sgd blok 15 lbm 5

Download SGD Blok 15 LBM 5

If you can't read please download the document

Upload: tiarabistyaastari

Post on 04-Jan-2016

350 views

Category:

Documents


49 download

DESCRIPTION

sgd

TRANSCRIPT

18LAPORAN SGDBLOK 15 LBM 5EVIDENCE BASED DENTISTRYKelompok SGD 1 :Ahdiatus Safiah31101300332Apriana Nofita Sari31101300341Atiya Zulfa31101300343Farisa Meilina Hardani31101300351Firma Nabila Mumpuni31101399352Isma Susanti31101300354Santy Febryaningsih31101300385Siti Diah Nirmala31101300387Tia Lovita Pertiwi31101300392Tiara Bistya Astari31101300393FAKULTAS KEDOKTERAN GIGIUNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG2014/2015KATA PENGANTARPuji syukur kita panjatkan kehadirat Allah yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami bisa menyelesaikan laporan hasil SGD 1 Blok 15 LBM 5 Evidence Based Dentistry. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas SGD yang telah dilaksanakan. Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah membantu kami dalam mengerjakan laporan ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman mahasiswa yang juga sudah bersusah payah membantu baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan laporan ini.Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, kami telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karena itu tim penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima kritik dan saran guna penyempurnaan laporan ini.Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.Semarang, 10 Oktober 2015PenyusunLEMBAR PENGESAHANBLOK 15 LBM 5EVIDENCE BASED DENTISTRYLAPORAN SGDTelah Disetujui oleh :Semarang, 12 Oktober 2015Tutor SGDDr. Drg. Diyah Fatmasari, MDSc DAFTAR ISIHALAMAN JUDUL i KATA PENGANTAR iiLEMBAR PENGESAHAN iiiDAFTAR ISI ivBAB I PENDAHULUANSkenario 1Latar Belakang 1Rumusan Masalah 1Tujuan 1Manfaat 2BAB II TINJAUAN PUSTAKALandasan Teori 3Evidence Based Dentistry 3Definisi EBD 3Tujuan EBD 4Manfaat EBD 4Alasan Diterapkannya EBD 5Langkah-Langkah EBD 5Kelebihan EBD 6Kekurangan EBD 6PICODefinisi PICO 7Langkah-Langkah PICO 7Critical AppraisalDefinisi Critical Appraisal 10Tujuan Critical Appraisal 10Manfaat Critical Appraisal 10Langkah-Langkah Critical Appraisal 10Alasan Perlunya Critical Appraisal 11Kendala Critical Appraisal 11Keuntungan Critical Appraisal 12Kerugian Critical Appraisal 12VIAValid 13Importance 17Applicability 17Peta Konsep 19BAB III PENUTUPKesimpulan 20 Saran 20DAFTAR PUSTAKA viBAB IPENDAHULUANDosen : Ketika menyusun penelitian, anda harus mencari sumber referensi yang layak rujuk dengan cara mencari sebanyak mungkin artikel penelitian terkini. Kemudian artikel tersebut dianalisis melalui kegiatan critical appraisal sesuai dengan langkah-langkah EBD. Wahid : kenapa saya harus melakukan langkah-langkah EBD pak?Dosen : ya... coba anda cari sendiri. Jangan lupakan juga tentang langkah-langkah PICO. Wahid : ya pak... saya akan pelajari.SkenarioLatar BelakangDalam dunia kedokteran gigi, perkembangan informasi seputar dunia medis dan penyakit terus berkembang pesat. Oleh sebab itu, dokter gigi harus selalu mengikuti perkembangan pengetahuan. Tidak terkecuali dalam penegakan diagnosis, dokter gigi harus memeriksa pasien dengan prosedur yang tepat sesuai dengan sebuh prinsip yang disebut EBD (Evidence Based Dentistry).EBD adalah sebuah pertimbangan bukti ilmiah (evidence) yang sahih yang diketahui hingga kini untuk menentukan pengobatan pada penderita yang sedang kita hadapi. EBD ini dijadikan dasar dalam melakukan diagnosis dan terapi. EBD yang digunakan untuk melakukan langkah diagnosis disebut Evidence Based Dentistry Diagnosis.Dari skenario ini, mahasiswa diharapkan mampu mengetahui