laporan 1 nata de coco.docx

16
LAPORAN TETAP PRAKTIKUM BIOKIMIA II Nata de Coco Nama : Ina Ayu Nengtyas NIM : 06121010013 Kelompok : 3 Dosen Pengasuh : Maefa Eka Hayan!" #$P%" M$P%$ PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA 20!

Upload: ina-ayu-nengtyas

Post on 06-Oct-2015

20 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

LAPORAN TETAPPRAKTIKUM BIOKIMIA IINata de Coco

Nama: Ina Ayu NengtyasNIM: 06121010013Kelompok: 3Dosen Pengasuh: Maefa Eka Haryani, S.Pd, M.Pd.

PENDIDIKAN KIMIAJURUSAN PENDIDIKAN MIPAFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS SRIWIJAYA2015

LAPORAN TETAPPRAKTIKUM BIOKIMIA II

I. NOMOR PERCOBAAN: 1II. JUDUL PERCOBAAN: Nata de cocoIII. TUJUAN PERCOBAAN : 1. Mengetahui cara pembuatan nata de coco dengan menggunakan bahan baku air kelapa.2. Mengetahui rekasi yang terjadi dalam pembuatan nata de coco. IV.DASAR TEORIKelapa (Cocos nucifera L.) merupakan komoditi perkebunan yang tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia terutama di wilayah pedesaan yang merupakan usaha petani kecil. Sekitar jutaan keluarga bergantung pada komoditi kelapa, kondisi itu menempatkan kelapa tidak hanya sebagai komoditas yang memiliki nilai ekonomis tapi juga sosial. Buah kelapa merupakan hasil utama dari komoditi kelapa yang banyak dimanfaatkan oleh manusia secara turun temurun, karena hampir semua bagian tanaman kelapa dapat dimanfaatkan, satu diantaranya yaitu buahnya bisa diperoleh aneka olahan yang mampu memberikan nilai tambah. Buah kelapa itu sendiri terdiri atas empat komponen yaitu sabut, daging, air dan tempurung kelapa. Air kelapa merupakan hasil samping proses produksi kopra, minyak kelapa, serta hasil olahan lain. Air kelapa dalam jumlah besar bila langsung dibuang ke tanah, dapat menyebabkan terjadi kontaminasi dengan jamur dan bakteri pembentuk zat asam, sehingga asam yang dihasilkan dapat menurunkan tingkat keasaman tanah dan berakibat akan mengganggu kesuburan tanaman yang ada di sekitarnya.Sementara itu dari data yang ada, air kelapa yang dihasilkan di Indonesia, berjumlah lebih dari 900 juta liter setiap tahunnya. Di samping itu, air kelapa merupakan media tumbuh yang baik untuk mikroba karena mengandung gula, senyawa nitrogen, mineral, dan vitamin. Oleh sebab itu air kelapa dapat dimanfaatkan dengan mengolahnya menjadi nata de coco dengan menggunakan mikroba.Nata de coco merupakan jenis makanan yang diperoleh dari hasil fermentasi oleh bakteri Acetobacter xylinum. Makanan ini berbentuk padat, putih, transparan dan kenyal seperti kolang kaling. Produk ini biasanya dijual dalam bentuk nata di dalam sirup,dan merupakan makanan yang di ekspor ke negara Eropa.Nata berasal dari bahasa Spanyol yang berarti krim. Nata diterjemahkan ke dalam bahasa Latin sebagai natare yang berarti terapung-apung. Nata dapat dibuat dari air kelapa, santan kelapa, tetes tebu (molases), limbah cair tebu, atau sari buah (nanas, melon, pisang, jeruk, jambu biji, strawberry dan lain-lain). Nata yang dibuat dari air kelapa disebut nata de coco. Di Indonesia, nata de coco sering disebut sari air kelapa atau sari kelapa. Nata de coco pertama kali berasal dari Filipina. (Sutarminingsih, 2004). Nilai gizi makanan ini sangat rendah, kandungan terbesarnya adalah air karena itu produk ini dapat dipakai sebagai sumber makanan rendah kalori untuk keperluan diet. Nata de coco juga mengandung serat (dietary fiber) yang sangat dibutuhkan tubuh dalam proses fisiologi. Proses pembuatan nata de coco pada prinsipnya adalah pembentukan selulosa sintetis melalui fermentasi gula oleh bakteri Acetobacter xylinum. Gula yang terdapat pada air kelapa diubah menjadi asam asetat dan benang-benang selulosa oleh Acetobacter