bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4.1 gambaran umum...
TRANSCRIPT
55
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Obyek penelitian
Kabupaten Bone Bolango dibentuk berdasarkan Undang–undang
Nomor 6 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Bone Bolango dan
Kabupaten Pohuwato di Provinsi Gorontalo (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4269).
Bertitik tolak Amanah Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang
Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah melalui Undang-undang
Nomor 32 Tahun 2004 serta mengingat Undang-Undang Nomor 38 Tahun
2000 tanggal 22 Desember yang mengatur Tentang Pembentukan Provinsi
Gorontalo yang kala itu hanya memiliki tiga daerah, sementara idealnya
minimal harus memiliki lima Kabupaten/Kota, maka atas semangat dan aspirasi
seluruh kalangan masyarakat di empat Kecamatan di Kabupaten Gorontalo
masing-masing Kecamatan Suwawa, Kabila, Tapa dan Bonepantai dibentuklah
Komite Solidaritas Pembentukan Kabupaten Baru (KSPKB) yang berusaha,
berjuang menjadikan empat kecamatan ini untuk menjadi suatu daerah
Kabupaten. Tepat tanggal 6 Mei 2003 diresmikanlah Kabupaten Bone Bolango
sebagai Kabupaten yang keempat di Provinsi Gorontalo sesuai amanat Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2003 Tentang Pembentukan Kabupaten Bone Bolango
dan Kabupaten Pohuwato di Provinsi Gorontalo.
56
4.1.1 Letak Geografis
Kabupaten Bone Bolango dengan luas wilayah 1984,58 Km2 berada
pada ketinggian 0 – 1500 meter dari permukaan laut, terletak antara 0,27’ –
1.01’ Lintang Utara dan antara 121.23’ – 122.44’ Bujur Timur.
4.1.2 Batas Wilayah
Batas Wilayah Kabupaten Bone Bolango yakni pada sebelah utara
berbatasan dengan Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo dan Kabupaten
Bolaang Mongondow, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bolaang
Mongondow, sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Tomini dan sebelah
Barat dengan Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo dan Kecamatan Kota
Utara dan Kota Selatan Kota Gorontalo. Wilayah Kabupaten Bone Bolango
sebelah timur dan utara umumnya merupakan kawasan Taman Nasional
Bogani Nani Wartabone dengan aksesibilitas wilayah yang sangat terbatas.
Berdasarkan kondisi ini, lahir sebuah konsep inovatif untuk merencanakan
wilayah tersebut sebagai kawasan penyangga ( buffer area ) dan secara
bertahap membuka akses lintas utara selatan melalui berbagai program strategis
antara lain pembukaan jalan Tapa – Atinggola, membangun jalan lingkar dalam
rangka pengembangan berbagai wilayah kawasan yang berpotensi untuk
meningkatkan produktivitas sumber daya alam antara lain sektor pertanian dan
peternakan serta perkebunan. Disamping itu, terdapat beberapa wilayah yang
berpotensi pengembagan kawasan kepariwisataan daerah.
57
4.1.3. Luas Wilayah
Secara geografis Kabupaten Bone Bolango memiliki luas wilayah
1.984,58 Km2 yang tersebar pada 17 kecamatan dan 1 Kecamatan Persiapan.
Dengan luas wilayah tersebut maka Kabupaten Bone Bolango memiliki
proporsi wilayah kurang lebih 16,24% dari luas wilayah Propinsi
Gorontalo.
4.1.4.Topografi
Kondisi wilayah Kabupaten Bone Bolango sebagian besar merupakan
daerah dataran tinggi (pegunungan). Secara umum kondisi topografi wilayah
Kabupaten Bone Bolango dikelompokkan kedalam 3 (tiga) kelompok, yakni :
a. Kondisi lahan dengan permukaan dataran tinggi (bergunung) atau
berada pada kemiringan lereng di atas 40%. Persebaran lahan berada di
Kecamatan Suwawa, Bonepantai, Kabila dan Bulango Utara.
b. Kondisi lahan dengan relief berbukit (bergelombang) dengan
tekstur morfologi sedang. Persebaran lahan sebagian besar berada di setiap
Kecamatan di Kabupaten Bone Bolango.
c. Kondisi dengan relief permukaan rendah. Persebaran lahan berada
di Kecamatan Tapa, Suwawa dan Kabila.
Selain itu, wilayah Kabupaten Bone Bolango ini dilalui oleh beberapa
Daerah Aliran Sungai (DAS). DAS terbesar yang melalui wilayah tersebut
adalah DAS Bone dan Bulango, dimana Kecamatan yang dilalui adalah
Kecamatan Suwawa, Kecamatan Kabila dan Kecamatan Tapa. Luas DAS ini
58
adalah ± 265.000 Ha dengan panjang sungai utama 100 Km yang bermuara ke
Teluk Tomini. Sedangkan untuk pemenuhan kebutuhan air bersih kebutuhan
sehari – hari masyarakat, diperoleh melalui air tanah galian dengan kedalaman
5 – 10 meter.
Kabupaten Bone Bolango adalah sebuah kabupaten di Provinsi
Gorontalo, Indonesia. Kabupaten ini merupakan hasil pemekaran Kabupaten
Gorontalo tahun 2003. Pada waktu dimekarkan Kabupaten Bone Bolango
hanya terdiri atas empat wilayah kecamatan, yaitu:
1. Bonepantai,
2. Kabila,
3. Suwawa, dan
4. Tapa.
Sampai saat ini (September 2011) Kabupaten Bone Bolango mengalami
banyak proses pemekaran kecamatan dan desa/kelurahan, sehingga jumlah
kecamatan dan desa/ kelurahan menjadi banyak, yaitu 17 kecamatan dan 1
kecamatan persiapan (wilayah Pinogu, cs), 152 desa, dan 4 kelurahan.
Di samping itu, Kabupaten Bone Bolango terdiri atas 4 kelurahan dan
152 desa dengan jumlah penduduk 141.721 jiwa (berdasarkan data SP 2010).
Luas wilayahnya adalah 1.984,31 km², sehingga daerah ini memiliki tingkat
kepadatan penduduk sekitar 71,42 jiwa/km².Ada pun daftar lengkap kecamatan
59
dan desa/ kelurahan yang ada di kabupaten Bone Bolango hingga September
2010 adalah sebagai berikut.
1. Bone, terdiri atas 13 desa, yaitu: (1) Bilolantunga; (2) Cendana
Putih; (3) Ilohuuwa; (4) Inogaluma; (5) Masiaga; (6) Molamahu; (7) Monano;
(8) Moodulio; (9) Muara Bone; (10) Sogitia; (11) Taludaa; (12) Tumbuh
Mekar; dan (13) Waluhu.
2. Bonepantai, terdiri atas 14 desa, yaitu: (1) Batu Hijau; (2)
Bilungala; (3) Bilungala Utara; (4) Kamiri; (5) Lembah Hijau; (7) Ombulo
Hijau; (8) Pelita Hijau; (9) Tamboo; (10) Tihu; (11) Tolotio; (12) Tongo; (13)
Tunas Jaya; dan (14) Uabanga.
3. Boneraya, terdiri atas 8 desa, yaitu: (1) Alo; (2) Inomata; (3) Laut
Biru; (4) Moopiya; (5) Mootayu; (6) Mootinelo; (7) Pelita Jaya; dan (8)
Tombulilato.
4. Botupingge, terdiri atas 7 desa, yaitu: (1) Luwohu; (2) Panggulo;
(3) Panggulo Barat; (4) Tanah Putih; (5) Timbuolo; (6) Timbuolo Tengah; dan
(7) Timbuolo Timu.
5. Bulango Selatan, terdiri atas 10 desa, yaitu: (1) Ayula Selatan; (2)
Ayula Tilango; (3) Ayula Timur; (4) Ayula Utara; (5) Huntu Selatan; (6) Huntu
Utara; (7) Lamahu; (8) Mekar Jaya; (9) Sejahtera; dan (10) Tinelo Ayula.
