blok 27 genetika

28
1 Universitas Kristen Krida Wacana Anemia Defisiensi Besi Rachellia Agustina 10 2008 036 Email: [email protected] Universita Kristen Krida Wacana Pendahuluan 1 . Anemia gizi yang disebabkan kekurangan zat besi masih merupakan salah satu masalah gizi di Indonesia. Terjadinya defisiensi besi pada wanita subur, ibu hamil,ibu menyusui dan anak- anak antara lain disebabkan jumlah zat besi dan vitamin C yang diabsorbsi sangat sedikit, tidak cukupnya zat besi yang masuk karena rendahnya bioavailabilitas makanan yang mengandung besi , karena hanya terdiri dari nasi atau umbi-umbian dengan kacang-kacangan an sedikit (jarang sekali) daging, ayam atau ikan, serta dapat disebabkan kenaikan kebutuhan besi selama hamil,periode pertumbuhan dan pada waktu haid. Anemia Defisiensi Besi (D3)

Upload: rachellia-agustina

Post on 19-Jan-2016

26 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

GENETIKA

TRANSCRIPT

Page 1: BLOK 27 GENETIKA

1

Universitas Kristen Krida Wacana

Anemia Defisiensi Besi

Rachellia Agustina

10 2008 036

Email: [email protected]

Universita Kristen Krida Wacana

Pendahuluan1.

Anemia gizi yang disebabkan kekurangan zat besi masih merupakan salah satu

masalah gizi di Indonesia. Terjadinya defisiensi besi pada wanita subur, ibu

hamil,ibu menyusui dan anak- anak antara lain disebabkan jumlah zat besi dan

vitamin C yang diabsorbsi sangat sedikit, tidak cukupnya zat besi yang masuk karena

rendahnya bioavailabilitas makanan yang mengandung besi , karena hanya terdiri

dari nasi atau umbi-umbian dengan kacang-kacangan an sedikit (jarang sekali)

daging, ayam atau ikan, serta dapat disebabkan kenaikan kebutuhan besi selama

hamil,periode pertumbuhan dan pada waktu haid.

Salah satu efek Anemia defisiensi besi (ADB) adalah kelahiran premature dimana

hal ini berasosiasi dengan masalh baru seperti berat badan lahir rendah, defisiensi

respon imun dan cenderung mendapat masalah psikologik dan pertumbuhan. Apabila

hal ini berlanjut maka hal ini berkorelasi dengan rendahnya IQ dan kemampuan

belajar. Semua hal tersebut mengakibatkan rendahnya kualitas sumber daya manusia,

produktivitas dan implikasi ekonomi.

Anemia pada kehamilan juga berhubungan dengan meningkatnya kesakitan

ibu. Anemia karena defisiensi zat besi merupakan penyebab utama anemia pada ibu

Anemia Defisiensi Besi (D3)

Page 2: BLOK 27 GENETIKA

2

Universitas Kristen Krida Wacana

hamil dibandingkan dengan defisiensi zat gizi lain. Oleh karena itu anemia gizi pada

masa kehamilan sering diidentikkan dengan anemia gizi besi. Dengan frekuensi

yang masih cukup tinggi, berkisar antara 10% dan 20% (Prawirohardjo,2002). Badan

kesehatan dunia (World Health Organization/WHO) melaporkan bahwa prevalensi

ibu-ibu hamil yang mengalami defisiensi besi sekitar 35-75%,serta semakin

meningkat seiring dengan pertambahan usia kehamilan. Anemia defisiensi zat besi

lebih cenderung berlangsung di negara yang sedang berkembang daripada negara

yang sudah maju.

ISI

Anamnesis1,2

Pada anamnesis ditanya mengenai;

1. Riwayat penyakit sekarang?

2. Riwayat penyakit dahulu?

3. Riwayat kehamilan terdahulu?

4. Riwayat gizi selama ini?

5. Mengenai lingkungan fisik sekitar,apakah ada paparan terhadap bahan kimia?

6. Riwayat pemakaian obat?

7. Riwayat penyakit keluarga juga ditanya untuk mengetahui apakah ada faktor

keturunan?

Pemeriksaan

1. Pemeriksaan Fisik

Akan dijumpai pasien yang pucat, terutama pada konjungtiva dan

jaringan di bawah kuku. Apabila anemia sudah berat, dapat ditemui kuku

sendok, kuku menjadi rapuh, bergaris-garis vertikal dan menjadi cekung

sehingga mirip sendok, atrofi papil lidah, stomatitis angularis dan terdapat

takikardi pada pemeriksaan auskultasi.

2. Pemeriksaan Penunjang

Kelainan laboratorium pada kasus anemia defisiensi besi yang dapat

dijumpai adalah:

Kadar Hemoglobin dan Indeks Eritrosit: didapatkan anemia hipokromik

mikrositer dengan penurunan kadar hemoglobin mulai dari ringan sampai

berat. MCVdan MCH menurun. MCV < 70 fl hanya didapatkan pada

Anemia Defisiensi Besi (D3)

Page 3: BLOK 27 GENETIKA

3

Universitas Kristen Krida Wacana

anemia defisiensi besi dan thalassemia major. MCHC menurun pada

defisiensi yang lebih berat dan berlangsung lama. Anisositosis merupakan

tanda awal defisiensi besi. Peningkatan anisositosis ditandai oleh

peningkatan RDW (red cell distribution width). Dulu dianggap

pemeriksaan RDW dapat dipakai untuk membedakan ADB dengan

anemia akibat penyakit kronik, tetapi sekarang RDW pada kedua jenis

anemia ini hasilnya sering tumpang tindih Dijumpai juga bahwa

penggabungan MCV,MCH, MCHC danb RDW makin meningkatkan

spesifisitas indeks eritrosit. Indeks eritrosit sudah dapat mengalami

pembahan sebelum kadar hemoglobin menurun,menunjukkan anemia

hipokromik mikrositer, anisositosis dan poikilositosis. Makin berat derajat

anemia makin berat derajat hipokromia.

