laporan skenario d blok 15 kelompok b2
DESCRIPTION
fixTRANSCRIPT
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada laporan tutorial kali ini, laporan membahas blok mengenai sistem cardio cerebro vaskular
yang berada dalam blok 15 pada semester 4 dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Pendidikan
Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.
Pada kesempatan ini, dilakukan tutorial studi kasus sebagai bahan pembelajaran untuk
menghadapi tutorial yang sebenarnya pada waktu yang akan datang.
Adapun maksud dan tujuan dari materi praktikum tutorial ini, yaitu:
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem KBK di Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis dan
pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial dan memahami konsep dari skenario ini.
1
BAB IIPEMBAHASAN
2.1 Data Tutorial
Tutor : dr. Swanny, M.Sc.
Moderator : Lia Mahdi Agustiani
Sekretaris Papan : Beby Yohaningsih Hazanah
Sekretaris Meja : Julianda Dini Halim
Hari, Tanggal : Senin, 11 Maret 2013
Peraturan : 1. Alat komunikasi di nonaktifkan
2. Semua anggota tutorial harus mengeluarkan pendapat (aktif)
3. Dilarang makan dan minum
2
2.2 Skenario kasus
Mr. Manaf, a-57 year-old man, an accountant, comes to MH hospital because of shortness of breath
since 3 hours ago. In the last 3 weeks he became easily tired in daily activities. He also had night cough,
nausea, lost of appetite. Seven months ago he was hospitalized due to chest discomfort.
Past medical history: treated hypertension, heavy smoker, rarely exercised
Family history: no history of premature coronary disease
Physical exam:
Orthopneu, height 167 cm, body weight 79 kg, BP 180/110 mmHg, HR 122 x/min irregular, PR 102
x/min, irregular, unequal, RR 32x/min.
Pallor, JVP (5+0) cmH2O, rales (+), wheezing (+), liver: palpable 2 fingers below the costal arch, and
minimal ankle edema.
Laboratory results:
Hemoglobin: 12,8 g/dl, WBC : 8.500/mm3, Diff count 0/2/10/60/22/6, ESR : 20 mm/jam, Platelet :
225.000/mm3.
Total cholesterol: 325 mg/dl, LDL 215 mg/dl, HDL 35 mg/dl, Triglyceride 210 mg/dl, blood glucose
110 mg/dl.
Urinalysis: normal findings.
SGOT 55 U/L, SGPT 45 U/L, CK NAC 92 U/L, CK MB 14 U/L, Troponin I 0,1 ng/ml.
Additional examinations:
ECG: atrial fibrillation, LAD, HR 120 x/min, QS pattern V1-V4, LV strain
Chest X-ray: CTR > 50%, shoe-shaped cardiac, Kerley’s line (+), signs of cephalization
3
2.3 PaparanI. Klarifikasi Istilah
1. Shortness of breath : sesak nafas
2. Easily tired : mudah lelah
3. Night cough : ekskulsi udara dari dalam paru yang
tiba tiba
sambil mengeluarkan suara berisik pada malam hari
4. Nausea : sensasi tidak menyenangkan yang secara samar
mengacu pada epigastrium dan abdomen
5. Lost of appetite : kehilangan rasa nafsu makan
6. Chest discomfort : rasa tidak nyaman pada dadaa
7. Rarely exercised :Jarang berolahraga
8. Premature coronary disease : penyakit jantung coroner pada usia muda
9. Orthopneu : dispneu yang mereda pada posisi tegak
10. Palor : kulit yang memucat (Dorland 820)
11. Ankle edema : pembengkakan pada persendian antara kaki
dan tungkai bawah
12. Wheezing : bunyi seperti bersiul saat bernafas
13. Atrial fibrillation : aritmia atrial yang di tandai oleh kontraksi acak
dan cepat pada daerah yang kecil dari
miokardium atrial
14. LAD : left atrium dilatation ( dilatasi atrium kiri)
15. LV strain : hipertrofi pada ventrikel kiri
16. Shoe shaped cardia : perbesaran jantung yang berbentuk sepatu boat
17. Kerley’s line : garis horizontal sepanjang 1-2cm pada foto
rontgen dada tersusun seperti anak tangga dan diduga
sebagai pelebaran septum interlobular akbat edema
18. Sign of cephalization : peningkatan aliran pada apeks paru-paru sebagai akibat
dari peningkatan tekanan vena paru (hipertensi vena
pulmonalis)
19. Rales : bising yang terputus-putus pada saat inhalasi
4
II. Identifikasi Masalah
1. Mr. Manaf, a-57 year-old man, an accountant, comes to MH hospital because of shortness of
breath since 3 hours ago.
2. In the last 3 weeks he became easily tired in daily activities. He also had night cough, nausea,
lost of appetite.
3. Seven months ago he was hospitalized due to chest discomfort.
4. Past medical history : treated hypertension, heavy smoker, rarely exercised
Family history : no history of premature coronary disease
5. Physical exam:
Orthopneu, height 167 cm, body weight 79 kg, BP 180/110 mmHg, HR 122 x/min irregular, PR
102 x/min, irregular, unequal, RR 32x/min
Pallor, JVP (5+0) cmH2O, rales (+), wheezing (+), liver: palpable 2 fingers below the costal
arch, and minimal ankle edema.
6. Laboratory results:
Hemoglobin: 12,8 g/dl, WBC : 8.500/mm3, Diff count 0/2/10/60/22/6, ESR : 20 mm/jam, Platelet
: 225.000/mm3.
Total cholesterol : 325 mg/dl, LDL 165 mg/dl, HDL 35 mg/dl, triglyceride 16o mg/dl, blood
glucose 110 mg/dl.
Urinalysis : normal findings.
SGOT 55 U/L, SGPT 45 U/L, CK NAC 92 U/L, CK MB 14 U/L, Troponin I 0,1 ng/ml.
7. Additional examinations:
ECG: atrial fibrillation, LAD, HR 120 x/min, QS pattern V1-V4, LV strain
Chest X-ray: CTR > 50%, shoe-shaped cardiac, Kerley’s line (+), signs of
cephalization
5
III. Analisis Masalah
1. Mr. Manaf, a-57 year-old man, an accountant, comes to MH hospital because of shortness of breath since 3 hours ago.
a. Apa etiologi dari shortness of breath pada kasus?
Shortness of breath yang dapat diseut juga dyspnea merupakan rasa sulit untuk bernafas
atau sesak.
Hal-hal yang dapat menyebabkan dyspnea antara lain :
meningkatnya kebutuhan ventilasi akibat aktivitas berat, demam, hipoksia, anemia
berat atau asidosis metabolic
penurunan kapasitas ventilasi paru-paru akibat efusi pleura, pneumotoraks, adanya
massa intratoraks, atau cedera rusuk
peningkatan resistensi jalan nafas seperti pada asma atau penyakit paru obstruktif
kronik (COPD)
penurunan kerja paru akibat fibrosis interstitial atau edema paru
b. Bagaimana mekanisme dari shortness of breath pada kasus ini ?
Obese, heavy smoker, sedentaritas dislipidemia atherosklerosis koroner suplai
O2 untuk miokardium berkurang infark miokard disfungsi sistolik ↑EDV
↑LVEDP ↑LAP ↑ tek vena pulmonalis tekanan hidrostatik kapiler paru >
tekanan onkotik vaskuler transudasi ke dalam intertisial paru perembesan cairan ke
dalam alveoli edema paru mengganggu pertukaran gas shortness of breath
c. Apa hubungan antara usia ,jenis kelamin,pekerjaan terhadap keluhan pada kasus?
Usia:
Menurut penelitian, gagal jantung jarang terjadi pada usia di bawah 45 tahun, tapi
menanjak tajam pada usia 75 – 84 tahun. Akan tetapi pada kasus ini Tn.Manaf memiliki
faktor pencetus seperti pre obese,perokok berat, hipertensi, dan jarang berolahraga yang
menyebabkan Tn.Manaf menderita Gagal jantung kongesti
6
Jenis kelamin:
Selain meningkat seiring pertambahan usia, dan mengenai pasien usia lebih dari 65 tahun
sekitar 6-10%, gagal jantunng juga lebih banyak mengenai laki-laki dibandingkan dengan
wanita.
Pekerjaan:
Pekerjaan seorang accountant yang menyebabkan Tn.Manaf lebih banyak beraktifitas
sambil duduk
2. In the last 3 weeks he became easily tired in daily activities. He also had night cough,
nausea, lost of appetite.
a. Apa etiologi dan mekanisme dari :
Easily tired in daily activities
Disfungsi sistolik jantung cardiac output ↓ perfusi O2 ke jaringan
menurunterjadinya respirasi anaerob Asam laktat menumpuk easily tired
in daily activities
Night cough
Adanya edema paru sehingga ketika berbaring terjadi redistribusi cairan dari
abdomen dan ekstremitas bawah ke dalam dada yang menyebabkan peningkatan
diafragma, sehingga terjadi ↑ aliran balik vena dan ↑ tekanan kapiler paru
sehingga menghambat respirasi dan menyebabkan batuk malam hari.
Nausea
Retensi cairan pada gagal jantung gagal pompa ventrikel kanan tekanan
diastole ↑ tekanan vena dan atrium meningkat meningkatkan tekanan
kapiler bendungan atrium kanan bendungan vena sistemik penumpukan
cairan di jaringan Hepatomegali lambung tertekan asam lambung ↑
mual dan tidak nafsu makan
7
Kehilangan nafsu makan
Retensi cairan pada gagal jantung gagal pompa ventrikel kanan tekanan
diastole ↑ tekanan vena dan atrium meningkat meningkatkan tekanan
kapiler bendungan atrium kanan bendungan vena sistemik penumpukan
cairan di jaringan Hepatomegali lambung tertekan asam lambung ↑
mual dan hilang nafsu makan
b. Hubungan keluhan tambahan dengan shortness of breath?
Hubungan dari semua keluhan ini adalah karena gagalnya jantung memompa darah pada
kecepatan yang sesuai dengan kebutuhan jaringan. Hal ini mengakibatkan terjadi
penurunan oksigen pada jaringan yang mengakibatkan terjadinya mudah lelah, batuk di
malam hari, nausea dan kurangnya nafsu makan. Sedangkan terjadinya sesak napas
adalah sebagai bentuk kompensasi tubuh untuk memenuhi kadar oksigen yang
dibutuhkan.
3. Seven months ago he was hospitalized due to chest discomfort.
a. Mekanisme chest discomfort pada kasus ini ?
Obesitas, heavy smoker, sedentaritas dislipidemia arterosklerosis insufisiensi
arteri coronaria CAD perfusi O2 menurun infark miokard metabolisme
anaerobproduksi as.laktatchest discomfort
4. Past medical history : treated hypertension, heavy smoker, rarely exercised
Family history : no history of premature coronary disease
a. Hubungan antara hipertensi, heavy smoker, dan rarely exercised dengan keluhan
pada kasus?
