makalah_identifikasi_vibrio_cholerae (empaz).docx

49
MAKALAH MIKROBIOLOGI IDENTIFIKASI Vibrio cholera SEBAGAI SALAH SATU PENYEBAB PENYAKIT SALURAN GASTROINTESTINAL oleh: NAMA : I GUSTI AGUNG P. YOGA NIM : 14.131.0608 KELAS : A8-OFF B 1

Upload: ngurah

Post on 11-Jul-2016

18 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH_IDENTIFIKASI_VIBRIO_CHOLERAE (EMPAZ).docx

MAKALAH MIKROBIOLOGI

IDENTIFIKASI Vibrio cholera SEBAGAI SALAH SATU PENYEBAB PENYAKIT

SALURAN GASTROINTESTINAL

oleh:

NAMA : I GUSTI AGUNG P. YOGA

NIM : 14.131.0608

KELAS : A8-OFF B

JURUSAN D3 ANALIS KESEHATANSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA PPNI

BALI 2016

1

Page 2: MAKALAH_IDENTIFIKASI_VIBRIO_CHOLERAE (EMPAZ).docx

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang telah

memberikan kita kelancaran dalam penulisan makalah ini. Dibuatnya makalah

ini guna untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Mikrobiologi.

Dalam makalah ini penulis akan membahas masalah mengenai

”IDENTIFIKASI Vibrio cholera SEBAGAI PENYEBAB SALAH SATU

PENYAKIT SALURAN GASTROINTESTINAL“ karena sebagai seorang

mahasiswa analis maka kita perlu mengetahui hal ini.

Penulis sangat mengharapkan agar pembaca dapat menambah

wawasan dan ilmu pengetahuan-Nya tentang IDENTIFIKASI Vibrio cholera

SEBAGAI PENYEBAB SALAH SATU PENYAKIT SALURAN

GASTROINTESTINAL. Saran dan kritik yang membangun tetap kami nantikan

demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata tiada gading yang tak retak, begitu

juga dengan manusia sendiri.

Denpasar, 5 Januari 2016

I Gusti Agung Purnama Yoga

2

Page 3: MAKALAH_IDENTIFIKASI_VIBRIO_CHOLERAE (EMPAZ).docx

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. 2

DAFTAR ISI ................................................................................................ 3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................................... 4

B. Rumusan Masalah .................................................................................... 5

C. Manfaat Penulisan .................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN

A. Morfologi Vibrio cholerae........................................................................ 6-7

B. Fisiologi dan Biokimia Vibrio cholerae .................................................... 7-8

C. Klasifikasi Ilmiah Vibrio cholerae ............................................................ 8

D. Struktur Antigen Vibrio cholerae ............................................................. 8-9

E. Patogenesis Vibrio cholerae...................................................................... 9-13

F. Manifestasi Klinik dan Diagnosis..............................................................13-14

F. Gejala penyakit.............................................................................................14-15

G. Pengujian atau Identifikasi Vibrio cholerae ............................................... 15-20

H. Pencegahan..................................................................................................20

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................................. 21B. Saran ........................................................................................................ 21

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 22

RESUME ...................................................................................................... 23-28

3

Page 4: MAKALAH_IDENTIFIKASI_VIBRIO_CHOLERAE (EMPAZ).docx

A. Latar Belakang

BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit kolera adalah penyakit infeksi saluran pencernaan yang

disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae (V. Cholerae) dengan manifestasi

klinik berupa diare. Gejala klinis diawali dengan munculnya diare yang

encer kemudian dalam waktu singkat feses yang semula berwarna dan

berbau menjadi lebih encer, masif, dan berwarna putih seperti cairan cucian

air beras (rice water stool). Cairan ini mengandung mucus, sel epitel dan

sejumlah besar V. cholerae. Apabila dibiarkan, pasien dapat kehilangan

cairan dalam jumlah banyak dan dapat menuju ke fase dehidrasi dan

berat sampai meninggal dalam jangka waktu beberapa jam setelah infeksi.

Bakteri Vibrio yang merupakan etiologi dari penyakit kolera adalah

bakteri dengan gram negatif berbentuk koma (comma shaped). V. cholerae

memiliki satu flagela di salah satu kutubnya sehingga memiliki motilitas

yang tinggi. Bakteri ini bisa hidup dan berkembang pada keadaan aerob atau

anaerob (anaerob fakultatif). Air dengan kadar garam tinggi seperti air laut

adalah tempat hidup alami dari bakteri ini. V. cholerae tidak tahan dengan

suasana asam dan tumbuh baik pada suasana basa (pH 8,0-9,5).

V. cholerae dapat menginfeksi manusia melalui rute pencernaan

(fecal-oral). Manifestasi klinik berupa penyakit kolera akan timbul apabila

jumlah bakteri yang masuk mencapai jumlah tertentu. Jumlah tersebut

dipengaruhi oleh proses masuknya bakteri kedalam saluran cerna. Seseorang

dengan asam lambung yang normal akan dapat terinfeksi apabila menelan

sebanyak 1010 atau lebih V. cholerae dalam air (103-106 dalam air) dan 102-

104 organisme bila masuk bersama makanan.

Penyakit kolera telah menyebar dan menjadi pandemik di

seluruh dunia selama dua abad terakhir ini. Telah terjadi tujuh kali pandemik

kolera sejak tahun 1817 dan terakhir tahun 1992. Pada mulanya penyakit ini

merupakan penyakit endemik dari Indian Subcontinent dan Afrika kemudian

menyebar ke Eropa, Asia, dan sampai ke Indonesia.

4

Page 5: MAKALAH_IDENTIFIKASI_VIBRIO_CHOLERAE (EMPAZ).docx

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang penulisan makalah ini yaitu

untuk mengetahui tentang bakteri Vibrio cholera sebagai penyebabkan

penyakit kolera (penyakit saluran gastrointestinal) dan mengisolasi serta cara

mengidentifikasinya.

C. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat masalah yang penulisan makalah ini yaitu pembaca

dapat mengetahui tentang bakteri Vibrio cholera sebagai penyebabkan

penyakit kolera (penyakit saluran gastrointestinal) dan mengisolasi serta cara

mengidentifikasinya.

5

Page 6: MAKALAH_IDENTIFIKASI_VIBRIO_CHOLERAE (EMPAZ).docx

BAB II

PEMBAHASAN

A. Morfologi Vibrio cholera

Vibrio cholerae merupakan bakteri gram negatif, berbentuk basil

(batang) dan bersifat motil (dapat bergerak), memiliki struktur antogenik dari

antigen flagelar H dan antigen somatik O, gammaproteobacteria,

mesofilik dan kemoorganotrof, berhabitat alami di lingkungan akuatik dan

umumnya berasosiasi dengan eukariot. Spesies Vibrio kerap dikaitkan

dengan sifat patogenisitasnya pada manusia, terutama V. Cholerae penyebab

penyakit kolera di negara berkembang yang memiliki keterbatasan akan air

bersih dan memiliki sanitasi yang buruk.