Derajat hipokromia dan mikrositosis berbanding lurus dengan derajat

anemia, berbeda dengan thalassemia. Jika terjadi hipokromia dan

mikrositosis esktrim, maka sel tampak sebagai sebuah cincin sehingga

disebut sel cincin (ring cell), atau memanjang seperti elips, disebut

sebagai sel pensil (pencil cell atau cigar cell). Kadang-kadang dijumpai

sel target. Leukosit dan trombosit pada umumnya normal. Tetapi

granulositopenia ringan dapat dijumpai pada ADB yang berlangsung

lama. Pada ADB karena cacing tambang dijumpai eosinofilia.

Trombositosis dapat dijumpai Pada ADB dengan episode perdarahan

akut.

Konsentrasi Besi Serum Menurun pada ADB, dan TlBc (total iron

binding capacity) Meningkat. TlBc menunjukkan tingkat kejenuhan

apotransferin terhada besi, sedangkan saturasi transferin dihitung dari

besri serum dibagi TIBC dikalikan 100%. Untuk criteria diagnosis ADB,

kadar besi serum menumn < 50 jig/dl, total iron binding capacity (TIBC)

meningkat > 350 (ig/dl, dan saturasi transferin < 15%. Ada juga yang

memakai saturasi transferin < 16%, atau < 18%. Harus diingat bahwa besi

serum menunjukkan variasi diurnal yang sangat besar, dengan kadar

puncak pada jam 8 sampai l O pagi. ; Feritin Serum Merupakan Indikator

Cadangan Besi yang Sangat Baik, Kecuali pada Keadaan InHamasi dan

Keganasan Tertentu. Titik pemilah (cut off point) untuk feritin serum

pada ADB dipakai angka< 12{lg/l,tetapiada Juga yang memakai < l 5

Anemia Defisiensi Besi (D3)

Page 4: BLOK 27 GENETIKA

4

Universitas Kristen Krida Wacana

|ig/l. Untuk daerah tropik di mana angka infeksi dan inflamasi masih

tinggi, titik pemilah yang diajukan di negeri Barat tampaknya perlu

dikoreksi. Pada suatu penelitian pada pasien anemia di rumah sakit di Bali

pemakaian feritin serum < 1 2 mg/l dan < 20 Hg/l memberikan

sensitivitas dan spesifisitas masing-masing 68% dan 98% serta 68% dan

96%. Sensitivitas tertinggi (84%) justru dicapai pada pemakaian feritin

serum < 40 mg/1, tanpa mengurangi spesifitas terialu banyak (92%).

Hercberg untuk daerah tropik menganjurkan memakai angka feritin serum

< 20 mg/1 sebagai kriteria diagnosis ADB. Jika terdapat infeksi atau

inflamasi yang jelas seperti arthritis rematoid, maka feritin serum sampai

dengan 50-60 (ng/1 masih dapat menunjukkan adanya defisiensi besi.

Feritin serum merupakan pemeriksaan laboratorium untuk diagnosis IDA

yang paling kuat oleh karena itu banyak dipakai baik di klinik maupun di

lapangan karena cukup reliabel dan praktis, meskipun tidak terlalu

sensitif. Angka feritin serum normal tidak selalu dapat menyingkirkan

adanya defisiensi besi, tetapi feritin serum di atas 100mg/dl dapat

memastikan tidak adanya defisiensi besi.

Proitoporfirin merupakan bahan antara pada pembentukan heme. Apabila

sintesis heme terganggu, misalnya karena defisiensi besi, maka

protoporfirin akan menumpuk dalam eritrosit. Angka normal adalah

kurang dari 30 mg/dl. Untuk defisiensi besi protoporfirin bebas adalah

lebih dari 100 mg/dl. Keadaan yang sama juga didapatkan pada anemia

akibat penyakit kronik dan keracunan timah hitam.

Kadar reseptor transferin dalam serum meningkat pada defisiensi besi.

Kadar normal dengan cara imunologi adalah 4-9ng/L. Pengukuran

reseptor transferin temtama dipakai untuk membedakan ADB dengan

anemia akibat penyakit kronik. Akan lebih baik lagi apabila dipakai rasio

reseptor transferin dengan log feritin serum. Rasio > 1,5 menunjukkan

ADB dan rasio < l ,5 sangat mungkin karena anemia akibat penyakit

kronik.

