industri. docx

26
5/19/2018 Industri.Docx-slidepdf.com http://slidepdf.com/reader/full/industri-docx 1/26 BAB I PROFIL INDUSTRI 1.1  Geografi dan Lingkungan wilayah industri 1.1.1. Lokasi Industri Letak wilayah pangan industri rumah tangga ini berada di jl.Ciodeng , Desa Bojong Malaka, Kab. Bandung. FOTO 1 Gambar 1.1. Lingkungan wilayah industri 1.1.2. Bangunan dan Fasilitas Tempat Industri 1.1.2.1. Bangunan Ruang Produksi 1.1.2.2. Desain dan Tata Letak Luas ruang produksi kurang lebih 400 meter persegi. Luas ruangan tersebut memadai untuk proses produksi. Ruangan produksi tersebut tidak digunakan untuk memproduksi produk lain selain pangan baso ikan. Kontruksi ruangan terbuat dari bahan yang tahan lama dan meliputi lantai, dinding, atap atau langit-langit, pintu, dan lubang angin.

Upload: angie-erditha-saklitnov

Post on 09-Oct-2015

89 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

jhgyik

TRANSCRIPT

BAB I PROFIL INDUSTRI

1.1 Geografi dan Lingkungan wilayah industri 1.1.1. Lokasi IndustriLetak wilayah pangan industri rumah tangga ini berada di jl.Ciodeng , Desa Bojong Malaka, Kab. Bandung.

FOTO 1

Gambar 1.1. Lingkungan wilayah industri

1.1.2. Bangunan dan Fasilitas Tempat Industri1.1.2.1. Bangunan Ruang Produksi1.1.2.2. Desain dan Tata LetakLuas ruang produksi kurang lebih 400 meter persegi. Luas ruangan tersebut memadai untuk proses produksi. Ruangan produksi tersebut tidak digunakan untuk memproduksi produk lain selain pangan baso ikan. Kontruksi ruangan terbuat dari bahan yang tahan lama dan meliputi lantai, dinding, atap atau langit-langit, pintu, dan lubang angin.

1.1.2.3. Konstruksi LantaiFOTO 2Gambar 1.2. Kontruksi LantaiKontruksi lantai PIRT pembuatan baso ikan terbuat dari semen, rata, tidak miring dan mudah dibersihkan dari kotoran. Akan tetapi lantai berdebu dan kotor, terdapat banyak sampah yang tertumpuk di beberapa sudut ruangan dan terdapat darah ikan pada lantai, terutama pada lantai ruang penggilingan baso ikan.Berdasarkan pedoman penilaian CPPB industri rumah tangga, industri rumah tangga (IRT) pembuatan baso ikan ini mendapatkan nilai kurang. Hal ini dikarenakan lantainya jarang dibersihkan.

1.1.2.4. Dinding atau Pemisah RuanganFOTO 3Gambar 1.3. Dinding dan Langit-langitDinding IRT pembuatan baso ikan terbuat dari tembok , kedap air, halus, namun berwana gelap dan terdapat banyak lumut karena belum dicat, berdebu, terkena asap tempat perebusan baso ikan dan lembab .Berdasarkan hasil pengamatan dinding dan langit-langit dan berdasarkan pedoman penilaian CPPB industri rumah tangga, industri rumah tangga (IRT) pembuatan baso ikan ini mendapatkan nilai kurang. 1.1.2.5. Konstruksi Langit-langitLangit-langit terbuat dari bahan yang tahan lama, tahan terhadap air dan tidak bocor, tidak mudah terkelupas atau terkikis, namun langit-langit tidak ada hanya ditutup oleh atap seng dengan kerangka kayu yang berdebu.Berdasarkan pedoman penilaian CPPB industri rumah tangga, pembuatan sistik ini mendapatkan nilai kurang. Hal ini karena langit-langit masih terdapat debu.

