bab i pendahuluan a. konteks...
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN.
A. Konteks Penelitian
Salah satu peran penting pendidikan adalah menyiapkan sumber daya
manusia yang berkualitas sesuai dengan perubahan zaman agar tidak terjadi
kesenjangan antara realitas dan idealitas.
Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan
Nasional, antara lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kompetensi
guru,pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana prasarana pendidikan, dan
peningkatan mutu manajemen pendidikan.
Dari berbagai pengamatan dan analisa di antara faktor yang menyebabkan
mutu pendidikan tidak mengalami peningkatan secara merata yaitu peran serta
masyarakat khususnya orang tua siswa dalam penyelenggaraan pendidikan selama ini
masih belum maksimal.
Pada hal peran serta masyarakat merupakan amanat Undang-undang Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang diwujudkan dalam wadah
Komite sekolah;. Agar peran serta masyarakat tersebut dapat mendukung upaya
pemerintah dalam peningkatan mutu pendidikan, maka Komite Sekolah perlu
diberdayakan untuk melaksanakan peran dan fungsinya secara optimal.
Sekolah ditempatkan sebagai institusi pendidikan yang memiliki kewibawaan
dalam pengelolaan pendidikannya.
1
Untuk menentukan kebijaksanaan pendidikan sesuai visi, misi dan
kebutuhannya masing-masing, di lingkungan sekolah perlu dibentuk Komite Sekolah
yang berkewenangan untuk itu.
Adapun maksud dibentuknya Komite sekolah agar ada suatu organisasi
masyarakat sekolah yang mempunyai komitmen dan loyalitas serta peduli terhadap
peningkatan kualitas sekolah, sehingga diharapkan dengan keberadaan Komite
Sekolah, pihak sekolah dapat terbantu dalam upayanya meningkatkan sumber daya
peserta didik. Komite sekolah berfungsi adalah sebagai pemberi pertimbangan
dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan, sebagai lembaga pendukung dalam
penyelenggaraan pendidikan, sebagai pengawas, dan sebagai mediator antara
mayarakat dan pemerintah.
Keberadaan Komite Sekolah bertumpu pada landasan partisipasi masyarakat
dalam meningkatkan kualitas pelayanan dan hasil pendidikan di satuan pendidikan.
Diharapkan dengan adanya keterlibatan komite sekolah dalam penyelenggaraan
pendidikan, akan lebih meningkatkan efesiensi dan efektivitas proses
penyelenggaraan pendidikan di sekolah, serta dapat meningkatkan kualitas pelayanan
dan hasil satuan pendidikan. Oleh karena itu untuk lebih efektif dan efeisiennya
pelayanan dan peningkatan hasil pendidikan maka optimalisasi peran dan fungsi
Komite Sekolah sangat diharapkan. Namun fenmena yang ada sering fungsi dan
peranan komite masih belum diberdayakan secara optimal yang disebabkan paling
tidak oleh dua hal, yaitu adanya sekolah yang belum memandang komite sebagai
mitra kerja sehingga sering tidak difungsikan dengan baik, atau adanya komite yang
belum berpartisipai secara optimal karena tidak mengerti atau tidak mau tahu dengan
fungsi dan peranannya yang sangat besar dalam upaya efektifitas dan efesiensi
penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Muhammadiyah 02 Kecamatan
Tolangohula, Kabupaten Gorontalo sebagaimana juga lembaga pendidikan lainnya,
mempunyai tanggungjawab yang tidak ringan dalam upaya peningkatan sumber daya
manusia yang handal di masa depan.
Oleh sebab itu bila tidak mau ketinggalan dengan sekolah-sekolah yang lain
maka mau atau tidak, harus memberdayakan sumber daya yang ada, terutama
masyarakat dan lebih khusus lagi Komite Sekolah, sebagaimana diamanatkan dalam
Undfang-undang Nomorm 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nsional pasal
54 ayat (1 ) dan (2), dan pasal 56 ayat (1) dan (3) (Depag.RI, 2007:22)
Di SMP Muhammadiyah 2 Tolangohula, menurut pengamatan awal peneliti,
terkesan fungsi Komite Sekolah belum optimal. Hal ini terlihat pada hubungan antar
Komite Sekolah dan pihak sekolah masih terbatas pada pada rapat bersama penetapan
uang komite, Komite diundang menghadiri rapat penerimaan raport, adanya
kebersamaan dalam penyelenggaraan kegiatan hari-hari besar, baik nasional maupun
keagamaan, serta kebersamaan dalam penyediaan biaya pelaksanaan kegiatan
ekstrakurikuler oleh orang tua peserta didik seperti pada kegiatan Perkemahan
Pramuka, kegiatan PMR dan kegiatan ekstrakurikuler lainnya.
