lapsus tht
DESCRIPTION
referatTRANSCRIPT
MIRINGITIS BULLOSA
I. Pendahuluan
Membran timpani yang sangat tipis dan rapuh merupakan komponen awal pada sistem
konduksi telinga tengah. Membran timpani (umumnya disebut gendang telinga) dan tulang-
tulang pendengaran, menghantarkan suara dari membran timpani melewati telinga tengah ke
koklea.1,2 Membran timpani ini sangat rentan mengalami kerusakan, dan semua penyakit
atau kelainan yang mengenai membran timpani dapat menyebabkan seseorang kehilangan
kemampuan untuk bekerja dan menikmati hidup.1
Miringitis, atau inflamasi membrane timpani merupakan salah satu jenis kelainan yang
dapat menyebabkan ganggguan pendengaran dan menimbulkan sensasi kongesti serta nyeri
telinga. Miringitis Bulosa (BM) merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan nyeri akut
pada telinga yang disebabkan oleh pembentukan “bula” pada membran timpani. Beberapa
referensi menjelaskan bahwa miringitis merupakan suatu keadaan yang dihubungkan
dengan otitis media akut (OMA) atau Otitis Eksterna (OE). Refrensi lain menyatakan bahwa
miringitis bulosa adalah bentuk peradangan virus yang jarang pada telinga yang menyertai
selesma dan influenza.3,4,5
Miringitis akut adalah suatu inflamasi membran timpani yang terjadi sendiri atau
dihubungkan dengan otitis eksterna maupun otitis media. Miringitis terbagi kepada 3 yaitu
miringitis akut, miringitis bulosa dan miringitis granulosa. Miringitis Bulosa (BM)
merupakan suatu keadaan nyeri akut pada telinga yang disebabkan oleh pembentukan bula
pada membrane timpani. Miringitis bulosa sebelumnya telah dijelaskan merupakan suatu
keadaan yang dihubungkan dengan otitis media akut (OMA).4,12
Miringitis, atau inflamasi membrane timpani biasanya setelah 3 minggu, suatu miringitis
akut akan menjadi subakut dan apabila tidak tertangani hingga 3 bulan kemudian, maka kita
sudah dapat mengkategorikanya sebagai suatu kasus kronik. Adapun referensi lain
menyebutkan bahwa sekitar 8 % kasus ini terjadi pada anak berusia 6 bulan sampai 12 tahun
dengan Otitis Media Akut telah mengalami miringitis bulosa akut akibat Otitis Media Akut
yang tidak tertangani dengan baik.1
1
II. Definisi
Miringitis Bulosa (BM) merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan nyeri akut pada
telinga yang disebabkan oleh pembentukan “bula” pada membran timpani. Miringitis, atau
inflamasi membrane timpani merupakan salah satu jenis kelainan yang dapat menyebabkan
gangguan pendengaran dan menimbulkan sensasi kongesti serta nyeri telinga.4,5
III. Anatomi dan Fisiologi
A) Anatomi
Anatomi Telinga Luar
Figure 1 Anatomi telinga luar 7,8
Telinga luar termasuk aurikula (pinna) dan liang telinga. Liang telinga mempunyai
bagian tulang dan tulang rawan. Membran timpani memisahkan telinga luar dan telinga tengah.
