lapsus vesicolithiasis

39
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penyakit batu saluran kemih yang selanjutnya disingkat BSK adalah terbentuknya batu yang disebabkan oleh pengendapan substansi yang terdapat dalam air kemih yang jumlahnya berlebihan atau karena faktor lain yang mempengaruhi daya larut substansi. BSK sudah diderita manusia sejak zaman dahulu, hal ini dibuktikan dengan diketahui adanya batu saluran kemih pada mummi Mesir yang berasal dari 4800 tahun sebelum Masehi. Hippocrates yang merupakan bapak ilmu Kedokteran menulis 4 abad sebelum Masehi tentang penyakit batu ginjal disertai abses ginjal dan penyakit Gout. BSK pada laki-laki 3-4 kali lebih banyak daripada wanita. Hal ini mungkin karena kadar kalsium air kemih sebagai bahan utama pembentuk batu pada wanita lebih rendah daripada laki- laki dan kadar sitrat air kemih sebagai bahan penghambat terjadinya batu (inhibitor) pada wanita lebih tinggi daripada laki-laki. Batu saluran kemih banyak dijumpai pada orang dewasa antara umur 30-60 tahun dengan rerata umur 42,20 tahun (pria rerata 43,06 dan wanita rerata 40,20 tahun). Umur terbanyak penderita batu di negara-negara Barat 20-50 tahun1 dan di Indonesia antara 30-60 tahun. Kemungkinan keadaan ini disebabkan adanya perbedaan faktor sosial ekonomi, budaya dan diet. 1

Upload: ikhsan-el-sonador

Post on 20-Oct-2015

50 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Lapsus Vesicolithiasis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Penyakit batu saluran kemih yang selanjutnya disingkat BSK adalah terbentuknya batu

yang disebabkan oleh pengendapan substansi yang terdapat dalam air kemih yang jumlahnya

berlebihan atau karena faktor lain yang mempengaruhi daya larut substansi. BSK sudah

diderita manusia sejak zaman dahulu, hal ini dibuktikan dengan diketahui adanya batu

saluran kemih pada mummi Mesir yang berasal dari 4800 tahun sebelum Masehi.

Hippocrates yang merupakan bapak ilmu Kedokteran menulis 4 abad sebelum Masehi

tentang penyakit batu ginjal disertai abses ginjal dan penyakit Gout.

BSK pada laki-laki 3-4 kali lebih banyak daripada wanita. Hal ini mungkin karena kadar

kalsium air kemih sebagai bahan utama pembentuk batu pada wanita lebih rendah daripada

laki-laki dan kadar sitrat air kemih sebagai bahan penghambat terjadinya batu (inhibitor) pada

wanita lebih tinggi daripada laki-laki. Batu saluran kemih banyak dijumpai pada orang

dewasa antara umur 30-60 tahun dengan rerata umur 42,20 tahun (pria rerata 43,06 dan

wanita rerata 40,20 tahun). Umur terbanyak penderita batu di negara-negara Barat 20-50

tahun1 dan di Indonesia antara 30-60 tahun. Kemungkinan keadaan ini disebabkan adanya

perbedaan faktor sosial ekonomi, budaya dan diet.

BSK dapat menimbulkan keadaan darurat bila batu turun dalam sistem kolektivus dan

dapat menyebabkan kelainan sebagai kolektivus ginjal atau infeksi dalam sumbatan saluran

kemih. Kelainan tersebut menyebabkan nyeri karena dilatasi sistem sumbatan dengan

peregangan reseptor sakit dan iritasi lokal dinding ureter atau dinding pelvis ginjal yang

disertai edema dan penglepasan mediator sakit. Sekitar 60-70% batu yang turun spontan

sering disertai dengan serangan kolik ulangan.

Secara garis besar pembentukan BSK dipengaruhi oleh faktor Intrinsik dan Ekstrinsik.

Faktor Intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam individu sendiri seperti herediter/

keturunan, umur, jenis kelamin. Faktor ekstrinsik adalah faktor yang berasal dari luar

individu seperti kondisi geografis daerah, faktor lingkungan, jumlah air minum, diet, lama

duduk saat bekerja, olah raga, obesitas, kebiasaan menahan buang air kemih dan konsumsi

vitamin C dosis tinggi.

1

Page 2: Lapsus Vesicolithiasis

Tidak setiap orang dengan diet tidak seimbang akan terbentuk batu. Pada kelompok yang

disebut pembentuk batu, bila mempunyai kelainan kebiasaan makan tidak seimbang akan

terbentuk batu, tetapi pada kelompok bukan pembentuk batu tidak terjadi batu. Mengapa pada

kelompok pembentuk batu terjadi batu dan dan pada kelompok bukan pembentuk batu tidak

terjadi batu belum diketahui secara lengkap. Pembentuk batu cenderung mengekskresi air

kemih dengan volume yang rendah sehingga merupakan faktor pemacu pembentuk batu.

Beberapa zat gizi tertentu diduga merupakan faktor risiko BSK tetapi tidak pada orang

normal.

Banyak faktor risiko yang perlu diketahui dan dibuktikan sehingga dapat dilakukan

tindakan pencegahan, evaluasi pengobatan pasien dan mencegah kekambuhan sehingga

mengurangi morbiditas dan mortalitas untuk terkena BSK.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Laporan Kasus ini berisi tentang Anamnesa, pemeriksaan fisik, gejala pasien, serta

penatalaksanaan Batu Saluran Kencing terutama Batu Vesica Urinaria atau Vesicolithiasis.

Laporan ini juga membahas sedikit mengenai Batu Saluran Kencing secara umum.

1.3 TUJUAN PENULISAN

Penulisan Laporan Kasus ini bertujuan untuk:

Melaporkan pasien dengan diagnosa Vesicolithiasis.

Meningkatkan kemampuan dalam penulisan ilmiah di bidang kedokteran.

Memenuhi salah satu tugas Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Bedah Fakultas

Kedokteran Universitas Islam Malang RSUD Kanjuruhan Kepanjen Malang.

2

Page 3: Lapsus Vesicolithiasis

BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. M

Umur : 57 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Sumberpucung

Pekerjaan : Petani (pekerja sawah)

Pendidikan : Tamat SD

Agama : Islam

St.Perkawinan : Menikah

Suku : Jawa

No. Register : 257570

2.2 ANAMNESA

Keluhan Utama:

Keluar batu saat BAK sejak ± 5 tahun yang lalu.