langkah-langkah Evidence Based Dentistry (EBD) dan langkah-langkah PICO serta kaitannya terhadap kegiatan critical appraisal.Rumusan MasalahDefinisi EBDTujuan dan manfaat EBDLangkah-langkah EBDKelebihan dan kekurangan EBDDefinisi PICOLangkah-langkah PICODefinisi Critical AppraisalLangkah-langkah Critical AppraisalTujuanMemahami metode pembelajaran berbasis bukti-bukti penelitianMerumuskan masalah yang dihadapi pasienMampu melakukan evaluasi penelusuran informasi dan validitas informasiMelakukan evaluasi diagnosis dan menerapkan langkah yang benar dalam menegakkan diagnosis sesuai EBDManfaatMengetahui masalah yang dihadapi pasienMendapatkan informasi yang validMampu melakukan langkah yang benar sesuai dengan EBM dalam mencapai diagnosisBAB IITINJAUAN PUSTAKALANDASAN TEORI Evidence Based DentistryDefinisi EBDEBD menggunakan segala pertimbangan bukti ilmiah (evidence) yang sahih yang diketahui hingga kini untuk menentukan perawatan dan pengobatan pada penderita yang sedang kita hadapi. Ini merupakan penjabaran bukti ilmiah lebih lanjut setelah obat dipasarkan dan seiring dengan pengobatan rasional (Iwan Darmansjah, Pusat Uji Klinik Obat FKUI, 2002).EBD adalah suatu pendekatan medik yang didasarkan pada bukti-bukti ilmiah terkini untuk kepentingan pelayanan kesehatan penderita (Sackett et al, 2000).EBD adalah proses yang digunakan secara sistematik untuk menemukan, menelaah atau mereview, dan memanfaatkan hasil-hasil studi sebagai dasar dari pengambilan keputusan klinik (Hall et al, 1999). EBD merupakan integrasi dari 3 unsur yang disebut Triad EBM yaitu bukti klinis (best research evidence), keterampilan klinis (clinical expertise), serta Patient Concerns, Values and Expectation (Sackett, et al, 2001).Keterampilan klinis adalah keterampilan dan kemampuan menilai oleh dokter gigi yang didapat dari pengalaman dan praktek klinik. Bukti klinis adalah penilaian yang relevan secara klinis, dapat berupa ilmu-ilmu kedokteran dasar, tetapi terutama dari riset-riset yang berorientasi pasien. Sebuah penemuan klinis dapat mengganti sebuah uji metoda diagnosis maupun terapi yang telah diterima ke metode baru yang lebih kuat, tepat, efektif, dan aman. Sehingga dalam menerapkan suatu EBD, dokter gigi tidak hanya melihat berdasarkan pada keluhan pasien semata, tetapi juga dokter harus dapat mencari informasi yang valid tentang penyakit yang tengah diderita pasien. Dari informasi yang diperoleh, dokter diharapkan mampu mengaplikasikannya sesuai dengan keadaan pasien (repository.ui.ac.id, 2008).Pengobatan berbasis bukti terutama didasarkan pada lima langkah, yaitu fokus memberi pertanyaan, mencari bukti, telaah kritis, membuat keputusan, dan evaluasi hasil (www.cebm.net, 2009).Pengambilan keputusan dalam bidang kedokteran antara lain pada diagnosis, pengobatan, pencegahan, prognosis, etiologi. (repository.ui.ac.id, 2008)Tujuan EBDUntuk membantu proses pengambilan keputusan klinik, baik untuk kepentingan pencegahan, diagnosis, terapeutik, maupun rehabilitatif yang didasarkan pada bukti-bukti ilmiah terkini yang terpercaya dan dapat dipertanggungjawabkan (Sackett et al, 2000).Dokter gigi tidak khawatir terhadap tuntutan malpraktik, karena telah menjalankan tugas profesinya sesuai kaidah etika ilmu kedokteran yang berbasis ilmiah, valid, dan reliabel (Pandhita, 2007).Memberikan pelayanan medis yang berpusat pada pasien (patient-centered medical care), bukan berorientasi penyakit. Manfaat EBDAspek MedikBerfungsi untuk melayani penderitaAspek IlmiahMelalui EBD kita mengadakan survei tentang keluhan sejumlah penderita penyakit tertentuMelalui EBD kita mengadakan survei tentang kelainan fisik sejumlah penderita penyakit