bisinosis .docx

21
Bisinosis Merty M. Taolin 102008196 Email : [email protected] Mahasiswa Fakultas Kedokteran UKRIDA Semester 7 Jl. Arjuna Utara no. 6 – Jakarta Barat Abstrack Bisinosis merupakan penyakit paru akibat kerja dengan karakterisasi penyakit saluran udara akut atau kronik yang di jumpai pada pekerja pengelolahan kapas, rami halus, dan rami. Bisinosis adalah gejala saluran napas serupa asma dalam berbagai derajat yang disebabkan oleh pajanan terhadap serat kapas. Oleh karena gejala awal bisinosis terjadi pada hari kerja pertama yang biasanya hari Senin, bisinosis disebut juga Monday morning fever atau Monday moning chest tightness atau Monday morning asthma. Bisinosis lebih sering ditemukan pada karyawan pemintalan yang terpajan debu kapas kadar tinggi dibanding karyawan pertenunan. Kata Kunci : Monday morning sickness, serat kapas Pendahuluan Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja.Menurut ILO 1,1 juta kematian karena penyakit atau kecelakaan akibat hubungan pekerjaan 300,000 kematian adalah

Upload: brian-angelo-soekamto

Post on 25-Oct-2015

334 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

makalah bisiniosis blok 28

TRANSCRIPT

Page 1: bisinosis .docx

Bisinosis

Merty M. Taolin

102008196

Email : [email protected]

Mahasiswa Fakultas Kedokteran UKRIDA Semester 7

Jl. Arjuna Utara no. 6 – Jakarta Barat

Abstrack

Bisinosis merupakan penyakit paru akibat kerja dengan karakterisasi penyakit saluran udara

akut atau kronik yang di jumpai pada pekerja pengelolahan kapas, rami halus, dan rami.

Bisinosis adalah gejala saluran napas serupa asma dalam berbagai derajat yang disebabkan

oleh pajanan terhadap serat kapas. Oleh karena gejala awal bisinosis terjadi pada hari kerja

pertama yang biasanya hari Senin, bisinosis disebut juga Monday morning fever atau

Monday moning chest tightness atau Monday morning asthma. Bisinosis lebih sering

ditemukan pada karyawan pemintalan yang terpajan debu kapas kadar tinggi dibanding

karyawan pertenunan.

Kata Kunci : Monday morning sickness, serat kapas

Pendahuluan

Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja, bahan,

proses maupun lingkungan kerja.Menurut ILO 1,1 juta kematian karena penyakit atau

kecelakaan akibat hubungan pekerjaan 300,000 kematian adalah akibat 250 juta kecelakaan

yang terjadi 160 juta peny akit akibat hubungan kerja.

Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan,alat kerja , bahan ,

proses maupun lingkungan kerja.Paparan debu di lingkungan kerja dapat menimbulkan

berbagai penyakit. Penyakit yang timbul diantaranya yang berkaitan dengan pulmonologi

termasuk pneumokoniosis dan silikotuberkulosis, penyakit paru dan saluran nafas akibat debu

logam keras, penyakit paru dan saluran nafas akibat debu kapas (bissinosis), asma akibat

kerja dan lainnya.Pabrik tekstil yang memakai kapas ,hemp, flax sebagai bahan dasar

memberi resiko menderita bisinosis.

Page 2: bisinosis .docx

TUJUH LANGKAH DIAGNOSIS PAK

Langkah I : Diagnosis Klinik

Anamnesis 1

Pada anamnesis klinik penyakit akibat hubungan kerja dokter perlu menanyakan identitas

pasien terutama pekerjaan pasien.Sebelumnya 3 pertanyaan baku yang di rekomendasikan

hipocrates yaitu menanyakan nama pasien , usia, dan tempat tinggal.Selain itu perlu di

tanyakan apakah pekerjaan menyebabkan atau berhubungan dengan penyakit,Alasan lain di

tanyakan untuk menanyakan riwayat pekerjaan pasien yang kembali bekerja, seperti apakah

kembali bekerja menyababkan kambuhnya penyakit, atau kembali bekerja menyababkan

kerugian dan mengganggu kesehatan teman sekerja atau masyarakat.selain itu riwayat

