tutorial lbm 4 blok 3.3

23
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 4 “AKU TIDAK MENDENGAR SUARA ITU” BLOK 3.3 Dosen Tutor : Khudazi Aulawi, S.Kep., Ns., M.Kes. KELOMPOK 5 1. Rizki Junitasari (13818) 2. Rizki Indriyani (13819) 3. Dian Ambar Kusuma (13821) 4. Ika Indar Wati (13824) 5. Masmur Kristi Pamuji (13830) 6. Nita Herdianti (13833) 7. Nindy Ayu Pangestu (13974) 8. Rachmat Hidayat (13977) 9. Gabi Ceria (13979) 10. Mochammad Rizqi Abdillah (13983) 11. Ipang Fitria Wanti (13986) 12. Hana Pertiwi (13987)

Upload: hana-pertiwi

Post on 07-Dec-2014

51 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Laporan Tutorial LBM 4 Blok 3.3

TRANSCRIPT

Page 1: Tutorial Lbm 4 Blok 3.3

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 4

“AKU TIDAK MENDENGAR SUARA ITU”

BLOK 3.3

Dosen Tutor : Khudazi Aulawi, S.Kep., Ns., M.Kes.

KELOMPOK 5

1. Rizki Junitasari (13818)

2. Rizki Indriyani (13819)

3. Dian Ambar Kusuma (13821)

4. Ika Indar Wati (13824)

5. Masmur Kristi Pamuji (13830)

6. Nita Herdianti (13833)

7. Nindy Ayu Pangestu (13974)

8. Rachmat Hidayat (13977)

9. Gabi Ceria (13979)

10. Mochammad Rizqi Abdillah (13983)

11. Ipang Fitria Wanti (13986)

12. Hana Pertiwi (13987)

UNIVERSITAS GADJAH MADA

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

TAHUN 2012

Page 2: Tutorial Lbm 4 Blok 3.3

Monitoring Proses Tutorial

Blok : 3.3 Neurocognition

Minggu ke : 5

Topik : Aku Tidak Mendengar Suara Itu

Ketua : Mochammad Rizqi Abdillah

Scriber 1 : Ipang Fitria Wanti

Scriber 2 : Hana Pertiwi

Pertemuan ke : I

Tanggal : Desember 2012

Hadir : 12

Tidak hadir : -

Pertemuan ke : II

Tanggal : Desember 2012

Hadir : 12

Tidak hadir : -

Page 3: Tutorial Lbm 4 Blok 3.3

Skenario

Aku Tidak Mendengar Suara Itu

Ny W (27 tahun) dirawat untuk ketiga lainnya di RS UGM bangsal jiwa dengan diagnosa medis

skizofrenia. Pasien dibawa masuk RS oleh keluarga karena keluyuran di malam hari, teriak-

teriak dan tidak bisa tidur. Pasien relaps diduga karena putus obat. Pasien saat ini terlihat sering

bicara sendiri, komat-kamit, mondar-mandir, dan sulit tidur. Pasien memiliki riwayat halusinasi

auditori. Dora, mahasiswa keperawatan yang sedang praktik profesi segera melakukan asuhan

keperawatan pada pasien dengan halusinasi dengan memperhatikan prinsip perawatan pasien

halusinasi.

STEP 1

- Skizofrenia : gangguan mental yang dipengaruhi oleh gangguan pikir, gangguan psikotik

- Halusinasi auditori : gangguan mental merasa mendengar sesuatu tanpa diberi stimulus

pada indra pendengaran

STEP 2

1. Apakah penyebab skizofrenia?

2. Apa gejala-gejala skizofrenia?

3. Kapan seseorang menderita skizofrenia?

4. Bagaimana penanganan skizofrenia?

5. Apa jenis-jenis skizofrenia?

6. Bagaimana cara mendeteksi skizofrenia?

7. Apa peran keluarga pada pasien skizofrenia?

8. Apa faktor resiko skizofrenia?

9. Bagaimana prognosis skizofrenia?

10. Apa faktor yang dapat menyebabkan pasien skizofrenia kambuh?

11. Apa asuhan keperawatan dari skenario?

12. Bagaimana prinsip perawatan pasien skizofrenia?

Page 4: Tutorial Lbm 4 Blok 3.3

STEP 3

1. Penyebab skizofrenia adalah ketidakseimbangan neurotransmiter norepinephrine dan

dopamin di otak.

