bab iv hasil penelitian dan pembahasan -...

40
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1. Gambaran Umum Hasil Penelitian 4.1.1. Sejarah Desa Kopi Pada tanggal 14 Maret 2002, banyak tokoh masyarakat Bintauna Pantai agar wilayah dusun II desa Bintauna Pantai di jadikan satu Desa pemekaran dan di namakan Desa Kopi mengingat pada Zaman Kolonisasi Desa Kopi merupakan wilayah perkebunan komoditi Kopi dengan alasan tersebut maka tokoh-tokoh masyarakat desa Bintauna Pantai Menamakan Desa Kopi. Desa Kopi merupakan satu desa di wilayah Kecamatan Bintauna, Kabupaten Bolaang mongondow utara. Yang pada awalnya desa kopi adalah wilayah Dusun II Desa Bintauna Pantai. Sehunbungan dengan adanya perkembangan serta peningkatan jumlah penduduk dan luas wilayah desa Bintauna Pantai meminimalisasi pelayanan pemerintah kepada masyarakat maka dengan tuntutan UU No 22 tahun 1999 Pada tanggal 3 dan pasal 33, mak wilayah dusun II Desa Bintauna Pantai layak untuk di mekarkan menjadi wilayah pemerintahan Desa yang Otonom. Sehingga Pada Tanggal 23 mei 2006 Terbentuklah desa Persiapan denagan Nama DESA KOPI. Desa Persiapan telah didefinitifkan menjadi Desa KOPI dengan di tunjuknya Pejabat sementara (PJS) atas Nama L.L. MUHAMMAD.

Upload: vucong

Post on 17-Apr-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/7018/9/2013-2-69201-281409007-bab4...BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1. Gambaran Umum Hasil Penelitian

BAB IV

Hasil Penelitian dan Pembahasan

4.1. Gambaran Umum Hasil Penelitian

4.1.1. Sejarah Desa Kopi

Pada tanggal 14 Maret 2002, banyak tokoh masyarakat Bintauna Pantai agar

wilayah dusun II desa Bintauna Pantai di jadikan satu Desa pemekaran dan di namakan

Desa Kopi mengingat pada Zaman Kolonisasi Desa Kopi merupakan wilayah perkebunan

komoditi Kopi dengan alasan tersebut maka tokoh-tokoh masyarakat desa Bintauna Pantai

Menamakan Desa Kopi.

Desa Kopi merupakan satu desa di wilayah Kecamatan Bintauna, Kabupaten

Bolaang mongondow utara. Yang pada awalnya desa kopi adalah wilayah Dusun II Desa

Bintauna Pantai. Sehunbungan dengan adanya perkembangan serta peningkatan jumlah

penduduk dan luas wilayah desa Bintauna Pantai meminimalisasi pelayanan pemerintah

kepada masyarakat maka dengan tuntutan UU No 22 tahun 1999 Pada tanggal 3 dan pasal

33, mak wilayah dusun II Desa Bintauna Pantai layak untuk di mekarkan menjadi wilayah

pemerintahan Desa yang Otonom. Sehingga Pada Tanggal 23 mei 2006 Terbentuklah desa

Persiapan denagan Nama DESA KOPI. Desa Persiapan telah didefinitifkan menjadi Desa

KOPI dengan di tunjuknya Pejabat sementara (PJS) atas Nama L.L. MUHAMMAD.

Page 2: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/7018/9/2013-2-69201-281409007-bab4...BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1. Gambaran Umum Hasil Penelitian

Pada tanggal 12 Bulan Februari Tahun 2008 melalui proses Pemilihan sangadi

Definitif maka terpilih Bapak ADAM KOBANDAHA sebagai Sangadi Definitif yang di

lantik Pada Tanggal 21 April Tahun 2008 sampai dengan sekarang.

4.1.2. Keadaan Geografis

Luas wilayah pada desa Kopi keseluruhan Secara keseluruhan 13 Km² yang

meliputi wilayah daratan rendah dan berbukit-bukit. Desa kopi terletak di bagian selatan

Kecamatan Bintauna dengan jarak tempuh 5 Km dan di bagian sebelah barat Kota buroko

yang merupakan Ibukota Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dengan jarak tempuh 45

Km.

Luas bata-batas wilayah adminstrasi Desa kopi sebagi berikut :

- Bagian utara berbatasan dengan desa Minanga dan Desa Bintauna Pantai

- Bagian timur berbatasan dengan Kali Sangkup

- Bagian selatan berbatasan dengan Kali Boyau

- Bagian barat berbatasan dengan Kali Nono Desa Batulintik

Serta di dalam Desa Kopi terdiri dari 3 Dusun

Sejauh 1 km di sebelah barat berbatasan dengan Kali Nono Desa Batulintik

membentang jalan yang telah beraspal serta kondisinya cukub baik sangat mempermudah

hubungan ibu kota kecamatan Bintauna dengan Desa Kopi yang berjarak 5 Km yang dapat

Page 3: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/7018/9/2013-2-69201-281409007-bab4...BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1. Gambaran Umum Hasil Penelitian

di tempuh selama 9 menit dengan menggunakan kendaraaan bermotor, begitu juga kalau

menuju ke ibu kota Kabupaten Bolaang Mongondow Utara yang berjarak 45 Km dari Desa

Kopi perjalanan melalui jalur darat dapat di tempuh 1 jam lebih dengan menggunakan

kendaraaan bermotor atau mobil.

Pemukiman masyarakat Di desa Kopi menghadap ke persawahan di bagian samping

kiri dan belakang merupakan wilayah pemukiman pertanian, dan pegunungan.

4.1.3. Keadaan Demografis

4.1.3.1. Keadaan Penduduk

pada tahun 2013 sampai saat ini, Desa Kopi mempunyai jumlah penduduk sebesar

751 jiwa, yang terdiri dari laki-laki 396 dan perempuan 355 jiwa. Dengan jumlah kepala

keluarga yaitu 194. kesemuanya itu tersebar ke dusun I,II,III yang berada di Desa Kopi,

Dengan rincian sebagi berikut :

Tabel 1.1. Pembagian jumbah penduduk perdusun.

DUSUN I DUSUN II DUSUN III JUMLAH

L P L P L P 751

108 110 147 136 138 112

Tabel 1.2. Klasifikasi Penduduk Berdasarkan usia di desa Kopi. 2013

Umur

(Tahun)

Laki-Laki

(Orang)

Perempuan

(Orang)

Jumlah

(Orang)

Page 4: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/7018/9/2013-2-69201-281409007-bab4...BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1. Gambaran Umum Hasil Penelitian

1.

2.

3.

4.

5.

0-15

16- 31

32-47

48- 63

64 Keatas

128

125

85

38

17

119

115

79

29

16

244

237

164

67

39

JUMLAH 393 358 751

Sumber data : Kantor Desa Kopi Tahun 2013

4.1.3.2. Menurut Tingkat Pendidikan

Tabel 1.3. Keadaan Penduduk Menurut Pendidikan

NO TINGKAT

PENDIDIKAN

DUSUN JUMLAH

I II III

1 Perguruan Tinggi 8 13 12 33

2 SMA atau sederajat 26 39 22 72

3 SMP atau sederajat 47 33 40 120

4 SD atau sederajat 76 85 63 224

5 Tidak Tamat SMA

Sederajat 7 6 8 21

6 Tidak Tamat SMP

Sederajat 7 7 9 23

Page 5: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/7018/9/2013-2-69201-281409007-bab4...BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1. Gambaran Umum Hasil Penelitian

7 Tidak Tamat SD

Sederajat 7 5 8 20

8 Belum /tidak pernah

sekolah 27 23 15 65

JUMLAH 578

Sumber data : Kantor Desa Kopi Tahun 2013

Berdasarkan keadaaan penduduk menurut pendidikan, desa kopi dilihat dari Data di

atas, masyarakat kopi sangat antosias dalam hal ini di bidang pendidikan untuk

menyekolahkan anak-anaknya.

4.1.3.3. Keadaan Pekerjaan

Tabel 1.4. Keadaan pekerjan menurut mata pencaharian.

MENURUT MATA

PENCAHARIAN JUMLAH

Petani 146

Dagang 17

PNS 18

TNI /Polri 2

Sopir 6

Tukang 5

Sumber Data : Kantor Desa Kopi Tahun 2013

Page 6: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/7018/9/2013-2-69201-281409007-bab4...BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1. Gambaran Umum Hasil Penelitian

Berdasarkan tabel diatas menunjukan jelas bahwa mata pencaharian masyarakat

kopi sebagian besar petani, ini menunjukan bahwa di masyarakat desa kopi banyak

masyarakat yang berprofesi sebagai petani, kemudian sebagaian kecil masyarakat lainnya

berprofesi sebagai Pedagang, Pns, Sopir, Tni/polri dan tukang.