pekerjaan yang perlu di tanyakan seperti sudah berapa lama bekerja, riwayat pekerjaan

sebelumnya, alat kerja, bahan kerja, serta proses kerjaa, sampa dengan hasil produksi, lain

nya seperti apa alat pelindung diri yang dipakai,waktu bekerja sehari, apakah punya

kebiasaan merokok , apakah ada pekerja lain yang mengeluh hal yang sama seperti pasien

dan apakah ada keadaan lain yang memperberat penyakit pasien pada saat kembali

bekerja.Beberapa pertanyaan yang membantu menegakan diagnosa bisinosis sendiri di

antaranya menyangkut keluhan pasien,seperti adakah sesak napas, nyeri dada,batuk, demam,

apakah membaik jika pekerja berlibur dan kambuh jika pasien kembali bekerja.

Pemeriksaan Fisik 2

Pengukuran tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi napas, dan Suhu.Pada pasein

dengan bisinosis didapatkan terjadi penurunan frekuensi nafas dan peningkatan suhu,

sedangkan nadi dan tekanan darah dalam batas normal kecuali ada penyakit penyerta lainnya.

Didapatkan keluhan iritasi saluran napas bagian atas seperti : bersin-bersin, iritasi pada mata,

hidung, stridor.

Pada pasien bisinosis dengan efek kronik biasa memiliki ciri obstruksi jalan napas dan

secara klinik sulit di bedakan dengan bronchitis kronis dan emfisema, maka pada saat

Inspeksi terdapat retraksi inspirasi abnormal dari intercostal.

Page 3: bisinosis .docx

Pemeriksaan Penunjang

Uji fungsi Paru

Pemeriksaan spirometri merupakan pemeriksaan terhadap fungsi ventilasi dengan

menggunakan alat spriometer yang mengukur arus udara dalam satuan isi dan

waktu.Spirometri mencatat nilai ekspirasi lebih umum digunakan.Spirometer dapat

digunakan untuk berbagai macam uji tetapi yang paling bermanfaat di lapangan adalah

volume ekspirasi paksa 1 detik (VEPI) dan kapasitas vital palsa (KVP), Dengan spirometri

ini, dapat diketahui uji fungsi paru dasar yang meliputi Vital Capacity (VC), Force Vital

Capacity (FVC) dan Forced Expiratory Volume in One Second (FEV1). Vital Capacity

adalah jumlah udara maksimal yang dapat diekspirasi sesudah inspirasi maksimal sedang

Force Vital Capacity adalah pengukuran kapuritas vital yang di dapat pada ekspirasi dengan

dilakukan secepat dan sekuat mungkin. Forced Expiratory Volume One Second adalah

volume udara yang dapat diekspirasi dalam waktu satu detik selama tindakan FVC kedua

pembacaan tersebut dapat dibuat dari usaha ekspirasi yang sama. Pembacaan akhir pada

kedua hal tersebut adalah rata-rata tiga tarikan napas yang di dahului oleh dua tarikan napas

latihan.

Pada tes fungsi paru, tes dibagi dalam dua kategori yaitu tes yang berhubungan dengan fungsi

ventilasi paru-paru dan dinding dada serta tes yang berhubungan dengan pertukaran gas.

Pemeriksaan dengan spirometri ini adalah tes yang berhubungan dengan fungsi ventilasi

paru-paru dan dinding dada. Hasil dari tes fungsi paru ini tidak dapat untuk mendiagnosa

suatu penyakit paru-paru tapi hanya memberikan gambaran gangguan fungsi paru yang dapat

dibedakan atas kelainan ventilasi obstruktif dan restriktif. Kelainan obstruktif adalah setiap

keadaan hambatan aliran udara karena adanya sumbatan atau penyempitan saluran

nafas.Sedangkan gangguan restriktif adalah gangguan pada paru yang menyebabkan

kekakuan paru sehingga membatasi pengembangan paru-paru.

