kmb fix

106
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kita hidup di jaman modern dimana dalam kegiatan harian saat ini selalu berhubungan dengan komputer sebagai sarana penunjang. Tak jarang setiap hari kita menggunakan komputer untuk kepentingan kerja, kuliah, dll, dalam waktu yang cukup lama. Sehingga mata sebagai indera penglihatan lama kelamaan akan merasa lelah bila dipaksakan menatap terus layar monitor komputer. Jika sudah begini akan ada gangguan kesehatan yang memengaruhi daya kerja mata. Lebih dari sekedar gangguan penglihatan pada mata, sejumlah penyakit mata bisa berujung pada kebutaan. Sebagai salah satu indra yang penting peranannya , mata memang perlu dijaga agar tetap sehat. Data Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO ) menyatakan, bahwa sekitar 180 juta orang di dunia mengalami gangguan penglihatan. Sekitar 40 - 45 juta di antaranya bahkan mengalami kebutaan. Sementara itu setiap tahun terhitung sekitar 7 juta orang di dunia menjadi buta dikarenakan penyakit yang menyerang mata. Hal yang memprihatinkan 80 persen gangguan mata yang serius dan kasus kebutaan sebenarnya bisa dihindari. Begitu pentingnya arti mata sehat agar berfungsi 1

Upload: reythea58

Post on 07-Feb-2016

280 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

myopia

TRANSCRIPT

Page 1: kmb fix

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Kita hidup di jaman modern dimana dalam kegiatan harian saat ini selalu

berhubungan dengan komputer sebagai sarana penunjang. Tak jarang setiap hari kita

menggunakan komputer untuk kepentingan kerja, kuliah, dll, dalam waktu yang cukup

lama. Sehingga mata sebagai indera penglihatan lama kelamaan akan merasa lelah bila

dipaksakan menatap terus layar monitor komputer.

Jika sudah begini akan ada gangguan kesehatan yang memengaruhi daya kerja

mata. Lebih dari sekedar gangguan penglihatan pada mata, sejumlah penyakit mata bisa

berujung pada kebutaan. Sebagai salah satu indra yang penting peranannya , mata

memang perlu dijaga agar tetap sehat. Data Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO )

menyatakan, bahwa sekitar 180 juta orang di dunia mengalami gangguan penglihatan.

Sekitar 40 -  45 juta di antaranya bahkan mengalami kebutaan.

Sementara itu setiap tahun terhitung sekitar 7 juta orang di dunia menjadi buta

dikarenakan penyakit yang menyerang mata.  Hal yang memprihatinkan 80 persen

gangguan mata yang serius  dan kasus kebutaan sebenarnya bisa dihindari. Begitu

pentingnya arti mata sehat agar berfungsi dengan baik, maka perawatan mata setiap hari

tidak boleh kita lupakan.

Gangguan penglihatan secara umum bisa dibedakan menjadi gangguan pada

lensa mata, infeksi dan penyakit yang menyerang mata. Penyakit mata bersifat

degeneratif maupun komplikasi dengan penyakit lain yang mengakibatkan indra mata

ikut terganggu fungsinya. Beberapa gangguan penglihatan di antaranya : Gangguan

penglihatan akibat masalah pada lensa mata yang umum dijumpai, adalah miopi atau

rabun jauh. Lalu hipermetropi  atau rabun dekat. Fitur Klasika Penglihatan menyatakan,

Penyakit mata yang kini populer adalah katarak, glukoma, degenerasi macula,

ablasio retina dan trakoma. Katarak adalah penyakit mata akibat penebalan lensa mata.

Biasanya katarak dijumpai pada orang lanjut usia. Namun karena aspek-aspek lain

seperti paparan sinar matahari terlalu tinggi, katarak bisa dijumpai pada usia yang lebih

1

Page 2: kmb fix

muda. Glaukoma merupakan penyakit mata yang menyebabkan kemunduran daya

penglihatan secara bertahap sehingga penderitanya menjadi buta. Ini bisa terjadi akibat

komplikasi penyakit seperti diabetes dan kecelakaan yang mengenai mata.

Maka dari itu kita harus menjaga kesehatan mata agar mata tidak mengalami

degenerasi yang cepat, jagalah pola makan, dan usahakan makan yang bergizi, agar mata

anada tetap sehat. Mata merupakan organ penting bagi manusia.

B. TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan Umum

Mudah-Mudahan makalah yang kami buat dapat bermanfaat bagi para pembaca

Mudah-mudahan dengan danya makalah ini para pembaca dapat menjaga dan

merawat matanya dari degenerasi (myopia, hipermetropi, katarak, dan glaukoma)

2. Tujuan Khusus

Mengetahui pengebab degenerasi pada mata

Mengerti tentang pentingnya perawatan mata

Mengetahui cara mencegah degenerasi pada mata

C. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana cara mencegah katarak

2. Bagaimana cara mencegah glaukoma

3. Apa penyebab dari degenrasi

4. Bagaimana cara agar tidak terkena kelainan myopia dan hipermetropi

2

Page 3: kmb fix

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. MIOPI

1. Pengertian

Miopi (dari bahasa Yunani: μυωπία myopia "penglihatan-dekat") atau rabun

jauh adalah sebuah kerusakan refraktif mata di mana citra yang dihasilkan berada di

depan retina ketika akomodasi dalam keadaan santai. Miopi dapat terjadi karena bola

mata yang terlalu panjang atau karena kelengkungan kornea yang terlalu besar

sehingga cahaya yang masuk tidak difokuskan secara baik dan objek jauh tampak

buram. Penderita penyakit ini tidak dapat melihat jarak jauh dan dapat ditolong

dengan menggunakan kacamata negatif (cekung).

Rabun jauh atau miopi merupakan cacat mata yang terjadi karena lensa mata

tidak dapat menipis sebagaimana mestinya. Akibatnya, berkas cahaya dari objek jauh

tak berhingga terfokus dan membentuk bayangan di depan retina (jadi benda tidak

terlihat jelas). Jadi titik jauh mata tidak berada di jauh tak berhingga, tetapi pada jarak

tertentu dari mata. Dengan demikian, penderita rabun jauh tidak dapat melihat objek

yang sangat jauh (tak berhingga).

Myopia juga didefinisikan sebagai ketidaksesuaian antara kekuatan refraksi

media refrakta dengan panjang sumbu bola mata dimana berkas sinar paralel yang

masuk berkonvergensi pada satu titik fokus di anterior retina. Kelainan ini bisa

dikoreksi dengan lensa divergen atau lensa minus.

Kelainan refraksi pada mata myop

3

Page 4: kmb fix

Diagnosa ditegakkan berdasarkan pada pemeriksaan refraksi dan gambaran

klinis yang tipikal. Pasien myopia merupakan penglihat dekat yang baik. Ketika

melihat jauh, mereka akan memicingkan mata sebagai usaha untuk memperjelas visus.

Hal ini bisa ditemukan pada anak usia sekolah penderita myopia. Ketika mereka

melihat ke papan tulis, maka seringkali mereka memicingkan mata. Beberapa

perubahan morfologi yang tipikal antara lain: penipisan sclera, esotropia (tampak jelas

pada penderita anak-anak), COA (Camera Occuli Anterior) yang dalam, atrofi

m.ciliaris, dan vitreus yang opak yang dirasakan penderita sebagai sensasifloaters.

Pada miopi, refraksi sinar terlalu konvergen, sehingga bayangan terbentuk di

depan retina. Penderita miopi memiliki visus < 6/6 dan kesulitan melihat benda yang

terletak jauh. Secara prinsip, penderita miopi terlalu sering menggunakan akomodasi

mata. M ciliaris menjadi lebih rigid, tonusnya meningkat dan fleksibilitasnya

menurun, sehingga lambat laun panjang m Ciliaris semakin memendek. Selain itu,

bentuk orbita dengan jarak superior dan inferior yang pendek menyebabkan

kecenderungan terjadinya miopi. Solusi bagi penderita miopi adalah mengurangi

konvergensi dengan menambahkan lensa cekung (minus) di depan mata.

Penanganan penderita anak-anak memerlukan perhatian khusus karena tujuan

penanganannya berbeda dengan penderita dewasa. Pada penderita dewasa, tujuan

penangan adalah mendapatkan visus terbaik sedangkan pada anak ada dua tujuan:

menghasilkan bayangan yang berfokus di retina dan mendapatkan keseimbangan

antara akomodasi dan konvergensi. Secara khusus, orang tua penderita perlu

mendapatkan edukasi tentang progresifitas alami myopia dan kemungkinan perubahan

resep kacamata yang cukup sering.

4

Page 5: kmb fix

2. Klasifikasi Miopi

Menurut jenis kelainannya, Vaughan membagi miopia menjadi:

a.    Miopi aksial

Miopia aksial dalah myopia yang disebabkan oleh sumbu orbita yang

lebih panjang dibandingkan panjang fokus media refrakta. Dalam hal ini,

panjang fokus media refrakta adalah normal (± 22,6 mm) sedangkan

panjang sumbu orbita > 22,6 mm.

b.    Myopia Kurvatura

Dalam hal ini terjadinya myopia diakibatkan oleh perubahan dari

kelengkungan kornea atau perubahan kelengkungan dari pada lensa seperti

yang terjadi pada katarak intumesen dimana lensa menjadi lebih cembung

sehingga pembiasan lebih kuat, dimana ukuran bola mata normal.

c.    Miopi Refraksi

Miopi Refraksi adalah myopia yang disebabkan oleh bertambahnya indek

bias media refrakta. (Sidarta, 2008)

d.   Perubahan Posisi Lensa

Pergerakan lensa yang lebih ke anterior setelah operasi glaucoma

berhubungan dengan terjadinya myopia.

Miopi dikatakan berbahaya apabila berpotensi untuk menimbulkan

kebutaan bagi penderitanya, karena tidak bisa diatasi dengan pemberian

kacamata. Miopi berbahaya ini dibarengi dengan kerapuhan dari selaput

jala (retina) yang makin lama makin menipis dari waktu ke waktu. Pada

puncaknya proses penipisan ini menimbulkan perobekan pada selaput jala

(retina), yang membutuhkan tindakan bedah sedini mungkin untuk

pemulihannya. Tingkat keberhasilan pemulihan penglihatan akibat hal ini

sangat tergantung pada kecepatan tindakan penanggulangannya.

5

Page 6: kmb fix

Miopi berdasarkan berat ringan

a.    Miopi ringan

b.    Sangat ringan, apabila dapat dikoreksi dengan kaca mata 0.25 s/d 1.0D

c.    Ringan, apabila dapat dikoreksi dengan kaca mata  -1 s/d -3 D

d.   Miopi sedang dapat dikoreksi dengan kaca mata -3 s/d -6 D

e.    Miopi tinggi dapat dikoreksi dengan kaca mata -6 s/d -10 D

f.     Miopi berat dapat dapat dikoreksi dengan kacamata > -10 D

Klasifikasi myopia secara klinis (American Optometric Association, 1997)

a. Simpel myopia: adalah myopia yang disebabkan oleh dimensi bolamata

yang terlalu panjang, atau indeks bias kornea maupun lensa kristalinaa

yang terlalu tinggi.

b. Nokturnal myopia: adalah myopia yang hanya terjadi pada saat kondisi

sekeliling kurang cahaya. Sebenarnya, fokus titik jauh mata seseorang

bervariasi terhadap level pencahayaan yang ada. Myopia ini dipercaya

penyebabnya adalah pupil yang membuka terlalu lebar untuk

memasukkan lebih banyak cahaya, sehingga menimbulkan aberasi dan

menambah kondisi myopia.

c. Pseudomyopia: diakibatkan oleh rangsangan yang berlebihan terhadap

mekanisme akomodasi sehingga terjadi kekejangan pada otot – otot siliar

yang memegang lensa kristalinaa. Di Indonesia, disebut dengan myopia

palsu, karena memang sifat myopia ini hanya sementara sampai

kekejangan akomodasinya dapat direlaksasikan. Untuk kasus ini, tidak

boleh buru – buru memberikan lensa koreksi.

d. Degenerative myopia: disebut juga malignant, pathological,

atauprogressive myopia. Biasanya merupakan myopia derajat tinggi dan

tajam penglihatannya juga di bawah normal meskipun telah mendapat

koreksi. Myopia jenis ini bertambah buruk dari waktu ke waktu.

e. Induced (acquired) myopia: merupakan myopia yang diakibatkan oleh

pemakaian obat – obatan, naik turunnya kadar gula darah, terjadinya

sklerosis pada nukleus lensa, dan sebagainya.

6

Page 7: kmb fix

Klasifikasi myopia berdasar umur

a. Congenital (sejak lahir dan menetap pada masa anak-anak)

b. Youth-onset myopia (< 20 tahun)

c. Early adult-onset myopia (2-40 tahun)

d. Late adult-onset myopia (> 40 tahun). (Sidarta, 2007)

3. Etiologi (Penyebab)

a) Jarak terlalu dekat membaca buku, menonton televisi, bermain videogames, main

komputer, main ponsel, dan lain-lain. Mata yang dipaksakan dapat merusak mata.

Pelajari jarak aman aktivitas mata kita agar selalu terjaga kenormalannya.

b) Terlalu lama beraktifitas pada jarak pandang yang sama seperti bekerja di depan

komputer, di depan layar monitor, di depan mesin, di depan berkas, dan lain-lain.

Mata butuh istirahat yang teratur dan sering agar tidak terus berkontraksi yang

monoton.

c) Tinggal di tempat yang sempit penuh sesak karena mata kurang berkontraksi

melihat yang jauh-jauh sehingga otot mata jadi tidak normal. Atur sedemikian

rupa ruang rumah kita agar kita selalu bisa melihat jarak pandang yang jauh.

d) Kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan mata kita seperti membaca

sambil tidur-tiduran, membaca di tempat yang gelap, membaca di bawah sinar

matahari langsung yang silau, menatap sumber cahaya terang langsung, dan lain

sebagainya.

e) Terlalu lama mata berada di balik media transparan yang tidak cocok untuk mata

dapat mengganggu kesehatan mata seperti sering kelamaan memakai helm, lama

memakai kacamata yang tidak sesuai dengan mata normal kita, dan sebagainya.

f) Kekurangan gizi yang dibutuhkan mata juga bisa memperlemah mata sehingga

kurang mampu bekerja keras dan mudah untuk terkena rabun jika mata bekerja

terlalu diporsir. Vitamin A, betakaroten, ekstrak billberry, alpukat, dan lain

sebagainya bagus untuk mata

7

Page 8: kmb fix

4. Patofisiologi

Terjadinya elongasi sumbu yang berlebihan pada myopia patologi masih

belum diketahui. Sama halnya terhadap hubungan antara elongasi dan komplikasi

penyakit ini, seperti degenerasi chorioretina, ablasio retina dan glaucoma. Columbre

dan rekannya, tentang penilaian perkembangan mata anak ayam yang di dalam

pertumbuhan normalnya, tekanan intraokular meluas ke rongga mata dimana sklera

berfungsi sebagai penahannya. Jika kekuatan yang berlawanan ini merupakan penentu

pertumbuhan ocular post natal pada mata manusia, dan tidak ada bukti yang

menentangnya maka dapat pula disimpulkan dua mekanisme patogenesa terhadap

elongasi berlebihan pada miopi.

