bab iv hasil penelitian dan...

22
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 4.1.1 Gambaran Singkat Desa Tanoyan Selatan Pada tahun 1944 sebagian tanaman ditumpas oleh pemerintah Jepang untuk ditanami kapas, padi dan jagung. Pada tahun 1945 pemerintah Jepang membuka pedukuhan yang diberinama “Tanoyan Nojo”. Setelah terbentuknya pedukuhan ini tokoh-tokoh masyarakat bermusyawarah untuk bermohon kepada pemerintah daerah Bolaang Mongodow agar pedukuhan ini dijadikan Desa otonom. Selanjutnya, Kepala desa (Sangadi) yang pernah memimpin Tanoyan Selatan hingga sekarang, diuraikan pada tabel berikut ini: Tabel 1.1 Nama–nama Sangadi Sesudah Berdirinya Tanoyan Selatan No Nama Sangadi Periode Keterangan 1 A.M Bakung 1996 – 2009 Definiitif 2 A.G Paputungan 2002 – 2005 Definitf 3 Drs. Rolly Lomamay 2005 – 2006 Pejabat PLH 4 Aleng Mokoginta 2007 – 2008 Pejabat PLH 5 Urip M Detu 2008 – s/d sekarang Definitif 4.1.2 Kondisi Geografis Desa Tanoyan Selatan Desa Tanoyan Selatan merupakan salah satu dari 14 desa (Kopandakan 2, Mopait, Tungoi 1, Tungoi 2, Tanoyan Utara, Bakan, Lolayan, Mopusi, Matali Baru, Mengkang, Tapa’ Aog, dan Abak yang ada diwilayan Lolayan Kabupaten Bolaang Mongondow. Desa ini 8 km kearah selatan dari ibukota Kecamatan Lolayan. Selanjutnya, iklim Tanoyan sebagaimana di desa-desa lain diwilayah Indonesia yang mempunyai iklim kemarau, penghujan dan pancaroba. Hal tersebut mempunyai pengaruh langsung terhadap pola tanam dan keadaan masyarakat di desa Tanoyan Selatan yang sebagian besar memiliki mata pencaharian sebagai penambang dan petani,

Upload: trannguyet

Post on 08-Apr-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1 Gambaran Singkat Desa Tanoyan Selatan

Pada tahun 1944 sebagian tanaman ditumpas oleh pemerintah Jepang untuk ditanami

kapas, padi dan jagung. Pada tahun 1945 pemerintah Jepang membuka pedukuhan yang

diberinama “Tanoyan Nojo”. Setelah terbentuknya pedukuhan ini tokoh-tokoh masyarakat

bermusyawarah untuk bermohon kepada pemerintah daerah Bolaang Mongodow agar pedukuhan

ini dijadikan Desa otonom. Selanjutnya, Kepala desa (Sangadi) yang pernah memimpin Tanoyan

Selatan hingga sekarang, diuraikan pada tabel berikut ini:

Tabel 1.1 Nama–nama Sangadi Sesudah Berdirinya Tanoyan Selatan

No Nama Sangadi Periode Keterangan 1 A.M Bakung 1996 – 2009 Definiitif 2 A.G Paputungan 2002 – 2005 Definitf 3 Drs. Rolly Lomamay 2005 – 2006 Pejabat PLH 4 Aleng Mokoginta 2007 – 2008 Pejabat PLH 5 Urip M Detu 2008 – s/d sekarang Definitif

4.1.2 Kondisi Geografis Desa Tanoyan Selatan

Desa Tanoyan Selatan merupakan salah satu dari 14 desa (Kopandakan 2, Mopait, Tungoi

1, Tungoi 2, Tanoyan Utara, Bakan, Lolayan, Mopusi, Matali Baru, Mengkang, Tapa’ Aog, dan

Abak yang ada diwilayan Lolayan Kabupaten Bolaang Mongondow. Desa ini 8 km kearah

selatan dari ibukota Kecamatan Lolayan. Selanjutnya, iklim Tanoyan sebagaimana di desa-desa

lain diwilayah Indonesia yang mempunyai iklim kemarau, penghujan dan pancaroba. Hal

tersebut mempunyai pengaruh langsung terhadap pola tanam dan keadaan masyarakat di desa

Tanoyan Selatan yang sebagian besar memiliki mata pencaharian sebagai penambang dan petani,

terutma dimusim kemarau banyak sawah yang hasil produksinya kurang bahkan cenderung tidak

digarap. Penggunaan tanah di Desa Tanoyan Selatan sebagian besar diperuntukan untuk lokasi

pertambangan Emas sedangkan sisanya merupakan kebun/ladang dan bangunan serta fasilitas-

fasilitas lainnya.

4.1.3 Keadaan Penduduk

Penduduk Desa Tanoyan Selatan terdiri dari 612 Kepala Keluarga dengan jumlah

penduduk secara keseluruhan adalah 2255 jiwa. Jumlah penduduk perempuan yakni 1079 orang

dan laki-laki berjumlah 1176 orang. Adapun jumlah wajib pilih desa Tanoyan Selatan berjumlah

1655 yang terdiri dari jumlah pemilih perempuan 727 orang dan jumlah pemilih laki-laki adalah

828 orang. Selanjutnya, sekitar 95% penduduk desa Tanoyan Selatan beragama Islam dan

sisanya non Islam.

4.1.4 Keadaan Perekonomian

Keadaan perekonmian di Desa Tanoyan Selatan masih di dominasi oleh sektor

pertambangan sedangkan sektor pertanian hanya menjadi sektor pendukung. Hal ini disebabkan

oleh karena sumber pendapatan sebagian besar masyarakat Tanoyan Selatan adalah pendapatan

yang berasal dari hasil tambang emas yang ada di desat tersebut. Selain itu, penerimaan desa

yang berasal pajak pertambangan disetorkan ke kas pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow

sebagai pihak yang mempunyai otoritas untuk mengatur dan mengelolah pajak daerah.