2. Gejala-gejala skizofrenia:

- Halusinasi

- Ilusi

- Perilaku aneh

- Tidak dapat membedakan pikiran nyata atau khayalan

- Katatonik

- Bicara kacau

3. Skizofrenia ditemukan mulai dari usia dewasa muda.

4. Penanganan farmako : pemberian antipsikotik

Penanganan non-farmako : ECT, psikoterapi suportif, terapi aktivitas kelompok

5. Jenis-jenis skizofrenia :

- Skizofrenia disorganisasi : tidak ada kesesuaian antara perkataan dan

kenyataan/perilaku

- Skizofrenia paranoid : ketakutan setiap waktu, merasa dikejar-kejar

6. Tidak ada alat deteksi skizofrenia, sehingga yang digunakan untuk mengetahui

skizofrenia atau bukan adalah dengan melihat gejala-gejalanya.

7. Peran keluarga :

- Mengarahkan pasien ke realita

- Membantu mencegah pasien kambuh

- Membantu menjadi pengawas minum obat

8. Faktor resiko :

- Kembar identik yang salahsatunya menderita skizofrenia

- Pola asuh buruk

- Status sosial rendah

- Beresiko terhadap bayinya apabila ibu hamil kekurangan nutrisi, stress

- Bayi lahir dengan kekurangan O2 dan berat badan rendah

Page 5: Tutorial Lbm 4 Blok 3.3

9. Pasien skizofrenia dapat disembuhkan dengan pengobatan. Pengobatan dapat hingga

seumur hidup, apabila putus pengobatan skizofrenia dapat kambuh kembali.

10. Pasien putus pengobatan, stress berat

11. Diagnosis : Insomnia

Outcome : pasien dapat tidur sesuai lama tidur normal orang dewasa

Intervensi : pemberian terapi halusinasi, medikasi antipsikotik untuk menurunkan anxiety

12. Buat hubungan saling percaya, tidak boleh langsung menghakimi bahwa pasien

mengalami halusinasi, diberi tahu tentang halusinasi dan cara mengontrol halusinasi.

STEP 4

STEP 5

LO :

1. Penyebab skizofrenia

2. Gejala skizofrenia

3. Tipe skizofrenia

4. Penanganan skizofrenia

5. Faktor yang mempengaruhi kekambuhan

Faktor

resiko

Penyebab Skizofrenia Gejala

Jenis-jenis Penangana

n

Prognosis

Asuhan

Keperawata

n

Cara Deteksi

Page 6: Tutorial Lbm 4 Blok 3.3

6. Prognosis skizofrenia

7. Asuhan keperawatan

STEP 6

Mencari LO dari referensi terpercaya.

STEP 7

1. Penyebab skizofrenia

a. Biologis

i. Genetic predisposition theory menyebutkan bahwa terdapat resiko skizofrenia

sebesar 10-20 % bagi orang yang punya anggota keluarga dengan skizofrenia

dan resiko 40 % jika kedua orangtuanya skizofrenia atau saudara kembar

identik. Peneliti mengidentifikasi bahwa lokasi gen skizofrenia terletak di

kromosom 13 dan kromosom 8.

ii. Biochemical and neurostructural theory menjelaskan hipotesa mengenai

dopamin yang berlebihan memungkinkan impuls saraf menyerang aliran

mesolimbic. Mesolimbic adalah bagian otak yang melibatkan arousal dan

motivasi.

iii. Organic or pathophysiologic theory menjelaskan bahwa skizofrenia

merupakan penurunan fungsi otak yang disebabkan stressor seperti infeksi

virus, racun, trauma, atau substansi abnormal. Dan kemungkinan merupakan

gangguan metabolisme.

iv. Perinatal theory menjelaskan bahwa skizofrenia dapat terjadi dikarenakan

saat fetus atau bayi lahir mengalami kekurangan O2 selama kehamilan atau ibu

mengalami malnutrisi/kelaparan selama trimester pertama kehamilan. Trauma

atau kecelakaan pada trimester kedua juga berpengaruh pada perkembangan

munculnya skizofrenia.

b. Psikologis

i. Psychological or experiental theory menjelaskan bahwa stressor memperbesar

permulaan terjadinya skizofrenia, stressor termasuk hubungan yang jelek

antara ibu-anak, gangguan hubungan interpersonal keluarga, gangguan

Page 7: Tutorial Lbm 4 Blok 3.3

identitas kelamin dan gambaran diri, dan paparan terhadap situasi double-bind

yang berulang kali.

ii. Teori Price berdasarkan peran keluarga :

- Attachment, menurut Otto Will (1970) menduga bahwa kesulitan yang

dialami penderita skizofrenia merupakan pencerminan dari adanya

gangguan pada attachment di awal kehidupan antara anak dan caretaker.

