lapsus

17
Bab I PENDAHULUAN Post term pregnancy merupakan salah satu kehamilan yang beresiko tinggi, dimana dapat terjadi komplikasi pada ibu dan janin. Kehamilan umumnya berlangsung 40 minggu atau 280 hari dari Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT). Post term pregnancy juga biasa disebut serotinus atau kehamilan lewat waktu, yaitu kehamilan yang berlangsung selama lebih dari 42 minggu atau 294 hari. 7 Postterm pregnancy behubungan dengan peningkatan resiko mortalitas dan morbiditas fetal dan neonatus 1 , juga peningkatan morbiditas maternal 2 . Kematian antepartum pada dan setelah waktunya (37-34 minggu) ialah permasalahan kesehatan masyarakat yang besar karena tingginya angka kematian dibandingkan dengan kematian karena komplikasi prematur atau sudden infant death syndrome. 3 Peningkatan angka mortalitas fetus dari postterm pregnancy dapat dikurangi dengan induksi persalinan (IOL, Induction of Labour) pada saat kehamilan tepat waktu, tetapi klinisi dan pasien sama-sama khawatir tentang resiko induksi

Upload: bloadyroar

Post on 07-Nov-2015

219 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Lapsus obsgyn elwin

TRANSCRIPT

Bab IPENDAHULUANPost term pregnancy merupakan salah satu kehamilan yang beresiko tinggi, dimana dapat terjadi komplikasi pada ibu dan janin. Kehamilan umumnya berlangsung 40 minggu atau 280 hari dari Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT). Post term pregnancy juga biasa disebut serotinus atau kehamilan lewat waktu, yaitu kehamilan yang berlangsung selama lebih dari 42 minggu atau 294 hari.7Postterm pregnancy behubungan dengan peningkatan resiko mortalitas dan morbiditas fetal dan neonatus1, juga peningkatan morbiditas maternal2. Kematian antepartum pada dan setelah waktunya (37-34 minggu) ialah permasalahan kesehatan masyarakat yang besar karena tingginya angka kematian dibandingkan dengan kematian karena komplikasi prematur atau sudden infant death syndrome.3 Peningkatan angka mortalitas fetus dari postterm pregnancy dapat dikurangi dengan induksi persalinan (IOL, Induction of Labour) pada saat kehamilan tepat waktu, tetapi klinisi dan pasien sama-sama khawatir tentang resiko induksi persalinan ini, yaitu hiperstimulasi uterus, gagal induksi, dan peningkatan angka seksio caesaria. Postterm pregnancy juga berhubungan dengan peningkatan biaya yang berhubungan dengan monitoring fetus antenatal dan induksi persalinan4,5, dan dapat menjadi sumber kecemasan pada wanita hamil.6