Selanjutnya, sumber penerimaan desa Tanoyan Selatan diuraikan pada tabe 1.2 berikut ini:

Tabel 1.2 Sumber Penerimaan Desa

No Sumber Penerimaan Desa

Tahun 2008 2009 2010

1 Pajak Rp. 9.022.883 Rp. 8.909.477 Rp. 8.882.202 2 Penerimaan lain Rp. Rp Rp

yan sah 3 DPDK/ADD Rp. 26.243.775 Rp. 27.200.000 Rp. 27.200.000 4 Program

Pemerintah Rp Rp Rp

Dari tabel tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa:

1. Penerimaan lain yang syah yaitu:

a. Donatur yaitu sumbangan spontan yang dihimpun pada saat pelaksanaan hajatan/pesta,

kotak amal keliling maupun sumbangan perorangan yang dikelolah oleh badan Ta,mirul

Mesjid (BTM)

b. Penerimaan dari Upah Pungut Pajak

c. Penerimaan dari Jasa Ketatausahaan Kantor Desa

d. Penerimaan Kesejahteraan Perangkat desa dari Masyarakat

2. DPD-K/ADD adalah dana pembangunan desa yang bersumber dari pemerintah kabupaten.

Besaran dana tiap tahun bisa berubah sesuai dengan kebijakan pemerintah. Berikut ini adalah

uraian ADD Tanoyan Selatan dalam kurun waktu 5 tahun.

Tabel 1.3 ADD Tanoyan Selatan

Sumber Penerimaan

Desa

Tahun

2009 2010 2011 2012 2013 ADD Rp. 27.200.000 Rp. 27.200.000 Rp. 27.200.000 Rp. 55.891.190 Rp. 50.232.056

3. Program pemerintah lainnya adalah program pemerintah yang ditujukan untuk peningkatan

kesejahteraan hidup masyarakat yang teradministrasi dalam tim pengelolah dan kelompok

masyarakat yang ada didesa Tanoyan Selatan.

4.1.5 Keadaan Pemerintahan

Keadaan pemerintahan Desa Tanoyan Selatan diuraikan sebagai berikut:

Tabel 1.4 Keadaan Pemerintahan Desa

No Uraian Keberadaan

Keterangan Ada Tidak

1 Pelayanan Kependudukan Ada 2 Pemakaman Ada 3 Perijinan Ada 4 Pasar Tradisional Tidak 5 Ketentraman dan Tribun Ada

Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa:

1). Pelayanan kependudukan dilaksanakan setiap hari jam kerja kadang kala ada juga penduduk

yang datang pada sore atau malam hari. Hal ini bisa dimaklumi karena mayoritas penduduk

adalah petani atau buruh tani sehingga kesibukan bekerja seharian.

2). Perijinan diantaranya adalah ijin keramaian dan ijin tinggal

3). Ijin keramaian diwajibkan bagi kegiatan yang bisa mendatangkan massa dalam jumlah

banyak. Misalnya hiburan rakyat. Ijin ini selain ke pemerintah Desa juga diteruskan ke

Polsek.

4). Ijin tinggal diberlakukan kepada warga asing yang bertamu lebih dari 24 jam atau menginap

terutama jika bukan keluarga dekat dengan warga setempat.

5). Pasar tradisional tidak ada, warga biasa membeli Bahan dapur kepada Ojek Motor Penjual

Sayur atau ke pasar yang ada di Tanoyan Utara.

6). Satuan Linmas memiliki Personel aktif dan siap sewaktu-waktu jika ada kegiatan yang

bersifat lokal atau skala kecil. Untuk pengamanan skala sedang dan besar linmas dibantu dari

POLSEK dan KORAMIL.

4.1.6 Struktur Organisasi Pemeerintah Desa

……

BPD Sangadi

Sekretaris Desa

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian

4.2.1 Keadaan Geografis Kecamatan Lolayan

Kecamatan Lolayan sejak dulu dikenal sebagai wilayah penghasil tanaman padi setelah

Dataran Dumoga, wilayahnya berbatasan dengan:

Sebelah Utara : Kota Kotamobagu dan Kecamatan Passi Barat

Sebelah Selatan: Kecamatan Pinolosian Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan

Sebelah Barat : Kecamatan Dumoga Timur

Sebelah Timur : Kecamatan Modayag Barat

Desa Tungoi yang menjadi Ibukota dari Kecamatan Lolayan dapat diakses dari Ibu Kota

Provinsi Sulawesi Utara (Kota Manado) dengan waktu tempuh - 4 Jam dan berjarak 188 Km.

Sementara bila di akses dari Kota Kotamobagu hanya berjarak 6 Km dengan waktu tempuh

sekitar 30 menit. Topografi Lolayan beragam mulai dari dataran landai sampai berombak ber-

bukit dengan ketinggian tempat 350 m dpl (meter diatas permukaan laut) yang diukur dari ibu

kota kecamatan.

Kadus I Kadus II Kadus III Kadus IV

Luas Kecamatan Lolayan keseluruhannya mencapai 29.700 Hektar atau 8,47 persen dari

Luas Kabupaten Bolaang Mongondow). Dimana hamparan sawahnya mencapai 3.356,5 hektar

(Hasil Sensus Potensi Desa, 2008). Di tahun 2010 Kecama-tan Lolayan memiliki 14 desa dan

semuanya telah berstatus definitif. Letak kecamatan ini yang berbatasan langsung dengan

wilayah Kota Kotamo-bagu maka, aktivitas ekonomi masyarakat terutama sektor perdagangan

banyak dila-kukan di wilayah Kota Kotamobagu.