Menurut perjalanan miopi dikenal bentuk:

a. Miopi stasioner, miopi yang menetap setelah dewasa

b. Miopi progresif, miopi yang bertambah terus pada usia dewasa akibat bertambah

panjangnya bola mata.

c. Miopi degenertif atau miopi maligna biasanya bila myopia lebih dari 6 dioptri

disertai kelainan pada fundus okuli dan pada panjangnya bola mata sampai

terbentuk stafiloma postikum yang terletak pada bagian temporal papil disertai

dengan atrofi karioretina. Atrofi retina berjalan kemudian setelah terjadinya atrofi

sklera dan kadang-kadang terjadi rupture membran Bruch yang dapat

menimbulkan rangsangan untuk terjadinya neovaskularisasi subretina. Pada miopi

dapat terjadi bercak Fuch berupa biperplasi pigmen epitel dan perdarahan, atropi

lapis sensoris retina luar, dan dewasa akan terjadi degenerasi papil saraf optik

(Sidarta, 2005).

5. Manifestasi Klinik

Penglihatan kabur atau mata berkedip ketika mata mencoba melihat suatu

objek dengan jarak jauh ( anak-anak sering tidak dapat membaca tulisan di papan tulis

tetapi mereka dapat dengan mudah membaca tulisan dalam sebuah buku. Penglihatan

untuk jauh kabur, sedangkan untuk dekat jelas. Jika derajat miopianya terlalu tinggi,

sehingga letak pungtum remotum kedua mata terlalu dekat, maka kedua mata selalu

harus melihat dalam posisi kovergensi, dan hal ini mungkin menimbulkan keluhan

8

Page 9: kmb fix

(astenovergen) . Mungkin juga posisi konvergensi itu menetap, sehingga terjadi

strabismus konvergen (estropia). Apabila terdapat miopi pada satu mata jauh lebih

tinggi dari mata yang lain dapat terjadi ambliopia pada mata yang myopianya lebih

tinggi. Mata ambliopia akan bergulir ke temporal yang disebut strabismus divergen

(eksotropia). (Illyas,2005).

Pasien dengan miopi akan memberikan keluhan sakit kepala, sering disertai

dengan juling dan celah kelopak yang sempit. Seseorang penderita myopia

mempunyai kebiasaan mengerinyitkan matanya untuk mencegah aberasi sferis atau

untuk mendapatkan efek pinhole (lubang kecil). Pasien myopia mempunyai pungtum

remotum (titik terjauh yang masih dilihat jelas) yang dekat sehingga mata selalu

dalam atau berkedudukan konvergensi yang akan menimbulkan keluhan astenopia

konvergensi.bila kedudukan mata ini menetap, maka penderita akan terlihat juling

kedalam atau esoptropia (Sidarta, 2005)

6. Myopia atau rabun jauh terbagi menjadi 3 fase, yakni :

a. Myopia Rendah dengan dioptre mendekati 0 – -3.00

Cara membaca dioptre diatas adalah apabila anda termasuk pengguna atau

penderita rabun jauh/myopia dengan minus 0 s/d – 3.00 ( minus 0 sampai dengan

minus 3 ) dapat dikatakan anda adalah penderita myopia rendah. Kemungkinan

untuk mengurangi minus tersebut masih sangat mungkin.

b. Myopia Sedang dengan dioptre -3.00 – -6.00

Cara membaca dioptre diatas sama dengan membaca dioptre (a). Jika anda

mengenakan kacamata minus dengan kadar minus antara -3.00 – -6.00 (minus 3.00

sampai dengan minus 6.00) dikategorikan penderita myopia tingkat sedang, namun

penderita myopia tingkat sedang juga cukup rentan, hal ini dikarenakan

kebanyakan orang yang memiliki minus myopia sedang tidak dapat melepaskan

kacamata dalam beberapa waktu

9

Page 10: kmb fix

c. Myopia Tinggi dengan Dioptre -6 hingga ke bawah (-10)

Penderita myopia tingkat tinggi memang cukup berbahaya dan dikatakan

kerusakan pada bagian retina, kornea serta pupil tidak dapat bekerja optimal,

bahkan cenderung mata tidak mampu menangkap cahaya dan membiaskan cahaya

pantul dalam keadaan tanpa mengenakan kacamata. Hal ini hampir sama dengan

penderita mata katarak sebelah.

Di Indonesia sendiri sudah cukup banyak penderita myopia atau rabun jauh,

hal ini dikarenakan kebiasaan buruk yang sering kali dilakukan, ada pula karena

faktor keturunan. Diperkirakan penderita myopia atau rabun jauh antara 800 juta-

2,3 milyar orang. Di negara-negara seperti Cina, India dan Malaysia 41 %

penduduk negara tersebut dari orang dewasa menderita myopia dengan minus 1 (-

1.00).

Para peneliti dari Australia menyimpulkan bahwa pancaran sinar matahari

bermanfaat untuk membatasi bola mata yang dapat menyebabkan myopia atau

rabun jauh. Jika dilakukan suatu perbandingan antara penduduk Australia dan

Singapura, akan ditemui kesimpulan seperti : rata-rata anak-anak dan remaja di

Singapura hanya menghabiskan waktu di luar rumah untuk sekedar bermain hanya

menghabiskan waktu 30 menit per hari, akan tetapi 90% remaja dan anak-anak di

Singapura mengenakan kacamata permanen maupun sementara, berbeda dengan

anak-anak dan remaja di Australia. Para remaja dan anak – anak di Australia lebih

banyak  menghabiskan waktu bermain di luar rumah sekitar 2-3 jam per hari dan

tentunya hal ini yang mendorong remaja dan anak-anak di Australia, lebih sedikit

yang menderita myopia atau rabun jauh cenderung  sekitar 20 % dari total

penduduk Australia. Oleh karenanya para bayi atau balita usia 0-3 bulan sering kali

dijemur pada pagi hari akan sel-sel dan syaraf tubuh seluruhnya  agar berkembang

baik dan memberi rangsang terhadap jaringan otot, otak dan mata.

10

Page 11: kmb fix

7. Pemeriksaan Penunjang

a. Foto fundus / retina

b. Pemeriksaan lapang pandang / campimetri / perimetri

c. Pemeriksaan kwalitas retina ( E.R.G = electro retino gram)

d. USG ( ultra – sono – grafi ) bola mata dan keliling organ mata missal pada

tumor,panjang bola mata , kekentalan benda kaca (vitreous)

e. Retinometri ( maksimal kemungkinan tajam penglihatan mata yang tersisa)

f. CT scan dengan kontras / MRI.

8. Faktor Risiko

Beberapa faktor resiko terjadinya miopi diantaranya adalah:

a. Genetik

b. Sebagian besar kasus rabun jauh disebabkan oleh penurunan sifat dari orang tua.

a. Kekurangan makanan bergizi pada masapertumbuhan hingga usia 12 tahun.

b. Kebiasaan buruk, misalnya kebiasaan melihat jarak dekat secara terus menerus

seperti membaca, melihat media visual (televisi, komputer, gadget) dalam jarak

dekat, membaca sambil tiduran, dan membaca ditempat yang kurang cahaya

(remang).

9. Komplikasi

Komplikasi lain dari miopia sering terdapat pada miopia tinggi berupa ablasio

retina, perdarahan vitreous, katarak, perdarahan koroid dan juling esotropia atau juling

ke dalam biasanya mengakibatkan mata berkonvergensi terus-menerus. Bila terdapat

juling ke luar mungkin fungsi satu mata telah berkurang atau terdapat ambliopia.

10. Pencegahan

a) Pencegahan miopia salah satunya dengan cara tidak membaca dalam keadaan

gelap dan menonton TV dengan jarak yang dekat.

b) Memegang alat tulis dengan benar.

c) Lakukan istirahat tiap 30 menit setelah melakukan kegiatan membaca atau

melihat TV.

d) Batasi jam membaca dan aturlah jarak baca yang tepat (30 centimeter).

e) Gunakanlah penerangan yang cukup.

11

Page 12: kmb fix

f) Jika memungkinkan memungkinkan untuk anak-anak diberikan kursi yang bisa

diatur tingginya sehingga jarak bacanya selalu 30 cm.

11. Penatalaksanaan

Terapi Non-Farmakologi

a.    Kacamata

Pada pasien miopi ini diperlukan lensa kaca mata baca tambahan atau lensa

eddisi untuk membaca dekat yang berkuatan tetentu. Pengobatan pasien dengan

dengan miopi adalah memberikan kaca mata sferis negative terkecil yang

memberikan ketajaman penglihatan maksimal 33cm. Bila pasien dikoreksi

dengan – 3.0D memberika tajam penglihatan 6/6, dan demikian memberikan

istirahat mata dengan baik sesudah dikoreksi (Ilyas, 2003).

b.    Lensa Kontak

Pengobatan biasanya ditolong dengan kacamata  rangkap dan harus

melakukan terapi dengan cara menggunakan lensa eddisi untuk membaca dekat.

Untuk jarak baca 33 cm, bila jarak berubah maka pemberian lensa juga berubah.

Pada umur 40 tahun lensa masih dapat mengembang, tetapi sangat menurun. Pada

umur 60 tahun, lensa menjadi sclerosic semua. Jadi pemberian lensa addisi

tergantung pada pada jarak baca dan umur pederita. Bifokus adalah kacamata

yang digunakan untuk mengatasi presbiopia. Kacamata ini memeliki 2 lensa,

yaitu untuk membaca dipasang dibawah dan untuk melihat jarak jauh dipasang

diatas. Jika pelihat jarak jauh masih baik, bisa digunakan kacamata untuk baca

yang dijual bebas.

c.    Bedah Keratorefraktif

Bedah keratorefraktif mencakup serangkai metode untuk mengubah

kelengkungan permukaan anterior bola mata diantaranya adalah keratomi radial,

keratomileusis keratofikia, epiakerarfikia.

d.   Terapi dengan menggunakan laser dengan  atau operasi lasik mata.

Dalam prosedurnya dilakukan pergantian ukuran kornea mata dan dirubahnya

tingkat miopi dengan menggunakan laser.

12

Page 13: kmb fix

e.    Photorefractive Keratotomy (PRK)

Terapi ini menggunakan konsep yang sama dengan penggantian kembali kornea

mata tetapi menggunakan prosedur yang berbeda.

f.     Operasi orthokeratologi dan pemotongan jaringan kornea mata

Orang-orang dengan miopi rendah akan lebih baik jika menggunakan

teknik ini. Orthokeratologi menggunakan kontak lensa secara berangsur-angsur

dan pergantian sementara lekukan kornea. Pemotongan jaringan kornea mata

menggunakan bahan-bahan plastik yang ditanamkan kedalam kornea mata untuk

mengganti kornea yang rusak.

g..    Penatalaksanaan Farmakologi

Obat yang digunakan untuk penderita miopia adalah obat tetes mata untuk

mensterilisasi kotoran yang masuk ke dalam mata. Obat-obat tradisionalpun

banyak digunakan ada penderita myopia

12. Konsep Asuhan Keperawatan

a) Pengkajian

1. Pengumpulan data

a. Data Demografi

Biodata

Nama : Tn. A

Usia : 40 Thn

Jenis kelamin : Laki - Laki

Alamat : Jln. Gatot Subroto

Suku / bangsa : Muna/INA

Status pernikahan : -

Agama / keyakinan : Islam

Pekerjaan : Wiraswasta

Diagnosa medik : Miopia

No. medical record : -

Tanggal masuk : -

Tanggal pengkajian : -

13

Page 14: kmb fix

Penanggung jawab

Nama : Ny. Ah.

Usia : 30 Thn

Jenis kelamin : Perempuan

Pekerjaan : PNS

Hubungan dengan klien : Suami

b. Riwayat Kesehatan

1) Riwayat kesehatan sekarang

- Keluhan Utama

Sakit kepala karena nyeri pada mata.

- Riwayat Keluhan Utama

Pada saat dilakukan pengkajian klien mengeluh sakit kepala nyeri di

matanya, sering menangis. Skala nyeri 4 (0-5), menurut klien nyeri

yang dirasakan sudah berlangsung lama. Walaupun klien sedang

istrahat nyeri tetap dirasakan. Menurut keluarga klien tidak ada yang

dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri yang di derita klien.

2) Riwayat kesehatan dahulu

- Klien tidak ada riwayat alergi terjadap makanan dan obat - obatan.

3) Riwayat kesehatan keluarga

- Menurut keluarga klien tidak ada anggota keluarga yang mengalami

penyakit yang sama dengan klien.

c. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum klien : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Tanda - tanda vital :

Suhu : 370 c

Nadi : 120 X/Menit

Pernafasan : 24 X/Menit

Tekanan darah : -

2) Sistem pernafasan

14

Page 15: kmb fix

Bentuk hidung simetris, tidak terdapat sekret, mukosa hidung kering,

tidak ada nyeri tekan pada hidung, tidak ada pernapasan cuping

hidung, bentuk leher simetris, tidak ada benjolan atau massa, bentuk

dada simetris, pernapasan 24 X/Menit, tidak terdengar suara napas

tambahan, tidak ada retraksi otot - otot dada.

3) Sistem kardiovaskuler

Bunyi jantung reguler, perkusi jantung pekak, palpasi denyut nadi

terdengar atau teraba jelas 120 X/Menit, tidak ada pembesaran area

jantung.

4) Sistem perncernaan

Bentuk lembap, tidak ada stomatitis, lidah bebas bergerak, refleks

menelan baik, terdengar peristaltik usus 8x/menit, tidak ada nyeri tekan

pada abdomen, tidak teraba pembesaran hepar dan lien, terdengar

bunyi timpani.

5) Sistem indra

Mata

- Penglihatan kabur

- Mata juling (strabismus)

- Mata merah

- Mata sering berair

Hidung

- Mampu membedakan berbagai macam aroma.

- Tidak ada sekret.

Telinga

- Klien mengatakan gatal – gatal pada telinganya, terdapat udema

pada liang telinga, bernanah dan bau, Telinga tampak kotor, nyeri

tekan pada telinga.

6) Sistem saraf

- Nervus I (Olvactorius) : Fungsi penciuman baik.

- Nervus II ( Optikus ) : Fungsi menurun

- Nervus III, IV, VI : fungsi kontraksi terhadap cahaya baik.(Okulomotorius, troklearis, abdusen )

- Nervus V (Trigeminus) : dapat merasakan usapan

15

Page 16: kmb fix

- Nervus VII (fasialis) : mampu merasakan rasa asin, manis dan

pahit.

