bab iv hasil dan pembahasan 4.1 deskripsi lokasi...
TRANSCRIPT
29
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
4.1.1. Letak Geografis Kota Gorontalo
Kota Gorontalo adalah ibu kota Provinsi Gorontalo. Kota ini memiliki luas
wilayah 64,79 km², 0,55% dari luas Provinsi Gorontalo. Secara geografis, Kota
Gorontalo terletak antara 00° 28’ 17” – 00° 35’ 56” LU dan 122° 59’ 44” – 123°
05’ 59” BT. Daerah ini berbatasan langsung dengan Kecamatan Tapa Kabupaten
Bone Bolango di sebelah utara, kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango di
sebelah timur, Teluk Tomini di sebelah selatan, serta kecamatan Telaga dan
Batudaa Kabupaten Gorontalo disebelah barat.
Sejak terbentuknya Provinsi Gorontalo, pada tahun 2003 terjadi pemekaran
wilayah kecamatan di Kota Gorontalo sehingga bertambah menjadi 6 kecamatan
yang sebelumnya memiliki 3 kecamatan, yaitu :
1. Kecamatan Kota Selatan
2. Kecamatan Kota Utara
3. Kecamatan Kota Barat
4. Kecamatan Kota Timur
5. Kecamatan Kota Tengah
6. Kecamatan Dungingi
Lalu terjadi pemekaran wilayah lagi pada Maret 2011 menjadi 9 kecamatan,
antara lain:
30
1. Kecamatan Kota Selatan
2. Kecamatan Kota Utara
3. Kecamatan Kota Barat
4. Kecamatan Kota Timur
5. Kecamatan Kota Tengah
6. Kecamatan Dungingi
7. Kecamatan Dumbo Raya
8. Kecamatan Hulonthalangi
9. Kecamatan Sipatana
Adapun tempat atau lokasi yang menjadi pusat perkumpulan Geng Motor
di Kota Gorontalo adalah di Jln. Raden Saleh, Jln. Jend. Sudirman, Jln. Nani
Wartabone, dan Jln By pass Kelurahan Tamalate Kecamatan Kota Timur dan
Taman Kota Damay. Inilah yang menjadi tempat-tempat strategis untuk menjadi
tempat nongkrong yang paling di dominasi oleh Geng Motor.
Lokasi penelitian yang difokuskan oleh peneliti adalah di Kecamatan
Kota Selatan Kota Gorontalo karena aktivitas-aktivitas balapan liar yang
dilakukan oleh geng motor paling marak dilakukan di jalan Jendral Sudirman dan
Jalan Raden Saleh kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo. Geng Motor
melakukan balapan liar di daerah sini alasannya pertama karena dekat dengan
pusat wisata publik anak muda sampai dengan yang tua atau bisa dikenal dengan
tempat nongkrong. Tempat nongkrong yang dimaksud adalah GBC (Gorontalo
Business Park), dan di dalamnya ada beberapa tempat orang berkunjung salah
satunya adalah tempat karaoke yang bernama Inul Vista Karaoke, Selain itu
31
daerah tersebut merupakan daerah kantor dinas dan swasta seperti Dinas
Pariwisata Kota Gorontalo, Dinas Pertanian Provinsi Gorontalo, Kantor BKKBN,
Dinas Tata Riang dan Taman Kota Gorontalo, Kantor Asuransi Bumi putra,
Kantor PLN cabang Gorontalo, dan Kantor Asuransi Jasa Raharja, . Yang kedua
adalah tempat paling strategis bagi Geng Motor dalam melakukan aktivitasnya
adalah depan rumah adat dulohupa, tempat ini yang menjadi lokasi utama
penelitian karena balapan liar atau geng motor berkumpul paling dominan
didaerah sini.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Sejarah Geng Motor
Sejarah awal geng motor di Indonesia bermula ketika ada empat geng
motor yang paling besar di Bandung yakni Moonraker, Grab on Road (GBR),
Exalt to Coitus (XTC) dan Brigade Seven (Brigez). Keempat geng itu sama- sama
eksis dan memiliki anggota di atas 1000 orang. Kini mereka mulai menjalar ke
daerah- daerah pinggiran Jawa Barat, seperti Tasikmalaya, Garut, Sukabumi,
Ciamis, Cirebon dan Subang. Inilah konon ruh dari semua geng motor di
Bandung. Moonraker lahir pada tahun 1978. Sel-sel komunitas ini, dirajut oleh
tujuhorang pemuda yang sama-sama hobi balap. Nama “Moonraker” diambil dari
salah satu judul film James Bond yang kondang ketika itu. Awalnya mereka
mengusung bendera berwarna putih-biru-merah dengan gambar palu arit di
tengahnya. Namun, karena pemerintah Indonesia saat itu melarang ideologi
tertentu yang identik komunisme (yang bersimbolkan palu arit), mereka lalu
mengganti bendera kebanggaannya dengan warna merah-putih-biru, bergambar
32
kelelawar. Gambar ini mereka adopsi dari lambang “Hell Angel”, sebuah
kelompok motor di Amerika Serikat. Kelompok ini konsisten dengan sistem
keorganisasiannya. Setiap tahun ada penggantian kepengurusan dan membuat
program-program kerja. Struktur Organisasinya terdiri atas Divisi Balap,
Panglima Perang (Paper), dan Tim SWAT atau regu penyelamat.
Berbicara tentang Geng Motor di Kota Gorontalo memang tidak sama
dengan Geng Motor yang berada di kota-kota besar lainnya. Karena berdasarkan
pengamatana awal oleh peneliti, Geng Motor di kota Gorontalo aktivitasnya hanya
melakukan balapan liar dan aksi coret-coret dinding. Awalnya di Kota Gorontalo
belum ada yang namanya Geng Motor, tapi yang ada hanya klub-klub sepeda
balap yang namanya FRT ( Fox Racing Team). Dan akhirnya klub sepeda balap
ini menjelma menjadi sebuah Geng Motor yang klasifikasi motor dan umur para
pengendara motor tersebut berbeda-beda jenis, sehingga muncullah Geng Motor
lainnya dari tahun ke tahun. Fenomena Geng Motor di Kota Gorontalo memang
sudah tidak asing lagi di mata masyarakat Kota Gorontalo, bahkan ada juga
kejadian perkelahian antara warga setempat dengan Geng Motor. Kejadian
perkelahian itu terjadi pada bulan puasa hari sabtu malam tahun 2010. Disitu
aktivitas balapan liar yang dilakukan oleh Geng Motor dibubarkan oleh
masyarakat setempat dengan cara menghadang mereka ketika mereka balapan liar.
Setelah insiden tersebut selama beberapa minggu aktivitas Geng Motor tersebut
berhenti, karena mereka takut dengan amarah warga sekitar.
