bab iv hasil penelitian dan pembahasan -...
TRANSCRIPT
BAB IV
Hasil Penelitian dan Pembahasan
4.1. Gambaran Umum Hasil Penelitian
4.1.1. Sejarah Desa Kopi
Pada tanggal 14 Maret 2002, banyak tokoh masyarakat Bintauna Pantai agar
wilayah dusun II desa Bintauna Pantai di jadikan satu Desa pemekaran dan di namakan
Desa Kopi mengingat pada Zaman Kolonisasi Desa Kopi merupakan wilayah perkebunan
komoditi Kopi dengan alasan tersebut maka tokoh-tokoh masyarakat desa Bintauna Pantai
Menamakan Desa Kopi.
Desa Kopi merupakan satu desa di wilayah Kecamatan Bintauna, Kabupaten
Bolaang mongondow utara. Yang pada awalnya desa kopi adalah wilayah Dusun II Desa
Bintauna Pantai. Sehunbungan dengan adanya perkembangan serta peningkatan jumlah
penduduk dan luas wilayah desa Bintauna Pantai meminimalisasi pelayanan pemerintah
kepada masyarakat maka dengan tuntutan UU No 22 tahun 1999 Pada tanggal 3 dan pasal
33, mak wilayah dusun II Desa Bintauna Pantai layak untuk di mekarkan menjadi wilayah
pemerintahan Desa yang Otonom. Sehingga Pada Tanggal 23 mei 2006 Terbentuklah desa
Persiapan denagan Nama DESA KOPI. Desa Persiapan telah didefinitifkan menjadi Desa
KOPI dengan di tunjuknya Pejabat sementara (PJS) atas Nama L.L. MUHAMMAD.
Pada tanggal 12 Bulan Februari Tahun 2008 melalui proses Pemilihan sangadi
Definitif maka terpilih Bapak ADAM KOBANDAHA sebagai Sangadi Definitif yang di
lantik Pada Tanggal 21 April Tahun 2008 sampai dengan sekarang.
4.1.2. Keadaan Geografis
Luas wilayah pada desa Kopi keseluruhan Secara keseluruhan 13 Km² yang
meliputi wilayah daratan rendah dan berbukit-bukit. Desa kopi terletak di bagian selatan
Kecamatan Bintauna dengan jarak tempuh 5 Km dan di bagian sebelah barat Kota buroko
yang merupakan Ibukota Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dengan jarak tempuh 45
Km.
Luas bata-batas wilayah adminstrasi Desa kopi sebagi berikut :
- Bagian utara berbatasan dengan desa Minanga dan Desa Bintauna Pantai
- Bagian timur berbatasan dengan Kali Sangkup
- Bagian selatan berbatasan dengan Kali Boyau
- Bagian barat berbatasan dengan Kali Nono Desa Batulintik
Serta di dalam Desa Kopi terdiri dari 3 Dusun
Sejauh 1 km di sebelah barat berbatasan dengan Kali Nono Desa Batulintik
membentang jalan yang telah beraspal serta kondisinya cukub baik sangat mempermudah
hubungan ibu kota kecamatan Bintauna dengan Desa Kopi yang berjarak 5 Km yang dapat
di tempuh selama 9 menit dengan menggunakan kendaraaan bermotor, begitu juga kalau
menuju ke ibu kota Kabupaten Bolaang Mongondow Utara yang berjarak 45 Km dari Desa
Kopi perjalanan melalui jalur darat dapat di tempuh 1 jam lebih dengan menggunakan
kendaraaan bermotor atau mobil.
Pemukiman masyarakat Di desa Kopi menghadap ke persawahan di bagian samping
kiri dan belakang merupakan wilayah pemukiman pertanian, dan pegunungan.
4.1.3. Keadaan Demografis
4.1.3.1. Keadaan Penduduk
pada tahun 2013 sampai saat ini, Desa Kopi mempunyai jumlah penduduk sebesar
751 jiwa, yang terdiri dari laki-laki 396 dan perempuan 355 jiwa. Dengan jumlah kepala
keluarga yaitu 194. kesemuanya itu tersebar ke dusun I,II,III yang berada di Desa Kopi,
Dengan rincian sebagi berikut :
Tabel 1.1. Pembagian jumbah penduduk perdusun.
DUSUN I DUSUN II DUSUN III JUMLAH
L P L P L P 751
108 110 147 136 138 112
Tabel 1.2. Klasifikasi Penduduk Berdasarkan usia di desa Kopi. 2013
Umur
(Tahun)
Laki-Laki
(Orang)
Perempuan
(Orang)
Jumlah
(Orang)
1.
2.
3.
4.
5.
0-15
16- 31
32-47
48- 63
64 Keatas
128
125
85
38
17
119
115
79
29
16
244
237
164
67
39
JUMLAH 393 358 751
Sumber data : Kantor Desa Kopi Tahun 2013
4.1.3.2. Menurut Tingkat Pendidikan
Tabel 1.3. Keadaan Penduduk Menurut Pendidikan
NO TINGKAT
PENDIDIKAN
DUSUN JUMLAH
I II III
1 Perguruan Tinggi 8 13 12 33
2 SMA atau sederajat 26 39 22 72
3 SMP atau sederajat 47 33 40 120
4 SD atau sederajat 76 85 63 224
5 Tidak Tamat SMA
Sederajat 7 6 8 21
6 Tidak Tamat SMP
Sederajat 7 7 9 23
7 Tidak Tamat SD
Sederajat 7 5 8 20
8 Belum /tidak pernah
sekolah 27 23 15 65
JUMLAH 578
Sumber data : Kantor Desa Kopi Tahun 2013
Berdasarkan keadaaan penduduk menurut pendidikan, desa kopi dilihat dari Data di
atas, masyarakat kopi sangat antosias dalam hal ini di bidang pendidikan untuk
menyekolahkan anak-anaknya.
4.1.3.3. Keadaan Pekerjaan
Tabel 1.4. Keadaan pekerjan menurut mata pencaharian.
MENURUT MATA
PENCAHARIAN JUMLAH
Petani 146
Dagang 17
PNS 18
TNI /Polri 2
Sopir 6
Tukang 5
Sumber Data : Kantor Desa Kopi Tahun 2013
Berdasarkan tabel diatas menunjukan jelas bahwa mata pencaharian masyarakat
kopi sebagian besar petani, ini menunjukan bahwa di masyarakat desa kopi banyak
masyarakat yang berprofesi sebagai petani, kemudian sebagaian kecil masyarakat lainnya
berprofesi sebagai Pedagang, Pns, Sopir, Tni/polri dan tukang.
4.1.3.4. Luas Wilayah Desa Kopi
Tabel 1.5. Luas wilayah Desa Kopi
Luas Wilayah Desa
Kopi (Ha)
Status Petani Jumlah
Buruh
3225 Pemilik Penggarap Tani 194
147 26 21
Berdasarkan tabel di atas luas wilayah desa kopi 3225 Ha, menunjukan bahwa desa
kopi merupakan desa yang sangat luas.
4.1.3.5. Luas Lahan Pertanian Desa Kopi
Luas Lahan (Ha) Jumlah
Lahan Sawah Lahan Kering 341
Tadah Hujan Perkebunan
294 47
Tabel 1.6. Luas Lahan Desa Kopi.
Luas lahan pertanian desa kopi yaitu 294 Ha yang di sebut dengan lahan sawah tada
hujan, sedangkan untuk lahan kering 47 Ha, berdasarkan tabel diatas bahwa desa kopi
adalah desa yang memiliki areal persawahan yang sangat luas.