- Nervus VIII (Auditorius) : Klien mengatakan tidak bisa

mendengar dengan baik.

- Nervus IX (Glasofaringeus) : Mampu menelan

- Nervus X (Vagus) : Mampu bersuara

- Nervus XI (Assesorius) : Mampu menoleh dan mengangkat bahu.

- Nervus XII (Hipoglosus) : Mampu menggerakan lidah.

7) Sistem muskuloskeletal

- Ekstremitas Atas

Bentuk simetris kiri dan kanan, pergerakan bebas, kekuatan otot

4/4

- Ekstremitas Bawah

Bentuk simetris kiri dan kanan, pergerakan bebas, kekuatan otot

4/4

8) Sistem integumen

Warna rambut hitam, penyebaran merata, bersih, tidak mudah rontok,

tidak ada nyeri tekan, tidak ada udema, kuku bersih, suhu 38,5o c.

9) Sistem endokrin

Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, ginjal tidak teraba.

10) Sistem perkemihan

Tidak teraba adanya pembesaran ginjal, tidak ada distensi kandung

kemih.

d. Aktivitas Sehari-Hari

1) Nutrisi

Pola makan teratur, frekuensi makan 3 kali sehari, tidak ada makanan

pantang.

2) Cairan

Klien mengonsumsi air putih sebanyak 5 – 6 gelas/hari.

3) Eliminasi ( BAB & BAK )

BAB 1-2X/hari dan BAK tidak menentu.

4) Istirahat Tidur

16

Page 17: kmb fix

Klien cepat tidur dan rutin.

5) Olahraga

Klien sering main bola tapi sejak sakit klien belum berolahraga lagi.

6) Rokok / alkohol dan obat-obatan

Klien tidak merokok dan mengonsumis alkohol atau obat – obat

terlarang lainya.

7) Personal hygiene

Klien mandi teratur 2x sehari, gosok gigi setiap kali mandi dan keramas

3 kali seminggu.

e. Data psikososial

Klien hidup rukun dengan sesama anggota masyarakat di lingkunganya dan

saling membutuhkan satu sama yang lain.

f. Data psikologis

Klien tampak cemas, gelisah dan ekspresi wajah meringis. Klien sering

menanyakan tentang penyakitnya.

g. Data spritual

Klien beragama Islam dan taat beribadah.

2. Pengelompokan data

a. Data subyektif :

Klien mengatakan bila melihat jauh selalu menjulingkan matanya

Klien mengatakan bila melihat benda yg kecil harus dari jarak dekat

Klien mengatakan merasa takut dengan penyakitnya yang di derita

Klien mengatakan penglihatannya kabur

Klien mengatakan cepat lelah bila membaca

Klien mengatakan cemas akan kondisi matanya

Klien mengatakan tidak tau tentang kondisi penyakit matanya

b. Data obyektif :

Mata juling (strabismus)

Aktivitas kurang

Klien tampak Gelisah

Klien tampak pusing

Klien sering bertanya tentang penyakitnya

b) Analisa Data

17

Page 18: kmb fix

No Problem Etiologi Symptom

1. Gangguan persepsi

sensori :

penglihatan

Kalainan struktur segmen

dalam bola mata

Terjadinya elongasi

sumbu yang berlebihan

Pemanjangan sumbu

kornea mata

Pembiasan sinar yang

berlebihan di depan

retina mata

Penglihatan jadi kabur

Miopia

Gangguan penglihatan

Ds :

- Klien mengatakan

penglihatannya kabur

- Klien mengatakan bila

melihat benda yang agak

kecil harus dari jarak dekat

- Klien mengatakan bila

melihat jauh selalu

menjulingkan matanya

- Klien mengatakan cepat lelah

bila membaca

Do :

- Tampak pusing

- Tampak juling saat melihat

kejauhan

2. Ansietas Kurangnya pemaparan

informasi tentang

penyakitnya

Doping menurun

Ds :

- Klien mengatakan cemas

akan keadaan penyakitnya

Do :

- Tampak cemas

- Tampak gelisah

18

Page 19: kmb fix

Cemas

Ansietas

- Tampak bingung saat di

tanya tentang penyakitnya

3. Kurang

pengetahuan

Kurangnya pemaparan

informasi tentang

penyakitnya

Kurang pengetahuan

Ds :

- Klien mengatakan tidak tau

tentang penyakit yang di

deritanya

Do :

- Tampak bingung

c) Prioritas Masalah

1. Gangguan persepsi sensori : penglihatan

2. Ansietas

3. Kurang pengetahuan

d) Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan persepsi sensori : penglihatan berhubungan dengan gangguan

penerimaan sensori/gangguan status organ indera di tandai dengan :

Ds :

- Klien mengatakan penglihatannya kabur

- Klien mengatakan bila melihat benda yang agak kecil harus dari jarak

dekat

- Klien mengatakan bila melihat jauh selalu menjulingkan matanya

- Klien mengatakan cepat lelah bila membaca

Do :

- Tampak pusing

19

Page 20: kmb fix

- Tampak juling saat melihat kejauhan

2. Ansietas/ketakutan berhubungan dengan perubahan status kesehatan

(kelelahan pada mata) di tandai dengan :

Ds :

- Klien mengatakan cemas akan keadaan penyakitnya

Do :

- Tampak cemas

- Tampak gelisah

- Tampak bingung saat di tanya tentang penyakitnya

3. Kurang pengetahuan/informasi tentang kondisi, prognosis dan pengobatanyang

di tandai dengan :

Ds :

- Klien mengatakan tidak tau tentang penyakit yang di deritanya

Do :

- Tampak bingung

e) Rencana Tindakan Keperawatan

20

Page 21: kmb fix

f) Implementasi dan Evaluasi

21

No Diagnosa KeperawatanPerencanaan

RasionalTujuan Intervensi1 2 3 4 51. Gangguan persepsi sensori :

penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori/gangguan status organ indera di tandai dengan :Ds :Klien mengatakan penglihatannya kaburKlien mengatakan bila melihat benda yang agak kecil harus dari jarak dekatKlien mengatakan bila melihat jauh selalu menjulingkan matanyaKlien mengatakan cepat lelah bila membacaDo :Tampak pusingTampak juling saat melihat kejauhan

Tupan :Setelah di berikan tindakan keperawatan selama ±.... gangguan penglihatn teratasiTupen :Setelah di berikan tindakan keperawatan selama gangguan penglihatan berkurangdengan kriteria :

- Penglihatan jelas

1. Observasi derajat / tipe gangguan penglihatan penglihatan.

2. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat tetes mata.

1. Memudahkan dalam menentukan intervensi selanjutnya

2. Mengurangi iritasi yang terjadi pada mata.

2. Ansietas/ketakutan berhubungan dengan perubahan status kesehatan (kelelahan pada mata) di tandai dengan :Ds :Klien mengatakan cemas akan keadaan penyakitnyaDo :Tampak cemasTampak gelisahTampak bingung saat di tanya tentang penyakitnya

Tupan :Setelah di berikan tindakan keperawatan selama ±.... hari cemas teratasi.Tupen :Setelah di berikan tindakan keperawatan selama ±..... hari cemas berangsur-angsur berkurang, dengan kriteria :

Klien dapat mengerti tentang penyakit yang dideritanya

1. Orientasikan klien pada lingkungan yang baru

2. Beritahu klien tentang perjalanan penyakitnya

3. Beritahu klien tentang tindakan pengobatan yang akan dilakukan

1. Membantu mengurangi ansietas dan meningkatkan keamanan

2. Memberikan informasi kepada klien tentang penyakitnya dan mengurangi ansietas

3. Mengurangi ansietas klien

3. Kurang pengetahuan/informasi tentang kondisi, prognosis dan pengobatanyang di tandai dengan :Ds :Klien mengatakan tidak tau tentang penyakit yang di deritanyaDo :Tampak bingung

Tupan :Setelah di berikan tindakan keperawatan selama ±.... jam kebutuhan akan informasi terpenuhiTupen :Setelah di berikan tindakan keperawatan selama ±..... jam klien berangsur-angsur mengerti tentang penyakitnya kriteria :

Klien tidak bingung

1. Kaji informasi tentang kondisi individu, prognosis dan pengobatan

2. Beritahu klien tentang perjalanan penyakitnya serta pengobatan yang akan dilakukan

3. Anjurkan klien menghindari membaca terlalu lama dan membaca dengan posisi tidur, menonton TV dengan jarak terlalu dekat.

1. Meningkatkan pemahaman perawat tentang kondisi klien

2. Memberikan informasi kepada klien tentang penyakitnya

3. Membaca terlalu lama dan membaca dengan posisi tidur, menonton TV dengan jarak terlalu dekat dapat mengakibatkan kelelahan pada mata.

Page 22: kmb fix

B. HIPERMETROPI

22

NoHari/Tangg

al

NoDx Jam Implementasi Paraf Hari / Tgl /Jam Evaluasi

1 2 3 4 5 6 7 81. 1 1.Mengobservasi

derajat / tipe kehilangan penglihatan.

2.Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat tetes mata.

S :- Klien mengatakan

penglihatannya sudah sedikit jelas

O :- Tidak pusing- Tidak juling saat

melihat kejauhanA :- Masalah belum

teratasi tetapi sudah ada kemajuan

P :- Pertahankan

intervensi 1, 2

2. 2 1.Mengorientasikan klien pada lingkungan yang baru

2.Menberitahu klien tentang perjalanan penyakitnya

3.Memeritahu klien tentang tindakan pengobatan yang akan dilakukan

S :- Klien mengatakan

sudah mengerti tentang penyakit yang dideritanya

O :- Klien dapat

menjawab ketika ditanya tentang penyakitnya

- Ekspresi wajah tenang

A :- Masalah teratasiP :Berikan informasi untuk pengobatan lebih lanjut dirum

3. 3 1.Kaji informasi tentang kondisi individu, prognosis dan pengobatan

2.Beritahu klien tentang perjalanan penyakitnya serta pengobatan yang akan dilakukan

3.Anjurkan klien menghindari membaca terlalu lama dan membaca dengan posisi tidur, menonton TV dengan jarak terlalu dekat.

S :- Klien mengatakan

sudah mengerti tentang penyakit yang dideritanya

O :- Klien dapat

menjawab serta memahami tenyang kondisi, prognosis, dan pengobatan tentang penyakitnya

A :- Masalah teratasiP :Berikan informasi untuk pengobatan lebih lanjut

Page 23: kmb fix

1. Pengertian

Hipermetropi yaitu rabun dekat, penderita rabun dekat tidak dapat melihat

secara jelas objek yang letaknya dekat dengan mata (hanya dapat melihat objek yang

letaknya jauh dari mata). Rabun dekat atau hipermetropi merupakan cacat mata yang

terjadi karena lensa mata tidak dapat mencembung atau tidak dapat berakomodasi

sebagaimana mestinya. Akibatnya, berkas cahaya dari objek di jauh tak berhingga

terfokus dan membentuk bayangan di belakang retina (jadi benda tidak terlihat jelas).

Hipermetropi atau Hiperopia atau rabun dekat adalah kelainan refraksi mata

dimana bayangan dari sinar yang masuk ke mata jatuh di belakang retina. Hal ini

dapat disebabkan karena bola mata yang terlalu pendek atau kelengkungan kornea

yang kurang. Penderita kelainan mata ini tidak dapat membaca pada jarak yang

normal (30 cm) dan harus menjauhkan bahan bacaannya untuk dapat membaca secara

jelas. Penderita juga akan sulit untuk melakukan kegiatan yang membutuhkan

ketelitian tinggi.

Hipermetropia juga didefinisikan sebagai ketidaksesuaian antara kekuatan

refraksi media refrakta dengan panjang sumbu bola mata dimana berkas sinar paralel

yang masuk berkonvergensi pada satu titik fokus di posterior retina. Kelainan ini bisa

dikoreksi dengan lensa konvergen atau lensa positif.

Kelainan refraksi pada mata hipermetropia

Diagnosa ditegakkan berdasarkan pada pemeriksaan refraksi dan gambaran

klinis yang tipikal. Pada penderita hipermetropia ringan-sedang dan berusia muda,

23

Page 24: kmb fix

kelainan refraksi ini masih bisa dikompensasi dengan akomodasi. Tetapi, kondisi ini

bisa menimbulkan asthenopic syndromeseperti nyeri mata, sakit kepala, sensasi panas

pada mata, blepharoconjungtivitis, pandangan kabur dan kelelahan. Pada penderita

anak sekolah, gejala khas akan tampak pada perilaku mereka sehari-hari. Penderita

akan sering menggosok mata mereka saat membaca. Akibatnya, aktivitas membaca

menjadi sesuatu yang menakutkan bagi anak hipermetropia. Kondisi seperti ini dapat

menjadi penghambat dalam proses belajar.

Penanganan penderita anak-anak memerlukan perhatian khusus. Koreksi baru

dilakukan pada penderita hipermetropia sedang atau berat atau bila disertai kondisi

esotropia. Pada penderita usia sekolah, penggunaan lensa positif dengan kekuatan

terbesar dapat menimbulkan pandangan kabur ketika melihat jauh. Karena itu,

kekuatan lensa yang digunakan perlu direduksi. Penggunaan siklopegik jangka

pendek dapat membantu penyesuaian anak dengan lensanya.

Pada hipermetropi, refraksi sinar kurang konvergen, sehingga bayangan

terbentuk di belakang retina. Penderita hipermetropi memiliki visus normal, namun

kesulitan melihat benda yang terletak dekat. Secara prinsip, m. ciliaris penderita

hipermetropi mengalami kelemahan karena proses degenerasi, tonusnya menurun dan

fleksibilitasnya meningkat, sehingga lambat laun panjang m Ciliaris semakin

memajang. Selain itu, bentuk orbita dengan jarak anterior dan posterior yang pendek

menyebabkan kecenderungan terjadinya hipermetropi. Solusi bagi penderita

hipermetropi adalah menambah konvergensi dengan menambahkan lensa cembung

(plus) di depa mata.

2. Etiologi

24

Page 25: kmb fix

Penyebab timbulnya hipermetropi ini diakibatkan oleh empat hal yaitu:

1. Sumbu utama bola mata yang terlalu pendek.

Hipermetropia jenis ini disebut juga Hipermetropi Axial. Hipermetropi

Axial ini dapat disebabkan oleh Mikropthalmia, Retinitis Sentralis, ataupun

Ablasio Retina (lapisan retina lepas lari ke depan sehingga titik fokus cahaya

tidak tepat dibiaskan).