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

II.1Postterm PregnancyII.1.2DefinisiKehamilan yang berlangsung sampai 42 minggu (294 hari) atau lebih , dihitung dari hari pertama haid terakhir menurut rumus Naegele dengan siklus haid rata-rata 28 hari (WHO 1977, FIGO 1986).7II.1.3InsidenAngka kejadian post term pregnancy kira-kira 10%, bervariasi antara 3,5 - 14%. Data statistik menunjukkan, angka kematian dalam post term pregnancy lebih tinggi ketimbang dalam kehamilan cukup bulan, dimana angka kematian mencapai 5 -7%.Variasi insisden post term pregnancy berkisar 2 - 31,37%.8II.1.4EtiologiSeperti halnya teori bagaiman terjadinya persalinan, sampai saat ini sebab terjadinya post term pregnancy belum jelas. Beberapa teori yang diajukan pada umumnya menyatakan bahwa terjadinya post term pregnancy sebagai akibat gangguan terhadap timbulnya persalinan. Beberapa teori diajukan antara lain sebagai berikut.7 Pengaruh Progesteron.Penurunan hormon progesteron dalam kehamilan dipercaya merupakan kejadian perubahan endokrin yang penting dalam memacu proses biomolekuler pada persalinan dan meningkatkan sensitivitas uterus terhadap oksitosin, sehingga beberapa penulis menduga bahwa terjadinya post term pregnancy adalah karena masih berlangsungnya pengaruh progesteron. Teori Oksitosin.Pemakaian oksitosin untuk induksi persalinan pada post term pregnancy memberi kesan atau dipercaya bahwa oksitosisn secara fisiologis memegang peranan penting dalam menimbulkan persalinan dan pelepasan oksitosin dari neurohipofisis ibu hamil yang kurang pada usia kehamilan lanjut diduga sealah satu faktor penyebab post term pregnancy. Teori Kortisol/ACTH janin.Dalam teori ini diajukan bahwa sebagai pemberi tanda untuk dimulainya persalinan adalah janin, diduga akibat peningkatan tiba-tiba kadar kortisol plasma janin. Kortisol janin akan mempengaruhi plasenta sehingga produksi progesteron berkurang dan memperbesar sekresi estrogen, selanjutnya berpengaruh terhadap meningkatnya produksi prostaglandin. Pada cacat bawaan janin seperti anensefalus, hipoplasia adrenal janin,dan tidak adanya kelenjar hipofisis pada janin akan menyebabkan kortisol janin tidak diproduksi dengan baik sehingga kehamilan dapat berlangsung lewat waktu.II.1.5DiagnosisDiagnosis kehamilan postterm tidak sulit untuk ditegakkan bilamana dari hari pertama haid terakhir (HPHT) diketahui dengan pasti. Untuk riwayat haid yang dapat dipercaya diperlukan beberapa kriteria antara lain7: Penderita harus yakin betul dengan HPHT-nya. Siklus 28 hari dan teratur. Tidak minum pil anti hamil setidaknya 3 bulan terakhir.Selanjutnya diagnosis ditentukan dengan menghitung menurut rumus Naegele. Berdasarkan riwayat haid, seorang penderita yang ditetapkan sebagai post term pregnancy.7Kehamilan dapat dinyatakan sebagai post term pregnancy bila didapat 3 atau lebih 4 kriteria hasil pemeriksaan sebagai berikut.7 Telah lewat 36 minggu sejak tes kehamilan positif. Telah lewat 32 minggu sejak DJJ pertama terdengar dengan Doppler. Telah lewat 24 minggu sejak dirasakan gerak janin pertama kali. Telah lewat 22 minggu sejak terdengarnya DJJ pertama kali dengan stetoskop Laennec.Tes kehamilan. Bila pasien melakukan pemeriksaan tes imunoligik sesudah terlambat 2 minggu, maka dapat diperkirakan kehamilan memang telah berlangsung 6 minggu.Gerak janin. Gerak janin atau quickening pada umumnya dirasakan ibu pada umur kehamilan 18-20 minggu. Pada primigravida dirasakan sekitar umur kehamilan 18 minggu, sedangkan pada multigravida pada 16 minggu. Petunjuk umum untuk menentukan persalinan adalah quickening ditambah 22 minggu pada primigravida atau ditambah 24 minggu pada multigravida.Denyut Jantung Janin (DJJ). Dengan stetoskop Laennec DJJ dapat didengar mulai kehamilan 18-20 minggu, sedangkan dengan Doppler dapat terdengar pada usia kehamilan 10-12 minggu.

II.2Gawat Janin

Bab IIIAnalisa Kasus

III.1 STATUS PASIENIII.1.1IDENTITAS PASIEN Nama: Ny. H Umur: 23 Tahun Nama Suami: Tn. K Umur Suami: 21 Tahun Alamat: Jalan Nangka 7/4 ds Besuk Pekerjaan: Ibu Rumah Tangga Agama: Islam Masuk Tanggal: 28 Mei 2015 (Pukul 17.50)III.1.2ANAMNESA Keluhan Utama :Kenceng-kenceng Riwayat Penyakit Sekarang :Pasien merupakan rujukan dari bidan dengan indikasi ketuban keruh. Pasien mengatakan kenceng-kenceng sejak malam (27 Mei) jam 23.00, keluar cairan ketuban pukul 17.00 berwarna keruh dan tidak berbau. Pasien mengaku hamil anak pertama, usia kehamilan 9 bulan lebih, dan tidak pernah keguguran. Pasien juga mengaku makan dan minum terakhir pukul 16.00. Pasien lupa mengenai kapan hari pertama haid terakhir, tetapi bidan mengatakan sudah hamil 43 minggu.

