hasil penelitian dan membahasan -...

36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN MEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian Sulawesi Tengah (Sulteng) adalah salah satu propinsi di Indonesia yang beribukota di Palu, luas propinsi ini mencapai ±61.841,29 kilometer persegi (km²),dengan jumlah penduduk tahun 2011 berjumlah ±2.721.941 jiwa secara geografis propinsi ini terletak diantara 222 derajat Lintang Utara dan 348 derajat Lintang Selatan, serta 1122 dan 124 22 bujur Timur, sebelah Utara berbatasan dengan Laut Sulawesi dan Propinsi Gorontalo, Sebelah Timur dengan Propinsi Maluku, Sebelah Selatan dengan Propinsi Sulawesi Selatan dan Propinisi Sulawesi Tenggara serta Propinsi Sulawesi Barat di sebelah barat. Secara administrasi Sulteng terbagi dalam 10 kabupaten dan 1 kota yakni: 1. Kabupaten Donggala 2. Kabupaten Sigi 3. Kabupaten Parimo, 4. Kabupaten Poso, 5. Kabupaten Tojo Una Una, 6. Kabupaten Banggai, 7. Kabupaten Banggai Kepulauan 8. Kabupaten Morowali, 9. Kabupaten Toli-toli, 10. Kabupaten Buol serta

Upload: leanh

Post on 03-Mar-2019

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HASIL PENELITIAN DAN MEMBAHASAN - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/888/9/2013-2-69201-281409055-bab4-09012014102037.pdf · Kristen karena tidak dapat di jangkau lagi oleh penyebar

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN MEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Sulawesi Tengah (Sulteng) adalah salah satu propinsi di Indonesia yang beribukota di

Palu, luas propinsi ini mencapai ±61.841,29 kilometer persegi (km²),dengan jumlah penduduk

tahun 2011 berjumlah ±2.721.941 jiwa secara geografis propinsi ini terletak diantara 222

derajat Lintang Utara dan 348 derajat Lintang Selatan, serta 1122 dan 124 22 bujur Timur,

sebelah Utara berbatasan dengan Laut Sulawesi dan Propinsi Gorontalo, Sebelah Timur dengan

Propinsi Maluku, Sebelah Selatan dengan Propinsi Sulawesi Selatan dan Propinisi Sulawesi

Tenggara serta Propinsi Sulawesi Barat di sebelah barat.

Secara administrasi Sulteng terbagi dalam 10 kabupaten dan 1 kota yakni:

1. Kabupaten Donggala

2. Kabupaten Sigi

3. Kabupaten Parimo,

4. Kabupaten Poso,

5. Kabupaten Tojo Una Una,

6. Kabupaten Banggai,

7. Kabupaten Banggai Kepulauan

8. Kabupaten Morowali,

9. Kabupaten Toli-toli,

10. Kabupaten Buol serta

Page 2: HASIL PENELITIAN DAN MEMBAHASAN - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/888/9/2013-2-69201-281409055-bab4-09012014102037.pdf · Kristen karena tidak dapat di jangkau lagi oleh penyebar

11. Kota Palu selaku ibukota.

Jumlah penduduk sulteng tahun 2011 ±2.721.941 jiwa (data BPS Sulteng), Penduduk asli

Sulawesi Tengah terdiri atas 12 kelompok etnis atau suku, yaitu Etnis Kaili yang berdiam di

kabupaten Donggala, Sigi, Parimo dan kota Palu, Etnis Kulawi berdiam di kabupaten Sigi, Etnis

Lore berdiam di kabupaten Poso, Etnis Pamona berdiam di kabupaten Poso, Etnis Mori berdiam

di kabupaten Morowali, Etnis Bungku berdiam di kabupaten Morowali, Etnis Saluan atau

Loinang berdiam di kabupaten Banggai, Etnis Balantak berdiam di kabupaten Banggai, Etnis

Mamasa berdiam di kabupaten Banggai, Etnis Taa berdiam di kabupaten Banggai dan Tojo Una-

una, Etnis Bare'e berdiam di kabupaten Touna, Etnis Banggai berdiam di Banggai Kepulauan,

Etnis Buol mendiami kabupaten Buol, Etnis Tolitoli berdiam di kabupaten Tolitoli, Etnis Tomini

mendiami kabupaten Parigi Moutong, Etnis Dampal berdiam di Dampal, kabupaten Tolitoli,

Etnis Dondo berdiam di (Dondo)kabupaten Tolitoli, Etnis Pendau berdiam di kabupaten Tolitoli,

Etnis Dampelas berdiam di kabupatenDonggala.

Asli suku mori berasal dari kendari (Sulawesi tenggara), suku mori datang untuk menetap di

kabupaten Morowali yang dulunya adalah kabupaten poso. Suku mori ini sendiri beragama

Kristen protestan dan katolik. Menurut masyarakat pengaruh dari masuknya agama islam di

kabupaten morowali ini menyebabkan sebagian besar suku mori yang tadinya beragama Kristen

memeluk agama islam karena morowali hanya berada sekitar 200 meter sebelah utara berdekatan

dengan laut.

Jadi karena berada hanya sekitar 200 meter dengan laut maka penyebar agama islam zaman

dulu dengan mudah masuk untuk menyebarkan agama islam di suku mori yang berada di

kabupaten morowali ini walaupun tidak semua dari suku mori memeluk agama islam.

Page 3: HASIL PENELITIAN DAN MEMBAHASAN - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/888/9/2013-2-69201-281409055-bab4-09012014102037.pdf · Kristen karena tidak dapat di jangkau lagi oleh penyebar

Suku pamona yang berada di kabupaten poso sekarang masih banyak yang memeluk agama

Kristen karena tidak dapat di jangkau lagi oleh penyebar agama islam tadi karena jarak antara

kabupaten poso dengan kabupaten morowali ±435 km arah barat dari kabupaten morowali dan

kabupaten mororowali memiliki luas 15.490.12 Km² atau sekitar 22.77 persen dari luas daratan

Provinsi Sulawesi Tengah.

Peta Kabupaten Morowali:

Page 4: HASIL PENELITIAN DAN MEMBAHASAN - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/888/9/2013-2-69201-281409055-bab4-09012014102037.pdf · Kristen karena tidak dapat di jangkau lagi oleh penyebar

Selain 12 kelompok etnis, ada beberapa suku hidup di daerah pegunungan seperti suku Da'a

di Donggala, suku Wana di Morowali, suku Seasea di Banggai dan suku Daya di Buol Tolitoli.

Meskipun masyarakat Sulawesi Tengah memiliki sekitar 22 bahasa yang saling berbeda antara

suku yang satu dengan yang lainnya, namun dapat berkomunikasi satu sama lain menggunakan

bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa pengantar sehari-hari.

Kabupaten Morowali terbentuk dari hasil pemekaran wilayah Kabupaten Poso Provinsi

Sulawesi Tengah sesuai Undang-undang RI Nomor 51 Tahun 1999. Secara geografis wilayah

Kabupaten Morowali berada pada Bujur Timur : 1210 02’24” – 123015’36” dan Lintang Selatan:

01031’12” – 03046’48” serta berbatasan dengan :

Sebelah Utara berbatasan dengan Wilayah Kabupaten Tojo Una-Una,

Selain 12 kelompok etnis, ada beberapa suku hidup di daerah pegunungan seperti suku Da'a

di Donggala, suku Wana di Morowali, suku Seasea di Banggai dan suku Daya di Buol Tolitoli.

Meskipun masyarakat Sulawesi Tengah memiliki sekitar 22 bahasa yang saling berbeda antara

suku yang satu dengan yang lainnya, namun dapat berkomunikasi satu sama lain menggunakan

bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa pengantar sehari-hari.

Kabupaten Morowali terbentuk dari hasil pemekaran wilayah Kabupaten Poso Provinsi

Sulawesi Tengah sesuai Undang-undang RI Nomor 51 Tahun 1999. Secara geografis wilayah

Kabupaten Morowali berada pada Bujur Timur : 1210 02’24” – 123015’36” dan Lintang Selatan:

01031’12” – 03046’48” serta berbatasan dengan :

Sebelah Utara berbatasan dengan Wilayah Kabupaten Tojo Una-Una,

Selain 12 kelompok etnis, ada beberapa suku hidup di daerah pegunungan seperti suku Da'a

di Donggala, suku Wana di Morowali, suku Seasea di Banggai dan suku Daya di Buol Tolitoli.

Meskipun masyarakat Sulawesi Tengah memiliki sekitar 22 bahasa yang saling berbeda antara

suku yang satu dengan yang lainnya, namun dapat berkomunikasi satu sama lain menggunakan

bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa pengantar sehari-hari.

Kabupaten Morowali terbentuk dari hasil pemekaran wilayah Kabupaten Poso Provinsi

Sulawesi Tengah sesuai Undang-undang RI Nomor 51 Tahun 1999. Secara geografis wilayah

Kabupaten Morowali berada pada Bujur Timur : 1210 02’24” – 123015’36” dan Lintang Selatan:

01031’12” – 03046’48” serta berbatasan dengan :

Sebelah Utara berbatasan dengan Wilayah Kabupaten Tojo Una-Una,

Page 5: HASIL PENELITIAN DAN MEMBAHASAN - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/888/9/2013-2-69201-281409055-bab4-09012014102037.pdf · Kristen karena tidak dapat di jangkau lagi oleh penyebar

Sebelah Selatan berbatasan dengan Wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara dan Sulawesi

Selatan,

Sebelah Timur berbatasan dengan Perairan Teluk Tolo dan Kabupaten Banggai, dan

Sebelah Barat Berbatasan dengan Wilayah Kabupaten Poso, Tojo Una-Una, Sulawesi

Selatan dan Sulawesi Tenggara.

