jessi - - sken 7
DESCRIPTION
pbl 21TRANSCRIPT
Karsinoma Tiroid serta Penatalaksanaannya
Disusun Oleh :
Albert Chandra Wijaya / 102010249
Octaviani Sanjaya Jamin / 102012012
Ivana Theresia / 102012111
Maulidin Tubagus Adriansyah / 102012136
Felisia Pangestu / 102012214
Wendy / 102012312
Jessica / 102012373
Stefanus / 102012433
Novi Anggriyani Hermawan /102012514
Kelompok F5
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Alamat Korespondensi : Jalan Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat
Pendahuluan
Kelenjar tiroid termasuk bagian tubuh yang jarang mengalami keganasan, terjadi
0,85% dan 2,5% dari seluruh kegansan pada pria dan wanita. Tetapi di antara kelenjar
endokrin, kegansan tiroid termasuk jenis kegansan kelenjar endokrin yang paling sering
ditemukkan. Secara klinis, antara nodul tiroid yang ganas dengan yang jinak sering sulit
dibedakan, bahkan baru dapat dibedakan setelah ddidapatkan hasil evaluasi sitologi preparat
biopsi jarum halus atau histopatologi dari jaringan kelenjar tiroid yang diambil saat operasi.
Tampilan klinis karsinoma tiroid pada sebagian besar kasus umumnya ringan. Pada
nodul tiroid yang ganas, bisa saja nodul tiroid tersebut baru muncul dalam beberapa bulan
terakhir, tetapi dapat pula sudah mengalami pembesaran kelenjar tiroid berpuluh tahun
lamanya serta memberikan gejala klinis yang ringan saja, kecuali jenis karsinoma tiroid
anaplastik yang perkembangannya sangat cepat dengan prognosis buruk. Dari berbagai
penelitian, terdapat beberapa petunjuk yang dapat digunakan untuk menduga kecenderungan
nodul tiroid ganas atau tidak, antar lain riwayat terekspos radiasi, usia saat nodul timbul,
konsistensi nodul.
1
Anamnesis
Hal pertama yang perlu dilakukan oleh seorang dokter ketika pasien datang adalah
melakukan anamnesis. Anamnesis merupakan suatu bentuk wawancara antara dokter dan
pasien dengan memperhatikan petunjuk-petunjuk verbal dan non verbal mengenai riwayat
penyakit pasien. Riwayat pasien merupakan suatu komunikasi yang harus dijaga
kerahasiaannya, yaitu segala hal yang diceritakan oleh penderita.
Anamnesis atau medical history adalah informasi yang dikumpulkan oleh seorang
dokter dengan cara melakukan wawancara dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
spesifik baik itu terhadap pasien itu sendiri (auto-anamnesis) maupun dari orang yang
dianggap dapat memberikan keterangan yang berhubungan dengan keadaan pasien (allo-
anamnesis/hetero-anamnesis).1
Hal yang perlu di tanyakan pada pasien adalah identitas pasien, kemudian
menanyakan keluhan utama pasien, pada kasus ini, pasien mengeluh terdapat benjolan di
leher bagian depan yang kian hari makin membesar sejak 1 tahun yang lalu.Dengan keluhan
penyerta, pasien sekarang menjadi sulit menelan dan pasien mengeluh tidak bisa bernafas
dengan lapang serta suara menjadi serak. Selanjutnya, dapat ditanyakan riwayat penyakit
sekarang (RPS) berupa :
Lokasi
Onset / awitan dan kronologis
Perlu ditanyakan kapan mulai timbulnya sakit atau sudah berlangsung berapa lama,
keluhan itu timbul mendadak atau perlahan-lahan, hilang timbul atau
menetap.Apakah ada waktu-waktu tertentu saat keluhan timbul.
Kuantitas keluhan
Ditanyakan seberapa berat rasa sakit yang dirasakan penderita. Hal ini tergantung
dari penyebab penyakitnya, tetapi sangat subjektif, karena dipengaruhi antara lain
kepekaan seorang penderita terhadap rasa sakit, status emosi dan kepedulian terhadap
penyakitnya. Dapat ditanyakan apakah sakitnya ringan, sedang atau berat. Apakah
sakitnya mengganggu kegiatan sehari-hari, pekerjaan penderita atau aktifitas fisik
lainnya.1
Kualitas keluhan
2
Bagaimana rasa sakit yang dialami penderita harus ditanyakan, misalnya rasa sakit
yang tajam (jelas) seperti rasa panas, terbakar, pedih, diiris, tertusuk, menunjukkan
inflamasi organ.1
Faktor-faktor yang memperberat keluhan.
Ditanyakan adakah faktor-faktor yang memperberat sakit, seperti aktifitas makan,
menelan, bernafas, atau aktivitas fisik lainnya.1
Keluhan penyerta
Keluhan yang menyertai, perlu ditanyakan keluhan–keluhan lain yang timbul
menyertai dan faktor pencetusnya, misalnya bila penderita mengeluh nyeri ulu hati,
yang perlu ditanyakan lebih lanjut adalah nyeri tekan pada daerah benjolan, apakah
di sertai demam, batuk, batuk berdarah, suara serak, sulit menelan, sesak nafas, nyeri
dada, berdebar-debar, keringat dingin atau badan lemas serta adakah penurunan berat
badan.1
Setelah menanyakan riwayat penyakit sekarang dapat ditanyakan riwayat penyakit
dahulu (RPD) adakah penderita pernah sakit serupa sebelumnya, bila ada kapan terjadinya.
Selanjutnya dapat menanyakan riwayat penyakit keluarga Anamnesis ini digunakan untuk
mencari ada tidaknya penyakit keturunan dari pihak keluarga (diabetes mellitus, hipertensi,
tumor atau keganasan (contohnya tumor otak atau kanker tulang dll) atau riwayat penyakit
yang menular. 1
Hal yang dapat di tanyakan untuk memperjelas keadaan pasien adalah riwayat sosial
pasien menanyakan seputar kebiasaan hidupnya meliputi apakah makan yodium dan cukup
gizi, tanyakan juga mengenai konsumsi obat-obatan, kebiasaan merokok, minum alkohol dan
kebersihan dirinya. Menyakan seputar tempat tinggalnya apakah memang lingkungannya
kotor, padat, atau bersih.Serta menanyakan apakah pasien sudah mendapatkan pengobatan
sebelumnya.1
Pemeriksaan fisik
Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan respon seseorang terhadap
rangsangan dari lingkungan, tingkat kesadaran dibedakan menjadi :2
Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat
menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.