Desa dengan luas terbesar adalah Desa adalah Desa Tungoi yaitu seluas 81,36 km2 atau

27,39 persen dari total luas Kecamatan sedangkan desa yang memiliki luas terkecil adalah Desa

Mengkang yaitu hanya seluas 5 km2 atau sebesar 1,68 per-sen dari total luas wilayah

Kecamatan.1

4.2.2 Potensi Sumber Daya Pertambangan Di Desa Tanoyan Selatan Kabupaten Bolaang

Mongondow

Daerah Tanoyan Selatan dan sekitarnya secara umum berupa pegunungan, perbukitan dan

dataran dengan ketinggian antara 190 – 625 m dpl, kemiringan lereng <60%. Morfologi ini

umumnya berkembang pada hulu sungai yang bermuara ke sungai utama, sungai-sungai yang

mengalir diantaranya S. Tanoyan Kiri, S. Tanoyan Tengah dan S. Amadayoan kesemuanya

sungai tersebut mengalir ke arah timur dan selatan. Proses geomorfologi yang dominan adalah

proses geologi muda/proses eksogen, seperti pelapukan, longsoran, erosi dan sedimentasi.

Batuan penyusun geomorfologi ini terdiri dari tufa dasitik, breksi, andesit dan diorit.

Tanoyan dan sekitarnya terdiri dari:

1. Satuan Tufa Dasitik, berwarna abu-abu kekuningan sebagian lapuk dengan warna

pelapukannya berwarna coklat kemerahan, berbutir sedang sampai kasar, menyudut tanggung

1 Profil Kecamatan Lolayan Tahun 2013

sampai membundar tanggung, terpilah buruk sampai sedang, bersusunan dasitan, diselingi

oleh lava bersusunan menengah sampai basa. Breksi, abu-abu muda kecoklatan fragmennya

terdiri dari tufa terkersikan, dasitik-andesitik tersemenkan oleh tufapasiran.

2. Satuan Batuan Gunung api, berwarna coklat muda sebagian keabuan lunak, kemas terbuka,

porositas buruk, berbutir sedang – kasar, batuan sama sekali tidak termineralisasi.

3. Batuan Terobosan, tersingkap berupa retas-retas atau cupola, terdiri dari diorit dan andesit.

4. Diorit berwarna abu-abu muda terang, bertekstur faneritik, berukuran butir menengah, pada

beberapa tempat terdapat biotit dominan sebagai mineral tambahan.

5. Andesit berwarna abu-abu, berbutir halus, tekstur porfiritik, mineral hornblenda, biotit,

piroksen, kuarsa dan feldspatoid.

Struktur geologi yang utama di daerah penyelidikan berupa sesar mendatar berarah N 250°

E, breksiasi sepanjang sungai Tanoyan kiri, adanya pembelahan arah sungai Tanoyan kiri secara

mendadak. Patahan ini terjadi pada satuan tufa dasitik, pada patahan ini muncul dioritik –

andesitik menerobos batuan tufa dasitik diikuti oleh larutan hidrotermal yang mengakibatkan

pemineralan pada batuan samping.

Gambar 1. Peta Geologi dan Lokasi daerah Tanoyan, Kec. Lolayan

Batuan andesit yang mengalami ubahan merupakan sistem vein tersendiri selain stockwork

vein kuarsa, terbagi dalam dua zona yaitu pelempungan dan pengayaan silika, ciri yang khas

zona adalah sebagai berikut; Argilitisasi/pelempungan berwarna putih kotor kehijauan, lunak

bersifat kaolinit mengandung markasit “whit gold pirit”. Pengayaan silika berwarna putih sampai

dengan coklat dengan bentuk vein prismatik mengisi fracture tufa dasit dan sebagian vein

prismatik ada yang menembus batuan ubahan. Gejala ubahan di daerah ini terjadi pada batuan

samping antara lain propilitisasi, khloritisasi, argilitisasi, seristisasi dan kaolinisasi yang

mempunyai warna putih – kotor dan juga warna kelabu kehijauan. Berdasarkan hasil analisis

PIMA, jenis mineral ubahan yang berkembang di daerah ini antara lain : halloysite, illite,

kaolinite, gipsum Hal ini menunjukkan adanya aktivitas larutan hidrothermal dari arah

kedalaman yang juga dicerminkan oleh adanya dike diorit – andesit piroksen di daerah ini.

Terobosan batuan andesit piroksen dan diorit ini diindetifikasikan sebagai heat source atau

sumber panas yang mengakibatkan terjadinya proses hidrotermal, dimana magma menerobos

batuan melalui celah-celah patahan atau rekahan yang pada kondisi temperatur dan tekanan

tertentu mengakibatkan terbentuknya zona ubahan pada batuan samping, sedangkan rekahan-

rekahan dan sesar berperan sebagai channel way dari sistem pembentukan mineralisasi ubahan

hidrotermal. Zona urat kuarsa (vainlets) dan zona urat kuarsa menjaring/silang siur (stockwork)

ditemukan pada beberapa lubang tambang mempunyai arah umum N 30-60°T, kemiringan 70°-

90°. Zona-zona urat umumnya ditemukan 6 (enam) blok daerah penambangan rakyat,

diantaranya:

1. Blok Jalur Tujuh (BT)

Ubahan argilit - argilit kaolinitisasi, Kadar bijih Urat: Mn 487 – 581 ppm, As 300 ppm, Pb sr

297 ppm, Zn 259 ppm, Cu 196 ppm, unsur Mo 20 ppm, Au. 2050 – 8740 ppb. Zona

mineralisasi : Cu, Pb, Zn, Mn, Au dan Mo. Paragenesa: Pirit,Kalkopirit, Malahkit, Oksida

Besi.

