anggota SGD kami menyampaikan bebagai pertanyaan yang

berhubungan d3engan rumusan masalah utama yang sesuai dengan scenario diatas.

Didapatkan ada 16 pertanyaan yang telah disampaikan dan disetujui oleh semua

anggota SGD kami. Pertanyaan tersebut terdiri dari:

1. Interpretasi EO, IO, dan pmeriksaan tambahan tersebut?

2. Klasifikasi fraktur mandibula?

3. Etiologi secara umum?

4. Diangnosa skenario?

5. Gambaran klinis dan Ro dari diagnosa diskenario?

6. Penatalaksanaan selain obat yang diberikan oleh dokter?

7. Tindakan immobilisasi dan obat apa yang akan diberikan dokter?

8. Pemeriksaan Ro apa yang dapat mengetahui fraktur?

9. Mekanisme penyembuhan fraktur?

10. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan dari perawatan?

Page 5: LBM 4 BLOK 18

11. Komplikasi yang timbul akibat adanya fraktur mandibula?

12. Mengapa pasien mengeluh sakit tajam dan sulit membuka mulut?

13. Mengapa terjadi diskontinuitas pada daerah parasimfisis?

14. Kenapa obat rasa sakitnya tidak dapat mengurangi rasa skit pada pasien?

15. Apakah ada pengaruh jawaban pasien mual dan muntah terhadap komplikasi?

16. Regio mana yang sering terkena fraktur mandibula dan alasannya?

Page 6: LBM 4 BLOK 18

III. Pembahasan

Fraktur mandibula merupakan putusnya kontinuitas tulang mandibula.

Hilangnya kontinuitas pada rahang bawah (mandibula), yang diakibatkan trauma oleh

wajah ataupun keadaan patologis, dapat berakibat fatal bila tidak ditangani dengan

baik.

Banyak klasifikasi fraktur yang ditulis dalam berbagai buku, namun secara

praktisfraktur secara umum dapat dikelompokan menjadi:

a. Menurut penyebab terjadinya fraktur

- Fraktur traumatic

Trauma langsung (direct), terjadi secra langsung mengenai anggota tubuh

penderita.

Trauma tidak langsung (indirect), terjadi seperti pada penderita yang jatuh

dengan tangan menumpu dan dan lengan atas – bawah lurus, berakibat

fraktur kaput radii atau klavikula. Gaya tersebut dihantarkan melalui

tulang – tulang anggota gerak atas berupa gerak berputar, pembengkakan,

atau kombinasi pembengkakan dengan kompresi.

- Fraktur stress atau fatik, trauma yang berulang dan kronis pada tulang yang

mengakibatkan tulang lemah. Contohnya fraktur fibula pada kecelakaan olah

raga.

- Fraktur patologis, terjadi karena proses patologis yang mengakibatkan tulang

tersebut rapuh dan lemah. Biasanya fraktur terjadi secara spontan.

b. Menurut hubungan dengan jaringan ikat sekitarnya

Fraktur simple/tertutup, oleh karena kulit disekeliling fraktur sehat dan tidak

sobek

Page 7: LBM 4 BLOK 18

Fraktur terbuka, kulit di sekitar fraktur sobek sehingga fragmen tulang

berhubungan dengan dunia luar (bone expose) dan potensi terjadinya infeksi.

Fraktur komplikasi, fraktur ini berhubungan dengan kerusakan jarigan atau

strukstur lain seperti saraf, pembuluh darah atau sendi.

c. Menurut Bentuk Fraktur

Fraktur komplit, garis fraktur membagi tulang menjadi dua fragmen atau lebih.

Garis fraktur bias transversal, oblik atau spiral.

Fraktur inkomplit, kedua fragmen terlihat saling impaksi atau masih saling

tertancap

Fraktur komunitif, fraktur yang menimbulkan lebih dari dua fragmen.

Fraktur kompresi, fraktur ini sering terjadi pada tulang konselus.

Diatas merupak fraktur secara umum. Sedangkan Klasifikasi Fraktur Mandibula

dapat digolongkan menjadi:

1. Menunjukkan regi – region pada mandibula, yaitu: badan, simfisis, parasimfisis, angulus,

ramus, prosesus koronoideus, prosesus kondilaris, prosesus alveolar.

2. Berdasarkan ada tidanya gigi:

Fraktur kelas I: gigi terdapat di 2 sisi fraktur, penangan fraktur ini dapat dengan

melakukan interdental wiring

Fraktur kelas II: gigi hanya ada disalah satu fraktur

Fraktur kelas III: tidak terdapat gigi dikedua sisi fraktur, pada keadaan ini dilakukan

open reduction, kemudian dipasang plate and screw atau dengan intermaxillary

fixation.