Telinga luar berfungsi mengumpulkan dan menghantar gelombang bunyi ke struktur-struktur
telinga tengah. Karena keunikan anatomi aurikula serta struktur liang telinga yang melengkung
atau seperti spiral, maka telinga luar mampu melindungi membrana timpani dari trauma, benda
asing dan efek termal. 8
Panjang liang telinga kira-kira 2,5 cm. Sepertiga bagian luar adalah kartilaginosa
sedangkan dua pertiga bagian dalam adalah bagian tulang. Bagian yang tersempit dari liang
telinga adalah dekat perbatasan tulang dan tulang rawan. Hanya sepertiga bagian luar atau bagian
kartilaginosa dari liang telinga dapat bergerak. 4,5
2
Anatomi Telinga Tengah
Telinga dibagi atas telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam. Telinga luar terdiri dari
daun telinga sampai membran timpani. Telinga tengah terdiri dari membran timpani,
kavum timpani, prosesus mastoideus dan tuba eustachius, sedangkan telinga dalam terdiri
dari koklea dan vestinuler.7
Figure 2 Anatomi telinga tengah7
Telinga tengah berbentuk kubus dengan batas sebagai berikut :6
1. Batas luar : membran timpani
2. Batas depan : tuba eustachius
3. Batas belakang : aditus ad antrum dan kanalis fasialis pars vertikalis.
4. Batas bawah : vena jugularis
5. Batas atas : tegmen timpani (meningen/otak)
6. Batas dalam : berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semisirkularis
horizontalis, kanalis fasialis, tingkap lonjong (oval window), tingkap bundar (round window)
dan promontorium.
3
Telinga tengah terdiri dari :
a) Membran timpani.
Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga dan
terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Membran timpani terdiri dari dua bagian yaitu
pars tensa dan pars flaksida Bagian atas disebut pars flaksida (membran Shrapnell),
sedangkan bagian bawah disebut pars tensa (membran propria). Pars flaksida hanya berlapis
dua, bagian luar yang merupakan lanjutan epitel luar kulit liang telinga dan bagian dalam
dilapisi oleh sel kubus bersilia. Pars tensa terbentuk oleh tiga lapisan, yaitu :7,8
1. Lapisan terluar dari pars tensa, disebut sebagai lapisan cutaneus terdiri dari epitel
skuamos stratified yang secara normal merefleksikan cahaya.
2. Lapisan dalam membran timpani yang berbatasan dengan cavum timpani disebut lapisan
mucosal terdiri dari satu lapis epitel skuamosa.
3. Diantara lapisan luar dan dalam terdapat lapisan yang disebut lamina propria . Lapisan
ini terdiri dari dua lapisan yang berjalan secara radier dan sirkular. Serabut tersebut
menyatu dengan cincin fibrokartilago disekeliling membrane tympani.
Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membran timpani disebut
sebagai umbo. Dari umbo bermula suatu reflex cahaya (cone of light) kearah bawah pada
pukul 7 untuk membran timpani kiri dan pukul 5 untuk membran timpani kanan. Di
membran timpani terdapat dua macam serabut, sirkuler dan radier. Serabut inilah yang
menyebabkan timbulnya reflex cahaya yang berupa kerucut itu. Secara klinis reflek
cahaya ini dinilai, misalnya bila letak reflek cahaya mendatar, berarti terdapat gangguan
pada tuba eustachius.7
Membran timpani dibagi dalam 4 kuadran, dengan menarik garis searah dengan
prosesus longus maleus dan garis tegak lurus pada garis itu di umbo, sehingga didapatkan
bagian supero-anterior, supero-posteroir, infero-anterioir serta infero-posteroir, untuk
menyatakan letak perforasi.7,8
4
Tampakan membran timpani sebelah kanan pada otoskopi. 8
Gambar membran timpani normal (kiri).8
5
Membran timpani (Umumnya disebut gendang telinga) dan tulang-tulang pendengaran,
menghantarkan suara dari membran timpani melewati telinga tengah ke koklea.2 Tulang
pendengaran terdiri dari malleus (hammer/martil), inkus (anvil/landasan), dan stapes
(stirrup/pelana). Tulang-tulang ini saling berhubungan. Prosesus longus maleus melekat pada
membran timpani, maleus melekat pada inkus, dan inkus melekat pada stapes. Stapes terletak
pada tingkap lonjong yang berhubungan dengan koklea bidang depan dari stapes terletak
berhadapan dengan membran labirin koklea pada muara fenestra ovalis. Hubungan antara tulang-
tulang pendengaran merupakan persendian.2,7
Gambar kavum timpani 7
b) Kavum timpani
Kavum timpani terletak didalam pars petrosa dari tulang temporal, bentuknya bikonkaf,
atau seperti kotak korek api. Diameter anteroposterior atau vertikal 15 mm, sedangkan
diameter transversal 2-6 mm. Kavum timpani mempunyai 6 dinding yaitu : bagian atap,
lantai, dinding lateral, dinding medial, dinding anterior, dinding posterior.