Hipertensi
a. Meningkatnya tekanan darah.
Peningkatan tekanan darah merupakan beban yang berat untuk jantung,
sehingga menyebabkan hipertropi ventrikel kiri atau pembesaran ventrikel kiri (faktor
miokard). Keadaan ini tergantung dari berat dan lamanya hipertensi.
8
b. Mempercepat timbulnya arterosklerosis.
Tekanan darah yang tinggi dan menetap akan menimbulkan trauma
langsung terhadap dinding pembuluh darah arteri koronaria, sehingga memudahkan
terjadinya arterosklerosis koroner (faktor koroner) Hal ini menyebabkan angina pektoris,
Insufisiensi koroner dan miokard infark lebih sering didapatkan pada penderita hipertensi
dibanding orang normal.
Tekanan darah sistolik diduga mempunyai pengaruh yang lebih besar.
Kejadian PJK pada hipertensi sering dan secara langsung berhubungan dengan tingginya
tekanan darah sistolik. Penelitian Framingham selama 18 tahun terhadap penderita
berusia 45-75 tahun mendapatkan hipertensi sistolik merupakan faktor pencetus
terjadinya angina pectoris dan miokard infark. Juga pada penelitian tersebut didapatkan
penderita hipertensi yang mengalami miokard infark mortalitasnya 3x lebih besar dari
pada penderita yang normotensi dengan miokard infark.
Merokok
Pada saat ini merokok telah dimasukkan sebagai salah satu faktor resiko
utama PJK disamping hipertensi dan hiperkolesterolami. orang yang merokok > 20
batang perhari dapat mempengaruhi atau memperkuat efek dua faktor utama resiko
lainnya. Penelitian Framingham mendapatkan kematian mendadak akibat PJK pada laki-
laki perokok 10X lebih besar dari pada bukan perokok dan pada perempuan perokok
4.5X lebih dari pada bukan perokok. Efek rokok adalah Menyebabkan beban miokard
bertambah karena rangsangan oleh katekolamin dan menurunnya komsumsi 02 akibat
inhalasi co atau dengan perkataan lain dapat menyebabkan Tahikardi, vasokonstrisi
pembuluh darah, merubah permeabilitas dinding pembuluh darah dan merubah 5-10 %
Hb menjadi carboksi -Hb. Disamping itu dapat menurunkan HDL kolesterol tetapi
mekanismenya belum jelas . Makin banyak jumlah rokok yang dihidap, kadar HDL
kolesterol makin menurun. Perempuan yang merokok penurunan kadar HDL
kolesterolnya lebih besar dibandingkan laki – laki perokok. Merokok juga dapat
meningkatkan tipe IV abnormal pada diabetes disertai obesitas dan hipertensi, sehingga
9
orang yang merokok cenderung lebih mudah terjadi proses aterosklerosis dari pada yang
bukan perokok.
Olahraga
Olahraga dapat meningkatkan kadar HDL kolesterol dan memperbaiki
kolesterol koroner sehingga resiko PJK dapat dikurangi. Olahraga bermanfaat karena :
• Memperbaiki fungsi paru dan pemberian 02 ke miokard
• Menurunkan BB sehingga lemak tubuh yang berlebihan berkurang bersama-sama
dengan menurunkan LDL kolesterol.
• Membantu menurunkan tekanan darah
• Meningkatkan kesegaran jasmani.
Oleh karena itu, jika jarang berolahraga kadar HDL akan menurun dan
manfaat-manfaat di atas tidak akan terwujud sehingga risiko untuk menderita penyakit
jantung lebih besar.
5. Physical exam:
Orthopneu, height 167 cm, body weight 79 kg, BP 180/110 mmHg, HR 122 x/min irregular,
PR 102 x/min, irregular, unequal, RR 32x/min
Pallor, JVP (5+0) cmH2O, rales (+), wheezing (+), liver: palpable 2 fingers below the costal
arch, and minimal ankle edema.
a. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan fisik ?
Hasil pemeriksaan Nilai normal Interpretasi
Orthopneu - Abnormal
BMI= BB/TB2
= 79/(1,67)2
= 28,3 kg/m2
BB normal :
= (Tinggi Badan – 100) – 10%
(Tinggi Badan – 100)
= (167 – 100) – 10% (167– 100)
= 67 – 6,7
= 60,3 kg
Obesitas tingkat I
(WHO Asia)
Pre-obesitas
(WHO Eropa)
10
BP 180/110 mmHg 120/80 mmHg Hipertensi
HR 122 x/min
irregular
60-100 x/min Takikardi
PR 102 x/min
irregular, unequal
60-100 x/min Takikardi
Pulsus deficit (HR > PR irregular)
Hipertensi → disfungsi sistolik → hipertrofi ventrikel kiri → dilatasi atrium kiri
→ atrial fibrilasi→ pulsus defisit
RR 32 x/min 12-20 x/min Takipneu
Pallor (+) (-) Perfusi oksigen ke
perifer menurun
JVP (5+0) cmH2O JVP (50-2) cmH2O JVP meningkat
Rales (+) (-) Edema paru
Wheezing (+) (-) Edema paru
Liver : teraba 2 jari
dibawah arcus
costae
Unpalpable Hepatomegali
Minimal ankle
edema ankle
(-) Gagal jantung kanan
b. Bagaimana mekanisme abnormal dari Orthopneu
Adanya edema paru sehingga ketika berbaring terjadi redistribusi cairan
dari abdomen dan ekstremitas bawah ke dalam dada yang menyebabkan
peningkatan diafragma, sehingga terjadi ↑ aliran balik vena dan ↑ tekanan
11
kapiler paru sehingga menghambat respirasi dan menyebabkan
orthopneu.
IMTIMT = 28,3 kg/m2 tergolong Obesitas tingkat I (WHO Asia) dan pre-
obesitas (WHO Eropa). Hal ini menunjukkan adanya dislipidemia.
Blood pressureStroke volume yang tidak mencukupi menyebabkan terjadinya penurunan
tekanan dinding arteri. Penurunan ini dideteksi oleh baroreseptor yang
selanjutnya memicu saraf simpatis untuk meningkatkan tekanan arteri
dengan melakukan vasokontriksi. Vasokontriksi ini kemudian memicu
system RAA. Angiotensin II yang dihasilkan menyebabkan vasokontriksi
juga dan sekaligus mengaktifkan aldosteron sehingga terjadi retensi cairan
di ginjal. Peristiwa inilah yang menyebabkan BP yang terukur adalah
170/110 mmHg.
Heart rate, pulse rate, respiratory rate
HR 122 BPM irregular Salah satu mekanisme kompensasi tubuh
untuk mengatasi hipoperfusi perifer adalah dengan meningkatkan
kecepatan jantung untuk memompa darah, namun keadaan hipertropi dan
dilatasi jantung yang diakibatkan oleh kegagalan otot jantung
mengosongkan rongganya saat sistolik mengakibatkan system konduksi
yang mengatur kontraki otot jantung ini tidak dapat bekerja sebagaimana
biasanya. Dilatasi pada atrium yang tidak sama antara kanan dan kiri
menyebabkan impuls dari nodus sinuatrial tidak sampai di nodus
atrioventrikular dengan waktu yang teratur. Selain itu aliran impuls pada
fasiculus atrioventricularis juga mengalami perlambatan apabila terjadi
dilatasi dan hipertropi pada ventrikel sehingga kontraksi yang dihasilkan
tidak teratur. Selain itu juga terjadi kontraksi premature yang juga menjadi
selah satu penyebab rendahnya stroke volume.
12
PR 102x/min, Irregular, unequal Denyut nadi yang tidak sama
dengan denyut jantung diakibatkan oleh adanya ketidakcukupan volume
darah yang dipompa oleh jantung dalam memenuhi kebutuhan jaringan
dan adanya kontraksi prematur . Rendahnya volume darah yang dipompa
ini menyebabkan aliran darah yang sampai ke bagian nadi lebih sedikit
dan adakalanya tidak terdeteksi karena tekanan yang semakin rendah
RR 32x/min Takipnea berhubungan dengan berkurangnya asupan O2
jaringan tubuh. Berkurangnya O2 ini disebabkan oleh adanya transudasi
cairan di paru sehingga menyulitkan terjadinya pertukaran CO2 hasil
metabolism dan O2 dari luar. Hal ini kemudian akan meningkatkan
frekuensi pernapasan.
Pallor
Disfungsi sistolik jantung cardiac output ↓ perfusi O2 ke jaringan
menurunpallor
JVP
Obese, heavy smoker, sedentaritas dislipidemia atherosklerosis
koroner suplai O2 untuk miokardium berkurang infark miokard
disfungsi sistolik ↑EDV ↑LVEDP ↑LAP ↑ tek vena
pulmonalis ↑ tek arteri pulmonalis hipertensi pulmonal ↑ tek di
ventrikel dan atrium kanan ↑ tek vena sistemik bendungan darah di
vena kava superior & inferior bendungan di vena jugularis eksterna
↑ JVP
Rales
Obese, heavy smoker, sedentaritas dislipidemia atherosklerosis
koroner suplai O2 untuk miokardium berkurang infark miokard
disfungsi sistolik ↑EDV ↑LVEDP ↑LAP ↑ tek vena
pulmonalis tekanan hidrostatik kapiler paru > tekanan onkotik vaskuler
13
transudasi ke dalam intertisial paru perembesan cairan ke dalam
alveoli edema paru mengganggu pertukaran gas rales
WheezingObese, heavy smoker, sedentaritas dislipidemia atherosklerosis
koroner suplai O2 untuk miokardium berkurang infark miokard
disfungsi sistolik ↑EDV ↑LVEDP ↑LAP ↑ tek vena
pulmonalis tekanan hidrostatik kapiler paru > tekanan onkotik vaskuler
transudasi ke dalam intertisial paru perembesan cairan ke dalam
alveoli edema paru mengganggu pertukaran gas wheezing
Liver palpable
Disfungsi sistolik/diastolik gangguan fungsi ventrikel kanan curah
jantung ventrikel kanan menurun peningkatan tekanan vena pulmonalis
peningkatan tekanan arteri pulmonalis (hipertensi pulmonal)
peningkatan tekanan di ventrikel dan atrium kanan bendungan vena
hepatika penumpukan cairan di jaringan hepatomegali
Ankle edemaDisfungsi sistolik/diastolik gangguan fungsi ventrikel kanan curah
jantung ventrikel kanan menurun peningkatan tekanan vena pulmonalis
peningkatan tekanan arteri pulmonalis (hipertensi pulmonal)
peningkatan tekanan di ventrikel dan atrium kanan peningkatan
tekanan vena sistemik bendungan darah di vena perifer penumpukan
cairan di jaringan perifer ankle edema
c. Bagaimana cara pemeriksaan JVP ?
