bab ii tinjauan pustaka 2.1 program...
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Program Transmigrasi
Program Transmigrasi merupakan salah satu bentuk upaya pemerintah
dalam mengambil keputusan, guna tercapainya keseimbangan penyebaran
penduduk, memperluas kesempatan kerja, serta meningkatkan produktifitas dan
peningkatan pendapatan bagi mereka yang menjadi masyarakat transmigran.
Transmigrasi penting bagi pembangunan nasional. Program transmigrasi ini
merupakan sebuah alternatif bagi mereka yang kesulitan mendapatkan lapangan
pekerjaan yang dikarenakan minimnya lahan yang bisa di kelola untuk pertanian,
maka secara otomatis, angka penggaguran yang menyebabkan kemiskinan pada
masyarakat yang akan berdampak pada pembangunan Negara. Dalam menangani
permasalahan ini, pemerintah memutuskan agar sebagain masyarakat yang tinggal
dalam wilayah yg penduduknya sangat padat, akan di transmigrasikan ke daerah-
daerah yang penduduknya masih sangat jarang, serta, tersedianya lahan yang
nantinya bisa digarap oleh masyarakat transmigran ini (Yudohusodo 1998 : 77).
Kata Transmigrasi tentunya sudah tidak asing lagi bagi kita, karena pada
dasarnya ini merupakan suatu program yang digulirkan oleh pemerintah Indonesia
untuk mengatasi berbagia masalah kepadatan penduduk dan pemerataan
kependudukan. Dari sudut bahasa Transmigrasi (latin : trans - seberang, migrare -
pindah), jadi, penjelasan transmigrasi ialah suatu program yang dibuat oleh
pemerintah indonesia untuk bisa memindahkan penduduk dari suatu daerah yang
padat penduduk, ke daerah lain yang penduduknya belum terlalu padat yang
berada di dalam wilayah Indonesia. Penduduk yang melakukan transmigrasi
disebut transmigran (http://kampusikopin.blogspot.com/ tanggal 08 Desember,
2013, jam 11:49)
Salah satu peranan program transmigrasi yang menonjol ialah
pemanfaatan sumber daya alam yang te rsedia dan pemanfaatan sumberdaya alam
yang tersedia dan penyaluran potensi sumberdaya manusia dalam rangka
peningkatan kesejahteraan dan pembangunan wilayah.Program transmigrasi juga
merupakan kegiatan investasi, baik dalam bentuk human investmen maupun
capital investmen. Sebagai proyek human investmen, program transmigrasi
memberikan dampak positif dalam bentuk peningkatan kualitas dan kesejahteraan
transmigrandan masyrakat disekitarnya (Yudohusodo ,1998 : 78).
Secara umum, program transmigrasi berdampak sangat luas terhadap
pembangunan wilayah, dilihat darisudut tata ruang wilayah melalui pembukaan
wilayah-wilayah terisolasi serta pemanfaatan ruang wilayah, maupun dalam
pembentukan ekonomi wilayah.Program transmigrasi telah dapat mendorong
ekonomi wilayah dan serentak juga ditarik oleh ekonomi wilayah,sebagai kegiatan
investasi, pihak yang mendapat dampakawal dari program transmigrasi ialah
masyrakat diwilayah transmigrasi. Riak dari dampak tersebut akan menyebar
sampai pada radius tertentu dan berinteraksi dengan pembangunan sector-sektor
lain yang secara bersama-sama menjadi pilar dari pembangunan wilayah
bersangkutan (Yudohusodo ,1998 : 78).
2.2. Sasaran Pembangunan Transmigrasi
Secara umumYudohusodo (1998 : 81) membagi program yang disiapkan
untuk mendukung penyelenggaraan transmigrasi terdiri dari program pokok dan
program penunjang, sebagai berikut :
1. Program Pokok
Program ini terdiri dari program pengembangan pemukiman dan
lingkungan transmigrasi, serta program pengerahan dan pembinaan transmigran.