4.1.3.4. Luas Wilayah Desa Kopi

Tabel 1.5. Luas wilayah Desa Kopi

Luas Wilayah Desa

Kopi (Ha)

Status Petani Jumlah

Buruh

3225 Pemilik Penggarap Tani 194

147 26 21

Berdasarkan tabel di atas luas wilayah desa kopi 3225 Ha, menunjukan bahwa desa

kopi merupakan desa yang sangat luas.

4.1.3.5. Luas Lahan Pertanian Desa Kopi

Luas Lahan (Ha) Jumlah

Lahan Sawah Lahan Kering 341

Tadah Hujan Perkebunan

294 47

Tabel 1.6. Luas Lahan Desa Kopi.

Page 7: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/7018/9/2013-2-69201-281409007-bab4...BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1. Gambaran Umum Hasil Penelitian

Luas lahan pertanian desa kopi yaitu 294 Ha yang di sebut dengan lahan sawah tada

hujan, sedangkan untuk lahan kering 47 Ha, berdasarkan tabel diatas bahwa desa kopi

adalah desa yang memiliki areal persawahan yang sangat luas.

4.1.3.6. Struktur Pemerintahan

Dalam lembaga pemerintahan Desa Kopi terdiri dari yaitu :

Pemerintah Desa dengan aparat sebanyak 24 orang

Kepala Desa

BPD

LPM

Kaur Pemerintahan

Kaur Pembangunan

Kaur Umum

Pegawai Syari’

Kepala Keamanan

Kepala Dusun

Kepala Adat

4.1.3.7. Keadaan Sosial Keagamaan

Agama Islam 738 orang

Kristiani 13 orang

Page 8: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/7018/9/2013-2-69201-281409007-bab4...BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1. Gambaran Umum Hasil Penelitian

Buda -

Berdasarkan data diatas menunjukan bahwa mayoritas penduduk yang berada di

desa Kopi Sebagian besat menganut agama islam.

4.1.3.8. Sarana dan Prasarana

Desa Kopi memiliki sarana dan prasarana sebagai berikut :

Tabel 1.7. sarana dan prasarana

Balai

Desa Jln Desa

Jalan

Kebun Masjid Gereja Polindes

Sekolah

TK SD

1 1 4 1 - 1 - 1

Sumber Data : Kantor Desa Kopi Tahun 2013

Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa untuk menunjang kegiatan-kegiatan

sosial, agama, pendidikan, dan sarana prasarana lainya, sangat di perlukan, dalam hal

proses pembangunan yang ada di desa.

4.2. Identitas Informan

Jumlah informan dalam penelitian ini sebanyak 18 orang di mana dalam

menentukan informan dilakukan cara teknik purposive sampling yang di pilih secara

sengaja berdasarkan kriteria tertentu yaitu petani dan peyuluh pertanian. Dalam penentuan

informan pertama di pilih satu atau dua orang, identitas informan yang di pilih berdasarkan

atas beberapa Identifikasi seperti, Nama, Jenis Kelamin, Usia, Agama, Pendidikan terakhir,

dan pekerjaan. Beberapa informan yang di sebutkan di bawah ini.

Page 9: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/7018/9/2013-2-69201-281409007-bab4...BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1. Gambaran Umum Hasil Penelitian

Profil Informan :

1. Informan “On Binhusen Alamri“ (Laki-Laki)

Informan “on” yang ber-usia sekitar 28 tahun, beragama islam, pendidikan terakhir (SMA),

pekerjaan Petani.

2. Informan “Sumitro Lomporiso” (Laki-Laki)

Informan “Sumitro ber-usia 31 tahun, beragama Islam, pendidikan terakhir (SMP),

Pekerjaan Petani.

3. Informan “Asri Lundeto” (Laki-laki)

Informan “Asri” Ber-usia 27 Tahun, Beragama Islam, pendidikan Terakhir (SMA),

Pekerjaan Petani.

4. Informan “Ma’ruf Tabo” (Laki-laki)

Informan “Ma’ruf” Berusia 34 tahun, Beragama Islam, pendidikan terakhir (SMP),

pekerjaan Petani.

5. Informan “Darmawan Mokodongan” (Laki-laki)

Informan “Bapak Dar” berusia 29 tahun, beragama Islam, Pendidikan terakhir (SMP),

Pekerjaan Petani.

6. Informan “Santi Naway, SP” (Perempuan)

Informan “Ibu Santi” Berusia 32 tahun, beragama Islam, Pendidikan terakhir Sarjana

Pertanian (SP), Pekerjaan Sekertaris BP3K Bintauna.

7. Informan “Muslimin Patingki” (Laki-laki)

Page 10: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/7018/9/2013-2-69201-281409007-bab4...BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1. Gambaran Umum Hasil Penelitian

Informan “Bapak Muslimin” berusia 32 tahun, beragama Islam, Pendidikan Terakhir

(SMA) Pekerjaan Petani.

8. Informan “Daud Dunggio” (Laki-laki)

Informan “Bapak Daud” berusia 37 tahun, beragama islam, pendidikan terakhir “SMP”,

Pekerjaan Petani.

4.3. Pembahasan

4.3.1. Adaptasi teknologi pertanian

Proses adaptasi merupakan salah satu bagian dari proses evolusi (prose perubahan

yang sangat lambat) kebudayaan, yakni proses yang mencakup rangkaian usaha-usaha

manusia untuk menyesuaikan diri atau memberi respon terhadap perubahan lingkungan

fisik maupun sosial yang terjadi. Perubahan lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap

adaptasi manusia adalah perubahan lingkungan yang berupa bencana, yaitu kejadian yang

menjadi ancaman terhadap kelangsungan hidup organisme termasuk disini adalah manusia.

Sedangkan dalam strategi bertahan, salah satu modal petani tradisional adalah

“mengutamakan/ mendahulukan selamat”. Bagi petani miskin yang secara sosial ekonomi

sangat rentan, penurunan atau bahkan kegagalan panen akan membawa dampak buruk bagi

kelangsungan hidup keluarganya. petani menghindari resiko dan memusatkan perhatian

pada kemungkinan penurunan panen, bukan pada usaha memaksimalkan keuntungan”.

Dalam mengadopsi teknologi baru petani akan melakukan upaya penyeimbangan

antara manfaat, biaya dan resiko yang timbul, dalam menggunakan teknologi pertanian,

Page 11: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/7018/9/2013-2-69201-281409007-bab4...BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1. Gambaran Umum Hasil Penelitian

adaptasi teknologi pertanian di desa kopi, yang areal lahan pertanian yang begitu

memungkinkan untuk di jadikan sebagai lahan yang sesuai dengan teknologi pertanian, di

lihat dari hasil penelitian maka peneliti menemukan bahwa struktur luas lahan pertanian

desa kopi mencapai 341 Ha, dari lahan sawah 294 Ha dan lahan kering 47 Ha. Ini

memungkinkan untuk di jadikan teknologi pertanian sebagai alat untuk proses mengelolah

lahan petanian yang berada didesa kopi, masyarakat kopi penggunaan teknologi pertanian

dalam setiap pengolahan lahan sawah atau lading mereka menggunakan traktor, mesin

deros dan lain sebagainya untuk di gunakan sebgai alat untuk mengolah lahan yang akan di

tanami padi dan lain sebagainya, kemudian, teknologi pertanian ini juga memberikan ke

mudahan kepada masyarakat dalam mengolah lahan pertanian mereka.

4.3.2. Inovasi Teknologi Pertanian

Inovasi adalah sesuatu yang baru atau perbaikan penting. Merupakan hasil dari

kreasi atau transformasi dari inventions, discoveries, ide, analisa, pengetahuan maupun

data/informasi. Inovasi pada dasarnya bukan phenomena yang berdiri sendiri

(autonomous). Inovasi dalam sehari-hari diartikan dalam dua pengertian. Yang pertama,

diartikan sesuatu ide, atau obyek baru yang dimanfaatkan oleh seseorang atau masyarakat.