xylinum, lama kelamaan akan terbentuk suatu masa yang kokoh dan mencapai ketebalan beberapa sentimeter (Anonim, 2004). Nata de coco yang dihasilkan oleh spesies Acetobacter xylinum mempunyai beberapa keunggulan antara lain kemurnian struktur serat, kekuatan absorbsi air yang besar, pertambahan berat yang cukup besar jika bentuk keringnya direndam dalam air serta bersifat biodegradable. Pada pertumbuhannya Acetobacter xylinum dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain tingkat keasaman medium (pH), oksigen, suhu fermentasi dan nutrisi (Anonim, 2001). Nata de coco telah banyak dimanfaatkan dalam kehidupan. Salah satunya sebagai bahan makanan (Lapuz,1967). Pada awal tahun 1980 perusahaan Jhonson & Jhonson pertama kali menggunakan selulosa ini (nata de coco) untuk perawatan luka karena kemampuan absorbsinya. Absorbtivitas yang tinggi ini memungkinkan penggunaan selulosa mikroba sebagai perawat luka dan pembawa obat.Menurut Muchtadi (1997), nata memberikan andil dalam proses fisiologi tubuh secara normal karena mengandung serat kasar yang relatif tinggi. Serat kasar adalah komponen bahan makanan yang tak dapat dicerna, namun berperan untuk mengikat komponen bahan lainnya seperti lemak, protein dan gula sehingga membentuk senyawa kompleks yang menyebabkan senyawa tersebut tidak dapat dicerna oleh enzim pencernaan. Dengan demikian nata menurut Muchtadi (1997) dapat memperpendek transit feces dalam usus besar sehingga dapat mencegah terjadinya kanker usus. Disamping itu nata dapat mencegah penyakit kegemukan (obesitas).Acetobacter xylinum dapat tumbuh pada pH 3,5 7,5, namun akan tumbuh optimal bila pH nya 4,3, sedangkan suhu ideal bagi pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum pada suhu 28 31C. Bakteri ini sangat memerlukan oksigen. Asam asetat atau asam cuka digunakan untuk menurunkan pH atau meningkatkan keasaman air kelapa. Asam asetat yang baik adalah asam asetat glacial (99,8 %). Asam asetat dengan konsentrasi rendah dapat digunakan, namun untuk mencapai tingkat keasaman yang diinginkan yaitu pH 4,5 5,5 dibutuhkan dalam jumlah banyak. Selain asan asetat, asam-asam organik dan anorganik lain bisa digunakan.Air kelapa yang digunakan dalam pembuatan nata de coco, adalah air kelapa tua yang diperoleh dari kelapa tua. Air kelapa muda atau air kelapa yang terlalu tua atau yang telah keluar bakal tunasnya tidak bisa di gunakan. Sebab, air kelapa muda belum cukup mengandung mineral sebagai nutrien pendukung pertubuhan dan aktifitas bakteri Acetobacter xylinum. Sebaliknya, air kelapa yang berasal dari kelapa yang telah terbentuk tunas mengandung minyak berlebihan yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum. Air kelapa yang digunakan harus murni tidak bercampur dengan air maupun kotoran. Namun tidak selalu dalam keadaan segar (air kelapa baru) buktinya air kelapa yang disimpan selama dua hari rendemennya (persentasi nata yang diperoleh dibanding dengan air kelapa yang digunakan) justru lebih tinggi, yaitu 75,01 persen dari kelapa segar. Demikian pula darajat putih dan kekenyalan yang dihasilkan dari air kelapa yang berumur 2-5 hari tidak berbeda nyata dengan kelapa segar. Tabel 1. Karakteristik nata de coco berdasarkan umur air kelapaUmur air kelapa (hari)Rendemen(%)Derajat putih (%)Kekenyalan (mm/10 dtk)

1234561,1075,6162,6867,9473,16103,5103,5101,9103,5106,032,4833,7532,7533,1233,22

Air kelapa mengandung air 91,27 persen, protein 0,25 persen, lemak 0,15 persen, karbohidrat 7,72 persen serta abu 1 persen. Lebih lanjut menurut Warisno (2004) kandungan nutrisi nata de coco per 100 gr yaitu kalori 146 kal, lemak 0,2 persen, karbohidrat 36,1 mg, kalsium 12 mg, fosfor 2 mg, dan Fe (zat besi) 0,5 mg.