3. Berdasarkan pola fraktur:

Page 8: LBM 4 BLOK 18

Fraktur unilateral, biasanya hanya tunggal, tapi kadang terjadi lebih dari satu fraktur

yang dapat dijumpai pada satu sisi mandibula dan bila hal ini terjadi, sering

didapatkan perpindahan fragmen secara nyata.

Fraktur bilateral, sering terjadi dari suatu kombinasi antara kecelakaan langsung dan

tidak langsung. Fraktur ini umumnya akibat dari mekanisme yang menyangkut

angulus dan bagian leher kondilar yang berlawanan atau daerah kaninus dan angulus

yang berlawanan.

Fraktur multiple, gabungan yang sempurna dari kecelakan langsung dan tidak

langsung dapat menimbulkan terjadinya fraktur multiple.

Fraktur berkeping – keping (comminuted), fraktur ini hamper selalu diakibatkan oleh

kecelakaan yang cukup keras pada daerah fraktur.

4. Berdasarkan jenis:

a. Fraktur tunggal: tulang patah pada satu sisi, biasanya pada angulus, for.mentale

dan leher condilus

b. Sederhana: tidak terjadi dislokalisasi atau displacement, biasanya disebut fraktur

tertutup

c. Greenstick: fraktur yang tidak seluruh kontinuitas tulang terputus tapi hanya

sebagian, baiasa terjadi pada anak” (tulang ank bersifat lentur, tulang belum

sepenuhnya terkalsifikasi)

d. Compound: fraktur yang mempunyai hubungan tulang yang patah dengan

permukaan tulang, biasa terjadi hubungannya melalui kulit, jaringan mukosa dan

membran periodontal (open fracture)

e. Community: tulang terbagi menjadi bebrapa bagian, atau tulang yang patah

menjadi frakmen yang kecil, biasa pada regio simfisis mandibula

Page 9: LBM 4 BLOK 18

f. Complex : fraktur yang melukai jaringan lunak, atau bagian yang berdekatan

seperti pembuluh darah dan saraf

g. Patologi: disebabkan penyakit di tulang mandibula

Berdasarkan textbook:

a. Greenstick: terkena pada condil dan subcondil

b. simpel: anglus mandibula

c. comminusi: pada simfisis dan parasimfisis

d. compound: pada regio simfisi

Berdasarkan arah:

a. Horizontal

b. Vertical

Fraktur maxilla

a. Levort I

b. Levort II

c. Levort III

Etiologi dari fraktur dikarenakan adanya suatu pukulan keras pada muka dan

mengakibatkan terjadinya suatu fraktur pada mandibula. Fraktur mandibula dapat

dikarenakan kecalakaan lalu lintas sebanyak 27%, 69% karena kekerasan fisik, 12% karena

kecelakaan kerja, 2% akibat kecelakaan saat olah raga dan 1% akibat patologi. Kelainan

sistemik, kista atau tumor ganas, osteogenesis, osteoporosis (orang tua), atropi fraktur

patologis, banyak dijumpai pada anak – anak (osteomilitis), pada tulang yang lemah. Adanya

faktor patologik, dari perawatan radiasi osteoradionekrosis (orang yang terpapar radiasi).

Page 10: LBM 4 BLOK 18

Tanda dan gejala fraktur mandibula biasanya diketahui dari gambaran klinisnya,

berikut adalah tanda dan gejala klinis dari fraktur mandibula:

a. Asimetri wajah

b. Pembengkakan

c. Penyempitan pembukaan mulut, karena gangguan fungsional berupa penyempitan

pembukaan mulut. Fraktur pada simfisis dan parasimfisis berhubungan pada

fraktur condil, sehingga berhubungan dengan TMJ, adanya retak sehingga

membuka mulut sakit, karena sub kondil sampai angulus merupakan tulang yang

tipis

d. Terjadi kelumpuhan pada bibir, karen fraktur mengenai n.alveolaris

e. Dilokasi dan posisi rahang

f. Pergerakan rahang abnormal Karena pasien mengalami pergerakan abnormal

pada rahang yang fraktur dan rasa sakit itu muncul ketika pasien menggerakan

rahangnya.

g. Deformitas angulasi media

h. Krepitasi

i. Diskontinuitas tulang

j. Nyeri saat menggunyah dan maloklusi gigi (avulse dan subluksasi), bersifat akut

biasanya dapat diperberat gerakan ringan (berbicara, mengunyah, palpasi)

k. Disability, gangguan fungsional berupa penyempitan pembukaan mulut

l. Tidak simetrisnya arcus dentalis serta adanya laserasi intra oral

m. Hipersalivasi dan halitosis akibat berkurangnya pergerakan mandibula dan

hilangnya efek self cleansing akibat gangguan fungsi pengunyahan

n. Fragmen fraktur akan bergerak jika digerakan dengan jari tangan.