33
4.2.2 Pelaku dan Aktivitas Geng Motor di Kota Gorontalo
Para pelaku Geng Motor di Kota Gorontalo dari tahun ke tahun memang
sangat meningkat tajam. Karena peminat atau para pelaku geng motorbanyak di
dominasi oleh pelajar SMP sampai dengan pegawai negeri swasta. Berikut daftar
jumlah pelanggaran Balap Liar sejak bulan januari sampai dengan bulan oktober
2013 yang terjadi di jalan Raden Saleh, jalan Jendral Sudirman, jalan Nani
Wartabone jalan by pass dari Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah
Gorontalo Resor gorontalo Kota:
1.1 Tabel I
Pelaku Balapan Liar oleh Geng Motor
No Pelaku Instansi Jumlah
1 Pelajar Smp s/d SMA 17
2 Swasta - 15
Jumlah 32
Sumber: Data Kepolisian Republik Indonesia daerah Gorontalo kota Gorontalo.
Berdasarkan daftar diatas, kita bisa lihat bahwa para pelaku geng motor
yang selalu melakukan balapan liar meningkat. Karena balapan liar ini selalu
didominasi oleh pelajar, dan biasanya mereka hanya mengikuti ajakan teman-
teman yang sudah lama bergelut di dunia balapan liar, dan juga swasta yang
dimaksudkan dalam pelaku diatas adalah pekerja yang hanya bekerja di bengkel
dan dealer motor. Yang menjadi alasan utama bagi swasta mengikuti balapan liar
34
adalah, kebanyakan dari mereka adalah mantan pembalap liar sebelum mereka
bekerja di bengkel atau dealer motor tersebut dan mereka hanya ikut ambil andil
dalam hal ini.Swasta atau pengangguran mereka hanya mencari kesenangan saja
atau menyalurkan hobi mereka sejak lama. Bahkan balapan liar ini menjadi ladang
mata pencaharian mereka dengan cara taruhan. Taruhan dalam hal ini, mereka
bisa disebut hanya ingin mencari kesenangan saja mereka. Adapun istilah yang
sering digunakan dalam balapan liar seperti yang dikutip dalam wawancara
seorang pelaku balapan liar bernama Indra seperti berikut ini:
“Biasa torang kalau bataru paling sadiki itu 100ribu, itupun
kalu Cuma mocari doi mo minum akan. Paling tinggi bataru itu 1
ikat atau 1 juta rupiah, disini sow yang paling susah mo balapan
liar, karena harus mo ba tune up motor baru tes di jalan. Baru kalu
somo balap torang suit, disini siapa yang mo lapas lampu”.1
Artinya bahwa dalam taruhan ini paling rendah taruhan kami yaitu
berjumlah Rp 100.000, itu hanya untuk mencari uang buat minum minuman
keras. Dan yang paling tinggi itu berjumlah Rp 1.000.000, dan disini tingkat
paling susah dalam balapan, dimana motor harus di tune up dan di tes di jalan.
Setelah deal untuk taruhan, mereka suit untuk siapa yang lepas lampu.
Inilah yang menjadi alasan anak muda atau pelaku membentuk geng motor
karena selain bisa menyalurkan hobi balapan liar, mereka bisa update tentang
kejadian-kejadian balapan-balapan resmi, aksesoris-akseroris motor yang
membuat tampilan motor semakin mantap dijalanan ketika balapan liar. Adapun
1 Wawancara dengan Indra pada tanggal 17 bulan oktober 2013
35
juga yang menjadi salah satu alasan mereka adalah menjadi salah satu keasyikan
tersendiri dan sarana ajang cari teman. Dan juga bahwa kurangnya sarana
prasarana untuk mereka ada juga yang menjadi alasan mereka melakukan
balapan liar adalah untuk mencari teman-teman dari luar Kota Gorontalo. Bukan
hanya itu, tetapi geng motor juga menjadi ajang taruhan yang dapat menghasilkan
uang. Kita ketahui bersama bahwa taruhan juga merupakan “candu” yang mampu
membuat orang berangan-angan untuk menang, dan keasyikan dalam nikmat
taruhan tersebut. Taruhan juga menurut meraka ada ajang untuk berbagi, ketika
menang maka uang dipakai untuk berpesta dengan teman-teman sejawat, sehingga
potensi untuk mendapatkan teman sangat terbuka. Inilah realitas remaja urban
yang menurut beberapa masyarakat cukup memprihatinkan. Namun dibalik itu
semua mereka menemukan hal-hal baru yang mereka anggap sebagai ketenangan
yang tidak pernah ditemukan di dalam keluarga. Hal-hal demikian mereka
temukan di jalanan dengan cara balapan liar.
Kenapa harus dijalan raya dan menggangu aktivitas istirahat orang?
Karena mereka suka memacu motornya dengan kecepatan tinggi, apalagi balapan
liar dilakukan sampai pada pagi dini hari. Yang kedua adalah lomba legal seperti
kejurnas dan kejurda sangat jarang dilaksanakan, sehingga mereka melakukan
balapan liar dijalanan raya dan biasanya jalan lurus yang padat penduduk. Seperti
wawancara dengan salah satu pelaku geng motor yang yang sering melakukan
balapan liar bernama Taufik Yasin, salah satu remaja yang kehidupannya hampir
selalu melakukan balap liar di jalanan.
36
“Torang balapan liar karena tidak ada tampa yang bias
torang mopake untuk latihan balap. Seharusnya pemerintah kota
boleh kase sadia tampa seperti itu macam di Sentul Bogor.dan
juga pemerintah tahu dengan torang pe hobi bagini, sapa tau
torang boleh bawa nama gorontalo”.2
Dari hasil wawancara yang penulis temukan dilapangan yakni, mereka
balapan liar kareana tidak ada sarana prasarana untuk mereka latihan balap.
Dalam hal ini, taruhan atau judi sudah tidak menjadi hal yang biasa bagi mereka,
bahkan biasanya bukan hanya dari kalangan pelajar atau swasta yang menjadi
pelaku pembalap liar yang mengikuti taruhan ini karena biasanya dari pengemudi
kendaraan lainnya seperti pengemudi bentor biasanya mengikuti taruhan ini tapi
hanya untuk mereka sendiri.
