bab iv hasil dan pembahasan 4.1 gambaran umum lokasi...

31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Sejarah Singkat Terbentuknya Kelurahan Limba U 1 Menurut dari riwayat orang tua-tua bahwa tempat atau lingkungan ini masih hutan belukar serta rawa-rawa. Pada waktu itu yang dikenal hanya tepi pantai Gorontalo yang merupakan Pesisir Pantai Utara dan Selatan, dimana oleh bangsa Portugis tempat ini menjadi pusat perniagaan mereka. Di tempat ini pula mereka membuka usaha perdagangan dengan sekelompok rakyat, dimana pada saat itu rakyat atau masyarakat belum mengenal jual beli barang, akan tetapi hanya tukar menukar menukar barang. Dalam penentuan nama tempat atau lingkungan dimana mereka tinggal, mereka mengadakan pertemuan atau musyawarah sehingga dengan keputusan bersama didasarkan atas riwayat bahwa tempat atau lingkungan ini sebagai pusat lalu lalangnya pedagang asing, yang dalam bahasa Gorontalo lalu lalang ialah “LILIMBATA” sehingga lahir nama “LIMBA” kata tengahnya. Dan oleh karena tempat ini di pesisir pantai sebelah utara yang dalam bahasa daerah Gorontalo disebut “UMILANGOLIO”, maka desa ini menjadi “LIMBA U”. 1 1 Diperoleh dari profil kelurahan Limba U 1 Berdasarkan Surat Keputusan “MENDAGRI tanggal 8 september 1979” Kelurahan Limba U 1 di mekarkan menjadi Kelurahan Limba U I dan Kelurahan Limba U II.

Upload: buituyen

Post on 12-Aug-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi ...eprints.ung.ac.id/3875/10/2013-1-69201-281409076-bab4-29072013103709.pdf · mengadakan pertemuan atau musyawarah sehingga dengan

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Sejarah Singkat Terbentuknya Kelurahan Limba U 1

Menurut dari riwayat orang tua-tua bahwa tempat atau lingkungan ini masih

hutan belukar serta rawa-rawa. Pada waktu itu yang dikenal hanya tepi pantai

Gorontalo yang merupakan Pesisir Pantai Utara dan Selatan, dimana oleh bangsa

Portugis tempat ini menjadi pusat perniagaan mereka. Di tempat ini pula mereka

membuka usaha perdagangan dengan sekelompok rakyat, dimana pada saat itu rakyat

atau masyarakat belum mengenal jual beli barang, akan tetapi hanya tukar menukar

menukar barang.

Dalam penentuan nama tempat atau lingkungan dimana mereka tinggal, mereka

mengadakan pertemuan atau musyawarah sehingga dengan keputusan bersama

didasarkan atas riwayat bahwa tempat atau lingkungan ini sebagai pusat lalu

lalangnya pedagang asing, yang dalam bahasa Gorontalo lalu lalang ialah

“LILIMBATA” sehingga lahir nama “LIMBA” kata tengahnya. Dan oleh karena

tempat ini di pesisir pantai sebelah utara yang dalam bahasa daerah Gorontalo disebut

“UMILANGOLIO”, maka desa ini menjadi “LIMBA U”.1

1Diperoleh dari profil kelurahan Limba U 1 Berdasarkan Surat Keputusan “MENDAGRI tanggal 8

september 1979” Kelurahan Limba U 1 di mekarkan menjadi Kelurahan Limba U I dan Kelurahan

Limba U II.

Page 2: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi ...eprints.ung.ac.id/3875/10/2013-1-69201-281409076-bab4-29072013103709.pdf · mengadakan pertemuan atau musyawarah sehingga dengan

4.1.2 Letak Geografis

Kelurahan Limba U 1 merupakan salah satu Kelurahan dalam wilayah Kota

Gorontalo. Selama tahun 2011, curah hujan tertinggi tercatat 322 mm pada Februari

2011 sedangkan terendah tercatat 7 mm pada Agustus 2011. Sementara itu, hari hujan

terbanyak tercatat 27 hari pada maret 2011 sedangkan hari hujan tersedikit tercatat 8

hari pada juli 2011.2

Sebagian besar Kelurahan di Kota Gorontalo termasuk Kelurahan Limba U 1

merupakan Kelurahan bukan pesisir yang jumlahnya mencapai 45 Kelurahan dengan

topografi wilayah sebagian besar berada di dataran yaitu sebanyak 36 Kelurahan.Di

Kelurahan Limba U 1 terdapat dua musim, yaitu musim kemarau dan musim

penghujan. Keadaan ini berkaitan erat dengan arus angin yang bertiup di wilayah

Kota Gorontalo. Pada bulan oktober sampai april arus angin berasal dari barat/barat

Laut yang banyak mengandung uap air, sehingga mengakibatkan musim penghujan.

Sedangkan bulan juni sampai september arus angin berasal dari timur yang tidak

mengandung uap air. Keadaan seperti ini berganti setiap setengah tahun setelah

melewati masa peralihan pada bulan mei dan oktober.3

2 ISSN No.20886284, Katalog No. 1101002.7571, “Satatistik Daerah Kota Gorontalo 2012”, Badan

Pusat Statistik Kota Gorontalo, Hlm 1.

3Profil Kelurahan Limba U 1 pada tahun 2011, “Data Potensi Desa Dan Kelurahan_Potensi Umum-

Batas Wilayah”, Hlm 2.

Page 3: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi ...eprints.ung.ac.id/3875/10/2013-1-69201-281409076-bab4-29072013103709.pdf · mengadakan pertemuan atau musyawarah sehingga dengan

4.1.3 Letak Demografi

Luas wilayah Kelurahan Limba U 1 adalah 388.021 m2

dengan jumlah penduduk

sebanyak 4588 jiwa. Komposisi laki-laki sebanyak 2191 orang dan perempuan

sebanyak 2397 orang yang terdiri dari 3 lingkungan dengan jumlah RT sebanyak 23.4

Kelurahan Limba U 1 memiliki batas wilayah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Wumialo Kecamatan Kota Tengah.

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Limba B Kecamatan Kota Selatan.

c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Heledulaa Utara Kecamatan Timur.

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Limba U II Kecamatan Kota Selatan.

4 Ibid, Hlm 1

Page 4: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi ...eprints.ung.ac.id/3875/10/2013-1-69201-281409076-bab4-29072013103709.pdf · mengadakan pertemuan atau musyawarah sehingga dengan

4.1.4 Distibusi Penduduk Berdasarkan Umur

Tabel 1.

Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur

di Kelurahan Limba U 1 Kecamatan Kota Selatan Tahun 2011.5

Umur Jumlah Persentase

0-10 58 27,36

11-20 37 17,45

21-30 35 16,51

31-40 36 16,98

41-50 26 12,26

51-60 9 4,25

61-70 8 3,77

71-80 3 1,42

81-90 0 0

91-100 0 0

JUMLAH 212 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa distribusi umur penduduk terbanyak di

Kelurahan Limba U 1 Lingkungan III pada golongan umur 0-10 tahun sebanyak 58

orang (27.36%). Berdasarkan distribusi penduduk dilihat dari persentase jenis umur

ini ditandai dengan gejala meningkatnya pertumbuhan penduduk, yang sehingganya

memberikan tekanan pada kemampuan ruang sehubungan untuk menampung

5 Ibid, Hlm 4

Page 5: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi ...eprints.ung.ac.id/3875/10/2013-1-69201-281409076-bab4-29072013103709.pdf · mengadakan pertemuan atau musyawarah sehingga dengan

kegiatan bermukim, kemudian ditenggarai oleh tipologi perkembangan kelompok

pemukiman perkampungan yang tidak teratur. Dengan demikian untuk itu penelitian

mengenai kehidupan masyarakat sekitar aliran kali pasar sentral ini yang berada tepat

dalam perkembangan permukiman kota perlu dikaji lebih mendalam lagi.

4.1.5 Distribusi Penduduk Berdasarkan Pendidikan

Tabel 2.

Distribusi Penduduk Berdasarkan Pendidikan

di Kelurahan Limba U 1 Kecamatan Kota Selatan Tahun 2011.6

Pendidikan Jumlah Persentase

SD 47 24,35

SMP 43 22,28

SMA 45 23,32

Diploma/Sarjana 4 2,07

Belum Sekolah 23 10,85

Tidak Sekolah 50 24,51

JUMLAH 212 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa distribusi pendidikan penduduk terbanyak

di Kelurahan Limba U 1 Lingkungan III yaitu tidak sekolah sebanyak 50 orang

(24.51%). Berdasarkan distibusi penduduk dilihat dari persentase dalam pendidikan,

ini ditandai dengan ditemukan gejala minimnya kemauan dalam menempuh

pendidikan. Oleh karena, memberikan tekanan pada kemampuan ruang sehubungan

untuk kegiatan perkembangan kelompok agar dapat pengetahuan pendidikan yang

semestinya disalurkan sehingga memberikan pembelajaran atau mengurangi dampak

6 Ibid, Hlm 5

Page 6: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi ...eprints.ung.ac.id/3875/10/2013-1-69201-281409076-bab4-29072013103709.pdf · mengadakan pertemuan atau musyawarah sehingga dengan

terhadap masyarakat akan buta huruf. Hal itu dilakukan dengan mempertimbangkan

segala aspek kehidupan yang mempengaruhi pengetahuan masyarakat akan baik

pendidikan formal ataupun pendidikan informal.

4.1.6 Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pekerjaan

Tabel 3.

Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pekerjaan

di Kelurahan Limba U 1 Kecamatan Kota Selatan Tahun 2011.7

Pekerjaan Jumlah Persentase

IRT 35 18,72

Wiraswasta 68 32,08

Swasta 10 4,72

PNS 9 4,25

Tidak Bekerja 90 42,45

JUMLAH 212 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa distribusi pekerjaan penduduk terbanyak di

Kelurahan Limba U 1 Lingkungan III yaitu tidak bekerja sebanyak 90 orang

(42.45%).berdasarkan distribusi penduduk dilihat dari persentase dalam tingkat

pekerjaan, ini ditandai dengan tingginya angka penduduk yang tidak bekerja sehingga

bertambahnya jumlah pengangguran di kota. Apabila ini tidak diupayakan

7 Ibid, Hlm 6

Page 7: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi ...eprints.ung.ac.id/3875/10/2013-1-69201-281409076-bab4-29072013103709.pdf · mengadakan pertemuan atau musyawarah sehingga dengan

semaksimal mungkin untuk mengurangi angka penduduk yang tidak bekerja

(pengangguran), dapat mempengaruhi aktivitas sosial ekonomi masyarakat. Pada

hakekatnya memerlukan penanganan yang komprehensif dan terencana dengan baik.

Sehingga dapat mengurangi kesenjangan pembangunan antar wilayah disamping

memperlihatkan gejala perkembangan kawasan perumahan dengan kualitas

lingkungan masyarakat akan suatu kebutuhan hidupnya.

4.1.7 Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama

Tabel 4.

Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama

di Kelurahan Limba U 1 Kecamatan Kota Selatan Tahun 2011.8

Agama Jumlah Persentase

Islam 198 93,40

Kristen 12 5,66

Katholik 2 0,94

Hindu 0 0

Budha 0 0

JUMLAH 212 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa distribusi agama penduduk terbanyak di

Kelurahan Limba U 1 Lingkungan III yaitu Islam sebanyak 198 orang (93.40%).

8 Ibid, Hlm 6

Page 8: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi ...eprints.ung.ac.id/3875/10/2013-1-69201-281409076-bab4-29072013103709.pdf · mengadakan pertemuan atau musyawarah sehingga dengan

Berdasarakan distribusi penduduk dilihat dari persentase agama, ini dapat dilihat

bahwa penduduk atau masyarakat yang bermukim di lingkungan III tersebut dominan

atau mayoritas agama islam. Perkembangan tersebut memberikan kesan baik bagi

masyarakat terutama di lingkungan III apabila adanya suatu kegiatan dalam

keagamaan antar sesama, yang saling gotong royong dengan kondisi sosial serta

tingkat persaingan yang tinggi seperti dalam hal mengutamakan diri sendiri ataupun

kepentingan kelompok.

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian

4.2.1 Kesadaran Terhadap Lingkungan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di lapangan, keadaan pemukiman aliran

kali pasar sentral di Kelurahan Limba U 1 kondisinya cukup memprihatinkan dilihat

dari bangunan, jalan umum, sarana umum, semuanya kurang memadai. Dari

bangunannya sendiri, mereka menggunakan seng sebagai atap dan tripleks sebagai

dinding, tetapi ada sebagian rumah masyarakat yang terbuat dengan dinding

permanen. Posisi bangunan pun ada yang agak miring karena permukaan tanah tidak

rata. Jalannya sempit dan sarana umum seperti tempat sampah kurang memadai,

sehingga kurangnya kesadaran warga sekitar yang membuang sampah di aliran kali

dan sampah-sampah itu akhirnya menumpuk dikali dan menimbulkan bau tidak sedap

sehingga dapat menimbulkan banjir apabila diguyur hujan yang cukup deras.

Page 9: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi ...eprints.ung.ac.id/3875/10/2013-1-69201-281409076-bab4-29072013103709.pdf · mengadakan pertemuan atau musyawarah sehingga dengan

Gambar 1.

Sampah yang berada dalam aliran kali.

Apabila dilihat dari daerah aliran kali pasar sentral tersebut tidak pernah lepas

dari masalah banjir yang melanda apabila hujan deras mengguyur daerah sekitar.

Selama bertahun-tahun mereka hidup dengan kondisi demikian, dan telah menjadi

sesuatu yang dimaklumi bagi warga tersebut apabila lagi-lagi fenomena banjir datang.

Mereka sudah mempersiapkan diri menghadapi banjir, rumah kayu yang ditempati

bersama istri dan anak-anaknya serta ada juga yang dibangun dua tingkat. Tujuannya,

jika datang banjir barang-barang berharga langsung diselamatkan lebih dulu

kemudian anggota keluarganya.