6. Bulango Timur: , terdiri atas 5 desa, yaitu: (1) Bulotalangi; (2)
Bulotalangi Barat; (3) Bulotalangi Timur; (4) Popodu; dan (5) Toluwaya.
60
7. Bulango Ulu, terdiri atas 7 desa, yaitu: (1) Ilomata; (2) Mongiilo;
(3) Mongilo Utara; (4) Owata; (5) Pilolaheya; (6) Suka Makmur; dan (7) UPT
Owata.
8. Bulango Utara, terdiri atas 9 desa, yaitu: (1) (1) Bandungan; (2)
Boidu; (3) Bunuo; (4) Kopi; (5) Lomaya; (6) Longalo; (7) Suka Damai; (8)
Tuloa; dan (9) Tupa.
9. Bulawa, terdiri atas 9 desa, yaitu: (1) Bukit Hijau; (2) Bunga Hijau;
(3) Kaidundu; (4) Kaidundu Barat; (5) Mamungaa; (6) Mamungaa Timur; (7)
Mopuya; (8) Nyiur Hijau; dan (9) Patoa.
10. Kabila, terdiri atas 8 desa dan 4 kelurahan, yaitu: (1) Dutohe; (2)
Dutohe Barat; (3) Oluhuta [Kelurahan]; (4) Oluhuta Utara; (5) Padengo
[Kelurahan]; (6) Pauwo [Kelurahan]; (7) Poowo; (8) Poowo Barat; (9) Talango;
(10) Tanggilingo; (11) Toto Selatan; dan (12) Tumbihe [Kelurahan].
11. Kabilabone, terdiri atas 9 desa, yaitu: (1) Biluango; (2) Bintalahe;
(3) Botubarani; (4) Botutonuo; (5) Huangobotu; (6) Modelomo; (7) Molotabu;
(8) Olele; dan (9) Oluhuta.
12. Suwawa, terdiri atas 10 desa, yaitu: (1) Boludawa; (2) Bube; (3)
Bube Baru; (4) Bubeya; (5) Helumo; (6) Huluduotamo; (7) Tinelo; (8)
Tingkohubu; (9) Tingkohubu Timur; dan (10) Ulanta.
13. Suwawa Selatan, terdiri atas 8 desa, yaitu: (1) Bonda Raya; (2)
Bondawuna; (3) Bonedaa; (4) Bulontala; (5) Bulontala Timur; (6) Libungo; (7)
Molintogupo; dan (8) Pancuran.
61
14. Suwawa Tengah, terdiri atas 6 desa, yaitu: (1) Alale; (2) Duano; (3)
Lombongo; (4) Lompotoo; (5) Tapadaa; dan (6) Tolomato.
15. Suwawa Timur, terdiri atas 11 desa, yaitu: (1) Bangio; (2) Dataran
Hijau; (3) Dumbayabulan; (4) Panggulo; (5) Pinogu; (6) Pinogu Permai; (7)
Poduoma; (8) Tilangobula; (9) Tulabolo; (10) Tulabolo Barat; dan (11)
Tulabolo Timur.
16. Tapa, terdiri atas 7 desa, yaitu: (1) Dunggala; (2) Kramat; (3)
Langge; (4) Meranti; (5) Talulobutu; (6) Talulobutu Selatan; dan (7)
Talumopatu.Tilongkabila, terdiri atas 12 desa, yaitu: (1) Bongoime; (2)
Bongopini; (3) Butu; (4) Iloheluma; (5) Lonuo; (6) Motilango; (7) Moutong;
(8) Permata; (9) Tamboo; (10) Toto Utara; (11)Tunggulo; dan (12) Tunggulo
Selatan.
4.1.5. Keadan Geografis Kecamatan Bulango Timur
Kecamatan bulango timur merupakan salah satu dari 17 kecamatan yang ada pada
kabupaten Bone Bolango,kecamatan ini terletak pada garis lintang 1,10 Lintang
utara,0,20 Lintang selatan,123 40 bujur timur,120 20 bujur barat danterdiri atas 5 desa.
Luas wilayah kecamatan bulango timur adalah sebesar 10.82 km atau sebesar 0,55% dari
luas wilayah kabupaten Bone Bolango,desa terluas adalah Bulotalangi Timur.Di lihat dari
morfologi permukaan bumi yang terluas adalah daerah pegunungan dan dataran rendah.
Batas wilayah kecamatan bulango timur terletak di sebelah timur kecamatan tapa,sebelah
barat kecamatan tilongkabila sebelah utara kecamatan bulango selatan dan sebelah selatan
kecamatan tapa.
62
Tabel (1)
Luas kecamatan menurut desa dan keadan tanah di kecamatan bulango Timur pada tahun
2012 dapat dI lihat pada tabel berikut :
Berdasarkan data statistik Kecamatan tahun 2011 Kecamatan ini
memiliki 5.309 jiiwa yang terdiri dari 2.638 jiwa pria dan 2.671 jiwa wanita.
Penduduk ini tersebar pada 5 desa dan salah satunya adalah desa Bulotalangi
yang menjadi lokasi penelitian.
Desa Bulotalangi yang menjadi lokasi penelitian ini terdapat di
Kecamatan Bulango Timur. Secara geografis Desa Bulotalangi merupakan
salah satu desa diantara 5 desa di Kecamatan Bulango Timur Kabupaten
BoneBolango yang berjauhaan dengan ibu kota gorontalo.
Wilayah desa ini memiliki luas 10,82 ha mencakup dataran rendah
seluas 2,19 km dan perbukitan atau pegunungan 1.740 ha dan pada ketinggian
kurang lebih 50 meter.
Dari frofil desa Bulotalangi tahun 2011 diperoleh pula bahwa pemilikan
tanah tersebut tersebar pada kepala-kepala keluarga.
DESA Keadaan tanah (Km)
Dataran
rendah
Dataran
tinggi
pegunungan JUMLAH
(1) (2) (3) (4) (5)
Bulotalangi 2.19 0,50 - 2,69
Bulotalangi Barat 1,99 0,50 - 2,49
Bulutalangi Timur 1,69 1,92 - 3,62
Toluwaya 1,20 0,00 - 1.20
Popodu 0,83 0,00 - 0,83
Jumlah 7,90 2,92 - 10,82
63
Di desa ini tanah pertanian, perkebunan serta pekarangan ditanami
berbagai macam tanaman baik tanaman tahunan maupun tanaman musiman,
misalnya kelapa, mangga, pisang, jagung, cabe, tomat, serta sayur-sayuran.
Diantara berbagai jenis tanaman tersebut yang memiliki nilai ekonomi yang
paling menonjol di desa ini adalah jagungi,cabe serta tomat
Untuk mencapai desa Bulotalangi tidaklah begitu sulit, karena
prasarana penghubung yang tersedia berupa kenderaan motor.bentor mobil
cukup memadai,danwaktu tempuh ke Ibu kota hanya dalam waktu 30 menit.
Fasilitas pengakutan pribadi yang dimiliki oleh penduduk di desa ini
berdasarkan data pada profil desa Bulotalangi Kecamatan bulango timur
Kabupaten Bonebolango tahun 2011 adalahbecak motor (bentor) , sepeda
motor serta mobil. Dari data registrasi diperoleh bahwa jumlah bentor sebanyak
204, sepeda motor sebanyak 360 buah dan kenderaan beroda empat sebanyak
39 buah.
Kedekatan jarak dengan daerah perkotaan dan ketersediaan sarana
angkutan tersebut sangat membuka kesempatan bagi warga desa ini untuk
berinteraksi dengan masyarakat kota. Dalam kenyataan sebagaimana yang
penulis saksikan sendiri, bahwa setiap saat penduduk desa Bulotalangi ada
yang bepergian ke kota selain yang sudah tetap bepergian seperti pegawai.
Keterbukaan terhadap sentuhan pengaruh masyarakat kota tercermin
pula pada kedekatan jarak antara desa dengan berbagai jenis fasilitas umum
diperkotaan seperti pasar, pertokoan, rumah sakit, bank, terminal, kantor pos,
64
telepon serta fasilitas-fasilitas lain seperti penyewaan alat-alat pesta, yang
semuanya dengan mudah dimanfaatkan oleh penduduk desa.