4.1.3.6. Struktur Pemerintahan
Dalam lembaga pemerintahan Desa Kopi terdiri dari yaitu :
Pemerintah Desa dengan aparat sebanyak 24 orang
Kepala Desa
BPD
LPM
Kaur Pemerintahan
Kaur Pembangunan
Kaur Umum
Pegawai Syari’
Kepala Keamanan
Kepala Dusun
Kepala Adat
4.1.3.7. Keadaan Sosial Keagamaan
Agama Islam 738 orang
Kristiani 13 orang
Buda -
Berdasarkan data diatas menunjukan bahwa mayoritas penduduk yang berada di
desa Kopi Sebagian besat menganut agama islam.
4.1.3.8. Sarana dan Prasarana
Desa Kopi memiliki sarana dan prasarana sebagai berikut :
Tabel 1.7. sarana dan prasarana
Balai
Desa Jln Desa
Jalan
Kebun Masjid Gereja Polindes
Sekolah
TK SD
1 1 4 1 - 1 - 1
Sumber Data : Kantor Desa Kopi Tahun 2013
Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa untuk menunjang kegiatan-kegiatan
sosial, agama, pendidikan, dan sarana prasarana lainya, sangat di perlukan, dalam hal
proses pembangunan yang ada di desa.
4.2. Identitas Informan
Jumlah informan dalam penelitian ini sebanyak 18 orang di mana dalam
menentukan informan dilakukan cara teknik purposive sampling yang di pilih secara
sengaja berdasarkan kriteria tertentu yaitu petani dan peyuluh pertanian. Dalam penentuan
informan pertama di pilih satu atau dua orang, identitas informan yang di pilih berdasarkan
atas beberapa Identifikasi seperti, Nama, Jenis Kelamin, Usia, Agama, Pendidikan terakhir,
dan pekerjaan. Beberapa informan yang di sebutkan di bawah ini.
Profil Informan :
1. Informan “On Binhusen Alamri“ (Laki-Laki)
Informan “on” yang ber-usia sekitar 28 tahun, beragama islam, pendidikan terakhir (SMA),
pekerjaan Petani.
2. Informan “Sumitro Lomporiso” (Laki-Laki)
Informan “Sumitro ber-usia 31 tahun, beragama Islam, pendidikan terakhir (SMP),
Pekerjaan Petani.
3. Informan “Asri Lundeto” (Laki-laki)
Informan “Asri” Ber-usia 27 Tahun, Beragama Islam, pendidikan Terakhir (SMA),
Pekerjaan Petani.
4. Informan “Ma’ruf Tabo” (Laki-laki)
Informan “Ma’ruf” Berusia 34 tahun, Beragama Islam, pendidikan terakhir (SMP),
pekerjaan Petani.
5. Informan “Darmawan Mokodongan” (Laki-laki)
Informan “Bapak Dar” berusia 29 tahun, beragama Islam, Pendidikan terakhir (SMP),
Pekerjaan Petani.
6. Informan “Santi Naway, SP” (Perempuan)
Informan “Ibu Santi” Berusia 32 tahun, beragama Islam, Pendidikan terakhir Sarjana
Pertanian (SP), Pekerjaan Sekertaris BP3K Bintauna.
7. Informan “Muslimin Patingki” (Laki-laki)
Informan “Bapak Muslimin” berusia 32 tahun, beragama Islam, Pendidikan Terakhir
(SMA) Pekerjaan Petani.
8. Informan “Daud Dunggio” (Laki-laki)
Informan “Bapak Daud” berusia 37 tahun, beragama islam, pendidikan terakhir “SMP”,
Pekerjaan Petani.
4.3. Pembahasan
4.3.1. Adaptasi teknologi pertanian
Proses adaptasi merupakan salah satu bagian dari proses evolusi (prose perubahan
yang sangat lambat) kebudayaan, yakni proses yang mencakup rangkaian usaha-usaha
manusia untuk menyesuaikan diri atau memberi respon terhadap perubahan lingkungan
fisik maupun sosial yang terjadi. Perubahan lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap
adaptasi manusia adalah perubahan lingkungan yang berupa bencana, yaitu kejadian yang
menjadi ancaman terhadap kelangsungan hidup organisme termasuk disini adalah manusia.
Sedangkan dalam strategi bertahan, salah satu modal petani tradisional adalah
“mengutamakan/ mendahulukan selamat”. Bagi petani miskin yang secara sosial ekonomi
sangat rentan, penurunan atau bahkan kegagalan panen akan membawa dampak buruk bagi
kelangsungan hidup keluarganya. petani menghindari resiko dan memusatkan perhatian
pada kemungkinan penurunan panen, bukan pada usaha memaksimalkan keuntungan”.
Dalam mengadopsi teknologi baru petani akan melakukan upaya penyeimbangan
antara manfaat, biaya dan resiko yang timbul, dalam menggunakan teknologi pertanian,
adaptasi teknologi pertanian di desa kopi, yang areal lahan pertanian yang begitu
memungkinkan untuk di jadikan sebagai lahan yang sesuai dengan teknologi pertanian, di
lihat dari hasil penelitian maka peneliti menemukan bahwa struktur luas lahan pertanian
desa kopi mencapai 341 Ha, dari lahan sawah 294 Ha dan lahan kering 47 Ha. Ini
memungkinkan untuk di jadikan teknologi pertanian sebagai alat untuk proses mengelolah
lahan petanian yang berada didesa kopi, masyarakat kopi penggunaan teknologi pertanian
dalam setiap pengolahan lahan sawah atau lading mereka menggunakan traktor, mesin
deros dan lain sebagainya untuk di gunakan sebgai alat untuk mengolah lahan yang akan di
tanami padi dan lain sebagainya, kemudian, teknologi pertanian ini juga memberikan ke
mudahan kepada masyarakat dalam mengolah lahan pertanian mereka.
4.3.2. Inovasi Teknologi Pertanian
Inovasi adalah sesuatu yang baru atau perbaikan penting. Merupakan hasil dari
kreasi atau transformasi dari inventions, discoveries, ide, analisa, pengetahuan maupun
data/informasi. Inovasi pada dasarnya bukan phenomena yang berdiri sendiri
(autonomous). Inovasi dalam sehari-hari diartikan dalam dua pengertian. Yang pertama,
diartikan sesuatu ide, atau obyek baru yang dimanfaatkan oleh seseorang atau masyarakat.
Pengertian yang kedua adalah bukan produk atau ide, tetapi bagaimana sesuatu yang baru
tersebut dapat terbentuk dan dimanfaatkan dalam masyarakat, jadi prosesnya. Daya inovasi
adalah kemampuan individu atau masyarakat memanipulasi atau mengintervensi
lingkungan menurut kepentingan individu atau masyarakat tersebut1
Masyarakat petani secara umum sering di pahami sebagai suatu kata gori sosial
sereragam yang bersifat umum. Dalam komonitas petani itu akan terlihat berdasarkan
perbedaan dalam tinggkat perkembangannya jenis tanaman yang mereka tanam teknologi
atau alat-alat yang mereka gunakan. Pada kalangan masyarakat umumnya adalah petani
bersahaja, yang biasa di sebut petani tradisional dan petani modern. Secara garis besar
golongan pertma adalah kaum petani tergantung dan di kuasai alam karena rendahnya
tinggkat pengetahuan dan teknologi mereka. produksi mereka lebih di tunjukan untuk
sebuah usaha mengghidupi keluarga, bukan untuk mengejar keuntungan sebaliknya petani
yang modern adalah golongan petani yang usahanya di tunjukan untuk mengejar
keuntungan. Mereka menggunakan teknologi dan sistem pengolahan dan menanam
tanaman-tanaman yang laku di pasaran. 2
Masyarakat petani pada awal hanya bercocok tanam dan berternaak yang untuk
mencukupi kebutuhan sehari-hari atau subsisten-pada perkembangan berikutnya sejalan
dengan perubahan kehidupan masyarakat yang bercorak perdagangan, berangsur-angsur
berubah menjadi kegiatan yang dijualbelikan. Corak kegiatan ini dianggap sebagai cikal-
1 http://teknologi.kompasiana.com/terapan/2010/11/02/konsep-inovasi-teknologi-312613.html
2 Rahadjo. pengantar sosiolog pedesaan dan pertanian. Yogyakarta: Gadjah mada University press, 2010,
hlm 63
bakal usaha tani, yang meskipun diusahakan oleh rumah tangga, tetapi hasil panenan untuk
dijualbelikan.