Pengertian yang kedua adalah bukan produk atau ide, tetapi bagaimana sesuatu yang baru

tersebut dapat terbentuk dan dimanfaatkan dalam masyarakat, jadi prosesnya. Daya inovasi

Page 12: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/7018/9/2013-2-69201-281409007-bab4...BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1. Gambaran Umum Hasil Penelitian

adalah kemampuan individu atau masyarakat memanipulasi atau mengintervensi

lingkungan menurut kepentingan individu atau masyarakat tersebut1

Masyarakat petani secara umum sering di pahami sebagai suatu kata gori sosial

sereragam yang bersifat umum. Dalam komonitas petani itu akan terlihat berdasarkan

perbedaan dalam tinggkat perkembangannya jenis tanaman yang mereka tanam teknologi

atau alat-alat yang mereka gunakan. Pada kalangan masyarakat umumnya adalah petani

bersahaja, yang biasa di sebut petani tradisional dan petani modern. Secara garis besar

golongan pertma adalah kaum petani tergantung dan di kuasai alam karena rendahnya

tinggkat pengetahuan dan teknologi mereka. produksi mereka lebih di tunjukan untuk

sebuah usaha mengghidupi keluarga, bukan untuk mengejar keuntungan sebaliknya petani

yang modern adalah golongan petani yang usahanya di tunjukan untuk mengejar

keuntungan. Mereka menggunakan teknologi dan sistem pengolahan dan menanam

tanaman-tanaman yang laku di pasaran. 2

Masyarakat petani pada awal hanya bercocok tanam dan berternaak yang untuk

mencukupi kebutuhan sehari-hari atau subsisten-pada perkembangan berikutnya sejalan

dengan perubahan kehidupan masyarakat yang bercorak perdagangan, berangsur-angsur

berubah menjadi kegiatan yang dijualbelikan. Corak kegiatan ini dianggap sebagai cikal-

1 http://teknologi.kompasiana.com/terapan/2010/11/02/konsep-inovasi-teknologi-312613.html

2 Rahadjo. pengantar sosiolog pedesaan dan pertanian. Yogyakarta: Gadjah mada University press, 2010,

hlm 63

Page 13: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/7018/9/2013-2-69201-281409007-bab4...BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1. Gambaran Umum Hasil Penelitian

bakal usaha tani, yang meskipun diusahakan oleh rumah tangga, tetapi hasil panenan untuk

dijualbelikan.

Di dalam bidang pertanian alat dan mesin budidaya pertanian, mempelajari

penggunaan, pemeliharaan , pengembangan alat dan mesin budidaya pertanian yang

mencakup prinsip teknologi dan daya serta penerapannya dalam kegiatan pertanian.

4.3.3. Sebelum Menggunakan Teknolgi Pertanian

Sebelum menggunakan teknologi pertanian masyarakat desa kopi menggunakan

alat-alat tradisional seperti, parang di jadikan alat untuk memotong rumput yang ber ada di

sawah, cangkul unruk mebersihkan rumput juga, ani-ani (alat untuk memotong padi), dalam

proes pengolahan sawah masyarakat desa kopi menggunakan sapi sebagai alat untuk

mengolah sawah dan ladang mereka, alat-alat yang di gunakan dalam proses pengolahan

sawah seperti pajeko (alat untuk menggali tanah), sisir piso (lotari), kemudian alat untuk

mengolah hasil gabah kering mereka menggunakan dengan cara membanting padi atau

gabah yang baru di potong, sehingga menjadi padi, dan kemudian seteleh menjadi padi

ereka mengolah kembali menadi beras dengan cara di pukul ke lesung (tempat untuk

menumbu padi) sehingga menjadi beras, kemudian masyrakan desa kopi dulunya ketikan

menanam padi dengan cara gotong royong ( dalam bahasa Bintauna Motiayo). Sebelumnya

masyarakat kopi dulunya mereka menyimpan stok padi mereka untuk keperluan mendadak.

“…Kalu dulu nda ada ini traktor deng nda ada ini alat-alat yang canggi dulu

torang ba karja sawa masi mo pake sapi mo ba ola ini torang pe sawa, baru kalu

mo ba potong padi torang pake sabit dan peda deng kalu so selesai biasa torang

Page 14: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/7018/9/2013-2-69201-281409007-bab4...BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1. Gambaran Umum Hasil Penelitian

jaga banting di kayu atau mo tumbu di kayu lesung, baru kalu dulu lagi torang pe

padi masi boleh torang mo dapa simpang…” (wawancara pada tanggal 02-04-

2013 dengan informan on).

Maksud dari bapak on”,

Kalau dulunya tidak ada tarktor dan juga tidak ada alat-alat canggi, dulu

kami bekerja sawah masih menggunakan sapi untuk mengolah sawah kami, kalau

alat untuk memotong padi kami menggunakan sabit dan parang untuk memotong

padi setelah ini padi di potong dengan sabit lalu di pukul ke dalam lesung (kayu

yang di gunakan untuk menumbu padi), kemudian mereka ketika masa panen tiba

mereka dapat menyimpan padi yang lain, untuk memenuhi kebutuhan yang

mendatang.

Dari penjelasan informan bapak on, menunjukan bahwa dulunya masyarakat yang

berada di desa kopi, dulunya masih menggunakan sapi untuk di jadikan sebagai alat untuk

mengolah lahan pertanian mereka, kemudian sabit untuk di gunakan sebagai alat memotong

padi, rumput dan lain sebagainya yang masih sangat radisional dalam mengelolah lahan

pertanian mereka.

4.3.4. Sesudah Menggunakan Teknologi Pertanian

Sesudah menggunakan teknologi pertanian masyarakat desa kopi menggunakan

teknologi pertanian seperti traktor sebagai pengganti sapi untuk menggarap lahan pertanian

mereka, mesin deros untuk mengolah gabah kering yang baru di potong, mesin penggiling

Page 15: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/7018/9/2013-2-69201-281409007-bab4...BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1. Gambaran Umum Hasil Penelitian

padi (dalam bahasa Bintauna Gilingan) alat untuk mengolah padi menjadi beras, kemudian

penghasilah sebelum menggunakan teknologi pertanian dikatakan masih rendah, tetapi

ketika menggunakan teknologi pertanian pengahasilan masyarakat petani meningkat dari si

pemilik traktor dan si joki (orang yang membawa traktor).

“…Kalu patorang di sini depe masyarakat skarang dorang ba pake traktor mo ba

olah akan dorang pe sawah deng mo ba angka akang padi dorang gandeng di

gerobak, baru kalu mo ba potong akang rumput dorang pake mesin paras, deng

kalu so selesai ba potong padi dorang mo pake doros, dorang juga mo pake pupuk,

biasa dorang pake urea, basmilang deng yang laeng, skarang depa masyarakat dari

dorang dulunya torang pe penghasilan masih serba bekecukupan, tapi skarang dari

depe ba bawa trktor deng depe tuang traktor dorang mo sewa dengan harga yang

sesuai deng depe kemampuan orang yang mo ba suru ba buka lahan sawah atau

dorang pe ladang, cuman kalu ini terektor kua kalu depe karja lagi copat kua, beda

deng sapi yang masih mo ba tunggu lama kalu mo ba oleh ini sawa…” (wawancara

pada tanggal 04-04-13, dengan informan bapak Ma’aruf).

Maksud dari bapak ma’aruf “

Kalau masyarakat yang berada di desa kopi ini mereka sekarang

menggunakan teknologi moderen seperti traktor sebagai alat untuk mengolah lahan

pertanian mereka, ketika kami menggangkat padi kami menggunakan traktor untuk

di gandeng di gerobak sehingga padi bisa di angkat melalui gerobak, mesin

pemotong rumput (mesin paras), kemudian kalau untuk mesin penghasil padi, kami

menggunakan deros untuk mengolah gabah kering yang baru di panen, selanjutnya

Page 16: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/7018/9/2013-2-69201-281409007-bab4...BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1. Gambaran Umum Hasil Penelitian

kami juga dalam setiap perawatan padi kami menggunakan zat-zat kimia seperti

pupuk, racun untuk hama padi, jadi dari penggunaan ini teknologi di sisi lain

memberikan kemudahan bagi masyarakat petani dalam mengolah lahan pertanian

mereka.

Dari penjelasan bapak ma’aruf di atas, ketika menggunakan teknologi pertanian bisa

meringankan pekerjaan masyarakat petani dalam mengolah sawah mereka. Masyarakat

yang sebelum menggunakan terknlogi pertanian, sebelumnya penghasilan dari masyarakat

petani hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarganya sangatlah perkecukupan tapi

sekarang ketika masyarakat menggunakan teknologi pertanian masyarakat bisa mengambil

keuntungan dari penggunaan teknologi pertanian, kemudian juga tingkat produksi dan hasil

produksi meningkat di bandingkan dengan yang sebelumnya.