Page 10: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi ...eprints.ung.ac.id/3875/10/2013-1-69201-281409076-bab4-29072013103709.pdf · mengadakan pertemuan atau musyawarah sehingga dengan

Gambar 2.

Air meluap di aliran kali sehingga menyebabkan banjir.

Seperti wawancara yang dilakukan pada tanggal 15 april 2013 ”iwan” yang

sehari-hari pekerjaannya membawa bentor.

“Iyo langsung banjir, karna ini kan dekat dengan got jadi tanpa

torang sadari, otomatis aer dari got mo nae kmri sehingga tu yang

menyebabkan capat banjir dan aer tersebut nae baru maso pa torang

perumah.”9

Kondisi demikian tentu saja membuat mereka rentan terhadap penyakit.

Apalagi kondisi rumah dan lingkungan yang kotor mudah berkembangnya bibit

penyakit. Oleh karena itu, pengetahuan tentang kesehatan dan lingkungan hidup ini

perlu dipahami masyarakat yang tinggal dekat aliran kali pasar sentral. Langkah

pertama yang harus dilakukan adalah meningkatkan pengetahuan kemudian

mengubah sikap dan perilakunya. Kesehatan masyarakat selain erat dengan

9 “Artinya: iya, cepat banjir. Karena kondisi tersebut sangat dekat dengan aliran kali jadi tanpa kami

sadari, secara langsung air dari kali meluap sehingga kondisi tersebut yang menyebabkan cepat banjir

dan air dari kali meluap kemudian merendam lingkungan tempat tinggal kami.

Page 11: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi ...eprints.ung.ac.id/3875/10/2013-1-69201-281409076-bab4-29072013103709.pdf · mengadakan pertemuan atau musyawarah sehingga dengan

pendapatan masyarakat juga erat kaitannya dengan kebiasaan dalam kehidupannya,

misalnya kebiasaan mandi, cuci, dan keperluaan sehari-hari untuk makan dan

minum.10

4.2.2 Ketergantungan Terhadap Orang Tua

Ini dapat diketahui dengan kondisi yang setiap hari sepanjang jalan kali pasar

sentral sibuk dengan berbagai aktifitas karena mayoritas mata pencaharian warga

adalah pedagang. Seperti pedagang buah, penjual ikan, dan ada juga pekerjaan

pengemudi bentor serta sampai rumah mereka dijadikan warung kecil untuk

memperoleh penghasilan. Tentu fenomena tersebut sangat berkaitan erat dengan

dengan kondisi keluarga mereka untuk dapat bertahan hidup di tengah kota dengan

kondisi lingkungan yang kurang memungkinkan untuk di tinggalkan.

Di ketahui dari fenomena tersebut peneliti melakukan wawancara pada tanggal

14 april 2013 “Farida” yang pekerjaan sehari-harinya sebagai ibu rumah tangga dan

mengawali usaha kecil-kecilan seperti jualan gorengan.

“Karena torang disini tidak punya doi lebih seperti orang-orang laen

untuk dapat bili rumah. Torang pe mata pencaharian disini cuma

bergantung juga karna disini dekat dengan pasar sentral sehingga

torang tidak lagi memirkan doi bentor mo pigi akan di pasar.”11

10 Gunarwan Suratmo, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, yogyakarta, 2004, Hllm 117

11 “Artinya: karena kami yang berada disini tidak mempunyai uang lebih seperti orang-orang lainnya

untuk dapat membeli rumah. Mata pencaharian kami disini hanya bergantung juga karena tempat

tinggal dekat dengan pasar sentral sehingga kami tidak memikirkan uang transportasi pergi ke pasar.

Page 12: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi ...eprints.ung.ac.id/3875/10/2013-1-69201-281409076-bab4-29072013103709.pdf · mengadakan pertemuan atau musyawarah sehingga dengan

Ditanyakan mengapa tidak pindah dari pinggiran kali lalu mencari tempat

tinggal yang lebih layak dan aman dari berbagai masalah salah satunya pemukiman

padat. Meskipun keinginan masyarakat tetap pada pendiriannya masing-masing

kemudian adapun temuan lain yang ditemukan oleh peneliti pada saat berada

dilapangan. Dari melihat segi fisik tempat tinggal mereka sehingga peneliti

mendapatkan fenomena lain dari tempat tinggal padat penduduk tersebut, seperti

kepala keluarga yang menempati tempat tinggal berjumlah dua hingga tiga kepala

keluarga meski ukuran tempat yang mereka tempati tidak memenuhi kapasitas suatu

ruangan yang mereka tinggal.

Wawancara pada tanggal 09 april 2013 “Fatma” yang pekerjaan sehari-harinya

sebagai ketua Rukun Tetangga (RT) sekaligus ibu rumah tanggga.

“Karena mereka masih tergantung pada orang tua, pola pikir

mereka jauh dari bayang-bayang. Contohnya dalam pendidikan

belum ada kemauan mau kasih sekolah anak karena mereka pikir

mau jadi presiden atau jadi apa sudah ada semua.”12

Kondisi tersebut sangat memprihatinkan apabila dilihat dari segi lingkungan

serta sampai pada proses tingkat pendewasaan diri suatu individu atau kelompok

sosial. Dampaknya pun berimbas pada rantai kehidupan masyarakat sampai pada

lingkungan keluarga yang Akhirnya permasalahan pun muncul berangkat dari

kehidupan masyarakat kota yang mengutamakan kebutuhan akan materi dan

12 “Artinya: karena mereka masih bergantung pada orang tua, pola pikir mereka jauh dari harapan.

Contohnya, dalam bidang pendidikan belum ada upaya untuk menyekolahkan anak karena yang ada di

benak mereka keinginan untuk menjadi presiden sudah ada yang menempati.

Page 13: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi ...eprints.ung.ac.id/3875/10/2013-1-69201-281409076-bab4-29072013103709.pdf · mengadakan pertemuan atau musyawarah sehingga dengan

terjadilah persoalan yang semuanya berpangkal pada faktor ekonomi. Kebutuhan

setiap manusia berbeda satu dengan yang lain, akan tetapi paling tidak sebuah rumah

akan selalu diusahakan untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar manusia, yaitu

kebutuhan akan perlindungan.13

Artinya dalam suatu tempat tinggal tersebut mereka

merasa dapat memenuhi kebutuhan akan perlindungan dengan tinggal bersama orang

tua mereka yang kebutuhan fisik akan makanan, tempat tinggal dan rasa aman dan

pemenuhannya dianggap penting.

Dalam penelitian ini juga, peneliti melihat masyarakat di sekitar aliran kali

pasar sentral masih menggunakan wc umum yang kurang layak pakai sebagai tempat

mandi, dan cuci pakaian serta adapun mengambil air untuk dijadikan air minum. Bagi

penghuni sepanjang aliran kali pasar sentral itu mereka sudah terbiasa dengan

kehidupan yang sebagian orang menganggap kurang wajar dan kurang sehat.