1) Aturlah posisi pasien pada keadaan berbaring dan dimiringkan ke atas pada punggungnya
dengan membentuk sudut 30o.
2) Jika vena jugularis pada leher tidak terlihat, ubah kemiringan dengan mengurangi sudut,
atau jika tetap tidak terlihat, maka naikkan sudut hingga pulsasi vena jugularis terlihat
14
3) Pada saat terlihat, tarik garis horizontal hingga diatas angulus sterni, lalu tarik garis
kebawah dan ukurlah berapa jarak garis yang tegak lurus ke angulus sterni itu.
4) Tekanan vena jugularis adalah hasil pengukuran + 5 cmH20
d. Bagaimana cara pemeriksaan liver ?Palpasi hepar dilakukan dengan meletakkan tangan kiri dibelang penderita
menyangga costa ke-11/12 sejajar, minta penderita rileks. Hepar didorong ke depan,
diraba dari depan dengan tangan kanan (bimanual palpasi). Tangan kanan
ditempatkan pada lateral otot rektus kanan, jari di batas bawah hepar dan tekan
lembut ke arah atas. Pasien diminta bernafas dalam sehingga terasa sentuhan hepar
bergerak ke bawah (tangan dikendorkan agar hepar meluncur dibawah jari sehingga
meraba permukaan yang lunak tidak berbenjol, tepi tegas/tajam, tidak ada
pembesaran).
6. Laboratory results:
Hemoglobin: 12,8 g/dl, WBC : 8.500/mm3, Diff count 0/2/10/60/22/6, ESR : 20 mm/jam,
Platelet : 225.000/mm3.
Total cholesterol : 325 mg/dl, LDL 165 mg/dl, HDL 35 mg/dl, triglyceride 16o mg/dl, blood
glucose 110 mg/dl.
Urinalysis : normal findings.
SGOT 55 U/L, SGPT 45 U/L, CK NAC 92 U/L, CK MB 14 U/L, Troponin I 0,1 ng/ml.
a. Bagaimana interpretasi dr lab result ?
15
16
Pemeriksaan Laboratory
Hasil pemeriksaan
Nilai Normal Interpretasi
Hemoglobin 12,8 g/dl 13-18 g% Anemia
WBC 7.000/mm3 5000 - 10000/mm3 Normal
Diff.count 0/2/10/60/22/6 (basofil 0-1/ eusinofil 1-3/ ntrofil batang 2-6/ netrofil segmen 50-70/ limfosit 20-40/ monosit 2-8)
Peningkatan neutrofil batang
ESR 20 mm/jam 0-10 mm/jam Tinggi
Platelet 225.000/mm3 150.000-400.000 Normal
Total cholesterol
325 mg/dl ≤ 200 mg/dl Tinggi, dislipidemia
LDL 215 mg/dl <130 mg/dl Tinggi, dislipidemia
HDL 35 mg/dl > 50 mg/dl Rendah, dislipidemia
Triglyceride 210 mg/dl < 150 mg/dl Tinggi, dislipidemia
Blood Glukose 110 mg/dl < 200mg/dl Normal
Urinalysis Normal findings Normal
SGOT 55 U/L 10-34 U/L Tinggi
SGPT 45 U/L ≤42 U/L Tinggi
CK NAC 92 U/L 80 U/L Tinggi
CK MB 14 U/L <10 U/L Tinggi, kerusakan otot jantung (infark miokard)
Troponin I 0,2 ng/ml <0 ,07 ug/L Tinggi
(onset: 4-6 hrs, peak: 12- 24 hrs, return to normal: 4-7 days)
b. Bagaimana mekanisme abnormal dari lab result Hb
Menurut patofisiologi dari heart failure terjadi penurunan oksigenasi jaringan
sehingga tubuh berkompensasi dengan meningkatkan eritropoesis sehingga Hb
meningkat. Akan tetapi dapat dilihat pada kasus Mr.Manaf berumur 57 tahun
yang menyebabkan peurunan jumlah RBC.
ESRESR tinggi kemungkinan dikarenakan hiperkolesterolemia,merokok dan
pertambahan usia viskositas darah meningkat ↑ESR
Total kolestrol, LDL, HDL, trigliserideDislipidemia
SGOT, SGPT
Peningkatan SGOT dan SGPT bisa menunjukkan keadaan :
– Kolaps sirkulasi
– Kelainan pada hepar (hepatitis)
– Gagal jantung kongestif
– MI (miokard infark)
Beberapa hari setelah kejadian miokard infark terjadi peningkatan SGOT dan
SGPT di otot jantung, juga dapat menyebabkan hati membebaskan enzim amino
transferase. Karena hepatosit terletak paling dekat dengan vena sentral masing-masing
lobulus. Hepatosit sentrilobulus cedera bila hipotensi arteri menyebabkan kurangnya
darah yang masuk ke hati atau meningkatnya tekanan balik akibat gagal jantung kanan
memperlambat keluarnya darah dari vena sentralis, keadaan ini menyebabkan SGOT dan
SGPT meningkat.
CK NAC, CK MB, Troponin ICK NAC
Mengalami peningkatan pada
17
- Heart attack
- skeletal muscle injury, multiple trauma, muscle cramps, arterial embolism,
muscular dystrophy, inflammatory muscle diseases, hypothyroidism.
- Other diseases:
Liver, pancreas, stomach, colon diseases, malignant diseases. Creatine kinase
dilepaskan saat terjadi cedera otot, memiliki tiga fraksi isoenzim yaitu CK-
MM (dalam otot skeletal), CK-MB (paling banyak terdapat dalam
miokardium), CK-BB (dalam jaringan otak biasanya tidak ada dalam serum).
CKMB
Jenis enzim yang terdapat banyak pada jaringan terutama otot, miokardium dan
otak. Terdapat 3 jenis isoenzim kreatin kinase dan diberi label M (muskulus) dan
B (brain). Peningkatan kadar enzim dalam serum menjadi indikator terpercaya
adanya kerusakan pada jantung.
Troponin I
Merupakan kompleks protein otot globuler dari pita I yang menghambat kontraksi
dengan memblokade ainteraksi aktin dan miosin. Apabila bersenyawa dengan Ca+
+, akan mengubah posisi molekul tropomiosin sehingga terjadi interaksi aktin-
miosin. Protein regulator ini terletak di dalam aparatus kontraktil miosit, dan
mengandung 3 sub unit dengan tanda C,I, T. Peningkatan troponin menjadi
pertanda positif adanya cedera sel miokardium dan potensi terjadinya angina.
7. Additional examinations:
ECG: atrial fibrillation, LAD, HR 120 x/min, QS pattern V1-V4, LV strain
Chest X-ray: CTR > 50%, shoe-shaped cardiac, Kerley’s line (+), signs of
cephalization
a. Bagaimana interpretasi dari additional exam
Test Reference Result interpretasi
Atrial fibrilasi (-) Atrial fibrilasi Gangguan konduksi
LAD (-) (+) Penyimpangan
sumbu ventrikel ke
18
arah kiri karena
adanya hipertrofi
ventrikel kiri
HR 60-100 kali/menit 120 kali/menit Takikardi
QS Pattern V1-V4 (-) (+) infark miokard
LV strain (-) (+) Hipertrofi ventrikel
kiri karena
kelemahan otot
jantung untuk
memompa darah
(overload pada
ventrikel kiri).
CTR <50% >50% Kardiomegali
Cardiac Shoe shaped
cardiac
Pembesaran
ventrikel
Kerle’s line (-) (+) Penebalan septum
interlobular
Sign of cephalization (-) (+) Hipertensi vena
pulmonal
b. Bagaimana mekanisme abnormal dari additional exam ECG
Fibrilasi atrium
Kegagalan ventrikel Volume darah di atrium Dilatasi atrium Konduksi impuls
tidak beraturan
19
Pada keadaan ini gelombang P hampir tidak terlihat.
Deviasi aksis ke kiri
Hipertrofi ventrikel kiri Konduksi impuls ke bagian kiri berlangsung lebih lama vektor
sadapan mengarah ke kiri
Pada keadaan ini, pada sadapan bipolar, lead I & 2 (+), lead 3 (-)
HR 130 BPM
Mekanisme yang sama pada peningkatan denyut jantung pada pemeriksaan fisik. Pada
keadaan ini akan tampak jarak tiap kontraksi satu dengan yang berikutnya adalah 1,5 kotak.
QS Pattern pada V1-V4
QS Pattern berarti bahwa gelombang QRS yang dihasilkan ukurannya kecil atau terbentuk
gelombang QRS yang tidak beraturan disebabkan oleh terjadinya blockade pada jalur impuls
di system konduksi jantung.
Left ventricular strain
Left ventricular strain terjadi karena adanya proses repolarisasi yang berlangsung berbeda
dengan arah yang seharusnya. Pada keadaan ini terjadi inverse gelombang T
Chest xray
CTR > 50 %
↑tekanan darah ↑ resistensi pemompaan darah dari ventrikel kiri ↑afterload ↑ afterload dalam waktu yang lama hipertropi ventrikel kiri Kardiomegali
Shoe shaped cardiacHipertropi ventrikel kanan yang menyebabkan apex
terangkat keatas sehingga membentuk pola seperti sepatu. Hipertropi
terjadi sebagai mekanisme kompensasi tubuh untuk meningkatkan kardiak
output
20
Kerley’s Line (+)Terjadi penebalan septum-septum interlobular pada
paru. Dalam hal ini terdapat Kerley’s B line. Penebalan septum
interlobular diakibatkan terjadinya edema paru.
Sign of cephalizationTanda ini menunjukkan adanya hipertensi vena
pulmonalis yang diakibatkan oleh tingginya tekanan pada atrium kiri,
sehingga aliran vena pulmonalis terhambat.
8. Bagaimana cara menegakkan diagnosis pada kasus?1. Anamnesis
Identitas:- Mr. Manaf, a-57 year-old man, an accountant
Keluhan:- Shortness of breath- Mudah lelah- Batuk pada malam hari- Mual- Hilang nafsu makan- Chest discomfort
Riwayat sebelumnya:- Dalam pengobatan hipertensi- Perokok berat- Kurang berolahraga
Riwayat keluarga:-Tidak ada riwayat premature coronary disease
2. Pemeriksaan fisik- Orthopneu- Obes I- Takikardi- Hipertensi- Hepatomegali- Ankle edema
21
3. Pemeriksaan lab- Hiperkolesterol- ↑ LDL- ↓ HDL
4. Pemeriksaan Penunjang- CTR > 50%- chepalization- LV strain
5. Menurut Framingham ( Mansjoer, 2001) kriterianya gagal jantung kongestif ada 2 kriteria yaitu kriteria mayor dan kriteria minor.
i. Kriteria mayor terdiri dari:
1. Dispnea nokturnal paroksismal atau ortopnea
2. Peningkatan vena jugularis
3. Ronchi basah tidak nyaring
4. Kardiomegali
5. Edema paru akut
6. Irama derap S3
7. Peningkatan tekanan vena > 16 cm H2O
8. Refluks hepatojugular
ii. Kriteria minor terdiri dari:
1. Edema pergelangan kaki
2. Batuk malam hari
3. Dyspnea
4. Hepatomegali
5. Efusi pleura
6. Kapasitas vital berkurang menjadi ? maksimum
7. Takikardi (>120 x/ menit)
Diagnosis ditegakkan dari dua kriteria mayor atau satu kriteria mayor dan dua kriteria
minor harus ada di saat bersamaan.