6
c) Prosesus mastoideus
Rongga mastoid berbentuk seperti bersisi tiga dengan puncak mengarah ke kaudal. Atap
mastoid adalah fosa kranii media. Dinding medial adalah dinding lateral fosa kranii
posterior. Sinus sigmoid terletak dibawah duramater pada daerah ini.
d) Tuba eustachius
Tuba eustachius disebut juga tuba auditory atau tuba faringotimpani. Bentuknya seperti
huruf S. Tuba ini merupakan saluran yang menghubungkan kavum timpani dengan
nasofaring. Pada orang dewasa panjang tuba sekitar 36 mm berjalan ke bawah, depan dan
medial dari telinga tengah 13 dan pada anak dibawah 9 bulan adalah 17,5 mm. Tuba terdiri
dari 2 bagian yaitu bagian tulang terdapat pada bagian belakang dan pendek (1/3 bagian) dan
bagian tulang rawan terdapat pada bagian depan dan panjang (2/3 bagian).
Fungsi tuba eustachius sebagai ventilasi telinga yaitu mempertahankan keseimbangan
tekanan udara didalam kavum timpani dengan tekanan udara luar, drenase sekret dari kavum
timpani ke nasofaring dan menghalangi masuknya sekret dari nasofaring ke kavum timpani.
B) Fisiologi pendengaran
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam
bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran tersebut
menggetarkan membran timpani diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang
pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran
dan perkalian perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang
telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong
sehingga perilimfe pada skala vestibule bergerak. Getaran diteruskan melalui membrane
Reissner yang medorong endolimfe, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara
membran basilaris dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang
menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan
terjadi penglepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses
depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan
menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus auditoruis
sampai ke korteks pendengarana (area 39-40) di lobus temporalis.2,6,8
7
IV. Epidemiologi
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kejadian miringitis bulosa adalah kurang dari
10% dari kasus otitis media akut. Di Amerika Serikat, sekitar 8% terjadi pada anak berusia
6 bulan sampai 12 tahun dengan otitis media telah mengalami miringitis bulosa akut. Angka
kejadian untuk laki-laki dan perempuan adalah sama.1
V. Etiologi
Sebelumnya, miringitis bulosa dianggap suatu infeksi gendang telinga yang disebabkan
oleh Mycoplasma pneumonia, dan diperkirakan berhubungan dengan “influenza”. Beberapa
literature menyatakan bahwa miringitis bulosa sering menyertai kasus virus influenza dan
ISPA. Namun pada beberapa penelitian terbaru, hasil kultur dari kasus miringtis bulosa telah
terbukti mengidentifikasi beberapa agen infeksi yang juga dapat menyebabkan miringitis
bulosa, beberapa agen infeksi tersebut adalah mycoplasma, virus, dan bakteri. Beberapa
bakteri seperti streptococcus pneumonia, haemophillus influenza yang merupakan agen
penyebab otitis media juga dilaporkan dapat menyebabkan miringitis bulosa.1,12,5
VI. Patogenesis
Suatu inflamasi pada membran timpani, yang disebut “miringitis” biasanya disebabkan
atau dihubungkan dengan otitis eksterna atau otitis media. Pada otitis media, umumnya