a. Program pengembangan pemukiman dan lingkungan transmigrasi bertujuan
menyiapkan permukiman transmigrasi baru, termasuk untuk para peladang
berpindah dan perambah hutan, dan mengembangkan permukiman
transmigrasi yang telah ada. Program ini dilaksanakan dengan :
o Menyiapkan areal bagi pembangunan permukiman transmigrasi, yang
umumnya semula merupakan areal hutan yang dapat dikonversi, lalu
membuat rencana pengembangan jangka panjang dan menengah serta
rencana teknis tataruang pemukiman yang disesuaikan dengan rencana
umum tata ruang provinsi dan rencana umum tata ruang kabupaten.
o Melaksanakan pembangunan jaringan jalan, pembukaan lahan,
pengukuran dan pengkaplingan, pembangunan rumah serta prasarana dan
sarana pemukimanya, serta fasilitas umum lain.
o Memberikan penetapan hak pemilikan tanah kepada transmigran.
o Mengembangkan permukiman transmigrasi yang ada dengan
melaksanakan rehabilitasi/peningkatan kualitas prasarana dan sarana yang
telah ada didaerah transmigrasi.
b. Program pengerahan dan pembinaan transmigrasi bertujuan meningkatkan
minat msyarakat untuk bertransmigrasi, menyiapkan calon transmigran, dan
membina transmigran serta para peladang berpindah dan perambah hutan dan
dipemukimanya yang baru, sehingga kehidupanya dapat berkembang sesuai
dengan yang diharapkan. Program ini dilaksanakan dengan :
o Mengadakan penerangan dan penyuluhan untuk menumbuhkan minat
bertransmigrasi, baik transmigrasi umum, transmigrasi swakarsa
berbantuan maupun transmigrasi swakarsa mandiri didaerah asal
transmigran.
o Melaksanakan pendaftaran, seleksi dengan menyediakan perlengkapan,
fasilitas angkutan dan akomodasi untuk transmigran umum dan
transmigrasi swakarsa berbantuan, serta memberikan bantuan jaminan
hidup untuk beberapa waktu sebelum usaha transmigran dapat
menghasilkan.
o Melakukan pembinaan social budaya terutama pembinaan dibidang
pendidikan, kesehatan dan keluarga berencana, serta lingkungan hidup
dipermukiman transmigrasi.
o Meningkatkan penyediaan sarana produksi pertanian seperti bibit, pupuk,
perstisida, dan pakan ternak.
o Mendorong penggunaan peralatan dan mesin pertanian yang sesuai dengan
usaha tani yang produktif serta meningkatkan efisiensi pengangkutan dan
pengolahan hasil pertanian untuk mengurangi kehilangan hasil produksi
dan meningkatkan nilai tambah yang diterima oleh transmigran.
o Meningkatkan kemampuan usaha kelompok transmigran seperti tanaman
pangan dan holtikultura, perkebunan, kehutanan, perikanan, dan
peternakan serta kegiatan lain.
o Membentuk dan mendayagunakan kelembagaan keuangan, produksi,
pemasaran,industri pengolahan, dan transportasi.
o Meningkatkan kemampuan koperasi/KUD serta lembaga keuangan untuk
menyediakan fasilitas perkreditan, terutama untuk mendukung
pengembangan agribisnis, agroindustry, dan usaha lain didaerah
transmigrasi.
o Membentuk lembaga yang diperlukan dalam pengembangan transmigrasi
ditingkat unit permukiman transmigrasi, seperti perangkat desa,
pembinaan kesejateraan keluarga, karang taruna, pramuka, dan
koperasi/KUD.
o Meningkatkan kordinasi penyelenggaraan transmigrasiantara instansi-
instansi pemerintah terkait mulai dari tingkat pusat sampai tingkat
lapangan, antara instansi pemerintah, dan masyarakat, serta antara
pemerintah dan lembaga-lembaga lain yang mendukung program
transmigrasi.
o Mengembangkan kelembagaan kelembagaan kelompok dan kelembagaan
penyuluhan pertanian, kehutanan dan kesehatan.
o Memberikan pendidikan, pelatihan dan ketermpilan yang berwawasan
lingkungan mengenai budidaya dan teknologi pertanian, kehutanan serta
konservasi lahan sesuai pola usaha di daerah transmigrasi, dan
memberikan keterampilan nonpertanian seperti manajemen usaha tani dan
kewira usahaan.
o Mengembangkan kesadaran masyarakat disekitar daerah transmigrasi agar
mereka dapat menerima dan berinteraksi secara baik dengan para
transmigran.
o Memberikan penerangan dan penyuluhan, serta memukimkan dan
membina para peladang berpindah dan perambah hutan untuk
mengmbangkan budidaya pertanianya dengan menetap di daerah
transmigrasi.