Riwayat Penyakit Sekarang:

Sejak ± 5 tahun yang lalu pasien mengeluh keluar batu kecil saat BAK, dan selama ini

sudah 5x keluar batu saat BAK. Sebelumnya pasien mengalami BAK tidak lancar sejak ± 7

tahun yang lalu, saat BAK terasa panas dan nyeri hingga kadang-kadang saat BAK keluar

darah yang bercampur dengan air seni. Nyeri dapat hilang saat pasien merubah posisi. Bila

keluhan nyeri timbul pasien merasakan mual dan kembung. Pasien juga mengeluh pinggang

bagian belakang terasa nyeri terutama di sebelah kiri. Pasien tidak mengeluh anyang-

anyangan dan tidak sampai ingin mengedan saat BAK. Selama ini pasien hanya

mengobatinya di puskesmas dan hanya diberi obat. Pasien jarang sekali minum air putih,

dalam sehari hanya minum 3 gelas kecil.

Riwayat penyakit dahulu:

Sebelumnya pasien tidak pernah mengalami kejadian serupa seperti sekarang.

- Diabetes Melitus : disangkal

- Hipertensi : disangkal3

Page 4: Lapsus Vesicolithiasis

- Alergi : disangkal

Riwayat penyakit keluarga:

- Riwayat sakit dengan gejala serupa : Tidak diketahui

- Diabetes Melitus : Tidak diketahui

- Hipertensi : Tidak diketahui

- Alergi : Tidak diketahui

Riwayat Kebiasaan:

- Makan : 3 x sehari.

- Minum air putih : Jarang.

- Rokok : (+)

- Alkohol : (-)

- Jamu : (+)

2.3 PEMERIKSAAN FISIK

Status Present

Kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6)

Tanda Vital

Tensi : 120/90 mmHg

Nadi : 80 x/menit, isi cukup

Pernafasan : 20x/menit, regular

Suhu : 36,7o C

Kepala

Bentuk : normocephali

Rambut : warna putih beruban, distribusi tidak merata

Mata

Sklera Ikterik : -/-

Conjuctiva Anemis : -/-

Telinga

Bentuk : normotia

Secret : -/-

4

Page 5: Lapsus Vesicolithiasis

Hidung

Tidak ada deviasi septum

Sekret : -/-

Mulut dan tenggorokan

Bibir : tidak kering dan tidak cyanosis

Tonsil : T1/T1

Pharing : tidak hiperemi

Leher

Trakea lurus di tengah, tidak teraba pembesaran KGB

Paru

Suara nafas vesikuler, ronchi -/-, wheezing -/-

Jantung

Auskultasi: Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi : abdomen datar, tidak tampak adanya massa

Palpasi : teraba masa kistik pada supra simpisis, defence muscular

Perkusi : timpani.

Auskultasi : bising usus (+) normal

Ekstremitas

Superior: odem (-), tremor (-), tonus otot cukup, RF (+), RP (-)

Inferior : odem (-), tremor (-), tonus otot cukup, RF (+), RP (-)

Status lokalisata

Regio suprapubik : Inspeksi: tidak ada penonjolan

Palpasi : nyeri tekan (+), tidak teraba massa

Regio genitalia eksterna : inspeksi : terpasang DC, urin (+), pus (+)

Regio lumbalis : Inspeksi : datar

Palpasi : nyeri tekan (-), ginjal tidak teraba, tidak teraba massa

Perkusi : kiri: nyeri ketok (+)

2.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium :

5

Page 6: Lapsus Vesicolithiasis

Hb = 14,2 g/dl

Lekosit = 6.530 sel/cmm

Hitung jenis = 5/1/1/50/39/4

LED = 15/jam

Trombosit = 267.00 sel/cmm

Ureum = 19 mg/dl

Kreatinin = 1,01 mg/dl

GDS = 86 mg/dl

SGOT = 27 U/L

SGPT = 16 U/L

Lab urin = dalam batas normal

USG Abdomen

Hepar : tak membesar, tepi reguler. Intensitas echoparenchym homogen rata.

Sistem vaskuler/bilier/porta tak tampak kelainan. Tak tampak

nodul/kista/abses

Gald Bladder : dinding tak menebal, tak tampak batu/sludge

Pankreas/Lien : kontur normal. Tak tampak kalsifikasi/nodul

Ren Dextra : Ukuran 9 x 3,7 cm.

Intensitas echocortex meningkat, batas cortex medula kabur

Sistema pelviocalyceal tak dilatasi, tak tampak batu/kista/nodul.

Ren Sinistra : Ukuran 8,6 x 5 cm.

Intensitas echocortex meningkat, batas cortex medula kabur

Tampak batu pada calyceal pole bawah ukuran 0,4 cm dengan local ectasis

Vesica Urinaria : dinding tak menebal. Tampak batu ukuran 1,5 cm

Kesimpulan : batu pole bawah ren sinistra dengan lokal ectasis

Chronic parenchymal renal disease dextra/sinistra grade I

Vesicolithiasis

2.5 RESUME

6

Page 7: Lapsus Vesicolithiasis

Pasien Tn.M ♂ umur 57 tahun datang ke poli bedah RSUD Kanjuruhan Kepanjen

dengan keluhan keluar batu kecil saat BAK sejak ± 5 tahun yang lalu, dan selama ini sudah

5x keluar batu saat BAK. Sebelumnya pasien mengalami BAK tidak lancar sejak ± 7 tahun

yang lalu, saat BAK terasa panas dan nyeri hingga kadang-kadang saat BAK keluar darah

yang bercampur dengan air seni. Nyeri dapat hilang saat pasien merubah posisi. Bila keluhan

nyeri timbul pasien merasakan mual dan kembung. Pasien juga mengeluh pinggang bagian

belakang terasa nyeri terutama di sebelah kiri. Pasien tidak mengeluh anyang-anyangan dan

tidak sampai ingin mengedan saat BAK.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan di regio suprapubik, pus (+) pada genitalia

eksterna, nyeri ketok (+) pada regio lumbalis kiri.

Dari hasil laboratorium darah dan urin dalam batas normal. Hasil USG abdomen

didapatkan kesimpulan: batu pole bawah ren sinistra dengan lokal ectasis, Chronic

parenchymal renal disease dextra/sinistra grade I, Vesicolithiasis.

2.6 DIAGNOSIS

Diagnosis Kerja

Vesicolithiasis

Diagnosis Banding

Uretherolithiasis

Dasar Diagnosis

Anamnesa : sejak ± 5 tahun yang lalu pasien mengeluh keluar batu kecil saat BAK,

BAK tidak lancar.

Pada pasien didapatkan disuria, hematuria, nyeri saat BAK.

Pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan pada regio suprapubis.

