makalah_identifikasi_vibrio_cholerae (empaz).docx
TRANSCRIPT
MAKALAH MIKROBIOLOGI
IDENTIFIKASI Vibrio cholera SEBAGAI SALAH SATU PENYEBAB PENYAKIT
SALURAN GASTROINTESTINAL
oleh:
NAMA : I GUSTI AGUNG P. YOGA
NIM : 14.131.0608
KELAS : A8-OFF B
JURUSAN D3 ANALIS KESEHATANSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA PPNI
BALI 2016
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang telah
memberikan kita kelancaran dalam penulisan makalah ini. Dibuatnya makalah
ini guna untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Mikrobiologi.
Dalam makalah ini penulis akan membahas masalah mengenai
”IDENTIFIKASI Vibrio cholera SEBAGAI PENYEBAB SALAH SATU
PENYAKIT SALURAN GASTROINTESTINAL“ karena sebagai seorang
mahasiswa analis maka kita perlu mengetahui hal ini.
Penulis sangat mengharapkan agar pembaca dapat menambah
wawasan dan ilmu pengetahuan-Nya tentang IDENTIFIKASI Vibrio cholera
SEBAGAI PENYEBAB SALAH SATU PENYAKIT SALURAN
GASTROINTESTINAL. Saran dan kritik yang membangun tetap kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata tiada gading yang tak retak, begitu
juga dengan manusia sendiri.
Denpasar, 5 Januari 2016
I Gusti Agung Purnama Yoga
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................. 2
DAFTAR ISI ................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 5
C. Manfaat Penulisan .................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Morfologi Vibrio cholerae........................................................................ 6-7
B. Fisiologi dan Biokimia Vibrio cholerae .................................................... 7-8
C. Klasifikasi Ilmiah Vibrio cholerae ............................................................ 8
D. Struktur Antigen Vibrio cholerae ............................................................. 8-9
E. Patogenesis Vibrio cholerae...................................................................... 9-13
F. Manifestasi Klinik dan Diagnosis..............................................................13-14
F. Gejala penyakit.............................................................................................14-15
G. Pengujian atau Identifikasi Vibrio cholerae ............................................... 15-20
H. Pencegahan..................................................................................................20
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................. 21B. Saran ........................................................................................................ 21
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 22
RESUME ...................................................................................................... 23-28
3
A. Latar Belakang
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit kolera adalah penyakit infeksi saluran pencernaan yang
disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae (V. Cholerae) dengan manifestasi
klinik berupa diare. Gejala klinis diawali dengan munculnya diare yang
encer kemudian dalam waktu singkat feses yang semula berwarna dan
berbau menjadi lebih encer, masif, dan berwarna putih seperti cairan cucian
air beras (rice water stool). Cairan ini mengandung mucus, sel epitel dan
sejumlah besar V. cholerae. Apabila dibiarkan, pasien dapat kehilangan
cairan dalam jumlah banyak dan dapat menuju ke fase dehidrasi dan
berat sampai meninggal dalam jangka waktu beberapa jam setelah infeksi.
Bakteri Vibrio yang merupakan etiologi dari penyakit kolera adalah
bakteri dengan gram negatif berbentuk koma (comma shaped). V. cholerae
memiliki satu flagela di salah satu kutubnya sehingga memiliki motilitas
yang tinggi. Bakteri ini bisa hidup dan berkembang pada keadaan aerob atau
anaerob (anaerob fakultatif). Air dengan kadar garam tinggi seperti air laut
adalah tempat hidup alami dari bakteri ini. V. cholerae tidak tahan dengan
suasana asam dan tumbuh baik pada suasana basa (pH 8,0-9,5).
V. cholerae dapat menginfeksi manusia melalui rute pencernaan
(fecal-oral). Manifestasi klinik berupa penyakit kolera akan timbul apabila
jumlah bakteri yang masuk mencapai jumlah tertentu. Jumlah tersebut
dipengaruhi oleh proses masuknya bakteri kedalam saluran cerna. Seseorang
dengan asam lambung yang normal akan dapat terinfeksi apabila menelan
sebanyak 1010 atau lebih V. cholerae dalam air (103-106 dalam air) dan 102-
104 organisme bila masuk bersama makanan.
Penyakit kolera telah menyebar dan menjadi pandemik di
seluruh dunia selama dua abad terakhir ini. Telah terjadi tujuh kali pandemik
kolera sejak tahun 1817 dan terakhir tahun 1992. Pada mulanya penyakit ini
merupakan penyakit endemik dari Indian Subcontinent dan Afrika kemudian
menyebar ke Eropa, Asia, dan sampai ke Indonesia.
4
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang penulisan makalah ini yaitu
untuk mengetahui tentang bakteri Vibrio cholera sebagai penyebabkan
penyakit kolera (penyakit saluran gastrointestinal) dan mengisolasi serta cara
mengidentifikasinya.
C. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat masalah yang penulisan makalah ini yaitu pembaca
dapat mengetahui tentang bakteri Vibrio cholera sebagai penyebabkan
penyakit kolera (penyakit saluran gastrointestinal) dan mengisolasi serta cara
mengidentifikasinya.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Morfologi Vibrio cholera
Vibrio cholerae merupakan bakteri gram negatif, berbentuk basil
(batang) dan bersifat motil (dapat bergerak), memiliki struktur antogenik dari
antigen flagelar H dan antigen somatik O, gammaproteobacteria,
mesofilik dan kemoorganotrof, berhabitat alami di lingkungan akuatik dan
umumnya berasosiasi dengan eukariot. Spesies Vibrio kerap dikaitkan
dengan sifat patogenisitasnya pada manusia, terutama V. Cholerae penyebab
penyakit kolera di negara berkembang yang memiliki keterbatasan akan air
bersih dan memiliki sanitasi yang buruk.
Vibrio cholera adalah salah satu bakteri yang masuk dalam family
Vibrionaceae selain dari Aeromonas dan Plesiomonas, dan merupakan bagian
dari genus Vibrio. Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch
pada tahun 1884 dan sangat penting dalam dunia kedokteran karena
6
menyebabkan penyakit kolera. Vibrio cholera banyak ditemui di permukaan
air yang terkontaminasi dengan feces yang mengandung kuman tersebut,
oleh karena itu penularan penyakit ini dapat melalui air, makanan dan
sanitasi yang
buruk.
Vibrio cholerae termasuk bakteri gram negative, berbentuk batang
bengkok seperti koma dengan ukuran panjang 2-4 μm. Pada isolasi, Koch
menamakannya “kommabacillus”. Tapi bila biakan diperpanjang, kuman itu
basa menjadi batang lurus yang mirip dengan bakteri enteric gram negative.