4.3.5. Kemampuan Petani Menggunakan Teknologi Pertanian.

Secara umum penggunaan teknologi pertanian sangatlah di butuhkan dalam hal ini

untuk keperluan masyarakat petani, pada kondisi masyarakat saat ini sangatlah di perlukan

keahlian seseorang dalam menggunakan teknologi pertanian, agar dalam setiap penggunaan

teknologi dan penerapannya tepat sasaran dalam meningkatkan produktifitas petani,

masyarakat petani memang sangat perlu memanfaatkan kemajuan dari penerapan teknologi

pertanian, sehingga masyarakat petani mampu menggunakan alat-alat teknologi pertanian.

Page 17: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/7018/9/2013-2-69201-281409007-bab4...BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1. Gambaran Umum Hasil Penelitian

Masyarat petani yang telah menggunakan teknologi pertanian dan sitem pertanian

modern, kerangka wawasan lebih tepat adalah prespeksi matralisme. Dalam prespeksi ini,

sistem produksi pertanian yang telah kompleks, dengan teknologi modern dan oreitasinya

pada keuntungan di lihat sebagai dasar yang menentukan bagi corak kehidupan masyarakat

desa/petani.3

Teknologi baru yang diterapkan dalam bidang pertanian selalu dimaksudkan untuk

menaikkan produktivitas, apakah ia produktivitas tanah, modal atau tenaga kerja. Seperti

halnya traktor lebih produktif dari pada cangkul, pupuk buatan lebih produktif dari pada

pupuk hijau dan pupuk kandang, menanam padi dengan baris lebih produktif dari pada

menanamnya tidak teratur.

Berbicara kemampuan dalam pemanfaatan serta penggunaan teknologi sangatlah di

perlukan untuk mengolah lahan pertanian serta perkebunan mereka, kemudian teknologi

yang juga sebagai sarana transportasi (di pakai dengan gerobak). teknologi baru hendaknya

lebih unggul dari sebelumnya, mudah digunakan, dan memberikan resiko yang besar jika

diterapkan.

teknologi merupakan salah satu syarat mutlak pembangunan pertanian.

Suatu teknologi atau ide baru akan diterima oleh petani jika memberi keuntungan

ekonomi bila teknologi tersebut diterapkan teknologi tersebut sesuai dengan lingkungan

budaya setempat, kesesuai dengan lingkungan fisik, teknologi tersebut memiliki

3 Rahadjo. pengantar sosiolog pedesaan dan pertanian. Yogyakarta: Gadjah mada University press, 2010,

hlm 128

Page 18: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/7018/9/2013-2-69201-281409007-bab4...BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1. Gambaran Umum Hasil Penelitian

kemudahan jika diterapkan, penghematan tenaga kerja dan waktu dan tidak memerlukan

biaya yang besar jika teknologi tersebut diterapkan, ini karena munculnya ilmu

pengetahuan dan teknologi dan kemajuan intelek manusia, mesin pertanian sekarang

banyak digunakan di lahan pertanian yang luas. Nenek moyang kita digunakan untuk

sampai tanah dengan membuat peralatan dari batu, tongkat dan bahan asli lain. Produksi

masih besar, tetapi tenaga kerja manual benar-benar diperlukan. Akan tetapi sekarang ini

penggunaan teknologi pertanian memiliki kenyamanan dicapai dan produksi lebih cepat di

industri pertanian adalah hasil dari banyak penemuan yang digunakan. Dengan hanya

menggunakan kontrol, tanah digarap dan mudah dibajak, benih yang ditanam dan pertanian

menjadi lebih mudah.

Dalam setiap penggunaan teknologi pertanian alat penggrap sawah seperti traktor,

deros, dan alat-alat pertanian lainya, yang bisa memberikan kemudahan bagi para petani

untuk mengolah dan menghasikan panen padi yang lebih dari sebelumnya. Hal ini seperti

yang terjadi pada masyarakat desa kopi, dalam setip penggunaan traktor, pastinya

memerlukan keahlian untuk menggunakanya, dari awal proses penggarapan sawah

sangtlah perlu menggunakan teknoloi pertnian ketika megolah sawah dan ladang untuk

meningkatkan produksi hasil panen. Kemudian pada masyarakat kopi ini apakah

masyarakat mampu menggunakan teknologi pertanian selengkapnya sebagai berikut :

Informan “On” mengatakan :

Di desa kopi ini de, kalu biasa depe masyarakat disini mo ba karja sawa, biasa

dorang mo ba pake traktor mo ba olah dorang p sawah deng kalu untuk mo panen

Page 19: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/7018/9/2013-2-69201-281409007-bab4...BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1. Gambaran Umum Hasil Penelitian

padi biasa dorang mo ba pake poronto, kalu so selesai ba poronto baru dorang mo

bawa di gilingan padi.

Wawancara, 02-04-2013).

Maksud dari bapak On :

“…Di desa kopi ini, biasanya masyarakat menggunakan alat-alat traktor untuk

mengolah sawah, dan gambah diolah menggunakan mesin deros, lalu mereka

membawa hasil panen mereka ke tempat penggilingan padi.

Dari wawancara informan bapak On di atas dapat di simpulkan, masyarakat yang

berada di desa kopi bisa di katakan mampu menggunakan teknologi pertanian seperti

traktor, mesin pengolah gabah kering (deros) dan lain sebaginya, artinya masyarakat kopi

sudah bisa menggunakan teknologi pertanian.

Informan “Sumitro” Mengatakan :

“…Biasa kalu torang ba terektor ini harus motau bagi mana depe cara mo ba bawa

ini terektor deng mo ba poronto, supaya torang nda mo tasala ba bawa ini traktor,

tasala ba bawa mo cilaka kua, paling cuman traktor mo kase maling tuang, cuman

kalu di desa kopi ini so banyak yang ba tau ba bawa traktor deng mo ba bawa

mesin poronto...” ( Wawancara, 02-04-2013).

Maksud dari bapak Sumitro :

Page 20: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/7018/9/2013-2-69201-281409007-bab4...BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1. Gambaran Umum Hasil Penelitian

“…biasanya kami dalam menggunakan traktor ini harus dibutuhkan keahlian

seseorang dalam menggunakan alat traktor, alat deros , dan lain sebagiya, karna

kalau kami salah menggunakan ini trakor maka besar resiko yang akan terjadi, di

desa kami ini Sudah banyak yang mengunakan traktor dan deros, alat untuk

menggarap sawah dan melakukan pemanenan padi.

Berdasarkan penuturan dari informan bapak Sumitro di atas disimpulkan,

peggunaan teknologi pertanian sangatlah di butuhkan, apalagi berbicara tentang

kemampuan seseorang dalam menggunakannya alat –alat traktor deros dan lain sebagainya,

kemudian di desa kopi juga ternyata masyarakatnya sebagian yang bisa menggunakan alat-

alat traktor, mesin deros dan alat-alat pertanian lain, teknologi pertanian ini sangatlah

berperan penting untunk meningkatkan produktifitas dan penghasilan.

Informan “Asri” Mengatakan :

“…di desa kopi ini kita sebagai masyarakat petani sawah harus tau bagi mana

depe cara mo ba bawa deng mo b usaha akang ini traktor deng deros deng yang

laeng lagi. Supaya mo ba bantu torang p kebutuhan sehari hari, karna kalu torang

tau ba bawa itu traktor deng doros Biasa dorang truang tana yang mo suru buka

depe sawa mo bayar…”

(Wawancara, 02-04-2013).

Maksud dari bapak Asri :

Page 21: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/7018/9/2013-2-69201-281409007-bab4...BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1. Gambaran Umum Hasil Penelitian

“…di desa kopi ini kita sebagai masyarakat petani sawah, seharusnya kita

mengetahui bagai mana cara menggunkan alat traktor, deros dan alat-alat pertanian

lainnya, karena kalau kami bisa menggunakan traktor, deros, dan alat-alat pertanian,

biasanya si pemilik sawah akan membayar atau menyewa orang yang tau membawa

dan menggunakan traktor tersebut.

Dari penjelasan informan bapak Asri di atas di simpulkan, bahwa penggunaan

teknologi pertanian memang sangat di butuhkan dan di perlukan apalagi dengan kondisi

masyarakat petani sekarang ini yang lahan pertaniannya begitu bagus untuk di jadikan

sebagain penghasil pertanian. Kemudian dengan hadirnya teknologi pertanian bisa

mempermudah cara kerja masyakat petani untuk mengolah lahan pertanian mereka.