Sumsum tulang menunjukkan hiperplasia normoblastik ringan sampai

sedang dengan normoblas kecil-kecil. Sitoplasma sangat sedikit dan tepi

tak teratur. Normoblas ini disebut sebagai micronormoblast. Pengecatan

best sumsum tulang dengan biru pmsia (Perl 's stain) menunjukkan

Anemia Defisiensi Besi (D3)

Page 5: BLOK 27 GENETIKA

5

Universitas Kristen Krida Wacana

cadangan besi yang negatif (butir hemosiderin negatif). Dalam keadaan

normal 40-60% normoblast mengandung granula feritin dalam

sitoplasmanya, disebut sebagai sideroblas. Pada defisiensi besi maka

sideroblast negatif. Di klinik, pengecatan besi pada sumsum tulang

dianggap sebagai baku emas (gold standard) diagnosis defisiensi besi,

namun akhir-akhir ini perannya banyak diambil alih oleh pemeriksaan

feritin serum yang lebih praktis.

Studi ferokinetik. Studi tentang pergerakan besi pada siklus besi dengan

menggunakan zat radioaktif. Ada dua jenis studi ferokinetik yaitu plasma

iron transport rate (PIT) yangmengukur kecepatan besi meninggalkan

plasma, dan erythrocyte iron turn over rate (EIT) yang mengukur

pergerakan besi dari sumsum tulang ke sel darah merah yang beredar.

Secara praktis kedua pemeriksaan ini tidak banyak digunakan, hanya

dipakai untuk tujuan penelitian.

Perlu dilakukan pemeriksaan untuk mencari penyebab anemia defisiensi

besi. Antara lain pemeriksaan feses untuk cacing tambang, sebaiknya

dilakukan pemeriksaan semikuantitadf, seperti misalnya teknik Kato-

Katz, pemeriksaan darah samar dalam feses, endoskopi, barium intake

atau barium inloop, dan lain-lain, tergantung dari dugaan penyebab

defisiensi besi tersebut.

Diagnosis kerja.1,2,3,4

Anemia Defisiensi Besi Pada Ibu Hamil dan Menyusui.

Anemia dalam kehamilan 

Anemia adalah suatu keadaan adanya penurunan kadar hemoglobin, hematokrit dan

jumlah eritrosit dibawah nilai normal. Pada penderita anemia, lebih sering disebut

kurang darah, kadar sel darah merah (hemoglobin atau Hb) di bawah nilai normal.

Penyebabnya bisa karena kurangnya zat gizi untuk pembentukan darah, misalnya zat

besi, asam folat, dan vitamin B12. Tetapi yang sering terjadi adalah anemia karena

kekurangan zat besi.Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh

kurangnya zat besi dalam tubuh, sehingga kebutuhan zat besi (Fe) untuk eritropoesis

tidak cukup, yang ditandai dengan gambaran sel darah merah hipokrom-mikrositer,

kadar besi serum (Serum Iron = SI) dan jenuh transferin menurun, kapasitas ikat besi

Anemia Defisiensi Besi (D3)

Page 6: BLOK 27 GENETIKA

6

Universitas Kristen Krida Wacana

total (Total Iron Binding Capacity/TIBC) meninggi dan cadangan besi dalam

sumsum tulang serta ditempat yang lain sangat kurang atau tidak ada sama

sekali.4Banyak faktor yang dapat menyebabkan timbulnya anemia defisiensi besi,

antara lain, kurangnya asupan zat besi dan protein dari makanan, adanya gangguan

absorbsi diusus, perdarahan akut maupun kronis, dan meningkatnya kebutuhan zat

besi seperti pada wanita hamil.

Anemia defisiensi besi pada wanita hamil merupakan problema kesehatan yang

dialami oleh wanita diseluruh dunia terutama dinegara berkembang. Badan kesehatan

dunia (World Health Organization/WHO) melaporkan bahwa prevalensi ibu-ibu

hamil yang mengalami defisiensi besi sekitar 35-75% serta semakin meningkat

seiring dengan pertambah usia kehamilan. Menurut WHO 40% kematian ibu

dinegara berkembang berkaitan dengan anemia pada kehamilan dan kebanyakan

anemia pada kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut, bahkan

tidak jarang keduanya saling berinteraksi. 

Diagnosis banding2,3,4,5,6,7.

1. Anemia defisiensi megaloblastik

Anemia megaloblastik defisiensi asam folat disebabkan karena defisiensi asam folat.

Defisiensi asam folat itu sendiri dapat disebabkan karena banyak faktor. Asupan

yang tidak adekuat karena diet yang tidak seimbang (sering pada peminum alkohol,

usia belasan tahun, beberapa bayi). Para peminum alkohol akan dapat mengalami

defisiensi asam folat karena sumber utama asupan kalori yang dikonsumsi berasal

dari minuman beralkohol. Alkohol dapat menganggu metabolisme folat.

Pecandu narkotik juga mudah menjadi defisiensi folat karena malnutrisi. Banyak

individu fakir miskin dan usia lanjut yang mendapat makanan yang kurang , akan

menderita defisiensi asam folatHal lain yang dapat menyebabkan defisiensi asam

folat adalah meningkatnya kebutuhan. Jaringan –jaringan yang relatif pembelahan

selnya sangat cepat seperti sum-sum tulang, mukosa usus, memerlukan cukup besar

folat. Karenanya, para pasien anemia hemolitik kronik atau penyebab lain terjadinya

eritropoiesis yang aktif akan mengalami defisiensi. Perempuan hamil mempunyai

resiko yang tinggi mengalami defisiensi folat karena keperluan yang meningkat

bersamaan dengan perkembangan janin.. Defisiensi folat dapat tampak selama

Anemia Defisiensi Besi (D3)

Page 7: BLOK 27 GENETIKA

7

Universitas Kristen Krida Wacana

pertumbuhan bayi dan remaja. Para pasien dengan hemodialisa kronik perlu diberi

suplementasi folat guna mengganti folat yang hilang.