Di dalam bidang pertanian alat dan mesin budidaya pertanian, mempelajari
penggunaan, pemeliharaan , pengembangan alat dan mesin budidaya pertanian yang
mencakup prinsip teknologi dan daya serta penerapannya dalam kegiatan pertanian.
4.3.3. Sebelum Menggunakan Teknolgi Pertanian
Sebelum menggunakan teknologi pertanian masyarakat desa kopi menggunakan
alat-alat tradisional seperti, parang di jadikan alat untuk memotong rumput yang ber ada di
sawah, cangkul unruk mebersihkan rumput juga, ani-ani (alat untuk memotong padi), dalam
proes pengolahan sawah masyarakat desa kopi menggunakan sapi sebagai alat untuk
mengolah sawah dan ladang mereka, alat-alat yang di gunakan dalam proses pengolahan
sawah seperti pajeko (alat untuk menggali tanah), sisir piso (lotari), kemudian alat untuk
mengolah hasil gabah kering mereka menggunakan dengan cara membanting padi atau
gabah yang baru di potong, sehingga menjadi padi, dan kemudian seteleh menjadi padi
ereka mengolah kembali menadi beras dengan cara di pukul ke lesung (tempat untuk
menumbu padi) sehingga menjadi beras, kemudian masyrakan desa kopi dulunya ketikan
menanam padi dengan cara gotong royong ( dalam bahasa Bintauna Motiayo). Sebelumnya
masyarakat kopi dulunya mereka menyimpan stok padi mereka untuk keperluan mendadak.
“…Kalu dulu nda ada ini traktor deng nda ada ini alat-alat yang canggi dulu
torang ba karja sawa masi mo pake sapi mo ba ola ini torang pe sawa, baru kalu
mo ba potong padi torang pake sabit dan peda deng kalu so selesai biasa torang
jaga banting di kayu atau mo tumbu di kayu lesung, baru kalu dulu lagi torang pe
padi masi boleh torang mo dapa simpang…” (wawancara pada tanggal 02-04-
2013 dengan informan on).
Maksud dari bapak on”,
Kalau dulunya tidak ada tarktor dan juga tidak ada alat-alat canggi, dulu
kami bekerja sawah masih menggunakan sapi untuk mengolah sawah kami, kalau
alat untuk memotong padi kami menggunakan sabit dan parang untuk memotong
padi setelah ini padi di potong dengan sabit lalu di pukul ke dalam lesung (kayu
yang di gunakan untuk menumbu padi), kemudian mereka ketika masa panen tiba
mereka dapat menyimpan padi yang lain, untuk memenuhi kebutuhan yang
mendatang.
Dari penjelasan informan bapak on, menunjukan bahwa dulunya masyarakat yang
berada di desa kopi, dulunya masih menggunakan sapi untuk di jadikan sebagai alat untuk
mengolah lahan pertanian mereka, kemudian sabit untuk di gunakan sebagai alat memotong
padi, rumput dan lain sebagainya yang masih sangat radisional dalam mengelolah lahan
pertanian mereka.
4.3.4. Sesudah Menggunakan Teknologi Pertanian
Sesudah menggunakan teknologi pertanian masyarakat desa kopi menggunakan
teknologi pertanian seperti traktor sebagai pengganti sapi untuk menggarap lahan pertanian
mereka, mesin deros untuk mengolah gabah kering yang baru di potong, mesin penggiling
padi (dalam bahasa Bintauna Gilingan) alat untuk mengolah padi menjadi beras, kemudian
penghasilah sebelum menggunakan teknologi pertanian dikatakan masih rendah, tetapi
ketika menggunakan teknologi pertanian pengahasilan masyarakat petani meningkat dari si
pemilik traktor dan si joki (orang yang membawa traktor).
“…Kalu patorang di sini depe masyarakat skarang dorang ba pake traktor mo ba
olah akan dorang pe sawah deng mo ba angka akang padi dorang gandeng di
gerobak, baru kalu mo ba potong akang rumput dorang pake mesin paras, deng
kalu so selesai ba potong padi dorang mo pake doros, dorang juga mo pake pupuk,
biasa dorang pake urea, basmilang deng yang laeng, skarang depa masyarakat dari
dorang dulunya torang pe penghasilan masih serba bekecukupan, tapi skarang dari
depe ba bawa trktor deng depe tuang traktor dorang mo sewa dengan harga yang
sesuai deng depe kemampuan orang yang mo ba suru ba buka lahan sawah atau
dorang pe ladang, cuman kalu ini terektor kua kalu depe karja lagi copat kua, beda
deng sapi yang masih mo ba tunggu lama kalu mo ba oleh ini sawa…” (wawancara
pada tanggal 04-04-13, dengan informan bapak Ma’aruf).
Maksud dari bapak ma’aruf “
Kalau masyarakat yang berada di desa kopi ini mereka sekarang
menggunakan teknologi moderen seperti traktor sebagai alat untuk mengolah lahan
pertanian mereka, ketika kami menggangkat padi kami menggunakan traktor untuk
di gandeng di gerobak sehingga padi bisa di angkat melalui gerobak, mesin
pemotong rumput (mesin paras), kemudian kalau untuk mesin penghasil padi, kami
menggunakan deros untuk mengolah gabah kering yang baru di panen, selanjutnya
kami juga dalam setiap perawatan padi kami menggunakan zat-zat kimia seperti
pupuk, racun untuk hama padi, jadi dari penggunaan ini teknologi di sisi lain
memberikan kemudahan bagi masyarakat petani dalam mengolah lahan pertanian
mereka.
Dari penjelasan bapak ma’aruf di atas, ketika menggunakan teknologi pertanian bisa
meringankan pekerjaan masyarakat petani dalam mengolah sawah mereka. Masyarakat
yang sebelum menggunakan terknlogi pertanian, sebelumnya penghasilan dari masyarakat
petani hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarganya sangatlah perkecukupan tapi
sekarang ketika masyarakat menggunakan teknologi pertanian masyarakat bisa mengambil
keuntungan dari penggunaan teknologi pertanian, kemudian juga tingkat produksi dan hasil
produksi meningkat di bandingkan dengan yang sebelumnya.
4.3.5. Kemampuan Petani Menggunakan Teknologi Pertanian.
Secara umum penggunaan teknologi pertanian sangatlah di butuhkan dalam hal ini
untuk keperluan masyarakat petani, pada kondisi masyarakat saat ini sangatlah di perlukan
keahlian seseorang dalam menggunakan teknologi pertanian, agar dalam setiap penggunaan
teknologi dan penerapannya tepat sasaran dalam meningkatkan produktifitas petani,
masyarakat petani memang sangat perlu memanfaatkan kemajuan dari penerapan teknologi
pertanian, sehingga masyarakat petani mampu menggunakan alat-alat teknologi pertanian.