Kabupaten Morowali wilayahnya membentang dari arah Tenggara ke Barat dan melebar

ke Bagian Timur serta berada di daratan Pulau Sulawesi. Namun wilayah lainnya terdiri dari

pulau-pulau kecil. Bagian Paling Selatan terdapat wilayah Kecamatan Menui Kepulauan yang

terdiri dari beberapa pulau besar dan kecil.

Pada tahun 2004 kabupaten Morowali mengalami pemekaran sehingga kecamatan yang

semula berjumlah 10 menjadi 13 kecamatan. Kecamatan Bungku Utara dimekarkan menjadi dua

Kecamatan yaitu Bungku Utara dan Mamosalato. Sedangkan Bungku Barat dimekarkan menjadi

tiga kecamatan yaitu Bungku Barat. Bumi Raya dan Wita Ponda, dan Pada Tahun 2008 terjadi

pemekaran Kecamatan Mori Atas menjadi 2 (dua) Kecamatan yaitu Kecamatan Mori Utara dan

Kecamatan Mori Atas sehingga jumlah kecamatan di Kabupaten Morowali menjadi 14

Kecamatan. Di belahan Utara wilayah ini terdiri dari Kecamatan Mamosalato, Bungku Utara,

Soyo Jaya dan Petasia. Di belahan Selatan terdapat Kecamatan Menui Kepulauan, Bungku

Selatan dan Bahodopi. Kecamatan Lembo, Mori Atas dan Mori Utara berada pada belahan Barat

dan merupakan kecamatan yang tidak mempunyai wilayah pesisir, sedang di bagian tengah

terdapat Kecamatan Bungku Tengah, Bungku Barat, Bumi Raya, dan Witaponda.

Luas daratan Kabupaten Morowali kurang lebih 15.490.12 Km² atau sekitar 22.77 persen

dari luas daratan Provinsi Sulawesi Tengah. Luas wilayah Kabupaten Morowali menempati

Page 6: HASIL PENELITIAN DAN MEMBAHASAN - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/888/9/2013-2-69201-281409055-bab4-09012014102037.pdf · Kristen karena tidak dapat di jangkau lagi oleh penyebar

urutan pertama bila dibandingkan dengan luas daratan kabupaten/kota lainnya di Sulawesi

Tengah. Secara administratif pemerintahan, Kabupaten Morowali terdiri dari 14 kecamatan

dengan rincian kecamatan terluas wilayahnya adalah Kecamatan Bungku Utara dan yang terkecil

Kecamatan Menui Kepulauan dan Jumlah desa yang terdapat di Wilayah Kabupaten Morowali

sebanyak 240 desa yang terdiri atas 230 desa dan 10 kelurahan dimana 132 desa diantaranya

berbatasan dengan pantai yang tersebar pada 11 Kecamatan dan 3 Kecamatan lainnya yaitu

Lembo, Mori Atas dan Mori Utara yang tidak memiliki desa pantai. Luas dan sebaran

Desa/Kelurahan dapat dilihat pada Tabel berikut ini :

Tabel 1. Luas Wilayah, Sebaran Desa/Kelurahan Menurut Kecamatan Kabupaten

Morowali:

Kecamatan Luas (km²) % Jumlah Desa PusatPemerintahan

1 Menui Kepulauan 223,63 1,44 19 Ulunanmbo2 Bungku Selatan 1.271,19 8,21 33 Kaleroang3 Bahodopi 1.080,98 6,98 12 Bahodopi4 Bungku Tengah 1.112,80 7,18 29 Bungku5 Bungku Barat 758,93 4,90 10 Wosu6 Bumi Raya 504,77 3,26 13 Bahonsuai7 Witaponda 519,70 3,36 9 Lantulajaya8 Lembo 1.332,84 8,60 24 Beteleme9 Mori Atas 1.508,81 9,74 14 Tomata10 Petasia 1.635,24 10,50 28 Kolonodale11 Soyo Jaya 605,51 3,91 9 Lembasumara12 Bungku Utara 2.406,79 15,54 20 Baturube13 Mamosalao 1.480,00 9,55 14 Tanasumpu14 Mori Utara 1.048,93 6,77 8 Manyumba

KabupatenMorowali

15.490,12 100,00 240

Sumber : Kabupaten Morowali Dalam Angka. 2007 dan Bagian Adm. Pemerintahan Umum

Page 7: HASIL PENELITIAN DAN MEMBAHASAN - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/888/9/2013-2-69201-281409055-bab4-09012014102037.pdf · Kristen karena tidak dapat di jangkau lagi oleh penyebar

Kecamatan wita ponda terdiri dari terdiri dari 9 desa yaitu solonsa jaya, solonsa utama,

ungkaya, moahino, emea, sampeantaba, laantulajaya, bumi harapan, dan pontari makmur. Yang

terdiri dari berbagai suku yaitu solonsa utama, solonsa jaya, ungkaya, moahino, emea suku mori,

sampeantaba, lantulajaya suku bugis, tator, dan jawa, dan pontari makmur dan bumi harapan

jawa dan bali yang tinggal dalam satu kecamatan dan saling berinteraksi antara suku dan agama

yang satu dengan yang lainnya.

Tabel 2. Keadaan Penduduk Desa Emea

NO URAIAN KEPALAKELUARGA

JUMLAHKK(3+4)

JUMLAHJIWA

JUMLAH(6+7)

KET.

L P L P1 2 3 4 5 6 7 8 91 Penduduk

akhir bulan500 37 537 1.047 990 2.037

2 Kelahiran - 1 1 - 2 23 Meninggal 1 - 1 1 - 14 Pendatang - - - - - -5 Pindah

penduduk- - - - - -

JUMLAH 499 38 537 1.046 992 2.038Sumber data: Desa Emea,2012

Tabel 3. Laporan Penduduk Menurut Agama

NO URAIAN KEPALAKELUARGA

JUMLAHKK(3+4)

JUMLAHJIWA

JUMLAH(6+7)

KET.

L P L P1 2 3 4 5 6 7 8 91 ISLAM 475 37 512 1.009 946 1.9952 HINDU 17 1 18 29 35 643 KRISTEN 6 - 6 7 10 174 KHATOLIK - - - - - -5 BUDHA 1 - 1 1 1 2JUMLAH 499 38 537 1.046 992 2.038

Sumber data: Desa Emea,2012

Page 8: HASIL PENELITIAN DAN MEMBAHASAN - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/888/9/2013-2-69201-281409055-bab4-09012014102037.pdf · Kristen karena tidak dapat di jangkau lagi oleh penyebar

Dari tabel di atas terlihat penduduk desa emea terdiri dari berbagai agama yaitu islam,

hindu, Kristen, budha. Keunikan dari desa emea ini adalah penduduk yang beragama islam tidak

tinggal bedekatan dengn agama di luar islam, penduduk yang beragama selain agama islam

tinggal terpisah atau mempunyai kawasan masing-masing, menurut masyarakat mereka hidup

terpisah karena agar supaya setiap agama bisa menjalankan kegiatan beribadah lebih khusuk

tanpa mengganggu agama lain yang bedekatan.Walaupun masyarakat ini tinggal terpisah atau

mempunyai kawasan masing-masing tapi dalam kehidupan sehari-hari mereka sering bertemu

atau saling berinteraksi antara agama satu dengan yang lain.

Emea, adalah salah satu desa di Kecamatan Wita Ponda Kabupaten. Desa ini berdekatan

dengan laut hanya sekitar 200 M sblah utara. Desa Emea mempunyai luas daerah/ desa 601,30

Ha yang terdiri dari 5 dusun dan mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Moahino

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Bumi Harapan

3. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Ungkaya

4. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sampeantaba

Topografi:

a. Luas kemiringan lahan (rata-rata)

1. Datar 575,13 Ha

b. Ketinggian di atas permukaan laut (rata-rata) 10 m

Hidrologi

Irigasi berpengairan tekhnis

Klimatologi

Page 9: HASIL PENELITIAN DAN MEMBAHASAN - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/888/9/2013-2-69201-281409055-bab4-09012014102037.pdf · Kristen karena tidak dapat di jangkau lagi oleh penyebar

a. Suhu 26 ᵒc

b. Curah hujan 2000/3000 mm

c. Kelembaban udara

d. Kecepatan angin

Luas lahan pertanian

a. Sawah terigasi 7 Ha

b. Pertanian kelapa sawit 215 Ha

Luas lahan pemukiman

a. Luas pemukiman 381,30 Ha

Desa yang memiliki luas 601,30 Ha ini ternyata mempunyai jumlah penduduk sekitar 2.037

jiwa yang terdiri dari 1.046 jiwa laki-laki dan 992 jiwa perempuan. Penduduk desa emea terdiri

dari berbagai suku yaitu Mori, bungku, Bugis, Tator, Jawa dan Bali. Penduduk yang tinggal di

desa emea tersebut adalah penduduk asli suku mori dan bungku.