infeksi disebabkan oleh infeksi yang asending melalui tuba eustahcius menuju ke telinga
tengah. Otitis media umumnya mengenai bayi dan anak akan tetapi dapat terjadi pada
semua usia. Lebih dari 50% bayi pernah mengalami episode otitis media selama tahun
pertama kehidupan. Hal ini disebabkan oleh bentuk dan posisi anatomi pada bayi berbeda
dengan anatomi dewasa. Pada anak dan bayi, tuba eustchius bentuknya lebih lebar dan
pendek serta posisinya lebih horizontal, keadaan anatomi ini memungkinkan penyebaran
agen infeksi dari daerah nasofaring menuju telinga tengah lebih mudah.4,5,6
Pada proses inflamasinya, terbentuk suatu bula diantara lapisan luar epitel (cutaneus) dan
lapisan fibrosa di bagian tengah membran timpani. Diperkirakan kemampuan membran
timpani untuk membentuk bula ini adalah dari hasil reaksi non-spesifik dari agen infeksius
penyebab miringitis. Miringitis bullosa sering disebut sebagai suatu “otitis media akut
dengan bula” yang terbentuk pada gendang telinga. Middle ear fluid (MEF) sering
8
ditemukan pada miringitis bulosa dan mungkin timbul sebagai akibat dari pecahnya bula ke
telinga tengah atau bula mungkin telah muncul secara sekunder setelah radang telinga
tengah.1,4,6,15
VII. Manifestasi Klinis
Miringtis bulosa dianggap sebagai self limiting disease, kadang-kadang sering
dikacaukan oleh infeksi sekunder yang purulen. Gambaran klinis dari miringitis bulosa
antara lain adalah nyeri telinga yang cukup berat (otalgia), biasanya bersifat berdenyut.
Nyeri disebabkan karena bula terbentuk pada daerah yang memiliki banyak persarafan yaitu
pada epitel terluar membran timpani. Nyeri biasanya terletak di dalam telinga namun dapat
menyebar ke ujung mastoid. Pada kebanyakan pasien nyeri mereda dalam 24-48 jam (satu
atau dua hari, namun beberapa keluhan biasanya dirasakan selama tiga atau empat hari) .
Rasa sakit tidak sepenuhnya hilang setelah miringotomi atau bula pecah spontan. Membran
timpani kembali ke keadaan normalnya dalam dua atau tiga minggu. Myringitis bulosa
sering terdeteksi hanya unilateral sedangkan di beberapa penelitian proporsi infeksi bilateral
tersebut telah 11-33%. Peningkatan suhu tubuh biasanya terlihat dalam perjalanan awal
myringitis tersebut1,3,4,5,12
Miringitis Bullosa. Satu bula besa terlihat pada posterior membran timpani. 9
9
Sebuah bulla besar yang berisi cairan serosa pada permukaan superfisial membran timpani kanan regio umbo
Gambaran miringitis bullosa.10
VIII. Diagnosis
Penegakan diagnosis pada miringitis bulosa didasarkan pada anamnesis dan pemeriksaan
fisik : 1,4,5
1) Anamnesis
Secara umum, keluhan utama pasien yang mengalami miringitis adalah nyeri pada
daerah telinga yang onsetnya 2-3 hari. Nyeri disebabkan karena bula terbentuk pada
daerah yang memiliki banyak persarafan yaitu pada epitel terluar membran timpani.
Gangguan pendengaran berupa tuli konduksi atau tuli sensorineural dapat dikeluhkan
pada beberapa pasien. Dari anamnesis juga sering didapatkan adanya riwayat trauma
pada telinga akibat membersihkan telinga ataupun riwayat penetrasi benda asing ke
10
dalam telinga. Adanya riwayat penyakit saluran pernafasan dan gangguan telinga
sebelumnya juga perlu ditanyakan.
2) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan yang penting untuk mendiagnosa miringitis bulosa adalah otoskopi.
Otoskopi menunjukkan suatu membran timpani meradang dengan satu atau lebih bula.