Faktor-faktor yang menyebabkan terbentuknya Geng Motor adalah
sebagai berikut:
A.Keluarga
Keluarga adalah faktor yang pertama dalam hal atau menyebabkan Geng
Motor karena orang tua terlalu mengekang aktivitas anak tersebut. Karena
biasanya anak tersebut tidak mau terlalu dikekang rasa keingin tahuannya atau
rasa ingin mencoba mereka. Berdasarkan wawancara dengan saudara Dion:
“ana balapan liar memang sering di larang oleh orang tua,
tapi kalau terlalu dikekang ana juga tidak mau karena ana juga hanya
ingin mencoba apa yang ana ingin tau. Jadi ana tidak mau dikekang
2 Wawancara Upik pada tanggal 19 oktober 2013
37
oleh orang tuadan juga orang tua terlalu sibuk dengan pekerjaan
mereka sehingga lupa akan anaknya sendiri.“ 3
Artinya saya tidak mau dikekang terus oleh orang tua, karena saya hanya
ingin mencoba apa yang menjadi rasa keingin tahu. Jadi saya tidak mau dikekang
oleh orang tua dan orang tuda terlalu sibuk dengan pekerjaan pribadi sehingga
lupa akan kebutuhan atau aktivitas anaknya sendiri. Jadi faktor ini yang menjadi
alasan utama anak mengikuti balapan liar, dan juga modernitas serta
perkembangan dunia industrialisasi membuat orang tua lebih menyibukkan diri
belomba-lomba mencari uang. keadaan ini mengakibatkan peranan keluarga
dalam mengontrol anak menjadi lemah
B. Pendidikan
Pendidikan adalah faktor kedua yang dalam hal ini menjadi salah satu
penyebab adanya Geng Motor karena dalam hal pergaulan disekolah yang
menjadi topik pembicaraan mereka hanya berbicara tentang balapan liar. Karena
dalam wawancara dengan saudara Ewin:
“ Biasanya torang disekolah pada waktu istirahat itu ba kumpul di
kantin dan hanya bicara tentang balapan liar, aksesoris motor, dan cara
membuat motor. Biasanya juga guru menegur dengan torang pe aktivitas karena
memang berpengaruh pada torang pe nilai di sekolah karena Cuma fokus
dibalapan liar. Kalau soal ajakan mereka biasanya hanya mendengar
pembicaraan, dan mereka mengikuti yang mereka dengar “4
3Wawancara dengan Dion pada tanggal 15 November 2013
4Wawancara dengan Ewin pada tanggal 15 november 2013
38
Artinya mereka kalau disekolah pada waktu istirahat mereka hanya
berkumpul dikantin dan berbicara tentang balapan, aksesoris motor yang baru,
atau cara membuat motor menjadi laju. Dan, soal ajakan mereka hanya bertanya
dan mereka hanya menyuruh silahkan mencoba daripada banyak tanya.
Jadi, disinilah ajakan-ajakan –atau doktrin-doktrin ajakan bagi mereka
yang ingin mencoba. Dan juga, aktvitas balapan liar ini sangat berpengaruh pada
pendidikan mereka yang membuat pendidikan mereka terpuruk drastis, sehingga
mereka banyak yang terlalu apatis dengan pendidikan mereka sehingga mereka
mencoba hal-hal yang ingin mereka luapkan dari sekolah ke jalanan tanpa aturan
yang bisa mengatur mereka. Dan juga, Dalam institusi sekolah telah terjadi
pergeseran nilai, dimana moralitas serta budi pekerti di sekolah-sekolah mulai
luntur, kurang ditanamkan lagi. Bahkan materi tentang pelajaran agama juga
semakin dikurangi waktu jam belajarnya.
C. Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial ada faktor ketiga dalam hal penyebab Geng motor.
Karena lingkungan tempat anak bergaul dengan teman-teman terlalu banyak
dengan aktivitas-aktivitas yang mungkin bisa dibilang negatif misalnya menegak
minuman keras. Berangkat dari hal inilah mereka mencoba beberapa hal yang
baru yaitu balapan liar sehingga hal-hal seperti ini berulang-ulang secara terus
menerus sampai mereka masuk dalam keanggotan Geng Motor dan melakukan
kebiasaan mereka yaitu balapan liar. Ada pula yang disebabkan oleh lingkungan
sosial mereka adalah mendapat sebuah pengakuan dari sahabat-sahabat mereka
perilaku menyimpang harus dilihat sebagai hasil interaksi dari transaksi yang
39
tidak benar antara seseorang dengan lingkungan sosialnya. Ketika remaja
memperoleh pengakuan diri dari lingkungan sosialnya dengan berbagai aktivitas
dan dapat beraktualisasi diri pada aktivitasnya tersebut maka hal ini akan
membantu remaja menghindarkan diri dari komunitas geng motor
Fenomena sosial terjadi dikalangan anak muda atas tindakan anarkis geng
motor. Mereka sudah tidak merasa bahwa perbuatan itu sangat tidak terpuji dan
bisa mengganggu ketenangan masyarakat. Sebaliknya mereka merasa bangga jika
masyarakat takut. Adanya rasa bangga bagi anggota geng motor yang mampu
merobohkan lawan, merusak harta benda orang lain, merampok, merusak fasilitas
umum, merupakan musibah bagi masyarakat. Masyarakat sudah jenuh, bahkan
muak dengan perilaku destruktif yang dipertontonkan anggota geng motor. Sudah
banyak korban atas aksi kawanan geng motor yang mengakibatkan rasa takut
dikalangan masyarakat. Ketakutan atas geng motor sudah menghantui masyarakat,
tak ada lagi kedamaian di keheningan malam, karena selalu pecah oleh raungan
motor dan suara ribut tawuran. Tak pernah berani keluar malam hari karena di
lingkungan sekitar yang marak aktifitas geng motor.
Geng motor yang sudah terlanjur berbuat anarkis menjadi tidak takut
untuk mengulanginya lagi. Lama kelamaan gerombolan geng motor ini akan
tumbuh menjadi sebuah kelompok besar. Kelompok yang akan menjalani atau
mengisi kehidupannya berdasarkan peraturannya sendiri tanpa mengindahkan
peraturan yang dibuat pemerintah. Karena mereka ada bukan sebagai pendukung
pemerintahan. Dampak yang kian meluas akibat dari tindakan geng motor ini
telah mulai mengusik kenyamanan masyarakat dimana kepercayaan terhadap
40
pihak keamanan yang berwenang mulai diragukan dengan kenyataan belum
mampunya mengatasi yang namanya geng motor ini.
Geng motor merupakan wadah yang mampu memberikan gejala watak
keberingasan anak muda. Perkembangannya, tak lepas dari trend dan mode yang
sedang berlangsung saat itu. Maka dari itu aksi brutal itu perlu diredam. Mulanya
berbuat jahat dari yang ringan seperti bolos sekolah, lama-lama mencuri,
merampok dan membunuh. Tindakan yang dilakukan geng motor belakangan ini
kian meresahkan warga. Geng motor kini memang menjadi salah satu perhatian
utama pihak berwenang karena tindakan mereka kian berani. Jika geng motor
tersebut tidak diantispasi sejak dini, dikhawatirkan kelompok-kelompok tersebut
bisa kian besar menjadi sebuah jaringan kriminal terorganisisasi. Indikasi itu
mulai muncul dengan tindak penganiayaan yang dilakukan oleh anggota geng
motor akir-akir ini. Kalau geng motor brutal itu tidak segera dibubarkan maka
akan sangat membahayakan karena terdapat solidaritas sempit yang telah
didoktrinkan kepada setiap anggota geng motor tersebut, sehingga mengarah pada
tindakan kriminal.