Pemeriksaan penunjang : USG abdomen didapatkan batu ukuran 1,5 cm pada vesica

urinaria.

2.7 DISKUSI

Berdasarkan data tersebut di atas pasien ini di diagnosa dengan vesicolithiasis

berdasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik. Dan pemeriksaan penunjang. Hal-hal yang

mendukung diagnosis tersebut berdasarkan anamnesa adalah sejak ± 5 tahun yang lalu keluar

batu kecil saat BAK, nyeri dan keluar darah bercampur air kencing saat BAK. Pada

7

Page 8: Lapsus Vesicolithiasis

pemeriksaan fisik didapatkan adanya nyeri tekan pada regio suprapubis. Sedangkan dari

pemeriksaan penunjang yaitu USG abdomen didapatkan batu ukuran 1,5 cm pada vesica

urinaria.

Diagnosa banding dari kasus ini adalah uretherolithiasis. Uretherolithiasis adalah

terdapatnya batu di dalam saluran ureter. Batu ureter pada umumnya berasal dari batu ginjal

yang turun ke ureter. Batu ureter mungkin dapat lewat sampai ke kandung kemih dan

kemudian keluar bersama kemih. Batu ureter juga bisa sampai ke kandung kemih dan

kemudian berupa nidus menjadi batu kandung kemih yang besar. Batu juga bisa tetap tinggal

di ureter sambil menyumbat dan menyebabkan obstruksi kronik dengan hidroureter yang

mungkin asimtomatik. Tidak jarang terjadi hematuria yang didahului oleh serangan kolik.

Uretherolithiasis di diagnosa banding pada kasus ini berdasarkan pada anamnesis pasien yaitu

keluar batu saat BAK, nyeri dan hematuria. Uretherolithiasis disingkirkan berdasarkan hasil

USG yaitu tidak ditemukan batu pada saluran ureter.

2.8 PENATALAKSANAAN

Non Medikamentosa: Pengaturan gaya hidup melalui:

- Banyak minum air putih 2-3 liter perhari

- Perubahan pola makan

Medikamentosa:

- Cefotaxime

- Ketorolac

Pro operasi (vesicolithotomi)

8

Page 9: Lapsus Vesicolithiasis

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI SALURAN KEMIH

Sistem saluran kemih adalah suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan darah

sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat

yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam

air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih). Sistem saluran kemih terdiri dari ginjal, ureter,

kandung kemih (vesika urinaria) dan uretra. Sistem saluran kemih pada manusia dapat dilihat

pada gambar berikut :

Gambar 1. Sistem Saluran Kemih Pada Manusia

3.1.1 Ginjal

Masing-masing ginjal mempunyai panjang kira-kira 12 cm dan lebar 2,5 cm pada bagian

paling tebal dan berbentuk seperti kacang. Terletak pada bagian belakang abdomen. Ginjal

kanan terletak lebih rendah dari ginjal kiri karena ada hepar di sisi kanan. Ginjal memiliki

tiga bagian penting yaitu korteks, medulla dan pelvis renal. Bagian paling superfisial adalah

korteks renal, yang tampak bergranula. Di sebelah dalamnya terdapat bagian lebih gelap,

yaitu medulla renal, yang berbentuk seperti kerucut disebut piramid renal, dengan dasarnya

menghadap korteks dan puncaknya disebut apeks atau papilla renal. Di antara piramid

terdapat jaringan korteks, disebut kolum renal (Bertini). Ujung ureter yang berpangkal di

ginjal, berbentuk corong lebar disebut pelvis renal. Pelvis renal bercabang dua atau tiga,

disebut kaliks mayor yang masing-masing bercabang membentuk beberapa kaliks minor, 9

Page 10: Lapsus Vesicolithiasis

yang langsung menutupi papilla renal dari piramid. Kaliks minor ini menampung urin yang

terus-menerus keluar dari papila. Dari kaliks minor, urin masuk ke kaliks mayor, ke pelvis

renal kemudian ke ureter, sampai akhirnya ditampung di dalam kandung kemih.

Setiap ginjal terdapat satu juta atau lebih nefron, masing-masing nefron terdiri atas

komponen vaskuler dan tubuler. Komponen vaskuler terdiri atas pembuluh darah, yaitu

glomerulus dan kapiler peritubuler, yang mengitari tubuli. Komponen tubuler berawal dengan

kapsula Bowman (glomerular) dan mencakup tubuli kontortus proksimal, ansa Henle dan

tubuli kontortus distal. Dari tubuli distal, isinya disalurkan ke dalam duktus koligens (saluran

penampung atau pengumpul). Kedua ginjal menghasilkan sekitar 125 ml filtrat per menit;

dari jumlah ini, 124 ml diabsorpsi dan hanya 1 ml dikeluarkan ke dalam kaliks-kaliks sebagai

urin.

Ginjal berfungsi untuk mengatur keseimbangan air dan elektrolit berupa ekskresi

kelebihan air dan elektrolit, mempertahankan keseimbangan asam basa, mengekskresi

hormon, berperan dalam pembentukan vitamin D, mengekskresi beberapa obat-obatan dan

mengekskresi renin yang turut dalam pengaturan tekanan darah. Berikut ini adalah gambar

anatomi ginjal :

Gambar 2. Anatomi Ginjal

3.1.2 Ureter

Ureter terdiri dari dua saluran pipa yang masing-masing menyambung dari ginjal ke

kandung kemih (vesika urinaria). Panjangnya kira-kira 25-30 cm, dengan penampang ± 0,5

cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga

pelvis. Ureter mempunyai membran mukosa yang dilapisi dengan epitel kuboid dan dinding

10

Page 11: Lapsus Vesicolithiasis

otot yang tebal. Urin disemprotkan ke bawah ureter oleh gelombang peristaltik, yang terjadi

sekitar 1-4 kali per menit dan urin memasuki kandung kemih dalam bentuk pancaran.

3.1.3 Vesica Urinaria

Kandung kemih adalah kantong yang terbentuk dari otot tempat urin mengalir dari

ureter. Ketika kandung kemih kosong atau terisi setengahnya kandung kemih tersebut terletak

di dalam pelvis, ketika kandung kemih terisi lebih dari setengahnya maka kandung kemih

tersebut menekan dan timbul ke atas dalam abdomen di atas pubis. Dinding kandung kemih

terdiri dari lapisan sebelah luar (peritonium), Tunika muskularis (lapisan otot), Tunika

sabmukosa, dan lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).