4.1.6. Keadaan Demografis
Masalah penduduk merupakan masalah yang sangat penting dalam
setiap masyarakat, sebab berhasil serta maju tidaknya masyarakat, sangat
ditentukan oleh faktor penduduknya. Berdasarkan data pada frofil desa
Bulotalangi Kecamatan Bulango Timur Kabupaten Bone Bolango tahun 2011
bahwa jumlah penduduk desa Bulotalangi secara keseluruhan adalah 224
Kepala keluarga dengan jumlah 1048 jiwa, dan terdiri 503 jiwa penduduk
laki-laki dan 545 penduduk perempuan. Dari jumlah penduduk Desa
Bulotalangi sebanyak 1048 jiwa ini, memiliki variasi usia maupun golongan
umur.
Tabel 2
Jumlah penduduk menurut desa dan jenis kelamin di kec.Bulango Timur dapat di lihat
pada tabel berikut :
DESA Penduduk (Orang)
Laki-
laki
Perempu
an
Jumlah Rasio Jenis
Kelamin (1) (2) (3) (4) (5)
Bulotalangi 503 545 1048 92
Bulotalangi Barat 597 607 1204 98
Bulutalangi Timur 415 425 840 98
Toluwaya 462 453 915 102
Popodu 661 641 1302 103
Jumlah 2,638 2,671 5,309 99
65
Berdasarkan data yang berada di kecamatan bulango timur tahun
2011 variasi usia atau golongan adalah masyarakat yang berumur 0-4 bulan
sebanyak (520 jiwa ), penduduk berumur 5 -9 tahun sebanyak (495 jiwa),
umur 10-14tahun sebanyak (482 jiwa), umur 15-19 tahun sebanyak (493 jiwa),
umur 20-24 tahun sebanyak (452 jiwa ).
Umur 25-29 tahun se-banyak (427 jiwa), umur 30-34 tahun sebanyak
(402 jiwa ), umur 35-39 tahun sebanyak (405 jiwa), umur 40-44 tahun
sebanyak (415 jiwa), umur 45-49 tahun sebanyak (396 jiwa), umur 50-54 tahun
sebanyak (257 jiwa), umur 55-59 tahun sebanyak (213 jiwa),umur 60-64 tahun
sebanyak (243 jiwa),serta penduduk yang memiliki golongan umur lebih dari
65+ tahun sebanyak (146 jiwa) dari jumlah penduduk.
Tabel 3
Jumlah penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin di
bulango timur
Kelompok umur Laki-laki perempuan Umur
0-4 281 239 520
5-9 280 215 495
10-14 233 249 482
15-19 211 282 493
20-24 240 212 452
25-29 200 227 427
30-34 209 193 402
35-39 204 201 405
66
40-44 208 207 415
45-49 164 195 359
50-54 118 139 257
55-59 90 123 213
60-64 100 143 243
65+ 68 78 146
Jumlah 2606 2703 5309
Berdasarkan data tentang penduduk desa Bulotalangi Kecamatan
bulango Timur menunjukan usia yang tidak produktif lebih kecil dibandingkan
dengan usia yang produktif.
4.1.6.Keadaan Pendidikan Penduduk
Masalah pendidikan merupakan suatu masalah yang tidak terpisakan
dengan dinamika kehidupan masyarakat. Sebab melalui pendidikan, akan
tercipta masyarakat yang memilki kemampuan, kepekaan maupun kreaktivitas
terutama melihat berbagai fenomena sosial dalam dinamika kehidupannya
sehari-hari.
Tingginya tingkat pendidikan juga sangat terkait dengan perubahan
suatu masyarakat, sebab salah satu faktor yang sangat menentukan perubahan
suatu masyarakat faktor pendidikan memiliki andil serta peran yang tidak
sedikit. Berdasarkan data yang diperoleh melalui frofil desa Bulotalangi
Kecamatan bulango timur terlihat bahwa angka buta aksara dan buta angka
sangat kecil yakni 34 jiwa dari 1048 jiwa total penduduk desa Bulotalangi,
67
demikian pula dengan penduduk yang tidak tamat sekolah dasar sebesar 132
jiwa .
Selanjutnya penduduk yang memiliki pendidikan tamat sekolah dasar
lebih besar prosentasenya yakni sebesar 382 jiwa. Tamat Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama sebesar 215 jiwa tamat Sekolah menengah Umum atau
Sekolah Lanjutan Menegah Kejuruan sebesar 245 jiwa serta penduduk yang
memiliki pendidikan lulus Perguraun Tinggi sebesar 40 jiwa.
Dari 1048 total penduduk desa Bulotalangi Kecamatan Bulango Timur
terdapat 348 jiwa yang belum bersekolah. Penduduk yang belum bersekolah ini
adalah yang berusia 0-12 bulan dan 13 bulan sampai dengan 4 tahun.
Sedangkan 597 jiwa masih menempuh pendidikan baik pendidikan di tingkat
Sekolah Dasar, Sekolah Lanjutan Pertama dan Menengah serta Perguruan
Tinggi. Sehingga jumlah penduduk yang tidak dimasukan dalam komposisi
penduduk berdasarkan tingkat pendidikannya adalah 1145 jiwa.
Secara umum masalah tingkat pendidikan penduduk Desa Bulotalangi
Kecamatan bulango timur Kabupaten Bone Bolango pada umumnya rata-rata
tamat Sekolah Dasar. Disamping itu ada sebagian yang lulus sekolah lanjutan
Tingkat Pertama maupun tingkta Atas, bahkan ada yang sampai Keperguruan
Tinggi.
Tabel 4
Jumlah penduduk menurut pendidikan terakhir yang di tamatkan menurut desa di
kec Bulango Timur
DESA Blm
sekolah
Tidak
SD
Tamat
SD
Tamat
SMP
Tamat
SMA
Tamat
PT
Jumlah
68
Bulotalangi 46 132 382 215 247 40 1062
Bulotalangi
Barat
100 122 279 135 144 72 854
Bulotalangi
Timur
54 158 103 63 48 9 435
Toluwaya 101 93 212 111 247 69 833
Popodu 58 26 254 72 131 87 628
Jumlah 359 531 1230 598 817 277 3812
Hal ini sesuai dengan ungkapan Kepala Desa bulotalangi kec.Bulango
Timur Ibu Irma Hudji (52 thn) “Secara umum pendidikan di desa Bulotalangi
kec.Bulango Timur ini rata-rata mereka lulus Sekolah Dasar, akan tetapi
sebagian pula masyarakat di sini lulus Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan
Atas, bahkan ada pula yang lulus Perguruan Tinggi. Dalam kehidupan
masyarakat desa Bulotalangi sekarang ini pendidikan yang dimiliki oleh
masayarakatnya terlihat sudah agak mempengaruhi kegiatan maupun aktivitas
masyarakat di desa. Misalnya hal ini terlihat dari kurangnya aktivitas
masyarakat terhadap kegiatan kerja bakti di desa.
4.1.7. Keadaan Mata Pencaharian
Masyarakat Desa Bulotalangi Kecamatan Bulango Timur
Kabupaten Bone Bolango sebagaimana lazimnya masyarakat lain pada
umumnya memiliki etos kerja yang tinggi. Kebanyakan masyarakat terjun di
bidang pertanian. Pertanian sebagian besar dilakukan secara tradisional tetapi
ada pula petani yang telah memadukannya dengan inovasi baru dalam bidang
pertanian.
69
Meskipun keadaan alam desa Bulotalangi hampir sebagian besar
bergunung-gunung tidak menjadikan masyarakat seabagai suatu tantangan,
malahan masyarakat sangat bersedia menerima inovasi-inovasi baru dalam
bidang pertanian misalnya penggunaan traktor, pemupukan dalam bidang
pertanian.