Gangguan pada pembentukan basic trust ini di kemudian hari

mengakibatkan munculnya perasaan takut akan kehilangan, keterpisahan,

sikap penarikan diri, panik serta komunikasi dengan menggunakan simbol

yang aneh dan perkembangan ego yang lemah.

- Schizophrenogenic mother, ibu-ibu yang menampilkan sikap terlalu

melindungi, melimpahi anak dengan perhatian berlebihan, tidak peka,

menolak kehadiran anak dan terlalu mengontrol dianggap mampu

menimbulkan tingkah laku skizofrenik pada keturunannya.

- Marital schism dan marital skew, hubungan antara suami istri dapat

terlibat dalam suatu schism, dimana terjadi konflik terbuka antara mereka.

Setiap pihak mencoba untuk menarik sang anak, sehingga terlibat dalam

konflik. Hubungan yang lain melibatkan marital skew, yaitu salah satu

dari orangtua dominan dan secara jelas menampakkan tingkah laku

patologis.

- Double bind, Bateson (1956) menyatakan bahwa bentuk-bentuk tertentu

dari komunikasi antara orangtua dan anak, produktif untuk menimbulkan

tingkah laku skizofrenia. Komunikasi terjadi dimana tanggapan-tanggapan

yang muncul saling bertentangan satu sama lain.

c. Sosial

Environmental or cultural theory menjelaskan bahwa orang yang menjadi

skizofrenia memiliki reaksi yang salah terhadap lingkungannya, menjadikannya

tidak mampu merespon secara selektif berbagai stimuli sosial. Teori ini

mempercayai bahwa orang yang berasal dari area sosio ekonomi rendah atau

orang tua single yang kekurangan sehingga tidak terpapar kepada situasi dimana

mereka dapat mendapat prestasi maupun mencapai kesuksesan.

Page 8: Tutorial Lbm 4 Blok 3.3

2. Gejala skizofrenia

a. -Thought echo : isi pikiran yang berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak

keras), isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda

-Thought insertion or withdrawl : isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam

pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar

dirinya (withdrawl)

-Thought broadcasting : isi pikirannya tersiar keluar sehingga oranglain atau

umum mengetahuinya

b. -Delusion of control: waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan

tertentu dari luar

-Delusion of influence : waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan

tertentu dari luar

-Delusion of passivity : waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap

sesuatu kekuatan dari luar

-Delusional perception : pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang bermakna

sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat.

c. Halusinasi auditorik : dapat berupa suara halusinasi yang berkomentar secara

terus-menerus terhadap perilaku pasien, atau mendiskusikan perihal pasien antara

mereka sendiri (di antara berbagai suara yang berbicara), atau jenis suara

halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.

d. Waham : waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap

tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau

politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya

mampu mengendalikan cuaca, atau komunikasi dengan makhluk asing dari dunia

lain).

e. Halusinasi yang menetap dari panca indra apasaja, apabila disertai baik oleh

waham yang mengambang maupun setengah ataupun disertai ide-ide berlebihan

(over valued ideas) yang menetap, atau apabila berulang-ulang terjadi setiap hari

selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan.

Page 9: Tutorial Lbm 4 Blok 3.3

f. Arus pikir yang terputus (break) atau mengalami sisipan (interpolation) yang

berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan

g. Perilaku katatonik : seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh

tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor.

h. Gejala-gejala negatif : seperti sikap apatis, menghindari kontak mata, jarang

bicara, respon emosi tumpul atau tidak wajar, biasanya mengakibatkan penarikan

diri dari lingkungan sosial dan menurunnya kinerja sosial. Tapi harus jelas bahwa

semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika.

i. Adanya gejala-gejala khas seperti di atas dalam kurun waktu satu bulan atau

lebih.

j. Terdapat perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan

(overall quality) dari beberapa aspek kehidupan prilaku pribadi (personal

behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat (anhedonia), hidup tak

bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed

attitude) dan penarikan diri secara sosial.