3.1.4 Uretra

Bagian akhir saluran keluar yang menghubungkan kandung kemih dengan luar tubuh

ialah uretra. Uretra pria sangat berbeda dari uretra wanita. Pada laki-laki, sperma berjalan

melalui uretra waktu ejakulasi. Uretra pada laki-laki merupakan tuba dengan panjang kira-

kira 20 cm dan memanjang dari kandung kemih ke ujung penis. Uretra pada laki-laki

mempunyai tiga bagian yaitu : uretra prostatika, uretra membranosa dan uretra spongiosa.

Uretra wanita jauh lebih pendek daripada pria, karena hanya 4 cm panjangnya dan

memanjang dari kandung kemih ke arah ostium diantara labia minora kira-kira 2,5 cm di

sebelah belakang klitoris. Uretra ini menjalar tepat di sebelah depan vagina. Lapisan uretra

wanita terdiri dari Tunika muskularis (sebelah luar), lapisan spongiosa dan lapisan mukosa

(lapisan sebelah dalam).

3.2 DEFINISI

Batu di dalam saluran kemih (kalkulus uriner) adalah massa keras seperti batu yang

terbentuk di sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan

aliran kemih atau infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di

dalam kandung kemih (batu kandung kemih). Proses pembentukan batu ini disebut urolitiasis,

dan dapat terbentuk pada :

1. Ginjal (Nefrolithiasis)

2. Ureter (Ureterolithiasis)

3. Vesica urinaria (Vesicolithiasis)

4. Uretra (Urethrolithiasis).

11

Page 12: Lapsus Vesicolithiasis

Batu vesika urinaria (Vesicolithiasis) adalah suatu keadaan ditemukannya batu di dalam

vesika urinaria. Pada anak 75% ditemukan di bawah usia 12 tahun dan 57% pada usia 1-6

tahun. Beberapa faktor resiko terjadinya batu kandung kemih :

1. obstruksi infravesika,

2. neurogenic bladder,

3. infeksi saluran kemih (urea-splitting bacteria),

4. adanya benda asing,

5. divertikel kandung kemih.

Di Indonesia diperkirakan insidensinya lebih tinggi dikarenakan adanya beberapa daerah

yang termasuk daerah stone belt dan masih banyaknya kasus batu endemik yang disebabkan

diet rendah protein, tinggi karbohidrat dan dehidrasi kronik. Pada umumnya komposisi batu

kandung kemih terdiri dari : batu infeksi (struvit), ammonium asam urat dan kalsium oksalat.

3.3 ETIOLOGI

Berasal dari batu ginjal atau ureter yang turun, akibat statis pada striktur uretra,

kontraksi leher buli-buli, sistokel, buli-neurogenik dan divertikel, infeksi traktus urinarius,

hiperparatiroid atau adenoma paratiroid, diet yang banyak mengandung kalsium dan oksalat

3.4 PATOGENESA

Pembentukan batu saluran kemih memerlukan keadaan supersaturasi dalam

pembentukan batu. Inhibitor pembentuk batu dijumpai dalam air kemih normal. Batu kalsium

oksalat dengan inhibitor sitrat dan glikoprotein. Beberapa promotor (reaktan) dapat memacu

pembentukan batu seperti asam urat, memacu pembentukan batu kalsium oksalat. Aksi

inhibitor dan reaktan belum diketahui sepenuhnya. Ada dugaan proses ini berperan pada

pembentukan awal atau nukleasi kristal, progresi kristal atau agregasi kristal. Penambahan

sitrat dalam kompleks kalsium dapat mencegah agregasi kristal kalsium oksalat dan mungkin

dapat mengurangi risiko agregasi kristal dalam saluran kemih.

Secara pasti etiologi batu saluran kemih belum diketahui dan sampai sekarang banyak

teori dan faktor yang berpengaruh untuk terjadinya batu saluran kemih, yaitu:

1. Teori Fisiko Kimiawi

Prinsip teori ini yaitu terbentuknya batu saluran kemih karena adanya proses kimia,

fisiko maupun gabungan fisiko kimiawi. Dari hal tersebut diketahui terjadinya batu di dalam

sistem pielokaliks ginjal sangat dipengaruhi oleh konsentrasi bahan pembentuk batu dalam

12

Page 13: Lapsus Vesicolithiasis

tubulus renalis. Berdasarkan faktor fisiko kimiawi dikenal teori pembentukan batu sebagai

berikut:

a. Teori Supersaturasi

Supersaturasi air kemih dengan garam-garam pembentuk batu merupakan dasar terpenting

dan merupakan prasyarat untuk terjadinya presipitasi (pengendapan). Apabila kelarutan suatu

produk tinggi dibandingkan titik endapnya, maka terjadi supersaturasi sehingga menimbulkan

terbentuknya kristal dan pada akhirnya akan terbentuk batu. Supersaturasi dan kristalisasi

terjadi bila ada penambahan yang bisa mengkristal dalam air dengan pH dan suhu tertentu,

sehingga suatu saat terjadi kejenuhan dan selanjutnya terjadi kristal. Bertambahnya bahan

yang dapat mengkristal yang disekresikan oleh ginjal, maka pada suatu saat akan terjadi

kejenuhan sehingga terbentuk kristal. Proses kristalisasi dalam pembentukan batu saluran

kemih berdasarkan adanya 4 zona saturasi, terdapat tiga zona yaitu:

1) Zona stabil, tidak ada pembentukan inti batu

2) Zona metastabil, mungkin membesar tetapi tidak terjadi disolusi batu, bisa ada agregasi

dan inhibitor bisa mencegah kristalisasi

3) Zona saturasi tinggi.

Berdasarkan gambar di atas terlihat bahwa saturasi dalam pembentukan batu saluran

kemih dapat digolongkan menjadi 3 bagian berdasarkan kadar bahan tersebut dalam air

kemih. Bila kadar bahan pengkristal air kemih sangat rendah maka disebut zona stabil

saturasi rendah. Pada zona ini tidak ada pembentukan inti batu saluran kemih, bahkan bisa

13

Gambar Proses kristalisasi Batu Saluran Kemih.

Page 14: Lapsus Vesicolithiasis

terjadi disolusi batu yang sudah ada. Bila kadar bahan pengkristal air kemih lebih tinggi

disebut zona supersaturasi metastabil. Pada zona ini batu saluran kemih yang ada dapat

membesar walaupun tidak terbentuk inti batu saluran kemih yang baru, tetapi tidak dapat

terjadi disolusi dan dapat terjadi agregasi kristal-kristal yang sudah terbentuk. Inhibitor sangat

penting pada zona ini, yaitu untuk mencegah terjadinya kristal batu saluran kemih. Bila kadar

bahan pengkristal air kemih tinggi disebut zona saturasi tinggi. Pada keadaan ini mudah

terbentuk inti batu saluran kemih spontan, batu begitu cepat membesar karena terjadi

agregasi. Inhibitor tidak begitu efektif untuk mencegah terbentuknya kristal batu saluran

kemih.