Kuman ini dapat bergerak sangat aktif karena mempunyai satu buah
flagella polar yang halus (monotrik). Kuman ini tidak membentuk spora.
Pada kultur dijumpai koloni yang cembung, halus dan bulat yang keruh dan
bergranul bila disinari.
B. Fisiologi dan Biokimia Vibrio cholerae
Vibrio cholerae bersifat aerob atau anaerob fakultatif. Suhu optimum untuk
pertumbuhan pada suhu 18-37°C. Dapat tumbuh pada berbagai jenis
media, termasuk media tertentu yang mengandung garam mineral dan
asparagin sebagai sumber karbon dan nitrogen. V. cholerae ini tumbuh baik
pada agar Thiosulfate-citrate-bile-sucrose (TCBS), yang menghasilkan
koloni berwarna kuning dan pada media TTGA (Teluritetaurocholate-
gelatin-agar)
Salah satu cirri dari Vibrio cholerae ini adalah dapat tumbuh pada pH
yang sangat tinggi (8,5-9,5) dan sangat cepat mati oleh asam. Pertumbuhan
sangat baik pada pH 7,0. Karenanya pembiakan pada media yang
mengandung karbohidrat yang dapat difermentasi, akan cepat mati. V.
cholerae meragi sukrosa dan manosa tanpa menghasilkan gas tetapi tidak
meragi albinosa. Kuman ini juga dapat meragi nitrit. Ciri khas lain yang
membedakan dari bakteri enteric gram negative lain yang tumbuh pada agar
darah adalah tes oksidasi hasilnya positif.
Sifat biokimia V. cholerae adalah dapat meragikan sukrosa, glukosa,
dan manitol menjadi asam tanpa menghasilkan gas, sedangkan laktosa dapat
diragikan tetapi lambat. V. cholerae juga dapat meragikan nitrat
menjadi nitrit. Pada medium pepton (banyak mengandung triptofan dan
7
nitrat) akan membentuk indol, yang dengan asam sulfat akan membentuk
warna merah sehingga tes indol dinyatakan positif. Hasil uji biokimia
dari bakteri V. cholerae antara lain adalah hasil positif pada uji oksidase
dan katalase. Pada uji indol V. cholerae menunjukan hasil positif dan
bersifat motil. Selain itu, pada uji fermentasi sukrosa dan manitol bakteri V.
cholerae juga memberi hasil positif yaitu dapat melakukan fermentasi
sukrosa dan manitol, namun pada uji laktosa didapat hasil negatif yaitu tidak
dapat memfermentasikan laktosa.
Sementara itu, bila diujikan pada media Triple Sugar Iron Agar
(TSIA), hasil yang muncul adalah bagian atas (slant) menunjukan warna
merah yang berarti bersifat basa, dan bagian bawah (butt) berwarna kuning
yang berarti bersifat asam, dan tidak terbentuk H2S. Uji lisin dekarboksilasi
terhadap V. cholerae juga menunjukkan hasil positif berupa warna ungu, uji
NaCl 0% memberi hasil positif berupa kekeruhan yang tinggi, NaCl 6%
dengan hasil bervariasi, dan NaCl 8 % dengan hasil negatif
(kekeruhan rendah). Pada uji arginin dihidrolase dan esculin hidrolisis V.
cholerae akan memberikan hasil negatif, sedangkan pada uji ornitin
dekarboksilase V. cholerae akan memberi hasil positif.
C. Klasifikasi Ilmiah Vibrio cholerae
Adapun klasifikasi dari bakteri Vibrio cholerae yaitu sebagai
berikut: Kongdom : Bacteria
Filum : Proteobacteria
Kelas : Gamma Proteobacteria
Ordo : Vibrionales
Famili : Vibrionaceae
Genus : Vibrio
Spesies : Vibrio cholerae
D. Struktur Antigen Vibrio cholerae
Semua Vibrio cholerae mempunyai antigen flagel H yang sama.
Antigen flagel H ini bersifat tahan panas. Antibodi terhadap antigen flagel H
tidak bersifat protektif. Pada uji aglutinasi berbentuk awan. Antigen
8
somatik O merupakan antigen yang penting dalam pembagian grup secara
serologi pada Vibrio cholera. Antigen somatik O ini terdiri dari
lipoposakarida. Pada reaksi aglutinasi berbentuk seperti pasir. Antibodi
terhadap antigen O bersifat protektif.
E. Patogenesis Vibrio cholera
Kolera ditularkan melalui jalur oral. Jika Vibrio berhasil melalu asam
lambung dengan selamat (dosis infektif tinggi sekitar 107 jika asam lambung
normal), ia akan berkembang pada usus halus. Langkah awal kolera berupa
penempelan pada mukosa karena membrane protein terluar dan adhesin flagela
yang dimilikinya.
Vibrio cholerae bersifat non invasif, tetapi menghasilkan enterotoksin,
yaitu suatu protein dengan BM 84.000 Dalton, tahan panas dan tidak tahan
asam, resisten terhadap tripsin dan dirusak oleh protease. Toksin kolera
mengandung 2 subunit, yaitu B (binding) dan A (active). Subunit B berikatan
dengan Gm1, suatu reseptor glikolipid pada permukaan sel epitel jejunum, dan
kemudian mengirimkan subunit A ke target sitosiliknya. Sub unit A aktif (A1)
memindahkan secara ireversibel ribose ADP dari nikotinamid adenin
dinukleotida (NAD) ke sebuah guanosin tripospat (GTP) yang mengatur
aktivitas adenilat siklase. Hal ini menyebabkan peningkatan produksi cAMP,
yang menghambat absorbsi natrium dan dan merangsang sekresi klorida
sehingga menimbulkan akumulasi NaCl dalam lumen usus. Sejak air bergerak
pasif untuk mempertahankan osmolaritas, cairan isotonic terakumulasi dalam
lumen. Ketika volume cairan melebihi kapasitas penyerapan usus, terjadi diare
cair, yang terdiri dari air, NaCl, kalium, dan bikarbonat. Jika cairan dan
elektrolit yang keluar tidak digantikan secara adekuat, dapat terjadi syok dan
asidosis.
Imunitas terhadap toksik kolera dan antigen permukaan bakteri sama
dengan respon imun alami. Proteksi in vivo kemungkinan besar dimediasi oleh
IgA sekretorik, sedangkan antibodi serum sebagai tanda untuk pajanan
sebelumnya tidak melindungi.