Gejala awal skizofrenia pada remaja hampir sama dengan dewasa, namun sulit untuk

mengenalinya karena gejalanya banyak ditemukan di remaja pada umumnya, seperti :

penarikan diri dari teman dan keluarga, penurunan prestasi sekolah, gangguan tidur, dan

sifat lekas marah (irritability). Jika dibandingkan dengan skizofrenia dewasa, pada

remaja lebih sering ditemukan halusinasi visual dan sedikit ditemukan delusi yang

menyertai.

3. Tipe skizofrenia

a. Skizofrenia paranoid

Gejala dominan berupa waham atau delusi dan halusinasi pendengaran. Waham

biasanya berjenis waham kejar (misalnya yakin bahwa orang-orang di sekitarnya

mau mencelakainya) atau waham kebesaran (misalnya yakin bahwa dirinya

adalah Tuhan yang memiliki suatu kekuatan khusus). Halusiansi berupa suara

orang yang menyuruh-suruh, berkomentar atau bercakap-cakap sendiri.

b. Skizofrenia hebefrenik

Page 10: Tutorial Lbm 4 Blok 3.3

Gejala yang menonjol berupa pembicaraan kacau, perilaku kacau dan afek datar

atau tumpul. Pembicaraan kacau dapat berupa asosiasi longgar (contoh : tadi pagi

saya makan tempat tidur ada sapi makan rumput) hingga incoherence (contoh :

kambing gerak-gerak hitam matahari ditilang). Perilaku kacau seperti

mengumpulkan bungkus makanan dan ditimbun di bawah tempat tidur.

Sedangkan afek yang menumpul dinilai dari modulasi gerakan wajah dan perilaku

yang disesuaikan dengan isi pembicaraan yang dibicarakan pasien.

c. Skizofrenia katatonik

Tipe skizofrenia yang ditandai dengan sekurang-kurangnya dua gejala berikut :

ketiadaan gerak, pergerakan berlebihan tanpa tujuan dan tidak dipengaruhi oleh

stimulus eksternal, sikap melawan berlebihan untuk bergerak ketika diberikan

perintah atau postur kaku yang dipertahankan dan tidak bisa digerakkan oleh

orang lain, postur tubuh yang dipertahankan aneh, ekolalia, atau ekopraksia.

d. Skizofrenia Tak Terinci

Skizofrenia yang memenuhi kriteria diagnostik skizofrenia namun tidak

memenuhi kriteria diagnostik subtipe paranoid, hebefrenik ataupun katatonik.

e. Skizofrenia Residual

Tipe skizofrenia yang ditandai dengan hilangnya waham, halusinasi, pembicaraan

kacau dan perilaku kacau atau katatonik yang menonjol. Namun ditemukan

bahwa gangguan tetap berlangsung yang diindikasikan dengan munculnya gejala

negatif.

f. Skizofrenia Simplex

Gejala utama pada jenis simplex adalah kedangkalan emosi dan kemunduran

kemauan. Gangguan proses berpikir biasanya sukar ditemukan. Waham dan

halusinasi jarang sekali terdapat. Jenis ini timbulnya perlahan-lahan sekali. Pada

permulaan mungkin penderita mulai kurang memperhatikan keluarganya dan

menarik diri dari pergaulan. Makin lama ia makin mundur dalam pekerjaan atau

pelajaran dan akhirnya menjadi penganguran, dan bila tidak ada orang yang

menolongnya mungkin ia akan menjadi pengemis, pelacur atau penjahat.

g. Skizofrenia YTT

Page 11: Tutorial Lbm 4 Blok 3.3

Selain beberapa subtipe di atas, terdapat penggolongan skizofrenia lainnya yang

tidak berdasarkan DSM IV TR antara lain:

- Bouffe delirante (psikosis delusional akut)

Merupakan konsep diagnosis dari Perancis. Diagnosis ini mirip dengan

diagnosis gangguan skizofreniform di dalam DSM IV.

- Skizofrenia laten

Pasien harus sangat sakit mental untuk mendapat diagnosa skizofrenia.

- Oneroid

Pasien sangat kebingungan dan tidak sepenuhnya terorientasi terhadap

waktu dan tempat. Diagnosa ini digunakan bagi pasien skizofrenik yang

khususnya terlibat di dalam pengalaman halusinasinya untuk dapat

mengeluarkan keterlibatan di dalam dunia nyata.

- Parafrenia

Sinonim skizofrenia paranoid, digunakan juga sebagai istilah ketika

perjalanan penyakit memburuk secara progresif atau adanya sistem waham

yang tersusun baik.