B. Fokus Masalah
Berdasarkan latar belakang pemikiran di atas, dirumuskan masalah pokok
yang menjadi fokus penelitian sebagai berikut :
1. Optimalisasi Fungsi Komite Sekolah sebagai pemberi pertimbangan dalam
pelaksanaan kebijakan pendidikan di SMP Muammadiyah 02 Kecamatan
Tolangohula Kabupaten Gorontalo
2. Optimalisasi Fungsi Komite Sekolah sebagai lembaga pendukung dalam
penyelenggaraan pendidikan di SMP Muammadiyah 02 Tolangohula Kabupaten
Gorontalo
3. Optimalisasi Fungsi Komite Sekolah sebagai lembaga pengontrol dalam
penyelenggaraan pendidikan di SMP Muammadiyah 02 Kecamatan Tolangohula
Kabupaten Gorontalo
4. Optimalisasi Fungsi Komite Sekolah sebagai sebagai mediator antara
pemerintah dan masyarakat di SMP Muammadiyah 02 Kecamatan Tolangohula
Kabupaten Gorontalo
C. Tujuan Penelitian..
Adapun yang menjadi tujuan penelitian adalah :
1. Untuk memperoleh informasi dan pengetahuan tentang optimalisasi fungsi
Komite Sekolah sebagai pemberi pertimbangan dalam pelaksanaan kebijakan
pendidikan di SMP Muhammadiyah 02 Kecamatan Tolangohula Kabupaten
Gorontalo
2. Untuk memperoleh informasi dan pengetahuan tentang optimalisasi fungsi
Komite Sekolah sebagai lembaga pendukung dalam penyelenggaraan pendidikan
di SMP Muhammadiyah 02 Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo dan
implikasinya terhadap kelancaran layanan pendidikan..
3. Untuk memperoleh informasi dan pengetahuan tentang Optimalisasi Fungsi
Komite Sekolah sebagai pengontrol dalam penyelenggaraan pendidikan di SMP
Muhammadiyah 02 Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo
4. Untuk memperoleh informasi tentang Optimalisasi Fungsi Komite Sekolah
sebagai sebagai mediator antara pemerintah dan masyarakat di SMP
Muhammadiyah 02 Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo
D. Manfaat Penelitian.
Adapun kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1). Bagi Komite Sekolah temuan penelitian ini diharapkan akan menjadi masukan
dan informatsi yang sifatnya ilmiah dalam rangka optimalisasi fungsi Komite
sekolah di SMP Muhammadiyah 02 Tolangohula Kabupaten Gorontalo pada
masa yang akan datang.
2). Bagi Sekolah hasil penelitian diharapkan menjadi bahan informasi yang sifatnya
ilimiah dalam rangka lebih mengoptimalkan fungsi dan kerja sama yang baik
dengan Komite Sekolah.
3). Bagi Peneliti hasil Penelitian ini diharapkan menjadi dasar dan bahan acuan untuk
penelitian selanjutnya,
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Peran Masyarakat Dalam Pendidikan
Masyarakat ingin memperoleh layanan pendidikan yang bermutu. Untuk dapat
memberikan layanan pendidikan yang berkualitas, sekolah harus dapat menjalin kerja
sama yang sinergis dengan keluarga dan masyarakat. Kerja sama sinergis itu untuk
menciptakan proses pengajaran dan pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan,
agar peserta didik menjadi manusia yang berpendidikan dan warga Negara yang
produktif. Untuk memberdayakan masyarakat dan meningkatkan peran sertanya
secara aktif dalam penyelenggaraan pendidikan dalam implementasi otonomi daerah.
Maka diperlukan wadah organisasi yang mandiri, yang dalam UU Nomor 25 tahun
2000, tentang program Pembangunan Nasional (Propenas) 2000-2004 dan Keputusan
Menteri Pendidikan Nasional No.044/U/2002 tentang Dewan Pendidikan dan Dewan
Sekolah disebut Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah. Organisasi ini merupakan
badan yang bersifat mandiri dan otonom menganut asas kebersamaan, tidak
mempunyai hubungan hirarkis dengan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota maupun
lembaga-lembaga lainnya. (Sagal, 2009: 251)
Dewan Pendidikan dan Komite sekolah merupakan organisai masyarakat
pendidikan yang mempunyai komitmen dan loyalitas serta peduli terhadap
peningkatan kualitas pendidikan di daerahnya. Organisasi Dewan pendidikan dan
Komite Sekolah bertujuan (1) mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa
masyarakat dalam melahirkan kebijakan dan program pendidikan; (2) meningkatkan
tanggung jawab dan peran serta aktif dari seluruh lapisan masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidkan; (3) menciptakan suasana dan kondisi transparan,
akuntabel, dan demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang
bermutu.
Sekolah bersama komite sekolah perlu menetapkan siapa stakeholders yang ada
di lingkungan wilayahnya dan mengidentifikasi apa saja yang mungkin dapat dibantu
oleh stakeholders untuk meningkatkan mutu layanan pendidikan di sekolah. Dalam
penetapan stakeholders yang akan dijaring informasinya, sangat penting untuk diingat
adanya berbagai kelompok di masyarakat seperti kelompok perempuan yang juga
memiliki kepentingan dengan dunia pendidikan dan sekolah misalnya PKK, yang
sering membantu pelaksanaan kegiatan siswa di sekolah dan sebagainya. Sekolah
bersama komite sekolah bisa membentuk kelompok kecil untuk mendatangi
stakeholders dan melakukan wawancara terstruktur dengan pokok bahasan mengenai
pandangan dan harapan mereka serta kebutuhan mereka mengenai sekolah di tingkat
sekolah.