9. Apa Diagnosis banding pada kasus?
CHF COPD Heart Pneumonia
22
Congestif
Heart Failure Cronic Obstructive
Pulmonary Disease
attack
Nyeri dada √ √ √ √
Nafas Pendek √ √ √ √
Fatigue √ √ √ √
Nausea √ - √ √
Takikardia √ √ √ -
Wheezing √ √ - √
Edema pada
ankle
√ - - -
Hepatomegali √ - - -
JVP ↑ √ - - -
10. Apa Working Diagnosis (definisi, etiologi, epidemiologi, manifestasi klinik) pada kasus?
DEFINISI
Gagal jantung kongestif (congestive heart failure) adalah sindrom klinis akibat penyakit jantung,
ditandai dengan kesulitan bernapas serta retensi natrium dan air yang abnormal, yang sering
menyebabkan edema. Kongesti ini dapat terjadi dalam paru atau sirkulasi perifer atau keduanya,
bergantung pada apakah gagal jantungnya pada sisi kanan atau menyeluruh.
Gagal jantung kiri dalam jangka panjang dapat diikuti dengan gagal jantung kanan, demikian
juga gagal jantung kanan dalam jangka panjang dapat diikuti gagal jantung kiri. Bilamana kedua
gagal jantung tersebut terjadi pada saat yang sama maka keadaan ini disebut gagal jantung
kongestif. Gagal jantung kongesif biasanya dimulai lebih dulu oleh gagal jantung kiri dan secara
lambat diikuti gagal jantung kanan.
Gagal jantung dapat diklasifikasikan menurut beberapa faktor. The New York Heart
Association (NYHA) classification for heart failure membaginya menjadi 4 kelas, berdasarkan
23
hubungannya dengan gejala dan jumlah atau usaha yang dibutuhkan untuk menimbulkan gejala,
sebagai berikut :
1. Kelas I : Penderita dengan gagal jantung tanpa adanya pembatasan aktivitas fisik, dimana
aktivitas biasa tidak menimbulkan rasa lelah dan sesak napas.
2. Kelas II: Penderita dengan gagal jantung yang memperlihatkan adanya pembatasan aktivitas fisik
yang ringan, merasa lega jika beristirahat.
3. Kelas III: Penderita dengan gagal jantung yang memperlihatkan adanya pembatasan aktivitas
fisik yang ringan, kegiatan fisik yang lebih ringan dari kegiatan biasa sudah memberi gejala
lelah, sesak napas.
4. Kelas IV: Penderita dengan gagal jantung yang tidak sanggup melakukan kegiatan apapun tanpa
keluhan, gejala sesak napas tetap ada walaupun saat beristirahat.
INSIDENSI DAN EPIDEMIOLOGI
1,5 sampai 2% orang dewasa di Amerika Serikat menderita CHF; terjadi 700.000 perawatan
di rumah sakit pertahun. Faktor risiko terjadinya gagal jantung yang paling sering adalah usia.
CHF merupakan alasan paling umum bagi lansia untuk dirawat di rumah sakit (75% pasien yang
dirawat dengan CHF berusia antara 65 dan 75 tahun). 44% pasien Medicare yang dirawat karena
CHF akan dirawat kembali pada enam (6) bulan kemudian. Daya tahan hidup selama delapan (8)
tahun bagi semua kelas CHF adalah 30%; untuk CHF berat, angka mortalitas dalam satu ( 1 )
tahun adalah 60%.
Faktor risiko terpenting untuk CHF adalah penyakit arteri koroner dengan penyakit jantung
iskemik. Hipertensi adalah faktor risiko terpenting kedua untuk CHF. Faktor risiko lain terdiri
dari kardiomiopati, aritmia, gagal ginjal, diabetes, dan penyakit katup jantung.
ETIOLOGI
Gagal jantung adalah komplikasi tersering dan segala jenis penyakit jantung kongenital
maupun didapat. Mekanisme fisiologis yang menyebabkan gagal jantung meliputi keadaan-
keadaan yang (1) meningkatkan beban awal, (2) meningkatkan beban akhir, atau (3) menurunkan
kontraktilitas miokardium.
24
Keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal meliputi regurgitasi aorta, dan cacat
septum ventrikel; dan beban akhir meningkat pada keadaan-keadaan seperti stenosis aorta dan
hipertensi sistemik. Kontraktilitas miokardium dapat menurun pada infark miokardium dan
kardiomiopati. Selain ketiga mekanisme fisiologis yang menyebabkan gagal jantung, terdapat
faktor-faktor fisiologis lain yang dapat menyebabkan jantung gagal bekerja sebagai pompa.
Faktor-faktor yang mengganggu pengisian ventrikel (misal, stenosis katup atrioventrikularis)
dapat menyebabkan gagal jantung. Keadaan-keadaan seperti perikarditis konstriktif dan
tamponade jantung mengakibatkan gagal jantung melalui kombinasi beberapa efek seperti
gangguan pada pengisian ventrikel dan ejeksi ventrikel. Dengan demikian jelas sekali bahwa
tidak ada satupun mekanisme fisiologik atau kombinasi berbagai mekanisme yang bertanggung
jawab atas terjadinya gagal jantung; efektivitas jantung sebagai pompa dapat dipengaruhi oleh
berbagai gangguan patofisiologis. Penelitian terbaru menekankan pada peranan TNF dalam
perkembangan gagal jantung. Jantung normal tidak menghasilkan TNF, namun jantung
mengalami kegagalan menghasilkan TNF dalam jumlah banyak.
Demikian juga, tidak satupun penjelasan biokimiawi yang diketahui berperan dalam
mekanisme dasar terjadinya gagal jantung. Kelainan yang mengakibatkan gangguan
kontraktilitas miokardium juga tidak diketahui. Diperkirakan penyebabnya adalah kelainan
hantaran kalsium dalam sarkomer, atau dalam sintesis atau fungsi protein kontraktil.
Faktor-faktor yang dapat memicu terjadinya gagal jantung melalui penekanan sirkulasi yang
mendadak dapat berupa (1) disritmia, (2) infeksi sistemik dan infeksi paru-paru, dan (3) emboli
paru. Disritmia akan mengganggu fungsi mekanis jantung dengan mengubah rangsangan listrik
yang memulai respons mekanis; respons mekanis yang sinkron dan efektif tidak akan dihasilkan
tanpa adanya ritme jantung yang stabil. Respons tubuh terhadap infeksi akan memaksa jantung
untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh yang meningkat. Emboli paru secara mendadak
akan meningkatkan resistensi terhadap ejeksi ventrikel kanan, memicu terjadinya gagal jantung
kanan. Penanganan gagal jantung yang efektif membutuhkan pengenalan dan penanganan tidak
saja terhadap mekanisme fisiologis penyakit yang mendasari, tetapi juga terhadap faktor-faktor
yang memicu terjadinya gagal jantung.
11. Bagaimana pathogenesis pada kasus?
25
PATOFISIOLOGI
A. Mekanisme Dasar
Kelainan intrinsik pada kontraktilitas miokardium yang khas pada gagal jantung akibat
penyakit jantung iskemik, mengganggu kemampuan pengosongan ventrikel yang efektif.
Kontraktilitas ventrikel kiri yang menurun mengurangi volume sekuncup, dan meningkatkan
volume residu ventrikel. Dengan meningkatnya EDV (volume akhir diastolik) ventrikel, terjadi
peningkatan tekanan akhir diastolik ventrikel kiri (LVEDP). Derajat peningkatan tekanan
bergantung pada kelenturan ventrikel. Dengan meningkatnya LVDEP, terjadi pula peningkatan
tekanan atrium kiri (LAP) karena atrium dan ventrikel berhubungan langsung selama diastol.
Peningkatan LAP diteruskan ke belakang ke dalam pembuluh darah paru-paru, meningkatkan
tekanan kapiler dan vena paru-paru. Apabila tekanan hidrostatik anyaman kapiler paru-paru
melebihi tekanan onkotik pembuluh darah, akan terjadi transudasi cairan ke dalam interstisial. Jika
kecepatan transudasi cairan melebihi kecepatan drainase limfatik, akan terjadi edema interstisial.
Peningkatan tekanan lebih lanjut dapat mengakibatkan cairan merembes ke dalam alveoli dan
terjadilah edema paru. Tekanan arteri paru-paru dapat meningkat akibat peningkatan kronis
tekanan vena paru. Hipertensi pulmonalis meningkatkan tahanan terhadap ejeksi ventrikel kanan.
Serangkaian kejadian seperti yang terjadi pada jantung kiri, juga akan terjadi pada jantung kanan
yang akhirnya akan menyebabkan edema dan kongesti sistemik.
Perkembangan dari edema dan kongesti sistemik atau paru dapat diperberat oleh regurgitasi
fungsional dan katup-katup trikuspidalis atau mitralis secara bergantian. Regurgitasi fungsional
dapat disebabkan oleh dilatasi anulus katup atroventrikularis, atau perubahan orientasi otot
papilaris dan korda tendinae akibat dilatasi ruang.
B. Mekanisme Kompensasi Pada Gagal Jantung
Bila curah jantung karena suatu keadaan menjadi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh, maka jantung akan memakai mekanisme kompensasi.
Mekanisme kompensasi ini sebenarnya sudah dan selalu dipakai untuk mengatasi beban kerja
ataupun pada saat menderita sakit. Bila mekanisme ini telah secara maksimal digunakan dan curah
jantung tetap tidak cukup maka barulah timbul gejala gagal jantung. Mekanisme kompensasi ini
26
terdiri dari beberapa macam dan bekerja secara bersamaan serta saling mempengaruhi, sehingga
secara klinis tidak dapat dipisah-pisahkan secara jelas.
Dengan demikian diupayakan memelihara tekanan darah yang masih memadai untuk perfusi
alat-alat vital.Mekanisme ini mencakup: 1) Mekanisme Frank-Starling, 2) pertumbuhan hipertrofi
venatrikel, dan 3) aktifasi neurohormonal.
1. Mekanisme Frank Starling
Gagal jantung akibat penurunan kontrak tilitas ventrikel kiri menyebabkan pergeseran kurva
penampilan ventrikel ke bawah. Karena itu, pada setiap beban awal, isi sekuncup menurun
dibandingkan dengan normal dan setiap kenaikan isi sekuncup pada gagal jantung menuntut
kenaikan volume akhir diastolik lebih tinggi dibandingkan normal.