1.2.2.5 Konstruksi Pintu, Jendela, Lubang Angin

1.4. Gambar Pintu, Jendela, Lubang Angin

Pintu terbuat dari kayu, kedap udara didisain membuka keluar sehingga debu dan kotoran tidak terbawa masuk melalui udara kedalam ruangan jendela dan lubang angin terbuat dari bahan yang tahan lama yaitu kayu. Jendela tidak tertutup dan terpapar dengan udara luar, hanya terbuat dari jarring-jaring kawat. Jumlah lubang angin mencukupi dengan ruangan pengolahan makanan.Berdasarkan pedoman penilaian CPPB industri rumah tangga, industri rumah tangga (IRT) pembuatan sistik ini mendapatkan nilai kurang. Hal ini dikarenakan terbuat dari bahan yang tahan lama dan ssirkulasi udara cukup baik didalam ruangan produksi.

2.2.1 Fasilitas2.2.2.1 Kelengkapan Ruang Produksi

Gambar 1.5. Gambar Ruang produksi dan Kompor

Gambar 1.6. Gambar Alat Produksi

Gambar 1.7. Gambar Tempat Mencuci Tangan dan Mencuci Peralatan

Didalam ruang produksi terdapat tempat mencuci tangan yang digunakan bersama sama untuk mencuci peralatan produksi. Penerangan di ruang produksi cukup karena cahaya matahari langsung menyinari bagian belakang ruangan produksi sehingga memberikan pencahayaan yang cukup diruang produksi sehingga karyawan dapat mengerjakan tugasnya dengan teliti.

2.2.2.2 Tempat Penyimpanan

Gambar 1.8. Tempat Penyimpanan alat dan bahan makanan

Gambar 1.9. Tempat Penyimpanan bahan makanan

Gambar 1.10. Alat dan bahan makanan

Gambar 1.11. Tempat penyimpanan bahan makanan jadiTempat penyimpanan bahan pangan termasuk bumbu dan bahan tambahan pangan. Ruangan pengolahan makanan dan ruangan penyimpanan makanan menjadi satu.Berdasarkan pedoman penilaian CPPB industri rumah tangga, industri rumah tangga (IRT) pembuatan sistik ini mendapatkan nilai kurang. Hal ini dikarenakan tempat penyimpanan bahan pangan (bumbu) tersimpan bersatu dengan hasil akhir produksi.

1.2 Sumber daya manusia di industri Jumlah pegawai yang berada pada industri rumah tangga pangan ini berjumlah 3 orang pekerja dengan waktu jam kerja sebanyak 7 jam yang dimulai dari pukul 8.00 15.00. Akan tetapi waktu jam kerja tersebut dapat berubah sesuai dengan banyaknya pemesanan.

1.3 Sarana prasarana industri (ceritakan dan disertai foto yang terkait)

Gambar 1.12. Penggilingan Sistik

Gambar 1.13. Kompor, baskom, saringan minyak, wajan

Sarana yang terdapat pada industry rumah tangga tersebut terdapatPrasarana yang terdapat

1.4 Bahan-bahan yang dipergunakan dalam pengolahan hasil industri

Gambar 1.14. Bahan makanan (bumbu, mentega)

Gambar 1.15. Bahan makanan (minyak goreng)

Gambar 1.16. Bahan olahan makananBahan dasar dari pembuatan makanan ringan sistik yaitu : tepung terigu, telur, mentega, minyak goreng, dan garam. Bahan pangan, bahan pengemas disimpan bersama-sama dengan produk akhir dalam satu ruangan penyimpangan yang kotor, lembab dan gelap dan diletakkan di lantai atau menempel ke dinding. Ruangan pengolahan makanan dan ruangan penyimpanan makanan menjadi satu. Berdasarkan pedoman pemeriksaan sarana industri rumah tangga, industri rumah tangga (IRT) pembuatan sistik ini mendapatkan nilai baik. Hal ini dikarenakan tersedianya alat cuci/pembersih seperti sapu, sikat, deterjen ember yang terawat serta selalu dalam keadaan bersih.