Selain itu perlu dijelaskan pentingnya partisipasu masyarakat dalam dunia
pendidikan dengan merujuk pada UUSPN No. 20/2003. Setelah semua informasi
terkumpul dewan pendidikan dan komite sekolah melakukan perekapan dan
merapikan informasi dalam bentuk yang sistematis. Yang dijadikan bahan masukan
dalam perumusan rencana kebijakan sekolah.
B. Fungsi dan Tugas Komite Sekolah
Komite Sekolah dibentuk dengan berdasarkan Undang-undang Nomor 25
Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (PROPENAS).
(Masaong:2010:1). Komite Sekolah dibentuk di setiap satuan pendidikan atau
kelompok satuan pendidikan. Keberadaan Komite Sekolah ini telah diperkuat dari
aspek legal karena telah dicantumkan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 56 dan untuk memudahkan masyarakat
dalam membentuk baik Dewan Pendidian maupun Komite Sekolah Pemerintah
menerbitkan Kepmendiknas Nomor 004/U/2002 tanggal 2 April 2002 sebagai acuan.
(Depdiknas ;2006:3)
Adapun maksud dibentuknya Komite sekolah agar ada suatu organisasi
masyarakat sekolah yang mempunyai komitmen dan loyalitas serta peduli terhadap
peningkatan kualitas sekolah. Komite sekolah yang dikembangkan secara khas dan
berakar dari budaya, demografis, ekologis, nilai kesepakatan dan kepercayaan, yang
dibangun sesuai dengan potensi masyarakat setempat. Oleh karena itu Komite
Sekolah yang dibangun harus merupakan pengembang kekayaan filosofis masyarakat
secara kolektif. Artinya Komite Sekolah mengmbangkan konsep yang berorientasi
kepada pengguna, berbagi kewenangan dan kemitraan yang difokuskan pada
peningkatan mutu pelayanan pendidikan.
Tujuan utama dibentuknya Komite Sekolah adalah :
1) Mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam
melahirkan kebijakan oprasional dan program pendidikan di satuan
pendidikan,
2) Meningkatkan tanggungjawab dan peranserta masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan, 3) Menciptakan Susana
dan kondisi transparan, akuntabel, dan demokratis dalam penyelenggaraan dan
pelayanan pendidikan yang bermutu di satuan pendidikan.
Keberadaan Komite Sekolah bertumpu pada landasan partisipasi masyarakat
dalam meningkatkan kualitas pelayanan dan hasil pendidikan din satuan pendidikan.
Oleh karena itu pembentukan Komite Sekolah harus memperhatikan pembagian
peran sesuai posisi dan otonomi yang ada.
Adapun peran atau tugas utama Komite Sekolah adalah : 1) Sebagai lembaga
pemberi pertimbangan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan di
satuan pendidikan, 2) Sebagai lembaga pendukung baik yang berwujud financial,
pemikiran maupun tenaga penyelenggara pendidikan di satuan pendidikan, 3) Sebagai
lembaga pengontrol dalam rangka transparansi, dan akuntabilitasn penyelenggaraan
pendidikan di satuan pendidikan., 4) Sebagai lembaga mediator antara pemerintah
dan masyarakat di satuan pendidikan. (Depdiknas:2006:4)
Sementara itu menjalankan peran yang terlah disebutkan Komite sekolah
memiliki fungsi sebagai berikut:
1) Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap
penyelenggaraan pendidikan yang bermutu,
2) Melakukan kerja sama dengan masyarakat (perorangan/organisasi/dunia usaha
dan dunia industri (DUDI) dan pemerintah berkenaan dengan penyelenggaraan
pendidikan yang bermutu.
3) Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan dan berbagai kebutuhan
pendidikan yang diajukan oleh masyarakat,
4) Memberi masukan, pertimbangan dan rekomendasi kepada satuan pendidikan
mengenai :
a. Kebijakan dan program pendidikan
b. Rencana Anggaran Pendidikan dan Belanja Sekolah (RAPBS)
c. Kriteria kinerja satuan pendidikan
d. Kriteria tenaga kependidikan
e. Kriteria fasilitas pendidikan
f. Hal-hal lain yang berkaitan dengan pendidikan.
5) Mendorong orang tua siswa dan masyarakat untuk berpartisipasi dalam
pendidikan guna mendukung peningkatan mutu pendidikan dan pemerataan
pendidikan
6) Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program,
penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.