Informan “Ma’ruf” mengatakan :

“…bacirita kemampuan orang kalu mo ba bawa terektor ini biar orang nyanda

skolah, mo tau bagi mana mo ba bawa traktor dng mo ba poronto, bagimana mo

nintau di desa kopi ini, masarakat di desa kopi ini sebagian besar masyarakat

petani jadi depe masyarakat di sini kalu ada orang yang tau mo ba bawa traktor

deng mo ba poronto padi, dorang mo ba tanya deng mo balia. Kalu so hari hari

balia deng batanya ini no somo jadi tau apa lagi mo langsung praktek di sawah…”

(Wawancara, 04-04-2013).

Maksud dari bapak Ma’ruf :

“…berbicara kemampun seseorang dalam menggunakan teknologi pertanian

(Traktor), masyarakat petani yang berada di desa kopi ini, biar tidak sekolah mereka

Page 22: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/7018/9/2013-2-69201-281409007-bab4...BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1. Gambaran Umum Hasil Penelitian

bisa menggunakan traktor dan mesin deros, biasaya mereka kalau melihat ada orang

yang membawa traktor dan mesin deros mereka mau bertanya bagai mana cara

mengunakan alat traktor tersebut, sehingga lama kelamaan ketika mereka bertanya

dan selalu melihat cara mengunakannya maka lama kelamaan menjadi tau dalam

menggunakan teknologi pertanian tersebut.

Dari hasil penuturan informan bapak Ma’ruf di atas dapat di simpulkan, Dalam

setiap penggunan terektor, mesin deros dan alat-alat pertanian, masyarakat yang ber ada di

desa kopi ternyata mampu menyesuaikan terhadap kondisi yang ber ada di desa, artinya

masyarakat mau belajar untuk bagaimana cara menggunakan traktor tersebut selain itu,

teknologi pertanian cenderung memberikan solusi dan juga kemudahan bagi masyarakat

petani dalam setiap penggunaannya.

Informan “Darmawan” mengatakan :

“…depe cara ba joki traktor deng deros ini, pasti perlu mo pake joki kalu mo ba

bawa ini alat-alat traktor deng dros ini, di desa kopi ini kebanyakan kalu mo ba

pake traktor dorang mo ba olah akang sawah dng mo ba angka akang kalapa jadi,

kalu dulu torang mo bapake sapi mo ba angka akang padi, kalapa, deng kopra

skarang so ba pake traktor mo ba angka akang itu padi deng kalapa, so lebe canggi

ini teknologi no…” Wawancara, 05-04-2013).

Maksud dari bapak Darmawan :

“…penggunaan teknologi pertanian ini pasti sangat memerlukan tenga ahli dalam

ngoprasikannya alat-alat traktor dan deros ini, di desa kopi ini biasanya masyarakat

Page 23: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/7018/9/2013-2-69201-281409007-bab4...BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1. Gambaran Umum Hasil Penelitian

petani memakai teraktor untuk mengolah sawah dan ladang mereka dan kemudian

selain ini alat traktor ter sebut di gunakan untuk mengangkat padi, kelapa dan lain

sebaginya, teknologi sangat canggih…” .

Berdasarkan penjelasan dari informan bapak Darmawan di atas maka dapat di

simpulkan, penggunaan teknologi memang sangat membantu masayarakat petani untuk

mengolah sawah dan ladang mereka, seperti yang di utarakan oleh darmawan petani yang

berada di desa kopi menggunakan traktor untuk mengangkat padi kelapa dan lain

sebagainya, ini jelas sangat mempermudah dan meringankan cara kerja masyarakat petani

yang berada di desa kopi. Karena masyarakat sudah menggunakan traktor untuk di gunakan

dalam setiap melakukan prosuksi maupun hasil produksi pertanian.

Informan “Daud” mengatakan :

“…Petani sawa deng ladang memang sangat perlu skali mo ba pake traktor deng

mesin poronto, apalagi mo ba olah akang sawa memang sangat membantu skali,

cuman harus ada depe joki yang mo ba bawa ini traktor. Mar di desa kopi ini ada

banya joki yang tau ba bawa traktor deng deros ini, dorang mo ba olah sawah deng

mo dros biasanya dorang kalu traktor 2 orang joki mo baku ganti ba bawa kalu 1

so lala ba bawa baru yang satu bag anti yang so lala ini…” (Wawancara, 05-04-

2013).

Maksud dari bapak Daud :

“petani sawah dan ladang memang sangat perlu menggunakan teknologi pertanian

(traktor dan mesin deros), apalagi dalam mengolah sawah sangat membantu selaki

Page 24: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/7018/9/2013-2-69201-281409007-bab4...BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1. Gambaran Umum Hasil Penelitian

dalam mengolah sawah. Cuman harus ada tenaga ahli dalam menggunakan alat-alat

traktor dan mesin deros ini, di desa kopi ini yang biasa menggunakan traktor dan

mesin deros ini ada banyak, dalam setiap pengolahan sawah biasa tenaga ahli untuk

menggolah sawah biasanya ada dua orang, ketika salah satu udah kecapean

membawa traktor tadi maka yang satunya lagi gentian dengan yang cape tadi.

Dari penuturan informan bapak Daud di atas dapat di simpulkan, petani sawah dan

ladang sangatlah memerlukan teknologi pertanian untuk menggarap lahan sawah dan kebun

mereka, dari pertama mengolah lahan pertanian harus memerlukan kemampuan untuk

membawa traktor, deros dan alat pertanian lainnya, karena di sisilain bisa membantu

meringankan pekerjaan masyarakat petani, di desa kopi misalnya sebagian besar

masyarakat kopi mau menggunakan teknologi pertanian (taktor), (deros), untuk mengolah

dan menghasilkan panen gabah kering.

Informan “Santy” mengatakan :

“…masyarakat kopi ini de, kalu mo liat depe cara karaja traktor deng doros, di

desa kopi ini perlu skali itu joki mo ba bawa itu traktor deng deros. Apalagi kalu

mo ba buka sawah dng mo ba poronto padi, musti ada tenaga joki yang mo ba buka

sawa, mar kalu di desa ini depe masyarakat so banya yang tau de ba bawa ini

traktor...” (Wawancara, 06-05-2013).

Maksud dari Ibu Santy :

Page 25: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/7018/9/2013-2-69201-281409007-bab4...BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1. Gambaran Umum Hasil Penelitian

“…masyarakat desa kopi de, dilihat dari penggunaan teknologi pertanian (Traktor,

Deros), di desa kopi ini perlu skali tenaga ahli yang mengetahui cara

penggunaannya, apa bila dalam mengolah sawa dengan deros padi harus ada yang

namanya tenaga ahli untuk membuka sawah dan ladang. Kalau di desa kopi ini

masyarakatnya sebagian besar udah bisa menggunakan traktor.

Dari penjelasan informan ibu Santy di atas di simpulkan, masyarakat yang berada

di desa dilihat dari penggunan teknolgi pertanian (traktor dan deros), sangat perlu sekali

dalam memproduksikan hasil pengolahan sawah dan poduksi hasil panen sehingga

masyarakat dari segi pengahasilan meningkat, kemudian sangat di perlukan tenga ahli

dalam melakukan proses pengarapan sawah dan paska panen.

Informan “Muslimin” mengatakan :

“…kalu mo ba bajeko deng mo ba lotari sawah, dorang ba pake traktor deng

pajeko, mo ba ola dorang p sawa jadi, ini traktor sangat membantu skali, kalu kita

pribadi bisa mo ba bawa tarktor cuman, depe siksa ini mo dapa injang keong

kua…” (Wawancara,07-05-2013).

Maksud dari bapak Muslimin:

“…dalam setiap melakukan penggarapan lahan pertanian, biasanya masyarakat

yang berada di desa ini, mereka menggunakan traktor sebagai alat untuk megolah

sawah, Traktor ini sangat membantu masyarakat petani, kalau saya pribadi Bisa

Page 26: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/7018/9/2013-2-69201-281409007-bab4...BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1. Gambaran Umum Hasil Penelitian

menggunakan traktor (membawah traktor), cuman biasa kalau dalam melakukan

pembajakan sering terinjak keong.

Dari penuturan informan bapak muslimin di atas, masyarakat yang berada di desa

kopi mengguakan trakor untuk menggarap sawah dan ladang mereka untuk meringankan

pekerjaaan mereka. dalam setiap penggunaan traktor memerlukan keahlian dalam

menggunkannya sehingga hasil produksi pertanian meningkat.

