bab ii tinjauan pustaka 2.1 program...

22
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Program Transmigrasi Program Transmigrasi merupakan salah satu bentuk upaya pemerintah dalam mengambil keputusan, guna tercapainya keseimbangan penyebaran penduduk, memperluas kesempatan kerja, serta meningkatkan produktifitas dan peningkatan pendapatan bagi mereka yang menjadi masyarakat transmigran. Transmigrasi penting bagi pembangunan nasional. Program transmigrasi ini merupakan sebuah alternatif bagi mereka yang kesulitan mendapatkan lapangan pekerjaan yang dikarenakan minimnya lahan yang bisa di kelola untuk pertanian, maka secara otomatis, angka penggaguran yang menyebabkan kemiskinan pada masyarakat yang akan berdampak pada pembangunan Negara. Dalam menangani permasalahan ini, pemerintah memutuskan agar sebagain masyarakat yang tinggal dalam wilayah yg penduduknya sangat padat, akan di transmigrasikan ke daerah- daerah yang penduduknya masih sangat jarang, serta, tersedianya lahan yang nantinya bisa digarap oleh masyarakat transmigran ini (Yudohusodo 1998 : 77). Kata Transmigrasi tentunya sudah tidak asing lagi bagi kita, karena pada dasarnya ini merupakan suatu program yang digulirkan oleh pemerintah Indonesia untuk mengatasi berbagia masalah kepadatan penduduk dan pemerataan kependudukan. Dari sudut bahasa Transmigrasi (latin : trans - seberang, migrare - pindah), jadi, penjelasan transmigrasi ialah suatu program yang dibuat oleh pemerintah indonesia untuk bisa memindahkan penduduk dari suatu daerah yang

Upload: lammien

Post on 13-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Program Transmigrasi

Program Transmigrasi merupakan salah satu bentuk upaya pemerintah

dalam mengambil keputusan, guna tercapainya keseimbangan penyebaran

penduduk, memperluas kesempatan kerja, serta meningkatkan produktifitas dan

peningkatan pendapatan bagi mereka yang menjadi masyarakat transmigran.

Transmigrasi penting bagi pembangunan nasional. Program transmigrasi ini

merupakan sebuah alternatif bagi mereka yang kesulitan mendapatkan lapangan

pekerjaan yang dikarenakan minimnya lahan yang bisa di kelola untuk pertanian,

maka secara otomatis, angka penggaguran yang menyebabkan kemiskinan pada

masyarakat yang akan berdampak pada pembangunan Negara. Dalam menangani

permasalahan ini, pemerintah memutuskan agar sebagain masyarakat yang tinggal

dalam wilayah yg penduduknya sangat padat, akan di transmigrasikan ke daerah-

daerah yang penduduknya masih sangat jarang, serta, tersedianya lahan yang

nantinya bisa digarap oleh masyarakat transmigran ini (Yudohusodo 1998 : 77).

Kata Transmigrasi tentunya sudah tidak asing lagi bagi kita, karena pada

dasarnya ini merupakan suatu program yang digulirkan oleh pemerintah Indonesia

untuk mengatasi berbagia masalah kepadatan penduduk dan pemerataan

kependudukan. Dari sudut bahasa Transmigrasi (latin : trans - seberang, migrare -

pindah), jadi, penjelasan transmigrasi ialah suatu program yang dibuat oleh

pemerintah indonesia untuk bisa memindahkan penduduk dari suatu daerah yang

padat penduduk, ke daerah lain yang penduduknya belum terlalu padat yang

berada di dalam wilayah Indonesia. Penduduk yang melakukan transmigrasi

disebut transmigran (http://kampusikopin.blogspot.com/ tanggal 08 Desember,

2013, jam 11:49)

Salah satu peranan program transmigrasi yang menonjol ialah

pemanfaatan sumber daya alam yang te rsedia dan pemanfaatan sumberdaya alam

yang tersedia dan penyaluran potensi sumberdaya manusia dalam rangka

peningkatan kesejahteraan dan pembangunan wilayah.Program transmigrasi juga

merupakan kegiatan investasi, baik dalam bentuk human investmen maupun

capital investmen. Sebagai proyek human investmen, program transmigrasi

memberikan dampak positif dalam bentuk peningkatan kualitas dan kesejahteraan

transmigrandan masyrakat disekitarnya (Yudohusodo ,1998 : 78).