Pada kasus bisinosis pemeriksaan dilakukan pada hari pertama bekerja, dilakukan sebelum

dan sesudah pajanan selama 6 jam, dapat menghasilkan penurunan FEV I. Gambaran

penurunan FEV I yang bermakna (10% atau lebih) , derajat perbaikan penyumbatan jalan

napas dapat dikaji dengan tes FEV I sebelum giliran tugas dilakukan setelah dua hari tidak

terpajan.

(Faisal Y.Pemeriksaan faal paru .pulmonologi klinik,Jakarta FK UI)

Page 4: bisinosis .docx

Pemeriksaan Tempat kerja

Bila memungkinkan akan jauh lebih baik jika dilakukan survey pada tempat kerja, yang perlu

di nilai adalah tentang pabrik ( bahan baku, proses produksi ,dan hasil produksi),aspek fisik ,

kimia, mekanik, ergonomic, biologi, psikososial, data tenaga kerja( menunjukan jumlah

populasi yang terpajan), pelayanan kesehatan yang tersedia, serta fasilitas pendukung lain

nya.

Working diagnosis

Penyakit paru akibat paparan debu kapas (Bisinosis)

Penyakit paru akibat kerja ialah penyakit atau kerusakan paru yang terjadi akibat debu/asap/

gas/ bahan yang berbahaya oleh pekerja di tempat kerja mereka. Penyakit Bisinosis adalah

penyakit pneumoconiosis yang disebabkan oleh pencemaran debu napas atau serat kapas di

udara yang kemudian terhisap ke dalam paru-paru. Debu kapas atau serat kapas ini banyak

dijumpai pada pabrik pemintalan kapas, pabrik tekstil, perusahaan dan pergudangan kapas

serta pabrik atau bekerja lain yang menggunakan kapas atau tekstil; seperti tempat pembuatan

kasur, pembuatan jok kursi dan lain sebagainya.

Masa inkubasi penyakit bisinosis cukup lama, yaitu sekitar 5 tahun. Tanda-tanda awal

penyakit bisinosis ini berupa sesak napas, terasa berat pada dada, terutama pada hari Senin

(yaitu hari awal kerja pada setiap minggu). Secara psikis setiap hari Senin bekerja yang

menderita penyakit bisinosis merasakan beban berat pada dada serta sesak nafas. Reaksi

alergi akibat adanya kapas yang masuk ke dalam saluran pernapasan juga merupakan gejala

awal bisinosis. Pada bisinosis yang sudah lanjut atau berat, penyakit tersebut biasanya juga

diikuti dengan penyakit bronchitis kronis dan mungkin juga disertai dengan

emphysemaPaparan debu kapas dapat menimbulkan obtruksi saluran napas atau

bisinosis.Patogenesis bisinosis belum sepenuhnya jelas, ada bukti bahwa suatu zat toksik

yang melepaskan histmamin mungkin bertanggung jawab atas gejala khas bisinosis, yaitu

sesak napas pada hari pertama setelah liburan akhir minggu.Secara luas di yakini bahwa kerja

pelepasan histamine ini di sebabkan oleh senyawa molekuler kecil yang larut air dan stabil

panas yang berasal dari bulu tanaman kapas.disamping pelepasan histamine paparan terhadap

debu kapas juga menyebabkan iritasi saluran napas bagian atas dan bronkus , dimana setelah

paparan yang lama perlahan-lahan berlanjut menjadi penyakit paru obtruktif kronik.Mungkin

Page 5: bisinosis .docx

juga terdapat lebih dari satu tipe reaksi manusia terhadap debu ini,Inhalasi endotoksin bakteri

gram negative telah terbukti dapat menyebabkan gejala menyerupai bisinosis

Gejala bisinosis di bagi dalam 4 derajat , yaitu :

Derajat 0 Tidak ada gejala

Derajat ½ Kadang-kadang dada tertekan pada hari

pertama kerja

Derajat 1 Dada tertekan atau sesak napas tiap hari

pertama minggu kerja

Derajat 2 Rasa berat didada dan sukar bernafas tidak

hanya pada hari pertama tapi pada hari lain

minggu kerja

Derajat 3 Gejala seperti derajat 2 ditambah toleransi

terhadap aktivitas secara menetap dan

pengurungan kapasitas ventilasi

Langkah II : Pajanan yang dialami

Penyakit akibat Kerja dapat disebabkan oleh faktor kondisi lingkungan dan manusia. Faktor-

faktor bahaya yang disebabkan oleh kondisi lingkungan kerja antara lain adalah : 

Faktor fisik, misalnya: penerangan, suara, radiasi, suhu, kelembaban dan tekanan

udara, ventilasi.

