jurnal .docx

Upload: yan

Post on 05-Oct-2015

101 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

PENGARUH KEBIJAKAN KEPALA SEKOLAH DAN MEDIA PEMBELAJARAN TERHADAP TUMBUH KEMBANG KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN ANAK USIA DINI (Studi Kasus Pada TK/RA di Kabupaten Tasikmalaya)

TRANSCRIPT

ABSTRAK

Tesis ini berjudul PENGARUH KEBIJAKAN KEPALA SEKOLAH DAN MEDIA PEMBELAJARAN TERHADAP TUMBUH KEMBANG KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN ANAK USIA DINI (Studi Kasus Pada TK/RA di Kabupaten Tasikmalaya), Depon Nurul Aida, NIM. 82321213069. Kepedulian lingkungan menjadi suatu sorotan dewasa ini, hal tersebut diakaitkan dengan semakin rusaknya kualitas lingkungan hidup yang ada. Peduli lingkungan sebaiknya ditanamkan sejak dini pada saat usia anak masih dalam usia emas sehingga diharapakan dapat membentuk karakter peduli terhadap lingkungan dan dapat menjaga kelestariannya. Berkaitan dengan hal tersebut, kebijakan kepala sekolah sebagai pemimpin di lembaga pendidikan memberi warna dalam tumbuh kembang karakter anak. Media pembelajaran juga memiliki andil dalam tumbuh kembang karakter, sebagai alat penyampai pesan pembelajaran. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui pengaruh kebijakan kepala sekolah dan media pembelajaran terhadap tumbuh kembang karakter peduli lingkungan anak usia dini. Dengan mempergunakan pendekatan penelitian deskriptif kualitatif dengan memperguanakan uji t untuk mengetahui pengaruh secara parsial dan uji f untuk mengetahui pengaruh secara simultan. Dengan mempergunakan data yang dikumpulkan melalui wawancara dengan media angket. Hasil penelitian menunjukan kebijakan kepala sekolah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap karakter peduli lingkungan anak usia dini. Oleh karena nilai thitung > ttabel (1,669>1,6666) maka H0 diterima , artinya kebijakan kepala sekolah berpengaruh terhadap karakter peduli lingkungan anak usia dini. Media pembelajaran memiliki pengaruh yang nyata terhadap karakter peduli lingkungan anak usia dini. Oleh karena nilai thitung > ttabel (2,360>1,6666) maka H0 diterima , artinya media pembelajaran berpengaruh signifikan terhadap karakter peduli lingkungan anak usia dini. Secara bersama-sama kebijakan kepala sekolah dan media pembelajaran memiliki nilai Fhitung < Ftabel (2,931 < 3,12) maka H0 ditolak, artinya secara bersana-sama kebijakan kepala sekolah dan media pembelajaran tidak memiliki pengaruh terhadap karakter peduli lingkungan anak usia dini. Secara simultan atau bersama- sama kebijakan kepala sekolah dan media pembelajaran memiliki nilai persentase keberpengaruhannya adalah 7,2% dan 92,8 % dipengaruhi oleh variabel di luar penelitian dan memiliki interpretasi hubungan yang sangat rendah

A. PendahuluanNamun kondisi di lapangan khusunya di Kabupaten Tasikmalaya pola pendidikan TK/RA lebih cenderung kepada kepandaian membaca, menulis, berhitung dan mengaji. Pola pendidikan tersebut merupakan permintaan dari para orang tua murid. Para orang tua murid lebih menilai keberhasilan pendidikan anak mereka dengan kepandaian tersebut, tanpa memperhatikan tumbuh kembang karakter anak mereka, padahal usia dini merupakan suatu kondisi usia yang paling tepat dalam menanamkan pendidikan karakter. Para orang tua merasa pendidikan karakter hanya merupakan hal tambahan disamping kepandaian akademis. Oleh karena itu perlu suatu pendekatan yang tepat sehingga pendidikan karakter dapat diterapkan dalam pendidikan pada lembaga pendidikan anak usia dini, terutama karakter peduli lingkungan, sehingga diharapakan anak dapat tumbuh dengan kecerdasan yang berkarakter.dikaitkan dengan sebuah lembaga pendidikan, maka keberlangsungannya dangat tergantung pad apimpinan yang memimpin lembaga tersebut. Begitu halnya dengan tumbuh kembang karakter peduli lingkungan akan berkembang apabila da dukungan dari kepala sekolah. Dukungan tersebut bisa berupa kebijakan yang mengakomodir kebutuhan pendidikan karakter yang dalam penelitian ini dalah peduli lingkunagn. Keberhasilan pendidikan karakter tersebut selain membutuhkan dukungan kebijakan juga membutuhkan media pembelajaran yang memadai sehingga penyampaian pesan dan pencapaian tujuan pendidikan dapat dijalankan secara efektif. Dari uraian diatas maka masalah yang dapat diidentifikasiadalah adakah pengaruh kepala sekolah dan media pembelajaran terhadapa karakter peduli lingkungan pada anak usia diniKepedulian Lingkungan Kesadaran dan kepedulian manusia terhadap lingkungan tidak dapat tumbuh begitu saja secara alamiah, namun harus diupayakan pembentukannya secara terus menerus sejak usia dini, melalui kegiatan- kegiatan nyata yang dekat dengan kehidupan sehari-hari. Untuk menanamkan kesadaran terhadap Lingkungan Hidup, langkah yang paling strategis adalah melalui pendidikan, baik pendidikan formal atau pendidikan non-formal. Menyadari hal tersebut, maka sekolah sebagai wadah pendidikan perlu sejak dini menanamkan dan mengembangkan kepedulian siswa terhadap lingkungan hidup agar terbentuk sumberdaya manusia yang secara arif dapat memanfaatkan potensi dirinya dalam berbuat untuk menciptakan kualitas lingkungan yang kondusif, ekologis, lestari secara nyata dan berkelanjutan, tentunya dengan cara-cara yang simpatik, kreatif, inovatif dengan menganut nilai-nilai dan kearifan budaya lokal.Kegiatan manusia sadar lingkungan perlu ditingkatkan. Masalah utama yang menonjol adalah hubungan antara manusia dalam mencari kehidupan maupun dalam meneruskan keturunannya, dapat menimbulkan masalah kelestarian sumber daya yaitu kerusakan yang timbul akibat ulah manusia itu. Penggunaan teknologi yang kurang terkendali justru akan lebih memperparah rusaknya lingkungan. Ruang lingkup lingkungan sangat luas, dari langit atau udara, dari kutub utara sampai kutub selatan, puncak gunung, kota, desa, lembah, sungai, pantai, danau, lautan, air laut, dasar laut. Karena itu kesadaran lingkungan menjadi makin penting dan pendidikan kependudukan dan lingkungan bagi setiap orang nasional maupun internasinal, justru manjadi mutlak karena manusia dan lingkungan itu merupakan dua unsur pokok yang saling menentukan, dalam arti manusia hidup dari lingkungan dan jika lingkungan rusak maka manusia yang celaka (Neolaka, 2008 :34)Sebagaimana dikutip oleh Neolaka, Kesadaran lingkungan menurut M.T. Zen adalah Usaha melibatkan setiap warga negara dalam menunbuhkan dan membina kesadaran untuk melestarikan lingkungan, berdasarkan tata nilai, yaitu tata nilai dari pada lingkungan itu sendiri dengan filsafat hidup secara damai dengan alam lingkungan. Asas ini harus mulai ditumbuhkan melalui pendidikan sekolah dan luar sekolah, dari kanak-kanak hingga perguruan tinggi agar lambat laun tumbuh rasa cinta kasih kepada alam lingkungan, disertai tanggung jawab sepenuhnya setiap manusia untuk memelihara kelestarian lingkungan (Neolaka, 2008:20)Pencegahan terhadap pencemaran lingkungan dapat dilakukan secara individu, kelompok atau masyarakat, maupun secara kelembagaan (pemerintah). Pada dasarnya, ada tiga prinsip untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran lingkungan, yaitu secara administratif, teknologi dan edukatif.Tumbuh Kembang Anak Usia DiniTahap-tahap perkembangan (meliputi tumbuh dan kembang) manusia dapat dilihat sejak manusia dilahirkan (bayi). Pada usia TK, perkembangan manusia dapat dilihat dari berbagai aktivitas dan perilaku. Ardiana (2007) memaparkan perkembangan anak usia TK (4-6 tahun) dibagi menjadi 2 tahap, yaitu usia 4-5 tahun dan usia 6 tahun. Pada usia 4-5 tahun, anak seharusnya:1) mampu melompat dan menari,2) mampu menggambar orang terdiri dari kepala, lengan dan badan, mampu menghitung jari-jarinya,3) mampu mendengar serta mengulang hal-hal penting dan cerita, minat kepada kata baru dan artinya,4) mampu memprotes bila dilarang apa yang diinginkannya, mampu membedakan besar dan kecil,5) menaruh minat kepada aktivitas orang dewasa.Sedangkan pada usia 6 tahun, anak seharusnya:1) memiliki ketangkasan yang meningkat dari sebelumnya,2) mampu melompat tali,3) mampu bermain sepeda,4) mampu menguraikan objek-objek dengan gambar,5) mampu mengetahui kanan dan kiri,6) memperlihatkan tempertantrum,7) mungkin menentang dan tidak sopan.