2. Program Penunjang
Program ini meliputi penelitian dan pengembangan pembinaan anak dan
remaja, pembinaan pemuda, peranan wanita, pengembangan informasi
transmigrasi serta pendidikan, pelatihan dan penyuluhan transmigrasi.
a. Program penelitian dan pengembangan
Untuk meningkatkan kualitas pembangunan transmigrasi diadakan kegiatan
penelitian dan pengembangan untuk mendukung penyelenggaraan dan
pelaksanaan transmigrasi secara keseluruhan. Program ini dilaksanakan
dengan :
o Melaksanakan penelitian social ekonomi dan budaya di daerah
transmigrasi untuk merumuskan rencana pembangunan transmigrasi
jangka panjang yang paling sesuai untuk daerah bersangkutan.
o Mengadakan penelitian tentang teknologi yang sesuai dengan kondisi
sumberdaya alam didaerah transmigrasi dan kebutuhan transmigran
o Meneliti dampak program transmigrasi terhadap perubahan kesejahteraan
transmigran dan perkembangan ekonomi wilayah.
o Meneliti factor dominan yang dapat meningkatkan minat bertaransmigrasi.
o Meneliti model pembangunan transmigrasi yang berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan
o Meneliti interksi social budaya yang terjadi antara transmigran dan
penduduk setempat.
b. Program Pembinaan Anak Dan Remaja
Program ini bertujuan menanamkan kepada anak dan remaja dipemukiman
transmigrasi tentang nilai-nilai agama, nilai-nilai luhur budaya bangsa dan
kemandirian, meningkatkan mutu gizi dan kesehatan, meningkatkan
pendidikan, menumbuhkan wawasan iptek, menumbuhkan dan menungkatkan
idealism dan patriotism, meningkatkan kemampuan adaptasi dengan
masyarakat serta pembinaan dan perlindungan hokum bagi anak dan remaja di
daerah transmigrasi.
c. Program Pembinaan Pemuda
Program ini bertujuan menanamkan dan mengembangkan jiwa kepeloporan
transmigran kepada generasi muda dipmukiman transmigrasi sehingga mereka
dapat menjadi penerus pembangunandidaerah transmigrasi.
d. Program Peranan Wanita
Program ini bertujuan meningkatkan kemampuan dan peranan wanita dalam
pembangunan di daerah transmigrasi.
e. Program Pengembangan Informasi Transmigrasi
Program ini bertujuan menyediakan informasi yang diperlukan dalam
penyelenggaraan transmigrasi dan dilaksanakan melaluipengembangan dan
penyempurnaan sistem informasi transmigrasi yang mencangkup informasi
social ekonomi daerah asal transmigran, daerah tujuan,kondisi sumberdaya
alam, produksi, pemasaran, permodalan, dan transportasi.
f. Program Pendidikan, Pelatihan dan Penyuluhan Transmigrasi
Sasaran program ini ialah meningkatkan mutu dan kemampuan sumberdaya
manusia aparatur penyelenggaraan transmigrasi, terutama pegawai negeri
yang bekerja ditingkat pusat, daerah, maupun lapangan.