Masyarat petani yang telah menggunakan teknologi pertanian dan sitem pertanian
modern, kerangka wawasan lebih tepat adalah prespeksi matralisme. Dalam prespeksi ini,
sistem produksi pertanian yang telah kompleks, dengan teknologi modern dan oreitasinya
pada keuntungan di lihat sebagai dasar yang menentukan bagi corak kehidupan masyarakat
desa/petani.3
Teknologi baru yang diterapkan dalam bidang pertanian selalu dimaksudkan untuk
menaikkan produktivitas, apakah ia produktivitas tanah, modal atau tenaga kerja. Seperti
halnya traktor lebih produktif dari pada cangkul, pupuk buatan lebih produktif dari pada
pupuk hijau dan pupuk kandang, menanam padi dengan baris lebih produktif dari pada
menanamnya tidak teratur.
Berbicara kemampuan dalam pemanfaatan serta penggunaan teknologi sangatlah di
perlukan untuk mengolah lahan pertanian serta perkebunan mereka, kemudian teknologi
yang juga sebagai sarana transportasi (di pakai dengan gerobak). teknologi baru hendaknya
lebih unggul dari sebelumnya, mudah digunakan, dan memberikan resiko yang besar jika
diterapkan.
teknologi merupakan salah satu syarat mutlak pembangunan pertanian.
Suatu teknologi atau ide baru akan diterima oleh petani jika memberi keuntungan
ekonomi bila teknologi tersebut diterapkan teknologi tersebut sesuai dengan lingkungan
budaya setempat, kesesuai dengan lingkungan fisik, teknologi tersebut memiliki
3 Rahadjo. pengantar sosiolog pedesaan dan pertanian. Yogyakarta: Gadjah mada University press, 2010,
hlm 128
kemudahan jika diterapkan, penghematan tenaga kerja dan waktu dan tidak memerlukan
biaya yang besar jika teknologi tersebut diterapkan, ini karena munculnya ilmu
pengetahuan dan teknologi dan kemajuan intelek manusia, mesin pertanian sekarang
banyak digunakan di lahan pertanian yang luas. Nenek moyang kita digunakan untuk
sampai tanah dengan membuat peralatan dari batu, tongkat dan bahan asli lain. Produksi
masih besar, tetapi tenaga kerja manual benar-benar diperlukan. Akan tetapi sekarang ini
penggunaan teknologi pertanian memiliki kenyamanan dicapai dan produksi lebih cepat di
industri pertanian adalah hasil dari banyak penemuan yang digunakan. Dengan hanya
menggunakan kontrol, tanah digarap dan mudah dibajak, benih yang ditanam dan pertanian
menjadi lebih mudah.
Dalam setiap penggunaan teknologi pertanian alat penggrap sawah seperti traktor,
deros, dan alat-alat pertanian lainya, yang bisa memberikan kemudahan bagi para petani
untuk mengolah dan menghasikan panen padi yang lebih dari sebelumnya. Hal ini seperti
yang terjadi pada masyarakat desa kopi, dalam setip penggunaan traktor, pastinya
memerlukan keahlian untuk menggunakanya, dari awal proses penggarapan sawah
sangtlah perlu menggunakan teknoloi pertnian ketika megolah sawah dan ladang untuk
meningkatkan produksi hasil panen. Kemudian pada masyarakat kopi ini apakah
masyarakat mampu menggunakan teknologi pertanian selengkapnya sebagai berikut :
Informan “On” mengatakan :
Di desa kopi ini de, kalu biasa depe masyarakat disini mo ba karja sawa, biasa
dorang mo ba pake traktor mo ba olah dorang p sawah deng kalu untuk mo panen
padi biasa dorang mo ba pake poronto, kalu so selesai ba poronto baru dorang mo
bawa di gilingan padi.
Wawancara, 02-04-2013).
Maksud dari bapak On :
“…Di desa kopi ini, biasanya masyarakat menggunakan alat-alat traktor untuk
mengolah sawah, dan gambah diolah menggunakan mesin deros, lalu mereka
membawa hasil panen mereka ke tempat penggilingan padi.
Dari wawancara informan bapak On di atas dapat di simpulkan, masyarakat yang
berada di desa kopi bisa di katakan mampu menggunakan teknologi pertanian seperti
traktor, mesin pengolah gabah kering (deros) dan lain sebaginya, artinya masyarakat kopi
sudah bisa menggunakan teknologi pertanian.
Informan “Sumitro” Mengatakan :
“…Biasa kalu torang ba terektor ini harus motau bagi mana depe cara mo ba bawa
ini terektor deng mo ba poronto, supaya torang nda mo tasala ba bawa ini traktor,
tasala ba bawa mo cilaka kua, paling cuman traktor mo kase maling tuang, cuman
kalu di desa kopi ini so banyak yang ba tau ba bawa traktor deng mo ba bawa
mesin poronto...” ( Wawancara, 02-04-2013).
Maksud dari bapak Sumitro :
“…biasanya kami dalam menggunakan traktor ini harus dibutuhkan keahlian
seseorang dalam menggunakan alat traktor, alat deros , dan lain sebagiya, karna
kalau kami salah menggunakan ini trakor maka besar resiko yang akan terjadi, di
desa kami ini Sudah banyak yang mengunakan traktor dan deros, alat untuk
menggarap sawah dan melakukan pemanenan padi.
Berdasarkan penuturan dari informan bapak Sumitro di atas disimpulkan,
peggunaan teknologi pertanian sangatlah di butuhkan, apalagi berbicara tentang
kemampuan seseorang dalam menggunakannya alat –alat traktor deros dan lain sebagainya,
kemudian di desa kopi juga ternyata masyarakatnya sebagian yang bisa menggunakan alat-
alat traktor, mesin deros dan alat-alat pertanian lain, teknologi pertanian ini sangatlah
berperan penting untunk meningkatkan produktifitas dan penghasilan.
Informan “Asri” Mengatakan :
“…di desa kopi ini kita sebagai masyarakat petani sawah harus tau bagi mana
depe cara mo ba bawa deng mo b usaha akang ini traktor deng deros deng yang
laeng lagi. Supaya mo ba bantu torang p kebutuhan sehari hari, karna kalu torang
tau ba bawa itu traktor deng doros Biasa dorang truang tana yang mo suru buka
depe sawa mo bayar…”
(Wawancara, 02-04-2013).
Maksud dari bapak Asri :
“…di desa kopi ini kita sebagai masyarakat petani sawah, seharusnya kita
mengetahui bagai mana cara menggunkan alat traktor, deros dan alat-alat pertanian
lainnya, karena kalau kami bisa menggunakan traktor, deros, dan alat-alat pertanian,
biasanya si pemilik sawah akan membayar atau menyewa orang yang tau membawa
dan menggunakan traktor tersebut.
Dari penjelasan informan bapak Asri di atas di simpulkan, bahwa penggunaan
teknologi pertanian memang sangat di butuhkan dan di perlukan apalagi dengan kondisi
masyarakat petani sekarang ini yang lahan pertaniannya begitu bagus untuk di jadikan
sebagain penghasil pertanian. Kemudian dengan hadirnya teknologi pertanian bisa
mempermudah cara kerja masyakat petani untuk mengolah lahan pertanian mereka.
Informan “Ma’ruf” mengatakan :
“…bacirita kemampuan orang kalu mo ba bawa terektor ini biar orang nyanda
skolah, mo tau bagi mana mo ba bawa traktor dng mo ba poronto, bagimana mo
nintau di desa kopi ini, masarakat di desa kopi ini sebagian besar masyarakat
petani jadi depe masyarakat di sini kalu ada orang yang tau mo ba bawa traktor
deng mo ba poronto padi, dorang mo ba tanya deng mo balia. Kalu so hari hari
balia deng batanya ini no somo jadi tau apa lagi mo langsung praktek di sawah…”
(Wawancara, 04-04-2013).