Selain itu gangguan absorbsi (malabsorbsi) juga dapat menyebabkan defisiensi

asam folat (contoh: statorrhea idiopatik, tropical sprue, celiac disease). Pada

penderita penyakit usus halus tertentu, terutama penyakit Crohn dan sprue, juga

dapat terjadi defisiensi asam folat karena terjadi gangguan penyerapan asam

folat.Pemakai obat antagonik asam folat juga dapat menyebabkan defisiensi asam

folat, contohnya adalah methotrexat, 6-merkapto purin, pirimetamin, derivate

barbiturate, dan lain-lain. Obat anti-kejang tertentu dan pil KB juga merupakan obat

antagonik karena mengurangi penyerapan asam folat.Kehilangan folat berlebihan

melali urin juga dapat mengakibatkan defisiensi asam folat. Keadaan ini terjadi pada

seseoranga yang menderita penyakit hati aktif dan gagal jantung kongestif.

Orang yang mengalami kekurangan asam folat akan menderita anemia. Bayi

tetapi bukan orang dewasa bisa mengalami kelainan neurologis. Kekurangan asam

folat pada wanita hamil bisa menyebabkan terjadinya cacat tulang belakang (korda

spinalis) dan kelainan bentuk lainnya pada janin.Anemia menyebabkan kelelahan,

sesak napas, dan rasa pusing. Orang dengan anemia merasa badannya kurang enak

dibandingkan orang dengan tingkat Hb yang wajar, mereka merasa sulit bekerja,

artinya mutu hidupnya lebih rendah. Anemia juga meningkatkan risiko kelanjutan

penyakit dan kematian.Seseorang yang mengalami anemia akan tampak lesu, mudah

lelah, kurang darah, cepat mengantuk, nafas pendek (manifestasi berkurangnya

pengiriman O2), peradangan pada lidah, mual, hilangnya nafsu makan, sakit kepala,

pingsan, dan agak kekuningan.Anemia bersifat makrostik (MCV >95 fl dan sering

mencapai 120-140 fl pada kasus berat) dan makrosit tersebut biasanya berbentuk

oval. Perhitungan retikulosit memperlihatkan hasil yang rendah, dan jumlah leukosit

serta trombosit total mungkin turun sedikit, khususnya pada pasien anemia berat.

Suatu proporsi netrofil memperlihatkan adanya hipersegmentasi inti (dengan enam

atau lebih lobus).

Sumsum tulang biasanya hiperselular, dan eritroblas berukuran besar serta

menujukan kegagalan pematangan inti dengan inti yang mempertahankan pola

kromatin berlubang-lubang, halus dan berbercak, tetapi hemoglobinisasiny

normal.Adanya metamielosit raksasa dan berbentuk abnormal adalah khas pada

penyakit ini.

Anemia Defisiensi Besi (D3)

Page 8: BLOK 27 GENETIKA

8

Universitas Kristen Krida Wacana

2. GAKY(Gangguan Kekurangan Yodium)

GAKY merupakan salah satu masalah serius diseluruh dunia karena dapat

mengakibatkan antara lain penyakit gondok,kematian neonatal,IQ berkurang .GAKY

merupakan hal yang sangat sulit untuk ditekan prevalensinya karena penyuntikan

minyak yodium yang mahal,penyebaran garam beryodium yang kurang merata dan

pengertian masyarakat d.daerah endemik masih kurang. Survei epidemiologis untuk

gondok endemik biasanya didasarkan atas besarnya kelenjar tiroid, dilakukan dengan

metode Palpasi, menurut klasifikasi Perez atau modifikasinya (1960) :

• Grade 0 : Tidak teraba

• Grade 1 : Teraba dan terlihat hanya dengan kepala yang ditengadahkan

• Grade 2 : Mudah terlihat, kepala posisi biasa

• Grade 3 : Terlihat dari jarak tertentu.Karena perubahan gondok pada awalnya perlu

diwaspadai, maka grading system, khususnya grade 1 dibagi lagi dalam 2 klas, yaitu:

• Grade 1a : Tidak teraba atau teraba tidak lebih besar daripada kelenjar

tiroid normal.

• Grade 1b : Jelas teraba dan membesar, tetapi pada umumnya tidak terlihat

meskipun kepala ditengadahkan.Kelenjar tiroid tersebut ukurannya sama atau lebih

besar dari falangs akhir ibu jari tangan pasien.