4.2.3 Kondisi Ekonomi Pasca Renovasi Pasar Sentral

Bagi mereka kebutuhan seperti akan makan ini menjadi faktor utama demi

dapat mempertahankan kehidupan sehari-hari. Kemudian tidak memikirkan untuk

kebutuhan esok harinya oleh sebab penghasilan yang didapatkan hanya untuk dapat

mencukupi kebutuhan hari itu juga.

13 Eko budihardjo, Sejumlah Masalah Pemukiman Kota, Bandung: Alumni, 1992, Hlm 50.

Page 14: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi ...eprints.ung.ac.id/3875/10/2013-1-69201-281409076-bab4-29072013103709.pdf · mengadakan pertemuan atau musyawarah sehingga dengan

Wawancara pada tanggal 11 april 2013 “Rasyid” pekerjaan sehari-harinya

sebagai penjual ikan.

“Sebelum pasar sentral di bongkar, ekonomi masyarakat disini

berjalan baik. Setelah di bongkar perekonomian merosot kembali.

Karena rata-rata orang disini mata pencaharian sebagai pedagang

buah-buahan, yang sebelumnya tidak punya hutang menjadi ada

hutang.”14

Sehingga ini menjadi alasan mengapa sebagian warga setempat dapat bertahan

hidup dengan lingkungan sekitar dengan begitu kerasnya kehidupan kota di tengah-

tengah pemukiman padat penduduk. Keadaan tersebut telah mendorong masyarakat,

khususnya bagi masyarakat golongan berpenghasilan menengah kebawah, yang

tinggal di permukiman kumuh di dalam kota agar dekat dengan tempat kerja.

Perubahannya pun berdampak pada kegiatan sosial yang mereka lakukan sehari-hari

oleh sebab keterbatasan kebutuhan, sarana dan prasarana yang kurang memadai.

14 “Artinya: sebelum pasar sentral di renovasi, ekonomi masyarakat setempat berjalan baik. Setelah di

renovasi perekonomian merosot kembali. Karena rata-rata warga setempat bermata pencaharian sebagai pedagang buah-buahan, yang sebelumnya tidak mempunya hutang kemudian menjadi punya

hutang.

Page 15: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi ...eprints.ung.ac.id/3875/10/2013-1-69201-281409076-bab4-29072013103709.pdf · mengadakan pertemuan atau musyawarah sehingga dengan

4.3 Pembahasan

4.3.1 Pemukiman Padat Penduduk

Perkembangan kehidupan masyarakat terutama permukiman yang berada tepat

dalam kota ditandai dengan gejala meningkatnya pertumbuhan penduduk dan

perumahan permukiman. Hal ini dapat memberikan tekanan pada kemampuan ruang

sehubungan untuk menampung kegiatan bermukim, yang ditengarai oleh tipologi

perkembangan kelompok permukiman perkampungan yang tidak teratur.

Keberadaan Kota15

sehubungan adanya permasalahan berkembangnya

permukiman dalam kota, maka perlu ada kebijakan yang mengatur pengembangan

permukiman pada kawasan tersebut. Untuk itu penelitian mengenai kehidupan

masyarakat sekitar aliran kali pasar sentral ini yang berada tepat dalam perkembangan

permukiman kota perlu dikaji lebih mendalam lagi. Aktivitas bermukim adalah

merupakan salah satu elemen dari kebutuhan sosial ekonomi masyarakat dan

berkaitan dengan penggunaan lahan. Dalam pengelolaan serta pengalokasian

penggunaan lahan, hubungannya dengan penataan/perencanaan ruang untuk

meningkatkan daya dukung ruang, yang merupakan media bagi aktivitas sosial

ekonomi masyarakat, pada hakekatnya memerlukan penanganan yang komprehensip

15 Menurut Eko(2001) Kota adalah sebuah istilah atau kata yang sudah sangat populer di kalangan

masyarakat baik masyarakat awam maupun masyarakat yang memperdalam studinya mengenai kota,

karena hal inilah bagi masyarakat awam kata kota ini seolah-olah tidak memerlukan pembahasan lebih

lanjut. Namun, manakala seseorang memasuki wacana ilmiah, pengertian kata ini ternyata tidak

sesederhana yang dibayangkan sebelumnya. Dalam pemahaman awam, sesuatu kota merupakan suatu tempat yang berasosiasi dengan kompleks pertokoan besar yang berjajar-jajar keramaian lalu lintas

yang luar biasa dan bangunan yang berjubel.

Page 16: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi ...eprints.ung.ac.id/3875/10/2013-1-69201-281409076-bab4-29072013103709.pdf · mengadakan pertemuan atau musyawarah sehingga dengan

dan terencana dengan baik. Hal itu dilakukan dengan mempertimbangkan segala

aspek yang mempengaruhi penggunaan lahan, agar ruang kota tersebut mampu

mewadahi segala aktivitas yang dilakukan warga kota, dan mengurangi kesenjangan

pembangunan antar wilayah.

Fenomena permasalahan yang menarik sehubungan dengan kehidupan

masyarakat sekitar aliran kali pasar sentral kelurahan Limba U 1 perkembangan

adalah adanya perkembangan permukiman dalam kota dari waktu ke waktu.

Disamping memperlihatkan gejala perkembangan kawasan perumahan dengan

kualitas lingkungan masyarakat akan suatu kebutuhan hidupnya. Perkembangan

tersebut memberikan kesan buruk tidak memadai sebagai lingkungan perumahan kota

atau cenderung menurun daya dukungnya, dan membentuk pola perkampungan yang

tidak teratur.

Masyarakat kaya di kota-kota besar masih bisa memanfaatkan kekayaannya

untuk mengatasi krisis. Sedangkan masyarakat miskin di kota-kota besar sama sekali

tidak bisa berbuat apa-apa. Oleh karena itu program perbaikan kampung dan

pemukiman golongan ekonomi lemah seharusnya dilihat dalam konteks ini. Suatu

usaha perbaikan kampung yang bertujuan memperkokoh eksistensi masyarakat

kampung dengan memberikan mereka peran yang lebih esensial dalam kehidupan

kota akan memberikan manfaat ganda.16

16 Eko, ibid. Hlm 63

Page 17: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi ...eprints.ung.ac.id/3875/10/2013-1-69201-281409076-bab4-29072013103709.pdf · mengadakan pertemuan atau musyawarah sehingga dengan