Maksud dari bapak Ma’ruf :
“…berbicara kemampun seseorang dalam menggunakan teknologi pertanian
(Traktor), masyarakat petani yang berada di desa kopi ini, biar tidak sekolah mereka
bisa menggunakan traktor dan mesin deros, biasaya mereka kalau melihat ada orang
yang membawa traktor dan mesin deros mereka mau bertanya bagai mana cara
mengunakan alat traktor tersebut, sehingga lama kelamaan ketika mereka bertanya
dan selalu melihat cara mengunakannya maka lama kelamaan menjadi tau dalam
menggunakan teknologi pertanian tersebut.
Dari hasil penuturan informan bapak Ma’ruf di atas dapat di simpulkan, Dalam
setiap penggunan terektor, mesin deros dan alat-alat pertanian, masyarakat yang ber ada di
desa kopi ternyata mampu menyesuaikan terhadap kondisi yang ber ada di desa, artinya
masyarakat mau belajar untuk bagaimana cara menggunakan traktor tersebut selain itu,
teknologi pertanian cenderung memberikan solusi dan juga kemudahan bagi masyarakat
petani dalam setiap penggunaannya.
Informan “Darmawan” mengatakan :
“…depe cara ba joki traktor deng deros ini, pasti perlu mo pake joki kalu mo ba
bawa ini alat-alat traktor deng dros ini, di desa kopi ini kebanyakan kalu mo ba
pake traktor dorang mo ba olah akang sawah dng mo ba angka akang kalapa jadi,
kalu dulu torang mo bapake sapi mo ba angka akang padi, kalapa, deng kopra
skarang so ba pake traktor mo ba angka akang itu padi deng kalapa, so lebe canggi
ini teknologi no…” Wawancara, 05-04-2013).
Maksud dari bapak Darmawan :
“…penggunaan teknologi pertanian ini pasti sangat memerlukan tenga ahli dalam
ngoprasikannya alat-alat traktor dan deros ini, di desa kopi ini biasanya masyarakat
petani memakai teraktor untuk mengolah sawah dan ladang mereka dan kemudian
selain ini alat traktor ter sebut di gunakan untuk mengangkat padi, kelapa dan lain
sebaginya, teknologi sangat canggih…” .
Berdasarkan penjelasan dari informan bapak Darmawan di atas maka dapat di
simpulkan, penggunaan teknologi memang sangat membantu masayarakat petani untuk
mengolah sawah dan ladang mereka, seperti yang di utarakan oleh darmawan petani yang
berada di desa kopi menggunakan traktor untuk mengangkat padi kelapa dan lain
sebagainya, ini jelas sangat mempermudah dan meringankan cara kerja masyarakat petani
yang berada di desa kopi. Karena masyarakat sudah menggunakan traktor untuk di gunakan
dalam setiap melakukan prosuksi maupun hasil produksi pertanian.
Informan “Daud” mengatakan :
“…Petani sawa deng ladang memang sangat perlu skali mo ba pake traktor deng
mesin poronto, apalagi mo ba olah akang sawa memang sangat membantu skali,
cuman harus ada depe joki yang mo ba bawa ini traktor. Mar di desa kopi ini ada
banya joki yang tau ba bawa traktor deng deros ini, dorang mo ba olah sawah deng
mo dros biasanya dorang kalu traktor 2 orang joki mo baku ganti ba bawa kalu 1
so lala ba bawa baru yang satu bag anti yang so lala ini…” (Wawancara, 05-04-
2013).
Maksud dari bapak Daud :
“petani sawah dan ladang memang sangat perlu menggunakan teknologi pertanian
(traktor dan mesin deros), apalagi dalam mengolah sawah sangat membantu selaki
dalam mengolah sawah. Cuman harus ada tenaga ahli dalam menggunakan alat-alat
traktor dan mesin deros ini, di desa kopi ini yang biasa menggunakan traktor dan
mesin deros ini ada banyak, dalam setiap pengolahan sawah biasa tenaga ahli untuk
menggolah sawah biasanya ada dua orang, ketika salah satu udah kecapean
membawa traktor tadi maka yang satunya lagi gentian dengan yang cape tadi.
Dari penuturan informan bapak Daud di atas dapat di simpulkan, petani sawah dan
ladang sangatlah memerlukan teknologi pertanian untuk menggarap lahan sawah dan kebun
mereka, dari pertama mengolah lahan pertanian harus memerlukan kemampuan untuk
membawa traktor, deros dan alat pertanian lainnya, karena di sisilain bisa membantu
meringankan pekerjaan masyarakat petani, di desa kopi misalnya sebagian besar
masyarakat kopi mau menggunakan teknologi pertanian (taktor), (deros), untuk mengolah
dan menghasilkan panen gabah kering.
Informan “Santy” mengatakan :
“…masyarakat kopi ini de, kalu mo liat depe cara karaja traktor deng doros, di
desa kopi ini perlu skali itu joki mo ba bawa itu traktor deng deros. Apalagi kalu
mo ba buka sawah dng mo ba poronto padi, musti ada tenaga joki yang mo ba buka
sawa, mar kalu di desa ini depe masyarakat so banya yang tau de ba bawa ini
traktor...” (Wawancara, 06-05-2013).
Maksud dari Ibu Santy :
“…masyarakat desa kopi de, dilihat dari penggunaan teknologi pertanian (Traktor,
Deros), di desa kopi ini perlu skali tenaga ahli yang mengetahui cara
penggunaannya, apa bila dalam mengolah sawa dengan deros padi harus ada yang
namanya tenaga ahli untuk membuka sawah dan ladang. Kalau di desa kopi ini
masyarakatnya sebagian besar udah bisa menggunakan traktor.
Dari penjelasan informan ibu Santy di atas di simpulkan, masyarakat yang berada
di desa dilihat dari penggunan teknolgi pertanian (traktor dan deros), sangat perlu sekali
dalam memproduksikan hasil pengolahan sawah dan poduksi hasil panen sehingga
masyarakat dari segi pengahasilan meningkat, kemudian sangat di perlukan tenga ahli
dalam melakukan proses pengarapan sawah dan paska panen.
Informan “Muslimin” mengatakan :
“…kalu mo ba bajeko deng mo ba lotari sawah, dorang ba pake traktor deng
pajeko, mo ba ola dorang p sawa jadi, ini traktor sangat membantu skali, kalu kita
pribadi bisa mo ba bawa tarktor cuman, depe siksa ini mo dapa injang keong
kua…” (Wawancara,07-05-2013).
Maksud dari bapak Muslimin:
“…dalam setiap melakukan penggarapan lahan pertanian, biasanya masyarakat
yang berada di desa ini, mereka menggunakan traktor sebagai alat untuk megolah
sawah, Traktor ini sangat membantu masyarakat petani, kalau saya pribadi Bisa
menggunakan traktor (membawah traktor), cuman biasa kalau dalam melakukan
pembajakan sering terinjak keong.
Dari penuturan informan bapak muslimin di atas, masyarakat yang berada di desa
kopi mengguakan trakor untuk menggarap sawah dan ladang mereka untuk meringankan
pekerjaaan mereka. dalam setiap penggunaan traktor memerlukan keahlian dalam
menggunkannya sehingga hasil produksi pertanian meningkat.
Dari hasil wawancara di atas dapat di simpulkan bahwa masyarakat petani yang ber
ada di desa kopi mampu menggunakan teknologi pernanian (traktor dan deros dan alat-alat
teknolgi pertanian lainya), sebagai alat untuk menggarap lahan pertanian mereka, untuk
mengolah hasil padi yang mereka panen, traktor merupakan alat yang sangat membantu
bagi para petani sawah dan ladang, karena alat traktor tersebut bisa di gunakan dalam
berbagai medan mau di medan sawah becek maupan di ladang yang kondisi tanahnya
begitu sulit untuk di lewati oleh traktor, kemudian itu masyarakat ternyata meskipun tidak
Sampai tamat sekolah dan tanpa sosialisasi penyuluhan pertanian, mereka bisa
menyesuaikan dengan kondisi yang ada di desa setempat, cuman di sisi lain setiap pemahan
orang berbeda beda jadi tergantung dari bagaimana cara seseorang mau belajar atau tidak.