2.3. Pola Penyelanggaraan Program Transmigrasi
Yudohusodo (1998 : 91) menjelaskan ada tiga jenis program transmigrasi
yaitu sebgai berikut :
1. Transmigrasi Umumyaitu dibiayai oleh pemerintah (umumnya pola tanaman
pangan, dilahan kering dan dilahan basah)
2. Transmigrasi swakarsa berbantuan (TSB), yang sebagian dibiayai oleh
pemerintah (umumnya untuk prasarana dan sarana pemukiman, serta
pembinaan) dan sebagian lagi dibiayai fasilitas kredit (untuk penanaman
kebun atau saran produksi lain, seperti kapal. Paling popular adalah
perkebunan kelapa sawit berdasarkan inpres No. 1 tahun 1986)
3. Transmigrasi swakarsa mandiri (TSM), yang dibiayai oleh sendiri oleh
transmigran, sedangkan pemerintah menyediakan lahan untuk transmigran
TSM seluas dua hektar/KK
2.4. Perubahan Sosial
Pada dasararnya semua perubahan tentunya berlaku pada seluruh manusia
dikalangan masyarakat, disetiap saat dan dimanapun manusia itu hidup perubahan
terus berjalan sesuai dengan perkembangannya. Baik perubahan itu berlaku secara
serentak maupun secara tiba-tiba. Yakni perubahan fisikal oleh proses alami dan
perubahan kehidupan manusia oleh dinamika kehidupan itu sendiri. Selain itu
perubahan masyarakat dapat terjadi karena faktor dari dalam masyarakat itu
sendiri (internal) ataupun faktor luar (eksternal). Menurut Syani (1995: 125)
faktor yang menyebabkan perubahan dalam masyarakat adalah sebagai berikut :
1. Faktor internal atau dapat juga disebut sosioggenetik artinya oleh masyarakat
itu sendiri. Faktor internal itu sendiri dari berbagai bagian :
Penemuan
Gerak sosial yaitu terjadi karena adanya kegagalan infuse, adanya
kehidupan pribadi adanya alternatif yang baru.
Perencanaan sosial yang mencangkup : suatu proses bersama yang bersifat
rasional. Perencanaan itu dilaksanakan dengan beberapa tahap mulai dari
usulan, diskusi, penelitian-penelitian kemudian dapat digunakan untuk
menentukan tindakan dalam mencapai tujuan yang diinginkan.
2. Faktor internal laten, yaitu faktor yang menyebabkan perubahan masyarakat
yang bersifat terselubung atau semu.
3. Faktor eksternal yaitu perubahan masyarakat yang disebapkan oleh faktor-
faktor dari luar. Faktor-faktor tersebut antara lain :
Faktor penduduk yaitu mencakup perubahan dan berkurangnya penduduk
disuatu daerah tertentu. Pertambahan penduduk dapat mendatangkan
penduduk baru dari daerah lain untuk memadatinya pertambahan
penduduk juga terjadi karena peningkatan jumlah kelahiran.
Perubahan lingkungan alam
Adanya kekuatan-kekuatan kelompok yang mempunyai pengaruh terhadap
masyarakat yang bersangkutan.
Faktor kebudayaan juga dapat mengakibatkan terjadinya perubahan
masyarakat. Perubahan masyarakat tidak semata disebapkan oleh faktor
kebudayaan yang ada dalam tubuh masyarakat itu sendiri, melainkan dapat
pula disebapkan oleh pengaruh kebudayaan yang dating dari masyarakat
sekitar (luar).
Syani (1995:125) Dalam bukunya yang berjudul Sosiologi Dan Perubahan
Masyarakat mengemukakan tiga alternatif arah suatu perubahan yaitu :
1. Perubahan akan bergerak kearah yang baru dengan alasan dan pola perilaku
dan nilai lama.
2. Perubahan akan bergerak menuju pada suatu bentuk semi atau pertengahan
antara nilai-nilai lama dan nilai-nilai yang baru.
3. Perubahan dapat pula bergerak kearah suatu pola perilaku dan nilai yang sama
sekali baru.
Harsojo (1999 : 154-155) menambahkan dalam buku yang berjudul “
Pengantar Anthropologi” berkembang pola teori yang juga mempelajari
perubahan kebudayaan dengan menggunakan pendekatan sejarah yaitu :
1. Discovery dan invention yakni bahwa discovery adalah setiap penambahan
pada pengetahuan dan invention dalam penerapan yang baru dari pengetahuan.
2. Difusi penyebaran dapat dikatakan sebagai proses penyebaran unsur
kebudayaan dari satu individu keindividu lain, dan dari satu masyarakat
kemasyarakat lain.
3. Akulturasi yakni meliputi fenomena yang timbul sebagai hasil, jika kelompok-
kelompok manusia yang mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda bertemu
dengan mengadakan kontak secara langsung dan terusmenerus dan
menimbulkan perubahan dalam pola kebudayaan yang original dari salah satu
kelompok atau pada kedua-duanya.