Secara umum, program transmigrasi berdampak sangat luas terhadap

pembangunan wilayah, dilihat darisudut tata ruang wilayah melalui pembukaan

wilayah-wilayah terisolasi serta pemanfaatan ruang wilayah, maupun dalam

pembentukan ekonomi wilayah.Program transmigrasi telah dapat mendorong

ekonomi wilayah dan serentak juga ditarik oleh ekonomi wilayah,sebagai kegiatan

investasi, pihak yang mendapat dampakawal dari program transmigrasi ialah

masyrakat diwilayah transmigrasi. Riak dari dampak tersebut akan menyebar

sampai pada radius tertentu dan berinteraksi dengan pembangunan sector-sektor

lain yang secara bersama-sama menjadi pilar dari pembangunan wilayah

bersangkutan (Yudohusodo ,1998 : 78).

2.2. Sasaran Pembangunan Transmigrasi

Secara umumYudohusodo (1998 : 81) membagi program yang disiapkan

untuk mendukung penyelenggaraan transmigrasi terdiri dari program pokok dan

program penunjang, sebagai berikut :

1. Program Pokok

Program ini terdiri dari program pengembangan pemukiman dan

lingkungan transmigrasi, serta program pengerahan dan pembinaan transmigran.

a. Program pengembangan pemukiman dan lingkungan transmigrasi bertujuan

menyiapkan permukiman transmigrasi baru, termasuk untuk para peladang

berpindah dan perambah hutan, dan mengembangkan permukiman

transmigrasi yang telah ada. Program ini dilaksanakan dengan :

o Menyiapkan areal bagi pembangunan permukiman transmigrasi, yang

umumnya semula merupakan areal hutan yang dapat dikonversi, lalu

membuat rencana pengembangan jangka panjang dan menengah serta

rencana teknis tataruang pemukiman yang disesuaikan dengan rencana

umum tata ruang provinsi dan rencana umum tata ruang kabupaten.

o Melaksanakan pembangunan jaringan jalan, pembukaan lahan,

pengukuran dan pengkaplingan, pembangunan rumah serta prasarana dan

sarana pemukimanya, serta fasilitas umum lain.

o Memberikan penetapan hak pemilikan tanah kepada transmigran.

o Mengembangkan permukiman transmigrasi yang ada dengan

melaksanakan rehabilitasi/peningkatan kualitas prasarana dan sarana yang

telah ada didaerah transmigrasi.

b. Program pengerahan dan pembinaan transmigrasi bertujuan meningkatkan

minat msyarakat untuk bertransmigrasi, menyiapkan calon transmigran, dan

membina transmigran serta para peladang berpindah dan perambah hutan dan

dipemukimanya yang baru, sehingga kehidupanya dapat berkembang sesuai

dengan yang diharapkan. Program ini dilaksanakan dengan :

o Mengadakan penerangan dan penyuluhan untuk menumbuhkan minat

bertransmigrasi, baik transmigrasi umum, transmigrasi swakarsa

berbantuan maupun transmigrasi swakarsa mandiri didaerah asal

transmigran.

o Melaksanakan pendaftaran, seleksi dengan menyediakan perlengkapan,

fasilitas angkutan dan akomodasi untuk transmigran umum dan

transmigrasi swakarsa berbantuan, serta memberikan bantuan jaminan

hidup untuk beberapa waktu sebelum usaha transmigran dapat

menghasilkan.

o Melakukan pembinaan social budaya terutama pembinaan dibidang

pendidikan, kesehatan dan keluarga berencana, serta lingkungan hidup

dipermukiman transmigrasi.

o Meningkatkan penyediaan sarana produksi pertanian seperti bibit, pupuk,

perstisida, dan pakan ternak.

o Mendorong penggunaan peralatan dan mesin pertanian yang sesuai dengan

usaha tani yang produktif serta meningkatkan efisiensi pengangkutan dan

pengolahan hasil pertanian untuk mengurangi kehilangan hasil produksi

dan meningkatkan nilai tambah yang diterima oleh transmigran.

o Meningkatkan kemampuan usaha kelompok transmigran seperti tanaman

pangan dan holtikultura, perkebunan, kehutanan, perikanan, dan

peternakan serta kegiatan lain.

o Membentuk dan mendayagunakan kelembagaan keuangan, produksi,

pemasaran,industri pengolahan, dan transportasi.