Ayriza (2005) mengungkapkan bahwa tumbuh kembang anak dapat dilihat dari berbagai aspek, diantaranya aspek kognitif, fisik motorik, sosial, bahasa, moral. Namun, aspek yang paling dapat mempengaruhi aspek lainnya adalah aspek kognitif dan fisik motorik. Untuk itu, kali ini hanya akan disoroti perkembangan anak usia TK (4-6 tahun) pada aspek kognitif dan fisik motorik saja (dibedakan menjadi usia 3-4 tahun dan 4-6 tahun). Terlebih dahulu, akan diungkap perkembangan fisik motorik. Perkembangan fisik motorik terbagi menjadi 2, yaitu motorik kasar dan motorik halus. Selanjutnya setelah mengetahui perkembangan fisik motorik anak usia TK, maka diungkap perkembangan kognitif anak usia TK yang menurut Ayriza (2005) meliputi:1) Berpikir konvergen (memusat) menuju ke suatu jawaban yang paling mungkin dan paling benar terhadap suatu persoalan.2) Tahap praoperasional (Piaget): anak belum mampu menguasai operasi mental secara logis, fungsi simbolis :penguasaan bahasa semakin sistematis, egosentris : tidak mampumelihat dari perspektif orang lain, imitasi : peniruan besar-besaran, centralized : berpikir terpusat pada satu dimensi, berpikir tidak dapat dibalik, berpikir terarah statis3) Vygotsky: stimulasi kognitif di ZPD (Zone of Proximal Development): wilayah dekat kematangan, potensial dan sensitif untuk distimulasi.

Kedua pendapat di atas, walaupun memiliki perbedaan, namun tetap memiliki beberapa kesamaan, yaitu lebih cenderung memfokuskan pada perkembangan kognitif dan fisik motorik (baik motorik kasar maupun halus).Konsep Kebijakan PendidikanKebijakan (policy) secara etimologi diturunkan dari bahasa Yunani yaitu polis yang artinya kota. Analisis kebijakan pendidikan dapat dipahami baik melalui pendekatan metodologis maupun konseptual. Metodologi pada intinya merupakan keseluruhan proses yang secara sistematis dilakukan untuk melembagakan analisis kebijakan dalam suatu sistem dan mekanisme yang institusional. Secara konseptual analisis kebijakan merupakan suatu ilmu perekayasaan sosial (social engineering) yang artinya ialah ilmu yang ditujukan untuk melahirkan manfaat dari konsep dan teori dalam berbagai disiplin ilmu sosial untuk pemecahkan permasalahan yang dihadapi oleh suatu kebijakan publik.Definisi kebijakan pendidikan sebagaimana adanya dapat disimak melalui pernyataan-pernyataan berikut ini. Good (dalam Imron, 2002:18) menyatakan, Educational policy is judgment, derived from some system of values and some assesment of situational factors, operating within institutionalized adecation as a general plan for guiding decision regarding means of attaining desired educational objectives.Pengertian pernyataan di atas adalah, bahwa kebijakan pendidikan adalah suatu penilaian terhadap sistem nilai dan faktor-faktor kebutuhan situasional, yang dioperasikan dalam sebuah lembaga sebagai perencanaan umum untuk panduan dalam mengambil keputusan, agar tujuan pendidikan yang diinginkan bisa dicapai. Kebijakan pendidikan adalah suatu produk yang dijadikan sebagai panduan pengambilan keputusan pendidikan yang legal-netral dan disesuaikan dengan lingkugan hidup pendidikan secara moderat.Sedangkan Tilaar dan Nugroho (2008: 37)mengartikan kebijakan pendidikan sebagai bagian dari kebijakan publik, yaitu kebijakan publik di bidang pendidikan. Dengan demikian, kebijakan pendidikan harus sebangun dengan kebijakan publik dimana konteks kebijakan publik secara umum, yaitu kebijakan pembangunan, maka kebijakan merupakan bagian dari kebijakan publik. Kebijakan pendidikan di pahami sebagai kebijakan di bidang pendidikan, untuk mencapai tujuan pembangunan Negara Bangsa di bidang pendidikan, sebagai salah satu bagian dari tujuan pembangunan Negara Bangsa secara keseluruhan.Hal di atas sesuai dengan pengertian kebijakan pendidikan menurut Rohman (2009: 108)Kebijakan pendidikan merupakan bagian dari kebijakan Negara atau kebijakan publik pada umumnya. kebijakan pendidikan merupakan kebijakan publik yang mengatur khusus regulasi berkaitan dengan penyerapan sumber, alokasi dan distribusi sumber, serta pengaturan perilaku dalam pendidikan. Kebijakan pendidikan (educational policy)merupakan keputusan berupa pedoman bertindak baik yang bersifat sederhana maupun kompleks, baik umum maupun khusus, baik terperinci maupun longgar yang dirumuskan melalui proses politik untuk suatu arah tindakan, program, serta rencana-rencana tertentu dalam menyelenggarakan pendidikan.