Bula ini penuh dengan cairan bening agak kekuningan atau perdarahan. Selain itu
didapatkan reflex cahaya yang memendek atau hilang sama sekali. Pada beberapa kasus,
dapat didapatkan nyeri ketika pinna di tarik.1
Adapaun beberapa temuan yang bisa didapatkan dari pemeriksaan otoskopi pada
pasien miringitis antara lain :1
a) Terdapat tanda-tanda inflamasi pada membran impani, seperti warna membran
terlihat lebih merah, serta tampak mengalami deformasi, dan refleks cahaya
memendek atau bahkan menghilang sama sekali.
b) Karakteristik dari miringitis bulosa adalah adanya bulla pada membran timpani. Kita
harus dapat membedakan antara bulla yang berasal dari membran timpani dan bula
yang berasal dari saluran telinga luar. Bulla ini dapat pecah dan menimbulkan
perdarahan pada membran timpani.
c) Pada beberapa kasus dapat ditemukan nyeri ketika pinna ditarik.
d) Pneumatik otoskopi, dengan pemeriksaan ini kita dapat menentukan apakah
miringitis bulosa sudah menyebabkan perforasi.
Pemeriksaan lain:1
a) Pada pemeriksaan kelenjar, terdapat limfadenopati servikal posterior.
b) Pada pemeriksaan pendengaran dapat ditemukan adanya penurunan pendengaran.
c) Tympanometri: pemeriksaan ini dilakukan untuk menemukan bukti adanya cairan di
belakang membran timpani. Sehingga kita dapat mengetahui adanya otitis media
yang menyertai miringitis bulosa.
d) Tympanoparasintesis: pemeriksaan ini dilakukan untuk kultur dan identifikasi agen
penyebab miringitis bulosa.
Kultur atau uji sensitifitas eksudat diperlukan untuk mengidentifikasi infeksi
sekunder.
11
Gambar Miringitis Bullosa 10
IX. Diagnosis Banding :
1. Otitis media dengan efusi
2. Herpes zoster otikus (Sindroma Ramsay-Hunt)
Sindrom Ramsay-Hunt ini harus dibedakan dengan miringitis akut. Pada Sindrom
Ramsay-Hunt, ada paralisis saraf perifer pada wajah, yang disertai dengan ruam vesikuler
erimatosa di telinga (oticus zoster) atau di dalam mulut, dan lepuh terlihat dalam banyak
12
kasus di daerah antiheliks, fosa antiheliks dan atau lobules. Dalam beberapa kasus lepuhan
juga terlihat pada liang telinga. Penyebab dari sindrom ini adalah virus varisela zoster.1
Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis disebabkan oleh bakteri,
Jamur dan virus. Faktor yang mempermudah radang telinga luar ialah perubahan pH di liang
telinga, yang biasanya normal atau asam. Bila pH menjadi basa, proteksi terhadap infeksi
menurun. Predisposisi otitis eksterna yang lain adalah trauma ringan ketika mengorek
telinga.
X. Penatalaksanaan
1.Pembersihan kanalis auditorius eksterna
2. Irigasi liang telinga untuk membuang debris (kontraindikasi bila status membran timpani
tidak diketahui)
3.Timpanosintesis, yaitu pungsi kecil yang dibuat di membran timpani dengan sebuah
jarum untuk jalan masuk ke telinga tengah. Prosedur ini memungkinkan untuk dilakukan
kultur dan identifikasi penyebab inflamasi.
4. Miringotomi ialah tindakan insisi pada pars tensa membrane timpani, agar terjadi drenase
secret dari telinga tengah ke liang telinga luar. Miringotomi atau insisi bula, dimana pada
otitis media akut miringotomi dan pembuangan cairan mencegah terjadinya pecahnya
membran timpani setelah fase “bulging”. Tindakan ini menyembuhkan gejala lebih cepat,
dan insisi sembuh lebih cepat. Istilah miringotomi sering dikacaukan dengan parasintesis.