Vibrio cholera adalah salah satu bakteri yang masuk dalam family

Vibrionaceae selain dari Aeromonas dan Plesiomonas, dan merupakan bagian

dari genus Vibrio. Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch

pada tahun 1884 dan sangat penting dalam dunia kedokteran karena

6

Page 7: MAKALAH_IDENTIFIKASI_VIBRIO_CHOLERAE (EMPAZ).docx

menyebabkan penyakit kolera. Vibrio cholera banyak ditemui di permukaan

air yang terkontaminasi dengan feces yang mengandung kuman tersebut,

oleh karena itu penularan penyakit ini dapat melalui air, makanan dan

sanitasi yang

buruk.

Vibrio cholerae termasuk bakteri gram negative, berbentuk batang

bengkok seperti koma dengan ukuran panjang 2-4 μm. Pada isolasi, Koch

menamakannya “kommabacillus”. Tapi bila biakan diperpanjang, kuman itu

basa menjadi batang lurus yang mirip dengan bakteri enteric gram negative.

Kuman ini dapat bergerak sangat aktif karena mempunyai satu buah

flagella polar yang halus (monotrik). Kuman ini tidak membentuk spora.

Pada kultur dijumpai koloni yang cembung, halus dan bulat yang keruh dan

bergranul bila disinari.

B. Fisiologi dan Biokimia Vibrio cholerae

Vibrio cholerae bersifat aerob atau anaerob fakultatif. Suhu optimum untuk

pertumbuhan pada suhu 18-37°C. Dapat tumbuh pada berbagai jenis

media, termasuk media tertentu yang mengandung garam mineral dan

asparagin sebagai sumber karbon dan nitrogen. V. cholerae ini tumbuh baik

pada agar Thiosulfate-citrate-bile-sucrose (TCBS), yang menghasilkan

koloni berwarna kuning dan pada media TTGA (Teluritetaurocholate-

gelatin-agar)

Salah satu cirri dari Vibrio cholerae ini adalah dapat tumbuh pada pH

yang sangat tinggi (8,5-9,5) dan sangat cepat mati oleh asam. Pertumbuhan

sangat baik pada pH 7,0. Karenanya pembiakan pada media yang

mengandung karbohidrat yang dapat difermentasi, akan cepat mati. V.

cholerae meragi sukrosa dan manosa tanpa menghasilkan gas tetapi tidak

meragi albinosa. Kuman ini juga dapat meragi nitrit. Ciri khas lain yang

membedakan dari bakteri enteric gram negative lain yang tumbuh pada agar

darah adalah tes oksidasi hasilnya positif.

Sifat biokimia V. cholerae adalah dapat meragikan sukrosa, glukosa,

dan manitol menjadi asam tanpa menghasilkan gas, sedangkan laktosa dapat

diragikan tetapi lambat. V. cholerae juga dapat meragikan nitrat

menjadi nitrit. Pada medium pepton (banyak mengandung triptofan dan

7

Page 8: MAKALAH_IDENTIFIKASI_VIBRIO_CHOLERAE (EMPAZ).docx

nitrat) akan membentuk indol, yang dengan asam sulfat akan membentuk

warna merah sehingga tes indol dinyatakan positif. Hasil uji biokimia

dari bakteri V. cholerae antara lain adalah hasil positif pada uji oksidase

dan katalase. Pada uji indol V. cholerae menunjukan hasil positif dan

bersifat motil. Selain itu, pada uji fermentasi sukrosa dan manitol bakteri V.

cholerae juga memberi hasil positif yaitu dapat melakukan fermentasi

sukrosa dan manitol, namun pada uji laktosa didapat hasil negatif yaitu tidak

dapat memfermentasikan laktosa.

Sementara itu, bila diujikan pada media Triple Sugar Iron Agar

(TSIA), hasil yang muncul adalah bagian atas (slant) menunjukan warna

merah yang berarti bersifat basa, dan bagian bawah (butt) berwarna kuning

yang berarti bersifat asam, dan tidak terbentuk H2S. Uji lisin dekarboksilasi

terhadap V. cholerae juga menunjukkan hasil positif berupa warna ungu, uji

NaCl 0% memberi hasil positif berupa kekeruhan yang tinggi, NaCl 6%

dengan hasil bervariasi, dan NaCl 8 % dengan hasil negatif

(kekeruhan rendah). Pada uji arginin dihidrolase dan esculin hidrolisis V.

cholerae akan memberikan hasil negatif, sedangkan pada uji ornitin

dekarboksilase V. cholerae akan memberi hasil positif.

C. Klasifikasi Ilmiah Vibrio cholerae

Adapun klasifikasi dari bakteri Vibrio cholerae yaitu sebagai

berikut: Kongdom : Bacteria

Filum : Proteobacteria

Kelas : Gamma Proteobacteria

Ordo : Vibrionales

Famili : Vibrionaceae

Genus : Vibrio

Spesies : Vibrio cholerae

D. Struktur Antigen Vibrio cholerae

Semua Vibrio cholerae mempunyai antigen flagel H yang sama.

Antigen flagel H ini bersifat tahan panas. Antibodi terhadap antigen flagel H

tidak bersifat protektif. Pada uji aglutinasi berbentuk awan. Antigen

8

Page 9: MAKALAH_IDENTIFIKASI_VIBRIO_CHOLERAE (EMPAZ).docx

somatik O merupakan antigen yang penting dalam pembagian grup secara

serologi pada Vibrio cholera. Antigen somatik O ini terdiri dari

lipoposakarida. Pada reaksi aglutinasi berbentuk seperti pasir. Antibodi

terhadap antigen O bersifat protektif.

E. Patogenesis Vibrio cholera

Kolera ditularkan melalui jalur oral. Jika Vibrio berhasil melalu asam

lambung dengan selamat (dosis infektif tinggi sekitar 107 jika asam lambung

normal), ia akan berkembang pada usus halus. Langkah awal kolera berupa

penempelan pada mukosa karena membrane protein terluar dan adhesin flagela

yang dimilikinya.

Vibrio cholerae bersifat non invasif, tetapi menghasilkan enterotoksin,

yaitu suatu protein dengan BM 84.000 Dalton, tahan panas dan tidak tahan

asam, resisten terhadap tripsin dan dirusak oleh protease. Toksin kolera

mengandung 2 subunit, yaitu B (binding) dan A (active). Subunit B berikatan

dengan Gm1, suatu reseptor glikolipid pada permukaan sel epitel jejunum, dan

kemudian mengirimkan subunit A ke target sitosiliknya. Sub unit A aktif (A1)

memindahkan secara ireversibel ribose ADP dari nikotinamid adenin

dinukleotida (NAD) ke sebuah guanosin tripospat (GTP) yang mengatur

aktivitas adenilat siklase. Hal ini menyebabkan peningkatan produksi cAMP,

yang menghambat absorbsi natrium dan dan merangsang sekresi klorida

sehingga menimbulkan akumulasi NaCl dalam lumen usus. Sejak air bergerak

pasif untuk mempertahankan osmolaritas, cairan isotonic terakumulasi dalam

lumen. Ketika volume cairan melebihi kapasitas penyerapan usus, terjadi diare

cair, yang terdiri dari air, NaCl, kalium, dan bikarbonat. Jika cairan dan

elektrolit yang keluar tidak digantikan secara adekuat, dapat terjadi syok dan

asidosis.

       Imunitas terhadap toksik kolera dan antigen permukaan bakteri sama

dengan respon imun alami. Proteksi in vivo kemungkinan besar dimediasi oleh

IgA sekretorik, sedangkan antibodi serum sebagai tanda untuk pajanan

sebelumnya tidak melindungi.