2. Blok Rape (RP),

Ubahan argilit-argilit kaolinitisasi, Kadar bijih Urat: As 30 - 6000 ppm, Mo 20 ppm, Mn

3372 ppm, Cu 645 ppm, Zn 244 ppm, Pb 185 ppm, Zona mineralisasi: Cu, Pb,Zn, Mn, Mo

dan Au. Paragenesa : Pirit (fragmen), Pirit (urat kuarsa) dan Oksida besi.

3. Blok Modopola (MDL)

Ubahan argilit-argilit kaolinitisasi,Kadar bijih Urat: Mn 793 – 1864 ppm, sedangkan unsur

Pb mempunyai nilai 59 ppm, unsur Zn 58 ppm, unsur As 18 ppm, Au 52 – 9550 ppb, Cu, Ag,

Sb dan Mo 10 ppm. Zona mineralisasi: Pb, Zn, Mn, As, Au. Paragenesa: Pirit (fragmen), Pirit

(urat) dan Oksida besi.

4. Blok Talong (TLN)

Ubahan Silisifikasi, argilit. Kadar bijih Urat : As 7200 ppm, Mn 3580 ppm, Zn 743 ppm, Pb

145 ppm, Cu 74 ppm, Sb 30 ppm, Mo, dan 12 ppm. Au 1890 - 12560 ppm. Zona

mineralisasi: Cu, pb, Zn, As dan Au. Paragenesa: Pirit (fragmen, Pirit (urat), Oksida besi.

5. Blok Sondana (SND)

Ubahan argilit, pilik. Kadar bijih Urat: Mn 161 – 217 ppm, Cu 83 ppm, As 65 ppm, Pb 39,

Mo 30, Zn 24, Sb 16 ppm, Ag 10 ppm, Au 1350 ppb. Zona mineralisasi : Cu, Pb, Zn, Sb, Mn,

Mo dan Au. Paragenesa: Pirit, Oksida besi.

6. Blok Lingkobong (LB)

Ubahan argilit, pilik. Kadar bijih Urat : Mn 739 – 1864 ppm, Pb 59 ppm, Zn 58 ppm, Cu 25

ppm, As 18 ppm, Au 9550 ppb. Zona mineralisasi : Cu, Pb, Zn, Mn, As dan Au. Paragenesa:

Pirit, Oksida besi.

Gambar 2. Peta Ubahan dan Mineralisasi daerah Tanoyan Selatan , Kec. Lolayan2

Sektor pertambangan dan energi di Kabupaten Bolaang Mongondow cukup berperan

penting dalam memasok pendapatan daerah/masyarakat ataupun pemberi lapangan kerja.

Berdasarkan pengembangan dan peningkatan yang telah dilakukan selama ini diidentifikasi

peran bahan galian mineral terutama (emas) secara regional sudah mulai terlihat dan

membutuhkan pengembangan lebih lanjut. Disadari bahwa pengembangan sumber daya mineral

memerlukan waktu lama, biaya, teknologi dan ketrampilan tinggi serta tergantung sekali pada

keadaan pasar luar negeri yang dewasa ini masih dilanda kelesuan ekonomi.

Kegiatan pertambangan emas di desa Tanoyan Selatan Kabupaten Bolaang Mongondow

telah berlangung sejak tahun 1986. Penambangannya dilakukan secara sederhana baik teknologi

maupun alat-alat yang digunakan, kegiatan ini dikerjakan oleh masyarakat setempat. Adapun

teknik pengerjaanya dilakukan dengan cara menggali lubang dengan menggunakan betel dan

linggis. Salah satu lokasi kegiatan pertambangan emas yang cukup berhasil terdapat di Desa

Tanoyan Selatan secara administratif termasuk wilayah Kecamatan Lolayan. Berdasarkan ijin

pertambangan dari pemerintah, daerah tersebut merupakan Wilayah Pertambangan Skala Kecil

(PSK). Luas areal WPR Tonayan Selatan ini sekitar 100 Ha. Potensi emas primer di daerah

tersebut sebesar 118.590 ton bijih dengan kadar 9,72 gram/ton.3

Potensi emas di Desa Tonayan Selatan belum diusahakan secara maksimal, karena

diperlukan biaya investasi yang cukup tinggi dan teknologi yang digunakan tidak dapat secara

sederhana. Sehingga uluran tangan dari pemerintah dalam menangani hal ini, terutama dari

2T. Apandi dan S. Bachri, Peta Geologi Lembar Kotamubagu Sulawesi, (Pusat Penelitian Dan Pengembangan

Geologi. Bandung, 1997) 3Hartono Lahar, Dkk, Laporan Hasil Kegiatan Evaluasi Sumber Daya Dan Cadangan Bahan Galian

Pertambangan Skala Kecil. Daerah Lembar Manado. Sulawesi Utara. (Direktorat Inventarisasi Sumber Daya

Mineral. Bandung 2004)

Pemerintah Daerah Kabupaten Bolaang Mongondow sangat diperlukan bila hendak

mengembangkan sektor pertambangan sebagai pendapatan asli daerah. Kebijakan pengembangan

usaha pertambangan telah menggariskan meningkatkan usaha inventarisasi kekayaan bahan

tambang melalui kegiatan ekplorasi secara terpadu, berama-sama dengan pelaku ekonomi baik

swasta nasional maupun swasta asing. Pengembangan usaha pertambangan merupakan langkah

untuk menyediakan kebutuhan bahan baku industri di dalam negeri, meningkatkan ekspor dan

penerimaan negara, mendukung pengembangan wilayah, memperluas kesempatan berusaha dan

lapangan kerja, meningkatkan mutu sumber daya manusia melalui penguasaan teknologi

pertambangan.