Berdasarkan dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa: kebijakan pendidikan merupakan keseluruhan proses dan hasil perumusan langkah- langkah strategis pendidikan yang dijabarkan dari visi, misi pendidikan dalam rangka untuk mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan dalam suatu masyarakat untuk suatu kurun waktu tertentu. Ada beberapa aspek yang tercakup dalam kebijakan pendidikan, diantaranya adalah:a. Kebijakan pendidikan dilahirkan dari kesatuan teori dan praktikb. Kebijakan pendidikan mempunyai validitas perkembangan pribadi serta masyarakat yang memiliki pendidikan ituc. Kebijakan pendidikan ditujukan pada kebutuhan peserta didikd. Kebijakan pendidikan berkaitan dengan penjabaran visi, misi dan tujuan pendidikane. Kebijakan pendidikan memiliki kejelasan tujuan untuk melahirkan pendidikan yang tepatSelain itu, kebijakan pendidikan memiliki karakteristik yang khusus, yakni:1. Memiliki tujuan pendidikan yang jelas dan terarah untuk memberikan kontribusi pada pendidikan.2. Memenuhi aspek legal-formal. Kebijakan pendidikan harus memenuhi syarat konstitusional sesuai dengan hirarki konstitusi yang berlaku di sebuah wilayah hingga ia dapat dinyatakan sah dan resmi berlaku di wilayah tersebut.3. Memiliki konsep operasional agar dapat diimplementasikan dan untuk memperjelas pencapaian tujuan pendidikan yang ingin dicapai.4. Dibuat oleh yang berwenang. Kebijakan pendidikan itu harus dibuat oleh para ahli di bidangnya yang memiliki kewenangan untuk itu, sehingga dan sampai menimbulkan kerusakan pada pendidikan dan lingkungan di luar pendidikan.5. Dapat dievaluasi. Kebijakan pendidikan tentunya tak luput dari keadaan yang sesungguhnya untuk ditindaklanjuti. Jika baik, maka dipertahankan atau dikembangkan, sedangkan jika mengandung kesalahan, maka harus bisa diperbaiki.6. Memiliki sistematika. Kebijakan pendidikan tentunya merupakan sebuah sistem, oleh karenanya harus memiliki sistematika yang jelas menyangkut seluruh aspek yang ingin diatur olehnya. Sistematika itu pun dituntut memiliki efektifitas, efisiensi dan sustainabilitas yang tinggi agar kebijakan pendidikan itu tidak bersifat pragmatis, diskriminatif dan rapuh strukturnya akibat serangkaian faktor yang hilang atau saling berbenturan satu sama lainnyaDalam mewujudkan pendidikan yang bermutu dan relevan adalah bagaimana memahami berbagai isu kebijakan pendidikan agar mampu melahirkan berbagai gagasan yang berguna dalam upaya menghasilakan alternatif kebijakan dalam membangun sistem pendidikan yang efisien, bermutu, dan sesuai dengan tuntutan masyarakat. Kebijakan pendidikan adalah suatu bentuk tindakan yang diambil atas beberapa pertimbangan, untuk mengarahkan manajer/kepala sekolah dalam menentukan masa depan sekolah sesuai dengan visi, misi pendidikan agar tercapai tujuan pendidikan yang diinginkan.Media Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata "medium" yang secara harfiah berarti "perantara" yaitu perantara sumber pesan (a source) dengan penerima pesan (a receiver. Banyak batasan yang diberikan orang tentang media. Media adalah bagian yang tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar. Istilah media merupakan bentuk jamak dari medium yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar (Arsyad, 2004). Association of Education and Communication Technology (AECT) membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi (dalam Sadiman, 2005). Sementara Olson (dalam Miarso, 2004) mendefinisikan medium sebagai teknologi untuk menyajikan, merekam, membagi, dan mendistribusikan simbol melalui rangsangan indera tertentu, disertai penstrukturan informasi. Selanjutnya Briggs (dalam Sadiman, 2005) berpendapat bahwa Media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar, contohnya buku, film, kaset, dan lain-lain. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung di artikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal (Gerlach & Ely, dalam Arsyad, 2004).Istilah pembelajaran memiliki arti perencanaan atau perancangan (desain) sebagai upaya untuk membelajarkan siswa. Oleh karena itu, pembelajaran memusatkan perhatian pada bagaimana membelajarkan siswa dan bukan apa yang dipelajari siswa dengan kata lain memperhatikan cara mengorganisasikan pembelajaran, cara menyampaikan isi pembelajaran dan penataan interaksi antara sumber-sumber belajar yang ada, agar dapat berfungsi secara optimal (Uno, 2006). Pada hakikatnya istilah pembelajaran digunakan untuk menunjukkan usaha pendidikan yang dilaksanakan secara sengaja, dengan tujuan yang ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan, serta pelaksanaannya terkendali. Padapembahasan tentang media istilah media pendidikan dan media pembelajaran pada beberapa literatur menunjukkan makna yang sama dan dapat digunakan secara bergantian (Miarso, 2004).Gagne (dalam Miarso, 2004) menyatakan bahwa media pendidikan adalah : Berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Sementara itu Briggs mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah sarana untuk memberikan perangsangan bagi si belajar agar proses belajar terjadi. Selanjutnya Miarso (2004) menyatakan bahwa :Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar yang disengaja, bertujuan dan terkendali.Secara umum media pembelajaran mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai berikut (Miarso, 2004):1. Media mampu memberikan rangsangan yang bervariasi kepada otak, sehingga otak dapat berfungsi secara optimal. 2. Media dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh siswa. Jika dalam mengkongkritkan suatu materi ajar, siswa tidak mungkin untuk dibawa ke objek yang dipelajari maka objek yang dibawa ke siswa melalui media.3. Media dapat melampaui batas ruang kelas. Banyak hal yang tak mungkin untuk dialami secara langsung di dalam kelas, karena:a. Objek yang terlalu besar dapat digantikan dengan realita, gambar, film atau model.b. Objek yang kecil di bantu dengan proyektor mikro, mikroskop, film atau gambar.c. Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu dengan timelapse.d. Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu dapat ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, maupun foto.e. Objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat disajikan dengan model atau diagram.f. Bunyi-bunyi yang amat halus atau memaksimalkan suara pengajar di kelas yang besar dapat dilakukan dengan adanya media.g. Konsep yang terlalu luas, dan rintangan-rintangan dalam mempelajari pelajaran misalnya: peristiwa gunung berapi, gempa bumi, iklim, kehidupan singa, atau ikan dapat divisualisasikan dalam bentuk film, gambar dan lain-lain. 4. Media memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa dan lingkungannya.5. Media menghasilkan keseragaman pengamatan. Pengamatan yang dilakukan bisa bersama-sama diarahkan kepada hal-hal yang dimaksudkan oleh guru.6. Membangkitkan keinginan dan minat baru.7. Media membangkitkan motivasi dan merangsang untuk belajar.8. Media memberikan pengalaman yang integral atau menyeluruh dari sesuatu yang kongkret maupun abstrak. Sebuah film atau serangkaian foto dapat memberikan imajinasi yang kongkret tentang wujud, ukuran, lokasi, dan sebagainya.9. Media memberikan kesempatan untuk belajar mandiri, pada tempat, waktu serta kecepatan yang ditentukan sendiri.Media meningkatkan kemampuan keterbacaan baru (new literacy) yaitu kemampuan untuk membedakan dan menafsirkan objek, tindakan, dan lambang yang tampak, baik yang dialami maupun buatan manusia yang terdapat dalam lingkungan.10. Media mampu meningkatkan efek sosialisasi, yaitu dengan meningkatkan kesadaran akan dunia sekitar.11. Media dapat meningkatkan kemampuan ekspresi diri siswa maupun guru.