tertentuDapat melakukan survei terapiAspek PersonalHubungan dokter gigi dan pasien menjadi lebih baikKualitas dan profesionalisme menjadi lebih baikAspek SosialPenerapan EBD secara luas akan meningkatkan kesadaran serta perhatian masyarakat kepada kesehatan (Koentjoro, 2008).Alasan diterapkannya EBDInformasi yang didapatkan up to dateBuktinya terpercaya dan dapat dipertanggungjawabkan (Sackett et al, 2000).Temuan dan hipostesis yang diajukan pada waktu yang lalu secara cepat digantikan dengan temuan baru yang segera menggugurkan teori yang ada sebelumnya (Antes, 2001).Langkah-Langkah EBDSebuah strategi yang efisien untuk menerapkan EBD adalah strategi push and pull. Dengan push (just in case) dimaksudkan, bukti-bukti terbaik tentang masalah klinis pasien yang sering atau banyak dijumpai di tempat praktik secara proaktif dicari dan dipelajari sebelum pasien mengunjungi praktik klinis, lalu bukti-bukti disampan ke dalam file atau memori dokter gigi. Dengan pull (just in time) dimaksudkan, bukti-bukti riset terbaik yang tersimpan dalam file atau memori dokter ditarik, diambil, dan digunakan ketike pasien mengunjungi praktik klinis. Intinya, praktik EBD terdiri atas lima langkah (Tabel 1) (Sackett, 1997; Straus et al., 2005).Tebel 1 Lima Langkah Evidence-Based DentistryLangkahKeteranganLangkah 1Langkah 2 Rumuskan pertanyaan klinis tentang pasien, terdiri atas empat komponen: Patient, Intervention, Comparison, dan Outcome.Temukan bukti-bukti yang bisa menjawab pertanyaan itu. Salah satu sumber database yang efisien untuk mencapai tujuan itu adalah PubMed Clinical Queries.Langkah 3Langkah 4Langkah 5Lakukan penilaian kritis apakah bukti-bukti benar (valid), penting (importance), dan dapat diterapkan di tempat praktik (applicability).Terapkan bukti-bukti pada pasien. Integrasikan hasil penilaian kritis dengan keterampilan klinis dokter, dan situasi unik biologi, nilai-nilai, dan harapan pasien.Lakukan evaluasi dan perbaiki efektivitas dan efisiensi dalam menerapkan keempat langkah tesebutSource: Pengantar EBMKelebihan EBDMemudahkan dokter gigi untuk menyelesaikan masalah pasienMeningkatkan daya analisis kritis agar dokter gigi tidak salah dalam menegakkan diagnosisDapat meningkatkan kualitas hidup pasienDapat selalu mengikuti perubahan informasi terkiniMengetahui validitas dari suatu jurnal penelitianMenghasilkan pemikiran yang akurat (www.ebmny.org). Kekurangan EBDMemakan banyak waktuAdanya negative thinking terhadap suatu informasi tertentu (evidencebasedmedicine.co.uk). PICODefinisi PICOPICO merupakan rangkaian pertanyaan yang sistematis dan spesifik untuk memperoleh jawaban yang benar atas pertanyaan klinis sesuai langkah-langkah EBD. Langkah-langkah PICOAgar jawaban yang benar atas pertanyaan klinis latar depan bisa diperoleh dari database, maka pertanyaan itu perlu dirumuskan dengan spesifik, dengan struktur terdiri atas empat komponen, disingkat PICOPatient problemInterventionComparisonOutcomePatient and problemPertanyaan klinis perlu mendeskripsikan dengan jelas karakteristik pasien dan masalah klinis pasien yang dihadapi pada praktik klinis. Karakteristik pasien dan masalahnya perlu dideskripsikan dengan eksplisit agar bukti-bukti yang dicari dari database hasil riset revelan dengan masalah pasien dan dapat diterapkan, yaitu bukti-bukti yang berasal dari riset yang menggunakan sampel pasien dengan karakteristik serupa dengan pasien/populasi pasien yang datang pada praktik klinis.Keserupaan antara karakteristik demografis, morbiditas, klinis, dari sampel penelitian dan pasien yang datang pada praktik klinik penting untuk diperhatikan, karena mempengaruhi kemampuan penerapan bukti-bukti (applicability). Jika