- Pseudoneurotik

Pasien awalnya menunjukkan gejala tertentu seperti kecemasan, fobia,

obsesi, dan kompulsi selanjutnya menunjukkan gejala gangguan pikiran

dan psikosis.

- Skizofrenia tipe I

Skizofrenia dengan sebagian besar gejala yang muncul adalah gejala

positif yaitu asosiasi longgar, halusinasi, perilaku aneh, dan bertambah

banyaknya pembicaraan. Disertai dengan struktur otak yang normal pada

CT dan respon yang relatif baik terhadap pengobatan.

- Skizofrenia tipe II

Skizofrenia dengan sebagian besar gejala yang muncul adalah gejala

negatif seperti afek datar atau tumpul, kemiskinan pembicaraan atau isi

pembicaraan, blocking ketika berbicara, dandanan yang buruk, tidak ada

motivasi, anhedonia (tidak ada ketertarikan), penarikan sosial, defek

Page 12: Tutorial Lbm 4 Blok 3.3

kognitif, dan defisit perhatian. Disertai dengan kelainan otak struktural

pada periksaan CT dan respon buruk terhadap pengobatan.

4. Penanganan skizofrenia

a. Medikamentosa

i. Antipsikotik konvensional

Obat antipsikotik yang paling lama penggunaannya disebut antipsikotik

konvensional. Walaupun sangat efektif, antispsikotik konvensional sering

menimbulkan efek samping serius. Contoh : haldol (haloperidol), mellaril

(thioridazine), dll

Saran penggunaan pada pasien yang sudah mengalami perbaikan dan tidak

mengalami efek samping yang berarti atau pasien mengalami kesulitan

minum pil secara reguler. Prolixin dan haldol dapat diberikan dalam

jangka waktu lama dengan interval 2-4 minggu.

Efek samping : gangguan (kekakuan otot), pergerakan menjadi lambat dan

kaku, sehingga agar tidak kau pasien harus bergerak setiap waktu dan

menyebabkan mereka tak dapat istirahat, tremor kaki dan tangan. Untuk

mencegah efek samping tremor, antipsikotik dapat diberikan bersamaan

dengan antikolinergik.

ii. Antipsikotik atipikal

Obat ini prinsip kerjanya berbeda dengan antipsikotik konvensional dan

sedikit menimbulkan efek samping. Contoh : risperdal (risperidone),

scroquel (quetiapine), zyprexa (olanzopine)

iii. Clozaril

Saran penggunaan : clozaril baru diberikan apabila pasien tidak manjur

dengan paling sedikit 2 jenis obat antipsikotik yang lebih aman. Efek

samping : jarang terjadi (1 % dari semua pasien pengguna clozaril), terjadi

penurunan sel darah putih

b. Terapi Psikososial

i. Terapi perilaku

Page 13: Tutorial Lbm 4 Blok 3.3

Terapi dengan hadiah ekonomi dan latihan ketrampilan sosial untuk

meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri sendiri,

latihan praktis dan komunikasi interpersonal.

ii. Terapi berorientasi keluarga

Membantu keluarga dan pasien mengerti skizofrenia tanpa menjadi terlalu

mengecilkan hati. Dilakukan singkat namun intensif (setiap hari). Topik

yang dibahas adalah proses pemulihan, khususnya lama dan kecepatannya.

Karena seringkali anggota keluarga dalam cara yang jelas mendorong

sanak saudaranya yang terkena skizofrenia untuk melakukan aktivitas

teratur terlalu cepat. Rencana yang terlalu optimistik tersebut berasal dari

ketidaktahuan tentang sifat skizofrenia dan penyangkalan keparahan

penyakit.

iii. Terapi kelompok

Memusatkan pada rencana, masalah, dan hubungan dalam kehidupan

nyata.

iv. Psikoterapi individual

Konsepnya hubungan terapeutik antara pasien dan perawat/dokter

c. ECT

Pasien di anestesi dan dihubungkan dengan elektroda beraliran listrik.

d. Active and Passive Music teraphy

Menurut penelitian dapat nenurunkan gejala negatif skizofrenia.