Dari berbagai pengertian diatas mak adapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat bantu belajar yang dapat merangsang siswa dalam belajr dan dapat menyampaikan pesan, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai. Media pembelajaran juga berguna sebagai penutup dari kekurangan-kekurangan yang erjadi dalam proses belajar, dengan media pembelajaran sesuatu yang sulit dihadirkan secara langsung dapat ditampilkan dalam berbagai bentuk dan bahan.Jenis-jenis Media PembelajaranPerkembangan media pembelajaran mengikuti perkembangan teknologi. Berdasarkan perkembangan teknologi. Menurut Ashby (dalam Miarso, 2004) perkembangan media telah menimbulkan empat kali revolusi dunia pendidikan. Revolusi pertama terjadi puluhan abad yang lalu, yaitu pada saat orang tua menyerahkan pendidikan anak-anaknya kepada orang lain yang berprofesi sebagai guru; revolusi kedua terjadi dengan digunakannya bahasa tulisan sebagai sarana utama pendidikan; revolusi ketiga timbul dengan tersedianya media cetak yang merupakan hasil penemuan mesin dan teknik percetakan; dan revolusi keempat berlangsung dengan meluasnya penggunan media elektronik.Seels dan Richey (dalam Arsyad, 2004) membagi media pembelajaran dalam empat kelompok, yaitu:1. Media hasil teknologi cetak.Media hasil teknologi cetak adalah cara untuk menghasilkan atau menyampaikan materi melalui proses pencetakan mekanis atau fotografis. Kelompok media hasil teknologi cetak meliputi teks, grafik, foto, dan representasi fotografik. Materi cetak dan visual merupakan pengembangan dan penggunaan kebanyakan materi pengajaran lainnya. Teknologi ini menghasilkan materi dalam bentuk salinan tercetak, contohnya buku teks, modul, majalah, hand-out, dan lain-lain.2. Media hasil teknologi audio-visual.Media hasil teknologi audio-visual menghasilkan atau menyampaikan materi dengan menggunakan mesinmesin mekanis dan elektronik untuk menyajikan pesan-pesan audio dan visual. Contohnya proyektor film, televisi, video, dan sebagainya.3. Media hasil teknologi berbasis komputer.Media hasil teknologi berbasis komputer merupakan cara menghasilkan atau menyampaikan materi dengan menggunakan sumber-sumber yang berbasis mikro-prosesor. Berbagai jenis aplikasi teknologi berbasis komputer dalam pengajaran umumnya dikenal sebagai computer-assisted instruction (pengajaran dengan bantuan komputer).4. Media hasil teknologi gabungan.Media hasil teknologi gabungan adalah cara untuk menghasilkan atau menyampaikan materi yang menggabungkan beberapa bentuk media yang dikendalikan oleh komputer. Perpaduan beberapa teknologi ini dianggap teknik yang paling canggih. Contohnya: teleconference.Pengelompokan media menurut pengertian di atas dikelompokan berdasarkan jenis bahan dan sifat dari media tersebut. Dimulai dari jenis media yang hanya dapat diamati saja, didengar saja, diamati dan didengar sampai dengan media yang mampu berinteraksi dengan penggunanya. Semakin banyak jenis bahan dan sifat media yang digunakan semakin baik media tersebut dapat menyampaikan pesan pembelajaran. Pendidikan KarakterPendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai the deliberate use of all dimensions of school life to foster optimal character development (Kemendiknas, 2012) . Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (pemangku pendidikan) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga sekolah/lingkungan. Di samping itu, pendidikan karakter dimaknai sebagai suatu perilaku warga sekolah yang dalam menyelenggarakan pendidikan harus berkarakter.Pemikiran-pemikiran mengenai pendidikan karakter tersebut diperkuat dengan dasar hukum yang jelas pada UU Sisdiknas pasal 3, bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam rangka mewujudkan pendidikan karakter pemerintah melakukan berbagai upaya untuk mengimplementasikan di sekolah dan kampus. Namun demikian, kita harus menrujuk pendapat Stiles (dalam Hidayatullah, 2010) bahwa Pembangunan karakter tidak dapat dilakukan dengan serta merta tanpa upaya sistematis dan terprogram sejak diniDalam Pasal 31 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, terdapat amanah pada ayat (5) hasil amandemen keempat, yaitu, Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia. Mengacu hal tersebut, berarti pendidikan yang harus dijalankan harus mengandung amanah pencapaian kompetensi (penguasaan IPTEK) dan karakter (menjunjung tinggi nilai-nilai kebajikan). Dalam pedoman Pendidikan Karakter bagi Anak Usia Dini yang dikeluarkan Kementerian Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal (PAUDNI), Direktorat PAUD, (2011 : 8), menjelaskan, Pada pendidikan anak usia dini nilai-nilai karakter yang dipandang sangat penting dikenalkan dan diinternalisasikan ke dalam perilaku mereka mencakup : kecintaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Kejujuran, disiplin, toleransi dan cinta damai, percaya diri, mandiri, tolong menolong, kerjasama, dan gotong-royong, hormat dan sopan santun, tanggung jawab, kerja keras, kepemimpinan dan keadilan, kreatif, rendah hati, peduli lingkungan, cinta bangsa dan Tanah Air. Sejalan dengan hal tersebut Kurniawaty (2011:7) menyatakan bahwa Pendidikan karakter adalah upaya penanaman nilai- nilai karakter kepada anak didik yang meliputi pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai kebaikan dan kebajikan, kepada Tuhan YME, diri sendiri, sesama, lingkungan maupun kebangsaan agar menjadi manusia yang berakhlak.

Bicara pendidikan karakter erat pula kaitannya dengan perkembanga moral anak. Suyanto (2005 : 67), menyebutkan, perkembangan moral anak ditandai dengan kemampuan anak untuk memahami aturan, norma, dan etika yang berlaku. Perkembangan moral mempunyai aspek kecerdasan dan aspek implusif, anak harus belajar apa saja yang benar dan salah, selanjutnya segera setelah mereka cukup besar mereka harus diberi penjelasan mengapa itu benar dan mengapa itu salah. Perkembangan moral anak dapat dipengaruhi oleh perkembangan intelektual dan penalaran, oleh karena itu diperlukan latihan bagi mereka tentang bagaimana berprilaku moral dan konteks tertentu.Menurut Salls (2007: 87) Pendidikan karakter adalah proses transformasi nilai-nilai sehingga menimbulkan kebajikan/watak baik (transforming values into virtue). Pendidikan karakter adalah pendidikan yang membangun/mengembangkan aspek kecerdasan kognitif (pengetahuan) agar memiliki kemampuan berinteraksi dengan lingkungan sosialnya (Nucci dan Narvaez, 2008: 253). Membangun karakter memerlukan sebuah proses yang simultan dan berkesinambungan yang melibatkan seluruh aspek knowing the good, loving the good, and acting the good. Di sinilah perbedaannya dengan istilah moral. Pendidikan karakter menjadi berbeda dengan pendidikan moral karena pendidikan moral hanya terfokus pada pengetahuan tentang moral (lagi-lagi hanya menekankan aspek kognisi). Kurikulum pendidikan karakter adalah pendidikan untuk membentuk kepribadian siswa, yaitu pribadi yang bijaksana, terhormat, dan bertanggung jawab yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata. Bagaimana mereka diberi pengetahuan dan pemahaman akan nilai-nilai kebaikan yang universal (knowing the good) sehingga membentuk beliefs, tetapi tidak berhenti di situ saja, sistem yang ada juga berperan aktif mendukung dan mengkondisikan nilai-nilai kebaikan tersebut sehingga semua orang bersepakat menerima dan mencintai nilai-nilai tersebut sebagai sebuah kebaikan untuk dianut (loving the good). Setelah membentuk pemahaman dan sikap, ia akan melahirkan nilai tindakan-tindakan. Dengan penuh kesadaran mereka akan bertindak dengan nilai-nilai kebaikan (acting the good) yang dianut sebagai ekspresi martabat dan harga diri. Dan apabila nilai-nilai tersebut dilanggar berarti mereka telah kehilangan martabat dan harga diri, dan itu akan membuatnya tidak diterima oleh lingkungan.Menurut The Character Education Partnership (CEP) (Schaeffer, 1999: 4), pengembangan karakter pada seseorang diperlukan kerjasama antar individu maupun dengan para komunitas. Pendidikan karakter dipandang sebagai proses yang panjang dalam membantu seseorang menemukan karakter yang baik, baik dalam hal pemahaman, kepedulian, maupun tindakan. Sebagai petunjuk bagi para pendidik maupun komunitas, CEP mengembangkan 11 prinsip pendidikan karakter yaitu: (1) Aktif mempromosikan nilai-nilai moral yang inti (agree on and actively promote core ethical values); (2) Membantu seluruh sivitas akademika memiliki pemahaman, kepedulian, dan tindakan pada nilai-nilai inti (help the whole school understand, care about, and act upon core values); (3) Mencakupkan nilai-nilai inti ke dalam semua tingkatan dalam kehidupan sekolah (Incorporate core values in all phases of school life); (4) Mendorong seluruh sivitas akademika agar saling memiliki kepedulian (foster caring relationship throughout the school); (5) Memberi kesempatan kepada setiap siswa untuk bertindak sesuai moral (offer student opportunities to practice moral behavior); (6) Mengintegrasikan moral dengan akademik/kurikulum (integrate ethics with academic); (7) Mengembangkan motivasi siswa (develop student motivation); (8) Melibatkan seluruh staf di sekolah untuk menjadi model (involve the entire school staff); (9) Menyiapkan pimpinan yang siap bekerja keras (cultivate leaders to champion the effort); (10) Membangun kerjasama/sinergi antara sekolah dengan orang tua maupun komunitas (partner with parents and communities); (11) Melakukan evaluasi terhadap hasil yang selama ini telah diproses (asses result).Hal ini senada pula dengan strategi yang dilakukan oleh Lickona dalam pengembangan karakter: (1) Strategi Pengelolaan Kelas (The teacher as caregiver, model, and mentor, A caring classroom community, Character-based discipline, A democratic classroom environment, Teaching character through the curriculum, Cooperative learning, Conscience of craft, Ethical reflection, Teaching conflict resolution), (2) Menciptakan Lingkungan Moral Postif di Sekolah (Creating a positive moral culture in the school), dan (3) Membangun Sinergi antara Orang Tua, Sekolah, Masyarakat dalam Mengembangkan Karakter (School, parents,and communities as parents).