Tingkat saturasi dalam air kemih tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah bahan pembentuk

BSK yang larut, tetapi juga oleh kekuatan ion, pembentukan kompleks dan pH air kemih.

Secara kasar separuh total konsentrasi kalsium dan oksalat berada dalam bentuk ion bebas,

sisanya dalam bentuk kompleks. Kekuatan ion terutama ditentukan oleh natrium, kalsium dan

klorida. Bila kekuatan ion naik, maka akan menyebabkan CaOx turun dan risiko

pembentukan kristal kalium oksalat, sebab jumlah konsentrasi ion biasanya akan menurun.

Kalsium dapat membentuk kompleks dengan sitrat yang larut dalam air. Keasaman air kemih

akan mempengaruhi pembentukan kompleks maupun aktivitas ion bebas. Pada kenaikan pH

terjadi kenaikan kompleks kalsium sitrat dan kalsium fosfat serta penurunan kompleks

kalsium sulfat pada pH 6,5 atau lebih. Hampir semua ion sitrat terionisasi sehingga sangat

mudah membentuk kompleks dengan 3 ion kalsium. Pada penurunan pH terjadi sebaliknya

yaitu penurunan kemampuan ion sitrat untuk mengikat kalsium sehingga lebih mudah

membentuk kompleks kalsium oksalat. Pada pH tinggi terjadi suasana basa, maka ion

hidrogen bebas turun sehingga menaikkan ion fosfat bebas.

b. Teori matrik

Di dalam air kemih terdapat protein yang berasal dari pemecahan mitochondria sel

tubulus renalis yang berbentuk laba-laba. Kristal batu oksalat maupun kalsium fosfat akan

menempel pada anyaman tersebut dan berada di sela-sela anyaman sehingga terbentuk batu.

Benang seperti sarang laba-laba yang berisi protein 65%, Heksana10%, Heksosamin 2-5%

sisanya air. Pada benang menempel kristal batu yang sebabkan batu makin lama makin besar.

Matrik tersebut merupakan bahan yang merangsang timbulnya batu.

14

Page 15: Lapsus Vesicolithiasis

c. Teori Inhibitor

Pada penelitian diketahui bahwa walaupun kadar bahan pembentuk batu sama tingginya

pada beberapa orang tetapi tidak semua menderita penyakit batu. Hal tersebut disebabkan

pada orang yang tidak terbentuk batu dalam air kemihnya mengandung bahan penghambat

untuk terjadinya batu (inhibitor) yang lebih tinggi kadarnya dibanding pada penderita batu.

Dikenal 2 jenis inhibitor yaitu organik yang sering terdapat adalah asam sitrat, nefrokalsin

dan tamma-horsefall glikoprotein dan jarang terdapat yaitu gliko-samin glikans, uropontin.

Inhibitor anorganik yaitu pirofosfat, magnesium dan Zinc.

Menurut penelitian inhibitor yang paling kuat yaitu sitrat, karena sitrat akan bereaksi

dengan kalsium membentuk kalsium sitrat yang larut dalam air. Inhibitor mencegah

terbentuknya kristal kalsium oksalat, mencegah agregasi dan mencegah perlengketan kristal

kalsium oksalat pada membran tubulus. Magnesium mencegah terjadinya kristal kalsium

oksalat dengan mengikat oksigen menjadi magnesium oksalat. Sitrat terdapat pada hampir

semua buah-buahan tetapi kadar tertinggi pada jeruk. Pada penelitian diketahui bahwa

kandungan sitrat jeruk nipis lebih tinggi daripada jeruk lemon (677 mg/10ml dibanding 494

mg/10ml air perasan jeruk.

d. Teori Epitaksi

Pada teori ini dikatakan bahwa kristal dapat menempel pada kristal lain yang berbeda

sehingga cepat membesar dan menjadi batu campuran. Keadaan ini disebut nukleasi

heterogen dan yang paling sering yaitu kristal kalsium oksalat menempel pada krital asam

urat yang ada.

e. Teori kombinasi

Banyak ahli berpendapat bahwa batu saluran kemih terbentuk berdasarkan campuran dari

beberapa teori yang ada.

f. Teori Infeksi

Teori terbentuknya BSK juga dapat terjadi karena adanya infeksi dari kuman tertentu.

Pengaruh infeksi pada pembentukan BSK adalah sebagai berikut:

1) Teori terbentuknya batu struvit

Batu struvit disebut juga batu infeksi mempunyai komposisi magnesium amonium fosfat.

Terjadinya batu jenis ini dipengaruhi pH air kemih ≥7,2 dan terdapat amonium dalam air

15

Page 16: Lapsus Vesicolithiasis

kemih, misalnya pemecah urea (urea splitting bacteria). Akibat reaksi ini maka pH air kemih

akan naik lebih dari 7 dan terjadi reaksi sintesis amonium yang terbentuk dengan molekul

magnesium dan fosfat menjadi magnesum amonium fosfat (batu struvit). Bakteri penghasil

urease sebagian besar Gram negatif yaitu golongan proteus, klebsiela, providensia dan

pseudomonas. Ada juga bakteri gram positif yaitu stafilokokus, mikrokokus dan

korinebakterium serta golongan mikoplasma, seperti T strain mikoplasma dan ureaplasma

urelithikum.

2) Teori nano bakteria

Nanobakteria merupakan bakteri terkecil dengan diameter 50-200 nanometer yang hidup

dalam darah, ginjal dan air kemih. Bakteri ini tergolong Gram negatif dan sensitif terhadap

tetrasiklin. Dinding sel bakteri ini mengeras membentuk cangkang kalsium (karbonat apatite)

kristal karbonat apatit ini akan mengadakan agregasi dan membentuk inti batu, kemudian

kristal kalsium oksalat akan menempel disitu sehingga makin lama makin besar. Dilaporkan

bahwa 90% penderita BSK mengandung nano bacteria35,36.

3) Oxalobacter

Dalam usus manusia terdapat bakteri pemakan oksalat sebagai bahan energi yaitu

Oxalobacter formigenes dan Eubacterium lentrum tetapi hanya Oxalobacter formigenes saja

yang tak dapat hidup tanpa oksalat.