Dalam keadaan alamiah, Vibrio cholerae hanya pathogen terhadap

manusia. Seorang yang memiliki asam lambung yang normal memerlukan

menelan sebanyak atau lebih V. cholera dalam air agar menginfeksi, sebab 9

Page 10: MAKALAH_IDENTIFIKASI_VIBRIO_CHOLERAE (EMPAZ).docx

kuman ini sangat sensitive pada suasana asam. Jika mediator makanan,

sebanyak 102-104 organisme yang diperlukan karena kapasitas buffer yang

cukup dari makanan. Beberapa pengobatandan keadaan yang dapat

menurunkan kadar asam dalam lambung membuat seseorang sensitive

terhadap infeksi Vibrio cholerae

Ada dua jenis V. cholerae yang berpotensi sebagai patogen pada

manusia. Jenis utama yang menyebabkan kolera adalah V. cholerae O1,

sedangkan jenis-jenis lainnya dikenal sebagai non-O1.

V. cholerae O1 adaalah penyebab kolera Asiatik atau kolera epidemik.

Kasus kolera sangat jarang terjadi di Eropa dan Amerika Utara.

Sebagian besar kasus kolera terjadi di daerah-daerah (sub)-tropis. Kolera

selalu disebabkan oleh air yang tercemar atau ikan (atau kerang) yang

berasal dari perairan yang tercemar.

V. cholerae non-O1 hanya menginfeksi manusia dan hewan primata

lainnya. Organisme ini berkerabat dengan V. cholerae O1, tetapi penyakit

yang ditimbulkannya tidak separah kolera. Strain patogenik dan non-

patogenik dari organisme ini merupakan penghuni normal di lingkungan air

laut dan muara. Organisme ini pada masa lalu disebut sebagai non-cholera

vibrio (NCV) dan nonagglutinable vibrio (NAG).

Perkemabangan Terbaru : Vibrio cholerae strain-O1 dapat dipecah

menjadi 2 biotipe klasik dan El Tor, biotipe ini berdasarkan perbedaan

fenotipik beberapa (Tabel - 1).Juga Vibrio cholerae O1 adalah sub-dibagi

menjadi 3 serotipe Ogawa, Inaba dan Hikojima. Hal di atas menunjukkan

perbedaan mendasar dari biotipe klasik dan El Tor.Namun, seiring dengan

berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, banyak ilmuwan yang terus

memantau perkembangan V. cholera.Di antara 206 serogrup Vibrio cholerae,

O1 dan O139 yang berhubungan dengan epidemi kolera.Serogrup O1

diklasifikasikan menjadi 2 biotipe, klasik dan El Tor.

Secara konvensional, 2 biotipe dapat dibedakan berdasarkan seperangkat sifat

fenotipik. Analisis genomik komparatif telah menunjukkan variasi dalam gen

yang berbeda antara biotipe. Toksin kolera (CT), toksin utama yang

bertanggung jawab untuk penyakit kolera, memiliki 2 epitypes atau bentuk

imunologi, CT1 dan CT2. Klasifikasi lain mengakui 3 genotipe berdasarkan

10

Page 11: MAKALAH_IDENTIFIKASI_VIBRIO_CHOLERAE (EMPAZ).docx

urutan gen variasi ctxB. Dalam beberapa tahun terakhir, muncul bentuk baru

dari V.cholerae O1, yang memiliki ciri-ciri dari kedua klasik dan El Tor

biotipe, telah diisolasi di Bangladesh, Mozambik, Vietnam, Hong Kong,

Jepang, dan Zambia.

Berdasarkan penelitian yang diilakukan di Kolkata India, Strain diperiksa

dengan uji mutasi ketidaksesuaian amplifikasi (MAMA) berbasis PCR untuk

mendeteksi alel ctxB; primer digunakan untuk 2 alel, FW-Com (5'-

ACTATCTTCAGCATATGCACATGG-3'); dan 2 alel spesifik primer, Re-

CLA (5'-CCTGGTACtTTCTACTTGAAACG-3') dan Re-elt (5'-

CCTGGTACTTCTACTTGAAACA-3'), masing-masing digunakan untuk

biotipe klasik dan Tor El.

Hasil MAMA-PCR menunjukkan bahwa sejak tahun 1995 jenis klasik

telah sepenuhnya menggantikan jenis ctxB El Tor.Urutan asam amino

disimpulkan selaras dengan urutan CtxB strain referensi N16961 (El Tor) dan

O395 (klasik).Urutan asam amino menyimpulkan dari semua 25 strain yang

diuji identik dengan strain referensi klasik; histidin berada di posisi 39 dan

treonin berada di posisi 68.Dengan demikian, hasil dari sekuensing DNA dari

gen ctxB dikonfirmasi MAMA-PCR dengan baik.

Hasil ini menunjukkan peristiwa yang patut dicatat dalam evolusi

terakhir strainsV.cholerae. Analisis ctxB yang telah beredar di Kolkata selama

17 tahun (1989-2005) menunjukkan bahwa pada tahun 1989 hanya alel El Tor

yang terdapat ctxB. Hasil kami lebih lanjut menunjukkan bahwa jenis ctxB

klasik muncul pada tahun 1990, meskipun El Tor jenis ctxB masih hadir

dalam jumlah yang hampir sama selama tahun itu. Selama tahun 1991, sebuah

peristiwa unik terjadi ketika jenis klasik menjadi dominan, bersama dengan

strain yang memiliki keduanya yakni klasik dan El Tor jenis ctxB.Pada tahun

1994, isolasi strain El Tor dengan ctxB menjadi langka, dan alel ctxB utama

adalah dari jenis klasik. Strain V.cholerae O1 dari tahun 1995 dan seterusnya

ditemukan hanya membawa ctxB jenis klasik, yang benar-benar

menggantikan El Tor tipe alel ctxB.

Penggantian jenis El Tor ctxB oleh alel klasik telah dilaporkan di

Bangladesh sejak 2001, yang tampaknya telah terjadi sebelumnya di Kolkata.

Perubahan ini didorong oleh tekanan selektif untuk bertahan hidup dan

11

Page 12: MAKALAH_IDENTIFIKASI_VIBRIO_CHOLERAE (EMPAZ).docx

beradaptasi lebih baik di usus host. Mengingat peningkatan prevalensi global

kolera, asal dan penyebaran varian baru dari V.cholerae strain harus dilacak

dalam populasi dengan analisis genom.

Mekanisme perkembangan bakteri V. cholerae dalam tubuh,

beberapa bakteri yang bertahan hidup menghemat energi dan nutrisi yang

tersimpan selama perjalanan melalui perut dengan menutup produksi protein

banyak.Ketika bakteri yang masih hidup keluar dari lambung dan mencapai

usus kecil, mereka perlu mendorong diri mereka melalui lendir tebal yang

melapisi usus kecil untuk sampai ke dinding usus mana mereka dapat

berkembang.“V. cholerae''bakteri memulai produksi protein silinder berongga

flagellin untuk membuat flagela, yang keriting seperti cambuk ekor yang

mereka berputar untuk mendorong diri mereka sendiri melalui lendir yang

melapisi usus kecil.