B. MetodeObjek dalam penelitian ini adalah tumbuh kembang karakter peduli lingkungan pada anak usia dini yang merupakan sikap kepedulian yang mampu ditanamkan dalam rangka memlihara lingkungan sekitar. Kepala Sekolah terkait dengan kewenangnya dalam membuat kebijakan di sekolah yang dipimpinnya. Media pembelajaran yang berkaitan dengan efektifitas dan efisiensi dalam penyampaian pesan dan pancapaian tujuan pembelajaran. Dalam penelitian ini jumlah TK/RA di Kabupaten Tasikmalaya adalah 758 buah, dan pengambilan sample sebanyak 10% maka didapat angka 76 TK/RA (dibulatkan).Penelitian korelasi adalah suatu penelitian yang melibatkan tindakan pengumpulan data guna menentukan, apakah ada hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih. Penelitian ini dilakukan, ketika kita ingin mengetahui tentang ada tidaknya dan kuat lemahnya hubungan variabel yang terkait dalam suatu objek atau subjek yang diteliti. Adanya hubungan dan tingkat variabel ini penting, karena dengan mengetahui tingkat hubungan yang ada, peneliti akan dapat mengembangkannya sesuai dengan tujuan penelitian.Menurut Gay (dalam Sukardi, 2008:165) penelitian korelasional merupakan salah satu bagian penelitian ex-postfacto karena biasanya peneliti tidak memanipulasi keadaan variabel yang ada dan langsung mencari keberadaan hubungan dan tingkat hubungan variabel yang direfleksikan dalam koefesien korelasi.Adapun langkah-langkah yang untuk mengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan langkah sebagai berikut: a. Menetukan koefesien korelasi dengan perumusan pearson correlation.Rumusan statistik yang relevan diantaranya : untuk hubungan menghitung hubungan antara X1 ke Y dan X2 ke Y

untuk menghitung hubungan X12 ke Y digunakan :

Adapun patokan dalam menginterpretasikan data hasil perhitungan sebagai berikut :Tabel Pedoman Penarikan Interpretasi Kooefesien Korelasi antar Variabel Penelitian (Sugiyono : 2010)NOINTERVAL KOEFESIEN KORELASITINGKAT HUBUNGAN

10,000 0,199Hubungan sangat rendah

20,200 0,399Hubungan rendah

30,400 0,599Hubungan sedang

40,600 0,799Hubungan kuat

50,800 1,000Hubungan sangat kuat

b. Menentukan Koefesien KorelasiUji Korelasi antar variabel dengan menggunakan Uji korelasi (uji r). Teknik pengolahan data hubungan ketiga variabel sesuai dengan perumusan masalah, peneliti menggunakan pendekalan dan teknik stalistik Uji r (korelasi), dengan menggunakan sofware SPSS for Windows ver.16, Menurut Sugiyono (2010), Dengan menggunakan rumusan : untuk hubungan menghitung hubungan antara X1 ke Y dan X2 ke Y serta X3 ke Y :

Menggunakan teknik Korelasi product moment untuk mengetahui hubungan antara X1 dengan Y, dan X2 dengan Y. Korelasi tersebut memiliki ketentuan jika nilai r tidak lebih dari harga ( - 1 r 1 ). Apabila nilai r = -1 artinya korelasi negatif sempurna; r = 0 artinya tidak ada korelasi; dan r = 1 berarti korelasinya sangat kuat. Sedangkan arti harga r akan dikonsultasikan dengan tabel interpretasi nilai r sebagai berikut :0.80 - 1.000= Hubungan Sangat Kuat0.60 - 0.799= Hubungan Kuat0.40 - 0.599= Hubungan Cukup Kuat0.20 - 0.399= Hubungan Rendah0.00 - 0.199= Hubungan Sangat Rendah

Untuk mengetahui pengaruh antar variabel X1, X2 terhadap variabel Y, digunakan teknik Koefisien Korelasi Ganda dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :Rx1x21y= Nilai Koefisien Korelasi Gandar2x1y= Koefisien Determinasi X1 terhadap Yr2x2y= Koefisien Determinasi X2 terhadap Yrx1y= Koefisien Korelasi Sederhana X1 terhadap Yrx2y= Koefisien Korelasi Sederhana X2 terhadap Yr2x1x2= Koefisien Korelasi Sederhana X1 X2 terhadap Yrx1x2= Koefisien Determinasi X1 terhadap X2

Untuk mengetahui hubungan fungsional antara variabel digunakan statistik path analisys (Analisa persamaan jalur). Pengujian hipotesis ini bertujuan untuk mencari pola hubungan fungsional antara variabel X1 dengan Y, variabel X2 dengan Y dan variabel X3 dengan Y. Persamaan jalur dinyatakan dengan rumus

Y = 1 X1 + 2 X2 + e

Keterangan:Y= Nilai variabel yang diprediksikanX=Variabel bebas yang mempunyai nilai tertentu untuk diprediksikan1 dan 2 = Nilai konstanta Jalur e= Koefesien error

Diperoleh dari (1- Rx1x2-y) yang mengandung pengertian besarnya pengaruh dari aspek lainnya.c. Pengujian Besarnya Pengaruh antar VariabelUntuk pengukuran besarnya pengaruh digunakan rumusan determinasi, yakni : Kd = r2 x 100% dimana perumusan tersebut di terapkan dalam statitik multipel digunakan R2 (r square) x 100% , sedangkan diterapkan pada statistik parsial digunakan Kd = 2 x 100%.

Tabel Pedoman Penarikan Interpretasi Pengaruh Antar Variabel (Sugiyono, 2010)NoRentang Efektivitas Nilai Rata-RataInterpretasi Pengaruh Antar Variabel

10% - 19,9%Sangat rendah

220 % - 39,9%Rendah

340% - 59,9%Cukup

460 % - 79,9%Tingi

580% - 100%Sangat tinggi

Untuk pengujian selanjutnya dilanjutkan dengan uji-F untuk menentukan diterima atau ditolaknya hipotesis penelitian, dengan ketentuan, Jika Fhitung > Ftabel maka hipotesis diterima, dan jika Fhitung =< Ftabel maka hipotesis ditolak. Untuk perhitungan tersebut, peneliti menggunakan fasilitas software SPSS ver 16.

C. Hasil Penelitian dan Pembahasan Pengaruh Kebijakan Kepala Sekolah (X1) terhadap Karakter Peduli Lingkungan Anak Usia Dini (Y)

Adapun langkah-langkahnya dalah sebgai berikut : 1. Menentukan HipotesisH0: Kebijakan kepala sekolah berpengaruh secara signifikan terhadap karakter peduli lingkungan anak usia dini.H1: Kebijakan kepala sekolah tidak berpengaruh secara signifikan terhadap karakter peduli lingkungan anak usia dini 2. Tingkat signifikansiTingkat signifikansi menggunakan =0,053. Menentukan t hitung Untuk t hitung diperoleh hasil sebagai berikut Uji t Kebijakan Kepala SekolahModelUnstandardized CoefficientsStandardized CoefficientstSig.