C. Perangkat Organisasi Komite Sekolah
Perangkat Organisasi Komite Sekolah minimal yang harus ada, yang
memungkinkan berjalannya roda organisasi Komite Sekolah adalah; (1) Personel
Komite Sekolah, (2) Struktur Organisasi disertai job description setiap personel dan
(3) tata hubungan antar personel, (4) Panduan Organisasi berupa AD/ART, dan (4)
fasilitas penunjang berupa Kantor Sekretariat dan tenaga Administrasi
(Depdiknas:2006:6). Kepengurusan Komite Sekolah yang terdiri atas personel yang
dibentuk berdasarkan ketentuan yang ada dibentuk menjadi sebuah organisasi yang
paling tidak terdiri atas Ketua, Sekretaris, Bendahara dan Anggota. Dalam keadaan
Struktur Organisasi Komite dengan kegiatan lebih kompleks, struktur Organisasi
dapat lebih diperluas dengan beberapa Ketua Bidang, dan beberapa Seksi. Guna
menjalankan roda organisasi Komite Sekolah perlu dibuat job descriptrion bagi setiap
personel pada setiap jabatan yang diembannya, sehingga tidak perlu terjadi tumpang
tindih pelaksanaan tugas. AD/ART merupakan salah satu perangkat organisasi yang
penting. Dalam AD/ART diatur mengenai; Dasar, Tujuan, dan kegiatan dari Komite
Sekolah, Ketentuan keanggotaan dan kepengurusan, hak dan kewajiban anggota dan
pengurus, ketentuan tentang pengelolaan keuangan, mekanisme pengambilan
keputusan, perubahan Panduan OPrganisasi atau SAD/ART, dan pembubaran
organisasi. Organisasi Komite Sekolah agar dapat berjalan dengan mulus harus
didukung oleh fasilitas peninjang. Fasilitas penunjang sebuah Komite Sekolah yng
paling sederhana, terdiri dasri, meja Ketua, baik di rumah sang ketua, di sebuah
sekolah, atau bahkan di8 sebuah kantor khusus Sekolah yang memiliki fasilitasruang-
ruang kerja pengurus, ruang rapat fasilitas administrasi dan karyawan. Komite
sekolah yang efektif dapat memutar roda organisasi dengan dimulai dari hal-hal yang
sederhana yang disebut konsolidasi seperti penyamaan visi, membangun Tim yang
efektif, serta mengembangkan kreativitas. Agar organisasi berjalan dengan baik,
maka semua anggota pengurus memiliki visi dan misi yang sama. Selanjutnya
organisasi dapat berjalan baik apabila terjadi kebersamaan di dalam tim kerja yang
efektif. Terakhir organisasi akan berjalan lebih cepat, efektif, dan efisien apabila
organisasi tersebut diurus oleh orang-orang yang penuh kreatifitas, berupa orang-
orang yang selalu bertanya tentang masalah, berfikir untuk menemukan solusi untuk
memecahkan masalah, memiliki gagasan-gagasan baru yang tak terpikirkan oleh
orang lain. Organisasi yang b aik adalah organisasi yang mendukung perkembangan
kreatifitas.
D. Memberdayakan Orang Tua Peserta Didik.
Salah satu unsur penting dalam implementasi MBS adalah tingkat
partisipasi orang tua siswa dalam penyelenggaraan pendidikan. Selama beberapa
dekade pendidikan yang dilaksanakan dengan sistem sentralis, telah mengakibatkan
peran orang tua siswa sangat rendah. Hal ini didukung oleh penelitian Balitbang
Diknas RI yang menyimpulkan bahwa berdasarkan penilaian guru, tingkat partisipasi
orang tua peserta didik dalam mendukung penyelenggaraan pendidikan di sekolah
masih rendah, yaitu rata-rata hanya 57,10 % (dalam Masaong, 2010:161). Partisipasi
orang tua siswa peserta didik yang masih rendah dalam mendukung
penyelenggaraan pendidikan sekolah, ialah dalam hal penentuan kebijakan program
sekolah dan mengawasinya, pertemuan rutin, kegiatan ekstrakurikuler dan
pengembangan iklim sekolah. Partisipasi orang tua peserta didik yang tinggi masih
terbatas dalam mengawasi mutu sekolah, pertemuan Komite sekolah, pembayaran
dan bentuk uang Komite per tahun dan sumbangan uang gedung untuk peserta didik
yang baru. Komunikasi orang tua peserta didik dengan sekolah hanya terjadi dua
kali dalam setahun yaitu saat penerimaan raport dan penaikan kelas. Demikian pula
informasi yang disampaikan sangat minim yaitu biasanya terjadi melalui
pemberitahuan perubahan besaran iuran SPP, uang komite, dan pemberitahuan
tunggakan yang harus dibayar. Di era ototnomi pendidikan dengan pendekatan MBS
peran Kepala Sekolah dan staf harus mengambil inisiatif untuk memaksimalkan
pemberdayaan orang tua peserta didik dalam mendukung implementasi MBS di
sekolahnya. Cara yang dapat diperoleh adalah dengan membentuk Dewan
Pendidikan, Komite Sekolah, Persatuan Guru dan Orang Tua Peserta didik, atau nama
lain yang sehaluan. Shields (dalam Masaong,2010:161) menyatakan bahwa reformasi
pendidikan harus sampai pada hubungan antara sekolah dengan orang tua peserta
didik dengan cara melibatkan secara aktif dalam kegiatan-kegiatan sekolah, baik yang
terkait langsung dengan kegiatan pembelajaran maupun pengembangan sarana serta
penciptaan iklim dan budaya sekolah yang kondusif. Cheng (dalam
Masaong,2010:162) juga mengemukakan bahwa peran para orang tua peserta didik
dalam MBS adalah menerima pelayanan yang berkualitas melalui peserta didik yang
menerima pendidikan sesuai yang dibutuhkan. Peran orang tua peserta didik, adalah
sebagai partner dan pendukung penyelenggaraan pendidikan di sekolah.. Mereka
dapat berpartisipasi dalam proses sekolah, mendidik peserta didik secara koopratif,
berusaha membantu perkembangan yang sehat kepada sekolah dengan memberi
sumbangan sumberdaya dan informasi, mendukung dan melindungi sekolah pada saat
mengalami kesulitan dan krisis.