2. Teori vaskuler

Pada penderita batu saluran kemih sering didapat adanya penyakit hipertensi dan kadar

kolesterol darah yang tinggi, maka Stoller mengajukan teori vaskuler untuk terjadinya batu

saluran kemih.

a. Hipertensi

Seseorang dikatakan hipertensi bila tekanan darah sistolis 140 mm Hg atau lebih, atau

tekanan darah diastolis 90 mmHg atau lebih atau sedang dalam pengobatan anti hipertensi.

Pada penderita hipertensi 83% mempunyai perkapuran ginjal sedangkan pada orang yang

tidak hipertensi yang mempunyai perkapuran ginjal sebanyak 52%. Hal ini disebabkan aliran

darah pada papilla ginjal berbelok 1800 dan aliran darah berubah dari aliran laminer menjadi

turbulensi. Pada penderita hipertensi aliran turbulen ini berakibat penendapan ion-ion kalsium

papilla (Ranall’s plaque) disebut juga perkapuran ginjal yang dapat berubah menjadi batu.

16

Page 17: Lapsus Vesicolithiasis

b. Kolesterol

Pada penelitian terhadap batu yang diambil dengan operasi ternyata mengandung

kolesterol bebas 0,058-2,258 serta kolesterol ester 0,012-0,777 mikrogram per miligram batu.

Adanya kadar kolesterol yang tinggi dalam darah akan disekresi melalui glomerulus ginjal

dan tercampur didalam air kemih. Adanya butiran kolesterol tersebut akan merangsang

agregasi dengan kristal kalsium oksalat dan kalsium fosfat sehingga terbentuk batu yang

bermanifestasi klinis (teori epitaksi).

3.5 JENIS BATU PADA SALURAN KEMIH

Komposisi kimia yang terkandung dalam batu ginjal dan saluran kemih dapat diketahui

dengan menggunakan analisis kimia khusus untuk mengetahui adanya kalsium, magnesium,

amonium, karbonat, fosfat, asam urat oksalat dan sistin.

1. Batu kalsium oksalat

Kalsium oksalat adalah yang paling banyak menyebabkan batu saluran kemih (70-75%),

batu terdiri dari kalsium oksalat, laki-laki 2 kali lebih sering daripada wanita. Angka kejadian

tertinggi usia 30-50 tahun. Batu kalsium oksalat terjadi karena proses multifaktor, kongenital

dan gangguan metabolik sering sebagai faktor penyebab. Dua bentuk yang berbeda yaitu:

a. Whewellite (Ca Ox Monohidrate), berbentuk padat, warna cokat/ hitam dengan konsentrasi

asam oksalat yang tinggi pada air kemih.

b. Kombinasi kalsium dan magnesium menjadi weddllite (Ca Ox Dihidrat): batu berwarna

kuning, mudah hancur daripada whewellite, namun tipe ini memiliki angka residif yang

tinggi.

Batu kalsium oksalat dapat dianalisis melalui darah dan air kemih. Sering terjadi

gangguan metabolisme kalsium seperti hiperkalsiuria dan hiperkalsemia atau keduanya

(normal>2,5mmol/l). Gangguan metabolisme urat merupakan tanda pembentukan batu

kalsium oksalat, sehingga perlu diperhatikan bila kadar asam urat >6,4 mg/100 ml.

Peningkatan ekskresi asam oksalat terjadi pada 20-50% pasien dengan batu oksalat.

Tingginya ekskresi oksalat berhubungan dengan pembentukan batu rekuren. Sitrat dan

magnesium merupakan unsur penting yang dapat menghambat terjadinya kristalisasi.

Ekskresi yang rendah dari sitrat akan meningkatkan risiko pembentukan batu kalsium oksalat.

2. Batu asam urat

17

Page 18: Lapsus Vesicolithiasis

Lebih dari 15% batu saluran kemih dengan komposisi asam urat. Pasien biasanya berusia

60 tahun. Pada pasien berusia lebih muda biasanya juga menderita kegemukan. Laki-laki

lebih sering daripada wanita. Batu asam urat dibentuk hanya oleh asam urat. Diet menjadi

risiko penting terjadinya batu tersebut. Diet dengan tinggi protein dan purin serta minuman

beralkohol meningkatkan ekskresi asam urat sehingga pH air kemih menjadi rendah.

Sebanyak 20-40% pasien pada Gout akan membentuk batu, oleh karena itu tingginya asam

urat yang berakibat hiperurikosuria. Batu asam urat ini adalah tipe batu yang dapat dipecah

dengan obat-obatan. Sebanyak 90% akan berhasil dengan terapi kemolisis. Analisis darah dan

air kemih pada batu asam urat: asam urat >380 μmol/dl (6,4 mg/100 ml), pH air kemih ≤ 5,8.

Gambar batu asam urat

3. Batu kalsium fosfat

Dua macam batu kalsium fosfat terjadi tergantung suasana pH air kemih. Karbonat

apatite (dahllite) terbentuk pada pH>6,8 dengan konsentrasi kalsium yang tinggi dan sitrat

rendah. Seperti pada batu kalsium oksalat, batu kalsium fosfat juga merupakan batu

campuran. Terjadi pada suasana air kemih yang alkali atau terinfeksi. Terjadi bersama dengan

CaOx atau struvit. Brushite (kalsium hydrogen fosfat) terbentuk pada pH air kemih 6,5-6,8

dengan konsentrasi kalsium dan fosfat yang tinggi.

Batu ini mempunyai sifat keras dan sulit dipecah dengan lithotripsy, cepat terbentuk

dengan angka kekambuhan yang tinggi. Sebanyak 1,5% monomineral, 0,5% campuran

bersama dengan CaOx. Analisa darah dan air kemih menunjukkan hiperkalsemia(>2-2,5

mmol/l). Penyebab terbentuknya batu kalsium oksalat renal tubular asidosis dan infeksi

saluran kemih. Kalsium dalam air kemih>2,5 mmol/liter dan pH air kemih>6,8).

4. Batu struvit (magnesium-amonium fosfat)

18

Page 19: Lapsus Vesicolithiasis

Disebabkan karena infeksi saluran kemih oleh bakteri yang memproduksi urease

(proteus, providentia, klebsiella dan psedomonas). Frekuensi 4-6%, batu struvit lebih sering

terjadi pada wanita daripada laki-laki. Infeksi saluran kemih terjadi karena tingginya

konsentrasi ammonium dan pH air kemih>7. Pada kondisi tersebut kelarutan fosfat menurun

yang berakibat terjadinya batu struvit dan kristalisasi karbon apatite, sehingga batu struvit

sering terjadi bersamaan dengan batu karbonat apatite. Pada batu struvit volume air kemih

yang banyak sangat penting untuk membilas bakteri dan menurunkan supersaturasi dari

fosfat. Di samping pengobatan terhadap infeksinya, membuat suasana air kemih menjadi

asam dengan methionine sangat penting untuk mencegah kekambuhan. Analisis darah dan air

kemih didapatkan pH air kemih >7, juga didapatkan infeksi pada saluran kemih dan kadar

ammonium dan fosfat air kemih yang meningkat.