BStd. ErrorBeta

1(Constant)48.2015.8498.241.000

X1.201.120.2191.669.099

X2-.186.079-.309-2.360.021

Berdasarkan tabel di atas didapat nilai thitung untuk kebijakan kepala sekolah adalah 1,669. 4. Menentukan ttabelTabel distribusi t dicari pada =0.05 dengan derajat kebebasan (d.f) n-k-1 atau 76-2-1 = 73 (n adalah jumlah kasus dan k adalah jumlah variabel independen) dengan pengujian 2 sisi (10%) diperoleh nilai ttabel adalah 1,6665. Kriteria Pengujian H0diterima apabila thitung >ttabelH0ditolak apabila thitung ttabel yaitu 1,669>1,666.7. KesimpulanOleh karena nilai thitung > ttabel (1,669>1,6666) maka H0 diterima , artinya kebijakan kepala sekolah berpengaruh terhadap karakter peduli lingkungan anak usia dini. Pengaruh Kebijakan Media Pembelajaran (X2) terhadap Karakter Peduli Lingkungan Anak Usia Dini (Y)

Adapun langkah-langkahnya dalah sebgai berikut : 1. Menentukan HipotesisH0: Media Pembelajaran berpengaruh secara signifikan terhadap karakter peduli lingkungan anak usia dini.H1: Media Pembelajaran tidak berpengaruh secara signifikan terhadap karakter peduli lingkungan anak usia dini 2. Tingkat signifikansiTingkat signifikansi menggunakan =0,053. Menentukan t hitung Untuk t hitung diperoleh hasil sebagai berikut Uji t Media PemebelajaranModelUnstandardized CoefficientsStandardized CoefficientstSig.

BStd. ErrorBeta

1(Constant)48.2015.8498.241.000

X1.201.120.2191.669.099

X2-.186.079-.309-2.360.021

a. Dependent Variable: Y

Berdasarkan tabel di atas didapat nilai thitung untuk media pembelajaran adalah 2,360. 4. Menentukan ttabelTabel distribusi t dicari pada =0.05 dengan derajat kebebasan (d.f) n-k-1 atau 76-2-1 = 73 (n adalah jumlah kasus dan k adalah jumlah variabel independen) dengan pengujian 2 sisi (10%) diperoleh nilai ttabel adalah 1,6665. Kriteria Pengujian H0diterima apabila thitung >ttabelH0ditolak apabila thitung ttabel yaitu 2,360>1,666.7. KesimpulanOleh karena nilai thitung > ttabel (2,360>1,6666) maka H0 diterima , artinya media pembelajaran berpengaruh signifikan terhadap karakter peduli lingkungan anak usia dini. Uji FUji F digunakan untuk menguji koefisien regresi secara bersama-sama antara pengaruh kebijakan kepala sekolah (X1) dan media pembelajaran (X2) terhadap karakter peduli lingkungan anak usia dini (Y). Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen (X1 dan X2) secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen (Y).Dari hasil olah data berdasarkan angket yang disebar maka hubungan antar variabel secara parsial adalah sebagai berikut :Uji Pengaruh Antar Variabel Penelitian Secara SimultanModelR2dfR2 Rata-rataFSig.

1Regression78.264239.1322.931.060a

Residual974.7367313.353

Total1053.00075

a. Predictors: (Constant), X2, X1

b. Dependent Variable: Y

Tahap-tahap untuk melakukan uji f adalah sebagai berikut 1. Merumuskan hipotesisH0:Kebijakan kepala sekolah dan media pembelajaran berpengaruh secara signifikan terhadap karakter peduli lingkungan anak usia dini H1::Kebijakan kepala sekolah dan media pembelajaran tidak berpengaruh secara signifikan terhadap karakter peduli lingkungan anak usia dini. 2. Menentukan tingkat signifikansinya Tingkat signifikan mempergunakan =0,05 3. Menentukan FhitungBerdasarkan hasil perhitungan diperoleh Fhitung = 2,931.4. Menentukan FtabelDengan menggunakan tingkat keyakinan 95%, =0,05, df 1 (jumlah variabel-1) dan df 2 (n-k-1) atau 76-2-1 = 73 maka Ftabel adalah 3,125. Kriteria pengujian H0 diterima apabila Fhitung > FtabelH0 ditolak apabila Fhitung < Ftabel6. Membandingkan Fhitung dengan FtabelDari hasil perhitungan didapat bahwa Fhitung = 2,931 dan Ftabel = 3.12 maka Fhitung < Ftabel7. KesimpulanKarena nilai Fhitung < Ftabel (2,931 < 3,12) maka H0 ditolak, artinya secara bersana-sama kebijakan kepala sekolah dan media pembelajaran tidak emmiliki pengaruh terhadap karakter peduli lingkungan anak usia dini.Uji Koefisien Determinasi (R2)Koefisien DeterminasiModelRR2Nilai Penyesuaian R2Standar Kesalahan

1.273a.074.0493.65411

a. Predictors: (Constant), X2, X1

Analisis koefisien determinasi dalam regresi linear untuk mengetahui prosentase sumbangan pengaruh variabel X1 dan X2 secara bersama-sama terhadap variabel Y. dari tabel di atas terlihat bahwa koofisien determinasinya adalah 0,074 yang artinya kebijakan kepala sekolah dan media pembelajaran mempengaruhi karakter peduli lingkungan anak usia dini pada kisaran 7,4%. Pengaruh Kebijakan Kepala Sekolah terhadap Tumbuh Kembang Karakter Peduli Lingkungan Anak Usia Dini

Kepala sekolah dan kebijakan merupakan unsure penting dalam dunia pendidikan. Kepala sekolah sebagai manajer yang mengatur dan mengelola organisasi di sekolah dituntu memiliki kemampuan yang kompeten. adalah pemimpin sekaligus manajer yang harus mengatur, memberi perintah sekaligus mengayomi bawahannya yaitu para guru dan menyelesaikan masalah-masalah yang timbul.Kepemimpinan kepala sekolah memberikan motivasi kerja bagi peningkatan produktivitas kerja guru dan hasil belajar siswa. Kepemimpinan kepala sekolah harus benar-benar dapat dipertanggungjawabkan, karena tanggung jawab kepala sekolah sangat penting dan menentukan tinggi rendahnya hasil belajar para siswa, juga produktivitas dan semangat kerja guru tergantung kepala sekolah dalam arti sampai sejauh mana kepala sekolah mampu menciptakan kegairahan kerja dan sejauh mana kepala sekolah mampu mendorong bawahannya untuk bekerja sesuai dengan kebijaksanaan dan program yang telah digariskan sehingga produktivitas kerja guru tinggi dan hasil belajar siswa meningkat.Sebenarnya dalam mencapai tujuan bersama, pemimpin dan anggotanya mempunyai ketergantungan satu dengan yang lainnya. Setiap anggota organisasi mempunyai hak untuk memberikan sumbangan demi tercapainya tujuan organisasi. Oleh sebab itu, perlu adanya kebersamaan. Rasa kebersamaan dan rasa memiliki pada diri setiap anggota mampu menimbulkan suasana organisasi yang baik.Selain hal-hal yang disebutkan di atas dimana kepala sekolah sebagai seorang pemimpin di dunia pendidikan memiliki tanggung jawab yang cukup besar, dimana ada tanggung jawab untuk mengurus dan mengorganisair organisasi pendidikan yang dipimpinnya, juga harus mampu bertanggung jawab terhadap kemajuan mutu pendidikan di lembabga yang dipimpinnya. Selainm itu kepala sekolah juga harus mampu memberiakn motivasi terhadap bawahnnya untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan, juga harus mampu menciptakan suatu suasana kerja yang kondusif dan peningkatan prestasi siswa. Semua hal tersebut dapat dilakukan oleh kepala sekolah dengan berbagai kebijakan yang bias kepala sekolah terapkan dalam kepemimpinanya dengan tujuan pencapaian tujuan organisasi yang dipimpinnya tersebut. Hasil penelitian mengenai pengaruh kebijakan kepala sekolah dan media pembelajaran terhadap karakter peduli lingkungan anak usia dini di Kabupaten Tasikmalaya yang menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara kebijakan kepala sekolah terhadap karakter peduli lingkungan anak usia dini Suatu kebijakan harus sesuai dengan kondisi lingkungan ataupun waktu, harus dapat dianalisis dan terbuka terhadap alternative perubahan sehingga kebijakan tersebut tepat guna dan tepat sasaran. Berkaitan dengan hal tersebut, terlihat dari hasil penelitian yang menyatakan bahwa kebijakan kepala sekolah akan memberi pengaruh terhadap karakter peduli lingkungan anak usia dini, namun nilai keberpengaruhannya sangat kecil. Keberpengaruhan dari kebijakan kepala sekolah yang masih sangat rendah merupakan suatu tantanngan yang harus di jawab oleh dunia pendidikan, khususnya pendidikan anak usia dini dalam membentuk karakter anak didik. Hal ini menjadi penting karena keterkaitan antara kebijakan kepala sekolah dan pencapaian tujuan pendidikan sangat erat sebagaimana telah diuraian sebelumnya. Oleh karena itu mengacu pada hasil penelitian, diperlukan perhatian khusus bagi kepala sekolah dalam menentukan keijakan di lembaga pendidikan anak usia dini untuk lebih memperhatikan karakter anak usia dini terutama dalam kepedulian terhadap lingkungan. Pengaruh Kebijakan Media Pembelajaran terhadap Tumbuh Kembang Karakter Peduli Lingkungan Anak Usia Dini