4.2.3 Dampak Sosial Pertambangan Rakyat Di Desa Tanoyan Selatan

Mayoritas penduduk Desa Tanoyan Selatan yang pada awalnya bergerak di sektor

pertanian kini mulai beralih meninggalkan sektor pertanian tersebut dengan menjadi pekerja di

sektor pertambangan Rakyat. Proses peralihan ini disebabkan oleh keadaan sektor pertanian yang

belum mampu menjamin kesejahteraan para petani. Sehingga untuk menjamin kesejahteraan

hidup, para pekerja sektor pertanian pun mengalihkan mata pencaharianya pada sektor

pertambangan. Dampak kehadiran Tambang Rakyat bagi masyarakat Desa Tanoyan Selatan

tidak hanya terlihat pada perubahan struktur mata pencaharian saja, melainkan juga pada aspek

sosial dan ekonomi yang meliputi tingkat pendapatan masyarakat, pelapisan sosial, kesempatan

kerja sektor pertanian dan non pertanian, serta tingkat konflik yang terjadi di masyarakat sebagai

akibat adanya perubahan kondisi lingkungan. Dimana, terjadinya kerusakan lingkungan yang

berdampak pada kesehatan masyarakat setempat merupakan faktor pemicu konflik antara

masyarakat yang berprofesi selain penambang dengan masyarakat penambang.

Berkaitan dengan hal tersebut, maka peneliti menggambarkan dampak sosial

Pertambangan Rakyat di Desa Tanoyan Selatan sebagai Berikut:

4.2.3.1 Kesempatan Kerja Bagi Masyarakat Tanoyan Selatan

Pada awalnya, mayoritas masyarakat Desa Tanoyan Selatan bergerak di sektor pertanian.

Sebelum adanya industri pertambangan, wilayah Desa Tanoyan Selatan dikelilingi oleh area

pegunungan. Di bawah pegunungan tersebut terdapat area persawahan yang dipergunakan oleh

masyarakat sebagai sumber utama pemenuhan kebutuhan hidup. Kesempatan kerja pertanian

terbuka luas karena lahan pertanian masih sangat luas. Pada kondisi sebelum ada pertambangan,

mayoritas masyarakat Tanoyan Selatan disetiap kategori lapisan sosial menyatakan bahwa

kesempatan kerja sektor pertanian paling banyak dibandingkan sektor pekerjaan lainnya. Hal ini

sesuai dengan sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Bapak Munas Dolot sebagai Tokoh

Masyarakat Tanoyan Selatan, beliau mengatakan bahwa:

“Sebelum ada tambang di Tanoyan selatan ini, torang pe karja cuma ba kobong serta ada juga yang ba sawah. Pada saat panen so mulai, torang rame-rame pigi dikobong. Kong torang pe hasil panen juga lumayan banya”.4 Maksud dari perkataan informan tersebut adalah sebagai berikut:

“Sebelum adanya tambang emas didesa mereka, mata pencaharian sebagian besar masyarakat setempat adalah petani, bahkan pada setiap panen tiba masyarakat selalu berbondong-bondong pergi ke lokasi perkebunan atau persawahan. Selain itu, komoditas hasil perkebunan maupun persawahan sangat melimpah”. Dari hasil wawancara tersebut di atas menunjukan, bahwa sebelum adanya kegiatan

pertambangan, masyarakat di desa Tanoyan Selatan menggantungkan hidupnya pada sektor

pertanian. Hal ini didukung oleh kondisi lahan pertanian yang masih subur sehingga hasil

pertanian yang diperoleh masyarakat setempat di rasa mampu menjamin kesejahteraan para

4Wawancara. Munas Dolot, 02 Juli 2013

petani tersebut. Dimana terjadi peningkatan komoditas hasil perkebunan maupun persawahan

pada saat belum adanya tambang emas di desa Tanoyan selatan.

Kondisi kesempatan kerja di sektor pertanian mengalami perubahan seiring dengan

banyaknya lahan pertanian yang dijual oleh masyarakat kepada pihak yang memiliki modal

usaha, sehingga para pemilik modal usaha secara langsung mengalih fungsikan lahan pertanian

menjadi lahan tambang emas bagi mereka. Hal ini dibuktikan oleh pernyataan dari Ketua BPD

Desa Tanoyan Selatan, belaiu mengatakan bahwa:

“Kalo disini, dulu itu sebagian besar torang disini cuma petani. Trus torang pe lahan pertanian juga masih luas. Kalo sekarang lahan so tinggal sempit kong petani so tinggal sadiki karena lahan so tidak ada. Jadi petani disini cuma yang punya lahan saja”.5 Maksudnya adalah sebagai berikut: “Kalau disini, dulu itu hampir semuanya jadi petani. Soalnya pada saat dulu masyarakatnya sebagian besar memiliki lahan pertanian. Kalau sekarang lahan pertanian sudah jadi berkurang, palingan yang jadi petani ya cuma yang punya lahan saja”. Berdasarkan data tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kehadiran industri

pertambangan di desa Tanoyan Selatan berdampak negatif pada luas lahan sektor pertanian yang

dimiliki warga setempat. Hal tersebut menjadi salah satu faktor penyebab menurunnya

kesempatan kerja sektor pertanian.