4. Asimilasi yakni suatu fase dari akulturasi dan akulturasi adalah suatu aspek
dari perubahan kebudayaan. Asimilasi ialah suatu proses sosial yang telah
lanjut yang ditandai oleh makin kurangnya perbedaan antara individu-individu
dan antara kelompok-kelompok, dan makin eratnya persatuan aksi sikap dan
proses mental yang berhubungan dengan kepentingan dan tujuan yang sama.
2.5. Adaptasi
Adaptasi merupakan proses penyesuaian terhadap apapun yang terjadi
secara alamiah baik di dalam lingkungan hidup atau dalam sistem manusia
sebagai reaksi terhadap perubahan-perubahan yang akan terjadi terkait dengan
perubahan-perubahan lingkungan. Di seluruh dunia, masyarakat telah berusaha
dalam mengembangkan langkah-langkah adaptasi untuk menghadapi perubahan
iklim berdasarkan pengetahuan tradisional mereka. Adaptasi juga merupakan
suatu proses interaksi antara perubahan yang ditimbulkan oleh organisme pada
lingkunganya dan perubahan yang ditimbulkan oleh lingkungan pada organisme
atau yang dimaksud dengan penyesuaian dua arah.
Agar dapat menyesuaikan serta dalam mempertahankan hidup, maka
oarang Lombok dapat melakukan penyesuaian-penyesuaian atau adaptasi dengan
masyarakat lokal. Ada beberapa macam adaptasi yang mestinya harus dilakukan
dalam hidup bermasyarakat yakni, yang pertama ialah adaptasi genetik, yaitu
setiap lingkungan hidup biasanya merangsang penghuninya untuk membentuk
struktur tubuh yang spesifik, yang kedua, adaptasi somatis, yaitu adaptasi yang
penyesuaiannya secara struktural atau fungsional yang sifatnya sementara (tidak
turun-temurun).
Dengan demikian, dari beberapa macam adaptasi seperti yang dijelaskan
diatas, Etnis Lombok yang menetap pada suatu wilayah dapat menggunakan
salah satu atau kedua macam adaptasi ini, untuk bisa menyesuaikan dengan
lingkungan yang baru ditempati.
2.6. Integrasi Sosial
Integrasi berasal dari bahasa inggris “integration” yang berarti
kesempurnaan atau keseluruhan. integrasi sosial dimaknai sebagai proses
penyesuaian di antara unsur-unsur yang saling berbeda dalam kehidupan
masyarakat sehingga menghasilkan pola kehidupan masyarakat yang memilki
keserasian fungsi. Integrasi sosial adalah proses penyesuaian unsur-unsur yang
berbeda dalam masyarakat sehingga menjadi satu kesatuan. Unsur-unsur yang
berbeda tersebur dapat meliputi ras, etnis, agama bahasa, kebiasaan, sistem nilai
dan lain sebagainya. Menurut Baton integrasi sebagai suatu pola hubungan yang
mengakui adanya perbedaan ras dalam masyarakat, tetapi tidak memberikan
fungsi penting pada perbedaan pada ras tersebut.
Integrasi memiliki 2 pengertian, yaitu Pengendalian terhadap konflik dan
penyimpangan sosial dalam suatu sistem sosial tertentu, Membuat suatu
keseluruhan dan menyatukan unsur-unsur tertentu Sedangkan yang disebut
integrasi sosial adalah jika yang dikendalikan, disatukan, atau dikaitkan satu sama
lain itu adalah unsur-unsur sosial atau kemasyarakatan.
Suatu integrasi sosial di perlukan agar masyarakat tidak bubar meskipun
menghadapi berbagai tantangan, baik merupa tantangan fisik maupun konflik
yang terjadi secara sosial budaya.
Definisi lain mengenai integrasi adalah suatu keadaan di mana kelompok-
kelompok etnik beradaptasi dan bersikap komformitas terhadap kebudayaan
mayoritas masyarakat, namun masih tetap mempertahankan kebudayaan mereka
masing-masing. (http://id.wikipedia.org/wiki/Integrasi_sosial 5 Januari 2014 jam
07 : 20)
2.7.Pengertian Budaya
Menurut Koenjaraningrat (1995 : 9 ), kata “kebudayaan” berasal dari kata
sansekerta yaitu buddahhayah, ialah bentuk jamak dari “budi” atau “akal”.