1.5 Proses pengolahan hasil industri (ceritakan dan disertai foto yang terkait)

Gambar 1.17. Gambar pengolahan hasil industri

IRTP tidak memiliki catatan; menggunakan bahan baku yang sudah rusak, bahan berbahaya, dan bahan tambahan pangan yang tidak sesuai dengan persyaratan penggunaannya. IRTP tidak mempunyai atau tidak mengikuti bagan air produksi pangan. Pada proses pengolahan makanan, karyawan menggunakan alat pelindung diri (APD) diantara lain sarung tangan dan apron akan tetapi belum menggunakan masker. Sarung tangan yang digunakan diganti setiap kali selesai proses pengolahan ke proses pengolahan berikutnya. Apron yang digunakan dicuci dab diganti secara rutin. Proses pengolahan makanan sistik ini secara keseluruhan selesai dalam jangka waktu 5-6 jam tergantung pada jumlah sistik yang dibuat. Pada pengolahan sistik ini, bahan yang telah digoreng kemudian ditaruh di atas koran, seharusnya ini tidak diperbolehkan karena dapat terkontminasi oleh kandungan tinta, karbon dan kotoran yang berasal dari koran itu sendiri, maka sebaiknya bahan hasil goreng diletakkan ke dalam wadah yang steril tersendiri.

1.6 Jaminan kesehatan pekerja (ceritakan apakah di industri tersebut ada perlatan P3K dan jaminan/bantuan apa yang diberikan pemilik industri bila ada pekerja yang sakit)Ketika terdapat salah seorang pekerja yang sakit, pemilik industri akan memberikan jaminan atau bantuan secara materi yang dapat digunakan pekerja yang sakit sehingga pekerja yang sakit tersebut dapat melakukan pengobatan menuju pelayanan kesehatan yang terdekat.

BAB IIHIGIENE PERUSAHAAN, ERGONOMI, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (HIPERKES)

2.1 Sanitasi lingkungan industri 2.1.1. Lokasi / bangunan

Gambar 2.1. Sanitasi Lingkungan Industri

Gambar 2.2. Meja lingkungan industri

Lantai, meja dan ventilasi tidak dibersihkan, Bahan olahan makanan berceceran dan tidak ada tempat sampah tertutup di dalam ruangan olah makanan. Tidak ada bau yang mengindikasikan bahan olahan makanan yang basi dan bau bahan kimia yang menyengat. Tidak ada asap pembakaran sampah dari luar ruangan, maupun asap dari dalam ruangan dari pengolahan makanan, yang tercium ataupun yang terlihat Tidak ada kotoran hewan dalam lingkungan ruangan pengolahan makanan. Banyak debu di dalam lingkungan ruangan pengolahan makanan. Pada proses pengolahan sistik ini karyawan tidak memisahkan adonan yang sudah bersih kedalam wadah terpisah, oleh karena itu harus disediakan wadah tersendiri untuk bahan yang telah bersih.

2.1.2. Sarana Pembersihan / Pencucian

Gambar 2.3. Tempat Pencucian Alat dan Bahan MakananSarana pembersihan / pencucian bahan pangan, peralatan, perlengkapan dan bangunan (Iantai, dinding dan lain-lain),seperti sapu, sikat, pel, lap dan atau kemoceng, deterjen,ember, bahan sanitasi tersedia dan terawat dengan baik. Sarana pembersihan juga dilengkapi dengan sumber air bersih. Berdasarkan pedoman pemeriksaan sarana industri rumah tangga, industri rumah tangga (IRT) pembuatan sistik ini mendapatkan nilai baik. Hal ini dikarenakan tersedianya alat cuci/pembersih seperti sapu, sikat, deterjen ember yang terawat serta selalu dalam keadaan bersih.