Faktor kimia, misalnya : gas, uap, debu, kabut, asap, awan, cairan, abu terbang dan

benda padat.

Faktor biologi, misalnya : virus dan bakteri baik dari golongan tumbuhan atau hewan. 

Faktor ergonomi atau fisiologis, misalnya : konstruksi mesin, sikap dan cara kerja.

Dan 

Faktor mental - psikologis, misalnya : suasana kerja, hubungan diantara pekerja dan

pengusaha 

Page 6: bisinosis .docx

Pajanan yang di alami pada kasus bisinosis terutama berupa factor kimia organic yakni debu

kapas yang berperan sebagai etiologi dari penyakit tersebut

Debu merupakan salah satu bahan yang sering disebut sebagai partikel yang melayang di

udara Suspended Particulate Matter / SPM) dengan ukuran 1 mikron sampai dengan 500

mikron. Debu industri yang terdapat di udara dibagi menjadi 2, yaitu :

Deposite particulate matter yaitu partikel debu yang hanya sementara di udara.

Partikel ini akan segera mengendap karena daya tarik bumi.

Suspended particulate matter adalah debu yang tetap berada di udara dan tidak mudah

mengendap.

Debu kapas merupakan salah satu debu yang berasal dari makhluk hidup atau di sebut debu

organic, nilai ambang batas untuk debu kapas menurut WHO ; 0,2 mg/m3 untuk pemintalan

dan 0,75 mg/m3. Sedangkan penelitian ukuran tersebut dapat mencapai target organ sebagai

berikut :

1. Partikel diameter > 5,0 mikron terkumpul di hidung dan tenggorokan., ini dapat

menimbulkan efek berupa iritasi yang ditandai dengan gejala faringitis.

2. Partikel diameter 0,5 – 5,0 mikron terkumpul di paru – paru hingga alveoli, ini dapat

menimbulkan efek berupa bronchitis, alergi, atau asma

3. Partikel diameter < 0,5 mikron terkumpul di alveoli dan dapat terabsorbsi ke dalam darah.

Langkah III : Hubungan pajanan dengan Penyakit

Dengan menarik nafas, udara yang mengandung debu masuk ke dalam paru-paru. Secara

umum terdapat tiga factor yang berpengaruh pada inhalasi bahan pencemar kedalam paru,

yaitu factor komponen fisik, kimiawi dan host. Aspek fisik adalah bahan yang diinhalasi

sedangkan aspek kimiawi yang berpengaruh antara lain adalah kecenderungan untuk bereaksi

dengan jaringan sekitarnya, keasaman atau tingkat alkalisitas yang dapat merusak silia dan

sistem enzim. Bahan tersebut, dapat menimbulakan fibrosis di paru dan bersifat antigen yang

masuk keparu, factor host penting diperhitungkan sistem pertahanan paru baik anatomis

maupun fisiologis. Silia yang aktif dapat membersihkan debu yang menempel dan asap rokok

jelas mempengaruhi daya pertahanan paru.

Page 7: bisinosis .docx

Lamanya paparan dan kerentanan individu yang terpapar perlu diperhatikan. Partikel debu

yang dapat dihirup oleh pernafasan manusia mempunyai ukuran 0,1 mikron sampai 10

mikron. Pada hidung dan tenggorokan bagian bawah ada cilia yang berfungsi menahan

benda-benda asing seperti debu dengan ukuran 5 – 10 mikron yang kemudian dikeluarkan

bersama secret waktu nafas. Partikel-partikel debu yang berdiameter lebih dari 15 mikron

tersaring keluar pada saluran nafas bagian atas. Partikel 5-15 mikron tertangkap pada mukosa

saluran yang lebih rendah dan kembali disapu ke laring oleh kerja mukosiliar, selanjutnya

akan ditelan. Bila partikel ini mengiritasi saluran nafas, atau melepaskan zat-zat yang

merangsang respon imun, dapat timbul penyakit pernafasan misalnya bronchitis.