Penurunan isi sekuncup mengakibatkan pengosongan ruang yang tidak sempurna sewaktu
jantung berkontraksi; sehingga volume darah yang menumpuk dalam ventrikel semata diastol
lebih tinggi dibandingkan normal. Hal ini bekerja sebagai mekanisme kompensasi karena kenaikan
beban awal (atau volume akhir diastolik) merangsang isi sekuncup yang lebih besar pada kontraksi
berikutnya, yang membantu mengosongkan ventrikel kiri yang membesar.
2. Hipertrofi Ventrikel
Pada gagal jantung, stres pada dinding ventrikel bisa meningkat baik akibat dilatasi
(peningkatan radius ruang) atau beban akhir yang tinggi (misalnya pada stenosis aortik atau
hipertensi yang tidak terkendali). Peninggian stres terhadap dinding ventrikel yang terus menerus
merangsang pertumbuhan hipertrofi ventrikel dan kenaikan massa ventrikel. Peningkatan
ketebalan dinding ventrikel adalah suatu mekanisme kompensasi yang berfungsi untuk
mengurangi stres dinding (ingat bahwa ketebalan dinding adalah faktor pembagi pada rumus stres
dinding), dan peningkatan massa serabut otot membantu memelihara kekuatan kontraksi ventrikel.
Meskipun demikian, mekanisme kompensasi ini harus diikuti oleh tekanan diastolik ventrikel
yang lebih tinggi dari normal dengan demikian tekanan atrium kiri juga meningkat, akibat
peninggian kekakuan dinding yang mengalami hipertrofi. Pola hipertrofi yang berkembang
bergantung pada apakah beban yang di hadapi bersifat kelebihan beban volume atau, tekanan yang
kronis. Dilatasi ruang yang kronis akibat kelebihan volume, misalnya pada regurgitasi mitral atau
27
aorta yang menahun, mengakibatkan sintesis sarkomer-sarkomer baru Secara seri dengan
sarkomer yang lama. Akibatnya radius ruang ventrikel membesar dan ini berkembang sebanding
dengan peningkatan ketebalan dinding. Hal ini disebut hipertrofi eksentrik.
Kelebihan tekanan yang kronis, misalnya pada hipertensi atau stenosis aortik, mengakibatkan
sintesis sarkomer-sarkomer baru yang berjalan sejajar dengan sarkomer lama, sehingga terjadilah
hipertrofi konsentrik, dimana tebal dinding meningkat tanpa adanya dilatasi ruang. Dengan
demikian stres dinding bisa dikurangi secara bermakna.
3. Aktifasi neurohormonal
Perangsangan neurohormonal merupakan mekanisme kompensasi yang mencakup sistim syaraf
adrenergik, sistim renin-angiotensin, peningkatan produksi hormon antidiuretik, semua sebagai
jawaban terhadap penurunan curah jantung. 4,
Semua mekanisme ini berguna untuk meningkatkan tahanan pembuluh sistemik, sehingga
mengurangi setiap penurunan tekanan darah (ingat rumus tekanan darah - curah jantung x tahanan
perifer total). Selanjutnya semua ini menyebabkan retensi garam dan air, yang pada awalnya
bermanfaat meningkatkan volume intravaskuler dan beban awal ventrikel kiri, sehingga
memaksimalkan isi sekuncup melalui mekanisme Frank Starling.
Segi negatif aktifasi neurohormonal yang berlebih adalah seringnya terjadi akibat yang jelek
pada jantung yang sudah payah.
C. Sistem syaraf adrenergik
Penurunan curah jantung pada gagal jantung dirasakan oleh reseptor-reseptor di sinus karotis dan
arkus aorta sebagai suatu penurunan porfusi. Reseptor-reseptor ini lalu mengurangi laju pelepasan
rangsang sebanding dengan penurunan tekanan darah. Sinyalnya dihantarkan melalui syaraf kranial
ke IX dan X ke pusat pengendalian kardiovaskuler di medula.
Sebagai akibatnya arus simpatis ke jantung dan sirkulasi perifer meningkat, dan tonus
parasimpatis berkurang. Ada tiga hal yang segeraterjadi:1) peningkatan laju debar jantung,2)
peningkatan kontraktilitas ventrikel, dan 3) vasokonstriksi akibat stimulasi reseptor-resep\ tor alfa
pada vena-vena dan arteri sistemik. Peninggian laju debar jantung dan kontraktilitas ventrikel secara
28
langsung meningkatkan curah jantung. Vasokonstriksi pada sirkulasi vena dan arteri juga bermanfaat
pada awalnya.
Konstriksi vena mengakibatkan peningkatan aliran balik darah ke jantung, sehingga
meningkatkan beban awal dan meningkatkan isi sekuncup melalui mekanisme Frank Starling, bila
jantung bekerja pada bagian yang menaik pada kurva penampilan ventrikel.
Konstriksi arteriolar pada gagal jantung meningkatkan tahanan pembuluh perifer Sehingga
membantu memelihara tekanan darah. Adanya distribusi regional reseptor-reseptor alfa sedemikian
rupa menyebabkan aliran darah di redistribusi ke alat-alat vital (jantung dan otak) dan dikurangi ke
kulit, organ-organ splanknik dan ginjal.
D. Sistem Renin Angiotensin
Sistem ini diaktifasi pada gagal jantung. Rangsang untuk mensekresi renin dan sel-sel
jukstaglomerular mencakup : 1) penurunan perfusi arteri renalis sehubungan dengan curah jantung
yang rendah, dan 2) rangsang langsung terhadap reseptor-reseptor B2 jukstaglomerular oleh sistem
syaraf adrenergik yang teraktifasi. Renin bekerja pada angiotensiogen dalam sirkulasi, menjadi
angiotensin I, yang kemudian diubah dengan cepat oleh ensim pengubah angiotensin (ACE) menjadi
angiotensin II (All), suatu vasokonstriktor yang kuat.
Peningkatan kadar All berperan meningkatkan tahanan perifer total dan memelihara tekanan
darah sistemik. Angiotensin II juga bekerja meningkatkan volume intravaskuler melalul dua
mekanisme yaitu di hipotalamus merangsang rasa haus dan akibatnya meningkatkan pemasukan
cairan, dan bekerja pada korteks adrenal untuk meningkatkan sekresialdosteron. Aldosteron
meningkatkan resorpsi natrium dan tubuh distal ke dalam sirkulasi. Kenaikan volume intravaskuler
lalu meningkatkan beban awal dan karenanya meningkatkan curah jantung melalui mekanisme Frank
Starling.
E. Hormon antidiuretlk
Pada gagal jantung, sekresi hormon ini oleh kelenjar hipofisis posterior - meningkat, mungkin
diantarai oleh rangsang terhadap baroreseptor di arteri dan atrium kiri, serta oleh kadar All yang
meningkat dalam sirkulasi.
29
Hormon antidiuretik berperan meningkatkan volume intravaskuler karena ia meningkatkan
retensi cairan melalui nefron distal. Kenaikan cairan intravaskuler inilah yang meningkatkan beban
awal ventrikel kiri dan curah jantung.
Meskipun ketiga mekanisme kompensasi neurohormonaI yang sudah diuraikan diatas pada
awalnya bisa bermanfaat, pada akhirnya membuat keadaan menjadi buruk. Peningkatan volume
sirkulasi dan aliran balik vena ke Jantung bisa memperburuk bendungan pada vaskuler paru
sehingga memperberat keluhan-keluhan akibat kongesti paru. Peninggian tahanan arteriol
meningkatkan beban akhir dinama jantung yang sudah payah harus berinteraksi, sehingga pada
akhirnya isi sekuncup dan curah jantung menjadi lebih berkurang.
Oleh karena itu terapi dengan obat-obatan sering disesuaikan untuk memperlunak mekanisme
kompensasi neurohormonal ini.
F. Peptida natrluretik atrium (atrial natriuretic peptide)
Ini adalah suatu hormon kontraregutasi yang disekresi oleh atrium sebagai respon terhadap
peninggian tekanan intrakardiak. Kerjanya terutama berlawanan dengan hormon-hormon lain yang
diaktifasi dalam keadaan gagal jantung, sehingga mensekresi natrium dan air, menimbulkan
vasodilatasi, inhibisi sekresi renin, dan mempunyai sifat antagonis terhadap efek All pada vasopresin
dan sekresi aldosteron. Meskipun kadar peptida ini dalam plasma meninggi, efeknya dapat
ditumpulkan oleh berkurangnya respon organ-akhir (misalnya ginjal).
12. Bagaimana penatalaksanaan pada kasus?
Tindakan dan pengobatan ditujukan pada aspek-aspek :
- Mengurangi beban kerja
- Memperkuat kontraksi miokard
- Mengurangi kelebihan cairan dan garam
- Melakukan tindakan dan pengobatan khusus terhadap penyakit, faktor pencetus dan
kelainan yang mendasari
Tatalaksana :
- Non Farmakologi
30
Edukasi mengenai gagal jantung, penyebab dan bagaimana mengenal serta upaya
bila timbul keluhan, dan dasar pengobatan
Edukasi pola diet, kontrol asupan garam, air dan kebiasaan alcohol
Monitor berat badan, hati-hati dengan kenaikan berat badan yang tiba-tiba
Mengurangi berat badan pada pasien dengan obesitas
Menghentikan kebiasaan merokok
Konseling mengenai obat-obatan, dan menghindari obat tertentu, yaitu: NSAID,
antiaritmia kelas I, verapamil, diltiazem, dihidropiridin efek cepat, antidepresan
trisiklik, steroid
- Farmakologi
Reduksi volume preload
Vasodilator
Nitroglycerin
Secara sublingual dapat mereduksi volume preload selama 5 menit dan
mengurangi sebagian voleme afterload. Namun harus dihindari pada pasien dengan
kerusakan ventrikel kiri karena perfusi jaringan yang lemah. Dosisnya 0,4-0,6 mg
sublingual atau 0,2-2 ug/kgBB/menit iv.
Diuretik
Mengeluarkan kelebihan cairan, sehingga pembebanan jantung berkurang
F urosemida
Dosisnya 20-40 mg/hari untuk kasus ringan dan 40-80 mg/hari untuk kasus berat
atau untuk efek cepat intravena 500 mg i.v. Bila furosemida tidak menghasilkan efek
secukupnya karena terdapat resistensi diuretika maka ditambahkan thiazida.
Hidroklorotiazid
Klortalidon
Triamteren
Amlorid
Asam etakrinat
31
Morphine sulfate efek anxiolysis yang mengurangi produksi katekolamin
dan resistensi perifer.