Kemudian kesempatan kerja non pertanian sangat sulit di jangkau. Usaha non pertanian

seperti membuka warung, membutuhkan biaya atau modal yang tidak sedikit. Selain itu, faktor

pendidikan yang rendah menjadikan masyarakat tidak memiliki keterampilan lain selain di

bidang pertanian. Akibatnya masyarakat tidak mampu bersaing dengan pihak lainnya untuk

bekerja di sektor non pertanian. Namun kondisi tersebut berubah setelah adanya kehadiran lokasi

pertambangan rakyat di Desa Tanoyan Selatan. Pertambangan Rakyat tersebut, mampu

5 Wawancara. Labot Mamonto, 02 juli 2013

memberikan kesempatan kerja baru bagi masyarakat setempat. Berkaitan dengan hal ini Sangadi

Desa Tanoyan Selatan mengungkapkan bahwa:

“Dengan adanya lokasi pertambangan rakyat di desa kami telah membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat setempat khususnya pada sektor non pertanian. Selanjutnya, kegiatan Pertambangan Rakyat ini juga banyak diminati oleh masyarakat sekitar maupun masyarakat pendatang dari berbagai daerah atau desa. Ini terlihat dengan semakin banyaknya pendatang dari berbagai wilayah yang datan untuk mengais rejeki di desa kami”.6 Berkaitan dengan hal tersebut di atas, Sekretaris Desa Tanoyan mengungkapkan bahwa:

“Selain memberikan kesempatan kerja, dampak positif kehadiran Pertambangan Rakyat juga dirasakan oleh para pedagang di sekitar pertambangan. Peningkatan ekonomi dirasakan oleh para pedagang setelah hadirnya lokasi pertambangan rakyat tersebut. Banyak para pekerja yang ketika beristirahat makan di warung milik pedagang, karena tidak sempat untuk pulang ke rumah”.7

Berdasarkan beberapa uraian tersebut di atas, maka dapat digambarkan bahwa kesempatan

kerja bagi masyarakat setempat sebelum adanya Tambang Rakyat masih banyak bergerak pada

sektor pertanian. Namun dengan kehadiran Tambang Rakyat tersebut, para petani sudah banyak yang

mengalihkan mata pencahariannya pada sektor tambang rakyat sehingga menyebabkan semakin

sedikitnya kesempatan kerja bagi sektor pertanian. Kondisi ini terjadi karena kesempatan kerja pada

sektor pertambangan lebih terbuka lebar dan penghasilannya lebih menjanjikan kesejahteraan

masyarakat desa Tanoyan Selatan.

Memang tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaan tambang emas di Tanoyan Selatan tidak

hanya berdampak positif terhadap peningkatan pendapatan masyarakat setempat. Namun hal ini juga

akan menimbulkan masalah baru bagi kelestarian lingkungan yang ada di sekitarnya. Dimana hasil

pengolahan tambang menyisakan limbah yang dapat mencemari sungai dan akan berpengaruh negatif

terhadap kesehatan masyarakat yang ada di lingkungan pertambangan tersebut.

6Wawancara. Urip Detu, 05 Juli 2013 7Wawancara. Sehan Yakub, 05 Juli 2013

4.2.3.2 Pendapatan Masyarakat Desa Tanoyan Selatan

Kesejahteraan masyarakat dapat dilihat dengan adanya peningkatan pendapatan perkapita

masyarakat. Sementara peningkatan pendapatan masyarakat sangat dipengaruhi oleh

ketersediaan lapangan pekerjaan dengan upah yang dapat menjamin kesejahteraan hidup

masyarakat tersebut. Keberadaan Tambang Rakyat bukan hanya mampu menyediakan

kesempatan kerja bagi masyarakat yang ingin bekerja pada sektor non pertanian, akan tetapi juga

mampu meningkatkan pendapatan bagi masyarakat sehingga dapat menjamin kesejahteraan

hidup. Menurut salah satu anggota masyarakat yang berprofesi “penambang” bahwa:

“Torang sebagai penambang sangat senang dengan adanya Tambang Emas di Tanoyan ini, soanya mo cari uang termasuk so gampang deng capat alias nyanda butuh waktu yang lama, trus depe penghasilan juga lumayan banyak dibanding dengan cuma mo pigi ba ambe gaji harian pa orang pe kobong, baru depe gaji juga cuma Rp.50.000 per hari. kalo di tambang lebe dari itu yang torang mo dapa”.8

artinya: “kami sebagi penambang sangat senang dengan adanya tambang emas di tanoyan ini, soalnya untuk mendapatkan uang sangat mudah dan cepat serta tidak membutuhkan waktu yang lama, kemudian pengahsilannya juga cukup lumayan dibandingkan dengan menjadi pekerja kebun yang di gaji Rp.50.000 per hari. Penghasilan tambang lebih besar dari upah buruh atau pekerja kebun”. Hal senada juga diungkapkan oleh anggota masyarakat lain, bahwa: “Kita lebe suka mancari ditambang daripada harus bakobong, soanya kalu ba kobong depe proses lumayan lama, kalu ditambang cuma dengan hitungan hari kita so ada hasil, makanya kita lebe suka jadi penambang ketimbang jadi petani”.9 Artinya:

8Wawancara. Zainal Ansik, 15 Juli 2013 9Wawancara. Alik Detu,15 Juli 2013

“Saya lebih suka mencari nafkah dilokasi tambang ketimbang harus bekerja di kebun atau bertani, soalnya bertani membutuhkan waktu yang lumayan lama, kalau di tambang hanya hitungan hari saya sudah ada hasil, makanya saya lebih sukan jadi penambang daripada jadi petani”.

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, maka dapat diketahui bahwa terlihat perbedaan

penghasilan antara para pekerja sektor pertanian dengan para pekerja tambang. Keberadaan

tambang rakyat di desa Tanoyan selatan dapat memberikan kontribusi positif terhadap

peningkatan pendapatan masyarakat yang berprofesi penambang yang ada di desa setempat.