o Meningkatkan kemampuan koperasi/KUD serta lembaga keuangan untuk

menyediakan fasilitas perkreditan, terutama untuk mendukung

pengembangan agribisnis, agroindustry, dan usaha lain didaerah

transmigrasi.

o Membentuk lembaga yang diperlukan dalam pengembangan transmigrasi

ditingkat unit permukiman transmigrasi, seperti perangkat desa,

pembinaan kesejateraan keluarga, karang taruna, pramuka, dan

koperasi/KUD.

o Meningkatkan kordinasi penyelenggaraan transmigrasiantara instansi-

instansi pemerintah terkait mulai dari tingkat pusat sampai tingkat

lapangan, antara instansi pemerintah, dan masyarakat, serta antara

pemerintah dan lembaga-lembaga lain yang mendukung program

transmigrasi.

o Mengembangkan kelembagaan kelembagaan kelompok dan kelembagaan

penyuluhan pertanian, kehutanan dan kesehatan.

o Memberikan pendidikan, pelatihan dan ketermpilan yang berwawasan

lingkungan mengenai budidaya dan teknologi pertanian, kehutanan serta

konservasi lahan sesuai pola usaha di daerah transmigrasi, dan

memberikan keterampilan nonpertanian seperti manajemen usaha tani dan

kewira usahaan.

o Mengembangkan kesadaran masyarakat disekitar daerah transmigrasi agar

mereka dapat menerima dan berinteraksi secara baik dengan para

transmigran.

o Memberikan penerangan dan penyuluhan, serta memukimkan dan

membina para peladang berpindah dan perambah hutan untuk

mengmbangkan budidaya pertanianya dengan menetap di daerah

transmigrasi.

2. Program Penunjang

Program ini meliputi penelitian dan pengembangan pembinaan anak dan

remaja, pembinaan pemuda, peranan wanita, pengembangan informasi

transmigrasi serta pendidikan, pelatihan dan penyuluhan transmigrasi.

a. Program penelitian dan pengembangan

Untuk meningkatkan kualitas pembangunan transmigrasi diadakan kegiatan

penelitian dan pengembangan untuk mendukung penyelenggaraan dan

pelaksanaan transmigrasi secara keseluruhan. Program ini dilaksanakan

dengan :

o Melaksanakan penelitian social ekonomi dan budaya di daerah

transmigrasi untuk merumuskan rencana pembangunan transmigrasi

jangka panjang yang paling sesuai untuk daerah bersangkutan.

o Mengadakan penelitian tentang teknologi yang sesuai dengan kondisi

sumberdaya alam didaerah transmigrasi dan kebutuhan transmigran

o Meneliti dampak program transmigrasi terhadap perubahan kesejahteraan

transmigran dan perkembangan ekonomi wilayah.

o Meneliti factor dominan yang dapat meningkatkan minat bertaransmigrasi.

o Meneliti model pembangunan transmigrasi yang berkelanjutan dan

berwawasan lingkungan

o Meneliti interksi social budaya yang terjadi antara transmigran dan

penduduk setempat.

b. Program Pembinaan Anak Dan Remaja

Program ini bertujuan menanamkan kepada anak dan remaja dipemukiman

transmigrasi tentang nilai-nilai agama, nilai-nilai luhur budaya bangsa dan

kemandirian, meningkatkan mutu gizi dan kesehatan, meningkatkan

pendidikan, menumbuhkan wawasan iptek, menumbuhkan dan menungkatkan

idealism dan patriotism, meningkatkan kemampuan adaptasi dengan

masyarakat serta pembinaan dan perlindungan hokum bagi anak dan remaja di

daerah transmigrasi.

c. Program Pembinaan Pemuda

Program ini bertujuan menanamkan dan mengembangkan jiwa kepeloporan

transmigran kepada generasi muda dipmukiman transmigrasi sehingga mereka

dapat menjadi penerus pembangunandidaerah transmigrasi.

d. Program Peranan Wanita

Program ini bertujuan meningkatkan kemampuan dan peranan wanita dalam

pembangunan di daerah transmigrasi.

e. Program Pengembangan Informasi Transmigrasi

Program ini bertujuan menyediakan informasi yang diperlukan dalam

penyelenggaraan transmigrasi dan dilaksanakan melaluipengembangan dan

penyempurnaan sistem informasi transmigrasi yang mencangkup informasi

social ekonomi daerah asal transmigran, daerah tujuan,kondisi sumberdaya

alam, produksi, pemasaran, permodalan, dan transportasi.

f. Program Pendidikan, Pelatihan dan Penyuluhan Transmigrasi

Sasaran program ini ialah meningkatkan mutu dan kemampuan sumberdaya

manusia aparatur penyelenggaraan transmigrasi, terutama pegawai negeri

yang bekerja ditingkat pusat, daerah, maupun lapangan.