2.5.1.2 Tempat Cuci TanganDi dalam tempat produksi tidak terdapat tempat cuci tangan diletakkan di dekat ruang produksi, dilengkapi air bersih dan sabun cuci tangan, dengan alat pengering tangan seperti handuk, lap atau kertas serap yang bersih. Biasanya pekerja melakukan cuci tangan langsung menuju toilet atau jamban tanpa disertai dengan alat pengering. Berdasarkan pedoman pemeriksaan sarana industri rumah tangga, industri rumah tangga (IRT) pembuatan sistik ini mendapatkan nilai kurang. Hal ini dapat disimpulkan karena tidak terdapatnya tempat cuci tangan khusus yang lengkap dengan sabun dan lap bersih.

2.5.1.3 Jamban/ToiletTidak ada toilet/jamban. Toilet yang ada di area produksi tidak khusus di desain dan dikonstruksi dengan memperhatikan persyaratan higiene, sumber air yang mengalir dan saluran pembuangan. Kamar mandi terbuka secara langsung ke ruang produksi tanpa adanya pintu, tidak ada peringatan mengenai anjuran mencuci tangan setelah dari kamar mandi. Berdasarkan pedoman pemeriksaan sarana industri rumah tangga, industri rumah tangga (IRT) pembuatan sistik ini mendapat nilai kurang. Hal ini dapat disumpulkan karena tidak memiliki jamban khusus di sekitar tempat produksi dan tidak terdapatnya tulisan peringatan untuk karyawan agar mencuci tangan sebelum dan sesudah produksi.

2.5.1.4 Sarana Pembuangan Air LimbahSistem pembuangan limbah didesain dan dikonstruksi sehingga dapat mencegah resiko pencemaran pangan dan air bersih. Sampah produksi segera dibuang ke tempat sampah yang tertutup. Limbah cair yang dihasilkan dari pengolahan sistik ini menuju selokan yang sebelumnya diolah terlebih dahulu di septic tank. Bahan buang limbah cair yang dihasilkan dari produksi ini juga dinilai tidak berbahaya, karena makanan yang diolah tidak menggunakan bahan yang membahayakan dan berdampak buruk bagi lingkungan seperti pewarna maupun pengawet makanan.Berdasarkan pedoman pemeriksaan sarana industri rumah tangga, industri rumah tangga (IRT) pembuatan sistik ini mendapat nilai baik. Hal ini dapat disumpulkan karena tersedianya tempat pembuangan sampah akhir, dimana sampah kemudian dimusnahkan dengan cara dibakar.

2.5.2 Kegiatan Higiene SanitasiPembersihan/pencucian dilakukan secara fisik seperti dengan sikat atau secara kimia seperti dengan sabun/deterjen atau gabungan keduanya. Peralatan produksi dicuci dengan air dan deterjen dengan air yang mengalir dan dilakukan secara rutin setelah proses produksi. Berdasarkan pedoman pemeriksaan sarana industri rumah tangga, industri rumah tangga (IRT) pembuatan sistik ini mendapatkan nilai cukup. Hal ini dikarenakan setiap pengerjaan pembuatan sistik selalu dilakukan pengawasan rutin dan ada penanggung jawab kegiatan tetapi tidak adanya pembersihan / pencucian peralatan produksi.

2.2 Perilaku pekerja dalam pengolahan hasil industri 2.5.3 Kesehatan KaryawanKaryawan yang bekerja di bagian pangan sudah memenuhi syarat, yaitu dalam keadaan sehat. Akan tetapi, Karyawan yang sakit baik menular ataupun tidak, selama dia masih sanggup untuk bekerja maka diperbolehkan untuk bekerja. Berdasarkan pedoman pemeriksaan sarana industri rumah tangga, industri rumah tangga (IRT) pembuatan sistik ini mendapatkan nilai kurang. Hal ini dikarenakan karyawan yang sedang sakit diperbolehkan bekerja di pengolahan pangan dalam keadaan sehat.