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Tradisi Mongkoro

Soekanto (dalam Dadang Supardan 2008 : 207) mendefinisikan Tradisi sebagai suatu pola

perilaku atau kepercayaan yang telah menjadi bagian dari suatu budaya yang telah lama di kenal

sehingga menjadi bagian dari suatu budaya yang telah lama di kenal sehingga menjadi adat

istiadat dan kepercayaan yang secara turun temurun.

Kamus besar bahasa Indonesia mendefinisikan tradisi sebagai (1) adat kebiasaan turun

temurun dari nenek moyang yang masing di jalankan di masyarakat. (2) penilaian atau anggapan

Page 10: HASIL PENELITIAN DAN MEMBAHASAN - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/888/9/2013-2-69201-281409055-bab4-09012014102037.pdf · Kristen karena tidak dapat di jangkau lagi oleh penyebar

bahwa cara-cara yang telah ada merupakan yang paling baik dan benar. Dengan kata lain tradisi

bida di artikan sebagai adat istiadat yang di turunkan secara turun temurun dari nenek moyang

kepada generasi-generasi selanjutnya yang kemudian di laksanakan oleh generasi-generasi

tersebut.

Adat merupakan wujud ideal dari kebudayaan yang berfungsi sebagai tata kelakuan. Adat

adalah aturan,perbuatan yang lazim di lakukan sejak dahulu menurutdaerah setempat. Adat yang

berada pada tingkat nilai budaya bersifat abstrak, merupakan ide-ide yang berkonsepsikan hal-

hal yang paling bernilai dalam kehidupan suatu masyarakat.

Kata adat sendiri berasal dari bahasa arab yang berarti kebiasaan. Pendapat lain menyatakan,

bahwa adat sebenarnya berasal dari bahasa sansekerta a(berarti “bukan”) dan dato (yang artinya

“sifat kebenaran”). Dengan demikian adat bersifat immaterial artinya adat menyangkut hal-hal

yang berkaitan dengan system kepercayaan.

Fakultas hukum universitas andalas 1977-1978 hal 36 (dalam soerjono soekanto 1983). Di

dalam penelitian yang pernah di adakan di nyatakan antara lain;

Pada umumnya adat itu di bagi atas 4 bagian yaitu;

1. Adat yang sebenar adat. Ini merupakan undang-undang alam. Di mana dan kapanpun ia

akan tetap sama, antara lain adat air membasahi, adat api membakar dan sebagainya.

2. Adat istiadat. Ini adalah aturan pedoman hidup di seluruh daerah ini yang di

perturunnaikan selama ini, waris yang di jawek, pusako nan di tolong, artinya yang di

terima oleh generasi yang sekarang oleh generasi yang dulu supaya dapat kokoh

berdirinya.

Page 11: HASIL PENELITIAN DAN MEMBAHASAN - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/888/9/2013-2-69201-281409055-bab4-09012014102037.pdf · Kristen karena tidak dapat di jangkau lagi oleh penyebar

3. Adat nan teradat. Ini adalah kebiasaan setempat.dapat di tambah ataupun di kurangi

menurut tempat dan waktu.

4. Adat yang diadatkan. Ini adalah adat yang dapat di pakai setempat. Seperti dalam suatu

daerah adat menyebut dalam perkawinan mempelai harus memakai pakain kebesaran,

kalau tidak maka helat tidak akan menjadi; tapi pada waktu sekarang karena sukar

mencari pakaian kebesaran itu maka pakaian biasa saja dapat di pakai oleh mempelai

tadi.

Mongkoro merupakan mengundang secara lisan yang di lakukan setiap akan melakukan

acara suka cita seperti pernikahan, khitanan, syukuran dll, masyarakat yang berada di suatu desa

yang akan melaksanakan suatu acara datang saling membantu salah satu warga yang akan

melaksanakn acara tersebut. Di samping itu, masyarakat yang datang membantu tersebut

membawa bahan-bahan sembako untuk di makan di acara pernikahan tersebut seperti beras, gula,

minyak goreng dll.

Tradisi mongkoro sudah lama di gunakan oleh suku mori tiap akan mengadakan acara, dari

dulu smpai sekarang masih tetap di gunakan.

4.2.2 Tradisi Mongkoro di Lihat Dari Sudut Pandang Suku Mori

Interaksionisme simbolik yang di kemukakan oleh Herbert Blumer ,menurut poloma

(1992:267-269),mengandung sejmulah ide-ide dasar sebagai berikut:

1. masyarakat terdiri dari manusia yang saling berinteraksi dan bersesuaian melalui tindakan

bersama, membentuk organisasi atau struktur sosial;

Page 12: HASIL PENELITIAN DAN MEMBAHASAN - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/888/9/2013-2-69201-281409055-bab4-09012014102037.pdf · Kristen karena tidak dapat di jangkau lagi oleh penyebar

2. interaksi terdiri dari berbagai kegiatan manusia yang saling berhubungan. Interaksi

nonsimbolik mencakup stimulus respon yang sederhana, sedangkan interaksi simbolis

mencakup penapsiran dan tindakan;

3. objek-objek tidak mempunyai makna yang intrinsik; makan merupakan produk interaksi

simbolik. Objek-objek dapat di klasifikasikan ke dalam tiga kategori, yaitu objek fisik,

sosial, dan objek abstrak;

4. manusia tidak hanya mengenal objek eksternal, mereka dapat melihat dirinya sebagai

objek. Pandangan terhadap diri sendiri sebgaimana dengan semua objek, lahir pada saat

proses interaksi simbolik;

5. tindakan manusia adalah tindakan interpretatif yang dibuat oleh manusia itu sendiri;

6. akhirnya, tindakan tesebut saling dikaitkan dan disesuaikan oleh anggota-anggota

kelompok: hal ini disebut sebagai tindakan bersama.

Maclver dan page (dalam soerjono soekanto 2012:22) mengemukakan bahwa masyarakat

adalah suatu system dari kebiasaan dan tata cara, dari wewenang dan kerja sama antara berbagai

kelompok dan penggolongan, dan pengawasan tingkah laku serta kebebasan-kebebasan manusia.

Sehingga masyarakat bisa di artikan sebagai jalinan hubungan social dan selalu berubah-ubah.

Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul atau dengan istilah ilmiah

saling beriteraksi. Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai perananagar warganya dapat saling

berinteraksi.

Masyarakat morowali khususnya di desa emea di lihat dari tradisi kebudayaannya yang

merupakan campuran dari suku mori dan suku bungku contohnya dapat di lihat dari

semboyannya yaitu tepeasa maroso, tepeasa yang berasal dari bahasa bahasa bungku yang

artinya “bersatu”, sedang maroso berasal dari bahasa mori yang artinya “kuat”.

Page 13: HASIL PENELITIAN DAN MEMBAHASAN - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/888/9/2013-2-69201-281409055-bab4-09012014102037.pdf · Kristen karena tidak dapat di jangkau lagi oleh penyebar

Menurut saya Salah satu yang menarik dari kampung tersebut agama muslim dan non

muslim terpisah atau mempunyai kawasan sendiri-sendiri, umat muslim mempunyai kawasan

sendiri dan non muslim pun mempunyai kawasan sendiri-sendiri. Dan keunikan ini dapat terjaga

dari dulu sampai sekarang.

4.2.3 Persepsi Masyarakat Mengenai Tradisi Mongkoro

Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,

hukum, adat istiadat & kemampuan lain serta kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai

anggota masyarakat. Kebudayaan dikaji asal kata bahasa sansekerta berasal dari kata budhayah

yang berarti budi atau akal.

Kebudayaan secara umum dapat diartikan sebagai “segala sesuatu yang dihasilkan oleh

akal budi (pikiran) manusia dengan tujuan untuk mengolah tanah atau tempat tinggalnya, atau

dapat pula diartikan segala usaha manusia untuk dapat melangsungkan dan mempertahankan

hidupnya didalam lingkungannya”. Budaya dapat pula diartikan sebagai himpunan pengalaman

yang dipelajari, mengacu pada pola-pola perilaku yang ditularkan secara sosial tertentu.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita mengartikan kebudayaan sebagai peninggalan sejarah

yang bersifat tradisional. Seperti tarian daerah, alat musik daerah, senjata tradisional, bahasa

daerah, dan lain sebagainya. Di negara kita, hampir setiap propinsi memilki kebudayaan

tradisionalnya sendiri. Oleh sebab itu negara kita dijuluki negara yang kaya akan budaya.

Negara Indonesia adalah suatu Negara yang memiliki kebudayaan dan adat istiadat yang

beraneka macam dari sambang sampai merauke.adat istiadat yang mempunyai fungsi dan makna

masing-masing bagi setiap suku yang masih terjaga sampai sekarang ataupun sudah hilang

seiring semakin berkembang dan modernnya cara pemikiran manusia.

Page 14: HASIL PENELITIAN DAN MEMBAHASAN - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/888/9/2013-2-69201-281409055-bab4-09012014102037.pdf · Kristen karena tidak dapat di jangkau lagi oleh penyebar

Mongkoro berasal dari bahasa suku Mori yang artinya mengundang secara lisan. Di lihat

dari bahasanya saja sudah menggunakan bahasa asli suku mori jadi mongkoro ini merupakan

warisan asli dari suku mori sendiri tanpa ada campuran dari suku lain.