2.3. Pola Penyelanggaraan Program Transmigrasi

Yudohusodo (1998 : 91) menjelaskan ada tiga jenis program transmigrasi

yaitu sebgai berikut :

1. Transmigrasi Umumyaitu dibiayai oleh pemerintah (umumnya pola tanaman

pangan, dilahan kering dan dilahan basah)

2. Transmigrasi swakarsa berbantuan (TSB), yang sebagian dibiayai oleh

pemerintah (umumnya untuk prasarana dan sarana pemukiman, serta

pembinaan) dan sebagian lagi dibiayai fasilitas kredit (untuk penanaman

kebun atau saran produksi lain, seperti kapal. Paling popular adalah

perkebunan kelapa sawit berdasarkan inpres No. 1 tahun 1986)

3. Transmigrasi swakarsa mandiri (TSM), yang dibiayai oleh sendiri oleh

transmigran, sedangkan pemerintah menyediakan lahan untuk transmigran

TSM seluas dua hektar/KK

2.4. Perubahan Sosial

Pada dasararnya semua perubahan tentunya berlaku pada seluruh manusia

dikalangan masyarakat, disetiap saat dan dimanapun manusia itu hidup perubahan

terus berjalan sesuai dengan perkembangannya. Baik perubahan itu berlaku secara

serentak maupun secara tiba-tiba. Yakni perubahan fisikal oleh proses alami dan

perubahan kehidupan manusia oleh dinamika kehidupan itu sendiri. Selain itu

perubahan masyarakat dapat terjadi karena faktor dari dalam masyarakat itu

sendiri (internal) ataupun faktor luar (eksternal). Menurut Syani (1995: 125)

faktor yang menyebabkan perubahan dalam masyarakat adalah sebagai berikut :

1. Faktor internal atau dapat juga disebut sosioggenetik artinya oleh masyarakat

itu sendiri. Faktor internal itu sendiri dari berbagai bagian :

Penemuan

Gerak sosial yaitu terjadi karena adanya kegagalan infuse, adanya

kehidupan pribadi adanya alternatif yang baru.

Perencanaan sosial yang mencangkup : suatu proses bersama yang bersifat

rasional. Perencanaan itu dilaksanakan dengan beberapa tahap mulai dari

usulan, diskusi, penelitian-penelitian kemudian dapat digunakan untuk

menentukan tindakan dalam mencapai tujuan yang diinginkan.

2. Faktor internal laten, yaitu faktor yang menyebabkan perubahan masyarakat

yang bersifat terselubung atau semu.

3. Faktor eksternal yaitu perubahan masyarakat yang disebapkan oleh faktor-

faktor dari luar. Faktor-faktor tersebut antara lain :

Faktor penduduk yaitu mencakup perubahan dan berkurangnya penduduk

disuatu daerah tertentu. Pertambahan penduduk dapat mendatangkan

penduduk baru dari daerah lain untuk memadatinya pertambahan

penduduk juga terjadi karena peningkatan jumlah kelahiran.

Perubahan lingkungan alam

Adanya kekuatan-kekuatan kelompok yang mempunyai pengaruh terhadap

masyarakat yang bersangkutan.

Faktor kebudayaan juga dapat mengakibatkan terjadinya perubahan

masyarakat. Perubahan masyarakat tidak semata disebapkan oleh faktor

kebudayaan yang ada dalam tubuh masyarakat itu sendiri, melainkan dapat

pula disebapkan oleh pengaruh kebudayaan yang dating dari masyarakat

sekitar (luar).

Syani (1995:125) Dalam bukunya yang berjudul Sosiologi Dan Perubahan

Masyarakat mengemukakan tiga alternatif arah suatu perubahan yaitu :

1. Perubahan akan bergerak kearah yang baru dengan alasan dan pola perilaku

dan nilai lama.

2. Perubahan akan bergerak menuju pada suatu bentuk semi atau pertengahan

antara nilai-nilai lama dan nilai-nilai yang baru.

3. Perubahan dapat pula bergerak kearah suatu pola perilaku dan nilai yang sama

sekali baru.