Dalam keadaan alamiah, Vibrio cholerae hanya pathogen terhadap
manusia. Seorang yang memiliki asam lambung yang normal memerlukan
menelan sebanyak atau lebih V. cholera dalam air agar menginfeksi, sebab 9
kuman ini sangat sensitive pada suasana asam. Jika mediator makanan,
sebanyak 102-104 organisme yang diperlukan karena kapasitas buffer yang
cukup dari makanan. Beberapa pengobatandan keadaan yang dapat
menurunkan kadar asam dalam lambung membuat seseorang sensitive
terhadap infeksi Vibrio cholerae
Ada dua jenis V. cholerae yang berpotensi sebagai patogen pada
manusia. Jenis utama yang menyebabkan kolera adalah V. cholerae O1,
sedangkan jenis-jenis lainnya dikenal sebagai non-O1.
V. cholerae O1 adaalah penyebab kolera Asiatik atau kolera epidemik.
Kasus kolera sangat jarang terjadi di Eropa dan Amerika Utara.
Sebagian besar kasus kolera terjadi di daerah-daerah (sub)-tropis. Kolera
selalu disebabkan oleh air yang tercemar atau ikan (atau kerang) yang
berasal dari perairan yang tercemar.
V. cholerae non-O1 hanya menginfeksi manusia dan hewan primata
lainnya. Organisme ini berkerabat dengan V. cholerae O1, tetapi penyakit
yang ditimbulkannya tidak separah kolera. Strain patogenik dan non-
patogenik dari organisme ini merupakan penghuni normal di lingkungan air
laut dan muara. Organisme ini pada masa lalu disebut sebagai non-cholera
vibrio (NCV) dan nonagglutinable vibrio (NAG).
Perkemabangan Terbaru : Vibrio cholerae strain-O1 dapat dipecah
menjadi 2 biotipe klasik dan El Tor, biotipe ini berdasarkan perbedaan
fenotipik beberapa (Tabel - 1).Juga Vibrio cholerae O1 adalah sub-dibagi
menjadi 3 serotipe Ogawa, Inaba dan Hikojima. Hal di atas menunjukkan
perbedaan mendasar dari biotipe klasik dan El Tor.Namun, seiring dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, banyak ilmuwan yang terus
memantau perkembangan V. cholera.Di antara 206 serogrup Vibrio cholerae,
O1 dan O139 yang berhubungan dengan epidemi kolera.Serogrup O1
diklasifikasikan menjadi 2 biotipe, klasik dan El Tor.
Secara konvensional, 2 biotipe dapat dibedakan berdasarkan seperangkat sifat
fenotipik. Analisis genomik komparatif telah menunjukkan variasi dalam gen
yang berbeda antara biotipe. Toksin kolera (CT), toksin utama yang
bertanggung jawab untuk penyakit kolera, memiliki 2 epitypes atau bentuk
imunologi, CT1 dan CT2. Klasifikasi lain mengakui 3 genotipe berdasarkan
10
urutan gen variasi ctxB. Dalam beberapa tahun terakhir, muncul bentuk baru
dari V.cholerae O1, yang memiliki ciri-ciri dari kedua klasik dan El Tor
biotipe, telah diisolasi di Bangladesh, Mozambik, Vietnam, Hong Kong,
Jepang, dan Zambia.
Berdasarkan penelitian yang diilakukan di Kolkata India, Strain diperiksa
dengan uji mutasi ketidaksesuaian amplifikasi (MAMA) berbasis PCR untuk
mendeteksi alel ctxB; primer digunakan untuk 2 alel, FW-Com (5'-
ACTATCTTCAGCATATGCACATGG-3'); dan 2 alel spesifik primer, Re-
CLA (5'-CCTGGTACtTTCTACTTGAAACG-3') dan Re-elt (5'-
CCTGGTACTTCTACTTGAAACA-3'), masing-masing digunakan untuk
biotipe klasik dan Tor El.
Hasil MAMA-PCR menunjukkan bahwa sejak tahun 1995 jenis klasik
telah sepenuhnya menggantikan jenis ctxB El Tor.Urutan asam amino
disimpulkan selaras dengan urutan CtxB strain referensi N16961 (El Tor) dan
O395 (klasik).Urutan asam amino menyimpulkan dari semua 25 strain yang
diuji identik dengan strain referensi klasik; histidin berada di posisi 39 dan
treonin berada di posisi 68.Dengan demikian, hasil dari sekuensing DNA dari
gen ctxB dikonfirmasi MAMA-PCR dengan baik.
Hasil ini menunjukkan peristiwa yang patut dicatat dalam evolusi
terakhir strainsV.cholerae. Analisis ctxB yang telah beredar di Kolkata selama
17 tahun (1989-2005) menunjukkan bahwa pada tahun 1989 hanya alel El Tor
yang terdapat ctxB. Hasil kami lebih lanjut menunjukkan bahwa jenis ctxB
klasik muncul pada tahun 1990, meskipun El Tor jenis ctxB masih hadir
dalam jumlah yang hampir sama selama tahun itu. Selama tahun 1991, sebuah
peristiwa unik terjadi ketika jenis klasik menjadi dominan, bersama dengan
strain yang memiliki keduanya yakni klasik dan El Tor jenis ctxB.Pada tahun
1994, isolasi strain El Tor dengan ctxB menjadi langka, dan alel ctxB utama
adalah dari jenis klasik. Strain V.cholerae O1 dari tahun 1995 dan seterusnya
ditemukan hanya membawa ctxB jenis klasik, yang benar-benar
menggantikan El Tor tipe alel ctxB.
Penggantian jenis El Tor ctxB oleh alel klasik telah dilaporkan di
Bangladesh sejak 2001, yang tampaknya telah terjadi sebelumnya di Kolkata.
Perubahan ini didorong oleh tekanan selektif untuk bertahan hidup dan
11
beradaptasi lebih baik di usus host. Mengingat peningkatan prevalensi global
kolera, asal dan penyebaran varian baru dari V.cholerae strain harus dilacak
dalam populasi dengan analisis genom.
Mekanisme perkembangan bakteri V. cholerae dalam tubuh,
beberapa bakteri yang bertahan hidup menghemat energi dan nutrisi yang
tersimpan selama perjalanan melalui perut dengan menutup produksi protein
banyak.Ketika bakteri yang masih hidup keluar dari lambung dan mencapai
usus kecil, mereka perlu mendorong diri mereka melalui lendir tebal yang
melapisi usus kecil untuk sampai ke dinding usus mana mereka dapat
berkembang.“V. cholerae''bakteri memulai produksi protein silinder berongga
flagellin untuk membuat flagela, yang keriting seperti cambuk ekor yang
mereka berputar untuk mendorong diri mereka sendiri melalui lendir yang
melapisi usus kecil.