2.6.2 Kebersihan BadanKaryawan selalu menjaga kebersihan badannya. Karyawan yang menangani pangan juga mengenakan pakaian kerja yang bersih. Pakaian kerja yang biasanya dipakai berupa celemek, memakai sarung tangan, masker tetapi tidak memakai pelindung kepala dan sepatu kerja. Karyawan tidak dianurkan untuk selalu mencuci tangan dengan sabun sebelum memulai kegiatan mengolah pangan, sesudah menangani bahan mentah, atau bahan / alat yang kotor, dan sesudah ke luar daritoilet / jamban.Berdasarkan pedoman pemeriksaan sarana industri rumah tangga, industri rumah tangga (IRT) pembuatan sistik ini mendapatkan nilai kurang. Hal ini dikarenakan sebagian karyawan tidak memakai perlengkapan pakaian kerja dan tidak semua karyawan menggunakan pakaian bersih dan melaksanakan kegiatan cuci tangan sebelum dan sesudah melaksanakan suatu kegiatan produksi.

2.6.3 Kebiasaan KaryawanPada sebagian karyawan yang bekerja terlihat sambil makan dan minum, tetapi tidak ada yang merokok, meludah, bersin atau batuk ke arah pangan atau melakukan tindakan lain di tempat produksi yang dapat mengakibatkan pencemaran produk pangan. Karyawan di bagian pangan juga tidak mengenakan perhiasan seperti giwang / anting, cincin, gelang, kalung, arloji / jam tangan, bros dan peniti atau benda lainnya yang dapat membahayakan keamanan pangan yang diolah. Berdasarkan pedoman pemeriksaan sarana industri rumah tangga, industri rumah tangga (IRT) pembuatan sistik ini mendapatkan nilai kurang. Hal ini karena masih ada sebagian karyawan yang bekerja sambil makan/minum.

2.3 Ergonomi (ceritakan tentang posisi pekerja pada saat melakukan pekerjaan, disertai foto, dan kemungkinan timbulnya penyakit akibat posisi yang tidak ergonomi)Pada saat karyawan bekerja mengolah bahan makanan, mereka berdiri ataupun duduk di samping meja olah. Secara ergonomi posisinya cukup baik untuk bekerja dalam waktu yang cukup lama, tentunya diikuti oleh istirahat. Dalam mengolah makanan, karyawan dalam posisi duduk dengan jangka waktu berkisar 30-45 menit yanng kemudian berganti posisi dengan posisi berdiri dengan jangka waktu berkisar 15 menit. Berdasarkan pedoman pemeriksaan sarana industry rumah tangga, industri rumah tangga (IRT) pembuatan sistik ini mendapatkan nilai baik.

2.4 Kesehatan kerja Tidak ada bau yang mengindikasikan bahan olahan makanan yang basi dan bau bahan kimia yang menyengat. Tidak ada asap pembakaran sampah dari luar ruangan, maupun asap dari dalam ruangan dari pengolahan makanan, yang tercium ataupun yang terlihat. Akan tetapi lokasi serta lingkungan ruang produksi berdebu sehingga dapat mengakibatkan terjadinya penyakit saluran pernafasan.Berdasarkan pedoman pemeriksaan sarana industri rumah tangga, industri rumah tangga (IRT) pembuatan sistik ini mendapatkan nilai kurang. Hal ini karena masih terdapat lingkungan produksi yang berdebu dan kurang bersih sehingga dapat mengakibatkan terjadinya penyakit saluran pernafasan pada pekerja.