Aktivitas Geng Motor di Kota gorontalo setiap malam kamis dan malam
minggu, sering melakukan balapan liar di Kecamatan Kota Selatan Kota
Gorontalo. Berbeda dengan pada malam-malam biasanya, daerah seputaran lokasi
balapan liar sangat sunyi, karena kativitas anak muda khusunya gorontalo paling
banyak hanya pada malam kamis dan malam minggu. Ada pula yang sering
melakukan balapan liar di sore hari lokasinya di jalan by pass Kelurahan
Tamalate Kecamatan Kota Timur kota Gorontalo.
41
Dan pada biasanya mereka hanya kumpul-kumpul bersama, dan ada pula
yangmenegak minuman keras. Pada aktivitas malam kamis hanya di dominasi
oleh pelajar SMP, SMA dan pengangguran. Mereka hanya melakukan balapan
yang biasa dikenal dengan drag race atau balapan lurus berjarak sekitar 201
meter. Dan biasanya mereka hanya mengetes laju dari motor pribadi dalam artian
bahwa sampai dimana skill mengendarai motor pribadi. Sedangkan pada malam
minggu mereka balapan liar sampai pada pagi hari atau sekitar pada pukul 4.00
wib, dan aktivitas balapan liar paling ramai ketika diadakan pada bulan puasa,
karena semua anak muda yang di dominasi oleh pelajar sampai dengan pegawai
negeri swasta berkumpul dilokasi tersebut, dan juga mereka balapan liar bahkan
sambil taruhan sampai pada waktunya sahur. Dan, biasanya hanya ada yang
menonton aksi balapan liar dan ada juga yang terpancing adrenalin mereka untuk
mengikuti balapan tersebut.
Adapun pada malam-malam biasanya mereka hanya duduk-duduk
nongkrong sambil minum minuman keras bersama teman-teman geng motor
lainnya, ada pula yang berpasang-pasangan. Ini yang menjadi aktivitas Geng
motor pada malam-malam biasa dan pada malam kamis atau malam minggu.
Bahkan pernah ada aktivitas Geng Motor tersebut bentrok dengan pengemudi
bentor yang sama-sama nongkrong di tempat yang sama hanya berjarak 200 meter
pada sabtu malam bulan juli tahun 2013. Pengemudi bentor di dominasi oleh
orang tua melakukan pemukulan pada Geng Motor tersebut karena menyambar
teman mereka yang berjoget karena sudah dipengaruhi oleh minuman keras dan
para pengemudi bentor tersebut memakai setengah badan jalan di depan
42
Gelanggang Remaja Kota Gorontalo. Kejadian tersebut di bubarkan oleh
kepolisian setempat dan langsung membubarkan kedua belah pihak dengan
menangkap pelaku dan korban dan menyita puluhan motor dan beberapa botol
minuman keras.
Kenakalan remaja berasal dari suku kata “nakal”, artinya bahwa mereka
sedang mencari identitas diri.Kehadiran geng motor melengkapi salah satu bentuk
kenakalan remaja yang cukup meresahkan, setelah selama ini masyarakat sudah
banyak dipusigngkan aksi dalam bentuk lain, seperti tawuran antar pelajar,
balapan liar,sampai hal-hal yang menjurus kriminal. Dari fenomena-fenomena
sosial tersebut banyak orang menyatakan bahwa perilaku destruktif remaja ini erat
kaitannya dengan model pendidikan saat ini, yang cenderung mengedepankan
nilai akademik,daripada penanaman budi pekerti.
Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar
antara 13 sampai 16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak
menyenangkan, dimana terjadi juga perubahan pada dirinya baik secara fisik,
psikis, maupun secara sosial. Pada masa transisi tersebutkemungkinan dapat
menimbulkan masa krisis, yang ditandai dengan kecenderungan munculnya
perilaku menyimpang. Pada kondisi tertentu perilaku menyimpang tersebut akan
menjadi perilaku yang mengganggu.Melihat kondisi tersebut apabila didukung
oleh lingkungan yang kurang kondusifdan sifat keperibadian yang kurang baik
akan menjadi pemicu timbulnya berbagai penyimpangan perilaku dan perbuatan-
perbuatan negatif yang melanggar aturandan norma yang ada di masyarakat yang
biasanya disebut dengan kenakalanremaja.Kenakalan remaja dalam studi masalah
43
sosial dapat dikategorikan kedalam perilaku menyimpang. Dalam perspektif
perilaku menyimpang masalah sosial terjadi karena terdapat penyimpangan
perilaku dari berbagai aturan-aturansosial ataupun dari nilai dan norma sosial
yang berlaku.
Perilaku menyimpangdapat dianggap sebagai sumber masalah karena
dapat membahayakan tegaknya sistem sosial. Penggunaan konsep perilaku
menyimpang secara tersirat mengandung makna bahwa ada jalur baku yang harus
ditempuh. Perilaku yangtidak melalui jalur tersebut berarti telah
menyimpang.Untuk mengetahui latar belakang perilaku menyimpang
perlumembedakan adanya perilaku menyimpang yang tidak disengaja dan
yangdisengaja, diantaranya karena pelaku kurang memahami aturan-aturan yang
ada,perilaku menyimpang yang disengaja, bukan karena pelaku tidak
mengetahuiaturan.Hal yang relevan untuk memahami bentuk perilaku tersebut,
adalahmengapa seseorang.
Hal ini disebabkan karena padadasarnya setiap manusia pasti mengalami
dorongan untuk melanggar pada situasitertentu, tetapi mengapa pada kebanyakan
orang tidak menjadi kenyataan yangberwujud penyimpangan, sebab orang
dianggap normal biasanya dapat menahandiri dari dorongan-dorongan untuk
menyimpang.Kenakalan-kenakalan yang dilakukan oleh remaja di bawah usia 17
tahunsangat beragam mulai dari perbuatan yang amoral dan anti sosial tidak
dapatdikategorikan sebagai pelanggaran hukum. Bentuk kenakalan remaja
tersebut seperti: menegak minuman keras dan kebut-kebutan di jalan sampai pada
44
perbuatan yang sudah menjurus pada perbuatan kriminallainnya yang sering
diberitakan media-media masa.