Harsojo (1999 : 154-155) menambahkan dalam buku yang berjudul “

Pengantar Anthropologi” berkembang pola teori yang juga mempelajari

perubahan kebudayaan dengan menggunakan pendekatan sejarah yaitu :

1. Discovery dan invention yakni bahwa discovery adalah setiap penambahan

pada pengetahuan dan invention dalam penerapan yang baru dari pengetahuan.

2. Difusi penyebaran dapat dikatakan sebagai proses penyebaran unsur

kebudayaan dari satu individu keindividu lain, dan dari satu masyarakat

kemasyarakat lain.

3. Akulturasi yakni meliputi fenomena yang timbul sebagai hasil, jika kelompok-

kelompok manusia yang mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda bertemu

dengan mengadakan kontak secara langsung dan terusmenerus dan

menimbulkan perubahan dalam pola kebudayaan yang original dari salah satu

kelompok atau pada kedua-duanya.

4. Asimilasi yakni suatu fase dari akulturasi dan akulturasi adalah suatu aspek

dari perubahan kebudayaan. Asimilasi ialah suatu proses sosial yang telah

lanjut yang ditandai oleh makin kurangnya perbedaan antara individu-individu

dan antara kelompok-kelompok, dan makin eratnya persatuan aksi sikap dan

proses mental yang berhubungan dengan kepentingan dan tujuan yang sama.

2.5. Adaptasi

Adaptasi merupakan proses penyesuaian terhadap apapun yang terjadi

secara alamiah baik di dalam lingkungan hidup atau dalam sistem manusia

sebagai reaksi terhadap perubahan-perubahan yang akan terjadi terkait dengan

perubahan-perubahan lingkungan. Di seluruh dunia, masyarakat telah berusaha

dalam mengembangkan langkah-langkah adaptasi untuk menghadapi perubahan

iklim berdasarkan pengetahuan tradisional mereka. Adaptasi juga merupakan

suatu proses interaksi antara perubahan yang ditimbulkan oleh organisme pada

lingkunganya dan perubahan yang ditimbulkan oleh lingkungan pada organisme

atau yang dimaksud dengan penyesuaian dua arah.

Agar dapat menyesuaikan serta dalam mempertahankan hidup, maka

oarang Lombok dapat melakukan penyesuaian-penyesuaian atau adaptasi dengan

masyarakat lokal. Ada beberapa macam adaptasi yang mestinya harus dilakukan

dalam hidup bermasyarakat yakni, yang pertama ialah adaptasi genetik, yaitu

setiap lingkungan hidup biasanya merangsang penghuninya untuk membentuk

struktur tubuh yang spesifik, yang kedua, adaptasi somatis, yaitu adaptasi yang

penyesuaiannya secara struktural atau fungsional yang sifatnya sementara (tidak

turun-temurun).

Dengan demikian, dari beberapa macam adaptasi seperti yang dijelaskan

diatas, Etnis Lombok yang menetap pada suatu wilayah dapat menggunakan

salah satu atau kedua macam adaptasi ini, untuk bisa menyesuaikan dengan

lingkungan yang baru ditempati.

2.6. Integrasi Sosial

Integrasi berasal dari bahasa inggris “integration” yang berarti

kesempurnaan atau keseluruhan. integrasi sosial dimaknai sebagai proses

penyesuaian di antara unsur-unsur yang saling berbeda dalam kehidupan

masyarakat sehingga menghasilkan pola kehidupan masyarakat yang memilki

keserasian fungsi. Integrasi sosial adalah proses penyesuaian unsur-unsur yang

berbeda dalam masyarakat sehingga menjadi satu kesatuan. Unsur-unsur yang

berbeda tersebur dapat meliputi ras, etnis, agama bahasa, kebiasaan, sistem nilai

dan lain sebagainya. Menurut Baton integrasi sebagai suatu pola hubungan yang

mengakui adanya perbedaan ras dalam masyarakat, tetapi tidak memberikan

fungsi penting pada perbedaan pada ras tersebut.

Integrasi memiliki 2 pengertian, yaitu Pengendalian terhadap konflik dan

penyimpangan sosial dalam suatu sistem sosial tertentu, Membuat suatu

keseluruhan dan menyatukan unsur-unsur tertentu Sedangkan yang disebut

integrasi sosial adalah jika yang dikendalikan, disatukan, atau dikaitkan satu sama

lain itu adalah unsur-unsur sosial atau kemasyarakatan.