FAKTOR PENENTU KUALITAS NATA DE COCO Standar kualitas untuk nata de coco hingga saat ini belum ada. Namun secara umum, nata de coco yang dikehendaki adalah yang mempunyai rendemen tinggi, bertekstur agak kenyal namun renyah, berwarna putih bersih dan berdaya simpan tinggi. Nata de coco yang diperoleh dari fermentasi Acetobacter xylinum dipengaruhi oleh konsentrasi gula, lama fermentasi, sumber nitrogen, dan kandungan nutrien dalam media pertumbuhan yang bersangkutan. Untuk mendapatkan nata de coco yang berkualitas tinggi, faktor-faktor yang mempengaruhinya harus diperhatikan, mulai dari bahan baku maupun bahan tambahan yang digunakan, proses pengolahan, dan penanganan pascapanen. Dengan demikian perbaikan pengolahan harus meliputi beberapa aspek, yaitu bahan baku (air kelapa), penambahan unsur nitrogen dan karbon, pengadaan pemeliharaan starter, wadah fermentasi dan tingkat kebersihannya (sanitasi), air, serta pasteurisasi (sterilisasi).a. Bahan baku air kelapa Air kelapa yang digunakan dalam pembuatan nata de coco harus murni, tidak tercampur air ataupun kotoran lainnya. Air kelapa tidak harus segar, bahkan penundaan selama dua hari akan menghasilkan rendemen nata de coco yang lebih tinggi dari pada yang tidak ditunda (segar). Beberapa penghasil nata de coco menggunakan air kelapa yang telah dibasikan/ditunda selama 5-6 hari. Penundaan juga dapat menghemat pemakaian asam cuka pekat karena selama penundaan telah terjadi fermentasi yang menghasilkan asam sehingga menurunkan pH air kelapa. Namun, penundaan yang terlalu lama (lebih dari 8 hari) akan memberikan hasil yang tidak baik karena air kelapa telah berubah sifatnya akibat adanya fermentasi dan kontaminasi bakteri. Sampai saat ini, bahan baku yang sering digunakan untuk membuat nata de coco adalah air kelapa. Air kelapa adalah cairan yang terdapat pada bagian dalam kelapa. Adapun komponen utamanya adalah air, kalium, sejumlah kecil karbohidrat, lemak, protein dan garam mineral.

b. Penambahan unsur nitrogen Nitogen merupakan salah satu bahan yang dapat merangsang pertumbuhan dan aktifitas bakteri Acetobacter xylinum. Nitrogen dapat berasal dari sumber nitrogen organik maupun anorganik, misalnya ekstrak khamir, pepton, amonium sulfat, kalium nitrat dan amonium fosfat. Sampai saat ini, sumber nitrogen yang biasa digunakan adalah amonium sulfat (ZA) karena mudah diperoleh dan relatif murah. Penggunaan amonium sulfat sebesar 0,5 persen menghasilkan rendemen nata de coco sebesar 70,64 persen dengan warna putih; penggunaan ekstrak khamir menghasilkan rendemen 64,54 persen dengan warna kuning; dan penggunaan ZA sebesar 0,3 persen akan memberikan rendemen yang tinggi, yaitu 93,3 persen. Penggunaan amonium sulfat ternyata tidak mempengaruhi warna dan tingkat kekerasan, namun meningkatkan jumlah polisakarida yang terbentuk, namun penambahan yang terlalu tinggi (lebih dari 1 persen) dapat menyebabkan penurunan rendemen dan penurunan derajat putih pada nata yang dihasilkan, hal tersebut diduga karena konsentrasi yang tertinggi justru akan menurunkan pH medium, yang dapat menyebabkan terganggunya pertumbuhan bakteri. Selain itu, ion-ion hasil hidrolisisnya menghasilkan warna gelap.