Tugas utama fenomenologi sosial adalah mendemonstrasikan interaksi-
interaksi resiprokal di antara proses-proses tindakan manusia, penstrukturan
situasional, dan konstruksi realitas. Tidak seperti kaum positivis yang melihat
setiap aspek sebagai suatu faktor kasual, fenomenolog melihat bahwa semua
dimensi sebagai pembentuk realitas. Biasanya, para fenomenolog menggunakan
istilah refleksivitas untuk menandai cara ketika dimensi-dimensi unsur pokok
berfungsi, baik sebagai fondasi maupun konsekuensi dari seluruh aspek kehidupan
manusia. Geng Motor merupakan sebuah bentuk perlawanan dari anak muda,
karena berdasarkan realitas yang ada, Geng Motor dibentuk untuk sebuah
kekuasaan tersendiri untuk mereka sendiri tanpa sebuah aturan dan terstruktur
dengan baik menurut mereka sendiri dan secara realita hal ini terjadi karena setiap
makhluk individu ingin melakukan sebuah percobaan menurut mereka sendiri itu
ingin dirasakan dan memiliki rasa keingin tahu yang tinggi.
Kenakalan remaja demikianlah yang tidak hanya mengkhawatirkan
masyarakat secara luas, akan tetapi mereka takut akan tindakan yang menjurus ke
hal-hal yang kriminal. hal ini merupakan salah satu fase dimana seseorang atau
setiap insan manusia paham akan sesuatu karena kejadian seperti ini pasti terjadi
dan pasti hilang begitu saja di masyarakat secara luas.Faktor lain yang juga ikut
berperan menjadi alasan mengapa remaja saat ini memilih bergabung dengan geng
motor adalah kurangnya sarana atau media bagi mereka untuk mengaktualisasikan
dirinya secara positif. Remaja pada umumnya lebih suka memacu kendaraan
45
dengan kecepatan tinggi. Dalam hemat penulis, kejadian yang terjadi dalam dunia
remaja juga merupakan suatu masa transisi identitas jiwa remaja yang hampir
terjadi pada setiap manusia saat mereka berada pada masa tersebut, sehingga
bukanlah hal yang “tabu” lagi jika diperhadapkan pada realitas tersebut.
Masa muda merupakan masa dimana seseorang mempunyai tantangan
hidup. Tidak terkecuali bagi kalangan pelajar yang sedang menjalani masa
mudanya tersebut, mereka tentu ingin mencari media penyampaian hasrat masa
muda mereka untuk menunjukan jati diri mereka terhadap orang lain. Ada pelajar
yang menyalurkan hasratnya tersebut kedalam hal-hal atau kegiatan positif seperti
kegiatan olahraga, aktif dalam organisasi maupun mengasah kemampuan
akademik. Hal ini merupakan fenomena nyata yang terjadi di sekitar kita yang
harur kita teliti dan amati terhadap perkembangan para pelajar saat ini. Dilihat dari
dari sisi negatif penyaluran hasrat masa muda yang dilakukan oleh para pelajar,
terdapat kasus yang menarik yang selama ini sering terjadi menimpa kaum pelajar
yang ada di terjadi di perkotaan yakni maraknya perilaku menyimpang yang sapai
pada tindakan kriminal akibat memasuki dunia geng motor. Hal ini merupakan
potret buram dunia pendidikan di Indonesia karena generasi penerusnya lebih
tertarik kepada hal seperti itu dibandingkan dengan mengenyam pendidikan
dengan sungguh-sungguh.
Sebagian masyarakat lebih memandang hal-hal demikian sebagai
penyimpangan. Tetapi disatu sisi, ini juga dapat mengembangkan potensi-potensi
yang terdapat pada remaja terutama dalam dunia otomotif, sehingga hal tersebut
memiliki deskripsi negatif dan juga positif tergantung dari sisi apa mereka
46
memandang. Dalam hemat penulis, perlu juga ada perhatian yang lebih intens dari
pemerintah untuk mendiagnosa lebih kritis lagi hal-hal yang berkaitan dengan
remaja, terutama dalam hal ketersediaan fasilitas untuk mengembangkan bakat
mereka dalam dunia otomotif. Penyediaan fasilitas sangat perlu untuk
meminimalisir balap liar yang terjadi di beberapa titik yang menjadi sentrum
berkeliarannya remaja yang “ugal-ugalan” di jalanan.
Pola interaksi individu yang egonya tercerabut dari komunitasnya dan
informasi yang terbuka. Perkembangan dunia sosial dewasa ini menggambarkan
kemungkinan-kemungkinan terjadinya peniruan atas perilaku bisa dengan mudah
dilakukan. Terlebih lagi menyangkut motivasi dan rasionalisasi tindakan dari satu
ke orang lain. Dengan demikian halnya untuk sering, lama, dan intesifnya
pergaulan dalam kelompok yang mendukung nilai-nilai penyimpangan, maka
akan udah tercerap dalam dirinya. Kekosongan moral dan disorientasi nilai yang
dialami ego inilah yang dapat menjelaskan mengapa sebuah ideologi atau sistem
nilai tertutup bersifat etnosentris, fasitis, fundamentaslis menimbulkan pesona luar
biasa pada manusia-manusia yang terisolasi satu sama lain. Mereka mengisi
kekosongan moral dalam dirinya dengan suara kelompok atau otoritas di luar diri
mereka sebagai subtitusi kesadaran moralnya. Bergabung dengan massa dan
bersama-sama melakukan tindakan destruktif merupakan bentuk penegasan
kelompok.
Realitas seperti ini menjadi persoalan yang senantiasa terus berkembang
dari waktu ke waktu. Pertumbuhan penduduk dunia yang tinggi, kemajuan
teknologi yang jauh meninggalkan kemapuan kebanyakan orang untuk
47
mengecapnya, menjadi beberapa hal faktor pendorong terakumulasinya kejahatan
demi kejahatan. Disebabkan oleh energi ekonomi dan sumber daya ekonomi
terkonsentrasi di wilayah perkotaan, dengan jumlah penduduk yang berlebih,
sementara tidak semua penduduk mampu mengakses energi dan sumber daya
tersebut, pun mendorong lahirnya tindakan-tindakan kekerasan dengan derajat
agresivitas yang sangat tinggi. Ketika agregasi kepentingan masyarakat kota tidak
menemukan saluran yang legal, maka ditempuhlah jalan-jalan yang ilegal.
Praktik-praktik manipulasi, mewabahnya korupsi, kolusi, dan konspirasi. Dan
pada saluran yang lain akan menciptakan kekerasan, kejahatan yang tinggi
menjadi fenomena umum yang nyaris menjadi sebuah kewajiban. Kota terus
“berdiam” dari berbagai patologi yang menimbunnya.