Dari hasil wawancara di atas dapat di simpulkan bahwa masyarakat petani yang ber

ada di desa kopi mampu menggunakan teknologi pernanian (traktor dan deros dan alat-alat

teknolgi pertanian lainya), sebagai alat untuk menggarap lahan pertanian mereka, untuk

mengolah hasil padi yang mereka panen, traktor merupakan alat yang sangat membantu

bagi para petani sawah dan ladang, karena alat traktor tersebut bisa di gunakan dalam

berbagai medan mau di medan sawah becek maupan di ladang yang kondisi tanahnya

begitu sulit untuk di lewati oleh traktor, kemudian itu masyarakat ternyata meskipun tidak

Sampai tamat sekolah dan tanpa sosialisasi penyuluhan pertanian, mereka bisa

menyesuaikan dengan kondisi yang ada di desa setempat, cuman di sisi lain setiap pemahan

orang berbeda beda jadi tergantung dari bagaimana cara seseorang mau belajar atau tidak.

Page 27: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/7018/9/2013-2-69201-281409007-bab4...BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1. Gambaran Umum Hasil Penelitian

4.3.6. Penggunaan Teknologi Pertanian Meningkatkan Taraf Hidup Masyarakat

Petani.

Pertanian merupakan bidang yang sangat penting untuk menunjang kehidupan umat

manusia, sedangkan teknologi diperlukan selama budidaya, penanganan pasca panen, dan

pengolahan hasil pertanian. Untuk meningkatkan daya saing di mata konsumen dan laba

dari produk-produk pertanian, teknologi juga diperlukan selama distribusi dan penjualan.

Pertanian tanaman pangan dan hortikultura merupakan salah satu sub sector yang

menjadi salah satu prioritas pengembangan yang diharapkan dapat meningkatkan

pertumbuhan ekonomi. Kawasan bidang pertanian yang ada sebagian besar diusahakan oleh

masyarakat. Mereka menanam sejumlah komoditas utama, seperti padi sawah, jagung dan

lain-lainnya. Pengunaan teknologi di bidang pertanian memang sangatlah di perlukan untuk

membantu meningkatkan produktifitas dan hasil panen, selain itu juga teknologi dapat di

gunakan utuk keperluan masyarakat petani, cuman perlu di ketahui bersama bahwa dalam

penggunaan tekologi ini harus benar-benar mengetahui penggunaan dan cara kerjanya,

sehingga dalam proses penggarapan lahan tidak mengalami hambatan dalam proses

penggarapan lahan persawahan.

Pertanian memang karakteristik pokok dari umumnya desa-desa yang ada di dunia

ini. Di lihat dari eksistensinya, desa merupaka fenomena yang muncul dengan di mulai di

kenalnya dengan bercocok tanam di dunian ini. Dengan mengingat pentinggnya faktor

pertanian bagi keberadaan desa.

Page 28: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/7018/9/2013-2-69201-281409007-bab4...BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1. Gambaran Umum Hasil Penelitian

Besarnya peranan pertanian di indonesia memberikan motivasi pedesaan yang

memiliki lahan pertanaian yang dapat di jadikan sebagai sumber produksi, oleh karena itu

merka berupaya dengan berbagai cara untuk memenuhi lahan pertanian baik yang ada di

wilah tempat tinggalnya maupun di luar desanya. Dengan dimilikinya lahan pertanian

tersebut, masyarakat desa akan membiyayai kebutuhan hidup bagi keluarganya. Masyarakat

agraris yang khidupannya tergantung pada tanah sebagai sarana produksi, pada dasarnya

belum melahirkan lapangan kerja yang besar variasinya, hampir semua keahlian yang di

perlukan untuk mengolah tanah sebagai sarana produksi pertanian.

Teknologi yang diperlukan adalah cara budidaya dan bertani secara berkelanjutan

dilakukan dengan baik, penanganan hasil panen yang baik, pengolahan/pasca panen dan

membangun sistem distribusi yang baik. Indikasi atau ukuran keberhasilan pelaksanaan

teknologi tersebut adalah standar terhadap produk pertaniannya. Sector ekonomi pedesaan

akan lebih meningkat atau mengalami perubahan, sebagian besar petani di dalam

mengembangkan usahanya dengan cara melihat petani lain yang telah berhasil mereka

sangat berhati-hati dalam menerapkan inovasi baru karena mereka sangat takut dengan

resiko gagal. Sebagian besar petani di desa kopi masih berpendidikan tidak tamat SD, SMP

dan SMA, dalam melakukan keterampilan masyarakat yang berada di desa kopi dalam

bercocok tanam , mereka peroleh dari orang tuanya serta pengalaman yang di peroleh dari

usahataninya.

Page 29: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/7018/9/2013-2-69201-281409007-bab4...BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1. Gambaran Umum Hasil Penelitian

Hal ini seperti terjadi pada masyarakat yang berada di Desa Kopi dari segi

penggunaan alat-alat traktor, deros dan alat-alat pertanian lainnya, yang cara kerja dari

alat-alat tersebut memerlukan tenaga ahli untuk mengoperasikannya, kemudian masyarakat

yang berada di desa kopi ini di lihat dari penggunaan teknologi pertanian apakah bisa

meningkatkan taraf hidup masyarakat petani selengkapnya berdasarkan hasil wawancara

sebagi berikut :

Informan “On” mengatakan :

“kalu di sini depe masyarakat banya yang ba pake trektor, karna kenapa dorang

mo pake mo ba karja akang sawa deng traktor ini depe guna banya kua,kalu dulu

torang pe penghasilan mo ba olah sawah dari mo ba garap sampe depe hasil masi

paspasan dari depe biyaya perawatan padi sampe depe buah masi torang pake

dengan cara tradisional yang cuman apa adanya, torang p alasan ba pake traktor

deng alat-alat teknologi petanian ini dari ba anka kalapa, ba angka padi, milu

banya depe guna kua ini trektor, kalu qt kua cuman pux sawa, biasa kita jaga ba

sewa pa tukang joki trektor mo suru buka akang kita pe sawa mo ba tanam padi kan

qt jadi, mo sewa no ni orang ba bawa trektor. Mo ba bayar pa dorang sampe

dengan Rp.15000 per petak itu, kita kurang tau mo ba tanam padi.

(wawancara, 02-04-2013).

Maksud dari bapak on :

“…kalau untuk masyarakat di sini banyak yang menggunakan teknologi pertanian

(Traktor), karena kenapa mereka menggunkan traktor, karna mereka mengunakan

traktor untuk bekerja di sawah mereka , dan ini traktor gunanya banyak dari

mengangkut kelapa, menggangkut milu, padi, kalau saya cuman punya sawa,

Page 30: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/7018/9/2013-2-69201-281409007-bab4...BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1. Gambaran Umum Hasil Penelitian

biasanya saya menyewa orang yang tau menggunakan tarktor untuk membuka lahan

pertanian saya untuk menanam padi, dan biaya upah yang di kasih Rp.17500 per

petak. Saya kurang tau ba tanam padi.

Dari hasil penuturan informan bapak On di atas dapat di simpulkan bahwa,

penggunaan teknologi pertanian sangatlah membantu masyarakat petani, terutama

masyarakat yang mempunyai traktor dan orang yang membawa traktor atau tenaga ahli, di

sisi lain saling menguntungkan antara masyarakat petani yang pemilik sawah dengan

pemilik traktor, kalau pemilik sawah, sawah yang di garap oleh si orang yang membawa

traktor atau tenaga ahli tadi, sawahnya bisa di gunakan unruk menanam padi, tetapi juga si

pemilik traktor atau orang yang mengetahui cara penggunaan traktor ini menerima sewah

atau upah dari pekerjaannya.

Informan “Sumitro” Mengatakan :

“…kalu kita sih traktor, dros dng yang alat alat yang laeng ini membantu

masyarakat petani, kalu traktor depe guna mo karja akang sawa, kalu ini dros mo

ba pronto akang padi, pokonya membantu skali, kalu mo ba buka sawa, kebetulan

lagi ini orang yang nda ada traktor, pokonya mau dng nda mau harus mo ba sewa

orang mo ba karja itu sawa, kalu nda huuu mo manahang kasiang… nda ba buka

sawa no, otomatis nda mo makan baras baru, jadi biasa kalu torang mo ba bayar

orang mo ba sewa orang yang mo ba bawa trektor ni Rp.17500, per pangempang ,

pokonya so tinggal mo tana padi itu…” ( Wawancara, 02-04-2013)

Maksud Dari bapak Sumitro :

Page 31: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/7018/9/2013-2-69201-281409007-bab4...BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1. Gambaran Umum Hasil Penelitian

“…kalau untuk saya sih taktor, deros dan alat-alat yang lain, sangat membantu

masyarakat petani, kalau tarktor gunanya untuk mengolah sawah, kalau dros

digunakan untuk melakukan pemanenan gabah (padi), sangat membantu skali, kali

mo ba buka sawa, kebetulan lagi ini orang yang nda ada traktor, poknya kalau tidak

mau maka akan menahan, tidak membuka sawah,tidak akan makan beras baru. Jadi

biasanya kalau menyewa orang untuk melakukan pebajakan sawah dengan harga

per petak Rp.17500, pemilik swah tinggal menanm padi kembali.