2.5 Keselamatan Kerja (ceritakan tentang kemungkinan faktor risiko terjadinya kecelakaan kerja terhadap pekerja disertai foto yang terkait.Pada industri olahan sistik ini karyawan menggunakan alat perlindungan diri (APD) yang sesuai seperti sarung tangan, apron dan masker untuk mencegah terkontaminasinya bahan makanan yang diolah. Dalam pengolahan sistik ini, karyawan tidak menggunakan pakaian lengan panjang dalam proses penggorengan bahan jadi, sehingga berisiko terkena cipratan minyak panas, oleh karena itu disarankan untuk menggunakan pakaian panjang.Sarana tempat pengolahan keselamatan kerja karyawan tidak terlalu beresiko terhadap terjadinya kecelakaan kerja, akan tetapi ada beberapa hal yang beresiko seperti genteng dan atap yang terbuat dari seng dan kayu yang mudah berkarat dan lapuk, karena bangunan yang digunakan merupakan bangunan lama. Berdasarkan pedoman pemeriksaan sarana industri rumah tangga, industri rumah tangga (IRT) pembuatan sistik ini mendapatkan nilai kurang. 2.6 Dampak industri terhadap lingkungan sekitar (ceritakan kemungkinan timbulnya gangguan kesehatan pada penduduk sekitar akibat keberadaan industri tersebut. Misal : limbah cair mau pun padat yang mengotori lingkungan sekitar)Pada industri olahan sistik ini tidak ada limbah berbahaya terhadap lingkungan yang dihasilkan. Limbah hasil sisa produksi langsung dibuang ke tempat sampah atau tempat pembuangan kompleks perumahan. . Berdasarkan pedoman pemeriksaan sarana industri rumah tangga, industri rumah tangga (IRT) pembuatan sistik ini mendapatkan nilai baik.

BAB IIIPEMECAHAN MASALAH KESEHATAN

3.1 Penentuan prioritas masalah di industriBerdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan pada PIRT makanan ringan Karunia tersebut,dapat ditarik beberapa identifikasi masalah, diantaranya adalah :1. lokasi dan lingkungan yang kotor, berdebu2. Bangunan dan fasilitas : lantai, dinding, langit-langit, jendela, permukaan tempat kerja, 3. Fasilitas : Kelengkapan ruang produksi4. Suplai air dan penyediaan air.5. Fasilitas dan Kegiatan Higiene dan Sanitasi : tempat toiet/sanitasi yang seharusnya6. Kesehatan dan Higiene Karyawa : Kesehatan karyawan dan kebiasaan karyawan yang kurang terjaga7. Pemeliharaan program higiene dan sanitasi : Program pengendalian hama8. Penyimpanan : Bahan pangan, bahan pengemas disimpan bersama-sama dengan produk akhir dalam satu ruangan penyimpangan yang kotor, lembab dan gelap dan diletakkan di lantai atau menempel ke dinding9. Pengendalian proses : RTP tidak mempunyai atau tidak mengikuti bagan air produksi pangan

Penetapan Masalah PrioritasTabel Penentuan Prioritas PermasalahanNo.Permasalahan

AKebersihan ruang bangunan yang kurang terjaga.

BTerjadi penumpukan sampah.

CTerdapat debu di lantai dan lubang ventilasi

DRuangan produksi sempit

EJumlah ventilasi atau lubang angin sedikit dan berdebu

FPIRT tidak mempunyai bagan alir produksi pangan

Tabel Penentuan Prioritas Masalah dengan Metode Criteria Matrix TechniqueNoMasalahITRJumlahI x T x RPrioritas

PSRIDUSBPBPC

1. A2222322231.1.52VI

2. B4334435345.832III

3. C44334334362.208I

4. D4222222334.608IV

5. E4333322237.776II

6. F3232232221.728V

Keterangan : P = Prevalence S = Severity RI = Rate of increase DU = Degree of unmeet need SB = Social benefit PB = Public concerng PC = Political climate T = Techincal feasibility R = Resource ability

3.2 Penentuan cara pemecahan masalah yang sudah ditetapkanBerdasarkan prioritas masalah yang terjadi pada IRTP Sistik tersebut yaitu bangunan dan fasilitas yang kurang di ruang produksi pangan, maka pemecahan masalah yang kami ambil adalah :A. Sosialisasi kepada pihak penanggungjawab IRTP mengenai sarana dan prasarana yang sehat dan higienis.B. Sosialisasi kepada pihak penanggungjawab IRTP mengenai PHBS di tempat kerja.C. Sosialisasi kepada pihak penanggungjawab IRTP tentang keselamatan kerjaA. Sosialisasi kepada pihak penanggungjawab IRTP dan masyarakat tentang gizi sehat.B. Sosialisasi tentang dampak terhadap produktifitas seseorang. C. Sosialisasi tentang dampak yang diakibatkan penyakit terhadap biaya pengobatan karyawan.