Setelah bakteri kolera mencapai dinding usus, mereka tidak perlu baling-

baling flagela untuk pindah lagi.Bakteri berhenti memproduksi protein

flagellin, energi lagi sehingga melestarikan dan nutrisi dengan mengubah

campuran protein yang mereka memproduksi dalam menanggapi lingkungan

kimia berubah.Saat mencapai dinding usus,''V. cholerae''mulai memproduksi

protein beracun yang memberi orang yang terinfeksi diare berair. Ini

membawa generasi baru mengalikan''V. cholerae''bakteri keluar ke dalam air

minum berikutnya host jika langkah-langkah sanitasi yang tepat tidak pada

tempatnya.

Mekanisme genetik dari bakteri ini dimana ''V. cholerae'' bakteri

mematikan produksi beberapa protein dan menghidupkan produksi protein

lain sebagai respon mereka terhadap serangkaian lingkungan kimia yang

mereka hadapi, melewati perut, melalui lapisan mukosa dari usus kecil, dan

masuk ke usus dinding. Kepentingan tertentu telah menjadi mekanisme

genetik dengan bakteri kolera yang menghidupkan produksi protein dari racun

yang berinteraksi dengan mekanisme sel inang untuk memompa ion klorida ke

dalam usus kecil, menciptakan tekanan ionik yang mencegah ion natrium

memasuki sel. Klorida dan ion natrium menciptakan lingkungan air garam di

usus kecil yang melalui osmosis dapat menarik hingga enam liter air per hari

melalui sel-sel usus menciptakan sejumlah besar diare. Tuan rumah dapat

12

Page 13: MAKALAH_IDENTIFIKASI_VIBRIO_CHOLERAE (EMPAZ).docx

menjadi cepat dehidrasi jika campuran yang tepat dari air garam encer dan

gula tidak diambil untuk menggantikan air dan garam darah yang hilang

selama diare.

Bakteri Vibrio Cholerae akan mengeluarkan enterotoksin atau racunnya

di saluran usus sehingga terjadinya diare yang dapat berakibat pada

kehilangan banyak cairan tubuh atau dehidrasi.Jika dehidrasi tidak segera

ditangani atau mendapatkan penanganan yang tepat dapat berlanjut ke arah

hipovolemik dan asidosis metabolik sampai akhirnya menyebabkan kematian.

Hipovolemik merupakan kondisi medis atau bedah di mana terjadi kehilangan

cairan dengan cepat yang berakhir pada kegagalan beberapa organ. Sedangkan

asidosis metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai

dengan rendahnya kadarbikarbonat dalam darah.

Penyakit kolera dapat menyebar baik sebagai penyakit yang endemik,

epidemik atau pandemik. Bakteri Vibrio cholerae berkembang biak dan

menyebar melalui feses (kotoran) manusia. Jika kotoran yang mengandung

bakteri mengkontaminasi air sungai dan lainnya, maka orang yang melakukan

kontak dengan air tersebut beresiko terkena kolera, bahkan mengonsumsi ikan

dalam air yang sudah terkontaminasi pun bisa menyebabkan Anda terkena

kolera.

F. Manifestasi Klinik dan Diagnosis

MANIFESTASI KLINIK Gejala khas berupa diare encer seperti air cucian

beras, tidak berbau busuk maupun amis, vormitus setelah diare tanpa nausea,

dan kejang otot perut. Gejala klinis sesuai dengan penurunan volume. Pada

kehilangan 3 – 5 % dari berat badan normal, timbul rasa haus. Kehilangan 5 –

8 %, timbul hipotensi postural, kelemahan, takikardi, dan penurunan turgor

kulit. Penurunan di atas 10 % mengakibatkan oliguria, denyut nadi lemah atau

tidak ada, mata cekung dan pada bayi ubun-ubun cekung, kulit keriput,

somnolen, dan koma. Komplikasi disebabkan oleh kehilangan air dan elektrolit

Penyakit kolera dapat berakhir dengan penyembuhan ad integrum (sehat utuh)

atau kematian. Penyulit biasanya adalah keterlambatan pertolongan atau

pertolongan yang tidak adekuat.

13

Page 14: MAKALAH_IDENTIFIKASI_VIBRIO_CHOLERAE (EMPAZ).docx

DIAGNOSIS Mudah ditentukan pada daerah endemik. Ciri khasnya

berupa vormitus tanpa nausea, diare cair seperti iar cucian beras, dan tanpa

demam. Untuk pemeriksaan biakan, cara pengambilan bahan pemeriksaan tinja

yang tepat adalah apus rektal (rectal swab) yang diawetkan dalam media

transfor carry-blair atau pepton alkali, atau langsung ditanam dalam agar

TCBS, akan memberikan persentase hasil positif yang tinggi. Vibrio

cholerae O1 menghasilkan koloni oksidase-positif berwarna kuning. Vibrio

cholerae dapat dibedakan dengan Vibrio mimicus dari kemampuannya meragi

sukrosa. Selain itu, untuk pemeriksaan laboratorium juga bisa dilakukan

dengan muntahan.

G.Gejala-gejala Penyakit

Gejala-gejala kolera Asiatik dapat bervariasi dari diare cair yang

ringan, sampai diare akut yang ditandai dengan kotoran yang berwujud seperti

air cucian beras. Gejala awal penyakit ini umumnya terjadi dengan tiba-tiba,

dengan masa inkubasi antara 6 jam sampai 5 hari. Kram perut, mual, muntah,

dehidrasi, dan shock (turunnya laju aliran darah secara tiba-tiba).Kematian

dapat terjadi apabila korban kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah

besar.Penyakit ini disebabkan karena korban mengkonsumsi bakteri hidup,

yang kemudian melekat pada usus halus dan menghasilkan racun

kolera.Produksi racun kolera oleh bakteri yang melekat ini menyebabkan diare

berair yang merupakan gejala penyakit ini.

14

Page 15: MAKALAH_IDENTIFIKASI_VIBRIO_CHOLERAE (EMPAZ).docx

Gejala-gejala V. cholerae non-O1 berupa diare dan kram

perut.Demam yang disertai muntah dan mual terjadi pada 25% individu yang

terinfeksi. Kira-kira 25% individu yang terinfeksi akan mengeluarkan kotoran

dengan darah dan lendir. Diare, pada beberapa kasus, dapat menjadi sangat

parah, dan berlangsung selama 6-7 hari. Diare biasanya terjadi dalam 48 jam

setelah konsumsi organisme. Mekanisme organisme ini dalam menimbulkan

penyakit tidak diketahui, namun demikian racun enterotoxin dan mekanisme

penyerangan diduga menjadi penyebab penyakit ini.Penyakit muncul saat

organisme melekatkan diri ke usus halus individu yang terinfeksi dan

kemudian menyerang korbannya.Dosis infektif – Diduga organisme dalam

jumlah besar (lebih dari satu juta) harus dikonsumsi untuk dapat menyebabkan

penyakit.

H. Pengujian atau Identifikasi Vibrio cholerae

Prosedur Kerja Menurut Depkes RI ( 1991 ), Langkah kerja dalam

pengujian Vibrio cholerae adalah sebagai berikut:

1. Prapengkaya ( Pre Enrichment )

a. Dilakukan homogenisasi air didalam botol lebih dahulu ( dikocok ±

25 kali )

b. Dipipet 10 ml sampel air ke dalam 90 ml media AP ( Alkalis Peptone )

c. Diinkubasi pada suhu 35 - 37°C selama 24 jam.