Reduksi dari resistensi perifer (afterload reduction)
ACE inhibitor
Kaptopril, enalapril, lisinopril, dll banyak digunakan pada gagal jantung
kronis, juga setelah infark pada pasien tertentu. Senyawa ini merupakan
vasodilator paling cocok pada gagal jantung dengan menghindari peningkatan
angoitensin II yang seringkali timbukl pada penyakit ini yang berdaya
mengurangi beban jantung yang sudah lemah dan gejala-gejalanya. Kaptopril
dosisnya 2 x 6,25 mg.
Antagonis-Ca
Ttidak terdapat kesepakatan berhubungan dengan efek inotrop negatifnya.
AT-II-blockers
Antagonis angiotensin: losartan, valsartan, irbesartan, dll dapat digunakan
pula. Obat-obat ini berkhasiat vasodilatasi perifer dan mengurangi preload
maupun afterload darah.
Vasodilator koroner
Nitroprusida, prazosin, hidralazin obat-obat ini menurunkan afterload dengan
jalan vasodilatasi arteri.
Hydralazine dipakai pada pasien yang tidak dapat mentoleransi ACE-
inhibitor, selain itu juga dapat digunakan pada wanita hamil.
Nitroprusid 0,5-1 ug/kg BB/menit iv Nitrat sebagai dilator vena
mengurangi preload darah.
Prasozin peroral 2-5 mg
Meningkatkan kontraktilitas jantung
Digitalisasi
Digoksin
Memperkuat daya kontraksi otot jantung yang lemah sehingga memperkuat fungsi
pompa, berdasarkan peningkatan kadar kalsium. Sering kali diuretika dikombinasi dengan
32
zat inotropik positif digoksin, yang juga berdaya mengatasi resistensi diuretika dengan
cara memperbaiki volume menit jantung. Zat-zat inotropik positif lainnya seperti
dopaminergika tidak dianjurkan karena kerjanya terlalu kuat tanpa memiliki efek
kronotropik negatif, lagipula cenderung mngekibatkan aritmia, oleh karena itu obat-obat
ini hanya digunakan i.v. pada keadaan akut (shock jantung dsb.). Penghambat
fosfodiesterase pun tidak dianjurkan berhubung efek buruknya terhadap sel jantung.
Cedilanid
Folia digitalis
Cara pemberian digitalis :
Dosis Permulaan (digitalisasi) Dosis
PemeliharaanCepat Lambat
Cedilanid 1-2 ml iv
kemudian
1-2 ml tiap
4-6 jam
sampai
tercapai
digitalisasi
(max: 6-8
ml/hari)
Hari ke-2:
1-2 ml tiap
4-6 jam
dengan
max. 4-6 ml
(sampai
tercapai
digitalisasi
tergantung
33
irama
jantung
Digoksin Sama 3x0,25 mg
sampai
tercapai
digitalisasi
2-3 x 0,125
mg
Folia
digitalis
3x100 mg
sampai
tercapai
digitalisasi
2-3 x 50 mg
Dosis dan cara pemberian digitalis bergantung pada beratnya gagal jantung. Pada
gagal jantung berat dengan sesak napas hebat dan takikardi lebih dari 120/menit,
biasanya diberikan digitalisasi cepat. Pada gagal jantung ringan diberikan digitalisasi
lambat. Pemberian digitalisasi per oral paling sering dilakukan karena paling aman.
Pemberian dosis besar tidak selalu perlu, kecuali bila diperlukan efek maksimal
secepatnya, misalnya pada fibrilasi atrium rapid response. Dengan pemberian oral dosis
biasa (pemeliharaan), kadar terapeutik dalam plasma dicapai dalam waktu 7 hari.
Pemberian secara intravena hanya dilakukan pada keadaan darurat, harus dengan hati-
hati, dan secara perlahan-lahan.
Aminsimpatomimetik
Dobutamine
Secara intravena mempunyai efek inotropik positif dengan efek
kronotropik negative yang ringan, selain itu juga memiliki efek
vasodilator ringan.
Dopamine
Dihindari pada pasien hipotensi karena efek vasodilatasinya yang kuat.
- Pemakaian Alat dan Tindakan Bedah
Revaskularisasi (perkutan, bedah)
Operasi katup mitral
Aneurismektomi
34
Kardiomioplasti
External Cardiac Support
Pacu Jantung
Heart transplantation
- Tindakan Khusus
Ditujukan pada kelainan yang mendasari gagal janutng
Pada gangguan mekanis akibat stenosis katup, valvuloplasti balon atau
pembedahan perlu dilakukan bila keadaan memungkinkan.
Angiografi koroner perlu dilakukan pada penderita yang diduga menderita
penyakit jantung koroner
Pada waktu perawatan gagal jantung berat, penatalaksanaan akan lebih terarah
apabila dalam dilakukan pemantauan hemodinamik terutama tekanan vena sentral
dan tekanan pembuluh baji paru. Ini dapat dilakukan dengan pemasangan kateter
Swan Ganz.
13. Bagaimana prognosis pada kasus?Prognosis :
Dari ½ populasi pasien Congestive Heart Failure meninggal dalam 4 tahun setelah diagnosis
ditegakkan
Lebih dari 50% pasien gagal jantung berat meninggal dalam tahun pertama
Pada kasus ini, terjadi gagal jantung kongestif yang disertai dengan edema paru yang merupakan
akibat dari gagal jantung kiri yang dapat membahayakan jiwa penderitanya. Sehingga
disimpulkan bahwa :
Ad vitam : Bonam
Ad fungsionam : Dubia
14. Apa komplikasi pada kasus?Menurut patric davay (2005), komplikasi gagal jantung kongesti adalah sebagai berikut :
a. Efusi pleura: di hasilkan dari peningkatan tekanan kapiler. Transudasi cairan terjadi dari
kapiler masuk ke dalam ruang pleura. Efusi pleura biasanya terjadi pada lobus bawah darah.
b. Aritmia: pasien dengan gagal jntung kongestif mempunyai risiko untuk mengalami aritmia,
35
biasanya disebabkan karena tachiaritmias ventrikuler yang akhirnya menyebabkan kematian
mendadak.
c. Trombus ventrikuler kiri: pada gagal jntung kongestif akut dan kronik, pembesaran ventrikel
kiri dan penurunan kardiac output beradaptasi terhadap adanya pembentukan thrombus pada
ventrikel kiri. Ketika thrombus terbentuk, maka mengurangi kontraktilitas dari ventrikel kiri,
penurunan suplai oksigen dan lebih jauh gangguan perfusi. Pembentukan emboli dari thrombus
dapat terjadi dan dapat disebabkan dari Cerebrivaskular accident (CVA)
d. Hepatomegali: karena lobus hati mengalami kongestif dengan darah vena sehingga
menyebabkan perubahan fungsi hati. Kematian sel hati, terjadi fibrosis dan akhirnya sirosis.
15. Bagaimana cara pencegahan pada kasus ini?Kunci untuk mencegah gagal jantung adalah mengurangi faktor-faktor risiko. Anda dapat
mengontrol atau menghilangkan banyak faktor-faktor risiko penyakit jantung - tekanan darah
tinggi dan penyakit arteri koroner, misalnya - dengan melakukan perubahan gaya hidup bersama
dengan bantuan obat apa pun yang diperlukan.
Perubahan gaya hidup dapat Anda buat untuk membantu mencegah gagal jantung meliputi:
Tidak merokok
Mengendalikan kondisi tertentu, seperti tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi dan
diabetes
Tetap aktif secara fisik
Makan makanan yang sehat
Menjaga berat badan yang sehat
Mengurangi dan mengelola stress
16. Apa level KDU untuk kasus ini?
3B : Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan –
pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya : pemeriksaan laboratorium
sederhana atau X-ray). Dokter dapat memutuskan dan memberi terapi pendahuluan, serta
merujuk ke spesialis yang relevan (kasus gawat darurat).
36
IV. Learning Issue
1. Heart failure
A. PENGERTIAN
37
Gagal jantung sering disebut juga gagal jantung kongestif (CHF) adalah ketidakmampuan
jantung untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan
terhadap nutrien dan oksigen. Mekanisme yang mendasar tentang gagal jantung termasuk kerusakan
sifat kontraktil dari jantung, yang mengarah pada curah jantung kurang dari normal. Kondisi umum
yang mendasari termasuk aterosklerosis, hipertensi atrial, dan penyakit inflamasi atau degeneratif
otot jantung. Sejumlah faktor sistemik dapat menunjang perkembangan dan keparahan dari gagal
jantung. Peningkatan laju metabolic (misalnya: demam, koma, tiroktoksikosis), hipoksia dan anemia
membutuhkan suatu peningkatan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen.
B. ETIOLOGI
Di negara – negara berkembang , penyebab tersering adalah :
1. Kelainan otot jantung menyebabkan penurunan kontraktilitas jantung. Hal yg mendasari
penyebab kelainan fungsi otot mencakup atero sclerosis koroner, hipertensi arterial dan
degeneratif atau inflamasi.
2. Penyakit arteri koroner yang menimbulkan infark miokard dan tidak berfungsinya miokardium
(kardiomiopati iskemik) karena terganggunya aliran darah keotot jantung. Terjadi hipoksia dan
asidosis akibat penumpukan as. Laktat. Infark miokard biasanya mendahului terjadinya gagal
jantung. Penyebab paling sering adalah kardiomiopati alkoholik, miokarditis viral (termasuk
infeksi HIV) dan kardiomiopati dilatasi tanpa penyebab pasti (kardiomiopati idiopatik).
3. Hipertensi Sistemik / pulmonal (peningkatan afterload), meningkatka beban kerja jantung
mengakibatkan hipertropi serabut otot jantung. Efek tersebut (hipertropi miokard) dianggap
sebagai kompensasi karena meningkatkan kontraktilitas jantung, karena alas an yg tidak jelas
hipertropi otot jantung dapat berfungsi secara normal, akhirnya terjadi gagal jantung.
4. Peradangan dan penyakit myocardium degeneratif b/d gagal jantung karena kondisi ini secara
langsung merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.
5. Penyakit jantung lain. Mekanisme yang biasanya terlibat mencakup gangguan aliran darah
melalui jantung (mis; stenosis katup semilunair), ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah
(mis; tamponade pericardium, perikarditis konstriktif, atau stenosis katup AV), atau
38
pengosongan jantung abnormal (mis; insuf katup AV). Peningkatan mendadak afterload akibat
meningkatnya tekanan darah sistemik (hipertensi Maligna) dapat menyebabkan gagal jantung
meskipun tidak ada hipertropi miokardial.
6. Faktor sistemik : demam, tirotoksikosis, hipoksia, anemia ini memerlukan peningkatan curah
jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen sistemik. Hipoksia dan anemia dapat menurunkan
suplai oksigen kejantung. Asidosis (respiratorik / metabolic) dan abnormalitas elektrolit dapat
menurunkan kontraktilitas jantung. Disritmia jantung akan terjadi dengan sendirinya secara
sekunder akibat gagal jantung menurunkan efisiensi keseluruhan fungsi jantung.