Masalah yang timbul pada pasien yang menderita GAKY adalah sebagai berikut;

1. Defisiensi pada janin

Pengaruh utama defisiensi yodium pada janin ialah kretinisme endemis. Gejala khas

kretinisme terbagi menjadi dua jenis, yaitu jenis saraf yang menampilkan tanda dan

gejala seperti kemunduran mental, bisu-tuli dan diplegia spastik. Jenis kedua yaitu

bentuk miksedema yang memperlihatkan tanda hipotiroidisme dan dwarfisme (

2. Defisiensi pada bayi baru lahir.

Selain berpengaruh pada angka kematian, kekurangan yang parah dan berlangsung

lama akan mempengaruhi fungsi tiroid bayi yang kemudian mengancam

perkembangan otak secara dini. (Arisman, 2004)

3. Defisiensi pada anak dan remaja

Kekurangan yodium pada anak khas terpaut dengan insiden gondok. Angka kejadian

gondok meningkat bersama usia, dan mencapai puncaknya setelah remaja. Prevalensi

Anemia Defisiensi Besi (D3)

Page 9: BLOK 27 GENETIKA

9

Universitas Kristen Krida Wacana

gondok pada wanita lebih tinggi daripada lelaki. Total Goitre Rate (TGR) anak

sekolah lazim digunakan sebagai petunjuk dalam perkiraan besaran GAKY

masyarakat suatu daerah. Gangguan pada anak dan remaja akibat kekurangan

Yodium yaitu Gondok, hipoiroidisme Juvenile dan perkembangan fisik terhambat.

4. Defisiensi pada Dewasa

Pada orang dewasa, kekurangan yodium menyebabakan keadaan lemas dan cepat

lelah, produktifitas dan peran dalam kehidupan sosial rendah (isna, 2009), Gondok

dan penyulit, Hipotiroidisme, Hipertiroidisme diimbas oleh yodium.

5. Defisiensi pada ibu hamil

Pada ibu hamil menyebabkan keguguran spontan, lahir mati dan kematian bayi,

mempengaruhi otak bayi dan kemungkinan menjadi cebol pada saat dewasa nanti.

Seorang ibu yang menderita pembesaran gondok akan melahirkan bayi yang juga

menderita kekurangan yodium. Jika tidak segera diobati, maka pada usia 1 tahun,

sudah akan terjadi pembesaran pada kelenjar gondoknya.

Etiologi1

1. Tidak cukup zat besi dalam makanan.

Menurut Depkes RI 1998 apabila makanan yang dikonsumsi setiap hari tidak cukup

banyak mengandung zat besi atau absorpsinya rendah, maka kertersediaan zat besi

untuk tubuh tidak cukup memenuhi kebutuhan akan zat besi. Karena didalam

tubuhmanusia zat besi mempunyai fungsi yang berhubungan dengan pengangkutan,

penyimpanan dan pemanfaatan oksigen dan berada dalam bentuk haemoglobin,

myoglobin dan eytochrom, sebagian besar zat besi yang digunakan untuk

pembentukan haemoglobin berasal dari pemanfaatan kembali hasil pemecahan sel

darah merah, sedang kekurangannya diperoleh dari makanan yang dimakan.

Kebutuhan zat besi sehari-hari dimaksudkan sebagai pengganti yang dikeluarkan

tubuh melalui kulit, keringat, tinja, air seni dan rambut yang besarnya sekitar 0,5-1,0

mg.

Anemia Defisiensi Besi (D3)

Page 10: BLOK 27 GENETIKA

10

Universitas Kristen Krida Wacana

2. Bertambah kebutuhan.

Pada waktu hamil kurang lebih 500 mg zat besi diperlukan sebagai tambahan dari

kebutuhan biasa pada sebelum hamil.Pada waktu menyusui kurang lebih Jika jumlah

ini tidak terpenuhi dari makanan atau tidak diberikan suplemen zat besi pada waktu

hamil atau kebutuhan yang cukup waktu menyusui kemungkinan besar yang

bersangkutan akan menderita anemia Kebutuhan akan zat besi selama hamil

meningkat untuk memasok kebutuhan janin tumbuh, pertumbuhan plasenta dan

peningkatan volume darah ibu dan kebutuhan zat besi selama menyusui meningkat

untuk memasok kebutuhan ibu dan bayi.

3. Kehilangan darah.

Pada perjalanan penyakit yang menyebabkan kehilangan darah seperti abortus,

kehamilan etopik, juga terjadi kehilangan haemoglobin yang dapat mengakibatkan

anemia.

4. Malnutrisi.

Banyak berpantang makanan tertentu selagi hamil dapat memperburuk keadaan

anemia gizi besi. Biasanya ibu hamil enggan makan daging, ikan, hati dan pangan

hewani lainnya. Padahal pangan hewani merupakan sumber zat besi yang tinggi

absorpsinya. Malnutirisi adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan rendahnya

konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi

angka kebutuhan gizi.Faktor utama yang menjadi penyebab terjadinya anemia gizi

besi adalah kurangnya konsumsi zat besi yang berasal dari makanan atau rendahnya

absorpsi zat besi yang ada dalam makanan. Ketersediaan zat besi dari makanan yang

tidak mencukupi kebutuhan tubuh akan mengakibatkan tubuh mengalami anemia.

Penyakit – penyakit kronik seperti malaria, penyakit sel sabit, infeksi bakteri, parasit

usus atau cacing tambang.

Epidemiologi7

Sebagian besar perempuan mengalami anemia selama kehamilan, baik di negara

maju maupun negara berkembang. Badan Kesehatan Dunia atau World Health

Organization (WHO) meperkirakan bahwa 35 – 75% ibu hamil di negara

berkembang dan 18 % ibu hamil di negara maju mengalami anemia. Namun, banyak

Anemia Defisiensi Besi (D3)

Page 11: BLOK 27 GENETIKA

11

Universitas Kristen Krida Wacana

di antara mereka yang telah menderita anemia pada saat konsepsi, dengan perkiraan

prevalensi sebesar 43% pada perempuan yang tidak hamil di negara berkembang dan

12% di negara yang lebih maju. 