Akhirnya permasalahan pun muncul berangkat dari kehidupan masyarakat kota

yang mengutamakan kebutuhan akan materi dan terjadilah persoalan yang semuanya

berpangkal pada faktor ekonomi. Terjadilah kemerosotan sosial dan budaya dalam hal

kemiskinan, kriminalitas serta budaya materialis yang mengagungkan harta benda

sebagai hal yang paling utama dalam kehidupan, akibatnya masyarakat kota banyak

yang hidup dalam tingkat persaingan yang tinggi seperti dalam hal hal mencari

pekerjaan, serta tingkat individual yang tinggi dengan mengutamakan diri sendiri

ataupun kepentingan kelompok. Keberadaan masyarakat yang begitu banyak di kota,

sehingga mengakibatkan sebahagian masyarakat harus terpaksa ada yang bermukim

di tempat kumuh dan juga liar, tidak terlepas dari adanya urbanisasi tadi. Masyarakat

yang demikian banyak yang terjebak di kota, padahal sebelumnya keinginan mereka

sebagai pendatang ke kota adalah ingin mengadu nasib lebih baik namun tidak

beruntung, masyarakat seperti itulah korban dari urbanisasi. Urbanisasi ikut

mempengaruhi kondisi pemukiman di perkotaan. Urbanisasi juga semakin memicu

kemiskinan yang lebih banyak di perkotaan. Masyarakat yang berurbanisasi dan

kurang memiliki peruntungan yang baik dikancah lapangan pekerjaan kota kemudian

banyak yang bergantung pada pekerjaan di sektor informal.17

17 BPS telah mencoba mengklasifikasi sektor informal kedalam : perdagangan ( menetap dan keliling),

jasa-jasa (tukang cukur, pembantu rumah tangga, bidan, guru agama .calo, tukang reparasi, calo, dll),

bangunan (buruh, tukang batu, mandor, dll ) angkutan ( supir, tukang becak, kernet, dll), industri

pengolahan ( termasuk industri rumah tangga dan kerajinan kerakyatan).

Page 18: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi ...eprints.ung.ac.id/3875/10/2013-1-69201-281409076-bab4-29072013103709.pdf · mengadakan pertemuan atau musyawarah sehingga dengan

Dari pemukiman elit sampai pada pemukiman yang biasa-biasa saja terdapat di

kota, dari yang bagus sampai pada pemukiman kumuh18

lengkap keberadaannya di

kota. Orang yang berada pada dan tinggal di kawasan elit menandakan dirinya

mampu dalam segi ekonomi dan jelas sekali rumah yang dia tempati dapat dikatakan

sebagai aset dan menjadi bagian dari harta benda yang dimiliki. Lalu masyarakat

yang kurang beruntung secara ekonomi dan kurang beruntung dalam menempati

pemukiman yang layak sangat sulit untuk dikatakan tidak memiliki harta benda,

karena tidak semua masyarakat yang susah secara ekonomi tidak memiliki harta, hal

itu disebabkan setiap orang memiliki pandangan, pendapat serta ukuran yang berbeda

terkait harta.

Dlihat dari Nilai suatu harta berbeda-beda, maka masyarakat kecil sekalipun

memiliki harta yang walaupun bagi orang lain tidak berharga, namun bagi mereka

berharga adanya. Harta benda menjadi tolak ukur dari tingkat ekonomi suatu

masyarakat dan menjadi indikasi yang menandakan bentuk hunian dan pemukiman

masyarakat. Meskipun terdapat penduduk di kota yang bermukim di lingkungan yang

dikatakan kumuh namun pengetahuan serta pandangan mereka akan harta benda

justru ada dan melekat dalam kehidupan mereka, bahkan menjadi sebuah nilai

18 KUMUH dan KEKUMUHAN didefinisikan oleh program NUSSP adalah suatu lingkungan

perumahan dan permukiman yang kotor, tidak teratur, dimana banyak terdapat rumah tinggal warga

yang tidak layak huni yang disebabkan oleh ketidak mampuan warga akibat penghasilan rendah dan

kepadatan penduduk, yang banyak terdapat di daerah perkotaan. Diakses pada tanggal 15 juni 2013

“Online” (http://www.nussp.or.id/dialogdetil.asp?mid=127&catid=1&).

Page 19: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi ...eprints.ung.ac.id/3875/10/2013-1-69201-281409076-bab4-29072013103709.pdf · mengadakan pertemuan atau musyawarah sehingga dengan

budaya. Nilai budaya yang terbentuk yang didasari oleh pengetahuan akan harta

benda sesuai pandangan masing-masing penduduk yang bermukim pada pinggiran

atau sekitar aliran kali pasar sentral Lingkungan I Kelurahan Limba U 1 Kota

Gorontalo terjadi dibarengi dengan keadaan dan kondisi lingkungannya baik struktur

masyarakat, historis / sejarah, kenyamanan, serta kebersamaan masyarakat yang

terikat dalam sifat kelompok sosial.

Selain itu masalah harta benda yang dimiliki berdasarkan keberadaan

pemukiman yang ditempati, hal lain yang cukup menarik di kota adalah akibat dari

keterbatasan lahan tadi maka muncul trend berdiri dan berkembangnya untuk umum,

melainkan diperuntukkan untuk kawasan RTH (Ruang Terbuka Hijau) namun disalah

gunakan. Kemunculan pemukiman di sekitar aliran kali pasar sentral akhirnya

melahirkan kekumuhan, itulah yang dinamakan dengan Slum.

Selain itu juga tidak selamanya kawasan seperti pinggiran aliran kali dihuni

oleh rumah-rumah kumuh malah sebaliknya terdapat bangunan-bangunan megah

yang malah berdiri kokoh persis di pinggiran kali. Untuk itu pemukiman di pinggiran

sungai yang tadinya banyak dihuni oleh masyarakat kelas bawah atau masyarakat

yang kurang sanggup untuk tinggal di tempat yang lebih baik dan membeli lahan

yang berizin, lambat laun justru diisi oleh masyarakat yang bahkan mampu

mendirikan rumah yang cukup bagus, seperti bangunannya yang permanen seakan-

akan kontras dengan lingkungan dan keadaan sekitarnya yang masih bertetangga

dengan rumah-rumah yang sangat sederhana, masih ada yang semi permanen dan non

Page 20: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi ...eprints.ung.ac.id/3875/10/2013-1-69201-281409076-bab4-29072013103709.pdf · mengadakan pertemuan atau musyawarah sehingga dengan

permanen, misalkan saja rumah-rumah seperti pada umumnya di pemukiman kumuh

adalah rumahnya kecil, terbuat dari papan, tepas-tepas, untuk di pinggiran kali rumah

sengaja ditinggikan dengan menggunakan tiang-tiang penyangga seperti kayu karena

pinggiran aliran Kali memang rendah dan sekaligus tiang penyangga dibuat untuk

mensiasati rumah dari banjir maupun luapan sungai. Lingkungan sekitar pada

pemukiman kumuh biasanya sempit, berdesakan, padat, hanya dibatasi oleh sekat dari

gang-gang kecil, kurang bersih, dan dikarenakan masih areal pinggiran kali maka

biasanya banyak ditemukan sampah, hal ini juga tidak boleh dilepaskan dari

kebiasaan penduduk kota yang masih membuang sampah ke aliran kali.

Begitulah sekilas tentang keadaan di lingkungan kumuh, sekarang yang terjadi

malah dinamika dari kehidupan daerah pemukiman kumuh cukup menarik karena

berbagai lapisan orang tinggal dan jika dilihat sekilas ternyata rumah-rumah yang

berada di pinggiran atau sekitar aliran kali yang masuk ke dalam daerah kumuh diisi

oleh rumah-rumah yang sebagian sudah bagus dan layak jadi yang boleh dikatakan

untuk penilaian awal bahwa orang yang mampu secara ekonomi kini mulai merambah

dan ikut tinggal di pemukiman yang dikatakan kumuh serta masih liar/illegal (Slum

dan Squatter).