Suatu integrasi sosial di perlukan agar masyarakat tidak bubar meskipun

menghadapi berbagai tantangan, baik merupa tantangan fisik maupun konflik

yang terjadi secara sosial budaya.

Definisi lain mengenai integrasi adalah suatu keadaan di mana kelompok-

kelompok etnik beradaptasi dan bersikap komformitas terhadap kebudayaan

mayoritas masyarakat, namun masih tetap mempertahankan kebudayaan mereka

masing-masing. (http://id.wikipedia.org/wiki/Integrasi_sosial 5 Januari 2014 jam

07 : 20)

2.7.Pengertian Budaya

Menurut Koenjaraningrat (1995 : 9 ), kata “kebudayaan” berasal dari kata

sansekerta yaitu buddahhayah, ialah bentuk jamak dari “budi” atau “akal”.

Demikian kebudayaan itu dapat diartikan’ hal-hal yang bersangkutaan dengan

budi dan akal. Lebih jelas lagi Konjaraningrat mendefinisikan kebudayaan sebagai

keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan dengan belajar,

beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu. Dalam upayanya

mendefinisikan kebudayaan, Koenjaraningrat memperlihatkan 3 wujud

kebudayaan dalam kehidupan masyarakat, yaitu :

1. Wujud kebudayaan sebagai suatu komplek dari ide-ide, nialai-nilai, norma-

norma,peraturan dan sebagainya.

2. Wujud kebudayaan sebagai suatu komplek aktivitas kelakuan berpola dari

manusia dalam masyarakat.

3. Wujud kebudayaan berupa benda-benda hasil karya manusia.

Wujud pertama, adalah wujud kebudayaan yang sifatnya abstrak, tak dapat

diraba atau digambar, sebab letaknya berada dalam kepala manusia. Artinya

wujud dari pikiran dari warga masyarakat dimana kebudayaan itu tumbuh. Wujud

kedua, kebudayaan sering disebut sebagai sistem sosial yang meliputi pola-pola

kelakuan manusia itu sendiri. Wujud ketiga, kebudayaan dapat disebut dengan

kebudayaan fisik,sebab secara secara keseluruhan merupakan benda sebagai hasil

aktifitas, perubahan-perubahan atau karya-karya manusia dalam masyarakat.

Herskovits dan Mlinowski juga mendefinisikan kebudayaan sebagai suatu

yang superorganik. Karena kebudayaan yang turun-temurun dari generasi ke

generasi tetap hidup terus atau berkesinambungan walaupun orang-orang yang

enjadi anggota masyarakat senantiasa silih berganti disebapka oleh irama

kematian dan kelahiran ( Syani 1995 : 59)

Walaupun setiap masyarakat memiliki kebudayaan yang berbeda-beda,

akan tetapi memiliki sifat yang sama dan berlaku umum.

Robin M. Wiliams memperinci sifat hakikat kebudayaan atas empat

bagian, yaitu :

1. Kebudayaan terwujud dan tersalurkan dari perikelakuan manusia.

2. Kebudayaan telah ada terlebih dahulu daripada lahirnya suatu generasi tertentu

dan dan tidak akan mati dengan habisnya usia generasi yang bersangkutan.

3. Kebudyaan diperlukan oleh manusia dan diwujudkan dalam tingkah lakunya.

4. Kebudayaan mencangkup aturan-aturan yang berisikan kewajiban-kewajiban,

tindakan-tinadakan yang diterima dan ditolak, tindakan-tindakan yang

dilarang dan tindakan-tindakan yang diizinkan.

2.8.Konsep Pembangunan Desa

2.8.1. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembangunan

Dalam setiap pembangunan dibutuhkan beberapa prasayarat agar

pembangunan dapat berhasil dengan baik. Passaribu dan Simanjutak

mengemukakan prasyarat itu sebagai berikut :

1. Faktor nomina yang primer antara lain sumber alam yang kaya tenaga kerja

massal, modal yang cukup.

2. Faktor sosial budaya,

Faktor sosial budaya merupakan hal yang tidak kalah penting dalam

mensukseskan pembangunan, hal ini semakin jelas dari pengalaman bahwa

pembangunan tidak berhasil, walaupun kekayaan ekonomis primer melimpah

ruah, karena kekayaan ekonomi primer tergantung kepada mentalitas, pola

tindakan manusia yang terlibat dalam proses pembangunan itu, sedang pola

tindakan ditentukan oleh kuantitas manusia, pola hubungan kemasyarakatan,

norma kebudayaan dengan kata lain mentalitas ditentukan faktor demografi

susunan kemasyarakatan, adat istiadat.