Partikel 0.5-5 mikron melewati system mukosiliar dan masuk ke saluran nafas terminal serta

alveoli. Dari sana debu ini akan dikumpulkan oleh sel-sel scavenger (makrofag) dan dihantar

kembali ke system limfatik atau system mukosiliar. Partikel berdiameter kurang dari 0.5

mikron kemungkinan tetap mengambang dalam udara dan tidak di retensi. Partikel-partikel

panjang atau serta yang berdiameter kurang dari 3 mikron dengan panjang sampai 100

mikron dapat mencapai saluran nafas terminal, namun tidak dibersihkan oleh makrofag, akan

tetapi partikelini mungkin pula ditelan oleh lebih dari satu makrofag dan dibungkus dengan

protein sehingga terbentuk abses.

Secara ringkas dapat dikatakan reaksi yang timbul akibat debu yang terinhalasi pada paru

tergantung pada sifat alamiah kimia dari debu, ukuran debu, distribusi dari debu yang

terinhalasi, kadar partikel debu, lamanya paparan, kerentanan individu dan pembersihan

partikel debu.

Page 8: bisinosis .docx

Disamping itu debu kapas juga dapat menimbulkan reaksi alergi sebagaimana debu yang lain

seperti serpihan kayu, tenun, wol dan kapur. Hal ini merupakan reaksi hipersensitivitas tipe I

dimana debu kapur yang menempel pada permukaan mukosa saluran nafas disertai dengan

media reaksi immunoglobulin E (lgE) akan mengikat sel mukosa yang dapat berakibat sel

mukosa akan melepaskan bahan vasoaktif termasuk histamine. Reaksi alergi ini

menyebabkan terjadinya bronkhostriksi, meningkatnya sekresi mucus, dan meningkatnya

permeabilitas kapiler sebagai akibat dari rekasi histamine

Langkah IV : Pajanan Cukup Besar ?

Kadar partikel debu yang rendah dalam udara inhalasi , dapat di bersihkan secara komplit ,

namun semakin tinggi kadarnya maka semakin banyak I dalam mengalami deposisi dalam

paru.Untuk debu kapas standar menurut WHO yang di perbolehkan 0,2 /m3.Angka-angka

prevalensi Bisinosis antara 20-50% telah dilaporkan pada ruang penyisiran (cadroom) kapas

dengan kadar debu respirasi antara 0,35 mg/m3, dan 0,60 mg/m3 .Prevalensi kurang dari 10%

di temukan pada ruang dengan kadar debu respirasi kurang dari 0,1 mg/m3.Penurunan FEV I

pertahun lebih besar didapatkan diantara para pekerja tekstil dengan riwayat paparan dbu

yang lama , bila di banddingkan dengam subjek yang tidak terpapar.Perokok juga lebih

rentan terhadap bisinosis dan mungkin mengalami bentuk lanjut dari penyakit ini.

Epidemiologi

Penelitian tentang prevalensi Bisinosis di lakukan pada karyawan pabrik tekstil di berbagai

Negara antara 1-88% dan pada umumnya bergantung pada kadar debu lingkungan kerja dan

lama nya paparan.Prevalensi bisinosis tidak selalu berkorelasi positif antara timbulnya

gangguan saluran pernapasan dengaan tinggi nya debu lingkungan kerja.Menurut Rylander

tidak selalu di temukan hubungan antara bisinosis dengan obstruksi akut bahkan obtruksi

akuit sering di temukan tanpa adanya bisinosis,sedangkan peneliti di Surabaya Purwannto

(1996) menemukan adanya hubungan bermakna antra obstruksi akut dengan lama

paparan.Murlinhar di Bombay melaporkan adanya korelasi positif antara lama bekerja

dengan derajat penurunan fungsi paru dan peningkatan prevalensi bisinosis. Dan beberapa

peneliti di Beijing mendapatkan rata-rata timbulnya kelainan fungsi paru didapatkan setelah

bekerja lebih dari 5 tahun.Penelitian tentang kadar debu dengan prevalensi bisinosis dan