Untuk kota yang sudah padat bangunannya, semakin berkembangnya penduduk

yang tinggal di wilayah tersebut dengan segala aspek kehidupannya, yang

berlangsung terus menerus akan mengakibatkan kota tidak lagi dapat menampung

kegiatan penduduk. Oleh karena wilayah kota secara administratif terbatas, maka

Page 21: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi ...eprints.ung.ac.id/3875/10/2013-1-69201-281409076-bab4-29072013103709.pdf · mengadakan pertemuan atau musyawarah sehingga dengan

harus mengalihkan perhatiannya ke daerah pinggiran. Selanjutnya akan

mengakibatkan terjadinya perluasan pemukiman di daerah pinggiran kota sebagai

dampaknya. Kawasan pinggiran juga berfungsi sebagai kawasan lindung untuk

melindungi kawasan. Seperti sebagai kawasan resapan air dimana dapat bermanfaat

bagi penyediaan air tanah maupun melindungi kawasan dari erosi dan juga banjir.

Namun, pada kenyataannya wilayah yang pada awalnya diperuntukkan untuk

ruang terbuka atau kawasan lindung kemudian beralih fungsi menjadi kawasan

perumahan dan pemukiman. Dampak yang timbul adalah sarana untuk menetralisir

polusi udara yang timbul semakin berkurang sehingga kondisi udara di kawasan

perkotaan menjadi semakin sesak seiring dengan semakin sesaknya bangunan-

bangunan yang telah berdiri kokoh. Fungsi sebagai kawasan lindung serta ruang

terbuka hijau (RTH) yang melindungi daerah sekitar pada khususnya dan kota pada

umumnya juga akan berkurang. Akibat yang dapat dilihat secara langsung adalah

terjadinya banjir. Air hujan yang turun lebih banyak yang mengalami run-off

dibandingkan dengan yang mengalami filtrasi. Dampak tersebut tentu saja pada

akhirnya juga akan dirasakan oleh masyarakat perkotaan sendiri.19

Kondisi perumahan dan pemukiman yang kurang layak huni merupakan

dampak langsung dari kemiskinan, disamping juga karena kekurang pahaman

masyarakat akan pentingnya pemeliharaan lingkungan yang bersih bagi kesehatan

19 Diakses pada tanggal 21 mei 2013 “Online” (http://fauziasp.tumblr.com/)

Page 22: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi ...eprints.ung.ac.id/3875/10/2013-1-69201-281409076-bab4-29072013103709.pdf · mengadakan pertemuan atau musyawarah sehingga dengan

mereka. Pada golongan masyarakat menengah kebawah ini, kemampuan ekonomi

masih terkonsentrasi pada pemenuhan kebutuhan sandang dan pangan sebagai

kebutuhan pokok hidup (basic need).

Begitu juga dengan masyarakat pemukiman kumuh yang pada dasarnya tidak

terlalu memperhatikan tempat yang ditinggali, baik secara fisik maupun sosial, akan

tetapi lebih fokus semata-mata hanya pada kebutuhan untuk makan saja sudah cukup,

meskipun sesungguhnya keadaan yang seperti itu semakin lama semakin bergeser

karena jika dilihat secara aktual, masyarakat pemukiman kumuh juga sudah banyak

yang mampu memenuhi kebutuhan hidup yang lain diluar dari kebutuhan pokok saja.

Dengan kata lain, meskipun tinggal di tempat kumuh namun pemenuhan akan

kebutuhan sekunder dan tersier bahkan sudah sanggup dipenuhi. Bahkan trend yang

ada saat ini, para pemukim kumuh berusaha memperbaiki rumahnya sedemikian rupa

sehingga tidak kalah dengan rumah-rumah biasa yang bukan berada di areal kumuh.

Mereka memperbaiki rumahnya menjadi semi permanen ataupun sudah permanen,

dengan alasan jika suatu saat digusur oleh pemerintah atau dibeli oleh suatu pihak

maka ganti rugipun akan besar. Oleh karenanya hal itu juga dapat menjadi parameter

bahwa tidak selamanya kehidupan para pemukim kumuh buruk, karena di sisi lain

ada juga dari mereka yang telah mampu mendapatkan ekonomi yang baik dan telah

mampu melengkapi kebutuhan hidupnya meskipun mereka tetap tinggal di

pemukiman kumuh, itu saja yang membedakannya dengan masyarakat yang tidak

tinggal di pemukiman kumuh atau masyarakat yang tempat tinggalnya di sekitar

aliran kali pasar sentral.

Page 23: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi ...eprints.ung.ac.id/3875/10/2013-1-69201-281409076-bab4-29072013103709.pdf · mengadakan pertemuan atau musyawarah sehingga dengan

Hal ini menjadi sangat kontras dalam menunjukkan perbedaan antara jurang si

kaya dan si miskin dan untuk kota hal seperti itu sudah biasa. Menggambarkan

kehidupan masyarakat pinggiran atau sekitar aliran kali pasar sentral dari segi sosial

ekonomi serta mengungkapkan realita kehidupan mereka yang sebenarnya dan

kebertahanan mereka di lingkungan slum dan squatter, kemudian pada akhirnya

mengidentifikasi masyarakat yang tinggal dikawasan tersebut dengan berkaca pada

keadaan lingkungan fisik, sosial, ekonomi, bahkan budaya mereka. Hal itulah yang

melatar belakangi ketertarikan saya meneliti tentang kehidupan masyarakat

pemukiman yang berada di sekitar aliran kali pasar sentral Lingkungan I Kelurahan

Limba U 1 Kota Gorontalo.

4.3.2 Kesenjangan atau Modal Sosial

Lingkungan permukiman merupakan bagian dari lingkungan binaan merupakan

bagian pula dari lingkungan hidup. Menyadari adanya hubungan timbal balik antara

permukiman di satu pihak dan kependudukan serta lingkungan hidup dilain pihak

maka sangatlah penting agar berbagai langkah kebijaksanaan di bidang permukiman,

kependudukan dan lingkungan hidup berjalan dalam hubungan yang serasi dan saling

menunjang.20

Penurunan kualitas kehidupan di kawasan permukiman di tengah-tengah kota,

memaksa mereka yang tidak mampu menanggung beban ekonomis pemeliharaan

20 Wiradisuria dalam Budihardjo, 1992. Hlm 66

Page 24: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi ...eprints.ung.ac.id/3875/10/2013-1-69201-281409076-bab4-29072013103709.pdf · mengadakan pertemuan atau musyawarah sehingga dengan

tingkat kualitas yang ada, untuk berpindah ke tempat lain umumnya ke pinggiran kota

dan membentuk kawasan ”rumah petak” yang paralel pola penyebarannya dengan

penyebaran lapisan-lapisan lebih mampu.