Patofisiologi2,5

Pada kehamilan, kebutuhan oksigen menjadi lebih tinggi sehingga memicu

peningkatan produksi eritropoietin. Akibatnya, volume plasma bertambah dan. sel

darah merah (eritrosit) meningkat. Namun, peningkatan volume plasma terjadi dalam

proporsi yang lebih besar jika dibandingkan dengan peningkatan eritrosit sehingga

terjadi penurunan konsentrasi hemoglobin akibat hemodilusi. Pertambahan tersebut

berbanding plasma 30,00%, sel darah merah 18,00% dan Hemoglobin 19,00%. Pada

puncaknya volume plasma menjadi sekitar 40% lebih tinggi pada ibu hamil

dibandingkan dengan perempuan yang tidak hamil. 

Pengenceran darah dianggap penyesuaian diri secara fisiologi dalam kehamilan dan

bermanfaat bagi wanita, pertama pengenceran dapat meringankan beban jantung

yang harus bekerja lebih berat dalam masa kehamilan, karena sebagai akibat

hidremia cardiac output untuk meningkatkan kerja jantung lebih ringan apabila

viskositas rendah. Resistensi perifer berkurang, sehingga tekanan darah tidak naik,

kedua perdarahan waktu persalinan, banyaknya unsur besi yang hilang lebih sedikit

dibandingkan dengan apabila darah ibu tetap kental. Tetapi pengenceran darah yang

tidak diikuti pembentukan sel darah merah yang seimbang dapat menyebabkan

anemia.Bertambahnya volume darah dalam kehamilan dimulai sejak kehamilan 10

minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan 32 dan 36 minggu.

Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena

perubahan sirkulasi yang makin meningkat terhadap plasenta dari pertumbuhan

payudara. Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada trimester ke II

kehamilan, dan maksimum terjadi pada bulan ke 9 dan meningkatnya sekitar 1000

ml, menurun sedikit menjelang aterem serta kembali normal 3 bulan setelah partus.

Stimulasi yang meningkatkan volume plasma seperti laktogen plasenta, yang

menyebabkan peningkatan sekresi aldesteron tahapan terjadinya anemia defisiensi

besi pada kehamilan : 

Anemia Defisiensi Besi (D3)

Page 12: BLOK 27 GENETIKA

12

Universitas Kristen Krida Wacana

1. Tahap pertama: terjadi apabila simpanan besi berkurang yang terlihat dari

penurunan feritin dalam plasma yang sedang,hal ini dikonpensasikan dengan

peningkatan absorpsi besi yang terlihat dari peningkatan kemampuan mengikat besi

total (total iron binding capacity/TIBC) pada tahap ini belum terlihat perubahan

fungsional pada tubuh.

2. Tahap kedua: terjadi apabila simpanan besi berkurang yang terlihat dari

penurunan feritin dalam plasma hingga 12 μg/l. hal ini dikonpensasikan dengan

peningkatan absorpsi besi yang terlihat dari peningkatan kemampuan mengikat besi

total (total iron binding capacity/TIBC) pada tahap ini belum terlihat perubahan

fungsional pada tubuh.

3. Tahap ketiga: terlihat dengan habisnya simpanan besi, menurunnya jenuh

transferin hingga kurang dari 16% pada orang dewasa dan meningkatnya

protoporfirin yaitu pendahulu (precursor) hem. Pada tahap ini nilai haemoglobin

dalam darah masih berada pada 95 % nilai normal. Hal ini dapat mengganggu

metabolisme energi sehingga menyebabkan menurunnya kemampuan bekerja.

4. Tahap keempat: terjadinya anemia gizi besi dimana kadar haemoglobin total

turun dibawah nilai normal. Anemia gizi besi berat ditandai oleh sel darah merah

yang kecil (mikrositosis) dan nilai haemoglobin rendah (hipokromia). Oleh sebab itu

anemia gizi besi dinamai anemia hipokromik mikrositik. 

Saat menyusui, meski biasanya wanita tidak mengalami haid, ibu tetap kehilangan

zat besi dan kalsium melalui ASI. Selain kehilangan basal normal sekitar 0,8 mg,

kehilangan zat besi melalui ASI mencapai sekitar 0,3 mg per hari. Maka, ibu

menyusui butuh tambahan zat besi 2 mg per hari serta kalsium 400 mg per hari.

Manifestasi klinis 1,2,5,7

Wintrobe mengemukakan bahwa manifestasi klinis dari anemia defisiensi besi sangat

bervariasi, bisa hampir tanpa gejala, bisa juga gejala-gejala penyakit dasarnya yang

menonjol, ataupun bisa ditemukan gejala anemia bersama-sama dengan gejala

Anemia Defisiensi Besi (D3)

Page 13: BLOK 27 GENETIKA

13

Universitas Kristen Krida Wacana

penyakit dasarnya. Gejala-gejala dapat berupa kepala pusing, palpitasi, berkunang-

kunang, perubahan jaringan epitel kuku, gangguan sistem neurumuskular, lesu,

lemah, lelah, disphagia dan pembesaran kelenjar limpa. Pada umumnya sudah

disepakati bahwa bila kadar hemoglobin < 7 gr/dl maka gejala-gejala dan tanda-tanda

anemia akan jelas,tanda-tanda gejala anemia gizi besi;

1. Pucat

2. Lemah

3. Lesu

4. Pusing

5. Penglihatan berkunang-kunag

6. Tinnitus

7. Spoon shaped nails

8. Glossitis

9. Stomatitis angularis

10. Cardiac failure

Derajat anemia 

Nilai ambang batas yang digunakan untuk menentukan status anemia ibu hamil,

didasarkan pada criteria WHO tahun 1972 yang ditetapkan dalam 3 kategori, yaitu

normal (≥11 gr/dl), anemia ringan (8-11 g/dl), dan anemia berat (kurang dari 8 g/dl).