3
Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya,
sikapnya acuh tak acuh.
Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak, berteriak-
teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang
lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah
dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu ucleu jawaban verbal.
Stupor , yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri.
Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap
rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga
tidak ada respon pupil terhadap cahaya).
Salah satu pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah memeriksa tanda-tanda vital yang
terdiri dari suhu, tekanan darah, nadi, dan frekuensi pernapasan.Suhu tubuh yang normal
adalah 36-37oC. Pada pagi hari suhu mendekati 36oC, sedangkan pada sore hari mendekati
37oC. Tekanan darah diukur dengan menggunakan tensimeter dengan angka normalnya
120/80 mmHg.Pemeriksaan nadi biasa dilakukan dengan melakukan palpasi a.
Radialis.Frekuensi nadi yang normal adalah sekitar 60-80 kali permenit. Dalam keadaan
normal, frekuensi pernapasan adalah 16-24 kali per menit.2 Selanjutnya melakukan
pemeriksaan pada leher pasien :1
Inspeksi pada leher untuk melihat adanya asimetri, denyutan abnormal, tumor,
keterbatasan gerakan dalam range of motion (ROM) maupun pembesaran kelenjar
limfe dan tiroid.
Pemeriksaan palpasi leher dilakukan pada tulang rawan tiroid, kelenjar tiroid,
muskulus sternokleidomastoideus, pembuluh karotis dan kelenjar limfe. Pemeriksaan
dilakukan pada kedua sisi (bilateral) bersamaan.
Palpasi anterior approach
Penderita diminta duduk tanpa bersandar, pemeriksa berada di depan penderita
kemudian raba dengan pulpa jari-jari kedua tangan benjolan terbesar pada leher
pasien. Apabila teraba nodul laporkan kira-kira pembesarnya, adakah nyeri tekan.
Palpasi posterior approach
4
Penderita tetap pada posisi duduk tanpa bersandar, pemeriksa berada belakang
penderita, kemudian raba dengan pulpa jari-jari kedua tangan. Amati gerakannya saat
menelan, simetris, ireguler dan amati apakah bergerak mengikuti gerakan menelan
atau terfiksasi.
Auskultasi
Dengarkan suara bising tiroid pada leher atau di pembesaran (benjolan) leher pasien.
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang membedakan neoplasma jinak dan ganas
tiroid belum ada yang khusus.Kecuali karsinoma meduler, yaitu pemeriksaan
kalsitonin (tumor marker) dalam serum.Pemeriksaan T3 dan T4 kadang-kadang
diperlukan karena pada karsinoma tiroid dapat terjadi tirotoksikosis walaupun
jarang.HumanThyroglobulin (HTG) Tera dapat dipergunakan sebagai tumor marker
terutama pada karsinoma berdiferensiasi baik. Walaupun pemeriksaan ini tidak khas
untuk karsinoma tiroid, namun peninggian HTG setelah tiroidektomi total merupakan
indikator tumor residif.
2. Pemeriksaan Radiologi
Tujuan pemeriksaan ini tidak hanya dapat mendeteksi morfologi tiroid,
ukuran, jumlah, namun juga dapat menentukan jenis tumor massa kistik atau massa
solid.3 Saat menemukan ada nodul tiroid makanodul tersebut perlu dievaluasi. The
American Thyroid Association (ATA) Guidelines Taskforce menganjurkan evaluasi
nodul dengan menggunakan USG sehingga bisa diketahui ukuran nodul, ada tidaknya
nodul lain dalam tiroid, karateristik nodul bisa diketahui dengan lebih jelas sehingga
bisa dibedakan apakan nodul itu jinak atau ganas.3
USG merupakan pemeriksaan yang non invasif, mudah didapat dan cukup
murah, setiap penderita yang ditemukan nodul dalam tiroidnya harus menjalani
evaluasi seluruh jaringan jaringan tiroidnya termasuk nodul dan kelenjar limfe leher
dengan USG. Yang dievaluasi adalah ukuran nodul, ada tidaknya nodul lain dalam
tiroid, komposisi dalam nodul dan tanda tanda ganas dalam nodul tersebut.3 Ciri yang
5
menunjukkan suatu keganasan adalah adanya mikrokalsifikasi, batas yang ireguler,
aliran darah meningkat, hypoechoic. USG merupakan pemeriksaan yang cukup baik
dan akurat dalam mendeteksi metastasis kelenjar dan rekurensi dari kanker tiroid.3
Pemeriksaan CT scan dan MRI. Pemeriksaan CT scan (Computed
Tomographic scanning) dan MRI (Magnetic Resonance Imaging) tidak
direkomendasikan untuk evaluasi keganasan tiroid. Karena disamping tidak
memberikan keterangan berarti untuk diagnosis, juga sangat mahal. CT scan atau
MRI baru diperlukan bila ingin mengetahui adanya perluasan struma substernal atau
terdapat kompresi/penekanan pada jalan nafas.3
3. Pemeriksaan Biopsi Aspirasi Jarum Halus
Biopsi aspirasi jarum halus tiroid telah berusia lebih dari 50 tahun dan
merupakan metode utama yang digunakan untuk diagnosis preopreatif pada anak-
anak dan dewasa. Biopsi aspirasi jarum halus memegang peranan yang penting dalam
mendeteksi neoplasma tiroid dan membantu dalam penanganan reseksi pembedahan
selanjutnya serta mengidentifikasi lesi-lesi non neoplastik yang dapat ditangani secara
konservatif.4
Biopsi aspirasi jarum halus merupakan test yang sensitif dan spesifik untuk
diagnosis lesi tiroid dan telah banyak publikasi yang mengkonfirmasi keunggulan dari
biopsi aspirasi jarum halus ini. Akan tetapi, walaupun merupakan test yang akurat
dengan biaya yang murah dan sering tanpa komplikasi, biopsi aspirasi jarum halus
juga memiliki keterbatasan-keterbatasan yaitu :
Ketidakmampuan biopsy aspirasi jarum halus untuk memberikan diagnosis banding
nodul pada hypercellular goitre dan neoplasma folikular benign dan malignan.