Dark (dalam Masaong,2010:162)mengemukakan bahwa terdapat dua jenis
pendekatan untuk mengajak orang tua peserta didik dan masyarakat berperan dan
berpartisipasi aktif dalam pendidikan, yaitu; Pertama, pendekatan school-based,
dengan cara mengajak orang tua peserta didik datang ke sekolah melalui pertemuan-
pertemuan, konferensi, diskusi, dan mengunjungi anaknya yang sedang belajar di
sekolah. Kedua, pendekatan home-based, yaitu orang tua peserta didik membantu
anaknya belajar di rumah bersama-sama dengan guru yang berkunjung ke rumah.
Keuntungannya adalah menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik dan
meningkatkan hubungan baik antara orang tua dan anak.
Keikut sertaan orang tua dalam pendidikan memiliki banyak keuntungan,
sebagaimana dikemukakan Rhoda (dalam Masaong,2010:162) yaitu; Pertama,
pencapaian tujuan akademik dan perkembangan kognitif peserta didik dapat
berkembang secara signifikan. Kedua, orang tua peserta didik dapat mengetahui
perkembangan anaknya dalam proses pendidikan di sekolah. Ketiga, orang tua
peserta didik akan menjadi guru yang baik di rumah dan bisa menerapkan formula-
formula positif untuk pendidikan anaknya. Keempat,orang akan memilki sikap dan
pandangan positif terhadap sekolah.
Salah satu peran paling penting dan efektif dari orang tua siswa adalah
menyediakan lingkungan belajar yang kondusif, sehingga peserta didik dapat belajar
tenang dan menyenangkan. Beberapa hal yang dapat disarankan kepada sekolah dan
terhadap orang tua peserta didik untuk membentuk lingkungan belajar yang kondusif
di rumah antara lain:
a. Menciptakan budaya belajar di rumah pada jam-jam belajar, orang tua
sebaiknya ikut belajar.
b. Memprioritaskan tugas yang terkait langsung dengan pembelajaran di sekolah.
Artinya apabila banhyak kegiatan yang harus dilakukan anak, maka haruslah
diutamakan kegiatan yang terkait dengan tugas pembelajaran.
c. Mendorong anak untuk aktif dalam berbagai kegiatan dan organisasi sekolah,
baik bersifat kurikuler maupun ekstrakurikuler.
d. Memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan gagasan, ide, dan
berbagai aktifitas yang menunjang kegiatan belajar.
e. Menciptakan situasi yang demokratis di rumah agar terjadi tukar pendapat dan
pikiran sebagai saran belajar dan membelajarkan.
f. Memahami apa yang telah, sedang dan akan dilakukan oleh sekolah dalam
mengembangkan potensi anaknya.
g. Menyediakan sarana belajar yang memadai sesuai dengan kemampuan orang
tua dan kebutuhan sekolah.
Mengingat bahwa salah satu kunci sukses menggalang partisipasi orang tua
siswa adalah menjalin hubungan yang harmonis, maka perlu diprogramkan beberapa
hal sebagai berikut:
a. Melibatkan orang tua siswa secara proporsional, dan professional dalam
mengembangkan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program sekolah.
b. Menjalin komunikasi secara intensif
c. Mengadakan pembagian tugas dan tanggungjawab antara sekolah dan orang tua
siswa dalam pembinaan pribadi peserta didik, melalui: 1) melibatkan orang tua
siswa dalam berbagai program dan kegiatan di sekolah yang bersifat sosial
kemasyarakatan, seperti bakti sosial, perpisahan baik guru atau siswa kelas
terakhir, peringatan hari-hari besar baik nasional maupun keagamaan, dan
pentas seni, yang pelibatannya disesuaikan dengan hobi, kemampuan, dan
pekerjaan mereka dengan program dan kegiatan yang akan dilakukan sekolah,
2) melibatkan orang tua peserta didik dalam berbagai pengambilan keputusan,
agar mereka merasa bertanggung jawab untuk melaksanakannya, 3) mendorong
guru untuk mendayagunakan orang tua peserta didik sebagi sumber belajar dan
menunjang keberhasilan belajar peserta didik.