karakteristik kedua populasi berbeda, maka bukti-bukti yang dicari tidak dapat diterapkan, atau dapat diterapkan dengan pertimbangan yang hati-hati dan bijak (conscientious and judicious judgement).Masalah klinis yang dihadapi dokter dan perlu dijawab dengan metode EBD perlu dirumuskan dengan jelas apakah mengenai kausa/etiologi penyakit pasien, akurasi tes diagnostik, manfaat terapi, kerugian (harm) dari terapi, atau prognosis. InterventionPertanyaan klinis perlu menyebutkan dengan spesifik intervensi yang ingin diketahui manfaat klinisnya. Intervensi diagnostik mencakup tes skrinning, tes/alat/prosedur diagnostik, dan biomarker. Intervensi terapetik meliputi terapi obat, vaksin, prosedur bedah konseling, penyuluhan kesehatan, upaya rehabilitatif, intervensi medis, dan pelayanan kesehatan lainnya.Tetapi intervensi yang dirumuskan dalam pertanyaan klinis bisa juga merupakan paparan (exposure) suatu faktor yang diduga merupakan faktor resiko/ etiologi/ kausa yang mempengaruhi terjadinya penyakit/ masalah kesehatan pada pasien. Intervensi bisa juga merupakan faktor prognostik yang mempengaruhi terjadinya akibat-akibat penyakit, seperti kematian, komplikasi, kecacatan, dan sebagainya (bad outcome) pada pasien.ComparisonPrinsipnya, secara metodologis untuk dapat menarik kesimpulan tentang manfaat suatu tes diagnostik, maka akurasi tes diagnostik itu perlu dibandingkan dengan keberadaan penyakit yang sesungguhnya, tes diagnostik yang lebih akurat yang disebut rujukan standar (standar emas), atau tes diagnostik lainnya. Hanya dengan melakukan perbandingan maka dapat disimpulkan apakah tes diagnostik tersebut bermanfaat atau tidak bermanfaat untuk dilakukan. Sebagai contoh, jika hasil tes diagnostik mendekati keberadaan penyakit yang sesungguhnya, atau mendekati hasil tes diagnostik standar emas, maka tes diagnostik tersebut memiliki akurasi yang baik, sehingga bermanfaat untuk dilakukan.Demikian pula untuk menarik kesimpulan tentang efektifitas terapi, maka hasil dari pemberian terapi perlu dibandingkan dengan hasil tanpa terapi. Jika terapi memberikan perbaikan klinis pada pasien, tetapi pasien tanpa terapi juga menunjukkan perbaikan klinis yang sama, suatu keadaan yang disebut efek plasebo, maka terapi tersebut tidak efektif. Pembanding yang digunakan tidak harus tanpa intervensi (do nothing) ataupun plasebo. Pembanding bisa juga merupakan intervensi alternatif atau terapi standar yang digunakan selama ini (status quo). Jenis pembanding yang digunakan sangat penting untuk dicermati karena sangat mempengaruhi kesimpulan dan penerapan temuan. Contoh, sebuah terapi baru mungkin memberikan perbaikan kllinis cukup besar dan secara statistik signifikan ketika dibandingkan dengan tanpa terapi. Dinyatakan dalam ukuran efek terapi yang disebut NNT (number needed to treat) atau JDD (jumlah dibutuhkan untuk diobati), terapi baru mungkin memiliki NNT cukup rendah sehingga cukup efektif dibandingkan dengan plasebo. Tetapi terapi baru sesungguhnya tidak memberikan perbaikan inkremental klinis dengan cukup besar dan secara statistik tidak signifikan jika dibandingkan dengan terapi standar. Jika efek terapi dinyatakan dalam NNT, terapi bru mungkin memiliki NNT yang tidak cukup kecil untuk bisa disebut efektif jika dibandingkan dengan terapi lama (standar). Bila dalam aspek kerugian (harm, adverse events) serta biaya yang diakibatkan oleh terapi baru dan terapi standar sama, maka tidak ada alasan untuk menyimpulkan terapi baru lebih baik daripada terapi standar. OutcomeEfektifitas intervensi diukur berdasarkan perubahan pada hasil klinis (clinical outcome). Konsisten dengan triad EBD, EBD memandang penting hasi akhir