3. Faktor demografis

Faktor demografis pertumbuhan penduduk yang cepat melaju akan

menimbulakan revolusi terhadap kenaikan produksi pangan, pertambahan

penduduk tidak diimbangi dengan kenaikan produksi pangan sehingga akan

terjadi kemiskinan dan kemelaratan.

4. Struktur masyarakat

Struktur masyarakat ialah jaringan abstrak yang mengatur hubungan orang

dengan orang dalam kehidupan masyarakat dalam suatu sistem sosial. Selain

perumusan diatas juga ada yang mengatakan bahwa struktur sosial adalah

keseluruhan jalinan antara unsur sosial yang pokok antara lain norma sosial,

lembaga sosial, kelompok sosial, lapisan sosial. Sedang perumusan lain

mengatakan bahwa jaringan yang komplek dari relasi sosial yang aa secara

kongkrit dalam suatu masyarakat. Dari perumusan diatas dapat disimpulkan

bahwa struktur sosial aalah tempat individu dalam relasi sosialnya.

5. Faktor mental

Faktor mental berkaitan dengan sistem nilai budaya dan sikap. Oleh karena itu

membicarakan faktor mental berarti harus membicarakan sistem nilai dan

sikap.

6. Pendidikan

pembanguan menuntut perubahan sikap baik dalam lapangan konatip, konitip,

maupun psikomotoris. Hal ini hanya dapat diperolah malalui pendidikan,

keterampilan teknologi merupakan tuntutan pembangunan dan penyiapan

tenaga. Ini harus melalui pendidikan. Tidak ada pembangunan yang berhasil

tanpa melalui pendemokrasian dan peningkatan mutu pendidikan.

1. Dimensi-dimensi struktural kemiskinan

Ada dua kategori kemiskinan yaitu kemiskinan relative dan kemisikinan

mutlak. Sedangkan penyebab kemiskinan dikategorikan kedalam tiga yaitu

kemiskinan yang disebabkan handicap badaniah, mental, bencana alam,

buatan manusia.

2. Motivasi

Sering kita mendengar bahwa dalam sesuatu Negara pembanguanan tidak

berhasil, sedang dinegara lain berhasil. Dari penelitian ternyata bahwa hal itu

dapat disebabakan ketiadaan motif.

2.8.2. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Desa

Tujuan pemabungan pedesaan dibagi menjadi dua yaitu tujuan

pembangunan pedesaan jangka panjang dan jangka pendek. Raharjo ( 2006 : 18)

mengemukakan tuajuan pembanguan tersebut sebagai berikut :

1. Tujuan pembangunan jangka panjang adalah peningkatan kesejahteraan

masyarakat pedesaan secara langsung melalui kesemapatan kerja, kesempatan

berusaha dan pendapatan berdasarkan pendekatan bina lingkungan, bina

usaha, dan bina manusia dan secara tidak langsung adalah meletakkan dasar-

dasar yang kokoh bagi pembangunan nasional.

2. Tujuan pembangunan pedesaan jangka pendek adalah untuk mengingatkan

efektifitas dan efisiensi dalam kegiatan ekonomi dan pemanfaatan sumberdaya

alam.

3. Tujuan pembangunan pedesaan secara spasial adalah terciptanya kawasan

pedesaan yang mandiri, bewawasan lingkungan, selaras, serasi dan bersinerji

dengan kawasan-kawasan lain melalui pembangunan holistic dan

berkelanjutan untuk mewujudkan masyarakat ang damai, demokratis,

berkeadilan, berdaya saing, maju dan sejahtera.

Adapun sasaran pembangunan desa seperti yang di jelaskan oleh Raharjo (

2006 : 18) yakni terciptanya :

1. Peningkatan produksi dan produktivitas

2. Percepatan pertumbuhan desa

3. Peningkatan keterampilan dalam produksi dan pengembangan lapangan kerja

dan lapangan usaha produktif

4. Peningkatan prakarsa dan partisipasi masyarakat.

5. Perkuatan kelembagaan.

Kemudian Raharjo (2006 : 18) mengemukakan ruang lingkup

pengembangangan pedesaan yaitu :

1. Pembangunan saran dan prasarana pedesaan (meliputi pengairan, jaringan

jalan, lingkungan pemukiman, dan lainya).