Realitas remaja yang bergulat dalam dunia balap, jika diterawang cukup
meresahkan masyarakat luas. Tetapi inilah realitas masyarakat “urban” yang
kehidupan remaja cukup memprihatinkan, rekonstruksi lingkungan sosial sangat
berpengaruh dalam membentuk identitas remaja itu sendiri, perlu juga sebuah
desain progres untuk menangani hal-hal yang berkaitan dengan kenakalan remaja
tersebut minimal dapat diminimalisir, semua elemen yang berkaitan dengan
masalah tersebut harus lebih aktif dalam melihat hal-hal demikian, tak heran jika
memasuki masa-masa remaja hampir setiap orang yang pernah hidup di masa itu
akan mengalami kegalauan identitas.
Fenomena geng motor merupakan realitas remaja yang melakukan
aktivitas di malam hari demi untuk menemukan sebuah suasana nyaman menurut
mereka, sehingga mereka lebih menemukan dunianya di jalan dibanding dengan
48
di tempat lain, walaupun resiko yang akan dialami cukup besar, tetapi itulah
sebuah keindahan menurut mereka. Interpretasi menganai kenakalan yang
dialamatkan kepada remaja yang melakukan aktivitas balap liar memang sudah
sering dilontarkan kepada mereka yang sering melakukan tak sedikitpun
dihiraukan karena mereka menemukan kenyamanan ketika berada di jalanan.
Dalam hemat penulis, jalanan bukan lagi merupakan sebuah areal atau tempat
bersemayamnya kendaran yang lalu lalang, tetapi lebih dari sebuah konstruksi
arena pencarian jati dan pembentukan identitas diri para remaja yang sering
menghabiskan malam-malamnya di jalanan.
Realitas generasi saat ini memang cukup memprihatinkan dalam sebuah
keberlanjutan estapet generasi penerus, tetapi inilah fenomena yang terjadi
dijalanan yang sering penulis temukan di lapangan. Jalanan sudah merupakan
ruang penyalur bakat bagi generasi yang punya keinginan untuk menjadi seorang
pembalap, sehingga balap sudah bukan sekedar olahraga ataupun keahlian tetapi
lebih dari itu, balap liar sudah meresap menjadi hobi dari sebagian remaja yang
menekuninya. Banyak hal-hal baru yang mereka temukan di jalanan, bahkan jalan
bagi mereka sudah menjadi rumah yang memberi banyak ketenangan dikala
mereka membutuhkan sesuatu. Masa remaja merupakan masa yang banyak
memiliki keinginan dan angan-angan besar untuk menjadi sesuatu, sehingga
meraka sangat cepat men-transfer hal-hal yang mereka anggap sesuai dengan
keinginannya, walaupun hal demikian dapat membahayakan hidup maupun masa
depan mereka sendiri, tetapi itulah realitas kehidupan remaja. gejala aksi brutal
geng motor hal ini dikarenakan pengaruh keadaan atau suasana yang hampir
49
disemua kota besar dan negara di dunia itu muncul. keadaan ini juga merupakan
gambaran atau semacam penegasan identitas dari kelompok tertentu. Penegasan
ini bisa saja berupa ketidakpuasan, atau bisa saja hanya mencari sesuatu untuk
melepaskan “unek-unek” dalam kelompok geng motor yang ujung-ujungnya
berbuat keonaran.
Masa-masa transisi dan kegalauan identitas yang mereka alami membuat
mereka nyaman, karena kehidupan remaja sangat identik dengan kehidupan hura-
hura. Mereka menikmati masa-masa remaja itu hanya sekali dan tak ingin
melewatkannya begitu saja. Masa remaja adalah masa transisi atau masa peralihan
dimana tidak bisa disebut orang dewasa namun juga tidak bisa disebut sebagai
anak-anak. Pada masa remaja ini sering kali terjadi krisis identitas, pencarian
identitas diri remaja yaitu usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa
perannya dalam masyarakat. Dengan dorongan hasrat kesenangan membuat
mereka merasa nyaman tanpa memikirkan sedikitpun bahaya yang dihadapi,
walaupun harus kejar-kejaran dengan pihak kepolisian dan pihak yang berwenang
lainnya. Tetapi tak pernah mereka hiraukan, demi mendapatkan nikmatnya
kebersamaan dan bisa mereka bilang asyik di jalanan. Mereka menganggap tak
akan menemukan hal-hal demikian di tempat lain, karena hanya dengan teman-
teman yang ada di jalanan membuat mereka menemukan eksistensi diri sebagai
remaja yang menikmati hari-hari dengan senang-senang. Realitas generasi muda
telah dikonstruksi oleh gemerlapnya kota, sehingga menjadikan hari-hari mereka
penuh dengan keinginan untuk mencari kebebasan.
50
Kota adalah imajinasi. Kota adalah mimpi yang yang ada dalam benak
setiap orang. Mungkin demikian satu ungkapan yang bisa menggambarkan betapa
“ruang” yang satu ini menjadi demikian menyihir. Tak aneh karenanya
berbondong-bondong manusia merangsek dan tersedot kedalamnya. Beragam
imajinasi yang tersuguhkan di kota menambah daya tariknya yang tak dijumpai di
kota, janji akan kesejahteraan ekonomi dan ruang yang menyediakan kesetaraan
bagi berbagai kalangan. Kota juga merupakan sebuah impian dari semua
pendatang, karena mereka menganggap kota bisa menjawab semua keluh kesah
mereka yang mereka bawa dari kampung. Tapi fenomena-fenomena inilah yang
kota janjikan kepada mereka berupa sebuah kemewahan itu tidaklah menjanjikan
lagi sebuah keistimewaan lagi bagi mereka, karena pendatang-pendatang baru
atau kaum urbanisasi dari desa ke kota tidak akan menyediakan sebuah lahan
kosong tersendiri lagi bagi mereka. Pembentukan geng motor oleh anak muda
terdorong dari pemikiran-pemikiran dari dunia barat, akan tetapi dari segi
kriminalitas geng motor yang ada di Indonesia dan di dunia barat tentu berbeda
jauh. Dengan adanya globalisasi, peranan kota-kota menjadi semakin penting di
dalam menyebarluaskan informasi tentang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Makin majunya teknologi membawa dampak yang sangat sgnifikan pada sendi-
sendi kehidupan. Dalam makna yang lebih luas, globalisasi sendiri merupakan
transformasi sosial, kultural, ekonomi dalam lingkup global. Perubahan perilaku,
gaya hidup dan struktur masyarakat ke arah konvergensi global telah, sedang, dan
akan menembus batas-batas etnik, wilayah, dan bahkan negara.
51
Kota sebagai pusat kegiatan sosial, politik, ekonomi dan kultural akan
mengalami dampak globalisasi paling nyata, karena di sana terdapat konsentrasi
tempat tinggal penduduk tersebsar dan intensitas komunikasi paling tinggi.