2. Daya pembiasan bola mata yang terlalu lemah

Hipermetopia jenis ini disebut juga Hipermetropi Refraksi. Dimana dapat

terjadi gangguan-gangguan refraksi pada kornea, aqueus humor, lensa, dan

vitreus humor. Gangguan yang dapat menyebabkan hipermetropia refraksi ini

adalah perubahan pada komposisi kornea dan lensa sehingga kekuatan

refraksinya menurun dan perubahan pada komposisi aqueus humor dan vitreus

humor( mis. Pada penderita Diabetes Mellitus, hipermetropia dapat terjadi bila

kadar gula darah di bawah normal, yang juga dapat mempengaruhi komposisi

aueus dan vitreus humor tersebut)

3. Kelengkungan Kornea dan Lensa tidak Adekuat

Hipermetropia jenis ini disebut juga hipermetropi kurvatura. Dimana

kelengkungan dari kornea ataupun lensa berkurang sehingga bayangan

difokuskan di belakang retina.

4. Perubahan posisi lensa.

Dalam hal ini didapati pergeseran posisi lensa menjadi lebih posterior.tidak ada

lagi (afakia).

3. Patofisiologi

25

Page 26: kmb fix

Sumbu utama bola mata yang terlalu pendek, daya pembiasan bola mata yang

terlalu lemah, kelengkungan kornea dan lensa tidak adekuat perubahan posisi lensa

dapat menyebapkan sinar yang masuk dalam mata jatuh di belakang retina sehingga

penglihatan dekat jadi terganggu.

4. Manifestasi klinis

Sakit kepala frontal, memburuk pada waktu mulai timbul gejala hipermetropi

dan makin memburuk sepanjang penggunaan mata dekat. Penglihatan tidak nyaman

(asthenopia) ketika pasien harus focus pada suatu jarak tertentu untuk waktu yang

lama, misalnya menonton pertandingan bola. Akomodasi akan lebih cepat lelah ketika

terpaku pada suatu level tertentu dari ketegangan.

5. Pengobatan

Hipermetropia bisa diatasi dengan pemberian lensa koreksi (kacamata atau lensa

kontak) berkekuatan positif di depan sistem optis bola mata, atau bisa juga dengan

tindakan operatif (Keratektomi & LASIK).

Pada hipermetropia fakultatif, pemberian lensa koreksi akan memberikan

kenyamanan penglihatan, meskipun tanpa lensa koreksi ia masih memiliki ketajaman

penglihatan yang normal.

Pada hipermetropia absolut, pemberian lensa koreksi (atau dengan tindakan operatif)

adalah hal yang sudah sangat diperlukan.

6. Komplikasi

Dapat terjadi kebutaan.

7. Asuhan Keperawatan

26

Page 27: kmb fix

A. Pengkajian

1. Pengumpulan data

a. Data Demografi

1) Biodata

- Nama : Mr. A

- Usia : 30 Thn

- Jenis kelamin : Laki - Laki

- Alamat : Jln. Gatot Subroto

- Suku / bangsa : Bugis,Muna/INA

- Status pernikahan : Menikah

- Agama / keyakinan : Islam

- Pekerjaan : Wiraswasta

- Diagnosa medik : Hipermetropi

- No. medical record : -

- Tanggal masuk : -

- Tanggal pengkajian : -

2) Penanggung jawab

- Nama : Ny. H

- Usia : 27 Thn

- Jenis kelamin : Perempuan

- Pekerjaan : Wiraswasta

- Hubungan dengan klien : Istri

b. Riwayat Kesehatan

1) Riwayat kesehatan sekarang

- Keluhan Utama

Klien mengeluh susah membaca pada jarak dekat.

- Riwayat Keluhan Utama

Pada saat dilakukan pengkajian klien susah membaca pada jarak

dekat, keluhan ini dirasakan sudah lama, makin hari penglihatanya

makin menurun, klien juga tidak mengetahui penyebap matanya

kabur. Dan Upaya yang dilakukan klien untuk mengurangi

27

Page 28: kmb fix

keluhannya yaitu menjauhkan bahan bacaan, dan yang

memperberat yaitu ketika membaca dalam waktu yang lama klien

mengalami pusing dan sakit kepala, dengan skala 3 (0-5).

2) Riwayat kesehatan dahulu

- Klien tidak ada riwayat alergi terjadap makanan dan obat - obatan.

- Klien tidak pernah mengkonsumsi minuman beralkohol dan klien

tidak merokok.

3) Riwayat kesehatan keluarga

- Menurut klien tidak ada anggota keluarga yang mengalami

penyakit yang sama dengan klien.

c. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum klien : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Tanda-tanda vital :

Suhu : 37,50 c

Nadi : 100 X/Menit

Pernafasan : 20 X/Menit

Tekanan darah : 120/80 mmHg

2) Sistem pernafasan

Bentuk hidung simetris, tidak terdapat sekret, mukosa hidung kering,

tidak ada nyeri tekan pada hidung, tidak ada pernapasan cuping

hidung, bentuk leher simetris, tidak ada benjolan atau massa, bentuk

dada simetris, pernapasan 20 X/Menit, tidak terdengar suara napas

tambahan, tidak ada retraksi otot - otot dada.

3) Sistem kardiovaskuler

Bunyi jantung reguler, perkusi jantung pekak, palpasi denyut nadi

terdengar atau teraba jelas 100 X/Menit, tekanan darah 120/80 mmHg

CRT<2 detik, tidak ada pembesaran area jantung.

4) Sistem perncernaan

28

Page 29: kmb fix

Bentuk lembap, tidak ada stomatitis, jumlah gigi lengkap (32), lidah

bebas bergerak, refleks menelan baik, terdengar peristaltik usus

8x/menit, tidak ada nyeri tekan pada abdomen, tidak teraba

pembesaran hepar dan lien, terdengar bunyi timpani.

5) Sistem indra

Mata

Kesulitan membaca tulisan dengan huruf yang kecil, menjauhkan

bacaan pada saat membaca, mampu membedakan warna, bisa

menggerakan bola mata kesegala arah, mata tampak bersih, tidak ada

nyeri tekan.

Hidung

- Mampu membedakan berbagai macam aroma.

- Tidak ada sekret.

Telinga

- Tampak simetris, tidak terdapat udem telinga, tidak ada sekret dan

bau pada telinga, mampu membedakan bunyi, Telinga tampak

bersih, tidak ada nyeri tekan pada telinga.

6) Sistem saraf

- Nervus I (olvactorius) : Fungsi penciuman baik.

- Nervus II ( Optikus ) : Penglihatan kabur saat melihat

dekat.

- Nervus III, IV, VI

(Okulomotorius, troklearis, abdusen ) : fungsi kontraksi terhadap

cahaya baik.

- Nervus V (Trigeminus) : Dapat merasakan usapan

- Nervus VII (fasialis) : Mampu merasakan rasa asin,

manis dan pahit.

- Nervus VIII (Auditorius) : Klien mengatakan tidak

bisa mendengar dengan baik.

- Nervus IX (Glasofaringeus) : Mampu menelan

- Nervus X (Vagus) : Mampu bersuara

- Nervus XI (Assesorius) : Mampu menoleh dan

mengangkat bahu.

29

Page 30: kmb fix

- Nervus XII (Hipoglosus) : Mampu menggerakan lidah.

7) Sistem muskuloskeletal

- Ekstremitas Atas

Bentuk simetris kiri dan kanan, pergerakan bebas, kekuatan otot

4/4

- Ekstremitas Bawah

Bentuk simetris kiri dan kanan, pergerakan bebas, kekuatan otot

4/4

8) Sistem integumen

Warna rambut hitam, penyebaran merata, bersih, tidak mudah rontok,

tidak ada nyeri tekan, tidak ada udema, kuku bersih, suhu 37,5o c.

9) Sistem endokrin

Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, ginjal tidak teraba.

10) Sistem perkemihan

Tidak teraba adanya pembesaran ginjal, tidak ada distensi kandung

kemih.

d. Aktivitas Sehari-Hari

1) Nutrisi

Pola makan teratur, frekuensi makan 3 kali sehari, tidak ada makanan

pantang.

2) Cairan

Klien mengonsumsi air putih sebanyak 5 – 6 gelas/hari.

3) Eliminasi ( BAB & BAK )

BAB 1-2X/hari dan BAK tidak menentu.

4) Istirahat Tidur

Klien cepat tidur dan rutin.

5) Olahraga

Klien sering main bola tapi sejak sakit klien belum berolahraga lagi.

6) Rokok / alkohol dan obat-obatan

Klien tidak merokok dan mengonsumi alkohol atau obat – obat

terlarang lainya.

7) Personal hygiene

30

Page 31: kmb fix

Klien mandi teratur 2x sehari, gosok gigi setiap kali mandi dan

keramas 3 kali seminggu.

e. Data psikososial

- Klien hidup rukun dengan sesama anggota masyarakat di

lingkunganya dan saling membutuhkan satu sama yang lain.

f. Data psikologis

Klien tampak cemas dan gelisah. Klien sering menanyakan tentang

penyakitnya.

g. Data spritual

Klien beragama Islam dan taat beribadah.

2. Pengelompokan data

Data subyektif :

- Klien mengatakan susah membaca huruf pada jarak dekat

- Klien mengatakan apabila lama membaca dia sering pusing dan sakit

kepala.

- Klien sering menanyakan tentang penyakitnya.

Data obyektif :

- Klien tampak cemas dan gelisah

- Gangguan nervus II (Optikus)

- Kesulitan membaca huruf pada jarak dekat

- Menjauhkan bacaan pada saat membaca

- Fungsi penglihatan menurun pada jarak dekat

- Skala nyeri 3 (0-5)

3. Analisa data

31

Page 32: kmb fix

32

No Problem Etilogi Simpton

1 2 3 4

1. Nyeri Tidak bisa melihat pada

jarak dekat

Lensa berakomodasi

terus menerus

Kelelahan otot-otot

penggerak lensa

Nyeri

Ds :

- Klien mengatakan apabila

lama membaca dia sering

pusing dan sakit kepala.

Do :

- Skala nyeri 3 (0-5)

- Ekspresi wajah tampak

meringis

2 Gangguan

persepsi

sensori :

penglihatan

Adanya faktor

penyebap

(Sumbu utama bola

mata yang terlalu

pendek, daya

pembiasan bola mata

yang terlalu lemah,

kelengkungan kornea

dan lensa tidak adekuat

perubahan posisi lensa)

Penurunan retraksi

lensa

Cahaya masuk yang

melewati lensa jatuh

dibelakang retina

Tidak bisa melihat

dekat

Penurunan penglihatan

Ds :

- Klien mengatakan susah

membaca huruf pada jarak

dekat

Do :

- Kerusakan nervus II

(Optikus)

- Kesulitan mebaca tulisan

- Menjauhkan bacaan pada

saat membaca

- Fungsi penglihatan

menurun pada jarak dekat

Page 33: kmb fix

4. Prioritas masalah

33

Page 34: kmb fix

a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kelelahan otot – otot

penggerak lensa

b. Gangguan persepsi sensori : penglihatan berhubungan dengan penurunan

retraksi lensa

c. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

B. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kelelahan otot – otot

penggerak lensa yang ditandai dengan :

Ds :

- Klien mengatakan apabila lama membaca dia sering pusing dan sakit kepala

Do :

- Skala nyeri 3 (0-5)

- Ekspresi wajah tampak meringis.

2. Gangguan persepsi sensori : Penglihatan berhubungan dengan penurunan retraksi

lensa yang ditandai dengan :

Ds :

- Klien mengatakan susah membaca huruf pada jarak dekat

Do :

- Kerusakan nervus II (Optikus)

- Kesulitan mebaca tulisan

- Menjauhkan bacaan pada saat membaca

- Fungsi penglihatan menurun pada jarak dekat

3. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan yang ditandai dengan :

Ds :

- Klien sering menanyakan tentang penyakitnya

Do :

- Klien tampak cemas dan gelisah

C. Perencanan

34

Page 35: kmb fix

No. DX Tujuan Intervensi Rasional

1. 1 Tupan :

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama satu minggu,

Kelelahan otot – otot penggerak

lensa berkurang.

Tupen :

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama tiga hari, nyeri

berangsur-angsur berkurang dengan

criteria :

- Klien mengatakan nyeri

berkurang

- Ekspresi wajah tenang

- Nyeri skala 2 (0-5)

1. Observasi keadaan, intensitas

nyeri dan tanda-tanda vital

2. Ajarkan Klien untuk mengalihkan

suasana dengan melakukan

metode relaksasi saat nyeri yang

teramat sangat muncul, relaksasi

yang seperti menarik nafas

panjang.

3. Kolaborasi dengan dokter dalam

pemberian analgesic

4. Kolaborasi untuk pemeriksaan

kemampuan otot - otot penggerak

lensa.

1. Dapat membantu dalam menentukan intervensi

selanjutnya

2. Metode pengalihan suasana dengan melakukan

relaksasi bisa mengurangi nyeri yang diderita

klien.

3. Analgesik merupakan pereda nyeri yang efektif

pada pasien untuk mengurangi sensasi nyeri dari

dalam.

4. Penyebap nyeri adalah kelelahan otot – otot

penggerak lensa, dengan mengetahui

kemampuanya dapat menentukan tindakan

selanjutnya.

2 2 Tupan :

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama satu minggu,

penggunaan retraksi lensa dapat

dimaksimalkan

Tupen :

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama tiga hari, sedikit

demi sedikit gangguan penglihatan

klien teratasi, dengan kriteria :

- Klien bisa membaca lagi

- Penglihatan Jelas

1.Kaji kemampuan penglihatan dan

jarak pandang klien

2.Anjurkan klien untuk tidak

membaca terlalu lama

3.Berikan penerangan yang cukup

4.Kolaborasi untuk penggunaan

alat bantu penglihatan seperti

kacamata

1. Dapat membantu untuk menentukan intervensi

selanjutnya.

2. Membaca terlalu lama dapat menyakiti mata

3. Membantu memperjelas objek

4. Kacamata membantu memfokuskan bayangan

obyek agar tepat jatuh di retina

3 3 Tupan :

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama dua hari, status

kesehatan klien meningkat

Tupen :

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama satu hari,

ansietas berangsur-angsur berkurang

dengan criteria :

- Klien dapat mengerti tentang

penyakit yang dideritanya.

- Wajah klien tampak tenang

- Klien tidak gelisah

1. Observasi tingkat kecemasan

klien

2. Dengarkan dengan cermat apa

yang di katakan klien tentang

penyakit dan tindakanya.

3. Berikan penyuluhan tentang

penyakit klien

1. Dapat membantu dalam menentukan intervensi

selanjutnya

2. Mendengar memungkinkan deteksi dan koreksi

mengenai kesalahpahaman dan kesalahan

informasi.