Keterbatasan ini menyebabkan ahli sitologi sering mendiagnosisnya sebagai suspect
(4-24%) dan mengharuskan penderita untuk melakukan lobectomy untuk diagnosis
yang lebih obyektif
Keterbatasan yang berkaitan dengan jumlah negatif palsu (1,3-17%) yang akhirnya
akan menyebabkan kegagalan penanganan neoplasma malignan.
Sejumlah kasus dimana tidak mungkin merumuskan satu diagnosis disebabkan karena
material inadekuat (2-31%) sehingga menurunkan akurasi metode ini dan jumlah
6
penderita yang menjalani lobectomy meningkat untuk mendapatkan hasil diagnosis
yang lebih akurat.
4. Pencitraan
Pencitraan pada nodul tiroid tidak dapat menentukkan jinak atau ganas, tetapi
dapat menentukkan mengarahkan nodul tiroid tersebutk cenderung jinak atau ganas.
Modalitas pencitraan yang sering digunakan pada nodul tiroid ialah sidik (sintigrafi)
tiroid dan USG.
Sintigrafi tiroid pada keganasan hanya memberikan gambaran hipofungsi atau
nodul dingin, sehingga dikatakan tidak spesifik dan tidak diagnostik. Sintigrafi tiroid
dapat dilakukan dengan menggunakan 2 macam isotop, yaitu iodium radioaktif (123-I)
dan technetium pertechnetate (99-Tc). 123-I lebih banyak digunakan dalam evaluasi
fungsi tiroid, sedang 99-Tc lebih digunakan untuk evaluasi anatominya. Pada
sintigrafi tiroid kurang lebih 80-85% nodul tiroid memberikan hasil dingin (cold) dan
10-15% dari kelompok ini mempunyai kemungkinan ganas. Nodul panas (hot)
ditemukan sekitar 5% dengan resiko ganas paling rendah, sedang nodul hangat
(warm) terdapat 10-15% dari seluruh nodul dengan kemungkinan ganas lebih rendah
dari 10%.
USG pada awal evaluasi nodul tiroid dilakukan untuk menentukan ukuran dan
jumlah nodul, meski sebenarnya USG tidak dapat membedakan nodul jinak dari yang
ganas. USG pada nodul tiroid yang dingin sebagian besar akan menghasilkan gambar
solid, capuran solid-kistik dan sedikit kista simpel. Dari suatu seri penelitian USG
nodul tiroid, didapatkan 69% solid, 12% campuran dan 19% kista. Dari seluruh 19%
kista tersebut, hanya 7% yang ganas, sedangkan yang kemungkinan ganas dari nodul
solid atau campuran berkisar 20%. USG juga dikerjakan untuk menentukan
multinodularitas yang tidak teraba dengan palpasi, khususnya pada indivdu dengan
riwayat radiasi pengion pada daerah kepala dan leher. Nodul soliter atau multipel
yang lebih kecil dari 1 cm yang hanya terdeteksi dengan USG umumnya jinak dan
tidak diperlukan lanjutan pemeriksaan lanjutan lain kecuali evaluasi USG ulang
secara periodik. Nodul yang tidak terdeteksi dengan USG pada pasien Grave
umumnya jinak. Dari 315 pasien Grave ditemukan 106 nodul ukuran 8 mm atau
lebih, pada evaluasi sitologi hanya ditemukan 1 (satu) kasus karsinoma.
7
Modalitas pencitraan lain seperti computed tomographic scanning (CT Scan)
dan magnetic resonance imaging (MRI) tidak direkomendasikan untuk evaluasi
keganasan tiroid, karena disamping tidak memberikan keterangan untuk diagnosis,
juga sangat mahal. CT Scan dan MRI baru diperlukan bila ingin mengetahui adanya
perluasan struma substernal atau terdapat kompresi trakea.4
5. Terapi supresi tiroksin (untuk diagnostik)
Salah satu cara meminimalisasi hasil negatif palsu pada BAJAH ialah dengan
terapi supresi TSH dengan tiroksin. Yang dimaksud terapi supresi TSH dengan L-
tiroksin ialah menekan supresi TSH dari hipofisis sampai kadar TSH di bawah batas
nilai terendah angka normal. Rasionalitas supresi TSH berdasarkan bukti bahwa TSH
merupakan stimulator kuat untuk fungsi kelenjat tiroid dan pertumbuhannya. Cara ini
diharapkan dapat memisahkan nodul yang memberikan respon dan tidak, dan
kelompok terakhir ini lebih besar kemungkinan ganasnya. Tetapi dengan adanya
reseptor TSH di sel-sel karsinoma tiroid, maka terapi tersebut juga akan memberikan
pengecilan nodul. Ini terbukti dari 13-15% pasien karsinoma tiroid mengecil dengan
terapi supresi. Oleh karena itu tidak ada atau adanya Respons terhadap supresi TSH
tidak dengan sendirinya secara pasti menyingkirkan keganasan.4
Working diagnosis
Sebagian besar pasien kanker tiroid tidak memiliki gejala yang spesifik.Lesi
terkadang terdiagnosa pada saat melakukan pemeriksaan USG pada leher/karotis. Lesi paling
sering ditemui adalah massa atau nodul pada tiroid. Suara serak, disfagia, dispneu, dan
hemoptisis yang sebabkan karena adanya invasi pada struktur anatomi sekitar tiroid oleh
kanker.Hal ini terjadi pada kanker stadium lanjut, dan kadang-kadang pasien juga datang
dengan keluhan pembesaran kelenjar getah bening di leher. Pada pasien di Indonesia keluhan
benjolan tiroid sering terjadi setelah bertahun-tahun adanya goiterdan kemudian berubah sifat
dengan pertumbuhan yang cepat dan tanda invasi ke jaringan sekitar.5
Anamnesa yang baik serta pemeriksaan fidik yang teliti merupakan langkah penting
dalam menentukan diagnosis.Penting tanyakan apakah terdapat anggota keluatga yang
menderita kanker tiroid, riwayat mendapatkan radioterapi natau paparan radiasi dibagian
leher, serta adanya gejala akibat invasi lokal seperti sesak napas dan sebagainya.Adanya
8
nodul tunggal yang dominan dan terfiksasi pada struktur sekitar dengan ukuran diameter
lebih dari 1 cm serta konsistensi keras dicurigai adanya keganasan. Adanya kelenjar getah
bening yang membesar dengan diameter 1-2 cm serta adanya hubungan nodul pada kelenjar
getah bening berhubungan dengan kanker. Limfadenopati paling sering terletak pada
pertengahan ataupun bagian bawah dari vena jugularis tetapi dapat juga pada daerah lateral
otot sternokledomastoideus pada bagian bawah dari segitiga servikal posterior.5
Penemuan lain adalah kelumpuhan pita suara, fiksasi nodul tiroid, deviasi trakea atau
invasi ke trakea. Pemeriksaan flesibilitas leher harus dilakukan untuk memastikan
hiperekstensi yang adekuat selama pembedahan.