Timpanosintesis sebetulnya berarti pungsi pada membrane timpani untuk mendapatkan
secret guna pemeriksaan mikrobiologik (dengan semprit dan jarum khusus). Lokasi
miringotomi ialah di kuadran posterior-inferior. Untuk tindakan ini haruslah memakai
lampu kepala yang mempunyai sinar cukup terang, memakai corong telinga yang sesuai
dengan besar liang telinga, dan pisau khusus( miringotomi) yang digunakan berukuran
kecil dan steril. 1,6
13
Timpanosintesis dan miringotomi
XI. Terapi medikamentosa
Prinsip pengobatan adalah meredakan nyeri dan mencegah terjadinya infeksi
sekunder. Penanganan miringitis bulosa terdiri dari pemberian analgetik untuk nyeri dan
pemberian antibiotik untuk pencegahan infeksi sekunder. Selain itu ada juga diberikan
pengobatan dengan obat anti inflamasi, anti pruritus dan anti histamin. Bisa diberikan
dengan oral atau di tetes di telinga. Dalam hal komplikasi supuratif, membran timpani
perforasi, atau adanya kecurigaan terhadap mastoiditis, dianjurkan konsultasi pada dokter
ahli. Pengobatan khusus pada perforasi membran timpani :1,11,14, 15
1. Larutan alcohol yang mengandungi asam salisilat yang menstimulasi
pertumbuhan dari sel epitel, dimana ia akan menghambat kadar
pertumbuhan dari sel epitel. Namun, jika terjadi kontak terhadap mukosa
di telinga tengah bisa mengakibatkan nyeri pada telinga dan iritasi
berlebihan pada mukosa karena meningkatnya sekresi mukus.
2. Larutan aquades bisa membantu mengurangi inflamasi pada mukosa di
telinga tengah, tetapi bisa juga mengakibatkan terjadinya maserasi pada
lapisan epidermis di kanalis auditorius. Jaringan granulasi atau polip
haruslah dibuang.1
XII. Komplikasi
Komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh miringitis bulosa antara lain : 13
1. Adanya penurunan pendengaran (Bisa tuli konduksi atau tuli sensorineural)
14
2. Perforasi membran timpani
3. Inflamasi mastoid
4. Proses supuratif yang berkelanjutan pada struktur disekitarnya yang dapat
mengakibatkan coalescent mastoiditis, meningitis, abses, sigmoid sinus thrombosis.
XIII. Prognosis
Dalam kebanyakan kasus, pasien dengan miringitis memiliki prognosis yang baik apabila
bulla di drainase segera oleh ahli THT.1
XIV. KESIMPULAN
Miringitis Bulosa (BM) merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan nyeri akut pada
telinga yang disebabkan oleh pembentukan “bula” pada membran timpani. Miringitis, atau
inflamasi membrane timpani merupakan salah satu jenis kelainan yang dapat menyebabkan
gangguan pendengaran dan menimbulkan sensasi kongesti serta nyeri telinga.
Miringitis bulosa dianggap suatu infeksi gendang telinga yang disebabkan oleh Mycoplasma
pneumonia, dan diperkirakan berhubungan dengan “influenza”. Beberapa literature menyatakan
bahwa miringitis bulosa sering menyertai kasus influenza, sehingga miringitis bulosa ini sering
juga disebut sebagai “influenza otitis’.
Gambaran klinis dari miringitis bulosa antara lain adalah nyeri telinga yang cukup berat
(otalgia), biasanya bersifat berdenyut. Nyeri disebabkan karena bula terbentuk pada daerah yang
memiliki banyak persarafan yaitu pada epitel terluar membran timpani. Nyeri biasanya terletak
di dalam telinga namun dapat menyebar ke ujung mastoid.