Setelah bakteri kolera mencapai dinding usus, mereka tidak perlu baling-
baling flagela untuk pindah lagi.Bakteri berhenti memproduksi protein
flagellin, energi lagi sehingga melestarikan dan nutrisi dengan mengubah
campuran protein yang mereka memproduksi dalam menanggapi lingkungan
kimia berubah.Saat mencapai dinding usus,''V. cholerae''mulai memproduksi
protein beracun yang memberi orang yang terinfeksi diare berair. Ini
membawa generasi baru mengalikan''V. cholerae''bakteri keluar ke dalam air
minum berikutnya host jika langkah-langkah sanitasi yang tepat tidak pada
tempatnya.
Mekanisme genetik dari bakteri ini dimana ''V. cholerae'' bakteri
mematikan produksi beberapa protein dan menghidupkan produksi protein
lain sebagai respon mereka terhadap serangkaian lingkungan kimia yang
mereka hadapi, melewati perut, melalui lapisan mukosa dari usus kecil, dan
masuk ke usus dinding. Kepentingan tertentu telah menjadi mekanisme
genetik dengan bakteri kolera yang menghidupkan produksi protein dari racun
yang berinteraksi dengan mekanisme sel inang untuk memompa ion klorida ke
dalam usus kecil, menciptakan tekanan ionik yang mencegah ion natrium
memasuki sel. Klorida dan ion natrium menciptakan lingkungan air garam di
usus kecil yang melalui osmosis dapat menarik hingga enam liter air per hari
melalui sel-sel usus menciptakan sejumlah besar diare. Tuan rumah dapat
12
menjadi cepat dehidrasi jika campuran yang tepat dari air garam encer dan
gula tidak diambil untuk menggantikan air dan garam darah yang hilang
selama diare.
Bakteri Vibrio Cholerae akan mengeluarkan enterotoksin atau racunnya
di saluran usus sehingga terjadinya diare yang dapat berakibat pada
kehilangan banyak cairan tubuh atau dehidrasi.Jika dehidrasi tidak segera
ditangani atau mendapatkan penanganan yang tepat dapat berlanjut ke arah
hipovolemik dan asidosis metabolik sampai akhirnya menyebabkan kematian.
Hipovolemik merupakan kondisi medis atau bedah di mana terjadi kehilangan
cairan dengan cepat yang berakhir pada kegagalan beberapa organ. Sedangkan
asidosis metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai
dengan rendahnya kadarbikarbonat dalam darah.
Penyakit kolera dapat menyebar baik sebagai penyakit yang endemik,
epidemik atau pandemik. Bakteri Vibrio cholerae berkembang biak dan
menyebar melalui feses (kotoran) manusia. Jika kotoran yang mengandung
bakteri mengkontaminasi air sungai dan lainnya, maka orang yang melakukan
kontak dengan air tersebut beresiko terkena kolera, bahkan mengonsumsi ikan
dalam air yang sudah terkontaminasi pun bisa menyebabkan Anda terkena
kolera.
F. Manifestasi Klinik dan Diagnosis
MANIFESTASI KLINIK Gejala khas berupa diare encer seperti air cucian
beras, tidak berbau busuk maupun amis, vormitus setelah diare tanpa nausea,
dan kejang otot perut. Gejala klinis sesuai dengan penurunan volume. Pada
kehilangan 3 – 5 % dari berat badan normal, timbul rasa haus. Kehilangan 5 –
8 %, timbul hipotensi postural, kelemahan, takikardi, dan penurunan turgor
kulit. Penurunan di atas 10 % mengakibatkan oliguria, denyut nadi lemah atau
tidak ada, mata cekung dan pada bayi ubun-ubun cekung, kulit keriput,
somnolen, dan koma. Komplikasi disebabkan oleh kehilangan air dan elektrolit
Penyakit kolera dapat berakhir dengan penyembuhan ad integrum (sehat utuh)
atau kematian. Penyulit biasanya adalah keterlambatan pertolongan atau
pertolongan yang tidak adekuat.
13
DIAGNOSIS Mudah ditentukan pada daerah endemik. Ciri khasnya
berupa vormitus tanpa nausea, diare cair seperti iar cucian beras, dan tanpa
demam. Untuk pemeriksaan biakan, cara pengambilan bahan pemeriksaan tinja
yang tepat adalah apus rektal (rectal swab) yang diawetkan dalam media
transfor carry-blair atau pepton alkali, atau langsung ditanam dalam agar
TCBS, akan memberikan persentase hasil positif yang tinggi. Vibrio
cholerae O1 menghasilkan koloni oksidase-positif berwarna kuning. Vibrio
cholerae dapat dibedakan dengan Vibrio mimicus dari kemampuannya meragi
sukrosa. Selain itu, untuk pemeriksaan laboratorium juga bisa dilakukan
dengan muntahan.
G.Gejala-gejala Penyakit
Gejala-gejala kolera Asiatik dapat bervariasi dari diare cair yang
ringan, sampai diare akut yang ditandai dengan kotoran yang berwujud seperti
air cucian beras. Gejala awal penyakit ini umumnya terjadi dengan tiba-tiba,
dengan masa inkubasi antara 6 jam sampai 5 hari. Kram perut, mual, muntah,
dehidrasi, dan shock (turunnya laju aliran darah secara tiba-tiba).Kematian
dapat terjadi apabila korban kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah
besar.Penyakit ini disebabkan karena korban mengkonsumsi bakteri hidup,
yang kemudian melekat pada usus halus dan menghasilkan racun
kolera.Produksi racun kolera oleh bakteri yang melekat ini menyebabkan diare
berair yang merupakan gejala penyakit ini.
14
Gejala-gejala V. cholerae non-O1 berupa diare dan kram
perut.Demam yang disertai muntah dan mual terjadi pada 25% individu yang
terinfeksi. Kira-kira 25% individu yang terinfeksi akan mengeluarkan kotoran
dengan darah dan lendir. Diare, pada beberapa kasus, dapat menjadi sangat
parah, dan berlangsung selama 6-7 hari. Diare biasanya terjadi dalam 48 jam
setelah konsumsi organisme. Mekanisme organisme ini dalam menimbulkan
penyakit tidak diketahui, namun demikian racun enterotoxin dan mekanisme
penyerangan diduga menjadi penyebab penyakit ini.Penyakit muncul saat
organisme melekatkan diri ke usus halus individu yang terinfeksi dan
kemudian menyerang korbannya.Dosis infektif – Diduga organisme dalam
jumlah besar (lebih dari satu juta) harus dikonsumsi untuk dapat menyebabkan
penyakit.
H. Pengujian atau Identifikasi Vibrio cholerae
Prosedur Kerja Menurut Depkes RI ( 1991 ), Langkah kerja dalam
pengujian Vibrio cholerae adalah sebagai berikut:
1. Prapengkaya ( Pre Enrichment )
a. Dilakukan homogenisasi air didalam botol lebih dahulu ( dikocok ±
25 kali )
b. Dipipet 10 ml sampel air ke dalam 90 ml media AP ( Alkalis Peptone )
c. Diinkubasi pada suhu 35 - 37°C selama 24 jam.