Berdasarkan hasil pemeriksaan darah ternyata rata-rata kadar hemoglobin ibu hamil

adalah sebesar 11.28 mg/dl, kadar hemoglobin terendah 7.63 mg/dl dan tertinggi

14.00 mg/dl

Klasifikasi anemia yang lain adalah :

a. Hb 11 gr% : Tidak anemia

b. Hb 9-10 gr% : Anemia ringan

c. Hb 7 – 8 gr%: Anemia sedang

d. Hb < 7 gr% : Anemia berat.

Dampak anemia defisiensi besi pada kehamilan .

Anemia juga menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh

tidak cukup mendapat pasokan oksigen. Pada wanita hamil, anemia meningkatkan

Anemia Defisiensi Besi (D3)

Page 14: BLOK 27 GENETIKA

14

Universitas Kristen Krida Wacana

frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Risiko kematian maternal,

angka prematuritas, berat badan bayi lahir rendah, dan angka kematian perinatal

meningkat. Di samping itu, perdarahan antepartum dan postpartum lebih sering

dijumpai pada wanita yang anemis dan lebih sering berakibat fatal, sebab wanita

yang anemis tidak dapat mentolerir kehilangan darah.Dampak anemia pada

kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan hingga terjadinya gangguan

kelangsungan kehamilan abortus, partus imatur/prematur), gangguan proses

persalinan (inertia, atonia, partus lama, perdarahan atonis), gangguan pada masa

nifas (subinvolusi rahim, daya tahan terhadap infeksi dan stress kurang, produksi ASI

rendah), dan gangguan pada janin (abortus, dismaturitas, mikrosomi, BBLR,

kematian perinatal, dan lain-lain).

Penatalaksanaan 1,3,4,6,7

1. Pemberian tablet besi 

Wanita hamil merupakan salah satu kelompok yang diprioritaskan dalam program

suplementasi, dosis yang dianjurkan dalam satu hari adalah dua tablet (satu tablet

mengandung 60 mg Fe dan 200 mg asam folat) yang dimakan selama paruh kedua

kehamilan karena pada saat tersebut kebutuhan akan zat besi sangat tinggi.Efek

samping dari sediaan Fe adalah mual,nyeri lambung,muntah,diare/sembelit.

Konsumsi tablet zat besi dapat menimbulkan efek samping yang mengganggu

sehingga orang cenderung menolak tablet yang diberikan. Penolakan tersebut

sebenarnya berpangkal dari ketidaktahuan mereka bahwa selama kehamilan mereka

memerlukan tambahan zat besi. Agar mengerti para wanita hamil harus diberikan

pendidikan yang tepat misalnya tentang bahaya yang mungkin terjadi akibat anemi

dan harus pula diyakini bahwa salah satu penyebab anemia adalah defisiensi zat besi.

2. Modifikasi makanan

Asupan zat besi dari makanan dapat ditingkatkan melalui dua cara, pertama

pemastian konsumsi makanan yang cukup makanan yang cukup kalori sebesar yang

dikonsunsi. Kedua meningkatkan ketersediaan zat besi yang dimakan yaitu dengan

jalan mempromosikan makanan yang dapat memacu dan menghindarkan pangan

yang bisa mereduksi penyerapan zat besi.

3. Pengawasan penyakit infeksi

Pengobatan yang efektif dan tepat waktu dapat mengurangi dampak gizi yang tidak

di.inginkan ,Tindakan yang penting sekali dilakukan selama penyakit

Anemia Defisiensi Besi (D3)

Page 15: BLOK 27 GENETIKA

15

Universitas Kristen Krida Wacana

berlangsung adalah mendidik keluarga penderita tentang cara makan yang sehat

selama dan sesudah sakit.Pengawasan penyakit infeksi ini memerlukan upaya

kesehatan masyarakat, pencegahan seperti penyediaan air bersih, perbaikan sanitasi

dan kebersihan perorangan.

Komplikasi1,7

Anemia pada ibu hamil bukan tanpa risiko. Menurut penelitian, tingginya angka

kematian ibu berkaitan erat dengan anemia. Anemia juga menyebabkan rendahnya

kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak cukup mendapat pasokan oksigen.

Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan

persalinan. Risiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir

rendah, dan angka kematian perinatal meningkat. Di samping itu, perdarahan

antepartum dan postpartum lebih sering dijumpai pada wanita yang anemis dan lebih

sering berakibat fatal, sebab wanita yang anemis tidak dapat mentolerir kehilangan

darah. Soeprono menyebutkan bahwa dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari

keluhan yang sangat ringan hingga terjadinya gangguan kelangsungan kehamilan

abortus, partusimatur/prematur), gangguan proses persalinan (inertia, atonia, partus

lama, perdarahan atonis), gangguan pada masa nifas (subinvolusi rahim, daya tahan

terhadap infeksi dan stress kurang, produksi ASI rendah), dan gangguan pada janin

(abortus, dismaturitas, mikrosomi, BBLR, kematian perinatal, dan lain-lain).