yang beriorientasi pasien (patient-oriented outcome) dari sebuah intervensi medis. Patient-oriented outcome dapat diringkas menjadi 3D: (1) Death; (2) Disability; (3) Discomfort. Intervensi medis seharusnya bertujuan untuk mencegah kematian dini, mencegah kecacatan, dan mengurangi ketidaknyamanan. Death. Death (kematian) merupakan hasil buruk (bad outcome) jika terjadi dini atau tidak terjadi dini atau tidak tepat waktunya. Contoh, balita yang mati akibat dehidrasi pasca diare, kematian mendadak (sudden death) yang dialami laki-laki usia 50 tahun pasca serangan jantung, merupakan kematian dini yang seharusnya bisa dicegah.Disability. Disability (kecacatan) adalah ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari di rumah, di tempat bekerja, melakukan aktivitas sosial, atau melakukan rekreasi. Kecacatan mempengaruhi kualitas hidup pasien, diukur dengan QALY (Quality-Adjusted Life Year), DALY (Disability-Adjusted Life Year), HYE (Healthy Years Equivalent), dan sebagainya. Discomfort. Discomfort (ketidaknyamanan) merupakan gejala-gelala seperti nyeri, mual, sesak, gatal, cemas, dan aneka gejala lainnya yang mengganggu kenyamanan kehidupan normal manusia, dan menyebabkan penderitaan fisik dan/ atau psikis manusia. Ketidaknyamanan merupakan bagian dari kualitas hidup pasien.Critical AppraisalDefinisi Critical AppraisalCritical appraisal adalah proses sistematis dalam menilai validitas, hasil, dan relevansinya sebelum menggunakan bukti tersebut untuk menentukan sebuah keputusan. Critical appraisal dibutuhkan dalam penganalisaan dan penyeleksian penelitian secara kritis untuk menghasilkan penemuan yang berkualitas, serta memikirkan apakah proses tersebut memang benar dibutuhkan dan tepat diaplikasikan, atau apakah ada alternatif yang lebih baik. Tujuan Critical AppraisalAgar mampu mengevaluasi dan menganalisis sumber informasi yang diperolehAgar mampu memahami informasi yang diperolehAgar mampu mengikuti perubahan informasi yang adaAgar mampu memberi komentar dan mengevaluasi baik terhadap permasalahan yang dihadapi maupun pemecahan masalah tersebut (criticalappraisal.com). Manfaat Critical AppraisalMeningkatkan daya analisis kritisMenentukan alternatif yang lebih baikMemunculkan banyak pertanyaan baruInformasi yang diperoleh lebih detail Memperoleh kebenaran suatu informasi (FK Unika Atma Jaya).Langkah-Langkah Critical AppraisalBeberapa langkah yang harus diikuti dalam mengkritisi artikel ilmiah:Membaca artikel penelitian dengan cepatBaca keseluruhan artikel tanpa mencatat untuk memahami gagasan dan tujuan penulisan serta topik utama dari artikel penelitian tersebutAnalisis dan kritisi serta buatlah catataan mengenai gagasan utama artikel dan topik-topik utama artikel yang dibacaGaris bawahi gagasan utamaBuat catatan lengkap di kertas mengenai gagasan tersebutTeliti kembali catatan yang telah dibuat untuk memastikan apakah catatan sudah termasuk:Tujuan utama dari artikel; misalnya untuk menjelaskan, menganalisis, mengevaluasi, memberikan pendapat, mengkritisi, mendiskusikan gagasan/pendapat yang berbeda dengan gagasan/pendapat orang lain.Metode yang digunakan oleh peneliti.Hasil penelitian dan kesimpulan dari analisis hasil tersebut.Menyusun critical appraisal sesuai dengan kaidah penulisan ilmiah yaitu introduction, body, dan conclusion. Mengidentifikasi proses yang perlu diperbaiki.Alasan Perlunya Critical Appraisal Mendorong untuk membiasakan diri menggunakan bukti-bukti ilmiah untuk menyelesaikan suatu permasalahanMenutup kerenggangan antara fakta ilmiah dan empirisPenelitian yang dipublikasikan tidak selalu dapat dipercayaPenelitian yang dipublikasikan tidak selalu validMemperbaiki keefektifan