Untuk merealisasikan program di atas dan mendorong partisipasi orang tua
peserta didik dalam kegiatan sekolah, kepala sekolah seharunya melakukan hal-hala
sebagai berikut :
a. Mengidentifikasi kebutuhan sekolah dan partisipasi orang tua peserta didik
dalam program sekolah, yang dalam mengidentifikasi hal-hal tersebut
melibatkan guru, tenaga kependidikan, dan wakil komite sekolah.
b. Menyusun tugas-tugas yang dapat dilakuka bersama antara sekolah dan orang
tua siswa.
c. Membantu guru mengembangkan program pelibatan orang tua dalam
aktivitas sekolah.
d. Mengkomfirmasikan secara luas program sekolah, dan membuka peluang bagi
orang tua siswa untuk melibatkan diri dalam program tersebut.
e. Mengundang dan meminta orang tua peserta didik, menjadi relawan dalam
berbagai aktifitas sekolah.
f. Member penghargaan secara proporsional terhadap keterlibatan orang tua
peserta didk dalam berbagai kegiatan sekolah.
E. Pemberdayaan masyarakat melalui Komite Sekolah.
Di dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, pasal 54, dikemukakan; (1) peran serta masyarakat dalam pendidikan
meliputi peran serta perorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi, pengusaha,
dan organisasi kemsyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu dan
pelayanan pendidikan, (2) masyarakat dapat berperan serta sebagai sumber,
pelaksana, dan pengguna hasil pendidikan (Depag RI, 2007:22).
Secara lebih khusus lagi pada pasal 56, disebutkan bahwa di masyarakat
terdapat dewan pendidikan dan komite sekolah/madrasah, yang berperan sebagai
berikut; (1) masyarakat berperan dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan yang
meliputi perencanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan melalui dean
pendidikan dan komite sekolah/madrasah, (2) dewan pendidikan sebagai lembaga
mandiri dibentuk dan berperan dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan
dengan memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana, dan prasaran
serta pengawasan pendidikan di tingkat nasional, propinsi dcan daerah
kabupaten/kota yang tidak mempunyai hubungan hierarkis, (3) komite sekolah
sebagai lembaga mandiri dibentuk dan berperan dalam peningkatan mutu pelayanan
dan memberikan pertimbangan, arahan, dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana
serta pengawasan pendidikan pada tungkat satuan pendidikan. (Depag RI, 2007:22).
Tindak lanjut dari Undang-undang tersebut, Menteri Pendidikan Nasional
mengeluarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044/U/2002.(dalam
Masaong, 2010:165). Berdasarkan Keputusan Mendiknas tersebut Komite Sekolah
merupakan sebuah badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam
rangka meningkatkan mutu, penentuan, dan efisiensi pengelolaan pendidikandi satuan
pendidikan baik pada pendidikan pra sekolah, jalur pendidikan sekolah maupun jalur
pendidikan luar sekolah. Untuk penamaan badan disesuaikan dengan kondisi dan
kebutuhan daerah masing-masing satuan pendidikan, seperti Komite Sekolah,
Majelis Madrasah, atau nama lain yang disepakati bersama. Komite sekolah yang
berkedudukan di setiap satuan pendidikan merupakan badan mandiri yang tidak
memiliki hubungan hierarki dengan lembaga pemerintahan. Komite sekolah dapat
terdiri dari satuan pendidikan atau beberapa satuan pendidikan dalam jenjang yang
sama atau beberapa satuan pendidikan yang berbeda jenjang tetapi berada pada
lokasi yang berdekatan, atau satuan pendidikan yang dikelola oleh suatu
penyelenggara pendidikan, atau karena petimbanagn lain.
Adapun tujuan dibentuknya Komite Sekolah yaitu; (1) mewadahi dan
menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam melahirkan kebijakan
oprasional dan program pendidikan di satuan pendidikan, (2) meningkatkan tanggung
jawab dan peran masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan, dan (3)
menviptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel, dan demokratis dalam
penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu di satuan
pendidikan.(Masaong,2010:165)
F. Pemberdayaan Komite Sekolah
Peran serta masyarakat melalui Komite Sekolah memiliki posisi yang
amat srategis dalam mengembangkan tanggung jawab masyarakat. Iklim demokratis
dalam pengelolaan sekolah dicerminkan dalam peran serta masyarakat dalam hal-hal
berikut; (a) membangun sikap kepemilikan sekolah, (b) merumuskan kebijakan
sekolah, (c) membangun kesadaran mutu, (d) perhatian terhadap kehidupan ademik
sekolah, dan (e) membangun tatakerja kelembagaan sekolah (Masaong, 2010:168).