Tradisi mongkoro ini sendiri mempunyai makna yang penting bagi masyarakat suku mori

yaitu dapat menjalin rasa gotong royong yang sangat kuat antara masyarakat yang satu dan yang

lainnya dan dapat mempererat rasa kekeluargaan yang lebih erat tanpa membeda-bedakan antar

agama maupun antar suku, dapat terlihat jika ada masyarakat yang mengadakan sebuah acara

semua yang di undang atau mengenal yang menyelenggarakan acara tersebut akan datang untuk

saling membantu dan akan terlihat terdiri dari berbagai suku.

Kebiasaan-Kebiasaan dalam kehidupan masyarakat adalah pola-polakegiatan atau perbuatan positif yang dilakukan oleh warga masyarakat yangperuhanan sebuah kesatuan hukum tertentu yang pada dasarnya dapatbersumber pada hukum adat atau adat istiadat yang diakui keabsahanya olehwarga masyarakat tersebut dan warga wasyarakat lainya.( uu nomor 1 tahun2009 pasal 1 ayat 4, tentang pemberdayaan, pelestarian, perlindungan danpengembangan adat istiadat dan lembaga adat dalam Wilayah NegaraRepublik Indonesia).

Berdasarkan UU yang ada di atas tradisi mongkoro adalah sebuah adat yang membawa

dampak positif bagi semua masyarakat suku mori atau suku lain yang tinggal menetap di Desa

Emea Kecamatan Wita Ponda Kabupaten Morowali.

Tradisi mongkoro ini sudah ada sejak dari nenek moyang suku mori dan sampai sekarang

tradisi ini masih ada dan masih di gunakan dalam setiap acara-acara di desa Emea ini, ada

terdapat sedikit perbedaan antara tradisi mongkoro yang dulu dan yang di pakai sekarang.

Tradisi mongko pada zaman dulu penduduk yang turun untuk mengudang terdapat dua orang

atau berpasangan laki-laki dan perempuan dan menggunakan pakaian adat sedangkan pada

Page 15: HASIL PENELITIAN DAN MEMBAHASAN - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/888/9/2013-2-69201-281409055-bab4-09012014102037.pdf · Kristen karena tidak dapat di jangkau lagi oleh penyebar

zaman sekarang hanya seorang saja tidak menggunakan pakaian adat lagi atau hanya

menggunakan pakaian biasa tapi sopan.

Tradisi mongkoro ini sangat erat dengn kehidupan suku mori, dapat di lihat dari semakin

modern dan canggihnya system komunikasi jaman sekarang ini tapi suku mori masih sangat

mempertahankan tradisi mongkoro ini walaupun ada perubahan yang terlihat seperti cara

berpakaian tapi itu tidak merubah makna dan arti tradisi mongkoro ini bagi suku mori.

Perubahan yang ada dalam tradisi hanya karena perkembangan zaman saja yang tidak telalu

berarti bagi suku, yang paling penting perkembangan zaman tidak menghilangkan tradisi ini dan

tidak merubah cara pemikiran masyarakat mengenai makna dan pentingnya tradisi ini bagi

mereka. Seperti hasil wawancara bersama Bapak Ratimu (tokoh adat) sebagai berikut:

“ Caranya dorang dalam berpakaian memang sekarang ini sudah lain mi dariyang aslinya sebenarnya, kalau dulu yang ba undang itu dia pake baju adatbaru kalu turun ada laki-laki ada perempuan. Menurut orang tua dulukatanya itu supaya yang perempuan undang yang perempuan baru laki-lakidengan laki tuan rumah,sekarang ini karena tidak mi lagi karena sekarangsudah mulai canggih mi mungkin. Yang penting untuk orang-orang suku moritetap tidak lupa arti dari adat mongkoro ini”.1

Maksud Bapak Ratimu cara berpakaian yang turun untuk mengundang secara lisan pada

zaman sekarang sudah berbeda dengan yang sebenarnya, kalau zaman dulu yang turun untuk

mengundang memakai pakaian adat dan berpasangan pria dan wanita. Karena menurut nenek

moyang suku mori tujuan yang turun mengundang berpasangan agar yang pria mengundang tuan

rumah pria dan wanita mengundang tuan rumah yang wanita, sekarang sudah tidak memakai

pakaian adat lagi karena zaman yang semakin modern, yang terpenting masyarakat suku mori

tidak melupakan makna dari tradisi mongkoro ini.

1 (hasil wawancara dengan bapak Ratimu,27 oktober 2013)

Page 16: HASIL PENELITIAN DAN MEMBAHASAN - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/888/9/2013-2-69201-281409055-bab4-09012014102037.pdf · Kristen karena tidak dapat di jangkau lagi oleh penyebar

Gambar 1: wawancara dengan Bapak Ratimu (tokoh adat) mengenai persepsi mengenai tradisimongkoro.

Hal yang sama juga di katakan Bapak Aeni (tokoh agama) sebagai berikut:

“ Yang turun mengundang sekarang itu kan bukan orang-orang tua lagi

bukan kaya lalu harus orang yang sudah tua, dorang sudah tidak mau pake

pakean adat karena sudah banyak sekarang dorang liat di tv-tv cara

berpakaian yang lebik modern jadi tidak mau lagi pake pakean adat”.2

Maksud Bapak Aeni yang turun untuk mengundang sekarang masih muda, kalu zaman

dahulu yang turun untuk mengundang harus yang sudah tua. Mereka sudah tidak ingin memakai

pakaian adat lagi karena banyak melihat di layar tv cara berpakaian yang lebih modern.

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan dua tokoh di atas mengenai persepsi

mereka mengenai tradisi mongkoro, di temukan dua pendapat yang tidak jauh berbeda yakni cara

berpakaian yang turun untuk mengundang yang dahulu dan sekarang memang ada perpedaan,

jika dahulu memakai pakaian adat tapi sekarang Cuma memakai pakaian biasa saja dan dahulu

berpasangan wanita dan pria, yang pria akan mengundang tuan rumah pria dan yang wanita

mengudang tuan rumah wanita dan sekarang Cuma pria saja dan mengundang semua tuan rumah

2 (hasil wawancara dengan bapak Aeni,28 oktober 2013)

Page 17: HASIL PENELITIAN DAN MEMBAHASAN - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/888/9/2013-2-69201-281409055-bab4-09012014102037.pdf · Kristen karena tidak dapat di jangkau lagi oleh penyebar

baik pria maupun wanita. Yang penting masyarakat tidak menghilangkan ataupun melupakan

makna dari tradisi mongkoro ini sendiri.

4.3 Faktor-Faktor Penyebab Pergeseran Tradisi Mongkoro

Menurut Selo Soemardjan“segala perubahan-perubahan pada lembaga-lembagakemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistemsosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap dan pola perilaku di antarakelompok-kelompok dalam masyarakat.(Gatot Teguh Aripianto: 23 april 2010) .

Sesuai teori di atas budaya yang dahulu tak ternilai harganya, kini justru menjadi budaya

yang tak bernilai di mata masyarakat. Sikap yang tak menghargai itu memberikan dampak yang

cukup buruk bagi perkembangan budaya tradisional di negara kita. Karena salah satu cara untuk

melestarikan budaya tradisional adalah sikap dan perilaku dari masyarakatnya sendiri. Jika dalam

diri setiap masyarakat terdapat jiwa nasionalis yang dominan, melestarikan budaya atau tradisi

merupakan suatu kebanggaan, tapi generasi muda sekarang ini justru beranggapan yang

sebaliknya, sehingga mereka menggagap melestarikan budaya atau suku itu suatu paksaan. Jadi

kelestarian budaya atau tradisi itu juga sangat bergantung pada jiwa nasionais generasi mudanya.

Sebagai para generasi muda penerus bangsa, jiwa dan sikap nasionalis sangatlah diperlukan.

Bukan hanya untuk kepentingan politik saja kita dituntut untuk berjiwa nasionalis, tetapi dalam

mempertahankan dan melestarikan budayapun juga demikian. Kita butuh untuk menyadari

bahwa untuk mempertahankan budaya peninggalan sejarah itu tidak mudah. Butuh pengorbanan

yang besar pula. Oleh karenanya tak cukup apabila hanya ada satu generasi muda yang mau

untuk tapi yang lain masa bodoh. Dalam melakukannya dibutuhkan kebersamaan untuk saling

mendukung dan mengisi satu sama lain. Dalam kata lain dalam menjaga kelestarian budaya juga

diperlukan kekompakan untuk saling mengisi dan mendukung.

Page 18: HASIL PENELITIAN DAN MEMBAHASAN - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/888/9/2013-2-69201-281409055-bab4-09012014102037.pdf · Kristen karena tidak dapat di jangkau lagi oleh penyebar

Setiap perubahan yang ada dalam lingkungan kita yang berasal dari luar maupun dari dalam

yang di alami setiap masyarakat akan membawa perubahan pada masyarakat atau kelompok

masyarakat itu sendiri, baik itu perubahan yang Nampak maupun perubahan yang bisa kita

rasakan sendiri. Dan sesuai teori di atas tadi sesuai dengan perubahan pada tradisi mongkoro,

perubahan yang terjadi masyarakat seperti masuknya budaya baru ataupun kawin campur juga

akan mempengaruhi adat istiadat dan cara pemikran masyarakat.

4.3.1 Pengaruh Internal

a. Kawin Campur

Proses saling mempengaruhi adalah gejala yang wajar dalam interaksi antar masyarakat.