3. Menambah pengetahuan klien tentang penyakit

yang dideritanya

D. Implementasi dan EvaluasiNo.

Hari/

No. Jam Implementasi Paraf Hari/ Evaluasi

35

Page 36: kmb fix

Tgl Dx Tgl

1 2 3 4 5 6 7 8

1 1 1. Mengobservasi keadaan, intensitas nyeri dan tanda-tanda vital

Hasil : Skala nyeri 3 (0-5)2. Mengajarkan Klien untuk

mengalihkan suasana dengan melakukan metode relaksasi saat nyeri yang teramat sangat muncul, relaksasi yang seperti menarik nafas panjang.

Hasil : Klien mau melakukan saat nyeri datang

3. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesic

Hasil : Paracetamol 500 mg 3 kali satu hari

4. Kolaborasi dalam pemeriksaan kemampuan otot - otot penggerak lensa.

S :- Klien mengatakan

nyeri agak berkurangO :- Ekspresi wajah tenang- Nyeri skala 3 (0-5)A :- Masalah belum teratasi

tetapi ada kemajuanP :- Lanjutkan semua

intervensi 1,2,3, ,5

2 2 1. Mengkaji kemampuan penglihatan dan jarak pandang klien

Hasil : klien tidak bisa membaca pada jarak dekat.

2. Menganjurkan klien untuk tidak membaca terlalu lama

Hasil : Klien mengerti3. Memberikan penerangan

yang cukup Hasi: menyediakan lampu

khusus untuk klien membaca

4. Berkolaborasi untuk penggunaan alat bantu penglihatan seperti kacamata

Hasil : kacamata lensa Positif

S :- Klien mengatakan bisa

membaca dari jarak dekat saat memakai kacamata

O :- Bisa membaca pada

jarak dekat setelah memakai kacamata

A :- Masalah teratasiP :- Hentikan intervensi

3 3 1. Mengobservasi tingkat kecemasan klien

Hasil : Cemas ringan2. Mendengarkan dengan

cermat apa yang di katakan klien tentang penyakit dan tindakanya.

Hasil : Klien bercerita tentang

penyakitnya3. Memberikan penyuluhan

S :- Klien mengatakan

sudah mengerti tentang penyakit yang dideritanya

O :- Tidak gelisah- Ekspresi wajah tenangA :- Masalah teratasiP :- Hentikan intervensi

36

Page 37: kmb fix

tentang penyakit klien Hasil : Klien mengerti

dengan keadaanya dan mau menerima

C. KATARAK

1. Pengertian

Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. Biasanya terjadi

akibat proses penuaan tapi dapat timbul pada saat kelahiran (katarak kongenital).

(brunner & suddarth .2001, keperawatan medikal bedah vol.3, EGC. Jakarta).

Katarak adalah penurunan progresif kerjernihan lensa. Lensa menjadi keruh, atau

berwarna putih abu-abu, dan ketajaman penglihatan berkurang. (Elizabeth J.

corwin.2000, buku saku patofisiologi, EGC. Jakarta).

Katarak adalah kekeruhan (bayangan seperti awan) pada lensa tanpa nyeri yang

berangsur-angsur penglihatan kabur dan akhirnya tidak dapat menerima cahaya.

(Barbara C. long. 1996, perawatan medikal bedah vol.2, Yayasan Alumni

Keperawatan. Bandung).

Katarak adalah keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa

di dalam kapsul lensa. (sidarta ilyas, 1998)

Katarak adalah suatu bagian yang kabur dan keruh pada lensa mata, yang

disebabkan oleh menebalnya zat-zat protein di dalam lensa itu sendiri. (Clifford

R. 1982. Petunjuk Modern Kepada Kesehatan. IPH. Bandung)

Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah gambaran

yang diproyeksi pada retina dan merupakan penyebab umum kehilangan

pandangan secara bertahap. (Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata/Indrian

N. Istiqomah. Jakarta. EGC. 2004)

Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa beberapa abad yang

lalu apabila pengurangan visus diperkirakan oleh suatu tabir (layar) yang

diturunkan di dalam mata, agak seperti melihat air terjun. (Perawatan Mata. Vera

H. Darling, Margaret R. Thorpe).

Katarak (pasca operasi) adalah terjadinya opasitas progresif pada lensa atau

kapsul lensa, umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang

lebih dari 65 tahun. (Rencana Asuhan Keperawatan,M.E.Doenges.

Jakarta.EGC.1999)

37

Page 38: kmb fix

2. Etiologi

Penyebab katarak meliputi        :

Degeneratif (ketuaan), biasanya dijumpai pada katarak senilis dikarenakan proses

degenerasi atau kemunduran serat lensa karena proses penuaan dan kemungkinan

besar menjadi menurun penglihatanya.

Trauma, contohnya terjadi pada katarak traumatika, seperti trauma tembus pada

mata yang disebabkan oleh benda tajam/tumpul, radiasi (terpapar oleh sinar –X

atau benda-benda radioaktif).

Penyakit mata lain, seperti uveitis.

Penyakit sistemik (diabetes militus), contohnya terjadi pada katarak diabetika

dikarenakan gangguan metabolisme tubuh secara umum dan retina sehingga

mengakibatkan kelainan retina dan pembuluh-pembuluh darahnya. Diabetes akan

mengakibatkan kelainan dan kerusakan pada retina.

Defek kongenital, salah satu kelainan heriditer sebagai akibat infeksi virus

prenatal) dan katarak developmental terjadi pada tahun-tahun awal kehidupan

sebagai akibat dari defek kongenital. Kedua bentuk ini mungkin disebabkan oleh

faktor herediter, toksis, nutrisional, atau proses peradangan.

3. Klasifikasi

Macam-macam katarak :

38

Page 39: kmb fix

a. Katarak senile

Katarak senil adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut,

yaitu usia di atas 50 tahun. Pada katarak senil akan terjadi degenerasi lensa secara

perlahan-lahan. Tajam penglihatan akan menurun secara berangsur-angsur  hingga

tinggal proyeksi sinar saja. Katarak senil merupakan katarak yang terjadi akibat

terjadinya degenerasi serat lensa karena proses penuaan.

Katarak senil dapat terbagi dalam berberapa stadium :

Katarak insipiens, dimana mulai timbul katarak akibat proses degenerasi lensa.

Kekeruhan lensa berbentuk bercak-bercak kekeruhan yang tidak teratur. Pasien

akan mengeluh gangguan penglihatan seperti melihat ganda dengan satu

matanya. Pada stadium ini proses degenerasi belum menyerap cairan mata ke

dalam lensa sehingga akan terlihat bilik mata depan dengan kedalaman yang

normal, iris dalam posisi biasa disertai dengan kekeruhan ringan pada lensa.

Tajam penglihatan pasien belum terganggu.

Katarak imatur, dimana pada stadium ini lensa yang degeneratif mulai

terserap cairan mata ke dalam lensa sehingga lensa menjadi cembung. Terjadi

pembengkakan lensa yang disebut sebagai katarak intumesen. Pada katarak

imatur maka penglihatannya mulai berangsur-angsur menjadi berkurang, hal ini

diakibatkan media penglihatan tertutup oleh kekeruhan lensa yang menebal.

Katarak matur, merupakan proses degenarasi lanjut lensa. Terjadi kekeruhan

seluruh lensa. Tekanan cairan di dalam lensa sudah keadaan seimbang dengan

cairan dalam mata sehingga ukuran lensa akan menjadi normal kembali. Tajam

penglihatan sangat menurun dan dapat hanya tinggal proyeksi saja.

Katarak hipermatur, dimana pada stadium ini terjadi proses degenerasi lanjut

lensa  dan korteks lensa dapat mencair sehingga nukleus lensa tenggelam di

dalam korteks lensa ( katarak morgagni). Pada stadium ini terjadi juga

degenerasi kapsul lensa sehingga bahan lensa ataupun korteks lensa yang cair

keluar dan masuk ke dalam bilik mata depan. Pada stadium hipermatur akan

terlihat lensa yang lebih kecil dari pada normal, yang akan mengakibatkan iris

trimulans, dan bilik mata depan terbuka.

Perbedaan stadium katarak senile

39

Page 40: kmb fix

Insipien Imatur Matur Hipermatur

Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif

Cairan lensa Normal Bertambah Normal Berkurang

Iris Normal Terdorong Normal Tremulans ( )

Bilik mata

depan

Normal Dangkal Normal Dalam

Sudut bilik

mata

Normal Sempit Normal Terbuka

Shadow test Negatif Positif Negatif Pseudo positif

Penyulit - Glaukoma - Uveitis, glaukoma

b. Katarak congenital

Katarak kongenital merupakan kekeruhan lensa yang didapatkan sejak

lahir, dan terjadi akibat gangguan perkembangan embrio intrauterin. Katarak

kongenital yang terjagi sejak perkembangan serat lensa terlihat segera setelah

bayi lahir sampai usia 1 tahun. Katarak ini terjadi karena gangguan metabolisme

serat-serat lensa pada saat pembentukan serat lensa akibat gangguan

metabolisme jaringan lensa pada saat bayi masih di dalam kandungan. Pada bayi

dengan katarak kongenital akan terlihat bercak putih di depan pupil yang

disebut sebagai leukokoria (pupil berwarna putih). Setiap bayi dengan lekokoria

sebaiknya difikirkan diagnosis bandingan seperti retinoblastoma, endoftalmitis,

fibroplasi retroletal, hiperplastik viterus primer, dan miopia tinggi disamping

katarak sendiri.

Beberapa macam jenis katarak kongenital :

40

Page 41: kmb fix

Katarak lamelar atau zonular

Bila pada permulaan perkembangan serat lensa normal dan kemudian

terjadi gangguan perkembangan serat lensa. Biasanya perkembangan serat

lensa selanjutnya normal kembali sehingga nyata terlihat adanya gangguan

perkembangan serta  lensa pada satu lamel daripada perkembangan lensa

tersebut. Katarak lamelar bersifat herediter yang diturunkan secara dominan

dan biasanya bilateral. Tindakan pengobatan atau pembedahan dilakukan bila

fundus okuli tidak tampak pada pemeriksaan funduskopi.

Katarak polaris posterior

Katarak polaris posterior ini terjadi akibat arteri hialoid yang menetap

(persisten) pada saat tidak dibutuhakan lagi oleh lensa untuk

metabolismenya. Ibu dan bayi akan melihat adanya leukokoria pada mata

tersebut. Pada pemeriksaan akan terlihat kekeruhan di dataran belakang

lensa. Bila dilakukan pemeriksaan funduskopi akan terlihat serat sisa arteri

hialoid yang menghubungkan lensa bagian belakang dengan papil saraf optik.

Adanya arteri hialoid yang menetap ini dapt dilihat dengan pemeriksaan

ultrasonografi. Bila fundus okuli masih terlihat, maka perlu tindakan bedah

pada katarak polar posterior ini karena tidak akan terjadi ambilopia

eksanopsia. Bila fudus okuli tidak tampak, maka dialakukan tindakan bedah

iridektomi optik atau bila mungkin dilakukan lesenktomi. Ekstrasi linear

ataupun disisio lentis merupakan kontra indikasi karena akan terjadi tarikan

arteri hialoid dengan papil yang dapat mengakibatkan ablasi retina.

Katarak polaris anterior

Katarak polaris arterior atau piramidalis arterior akibat gangguan

perkembangan lensa pada saat mulai terbentuknya plakoda lensa. Pada saat

ibu dengan kehamilan kurang dari 3 bulan mendapat infeksi virus, maka

amnionya akan mengandung virus. Plakoda lensa akan mendapat infeksi

virus hingga rubela masuk ke dalam vesikel akan menjadi lensa. Gambaran

klinis akan terjadi ialah adanya keluhan ibu karena anaknya mempunyai

leukokoria. Pada pemeriksaan subjektif akan terlihat kekeruhan pada kornea

dan terdapatnaya fibrosis di dalam bilik mata depan yang menghubungkan

kekeruhan kornea dengan lensa yang keruh. Kekeruhan yang terlihat pada

41

Page 42: kmb fix

lensa terletak di polus anterior lensa dalam bentuk piramid dengan puncak di

dalam bilik mata depan. Kekeruhan lensa pada katarak polar anterior ini tidak

progresif. Pengobatan dilakukan bila kekeruhan mengakibatkan tidak

terlihatnya fundus bayi tersebut. Tindakan bedah yang dilakukan adalah

disisio lentis atau suatu ekstraksi linear.

Katarak sentral

Katarak sentral merupakan katarak halus yang terlihat pada bagian

nukleus embrional. Katarak ini terdapat 80% orang normal dan tidak

menggangu tajam penglihatan. Pengobatan tidak dilakukan pada katarak

sentral karena tidak menggangu tajam penglihatan dan fundus okuli dapat

dilihat dengan mudah.

c. Katarak Traumatic

Katarak traumatik adalah katarak yang terjadi akibat trauma lensa mata,

serta robekan pada kapsul sebagai akibat dari benda tajam. Apabila terjadi

lubang yang besar pada kapsul lensa, maka humor akuosus akan masuk ke

dalam lensa dan menyebabkan penyerapan lensa, serta menyebabkan uveitis.

d. Katarak juvenil

Katarak juventil adalah katarak yang terlihat setelah usia 1 tahun dapat terjadi

karena:

Lanjutan katarak kongenital yang makin nyata.

Penyulit penyakit lain, katarak komplikata, yang dapat terjadi akibat :

Penyakit lokal pada satu mata,seperti akibat uveitis anterior, glaukoma,

ablasi retiana, miopia tinggi, ftsis bulbi, yang mengenai satu mata.

Penyakit sistemik, seperti diabetes, hipoparatiroid, dan miotonia

distrofi,yang mengenai kedua mata akibat trauma tumpul ataupun tajam

Biasanya katarak juvenil ini merupakan katarak yang didapat dan

banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor.

e. Katarak komplikata

42

Page 43: kmb fix

Katarak komplikata terjadi akibat gangguan keseimbangan susunan sel

lensa faktor fisik atau kimiawi sehingga terjadi gangguan kejernihan lensa.

Katarak komplikata dapat terjadi akibat iridosiklitis, miopia tinggi, abalasi

retina dan glaukoma. Katarak komplikata dapat terjadi akibat kelainan sistemik

yang akan mengenai kedua mata atau kelainan lokal yang akan mengenai satu

mata.

f. Katarak diabetika

Katarak diabetika adalah katarak yang disebabkan oleh penyakit diabetes.

4. Patofisiologi

Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih(bening),

transparan, berbentuk seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar.

Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di

ferifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan

posterior. Dengan bertambahnya usia, nukeus mengalami perubahan warna menjadi

cokelat kekuningan. Di sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan

posterior nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang

paling bermakna nampak seperti kristal salju pada jendela.

Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi.

Perubahan pada serabut halus multipel (zunula) yang memanjang dari badan silier ke

daerah di luar lensa,misalnya,dapat menyebabkan penglihatan mengalami distorsi.

Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga

mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu

teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influks air ke

dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan menggangu

transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam

melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dan tidak ada pada

pasien yang menderita katarak. Katarak biasanya terjadi bilateral, namun menpunyai

kecepatan yang berbeda. Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemis,

seperti diabetes, namun sebenarnya merupakan proses penuaan yang normal.

Kebanyakan katarak berkembang secara kronik dan matang ketika seseorang

memasuki dekade ketujuh. Katarak dapat bersifat kongenital dan harus

diidentifikasikan awal, karena bila tidak terdiagnosa dapat menyebabkan ambliopia

43

Page 44: kmb fix

dan kehilangan penglihatan permanen. Faktor yang paling sering menyebabkan

terjadinya katarak meliputi sinar UV B,obat-obatan,alkohol,merokok,diabetes,dan

asupan vitamin antioksi dan yang kurang dalam waktu yang lama.

5. Operasi Katarak

Ada beberapa jenis operasi yang dapat dilakukan, yaitu:

a. ICCE ( Intra Capsular Cataract Extraction)

Yaitu dengan mengangkat semua lensa termasuk kapsulnya. Sampai akhir tahun

1960 hanya itulah teknik operasi yg tersedia.

b. ECCE (Ekstra Capsular Cataract Extraction) terdiri dari 2 macam yakni :

Standar ECCE atau planned ECCE dilakukan dengan mengeluarkan lensa

secara manual setelah membuka kapsul lensa. Tentu saja dibutuhkan sayatan

yang lebar sehingga penyembuhan lebih lama.

Fekoemulsifikasi (Phaco Emulsification). Bentuk ECCE yang terbaru

dimana menggunakan getaran ultrasonic untuk menghancurkan nucleus

sehingga material nucleus dan kortek dapat diaspirasi melalui insisi ± 3 mm.

Operasi katarak ini dijalankan dengan cukup dengan bius lokal atau

menggunakan tetes mata anti nyeri pada kornea (selaput bening mata), dan

bahkan tanpa menjalani rawat inap. Sayatan sangat minimal, sekitar 2,7 mm.

Lensa mata yang keruh dihancurkan (Emulsifikasi) kemudian disedot (fakum)

dan diganti dengan lensa buatan yang telah diukur kekuatan lensanya dan

ditanam secara permanen. Teknik bedah katarak dengan sayatan kecil ini

hanya memerlukan waktu 10 menit disertai waktu pemulihan yang lebih cepat.

Pascaoperasi pasien diberikan tetes mata steroid dan antibiotik jangka

pendek. Kacamata baru dapat diresepkan setelah beberapa minggu, ketika

bekas insisi telah sembuh. Rehabilitasi visual dan peresepan kacamata baru

dapat dilakukan lebih cepat dengan metode fakoemulsifikasi. Karena pasien

tidak dapat berakomodasi maka pasien akan membutuhkan kacamata untuk

pekerjaan jarak dekat meski tidak dibutuhkan kacamata untuk jarak jauh. Saat

ini digunakan lensa intraokular multifokal. Lensa intraokular yang dapat

berakomodasi sedang dalam tahap pengembangan

44

Page 45: kmb fix

Apabila tidak terjadi gangguan pada kornea, retina, saraf mata atau

masalah mata lainnya, tingkat keberhasilan dari operasi katarak cukup tinggi,

yaitu mencapai 95%, dan kasus komplikasi saat maupun pasca operasi juga

sangat jarang terjadi. Kapsul/selaput dimana lensa intra okular terpasang pada

mata orang yang pernah menjalani operasi katarak dapat menjadi keruh. Untuk

itu perlu terapi laser untuk membuka kapsul yang keruh tersebut agar

penglihatan dapat kembali menjadi jelas.

6. Pencegahan

Perawat sebagai anggota penting tim perawatan  kesehatan, dan sebagai

pendidik dan praktiksi kebiasaan kesehatan yang baik, dapat memberikan pendidikan

dalam hal asuhan mata, keamanan mata, dan pencegahan penyakit mata. Perawat

dapat mencegah membantu orang belajar bagaimana mencegah kontaminasi silang 

atau penyebaran penyakit infeksi kepada orang lain melalui praktek higiene yang baik.

Perawat dapat mendorong pasien melakukan pemeriksaan berkala dan dapat

merekomendasikan cara mencegah cedera mata.

Kapan dan seringnya mata seseorang harus diperiksa tergantung pada usia

pasien, faktor resiko terhadap penyakit dan gejala orkuler. Orang yang mengalami

gejala orkuler harus segera menjalani pemeriksaan mata. Mereka yang tidak

mengalami gejala tetapi yang berisiko mengalami penyakit mata orkuler harus

menjalani pemeriksaan mata berkala. Pasien yang menggunakan obat yang dapat

mempengaruhi mata, seperti kortekosteroid, hidrokksikloroquin sulfat, tioridasin HCI,

atau amiodarone, harus diperiksa secara teratur. Yang lainya harus menjalani evaluasi

glaukoma rutin pada usia 35 dan reevaluasi berkala setiap 2 sampai 5 tahun.

7. Komplikasi

Ambliopia sensori, penyakit yang terjadi berupa : visus tidak akan mencapai

5/5. Komplikasi yang terjadi : nistagmus dan strabismus dan bila katarak dibiarkan

maka akan mengganggu penglihatan dan akan menimbulkan komplikasi berupa

glukoma dan uveitis.

8. Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

45

Page 46: kmb fix

Anamnesa

Anamnesa yang dapat dilakukan pada klien dengan katarak adalah :

Identitas / Data demografi

Berisi nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan yang sering terpapar

sinar matahari secara langsung, tempat tinggal sebagai gambaran kondisi

lingkungan dan keluarga,  dan keterangan lain mengenai identitas pasien.

Riwayat penyakit sekarang

Keluhan utama pasien katarak biasanya antara lain :

o Penurunan ketajaman penglihatan secara progresif (gejala utama

katarak)

o Mata tidak merasa sakit, gatal atau merah

o Berkabut, berasap, penglihatan tertutup film

o Perubahan daya lihat warna

o Gangguan mengendarai kendaraan malam hari, lampu besar sangat

menyilaukan mata

o Lampu dan matahari sangat mengganggu

o Sering meminta ganti resep kaca mata

o Lihat ganda

o Baik melihat dekat pada pasien rabun dekat ( hipermetropia)

o Gejala lain juga dapat terjadi pada kelainan mata lain

Riwayat penyakit dahulu

Adanya riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh pasien seperti

o DM

o hipertensi

o pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolic lainnya

memicu resiko katarak.

o Kaji gangguan vasomotor seperti peningkatan tekanan vena,

o ketidakseimbangan endokrin dan diabetes, serta riwayat terpajan pada

radiasi, steroid / toksisitas fenotiazin.

46

Page 47: kmb fix

o Kaji riwayat alergi

Riwayat Kesehatan Keluarga

Apakah ada riwayat diabetes atau gangguan sistem vaskuler, kaji riwayat

stress.

Pemeriksaan Fisik

Inspeksi

Dalam inspeksi, bagian-bagian mata yang perlu di amati adalah dengan

melihat lensa mata melalui senter tangan (penlight), kaca pembesar, slit lamp,

dan oftalmoskop sebaiknya dengan pupil berdilatasi. Dengan penyinaran

miring ( 45 derajat dari poros mata) dapat dinilai kekeruhan lensa dengan

mengamati lebar pinggir iris pada lensa yang keruh ( iris shadow ). Bila letak

bayangan jauh dan besar berarti kataraknya imatur, sedang bayangan kecil dan

dekat dengan pupil terjadi pada katarak matur

b. Data Dasar Pengkajian

Aktifitas/istirahat

Gejala : perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan

penglihatan

Makanan/cairan

Gejala : muntah/mual (glaukoma akut).

Neurosensori

Gejala : gangguan penglihatan (kabur/tak jelas), sinar terang

menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer,

kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/ merasa di ruang gelap

(katarak). Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/ pelangi

sekitar sinar, kehilangan penglihatan perifer, fotopobia (glaukoma akut).

Perubahan kacamata/ pengobatan tidak memperbaiki penglihatan.

47

Page 48: kmb fix

Tanda : tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak). Pupil

menyempit dan merah/mata keras dengan kornea berawan (glaukoma

darurat). Peningkatan air mata.

Nyeri/ketidaknyamanan

Gejala : ketidaknyamanan ringan/ mata berair (glaukoma kronis). Nyeri tiba-

tiba/ berat menetap atau tekanan pada sekitar mata,sakit kepala (glaukoma

akut).

Penyuluhan/ pembelajaran

Gejala : Riwayat keluarga glaukoma, diabetes, gangguan sistem vaskuler.

Riwayat stres, alergi, gangguan vasomotor,(contoh peningkatan tekanan vena),

ketidakseimbangan endokrin, diabetes (glaukoma). Terpajan pada radiasi,

steroid/toksisitas fenotiazin.

c. Diagnosa Keperawatan

1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan visus

2. Infeksi resiko tinggi terhadap prosedur invasive

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan peningkatan TIO

4. Perubahan sensori perseptual (visual) yang berhubungan dengan kekeruhan

pada lensa mata.

5. Ansietas berdasarkan kehilangan penglihatan

6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan perawatan/pengobatan

7. Ketakutan atau ansietas yang berhubungan dengan kerusakan sensori dan

kurangnya pemahaman mengenai perawatan pascaoperatif, pemberian obat.

8. Resiko terhadap cedera dan yang berhubugan dengan kerusakan penglihatan

atau kurang pengetahuan.

d. Intervensi

Diagnosa 1

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan visus

Tujuan : menunjukkan perubahan prilaku pola hidup untuk menurunkan faktor

resiko dan untuk melindungi diri dari cedera.

48

Page 49: kmb fix

Intervensi :

1. Diskusi tentang pembatasan aktivitas

2. Ambulasi dengan bantuan berikan kamar mandi khusus

3. Dorong nafas dalam bentuk untuk bersihan paru

4. Anjurkan menggunakan teknik manajemen stres, contoh bimbingan imajinasi,

visualisasi, nafas dalam dan latihan relaksasi

5. Pertahankan perlindungan mata sesuai indikasi

6. Berikan obat sesuai indikasi antiemetic

Diagnosa 2

Infeksi resiko tinggi terhadap prosedur invasive

Tujuan : menunjukkan perubahan prilaku pola hidup dan meningkatkan

penyembuhan luka tepat waktu, bebas drainase purulen, eritema, dan demam serta

mencegah/menurunkan resiko infeksi.

Intervensi :

Mandiri

1. Diskusikan pentingnya mencuci tangan sebelum menyentuh/mengobati mata

2. Gunakan/tunjukkan teknik yang tepat untuk membersihkan mata dari dalam ke

luar dengan tisu basah/bola kapas untuk tiap usapan, ganti balutan, dan

masukkan lensa kontak bila menggunakan.

3. Tekankan pentingnya tidak menyentuh/menggaruk mata yang dioperasi.

4. Observasi tanda terjadinya infeksi contoh kemerahan, kelopak bengkak,

drainase purulen. Identifikasi tindakan kewaspadaan bila terjadi ISK.

Kolaborasi

1. Berikan obat sesuai indikasi:

Antibiotik (topical, parenteral, atau subkonjungtival)

2. Steroid

3. Menurunkan jumlah bakteri pada tangan, mencegah area kontaminasi area

operasi

4. Teknik aseptic menurunkan resiko penyebaran bakteri dan kontaminasi silang

5. Mencegah kontaminasi dan kerusakan sisi operasi

49

Page 50: kmb fix

6. Infeksi mata terjadi 2-3 hari setelah prosedur dan memerlikan upaya

intervensi. Adanya ISK meningkatkan adanya resiko kontaminasi silang.

Diagnosa 3

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan peningkatan TIO

Tujuan : menyatakan pemahaman faktor yang terlibat kemungkinan cedera

Intervensi   

Mandiri

1. Diskusikan apa yang terjadi pada pasca operasi tentang nyeri pembatasan

aktivitas, penampilan, balutan mata

2. Beri pasien posisi bersandar, atau miring ke sisi yang tidak sakit sesuai

keinginan

3. Batasi aktivitas seperti menggerakkan kepala tiba-tiba, menggaruk mata,

membungkuk

4. Ambulasi dengan bantuan : berikan kamar mandi khusus bila sembuh dari

anestes

5. Dorong nafas dalam, batuk untuk bersih paru

6. Pertahankan perlindungan mata sesuai indikasi

7. Minta pasien untuk membedakan antara ketidaknyamanan dan nyeri mata

tajam tiba-tiba. Selidiki kegelisahan, disorientasi, gangguan balutan. Observasi

hipema (perdarahan pada mata) pada mata dengan senter sesuai indikasi.

8. Observasi pembengkakan luka, bilik anterior kempes, pupil berbentuk buah

pir.

Kolaborasi

1. Berikan antiemetik sesuai indikasi

2. Berikan analgesic

Diagnosa 4

Perubahan sensori perseptual (visual) yang berhubungan dengan kekeruhan pada

lensa mata.

Tujuan : klien akan mendemontrasikan peningkatan kemampuan untuk

memproses rangsangan visual dan mengomunikasikan pembatasan pandangan.

50

Page 51: kmb fix

Intervensi

1. Kaji dan dokumentasikan ketajaman penglihatan (visus) dasar

2. Dapatkan deskripsi fungsi tentang apa yang bisa dan tidak bisa dilihat oleh

klien

3. Adaptasikan lingkungan dengan kebutuhan  visual klien dengan cara

orientasikan klien pada lingkungan

4. Letakkan alat-alat yang sering digunakan dalam pandangan klien (seperti, tv

control, teko, tisu)

5. Berikan pencahayaan yang paling sesuai dengan klien

6. Cegah glare (sinar yang menyilaukan)

7. Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau kedua mata terlibat

8. Pendekatan dari sisi yang tak dioperasi, birara dan menyentuh sering

9. Orientasikan pasien terhadap lingkungan dan orang lain di areanya

10. Ingatkan pasien menggunakan kacamata katarak yang tujuannya memperbesar

kurang lebih 25%, penglihatan ferifer hilang. Dan buta titik mungkin ada

11. Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi mata, dimana dapat

terjadi bila menggunakan tetes mata

12. Letakkan barang yang dibutuhkan dalam jangkauan pada sisi yang tak

dioperasi

Diagnosa 5

Ansietas berdasarkan kehilangan penglihatan

Tujuan : tampak rileks dan melaporkan ansietas menurun sampai tingkat dapat

diatasi

Intervensi

1. Kaji tingkat ansietas derajat pengalaman nyeri/timbulnya secara tiba-tiba dan

pengetahuan kondisi saat ini

2. Dorong pasien untuk mengukur masalah dan mengekspresikan perasaan

3. Identifikasi sumber orang yang

Diagnosa 6

Kurang pengetahuan berhubungan dengan perawatan/pengobatan

51

Page 52: kmb fix

Tujuan : menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan pengobatan

Intervensi

1. Kaji informasi tentang kondisi individu, prognosis, tipe prosedur lensa

2. Informasikan pasien untuk menghindari tetes mata yang dijual bebas

3. Anjurkan pasien menghindari membaca, berkedip, mengangkat berat,

mengejan saat defekasi, membongkok pada panggul, meniup hidung,

penggunaan sprey, bedak bubuk, merokok

4. Tekankan kebutuhan untuk menggunakan kaca pelindung selama hari

pembedahan atau penutup padaa malam

5. Anjurkan pasien tidur telentang mengatur intensitas lampu dan menggunakan

kaca mata gelap bila keluar atau dalam ruangan terang, batuk dengan mulut

atau mata terbuka

Diagnosa 7

Ketakutan atau ansietas yang berhubungan dengan kerusakan sensori dan

kurangnya pemahaman mengenai perawatan pascaoperatif, pemberian obat.