Akibatnya introduksi peradaban, gaya hidup yang telah berkembang di negara-
negara Barat sangat cepat ditiru oleh masyarakat kekotaan yang kemudian akan
dengan cepat pula menyebar ke daerah-daerah di sekitarnya. Sayangnya, tidak
semua gaya hidup barat cocok dengan kondisi lokal negara berkembang, sehingga
dampat negatif dari globalisasi akan lebih menonjol dari dampak positifnya.
Hal inilah yang menjadi daya tarik kalangan anak muda dalam geng
motor, karena tidak semua geng motor didominasi oleh anak-anak dalam kota,
bahkan didominasi oleh anak-anak dari luar kota misalnya dari kabupaten. Begitu
juga para pelaku geng motor, mereka mengetahui bahwa semua pergaulan atau
semua hal-hal yang mengenai motor, mereka bisa update di kota yang
modernisasinya menjadi luar biasa. Dalam hemat penulis, kota juga merupakan
sebuah sentrum untuk merekonstruksi kebebasan individual dari generasi muda
penikmat dunia motor. Geng motor di Gorontalo sering beroperasi pada malam
hari, karena gemerlapnya malam memberi inspirasi tersendiri bagi penikmat
motor. Dunia malam juga memiliki ciri khas tersendiri bagi masyarakat yang
menganggap bahwa malam sangat identik dengan kekerasan, sehingga terkadang
persepsi masayarakat yang general melihat bahwa dunia malam sangat identik
dengan maraknya kekerasan
Karena itu, orang-orang miskin datang dan menetap di kota-kota, dan
permukiman kumuh merupakan pilihan yang rasional karena kendala sosial. Tentu
52
saja, kenyamanan juga tak terjamin disana. Kedamaian akan dihadapkan pada
kekacauan. Antara keramahan dan kriminal hanya berjarak tipis. Membayangkan
kota tentu ada beragam motif tindak kriminal di sana. Tengok saja ragam acara di
televisi kita dewasa ini seperti buser, fakta, tikam, TKP adalah nama-nama
program televisi yang menayangkan beragam tindak kriminal kejahatan. Hampir
tiap hari kita disuguhi berita-berita kejahatan yang nyaris tiada henti. Ingatan kita
seperti keranjang yang siap menampung segala macam bentuk informasi
kejahatan. Dari sekian jenis kejahatan itu, yang paling menimbulkan ketakutan
masyarakat adalah kejahatan kekerasan. Kejahatan yang memberi ancaman
langsung terhadap kerusakan harta benda, fisik, dan nyawa manusia. Pencopetan,
pencurian, perampokan, pembunuhan, pemerkosaan, adalah sederet kecil tindak
kriminalitas di kota yang saban hari bisa kita temui. Dibumbui dengan segala
bentuk kekerasan, jumlah dan jenisnya pun semakin meningkat dari waktu ke
waktu.
Geng motor di dunia barat cenderung menjurus ke hal-hal yang negatif
seperti narkoba, pembunuhan, dan tindakan-tindakan kriminal lainnya. Sedangkan
geng motor di Indonesia, terfokus pada balapan liar. Di dalam balapan liar juga
ada yang namanya taruhan atau judi, dan yang menjadi pendorong utama utama
anak muda atau pelaku geng motor itu hanya sebatas kesenangan. Akan tetapi
kondisi seperti inilah yang sering meresahkan masyarakat karena berimbas pada
faktor-faktor pendorong anak muda membentuk geng motor yaitu keluarga,
pendidikan, dan lingkungan sosial.Apabila kita pandang dari diferensiasi
(perkembangan) sosial, sudah jelas memang, kelompok geng motor adalah
53
“produk budaya barat” Dalam masyarakat modern yang sangat kompleks dan
heterogin, misalnya masyarakat urban, kota-kota besar dan metropolis, perangai
anti sosial dan kejahatan itu berkembang dengan cepatnya. Kondisi lingkungan
dengan perubahan-perubahan yang cepat, norma-norma dan sanksi sosial yang
semakin longgar serta macam-macam sub-kultur dan kebudayaan asing yang
saling berkonflik, semua faktor itu memberikan pengaruh yang mengacau, dan
memunculkan disorganisasi dalam masyarakatnya. Tak ayal, anggota kelompok
genk motor dengan tingkah laku yang abnormal (cenderung brutal) ini sebenarnya
merupakan dampak dari faktor-faktor diatas. Maraknya kejahatan menghiasi
setiap sudut kota, semakin menambah carut-marutnya raut kota di saat malam
hari, dibeberapa negara sudah menjadi sebuah hal yang bisa jika diperhadapkan
dengan kejahatan-kejahatan malam yang menghiasi kota-kota besar. Terutama
juga di Indonesia, lebih khususnya di Gorontalo banyak kejadian-kejadian yang
terjadi bukan hanya di siang hari tapi lebih marak jika disaat malam. Misteri
kejahatan di balik gemerlapnya malam sudah menjadi perbincangan hampir di
seluruh penjuru. Sehingga bukanlah sebuah asumsi lagi, melainkan telah menjadi
sebuah dinamika.
Menyikapi maraknya kejahatan kekerasan yang melanda, kota-kota besar
di Amerika Serikat (AS), misalnya direktur federal bureu of investigation (FBI),
Louis J Frech, dalam tulisannya berjudul Responding ti Violent Crime in America
i (Buletin FBI, Law Enforment, 1994) mempertengahkan suatu istilah yang
mungkin tepat untuk menggambarkan realitas kejahatan yang tengah berkembang.
Istilah itu: epidemic of violence (wabah kekerasan). Fenomena ini juga terjadi di
54
kota-kota dunia, termasuk Indonesia. Pun demikian dengan yang disampaikan
Ronny R Nitibaskara, Guru Besar kriminologi Universitas indonesia dengan
kejahatan kekerasan (violence crime). Kota Roma, Italia, adalah satu contoh
dimana tindak-tindak jahat adalah hal biasa. Seorang Andreotti, mantan Perdana
Menteri italia menyatakan demikian, “Tak sampai di situ penguasa yang terpilih
selama tujuh kali berturut-turut ini dengan berangnya berkata “Jangan mencari
malaikat di Italia (roma meski di sini banyak gereja, jangan pula mencari setan
disini. Patung malaikat bisa ditemukan dan dibeli di sembarang tempat, termasuk
di tepi jalan. Tetapi patung setan, tak usahlah dicari”. Cerita Andreotti seolah
membenarkan berbuat salah dan jahat adalah biasa bagi orang Italia. Karenanya
berkembang pula ungkapan jika ada enam ribu orang bersalah, akhirnya tak
seoranpun dinyatakan bersalah. Begitu muda kesalahan itu dihapus dan dilupakan.