Tabel 5
Klasifikasi Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan
Desa Pertanian
Tukang
Dagang Pegawai Jumlah
(orang) 1 2 3 Negeri swasta
1. Bulotalangi
2. Bulotalangi Barat
3.Bulotalangi Timur
4. Toluwaya
5. Popodu
191
193
198
101
111
18
8
4
1
29
21
109
7
12
20
21
2
12
9
39
26
33
5
26
32
41
71
11
50
88
20
11
33
25
15
266
427
263
222
334
Jumlah 740 11 60 83 122 261 104 1472
Sumber Data :Kec Bulango Timur
Keterangan :
1. Petani yang memiliki lahan Dan Pekerja Buruh Tani
2. Petani yang memiliki lahan Perkebunan
3. Peternak
Secara umum masalah mata pencaharian atau pekerjaan penduduk desa
Bulotalangi Kecamatan Bulango Timur dijelaskan Kepala Desa Irma Hudji (52
tahun) yang antara lain dituturkan bahwa:
“Penduduk di desa ini pada umumnya memiliki mata pencaharian
petani, baik petani ladang maupun petani sawah, serta sebagai petani dan ada
pula yang buruh tani. Disamping itu ada pula penduduk yang bermata
70
pencaharian sebagai pedagang, pengusaha angkutan, Pegawai negeri Sipil,
tukang baik tukang kayu maupun tukang batu dan tukang jahit pakaian”.
Selanjutnya Sekretaris Desa Bulotalangi Kecamatan Bulango Timur
Kabupaten Bone Bolango Nino Arimas (41 tahun) menuturkan bahwa di desa
ini pula, ada sebagian yang memiliki pekerjaan sampingan misalnya bila hasil
pertaniannya atau musim tidak menentu, maka ada penduduk yang bekerja
sebagai Buruh Bangunan di daerah lain serta belum ada masyarakat yang
belum memiliki mata pencaharian yang tetap.
4.2.1. Prosees Perubahan yang terjadi pada masyarkat bulotalangi .bulango
timur kab.bone bolango.
Terjadinya perubahan-perubahan di dalam masyarakat sebenarnya
bukanlah merupakan suatu hal yang luar biasa, dengan kata lain perubahan-
perubahan sosial (maupun perubahan kebudayaan) merupakan gejala yang
umum, karena setiap masyarakat atau selama masyarakat itu masih tetap ada
sudah pasti akan mengalami perubahan-perubahan.
Perubahan-perubahan bagi masyarakat yang bersangkutan maupun bagi
orang-orang luar yang menelaahnya berupa perubahan-perubahan yang tidak
menarik dalam arti kurang menyolok, juga berupa perubahan-perubahan yang
pengaruhnya terbatas maupun yang luas, serta ada juga perubahan-perubahan
yang lambat sekali, akan tetapi ada juga yang berjalan dengan cepat.
Perubahan-perubahan dimaksud hanya dapat diketemukan oleh
seseorang yang sempat meneliti susunan dan kehidupan suatu masyarakat pada
suatu waktu dan membandingkannya dengan susunan dan kehidupan
masyarakat tersebut dalam waktu yang lampau. Seorang yang belum sempat
71
menelaah suatu struktur masyarakat desa misalnya maka ia akan mengatakan
bahwa masyarakat desa tersebut tidak maju dan tidak berubah.
Apabila kebudayaan yang ada pada masyarakat cenderung untuk
bertahan atau tidak berubah, hal ini semata-mata karena disebabkan oleh faktor
kegunaan atau dilihat dari fungsi kebudayaan itu sendiri. Misalnya kebudayaan
tersebut masih dapat dipergunakan sebagai pedoman hidup dalam masyarakat.
Selain itu kecenderungan kebudayaan untuk bertahan atau keberadaanya
sengaja untuk dipertahankan, karena biasanya masyarakat menyadari bahwa
apabila terjadi perubahan suatu kebudayaan, maka akan mengoyahkan
keseimbangan sistem. Karena masyarakat dan kebudayaan merupakan suatu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan-pisahkan.
Dari konsep ini, maka timbul pertanyaan bagaimanakah dinamika
perubahan kehidupan masyarakat di desa Bulotalangi Kecamatan Bulango
Timur Kab.Bone Bolango pada umumnya khususnya perubahan Huyula dalam
bentuk Tiayo pada kehidupannya sehari-hari.
Berdasarkan dari beberapa responden yang saya wawancarai bahwa
Tiayo dalam kehidupan masyarakat desa Bulotalangi Kecamatan Bulango
Timur dewasa ini telah mulai bergeser. Dari 15 Responden yang menyatakan
bahwa Tiayo tidak dilaksanakan lagi dalam kehidupan masyarakat dewasa ini.
Hal yang demikian ini pula sebagaimana dituturkan informan Dedi Abdullah
sebagai ketua RT (54 tahun) sebagai berikut:
“Pada waktu dahulu di desa Bulotalangi ini masih berjalan dan masih
dilaksanakan oleh masyarakat. kegiatan ini dilakukan dalam membantu
kegiatan sesorang misalnya dalam menggarap suatu lahan pertanin sampai
72
saatnya akan memanen hasil pertanian dulu itu mereka tidak meminta imbalan
apa-apa, yang semua itu hanya ditujukan untuk membina hubungan yang baik
antara atau sesama tetangga bahkan sesama anggota masyarakat. Akan tetapi
hal yang demikian akhir-akhir ini sudah jarang dilaksanakan bahkan terkesan
sudah tidak ada lagi. Hal ini sesuai pengalaman saya, bahwa masyarakat telah
memperhitungkan materi dari pada nilai-nilai sosial dalam kehidupannya”.
Memperhatikan pernyataan responden serta penuturan informan di
peroleh bahwa secara umum Tiayo di desa Bulotalangi Kecamatan Bulango
Timur Kabupaten Bone Bulango mulai bergeser maupun berubah. Hal ini
terlihat bahwa dalam bila sebelumnya Tiayo dilaksanakan bahkan berjalan
dengan baik dalam kehidupan masyarakat, dengan tanpa memperhitungkan
nilai-nilai materi (uang) hanya semata-mata untuk kepentingan kebersamaan
antara anggota masyarakat dengan masyarakat lainnya, telah berubah menjadi
nilai ekonomis dalam kehidupan masyarakat. Hal yang demikian ini terungkap
dalam pernyataan responden terhadap pelaksanaan Tiayo di desa Bulotalangi
Kecamatan Bulango Timur,lebih banyak telah memperhitungkan nilai materi
(uang).
Dari beberapa responden menyatakan bahwa pelaksanaan Tiayo di desa
sekarang ini sudah lebih banyak memperhitungkan nilai ekonomis. Misalnya
seseorang petani pada waktu dahulu bila melakukan pengolahan tanah
pertanian seperti membajak dilakukan bersama-sama dengan petani lainnya,
dimana antara petani saling membantu petani lainnya begitu pula sebaliknya.
Aktivitas yang demikian ini tidak dilakukan dengan cara membayar
tenaganya melainkan hanya dengan cara pertukaran tenaga. Akan tetapi dalam
kehidupan sekarang ini hal yang demikian sudah kurang dijumpai lagi dalam
73
kehidupan masyarakat desa Bulotalangi Bila petani yang diundang oleh petani
lain tidak menghendaki lagi pengembalian kelelahannya dengan tenaga akan
tetapi sudah dinilai dengan uang.
4.2.2.Proses Huyula dalam wujud Tiayo.
Sebagaimana yang telah dibahas pada uraian sebelumnya bahwa
huyula dalam wujud tiayo dalam kehidupan masyarakat Gorontalo khususnya
masyarakat di desa Bulotalangi Kecamatan bulango timur Kabupaten bone
bolango yaitu merupakan aktivitas tolong menolong antara kelompok orang
untuk mengerjakan pekerjaan seseorang. Biasanya orang yang ditolong hanya
menyediakan makanan, minuman dan kewajiban untuk membalasnya bila
yang pernah menolongnya akan mengerjakan pekerjaan pula, misalnya
menggarap sebuah lahan pertanian.