2. Pengkaya ( Enrichment )
a. Diinokulasikan 1 ose biakan dari media AP yang terlihat keruh
pada media selektif TCBS Agar
3. Isolasi
a. Diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam.
b. Diamati pertumbuhan koloni pada media TCBS agar, koloni Vibrio
cholera dengan warna kuning, ukuran sedang – besar, smooth,
keping.
4. Uji biokimia
a. Diinokulasi koloni tersangka dari TCBS agar ke media KI
15
b. Diinkubasi pada suhu 35 - 37°C selama 24 jam
c. Diinokulasi koloni dari KIA
d. Diinkubasi pada suhu 35 - 37°C KIA lereng Alkali Dasar Asam (
kuning ) Gas Negatif H2S Negatif.
Pada sumber referensi lain Langkah kerja dalam pengujian Vibrio
cholerae adalah sebagai berikut:
Pengujian yang dilakukan adalah uji bakteri Vibrio cholerae.
Pengujian terdiri dari uji pra prapengkaya, pengkaya, isolasi dan uji
biokimia. Pada metode prapengkaya media yang digunakan adalah AP (
Alkalis Pepton)
90ml, untuk uji prapengkaya dan isolasi digunakan media TCBS dan
untuk uji biokimia menggunakan KIA.
1. Uji Prapengkaya
Tahapan pertama yang dilakukan adalah uji prapengkaya
menggunakan media pertumbuhan bakteri Vibrio cholerae yaitu media AP
( Alkalis Peptone ) 90 ml kemudian ditambahkan sampel air minum
sebanyak
10 ml, selanjutnya diinkubasi selama 24 jam dengan suhu 37°C. Menurut
Suriawiria ( 1985 ), Media yang digunakan untuk mengkultur Vibrio cholera
adalah media AP (Alkalis Peptone ), yaitu media yang digunakan
untuk pertumbuhan bakteri Vibrio cholera yang mempunyai pH alkali (8,5 –
9,5 ) dan mengandung natrium karbonat sebagai sebagai sumber nutrisi
untuk mengetahui daya hambat bakteri Vibrio cholera digunakan modifikasi
media yaitu media AP yang telah ditambahkan tawas dengan konsentrasi
0,5%,
1%,1,5%, 2%, 4%,6% dan 8%. Berdasarkan hasil pengujian prapengkaya
pada air minum ( 106 ), dan air sumber ( 109 ), hasil ini menunjukkan bahwa
pada sampel air minum tidak ditemukan bakteri Vibrio cholerae. Hal ini
dapt diketahui dari media AP yang sebelumnya berwarna jernih akan tetap
jernih.
Setelah mengetahui hasil dari pengujian negatif, maka tidak
perlu dilanjutkan ke uji selanjutnya yaitu penanaman pada media selektif (
TCBS ), Karena TCBS hanya digunakan jika terdapat sangkaan pada
16
media AP sampel positif tercemar bakteri Vibrio cholerae yang ditandai
dengan kekeruhan pada media AP
Pada pengujian sampel air sumber hasilnya adalah positif yang
diduga ada cemaran bakteri Vibrio cholerae, hasil ini dapat diketahui
Setelah diinkubasi selama 24 jam, sampel menunjukkan hasil adanya
pertumbuhan bakteri, dan dapat kita kenali dari media AP yang semula
jernih menjadi keruh.
2. Uji pengkaya dan Isolasi
Untuk pengujian selanjutnya yaitu uji pengkaya. Pada uji ini suspensi
bakteri yang terdapat dalam tabung reaksi diambil 1 sengkelit dan digores
pada media TCBS agar. Media Thiosulfate-citrate-bile salts agar
(TCBS) merupakan media selektif untuk isolasi dan pemurnian Vibrio.
Setelah diinkubasikan dalam inkubator selama selama 24 jam pada suhu
37oC, hasil uji dari media TCBS menunjukkan koloni berwarna kuning dan
kuningnya berbeda dengan kontrol karena pada koloni yang tumbuh pada
sampel air warna kuningnya lebih tajam ,datar keping, tepinya tipis.
Suriawiria ( 1985 ), menyatakan bahwa media TCBSA untuk pertumbuhan
koloni Vibrio cholera akan menghasilkan koloni berwarna kuning
karena memfermentasi karbohidrat menjadi asam.
Pada media TCBS kontrol Vibrio cholera terlihat koloni sedang-
besar, jernih, smooth, keping, tepinya tipis, ada koloni yang berwarna
kuning dengan zona yang berwarna kuning juga. Pada tahap isolasi,
setiap koloni atau galur mikroba yang akan diidentifikasi harus benar
benar murni dan untuk mendapatkan biakan murni digunakan media selektif
yang memungkinkan untuk isolasi koloni mikroba tersangka berdasarkan
pada karakter biokimia dari mikroba yang akan mempengaruhi sifat
pertumbuhan bakteri pada suatu media spesifik. Identitas mikroba dapat
dilihat dari pembentukan koloni yang spesifik pada media ( BPOM, 2008 )
3. Uji Biokimia
Tahapan selanjutnya yaitu diinokulasikan koloni yang diduga dari
TCBS agar ke media KIA kemudian diinkubasi selama 24 jam dengan suhu
17
37°C. Hasil uji KIA menunjukkan bahwa pada media berwarna tetap
yaitu coklat kekuningan, tidak timbul gas dan H2S. KIA ini mengandung
gula yang
akan direaksikan oleh bakteri membentuk suasana asam yang ditandai
dengan warna kuning, akan tetapi karena tidak ada cemaran bakteri bakteri
V.cholera maka media berwarna tetap, Jika basa alkali ditandai dengan
warna merah.Namun pada pengujian ini karbohidrat dalam media tidak
terurai sehingga suasananya tidak menjadi asam.
I. Media Pengujian atau Identifikasi Vibrio cholerae
Bakteri Vibrio adalah jenis bakteri yang dapat hidup pada
salinitas yang relatif tinggi. Menurut Rheinheiner (1985) cit. Herawati
(1996), sebagian besar bakteri berpendar bersifat halofil yang tumbuh
optimal pada air laut bersalinitas 20-40‰. Bakteri Vibrio berpendar
termasuk bakteri anaerobic fakultatif, yaitu dapat hidup baik dengan atau
tanpa oksigen. Bakteri Vibrio tumbuh pada pH 4 - 9 dan tumbuh optimal
pada pH 6,5 - 8,5 atau kondisi alkali dengan pH 9,0 (Baumann et al., 1984
cit. Herawati, 1996).Media yang sering digunakan adalah sebagai
berikut (Soemarno,
1962).