Tabel 2. Karakterstik Nata de coco pada berbagai konsentrasi amonium sulfatKonsentrasi Amonim sulfat (%)Rendemen(%)Kekenyalan (mm/5dtk)Derajat putih(%)

0,10,20,371,5288,3093,3024,729,243,832,932,636,1

c. Penambahan unsur karbon (gula) Gula dalam pembuatan nata de coco berfungsi sebagai sumber karbon atau energi. Sumber karbon yang digunakan dapat berupa berbagai jenis gula, misalnya glukosa, sukrosa, maupun maltosa. Adapun jumlah gula yang ditambahkan kedalam bahan baku adalah sebanyak 2 persen -7,5 persen. Beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan gula sebesar 2 persen akan menghasilkan rendeman nata de coco yang tinggi dan tidak jauh berbeda dengan penambahan gula sebesar 3 persen. Peningkatan penggunaan gula akan menurunkan tingkat kekerasan nata de coco, namun penggunaan yang terlalu tinggi juga tidak ekonomis. Jenis gula pasir yang digunakan harus yang berwarna putih bersih dan kering. d. Starter (bibit) nata de coco Tersedianya starter yang baik merupakan faktor yang paling penting dalam produksi nata de coco karena kualitas starter yang sangat menentukan hasil nata de coco yang diperoleh. Pengadaan dan pemeliharaan starter merupakan masalah yang sering dihadapi oleh industri nata de coco skala kecil (dipedesaan) karena harus dilakukan dalam kondisi steril dan dengan perlakuan khusus. Biasanya digunakan oleh masyarakat adalah starter yang berasal dari kultur cair Acetobacter xylinum yang telah disimpan selama 3-4 hari sejak diinokulasi. Pada masa penyimpanan itu, jumlah bakteri akan mencapai maksimal. Starter yang berkualitas baik harus memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut: sehat dan aktif, mempunyai sifat yang sesuai, dapat digunakan dalam jumlah yang rendah, tersedia cukup, bebas kontaminasi, dapat membatasi kemampuannya untuk memproduksi produk akhir dan secara visual pada starter akan muncul lapisan menyerupai nata dipermukaan botol. e. Wadah fermentasi Untuk mendapatkan rendemen yang tinggi sebaiknya digunakan wadah berbentuk segi empat (nampan) dengan tinggi 5 cm-10 cm sehingga permukaan cukup luas/biasanya wadah yang digunakan berukuran (30x20x5) cm. Dengan wadah yang demikaian pertukaran oksigen dapat berlangsung dengan baik, mengingat bakteri Acetobacter xylinum bersifat aerob (membutuhkan oksigen). f. Pemeliharaan sanitasi Sanitasi atau kebersihan semua peralatan dan bahan serta lingkungan merupakan syarat mutlak untuk mencegah terjadinya kontaminasi karena bakteri Acetobacter xylinum sangat sensitif terhadap perubahan sifat-sifat fisik dan kimia lingkungan. Kontaminan yang biasa timbul dan mengganggu pertumbuhan bakteri nata antara lain miselium atau lapisan keriput pada permukaan nata atau hanya perubahan warna cairan menjadi merah. Semua peralatan yang digunakan harus benar-benar dalam kondisi bersih dan kering.

g. Kondisi air Proses produksi nata de coco membutuhkan air dalam jumlah yang banyak baik untuk sanitasi peralatan maupun penanganan pascapanen yang meliputi perendaman dan pencucian.

V. ALAT DAN BAHANAlat

Kompor Sendok Panci Gelas Ukur Pengaduk Gunting Saringan Tali Plastik Baki Plastik Kertas Koran Wadah Takar Plastik

Bahan Air Kelapa 2 liter Bakteri Acetobacter xylinum 200 ml Gula Pasir 200 gram Urea 10 gram Asam Cuka 5 mlVI. PROSEDUR PERCOBAAN1. Pembuatan Media Fermentasia. Lakukan pensterilan alat-alat yang akan digunakan dengan cara disiram air panas kemudian dikeringkan.b. Air kelapa 2 liter disaring menggunakan saringan kemudian dimasukkan ke dalam panci.c. Air kelapa dipanaskan hingga mendidih.d. Setelah mendidih tambahkan 200 gram gula pasir dan 10 gram urea, lalu diaduk.e. Setelah gula pasir dan urea melarut, masukkan 2 liter larutan tersebut ke dalam baki plastik dan didinginkan.f. Ukur pH larutan tersebut, jika belum mencapai pH 4 maka tambahkan asam cuka sampai pH larutan mencapai pH 4 kemudian diaduk.2. Inokulasi Biang NataTambahkan 200 ml bakteri Acetobacter xylinum kemudian tutup dengan kertas koran yang sudah dipanaskan dalam oven. 3. Fermentasi MediaBaki plastik yang telah berisi media disimpan dalam rak. Fermentasi dilakukan selama 14 hari dengan suhu ruangan 28oC 30oC. 4. Pemanenan Nataa. Setelah 14 hari nata de coco siap untuk dipanen.b. Nata dicuci dengan air bersih mengalir.c. Nata yang telah bersih dipotong-potong. d. Nata direbus sampai bau asam cuka menghilang.e. Setelah bau asam cuka menghilang, nata direbus lagi. f. Nata direbus lagi dengan ditambahkan gula.