Pemeriksaan lain dilakukakan untuk dapat membedakan antara lesi jinak dan ganas
untuk menghindari pembedaha yang tidak perlu. Evaluasi awal untuk pasoen dengan ndul
tunggal tiroid adalah pemeriksaan BAJAH (Biopsi Aspirasi Jarum Halus).Pemeriksaan darah
dengan pengukuran TSH/ Thyroglobulin maupun pemeriksaan sidik tiroid tidak dapat
menentukan nodul jinak ataupun ganas. Terkecuali dengan pemeriksaan kalsitonin serum
yang spesifik untuk karsinoma meduler.5
Differential diagnosis
Karsinoma tiroid Papiler
Karsinoma tiroid tipe papiler merupakan karsinoma tiroid paling sering, meliputi
hampir 80% dari seluruh kasus.Usia pasien biasanya pada decade ke 3 sampai ke 5.Laki-laki
memiliki insiden yang lebih tinggi.Sebagian besar karsinoma papilaris bermanifestasi sebagai
nodul tiroid asimptomatik tetapi bermanifestasi pertama di kelenjar limfe leher.Karsinoma,
yang biasanya berupa nodul tunggal bergerak bebas sewaktu menelan dan tidak dapat
dibedakan dari nodul jinak.Suara serak, disfagia, batuk atau dispnea muncul apabila sudah
pada penyakit tahap lanjut.
Karsinoma ini secara makroskopis berbentuk padat, ireguler ataupun kistik yang
timbul dari epitel flikuler.Masa tumor tidak berkapsul tetapi berbatas tegas.Adanya metastasis
pada kelenjar getah bening leher didapatkan pada 30-80% kasus.Prognosis keseluruhan pada
keganasan ini sangat baik, tingkat survival 10 tahun mencapai 95%.
Aspirat dari karsinoma papiler biasanya kaya akan sel, dapat berupa sebaran, tersusun
dalam beberapa struktur seperti anastomosing papillary fragment, struktur folikular atau
dalam monolayered sheet, umumnya tidak dijumpai koloid. Diagnosis dari karsinoma ini
9
berdasarkan dengan dijumpainya kelompokan papiler kompleks yang dapat dilihat di bawah
mikroskop dengan pembesaran kecil.Calsifiedpsammoma bodiesdapat ditemukan. Harus
diingat bahwa struktur kalsifikasi yang menyerupai psammoma bodiesjuga terkadang
ditemukan pada tiroid normal, tiroiditis kronis dan terkadang pada beberapa tipe tumor. Sel-
sel tumor mirip dengan sel-sel folikular normal tetapi ukurannya lebih besar.Sitoplasma
basofilik dan opaque, biasanya ditemukan vakuola.Abnormalitas nucleus merupakan tanda
yang penting dari karsinoma papiler.Nukleus sel-sel kanker lebih besar dari pada sel-sel
folikular.Gambaran nucleus berupa opaque ground glass dengan kromatin nucleus terdorong
ke pinggir dan nucleus kecil berada di tengah.Karakteristik dan juga memiliki nilai diagnostic
adalah ditemukannya intracytoplasmic nuclear inclusion berbatas tegas yang dapat dilihat
dengan pewarnaan Diff-Quik atau Papanicolaou merupakan patognomonik untuk karsinoma
papiler meskipun tidak ditemukan struktur papiler. Gambaran nucleus lain yaitu adanya
lipatan dan celah berisi granul-granul halus.
Multinucleated giant cell dari tipe foreign body sangat sering ditemukan di dalam smear
karsinoma papiler.Giant cell berdampingan dengan fragmen monolayer atau papiler sel-sel
tumor.6
Karsinoma tiroid folikuler
Karsinoma jenis ini merupakan keganasan tiroid kedua yang paling sering,
bermanifesatasi sebagai nodul tidak nyeri, konsistensi lunak dan jarang menyebar ke kelenjar
getah bening meliputi sekitar 10-20% dari seluruh keganasan tiroid. Keganasan ini sering
muncul pada dekade yang lebih lambar dari pada karsinoma tiroid papiler.Sering ditemukan
pada dekade 5 sampai 6.Angka kejadian ini meningkat pada daerah dengan defisiensi
yodium.Tumor biasanya sudah besar pada saat diagnosis ditegakkan, sering penderita sudah
menderita pembesaran kelenjar gondok bertahun-bertahun.Diagnosis terkadang sulit
ditegakkan.Diagnosis sitologi terkadang sulit karena karsinoma secara sitologi sangat mirip
dengan adenoma folikuler jinak. Perbedaan akan terlihat nyata dengan pemeriksaan blok
paraffin dengan ditemukan adanya invasi kapsuler atau ke vaskuler. Biasanya karsinoma ini
bersifat unifokal dan metastasis ke kelanjar getah bening jarang ditemukan, hanya
diperkirakan 10% kasus.6
10
Karsinoma tiroid folikulare cenderung bermetastasis melalui hematogen seperti ke
tulang (terutama tulang pipih seperti kalvaria) dan paru.Sekitar 93% kasus sudah mengalami
metastasis jauh pada saat diagnosis ditegakkan.Karsinoma ini sering terjadi bersamaan
dengan kelainan jinak tiroid seperti goiter endemic.Kemungkinan hal ini disebabkan karena
stimulasi TSH jangka panjang. Angka survival 10 tahun pada karsinoma ini berkisar 70-95%
sedikit lebih buruk jika dibandingkan dengan karsinoma tipe papiler, hal ini mungkin
disebabkan karena karsinoma ini lebih sering ditemukan pada keadaan yang lebih lambat.