Gambar batu struvit

5. Batu Cystine

Batu Cystine terjadi pada saat kehamilan, disebabkan karena gangguan ginjal. Frekuensi

kejadian 1-2%. Reabsorbsi asam amino, cystine, arginin, lysin dan ornithine berkurang,

pembentukan batu terjadi saat bayi, walaupun manifestasi paling banyak terjadi pada dekade

dua. Disebabkan faktor keturunan dengan kromosom autosomal resesif, terjadi gangguan

transport amino cystine, lysin, arginin dan ornithine. Memerlukan pengobatan seumur hidup.

Diet mungkin menyebabkan pembentukan batu, pengenceran air kemih yang rendah dan

asupan protein hewani yang tinggi menaikkan ekskresi cystine dalam air kemih. Penting

apabila produksi air kemih melebihi 3 liter/hari. Alkalinisasi air kemih dengan meningkatkan

pH 7,5-8 akan sangat bermanfaat untuk menurunkan ekskresi cystine dengan tiopron dan

asam askorbat. Analisis darah dan air kemih menunjukkan cystein darah dalam batas normal,

cystine air kemih ≥0,8 mmol/hari. Kalsium, oksalat dan urat meningkat.

Komposisi batu dari hasil pemeriksaan laboratorium adalah:

19

Page 20: Lapsus Vesicolithiasis

Tabel 2.1

Komposisi Batu dan Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Gambar batu cystine

3.6 GEJALA KLINIS

1) BSK bagian atas seringkali menyebabkan nyeri karena turunnya BSK ke ureter yang

sempit. Kolik ginjal dan nyeri ginjal adalah dua tipe nyeri yang berasal dari ginjal. BSK

pada kaliks dapat menyebabkan obstruksi, sehingga memberikan gejala kolik ginjal,

sedangkan BSK non obstruktif hanya memberikan gejala nyeri periodik. Batu pada

pelvis renalis dengan diameter lebih dari 1 cm umumnya menyebabkan obstruksi pada

uretropelvic juction sehingga menyebabkan nyeri pada tulang belakang. Nyeri tersebut

akan dijalarkan sepanjang perjalanan ureter dan testis. Pada BSK ureter bagian tengah

akan dijalarkan di daerah perut bagian bawah, sedangkan pada BSK distal, nyeri

dijalarkan ke suprapubis vulva (pada wanita) dan skrotum pada (pria).

2) Hematuria

Pada penderita BSK seringkali terjadi hematuria (air kemih berwarna seperti air teh)

terutama pada obstruksi ureter.

3) Infeksi

20

Page 21: Lapsus Vesicolithiasis

BSK jenis apapun seringkali berhubungan dengan infeksi sekunder akibat obstruksi dan

stasis di proksimal dari sumbatan. Keadaan yang cukup berat terjadi apabila terjadi pus

yang berlanjut menjadi fistula renokutan.

4) Demam

Adanya demam yang berhubungan dengan BSK merupakan kasus darurat karena dapat

menyebabkan urosepsis.

5) Mual dan muntah

Obstruksi saluran kemih bagian atas seringkali menyebabkan mual dan muntah, dapat

juga disebabkan oleh uremia sekunder.

3.7 PENATALAKSANAAN

Non Operatif

1. Non Medikamentosa

Pengenceran air kemih

Terapi terpenting terhadap terbentuknya batu adalah pengenceran air kemih.

Air kemih akan encer apabila dalam waktu 24 jam jumlah air kemih antara 2-2,5 liter.

Tergantung dari suhu lingkungan dan aktivitas fisik. Biasanya minum antara 2-3 liter

untuk mendapatkan volume tersebut. Pengenceran air kemih harus dilakukan tanpa

mengubah komposisi dari air kemih sehingga ditekankan untuk memilih minuman

dengan pertimbangan jumlah kalorinya:

- Jumlah yang diminum 2,5-3 liter per hari dengan air kemih 2,5 liter per hari.

- Air yang diminum harus terdistribusi sepanjang hari, minum 2 cangkir setiap 2

jam dan minum sebelum tidur dan setelah buang air kecil.

- Jenis minuman yang sesuai fruit tea, herba tea, air mineral bergaram rendah.

- Minuman yang kurang sesuai kopi, teh pahit, jus buah yang pekat.

- Minuman yang tidak sesuai minuman yang beralkohol, cola, lemon.

Perubahan Pola makan

Kebiasaan diet yang tidak sesuai dapat meningkatkan risiko pembentukan

batu. Diet seharusnya terdiri dari bahan-bahan alami yang direkomendasikan adalah

buah segar, sayuran dan selada, lemak nabati dan susu rendah lemak. Sedangkan yang

dibatasi adalah daging, ikan, sosis sebesar 150 gr per hari, sedangkan yang dihindari

adalah lemak dan gula serta garam yang terlalu banyak.

21

Page 22: Lapsus Vesicolithiasis

Beberapa diet yang dianjurkan untuk untuk mengurangi kekambuhan adalah:

- Rendah protein, karena protein akan memacu ekskresi kalsium urine dan

menyebabkan suasana urine menjadi lebih asam.

- Rendah oksalat

- Rendah garam karena natiuresis akan memacu timbulnya hiperkalsiuria

- Rendah purin

- Rendah kalsium tidak dianjurkan kecuali pada hiperkalsiuria absorbtif type II

2. Medikamentosa

Ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5mm, karena diharapkan batu dapat

keluar secara spontan. Tujuan dari terapi adalah untuk mengurangi nyeri,

memperlancar aliran urine dengan pemberian diuretikum dan minum banyak agar

dapat mendorong batu keluar dari saluran kemih

Operatif

Pada saat ini ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menangani kasus batu

kandung kemih. Diantaranya : vesikolitolapaksi, vesikolitotripsi dengan berbagai sumber

energi (elektrohidrolik, gelombang suara, laser, pneumatik), vesikolitotomi perkutan,

vesikolitotomi terbuka dan ESWL.

1. Vesikolitolapaksi

Merupakan salah satu jenis tindakan yang telah lama dipergunakan dalam menangani kasus

batu kandung kemih selain operasi terbuka.