Demikian kebudayaan itu dapat diartikan’ hal-hal yang bersangkutaan dengan
budi dan akal. Lebih jelas lagi Konjaraningrat mendefinisikan kebudayaan sebagai
keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan dengan belajar,
beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu. Dalam upayanya
mendefinisikan kebudayaan, Koenjaraningrat memperlihatkan 3 wujud
kebudayaan dalam kehidupan masyarakat, yaitu :
1. Wujud kebudayaan sebagai suatu komplek dari ide-ide, nialai-nilai, norma-
norma,peraturan dan sebagainya.
2. Wujud kebudayaan sebagai suatu komplek aktivitas kelakuan berpola dari
manusia dalam masyarakat.
3. Wujud kebudayaan berupa benda-benda hasil karya manusia.
Wujud pertama, adalah wujud kebudayaan yang sifatnya abstrak, tak dapat
diraba atau digambar, sebab letaknya berada dalam kepala manusia. Artinya
wujud dari pikiran dari warga masyarakat dimana kebudayaan itu tumbuh. Wujud
kedua, kebudayaan sering disebut sebagai sistem sosial yang meliputi pola-pola
kelakuan manusia itu sendiri. Wujud ketiga, kebudayaan dapat disebut dengan
kebudayaan fisik,sebab secara secara keseluruhan merupakan benda sebagai hasil
aktifitas, perubahan-perubahan atau karya-karya manusia dalam masyarakat.
Herskovits dan Mlinowski juga mendefinisikan kebudayaan sebagai suatu
yang superorganik. Karena kebudayaan yang turun-temurun dari generasi ke
generasi tetap hidup terus atau berkesinambungan walaupun orang-orang yang
enjadi anggota masyarakat senantiasa silih berganti disebapka oleh irama
kematian dan kelahiran ( Syani 1995 : 59)
Walaupun setiap masyarakat memiliki kebudayaan yang berbeda-beda,
akan tetapi memiliki sifat yang sama dan berlaku umum.
Robin M. Wiliams memperinci sifat hakikat kebudayaan atas empat
bagian, yaitu :
1. Kebudayaan terwujud dan tersalurkan dari perikelakuan manusia.
2. Kebudayaan telah ada terlebih dahulu daripada lahirnya suatu generasi tertentu
dan dan tidak akan mati dengan habisnya usia generasi yang bersangkutan.
3. Kebudyaan diperlukan oleh manusia dan diwujudkan dalam tingkah lakunya.
4. Kebudayaan mencangkup aturan-aturan yang berisikan kewajiban-kewajiban,
tindakan-tinadakan yang diterima dan ditolak, tindakan-tindakan yang
dilarang dan tindakan-tindakan yang diizinkan.
2.8.Konsep Pembangunan Desa
2.8.1. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembangunan
Dalam setiap pembangunan dibutuhkan beberapa prasayarat agar
pembangunan dapat berhasil dengan baik. Passaribu dan Simanjutak
mengemukakan prasyarat itu sebagai berikut :
1. Faktor nomina yang primer antara lain sumber alam yang kaya tenaga kerja
massal, modal yang cukup.
2. Faktor sosial budaya,
Faktor sosial budaya merupakan hal yang tidak kalah penting dalam
mensukseskan pembangunan, hal ini semakin jelas dari pengalaman bahwa
pembangunan tidak berhasil, walaupun kekayaan ekonomis primer melimpah
ruah, karena kekayaan ekonomi primer tergantung kepada mentalitas, pola
tindakan manusia yang terlibat dalam proses pembangunan itu, sedang pola
tindakan ditentukan oleh kuantitas manusia, pola hubungan kemasyarakatan,
norma kebudayaan dengan kata lain mentalitas ditentukan faktor demografi
susunan kemasyarakatan, adat istiadat.