4.3.6. Penggunaan Teknologi Pertanian Meningkatkan Taraf Hidup Masyarakat
Petani.
Pertanian merupakan bidang yang sangat penting untuk menunjang kehidupan umat
manusia, sedangkan teknologi diperlukan selama budidaya, penanganan pasca panen, dan
pengolahan hasil pertanian. Untuk meningkatkan daya saing di mata konsumen dan laba
dari produk-produk pertanian, teknologi juga diperlukan selama distribusi dan penjualan.
Pertanian tanaman pangan dan hortikultura merupakan salah satu sub sector yang
menjadi salah satu prioritas pengembangan yang diharapkan dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi. Kawasan bidang pertanian yang ada sebagian besar diusahakan oleh
masyarakat. Mereka menanam sejumlah komoditas utama, seperti padi sawah, jagung dan
lain-lainnya. Pengunaan teknologi di bidang pertanian memang sangatlah di perlukan untuk
membantu meningkatkan produktifitas dan hasil panen, selain itu juga teknologi dapat di
gunakan utuk keperluan masyarakat petani, cuman perlu di ketahui bersama bahwa dalam
penggunaan tekologi ini harus benar-benar mengetahui penggunaan dan cara kerjanya,
sehingga dalam proses penggarapan lahan tidak mengalami hambatan dalam proses
penggarapan lahan persawahan.
Pertanian memang karakteristik pokok dari umumnya desa-desa yang ada di dunia
ini. Di lihat dari eksistensinya, desa merupaka fenomena yang muncul dengan di mulai di
kenalnya dengan bercocok tanam di dunian ini. Dengan mengingat pentinggnya faktor
pertanian bagi keberadaan desa.
Besarnya peranan pertanian di indonesia memberikan motivasi pedesaan yang
memiliki lahan pertanaian yang dapat di jadikan sebagai sumber produksi, oleh karena itu
merka berupaya dengan berbagai cara untuk memenuhi lahan pertanian baik yang ada di
wilah tempat tinggalnya maupun di luar desanya. Dengan dimilikinya lahan pertanian
tersebut, masyarakat desa akan membiyayai kebutuhan hidup bagi keluarganya. Masyarakat
agraris yang khidupannya tergantung pada tanah sebagai sarana produksi, pada dasarnya
belum melahirkan lapangan kerja yang besar variasinya, hampir semua keahlian yang di
perlukan untuk mengolah tanah sebagai sarana produksi pertanian.
Teknologi yang diperlukan adalah cara budidaya dan bertani secara berkelanjutan
dilakukan dengan baik, penanganan hasil panen yang baik, pengolahan/pasca panen dan
membangun sistem distribusi yang baik. Indikasi atau ukuran keberhasilan pelaksanaan
teknologi tersebut adalah standar terhadap produk pertaniannya. Sector ekonomi pedesaan
akan lebih meningkat atau mengalami perubahan, sebagian besar petani di dalam
mengembangkan usahanya dengan cara melihat petani lain yang telah berhasil mereka
sangat berhati-hati dalam menerapkan inovasi baru karena mereka sangat takut dengan
resiko gagal. Sebagian besar petani di desa kopi masih berpendidikan tidak tamat SD, SMP
dan SMA, dalam melakukan keterampilan masyarakat yang berada di desa kopi dalam
bercocok tanam , mereka peroleh dari orang tuanya serta pengalaman yang di peroleh dari
usahataninya.
Hal ini seperti terjadi pada masyarakat yang berada di Desa Kopi dari segi
penggunaan alat-alat traktor, deros dan alat-alat pertanian lainnya, yang cara kerja dari
alat-alat tersebut memerlukan tenaga ahli untuk mengoperasikannya, kemudian masyarakat
yang berada di desa kopi ini di lihat dari penggunaan teknologi pertanian apakah bisa
meningkatkan taraf hidup masyarakat petani selengkapnya berdasarkan hasil wawancara
sebagi berikut :
Informan “On” mengatakan :
“kalu di sini depe masyarakat banya yang ba pake trektor, karna kenapa dorang
mo pake mo ba karja akang sawa deng traktor ini depe guna banya kua,kalu dulu
torang pe penghasilan mo ba olah sawah dari mo ba garap sampe depe hasil masi
paspasan dari depe biyaya perawatan padi sampe depe buah masi torang pake
dengan cara tradisional yang cuman apa adanya, torang p alasan ba pake traktor
deng alat-alat teknologi petanian ini dari ba anka kalapa, ba angka padi, milu
banya depe guna kua ini trektor, kalu qt kua cuman pux sawa, biasa kita jaga ba
sewa pa tukang joki trektor mo suru buka akang kita pe sawa mo ba tanam padi kan
qt jadi, mo sewa no ni orang ba bawa trektor. Mo ba bayar pa dorang sampe
dengan Rp.15000 per petak itu, kita kurang tau mo ba tanam padi.
(wawancara, 02-04-2013).
Maksud dari bapak on :
“…kalau untuk masyarakat di sini banyak yang menggunakan teknologi pertanian
(Traktor), karena kenapa mereka menggunkan traktor, karna mereka mengunakan
traktor untuk bekerja di sawah mereka , dan ini traktor gunanya banyak dari
mengangkut kelapa, menggangkut milu, padi, kalau saya cuman punya sawa,
biasanya saya menyewa orang yang tau menggunakan tarktor untuk membuka lahan
pertanian saya untuk menanam padi, dan biaya upah yang di kasih Rp.17500 per
petak. Saya kurang tau ba tanam padi.
Dari hasil penuturan informan bapak On di atas dapat di simpulkan bahwa,
penggunaan teknologi pertanian sangatlah membantu masyarakat petani, terutama
masyarakat yang mempunyai traktor dan orang yang membawa traktor atau tenaga ahli, di
sisi lain saling menguntungkan antara masyarakat petani yang pemilik sawah dengan
pemilik traktor, kalau pemilik sawah, sawah yang di garap oleh si orang yang membawa
traktor atau tenaga ahli tadi, sawahnya bisa di gunakan unruk menanam padi, tetapi juga si
pemilik traktor atau orang yang mengetahui cara penggunaan traktor ini menerima sewah
atau upah dari pekerjaannya.
Informan “Sumitro” Mengatakan :
“…kalu kita sih traktor, dros dng yang alat alat yang laeng ini membantu
masyarakat petani, kalu traktor depe guna mo karja akang sawa, kalu ini dros mo
ba pronto akang padi, pokonya membantu skali, kalu mo ba buka sawa, kebetulan
lagi ini orang yang nda ada traktor, pokonya mau dng nda mau harus mo ba sewa
orang mo ba karja itu sawa, kalu nda huuu mo manahang kasiang… nda ba buka
sawa no, otomatis nda mo makan baras baru, jadi biasa kalu torang mo ba bayar
orang mo ba sewa orang yang mo ba bawa trektor ni Rp.17500, per pangempang ,
pokonya so tinggal mo tana padi itu…” ( Wawancara, 02-04-2013)
Maksud Dari bapak Sumitro :
“…kalau untuk saya sih taktor, deros dan alat-alat yang lain, sangat membantu
masyarakat petani, kalau tarktor gunanya untuk mengolah sawah, kalau dros
digunakan untuk melakukan pemanenan gabah (padi), sangat membantu skali, kali
mo ba buka sawa, kebetulan lagi ini orang yang nda ada traktor, poknya kalau tidak
mau maka akan menahan, tidak membuka sawah,tidak akan makan beras baru. Jadi
biasanya kalau menyewa orang untuk melakukan pebajakan sawah dengan harga
per petak Rp.17500, pemilik swah tinggal menanm padi kembali.