Penuturan dari Informan bapak Sumitro di atas dapat di simpulkan, penggunaan

teknologi pertanian, atau alat penggarap sawah (traktor), mesin penghasil padi (deros) dan

lain sebaginya, dari kesemua itu dalam setiap penggunaannya pasiti di perlukan tenaga ahli,

untuk mengoperasikan alat tersebut. jadi di sisi lain si tenaga ahli ini di bayar oleh sang

pemilik tanah atau sawah yang mau dibuka lahan garapannya dengan cara di sewa dalam

setiap melakukan penggarpan sawah tersebut, maka gaji yang di berikan kepada tenaga ahli

tersebut sebesar Rp.17500 per perpetak. Ini menunjukan bahwa petani yang menggunakan

teknologi modern sangat lah membantu meringankan beban ekonomi masyarkat petani.

Informan “Asri” Mengatakan :

“…kalu kita tau ba joki biasa dalam 1 hari karja torang mo dapa karja itu sawah

sampe 2 atau 3 pangempang perhari, jadi dari mulai ba pajeko sampe deng ba

lotari itu, depe ongkos bayar biasa dari Rp.17500- Rp.20000 tergantung torang p

pembicaraan deng tuang tanah...” (Wawancara, 02-04-2013).

Page 32: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/7018/9/2013-2-69201-281409007-bab4...BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1. Gambaran Umum Hasil Penelitian

Maksud dari bapak asri :

“…kalau untuk saya, saya tau mengunakan trektor, biasanya dalam sehari kami

melakukan proses pembajakan sawah sampai 2 atau 4 petak perhari, jadi dari mulai

membajak sampai melakukan proses lotari, biasa ongkos sewa yang di bayar oleh

sang pemilik tanah Rp. 17500- Rp.20000 tergantung dari pembicaraan dengan

pemilik sawah.

Dari penuturan informan bapak Asri diatas dapat di simpulkan, dalam setiap

melakukan pengolahan hasil garapan sawah, seseorang yang tau menggunakan traktor di

bayar oleh pemilik sawah dengan bayaran Rp.17500- Rp.20000, ini menunjukan bahwa

teknologi pertanian sangat membantu masyarakat dalam hal mengolah dan mengghasilkan

nilai ekonomi yang sangat membantu masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Informan “Ma’ruf” mengatakan :

“…biasa juga kalu torang mo ba pajeko deng ba lotari sawa, kalu ini tuang tanah

nda mampu mo ba bayar depe sewa, dorang mo bialng p torang baku bahagi pece

jo, jadi cuman yang orang ba bawa deng yang depe tuang traktor ini yang mo ba isi

Solar mo ba garap akang sawah. Baru komang kalu untuk mo ba dros padi torang

mo baku bahagi belek, baku bahagi tujuh,sampe k tuju maso p tuang dros…”

(waancara, 04-04-2013).

Maksud dari bapak ma’ruf :

“…biasanya kalau kami melakukan pembajakan sawah, biasa sang pemilik tanah

kalau tidak mampu untuk menyewa orang kerja atau tenaga ahli, mereka mau

Page 33: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/7018/9/2013-2-69201-281409007-bab4...BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1. Gambaran Umum Hasil Penelitian

membagi dua hasil, (bahagi pece) dengan kami, jadi hanya orang yang membawa

traktor atau tenaga ahli dan pemilik traktor yang membeli solar untuk mengggarap

sawah tadi, kemudian kalau untuk mesin deros padi mereke menyewa dengan padi,

biasanya baku bahagi tujuh belek, yang ketujuh masuk ke tuang deros.

Penuturan informan bapak Ma’ruf di atas di simpulkan, bahawa setiap proses

penggarapan lahan pertanian, biasanya sang pemilik tanah yang tidak mammpu menyewa

dengan uang, maka si pemilik tanah yang akan di garap ini melakukan pembicaraaan

dengan si pemilik traktor atau orang yang membawa traktor, setelah melakukan

pembicaraan maka dalam perjajian tersebut mereka sepakat untuk melakukan pembahagian

hasil dengan cara bagi dua, begitu juga kalau dalam setiap proses melakukan pemanenan

gabah mereka menyewa deros, dengan menggunakan padi sebagai sewa atau upah,

biasanya dalam pembagian upah dilakukan dengan pembagian bagi tujuh, yang ke tujunya

masuk sama si pemilik deros. Dari sini jelas bahwa traktor deros sangatlah membantu

masyarakat untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Informan “Darmawan” menyatakan :

“… ini teknologi pertanian so b bantu sakali, kalu torang dulu mo ba karja sawa ini

mo ba pake sapi mo ba pajeko akang sawa ini, tapi skrang so modern so ada ini

trakor, deros deng alat-alat yang laeng, dulu kalu torang mo ba pajeko sawah

cuman 2-3 pangempang yang mo dapa pajeko di satu hari, karna apa mo pake

Page 34: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/7018/9/2013-2-69201-281409007-bab4...BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1. Gambaran Umum Hasil Penelitian

tenaga sapi ini kasiang, mar kalu torang pake traktor biasa itu 1 hari mo dapa

sampe 3-5 pangempang, jadi ini terektor depe karja copat baru komang kalu ada

depe untung lagi, biasa kalu dorang mo suruh ba buka dorang p sawah dorang mo

bayar…” (Wawancara, 05-04-2013).

Maksud dari bapak Darmawan :

“…teknologi pertanian ini sangatlah membantu sekali, kalau dulu kami melakukan

penggarapan sawah menggunakan sapi sebagai alat untuk mengggarap sawah, tapi

sekarang hadir berbagai macam alat-alat prttanian modern (taktor, deros dan alat-

alat pertanian lainnya) , kalau dulu dlam melakukan pembajakan sawah biasanya

cuman 2-3 petek yang bisa terselesaikan dalam 1 hari, tapi sekarang ini sudah ada

teknologi modern, kalau dalam pengunaan traktor biasanya kami dalam sehari bisa

menggarap sawah sampai 3-5 petak. Jadi cara kerja dari traktor ini sangatlah cepat,

kemudian di sisi lain ada kentungan , biasanya kalu ada petani yang mau membuka

lahan pertanian merek merka menyewa orang karja untuk menggarap lahan

pertanian mereka…”

Penuturan informan bapak Darmawan di atas dapat di simpulkan, kalau dulu

masyarakat petani masih tradisional dalam melakukan penggarapan sawah dan ladang,

mereka masi menggunakan sapi sebagai alat untuk menggarap sawah dan ladang mereka

tapi seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, masyarakat mulai mengenal

yang namanya teknologi petanian, dan bahkan masyarakat mampu mengoprasikan

Page 35: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/7018/9/2013-2-69201-281409007-bab4...BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1. Gambaran Umum Hasil Penelitian

teknologi pertanian, seperti alat untuk meggarap sawah (Traktor), mesin penghasil padi

(deros) dan alat-alat pertanian lainnya.

Informan “Daud” mengatakan :

“…kalau kita pribadi sih, ini taraktor dng mesin deros padi ini sangat membantu,

depe conto kita mo pake alat ini trakor mo ba garap akang kita p sawa deng orang

p sawah, kalu kita mo ba garap orang pe sawah dorang mo bayar dari Rp. 17500-

20000 per pangempang, doi yang ini dorang mo kase p kita ini qt mo ba bili akang

solar, jadi sisa dari ba bili akang miyak kita mo simpan mo pake di keperluan

sehari-hari..” (Wawancara, 05-05-2013).

Maksud dari bapak Daud :

“…kalau saya pribadi, traktor, mesin deros, dan alat-alan pertanian lainya

membantu masyarakt petani, contohnya saja saya, saya menggunakan ini traktor

untuk menggarap lahan pertanian saya dang lahan pertanian orang laini, kalau

dalam proses penggarapan orang lain punya lahan, mereka menyewa sama saya

sengan pembayaran dari Rp.17500-Rp.20000 per petak, uang yang di kasih sama

pemilik sawah ini, sebagian di gunakan untuk membelih minyak solar, dan sisanya

lagi saya simpan untuk keperluan kebutuhan sehari hari.