klinisKendala Critical AppraisalMemakan banyak waktuTidak selalu memberikan jawaban yang mudahKurangnya pengetahuan tentang metodologi penelitianMerupakan hal yang membosankanMemerlukan biaya yang tidak sedikitKeuntungan Critical AppraisalDapat mengembangkan pemikiran menurut akses informasi yang valid, relevan, dan berguna sesuai dengan hasil publikasi riset pengetahuan.Keterampilan critical appraisal tidak sulit untuk dikembangkanCritical appraisal melakukan pendekatan dengan alat yang nyaman dan memadaiBersama dengan kemampuan menunjukkan dalam menemukan bukti penelitian dan perubahan pelatihan sebagai hasil penelitian, critical appraisal adalah jalan penutup dari gabungan antara peneliti dan pelatihan sebagai kontribusi yang penting untuk meningkatkan kualitas kesehatan.Kerugian Critical AppraisalCritical appraisal tidak dapat berkembang bila pertanyaan hasi analisis yang dihasilkan terlalu mudah dengan fakta intervensi tidak efektif sesuai dengan bukti.Critical appraisal ditekankan jika kekurangan bukti informasi yang baik, yang dapat membuat hasil riset terbatas pada informasi yang tidak jelas.Critical appraisal tidak selalu memberikan pembaca kemudahan menjawab suatu kemungkinan yang diharapkan. VIADalam EBM, yang di-critical appraisal dari suatu artikel ilmiah adalah:Apakah artikel tersebut valid? (Valid) Apakah artikel yang sudah dinilai valid tersebut penting? (Importance)Apakah artikel yang dinilai valid dan penting tersebut dapat diterapkan pada pasien kita? (Applicability)Valid Validitas sebuah penelitian dinilai dari metode penelitian yang digunakan oleh peneliti. Karena itu dalam mengkaji suatu artikel, kita harus mempelajari lebih dahulu bagian metode (cara kerja) dari penelitian. Untuk menetapkan artikel tersebut valid, bagian yang paling penting dan utama yang harus dibaca dan dikaji dari suatu artikel ilmiah adalah bagian metode. Bagian metode menerangkan tentang subjek penelitian, cara pengambilan sampel, cara pemeriksaan, dan analisis data. Bagian ini yang menentukan apakah sampel diambil secara acak, dan bagaimana secara rinci proses randomisasi tersebut dilakukan. Jadi, penelitian yang valid adalah penelitain yang terbukti melakukan pengambilan sampel secara acak, desain yang tepat, cara pemeriksaan dan pengambilan data yang benar, serta metode analisis data yang tepat.Untuk melakukan kajian kritis terhadap suatu makalah dibutuhkan pengetahuan tentang metodologi dan biostatistik yang cukup baik dan pengetahuan tentang tata cara kajian kritis menurut EBD. Tanpa pengetahuan tentang metodologi dan biostatistik, seseorang tidak dapat menyimpulkan bukti dari makalah tersebut. Dalam EBD, kita tidak dapat menilai validitas artikel hanya dengan membaca abstrak atau ringkasan saja. Di dalam abstrak atau ringkasan, pengambilan sampel tidak dijelaskan bahkan mungkin hanya ditulis satu kata acak atau bahkan kadang-kadang tidak ditulis. Padahal dalam EBD pengambilan sampel secara acak sangat menentukan validitas. Artikel-artikel yang sampelnya tidak diambil secara acak berarti tidak valid. Jika artikel tersebut tidak valid, kita tidak perlu meneruskan pengkajian terhadap artikel tersebut untuk menentukan pentingnya. Untuk menetapkan validitas penelitian terapi, berikut adalah daftar pertanyaan yang harus dijawab:Apakah alokasi pasien terhadap terapi pada penelitian ini dilakukan secara acak? Atau apakah desain yang digunakan Randomized Controlled Trial (RCT)? Dan apakah daftar randomisasi ini disembunyikan? Atau apakah pada makalah tersebut penjelasan pengambilan sampel secara acak dijelaskan secara rinci dan lengkap? Jika jawaban pertanyaan tersebut ya, maka artikel tersebut baik.Apakah