Tujuan : menurunkan stress emosional, ketekutan dan depresi : penerimaan

pembedahan dan pemahaman instruksi.

Intervensi

1. Kaji derajat dan durasi gangguan visual. Dorong percakapan untuk mengetahui

keprihatinan pasien, perasaan, dan tingkat pemahaman. Jawab pertanyaaan,

memberi dukungan, membantu pasien melengkapi metode koping.

2. Orientasikan pasien pada lingkungan yang baru.

3. Jelaskan rutinitas perioperatif.

a. Preoperatif : tingkat aktivitas, pembatasan diet, obat-obatan.

b. Intraoperatif : pentingnya berbaring diam selama pembedahan atau

memberi peringatan kepada ahli bedah ketika terasa akan batuk atau

akan berganti posisi. Muka ditutup dengan kain, dan diberikan O₂. Suara

bising dan peralatan yang tak biasa. Pemantauan, termasuk pengukuran

tekanan darah yang sering.

52

Page 53: kmb fix

c. Pasca operasi : pemberian posisi,pembalutan, tingkat aktivitas ,

pentingnya bantuan untuk ambulasi  sampai stabil dan adekuat secara

visual.

4. Jelaskan intervensi sedetil-detinya ; perkenalkan diri anda pada setiap interaksi

; terjemahkan setiap suara asing; pergunakan sentuhan untuk membantu

komunikasi verbal.

5. Dorong untuk menjalankan kebiasaaan hidup sehari-hari bila mampu. Pesan

makanan yang bisa diamakan dengan tangan bagi mereka yang tak dapat

melihat dengan baik atau tak dapat melihat dengan baik atau tak mempunyai

keterampilan koping untuk menggunakan peralatan makan.

6. Dorong partisipasi keluarga atau  orang yang berarti dalam perawatan pasien.

7. Dorong partisipasi dalam aktivitas sosial dan pengalihan bila memungkinkan

(pengunjung, radio, rekaman audio, TV, kerajinan tangan permainan)

Diagnosa 8

Resiko terhadap cedera dan yag berhubugan dengan kerusakan penglihatan atau

kurang pengetahuan.

Tujuan : pencegahan cedera.

Intervensi

1. Bantu pasien ketika mampu melakukan ambulasi pasca operasi sampai stabil

dan mencapai penglihatan dan keterampilan koping yang memadai. Ingat

bahwa balutan bilateral menjadikan pasien tak dapat melihat, mengunakan

tekhnik bimbingan penglihatan.

2. Bantu pasien menata lingkungan. Jangan mengubah penataaan meja-kursi

tanpa pasien diorentasi terlebih dahulu.

3. Orientasikan pasien pada ruangan.

4. Bahas perlunya penggunaan perisai metal atau kaca mata bila diperintahkan.

5. Jangan memberikan tekanan pada mata yang terkena trauma.

6. Gunakan prosedur yang memadai ketika memberikan obat mata.

53

Page 54: kmb fix

D. GLAUKOMA

1. Pengertian Glaukoma

Istilah glaukoma merujuk pada kelompok penyakit yang berbeda dalam hal

patofisiologi, presentasi klinis, dan penanganannya.Glaukoma adalah salah satu jenis

penyakit mata dengan gejala yang tidak langsung, yang secara bertahap menyebabkan

penglihatan pandangan mata semakin lama akan semakin berkurang sehingga akhirnya

mata akan menjadi buta. Glaukoma didefinisikan sebagai peningkatan TIO secara

mendadak dan sangat tinggi akibat hambatan di anyaman trabekulum. Keadaan itu

merupakan suatu kedaruratan mata yang termasuk true emergency.

2. Klasifikasi Glaukoma

Glaukoma diklasifikasikan dalam 2 kelompok :

a. Primary open angle glaucoma (Glaukoma sudut terbuka)

Tipe ini merupakan yang paling umum/sering pada glaukoma dan terutama

terjadi pada orang lanjut usia (di atas 50 tahun). Penyebabnya adalah peningkatan

tekanan di dalam bola mata yang terjadi secara perlahan-lahan. Rata-rata tekanan

normal bola mata adalah 14 sampai 16 milimeter air raksa (mmHg). Tekanan

sampai 20 mmHg masih dalam batas normal. Tekanan di atas atau sama dengan 22

mmHg diperkirakan patut dicurigai menderita glaukoma dan memerlukan

pemeriksaan lebih lanjut. Tekanan bola mata yang meningkat dapat membahayakan

dan menghancurkan sel-sel daripada syaraf/nervus opticus di mata. Begitu

terjadinya kehancuran sejumlah sel-sel tersebut, suatu keadaan bintik buta (blind

spot) mulai terbentuk dalam suatu lapang pandangan. Bintik buta ini biasanya

dimulai dari daerah samping/tepi (perifer) atau daerah yang lebih luar dari satu

lapang pandangan. Pada tahap lebih lanjut, daerah yang lebih tengah/pusat akan

juga terpengaruh. Sekali kehilangan penglihatan terjadi, keadaan ini tidak dapat

kembali normal lagi (ireversibel). Tidak ada gejala-gejala yang nyata/berhubungan

dengan glaukoma sudut terbuka, karenanya sering tidak terdiagnosis. Para penderita

tidak merasakan adanya nyeri dan sering tidak menyadari bahwa penglihatannya

berangsur-angsur makin memburuk sampai tahap/stadium lanjut dari penyakitnya.

Terapi sangat dibutuhkan untuk mencegah berkembangnya penyakit glaukoma ini

54

Page 55: kmb fix

dan untuk mencegah pengrusakan lebih lanjut dari penglihatan.

Glaukoma sudut terbuka dibagi menjadi 3 macam :

1. Primer

Glaukoma sudut terbuka primer ditandai dengan atropi saraf optikkus dan

kapitasi mangkuk fisiologis dan defek lapang pandang yang khas. Glaukoma

sudut terbuka, tekanan normal ditandai dengan adanya perubahan meskipun TIO

masih dalam batas parameter normal.

2. Sekunder

Peningkatan TIO yang disebabkan oleh peningkatan tahanan aliran keluar

humor akueos melalui jaring-jaring traekuler, kanalis schlemm, dan sistem vena

efiskleral. Peningkatan tekanan tersebut dapat diakibatkan oleh penggunaan

kortikosteroid jangka waktu lama tumor intraokuler, uveitis.

3. Glaukoma tegangan normal

Glaukoma bertekanan normal adalah suatu keadaan dimana terjadi

kerusakan yang progresif terhadap syaraf/nervus opticus dan terjadi kehilangan

lapang pandangan meski tekanan di dalam bola matanya tetap normal. Tipe

glaukoma ini diperkirakan ada hubungannya, meski kecil, dengan kurangnya

sirkulasi darah di syaraf/nervus opticus, yang mana mengakibatkan kematian

dari sel-sel yang bertugas membawa impuls/rangsang tersebut dari retina

menuju ke otak. Sebagai tambahan, kerusakan yang terjadi karena hubungannya

dengan tekanan dalam bola mata juga bisa terjadi pada yang masih dalam batas

normal tinggi (high normal), jadi tekanan yang lebih rendah dari normal juga

seringkali dibutuhkan untuk mencegah hilangnya penglihatan yang lebih lanjut.

Glaukoma bertekanan normal ini paling sering terjadi pada orang-orang yang

memiliki riwayat penyakit pembuluh darah, orang Jepang atau pada wanita.

b. Angle closure glaucoma (Glaukoma sudut tertutup)

Glaukoma sudut tertutup paling sering terjadi pada orang keturunan Asia dan

orang-orang yang penglihatan jauhnya buruk, juga ada kecenderungan untuk

penyakit ini diturunkan di dalam keluarga, jadi bisa saja di dalam satu keluarga

anggotanya menderita penyakit ini. Pada orang dengan kecenderungan untuk

menderita glaukoma sudut tertutup ini, sudutnya lebih dangkal dari rata-rata

biasanya. Karena letak dari jaringan trabekular meshwork itu terletak di sudut yang

55

Page 56: kmb fix

terbentuk dimana kornea dan iris bertemu, makin dangkal sudut maka makin dekat

pula iris terhadap jaringan trabecular meshwork. Kemampuan dari cairan mata

untuk mengalir/melewati ruang antara iris dan lensa menjadi berkurang,

menyebabkan tekanan karena cairan ini terbentuk di belakang iris, selanjutnya

menjadikan sudut semakin dangkal. Jika tekanan menjadi lebih tinggi membuat iris

menghalangi jaringan trabecular meshwork, maka akan memblok aliran. Keadaan

ini bisa terjadi akut atau kronis. Pada yang akut, terjadi peningkatan yang tiba-tiba

tekanan dalam bola mata dan ini dapat terjadi dalam beberapa jam serta disertai

nyeri yang sangat pada mata. Mata menjadi merah, kornea membengkak dan

kusam, pandangan kabur, dsb. Keadaan ini merupakan suatu keadaan yang perlu

penanganan segera karena kerusakan terhadap syaraf opticus dapat terjadi dengan

cepat dan menyebabkan kerusakan penglihatan yang menetap.

Tidak semua penderita dengan glaukoma sudut tertutup akan mengalami gejala

serangan akut. Bahkan, sebagian dapat berkembang menjadi bentuk yang kronis.

Pada keadaan ini, iris secara bertahap akan menutup aliran, sehingga tidak ada

gejala yang nyata. Jika ini terjadi, maka akan terbentuk jaringan parut diantara iris

dan aliran, dan tekan dalam bola mata tidak meningkat sampai terdapat jumlah

jaringan parut yang banyak. Serangan akut bisa dicegah dengan memberikan

pengobatan.

Glaukoma sudut tertutup dibagi menjadi 2 :

Primer

Akibat defek anatomis yang menyebabkan pendangkalan kamera

anterior. Menyebabkan sudut pengaliran yang sempit pada perifer iris dan

trabekulum. Penderita glaukoma sudut tertutup primer sering tidak

mengalami masalah sama sekali dan tekanan intraokulernya normal kecuali

terjadi penutuan sudut yang sangat akut ketika iris berdilatasi.

Sekunder

Peningkatan tahanan aliran humor akueus disebabkann oleh penyumbatan

jaring-jaring trabekula oleh iris perifer, biasanya disebabkan oleh aliran

akueus setelah menderita penyakit atau pembedahan.

c. Glaucoma Kongenital :

Peningkatan tekanan didalam bola mata bayi yang baru lahir (biasanya pada

kedua mata).

56

Page 57: kmb fix

Galukoma akibat penyumbatan pengaliran keluar cairan mata oleh jaringan

sudut bilik mata yang terjadi oleh adanya kelainan congenital.

Glaucoma yang terjadi sejak lahir

Scele mengemukakan pembagian dalam :

Glaukoma infamtum

Yang dapat tampak pada waktu lahir atau pada umur 1-3 tahun dan

menyebabkan pembesaran pada bola mata, karen dengan elastisitasnya bola

mata membesar mengikuti meningginya tekanan intraokuler.

Glaukoma yuvenilis

Didapatkan pada anak yang lebih besar.

3. Etiologi

Penyebab dari glaukoma adalah sebagai berikut (Sidharta Ilyas, 2004)

a. Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan cilliary.

b. Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau dicelah

pupil.

Faktor-faktor resiko dari glaukoma adalah (Bahtiar Latif, 2009)

a. Umur

Resiko glaukoma bertambah tinggi dengan bertambahnya usia. Terdapat 2

% daripopulasi usia 40 tahun yang terkena glaukoma. Angka ini akan bertambah

dengan bertambahnya usia.

b. Riwayat anggota keluarga yang terkena glaukoma

Untuk glaukoma jenis tertentu, anggota keluarga penderita glaukoma

mempunyai resiko 6 kali lebih besar untuk terkena glaukoma. Resiko terbesar

adalah kakak adik kemudian hubungan orang tua dan anak-anak.

57

Page 58: kmb fix

c. Tekanan bola mata

Tekanan bola mata diatas 21 mmHg beresiko tinggi terkena glaukoma.

Meskipun untuk sebagian individu, tekanan bola mata yang lebih rendah sudah

dapat merusak saraf optik. Untuk mengukur tekanan bola mata dapat dilakukan

dirumah sakit mata atau pada dokter spesialis mata.

d. Obat-obatan

Pemakai steroid secara rutin misalnya pemakai obat tetes mata yang

mengandung steroid yang tidak dikontrol oleh dokter, obat inhaler untuk

penderita asthma, obat steroid untuk radang sendi, dan pemakai obat secara rutin

lainnya.

4. Patofisiologi

Glaukoma kongenital disebabkan adanya peningkatan tekanan di dalam bola

mata (intraokuler) yang disertai dengan kelainan struktur segmen depan bola mata.

Kelainan ini menyebabkan air mata terbendung dan mengakibatkan peninggian tekanan

bola mata. Selanjutnya peninggian tekanan bola mata menyebabkan iris bengkak dan

meradang, mengenai saraf optik yang menyebabkan gangguan penglihatan sehingga

terjadi perubahan sensori motorik. Selain itu, peninggian tekanan bola mata

menyebabkan kelainan kornea sehingga terjadi diameter kornea lebih besar, kornea

keruh dan pandangan kabur.

5. Gejala Klinis

Secara khusus gejala klinis glaukoma dibagi menjadi glaukoma yang akut dan kronis.

Gejala glaukoma akut :

Mata mendadak teras nyeri, merah, penglihatan terganggu bahkan sampai tidak

dapat melihat. Terkadang disertai mual, muntah dan dapat pula, melihat

gambaran pelangi sewaktu melihat bola lampu.

Glaukoma Kronis (kronis=lambat), mula-mula cairan akuos dapat berjalan lancar

akan tetapi semakin lama aliran akan melambat karena ada hambatan. Tekanan

bola mata akan meninggi perlahan-lahan sehingga tak ada gejala nyeri sama

sekali akan tetapi lapang pandang mata akan menyempit perlahan-lahan.