2. Pengkaya ( Enrichment )

a. Diinokulasikan 1 ose biakan dari media AP yang terlihat keruh

pada media selektif TCBS Agar

3. Isolasi

a. Diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam.

b. Diamati pertumbuhan koloni pada media TCBS agar, koloni Vibrio

cholera dengan warna kuning, ukuran sedang – besar, smooth,

keping.

4. Uji biokimia

a. Diinokulasi koloni tersangka dari TCBS agar ke media KI

15

Page 16: MAKALAH_IDENTIFIKASI_VIBRIO_CHOLERAE (EMPAZ).docx

b. Diinkubasi pada suhu 35 - 37°C selama 24 jam

c. Diinokulasi koloni dari KIA

d. Diinkubasi pada suhu 35 - 37°C KIA lereng Alkali Dasar Asam (

kuning ) Gas Negatif H2S Negatif.

Pada sumber referensi lain Langkah kerja dalam pengujian Vibrio

cholerae adalah sebagai berikut:

Pengujian yang dilakukan adalah uji bakteri Vibrio cholerae.

Pengujian terdiri dari uji pra prapengkaya, pengkaya, isolasi dan uji

biokimia. Pada metode prapengkaya media yang digunakan adalah AP (

Alkalis Pepton)

90ml, untuk uji prapengkaya dan isolasi digunakan media TCBS dan

untuk uji biokimia menggunakan KIA.

1. Uji Prapengkaya

Tahapan pertama yang dilakukan adalah uji prapengkaya

menggunakan media pertumbuhan bakteri Vibrio cholerae yaitu media AP

( Alkalis Peptone ) 90 ml kemudian ditambahkan sampel air minum

sebanyak

10 ml, selanjutnya diinkubasi selama 24 jam dengan suhu 37°C. Menurut

Suriawiria ( 1985 ), Media yang digunakan untuk mengkultur Vibrio cholera

adalah media AP (Alkalis Peptone ), yaitu media yang digunakan

untuk pertumbuhan bakteri Vibrio cholera yang mempunyai pH alkali (8,5 –

9,5 ) dan mengandung natrium karbonat sebagai sebagai sumber nutrisi

untuk mengetahui daya hambat bakteri Vibrio cholera digunakan modifikasi

media yaitu media AP yang telah ditambahkan tawas dengan konsentrasi

0,5%,

1%,1,5%, 2%, 4%,6% dan 8%. Berdasarkan hasil pengujian prapengkaya

pada air minum ( 106 ), dan air sumber ( 109 ), hasil ini menunjukkan bahwa

pada sampel air minum tidak ditemukan bakteri Vibrio cholerae. Hal ini

dapt diketahui dari media AP yang sebelumnya berwarna jernih akan tetap

jernih.

Setelah mengetahui hasil dari pengujian negatif, maka tidak

perlu dilanjutkan ke uji selanjutnya yaitu penanaman pada media selektif (

TCBS ), Karena TCBS hanya digunakan jika terdapat sangkaan pada

16

Page 17: MAKALAH_IDENTIFIKASI_VIBRIO_CHOLERAE (EMPAZ).docx

media AP sampel positif tercemar bakteri Vibrio cholerae yang ditandai

dengan kekeruhan pada media AP

Pada pengujian sampel air sumber hasilnya adalah positif yang

diduga ada cemaran bakteri Vibrio cholerae, hasil ini dapat diketahui

Setelah diinkubasi selama 24 jam, sampel menunjukkan hasil adanya

pertumbuhan bakteri, dan dapat kita kenali dari media AP yang semula

jernih menjadi keruh.

2. Uji pengkaya dan Isolasi

Untuk pengujian selanjutnya yaitu uji pengkaya. Pada uji ini suspensi

bakteri yang terdapat dalam tabung reaksi diambil 1 sengkelit dan digores

pada media TCBS agar. Media Thiosulfate-citrate-bile salts agar

(TCBS) merupakan media selektif untuk isolasi dan pemurnian Vibrio.

Setelah diinkubasikan dalam inkubator selama selama 24 jam pada suhu

37oC, hasil uji dari media TCBS menunjukkan koloni berwarna kuning dan

kuningnya berbeda dengan kontrol karena pada koloni yang tumbuh pada

sampel air warna kuningnya lebih tajam ,datar keping, tepinya tipis.

Suriawiria ( 1985 ), menyatakan bahwa media TCBSA untuk pertumbuhan

koloni Vibrio cholera akan menghasilkan koloni berwarna kuning

karena memfermentasi karbohidrat menjadi asam.

Pada media TCBS kontrol Vibrio cholera terlihat koloni sedang-

besar, jernih, smooth, keping, tepinya tipis, ada koloni yang berwarna

kuning dengan zona yang berwarna kuning juga. Pada tahap isolasi,

setiap koloni atau galur mikroba yang akan diidentifikasi harus benar

benar murni dan untuk mendapatkan biakan murni digunakan media selektif

yang memungkinkan untuk isolasi koloni mikroba tersangka berdasarkan

pada karakter biokimia dari mikroba yang akan mempengaruhi sifat

pertumbuhan bakteri pada suatu media spesifik. Identitas mikroba dapat

dilihat dari pembentukan koloni yang spesifik pada media ( BPOM, 2008 )

3. Uji Biokimia

Tahapan selanjutnya yaitu diinokulasikan koloni yang diduga dari

TCBS agar ke media KIA kemudian diinkubasi selama 24 jam dengan suhu

17

Page 18: MAKALAH_IDENTIFIKASI_VIBRIO_CHOLERAE (EMPAZ).docx

37°C. Hasil uji KIA menunjukkan bahwa pada media berwarna tetap

yaitu coklat kekuningan, tidak timbul gas dan H2S. KIA ini mengandung

gula yang

akan direaksikan oleh bakteri membentuk suasana asam yang ditandai

dengan warna kuning, akan tetapi karena tidak ada cemaran bakteri bakteri

V.cholera maka media berwarna tetap, Jika basa alkali ditandai dengan

warna merah.Namun pada pengujian ini karbohidrat dalam media tidak

terurai sehingga suasananya tidak menjadi asam.

I. Media Pengujian atau Identifikasi Vibrio cholerae

Bakteri Vibrio adalah jenis bakteri yang dapat hidup pada

salinitas yang relatif tinggi. Menurut Rheinheiner (1985) cit. Herawati

(1996), sebagian besar bakteri berpendar bersifat halofil yang tumbuh

optimal pada air laut bersalinitas 20-40‰. Bakteri Vibrio berpendar

termasuk bakteri anaerobic fakultatif, yaitu dapat hidup baik dengan atau

tanpa oksigen. Bakteri Vibrio tumbuh pada pH 4 - 9 dan tumbuh optimal

pada pH 6,5 - 8,5 atau kondisi alkali dengan pH 9,0 (Baumann et al., 1984

cit. Herawati, 1996).Media yang sering digunakan adalah sebagai

berikut (Soemarno,

1962).