Melalui interaksi dengan berbagai masyarakat lain, bangsa Indonesiaataupun kelompok-

kelompok masyarakat yang mendiami nusantara (sebelum Indonesia terbentuk) telah mengalami

proses dipengaruhi dan mempengaruhi.

Kemampuan berubah merupakan sifat yang penting dalam kebudayaan manusia selama tidak

menghilangkan budaya asli kita. Tanpa itu kebudayaan tidak mampu menyesuaikan diri dengan

keadaan yang senantiasa berubah. Perubahan yang terjadi saat ini berlangsung begitu cepat.

Hanya dalam jangka waktu satu generasi banyak negara-negara berkembang telah berusaha

melaksanakan perubahan kebudayaan, padahal di negara-negara maju perubahan demikian

berlangsung selama beberapa generasi. Pada hakekatnya bangsa Indonesia, juga bangsa-bangsa

lain, berkembang karena adanya pengaruh-pengaruh luar. Kemajuan bisa dihasilkan oleh

interaksi dengan pihak luar, hal inilah yang terjadi dalam proses interaksi.

Page 19: HASIL PENELITIAN DAN MEMBAHASAN - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/888/9/2013-2-69201-281409055-bab4-09012014102037.pdf · Kristen karena tidak dapat di jangkau lagi oleh penyebar

Kawin campur atau perkawinan antara 2 suku yang berbeda di anggap adalah salah satu

penyebab pergeseran tradisi mongkoro ini karena akan saling mempengaruhi tradisi dari salah

satu mempelai yang akan mengadakan pernikahan.

Dalam budaya pernikahan pada suku mori jika ada yang mengadakan pernikahan acara

pernikahan dari awal sampai akhir akan di laksanakan di rumah atau daerah mempelai wanita,

jadi jika seandainya mempelai pria yang suku mori secara tidak langsung pria yang akan

mengikut tata acara pernikahan dari mempelai wanita. Jika wanita dan pria walaupun berbeda

suku tetapi tinggal dalam satu daerah yang sama maka tradisi mongkoro masih tetap di pakai.

Jadi kawin campur juga mempengaruhi pergeseran suatu tradisi yang ada dalam satu suku

yang ada.seperti hasil wawancara bersama Bapak Dadia (tokoh masyarakat) sebagai berikut:

“ Kalau dulu jarang kita dengar atau mungkin tidak ada yang kawin bedasuku, pasti satu suku semua sampe-sampe ada yang kawin masih keluargadekat juga. Contohnya saya dengan istriku itu masih sepupu satu kali, karenadulu bagaimana mau jodoh dengan suku lain, keluar dari kampung sajajarang karena kalau dulu untuk pergi sekolah saja jalan kaki dari rumah baruteman-teman sekolah tidak ada yang beda suku semua satu suku jadi tidakmungkin mau dapat jodoh yang beda suku.3

Maksud Bapak Dadia kalau zaman dahulu jarang sekali ada yang menikah beda suku dan

bahkan tidak ada, yang menikah pasti sama suku dan bahkan ada yang nikah maih mempunyai

ikatan pernikahan. Zaman dahulu tidak mungkin nikah berbeda suku karena untuk keluar dari

kampong saja jarang dan untuk pergi sekolah saja berjalan kaki karena kendaraan yang belum

ada dan di sekolah pun semua sama suku jadi tidak mungkin untuk nikah beda suku.

3 (hasil wawancara dengan bapak Dadia 5 november 2013)

Page 20: HASIL PENELITIAN DAN MEMBAHASAN - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/888/9/2013-2-69201-281409055-bab4-09012014102037.pdf · Kristen karena tidak dapat di jangkau lagi oleh penyebar

Berdasarkan hasil wawancara di atas maka penulis merumuskan bahwa pada zaman

dahulu tradisi mongkoro ini tidak ada yang namanya kawin campur di karenakan zaman dahulu

anak-anak mudanya hanya menetap di kampong untuk bekerja karena zaman dulu jarang anak-

anak yang keluar untuk sekolah karena masalah biaya dan kalau yang menikah selalu

mempunyai suku yang sama jika ada perbedaan hanya daerah mereka saja yang berbeda. Dan

zaman dulu yang pasangan yang menikah antara kedua mempelai masih mempunyai hubungan

tali kekeluargaan karena zaman dulu perjodohan masih banyak terjadi.

Itu zaman dulu berbeda dengan zaman sekarang yang anak-anak mudanya sering keluar

daerah untuk sekolah, kerja dll. Dan sering bertemu jodoh mereka yang di luar daerah dan

berbeda suku.

4.3.2 Pengaruh Eksternal

a. Budaya Barat

Kebudayaan asing disini khususnya kebudayaan dari negara-negara maju atau Barat yang

memengaruhi sejumlah besar masyarakat dan kebudayaan di dunia ini budaya di Indonesia telah

banyak tercampur dengan budaya asing. Itu mungkin disebakan karena kebudayaan itu lebih

menyenangkan dibandingkan budayanya sendiri. Sebenarnya budaya asli Indonesia telah

memiliki budaya yang mirip dengan budaya tadi. Namun, budaya tersebut terkadang dianggap

kurang meriah. Contoh perubahan besar lainnya adalah penggunaan komputer dan alat-alat

teknologi sebagai pengganti buku untuk mencari tugas. Hal itu disebabkan oleh kemudahan

menggunakan alat-alat teknologi tersebut.

Page 21: HASIL PENELITIAN DAN MEMBAHASAN - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/888/9/2013-2-69201-281409055-bab4-09012014102037.pdf · Kristen karena tidak dapat di jangkau lagi oleh penyebar

Walaupun perubahan dari cara berpakaian tradisi mongkoro tidak terlalu di anggap

penting bagi suku mori tetapi perubahan itu tetap ada dan tetap di rasakan walaupun sedikit dan

di anggap ada yang hilang atau berkurang dari tradisi mongkoro ini sendiri. Seperti hasil

wawancara bersama Bapak Hamsah Beluano ( tokoh adat) sebagai berikut:

“ Saya liat sekarang budaya dari luar itu sudah banyak sekali berpengaruhcontohnya saja tradisi mongkoro ini sudah tidak pake pakean adat lagi, inisalah satu pengaruh dari luar, mungkin dorang berpikir kalau sudah tidakpenting lagi atau sering dorang bilang sudah ketinggalan zaman mi lagi pakebaju daerah jadi sudah tidak di pake lagi.4

Maksud Bapak Hamsah Beluano pengaruh budaya luar membawa banyak pengaruh

contohnya tradisi mongkoro sudah tidak memakai pakaian adat lagi, ini merupakan salah satu

pengaruh dari luar karena mereka menganggap bahwa pakain daerah sudah ketinggalan zaman

jadi mereka sudah tidak menggunakannya lagi.

Berdasarkan hasil wawancara di atas penulis merumuskan bahwa perubahan dari cara

berpakaian terjadi akibat pengaruh budaya luar yang melihat cara berpakaian yang lebih modern

dan menganggap pakaian adat tidak terlalu penting Yang penting makna dari tradisi ini tidah

hilang dari masyarakat dan tetap di pertahankan sampai kapan pun.

b.Globalisasi

Arus globalisasi saat ini telah menimbulkan pengaruh terhadap perkembangan budaya

bangsa Indonesia . Derasnya arus informasi dan telekomunikasi ternyata menimbulkan sebuah

kecenderungan yang mengarah terhadap memudarnya nilai-nilai pelestarian budaya terutama

tradisi-tradisi dalam suku bangsa yang tersebar di Indonesia.

4 (hasil wawancara dengan bapak Hamzah Beluano,28 oktober 2013)

Page 22: HASIL PENELITIAN DAN MEMBAHASAN - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/888/9/2013-2-69201-281409055-bab4-09012014102037.pdf · Kristen karena tidak dapat di jangkau lagi oleh penyebar

Budaya dan tradisi bangsa yang seharusnya menjadi kebanggaan dan harusnya di

pertahankan sekarang mulai hilang dikarenakan masuknya budaya asing (modern). Kita sebagai

warga negara indonesia yang mempunyai hak penuh atas kebudayaan tersebut seharusnya

melestarikannya bukan malah mengesampingkannya dengan berbagai alasan seperti takut

dibilang ketinggalan jaman, takut dibilang kupper, katrok, dan lain sebagainya.

Jika ditinjau melalui aspek global, globalisasi menjadi tantangan untuk semua aspek

kehidupan juga yang terkait dengan kebudayaan. Budaya tradisional yang mencerminkan etos

kerja yang kurang baik tidak akan mampu bertahan dalam era global. Era global menuntut

kesiapan kita untuk siap berubah menyesuaikan perubahan zaman dan mampu mengambil setiap

kesempatan. Budaya tradisional di Indonesia sebenarnya lebih kreatif dan tidak bersifat meniru,

yang menjadi masalah adalah mempertahankan jati diri bangsa.

Sebagai contoh sederhana, budaya gotong royong di Indonesia saat ini hampir terkikis

habis, individual dan tidak mau tahu dengan orang lain adalah cerminan yang tampak saat ini.

Perlu dipikirkan agar kebudayaan kita tetap dapat mencerminkan kepribadian \bangsa.

Kebudayaan tradisional adalah sebuah warisan luhur.