1. TCBS Agar plate
Biasanya koloni Vibrio yang tumbuh pada media ini berwarna
kuning, koloni sedang - besar, smooth, keping,jernih,tepinya tipis,
dilingkari oleh zone berwarna kuning, ada yang koloninya berwarna hijau.
2. Mac Conkey Agar
Koloni Vibrio yang tumbuh pada media Mac conkey berukuran
kecil- kecil, tidak berwarna atau merah muda dan sedikit cembung.
Beberapa test yang biasa dilakukan yaitu sebagai berikut (Soemarno,
1962):
TSIA : Lereng : Alkali : Dasar : kuning
Pada pengamatan, terlihat lereng yang berwarna merah sedangkan
dasarnya berwarna kuning (alkali-acid). Hal ini menandakan bakteri yang
18
tumbuh pada media ini hanya mampu memfermentasi glukosa (bagian
dasar) dan tidak mampu memfermentasi laktosa dan sukrosa (bagian lereng).
Gas : (+) positif
SIM :
Sulfur : (-) negatif
Indol : (+/-) positif/negatif
Motility : Aktif
SC : (+/-) positif/negatif
Oxidase test ; (+)
Glucose OF : Fermentative
String test : (+)
Catalase test : (-)negative
Pewarnaan :
Bakteri terlihat berbentuk basil bengkok berwarna merah, hal ini
menandakan bahwa bakteri tersebut mengikat zat warna merah dari safranin.
Gula-gula
Media ini berfungsi untuk melihat kemampuan bakteri
memfermentasikan jenis karbohidrat, jika terjadi fermentasi maka media
terlihat berwarna kuning kerena perubahan pH menjadi asam. Vibrio sp
memfermentasikan semua gula-gula menjadi asam.
SIM :
S (sulfur)
Adanya sulfur dapat dilihat ketika media berubah menjadi hitam.
Namun pada hasil pertumbuhan bakteri pada media ini, tidak terjadi
perubahan warna tersebut. Hal ini menandakan bakteri yang tumbuh tidak
mampu mendesulfurasi cysteine yang terkandung dalam media SIM.
I (indol)
Reaksi indol hanya bisa dilihat ketika pertumbuhan bakteri pada
media ini ditambahkan dengan reagen Covac’s. Indol dikatakan positif jika
terdapat cincin merah pada permukaannya. Warna merah dihasilkan dari
resindol yang merupakan hasil reaksi dari asam amino tryptopan
menjadi indol dengan penambahan Covac's. Bakteri yang mampu
19
menghasilkan indol menandakan bakteri tersebut menggunakan asam amino
tryptopan sebagai sumber carbon. Pada hasil pengamatan diperoleh Indol
negative sehingga dapat disimpulkan bakteri yang tumbuh tidak
menggunakan asam amino tryptopan sebagai sumber carbonnya.
• M (motility)
Pergerakan bakteri dapat terlihat pada media ini berupa berkas putih
di sekitar tusukan. Adanya pergerakan ini bisa dilihat karena media SIM
merupakan media yang semi solid. Pada hasil pengamatan diperoleh motility
positif. Hal ini menandakan bakteri mempunyai alat gerak dalam
proses pertumbuhannya.
MR (Methyl Red)
Setelah ditambahkan dengan indicator metil red, media berubah
menjadi merah (positif). Berarti terjadi fermentasi asam campuran
(asam laktat, asam asetat, dan asam formiat) oleh bakteri
J. Pencegahan
Dalam situasi epidemi diagnosis klinis dibuat dengan mengambil
riwayat gejala dari pasien dan dengan pemeriksaan singkat saja.Pengobatan
biasanya dimulai tanpa atau sebelum konfirmasi dengan analisis laboratorium
spesimen. Tinja dan usap sampel yang dikumpulkan pada tahap akut penyakit
ini, sebelum antibiotik telah diberikan, adalah spesimen yang paling berguna
untuk diagnosis laboratorium.Jika epidemi kolera diduga, agen penyebab yang
paling umum adalah''Vibrio cholerae O1''.Jika''V. cholera O1''serogrup tidak
terisolasi, laboratorium harus tes untuk''V. cholera O139''.Namun, jika tidak
satu pun dari organisme ini terisolasi, perlu untuk mengirim spesimen tinja ke
laboratorium referensi. Infeksi dengan''V. cholerae O139''harus dilaporkan dan
ditangani dengan cara yang sama seperti yang disebabkan oleh V.'' cholera
O1''. Penyakit diare terkait harus dirujuk sebagai kolera dan harus dilaporkan
sebagai kasus kolera kepada pihak berwenang kesehatan masyarakat yang
sesuai. Kebersihan yang kurang, air yang tercemar, dan cara penanganan
makanan yang kurang higienis merupakan penyebab utama infeksi. Karena itu
pemanasan air dengan benar (hingga mendidih) dan sanitasi yang baik dapat
mencegah infeksi V. cholerae.20
A. Kesimpulan
BAB III
PENUTUP
Adapun kesimpulan dari makalah ini yaitu Vibrio cholerae
merupakan bakteri gram negatif, berbentuk basil (batang) dan bersifat motil
(dapat bergerak), memiliki struktur antogenik dari antigen flagelar H dan
antigen somatik O, gammaproteobacteria, mesofilik dan kemoorganotrof,
berhabitat alami di lingkungan akuatik dan umumnya berasosiasi dengan
eukariot. Spesies Vibrio kerap dikaitkan dengan sifat patogenisitasnya pada
manusia, terutama V. Cholerae penyebab penyakit kolera di negara
berkembang yang memiliki keterbatasan akan air bersih dan memiliki
sanitasi yang buruk. Langkah-langkah untuk pengujian dan identifikasi
Vibrio cholerae pada sampel yaitu Prapengkaya ( Pre Enrichment ),
Pengkaya ( Enrichment ), Isolasi, dan Uji biokimia.
B. Saran
Adapun saran dari penulis yaitu Perlu adanya pengenalan oleh
penyuluh pertanian kepada petani mengenai Pengendalian teknik/cara
pengendalian penyakit tanaman ini, supaya tujuan sukses pertanian dapat
terwujud yaitu berupa peningkatan hasil dan kesejahteraan petani.
21
DAFTAR PUSTAKA
Amelia S. Vibrio Cholerae. Departemen Mikrobiologi Fakultas KedokteranUniversitas Sumatra Utara Medan. In press 2005.
Baron EJ, Peterson LR, Finegold SM. Vibrio and Related Species, Aeromonas, Plesiomonas, Campylobacter, Helicobacter, and others. Dalam: Baron EJ, Peterson LR, Finegold SM. Bailey & Scott’s Diagnostic Microbiology. Edisi ke-9. USA: Mosby, 1994; h. 429-433.