Penuturan dari Informan bapak Sumitro di atas dapat di simpulkan, penggunaan
teknologi pertanian, atau alat penggarap sawah (traktor), mesin penghasil padi (deros) dan
lain sebaginya, dari kesemua itu dalam setiap penggunaannya pasiti di perlukan tenaga ahli,
untuk mengoperasikan alat tersebut. jadi di sisi lain si tenaga ahli ini di bayar oleh sang
pemilik tanah atau sawah yang mau dibuka lahan garapannya dengan cara di sewa dalam
setiap melakukan penggarpan sawah tersebut, maka gaji yang di berikan kepada tenaga ahli
tersebut sebesar Rp.17500 per perpetak. Ini menunjukan bahwa petani yang menggunakan
teknologi modern sangat lah membantu meringankan beban ekonomi masyarkat petani.
Informan “Asri” Mengatakan :
“…kalu kita tau ba joki biasa dalam 1 hari karja torang mo dapa karja itu sawah
sampe 2 atau 3 pangempang perhari, jadi dari mulai ba pajeko sampe deng ba
lotari itu, depe ongkos bayar biasa dari Rp.17500- Rp.20000 tergantung torang p
pembicaraan deng tuang tanah...” (Wawancara, 02-04-2013).
Maksud dari bapak asri :
“…kalau untuk saya, saya tau mengunakan trektor, biasanya dalam sehari kami
melakukan proses pembajakan sawah sampai 2 atau 4 petak perhari, jadi dari mulai
membajak sampai melakukan proses lotari, biasa ongkos sewa yang di bayar oleh
sang pemilik tanah Rp. 17500- Rp.20000 tergantung dari pembicaraan dengan
pemilik sawah.
Dari penuturan informan bapak Asri diatas dapat di simpulkan, dalam setiap
melakukan pengolahan hasil garapan sawah, seseorang yang tau menggunakan traktor di
bayar oleh pemilik sawah dengan bayaran Rp.17500- Rp.20000, ini menunjukan bahwa
teknologi pertanian sangat membantu masyarakat dalam hal mengolah dan mengghasilkan
nilai ekonomi yang sangat membantu masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Informan “Ma’ruf” mengatakan :
“…biasa juga kalu torang mo ba pajeko deng ba lotari sawa, kalu ini tuang tanah
nda mampu mo ba bayar depe sewa, dorang mo bialng p torang baku bahagi pece
jo, jadi cuman yang orang ba bawa deng yang depe tuang traktor ini yang mo ba isi
Solar mo ba garap akang sawah. Baru komang kalu untuk mo ba dros padi torang
mo baku bahagi belek, baku bahagi tujuh,sampe k tuju maso p tuang dros…”
(waancara, 04-04-2013).
Maksud dari bapak ma’ruf :
“…biasanya kalau kami melakukan pembajakan sawah, biasa sang pemilik tanah
kalau tidak mampu untuk menyewa orang kerja atau tenaga ahli, mereka mau
membagi dua hasil, (bahagi pece) dengan kami, jadi hanya orang yang membawa
traktor atau tenaga ahli dan pemilik traktor yang membeli solar untuk mengggarap
sawah tadi, kemudian kalau untuk mesin deros padi mereke menyewa dengan padi,
biasanya baku bahagi tujuh belek, yang ketujuh masuk ke tuang deros.
Penuturan informan bapak Ma’ruf di atas di simpulkan, bahawa setiap proses
penggarapan lahan pertanian, biasanya sang pemilik tanah yang tidak mammpu menyewa
dengan uang, maka si pemilik tanah yang akan di garap ini melakukan pembicaraaan
dengan si pemilik traktor atau orang yang membawa traktor, setelah melakukan
pembicaraan maka dalam perjajian tersebut mereka sepakat untuk melakukan pembahagian
hasil dengan cara bagi dua, begitu juga kalau dalam setiap proses melakukan pemanenan
gabah mereka menyewa deros, dengan menggunakan padi sebagai sewa atau upah,
biasanya dalam pembagian upah dilakukan dengan pembagian bagi tujuh, yang ke tujunya
masuk sama si pemilik deros. Dari sini jelas bahwa traktor deros sangatlah membantu
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Informan “Darmawan” menyatakan :
“… ini teknologi pertanian so b bantu sakali, kalu torang dulu mo ba karja sawa ini
mo ba pake sapi mo ba pajeko akang sawa ini, tapi skrang so modern so ada ini
trakor, deros deng alat-alat yang laeng, dulu kalu torang mo ba pajeko sawah
cuman 2-3 pangempang yang mo dapa pajeko di satu hari, karna apa mo pake
tenaga sapi ini kasiang, mar kalu torang pake traktor biasa itu 1 hari mo dapa
sampe 3-5 pangempang, jadi ini terektor depe karja copat baru komang kalu ada
depe untung lagi, biasa kalu dorang mo suruh ba buka dorang p sawah dorang mo
bayar…” (Wawancara, 05-04-2013).
Maksud dari bapak Darmawan :
“…teknologi pertanian ini sangatlah membantu sekali, kalau dulu kami melakukan
penggarapan sawah menggunakan sapi sebagai alat untuk mengggarap sawah, tapi
sekarang hadir berbagai macam alat-alat prttanian modern (taktor, deros dan alat-
alat pertanian lainnya) , kalau dulu dlam melakukan pembajakan sawah biasanya
cuman 2-3 petek yang bisa terselesaikan dalam 1 hari, tapi sekarang ini sudah ada
teknologi modern, kalau dalam pengunaan traktor biasanya kami dalam sehari bisa
menggarap sawah sampai 3-5 petak. Jadi cara kerja dari traktor ini sangatlah cepat,
kemudian di sisi lain ada kentungan , biasanya kalu ada petani yang mau membuka
lahan pertanian merek merka menyewa orang karja untuk menggarap lahan
pertanian mereka…”
Penuturan informan bapak Darmawan di atas dapat di simpulkan, kalau dulu
masyarakat petani masih tradisional dalam melakukan penggarapan sawah dan ladang,
mereka masi menggunakan sapi sebagai alat untuk menggarap sawah dan ladang mereka
tapi seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, masyarakat mulai mengenal
yang namanya teknologi petanian, dan bahkan masyarakat mampu mengoprasikan
teknologi pertanian, seperti alat untuk meggarap sawah (Traktor), mesin penghasil padi
(deros) dan alat-alat pertanian lainnya.
Informan “Daud” mengatakan :
“…kalau kita pribadi sih, ini taraktor dng mesin deros padi ini sangat membantu,
depe conto kita mo pake alat ini trakor mo ba garap akang kita p sawa deng orang
p sawah, kalu kita mo ba garap orang pe sawah dorang mo bayar dari Rp. 17500-
20000 per pangempang, doi yang ini dorang mo kase p kita ini qt mo ba bili akang
solar, jadi sisa dari ba bili akang miyak kita mo simpan mo pake di keperluan
sehari-hari..” (Wawancara, 05-05-2013).
Maksud dari bapak Daud :
“…kalau saya pribadi, traktor, mesin deros, dan alat-alan pertanian lainya
membantu masyarakt petani, contohnya saja saya, saya menggunakan ini traktor
untuk menggarap lahan pertanian saya dang lahan pertanian orang laini, kalau
dalam proses penggarapan orang lain punya lahan, mereka menyewa sama saya
sengan pembayaran dari Rp.17500-Rp.20000 per petak, uang yang di kasih sama
pemilik sawah ini, sebagian di gunakan untuk membelih minyak solar, dan sisanya
lagi saya simpan untuk keperluan kebutuhan sehari hari.