Kelima hal tersebut menurut Masaong diuraikan sebagai berikut :
1. Merumuskan Kebijakan Sekolah
Dalam konteks pembangunan daerah pendidikan seharusnya mampu
memberikan respon yang tepat terhadap tuntutan pembangunan dan aspirasi
masyarakat yang dilayaninya. Artrinya bahwa perumusan kebijakan dan pembuatan
keputusan pendidikan hendaknya memperhatikan aspirasi yang berkembang di
wilayah itu. Ini berarti bahwa penyelenggaraan pendidikan di sekolah, pihak-pihak
yang berkepentingan dengan sekolah itu, seperti orang tua dan masyarakat setempat
sepatunya memiliki akses terhadap perencanaan kebijakan dan pembuatan keputusan
untuk kepentingan memajukan sekolah.
2. Membangun Sikap Kepemilikan Sekolah
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan gagasan yang menempatkan
kewenangan pengelolaan sekolah dalam satu keutuhan otoritas sistem. Di dalamnya
terkandung desentralisasi kewenangan yang diberikan kepada sekolah untuk
membuat keputusdan. Sebagai institusi sosial maka makna kewenangan pengambilan
keputusan hendaknya dilihat dalam persfektif peran sekolah yang sesungguhnya,
yaitu melayani anak didik agar mereka beroleh layanan belajar yang sebaik-baiknya.
Dalam upaya m,emenuhi layanan belajar yang memuaskan maka aspirasi masyarakat
melalui komite sekolah didokumentasikan dfalam berbagai kepentingan yang
ditujukan pada peningkatan kinerja sekolah, antara lain direfleksikan pada rumusan
visi, misi dan tujuan serta program-program prioritas sekolah. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa penyelenggaraan manajemen berbasis sekolah dengan
kewenangan komite sekolahnya bnerada dalam kerangka system pendidikan nasional.
3. Membangun Kesadaran Mutu
Aspek penting dari peran masyarakat melalui komite sekolah adalah
berkaitran dengan membangun sikap sadar mutu pendidikan pada masyarakat. Di
lingkungan sistem pendidikan tuntutan akan jaminan mutu adalah merupakan suatu
kewajaran dan keharusan, karena penyelenggaran pendidikan yang bermutu
merupakan bagian dari akuntabilitas publik. Setiap komponen pihak-pihak yang
berkepentingan terhadap pendidikan, baik orang tua, masyarakat, dunia kerja dan
pemerintah dalam peranan dan kapasitasnya masing-masing memilikikepentingan
terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.
4. Perhatian baru terhadap Kehidupan Akademik Sekolah.
Melalui Komite Sekolah masyarakat diajak untuk ikut menaruh perhatian
terhadap aspek akademik kehidupan sekolah, tidak hanya terbatas pada hal-hal yang
berkaitan dengan aspek kebutuhan finansial saja.
5. Membangun Tata Kerja Kelembagaan Sekolah
Peran serta masyarakat terhadap dalam pengembangan sekolah melalui komite
sekolah, harus diarahkan pada penciptaan budaya kelembagaan baru dalam
pengelolaan sekolah. Hal yang dimaksud meliputi: (a) Komite Sekolah merupakan
partner sekolah yang secara bersama-sama mengupayakan kemajuan bagi sekolah.
Program-program akademik yasng ditujukan bagi kepentingan paserta didik harus
mendapatkan dukungan dari Komite, sekolah sehingga program tersebut bias
dilaksanakan dengan ketersediaan biaya yang diperlukan, .(b)
Pengembangan Perencanaan Strategis sekolah yang menggambarkan arah
pengembangan sekolah dilakukan bersama komite sekolah, (c) Perencanaan
tahunan dirumuskan bersama Komite Sekolah, (d) Melakukan monitoring
internaldan ervaluasi diri yang dilakukan secara regular serta melaporkan dan
mambahas hasilnya berssama komite sekolah. (e) Manajemen laporan tahunan
sekokah yang menggambarkan pelaksanaan perencanaan tahunan sekolah dibahas
dalam forum dan harus mendapatkan penerimaan Komite Sekolah, (f) Melakukan
review sekolah yang hasilnya dijadikan bahan berharga untuk dikaji secara terbuka
dan professional bersama komite sekolah, (g) Melakukan survey pendapat, (h)
Menyelenggarakan “hari terbuka”bagi orang tua dan masyarakat sehingga mereka
memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai kehidupan internal sekolah, dan (i)
Memantau kinerja sekolah.
Di dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, pasal 54 dikemukakan: (1) peran serta masyarakat dalam pendidikan
meliputi peran setrta perseorangan, kelompok, keluarga, orgamisasi profesi,
pengusaka dan organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian
mutu pelayanan pendidikan; (2) masyarakat dapat berperan serta sebagai sumber,
pelaksanan dan pengguna hasil pendidikan. (Depag RI, 2007:22)
Secara lebih khusus lagi dalam pasal 56 disebutkan bahwa (1) masyarakat
berperan dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan yang meliputi perencanaan,
pengawasan, dan evaluasi program pendidikanmelaui dewan pendidikan dan komite
sekolah/madrasah. (3) komite sekolah/madrasah sebagai lembaga mandiri, dibentuk
dan berperan dalam peningkatan mutu pelayanan dengan pendidikan dengan
memberikanpertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana, dan prasaranaserta
pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan (Depag RI;2007:23)
G. Peran Komite Sekolah dalam Rencana Kerja Sekolah
Sebagai suatu institusi kepala sekolah berhubungan dengan guru, dan komite
sekolah.