Jika menengok kembali pada realitas kehidupan geng motor bisa dikatakan
kehidupan “menyimpang”, karena sistem sosial yang ada dimasyarakat ada yang
namanya re-generasi. Kekosongan moral dan disorientasi nilai yang dimiliki oleh
anak muda inilah yang dapat menjelaskan mengapa sebuah ideologi atau sistem
nila anak muda bersifat luar biasa terhadap makhluk individu lainnya. Anak muda
kemiduain hanya mengisi kekosongan moralitas dalam dirinya sendiri diluar
kesadaran mereka sendiri dan mereka bersama melakukan sebuah tindakan
dimana merupakan sebuah bentuk dari penegasan diri sendiri. Peran teknologi dan
ekonomi yang sudah mendunia yang terfokus pada wilayah perkotaan memberi
imbas pada pola hidup individu yang dari perkembangan dunia sosial dewasa
memberi kemungkinan-kemungkinan terjadinya peniruan atas perilaku yang bisa
55
dengan mudah dilakukan seperti Geng motor Indonesia mengikuti perkembangan
geng motor dari dunia barat. Lahan atau sarana prasarana yang tidak terpenuhi
inilah yang mendorong tingkat perilaku menyimpang di daerah perkotaan, dan
kondisi subyektif yang menimbulkan keterbatasan ruang. Namun berbeda dengan
kaca mata sosiologis dalam memandang kenapa aksi brutal geng motor ini
muncul. Pertama: ada perubahan sosial (social change), artinya seluruh aspek
kultur maupun struktur masyarakat sudah mulai berubah. Baik keluarga dan
masyarakat secara keseluruhan terjadi perubahan sosial.
Menilik kekerasan, kejahatan, atau tindak kriminal tidak lepas dari
pembacaannya melalui realitas tatanan sosial masyarakat.. oleh karena sebab itu,
tentu kita sepakat manusia mempunyai kemampuan luar biasa dalam bidang daya
cipta dan daya khayal. Begitu juga bahwa kehidupan manusia bisa bersifat
spontan, berpetualang dan bebas berkreasi apapun. Tetapi kita perlu bertanya dari
manakah asal kemampuan dan daya yang luar biasa pada manusia itu. Tradisi
pemikiran barat mendorong kita untuk menanggap naluri-naluri yang lebih halus
dalam manusia sedikit banyak dipengaruhi dan dikondisikan oleh kerumitan-
kerumitan organisasi sosial yang ada di dalam masyarakat. Seolah-olah sifat
masyarakat ialah menghancurkan segala sesuatu yang segar dan asli dalam
semangat manusia. Masyarakat kita hanyalah menindas kecendrungan-
kecendrungan alamiah dari orang-orang yang hidup didalamnya, sekaligus
membatasi tindakan potensial manusia.
Salah satu prestasi manusia yang paling mengesankan dalam masyarakat
adalah masyarakat memungkinkan sejumlah besar manusia dan tinggal bersama-
56
sama dalam satu ruang yang relatif sempit tanpa saling berhimpitan. Namun
begitu, jika manusia hidup dalam ruang, ia menjadi manusia yang mementingkan
kepentingannya sendiri dan hanya dituntut oleh rasa keterdesakan batinnya, maka
kita akan diadapkan pada gambaran desak-mendesak dan kekacauan yang
mungkin tak bisa terbayangkan oleh kita. Tetapi kita mempunyai aturan-aturan
kehidupan sosial yang sesederhana seperti seorang manusia menginginkan
kehidupan pribadinya. Dalam konteks inilah keberadaan aturan kadang membatasi
orang, namun ia tetap berperan menjaga keselarasan dalam pola hubungan antar
manusia. Dengan begitu jika kita menyepakati adanya aturan dan ia mempunyai
peran yang signifikan dalam kehidupan manusia, dengan sendirinya akan ada
yang lebih ditegakkan. Perilaku yang mana pula yang dianggap menyimpang oleh
masyarakat. Pertanyaanya yang timbul kemudian seperti apa perilaku
menyimpang itu?. Dalam hemat penulis, hal Ini sebenarnya perlu adanya kerja
sama antar pihak, baik penegak hukum maupun pihak-pihak terkait dengan
fenomena tersebut.
Selanjutnya dalam institusi kepolisian, lemahnya penegakan hukum serta
faktor tidak berjalannya sistem menjadi faktor penting dalam proses penegakan
hukum. Dengan lemahnya penegakan hukum dan tidak maksimalnya proses
keberlanjutan sistem yang sehingga menyebabkan polisi “gagap” dalam
membaca perubahan-perubahan yang terjadi didalam masyarakat dan terlalu
apatis dengan fenomena seperti ini. Dalam hal inisebenarnya perubahan anak
remaja dengan prilaku yang di timbulkan secara sadar maupun tidak sadar
mungkin ingin menunjukkan identitas diri (menunjukkan keberadaan dia sebagai
57
anak muda yang ingin diperhatikan dan ingin menonjol). Namun jalan yang
mereka tempuh lain, justru mengarah pada penyimpangan sosial. Awalnya
mereka membentuk perkumpulan berawal dari kegiatan seperti trek-trekan atau
pacu motor. Ada juga karena kebiasaan mengompas dalam lingkungan sekolah
hingga akhirnya perilaku menyimpang ini di internalisasikan dalam kelompok
geng motor. Akhirnya, kelompok geng motor ini merasa bebas dan lupa akan
tanggung jawab dari kebebasan itu. Pada awal peristiwa seperti ini, polisi tidak
ada bertindak dan kurang antisipatif. Sehingga gerombolan geng motor makin
menjadi-jadi melakukan tindakan aksi-aksi yang sering terjadi di kota-kota besar
lainnya seperti balapan liar, taruhan dan lain sebagainya.Ketika para remaja
tersebut beraktualisasi dan sudah berada di dalam kelompok geng motor maka
secara perlahan mereka akan menerima nilai-nilai yang ada dalam kelompok geng
motor tersebut. Nilai-nilai ini antara lain adalah solidaritas dan juga rasa senasib
sepenanggungan, serta rasa tanggung jawab bersama meskipun dalam hal-hal
yang salah. Nilai-nilai di dalam kelompok geng motor ini awalnya
disosialisasikan kemudian diterima oleh seluruh anggota geng motor dan
dijadikan sebagai acuan atau pedoman serta akan menjadi nilai kolektif yang
harus dipatuhi setiap anggotanya. Karena telah terpengaruh nilai-nilai kolektif
tersebut serta keinginan remaja untuk membuktikan bahwa mereka bisa berperan
dan beraktualisasi diri di dalam kelompoknya maka remaja sering kali kehilangan
kepribadian diri, keyakinan diri, serta kesadaran diri. Dikhawatirkan fenomena
geng motor akan menjadi ritual baru para remaja kota yang akan berimbas pada
58
krisis generasi, minimal ini akan menjadi sebuah evaluasi kritis dalam fenomena-
fenomena yang terjadi sekarang.