Kegiatan-kegiatan yang demikian ini dalam kehidupan masyarakat
Gorontalo pada umunya dalam kehidupan masyarakat Desa Bulotalangi
Kecamatan bulango timur Kabupaten bone bolango, waktu dahulu kala tercipta
bahkan terbina dengan baik diantara anggota masyarakat. Akan tetapi hal yang
demikian ini masih dilaksanakan atau berlaku dalam dinamika kehidupan
masyarakat sekarang ini. Untuk mengetahui hal yang demikian ini, peneliti
akan memaparkan data terhadap sikap masyarakat terhadap huyula dalam
wujud tiayo.
Dari 15 responden menyatakan bahwa huyula dalam wujud tiayo ini
tidak dilaksanakan oleh masyarakat, sedangkan 3 responden menyatakan
bahwa huyula dalam wujud tiayo kurang dilaksanakan serta responden yang
74
menjawab huyula dalam bentuk tiayo apakah masih dilaksanakan dalam
kehidupan penduduk desa Bulotalangi Kecamatan bulango Timur tidak ada.
Table 6
Sikap responden terhadap huyula dalam bentuk tiayo
Pernyataan Jumlah responden
Tidak perlu di laksanakan 15
kurang di laksanakan 3
Berdasarkan data yang diperoleh ternyata bahwa budaya huyula dalam
wujud tiayo dalam kehidupan masyarakat desa Bulotalangi Kecamatan
Bulango Timur dewasa ini telah mulai bergeser. Dari 15 responden, yang
menyatakan bahwa huyula dalam wujud tiayo tidak dilakasanakan lagi dalam
kehidupan masyarakat dewasa ini. Hal yang demikian ini pula sebagaimana
dituturkan informan Ajis Daud bekerja sebagai petani (43 tahun) sebagai
berikut:
“Pada waktu dahulu di desa ini motiayo masih berjalan dan masih
dilaksanakan oleh masyarakat. kegiatan ini dilakukan dalam membantu
kegiatan sesorang misalnya dalam hal menggarap suatu lahan pertanian ,sampai
memanen,kesemuanya itu dilakukan dengan jalan kerja sama dengan tanpa
mengharpakan imbalan apa-apa, yang semua itu hanya ditujukan untuk
membina hubungan yang baik antara atau sesama tetangga bahkan sesama
anggota masyarakat. Akan tetapi hal yang demikian akhir-akhir ini, kegiatan-
kegiatan yang demikian ini sudah jarang dilaksanakan bahkan terkesan sudah
tidak ada lagi. Hal ini sesuai pengalaman saya, bahwa masyarakat telah
75
memberhitungkan materi dari pada nilai-nilai sosial dalam kehidupannya.
Sebagai contoh bila ada masyarakat yang ingin menggarap suatu lahan
pertanian maka masyarakat yang bekerja pada lahan pertanianya itu meminta
upah dan hal yang demikian ini telah berdampak dalam kegiatan-kegiatan lain
dalam masyarakat”.
Memperhatikan pernyataan responden serta penuturan informan terlihat
bahwa secara umum huyula dalam wujud tiayo di desa Bulotalangi Kecamatan
Bulango Timur Kabupaten Bone Bolango mulai bergeser maupun berubah. Hal
ini terlihat bahwa dalam bila sebelumnya huyula dalam wujud tiayo
dilaksanakan bahkan berjalan dengan baik dalam kehidupan masyarakat,
dengan tanpa memperhitungkan nilai-nilai materi (uang) hanya semata-mata
untuk kepentingan kebersamaan antara anggota masyarakat dengan masyarakat
lainnya, tetah berubah menjadi nilai ekonomis dalam kehidupan masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa secara umum
bentuk huyula dalam wujud tiayo dalam kehidupan masyarakat desa
Bulotalangi Kecamatan Bulango Timur Kabupaten Bone Bolango, telah
bergeser atau berubah maknanya. Bila sebelumnya kegiatan ini tidak
menghendaki nilai materi (uang), akan tetapi hal yang demikian ini tidak
berjalan lagi dalam kehidupan masyarakat dewasa ini. Sebagian masyarakat
lebih memperhatikan nilai-nilai materi (uang) demi untuk menambah
penghasilan keluarga bila dibandingkan dengan jalan kerja sama melalui tenaga
antara anggota masyarakat dengan masyarakat lainnya.
76
Table 7
Masyarakat yang menggantikan Tiayo dngn materi (Uang)
Pernyataan Responden Jumlah Responden
Sangat bersedia 15
Tidak Bersedi 0
4.2.3.Faktor-Faktor Penyebab Tiayo Yang Berubah Dalam Kehidupan
Masyarakat Desa Bulotalangi Kecamatan Bulango Timur Kab Bone
Bolango
Seperti yang telah di uraikan terhadap huyula dalam bentuk Tiayo yang
masih dijumpai atau bertahan serta yang telah berubah dalam dinamika
kehidupan masyarakat desa Bulotangi Kecamatan Bulaango Timur Kabupaten
Bone Bolango, maka telah ditemukan bahwa huyula dalam bentuk tiayo.
Setiap perubahan maupun pergeseran seperti pergeseran budaya dalam
kehidupan masyarakat tidak terlepas dari perkembangan maupun perubahan
zaman yang lebih banyak di kenal dengan proses modernisasi. Modernisasi
merupakan persoalan yang sangat menarik untuk dikaji, sebab secara umum
masyarakat dewasa ini memiliki kaitan dengan modernisasi, baik yang
memasukinya maupun yang meneruskan tradisi modernisasi.
Modernisasi pada intinya merupakan suatu proses yang mempengaruhi
perubahan masyarakat dan kebudayaan dalam seluruh aspek dari tradisional ke
modern. Dengan adanya proses modernisasi, akan membawa dampak yang
sangat kompleks dalam tatanan kehidupan masyarakat dan budaya, dimana bila
masyarakat telah memiliki kemampuan berpikir misalnya, maka dengan
77
sendirinya hal yang demikian akan berpengaruh terhadap dinamika
kehidupannya sehari-hari.
Modernisasi pada umumnya tidak dapat dilepaskan dengan aspek-aspek
yang meliputi perkembangan ilmu pengetahuan, perkembangan komunikasi,
perkembangan teknologi, perkembangan ekonomi. Komponen-komponen
inilah yang akan dijadikan dasar untuk memberikan penjelasan maupun
gambaran terhadap perubahan budaya huyula dalam bentuk tiayo dalam
dinamika kehidupan masyarakat desa Bulotalangi Kecamatan Bulango Timur
Kabupaten Bone Bolango.
4.2.3.1.Faktor Perkembangan Ilmu Pengetahuan.
Dalam hubungan dengan perkembangan ilmu pengetahuan masyarakat
Desa Bulotalangi Kecamatan Bulango Timur menunjukkan perubahan secara
intensif. Perkembangan ilmu pengetahuan itu ditandai dengan munculnya
berbagai sarana dan prasarana sekolah seperti pembangunan gedung-gedung
sekolah dan sarana lainnya seperti tranfortasi darat sebagai alat penghubung
antara desa dengan ibu kota kecamatan bahkan sampai ibu kota Propinsi.
Salah satu bukti perkembangan ilmu pengetahuan dalam bentuk
pendidikan terlihat dari kesungguhan maupun kesediaan masyarkat untuk
menyekolahkan anak-anaknya ke Sekolah Lanjutan Atas bahkan sampai
Perguruan Tinggi.
Masalah kesediaan masyarakat untuk menyekolahkan anak-anak ini di
dukung oleh penuturan informan Puge Thalib (62 tahun) sebagai berikut:
78
“Sesuai pengalaman saya di desa ini ada persaingan dalam
menyekolahkan anak, yang mana masyarakat punya keiinginan besar ingin
menyekolahkan anak-anaknya sampai ke perguruan tinggi dan di desa ini yang
sudah lulus sarjana sudah sekitar 27 orang tapi sebagian sudah kerja di kota
atau di daerah lain, dan suatu hal yang sangat menarik dalam kehidupan di desa
ini, menyekolahkan anak ke kota merupakan suatu kebanggaan, dan secara
umum masyarakat di sini sudah banyak yang memiliki pendidikan, baik lulusan
Sekolah Dasar sampai Sekolah Lanjutan bahkan ada yang lulus Perguruan
Tinggi. walaupun harus diakui masih ada pula anggota masyarakat yang putus
sekolah.