Dalam era globalisasi, kebudayaan tradisional mulai mengalami kepunahan. Orang, anak

muda utamanya lebih senang menghabiskan waktunya untuk mengakses internet dari pada

mempelajari kebudayaan sendiri. Orang akan merasa bangga ketika dapat menuru gaya

berpakaian orang barat dan menganggap budayanya kuno dan ketinggalan. Globalisasi akan

selalu memberikan perubahan, kita lah yang harus meneliti apakah budaya-budaya tersebut

bersifat positif ataupun negatife.

Page 23: HASIL PENELITIAN DAN MEMBAHASAN - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/888/9/2013-2-69201-281409055-bab4-09012014102037.pdf · Kristen karena tidak dapat di jangkau lagi oleh penyebar

Globalisasi dan budaya, sudah membuat masyarakat Indonesia khususnya suku mori

harus bersiap-siap menerima kenyataan masuknya pengaruh luar terhadap seluruh aspek

kehidupan bangsa. Salah satu nya adalah kebudayaan. Bagi bangsa Indonesia kebudayaan adalah

salah satu kekuatan bangsa yang memiliki kekayaan nilai yang beragam, termasuk keseniannya.

Kesenian rakyat, salah satu bagian dari kebudayaan bangsa Indonesia tidak luput dari pengaruh

globalisasi.

Globalisasi dalam kebudayaan dapat berkembang dengan cepat, hal ini tentunya

dipengaruhi oleh adanya kecepatan dan kemudahan dalam memperoleh akses komunikasi dan

berita namun hal ini justru menjadi bumerang tersendiri dan menjadi suatu masalah yang paling

penting dalam globalisasi, yaitu kenyataan bahwa perkembangan ilmu pengertahuan dikuasai

oleh negara-negara maju, bukan negara-negara berkembang seperti Indonesia.

Mereka mampu mempengaruhi satu sama lain. Akibatnya, negara-negara berkembang,

seperti Indonesia selalu khawatir akan tertinggal dalam arus globalisai dalam berbagai bidang

seperti politik, ekonomi, sosial, budaya, termasuk kesenian kita.

Perkembangan globalisasi menimbulkan berbagai masalah dalam berbagai bidang, seperti

bidang kebudayaan. Dimana budaya asli suatu negara mulai hilang, terjadi erosi nilai-nilai suatu

budaya, menurunkan rasa nasionalisme hilangnya sifat kekeluargaan dan gotong royong,

kepercayaan diri hilang, gaya hidup kebarat-baratan serta masalah dalam eksistensi kebudayaan

daerah yang dapat kita lihat dari menurunnya rasa cinta terhadap kebudayaan yang menjadi jati

diri bangsa. Sebagai generasi muda, kita seharusnya bisa menyeleksi mana yang baik dan

bermanfaat untuk masa depan.

Globalisasi sebagai sebuah proses ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi sehingga ia mampu mengubah dunia secara mendasar Ilmu

Page 24: HASIL PENELITIAN DAN MEMBAHASAN - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/888/9/2013-2-69201-281409055-bab4-09012014102037.pdf · Kristen karena tidak dapat di jangkau lagi oleh penyebar

pengetahuan dan teknologi telah mengubah dunia secara mendasar. Komunikasi dan transportasi

telah menghilangkan batas-batas budaya setiap bangsa apalagi pada zaman sekarang banyaknya

anak-anak muda yang keluar untuk menuntut ilmu di luar daerah bahkan di luar Negara mereka,

walaupun itu sangat baik agar mendapatkan pengetahuan dan ilmu dari luar tapi dapat

berdampak pada kebudayaan atau tradisi sendiri.

Dengan adanya globalisasi ini akan mempengaruhi tradisi mongkoro (mengundang

secara lisan) ini sendiri, karena semakin canggihnya teknologi seperti percetakan, foto copy,

sablon akan mempengaruhi tradisi mongkoro ini sendiri.

jika di lihat juga mengundang dengan tulisan aka lebih mudah dan lebih menghemat

waktu dari yang turun mengundang. Perbedaan antara mengundang secara tulis dengan

mengundang secara lisan sebagai berikut:

Mengundang dengan tulisan akan lebih mudah yang mengundang langsung memberikan

undangan saja terus selesai tetapi jika dengan lisan yang mengundang harus berbicara

langsung dengan tuan rumah yang akan di undang menyampaikan amanat dari yang akan

menyelenggarakan acara.

Akan lebih menghemat waktu, karena dengan tulisan hanya membutuhkan waktu ± 2

menit hanya memberikan undangan pada tuan rumah setelah itu bisa lanjut dengan rumah

berikutnya tapi jika dengan mengundang secara lisan membutuhkan waktu sekitar ± 10

menit karena akan menyampaikan amanat dari tuan pesta tadi dan masih akan bercerita

dulu dengan tuan tuan rumah tadi.

Jika di lihat di atas sebenarnya dengan tulisan lebih di anggap lebih mudah tapi setelah

melakukan wawancara dengan Bapak Anton (tokoh masyarakat) sebagai berikut:

“ Kalau kita liat sekarang memang lebih mudah dan tidak banyak waktu yang

di pake kalau pake undangan tulisan tapi bisa kita liat kalu kita pake

Page 25: HASIL PENELITIAN DAN MEMBAHASAN - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/888/9/2013-2-69201-281409055-bab4-09012014102037.pdf · Kristen karena tidak dapat di jangkau lagi oleh penyebar

undangan tulisan yag di undang itu akan datang hanya pas acaranya saja

tapi kalu lisan kan mereka datang baku bantu dulu karena yang ba undang

kasih tau dari awal acara dari persiapan sampe pelaksanaannya jadi dorang

datang baku bantu di situ di liat bedanya sebenarnya”.5

Maksud Bapak Anton jika menggunakan undangan secara tulisan memang lebih mudah

karena lebih mudah dan menghemat waktu dari yang mengundang tadi tapi jika mengundang

secara tulisan yang di undang hanya datang pada acara pelaksanaanya saja tapi jika dengan lisan

yang di undang tadi akan datang dari persiapan sampai selesainya acara karena sudah di

sampaikan dari yang mengundang tadi.

Hal yang hamper berkaitan juga Seperti hasil wawancara bersama Bapak Lasuandi

sebagai berikut:

“Kalau di liat-liat zaman yang sudah makin modern nanti mau bawapengaruh yang tidak bagus untuk penerus nantinya, kalau anak-anaksekarang yang sudah besar sudah mengerti karena masing sering liat tradisi-tradisi yang ada di kampung tapi bagimana dengan anak cucu mereka nantiyang belum tau ini tradisi, bagaimana dorang mau pertahankan sedangkansudah makin hilang karena zaman yang sudah makin modern yang pasti akanbawa pengaruh dengan cara ba pikir. 6

Maksud Bapak Lasuandi jika melihat zaman sekarang yang sudah semakin modern akan

membawa pengaruh yang tidak bail bagi penerus nantinya, jika anak-anak yang sekarang sudah

dewasa sudah mengerti dengan tradisi yang ada di sukunya, tapi bagaimana dengan anak mereka

nantinya yang belum tahu dengan tradisi ini, bagaimana mereka akan mempertahankan tradisi ini

jika melihat sekarang tradisi ini sudah makin hilang akibat zaman yang semakin modern dan

sudah tentu akan mengubah cara berpikir mereka.

5 hasil wawancara dengan bapak Anton, 4 november 2013)

6 (hasil wawancara dengan bapak Lasuandi, 3 november 2013)

Page 26: HASIL PENELITIAN DAN MEMBAHASAN - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/888/9/2013-2-69201-281409055-bab4-09012014102037.pdf · Kristen karena tidak dapat di jangkau lagi oleh penyebar

Gambar 2: wawancara dengan Bapak Lasuandi (tokoh masyarakat) mengenai faktor penyebabpergeseran tradisi mongkoro

Dari hasil wawancara kedua tokoh di atas yang berkaitan mengenai globalisasi penulis

menguraikan bahwa pengaruh globalisasi ini pada tradisi mongkoro dari semakin canggihnya

teknologi akan membawa pengaruh bagi tradisi mongkoro ini menggunakan undang lisan

memang lebih mudah dan menghemat waktu jika di bandingkan dengan secara lisan yang rumit

dan memakan waktu banyak tapi jika dengan tulisan yang datang hanya mengikuti yang di tulis

saja yaitu hanya pada pelaksanaan acara saja tapi jika dengan lisan masyarakat datang dari

ersiapan sampai acara selesai karena sesuai undangan yang di sapaikan dari yang mengundang

secara lisan tadi dan globalisasi juga membawa pengaruh buruk dan akan mempengaruhi anak

cucu mereka di kemudian hari dan kemudian dengan sendirinya tardisi mongkoro ini akan hilang

secara perlahan dalam kehidupan dan adat istiadat suku mori ini sendiri.

Karena dengan globalisasi ini akan mengubah acara pandang dan pemikiran anak-anak

muda nantinya karena perkembangan zaman, dan menganggap adat istiadat sudah tidak penting

lagi dan adat istiadat mereka masih dapat hidup dengan apa yang mereka inginkan.

Page 27: HASIL PENELITIAN DAN MEMBAHASAN - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/888/9/2013-2-69201-281409055-bab4-09012014102037.pdf · Kristen karena tidak dapat di jangkau lagi oleh penyebar

4.4 Adat Dalam Pandangan aspek Sosial

Hasil wawancara bersama bapak yunus sebagai berikut:

“ Tradisi mongkoro ini banyak sekali manfaatnya sebenarnya salah satunya ituhubungannya kita dengan orang lain bisa lebih erat tanpa di liat dari sukunyaorang”.7

Maksud Bapak Yunus tradisi ini mempunyai banyak manfaat, salah satunya lebih

mempererat hubungan kita dengan orang lain tanpa melihat suku dari orang tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara di atas maka penulis merumuskan yakni bahwa tradisi

mongkoro ini mempunyai peranan penting dalam setiap penyelenggaraan acara suku mori.