Handa S. Cholera. (Diakses: 9 Januari 2011) Diunduh dari: URL:http://emedicine.medscape.com/article/214911-overview.htm
Matson JS, Withey JH, DiRita VJ. Regulatory Networks Controlling Vibrio cholerae Virulence Gene Expression. Infection and Immunity. 2007;75(12): 5542–49.
Mims C, dkk. Pathogen Parade, Genus Vibrio. Dalam: Mims, C dkk. MedicalMicrobiology. Edisi ke-3. Spain: Elsevier, 2004; h. 603.
Pelczar, Michael dan E.C.S. Chan. 2006. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI- Press.
Ryan KJ. Vibrio, Campylobacter, and Helicobacter. Dalam: Ryan KJ, Ray CG.Sherris Medical Microbiology. Edisi ke-4. USA: McGraw-Hill, 2004; h.373-378.
Tjay, Tan Hoan Drs. dan Drs. Kirana Rahardja. 2007. Obat-obat Penting. Jakarta: Gramedia.
Todar, K. Vibrio Cholerae and Asiatic Cholera. 2009. (Diakses: 9 Januari 2011) Diunduh dari: URL:http://www.textbookofbacteriology.net/cholera.html
22
RESUME
Penyakit kolera adalah penyakit infeksi saluran pencernaan
(gastrointestinal) yang disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae (V. Cholerae)
dengan manifestasi klinik berupa diare. Gejala klinis diawali dengan
munculnya diare yang encer kemudian dalam waktu singkat feses yang
semula berwarna dan berbau menjadi lebih encer, masif, dan berwarna putih
seperti cairan cucian air beras (rice water stool). Cairan ini mengandung
mucus, sel epitel dan sejumlah besar V. cholerae. Apabila dibiarkan, pasien
dapat kehilangan cairan dalam jumlah banyak dan dapat menuju ke fase
dehidrasi dan berat sampai meninggal dalam jangka waktu beberapa jam
setelah infeksi.
PATOGENISIS Kolera ditularkan melalui jalur oral. Jika Vibrio
berhasil melalu asam lambung dengan selamat (dosis infektif tinggi sekitar 107
jika asam lambung normal), ia akan berkembang pada usus halus. Langkah
awal kolera berupa penempelan pada mukosa karena membrane protein terluar
dan adhesin flagela yang dimilikinya.
Vibrio cholerae bersifat non invasif, tetapi menghasilkan enterotoksin,
yaitu suatu protein dengan BM 84.000 Dalton, tahan panas dan tidak tahan
asam, resisten terhadap tripsin dan dirusak oleh protease. Toksin kolera
mengandung 2 subunit, yaitu B (binding) dan A (active). Subunit B berikatan
dengan Gm1, suatu reseptor glikolipid pada permukaan sel epitel jejunum, dan
kemudian mengirimkan subunit A ke target sitosiliknya. Sub unit A aktif (A1)
memindahkan secara ireversibel ribose ADP dari nikotinamid adenin
dinukleotida (NAD) ke sebuah guanosin tripospat (GTP) yang mengatur
aktivitas adenilat siklase. Hal ini menyebabkan peningkatan produksi cAMP,
yang menghambat absorbsi natrium dan dan merangsang sekresi klorida
sehingga menimbulkan akumulasi NaCl dalam lumen usus. Sejak air bergerak
pasif untuk mempertahankan osmolaritas, cairan isotonic terakumulasi dalam
23
lumen. Ketika volume cairan melebihi kapasitas penyerapan usus, terjadi diare
cair, yang terdiri dari air, NaCl, kalium, dan bikarbonat. Jika cairan dan
elektrolit yang keluar tidak digantikan secara adekuat, dapat terjadi syok dan
asidosis.
Imunitas terhadap toksik kolera dan antigen permukaan bakteri sama
dengan respon imun alami. Proteksi in vivo kemungkinan besar dimediasi oleh
IgA sekretorik, sedangkan antibodi serum sebagai tanda untuk pajanan
sebelumnya tidak melindungi.
MANIFESTASI KLINIK Gejala khas berupa diare encer seperti air cucian
beras, tidak berbau busuk maupun amis, vormitus setelah diare tanpa nausea,
dan kejang otot perut. Gejala klinis sesuai dengan penurunan volume. Pada
kehilangan 3 – 5 % dari berat badan normal, timbul rasa haus. Kehilangan 5 –
8 %, timbul hipotensi postural, kelemahan, takikardi, dan penurunan turgor
kulit. Penurunan di atas 10 % mengakibatkan oliguria, denyut nadi lemah atau
tidak ada, mata cekung dan pada bayi ubun-ubun cekung, kulit keriput,
somnolen, dan koma. Komplikasi disebabkan oleh kehilangan air dan
elektrolit.
Penyakit kolera dapat berakhir dengan penyembuhan adintegrum (sehat
utuh) atau kematian. Penyulit biasanya adalah keterlambatan pertolongan atau
pertolongan yang tidak adekuat.
DIAGNOSIS Mudah ditentukan pada daerah endemik. Ciri khasnya berupa
vormitus tanpa nausea, diare cair seperti iar cucian beras, dan tanpa demam.
Untuk pemeriksaan biakan, cara pengambilan bahan pemeriksaan tinja yang
tepat adalah apus rektal (rectal swab) yang diawetkan dalam media transfor
carry-blair atau pepton alkali, atau langsung ditanam dalam agar TCBS, akan
memberikan persentase hasil positif yang tinggi. Vibrio cholerae O1
menghasilkan koloni oksidase-positif berwarna kuning. Vibrio cholerae dapat
dibedakan dengan Vibrio mimicus dari kemampuannya meragi sukrosa. Selain
itu, untuk pemeriksaan laboratorium juga bisa dilakukan dengan muntahan.
24
GEJALA SPESIFIK kolera Asiatik dapat bervariasi dari diare cair yang
ringan, sampai diare akut yang ditandai dengan kotoran yang berwujud seperti
air cucian beras. Gejala awal penyakit ini umumnya terjadi dengan tiba-tiba,
dengan masa inkubasi antara 6 jam sampai 5 hari. Kram perut, mual, muntah,
dehidrasi, dan shock (turunnya laju aliran darah secara tiba-tiba).Kematian
dapat terjadi apabila korban kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah
besar.Penyakit ini disebabkan karena korban mengkonsumsi bakteri hidup,
yang kemudian melekat pada usus halus dan menghasilkan racun
kolera.Produksi racun kolera oleh bakteri yang melekat ini menyebabkan diare
berair yang merupakan gejala penyakit ini.