Selanjutnya, perbedaan pendapatan buruh tani dan buruh tambang diuraikan pada tabel.1 berikut

ini:

Tabel. 1.5 Pendapatan Buruh Tani dan Buruh Tambang

No

Jenis Mata Pencaharian

Pendapatan rata-rata/hari

1 Buruh Tani Rp. 50.000 2 Buruh Tambang Rp. 200.000

Sumber Data: Kantor desa Tanoyan Selatan 2013

Berkaitan dengan hal ini Ketua LPM Desa Tanoyan menuturkan bahwa:

“sebagian masyarakat yang berprofesi penambang dengan yang punya lokasi tambang pa torang pe desa ini so boleh dikatakan banyak doi karena rata-rata dorang so ada oto dengan motor kong dorang pe rumah so bagus-bagus”.10 Artinya: “sebagain masyarakat yang berprofesi sebagai penambang dan pemilik lokasi pertambangan di desa Tanoyan Selatan sudah bisa dikatakan sejahtera (banyak uang) karena rata-rata mereka sudah memiliki kenderaan pribadi seperti mobil dan sepeda motor serta memiliki tempat tinggal (rumah) yang bagus atau nyaman ditempati”. Darl hasi wawancara tersebut diatas, dapat digambarkan bahwa profesi atau pekerjaan

sebagai penambang merupakan profesi yang dapat menjamin kelangsungan dan kesejahteraan

masyarakat yang ada di Desa Tanoyan. Hal ini terlihat dengan semakin meningkatnya jumlah

10Wawancara. Ismet Olii, 20 Juli 2013

kenderaan pribadi berupa mobil dan sepeda motor yang dimiliki oleh masyarakat berprofesi

penambang dan para pemilik lokasi pertambangan.

Secara faktual, kondisi tersebut di atas menunjukan proses pergeseran perubahan status

sosial di kalangan para pekerja sebelum dan setelah adanya kegiatan pertambangan di desa

Tanoyan Selatan Kabupaten Bolaang Mongondow. Dimana masyarakat setempat yang berprofesi

penambang atau para pemilik tambang yang sebelumnya berprofesi petani, saat ini sudah

memiliki status sosial yang lebih tinggi dari sebelumnya.

4.2.3.3 Kepemilikan Lahan Pertanian oleh Masyarakat Tanoyan Selatan

Pada umumnya masyarakat di Desa Tanoyan Selatan bekerja pada dua sektor sekaligus

yakni sebagai petani dan penambang atau pekerja tambang. Salah satu dampak negatif

keberadaan tambang emas adalah semakin sempitnya lahan pertanian yang dimiliki oleh

masyarakat desa Tanoyan Selatan. Dimana pada tahun 2013 luas lahan pertanian desa Tanoyan

Selatan berkisar 800.000 m2 atau 800 Ha, sedangkan luas lahan pertambangan adalah 100.000 m2

atau 100 Ha.11 Perluasan lokasi pertambangan di Desa Tanoyan Selatan merupakan faktor utama

yang menyebabkan berkurangnya lahan pertanian di desa tersebut. Menurut salah seorang

pemilik lokasi tambang emas bahwa:

“Sebagian besar kobong warga setempat torang so bekeng jadi lokasi tambang emas karena kondisi tanah-tanah itu juga banyak mengadung kadar emas yang cukup tinggi”.12 Artinya:

“Sebagian besar tanah perkebunan dijadikan lahan pertambangan oleh warga setempat karena tanah-tanah tersebut menyimpan kadar emas yang cukup tinggi”. Selanjutnya seorang Tokoh Masyarakat menambahkan bahawa:

11 Profil Desa Tanoyan Selatan Tahun 2013 12Wawancara. Suadi Dundo, 27 Juli 2013

“Karena para petani nda tau kalo dorang pe kobong itu ada emas, adakalanya dorang seenaknya ba jual kobong pa orang yang ada doi. Nanti so ta jual kong dorang so bekeng lokasi tambang, baru itu dorang mo manyasal”.13 Artinya: “Karena ketidaktahuan para petani mengenai kualitas lahan perkebunan yang mereka miliki sehingga mereka tanpa berpikir matang langsung menjual lahan tersebut kepada orang-orang yang memiliki modal uang. Setelah dijual dan dijadikan lokasi tambang emas oleh pemilik modal kemudian mereka menyesal”. Kemudian salah seorang anggota masyarakat Tanoyan Selatan menuturkan bahwa:

“Saya pernah menjual lahan perkebunan, kebetulan juga lahan itu terletak tidak jauh dari lokasi pertambangan warga. Saya menjualnya karena waktu itu saya lagi butuh biaya untuk menyekolahkan anak saya ke tingkat perguruan tiggi. Dan sekarang lahan tersebut telah berubah menjadi lokasi pertambangan”. 14 Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa pemanfaatan lahan pertanian untuk

dijadikan lokasi pertambangan warga disebabkan oleh ketidaktahuan pemilik lahan perkebunan

tentang kualitas lahan pertanian yang dimiliki oleh warga setempat. Ketidaktahuan pemilik lahan

akan kualitas lahan mereka sengaja di gunakan oleh para pemiliki modal untuk membeli lahan

milik petani dengan harga yang lumayan murah. Kondisi ini merupakan faktor yang

menyebabkan semakin sempitnya lahan pertanian yang dimiliki oleh masyarakat setempat.

Terjadinya proses alih fungsi lahan tersebut menyebabkan tingkat mobilitas masyarakat yang

bergerak pada sektor pertambangan lebih besar daripada masyarakat yang bergerak pada sektor

pertanian. Mobilitas masyarakat setempat yang semakin tinggi akan berpengaruh signifikan

terhadap perubahan struktur sosial masyarakat Tanoyan Selatan Kabupaten Bolaang

Mongondow.