pengamatan pasien dilakukan secara cukup panjang dan lengkap? Jika jawaban ya, maka artikel tersebut baik.Apakah semua pasien dalam kelompok yang diacak, dianalisis (bila drop out terlalu besar (>20%) dilakukan intention to treat analysis dengan mengambil skenario terburuk)?Pada penelitian yang terlalu banyak drop out (lebih dari 20%) setelah diacak, kita harus melakukan intention to treat analysis, yaitu melakukan analisis dengan memasukkan semua subjek yang drop out dengan skenario kesudahan terburuk. Kemudian kita bandingkan hasil kesudahan antara kelompok terapi dan kontrol dibandingkan dengan kalau kita memakai skenario terburuk. Kalau hasil pada skenario terburuk lebih rnedah (karena kita melakukan intention to treat analysis biasanya kita ambil pada kemungkinan terburuk), maka validitas penelitian lebih terjamin. Intention to treat analysis memelihara atau menjamin pelaksanaan randomisasi.Apakah pasien dan dokter tetap blind dalam melakukan terapi yang diberikan (karena tidak semua terapi dapat dilakukan blind)? Blind penting untuk menghindari subjektifitas para klinikus yang akan membelokkan alur penelitian. Double blind menghindari subjek dan para klinisi untuk memberikan terapi tambahan atau intervensi lain terlepas dari ketentuan yang telah ditetapkan.Apakah semua kelompok diperlakukan sama, selain dari terapi yang diuji?Jika jawaban pertanyaan tersebut ya, maka artikel tersebut baik.Apakah kelompok terapi dan kontrol sama/mirip pada awal studi (biasanya ditunjukkan dalam tampilan data dasar)? Dan apakah semua faktor perancu ditampilkan?Jika jawaban pertanyaan tersebut ya, maka artikel tersebut baik.Untuk memperoleh validitas EBD dapat ditentukan melalui klasifikasinya. Menurut U.S Preventive Task Force antara lain:Level I.1Evidence yang berasal dari meta-analysis atau systematic review.Level I.2Evidence yang berasal dari sekurang-kurangnya satu RCT. RCT mempunyai keterbatasan untuk mengevaluasi suatu terapi jangka panjang, dan hal ini sangat terbatas dalam evaluasi yang berhubungan dengan proses pemeliharaan lingkungan. Meskipun demikian, penelitian dengan metodologi yang bersifat acak tetap merupakan bukti yang valid dari suatu penelitian. RCT merupakan suatu standar baku (gold standard) dari penelitian-penelitian klinis lainnya. Ada banyak pendapat tentang perbedaan dalam menentukan kekuatan systematic review atau meta-analysis dengan suatu RCT. Keduanya mempunyai kelebihan dan kelemahan, namun RCT tetap lebih unggul karena dikerjakan pada sampel yang banyak, homogen, dan bermakna dengan persisi sempit. Systematic review atau meta analysis menyimpulkan gabungan beberapa RCT, tetapi karena penelitian tersebut dilakukan di tempat dengan populasi yang berbeda (heterogen) ataupun hasil yang juga berbeda, yang justru hal ini akan melemahkan systematic review.Level II.1Evidence yang berasal dari percobaan terkontrol tanpa randomisasi (case control).Level II.2 Evidence yang berasal lebih dari satu kelompok percobaan (cohort).Level II.3Evidence yang berasal dari beberapa waktu yang berbeda tetapi tanpa interfensi.Level IIIOpini dari penulis yang disegani berdasarkan pengalaman klinis, studi, dan laporan ahli.ImportanceSetelah artikel-artikel yang ditemukan dinyatakan valid, maka yang harus dilakukan selanjutnya adalah menganalisis pentingnya (importance). Dari aspek terapi, pentingnya suatu makalah dilihat dari besarnya nilai JDD, sedangkan pada aspek diagnosis diambil dari selisih antara nilai PrTP dan PoTP. Pada penelitian terapi, untuk mengetahui apakah artikel tersebut penting, maka yang harus dicermati adalah bagian hasil, kemudian dihitung. Seberapa besarkan efek terapi tersebut (besaran