Masalah kesediaan masyarakat untuk menyekolahkan anak-
anaknya samapi ke Sekolah lanjutan Tingkat Atas bahkan sampai Perguruan
Tinggi, di dukung oleh adanya fasilitas sekolah di Daerah Gorontalo cukup
memadai dan tersedia baik dari Sekolah Dasar fasilitas pendidikan Perguruan
Tinggi. Khususnya pada wilyah penduduk desa Bulotalangi terdapat beberapa
Sekolah Dasar dan sebuah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, sedangkan
Sekolah Lanjutan Tingkat Atas hanya dapat ditempuh dengan kenderaan darat
selama 30 menit dan untuk Perguruan Tinggi dapat ditempuh dengan
kenderaan darat dari desa Bulotalangi ke lokasinya selama 30 menit.
Masalah ilmu pengetahuan seperti melalui pendidikan sangat perlu
untuk dimiliki oleh masyarakat, sebab melalui pendidikan akan tercipta
manusia yang memilik wawasan berpikir yang positif terhadap setiap
perkembangan yang muncul dalam kehidupan masyarakat
Berdasarkan data responden, penuturan informan, dan hasil penelitian
terhadap betapa pentingnya pendidikan dalam kehidupan masyarakat, maka
79
timbul pertanyaan, bagaimana peran ilmu pengetahuan seperti pendiidikan
dapat menyebabkan pergeseran nilai-nilai budaya tradisional dalam
masyarakat. Misalnya pergeseran atau perubahan budaya huyula dalam bentuk
Tiayo dalam dinamika maupun tatanan kehidupan masyarakat desa
Bulotalangi Kecamatan Bulango Timur Kabupaten Bone Bolango.
Berdasarkan data yang peneliti peroleh dari responden, bahwa secara
umum masalah perkembangan ilmu pengetahuan berupa pendidikan dapat
menyebabkan berubahnya budaya Tiayo Sebagaimana Dari 15 responden,
yang menyatakan bahwa berubahnya budaya Tiayo dalam kehidupan
masyarakat desa Bulotalangi sekararang ini dipengaruhi oleh perkembangan
ilmu pengetahuan berupa pendidikan.
Berdasarkan data yang diperoleh ternyata sebagian besar masyarakat
menyatakan bahwa berubahnya budaya Tiayo diakibatkan maupun dipengaruhi
oleh adanya perkembangan ilmu pengetahuan berupa pendidikan yang dimiliki
penduduk. Hal yang demikian ini di dukung oleh pendapat Informan Bobi
Mohamad (37 tahun) antara lain dituturkan:
“Masalah budaya Tiayo di desa ini memang sudah sangat rumit, sebab
bila pada waktu dahulu orang melakukan pekerjaan bersama-sama dalam
menggarap lahan pertanian. dengan mudah untuk mengajak masyarakat, akan
tetapi dengan perkembangan ilmu pengetahuan, dimana generasi mudah atau
yang tua,sudah tak melakukannya lagi,karena mereka lebih mementinkan uang
untuk kebutuhan hidup dan untuk menyekolahkan anak-anak mereka.
Berdasarkan penuturan informan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa
masalah perkembangan ilmu pengetahuan, berupa pendidikan yang dimiliki
80
masyarakat desa Bulotalangi Kecamatan Bulango Timur Kabupaten Bone
Bolango dapat menyebabkan berubahnya budaya huyula dalam kehidupannya
sehari-hari.
Dari data responden dan penuturan informan terhadap perkem-bangan
ilmu pengetahuan berupa pendidikan debagai faktor penyebab bergesernya
budaya Tiayo dalam kehidupan masyarakat desa Bulotalangi Kecamatan
Bulango Timur dapat disimpulkan.
perubahan tiayo diakibatkan oleh adanya perkembangan ilmu
pengetahuan berupa pendidikan, sebab bila ada sesorang yang ingin
mengundang (motiayo) kepada anggota masyarakat lain untuk melakukan suatu
pekerjaan seperti menggarap suatu lahan pertanian, mengangkat rumah
misalnya, maka yang bersangkutan memperhatikan tingkat status sosialnya
berupa pendidikan, sebab dalam kehidupan masyarakat dewasa ini faktor
pendidik-an turut menentukan dalam proses interaksi sosial dalam masyarakat.
Tabel 8
Pendapat Responden Terhadap Peran Pendidikan
Dalam Perubahan Tiayo
Pernyataan Jumlah Responden
Mempengaruhi 15
Kurang mempengaruhi 0
Tidak mempengaruhi 0
81
4.2.3.2. Perkembangan Teknologi.
Teknologi merupakan salah satu produk kebudayaan dan memiliki
kedudukan yang esensial dalam mempengaruhi perilaku masyarakat. Frans
Magniz Suseno (1992:57) memandang ilmu pengetahuan dan teknologi
merupakan salah satu kekuatan utama yang mewujudkan dunia masyarakat
modern. Perkembangan teknologi memiliki peranan yang sangat penting serta
dapat mempengaruhi cara berpikir yang kritis, sistematis, analitis, logis dalam
melihat perkembangan dinamika kehidupan masyarakat.
Bagi masyarakat pedesaan perkembangan teknologi ini lebih banyak
terkonsentrasi dalam bidang teknologi pertanian. Dengan adanya introduksi
teknologi pertanian ke pedesaan banyak menimbulkan perubahan dalam
tatanan kehidupan masyarakat. Menurut Soelaiman (1996:128) Dampak
introduksi teknologi ke pedesaan terhadap interaksi sangatlah penting, sebab
melalui teknologi, aktivitas kerja menjadi lebih sederhana dan serba cepat serta
dapat memuaskan. Hubungan antara sesama pekerja menajdi bersifat
impersonal, sebab setiap pekerja bekerja menurut keahliannya masing-masing
(spesialis). Hal ini berbeda dengan pekerjaan yang tanpa teknologi, tidak
bersifat speasialis dimana setiap orang dapat saling membantu pekerjaan, tidak
dituntut dengan keahlian tertentu.
Bagi masyarakat desa Bulotalangi Kecamatan Bulango Timur
khususnya masyarakat petani dalam hal memanfaatkan teknologi pertanian
lebih terwujud dalam hal pemakian bibit unggul, pemupukan dan penggunaan
traktor. Menurut Informan Suman Husain (63 tahun) sebagai petani pemilik
82
menuturkan pendapatnya tentang teknologi pertanian di desa ini sebagai
berikut:
“Penggunaan bibit unggul, pemupukan serta pengolahan tanah sesuai
dengan petunjuk Penyuluh Pertanian lapangan, di desa ini telah dilaksanakan
oleh petani. Akan tetapi akhir-akhir ini pemanfaatan teknologi pertanian berupa
traktor serta alat-alat prontok padi telah dimanfaatkan oleh para petani, akan
tetapi masih ada pula yang mengolah tanah pertaniannya dengan cara
tradisional. Dengan adanya pemanfaatan tekonologi pertanian disatu sisi dapat
lebih berguna atau menguntungkan para petani, akan tetapi bagi petani
tradisional hal yang demikian ini sangat mempengaruhi pendapatannya”.
Dari penuturan informan di atas, maka terlihat bahwa sudah ada petani
di desa Bulotalangi Kecamatan Bulaango Timur yang telah menggunakan
teknologi pertanian seperti traktor dan alat prontok padi sehingga hal ini
cukup beralasan untuk merubah sistem sosial maupun sistem budaya dalam
kehidupan masyarakatnya. Munandar Soelaiman (1996:125) melihat bahwa
masuknya teknologi atau mekanisasi di desa, banyak berpengaruh terhadap
tatanan sosial di desa, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kehidupan
manusia.
Pandangan Soelaiman terhadap masuknya teknologi ke desa oleh
Linthon diistilahkan dengan mutasi teknologi kepada masyarakat. Linthon
(dalam Schoorl, 1988) mengemukakan teknologi meruypakan dasar yang
memungkinkan adanya perkembangan dalam kehidupan manusia,
perkembangan ini dikenal dengan istilah mutasi teknologi seperti (a)
83
penggunaan alat dan api, (b) domestikasi hewan dan tanaman serta (c) produksi
energi dan penerapan metode-metode ilmiah.