Istilah pembelajaran memiliki arti perencanaan atau perancangan (desain) sebagai upaya untuk membelajarkan siswa. Oleh karena itu, pembelajaran memusatkan perhatian pada bagaimana membelajarkan siswa dan bukan apa yang dipelajari siswa dengan kata lain memperhatikan cara mengorganisasikan pembelajaran, cara menyampaikan isi pembelajaran dan penataan interaksi antara sumber-sumber belajar yang ada, agar dapat berfungsi secara optimal (Uno, 2006). Pada hakikatnya istilah pembelajaran digunakan untuk menunjukkan usaha pendidikan yang dilaksanakan secara sengaja, dengan tujuan yang ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan, serta pelaksanaannya terkendali. Media pembelajaran dalam penelitian ini adalah media pembelajaran yang mampu merangsang anak untuk memiliki karakter peduli lingkungan, misalkan tanaman hias dan binatang peliharaan, dimana hal-hal tersebut merupakan media belajar yang sesuai untuk menumbuhkan karakter peduli lingkungan. Dalam penelitian ini menyatakan bahwa media pemebelajaran berpengaruh signifikan terhadap karakter peduli lingkungan pada anak usia dini. Hasil penelitian yang menyatakan terdapat pengaruh antara media pembelajaran terhadap karakter peduli lingkungan anak usia dini, maka dapat diketahui bahwa terjadi penyaluran pesan,merangsang fikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa untuk memiliki kepedulian terhadap lingkungan melalui media pembelajaran yang dipergunakan.Pengaruh Kebijakan Kepala Sekolah terhadap Tumbuh Kembang Karakter Peduli Lingkungan Anak Usia Dini

Kepala sekolah sebagai seoranga pemimpin pada suatu lembaga pendikan, memiliki kewenangan penuh dalam menjalankan dan menjabarkan tugas pokok dan fungsinya. Sebagai seorang pemimpin, kepala sekolah diharuskan memiliki nilai kompetensi bukan hanya dari segi kepemimpinannya saja, namun dari segi pendidikannya juga, dimana lembaga pendidikan memiliki tujuan khusus yaitu peningkatan mutu pendidikan. Sebagai salah satu yang dapat mendorong terwujudnya visi misi organisasi sekolah kepala sekolah dituntut memiliki program dalam rangka pancapaian visi misi tersebut. Program yang berjalan secara terencana dan terprogram adalah merupakan bagian dari kebijakan kepala sekolah sebagai pemimpin di suatu lembaga pendidikan. Sebagai mana kita ketahui kebijakan disusun berdasarkan pada kebutuhan dan suatu tujuan. Kebijakan pendidikan adalah suatu penilaian terhadap sistem nilai dan faktor-faktor kebutuhan situasional, yang dioperasikan dalam sebuah lembaga sebagai perencanaan umum untuk panduan dalam mengambil keputusan, agar tujuan pendidikan yang diinginkan bisa dicapai. Kebijakan pendidikan adalah suatu produk yang dijadikan sebagai panduan pengambilan keputusan pendidikan yang legal-netral dan disesuaikan dengan lingkugan hidup pendidikan secara moderat.Kebijakan pendidikan merupakan bagian dari kebijakan Negara atau kebijakan publik pada umumnya. kebijakan pendidikan merupakan kebijakan publik yang mengatur khusus regulasi berkaitan dengan penyerapan sumber, alokasi dan distribusi sumber, serta pengaturan perilaku dalam pendidikan. Kebijakan pendidikan (educational policy)merupakan keputusan berupa pedoman bertindak baik yang bersifat sederhana maupun kompleks, baik umum maupun khusus, baik terperinci maupun longgar yang dirumuskan melalui proses politik untuk suatu arah tindakan, program, serta rencana-rencana tertentu dalam menyelenggarakan pendidikan.Berdasarkan dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa: kebijakan pendidikan merupakan keseluruhan proses dan hasil perumusan langkah- langkah strategis pendidikan yang dijabarkan dari visi, misi pendidikan dalam rangka untuk mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan dalam suatu masyarakat untuk suatu kurun waktu tertentu. Selain dari kebijakan dalam dunia pendidikan indikator keberhasilan sebauah lembaga pendidikan dilihat dari output lulusannya. Sehingga mutu dan kualitas pendidikan sangat diperhatikan pada tiap lembaga pendidikan, sebagai suatu tuntutan dari persaingan dan perkembangan jaman. Berkaitan dengan hal tersebut media pembelajaran mengambil peranan penting dalam meningkatkan kualitas mutu pendidikan, dikarenakan peran strategis dari media pembelajaran tersebut sebagai alat bantu yang dapat menyampaikan pesan dan dapat merangsang fikiran, kemauan, perhatian dan perasaan. Pentingnya 2 komponen dalam dunia pedidikan terseubut dalam mempengaruhi mutu dan kualitas pendidikan, didasari penelitian yang telah dilakuakan ternyata tidak dapat dibuktikan secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap karakter peduli lingkungan anak usia dini. Hal tersebut menyatakan bahwa masih adanya ketidak sesuaian antara kebijakan yang diterapkan dan media pemebelajaran yang digunakan terutama yang berkaitan dengan pembelajaran mengenai lingkungan. Jadi secara tidak langsung dapat dikatakan bahwa kebijakan kepala sekolah dan media pembelajaran tidak memiliki kontribusi yang signifikan terhadap kepedulian lingkungan di kalangan anak usia dini. Hal tersebut bisa disebabkan oleh berbagai variabel yang tidak termasuk dalam variabel dalam penelitian ini. Karena pendidikan karakter adalah adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai the deliberate use of all dimensions of school life to foster optimal character development (Kemendiknas, 2012) . Namun demikian, kita harus menrujuk pendapat Stiles (dalam Furqon 2010) bahwa Pembangunan karakter tidak dapat dilakukan dengan serta merta tanpa upaya sistematis dan terprogram sejak dini.D. Simpulan Dari hasil penelitian mengenai pengaruh kebijakan kepala sekolah dan media pembelajaran terhadap karakter peduli lingkungan anak usia dini maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : 1. Secara parsial kebijakan kepala sekolah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap karakter peduli lingkungan anak usia dini. Oleh karena nilai thitung > ttabel (1,669>1,6666) maka H0 diterima , artinya kebijakan kepala sekolah berpengaruh terhadap tumbuh kembang karakter peduli lingkungan anak usia dini. 2. Secara parsial media pembelajaran memiliki pengaruh yang nyata terhadap karakter peduli lingkungan anak usia dini. Oleh karena nilai thitung > ttabel (2,360>1,6666) maka H0 diterima , artinya media pembelajaran berpengaruh signifikan terhadap tumbuh kembang karakter peduli lingkungan anak usia dini. 3. Secara bersama-sama kebijhakan kepla sekolah dan media pembelajaran memiliki nilai Fhitung < Ftabel (2,931 < 3,12) maka H0 ditolak, artinya secara bersana-sama kebijakan kepala sekolah dan media pembelajaran tidak memiliki pengaruh terhadap tumbuh kembang karakter peduli lingkungan anak usia dini. Secara simultan atau bersama- sama kebijakan kepala sekolah dan media pembelajaran memiliki nilai persentase keberpengaruhannya adalah 7,2% dan 92,8 % dipengaruhi oleh variabel di luar penelitian dan memiliki interpretasi hubungan yang sangat rendahE. Daftar Pustaka