Cepatnya laju urbanisasi yang tidak dibarengi dengan ktersediaan ruang,

prasarana dan sarana serta utilitas yang cukup menyebabkan suatu kawasan

permukiman over capacity dan menjadi kumuh. Pada umumnya kondisi permukiman

kumuh menghadapi permasalahan antara lain :21

a. Luas bangunan yang sangat sempit dengan kondisi yang tidak memenuhi standar

kesehatan dan kehidupan social.

b. Kondisi bangunan rumah yang salingberhimpitan sehingga rentanterhadap bahaya

kebakaran.

c. Kurangnya air bersih.

d. Jaringan listrik yang ruwet dan tidak mencukupi.

e. Drainase yang sangat buruk.

f. Jalan lingkungan yang buruk.

g. Ketersediaan sarana MCK yang sangat terbatas.

Kondisi dan permasalahan tersebut telah berdampak pada timbulnya berbagai

jenis penyakit, menurunnya produltivitas warga penghuni, timbulnya kerwawanan

21 Anonim, Buku Pedoman Umum NUSSP, versi-2, Dirjen Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum

RI, Jakarta, 2006, Hlm 34

Page 25: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi ...eprints.ung.ac.id/3875/10/2013-1-69201-281409076-bab4-29072013103709.pdf · mengadakan pertemuan atau musyawarah sehingga dengan

dan penyakit sosial. Hakikat pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan

perumahan dan permukiman Mewujudkan masyarakat sebagai pelaku penentu serta

pusat dari kegiatan dalam proses pelaksanaan pembangunan, dengan memobilisasi

masyarakat melalui keikutsertaannya sejak dari perencanaan, pembangunan,

pengoperasian dan pemeliharaan dari hasil-hasil pembangunan.

Pembangunan fisik bagi masyarakat miskin di perkampungan kumuh selain

dapat memberi tempat tinggal yang layak huni juga perlu ada peningkatan asset

masyarakat miskin; yang berupa meningkatnya kemampuan/kesempatan untuk

membuka usaha sehingga meningkatkan keterlibatan anggota keluarga dalam usaha,

dengan demikian masyarakat dapat mandiri di dalam mencapai kesejahteraannya.

Kehidupan di perkotaan seolah-olah memberikan suasana menjanjikan bagi

setiap urban yang silau dengan corak kehidupan glamour, penuh kemewahan, fasilitas

sosial dan fasilitas umum memadai, berbagai gedung menjulang tinggi dan

masyarakat bergaya hidup “modern”. Semua sisi kehidupan kota seolah memberi

kesan kemakmuran hidup. Padahal di balik itu ternyata beberapa studi yang pernah

dilakukan menemukan bahwa di sisi lain kehidupan kota yang menunjukkan

kemajuan terdapat keterbelakangan yang mencerminkan potret ketidakberdayaan,

kemiskinan yang terkonsentrasi pada pemukiman kumuh (slum area).22

22 Santosa, Imam., Gambaran Kehidupan Gelandangan di Kota Industri dan Kota Non Industri : Studi

Kasus di Kota Yogyakarta dan Semarang. The Toyota Foundation dan Yayasan Ilmu Ilmu Sosial

Indonesia. Jakarta, 1991. Hlm 78

Page 26: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi ...eprints.ung.ac.id/3875/10/2013-1-69201-281409076-bab4-29072013103709.pdf · mengadakan pertemuan atau musyawarah sehingga dengan

Ketergantungan mereka terhadap produk dan jasa dari luar sistem kian tinggi

tanpa terkendali. Tak jarang, akhirnya sampai menimbulkan pola hidup konsumtif,

hedonis dan mudah terpengaruh oleh tekanan penetrasi pasar global dan pada

gilirannya mengikis akar-akar kemandirian masyarakat. Keputusan mereka tetap

mengkonsumsi aneka produk industri mengakibatkan belitan kemiskinan di desa

semakin menguat. Sebaliknya, desa meracuni kota dengan gerak arus urbanisasi

kaum pengangguran yang sulit dibendung, Over urbanisasi terjadi tanpa terkendali

terutama di negara-negara dengan ketimpangan pertumbuhan antar wilayah yang

cukup tinggi.

Kehidupan masyarakat di perkotaan kelas bawah dengan terminologi sebagai

“massa apung kota” mencerminkan realitas sebuah kehidupan yang serba terbatas.

Massa apung kota yang lebih dikenal dengan istilah warga miskin atau wong mlarat

merupakan refleksi dari keberadaan kaum tak beruntung umpama: tunakisma,

tunakarya, gelandangan, pengemis, buruh kasar dan anak jalanan. Mereka cenderung

tinggal tak menentu di sembarang tempat seperti belakang gedung bertingkat, kolong

jembatan, pinggiran rel kereta api, tepi bantaran sungai, kios kosong di sudut pasar,

trotoar pertokoan, pekuburan umum yang kontras berbeda dengan kondisi kehidupan

gemerlap di permukaan kota.23

23 Evers, Hans-Dieter, 1982. Sosiologi Perkotaan-Urbanisasi dan Sengketa Tanah di Indonesia dan

Malaysia, LP3ES, Jakarta, Hlm 49

Page 27: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi ...eprints.ung.ac.id/3875/10/2013-1-69201-281409076-bab4-29072013103709.pdf · mengadakan pertemuan atau musyawarah sehingga dengan

4.3.3 Kehidupan Ekonomi

Seiring dengan meningkatnya tuntutan akan kebutuhan masyarakat akan lahan

kota terutama untuk keperluan tempat tinggal dimana sektor ini adalah merupakan

sektor kegiatan kota yang dianggap tidak komersil dan tidak memberikan keuntungan

ekonomis, maka untuk memenuhinya akan mencari lokasi yang harga lahannya relatif

masih murah serta masih dapat dijangkau dengan moda transportasi yang ada, dan

lokasi tersebut pada umumnya terletak di pinggiran kota.

Sejak mengglobalnya masalah lingkungan dari, banyak yang memperdebatkan

antara kepentingan ekonomi (pembangunan, industrialisasi) dengan kepentingan

lingkungan yang bertujuan melindungi kualitas lingkungan sehingga tetap berada

dalam batas-batas kemampuannya dalam mendukung kehidupan masyarakat.

Keinginan untuk hidup layak dan mendapatkan posisi atau status lebih tinggi

adalah aspek naluriah setiap manusia, karena setiap manusia ingin dihormati sesuai

dengan status yang dimilikinya. Dalam masyarakat, semakin tinggi nilai status

seseorang, semakin besar pula penghormatan orang terhadap orang itu. Kenaikan

dalam jenjang kemasyarakatan ini (Social Climbing) di kota, hanya dapat dilakukan

dengan usaha dan perjuangan pribadi. Perjuangan pribadi artinya kemampuan yang

dimiliki oleh seseorang untuk mencapai status tersebut. Tetapi sebaliknya, seseorang

dapat turun kelasnya akibat tindakannya sendiri (misalnya dipecat dari jabatan karena

membuat kesalahan). Kondisi seperti ini termasuk dalam kategori mobilitas vertikal,

yang sangat mungkin dan sering terjadi pada masyarakat kota.