Penatalaksaan Miringitis Bullosa secara garis besar terbagi dua yaitu medikamentosa dan non
medikamentosa. Non medikamentosa berupa pembersihan kanalis auditorius eksterna, irigasi
liang telinga untuk membuang debris (kontraindikasi bila status membran timpani tidak
diketahui) dan miringotomi ialah tindakan insisi pada pars tensa membrane timpani, agar terjadi
drenase secret dari telinga tengah ke liang telinga luar. Sedangkan medikamentosa yang biasa
digunakan yaitu pemberian analgetik untuk nyeri dan pemberian antibiotik untuk pencegahan
15
infeksi sekunder. Selain itu ada juga diberikan pengobatan dengan obat anti inflamasi, anti
pruritus dan anti histamin.
Miringitis Bullosa ini sendiri merupakan penyakit self limiting disease yang bisa sembuh
tanpa menimbulkan komplikasi. Tetapi pada beberapa kasus juga ditemukan timbulnya
komplikasi akibat keterlambatan dari penatalaksanaan dari penyakit ini, sehingga menimbulkan
beberapa komplikasi diantaranya :
1. Adanya penurunan pendengaran (Bisa tuli konduksi atau tuli sensorineural)
2. Perforasi membran timpani
3. Inflamasi mastoid
4. Proses supuratif yang berkelanjutan pada struktur disekitarnya yang dapat mengakibatkan
coalescent mastoiditis, meningitis, abses, sigmoid sinus thrombosis.
DAFTAR PUSTAKA
1. Schweinfurth J. 2009. Middle ear. Tympanic membrane, infection. Available from : http://emedicine.medscape.com/article/858558-
2. Guyton and Hall, Indera Pendengaran. Dalam : Guyton & Hall Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC. Jakarta. 2007.hal.681-692
3. Jung et al.. Diseases of external ear. In: Ballengers Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery 9th ed. Northwestern university. Chicago. 2003.p.230-247
4. Roberts, D.B. 1980. A Review : The Etiology of Bullous Myringitis and the Role of Mycoplasmas in Ear Disease. American Departement of Pediatric available from : http://pediatrics.aappublications.org/content/65/4/761.full.pdf
5. McCormick et al, 2003. A Case-Control Study : Bullous Myringitis. American Departement of Pediatric. Available from: http://pediatrics.aappublications.org/content/112/4/982.full.pdf+html
6. Djaafar, Zainul A., dkk.. Kelainan Telinga Tengah. Dalam : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher edisi keenam. Balai Penerbit FK UI. Jakarta. 2007.hal.64-77
7. Soetirto, Indro, dkk.. Gangguan Pendengaran dan Kelainan Telinga.Dalam : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher edisi keenam. Balai Penerbit FK UI. Jakarta. 2007.hal.10-22
8. Probst et al, Anatomy and Physiology of the Ear. In : Basic Otorhinolaryngology. Departement of Otorhinolaringology.Germany. 2006.p.154-166
9. Cummings WC, Flint PW, Harker L, Haughey BH, Richardson MA, Robbins KT, et al. In: Cummings Otolaryngology Head & Neck Surgery. Fourth edition. USA: Elsevier Mosby; 2005
16
10. Alamadi A, Rutka J, Halik J. Bullous Myringitis. Available from: URL: http://otologytextbook.com/bullous_myringitisP.htm
11.Ashutosh K, Infectious Myringitis. Available from http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency. Updated 5/8/2014
12. Sanna M, Russo A, dkk.. Myringitis and Meatal Stenosis. In: Colour Atlas Of Otoscopy From Diagnosis to Surgery. New York: Thieme Stuttgart;1999
13. Elzir L, Saliba I. Bullous Hemorrhagic Myringitis. American Academy of Otolaryngology- Head and Neck Surgery. America. SAGE. 2012
14. Menner A. A Pocket Guide To The Ear. New York :Thieme Stuttgart; 2036: p.53-54. 15. Kumar S.R, Venkataramanan R. 2014 Bullous Myringitis: An Enigmatic Disease and
Insights Into Its Management. Otolaryngology Online Journal.
17