Page 9: bisinosis .docx

penurunan fungsi paru dilaporkan Jiang dkk(1995) di Cina dimana kadar debu kapas antara

3,04- 12,32 mg/m3 didapatkan perasaan dada tertekan di awal kerja sebesar 9%.Penurunan

VEPI sebesar 21,8%, batuk disertai dahak 18,2 %, dan bronchitis kronik sebesar 10,9 %, serta

bisinosis didapatkan sebesar 1,7 %.Di Indonesia penyakit ini belum dilaporkan secara

spesifik bukan karna tidak ada tetapi penyakit paru masih didominasi oleh penyakit infekssi

spesifik maupun nonspesifik, dan kurangnya pengetahuan tenaga kesehatan tentang gejala

dan perjalanan penyakit menyerupai penyakit yang tidak berhubungan dengan pekerjaan.

Cara kerja , Proses kerja , lingkungan kerja

Untuk membuat kain, dimulai dari bahan baku yang paling dasar yaitu kapas. Dari

kapas proses selanjutnya untuk membuat kain kaos disebut proses pemintalan atau didalam

industri tekstil biasa disebut dengan proses spinning. Proses spinning yakni proses mengolah

kapas atau polyester menjadi benang.

Setelah proses pemintalan atau spinning, maka hasilnya adalah benang. Benang hasil

pemintalan ini akan masuk ke proses berikutnya yang disebut soft winder. Soft winder adalah

proses penggulungan benang hasil dari pemintalan.

Benang yang telah digulung melalui proses soft winder, akan masuk ke proses

pencelupan benang. Tujuannya adalah untuk memberi warna pada benang sebelum ditenun

menjadi kain. Jadi warna dari kain itu berasal dari proses pencelupan benang ini. Setelah

proses pencelupan benang selesai kemudian benang dikeringkan.

Proses selanjutnya setelah pencelupan atau pewarnaan pada benang adalah proses

weaving. Weaving biasa disebut juga proses penenunan, yaitu proses mengolah benang

menjadi kain. Sebelum masuk ke proses penenunan atau weaving, benang perlu dipersiapkan

terlebih dahulu. Proses ini, mempersiapkan benang hingga terbentuk anyaman benang yang

siap masuk ke mesin tenun. Setelah itu baru masuk ke proses dalam proses weaving atau

penenunan.

Setelah proses penenunan selesai maka hasilnya adalah lembaran-lembaran kain.

Kain-kain dari hasil mesin tenun ini kemudian masuk ke proses pemeriksaan atau

disebut Shiage. Di proses ini kain akan dicek dan ditentukan gradenya. Bila dari pemeriksaan

ditemukan kecacatan maka kain dikirim ke bagian perbaikan. Di proses ini juga dilakukan

proses klasifikasi kain sesuai dengan jenisnya.

Page 10: bisinosis .docx

Lulus dari proses pemeriksaan atau Shiage. Kain akan masuk ke proses pemolesan

terhadap warna, penampilan dan pegangan (handling) disebut dengan proses Dyeing. Proses

ini merupakan proses terakhir dari proses produksi, mulai dari pengolahan bahan baku kapas

atau polyester hingga menjadi kain.

Sebelum kain dikirim ke pasaran ada proses terakhir yaitu proses penggulungan dan

pengepakan kain sesuai dengan pesanan dari pelanggan. Sampai tahap ini selesailah proses

produksi kain di pabrik.

Kemudian kain akan dipasarkan ke pelanggan-pelanggan atau distributor dan pusat-

pusat grosir kain. Dari pusat-pusat grosir inilah bisanya industri garmen mendapatkan supply

bahan baku kain. Industri-industri garmen ini meliputi industri konveksi, sablon atau

percetakan hingga ke level industri rumah tangga.

Sampai di level konveksi atau industri garment, kain-kain tersebut dipotong sesuai

pola. Setelah dipotong kain kaos  kemudian dijahit, dan dikemas sampai menjadi produk

akhir seperti t-shirt.