1. TCBS Agar plate

Biasanya koloni Vibrio yang tumbuh pada media ini berwarna

kuning, koloni sedang - besar, smooth, keping,jernih,tepinya tipis,

dilingkari oleh zone berwarna kuning, ada yang koloninya berwarna hijau.

2. Mac Conkey Agar

Koloni Vibrio yang tumbuh pada media Mac conkey berukuran

kecil- kecil, tidak berwarna atau merah muda dan sedikit cembung.

Beberapa test yang biasa dilakukan yaitu sebagai berikut (Soemarno,

1962):

TSIA : Lereng : Alkali : Dasar : kuning

Pada pengamatan, terlihat lereng yang berwarna merah sedangkan

dasarnya berwarna kuning (alkali-acid). Hal ini menandakan bakteri yang

18

Page 19: MAKALAH_IDENTIFIKASI_VIBRIO_CHOLERAE (EMPAZ).docx

tumbuh pada media ini hanya mampu memfermentasi glukosa (bagian

dasar) dan tidak mampu memfermentasi laktosa dan sukrosa (bagian lereng).

Gas : (+) positif

SIM :

Sulfur : (-) negatif

Indol : (+/-) positif/negatif

Motility : Aktif

SC : (+/-) positif/negatif

Oxidase test ; (+)

Glucose OF : Fermentative

String test : (+)

Catalase test : (-)negative

Pewarnaan :

Bakteri terlihat berbentuk basil bengkok berwarna merah, hal ini

menandakan bahwa bakteri tersebut mengikat zat warna merah dari safranin.

Gula-gula

Media ini berfungsi untuk melihat kemampuan bakteri

memfermentasikan jenis karbohidrat, jika terjadi fermentasi maka media

terlihat berwarna kuning kerena perubahan pH menjadi asam. Vibrio sp

memfermentasikan semua gula-gula menjadi asam.

SIM :

S (sulfur)

Adanya sulfur dapat dilihat ketika media berubah menjadi hitam.

Namun pada hasil pertumbuhan bakteri pada media ini, tidak terjadi

perubahan warna tersebut. Hal ini menandakan bakteri yang tumbuh tidak

mampu mendesulfurasi cysteine yang terkandung dalam media SIM.

I (indol)

Reaksi indol hanya bisa dilihat ketika pertumbuhan bakteri pada

media ini ditambahkan dengan reagen Covac’s. Indol dikatakan positif jika

terdapat cincin merah pada permukaannya. Warna merah dihasilkan dari

resindol yang merupakan hasil reaksi dari asam amino tryptopan

menjadi indol dengan penambahan Covac's. Bakteri yang mampu

19

Page 20: MAKALAH_IDENTIFIKASI_VIBRIO_CHOLERAE (EMPAZ).docx

menghasilkan indol menandakan bakteri tersebut menggunakan asam amino

tryptopan sebagai sumber carbon. Pada hasil pengamatan diperoleh Indol

negative sehingga dapat disimpulkan bakteri yang tumbuh tidak

menggunakan asam amino tryptopan sebagai sumber carbonnya.

• M (motility)

Pergerakan bakteri dapat terlihat pada media ini berupa berkas putih

di sekitar tusukan. Adanya pergerakan ini bisa dilihat karena media SIM

merupakan media yang semi solid. Pada hasil pengamatan diperoleh motility

positif. Hal ini menandakan bakteri mempunyai alat gerak dalam

proses pertumbuhannya.

MR (Methyl Red)

Setelah ditambahkan dengan indicator metil red, media berubah

menjadi merah (positif). Berarti terjadi fermentasi asam campuran

(asam laktat, asam asetat, dan asam formiat) oleh bakteri

J. Pencegahan

Dalam situasi epidemi diagnosis klinis dibuat dengan mengambil

riwayat gejala dari pasien dan dengan pemeriksaan singkat saja.Pengobatan

biasanya dimulai tanpa atau sebelum konfirmasi dengan analisis laboratorium

spesimen. Tinja dan usap sampel yang dikumpulkan pada tahap akut penyakit

ini, sebelum antibiotik telah diberikan, adalah spesimen yang paling berguna

untuk diagnosis laboratorium.Jika epidemi kolera diduga, agen penyebab yang

paling umum adalah''Vibrio cholerae O1''.Jika''V. cholera O1''serogrup tidak

terisolasi, laboratorium harus tes untuk''V. cholera O139''.Namun, jika tidak

satu pun dari organisme ini terisolasi, perlu untuk mengirim spesimen tinja ke

laboratorium referensi. Infeksi dengan''V. cholerae O139''harus dilaporkan dan

ditangani dengan cara yang sama seperti yang disebabkan oleh V.'' cholera

O1''. Penyakit diare terkait harus dirujuk sebagai kolera dan harus dilaporkan

sebagai kasus kolera kepada pihak berwenang kesehatan masyarakat yang

sesuai. Kebersihan yang kurang, air yang tercemar, dan cara penanganan

makanan yang kurang higienis merupakan penyebab utama infeksi. Karena itu

pemanasan air dengan benar (hingga mendidih) dan sanitasi yang baik dapat

mencegah infeksi V. cholerae.20

Page 21: MAKALAH_IDENTIFIKASI_VIBRIO_CHOLERAE (EMPAZ).docx

A. Kesimpulan

BAB III

PENUTUP

Adapun kesimpulan dari makalah ini yaitu Vibrio cholerae

merupakan bakteri gram negatif, berbentuk basil (batang) dan bersifat motil

(dapat bergerak), memiliki struktur antogenik dari antigen flagelar H dan

antigen somatik O, gammaproteobacteria, mesofilik dan kemoorganotrof,

berhabitat alami di lingkungan akuatik dan umumnya berasosiasi dengan

eukariot. Spesies Vibrio kerap dikaitkan dengan sifat patogenisitasnya pada

manusia, terutama V. Cholerae penyebab penyakit kolera di negara

berkembang yang memiliki keterbatasan akan air bersih dan memiliki

sanitasi yang buruk. Langkah-langkah untuk pengujian dan identifikasi

Vibrio cholerae pada sampel yaitu Prapengkaya ( Pre Enrichment ),

Pengkaya ( Enrichment ), Isolasi, dan Uji biokimia.

B. Saran

Adapun saran dari penulis yaitu Perlu adanya pengenalan oleh

penyuluh pertanian kepada petani mengenai Pengendalian teknik/cara

pengendalian penyakit tanaman ini, supaya tujuan sukses pertanian dapat

terwujud yaitu berupa peningkatan hasil dan kesejahteraan petani.

21

Page 22: MAKALAH_IDENTIFIKASI_VIBRIO_CHOLERAE (EMPAZ).docx

DAFTAR PUSTAKA

Amelia S. Vibrio Cholerae. Departemen Mikrobiologi Fakultas KedokteranUniversitas Sumatra Utara Medan. In press 2005.

Baron EJ, Peterson LR, Finegold SM. Vibrio and Related Species, Aeromonas, Plesiomonas, Campylobacter, Helicobacter, and others. Dalam: Baron EJ, Peterson LR, Finegold SM. Bailey & Scott’s Diagnostic Microbiology. Edisi ke-9. USA: Mosby, 1994; h. 429-433.