Pola hubungan tersebut dipengaruhi oleh berbagai hal seperti status pihak-pihak
yang berhubungan, alasan berhubungan, cara yang dipakai dalam berhubungan,
informasi yang diharapkan dan informasi yang diberikan. (Sagal, 2009: 255)
Status hubungan perlu diketahui kedua belah pihak, agar nasing-masing
mengerti posisi masing-masing, karena hal ini sangat membantu kelancaran
hubungan kerja nanti.
Keputusan Mendiknas no. 044/U/2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite
Sekolah menekankan ada empat fungsi yaitu, memberi pertimbangan (Adviroy
Agensi), pendukung (Supporting Agensi), pengontrol (Controlling Agensi), dan
penghubung (Mediating Agensi). (Sagala, 2009: 256-260)
1. Sebagai pemberi pertimbangan
Dalam pasal 56 ayat 2 UU No. 20 Tahun 2003. Tentang Sisdiknas dinyatakan
bahwa dewan pendidikan dan komite sekolah sebagai lembaga mandiri dan otonom
dibentuk dan berperan dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan dengan
menberi pertimbangan, arahan dukungan tenaga, sarana dan prasarana serta
pengawasan pendidikan pada tingkat Nasional, propinsi dan kabupaten/kota.
Fungsi-fungsi tersebut adalah sebagai berikut:
a. Memberi pertimbangan mengenai program dan kegiatan yang disusun
dalam rencana pembangunan pendidikan.
b. Memberi peetimbangan buat guru dalam pelaksanaan tugas agar tidak
sewenang-wenang dalam menangani siswa,
c. memberI pertimbangan dalam meningkatkan disiplin guru dan memberI
solusi bagi kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru,
d. Memberi pertimbangan dalam mengembangkan bakat dan minat siswa.
2. Sebagai lembaga pendukung
Dukungan komite sekolah tidak hanya dalam bentuk keuangan tetapi juga
dalam tenaga, idea atau gagasan.
Fungsi pendukung menurut Sagala (2009:258) adalah sebagai berikut;
a. Mendata jumlah guru yang memerlukan diklat, dan mendata tingkat
pendidikan guru yang memerlukan peningkatan kualifikasi pendidikan
b. Memberikan pelatihan mengenai mata pelajaran dan layanan dasar bagi guru
yang membutuhkan
c. Mendata jumlah siswa dan indeks prestasi guru dan komite sekolah.
d. Mendukung program pengayaan bagi siswa yang lebih pintar dan remedial
bagi yang belum tuntas.
e. Menyediakan tropi dan hadiah atas keberhasilan siswa dan guru,
f. Mengadakan pesantren kilat untuk peningkatan wawasan keagamaan siswa
g. Mendukung pemanfaatan layanan sarana prasarana sebagai layanan belajar
h. Menyediakan media pembelajaran sesuai kebutuhan
i. Membuat kebun percontohan
j. Memaksimalkan anggaran oprasional sekolah yang bersumber dari APBD,
dana BOS , bantuan komite dan lain-lain.
3. Sebagai pengontrol
Fungsi lain Komite Sekolah adalah sebagai lembaga pengontrol terhadap
pelaksanaan kegiatan sekolah. Fungsi Komite Sekolah menurut Sagala
(2009:259) adalah sebagai berikut :
a. Menanyakan proses belajar mengajar apa sudah memenuhi persyaratan
b. Menanyakan kondisi kesehatan, gizi, dan bakat peserta didik
c. Memantau pelaksanaan RKS dan RKT
d. Ikut serta dala penyusunan RKS dan RKT
e. Ikut memantau penggunaan anggaran
f. Ikut serta dalam rapat penyerahan raport
g. Mengontrol kesejahteraan guru dan tenaga kependidikan
h. Mengontrol pelaksanaann PBM dengan memakai kartu data sesuai dengan
perlindungan anak, cara mengajar gru, buku atau kartu yang ditanda tangani
ustad atau orang tua.
4. Sebagai penghubung (mediator)
Untuk dapat bekerja sama secara sinergis harus ada yang menghubungkan
antara keluarga masyarakat dan sekolah. Itulah sebabnya salah satu fungsi komite
sekolah adalah fungsi mediator. Fungsi tersebut menurut Sagala (2009:260)
adalah sebagai berikut :
a. Menghubungkan dengan instansi pemerintah
b. Menghubungi orang tua siswa yang mampu dan meminta kesediaannya
menjadi donator atau mebantu keperluan sekolah
c. Mencari informasi yang dapat dipakai untuk menghembangkan sekolah
d. Memberi laporan kepada masyarakat tentang pelaksanaan program dan
penggunaan keuangan.