Prioritas Penanggulangan MasalahA. Dari Segi MasyarakatNo.Alternatif Jalan KeluarEfektivitasEfisiensiPM x I x VC

MIVC

1.A553237.5

2.B442132

3.C432124

4.D332118

5.E22114

6.F11111

B. Dari Segi Tenaga KesehatanNo.Alternatif Jalan KeluarEfektivitasEfisiensiPM x I x VC

MIVC

1.A332118

2.B532215

3.C554250

4.D432212

5.E322112

6.F22218

C. Dari Segi PengelolaNo.Alternatif Jalan KeluarEfektivitasEfisiensiPM x I x VC

MIVC

1.A332118

2.B32234

3.C423124

4.D32226

5.E32226

6.F543230

Keterangan : M Magnitude I Importancy V Vunerability C Cost P PrioritasSegi MasyarakatSosialisasi kepada pihak penanggungjawab IRTP mengenai sarana dan prasarana yang sehat dan higienis.a. Segi Tenaga KesehatanSosialisasi kepada pihak penanggungjawab IRTP tentang dampak kesehatan yang terjadi terhadap karyawan

b. Segi PengelolaSosialisasi tentang dampak yang diakibatkan penyakit terhadap biaya pengobatan karyawan.3.3 Pelaksanaan pemecahan masalah (bentuk nyata yang sudah dilakukan, disertai foto terkait)

BAB IVKESIMPULAN DAN SARAN 4.1 KesimpulanBerdasarkan hasil pengamatan pada IRTP Makana Ringan Karunia maka dapat disimpulkan sebagai berikut : Lokasi dan lingkungan yang kotor, berdebu Bangunan dan fasilitas : lantai, dinding, langit-langit, jendela, permukaan tempat kerja yang tidak sesuai dengan standar. Fasilitas : Kurangnya kelengkapan ruang produksi Suplai air dan penyediaan air yang tidak memenuhi standar.. Fasilitas dan Kegiatan Higiene dan Sanitasi : tempat toilet/sanitasi yang tidak seharusnya Kesehatan dan Higiene Karyawa : Kesehatan karyawan dan kebiasaan karyawan yang kurang terjaga Pemeliharaan program higiene dan sanitasi : Program pengendalian hama yang tidak benar. Penyimpanan : Bahan pangan, bahan pengemas disimpan bersama-sama dengan produk akhir dalam satu ruangan penyimpangan yang kotor, lembab dan gelap dan diletakkan di lantai atau menempel ke dinding. Pengendalian proses : IRTP tidak mempunyai atau tidak mengikuti bagan air produksi pangan.

4.2. SaranBerdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, maka saran yang dapat kami berikan diantaranya :A. Tenaga Kesehatan1. Lebih memperhatikan industri-industri kecil yang ada di wilayah kerja Puskesmas Bihbul agar higienitas tempat produksi dan hasil produksinya dapat terjaga dengan baik.2. Memberikan penyuluhan kepada pengelola industri non formal tentang pentingnya higienitas perusahaan dan keselamatan kerja.B. Pengelola IRTP1. Lebih memperhatikan lingkungan tempat produksi.2. Meningkatkan kedisiplinan alat proteksi diri untuk higienitas produksi yang baik dan untuk menghindari dari bahaya kerja.C. Peneliti1. Dapat mengetahui masalah-masalah yang terdapat pada industri non formal yang berada di wilayah kerja Puskesmas Bihbul.2. Dapat melakukan observasi lebih lanjut ke jenis industri non formal lainnya untuk mengamati masalah-masalah yang terjadi disana.