Dari penuturan informan bapak Daud di atas di simpulkan, dalam setiap

penggunaan teknologi pertanian sangatlah di perlukan, terutama dari segi penghasilan, yang

pengasilannya dulu masih di katakana masih kurang dalam aritian tidak mencukupi

kebutuhan sehari-hari, dan ketika teknologi ini hadir di tengah-tengah kehidupan

Page 36: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/7018/9/2013-2-69201-281409007-bab4...BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1. Gambaran Umum Hasil Penelitian

masyarakat petani sekarang ini, maka pengasilan dan pendapatan dari masyarakat

meningkat dari yang sebelumnya karna di bayar dengan cara di sewa oleh si pemilik sawah.

Informan “Santy” mengatakan :

“…kalau di lihat depe perkembangan skarang ini de, teknologi pertanian ini sangat

membatu masyarakat petani, masyarakat sekarang dorang mo ba pake ini traktor,

deros dan alat-alat pertanian lain, dorang mo suru bayar sebagai depe ongkos

karja, jadi ini orang karja dapat bayaran dari depe tuang sawah, baru ini taktor ini

depe guna banya bole mo ba angka akang kalapa, padi, milu deng laeng-laeng,

baru depe cara karja copat lagi kua…” (Wawancara, 06-05-2013).

Maksud dari informan ibu Santy :

“…kalau dilihat dari perkembangan sekarang ini de, teknologi pertanian sangatlah

membantu masyarakat petani, kalau masyarakat sekarang mereka mnggunakan

traktor, deros dan alat-alat pertanian lain, biasanya mereka maeminta imbalan

sebagai balas jasa kerja, kemudian oranag yang membawa traktor ini mendapat

bayarak dari si pemilik sawah, kemudian juga gunda daari traktor ini bisa di

gunakan untuk menggangkat kelapa, padi, milu dan lain sebagainya dan juga cara

kerja cepat.

Dari penuturan informan ibu Santy di atas di simpulkan, penggunaan teknologi

yang modern sangatlah membantu perekonomian masyarakat petani, petani yang

menggunakan traktor, deros dan alat-alat pertanian lainnya, sangat memberikan kemudahan

bagi para petani sawah untuk menggarap lahan petanian mereka, di sisi lain pendapatan dari

hasil pertanian meningkat dan juga memberikan kemudahn bagi masyarakat petani,

Page 37: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/7018/9/2013-2-69201-281409007-bab4...BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1. Gambaran Umum Hasil Penelitian

biasanya dalam penggunaan dalam proses membajak sawah di gunakan alat-alat traktor,

deros dan alat-alat teknologi pertanian lainnya.

Informan “Muslimin” mengatakan :

“…kalu setiap mo ba musim ba karja sawa ini, depe masyarakat sini pokonya so

banya yang ka sawa itu mo baku bantu ba kase bersih dorang p sawah, baru ini

traktor so mulai ba karja itu sawa yang mo tanam padi, baru dorang mo mulai mo

ba tono dorang pe bibit padi, deng mo ba kase bersi litir, baru kalu so selesai ba

kaarja itu orang yang ba bwa terektor, dorang somo ba tanam padi itu, baru ini

orang yang ba tanam padi dorang mo bayar biasa dalam 1 hati itu Rp.70 per hari,

baru kalu so selesai ba tanam padi baru mo ba pupuk padi, baru kalu so dekat-

dekat ba buah, biasa torang mo semprot buah, baru kalu so selesai ba sabit padi,

dorang mo doros itu padi, kalu so selesai baru mo giling di gilingan padi...”

(Wawancara, 07-05-2013).

Maksud dari bapak Muslimin :

“… dalam setiap musim menanam padi, masyarakat yang di sini biasanya mereka

pergi ke sawa untuk membersihkan sawah mereka, kemudian traktor mulai di

turunkan ke sawah untuk mengolah lahan pertanian tadi untuk di lakukan

penanaman padi, kemudian kami melakukan merendaman bibit padi, kemudian juga

mereka membersihkan litir sawah, kemudian kalau sudah selesai bekerja orang yang

membaw traktor tadi, kami siap untuk menanam padi, kemudian dalam setiap

melakukan penanaman padi harus ada orang yang menanam, biasanya orang yang

mau menanam padi itu di sewa, dngan bayaran Rp.75 per hari, kemudian kalau udah

selesai proses penanamannya kemudian di beri pupuk padi, kemuian kalau udah

Page 38: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/7018/9/2013-2-69201-281409007-bab4...BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1. Gambaran Umum Hasil Penelitian

mau dekat-teakat padi mau melakukan proses pembuahan, maka di semprot dengan

racun hama, kemudian memasuki buahnya siap untuk di panen, maka harus di

lakukan dengan cara di deros, kemudian kalau udah selesai proses derosnya,

kemudian di bawa ke tempat penggiling padi.

Penuturan dari informan bapak Muslimin di atas dapat di simpulkan bahwa, dalam

setiap proses pengolahan pertanian memang sangatlah membutuhkan tenaga ahli untuk

mengoperasikan alat-alat pertanian, dari awal proses pembibitan sampai dengan penanaman

dan juga sampai memasuki paska panen, tarktor, deros dan alat-alat pertanian sangatlah

membantu atau mempermudah cara kerja masyarakat dalam setiap melakukan proses

penggarapan sampai memasuki paska panen dan seterusnya, sehingga di sisi lain penerapan

teknologi yang tepat bisa meningkatkan produktifitas dan hasil panen.

Setelah di lihat dan di amati hasil wawancara di atas dapat ketahui bahwa desa kopi

merupakan desa yang memiliki lahan pertanian serta perkebunan yang luas, kemudian di

lihat dari mata pencaraian masyarkat yang berada di desa kopi sebagain basar mata

pencaharian mereka sebagian besar yaitu pentani sawah, ini berdasarkan data yang berhasil

di himpun oleh penulis. Warga yang ada di desa kopi umumnya bekerja di sektor pertanian,

didukung dengan lahan yang cukup luas, pengembangkan bidang pertanian sawah, akan

berpengaruh terhadap peningkatan penghasilan masyarakat di desa kopi dimana sebagian

Page 39: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/7018/9/2013-2-69201-281409007-bab4...BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1. Gambaran Umum Hasil Penelitian

besar masyarakat adalah petani padi. Masyarakat yang berada di desa kopi juga

menggunakan mesin deros, untuk menghasilkan gabah setelah itu di produksi di mesin

penggiling padi dan menghasilkan Beras, kemudian kegunaan traktor di bidang pertanian

juga untuk menarik peralatan pengolah tanah seperti bajak singkal, bajak rotari, dan garu,

juga alat transportasi seperti gerobak untuk menggerakkan peralatan stasioner, seperti

generator listrik, mesin pompa air, mesin penggilingan gabah, dan lainnya.

Kemudian cara atau teknik pengolahan sawah bagi petani khususnya yang ada di

desa kopi sudah menunjuk ke arah modern dengan menggunakan alat traktor, deros dan

alat-alat pertanian lainnya, sebagai alat untuk mengolah pertanian mereka dan juga sebagai

alat untuk megolah lahan perkebunan, selain alat traktor ternyata memrikan kemudahan

baik dalan tahap proses penggarapan maupun dalam proses penghasilan. Dengan hadirnya

inovasi teknologi pertanian mempermudah cara kerja masyarakat dalam mengelolah hasil

pertanian dan kemudian hasil produksi pertanian meningkat, terutama dari segi penggunaan

sampai ke penghasilan masayarakat petani.

Di dalam hasil penelitian ini penulis menemukan bahwa sebelum masyarakat menggunakan

teknologi pertanian ini tingkat penghasilah masyarakat tidak meningkat dengan hanya bisa

memenuhi kebutuhan sehari hari, kemudian masyarakat dahulunya hanya bisa menyimpan

hasil panennya untuk kehidupan memenuhi kebutuhan yang tidak terduga. Sebaliknya

masyarakat yang menggunakan teknologi pertanian masyarakat mampu mengolah dan

Page 40: BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/7018/9/2013-2-69201-281409007-bab4...BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1. Gambaran Umum Hasil Penelitian

menghasilkan jumlah panen yang lebih dengan mengambil keuntungan dari proses

pengolahan lahan sampai dengan hasil panen.