Handa S. Cholera. (Diakses: 9 Januari 2011) Diunduh dari: URL:http://emedicine.medscape.com/article/214911-overview.htm

Matson JS, Withey JH, DiRita VJ. Regulatory Networks Controlling Vibrio cholerae Virulence Gene Expression. Infection and Immunity. 2007;75(12): 5542–49.

Mims C, dkk. Pathogen Parade, Genus Vibrio. Dalam: Mims, C dkk. MedicalMicrobiology. Edisi ke-3. Spain: Elsevier, 2004; h. 603.

Pelczar, Michael dan E.C.S. Chan. 2006. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI- Press.

Ryan KJ. Vibrio, Campylobacter, and Helicobacter. Dalam: Ryan KJ, Ray CG.Sherris Medical Microbiology. Edisi ke-4. USA: McGraw-Hill, 2004; h.373-378.

Tjay, Tan Hoan Drs. dan Drs. Kirana Rahardja. 2007. Obat-obat Penting. Jakarta: Gramedia.

Todar, K. Vibrio Cholerae and Asiatic Cholera. 2009. (Diakses: 9 Januari 2011) Diunduh dari: URL:http://www.textbookofbacteriology.net/cholera.html

22

Page 23: MAKALAH_IDENTIFIKASI_VIBRIO_CHOLERAE (EMPAZ).docx

RESUME

Penyakit kolera adalah penyakit infeksi saluran pencernaan

(gastrointestinal) yang disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae (V. Cholerae)

dengan manifestasi klinik berupa diare. Gejala klinis diawali dengan

munculnya diare yang encer kemudian dalam waktu singkat feses yang

semula berwarna dan berbau menjadi lebih encer, masif, dan berwarna putih

seperti cairan cucian air beras (rice water stool). Cairan ini mengandung

mucus, sel epitel dan sejumlah besar V. cholerae. Apabila dibiarkan, pasien

dapat kehilangan cairan dalam jumlah banyak dan dapat menuju ke fase

dehidrasi dan berat sampai meninggal dalam jangka waktu beberapa jam

setelah infeksi.

PATOGENISIS Kolera ditularkan melalui jalur oral. Jika Vibrio

berhasil melalu asam lambung dengan selamat (dosis infektif tinggi sekitar 107

jika asam lambung normal), ia akan berkembang pada usus halus. Langkah

awal kolera berupa penempelan pada mukosa karena membrane protein terluar

dan adhesin flagela yang dimilikinya.

Vibrio cholerae bersifat non invasif, tetapi menghasilkan enterotoksin,

yaitu suatu protein dengan BM 84.000 Dalton, tahan panas dan tidak tahan

asam, resisten terhadap tripsin dan dirusak oleh protease. Toksin kolera

mengandung 2 subunit, yaitu B (binding) dan A (active). Subunit B berikatan

dengan Gm1, suatu reseptor glikolipid pada permukaan sel epitel jejunum, dan

kemudian mengirimkan subunit A ke target sitosiliknya. Sub unit A aktif (A1)

memindahkan secara ireversibel ribose ADP dari nikotinamid adenin

dinukleotida (NAD) ke sebuah guanosin tripospat (GTP) yang mengatur

aktivitas adenilat siklase. Hal ini menyebabkan peningkatan produksi cAMP,

yang menghambat absorbsi natrium dan dan merangsang sekresi klorida

sehingga menimbulkan akumulasi NaCl dalam lumen usus. Sejak air bergerak

pasif untuk mempertahankan osmolaritas, cairan isotonic terakumulasi dalam

23

Page 24: MAKALAH_IDENTIFIKASI_VIBRIO_CHOLERAE (EMPAZ).docx

lumen. Ketika volume cairan melebihi kapasitas penyerapan usus, terjadi diare

cair, yang terdiri dari air, NaCl, kalium, dan bikarbonat. Jika cairan dan

elektrolit yang keluar tidak digantikan secara adekuat, dapat terjadi syok dan

asidosis.

       Imunitas terhadap toksik kolera dan antigen permukaan bakteri sama

dengan respon imun alami. Proteksi in vivo kemungkinan besar dimediasi oleh

IgA sekretorik, sedangkan antibodi serum sebagai tanda untuk pajanan

sebelumnya tidak melindungi.

       MANIFESTASI KLINIK Gejala khas berupa diare encer seperti air cucian

beras, tidak berbau busuk maupun amis, vormitus setelah diare tanpa nausea,

dan kejang otot perut. Gejala klinis sesuai dengan penurunan volume. Pada

kehilangan 3 – 5 % dari berat badan normal, timbul rasa haus. Kehilangan 5 –

8 %, timbul hipotensi postural, kelemahan, takikardi, dan penurunan turgor

kulit. Penurunan di atas 10 % mengakibatkan oliguria, denyut nadi lemah atau

tidak ada, mata cekung dan pada bayi ubun-ubun cekung, kulit keriput,

somnolen, dan koma. Komplikasi disebabkan oleh kehilangan air dan

elektrolit.

       Penyakit kolera dapat berakhir dengan penyembuhan adintegrum (sehat

utuh) atau kematian. Penyulit biasanya adalah keterlambatan pertolongan atau

pertolongan yang tidak adekuat.

       DIAGNOSIS Mudah ditentukan pada daerah endemik. Ciri khasnya berupa

vormitus tanpa nausea, diare cair seperti iar cucian beras, dan tanpa demam.

Untuk pemeriksaan biakan, cara pengambilan bahan pemeriksaan tinja yang

tepat adalah apus rektal (rectal swab) yang diawetkan dalam media transfor

carry-blair atau pepton alkali, atau langsung ditanam dalam agar TCBS, akan

memberikan persentase hasil positif yang tinggi. Vibrio cholerae O1

menghasilkan koloni oksidase-positif berwarna kuning. Vibrio cholerae dapat

dibedakan dengan Vibrio mimicus dari kemampuannya meragi sukrosa. Selain

itu, untuk pemeriksaan laboratorium juga bisa dilakukan dengan muntahan.

24

Page 25: MAKALAH_IDENTIFIKASI_VIBRIO_CHOLERAE (EMPAZ).docx

GEJALA SPESIFIK kolera Asiatik dapat bervariasi dari diare cair yang

ringan, sampai diare akut yang ditandai dengan kotoran yang berwujud seperti

air cucian beras. Gejala awal penyakit ini umumnya terjadi dengan tiba-tiba,

dengan masa inkubasi antara 6 jam sampai 5 hari. Kram perut, mual, muntah,

dehidrasi, dan shock (turunnya laju aliran darah secara tiba-tiba).Kematian

dapat terjadi apabila korban kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah

besar.Penyakit ini disebabkan karena korban mengkonsumsi bakteri hidup,

yang kemudian melekat pada usus halus dan menghasilkan racun

kolera.Produksi racun kolera oleh bakteri yang melekat ini menyebabkan diare

berair yang merupakan gejala penyakit ini.

Gejala-gejala V. cholerae non-O1 berupa diare dan kram perut.Demam

yang disertai muntah dan mual terjadi pada 25% individu yang terinfeksi. Kira-

kira 25% individu yang terinfeksi akan mengeluarkan kotoran dengan darah

dan lendir. Diare, pada beberapa kasus, dapat menjadi sangat parah, dan

berlangsung selama 6-7 hari. Diare biasanya terjadi dalam 48 jam setelah

konsumsi organisme. Mekanisme organisme ini dalam menimbulkan penyakit

tidak diketahui, namun demikian racun enterotoxin dan mekanisme

penyerangan diduga menjadi penyebab penyakit ini.Penyakit muncul saat

organisme melekatkan diri ke usus halus individu yang terinfeksi dan

kemudian menyerang korbannya.Dosis infektif – Diduga organisme dalam

jumlah besar (lebih dari satu juta) harus dikonsumsi untuk dapat menyebabkan

penyakit.