Riwayat penyakit dahulu: Pasien mengaku tidak mempunyai riwayat penyakit seperti asma, hipertensi, dan diabetes mellitus. Pasien mengaku tidak pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya. Riwayat pengobatan:Pasien mengaku selama ini periksa kehamilan di puskesmas dan tidak pernah USG. Riwayat penyakit keluarga:Keluarga pasien tidak mempunyai riwayat penyakit kronis seperti hipertensi atau diabetes mellitus. Riwayat Psikososial:Pasien mengaku sebagai ibu rumah tangga, tidak pernah mengkonsumsi alkohol, narkoba, ataupun rokok. Riwayat alergi:Pasien mengaku tidak mempunyai alergi obat, makanan, ataupun alergi lainnya. Riwayat pernikahan:Pasien mengaku menikah 1 kali, lama pernikahan 3 tahun. Riwayat menstruasi:Haid pertama umur 13 tahunSirkulasi haid sebelumnya: Siklus: Teratur, 28 hari Lamanya: 7 hari perbulan Banyaknya: 3-4 kali ganti pembalut/30-40 cc Nyeri saat haid: + Riwayat Keluarga Berencana:Pasien tidak menggunakan KB sebelumnya. Riwayat ANC :Pasien mengaku rajin kontrol ke puskesmas tiap bulan, tidak pernah melakukan USG. Riwayat Obstetri :G1P0000III.1.3Pemeriksaan Fisik Status Interna Keadaan umum : Cukup Kesadaran: Compos Mentis Vital Sign Tekanan Darah: 120/80 mmHg Nadi: 75x/menit RR: 20x/menit Suhu: 37,1oC Kepalaleher a/i/c/d: -/-/-/- Struma: - Deformitas: - Pembesaran KGB: - Bendungan Vena: - Thorax Cor: S1 S2 tunggal Paru: Suara dasar vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/- Abdomen Hepar: Tidak teraba pembesaran, pengerasan, atau kelainan lain Lien: Tidak teraba pembesaran, pengerasan, atau kelainan lain Ekstremitas Akral: Hangat Oedema: - Refleks fisiologis: DBN Refleks patologis: - Kelainan ortopedik: - Status Obstetri Muka Chloasma gravidarum : - Exopthalmus : - Leher Struma: - Thorax Mammae: Membesar (+) Tegang (+) Colostrum (+) Abdomen Inspeksi: Perut membesar (+) Striae gravidarum Alba (-) Striae gravidarum Lividae (+) Hiperpigmentasi linea alba (+) Nampak gerakan anak (-) Palpasi: Leopold I: Tinggi fundus uteri 3 jari dibawah proccesus xyphoideus Leopold II: Punggung kanan Leopold III: Kepala Leopold IV: Kepala sudah masuk pintu atas panggul Auskultasi Cortonen: 108 x/menit, ireguler Genitalia Eksterna Fluor: (+) Flucus: (+) Perineum Cicatrix: (-) Anus Hemorrhoid externa: (-)III.1.3Pemeriksaan laboratorium Darah lengkap Leukosit: 18.950/mm3 Diff count: 3/0/88/2/7 % Hemoglobin: 12,5% Hematokrit: 34% Trombosit: 211/mm3 HbsAG: NEGATIFIII.1.4KesimpulanPasien datang ke UGD RSUD dokter Moh. Saleh pada jam 17.50 (28/05/2015) atas rujukan dari bidan dengan indikasi ketuban keruh.

DAFTAR PUSTAKA

1. Olesen AW, Westergaard JG, Olsen J. Perinatal and maternal complications related to postterm delivery: A national register-based study, 1978-1993. Am J Obstet Gynecol. 2003;189:222227.2. Caughey AB, Bishop J. Maternal complications of pregnancy increase beyond 40 weeks of gestation in low risk women. JPerinatol. 2006;26:540545.3. Cotzias CS, Brown S, Fisk NM. Prospective risk of unexplained stillbirth in singleton pregnancies at term: population based analysis. Br Med J. 1999;319:287288.4. Allen VM, Connell CM, Farrell SA. Economic implications of method of delivery. Am J Obstst Gynecol. 2005;193:192197.5. Fonseca L, Monga M, Silva J. Postdates pregnancy in an indigent population: the financial burden. Am J Obstet Gynecol. 2003;188:12141216.6. ACOG (American College of Obstetricians and Gynecologists) Management of Postterm Pregnancy. ACOG Practice Bulletin No. 6 (1997) Int J Gynaecol Obstet. 1998;60:8691.7. Wikjosastro H. Kehamilan Postterm Ilmu Kebidanan Sarwono Prawiroharjo. Jakarta:PT. Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. 2010:685-695.8. Chan, L.G. Post-Maturity. The Bulletin of Hongkong Chinese Medical Association. Departement of Obstetric & Gynecology, University of Hongkong.9. Fadjar,Bambang. Bayi Berukuran Besar dan Tali Pusar Pendek Bisa Sebabkan Kehamilan Lewat Waktu. Jakarta:Mom&Kids. 2007.10. Manjoer Arief,et al Induksi Persalinan Kapita Selekta Kedokteran Ed.3 Cetakan Pertama. Jakarta:Media Aesculapus. 2000:300