Jika dilakukan klasifikasi berdasarkan umur, stadium tumor, maka tidak dapat perbedaan
bermakna pada kedua kelompok keganasan ini.6
Umumnya aspirat karsinoma folikular adalah selular dan memiliki populasi sel-sel
yang banyak dengan sedikit atau tidak adanya koloid.Sel-sel tersusun di dalamkelompokan-
kelompokan dan strukturnya berupa folikel.Adakalanya, sel-sel inimirip dengan sitologi
adenoma folikular.Pada well-differentiated follicularcarcinoma, sel atipik minimal, di mana
kesannya secara umum diduga benign. Secara garis besar kriteria diagnosis karsinoma
folikular adalah sebagai berikut:
• Selular, biasanya smear banyak darah
• Banyak kelompokan sel-sel epitelial berukuran sama yang tersebar pada smear
• Agregat sel syncitial, nukleus banyak dan overlapping
• Mikrofolikel dan rosette
• Sedikit atau tidak ada koloid
Sel-selnya multilayered ukuran bervariasi, populasi sel uniform, kelompokan
mikroasinar dengan lumen sentral mengandung tetesan koloid mempresentasikan
mikrofolikel.Mikrofolikel adalah karakteristik neoplasma folikular tetapi dapat juga
ditemukan secara fokal pada goiter multinodular. Pola trabekular ditunjukkan dengan adanya
agregat-agregat berbaris dan elongated dari sel-sel epitelial yang melekat pada stroma
vaskular dan menyerupai struktur papiler. Pembuluh darah kecil dengan sel-sel epitelial yang
berdekatan dapat ditemukan pada beberapa tipe neoplasma folikular.6
Karsinoma Medulare
Karsinoma tiroid medular (MTC) tumbuh dari sel C parafolikular di glandula tiroid.
75% MTC terjadi secara sporadik, dan 25% terjadi secara familial. MTC pada kasus familial
biasanya multifokal, sedangkan pada kasus sporadik biasanya tidak. Sindrom MTC familial
11
dibedakan menjadi MEN 2A, MEN 2B, dan FMTC tanpa gejala MEN. Pada MEN 2A
(sindrom Sipple) terdapat gejala MTC, pheokromositoma, dan hiperparatiroidism. Pada MEN
2B terdapat MTC, pheokromositoma, marfanoid habitus, dan ganglioneuromatosis. MTC
biasanya terbentuk pada usia 10 tahun, dan memiliki kemungkinan cepat bertumbuh dan
bermetastasis. MTC pada MEN 2A dapat terlihat pada dekade pertama kehidupan, dan
hampir selalu terbentuk pada dekade kedua. MTC pada FMTC biasanya terbentuk pada saat
dewasa. Secara umum, MTC pada MEN 2B memiliki struktur yang paling agresif. MTC
familial lebih agresif daripada MTC sporadik. Pada MTC sporadik biasanya ditemukan nodul
tiroid soliter yang tidak nyeri. Gejala lainnya adalah tanda-tanda nyeri, disfagia, dan suara
serak yang terjadi akibat invasi lokal.6
Karsinoma Anaplastik
Karsinoma anaplastik tiroid adalah tumor epitel folikel yang tidak
berdiferensiasi.Berbeda dengan karsinoma tiroid berdiferensiasi, karsinoma anaplastik
merupakan tumor agresif dengan angka kematian mendekati 100%.Tumor ini membentuk
kurang dari 5% dari semua kanker tiroid. Pasien karsinoma anaplastik berusia lebih tua
dibandingkan mereka yang mengidap kanker tiroid jenis lain dengan usia rata-rata 65 tahun.
Sekitar separuh pasien memiliki riwayat gondok multinodular sedangkan 20% pasien
memiliki riwayat karsinoma berdiferensiasi dan 20% sampai 30% lainnya sedang mengidap
tumor tiroid berdiferensiasi, sering kali berupa adenoma papilar. Karsinoma anaplastik ini
biasanya bermanifestasi sebagai massa yang cepat membesar di leher, nyeri tekan dan
terfiksir (sukar bergerak). Pada sebagaian besar kasus, penyakit telah menyebar keluar kapsul
tiroid ke struktur leher sekitar atau bermetastasis ke paru pada saat pasien datang.Gejala
penekanan dan invasi misalnya dispneu, disfagia, suara serak, dan penurunan berat badan
sering dijumpai.Belum ada terapi efektif untuk karsinoma tiroid anaplastik dan penyakit ini
hampir selalu mematikan. Meskipun metastasis ke tempat jauh sering terjadi pada sebagian
besar kasus, kematian terjadi dalam kurun waktu kurang 1 tahun akibat pertumbuhan agresif
dan gangguan pada srtuktur –struktur vital di leher.6
Dijumpai dua bentuk karsinoma anaplastik yaitu karsinoma spindel dan giant cell dan
small-cell-type carcinoma.Smear aspirat dari anaplastic giant cell carcinoma biasanya
mengandung materi nekrotik, debris selular, sel inflamasi terutama granulosit dan polimorf
besar, sering dijumpai multinucleated cell dengan inti besar bizarre dan nukleoli yang sangat
12
prominen.Pada small-cel anaplastic carcinoma, aspirat mengandung sel-sel malignan dengan
inti bulat atau oval dan sitoplasma sedikit.Sangat sulit dibedakan dengan limfoma malignan
meskipun dilihat dengan pemeriksaan histopatologi. Untuk membedakan antara kedua tumor
ini digunakan flow cytometry atau imunositokimia. 6
Karsinoma Nasofaring
Kanker Nasofaring adalah jenis kanker yang tumbuh di rongga belakang hidung dan
belakang langit-langit rongga mulut. Sudah hampir dapat dipastikan bahwa penyebab
karsinoma nasofaring adalah Virus Epstein-Barr, karena pada semua pasien nasofaring
didapatkan titer anti-virus EB yang cukup tinggi. Titer ini lebih tinggi dari titer orang sehat,
pasien tumor ganas leher dan kepala lainnya, tumor organ tubuh lainnya, bahkan pada
kelainan nasofaring yang lain sekalipun.Gejala karsinoma nasofaring meliputi pendarahan
hidung (mimisan) atau gangguan saluran pernafasan, dahak/Lendir yang bercampur darah,
gejala pada telinga, termasuk tersumbatnya telinga, suara berdengung, berkurangnya