Gejala-gejala V. cholerae non-O1 berupa diare dan kram perut.Demam
yang disertai muntah dan mual terjadi pada 25% individu yang terinfeksi. Kira-
kira 25% individu yang terinfeksi akan mengeluarkan kotoran dengan darah
dan lendir. Diare, pada beberapa kasus, dapat menjadi sangat parah, dan
berlangsung selama 6-7 hari. Diare biasanya terjadi dalam 48 jam setelah
konsumsi organisme. Mekanisme organisme ini dalam menimbulkan penyakit
tidak diketahui, namun demikian racun enterotoxin dan mekanisme
penyerangan diduga menjadi penyebab penyakit ini.Penyakit muncul saat
organisme melekatkan diri ke usus halus individu yang terinfeksi dan
kemudian menyerang korbannya.Dosis infektif – Diduga organisme dalam
jumlah besar (lebih dari satu juta) harus dikonsumsi untuk dapat menyebabkan
penyakit.
IDENTIFIKASI Bakteri Vibrio adalah jenis bakteri yang dapat hidup
pada salinitas yang relatif tinggi. Menurut Rheinheiner (1985) cit.
Herawati (1996), sebagian besar bakteri berpendar bersifat halofil yang
tumbuh optimal pada air laut bersalinitas 20-40‰. Bakteri Vibrio berpendar
termasuk bakteri anaerobic fakultatif, yaitu dapat hidup baik dengan atau
tanpa oksigen. Bakteri Vibrio tumbuh pada pH 4 - 9 dan tumbuh optimal
pada pH 6,5 - 8,5 atau kondisi alkali dengan pH 9,0 (Baumann et al., 1984
cit. Herawati, 1996).Media yang sering digunakan adalah sebagai
berikut (Soemarno,1962).
25
1. TCBS Agar plate
Biasanya koloni Vibrio yang tumbuh pada media ini berwarna
kuning, koloni sedang - besar, smooth, keping,jernih,tepinya tipis,
dilingkari oleh zone berwarna kuning, ada yang koloninya berwarna hijau.
2. Mac Conkey Agar
Koloni Vibrio yang tumbuh pada media Mac conkey berukuran
kecil- kecil, tidak berwarna atau merah muda dan sedikit cembung.
Beberapa test yang biasa dilakukan yaitu sebagai berikut (Soemarno,
1962):
TSIA : Lereng : Alkali : Dasar : kuning
Pada pengamatan, terlihat lereng yang berwarna merah sedangkan
dasarnya berwarna kuning (alkali-acid). Hal ini menandakan bakteri yang
tumbuh pada media ini hanya mampu memfermentasi glukosa (bagian
dasar) dan tidak mampu memfermentasi laktosa dan sukrosa (bagian lereng).
Gas : (+) positif
SIM :
Sulfur : (-) negatif
Indol : (+/-) positif/negatif
Motility : Aktif
SC : (+/-) positif/negatif
Oxidase test ; (+)
Glucose OF : Fermentative
String test : (+)
Catalase test : (-)negative
Pewarnaan :
Bakteri terlihat berbentuk basil bengkok berwarna merah, hal ini
menandakan bahwa bakteri tersebut mengikat zat warna merah dari safranin.
Gula-gula
Media ini berfungsi untuk melihat kemampuan bakteri
memfermentasikan jenis karbohidrat, jika terjadi fermentasi maka media
26
terlihat berwarna kuning kerena perubahan pH menjadi asam. Vibrio sp
memfermentasikan semua gula-gula menjadi asam.
SIM :
S (sulfur)
Adanya sulfur dapat dilihat ketika media berubah menjadi hitam.
Namun pada hasil pertumbuhan bakteri pada media ini, tidak terjadi
perubahan warna tersebut. Hal ini menandakan bakteri yang tumbuh tidak
mampu mendesulfurasi cysteine yang terkandung dalam media SIM.
I (indol)
Reaksi indol hanya bisa dilihat ketika pertumbuhan bakteri pada
media ini ditambahkan dengan reagen Covac’s. Indol dikatakan positif jika
terdapat cincin merah pada permukaannya. Warna merah dihasilkan dari
resindol yang merupakan hasil reaksi dari asam amino tryptopan
menjadi indol dengan penambahan Covac's. Bakteri yang mampu
menghasilkan indol menandakan bakteri tersebut menggunakan asam amino
tryptopan sebagai sumber carbon. Pada hasil pengamatan diperoleh Indol
negative sehingga dapat disimpulkan bakteri yang tumbuh tidak
menggunakan asam amino tryptopan sebagai sumber carbonnya.
• M (motility)
Pergerakan bakteri dapat terlihat pada media ini berupa berkas putih
di sekitar tusukan. Adanya pergerakan ini bisa dilihat karena media SIM
merupakan media yang semi solid. Pada hasil pengamatan diperoleh motility
positif. Hal ini menandakan bakteri mempunyai alat gerak dalam
proses pertumbuhannya.
MR (Methyl Red)
Setelah ditambahkan dengan indicator metil red, media berubah
menjadi merah (positif). Berarti terjadi fermentasi asam campuran
(asam laktat, asam asetat, dan asam formiat) oleh bakteri.
PENCEGAHAN Dalam situasi epidemi diagnosis klinis dibuat dengan
mengambil riwayat gejala dari pasien dan dengan pemeriksaan singkat
saja.Pengobatan biasanya dimulai tanpa atau sebelum konfirmasi dengan
analisis laboratorium spesimen. Tinja dan usap sampel yang dikumpulkan pada
27
tahap akut penyakit ini, sebelum antibiotik telah diberikan, adalah spesimen
yang paling berguna untuk diagnosis laboratorium.Jika epidemi kolera diduga,
agen penyebab yang paling umum adalah''Vibrio cholerae O1''.Jika''V. cholera
O1''serogrup tidak terisolasi, laboratorium harus tes untuk''V. cholera
O139''.Namun, jika tidak satu pun dari organisme ini terisolasi, perlu untuk
mengirim spesimen tinja ke laboratorium referensi. Infeksi dengan''V. cholerae
O139''harus dilaporkan dan ditangani dengan cara yang sama seperti yang
disebabkan oleh V.'' cholera O1''. Penyakit diare terkait harus dirujuk sebagai
kolera dan harus dilaporkan sebagai kasus kolera kepada pihak berwenang
kesehatan masyarakat yang sesuai. Kebersihan yang kurang, air yang tercemar,
dan cara penanganan makanan yang kurang higienis merupakan penyebab
utama infeksi. Karena itu pemanasan air dengan benar (hingga mendidih) dan
sanitasi yang baik dapat mencegah infeksi V. cholera..
28
29
30
31
101
111
121