IDENTIFIKASI Bakteri Vibrio adalah jenis bakteri yang dapat hidup

pada salinitas yang relatif tinggi. Menurut Rheinheiner (1985) cit.

Herawati (1996), sebagian besar bakteri berpendar bersifat halofil yang

tumbuh optimal pada air laut bersalinitas 20-40‰. Bakteri Vibrio berpendar

termasuk bakteri anaerobic fakultatif, yaitu dapat hidup baik dengan atau

tanpa oksigen. Bakteri Vibrio tumbuh pada pH 4 - 9 dan tumbuh optimal

pada pH 6,5 - 8,5 atau kondisi alkali dengan pH 9,0 (Baumann et al., 1984

cit. Herawati, 1996).Media yang sering digunakan adalah sebagai

berikut (Soemarno,1962).

25

Page 26: MAKALAH_IDENTIFIKASI_VIBRIO_CHOLERAE (EMPAZ).docx

1. TCBS Agar plate

Biasanya koloni Vibrio yang tumbuh pada media ini berwarna

kuning, koloni sedang - besar, smooth, keping,jernih,tepinya tipis,

dilingkari oleh zone berwarna kuning, ada yang koloninya berwarna hijau.

2. Mac Conkey Agar

Koloni Vibrio yang tumbuh pada media Mac conkey berukuran

kecil- kecil, tidak berwarna atau merah muda dan sedikit cembung.

Beberapa test yang biasa dilakukan yaitu sebagai berikut (Soemarno,

1962):

TSIA : Lereng : Alkali : Dasar : kuning

Pada pengamatan, terlihat lereng yang berwarna merah sedangkan

dasarnya berwarna kuning (alkali-acid). Hal ini menandakan bakteri yang

tumbuh pada media ini hanya mampu memfermentasi glukosa (bagian

dasar) dan tidak mampu memfermentasi laktosa dan sukrosa (bagian lereng).

Gas : (+) positif

SIM :

Sulfur : (-) negatif

Indol : (+/-) positif/negatif

Motility : Aktif

SC : (+/-) positif/negatif

Oxidase test ; (+)

Glucose OF : Fermentative

String test : (+)

Catalase test : (-)negative

Pewarnaan :

Bakteri terlihat berbentuk basil bengkok berwarna merah, hal ini

menandakan bahwa bakteri tersebut mengikat zat warna merah dari safranin.

Gula-gula

Media ini berfungsi untuk melihat kemampuan bakteri

memfermentasikan jenis karbohidrat, jika terjadi fermentasi maka media

26

Page 27: MAKALAH_IDENTIFIKASI_VIBRIO_CHOLERAE (EMPAZ).docx

terlihat berwarna kuning kerena perubahan pH menjadi asam. Vibrio sp

memfermentasikan semua gula-gula menjadi asam.

SIM :

S (sulfur)

Adanya sulfur dapat dilihat ketika media berubah menjadi hitam.

Namun pada hasil pertumbuhan bakteri pada media ini, tidak terjadi

perubahan warna tersebut. Hal ini menandakan bakteri yang tumbuh tidak

mampu mendesulfurasi cysteine yang terkandung dalam media SIM.

I (indol)

Reaksi indol hanya bisa dilihat ketika pertumbuhan bakteri pada

media ini ditambahkan dengan reagen Covac’s. Indol dikatakan positif jika

terdapat cincin merah pada permukaannya. Warna merah dihasilkan dari

resindol yang merupakan hasil reaksi dari asam amino tryptopan

menjadi indol dengan penambahan Covac's. Bakteri yang mampu

menghasilkan indol menandakan bakteri tersebut menggunakan asam amino

tryptopan sebagai sumber carbon. Pada hasil pengamatan diperoleh Indol

negative sehingga dapat disimpulkan bakteri yang tumbuh tidak

menggunakan asam amino tryptopan sebagai sumber carbonnya.

• M (motility)

Pergerakan bakteri dapat terlihat pada media ini berupa berkas putih

di sekitar tusukan. Adanya pergerakan ini bisa dilihat karena media SIM

merupakan media yang semi solid. Pada hasil pengamatan diperoleh motility

positif. Hal ini menandakan bakteri mempunyai alat gerak dalam

proses pertumbuhannya.

MR (Methyl Red)

Setelah ditambahkan dengan indicator metil red, media berubah

menjadi merah (positif). Berarti terjadi fermentasi asam campuran

(asam laktat, asam asetat, dan asam formiat) oleh bakteri.

PENCEGAHAN Dalam situasi epidemi diagnosis klinis dibuat dengan

mengambil riwayat gejala dari pasien dan dengan pemeriksaan singkat

saja.Pengobatan biasanya dimulai tanpa atau sebelum konfirmasi dengan

analisis laboratorium spesimen. Tinja dan usap sampel yang dikumpulkan pada

27

Page 28: MAKALAH_IDENTIFIKASI_VIBRIO_CHOLERAE (EMPAZ).docx

tahap akut penyakit ini, sebelum antibiotik telah diberikan, adalah spesimen

yang paling berguna untuk diagnosis laboratorium.Jika epidemi kolera diduga,

agen penyebab yang paling umum adalah''Vibrio cholerae O1''.Jika''V. cholera

O1''serogrup tidak terisolasi, laboratorium harus tes untuk''V. cholera

O139''.Namun, jika tidak satu pun dari organisme ini terisolasi, perlu untuk

mengirim spesimen tinja ke laboratorium referensi. Infeksi dengan''V. cholerae

O139''harus dilaporkan dan ditangani dengan cara yang sama seperti yang

disebabkan oleh V.'' cholera O1''. Penyakit diare terkait harus dirujuk sebagai

kolera dan harus dilaporkan sebagai kasus kolera kepada pihak berwenang

kesehatan masyarakat yang sesuai. Kebersihan yang kurang, air yang tercemar,

dan cara penanganan makanan yang kurang higienis merupakan penyebab

utama infeksi. Karena itu pemanasan air dengan benar (hingga mendidih) dan

sanitasi yang baik dapat mencegah infeksi V. cholera..

28

Page 29: MAKALAH_IDENTIFIKASI_VIBRIO_CHOLERAE (EMPAZ).docx

29

Page 30: MAKALAH_IDENTIFIKASI_VIBRIO_CHOLERAE (EMPAZ).docx

30

Page 31: MAKALAH_IDENTIFIKASI_VIBRIO_CHOLERAE (EMPAZ).docx

31

Page 32: MAKALAH_IDENTIFIKASI_VIBRIO_CHOLERAE (EMPAZ).docx

101

Page 33: MAKALAH_IDENTIFIKASI_VIBRIO_CHOLERAE (EMPAZ).docx

111

Page 34: MAKALAH_IDENTIFIKASI_VIBRIO_CHOLERAE (EMPAZ).docx

121