Masuknya mekanisasi teknologi pertanian dalam kehidupan
masyarakat, apakah dapat menyebabkan berubahnya budaya dalam
kehidupannya khususnya budaya Tiayo Implikasi masuknya teknologi dengan
perubahan budaya dijelaskan melalui paradigma dari teori August Comte.
Comte (dalam Rostiyati, 1995:91) mengemukakan bahwa:
“Perubahan disebabkan oleh proses perubahan akal budi manusia yang
berkembang melalui tiga tahap yakni teologis, manusia menggunakan gagasan
keagamaan untuk menjelaskan suatu gejala atau peristiwa. Dalam tahap
metafisik, manusia tidak lagi melihat gejala atau peristiwa sebagai kehendak
roh, dewa atau tuhan, melainkan manusia menggunakan konsep abstrak seperti
hukum alam, kodrat, jiwa dan lain-lain. Sedangkan tahap positif gejala atau
peristiwa diterangkan oleh akal budi manusia berdasarkan dalil atau teori yang
dapat diuji dan dibuktikan secara empirik (positif). Tahap ini menggunakan tata
logika ilmiah yang merupakan dasar kemajuan teknologi yang akhirnya
berkembang sebagai industrial”
Paradigma teori yang dikemukakan Comte ini bila dihubungkan de-
ngan perubahan budaya dalam masyarakat maka faktor teknologi pertanian
mengakibatkan perubahan budaya pada umumnya khususnya budaya Tiayo
pada penduduk desa Bulotalangi Kecamatan Bulango Timur. Hal yang
demikian dituturkan informan Asto Utina bekerja sebagai petani (45 tahun)
sebagai berikut:
84
“Masuknya teknologi pertanian seperti penggunaan traktor di desa ini
menyebabkan budaya tiayo tidak berlaku lagi. Pada waktu dahulu para petani
biasanya dalam mengolah tanah pertaniannya, hanya dilakukan dengan saling
tukar menukar tenaga, misalnya saya seorang petani dalam mengolah areal
pertaniannya, maka beberapa orang petani saling membantu, dan mereka tidak
menghendaki untuk dibayar, hanya pada suatu ketika bila yang memberikan
bantuan itu, maka kita akan membalasnya pula dengan tenaga, akan tetapi
dengan adanya traktor ini, maka hal yang demikian itu sekarang ini sudah
kadang dijumpai. Suatu hal yang menarik walaupun ada petani yang
menggunakan traktor, akan tetapai mereka tidak dapat diajak lagi melakukan
Tiayo.
Selanjutnya berdasarkan data yang diperoleh dari responden secara
umum dikatakan bahwa masuknya teknologi pertanian berupa penggunaan
traktor maupun pemanfaatan prontok padi dan jagung dapat mnyebabkan
perubahan budaya huyula dalam wujud tiayo Berdasarkan dari 15 responden
menyatakan bahwa pemanfaatan teknologi pertanian berupa traktor dapat
menyebabkan berubah atau bergesernya tiayo, Sebab dalam tiayo yang
dilibatkan adalah tenaga manusia atau tenaga hewan seperti kerbau.
Sedangkan responden yang menyatakan bahwa perubahan huyula
dalam wujud tiayo disebabkan oleh adanya perkembangan teknologi berupa
pemanfaatan prontok padi dan jagung dinyatakan atau dijawab 15 responden
menyatakan bahwa faktor yang menyebabkan perubahan huyula dalam wujud
tiayo disebabkan oleh adanya pengunaan teknologi pertanian berupa
pemanfaatan pupuk dan dan bibit unggul.
85
Dari penuturan informan serta data yang diperoleh melalui responden
ini dapat disimpulkan, bahwa masuknya teknologi pertanian pedesaan berupa
alat-alat seperti traktor, alat prontok padi dan jagung selain dapat mengeser
alat-alat tradsional berupa bajak (popadeo), pacul (popati) yang dipergunakan
oleh sebagian besar masyarakat tani di desa Bulotalangi Kecamatan Bulangbo
Timur Kabupaten BoneBolango. Selain itu pula dapat menyebabkan
berubahnya budaya tiayo dalam kehidupan masyarakat. Sebab dengan adanya
teknologi pertanian, para petani lebih banyak menanggung biaya untuk
membayar alat-alat tersebut. Sedangkan dalam proses dalam bentuk tiayo para
petani hanya cukup memberikan bantuan dengan tenaga kepada petani laiinya
dengan tidak mengeluarkan biaya atau bayaran dalam wujud materi melainkan
hanya dibayar dengan tenaga.
Selain itu masuknya teknologi pertanian dalam kehidupan masya-rakat
pedesaan selain untuk mempengaruhi budaya masyarakat juga dapat
berpengaruh pada bergesernya tenaga kerja manusia dan hewan ke dalam
peralatan yang lebih maju, sehingga masyarakat pada umumnya akan
kehilangan pekerjaan. Hal ini sejalan dengan pandangan Soelaiman(1996:121)
yakni: “Masuknya teknologi berupa traktor menyebabkan tenaga kerja hewan
menganggur dan buruh tani kehilangan pekerjaan”. Keadaan demikian
menyebabkan terjadinya urbanisasi, buruh tani dan pemuda lari ke kota
mencari pekerjaan.
Berdasarkan uraian tentang faktor perkembangan teknologi khususnya
teknologi pertanian di pedesaan berupa pemanfaatan traktor, alat-alat prontok
86
padi dan jagung dalam hubungannya dengan berubah maupun bergesernya
huyula pada umumnya khususnya tiayo dapat disimpulkan bahawa
perkembangan teknologi pertanian ini dapat menyebabkan berubahnya tiayo.
Hal ini disebabkan bila seorang petani menggunakan traktor sewaan
untuk mengolah tanah pertaniannya sudah hampir sama biayanya, bila
dibandingkan melakukan huyula dalam wujud tiayo dengan mengundang 10
orang petani untuk diberikan makanan minuman maupun biaya rokok.
Berdasarkan penuturan informan Yunus akululu bekerja sebagai petan (41
tahun) bahwa:
“Di desa Bulotalangi sekarang ini para petani sudah ada yang
menggunakan traktor akan dan bila dihitung biayanya sudah hampir sama
dengan kita melakukan tiayo, bila dalam pelaksanaan tiayo kita menyediakan
manakan, minuman dan rokok kepada beberapa orang petani sudah sama biaya
dengan petani menyewa traktor. Akan tetapi yang lebih diharapkan dalam hal
ini tiayo adalah sifat kebersamaan dan kekeluargaan. Tetapi hal yang demikian
ini sudah mulai memudar dalam kehidupan masyarakat desa Bulotalangi”.
4.2.3.3.Perkembangan Media Komunkasi
Media infomasi dan komunikasi mempunyai peranan dalam segala
aspek kehidupan manusia. Sebab media ini merupakan wahana utama dari
kegiatan dan kehidupan masyarakat sehari-hari. Media komunikasi telah
menjadi kepentingan vital bagi manusia sebagai individu dalam masyarakat,
dan melalui media komunikasi ini akan tercipta suasana untuk memahami
bagaimana proses perkembangan masyarakat pada umumnya khususnya
masyarakat pedesaan.
87
Masuknya teknologi komunikasi ke desa, meyebabkan hubungan
sosial yang bercorak tatap muka menjadi hilang karena cukup dengan media
komunikasi. Bagi masyarakat desa Bulotalangi Kecamatan Bulango Timur
media komunikasi berupa HP, televisi, radio, serta parabola telah banyak
mereka miliki. Hal yang demikian ini diungkapkan oleh informan Irma Hudji
(52 tahun) sebagai berikut:
“Saya menjadi kepala desa disini sudah sekitar 2 tahun, secara umum di
desa ini masyarakat telah memiliki berbagai media komunikasi seperti Hp,
radio, televisi, para bola, dan masyarakat sangat menggunakan media ini untuk
melihat perkembangan dalam masyarakat, akan tetapi ada sebagian masyarakat
yg belum memiliki alat komunikasi lainya.