penting ditunjukkan dengan menghitung jumlah pasien yang dibutuhkan untuk diobati (JDD))?Seberapa persisi estimasi dari efek terapi tersebut (besarnya 95% IK)?Penetapan JDD dihitung dengan cara:PaparanEfekPositifNegatifPositifABNegatifCDApplicabilitySetelah artikel yang ditemukan tersebut valid dan penting, langkah selanjutnya adalah mengatahui apakah terapi tesebut dapat diterapkan untuk pasien atau tidak. Untuk keperluan tersebut, berbagai pertanyaan yang harus dilakukan adalah:Apakah kita dapat menerangkan bukti tentang aspek terapi yang valid dan penting ini pada pasien?Apakah pada pasien kita terdapat perbedaan bila dibanding dengan yang terdapat pada penelitian sehingga hasil penelitian tersebut tidak dapat diterapkan pada pasien?Apakah terapi tersebut mungkin dapat diterapkan pada pasien?Apakah pasien mempunyai potensi yang menguntungkan atau merugikan bila terapi tersebut diterapkan?Setelah hasil critical appraisal terhadap artikel penelitian tersebut dinyatakan valid, penting dan dapat diterapkan pada pasien, maka langkah selanjutnya adalah menetapka terapi tersebut dalam penatalaksanaan pasien. Setelah ditatalaksana dengan terapi tersebut, dilakukan evaluasi keberhasilan terapi yang digunakan. PETA KONSEPComparisonImportantValidApplying to solve problemApplicabilityOutcomeInterventionPasien Berfikir KritisProblem/Patient/PopulationEvaluationSearching ArticlesCritical AppraisalClinical ProblemEBDMasalah KlinisBAB IIIPENUTUPKesimpulanEBD merupakan praktik kedokteran gigi klinis yang memadukan bukti yang ada, keterampilan klinis, dan nilai-nilai pasien. EBD bertujuan membantu klinisi agar pelayanan medis memberikan hasil klinis yang optimal kepada pasien. Penggunaan bukti ilmiah dari riset terbaik memungkinkan pengambilan keputusan klinis yang lebih efektif, bisa diandalkan, aman, dan cost-effective. EBD terdiri atas lima langkah: (1) Merumuskan pertanyaan klinis tentang masalah pasien menggunakan langkah PICO; (2) Mencari bukti dari sumber database hasil riset yang otoritatif; (3) Menilai kritis bukti tentang validitas, kepentingan, dan kemampuan penerapan bukti; (4) Menerapkan bukti pada pasien; (5) Mengevaluasi kinerja penerapan bukti yang telah dilakukan pada pasien.SaranSebaiknya dalam menegakkan diagnosis pada pasien, dokter gigi menggunakan dasar langkah-langkah Evidence Based Dentistry utuk meningkatkan kualitas hidup pasien. DAFTAR PUSTAKAAm J Med. 1997. Problems in the evidence of evidence-based medicine. PubMed Result: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/9428837 (diakses pada 8 Oktober 2015)Buku Petunjuk Praktikum Blok 15 Research Metodology Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Islam Sultan AgungElstein and Schwarz . 2002. Evidence base of clinical diagnosis Clinical problem solving and diagnostic decision making selective review of the cognitive literature. Diunduh dari BMJ: http://www.bmj.com/cgi/content/full/324/7339/729 (diakses pada 8 Oktober 2015)Indah S. Widyahening. 2008. Pengantar Evidence based Medicine. Diunduh dari: http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/d22139ab8cae4502661dbdbcb0455b76277da1b8.pdf (diakses pada 5 September 2009)Murti, Bhisma. Pengantar Evidence-Based Medicine. Diunduh dari: Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (diakses pada 8 Oktober 2015)Sackett and Rosenberg. 2007. On the need for evidence-based medicine. Diunduh dari: http://jpubhealth.oxfordjournals.org/cgi/content/abstract/17/3/330 (diakses pada 8 Oktober 2015)Sackett et al. 2009. Evidence based medicine what it is and what it isn't. diunduh dari BMJ: http://www.bmj.com/cgi/content/extract/312/7023/71 (diakses pada 8 Oktober 2015)