Page 28: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi ...eprints.ung.ac.id/3875/10/2013-1-69201-281409076-bab4-29072013103709.pdf · mengadakan pertemuan atau musyawarah sehingga dengan

Bagi masyarakat kota juga dikenakan untuk mobilitas fisik, yaitu gerakan-

gerakan yang horizontal dari setiap orang secara territorial, yaitu perpindahan dari

satu tempat ke tempat lain. sifat mudah bergerak ini dapat dilihat dari:24

a. Banyaknya mempergunakan berbagai macam kendaraan baik kepentingan dinas

atau perusahaan, maupun karena kegemaran semata-mata.

b. Sering kalinya berpindah tempat tinggal, disebabkan karena banyaknya

kesempatan untuk mendapatkan perumahan (banyaknya hotel-hotel dan

rumahrumah sewaan lainnya).

c. Kerap kalinya bertukar pekerjaan, disebabkan lebih banyaknya pilihan-pilihan

bagi tenaga-tenaga ahli yang cakap. Petani di desa-desa biasanya sukar sekali

berpindah lapangan pekerjaan, karena yang meraka dapat hanyalah warisan dari

nenek moyang mereka.

d. Pembentukan “cities” di dalam kota, yaitu penunjukkan daerah-daerah khusus

guna pembangunan kantor-kantor, pendirian pabrik-pabrik dibagian-bagian kota

yang ditetapkan secara khusus, terjadinya kota-kota forens (Forens adalah orang

yang tinggal di luar kota, tetapi bekerja di kota). Hal ini menyebabkan orang-

orang pada waktu pagi pergi berduyun-duyun pergi kebagian kota tersebut untuk

bekerja, dan sore harinya berduyun-duyun kembali ke tempat tinggalnya masing-

masing, yakni tempat mereka bekerja semula. Kelompok ini disebut dengan

24Khairuddin, 2000, Pembangunan Masyarakat, Liberty, Yogyakarta. Hlm 70

Page 29: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi ...eprints.ung.ac.id/3875/10/2013-1-69201-281409076-bab4-29072013103709.pdf · mengadakan pertemuan atau musyawarah sehingga dengan

kelompok penglaju (Commuters), yaitu kelompok yang tinggal di daerah

pinggiran kota atau luar kota, yang biasanya ke kota mengendarai kendaraan

umum, bersepeda atau kendaraan lainnya.25

Hal semacam ini di Daerah Istimewa

Yokyakarta misalnya, sering kita lihat penduduk berbondong-bondong memasuki

Kota Yokyakarta pada pagi hari, dari daerah Bantul (sebelah selatan Kota

Yokyakarta), dan dari daerah Godean (sebelah barat Kota Yokyakarta), baik para

pekerja maupun para anak-anak sekolah; Makassar demikian adanya. Demikian

pula halnya pada waktu-waktu pulang bekerja dan pulang sekolah. Umumnya

mereka bersepeda atau menumpang kendaraan umum.

e. Mondar-mandirnya orang-orang yang berbelanja ke toko (shopping), pergi dan

pulang menonton berbagai pertunjukan atau keolahragaan, dan seterusnya (bagi

banyak orang kota, tempat tinggal itu hanya merupakan “a parking place for the

night”).

Ada kalanya, gerak mobilitas untuk perpindahan pekerjaan ini disebabkan juga

oleh nilai-nilai pekerjaan itu sendiri. Di kebanyakan negara berkembang, status

pekerjaan lebih ditekankan pada “gengsi” pekerjaan tersebut. Seperti misalnya, orang

lebih menghargai menjadi pegawai negeri daripada wiraswastawan walaupun

pendapatan dalam bidang wiraswasta lebih tinggi daripada pegawai negeri. Tetapi

karena pekerjaan menjadi pegawai negeri sudah terlanjur memberikan gengsi yang

25 Bintarto R., 1989, Interaksi Desa-Kota dan Permasalahannya, Ghalia Indonesia, Jakarta. Hlm 47

Page 30: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi ...eprints.ung.ac.id/3875/10/2013-1-69201-281409076-bab4-29072013103709.pdf · mengadakan pertemuan atau musyawarah sehingga dengan

tinggi dan dianggap pekerjaan “white collar”, maka kedudukannya dianggap lebih

tinggi dibanding bidang pekerjaan lainnya, yang sering dicap sebagai pekerjaan “blue

collar”.

“Analisis masalah mobilitas dan motivasi pada bangsa-bangsa yang sedang

berkembang biasanya menganggap bahwa masyarakat yang bersangkutan lebih

menitik beratkan untuk memelihara status yang lebih tinggi pada posisi-posisi yang

“empuk” akibat tingginya tuntutan-tuntutan pada posisi tersebut.”26

Hal inilah yang

menyebabkan bertambah besarnya dalam menilai jabatan yang dianggap “halus” dan

jabatan yang dianggap “kasar”. Dengan mengutip pendapat Hert Hoselitz; “sangat

rendah prestise yang diberikan pada pekerja kasar, yakni pekerja yang mau berkotor

tangan”. Beberapa pekerja terpaksa mempertahankan posisi pekerjaan yang tidak

terkenal itu hanya demi ekonomi mereka. Sedangkan para pekerja “white collar”

selalu membayangkan bahwa “pekerjaan kasar” tersebut biasanya ramai dengan

buruh-buruh biasa. Dalam beberapa negara sedang berkembang, sifat prestise sosial

yang melekat pada pekerjaan pekerjaan “white collar” juga lebih besar, dan ini secara

relatif mempunyai korelasi yang sangat erat dengan tingginya angka buta huruf.

26 Hadi Sabari Yunus, 2005, Manajemen Kota : Perspektif Spasial, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Page 31: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi ...eprints.ung.ac.id/3875/10/2013-1-69201-281409076-bab4-29072013103709.pdf · mengadakan pertemuan atau musyawarah sehingga dengan

Dilihat dari Tata Hubungan Masyarakat Di Kota:27

a. Di kota terdapat banyak asosiasi dengan keadaan bahwa satu individu adalah

anggota dari banyak asosiasi.

b. Hubungan antar manusia lebih bersifat secondary group daripada hubungan yang

bersifap primary group, dan juga lebih bersifat hubungan kategoris.

c. Adanya spesialisasi dalam kehidupan ekonomi.

d. Kontrol sosial (sosial control) oleh keluarga sebagai pengganti kontrol sosial

masyarakat desa.

e. Keputusan harus diambil oleh individu.

f. Keterampilan dan prestasi lebih menentukan daripada status sosial.

Serta Tata-kelola pemerintah yang kurang baik juga dapat memicu

pertumbuhan permukiman kumuh dengan berdampak pada kondisi ekonomi

masyarakat. Pemerintah seringkali tidak mengakui hak masyarakat miskin dan

melibatkan mereka dalam proses perencanaan. Hal ini justru mendukung

pertumbuhan permukiman kumuh hingga akhirnya takkan ada titik penyelesaiannya.

27 Bintarto, Ibid. Hlm 56