4.2.3.4 Hubungan Antara Warga

13Wawancara. Isak Simbala, 27 Juli 2013 14Wawancara. Rajiun Leong, 04 Agustus 2013

Pada awalnnya hubungan antara sesama warga Tanoyan saat masih cukup baik. Ini terlihat

dengan masih eratnya kehidupan gotong royong dan saling membantu antar sesama warga

Tanoyan Selatan. Namun dengan adany kehadiran Tambang Emas kehidupan sosial masyarakat

Desa Tanoyan Selatan perlahan-lahan sudah mulai berubah. Hal ini terjadi karena semakin

meningkatnya tenaga kerja migran yang datang untuk mengais rejeki di desa tersebut. Menurut

Kepala Desa Tanoyan bahwa:

“Dari waktu ke waktu, para tenaga kerja yang datang untuk mengais rejeki di desa kami semakin meningkat. Mereka datang dari berbagai daerah dan mempunyai kebiasaan atau budaya daerah masing-masing sehingga hal ini berpengaruh kehidupan sosial masyarakat di desa ini terutama kehidupan para remaja di desa kami. Para remaja sekarang lebih suka berkumpul bersama penambang yang datang dari luar daerah tersebut dan lebih suka mengkonsumsi minuman beralkohol secara ramai-ramai. Bahkan jumlah warung yang menjual minuman beralkohol semakin bertambah karena rata-rata para pekerja yang datang dari luar senang mengkonsumsi minuman beralkohol. Tidak sedikit juga masyarakat yang mengeluhkan hal tersebut karena perilaku para remaja dapat mengancam ketertiban dan keamanan didesa ini”.15 Selanjutnya Sekretaris desa Tanoyan Selatan menambahkan, bahwa: “selama belum adanya tambang emas di desa kami, hubungan antara warga di desa kami masih terlihat baik-baik saja. Namun setelah hadirnya lokasi pertambangan di desa ini, sering gesekan-gesekan yang menjurus kepada perkelahian antar warga, apa terlebih perkelahian antara para remaja”.16 Hasil wawancara tersebut di atas dapat disimpulkan, bahwa parilaku para tenaga kerja

migran dapat mempengaruhi perilaku masyarakat yang ada dilingkungan pertambangan. Dimana

kebiasaan mengkonsumsi minuman beralkohol yang diperlihatkan oleh para tenaga kerja migran

akan memberikan dampak yang tidak baik bagi warga setempat terutama para remaja yang

berada disekitarnya. Karena dalam kurun waktu tertentu, remaja dilingkungan setempat akan

ikut-ikutan mingkonsumsi minuman beralkohol dengan para pekerja yang datang dari luar

daerah.

15Wawancara. Urip Detu, 04 agustus 2013 16Wawancara. Sehan Yakub, 04 Agustus 2013

Berkaitan dengan hal tersebut, seorang tenaga kerja migran juga menuturkan bahwa:

“Torang datang di desa ini for mancari uang buat keluarga yang ada dikampung, soanya tambang emas disini lumayan bagus, depe lokasi tambang dekat kong depe hasil emas juga lumayan banya. Torang so betah tinggal disini, soanya depe orang-orang disini bagus mo ba tamang akang, apalagi kalo so waktu pembagian uang hasil kongsi tambang, torang sama-sama ba minum dengan dorang disini sampe pagi”.17 Artinya: “Kami datang dengan tujuan untuk mencari nafkah buat keluarga kami yang ada dikampung, tambang emas disini lumayan bagus karena lokasi pertambangan sangat dekat dan hasil emasnya juga lumayan banya. Kami betah tinggal di desa ini karena warga setempat sangat baik diajak berteman, apalagi pada saat pembagian uang hasil kerja ditambang, setelah itu kami mengajak teman-teman disini untuk mengkonsumsi minuman beralkohol”. Dari hasil wawancara tersebut, maka dapat diketahui bahwa kebiasaan mengkonsumsi

minuman secara ramai-ramai yang diperlihatkan oleh penambang yang datang dari luar daerah

dengan masyarakat atau remaja di desa Tanoyan Selatan merupakan hasil dari transformasi

budaya, adat dan kebiasaan sehingga hal ini berpengaruh terhadap munculnya konflik diantara

masyarakat setempat dengan masyarakat pendatang. Kondisi ini memberikan dampak negatif

terhadap proses perubahan sosial yang terjadi terjadi ditengah-tengah masyarakat

Berkaitan dengan hal ini, Sekretaris Desa Tanoyan Selatan mengungkapkan bahwa:

“Di desa kami sering terjadi perkelahian para remaja, baik sesama remaja di desa ini maupun remaja dengan para penambang. Penyebab utama perkelahian tersebut di oleh minuman beralkohol serta tidak transparannya kepala Pekerja (Kongsi) dalam pembagian uang hasil kerja di tambang”.18 Berdasarkan uraian wawancara tersebut, dapat digambarkan bahwa keberadaan tambang

yang disertai dengan meningkatnya masyarakat pendatang dapat menyebabkan kurang

harmonisnya hubungan antar sesama warga setempat, baik sesama warga Tanoyan Selatan

maupun warga pendatang. Ditambah lagi kebiasaan buruk yang dibawah oleh masyarakat

17Wawancara. Werdi Yosep, 08 Agustus 2013 18Wawancara. Sehan Yakub, 08 Agustus 2013

pendatang yang menyebabkan pergeseran nilai sosial budaya bagi masyarakat setempat. Karena

“mau tidak mau” masyarakat setempat dengan sendirinya akan terpengaruh dan mengikuti

kebiasaan-kebiasaan buruk yang ditunjukan oleh masyarakat pendatang atau para pekerja migran

yang sudah lama berada di lingkungan tersebut. Jika hal ini terus dibiarkan maka dikhawatirkan

akan menimbulkan kesenjangan sosial yang akan menjurus kepada konflik horizontal yang lebih

besar lagi. Terjadinya kesenjangan sosial dan konflik horizontal dipengaruhi oleh beberapa

faktor yang salah satunya adalah gesekan yang terjadi akibat benturan berbagai budaya yang di

bawa oleh masyarakat pendatang dengan budaya yang dimiliki masyarakat setempat.