Penuturan informan ini didukung oleh pemilikan masyarakat
terhadap media berupa Hp televisi dan radio serta parabola sebagaimana bahwa
dari 15 responden,yang memiliki media komunikasi berupa televis,hp.radio.
maka sebanyak 3 responden yang menyatakan tidak memiliki media
komunikasi berupa hp,televise,dan radio.
Dari data yang diperoleh bahwa sebagian besar masyarakat telah
memiliki hp, televise dan radio, maka hal ini di ikuti pula oleh kesenangan
masyarakat dalam menafaatkan media tersebut untuk melihat maupun
mengikuti berbagai perkembangan dan kemajuan dalam kehidupan masyarakat.
Berdasarkan data yang peneliti peroleh bahwa sebagain besar masyarakat
menggunakan media tersebut sebagai alat untuk mengetahui berbagai
perkembangan dalam masyarakat.
88
Dari hasil yang di tuturkan oleh beberapa respoden peneliti
menyimpulkan bahwa:
“Media komunikasi berupa radio dan televisi telah memberikan
informasi kepada masyarakat terhadap berbagai perkembangan dan perubahan
yang berlangsung dalam kehidupan masyarakat, akan tetapi disisi lain media
ini memiliki dampak yang negatif, dimana mulai menipisnya norma-norma
agama maupun adat istiadat terutama generasi mudanya, sebab mereka sudah
meniru tingkah laku maupun model-model yang sebenarnya kurang sopan
dalam kehidupan masyarakat.
Dari 15 responden, yang menyatakan memanfaatkan media
komunikasi berupa televisi dalam mengikuti berbagai perkembangan dalam
kehidupan masyarakat. 2 responden yang menyatakan kadang-kadang
memanfaatkan media komunikasi berupa televisi dan radio dalam mengikuti
berbagai perkembangan dalam kehidupan masyarakat. Sedangkan responden
yang menjawab item tidak pernah menggunakan media komunikasi berupa
televisi dan radio tidak ada yang menjawab.
Memperhatikan penuturan informan dan data tentang pemilikan
Televisi dan radio oleh masyarakat serta kesediaan masyarakat memanfaatkan
televisi dan radio dalam mengikuti perkembangan maupun perubahan dalam
kehidupan masyarakat,dengan sendirinya akan menambah wawasan berpikir
masyarakat itu yang bersangkutan. Alvin Tofler (dalam Wahyudi, 1992:4)
memandang “teknologi informasi sebagai perangkat keras bersifat
organisatoris, dan meneruskan nilai-nilai sosial dengan siapa individu dan
89
khalayak untuk mengumpulkan, memproses dan saling mempertukarkan
informasi dengan individu dan khlayak lain”.
Bila pandangan Alvin ini tidak ditelaah baik-baik oleh para penerima,
maka dengan sendirinya akan terjadi pergeseran nilai sosial yang tadinya
dimiliki oleh penerima, sebab dengan menerima informasi dari khalayak lain
itu akan terjadi peniruan terhadap yang dilakukannya, dan pada akhirnya akan
berpengruh terhadap nilai-nilai budaya tradisional yang dimilikinya.
Dari hasil yang di tuturkan oleh beberapa respoden peneliti
menyimpulkan bahwa:
“Media komunikasi berupa radio dan televisi telah memberikan
informasi kepada masyarakat terhadap berbagai perkembangan dan perubahan
yang berlangsung dalam kehidupan masyarakat, akan tetapi disisi lain media
ini memiliki dampak yang negatif, dimana mulai menipisnya norma-norma
agama maupun adat istiadat terutama generasi mudanya, sebab mereka sudah
meniru tingkah laku maupun model-model yang sebenarnya kurang sopan
dalam kehidupan masyarakat.
Hal yang demikian terlihat dalam kehidupan masyarakat desa
Bulotalangi, karena dengan adanya media yang dimiliki, maka telah
berpengaruh terhadap budaya dalam kehidupannya misalnya budaya Tiayo.
Berdasarkan data yang penulis peroleh bahwa media komunikasi dapat
meyebabkan perubahan dalam kehidupan masyarakat pedesaan pada umunya
khususnya kehidupan generasi muda.
90
Dalam kehidupan masyarakat desa Bulotalangi media komunikasi
seperti Hp, televisi dan radio telah ikut memyebabkan berubahnya beberapa
nilai tradisioal misalnya dalam bentuk-bentuk Tiayo sebagai nilai sosial dalam
kehidupan masyarakatnya. Dari 15 responden yang menyatakan bahwa media
komunikasi seperti televisi dan dari turut mempengaruhi pelaksanaan budaya
Tiayo dalam kehidupan masyarakat desa Bulotalangi Kecamatan Bulango
Timur. Selanjutnya dari 15 responden yang menyatakan bahwa media
komunikasi seperti televisi dan radio yang telah dimiliki oleh masyarakat desa
Bulotalangi serta telah dimanfaatkan untuk mengikuti berbagai perkembangan
dalam kehidupan masyarakat dapat mempengaruhi proses Tiayo yang
berlangsung di desa Bulotalangi.
Dari data ini terlihat bahwa secara umum, media komunikasi seperti
Hp, televisi dan radio itu menyebabkan pergeseran maupun perubahan budaya
Tiayo dalam kehidupan masyarakat desa Bulotalangi Kecamatan Bulango
Timur. Akan tetapi bentuk-bentuk huyula seperti tiayo manakah yang
diakibatkan oleh adanya proses perkembangan media tersebut diungkapkan
oleh informan Andrian Paku sebagai ketua karang taruna (42 tahun) sebagai
berikut:
“Pada umumnya masyarakat di desa ini telah banyak yang memiliki Hp,
televisi, parabola dan radio, kehadiran media ini pada umumnya masyarakat
dapat menerima berbagai informasi dan perkembangan yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari, dan hal ini dapat menyebabkan masyarakat untuk
mengikuti setiap perkembangan yang pada akhirnya berpengaruh pula pada
budaya tradisional dalam kehidupan masyarakat misalnya budaya Tiayo.
91
mengalami perubahan. Yang lebih banyak disebabkan oleh media komunikasi
seperti Hp, televisi dan radio itu adalah tiayo dan hal yang demikian ini lebih
banyak terlihat dalam kehidupan generasi muda”. Sebab masyarakat dengan
mudah menyerap budaya perkotaan yang cenderung individual dan
materialistis.
Penuturan informan Andrian Pakiu terhadap dampak media komunikasi
berupa televisi dan radio terhadap perubahan budaya huyula di desa
Bulotalangi Kecamatan Bulango Timur Kabupaten BoneBolango dapat ditarik
suatu kesimpulan bahwa media komunikasi seperti televisi dan radio dalam
kehidupan masyarrakat dapat menyebabkan perubahan budaya dalam
kehidupan masyarakat seperti budaya Tiayo dalam kehidupan masyarakat desa
Bulotalangi Kecamatan Bulango Timur.
Adapun bentuk huyula yang telah berubah sebagai dampak dari media
komunikasi ini meliputi huyula dalam wujud tiayo. Hal ini dilihat dari sebagai
akibat dari media mulai muncul sifat materialistis dan indivualistis dalam
tatanan kehidupan masyarakat. Pikiran-pikiran yang demikian inilah yang
menyebabkan sebagian masyarakat tidak menginginkan lagi sifat tolong
menolong.
Dalam kehidupan sebelumnya tiayo dilakukan dengan jalan
menyumbakan tenaga dengan tidak mengharapkan imbalan apa-apa, tetapi
sekarang ini hal yang demikian sudah diganti dengan uang. Dalam arti bila ada
anggota masyarakat yang mengharapkan bantuan berupa tenaga untuk sesuatu
pekerjaan, maka yang bersangkutan tidak menginginkan lagi diberikan imbalan
92
dalam bentuk makanan tetapi lebih dari itu tenaganya sudah dinilai dengan
bayaran.