Prognosis

Baik,apabila diperbaiki dan ditangani dengan adekuat.Buruk,apabilabila tidak

ditangani dengan adekuat.

Preventif1

Mengingat tingginya prevalensi anemia defisiensi besi di masyarakat maka

diperlukan suatu tindakan pencegahan yang terpadu. Tindakan pencegahan tersebut

dapat berupa:

1. Pendidikan kesehatan:

Penyuluhan gizi untuk mendorong konsumsi makanan yang membantu

absorbsi besi.

Anemia Defisiensi Besi (D3)

Page 16: BLOK 27 GENETIKA

16

Universitas Kristen Krida Wacana

Kesehatan lingkungan, misalnya tentang pemakaian jamban, perbaikan

lingkungan kerja, misalnya pemakaian alas kaki sehingga dapat mencegah

penyakit cacing tambang.

2. Pemberantasan infeksi cacing tambang sebagai sumber perdarahan kronik

paling sering dujumpai di daerah tropic. Pengendalian infeksi cacing tambang

dapat dilakukan dengan pengobatan masal dengan antielmentik dan perbaikan

sanitasi.

3. Suplementasi besi yaitu pemberian besi profilaksis pada segmen penduduk

yang rentan, seperti ibu hamil dan anak balita. Di Indonesia diberikan pada

perempuan hamil dan anak balita memakai pil besi dan folat.

4. Fortifikasi bahan makanan dengan besi yaitu mencampurkan besi pada bahan

makanan. Di Negara Barat dilakukan dengan mencampurkan tepung untuk

roti atau bubuk susu dengan besi.

Anemia Defisiensi Besi (D3)

Page 17: BLOK 27 GENETIKA

17

Universitas Kristen Krida Wacana

Kesimpulan

Anemia gizi yang disebabkan kekurangan zat besi masih merupakan salah satu

masalah gizi di Indonesia. Terjadinya defisiensi besi pada wanita subur, ibu

hamil,ibu menyusui dan anak- anak antara lain disebabkan jumlah zat besi dan

vitamin C yang diabsorbsi sangat sedikit, tidak cukupnya zat besi yang masuk karena

rendahnya bioavailabilitas makanan yang mengandung besi , karena hanya terdiri

dari nasi atau umbi-umbian dengan kacang-kacangan an sedikit (jarang sekali)

daging, ayam atau ikan, serta dapat disebabkan kenaikan kebutuhan besi selama

hamil,periode pertumbuhan dan pada waktu haid.

Anemia pada ibu hamil mempunyai pengaruh yang besar terhadap kualitas sumber

daya manusia. Anemia yang terjadi selama kehamilan memberikan akibat pada ibu

dan janinnya. Bagi ibu, keadaan anemia akan menurunkan daya tahan tubuh ibu,

sehingga rentan terhadap infeksi. Selain itu akibat yang terjadi pada persalinan antara

lain adalah lemahnya kontraksi rahim, tenaga mengejan yang lemah. Kehilangan

darah hingga satu liter selama persalinan tidak akan membunuh seorang wanita yang

sehat, tetapi pada wanita yang jelas anemia kehilangan sekitar 150 ml saja dapat

berakibat fatal.

Suplementasi TTD dapat meningkatkan kadar Hb yang diikuti dengan

peningkatan berat badan. Peningkatan berat badan tersebut disebabkan karena

peningkatan kadar Hb dalam darah. Dengan meningkatnya kadar Hb akan

menyebabkan oksigenasi sel menjadi lebih baik, metabolisme meningkat dan fungsi

sel akan optimal sehingga daya serap makanan lebih baik dan timbul rasa lapar

sehingga nafsu makan bertambah yang menyebabkan asupan makanan meningkat

dan terjadi kenaikan berat badan,dengan at makanan yang meningkat dalam catatan

juga beragam diharapkan anemia defsiensi besi dapat ditekan.

Anemia Defisiensi Besi (D3)

Page 18: BLOK 27 GENETIKA

18

Universitas Kristen Krida Wacana

Daftar Pustaka

1. Departemen Kesehatan. 2008. Profil Kesehatan Indonesia 2008. Diakses

tanggal 24 September 2011. http://www.depkes.go.id.

2. Baldy C M. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.

Jakarta: EGC.

3. Sadjaja,Artamarita.2009.Kamus Gizi Pelengkap Kesehatan Keluarga.Jakarta:

Kompas Media Nusantara.

4. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29.

5. Guyton Arthur C dan John E H. 2001. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.

Jakarta: EGC

6. Arisman. 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC

7. Sediaoetama, Ahmad Djaelani. 2006. Ilmu Gizi II. Jakarta : Dian Rakyat.

8. Amiruddin, Ridwan, Ermawati Syam, Rusnah, Septi Tolanda, Irma

Damayanti. 2007. Anemia Defisiensi Zat Besi pada Ibu Hamil di Indonesia

(Evidenced Based). Diakses tanggal 23 September 2010.

http://ridwanamiruddin.wordpress.com

Anemia Defisiensi Besi (D3)