VII. HASIL PENGAMATAN1. Pembuatan Media FermentasiProsedur PercobaanHasil Pengamatan

Air Kelapa 2 liter dipanaskan sampai mendidihAir Kelapa (keruh) Larutan 1 (keruh)

Gula Pasir 200 gram dan Urea 10 gram dilarutkan dalam larutan 1Gula Pasir (putih) + Urea (Putih) + Larutan 1 (keruh) Larutan 2 (keruh)

Setelah dingin, larutan 2 ditambahkan asam cuka sampai pH larutan mencapai 4.Larutan 2 (keruh) + Asam Cuka 5 ml (bening) Larutan 3 (keruh) dengan pH 4.

2. Inokulasi Biang NataProsedur PercobaanHasil Pengamatan

Larutan 3 + 200 ml starter (bakteri Acetobacter xylinum) kemudian tutup dengan kertas koran yang sudah dioven.Larutan 3 (keruh) + Starter (keruh) Larutan 4 (keruh)

3. Fermentasi MediaProsedur PercobaanHasil Pengamatan

Pemeriksaan larutan 3 pada minggu pertama (7 hari setelah inokulasi)Pada minggu pertama terbentuk lapisan nata tetapi lapisan belum memadat seluruhnya.

Pemeriksaan larutan 3 pada minggu kedua (14 hari setelah inokulasi) Pada minggu kedua terbentuk lapisan nata berwarna putih tetapi ketebalannya tidak rata.

4. Pemanenan NataProsedur PercobaanHasil Pengamatan

Pemanenan dilakukan setelah inkubasi selama 14 hari. Nata yang terbentuk dicuci dengan air bersih yang mengalir. Kemudian dipotong-potong.Nata berwarna putih tetapi permukaannya tidak rata dengan ketebalan 1,7 cm. Nata dipotong menjadi 4 bagian agar mudah masukkan ke dalam panci.

Nata + Air bersih, direbus sampai mendidih.Nata (putih) + Air bersih (bening) bau asam berkurang dan nata menjadi lebih putih dibandingkan dengan sebelum perebusan.

Nata + Air bersih, kemudian direbus lagi sampai mendidih.Nata (putih) + Air bersih (bening) rasa dan bau asam cuka hilang.Perebusan ini juga menyebabkan ukuran nata lebih besar dibandingkan sebelumnya.

Nata + Air bersih + Gula Pasir, kemudian direbus lagi sampai mendidih.Nata (putih) + Air bersih (tidak berwarna) + Gula Pasir (putih) nata memiliki rasa manis.

VIII. MEKANISME REAKSIReaksi yang terjadi : Proses Fermentasi Acetobacter xylinum :

Pembentukan asam cuka oleh bakteri Acetobacter xylinum adalah sebagai berikut:

Glikolisis

IX. PEMBAHASANPercobaan nata de coco yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui proses pembuatan nata dengan menggunakan air kelapa dan untuk mengetahui reaksi yang terjadi pada proses pembentukan atau pembuatan nata de coco. Pembuatan nata de coco ini menggunakan bakteri Acetobacter xylinum. Aktivitas Acetobacter xylinum akan memproduksi selulosa ekstraselular yang disebut nata. Selain menggunakan bakteri dan air kelapa, digunakan juga bahan-bahan lain yaitu gula, urea dan asam asetat. Gula dalam pembuatan nata de coco berfungsi sebagai sumber energi. Urea berfungsi untuk menambah nutrisi pada nata, yaitu sebagai sumber nitrogen. Sedangkan asam asetat digunakan untuk menurunkan pH pada air kelapa sehingga pH nya 4. Percobaan ini dilakukan sebanyak 2 kali, karena pada percobaan pertama tidak terbentuk nata sama sekali. Sehingga dapat dikatakan percobaan pertama ini mengalami kegagalan. Percobaan pertama ini gagal kemungkinan dikarenakan air kelapa yang digunakan masih muda sehingga belum memiliki nutrien yang cukup. Faktor lain penyebab kegagalan ini adalah penambahan asam yang tidak pas. Tanpa mengukur pH nya terlebih dahulu, asam asetat glasial yang ditambahkan sebanyak 20 ml. Bisa saja, pH nya tidak sesuai sehingga bakterinya tidak berkembang biak membentuk nata de coco. Acetobacter xylinum mempunyai kemampuan mengoksidasi asam asetat menjadi CO2 dan H2O. Sifat yang paling menonjol dari bakteri itu adalah memiliki kemampuan untuk mempolimerisasi glukosa sehingga menjadi selulosa. Selanjutnya selulosa tersebut membentuk matrik yang dikenal sebagai nata. Untuk percobaan kedua, percobaan yang dilakukan berhasil dengan terbentuknya nata berwarna putih yang terlihat pada hari ke 7 dan dipanen pada hari ke 14 atau 2 minggu kemudian setelah proses pembuatan. Pada percobaan kedua ini, kami menggunakan air kelapa yang tidak terlalu tua. Selain itu, kami juga menggunakan asam berupa cuka makan yang biasa dijual di warung-warung sebanyak 5 ml (100 tetes). Pada percobaan kedua ini dilakukan dengan lebih hati-hati lagi. Alat-alat yang digunakan kami sterilkan dengan air panas dan di-hairdryer. Selain itu pada proses penutupan dengan koran harus hati-hati agar koran tidak basah, karena jika basah dapat dipastikan nata akan gagal/tidak berhasil. Hasilnya percobaan nata de coco yang kedua ini menjadi berhasil. Setelah dipanen pada 2 minggu kemudian, nata dibilas dengan air mengalir, lalu direndam selama 3 hari. Nata yang terbentuk lumayan tebal yakni 1,7 cm. Setelah itu, dilakukan perebusan untuk menghilangkan rasa asam pada nata. Selanjutnya nata dipotong dadu dan direbus lagi sampai 2 kali. Ketika telah direbus nata menjadi mengembang, pada rebusan terakhir ditambahkan gula untuk memberikan rasa manis pada nata. Terakhir nata dapat diolah dengan campuran sirup sehingga jadilah minuman nata de coco yang segar. X. KESIMPULAN1. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum, yaitu bahan baku, pH, suhu, ketersedian nutrisi dan kesterilan alat. 2. Acetobacter xylinum mempunyai kemampuan mengoksidasi asam asetat menjadi CO2 dan H2O dan juga memiliki kemampuan untuk mempolimerisasi glukosa sehingga menjadi selulosa. 3. Bakteri Acetobacter xylinum dapat berkerja pada pH optimum 4,3 dan suhu sekitar 28 31C. 4. Penambahan gula dan urea adalah sebagai sumber nutrisi pada nata.5. Asam asetat berfungsi untuk menurunkan pH pada air kelapa.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Nata de Coco. (Online) (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23186/5/Chapter%20I.pdf. Diakses 18 Februari 2015.Anonim. 2012. Nata de Coco. (Online) (http://machazzart.tripod.com/koleksi/ndc.htm). Diakses 18 Februari 2015.Mufidah. 2013. Pemanfaatan Air Kelapa Melalui Pembuatan Nata de Coco Sebagai Salah Satu Sumber Pendapatan Petani. (Online) (www.stppgowa.ac.id/.../40-ilmiah?...pemanfaatan-air-kelapa-melalui-pe). Diakses 18 Februari 2015.Rochintaniawati, Diana. 2013. Pembuatan Nata de Coco. (Online) (file.upi.edu/.../DIANA_ROCHINTANIAWATI/.../PEMBUATAN_NATA) Diakses 18 Februari 2015.

LAMPIRAN

Air kelapa

GulaUreaAsam cuka

Air kelapa disaring dengan kain yang bersihPemanasan air kelapa, gula dan ureaCampuran air kelapa, gula dan urea yang sudah dididihkanNata de coco yang sudah dipanen