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi relaps

a. Kurangnya kepatuhan terhadap pengobatan, disebabkan karena :

- Gagal mengerti pentingnya

terapi

- Pengertian yang buruk

terhadap instruksi

- Ketidakpuasan terhadap

sikap dan ketrampilan

komunikasi profesional

kesehatan

- Menunggu dokter atau apoteker hingga

menyebabkan kejengkelan pasien

- Frekuensi pemberian yang terlalu sering

- Durasi pengobatan lama

- Efek samping obat berdampak berarti bagi

pasien

- Gejala sudah tidak muncul

Page 14: Tutorial Lbm 4 Blok 3.3

b. Major life event

c. Substance abuse

d. Konflik keluarga

6. Prognosis

Secara umum prognosis skizofrenia tergantung pada :

- Usia pertama kali timbul, makin muda makin buruk

- Mula timbulnya akut atau kronik, bila mula timbulnya akut prognosisnya lebih baik

- Tipe skizofrenia, pada tipe akut dan katatonik prognosisnya lebih baik

- Cepat, tepat serta teraturnya pengobatan yang di dapat

- Ada atau tidaknya faktor keturunan, jika terdapat faktor keturunan prognosisnya lebih

buruk

- Ada atau tidaknya faktor pencetus, jika ada prognosisnya lebih baik

- Kepribadian prepsikotik, apabila kepribadiannya skizoid, skitozim atau introvert

maka prognosis akan lebih buruk

- Keadaan sosial ekonomi, apabila rendah prognosis semakin jelek

Dalam artikel yang lain disebutkan bahwa prognosis skizofrenia pada fase residual

penyembuhan total yang berlangsung sekurang-kurangnya 3 tahun terjadi pada 10 %

pasien, sedangkan perbaikan yang bermakna terjadi sekitar 2/3 kasus. Banyak penderita

skizofrenia mengalami eksaserbasi intermitten, terutama sebagai respon terhadap situasi

lingkungan yang penuh stress. Pria biasanya mengalami perjalanan gangguan yang lebih

berat dibanding wanita. 10 % penderita skizofrenia meninggal karena bunuh diri.

Prognosis baik memiliki hubungan erat dengan tidak adanya gangguan perilaku

prodromal, pencetus lingkungan yang jelas, awitan mendadak, awitan pada usia

pertengahan, adanya konfusi, riwayat gangguan afek dan sistem dukungan yang tidak

kritis dan tidak terlalu intrusif.

Skizofrenia tipe I tidak selalu memiliki prognosis yang lebih baik dibanding skizofrenia

tipe II. Sekitar 70 % penderita skizofrenia yang berada dalam remisi mengalami relaps

dalam 1 tahun. Untuk itu, terapi selamanya diwajibkan pada kebanyakan kasus.

7. Askep

Page 15: Tutorial Lbm 4 Blok 3.3

a. Risk for Self-Mutilation

Definisi : at risk for deliberate self-injuries behavior causing tissue damage with

the intent of causing nonfatal injury to attain relief of tension.

Faktor Resiko : Command halucinations

Hasil akhir NOC yang disarankan : Risk Control, Self-Mutilation Restraint

Intervensi dan rasionalnya :

- Jauhkan semua benda berbahaya dari lingkungan pasien dengan pertimbangan

untuk keamanan pasien

- Mengatur pengobatan psikotropik bagi pasien sesuai resep dokter untuk

mengurangi ketegangan, perilaku impulsive, halusinasi dan panik

- Pindahkan ke ruangan tenang saat halusinasi pasien kambuh untuk

mengurangi stimulus

b. Gangguan Sensori Persepsi

Definisi : change in the amount or patterning of incoming stimuli accompanied by

a diminished, exaggerated, distorted, or impaired response to such stimuli.

Definisi karakteristik : kehadiran halusinasi visual

Outcome : pasien akan menyatakan penurunan frekuensi halusinasi visual secara

verbal

Intervensi :

- Menurunkan rangsangan dari lingkungan sekitar seperti suara keras, warna

cerah yang ekstrim, atau kilatan cahaya. Jika halusinasi visual terjadi,

tanyakan klien apa yang dia lihat.

- Mencoba untuk mengidentifikasi faktor presipitasi (pencetus) dengan cara

bertanya ke klien apa yang terjadi sebelum halusinasi mulai terjadi.

- Mengatur pengobatan yang diresepkan dokter

Page 16: Tutorial Lbm 4 Blok 3.3

DAFTAR PUSTAKA

Ralph, Sheila Sparks. 2011. Nursing Diagnosis Reference Manual 8th Edition. USA : Lippincott

Williams & Wilkins.