Dari penuturan informan bapak Daud di atas di simpulkan, dalam setiap
penggunaan teknologi pertanian sangatlah di perlukan, terutama dari segi penghasilan, yang
pengasilannya dulu masih di katakana masih kurang dalam aritian tidak mencukupi
kebutuhan sehari-hari, dan ketika teknologi ini hadir di tengah-tengah kehidupan
masyarakat petani sekarang ini, maka pengasilan dan pendapatan dari masyarakat
meningkat dari yang sebelumnya karna di bayar dengan cara di sewa oleh si pemilik sawah.
Informan “Santy” mengatakan :
“…kalau di lihat depe perkembangan skarang ini de, teknologi pertanian ini sangat
membatu masyarakat petani, masyarakat sekarang dorang mo ba pake ini traktor,
deros dan alat-alat pertanian lain, dorang mo suru bayar sebagai depe ongkos
karja, jadi ini orang karja dapat bayaran dari depe tuang sawah, baru ini taktor ini
depe guna banya bole mo ba angka akang kalapa, padi, milu deng laeng-laeng,
baru depe cara karja copat lagi kua…” (Wawancara, 06-05-2013).
Maksud dari informan ibu Santy :
“…kalau dilihat dari perkembangan sekarang ini de, teknologi pertanian sangatlah
membantu masyarakat petani, kalau masyarakat sekarang mereka mnggunakan
traktor, deros dan alat-alat pertanian lain, biasanya mereka maeminta imbalan
sebagai balas jasa kerja, kemudian oranag yang membawa traktor ini mendapat
bayarak dari si pemilik sawah, kemudian juga gunda daari traktor ini bisa di
gunakan untuk menggangkat kelapa, padi, milu dan lain sebagainya dan juga cara
kerja cepat.
Dari penuturan informan ibu Santy di atas di simpulkan, penggunaan teknologi
yang modern sangatlah membantu perekonomian masyarakat petani, petani yang
menggunakan traktor, deros dan alat-alat pertanian lainnya, sangat memberikan kemudahan
bagi para petani sawah untuk menggarap lahan petanian mereka, di sisi lain pendapatan dari
hasil pertanian meningkat dan juga memberikan kemudahn bagi masyarakat petani,
biasanya dalam penggunaan dalam proses membajak sawah di gunakan alat-alat traktor,
deros dan alat-alat teknologi pertanian lainnya.
Informan “Muslimin” mengatakan :
“…kalu setiap mo ba musim ba karja sawa ini, depe masyarakat sini pokonya so
banya yang ka sawa itu mo baku bantu ba kase bersih dorang p sawah, baru ini
traktor so mulai ba karja itu sawa yang mo tanam padi, baru dorang mo mulai mo
ba tono dorang pe bibit padi, deng mo ba kase bersi litir, baru kalu so selesai ba
kaarja itu orang yang ba bwa terektor, dorang somo ba tanam padi itu, baru ini
orang yang ba tanam padi dorang mo bayar biasa dalam 1 hati itu Rp.70 per hari,
baru kalu so selesai ba tanam padi baru mo ba pupuk padi, baru kalu so dekat-
dekat ba buah, biasa torang mo semprot buah, baru kalu so selesai ba sabit padi,
dorang mo doros itu padi, kalu so selesai baru mo giling di gilingan padi...”
(Wawancara, 07-05-2013).
Maksud dari bapak Muslimin :
“… dalam setiap musim menanam padi, masyarakat yang di sini biasanya mereka
pergi ke sawa untuk membersihkan sawah mereka, kemudian traktor mulai di
turunkan ke sawah untuk mengolah lahan pertanian tadi untuk di lakukan
penanaman padi, kemudian kami melakukan merendaman bibit padi, kemudian juga
mereka membersihkan litir sawah, kemudian kalau sudah selesai bekerja orang yang
membaw traktor tadi, kami siap untuk menanam padi, kemudian dalam setiap
melakukan penanaman padi harus ada orang yang menanam, biasanya orang yang
mau menanam padi itu di sewa, dngan bayaran Rp.75 per hari, kemudian kalau udah
selesai proses penanamannya kemudian di beri pupuk padi, kemuian kalau udah
mau dekat-teakat padi mau melakukan proses pembuahan, maka di semprot dengan
racun hama, kemudian memasuki buahnya siap untuk di panen, maka harus di
lakukan dengan cara di deros, kemudian kalau udah selesai proses derosnya,
kemudian di bawa ke tempat penggiling padi.
Penuturan dari informan bapak Muslimin di atas dapat di simpulkan bahwa, dalam
setiap proses pengolahan pertanian memang sangatlah membutuhkan tenaga ahli untuk
mengoperasikan alat-alat pertanian, dari awal proses pembibitan sampai dengan penanaman
dan juga sampai memasuki paska panen, tarktor, deros dan alat-alat pertanian sangatlah
membantu atau mempermudah cara kerja masyarakat dalam setiap melakukan proses
penggarapan sampai memasuki paska panen dan seterusnya, sehingga di sisi lain penerapan
teknologi yang tepat bisa meningkatkan produktifitas dan hasil panen.
Setelah di lihat dan di amati hasil wawancara di atas dapat ketahui bahwa desa kopi
merupakan desa yang memiliki lahan pertanian serta perkebunan yang luas, kemudian di
lihat dari mata pencaraian masyarkat yang berada di desa kopi sebagain basar mata
pencaharian mereka sebagian besar yaitu pentani sawah, ini berdasarkan data yang berhasil
di himpun oleh penulis. Warga yang ada di desa kopi umumnya bekerja di sektor pertanian,
didukung dengan lahan yang cukup luas, pengembangkan bidang pertanian sawah, akan
berpengaruh terhadap peningkatan penghasilan masyarakat di desa kopi dimana sebagian
besar masyarakat adalah petani padi. Masyarakat yang berada di desa kopi juga
menggunakan mesin deros, untuk menghasilkan gabah setelah itu di produksi di mesin
penggiling padi dan menghasilkan Beras, kemudian kegunaan traktor di bidang pertanian
juga untuk menarik peralatan pengolah tanah seperti bajak singkal, bajak rotari, dan garu,
juga alat transportasi seperti gerobak untuk menggerakkan peralatan stasioner, seperti
generator listrik, mesin pompa air, mesin penggilingan gabah, dan lainnya.
Kemudian cara atau teknik pengolahan sawah bagi petani khususnya yang ada di
desa kopi sudah menunjuk ke arah modern dengan menggunakan alat traktor, deros dan
alat-alat pertanian lainnya, sebagai alat untuk mengolah pertanian mereka dan juga sebagai
alat untuk megolah lahan perkebunan, selain alat traktor ternyata memrikan kemudahan
baik dalan tahap proses penggarapan maupun dalam proses penghasilan. Dengan hadirnya
inovasi teknologi pertanian mempermudah cara kerja masyarakat dalam mengelolah hasil
pertanian dan kemudian hasil produksi pertanian meningkat, terutama dari segi penggunaan
sampai ke penghasilan masayarakat petani.
Di dalam hasil penelitian ini penulis menemukan bahwa sebelum masyarakat menggunakan
teknologi pertanian ini tingkat penghasilah masyarakat tidak meningkat dengan hanya bisa
memenuhi kebutuhan sehari hari, kemudian masyarakat dahulunya hanya bisa menyimpan
hasil panennya untuk kehidupan memenuhi kebutuhan yang tidak terduga. Sebaliknya
masyarakat yang menggunakan teknologi pertanian masyarakat mampu mengolah dan
menghasilkan jumlah panen yang lebih dengan mengambil keuntungan dari proses
pengolahan lahan sampai dengan hasil panen.