pendengaran, sakit kepala, leher membengkak akibat pembesaran kelenjar getah bening,
kelopak mata menurun, penglihatan ganda, wajah kebas akibat dari terjangkitnya saraf
kranial.6
Limfadenitis
Limfadenitis adalah peradangan pada salah satu atau beberapa kelenjar getah bening,
yang ada disekitar leher, ketiak dan pangkal paha, sedangkan getah bening adalah cairan yang
bersirkulasi didalamnya, membawa sel darah putih mengelilingi seluruh tubuh. Penyakit ini
bisa terjadi pada orang dan anak-anak. Umumnya peradangan ini disebabkan oleh bakteri,
virus, protozoa, parasit jamur atau sebagai dampak dari penyakit lain. Gejala-gejala
limfadenitis yang umum ditemui yaitu kelenjar getah bening membesar/membengkak (terjadi
benjolan), biasanya lunak dan terasa sakit, kulit di sepanjang kelenjar yang terinfeksi tampak
kemerahan dan terasa hangat, demam, terkadang terbentuk kantung atau nanah (abses).6
Etiologi
Etiologi yang pasti dari karsinoma ini belum diketahui. Dari beberapa penelitian, dijumpai
beberapa faktor yang berperan seperti:7
1. Kenaikan sekresi hormon TSH (Thyroid Stimulating Hormon) dari kelenjar hipofise
anterior disebabkan berkurangnya sekresi hormon T3 dan T4 dari kelenjar tiroid oleh
13
karena kurangnya intake yodium. Ini menyebabkan tiroid yang abnormal dapat
berubah menjadi kanker
2. Radiasi ion pada leher terutama anak-anak yang pernah mendapat terapi radiasi di
leher dan mediastinum
3. Faktor Genetik
Epidemiologi
Karsinoma tiroid diperkirakan sebesar 1,5% dari keganasan seluruh tubuh di negara-
negara berkembang. Karsinoma tiroid menempati urutan ke-9 dari sepuluh keganasan
tersering di Indonesia. Angka insidensi bervariasi di seluruh dunia contohnya saja di
Amerika. American Cancer Society memperkirakan sekitar 17.000 kasus baru muncul setiap
tahunnya di Amerika Serikat dan sekitar 1700 diantaranya mengakibatkan kematian.
Sedangkan di Indonesia sendiri insidens karsinoma tiroid belum diketahui hingga sekarang
disebabkan belum adanya pendataan keganasan yang terpadu dari Badan Litbang Depatemen
Kesehatan RI. Yang ada ialah pendataan kanker diberbagai rumah sakit di Indonesia yang
bervariasi dari satu angka ke angka lain. Penelitian terakhir yang dilakukan adalah pada tahun
1980-1984 di rumah sakit Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta yang menemukan
10,7% keganasan 964 tumor tiroid selama rentang tahun tersebut. 7
Berdasarkan distribusi seks,didapatkan wanita lebih banyak dari laki-laki yaitu 9:2 dan
menurut distribusi umur, kasus-kasus di RSCM Jakarta tersering berkisar pada usia 40 diatas
50 tahun.Menurut jenis karsinoma dari tiroid sendiri juga dibagi dalam presentasi seperti:7
Karsinoma papilaris (75 % sampai 85% dari kasus)
Karsinoma folikularis (10% sampai 20% dari kasus)
Kasinoma medularis ( 5% dari kasus)
Kasinoma anaplastik ( <5% dari kasus)
Patofisiologi
Kanker merupakan penyakit yang berasal sel tubuh yang berkembang secara
abnormal.Kanker dihasilkan dari fungsi sel yang abnormal dan kelainan ini hasil dari mutasi
dalam struktur nukleotida DNA yang paling sering diperoleh selama hidup (mutasi somatik).
Dalam perkembangannya kerusakan pada sel-sel DNA (Deoxyribonucleic Acid) tersebut
akan terus terakumulasi dari waktu ke waktu dan semakin menumpuknya jumlah sel yang
14
rusak. Kerusakan ini disebabkan oleh adanya promotor-promotor kanker yang disebut
karsinogen, seperti bahan kimia, virus, serta faktor lingkungan (sinar matahari) dan gaya
hidup. Sel-sel yang telah rusak ini disebut juga dengan neoplasma.Pertumbuhan neoplasma
ganas biasanya merusak jaringan di sekitarnya dan dapat menyebar ke organ lainnya, proses
ini dikenal sebagai metastasis. Sel kanker ini akan terus bereplikasi, invasif, dan menyebar,
apabila tidak ditangani dengan segera maka dapat berakibat fatal bagi penderita.8
Penyakit kanker dapat didefinisikan berdasarkan beberapa karakteristiknya.Di
antaranya, klonalitas (kanker berasal dari perubahan genetik yang terjadi pada sebuah sel dan
berploriferasi membentuk sel ganas), autonomi (pertumbuhan tidak teratur dengan benar
karena pengaruh fisik dan biokimia lingkungan), anaplasia (tidak terdapat diferensiasi sel
yang normal dan terkoordinasi), metastasis (sel kanker memiliki kemampuan tumbuh secara
tidak kontinu dan menyebar ke bagian tubuh lain).8
Sampai sekarang penyebab terbesar kejadian kanker, yaitu sebesar 80-85%
disebabkan oleh faktor lingkungan dan gaya hidup, sedangkan sisanya sekitar 10-15%
disebabkan karena kesalahan replikasi dan genetika. Namun, para ahli menyakini bahwa
sepertiga dari kasus kejadian kanker berhubungan dengan diet dengan pola insiden yang
bervariasi sesuai jenis kelamin, ras dan letak geografis. 8
Perkembangannya sel-sel kanker berjalan dengan rumit (kompleks) melalui beberapa
tahapan, meliputi aktivasi, inisiasi, promotor, progresi (perkembangan dan penyebaran), dan
kemungkinan remisi (sukses pengobatan atau pembalikan). Berikut beberapa tahap terjadinya
sel kanker:
1. Aktivasi
Beberapa bahan kimia atau radiasi dapat memicu perubahan sel. Dalam proses normal,
tubuh seseorang dapat menghilangkan zat-zat berbahaya, namun dalam beberapa kasus
substansi asing akan menetap dan menempel pada DNA dalam sel.