Berikut adalah regio mandibula yang sering terkena fraktur , antara lain:

Page 11: LBM 4 BLOK 18

a. Condyl 29, 1%, tulangnya tipis, berhubungan dengan maxila

b. Angulus 24, 5%, pada sudut jika terkena fraktur bisa menyebar ke TMJ

diperlemah karena adanya gigi impaksi

c. Simfisis dan parasimfisis 22%, diperlemah karena akar gigi taring yang panjang.

d. Body (Corpus) 16%,

e. Dentoalveolar 3,1%, karena adanya fraktur bagian simfisis dan parasimfisis yang

menyebar sampai dentoalveolar

f. Ramus 1, 7%

g. Coronoideus 1,3

Prinsip dasar umum dalam perawatan fraktur mandibula dalah sebagai berikut:

a. Anamnesa: kapan terjadinya kecelakaan, parastesi atau tidak, laserasi atau

perdarahan atau tidak

b. Pemeriksaan klinis

c. Kerusakan gigi dievaluasi bersamaan dengan perawatan fraktur mandibula

d. Penatalaksanaan awal:

- Memberikan jalan nafas (airway),

- Pernafasan (breathing) biasanya dilakukan untuk mengetahui frekuensi

pernafasan, saturasi O2, keadaan penderita (cyanosis tidak),

- Penanganan sirkulasi darah

- Penanganan shock,

- Penanganan luka jaringan lunak, dilihat warna darahnya dan dilakukan

penghitungan kadar Hb, laju endap darah dan jumlah sel darah putihnya,

kemudian dilakukan closed reduction atau penutupan luka (ditutup tampon

slma 24 jam untuk menghindari infeksi, apabila tahap II ditunda dilakukan

penjahitan terlebih dahulu),

Page 12: LBM 4 BLOK 18

- Immobilasasi sementara serta,

- Evaluasi adanya kemungkinan cedera otak dengan CT scan. Biasanya pasien

akan mengeluh mual atau muntah hingga pasien tidak sadar setelah

kecelakaan. Hubungan mual atau muntah serta menurunnya kesdaran pasien

berhubungan karena didaerah kepala banyak saraf. Sehingga untuk

mengetahui cidera pada kepala atau tidak untuk mengetahi cidera kepala

ringan atau berat. Kalau pasien tidak sadar CKB (cidera kepala berat).

Kalau pasien tidak mengeluh mual, muntah CKR (cidera kepala ringan).

- Melakukan foto rontgen untuk mengetahui letak fraktur dan jenis fraktur.

Berikut adalah jenis foto rontgen yang dapat digunakan untuk melihat fraktur

rahang:

Ro panoramik: bisa melihat seluruh tulang mandibula dari 1 foto,

kurang detail melihat TMJ, simfisis dan tlg alveolar

Foto Ro. Polos: dapat menentukan posisi oblig lateral (mendiagnosa

fraktur ramus, angulus dan corpu posterior, untuk pencetriaan fraktur

koronoideus), poterior anterior(untuk melihat dislokasi pada bagian

medial atau latertal dari fraktur ramus, angulus, corpus, simfisi),

oklusal(melihat sisi mesial dan lateral corpus mandibula), periapikal

CT scan: untuk melihat fraktur condil yang susah dilihat, rekontruksi

wajah, fraktur bgaian lain

Waters, untuk pencitraan wajah sehingga gambaran wajah tidak

terganggu

Foto revers towne’s view: bisa juga untuk fraktur kondilar, body dan

angulus mandibula,

Page 13: LBM 4 BLOK 18

Foto TMJ:pembuatan foto TMJ yang standart biasanya dilakukan

proyeksi lateral buka mulut (parma), dan proyeksi lateral tutup mulut

biasa (schuller), dan biasnya dibuat sendi kanan kiri untuk

perbandingan.