C. PATOFISIOLOGI
Jika terjadi gagal jantung, tubuh mengalami beberapa adaptasi baik pada jantung dan secara
sistemik. Jika stroke volume kedua ventrikel berkurang oleh karena penekanan kontraktilitas atau
afterload yang sangat meningkat, maka volume dan tekanan pada akhir diastolik dalam kedua ruang
jantung akan meningkat. Ini akan meningkatkan panjang serabut miokardium akhir diastolik,
menimbulkan waktu sistolik menjadi singkat. Jika kondisi ini berlangsung lama, terjadi dilatasi
ventrikel . Cardiac output pada saat istirahat masih bisa baik tapi, tapi peningkatan tekanan diastolik
yang berlangsung lama /kronik akan dijalarkan ke kedua atrium dan sirkulasi pulmoner dan sirkulasi
sitemik. Akhirnya tekanan kapiler akan meningkat yang akan menyebabkan transudasi cairan dan
timbul edema paru atau edema sistemik.penurunan cardiac output, terutama jika berkaitan dengan
penurunan tekanan arterial atau penurunan perfusi ginjal, akan mengaktivasi beberapa sistem saraf
dan humoral. Peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis akan memacu kontraksi miokardium,
frekuensi denyut jantung dan vena ; perubahan yang terkhir ini akan meningkatkan volume darah
sentral.yang selanjutnya meningkatkan preload. Meskipun adaptasi – adaptasi ini dirancang untuk
meningkatkan cardiac output, adaptasi itu sendiri dapat mengganggu tubuh. Oleh karena itu ,
takikardi dan peningkatan kontraktilitas miokardium dapat memacu terjadinya iskemia pada pasien –
pasien dengan penyakit arteri koroner sebelumnya dan peningkatan preload dapat memperburuk
kongesti pulmoner.
Aktivasi sitem saraf simpatis juga akan meningkatkan resistensi perifer ;adaptasi ini
dirancang untuk mempertahankan perfusi ke organ – organ vital, tetapi jika aktivasi ini sangat
meningkatmalah akan menurunkan aliran ke ginjal dan jaringan. Resitensi vaskuler perifer dapat
39
juga merupakan determinan utama afterload ventrikel, sehingga aktivitas simpatis berlebihan dapat
meningkatkan fungsi jantung itu sendiri. Salah satu efek penting penurunan cardiac output adalah
penurunan aliran darah ginjal dan penurunan kecepatan filtrasi glomerolus, yang akan menimbulkan
retensi sodium dan cairan. Sitem rennin – angiotensin - aldosteron juga akan teraktivasi,
menimbulkan peningkatan resitensi vaskuler perifer selanjutnta dan penigkatan afterload ventrikel
kiri sebagaimana retensi sodium dan cairan. Gagal jantung berhubungan dengan peningkatan kadar
arginin vasopresin dalam sirkulasi yang meningkat, yang juga bersifat vasokontriktor dan
penghambat ekskresi cairan. Pada gagal jantung terjadi peningkatan peptida natriuretik atrial akibat
peningkatan tekanan atrium, yang menunjukan bahwa disini terjadi resistensi terhadap efek
natriuretik dan vasodilator.
Gagal jantung pada masalah utama kerusakan dan kekakuan serabut otot jantung, volume
sekuncup berkurang dan curah jantung normal masih dapat dipertahankan.
Volume sekuncup, jumlah darah yang dipompa pada setiap kontraksi tergantung pada tiga
faktor :
1. Preload : jumlah darah yang mengisi pada jantung berbanding langsung dengan tekanan yang
ditimbulkan oleh panjangnya regangan serabut jantung.
2. Kontraktilitas: mengacu pada perubahan kekuatan kontraksi yang terjadi pada tingkat sel dan b/d
perubahan panjang regangan serabut jantung
3. Afterload : mengacu pada besarnya tekanan ventrikel yg harus dihasilkan untuk memompa darah
melawan perbedaan tekanan yg ditimbulkan oleh tekanan arteriole.
PATHWAY
40
41
D. KLASIFIKASI GAGAL JANTUNG
Ø Kelas I : bila pasien dapat melakukan aktifitas berat tanpa keluhan
Ø Kelas II : bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas lebih berat atau aktifitas sehari-hari
Ø Kelas III : bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas sehari-hari tanpa keluhan
Ø Kelas IV ; bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktifitas apapun dan harus tirah
baring
E. MANIFESTASI KLINIK
1. Peningkatan volume intravaskular (gambaran dominan)
2. Kongesti jaringan terjadi akibat tekanan arteri dan vena meningkat akibat gagal jantung
3. Peningkatan desakan vena pulmonal dapat menyebabkan cairan mengalir dari kapiler paru
kealveoli, akibatnya terjadi edema paru, ditandai oleh batuk dan sesak nafas,
4. Peningkatan desakan vena sistemik seperti yang terlihat pada edema perifer umum dan
penambahan berat badan.
5. Penurunan curah jantung dengan disertai pening, kekacauan mental, keletihan, intoleransi
jantung terhadap latihan, ekstremitas dingin dan oliguria.
6. Tekanan perfusi ginjal menurun mengakibatkan pelepasan rennin dari ginjal menyebabkan
sekresi aldosteron, retensi Na dan cairan, serta peningkatan volume
Gagal jantung ada dua yaitu gagal jantug kanan dan gagal jantung kiri, ventrikel kanan dan
ventrikel kiri dapat mengalami kegagalan terpisah. Gagal ventrikel kiri paling sering mendahului
gagal ventrikel kanan. Gagal ventrikel kiri sinonim dengan edem paru akut.
1. GAGAL JANTUNG KIRI :
Ventrikel kiri tidak mampu memompa darah dari paru sehingga terjadi peningkatan tekanan
sirkulasi paru mengakibatkan cairan terdorong kejaringan paru. Tandanya : (dispnu,
42
batuk, mudah lelah, tachikardi, bunyi jantung S3, cemas, gelisah). Dispnu karena
enimbunan cairan dalam alveoli, ini bias terjadi saat istirahat / aktivitas.
Ortopnu : kesulitan bernafas saat berbaring, biasanya yg terjadi malam hari (paroximal
nocturnal dispnu / PND)
Batuk : kering / produktif, yang sering adalah batuk basah disertai bercak darah
Mudah lelah : akibat curah jantung < menghambat jaringan dari sirkulasi normal dan oksigen
serta menurunnya pembuangan sisa hasil katabolisme. Juga meningkatnya energi yg digunakan.
Gelisah dan cemas : akibat gangguan oksigenasi jaringan, stress akibat kesakitan bernafas.
2. GAGAL JANTUNG KANAN
Sisi jantung kanan tidak mampu mengosongkan volume darah dengan dengan adekuat sehingga
dapat mengakomodasi darah secara normal kembali dari sirkulasi vena. Manifestasi klinis yang
nampak adalah : edema ekstremitas (pitting edema), penambahan BB, hepatomegali, distensi
vena leher, asites (penimbunan cairan dalam rongga peritoneum), anoreksia, mual, muntah,
nokturia dan lemah.
Edema ; mulai dari kaki dan tumit, bertahap keatas tungkai dan paha akhirnya kegenalia
eksterna dan tubuh bagian bawah.
Pitting edema : edem dg penekanan ujung jari
Hepatomegali : nyeri tekan pada kanan atasabdomen karena pembesaran vena dihepar.
Asites : pengumpulan cairan dalam rongga abdomen dapat mengakibatkan tekanan pada
diafragma dan distress pernafasan.
Anoreksia dan mual : terjadi karena desakan vena dan stasis vena dalam rongga abdomen
Nokturia : ingin kencing malam hari terjadi karena ferfusi renal didukung oleh posisi penderita
saat berbaring. Diuresis terbaik pada malam hari karena curah jantung akan membaik dg
istirahat.
43
Lemah : karena menurunnya curah jantung, gangguan sirkulasi dan pembuangan produk
sampah katabolisme yg tidak adekuat dari jaringan.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Hitung darah dapat menunjukan anemia , merupakan suatu penyebab gagal jantung output
tinggi dan sebagai faktor eksaserbasi untuk bentuk disfunsi jantung lainnya
2. Pemeriksaan biokimia untuk menunjukan insufiensi ginjal
3. Tes fungsi ginjal untuk menentukan apakah gagal jantung ini berkaitan dengan azotemia
prerenal
4. Pemeriksaan elektrolit untuk mengungkap aktivitas neuroendokrin
5. Fungsi tiroid pada pasien usia lanjut harus dinilai untuk mendeteksi tirotoksikosis atau
mieksedema tersembunyi
6. Pemeriksaan EKG
7. Radiografi dada
8. Angiografi radionuklir mengukur fraksi ejeksi ventrikel kiri dan memungkinkan analisis
gerakan dinding regional
9. Kateterisasi jantung untuk menentukan penyakit arteri koroner sekaligus luas yang terkena.
2. Anatomi dan fisiologi jantung
Anatomi kerangka jantung dapat dibagi dalam 2 kategori, yaitu:
A. Anatomi luar yaitu:
a. atrium dipisahkan dari ventrikel oleh sulkus koronarius yang mengelilingi jantung. Pada
sulkus ini berjalan arteri koroner kanan dan arteri sirkumfleks setelah dipercabangkan
dari aorta.
44
b. Bagian luar kedua ventrikel dipisahkan oleh sulkus interventrikuler anterior di sebelah
depan, yang ditempati oleh arteri desendens anterior kiri, dan sulkus interventrikularis
posterior disebelah belakang, yang dilewati oleh arteri desendens posterior.
Gambar 1. Anatomi Jantung
B. Anatomi dalam jantung terdiri dari empat ruang yaitu:
a. Atrium
kanan
Secara anatomis atrium kanan terletak agak ke depan dibanding dengan ventrikel kanan atau
atrium kiri. Pada bagian antero-superior atrium kanan terdapat lekukan ruang atau kantung
berbentuk daun telinga disebut aurikel. Permukaan endokardium atrium kanan tidak sama; pada
posterior dan septal licin dan rata, tetapi daerah lateral dan aurikel permukaannya kasar dan
tersusun dari serabut – serabut otot yang berjalan paralel yang disebut otot pektinatus.