2. Inisiasi
DNA berubah atau bermutasi dalam sel yang disalin. Jika itu terjadi dalam DNA tertentu,
maka akan membuat sel menjadi lebih sensitif terhadap zat berbahaya dan/atau radiasi.
3. Promosi
Ketika sel menjadi sensitif, promotor mendorong sel-sel membelah dengan cepat. Bila
urutan normal dari DNA telah rusak, maka selanjutnya gumpalan sel abnormal akan
mengikat bersama membentuk suatu masa atau tumor.
15
4. Progresi
Sel-sel terus berkembang biak dan menyebar ke jaringan terdekat. Jika mereka memasuki
sistem getah bening maka sel-sel abnormal ini akan diangkut ke organ tubuh lain.
5. Pembalikan
Tujuan dari pembalikan adalah untuk mencegah perkembangan kanker atau untuk
memblokir salah satu dari keempat tahap pertama.
Manifestasi Klinik
Manifestasi pertama dapat berupa massa pada limfonodi servikal, tetapi dapat juga mengenai
limfonodi regional pada 50% kasus saat diagnosis ditegakkan, kendati metastasis jauh jarang
terdapat pada saat tumor ditemukan. 5
Karsinoma yang secara khas berupa nodul tunggal dapat bergerak dengan konsistensi sangat
padat dan keras terkadang lunak serta dapat/tidak bergerak dengan bebas ketika pasien
menelan dan terkadang tidak bisa dibedakan dengan nodul jinak. Suara serak, disfagia, batuk-
batuk atau dispnea, adanya pembesaran KGB nodul besar >4 cm dan terdapat diare persisten
apabila jenis karsinoma tiroid jenis medular.Berdasarkan usia yang sering terkena adalah
sekitar < 20 tahun dan diatas 60 tahun. 5
Penatalaksanaan
Macam Pembedahan Tiroid, yaitu :7
1. Ismektomi
Ismektomi adalah pengangkatan tonjolan tiroid jinak yang berada pada ismus tiroid,
beserta bagian ismus dari kelenjar tiroid.
2. Lobektomi Subtotal
Lobektomi Subtotal adalah pengangkatan nodul tiroid beserta jaringan tiroid
sekitarnya pada satu sisi, dengan meninggalkan sebanyak kurang lebih 5 gram
jaringan tiroid normal dibagian posterior. Operasi ini dilakukan pada tonjolan jinak
tiroid.
3. Lobektomi Total / Hemitiroidektomi
16
Lobektomi Total adalah pengangkatan nodul tiroid beserta jaringan tiroid seluruhnya
pada satu sisi.Operasi ini dilakukan pada tonjolan jinak tiroid yang mengenai seluruh
jaringan tiroid satu lobus, atau pada tonjolan tiroid dengan hasil pemeriksaan FNA
menunjukkan neoplasma folikuler. Bila hasil pemeriksaan histopatologis dari
spesimen menunjukkan karsinoma tiroid, maka tindakan lobektomi total tersebut
sudah dianggap cukup pada penderita dengan faktor prognostik yang baik.
4. Tiroidektomi Subtotal
Tiroidektomi Subtotal adalah pengangkatan nodul tiroid beserta jaringan tiroid
disekitarnya pada kedua sisi, dengan meninggalkan sebanyak kurang lebih 5 gram
jaringan tiroid normal dibagian posterior. Operasi ini dilakukan pada tonjolan jinak
tiroid yang mengenai kedua sisi.
5. Tiroidektomi hampir Total
Tiroidektomi hampir total adalah pengangkatan tonjolan tiroid beserta seluruh
jaringan tiroid pada satu sisi disertai pengangkatan sebagian besar jaringan tiroid sisi
kontralateral dengan menyisakan 5 g saja pada sisi tersebut. Operasi ini dilakukan
pada tonjolan jinak tiroid yang mengenai seluruh jaringan tiroid satu lobus dan
sebagian jaringan tiroid kontralateral.Tindakan tersebut juga dapat dilakukan pada
karsinoma tiroid deferensiasi baik pada satu lobus dan belum melewati garis tengah,
untuk menghindari kelenjar paratiroid bilateral.Penderita karsinoma tiroid yang
dilakukan prosedur ini harus dilanjutkan dengan pemberian ablasi sisa jaringan tiroid
menggunakan yodium radioaktif.
6. Tiroidektomi Total
Tiroidektomi Total adalah pengangkatan tonjolan tiroid beserta seluruh jaringan
tiroid.Operasi ini dikerjakan pada karsinoma tiroid deferensiasi terutama bila disertai
adanya faktor prognostik yang jelek, karsinoma tiroid tipe meduler, karsinoma tiroid
tipe anaplastik yang masih operabel.
Non Pembedahan7
1. Radioterapi
17
Radioterapi adalah penggunaan radiasi ion di bidang kedokteran sebagai satu
bagian pengobatan kanker dengan mengontrol pertumbuhan sel ganas.Radioterapi
digunakan sebagai terapi kuratif maupun bersifat adjuvan.Lapangan radiasi juga
mencakup jaringan limfonodus dan pembuluh darah yang menjadi risiko utama untuk
metastase tumor.Radioterapi adalah penggunaan radiasi untuk menghancurkan sel
kanker atau merusak sel tersebut sehingga tidak dapat bermultiplikasi lagi. Walaupun
radiasi ini akan mengenai seluruh sel, tetapi umumnya sel normal lebih tahan terhadap
radiasi dibandingkan dengan sel kanker.
Kegunaan radioterapi adalah sebagai berikut:
Mengobati : banyak kanker yang dapat disembuhkan dengan radioterapi, baik dengan
atau tanpa dikombinasikan dengan pengobatan lain seperti pembedahan dan
kemoterapi.
Mengontrol : Jika tidak memungkinkan lagi adanya penyembuhan, radioterapi
berguna untuk mengontrol pertumbuhan sel kanker dengan membuat sel kanker
menjadi lebih kecil dan berhenti menyebar.