Foto Eisler: foto untuk pencitraan mandibula bagian ramus dan korpus,

dibuat sisi kanan atau kiri sesuai kebutuhan.

e. Tahap II: penanganan fraktur secara definitif dengan reduksi dan reposisi fragmen

– fragmen fraktur, teknik fiksasi mandibula ada 3 cara:

- Diikat kepalanya,

- Mengikat RA dan RB dengan kawat, Tindakan immobilasasi secara

interdental:

Menggunakan kawat

Batang lengkung karet: batang lengkung dipasang pada lengkung gigi

maxila dan semua gigi mandibula yang patah, mandibula ditambatkan

seluruhnya pada maxila dengan karet pada kait dibatang lengkungan

atas dan bawah.

Apabila Rb terkena fraktur akan menimbulkan gaya tensi dan

kompresi, kekuatan kompresi yang dihasilkan pada tepi mandibula apabila

terkena fraktur maka akan timbul diskontinuitas yang akan menyebar

keatas, perawatan mempertimbangkan kedua sisi mandibula. Apabila

immobilisasi tidak stabil maka akn menimbulkan asimetri. Presure

trajektori dan plat osteosistesis, arch bar yang berfungsi sebagai

mengurangi kekuatan yang membengkokan pada bagian alveolar

- Plate and screw (fiksasi dan immobilasisi dengan plat tulang) akan membawa

dampak yang tidak sedikit.

Page 14: LBM 4 BLOK 18

Tujuan perawatan untuk mengembalikan fungsi (latihan luas gerak

sendi, latihan peregangan, latihan penguatan yang disebut progresif muscle

relaxasion) yang biasanya dilakukan oleh terapis.

f. Kalau pasien dengan fraktur ringan tidak perlu diberi sedasi, kalau fraktur berat

perlu diperhatikan dalam pemberian sedasi

g. Setelah dilakukan reduksi, harus difiksasi dan di imobilisasi +/- 5 mggu pada px

dewasa dengan KU yang baik. Kalau pada anak – anak imobilisasi 3 – 1 bulan.

Pada Ortu dengan KU buruk atau terinfeksi imobilisasi +/- 6 – 7 mggu.

h. Pemberian obat. Obat yang biasanya diberikan muscle relaxan. Anti relaxan

(myonal tab 50mg 3x1), kalau ada bengkak diberi anti inflamasi (kalium

diklofenak), kalau nyeri (antibiotic: as.mef, paracetamol jika disertai demam).

i. Intruksi pasien:

- Teruskan obat

- Sikat gigi dan makan makanan lunak

- Berkumur dengan air hangat + garam

- Rongen foto pada saat control

Mekanisme penyembuhan fraktur mandibula yang terjadi pada tulang dan jaringan lunak

yang terkena fraktur.

Penyembuhan Tulang:

a. Intial stage, dari hematoma yang terjadi akibat darah yang mengalir pada

daerah yang robek didaerah sekitar fraktur, 24 jam setelah benturan.

Kemudian sel akan berdeferensiasi dan berproliferasi dalam lapisan

periosteum yang kemudian akan muncul osteoblas. Osteoblas akan

membentuk fibro kartilago kartilaginous kalus. Setelah 2 hari kecelakaan.

Page 15: LBM 4 BLOK 18

b. Kartilaginaous adan internal (antar tulang yang fraktur) bony kalus, dimana

akan berdeferensisasi menjadi wofen bone dan eksternal (berada disekeliling

area fraktur). Dimana osteoblas akan membentuk jaringan lunak tersebut

setelah 3 – 10 pasca kecelakaan.

c. Remodeling, wofen bone akan menjadi lamellar bone, dan akan muncul

osteoklas yang akan membentuk kembali tulang yang rusak dan

menghilangkan tulang yang berlebihan. Proses ini akna berjalan selama 3 – 5

bulan.

Penyembuhan jaringan lunak:

a. Inflamasi: reaksi vaskuler (vasikonstriksi vasodilatasi) dan seluler

(leukosit dan PMN masuk ke jar. Luka diiringi makrofage)

b. Tahap proliferasi: fibroblast berperan penting membentuk kolagen,

termasuk proses epitelialisasi

c. Maturasi: akan menyempurnakan kolagen pada tahap proliferasi sehingga

kolagen menjadi lebih matang/sempurna

Penyembuhan fraktur tulang dipengaruhi beberapa hal:

a. Vaskularisasi cukup

b. Terdapat permukaan yang lebih luas

c. Kontak yang baik memberikan kemudahan vaskularisasi cepat.