58

Page 59: kmb fix

6. Penatalaksanaan

Tujuan ini adalah untuk menurunkan TIO ke tingkat yang konsisten dengan

mempertahankan penglihatan. Penatalaksaan bisa berupa terapi obat, pembedahan laser,

pembedahan konvensional.

1. Farmakoterapi

Terapi obat merupakan penangan awal dan utama untuk glaukoma sudut terbuka

primer meskipun program ini dapat diganti terapi diteruskan seumur hidup. Bila

terapi ini gagal pilihan berikutnya adalah terabekuloplasti laser.

2. Glaukoma sudut tertutup akut

Dengan sumbatan pupil biasanya jarang merupakan kegawatan bedah. Obat

digunakan untuk mengurangi TIO sebanyak mungkin sebelum iridektomi laser

atau insisional.

3. Penangan glaukoma sekunder, ditangani dengan menghentikan pengobatan

kortikosteroid. Uveitis diterapi dengan bahan anti inflamasi.

7. Kontraindikasi pada pasien glaukoma :

a) Efek samping pada pemakaian obat topikal :

Pandangan kabur

Pandangan meremang khususnya menjelang malam dan kesulitan

memfokuskan pandangan, kadang frekuensi denyut jantung dan respirasi juga

terpengaruh.

b) Efek samping pada pemakaian obat sistemik :

adanya rasa kesemutan pada jari tangan dan jari kaki, pusing, kehilangan nafsu

makan, defekasi tidak teratur, kadang batu ginjal.

c) Jenis obat yang digunakan oleh glaukoma :

Antaginis beta-adenergik,bahan kolinergik, agonis adenergik, inhibitor

Anhidrase karbonat, diuretika Osmoltik.

8. Konsep Asuhan Keperawata Glaukoma

1. Pengkajian

a. Aktivitas / Istirahat :

Perubahan aktivitas biasanya / hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan

b. Neurosensori :

59

Page 60: kmb fix

Gangguan penglihatan (kabur/tidak jelas), sinar terang menyebabkan silau

dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja

dengan dekat/merasa di ruang gelap (katarak).

Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar sinar,

kehilangan penglihatan perifer, fotofobia(glaukoma akut). Perubahan

kacamata/pengobatan tidak memperbaiki penglihatan.

Tanda :

Papil menyempit dan merah/mata keras dengan kornea berawan. Peningkatan

air mata.

c. Nyeri / Kenyamanan :

nyeri disekitar mata, ekspresi wajah meringis

d. Integritas ego

Cemas akan keadaan penyakitnya, gelisah

e. Penyuluhan / Pembelajaran

Kurang pengetahuan tentang penyakit yang diderita, bingung

2. Pengelompokkan Data

Data subjektif

- Klien mengatakan penglihatannya kabur

- Klien mengatakan nyeri disekitar mata

- Klien mengatakan cemas akan keadaan penyakitnya

- Klien mengatakan kurang pengetahuan tentang penyakit yang dideritanya

Data objektif

- Mata merah

- Peningkatan air mata

- Ekspresi wajah meringis

- Gelisah

- Bingung bila ditanya tentang penyakitnya

60

Page 61: kmb fix

3. Analisa Data

No. Problem Etiologi Symptom

1. Nyeri Kalainan struktur segmen

dalam bola mata

Obstruksi aliran aqueous

humor

Air mata terbendung

Peninggian tekanan bola mata

Terjadi peradangan pada iris

Pembengkakan

Merangsang tubuh

mengeluarkan mediator kimia

(bradikinin, histamin, dan

prostaglandin)

Impuls dikirim ke thalamus

bagian korteks serebri

Nyeri dipersepsikan

Ds :

- Klien mengatakan nyeri

disekitar mata

Do :

- Ekspresi wajah meringis

- Mata merah

2. Gangguan Kalainan struktur segmen Ds :

61

Page 62: kmb fix

persepsi sensori :

penglihatan

dalam bola mata

Obstruksi aliran aqueous

humor

Air mata terbendung

Kornea keruh

Penglihatan kabur

Gangguan persepsi sensori :

penglihatan

- Klien mengatakan

penglihatannya kabur

Do :

- Peningkatan air mata

- Mata merah

3. Ansietas Kurang pengetahuan tentang

penyakit yang diderita

Stress psikologis

ansietas

Ds :

- Klien mengatakan kurang

pengetahuan tentang

penyakit yang dideritanya

Do :

- Gelisah

- Bingung bila ditanya

tentang penyakitnya

4. Prioritas Masalah

1) Nyeri

2) Gangguan persepsi sensori : penglihatan

3) Ansietas

62

Page 63: kmb fix

5. Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri berhubungan dengan adanya peradangan pada iris dan ditandai dengan :

Ds :

- Klien mengatakan nyeri disekitar mata

Do :

- Mata merah

- Ekspresi wajah meringis

2) Gangguan persepsi sensori : penglihatan berhubungan dengan penglihatan

kabur dan ditandai dengan :

Ds :

- Klien mengatakan penglihatannya kabur

Do :

- Peningkatan air mata

- Mata merah

3) Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit yang

dideritanya dan ditandai dengan :

Ds :

- Klien mengatakan kurang pengetahuan tentang penyakit yang

dideritanya

Do :

- Gelisah

- Bingung bila ditanya tentang penyakitnya

63

Page 64: kmb fix

6. Rencana Tindakan Keperawatan

64

Page 65: kmb fix

65

No. Diagnosa KeperawatanPerencanaan

RasionalTujuan Intervensi

1 2 3 4 5

1. Nyeri berhubungan dengan adanya peradangan pada iris dan ditandai dengan :

DS :

Klien mengatakan nyeri disekitar mata

DO :

Mata merah

Ekspresi wajah meringis

Tupan :

Setelah di berikan tindakan keperawatan selama ±.... hari nyeri klien menghilang

Tupen :

Setelah di berikan tindakan keperawatan selama ±..... jam nyeri klien berkurang, dengan kriteria :

- Nyeri menghilang dengan skala ( 0-5 )

- Ekspresi wajah rileks

- Klien tampak tenang

1. Observasi nyeri, perhatikan lokasi, karakteristik dan intensitas.

2. Ajarkan penggunaan tehnik distraksi dan relaksasi.

3. Kolaborasi :beri analgetik sesuai anjuran.

1. Membantu evaluasi derajat ketidaknyamanan dan keefektifan analgetik.

2. Menghilangkan perhatian dari rasa nyeri

3. Analgetik dapat mengurangi nyeri, meningkatkan kenyamanan dan istrahat.

2. Gangguan persepsi sensori : penglihatan berhubungan dengan penglihatan kabur dan ditandai dengan :

DS:

Klien mengatakan penglihatannya kabur

DO :

Peningkatan air mata

Mata merah

Tupan :

Setelah di berikan tindakan keperawatan selama ±.... hari, gangguan penglihatan teratasi

Tupen :

Setelah di berikan tindakan keperawatan selama ±..... gangguan penglihatan berangsur-angsur berkurang, dengan kriteria :

- Penglihatan jelas

3. Observasi derajat / tipe kehilangan penglihatan.

4. Anjurkan klien untuk mengekspresikan perasaan tentang kehilangan / kemungkinan kehilangan penglihatan.

5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat tetes mata.

3. Memudahkan dalam menentukan intervensi selanjutnya

4. ntervensi dini untuk mencegah kebutaan, klien menghadapi kemungkinan/mengalami kehilangan penglihatan sebagian atau total.

5. Mengurangi iritasi yang terjadi pada mata.

3. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit yang dideritanya dan ditandai dengan :

DS :

Klien mengatakan kurang pengetahuan tentang penyakit yang dideritany

Tupan :

Setelah di berikan tindakan keperawatan selama ±.... hari cemas teratasi.

Tupen :

Setelah di berikan tindakan keperawatan selama ±..... hari cemas berangsur-angsur berkurang, dengan kriteria :

1. Observasi tingkat kecemasan klien

2. Mengatakan hal sejujurnya kepada klien ketika mendiskusikan mengenai kemungkinan kemajuan dari fungsi pendengarannya untuk mempertahankan harapan klien dalam berkomunikasi.

4. Dapat membantu dalam menentukan intervensi selanjutnya

5. Harapan-harapan yang tidak realistik tidak dapat mengurangi kecemasan, justru malah menimbulkan ketidak percayaan klien terhadap perawat. Menunjukkan kepada klien bahwa dia dapat berkomunikasi

Page 66: kmb fix

7. Implementasi dan Evaluasi

No Hari/ No Jam Implementasi Paraf Hari / Tgl /Jam Evaluasi

66

Page 67: kmb fix

Tanggal Dx

1 2 3 4 5 6 7 8

1. 1 1. Mengobservasi nyeri dengan menyakan sampai dimana nyeri dirasakan sambil memperhatikan raut wajah klien (skala 0-5)

2. Mengajarkan tehnik distraksi untuk mengalihkan dari rasa nyeri salah satunya yaitu dengan menyuruh klien menarik napas dalam melalui hidung dan kemudian ditahan 5 detik, kemudian dihembuskan melalui mulut rapat secara perlahan.

3. Mengkolaborasikan pemberian analgetik sesuai anjuran.

S :

- Klien mengatakan nyerinya berkurang

O :

- Klien tampak tenang

A :

- Masalah belum teratasi tetapi sudah ada kemajuan

P :

- Lanjutkan intervensi 1,2,3

2. 2 1. Observasi derajat / tipe kehilangan penglihatan.

2. Anjurkan klien untuk mengekspresikan perasaan tentang kehilangan / kemungkinan kehilangan penglihatan.

3. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat tetes mata.

S :

- Klien mengatakan penglihatannya sudah sedikit jelas

O :

- Mata tidak tampak merah

A :

- Masalah belum teratasi tetapi sudah ada kemajuan

P :

- Pertahankan intervensi

67

Page 68: kmb fix

3. 3 1. Mengobservasi tingkat kecemasan klien

2. Mengatakan hal sejujurnya kepada klien ketika mendiskusikan mengenai kemungkinan kemajuan dari fungsi pendengarannya untuk mempertahankan harapan klien dalam berkomunikasi.

3. Memberikan informasi mengenai kelompok yang juga pernah mengalami gangguan seperti yang dialami klien untuk memberikan dukungan kepada klien.

4. Memberikan informasi tentang penyakit yang diderita oleh klien

S :- Klien

mengatakan sudah mengerti tentang penyakit yang dideritanya

O :- Klien dapat

menjawab ketika ditanya tentang penyakitnya

- Ekspresi wajah tenang

A :- Masalah

teratasiP :- Berikan

informasi untuk pengobatan lebih lanjut dirumah.

BAB III

68

Page 69: kmb fix

PENUTUP

A. Kesimpulan

Myopi merupakan gangguan mata diakibatkan oleh kelainan lensa mata, penderita

tidak mampu melihat objek yang jauh. Penyebab miopia dapat bersifat keturunan

(herediter), ketegangan visual atau faktor lingkungan. Faktor herediter pada miopi

pengaruhnya lebih kecil dari faktor ketegangan visual. Terjadinya miopi lebih dipengaruhi

oleh bagaimana seseorang menggunakan penglihatannya, dalam hal ini seseorang yang

lebih banyak menghabiskan waktu di depan komputer atau seseorang yang menghabiskan

banyak waktunya dengan membaca tanpa istirahat akan lebih besar kemungkinannya

untuk menderita miopi.

Hipermetropi yaitu rabun dekat, penderita rabun dekat tidak dapat melihat secara

jelas objek yang letaknya dekat dengan mata (hanya dapat melihat objek yang letaknya

jauh dari mata). Rabun dekat atau hipermetropi merupakan cacat mata yang terjadi karena

lensa mata tidak dapat mencembung atau tidak dapat berakomodasi sebagaimana

mestinya.

Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang mengakibatkan

pengurangan visus oleh suatu tabir/layar yang diturunkan di dalam mata. Defek kongenital

mrupakan salah satu kelainan herediter sebagai akibat dari infeksi virus prenatal, seperti

German Measles. Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan

akut untuk bekerja ataupun keamanan. Salah satu diagnosa kep.yang bisa muncul yaitu

Resiko tinggi terhadap cedera b/d kehilangan vitreus, perdarahan intraokuler, peningkatan

TIO.

Glaukoma merupakan bagian penyakit mata yang menyebabkan proses hilangnya

penglihatan, tetapi proses ini dapat dicegah dengan obat-obatan, terapi laser dan

pembedahan. Hilangnya penghlihatan pada kasus glaukoma tidak dapat disembuhkan

kembali, maka sangat penting untuk mencegah terjadinya kerusakan pada organ mata

sedini mungkin, apalagi glaukoma seringkali timbul tanpa gejala sampai pada tahap akhir,

kecuali glaukoma jenis akut (tekanan bola mata tiba-tiba meninggi sehingga mata terasa

sakit dan pegal)

69

Page 70: kmb fix

B. Saran

Sebaiknya kita jaga mata dengan minum vitamin dan makanan yang bergizi, dan

jagalah mata jangan terlalu memaksakan, ketika mata telah lelah karena itu akan

menimbulkan kelainan seperti myopia. Seiring berjalannya usia maka bisa mengakibatkan

mata menjadi katarak, maka dari itu jaga mata anda, jangan sampai terkena benturan, jaga

juga gaya hidup anda jangan sampai terkena penyakit diabetes karna dengan penyakit

diabetes dapat menyebabkan katarak

Bahaya glaukoma akut harus diwaspadai termasuk oleh dokter umum, karena

menyebabkan kebutaan yang cepat pada kedua mata. Pasien datang ke bagian unit darurat

dengan keluhan utama nyeri di sekitar mata dan menurunnya ketajaman penglihatan, dapat

disertai sakit kepala, muntah dan sakit perut sehingga dapat didiagnosis terjadi gangguan

pencernaan atau gastritis.

70

Page 71: kmb fix

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Dari Buku :

Arif, mansjoer, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculpius.: Jakarta.

Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Medikal Keperawatan Vol.3. EGC: Jakarta.

Doengoes. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol. 3. EGC:

Jakarta.

Sumber Dari Internet

Ming, P.Y., Operasi Katarak: Pemulihan Penglihatan dengan Teknik dan Inovasi

Terbaru,

(http://www.jerrytan.com/docs/operasi_katarak_kencan_edisi_6_tahun_1_2011_id.

pdf, diakses pada tanggal 21 November 2014 jam 08:39)

Murti, H., Santi, R.C.N., (2011), Aplikasi Pendiagnosa Kebutaan Warna dengan

Menggunakan Pemrograman Borland Delphi,

(http://www.unisbank.ac.id/ojs/index.php/fti1/article/download/363/240, diakses

pada tanggal 21 November 2014 jam 19:30)

71