Karena tradisi mongkoro ini dapat mempererat silaturahmi sesama masyarakat yang berbeda

agama maupun berbeda suku.

Silaturahmi dapat terlihat mulai dari yang mengundang mendatangi masyarakat yang akan di

undang sampai terlaksananya acara yang akan di selenggarakan. Selain akan terjalin silaturahmi

antara yang mengundang dengan yangbakan di undang, hubungan silaturahmi juga terjalin antara

tuan rumah yang mengadakan acara dan sesama masyarakat yang undang. Seperti hasil

wawancara bersama Ibu Samuria (tokoh masyarakat sebagai berikut:

“ Tradisi banyak sekali gunanya sebenarnya jadi sayang kalu mau hilang begitusaja, karena tradisi ini bisa bikin lebih erat hubungan dengan orang lain, cerita-cerita tentang pengalaman masing-masing, bisa baku bantu karna banyak yangdatang, jadi pekerjaan bisa selesai cepat.8

7 (hasil wawancara dengan bapak yunus 28 oktober 2013)

8 (hasil wawancara dengan ibu Samuria,1 november 2013).

Page 28: HASIL PENELITIAN DAN MEMBAHASAN - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/888/9/2013-2-69201-281409055-bab4-09012014102037.pdf · Kristen karena tidak dapat di jangkau lagi oleh penyebar

Maksud Ibu Samuria tradisi ini mempunyai banyak manfaat jadi sangat di sayangkan jika

hilang begitu saja seperti dapat mempererat hubungan dengan orang lain, bergagi cerita, saling

membantu karena banyaknya masyarakat yang datang jadi pekerjaan cepat terselesaikan.

Berdasarkan hasil wawancara di atas penulis menguraikan bahwa tradisi mongkoro ini

banyak mempunyai arti penting bagi para ibu pada khususnya.makna tradisi ini bagi mereka

yakni:

Lebih mempererat hubungan persaudaraan dengan masyarakat lain yang berada di

desa tersebut maupun di luar desa.

Dapat saling bertukar pikiran dengan sesama para ibu-ibu.

Dapat tercipta rasa saling membantu antara yang satu dengan yang lainnya.

Akan nampak pembagian kerja antara yang sau dengan yang lainnya jadi pekerjaan

dapat terselesaikan dengan baik dan cepat.

Gambar 3: wawancara dengan Ibu Samuria (tokoh masyarakat) mengenai manfaat tradisimongkoro

Jadi tradisi mongkoro sangat mempunyai arti penting bagi masyarakat tanpa memandang

suku, agama dan strata ekonomi. Dengan adanya tradisi ini mereka menganggap akan membuat

Page 29: HASIL PENELITIAN DAN MEMBAHASAN - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/888/9/2013-2-69201-281409055-bab4-09012014102037.pdf · Kristen karena tidak dapat di jangkau lagi oleh penyebar

pekerjaan dalam tiap acara akan terselesaikan lebih cepat dan lebih ringan karena di kerjakan

bersama-sama karena masyarakat yang di undang tadi akan datang saling membantu sebelum

acara di adakan sesuai undangan yang di sampaikan oleh yang datang mengundang tadi.

Tetapi zaman sekarang anak-anak muda kurang memahami arti dan makna dari tradisi

yang ada di daerahnya yang sebenarnya anak mudalah yang di harapkan untuk dapat meneruskan

budaya ataupun tradisi yang ada. Karena anak muda sudah terpengaruh dari budaya luar yang

menggap suatu budaya ataupun tradisi adalah sudah tidak sesuai dengan zaman sekarang yang

sudah mulai cangkih dan modern dan menganggap budaya atau tradisi sudah ketinggalan zaman

untuk di pakai pada zaman sekarang.

Pemikiran seperti ini akan membawa pengaruh yang buruk bagi kebudayaan ataupun

tradisi suku yang ada di Indonesia, karena jika semua orang sudah berpikir seperti ini dan

terbawa pengaruh dan melihat juga melalui layar elektronik dan yang dapat di liat dalam

kehidupan kita sehari-hari yang menggap budaya ataupun tradisi bukanlah hal yang penting lagi

maka semakin hari budaya ataupun tradisi kita akan semakin hilang bahkan akan hilang dengan

sendirinya.

4.5 Persepsi Masyarakat Mengenai Pemakaian Tradisi Mongkoro

Tradisi mongkoro hanya di pakai pada acara suka cita saja seperti pernikahan, aqikah,

syukuran . Alasan di gunakannya tradisi mongkoro ini hanya pada acara suka cita yaitu;

Karena tanpa adanya undangan dari tuan pesta masyarakat lain tidak mungkin tahu jika

akan di adakannya pesta.

Page 30: HASIL PENELITIAN DAN MEMBAHASAN - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/888/9/2013-2-69201-281409055-bab4-09012014102037.pdf · Kristen karena tidak dapat di jangkau lagi oleh penyebar

Agar tamu undangan merasa lebih di hargai dengan adanya undangan atau pemberitahuan

dari tuan pesta.

Seperti hasil wawancara bersama Bapak Tahia (tokoh agama) sebagai berikut:

“ Tradisi mongkoro ini memang dari dulu tidak pake kalau ada orang yangmeninggal karena memang sudah begitu tradisi di kampung ini. Kalau ada satuorang yang tau ada meninggal dorang langsung bilang sama yang lain kalau adayang meninggal di kampung ini, jadi dorang langsung datang di rumah duka tadidatang baku bantu dengan tuan rumah. Tiap mau ada do’a masyarakat langsungdatang tanpa di undang, dorang sudah tau kapan mau di bikin do’a lagi dorangdatang terus dari hari pertama sampai selesai. 9

Maksud Bapak Tahia dari zaman dahulu di Desa Emea ini tradisi mongkoro tidak di

gunakan pada acara duka, jika ada salah satu masyarakat yang meninggal dunia masyarakat lain

yang di kampong tersebut langsung mendatangi rumah duka tersebut untuk turut berduka dan

saling membantu dengan keluarga yang sedang berduka tanpa di undang. Setiap di adakan do’a

masyarakat juga datang untuk mendo’akan dan membantu dari hari pertama sampai terakhir.

Berdasarkan hasil wawancara di atas maka penulis menguraikan bahwa alasan mengapa

tradisi mongkoro tidak gunakan pada acara duka karena memang sudah menjadi tradisi atau

kebiasaan masyarakat suku mori jika ada salah satu masyarakat yang meninggal mereka

langsung mendatangi rumah duka tersebut, dari hari pertama sampai hari ke 100 tanpa di undang.

Dan dapat terlihat gotong-royong antara sesama masyarakat yang satu dengan yang lain untuk

turut membantu tuan rumah yang lagi berduka mulai dari pengurusan tenda sampai makanan

semua di lakukan oleh masyarakat setempat dan mereka tidak mengharapkan imbalan atau

apapun.

9 (hasil wawancara dengan bapak Tahia,1 novemver 2013)

Page 31: HASIL PENELITIAN DAN MEMBAHASAN - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/888/9/2013-2-69201-281409055-bab4-09012014102037.pdf · Kristen karena tidak dapat di jangkau lagi oleh penyebar

Kebiasaan seperti ini masih sangat terjaga dari dulu sampai sekarang, dan menjadi

keunikan dari suku mori jika ada masyarakat yang mengadakan acara baik itu acara suka cita

maupun duka cita para wanita yang datang akan membawa bahan-bahan sembako seperti

beras,minyak,telur dll. Dan itu mereka lakukan dari awal sampai akhir jika acara duka. Rasa

kekeluargaan dan gotong royong suku mori akan sangat terlihat jika ada acara-acara seperti

pernikahan ataupun kematian.

Mongkoro ini merupakan salah satu tradisi yang ada pada suku mori yang sampai

sekarang masih sangat terjaga dan masih di gunakan sampai sekarang.adapun perubahan yang

terlihat tapi itu bukan merupakan hal yang penting bagi masyarakat khususnya suku mori yang

penting bagi mereka adalah makna dari tradisi ini tidak pernah hilang.

Tradisi mongkoro ini juga bukan hanya di pakai oleh suku asli mori, suku lain atau

pendatang seperti bugis,jawa yang tinggal di desa tersebut yaitu desa Emea Kecamatan Wita

Ponda Kabupaten Morowali akan menyesuaikan adat yang di pakai di desa tersebut tanpa

menghilangkan juga budaya suku mereka sendiri.