2. Pemberdayaan masyarakat.

3. Pengelolaan sumberdaya alam ( SDA) dan sumberdaya Manusia (SDM)

4. Penciptaan lapangan kerja, kesempatan berusaha, peningkatan pendapatan,(

khususnya kawasan-kawasan miskin).

5. Penataan keterkaitan antar kawasan pedesaaan dengan kawasan perkotaan.

2.8.3. Prinsip-prinsip Pembangunan Desa

Kemudian Raharjo (2006 : 19) pembanguan pedesaan seharusnya

menerapkan prinsip-prinsip sebagai berikut :

1. Transparansi( Keterbukaan)

2. Partisipatif

3. Dapat dinikmati masyarakat

4. Dapat dipertanggung jawabkan (akuntabilitas)

5. berkelanjutan

Pembangunan pedesaan dilakukan dengan pendekatan secara multisektoral

(holistik), partisipatif, berlandaskan pada semangat kemandirian, bewawasan

lingkungan dan berkelanjutan serta melaksanakan pemanfaatan pembanguan

secara serasi dan selaras dan sinerjis sehingga tercapai optimalitas.

Kemudian Raharjo ( 2006 : 18) menambahkan prinsip pokok

pembangunan pedesaan yaitu :

1. kebijaksanaan dan langkah-langkah pembangunan disetiap desa mengacu

kepada pencapaian sasaran pembangunan berdasarkan triologi pembangunan.

Ketiga unsur tiologi pembangunan tersebut yaitu : pertama, pemerataan

pembanguan dan hasil-hasilnya. Kedua, pertumbuhan ekonomi yang cukup

tinggi. Ketiga, stabilitas yang sehat dan dinamis, diterapkan disetiap sector,

termasuk desa dan kota, disetiap wilayah dan antar wilayah saling terkait, serta

dikembangkan secara selaras dan terpadu.

2. Pembangunan desa dilaksanakan dengan prinsip-prinsip pembangunan yang

berkelanjutan. Penerapan prinsip pembanguan bekelanjutan mensyaratkan

kepada daerah lebih mengandalkan sumber-sumber alam yang terbaharui

sebagai sumber pertumbuhan. Disamping itu disetiap desa perlu

memanfaatkan SDM secara luas, memanfaatkan modal fisik, prasarana mesin-

mesin, dan peralatan efisien mungkin.

3. Meningkatkan efisiensi masyarakat melalui kebijaksanaan deregulasi,

debirokratisasi dan desentralisasi dengan sebaik-baiknya.

2.9. Asimilasi

Asimilasi adalah pembauran dua kebudayaan yang disertai dengan

hilangnya ciri khas kebudayaan asli sehingga membentuk kebudayaan baru. Suatu

asimilasi ditandai oleh usaha-usaha mengurangi perbedaan antara orang atau

kelompok. Untuk mengurangi perbedaan itu, asimilasi meliputi usaha-usaha

mempererat kesatuan tindakan, sikap, dan perasaan dengan memperhatikan

kepentingan serta tujuan bersama.

Hasil dari proses asimilasi yaitu semakin tipisnya batas perbedaan

antarindividu dalam suatu kelompok, atau bisa juga batas-batas antarkelompok.

Selanjutnya, individu melakukan identifikasi diri dengan kepentingan bersama.

Artinya, menyesuaikan kemauannya dengan kemauan kelompok. Demikian pula

antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain.

Asimilasi menurut Koentjara Ningrat (1996: 160) adalah suatu proses

sosial yang terjadi pada berbagai golongan manusia dengan latar belakang

kebudayaan yang berbeda setelah mereka bergaul secara insentif, sehingga sifat

khas dari unsur-unsur kebudayaan golongan-golongan itu masing-masing berubah

menjadi unsur kebudayaan campuran. ( http://id.wikipedia.org/wiki/Asimilasi_%

28sosial%29 5 januari 2014 jam 07 : 20)

Asimilasi dapat terbentuk apabila terdapat tiga persyaratan berikut:

Terdapat sejumlah kelompok yang memiliki kebudayaan berbeda

Terjadi pergaulan antarindividu atau kelompok secara intensif dan dalam

waktu yang relatif lama

Kebudayaan masing-masing kelompok tersebut saling berubah dan

menyesuaikan diri.