Kontraindikasi :

- kapasitas kandung kemih yang kecil,

- batu multiple,

- batu ukuran lebih dari 20 mm,

- batu keras,

- batu kandung kemih pada anak dan

- akses uretra yang tidak memungkinkan.

2. Vesikolitotripsi

Elektrohidrolik (EHL)

22

Page 23: Lapsus Vesicolithiasis

- Merupakan salah satu sumber energi yang cukup kuat untuk menghancurkan batu

kandung kemih.

- Masalah timbul bila batu keras maka akan memerlukan waktu yang lebih lama dan

fragmentasinya inkomplit.

- EHL tidak dianjurkan pada kasus batu besar dan keras.

- Angka bebas batu : 63-92%.

- Penyulit : sekitar 8%, kasus ruptur kandung kemih 1,8%.

- Waktu yang dibutuhkan : ± 26 menit.

Ultrasound

- Litotripsi ultrasound cukup aman digunakan pada kasus batu kandung kemih, dapat

digunakan pada batu besar, dapat menghindarkan dari tindakan ulangan dan biaya

tidak tinggi.

- Angka bebas batu : 88% (ukuran batu 12-50 mm).

- Penyulit : minimal (2 kasus di konversi).

- Waktu yang dibutuhkan : ± 56 menit.

Laser

- Yang digunakan adalah Holmium YAG. Hasilnya sangat baik pada kasus batu besar,

tidak tergantung jenis batu.

- Kelebihan yang lain adalah masa rawat singkat dan tidak ada penyulit.

- Angka bebas batu : 100%.

- Penyulit : tidak ada.

- Waktu yang dibutuhkan : ± 57 menit.

Pneumatik

- Litotripsi pneumatik hasilnya cukup baik digunakan sebagai terapi batu kandung

kemih. Lebih efisien dibandingkan litotripsi ultrasound dan EHL pada kasus batu

besar dan keras.

- Angka bebas batu : 85%.

- Penyulit : tidak ada.

- Waktu yang dibutuhkan : ± 57 menit.

23

Page 24: Lapsus Vesicolithiasis

3. Vesikolitotomi perkutan

- Merupakan alternatif terapi pada kasus batu pada anak-anak atau pada penderita

dengan kesulitan akses melalui uretra, batu besar atau batu múltipel.

- Tindakan ini kontra indikasi pada adanya riwayat keganasan kandung kemih, riwayat

operasi daerah pelvis, radioterapi, infeksi aktif pada saluran kemih atau dinding

abdomen.

- Angka bebas batu : 85-100%.

- Penyulit : tidak ada.

- Waktu yang dibutuhkan : 40-100 menit.

4. Vesikolitotomi terbuka

- Diindikasikan pada batu dengan stone burden besar, batu keras, kesulitan akses

melalui uretra, tindakan bersamaan dengan prostatektomi atau divertikelektomi.

- Angka bebas batu : 100%.

5. ESWL

- Merupakan salah satu pilihan pada penderita yang tidak memungkinkan untuk

operasi. Masalah yang dihadapi adalah migrasi batu saat tindakan.

- Adanya obstruksi infravesikal serta residu urin pasca miksi akan menurunkan angka

keberhasilan dan membutuhkan tindakan tambahan per endoskopi sekitar 10% kasus

untuk mengeluarkan pecahan batu.

- Dari kepustakaan, tindakan ESWL umumnya dikerjakan lebih dari satu kali untuk

terapi batu kandung kemih.

- Angka bebas batu : elektromagnetik; 66% pada kasus dengan obstruksi dan 96% pada

kasus non obstruksi. Bila menggunakan piezoelektrik didapatkan hanya 50% yang

berhasil.

Dari sekian banyak pilihan untuk terapi batu kandung kemih yang dikerjakan oleh para

ahli di luar negeri maka di Indonesia hanya beberapa tindakan saja yang bisa dikerjakan,

dengan alasan masalah ketersediaan alat dan sumber daya manusia. Penggunaan istilah

‘standar’, ‘rekomendasi’ dan ‘opsional’ digunakan berdasarkan fleksibilitas yang akan

digunakan sebagai kebijakan dalam penanganan penderita.

Pedoman untuk batu ukuran kurang dari 20 mm.

24

Page 25: Lapsus Vesicolithiasis

1) Litotripsi endoskopik

2) Operasi terbuka

Pedoman untuk batu ukuran lebih dari 20 mm.

1) Operasi terbuka

2) Litotripsi endoskopik

BAB IV

PENUTUP

25

Page 26: Lapsus Vesicolithiasis

4.1 KESIMPULAN

Pasien Tn.M ♂ umur 57 tahun datang ke poli bedah RSUD Kanjuruhan Kepanjen

dengan keluhan keluar batu kecil saat BAK sejak ± 5 tahun yang lalu, dan selama ini sudah

5x keluar batu saat BAK. Sebelumnya pasien mengalami BAK tidak lancar sejak ± 7 tahun

yang lalu, saat BAK terasa panas dan nyeri hingga kadang-kadang saat BAK keluar darah

yang bercampur dengan air seni. Nyeri dapat hilang saat pasien merubah posisi. Bila keluhan

nyeri timbul pasien merasakan mual dan kembung. Pasien juga mengeluh pinggang bagian

belakang terasa nyeri terutama di sebelah kiri. Pasien tidak mengeluh anyang-anyangan dan

tidak sampai ingin mengedan saat BAK.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan di regio suprapubik, pus (+) pada genitalia

eksterna, nyeri ketok (+) pada regio lumbalis kiri.

Dari hasil pemeriksaaan laboratoriun darah dan urin dalam batas normal. Hasil USG

abdomen didapatkan kesimpulan: batu pole bawah ren sinistra dengan lokal ectasis, Chronic

parenchymal renal disease dextra/sinistra grade I, Vesicolithiasis.

Terapi yang dilakukan untuk pasien ini adalah vesicolithotomi.

DAFTAR PUSTAKA.

1. R. Sjamsuhidajat., Wim de Jong. : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Penerbit Buku

Kedokteran EGC. Halaman. 758.

26

Page 27: Lapsus Vesicolithiasis

2. Hassan, Rusepno. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 2. Jakarta :Penerbit UI,

1985. 840-843

3. Alia. Profil Analisis Batu Saluran Kemih Departemen Bedah Urologi RSU Dr Saiful

Anwar: 2011

4. Lina, N. Faktor-Faktor Risko Kejadian Batu Saluran Kemih pada Laki-Laki (Studi

Kasus di RS Dr. Kariadi, RS Roemani dan RSI Sultan Agung Semarang). 2008

5. www.respiratory.usu.com

6. www.medicastore.com

27