Fungsinya adalah menampung darah vena yang mengalir kedalam jantung melalui vena kava
superior dan inferior selama fase sistol ventrikel.
b. Atrium kiri
Letak atrium kiri adalahdi posterior superior dari ruang jantung lain, sehingga pada foto sinar
tembus dada tidak tampak.Tebal dindingnya 3 mm, sedikit lebih tebal daripada dinding atrium
kanan. Endokardiumnya licin dan otot pektinati hanya ada pada aurikelnya. Atrium kiri
menerima darah dari empat vena pulmonal yang bermuara pada dinding postero– superior atau
postero-lateral dengan masing- masing sepasang vena kanan dan kiri.
c. Ventrikel kanan
Ventrikel kanan terletak paling depan di dalam rongga dada, yaitu tepat dibawah manubrium
sterni. Sebagian besar ventrikel kanan berada di kanan depan ventrikel kiri dan di medialatrium
kiri. Ventrikel kanan berbentuk bulan sabit atau setengah bulatan, berdinding tipis dengan tebal
4 –5 mm. Secara fungsional ventrikel kanan dapat dibagi dalam alur masuk dan alur
45
keluar.Ruang alur masuk ventrikel kanan (right ventricular inflow tract) dibatasi oleh katup
trikuspid, trabekula anterior dan dinding inferior ventrikel kanan.Sedangkan alur keluar
ventrikel kanan (right ventricular outflow tract) berbentuk tabung atau corong, berdinding licin
terletak dibagian superior ventrikel kanan yang disebut infundibulum atau konus arteriosus.
Alur masuk dan alur keluar dipisahkan oleh krista supraventrikuler yang terletak tepat di atas
daun katup trikuspid.
d. Ventikel kiri
Ventrikel kiri, berbentuk lonjong seperti telur, dimana bagian ujungnya mengarah ke antero-
inferior kiri menjadi apeks kordis.Bagian dasar ventrikel tersebut adalah anulus mitral.
e. Katup jantung terdiri atas 4 yaitu:
katup trikuspid yang memisahkan atrium kanan dengan ventrikel kanan
katup mitral atau bikuspid yang memisahkan antara atrium kiri dengan ventrikel kiri
Katup pulmonal adalah katup yang memisahkan ventrikel kanan dengan arteri
pulmonalis.
Katup aorta adalah katup yang memisahkan ventrikel kiri dengan aorta
Gambar 2. Katup Jantung
Fisiologi jantung terdiri dari:
Kontraksi otot jantung dimulai dengan adanya aksi potensial pada sel otoritmik. Secara umum
diperkirakan kontraksi terjadi karena penurunan siklis fluks pasif K+ keluar yang langsung bersamaan
dengan kebocoran lambat Na+ ke dalam. Di sel – sel otoritmik jantung, permeabilitas membrane
terhadap K+ menurun antara potensial – potensial aksi, karena saluran K+ diinaktifkan, sehingga
mengurangi aliran keluar ion kalium positif diikuti oleh penurunan gradien konsentrasi. Karena influks
pasif Na+ dalam jumlah kecil tidak berubah, bagian dalam secara bertahap mengalami depolarisasi dan
bergeser ke arah ambang.Setelah ambang tercapai, terjadi fase naik dari potensial aksi sebagai respon
46
terhadap pengaktifan saluran Ca2+ dan influks Ca2+ dan fase ini berbeda dari otot rangka, dimana
influks Na+ bukan Ca2+ yang mengubah potensial aksi ke arah positif. Fase turun disebabkan seperti
biasanya, oleh efluks K+ yang terjadi karena terjadi peningkatan permeabilitas K+ akibat pengaktifan
saluran K+.Setelah potensial aksi usai, inaktivasi saluran – saluran K+ ini akan mengawali depolarisasi
berikutnya. Sel – sel jantung yang mampu mengalami otoritmisitas ditemukan pada nodus SA, nodus
AV, berkas His dan serat purkinje.
Siklus jantung adalah periode dimulainya satu denyutan jantung dan awal dari denyutan
selanjutnya. Siklus jantung terdiri dari periode sistol dan diastol.
A. Sistol adalah periode kontraksi dari ventrikel, dimana darah akan dikeluarkan dari jantung. Sistolik
dapat dibagi menjadi dua proses yaitu:
a. kontraksi isovolumetrik
kontraksi sudah dimulai tetapi katup – katup masih tertutup dan tekanan juga telah dihasilkan
tetapi belum dijumpai adanya pemendekan dari otot.
b. Ejeksi ventrikel
tekanan dalam ventrikel lebih tinggi dibandingkan dengan tekanan pada aorta dan pulmoner
sehingga katup aorta dan katup pulmoner terbuka dan akhirnya darah akan dipompa ke seluruh
tubuh. Pada saa tini terjadi pemendekan dari otot. Namun darah yang dipompa tidak 100%, sisa
darah yang terdapat di ventrikel disebut End Systolic Volume.
B. Diastol adalah periode relaksasi dari ventrikel,dimana terjadi pengisian darah.Diastol dapat dibagi
menjadi dua proses yaitu:
a. Relaksasi isovolumetrik
ventrikel mulai relaksasi, katup semilunar dan katup atrioventrikularis tertutup dan volume
ventrikel tetap tidak berubah.
b. Ventricular filling
tekanan dari atrium lebih tinggi dari tekanan di ventrikel sehingga katup mitral dan katup
tricuspid akan terbuka sehingga ventrikel akan terisi 80% dan akan mencapai 100 % jika atrium
berkontraksi.Volume total yang masuk ke dalam diastol disebut End Diastolic Volume .
Dua bunyi jantung utama dalam keadaan normal dapat didengar dengan stetoskop selama siklus
jantung. Bunyi timbul karena getaran yang terjadi di dinding ventrikel danarteri – arteri besar ketika
katup menutup, bukan oleh derik penutupan katupdan pembukaan tidak menimbulkan bunyi
apapun.Bunyi jantung yang terdengar yaitu:
47
a. Bunyi jantung pertama bernada rendah, lunak, dan relatif lama-sering dikatakan terdengar
seperti “lub”. Bunyi jantung pertama berkaitan dengan penutupan katup AV. Karena penutupan
katup AV terjadi pada awal kontraksi ventrikel ketika tekanan ventrikel pertama kali melebihi
tekanan atrium, bunyi jantung pertama menandakan awitan sistol ventrikel.
b. Bunyi jantung kedua memiliki nada yang lebih tinggi, lebih singkat dan tajam-sering dikatakan
dengan terdengar seperti “dup”.
Bunyi katup kedua berkaitan dengan penutupan katup semilunar. Penutupan katup semilunaris
terjadi pada awal relaksasi ventrikel ketika tekanan ventrikel kiri dan kanan turun di bawah
tekanan aorta dan arteri pulmonalis. Dengan demikian bunyi jantung kedua menandakan
permulaan diastol ventrikel.
Kecepatan denyut jantung terutama ditentukan oleh pengaruh otonom pada nodus SA.Nodus
SA dalam keadaan normal adalah pemacu jantung karena memiliki kecepatan depolarisasi paling
tinggi. Penurunan gradual potensial membran secara otomatis antara denyutan secara umum
dianggap disebabkan oleh penurunan permeabilitas terhadap K+. Jantung dipersarafi oleh kedua
divisi sistem saraf otonom, yang dapat memodifikasi kecepatan kontraksi, walaupun untuk memulai
kontraksi tidak memerlukan stimulai saraf. Saraf parasimpatis ke jantung adalah saraf vagus
terutama mempersarafi atrium, terutama nodus SA dan AV, sedangkan persarafan ke ventrikel tidak
signifikan.
Tekanan darah adalah tekanan yang diberikan oleh darah setiap satuan luas pada pembuluh darah.
Tekanan darah terdiri atas tekanan sistol dan diastol (telah dijabarkan diatas tentang sistol dan
diastol). Tekanan dipengaruhi oleh curah jantung dengan resistensi perifer. Curah jantung adalah
volume darah yang dipompa oleh tiap – tiap ventrikel per menit. Dua faktor penentu curah jantung
adalah kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup. Volume sekuncup adalah volume darah
yang dipompa per denyut.
Peningkatan volume diastolik akhir akan menyebabkan peningkatan volume sekuncup. Hal ini
disebabkan oleh semakin besar pengisian saat diastol, semakin besar volume diastolik akhir dan
jantung akan semakin teregang.Semakin teregang jantung, semakin meningkat panjang serat otot
awal sebelum kontraksi. Peningkatan panjang menghasilkan gaya yang lebih kuat pada kontraksi
jantung berikutnya dan dengan demikian dihasilkan volume sekuncup yang lebih besar.Hubungan
intrinsik antara volume diastolik akhir dan volume sekuncup ini dikenal sebagai hukum Frank –
Starling pada jantung.
48
Gambar 3. Fisiologi jantung
Gambar 4. Siklus peredaran darah
3. Vascularisasi jantung
Arteri
49
Pendarahan otot jantung berasal dari aorta melalui dua pembuluh koroner utama, yaitu arteri
koroner kanan dan arteri koroner kiri. Kedua arteri ini keluar dari sinus Valsava aorta. Arteri
koroner kiri berjalan di belakang arteri pulmonal sebagai arteri koroner kiri utama (LMCA = Left
Main Coronary Artery) sepanjang 1-2 cm. arteri ini bercabang menjadi arteri sirkumfleks (LCx =
Left Circumflex Artery) dan arteri desendens anterior kiri (LAD = Left Anterior Descendens
Artery). LCx berjalan pada sulkus atrio-ventrikuler mengelilingi permukaan posterior jantung,
sedangkan LAD berjalan pada sulkus interventrikuler sampai ke apeks. Kedua pembuluh darah ini
bercabang-cabang mendarahi daerah antara kedua sulkus tersebut.5
Setelah keluar dari sinus Valsava aorta, arteri koroner kanan (RCA = Right Coronary Artery)
berjalan di dalam sulkus atrio-ventrikuler ke kanan bawah mencapai kruks. Cabang pertama adalah
arteri atrium anterior kanan (Right Atrial Anterior Branch) untuk mendarahi nodus sino-atrial, dan
cabang lain adalah arteri koroner desenden posterior (PDA = Posterior Descending Coronary
Artery) yang akan mendarahi nodus atrio-ventrikuler.5
Vena
Aliran darah balik dari otot jantung dan sekitarnya melalui vena koroner yang berjalan
berdampingan dengan arteri koroner, akan masuk ke dalam atrium kanan melalui sinus koronarius.
Selain itu terdapat juga vena-vena kecil yang disebut vena Thebesii, yang bermuara langsung ke
dalam atrium kanan.
V. Kerangka Konsep
50
BAB IIIPENUTUP
3.1 Kesimpulan
51
Mr. Manaf, a-57 year-old man, mengalami congestive heart failure (CHF) akibat hypertensive heart
disease (HHD) dan coronary artery disease (CAD).
DAFTAR PUSTAKA
Dorland, W. A Newman. 2011. Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 28. Jakarta : EGC
52
Katzung, Bertram G. 2007. Farmakologi dasar dan klinik.Jakarta : EGC.
Price. A,Wilson. L. M. Edisi VI. Jakarta: EGC, 2004 : 85264.
Buku Ajar Prinsip – Prinsip Ilmu Penyakit Dalam Horrison vol.3
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam FKUI
Buku Ajar Fisiologi Sheerwood
http://www.med-ed.virginia.edu/courses/rad/cxr/pathology2chest.html
53