Mengurangi gejala : Selain untuk mengontrol kanker, radioterapi dapat mengurangi
gejala yang biasa timbul pada penderita kanker seperti rasa nyeri dan juga membuat
hidup penderita lebih nyaman.
Membantu pengobatan lainnya : terutama post operasi dan kemoterapi yang sering
disebut sebagai “adjuvant therapy” atau terapi tambahan dengan tujuan agar terapi
bedah dan kemoterapi yang diberikan lebih efektif.
2. Kemoterapi
Kemoterapi memerlukan penggunaan obat untuk menghancurkan sel kanker.
Walaupun obat ideal akan menghancurkan sel kanker dengan tidak merugikan sel
biasa, kebanyakan obat tidak selektif. Terkadang obat didesain untuk mengakibatkan
kerusakan yang lebih besar pada sel kanker daripada sel biasa, biasanya dengan
menggunakan obat yang mempengaruhi kemampuan sel untuk bertambah
besar.Pertumbuhan yang tak terkendali dan cepat adalah ciri khas sel
kanker.Kemoterapi secara umum menyebabkan mual, muntah, kehilangan selera
18
makan, kehilangan berat badan, kepenatan, dan sel darah hitung rendah yang
menyebabkan anemia dan risiko infeksi bertambah.
3. Terapi Ablasi Iodium Radioaktif
Pada jaringan tiroid sehat dan ganas yang tertinggal setelah operasi,selanjutnya
diberikan terapi ablasi iodium radioaktif. Mengingat adanya uptake spesifik iodium ke
dalam sel folikuler tiroid termasuk sel ganas tiroid yang berasal dari sel folikuler.
4. Terapi Supresi L-Tiroksin
Evaluasi lanjutan perlu dilakukan selama beberapa dekade sebelum dikatakan sembuh
total. Target kadar TSH pada kelompok risiko rendah untuk kesakitan dan kematian
karena keganasan tiroid adalah 0,1-0,5 mU/L, sedang untuk kelompok risiko tinggi
adalah 0,01 mU/L.
Komplikasi
Komplikasi yang sering muncul pada kanker tiroid adalah :8
Perdarahan
Resiko ini minimum, namun hati-hati dalam mengamankan hemostatis dan
penggunaan drain pada pasien setelah operasi.Masalah terbukanya vena besar (vena
tiroidea superior) dan menyebabkan embolisme udara.
Trauma pada nervus laringeus rekurens
Ini dapat menimbulkan paralisis sebagian atau total pada laring.
Sepsis yang meluas ke mediastinum
Hipotiroidisme pasca bedah, perkembangan hipotiroidisme setelah reseksi bedah
tiroid jarang terlihat saat ini. Ini dievaluasi dengan pemeriksaan klinik dan biokomia
yang tepat pasca bedah.
Hipokalsemia, karena terangkatnya kelenjar paratiroid pada saat pembedahan.
Metastasis kanker yang sudah mencapai organ-organ lain.
Pencegahan
Program pencegahan kanker tiroid bisa dilakukan dengan :
Program pencegahan yang dilakukan sebelum terdeteksi menderita kelainan tiroid
19
Program pencegahan kanker tiroid setelah terdeteksi menderita kelainan tiroid non
kanker.
Pola hidup yang sehat
Program konsumsi makanan sehat
Prognosis
Prognosis pasien kanker tiroid stadium 1 sangat baik, dengan angka harapan hidup 20
tahun hampir 100%.Dibandingkan dengan pasien pada stadium IV angka harapan hidup 5
tahunnya hanya 25%. Pada sebagian kecil karsinoma tiroid yang berdiferensiasi baik
berkembang sangat cepat, untuk hal ini belum ada system staging terbaru yang cocok.5
Prognosis pasien kanker tiroid folikuler diyakini dibandingkan tipe papiler, hal ini
dikaitkan dengan tingginya metastase hematogen pada tipe ini.Namun demikian dalam
pendekatan penatalaksanaan dan prognosis kedua tumor ini berada satu kelompok yaitu
karsinoma tiroid berdiferensiasi baik. Karsinoma anaplastik memiliki prognosis terburuk,
dengan rata-rata survival hanya 6 bulan setelah diagnosis ditegakkan.5
Kesimpulan
Karsinoma tiroid adalah jenis kanker yang harus mendapatkan perhatian khusus untuk
para penderitanya.Mulai dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang baik serta dilanjutkan
dengan pemeriksaan penunjang yang dapat membantu ketepatan diagnosa. Penatalaksanaan
yang cepat dan tepat sangat diperlukan untuk penyakit ini agar tidak bermetastasis luas ke
organ tubuh yang lain karena prognosis dari setiap jenis karsinoma tiroid ini berbeda.
Memahami setiap komplikasi yang akan terjadi juga sangat diperlukan agar tidak semakin
memperparah keadaan pasien kegananasan tiroid ini.
Daftar Pustaka
1. Bate’s Guide to Physical Examination and History Taking, electronic version, 115-
208. Di unduh http://fk.uns.ac.id/static/file/Manual_Semester_II-2012.pdf, 25
November 2014.
2. Uliyah M. Keterampilan dasar praktik klinik. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika;
2008.h.153.
20
3. Djoko Merdikoputro. Sulit dibedakan kanker jinak dan kanker ganas. Diunduh
http://www.suaramerdeka.com/harian/0507/04/ragam1.html , 25 November 2014.
4. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Setiati S. Buku ajarilmu penyakit dalam. Edisi ke-
5. Jilid III. Jakarta: FKUI; 2009.h.2031-8.
5. Mazzaferri EL. The diagnosis of thyroid cancer. In : Amdur RJ, Mazzaferri EL,eds.
Essentials of thyroid cancer management. New York: Springer, 2005.p.39-48.
6. Kumar V, Abbas AK, Fausto N. Robin & Cotran. Dasar patologis penyakit. Edisi ke-
7. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.h1198-207.
7. Sharma PK. Thyroid cancer. Diunduh http://emedicine.medscape.com/article/851968-
overview, 25 november 2014.
8. McPhee SJ, Papadakis MA. Current medical diagnosis & treatment. 46th ed. USA:
McGraw Hill; 2007.p.1145-53.
21