3. Faktor demografis
Faktor demografis pertumbuhan penduduk yang cepat melaju akan
menimbulakan revolusi terhadap kenaikan produksi pangan, pertambahan
penduduk tidak diimbangi dengan kenaikan produksi pangan sehingga akan
terjadi kemiskinan dan kemelaratan.
4. Struktur masyarakat
Struktur masyarakat ialah jaringan abstrak yang mengatur hubungan orang
dengan orang dalam kehidupan masyarakat dalam suatu sistem sosial. Selain
perumusan diatas juga ada yang mengatakan bahwa struktur sosial adalah
keseluruhan jalinan antara unsur sosial yang pokok antara lain norma sosial,
lembaga sosial, kelompok sosial, lapisan sosial. Sedang perumusan lain
mengatakan bahwa jaringan yang komplek dari relasi sosial yang aa secara
kongkrit dalam suatu masyarakat. Dari perumusan diatas dapat disimpulkan
bahwa struktur sosial aalah tempat individu dalam relasi sosialnya.
5. Faktor mental
Faktor mental berkaitan dengan sistem nilai budaya dan sikap. Oleh karena itu
membicarakan faktor mental berarti harus membicarakan sistem nilai dan
sikap.
6. Pendidikan
pembanguan menuntut perubahan sikap baik dalam lapangan konatip, konitip,
maupun psikomotoris. Hal ini hanya dapat diperolah malalui pendidikan,
keterampilan teknologi merupakan tuntutan pembangunan dan penyiapan
tenaga. Ini harus melalui pendidikan. Tidak ada pembangunan yang berhasil
tanpa melalui pendemokrasian dan peningkatan mutu pendidikan.
1. Dimensi-dimensi struktural kemiskinan
Ada dua kategori kemiskinan yaitu kemiskinan relative dan kemisikinan
mutlak. Sedangkan penyebab kemiskinan dikategorikan kedalam tiga yaitu
kemiskinan yang disebabkan handicap badaniah, mental, bencana alam,
buatan manusia.
2. Motivasi
Sering kita mendengar bahwa dalam sesuatu Negara pembanguanan tidak
berhasil, sedang dinegara lain berhasil. Dari penelitian ternyata bahwa hal itu
dapat disebabakan ketiadaan motif.
2.8.2. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Desa
Tujuan pemabungan pedesaan dibagi menjadi dua yaitu tujuan
pembangunan pedesaan jangka panjang dan jangka pendek. Raharjo ( 2006 : 18)
mengemukakan tuajuan pembanguan tersebut sebagai berikut :
1. Tujuan pembangunan jangka panjang adalah peningkatan kesejahteraan
masyarakat pedesaan secara langsung melalui kesemapatan kerja, kesempatan
berusaha dan pendapatan berdasarkan pendekatan bina lingkungan, bina
usaha, dan bina manusia dan secara tidak langsung adalah meletakkan dasar-
dasar yang kokoh bagi pembangunan nasional.
2. Tujuan pembangunan pedesaan jangka pendek adalah untuk mengingatkan
efektifitas dan efisiensi dalam kegiatan ekonomi dan pemanfaatan sumberdaya
alam.
3. Tujuan pembangunan pedesaan secara spasial adalah terciptanya kawasan
pedesaan yang mandiri, bewawasan lingkungan, selaras, serasi dan bersinerji
dengan kawasan-kawasan lain melalui pembangunan holistic dan
berkelanjutan untuk mewujudkan masyarakat ang damai, demokratis,
berkeadilan, berdaya saing, maju dan sejahtera.
Adapun sasaran pembangunan desa seperti yang di jelaskan oleh Raharjo (
2006 : 18) yakni terciptanya :
1. Peningkatan produksi dan produktivitas
2. Percepatan pertumbuhan desa
3. Peningkatan keterampilan dalam produksi dan pengembangan lapangan kerja
dan lapangan usaha produktif
4. Peningkatan prakarsa dan partisipasi masyarakat.
5. Perkuatan kelembagaan.
Kemudian Raharjo (2006 : 18) mengemukakan ruang lingkup
pengembangangan pedesaan yaitu :
1. Pembangunan saran dan prasarana pedesaan (meliputi pengairan, jaringan
jalan, lingkungan pemukiman, dan lainya).