Alat Pelindung Diri

Perlindungan tenaga kerja melalui usaha-usaha teknik pengamanann tempat,peralatan , dan

lingkungan kerja adalah sangat perlu diutamakan.Namun kadang keadaan bahaya masih

belum dapat di kendalikan sepenuhnyam sehingga diperlukan alat pelindung diri (personal

protektif devices) alat demikian harus memenuhi persyaratan :

Enak dan nyaman di pakai

Tidak mengganggu kerja

Memberi perlindungan efektif terhadap jenis bahaya

Pada kasus bisinosis salah satu APD yang utama adalah APD untuk alat pernapasan yakni

respirator atau masker khusus.APD seperti masker filter berguna jika secara teratur di

periksa filtrasi udara efektif dan sempurna.sayangnya pemakaian masker seringkali tidak

mengenakan , khususnya di daerah yang beriklim panas.

Langkah V Faktor Individu

Status kesehatan fisik dari masing-masing individu, mempengaruhi berat-ringannya

penyakit bisisnosis ini. Pada penderita bisinosis yang mempunyai riwayat atopi atau alergi,

kebiasaan olahraga yang jarang bahkan tidak penah atau riwayat penyakit dalam keluarga

Page 11: bisinosis .docx

yang lain, dapat menimbulkan gejala yang lebih berat serta memperburuk keadaan bisinosis

yang dialami. Kerentanan masing-masing individu juga mempengaruhi cepat-lambat

munculnya bisinosis ini.

Demikian juga dengan higene perorangan sangat penting dalam timbulnya penyakit

ini. Higene perorangan yang baik, meminimalisasikan adanya pajanan yang dapat masuk

kedalam tubuh seseorang. Semakin meningkatnya umur maka lebih rentan terhadap suatu

penyakit.Kerentanan individu Hal ini sulit di perkirakan karena individu yang berbeda

dengan paparan yang sama akan menimbulkan bahwa peranan saraf otonom cukup penting

dalam respon terhadap iritan.Gangguan keseimbangan antara rangsangan vagus dan

simpatolitik tampaknya mempengaruhi sensitivitas seseorang terhadap rangsang

debu.Diperkirakan juga dalam paparan terhadap debu dapat merusak epithelium saluran

napas, sensitasi reseptor sensoris sehingga dapat meningkatkan reflex bronkokonstriksi.

Langkah VI Faktor lain di Luar individu

Selain dari pada kualitas dan kuantitas paparan dalam pekerjaan, bisisnosis juga dapat

ditimbulkan dari faktor lain diluar pekerjaan seperti kebiasaan, pekerjaan dirumah ataupun

pekerjaan sambilan.

Kebiasaan yang buruk seperti merokok, juga lebih rentan terhadap bisinosis oleh

karena zat yang terkandung di dalam nya dapat merusak system pertahanan alamin dalam

tubuh kita, sehingga tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya, selain itu rokok juga dapat

memperberat kondisi pasien terhadap penyakit, bahkan dengan merokok seseorang lebih

mungkin mengalami bentuk lanjut dari pada penyakit itu sendiri dapat dan bahkan

mempercepat timbulnya komplikasi yang lebih berat. Pekerjaan dirumah ataupun pekerjaan

sambilan yang berkaitan dengan adanya paparan debu, juga dapat menjadi salah satu faktor

munculnya penyakit bisinosis.

.

Page 12: bisinosis .docx

ada kelainan yang ada di selaput lendir akan menimbulkan gejala berupa

penyumbatan.sedangkan enfisema adalah jenis penyakit paru obstruktif yang melibatkan

kerusakan pada kantung udara (alveoli) di paru, sehingga membuat pasien sulit

bernapas/sesak napas.