Faktor yang mempengaruhi keberhasilan dari perawatan fraktur mandibula

a. Usia, anak – anak penyembuhan fraktur lebih cepat karena aktivitas osteogenesis

dan osteoklas lebih aktif disbanding dewasa, dan anak – anak mempunyai

vaskularisasi yang baik.

b. Nutrisi

Page 16: LBM 4 BLOK 18

c. Sistemik

d. Kooperatifan pasien

Komplikasi yang dapat timbul akibat fraktur mandibula an tara lain adanya:

a. Osteomilitis, proses inflamasi akut atau kronik pada tulang dan struktur sekunder

karena infeksi bakteri piogenik. Dapat terjadi local dan meyebar melalui

peristeum, korteks, sumsum tulang dan jaringan radikuler. Terdapat 2 kategori

osteomilitis akut:

Hematogenous: infeksi yang disebabkan oleh bakteri mll darah. Bagian

yang terkena infeksi adalah bagian yang kaya akan vaskularisasi. Karena

bakteri menyerang tulang nekrosis lokasi hyperemia dan udem.

Karena tekanan akan menimbulkan nyeri yang hebat. Co: tlg vemur,

humerus, ulnar, tibia.

Osteomilitis langsung: karena trauma terbuka dan langsung dan tindakan

pembedahan. Kontak langsung tulang dan bakteri, co: pembedahan

ortopedi. Penyakit yang menyertai :DM, AIDS, pengguna obat – obatan,

alcohol, penyakit sendi

Tanda – tanda dan gejala osteomelitis:

Terbatasnya gerakan

Kelelahan

Eodem local

Nyeri pada penekanan

Demam tinggi, misalnya pada tulang belakang : terdapat bakterimia

b. TMD

c. Komplikasi pada tulang :

Delay union(penyembuhan yang melebihi masa umumnya),

Page 17: LBM 4 BLOK 18

Mall union(tulang menyambung tapi tidak pada posisi anatomis) akan

berakibat rasa tidak nyaman serta sakit pada otot – otot pengunyahan dan

otot sekitar wajah yang dapat menimbilkan myofacial pain.

d. Jarang terjadi 5 -10%

Penyebabnya karena kesehatan RM: karies pada gigi geligi dan memiliki kelainan

jaringan periodontal, imobilisasi yang tidak adekuat, dan penundaan waktu

perawatan dapat mengakibatkan infeksi. Infeksi peran dari bakteri streptococcus

dan bakterioides

e. Ankylosis

f. Resopsi eksternal

g. Pembentukan periodontal

h. Kelainan periapikal

i. Parastesi n.alveolaris inferior

Page 18: LBM 4 BLOK 18

Kesimpulan

Pada kasus ini didapatkan pasien pasca kecelakaan , dengan kesadaran penuh, tidak

mual, tidak muntah. Inspeksi ekstra oral didapatkan laserasi (+) pada kulit pipi kanan, diffuse

fasial oedema, step (diskontinuitas) pada regio parasimfisis kanan. Pada intra oral didapatkan

laserasi pada mukosa bukal 84 – 85 . Setelah dilakukan pemeriksaan tambahan Tongue blade

test memberikan rasa sakit. Dari gambaran rontgen didapatkan garis fraktur pada diantara

regio 84 – 85. Maka didapatkan diagnose yaitu fraktur mandibula regio parasimfisis

unilateral. Lalu dilakukan perawatan berupa reduksi atau reposisi fraktur, fiksasi pada fraktur,

imobilisasi dan mobilisasi. Serta pemberian obat antibiotic, analgetik, antiinflamasi dan

antirelaxan.

Daftar Pustaka

1. Ajmal S, Khan M. A, Jadoon H, Malik S. A., (2007). Management Protocol of

mandibular ractures at Pakistan Institute of Medical sciences, Islamabad, Pakistan. J

Ayub Med Coll Abbottabad Volume 19, issue 3.

2. Laub D, R. Facial Trauma, Mandibular Fractures. (2009).

3. Sjamsuhidajat, Jong W. D., (2005). Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2, penerbit buku

kedokteran EGC. Jakarta.

4. www.usu.ac.id

5. www.ui.ac.id

Page 19: LBM 4 BLOK 18

Trauma / kecelakaan

Klasifikasi dari fraktur rahang

Gambaran Klinis

Diagnosis: Fraktur Mandibula Regio Parasimfisis Unilateral

Anamnesa

Penatalaksanaan

Pemeriksaan Rontgen

Pemeriksaan klinis

Komplikasi

- Osteomilitis

- TMD