Ardiana, Ns. Anisah. 2007. Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan Manusia Jember: Prodi Ilmu Keperawatan Universitas Jember.

Arikunto, S .2002. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Ayriza, Yulia 2005. Perkembangan Anak Usia SD dan TK Yogyakarta: FIP UNY.

Azhar Arsyad . 2004. Media Pembelaajaran. Jakarta: Rajawali press

Dunn, William N., 1999. Public Policy Analysis Pengantar Analisis Kebijakan Public, Yogyakarta: Gajah Mada.

E. Mulyasa. 2009. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

E. Mulyasa. 2007. Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.Ginting, Perdana. 1992. Mencegah dan Mengendalikan Pencemaran Industri. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.

Hasan, Said Hamid. 2010.Baham Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajraan Berdasarkan Nilai-Nilai Budaya untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan pengembangan Pusat Kurikulum

Hidayatullah , M. Furqon . 2010. Guru Sejati Membangun Insan Berkarakter Kuat dan Cerdas. Surakarta: Yuma Pustaka

Imron , Ali. 2002.Kebijakan Pendiikan Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara

Miftah Toha. 2006. Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta: PT Raja Grapindo.

Murni, Ramli .2008, Mahasiswa Program Doktor Graduate School of Education and Human Development, Nagoya University, Jepang. dalam http://keyanaku.blogspot.com/2008/10/pendidikan-moral-ala-jepang.html

Muslich, Mansur. 2011. Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional, Jakarta: Bumi Aksara.

117Nucci, Larry P. & Navaez, Darcia. 2008. Handbook of Moral and CharacterEducation. New York: Routledge

Kemendiknas. 2010. Pembinaan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama. Jakarta

Kurniawaty, Aries Susanty. 2011. Pengembangan Karakter Anak Usia Dini di Lembaga PAUD. Jakarta: Litbang RA Istiqlal.

Massofa. 2011. Membangun Dan MengembangkanKarakter Anak Melalui Pensinergian Pendidikan Rumah Dan Sekolah. http://massofa.wordpress.com.

Miarso, Yusufhadi. 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Prenada Media.

Neolaka, Amos. 2008. Kesadaran Lingkungan, Jakarta: Rineka Cipta.

Polunin, Nicolas. 1997. Teori Ekosistem dan Penerapannya, terj Puji Astuti, dkk, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Rahman, Hibana S.. 2002. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta : Penerbit Galah.

Rahman dkk. 2006. Peran Strategis Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. Jatinangor: Alqaprint.

Rusyan. A Tabrani. 2000. Upaya Meningkatkan Budaya Kinerja Guru. Cianjur: CV Dinamika Karya.

Rivai, Veithzal. 2004. Kepemimpinan dan Prilaku Organisasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Riduwan. 2007, Skala Pengukuran Variabel - Variabel Penelitian, Cetakan Keempat. Bandung: Alfabeta.

Robbin Stephen P. 2001. Organizational Behavior. New Jersey: Prentice Hall International.

Robbins, Stephen P Dan Coulter, Mary. 2005. M anagement Seven Edition.(terj. T. Hermaya dan Harry Slamet). Jakarta. PT INDEKS.

Rohman, Arif. 2009. Politik Ideologi Pendidikan. Yogyakarta: LaksBang. Mediatama Yogyakarta

Sadiman, Arief S,dkk. 2005. Media Pendidikan: pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sarminto, Herini ,ES. 2004. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak dan Cara Penilaiannya dalam Keluarga dari Segi Kesehatan. Makalah seminar Membangun Karakter Anak Sejak Usia Dini, 14 Agustus 2004 di JEC Yogyakarta.

Salls, Holly Shepard. 2007. Character education: An Introduction. University Press of America.

Sarminto. ES. Herini. 2004. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak dan Cara Penilaiannya dalam Keluarga dari Segi Kesehatan. Makalah seminar Membangun Karakter Anak Sejak Usia Dini, 14 Agustus 2004 di JEC Yogyakarta.

Siahaan, N.H.T. 2004. Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan. JakartaSingarimbun, M. dan Effendi, S., (2006), Metode Penelitian Survai, Cetakan Kedelapanbelas, Penerbit Pustaka LP3ES, Jakarta.

Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta : Bumi Aksara.

Sunartini. 2001. Peran Orang Tua Dalam Tumbuh Kembang Anak yang Berkualitas dan Berbudaya. Yogyakarta : Fakultas Kedokteran UGM.

Supriadi, Dedi (2002). Sejarah Pendidikan Teknik dan Kejuruan di Indonesia Membangun Manusia Produktif. Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah. DirektoratPendidikan Menengah Kejuruan.

Suriviana. 2008. Sesuaikah Tumbuh Kembang Anak Anda?. www.infoibu.com.Surakhmad, Winarno. 1990. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito.

Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D, Bandung: Alfabeta.

Sujiono, Nurani Yuliani. 2011. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta Barat: PT Indeks.

Suyadi. 2010. Teori Pembelajaran Anak Usia Dini. Bandung. Remaja Rosdakarya.Suyanto, Slamet .(2005) Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan an Ketenagaan Perguruan Tinggi.

Suryadi, Ace dan Tilaar, H.A.R.1994. Analisis Kebijakan Pendidikan Suatu. Bangsa. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Syafaruddin, 2008. Efektifitas Kebijakan Pendidikan, Konsep, Strategi, Dan Aplikasi Kebijakan Menuju Organisasi Sekolah Yang Efektif, Jakarta: Rineka Cipta,

Thomas Lickona. 2004. Character Matters: How to Help Our Children Develop Judgment, Integrity, And Others Essential Virtues. New York: Touchstone

Tilaar, H.A.R dan Riant Nugroho, 2008. Kebijakan Pendidikan, Pengantar Untuk Memahami Kebijakan Pendidikan Sebagai Kebijakan Publik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tim Wikipedia. 2008. Ensiklopedia Bebas. www.wikipedia.org.

Uno, Hamzah B.,2006. Model Pembelajaran, Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang Kreatif Dan Efektif, Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Wahjosumijo,. 2002. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Wibowo, 2006. Manajemen Perubahan, Cetakan Pertama, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta.

Wiyani,Novan Ardy & Barnawi. 2012. Format PAUD. Yogyakarta:Ar- Ruzz Media.

Yudhastawa, Anik Rahmani.2005. Pendampingan Nonton Televisi Sejak Balita. Kedaulatan Rakyat, 13 Mei 2005.

F. Indentitas