2. Pemberdayaan masyarakat.
3. Pengelolaan sumberdaya alam ( SDA) dan sumberdaya Manusia (SDM)
4. Penciptaan lapangan kerja, kesempatan berusaha, peningkatan pendapatan,(
khususnya kawasan-kawasan miskin).
5. Penataan keterkaitan antar kawasan pedesaaan dengan kawasan perkotaan.
2.8.3. Prinsip-prinsip Pembangunan Desa
Kemudian Raharjo (2006 : 19) pembanguan pedesaan seharusnya
menerapkan prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Transparansi( Keterbukaan)
2. Partisipatif
3. Dapat dinikmati masyarakat
4. Dapat dipertanggung jawabkan (akuntabilitas)
5. berkelanjutan
Pembangunan pedesaan dilakukan dengan pendekatan secara multisektoral
(holistik), partisipatif, berlandaskan pada semangat kemandirian, bewawasan
lingkungan dan berkelanjutan serta melaksanakan pemanfaatan pembanguan
secara serasi dan selaras dan sinerjis sehingga tercapai optimalitas.
Kemudian Raharjo ( 2006 : 18) menambahkan prinsip pokok
pembangunan pedesaan yaitu :
1. kebijaksanaan dan langkah-langkah pembangunan disetiap desa mengacu
kepada pencapaian sasaran pembangunan berdasarkan triologi pembangunan.
Ketiga unsur tiologi pembangunan tersebut yaitu : pertama, pemerataan
pembanguan dan hasil-hasilnya. Kedua, pertumbuhan ekonomi yang cukup
tinggi. Ketiga, stabilitas yang sehat dan dinamis, diterapkan disetiap sector,
termasuk desa dan kota, disetiap wilayah dan antar wilayah saling terkait, serta
dikembangkan secara selaras dan terpadu.
2. Pembangunan desa dilaksanakan dengan prinsip-prinsip pembangunan yang
berkelanjutan. Penerapan prinsip pembanguan bekelanjutan mensyaratkan
kepada daerah lebih mengandalkan sumber-sumber alam yang terbaharui
sebagai sumber pertumbuhan. Disamping itu disetiap desa perlu
memanfaatkan SDM secara luas, memanfaatkan modal fisik, prasarana mesin-
mesin, dan peralatan efisien mungkin.
3. Meningkatkan efisiensi masyarakat melalui kebijaksanaan deregulasi,
debirokratisasi dan desentralisasi dengan sebaik-baiknya.
2.9. Asimilasi
Asimilasi adalah pembauran dua kebudayaan yang disertai dengan
hilangnya ciri khas kebudayaan asli sehingga membentuk kebudayaan baru. Suatu
asimilasi ditandai oleh usaha-usaha mengurangi perbedaan antara orang atau
kelompok. Untuk mengurangi perbedaan itu, asimilasi meliputi usaha-usaha
mempererat kesatuan tindakan, sikap, dan perasaan dengan memperhatikan
kepentingan serta tujuan bersama.
Hasil dari proses asimilasi yaitu semakin tipisnya batas perbedaan
antarindividu dalam suatu kelompok, atau bisa juga batas-batas antarkelompok.
Selanjutnya, individu melakukan identifikasi diri dengan kepentingan bersama.
Artinya, menyesuaikan kemauannya dengan kemauan kelompok. Demikian pula
antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain.
Asimilasi menurut Koentjara Ningrat (1996: 160) adalah suatu proses
sosial yang terjadi pada berbagai golongan manusia dengan latar belakang
kebudayaan yang berbeda setelah mereka bergaul secara insentif, sehingga sifat
khas dari unsur-unsur kebudayaan golongan-golongan itu masing-masing berubah
menjadi unsur kebudayaan campuran. ( http://id.wikipedia.org/wiki/Asimilasi_%
28sosial%29 5 januari 2014 jam 07 : 20)
Asimilasi dapat terbentuk apabila terdapat tiga persyaratan berikut:
Terdapat sejumlah kelompok yang memiliki kebudayaan berbeda
Terjadi pergaulan antarindividu atau kelompok secara intensif dan dalam
waktu yang relatif lama
Kebudayaan masing-masing kelompok tersebut saling berubah dan
menyesuaikan diri.