PENCEGAHAN

Penyakit akibat faktor pekerjaan bisa dihindarkan asal saja tenaga kerja mempunyai kemauan

dan itikad yang baik untuk mencegahnya. Disini tenaga kerja mempunyai peranan yang

penting dalam menghindarkan penyakit akibat kerja. Untuk penyakit akibat kerja yang

disebabkan golongan debu, upaya pengendaliannya dapat dilakukan :

a.Substitusi yaitu mengganti bahan yang memiliki bahaya dengan bahan yang kurang

berbahaya atau tidak berbahaya sama sekali.

b. Ventilasi umum yaitu mengalirkan udara ke ruang kerja agar kadar debu yang ada dalam

ruangan kerja menjadi lebih rendah dari kadar nilai ambang mbatas (NAB).

c.Isolasi yaitu menutup proses, bahan atau alat kerja yang merupakan sumber debu agar tidak

tersebar ke ruangan lain.

d. Memodifikasi proses yaitu mengubah proses atau cara kerja sedemikian rupa agar

hamburan debu yang dihasilkan berkurang.

e.Mengadakan pemantauan terhadap lingkungan kerja yaitu pemantauan terhadap lingkungan

kerja agar dapat diketahui apakah kadar debu yang dihasilkan sudah melampaui nilai ambang

batas yang diperkenankan

f. Alat pelindung diri yaitu upaya perlindungan terhadap tenaga kerja agar terlindungi dari

resiko bahaya yang dihadapi. Misalnya masker, sarung tangan, kaca mata dan pakaian

pelindung.

g. Penyuluhan tentang kesehatan dan keselamatan kerja secara intensif agar tenaga kerja tetap

waspada dalam melaksanakan pekerjaannya

Prognosis

Bisinosis ringan atau dini kemungkinan masih reversible sedangkan penyakit yang berat dan

kronis tidak .Pasien dengan gejala khas dan menunjukan penurunan FEVI 10% lebih harus

Page 13: bisinosis .docx

dipindahka ke tempat yang tidak terpajan.Pasien dengan penyumbatan jalan napas sedang

dan berat (FEV <60%) harus tidak terpajan.

Kesimpulan

Penyakit Bisinosis adalah penyakit pneumoconiosis yang disebabkan oleh pencemaran

debu napas atau serat kapas di udara yang kemudian terhisap ke dalam paru-paru. Masa

inkubasi penyakit bisinosis cukup lama, yaitu sekitar 5 tahun. Tanda-tanda awal penyakit

bisinosis ini berupa sesak napas, terasa berat pada dada, terutama pada hari Senin (yaitu hari

awal kerja pada setiap minggu). Secara psikis setiap hari Senin bekerja yang menderita

penyakit bisinosis merasakan beban berat pada dada serta sesak nafas. Reaksi alergi akibat

adanya kapas yang masuk ke dalam saluran pernapasan juga merupakan gejala awal

bisinosis. Pada bisinosis yang sudah lanjut atau berat, penyakit tersebut biasanya juga diikuti

dengan penyakit bronchitis kronis dan mungkin juga disertai dengan emphysema. Pengobatan

yang terpenting adalah menghilangkan sumber pemaparan dari bahan penyebab, untuk

meringankan gejala. Bissinosis bisa dicegah dengan promosi kesehatan, pemakaian alat

pelindung diri dan cara mengurangi kadar debu di dalam pabrik pengolahan tekstil melalui

perbaikan mesin atau sirkulasi udara,

Page 14: bisinosis .docx

DAFTAR PUSTAKA

1. Jeyaratnam J, Koh david.Bisinosis . Dalam : Praktik kedokteran kerja.Jakarta :

EGC.2010.h 85-7

2. Bickley L.S. Pemeriksaan Torak dan Paru. Dalam: Buku Saku Pemeriksaan Fisik &

Riwayat Kesehatan Bates Edisi ke-5.Jakarta : EGC. 2008. h 110

3. PK Sumamur. Higiene Perusahaan dan kesehatan kerja.Jakarta : PT.Gunung

agung.2002.h 133

4. PK Sumamur. Peralatan perlindungan diri. Dalam : Keselamatan kerja & Pencegahan

kecelakaan. Jakarta : PT Gunung agung.2001.h 296

5. Djojodibroto D. Bisinosis.Dalam Resirologi (respiratory medicine) Jakarta : EGC .

2007.h 201-2

6. Diagnosis okupasi penyakit akibat kerja. Diunduh dari http: //www. scribd. com/

doc/ 40525712/. pada 24 oktober 2011.

7. Yang lain nya pdf