Tata acara pernikahan mereka yang bersuku lain selain suku mori akan menggunakan

adat istiadat mereka sendiri tetapi urusan mengundang, hiburan, dan mempersipkan acara tetap

sama dengan tata cara yang ada pada suku mori. Yang berbeda dari mongkoro ini bagi suku lain

adalah jika suku mori jika akan mengadakan suatu acara yang turun untuk mengundang orang

yang di tunjuk dari pihak keluaga atau yang memang biasa turun mengundang tapi suku lain di

desa Emea ini yang turun keluarga yang mengadakan acara. Seperti hasil wawancara bersama

Bapak Lapasubi (tokoh agama) sebagai berikut:

Page 32: HASIL PENELITIAN DAN MEMBAHASAN - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/888/9/2013-2-69201-281409055-bab4-09012014102037.pdf · Kristen karena tidak dapat di jangkau lagi oleh penyebar

“Inggai tokoh agama, adati, maupo masyarakat tidak punya aturan atauprintah agar orang-orang yang datang tinggal di desa ini supaya ikut apayang ada di desanya kita ini seperti tradisi atau adat yang lain yang kitaselalu pake yang penting dorang yang datang tinggal di ini taat denganaturan untuk jaga nama baik kampung desa emea ini”.10

Maksud Bapak Lapasubi kami tokoh agama, adat, maupun masyarakat tidak mempunyai

aturan atau perintah agar masyarakat pendatang yang akan tinggal menetap di Desa Emea ini

untuk mengikuti apa yang kita biasa lakukan seperti tradisi atau adat yang penting mereka bisa

menjaga nama baik desa ini.

Hal yang serupa juga di ungkapkan oleh Bapak Salam (tokoh masyarakat) sebagai

berikut:

“ Yang penting dorang yang datang bukan sebagai buronan polisi dan tidakmembawa dampak buruk bagi masyarakat asli di desa ini”.11

Maksud Bapak Salam yang penting masyarakat pendatang tersebut tidak dalam pengejaran

atau buronan karena suatu masalah dan tidak membawa pengaruh buruk bagi masyarakat di desa

ini.

Berdasarkan hasil wawancara dengan dua tokoh agama di atas penulis menguraikan bahwa

sebenarnya tokoh agama, tokoh adat, dan tokoh masyarakat tidak mengharuskan suku lain yang

akan menetap di Desa Emea tersebut untuk mengikuti adat istiadat yang di pakai di desa tersebut.

Yang penting mereka mematuhi aturan untuk menjaga nama baik desa tersebut dan tidak

membawa masalah yang akan merugikan orang lain Mereka yang datang untuk tinggal menetap

di desa tersebut saja yang menyesuaikan dan mengikuti adat istiadat yang ada di desa tersebut

tanpa adanya paksa dari siapa pun.

10(hasil wawancara dengan bapak Lapasubi,5 november 2013)11 (hasil wawancara dengan Bapak Salam, 3 november 2013)

Page 33: HASIL PENELITIAN DAN MEMBAHASAN - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/888/9/2013-2-69201-281409055-bab4-09012014102037.pdf · Kristen karena tidak dapat di jangkau lagi oleh penyebar

Gambar 4: wawancara dengan Bapak Salam (tokoh masyarakat) mengenai persepsi penggunaantradisi mongkoro.

4.6 Pembahasan

4.6.1 Deskripsi Kehidupan Suku Mori Dalam Menganut Tradisi Mongkoro

Setelah melakukan penelitian di desa Emea Kecamatan Wita Ponda Kabupaten Morowali maka

dapat di ketahui dengan jelas mengenai tradisi Mongkoro dan masalah-masalah yang ada di

dalamnya dan juga penyebabnya.

Ada beberapa factor penyebab semakin pudarnya tradisi mongkoro seperti pengaruh

budaya barat, kawin campur dan globalisasi. Walaupun belum ada perubahan yang terlihat cukup

berarti tapi yang kwatirkan para tokoh agama, tokoh adat maupun masyarakat adalah yang akan

terjadi pada kemudian hari akibat semakin cangkih modernnya tekhnologi yang bisa akan

mempengaruhi cara pemikiran anak-anak muda nantinya.

Tradisi mongkoro ini merupakan tradisi yang sangat di anggap penting bagi masyarakat

dalam menyelenggarakan suatu acara suka cita. Budaya ini merupakan bagian dari

kehidupan,tanpa budaya yang juga sering kaitkan dengan adat istiadat,manusia mungkin ada

kalanya tidak akan bisa menjaga tingkah laku mereka. Adat istiadat merupakan bagian dari

Page 34: HASIL PENELITIAN DAN MEMBAHASAN - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/888/9/2013-2-69201-281409055-bab4-09012014102037.pdf · Kristen karena tidak dapat di jangkau lagi oleh penyebar

budaya. Adat istiadat adalah sebuah peraturan, sebuah norma yang harus di laksanakan dan di

patuhi.

Tradisi mongkoro ini walaupun sudah sangat lama masih sangat terjaga dan di

pertahankan oleh suku mori sampai sekarang. Adapun perubahan-perubahan yang terdapat seprti

cara berpakaian yang sudah tidak menggunakan pakaian adat lagi bukan itu karena akibat dari

mengikuti perkembangan zaman yang terpenting adalah makna dari tradisi mongkoro ini tidak

pernah hilang dari pemikiran suku mori.

Suatu tradisi tidak mungkin terus terjaga tanpa adanya kesadaran dari masyarakat terus

menjaga dan melestarikannya, walaupun adat tersebut mempunyai dampak positif dan

mempunyai pengaruh penting bagi kehidupan masyarakat tanpa adanya kesadaran tidak akan

mungkin akan terus terjaga, jadi sangat perlu kesadaran dari setiap suku untuk terus menjaga dan

melestarikan adat istiadat yang ada pada suku kita masing-masing.

Dengan adanya tradisi mongkoro ini pekerjaan yang ada jika ada masyarakat yang akan

mengadakan suatu acara dapat terbantu dan cepat terselesaikan dengan terus terjaganya rasa

kekeluargaan dan kegotong-royongan antara sesama,tanpa melihat suku dan agama yang

mengadakan acara tersebut. Dengan adanya rasa kekeluargaan dan gotong-royong yang sangat

kuat ini suatu pekerjaan pun dapat terselesaikan dengan cepat dan dapat juga meringankan beban

yang mengadakan acara.

secara umum dapat diartikan sebagai suatu proses pergeseran atau berubahnya

struktur/tatanan didalam masyarakat, meliputi pola pikir yang lebih inovatif, sikap, serta

kehidupan sosialnya untuk mendapatkan penghidupan yang lebih baik.

Page 35: HASIL PENELITIAN DAN MEMBAHASAN - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/888/9/2013-2-69201-281409055-bab4-09012014102037.pdf · Kristen karena tidak dapat di jangkau lagi oleh penyebar

perubahan pada kebudayaan atau kebiasaan pada masyarakat. Perubahan sosial budaya

dipengaruhi oleh faktor dari luar masyarakat (dari masyarakat lain). Perubahan sosial budaya

bisa merubah struktur, fungsi, nilai, norma, pranata, dan semua aspek lainnya. Perubahan ini bisa

terjadi pada salah satu anggota masyarakat atau seluruh lapisan masyarakat

Pada dasarnya setiap masyarakat dalam hidupnya dapat dipastikan akan mengalami apa

yang dinamakan dengan perubahan-perubahan. Adanya perubahan-perubahan tersebut akan

dapat diketahui bila kita melakukan suatu perbandingan dengan menelaah suatu masyarakat pada

masa tertentu yang kemudian kita bandingkan dengan keadaan masyarakat pada waktu yang

lampau. Perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakat,pada dasarnya merupakan suatu

proses yang terus menerus, ini berarti bahwa setiap masyarakat pada kenyataannya akan

mengalami perubahan-perubahan.

Tetapi perubahan yang terjadi antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain

tidak selalu sama. Hal ini dikarenakan adanya suatu masyarakat yang mengalami perubahan

yang lebih cepat bila dibandingkan dengan masyarakat lainnya. Perubahan tersebut dapat berupa

perubahan-perubahan yang tidak menonjol atau tidak menampakkan adanya suatu perubahan.

Juga terdapat adanya perubahan-perubahan yang memiliki pengaruh luas maupun terbatas. Di

samping itu ada juga perubahan-perubahan yang prosesnya lambat, dan perubahan yang

berlangsung dengan cepat.

Perubahan yang terjadi pada masyarakat tersebut disebabkah oleh banyaknya faktor-

faktor yang mempengaruhi. Karenanya perubahan yang terjadi di dalam masyarakat itu

dikatakan berkaitan dengan hal yang kompleks.

Page 36: HASIL PENELITIAN DAN MEMBAHASAN - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/888/9/2013-2-69201-281409055-bab4-09012014102037.pdf · Kristen karena tidak dapat di jangkau lagi oleh penyebar

perubahan perubahan yang terjadi pada masyarakat yang mencakup perubahan dalam

aspek-aspek struktur dari suatu masyarakat, ataupun karena terjadinya perubahan dari faktor

lingkung an, karena berubahnya komposisi penduduk, keadaan geografis, serta berubahnya

sistem hubungan sosial, maupun perubahan pada lembaga kemasyarakatannya.

Manusia pada hakikatnya selain sebagai makhluk individu juga merupakan makhluk sosial.

Manusia tidak di lahirkan dalam keadaan yang sama, baikdarisegifisik, psikologis, hingga

lingkungan geografis, sosiologis dan ekonomis. Dari perbedaan itulah muncul interdependensi

yang mendorong manusia untuk berhubungan dengan sesamanya sehingga membuat manusia

itu ingin selalu hidup berdampingan dengan orang lain. Hal inilah yang menimbulkan tata cara,

perilaku dan polahidup yang dalam waktu lama akan menjadi kebiasaan bersama. Kemudian dari

kebiasaan tersebut terciptalah suatu kebudayaan.