bab i pendahuluan a. konteks...

26
BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian Salah satu peran penting pendidikan adalah menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas sesuai dengan perubahan zaman agar tidak terjadi kesenjangan antara realitas dan idealitas. Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan Nasional, antara lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kompetensi guru,pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana prasarana pendidikan, dan peningkatan mutu manajemen pendidikan. Dari berbagai pengamatan dan analisa di antara faktor yang menyebabkan mutu pendidikan tidak mengalami peningkatan secara merata yaitu peran serta masyarakat khususnya orang tua siswa dalam penyelenggaraan pendidikan selama ini masih belum maksimal. Pada hal peran serta masyarakat merupakan amanat Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang diwujudkan dalam wadah Komite sekolah;. Agar peran serta masyarakat tersebut dapat mendukung upaya pemerintah dalam peningkatan mutu pendidikan, maka Komite Sekolah perlu diberdayakan untuk melaksanakan peran dan fungsinya secara optimal. Sekolah ditempatkan sebagai institusi pendidikan yang memiliki kewibawaan dalam pengelolaan pendidikannya. 1

Upload: trinhkhanh

Post on 13-Aug-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN.

A. Konteks Penelitian

Salah satu peran penting pendidikan adalah menyiapkan sumber daya

manusia yang berkualitas sesuai dengan perubahan zaman agar tidak terjadi

kesenjangan antara realitas dan idealitas.

Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan

Nasional, antara lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kompetensi

guru,pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana prasarana pendidikan, dan

peningkatan mutu manajemen pendidikan.

Dari berbagai pengamatan dan analisa di antara faktor yang menyebabkan

mutu pendidikan tidak mengalami peningkatan secara merata yaitu peran serta

masyarakat khususnya orang tua siswa dalam penyelenggaraan pendidikan selama ini

masih belum maksimal.

Pada hal peran serta masyarakat merupakan amanat Undang-undang Nomor

20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang diwujudkan dalam wadah

Komite sekolah;. Agar peran serta masyarakat tersebut dapat mendukung upaya

pemerintah dalam peningkatan mutu pendidikan, maka Komite Sekolah perlu

diberdayakan untuk melaksanakan peran dan fungsinya secara optimal.

Sekolah ditempatkan sebagai institusi pendidikan yang memiliki kewibawaan

dalam pengelolaan pendidikannya.

1

Untuk menentukan kebijaksanaan pendidikan sesuai visi, misi dan

kebutuhannya masing-masing, di lingkungan sekolah perlu dibentuk Komite Sekolah

yang berkewenangan untuk itu.

Adapun maksud dibentuknya Komite sekolah agar ada suatu organisasi

masyarakat sekolah yang mempunyai komitmen dan loyalitas serta peduli terhadap

peningkatan kualitas sekolah, sehingga diharapkan dengan keberadaan Komite

Sekolah, pihak sekolah dapat terbantu dalam upayanya meningkatkan sumber daya

peserta didik. Komite sekolah berfungsi adalah sebagai pemberi pertimbangan

dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan, sebagai lembaga pendukung dalam

penyelenggaraan pendidikan, sebagai pengawas, dan sebagai mediator antara

mayarakat dan pemerintah.

Keberadaan Komite Sekolah bertumpu pada landasan partisipasi masyarakat

dalam meningkatkan kualitas pelayanan dan hasil pendidikan di satuan pendidikan.

Diharapkan dengan adanya keterlibatan komite sekolah dalam penyelenggaraan

pendidikan, akan lebih meningkatkan efesiensi dan efektivitas proses

penyelenggaraan pendidikan di sekolah, serta dapat meningkatkan kualitas pelayanan

dan hasil satuan pendidikan. Oleh karena itu untuk lebih efektif dan efeisiennya

pelayanan dan peningkatan hasil pendidikan maka optimalisasi peran dan fungsi

Komite Sekolah sangat diharapkan. Namun fenmena yang ada sering fungsi dan

peranan komite masih belum diberdayakan secara optimal yang disebabkan paling

tidak oleh dua hal, yaitu adanya sekolah yang belum memandang komite sebagai

mitra kerja sehingga sering tidak difungsikan dengan baik, atau adanya komite yang

belum berpartisipai secara optimal karena tidak mengerti atau tidak mau tahu dengan

fungsi dan peranannya yang sangat besar dalam upaya efektifitas dan efesiensi

penyelenggaraan pendidikan di sekolah.

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Muhammadiyah 02 Kecamatan

Tolangohula, Kabupaten Gorontalo sebagaimana juga lembaga pendidikan lainnya,

mempunyai tanggungjawab yang tidak ringan dalam upaya peningkatan sumber daya

manusia yang handal di masa depan.

Oleh sebab itu bila tidak mau ketinggalan dengan sekolah-sekolah yang lain

maka mau atau tidak, harus memberdayakan sumber daya yang ada, terutama

masyarakat dan lebih khusus lagi Komite Sekolah, sebagaimana diamanatkan dalam

Undfang-undang Nomorm 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nsional pasal

54 ayat (1 ) dan (2), dan pasal 56 ayat (1) dan (3) (Depag.RI, 2007:22)

Di SMP Muhammadiyah 2 Tolangohula, menurut pengamatan awal peneliti,

terkesan fungsi Komite Sekolah belum optimal. Hal ini terlihat pada hubungan antar

Komite Sekolah dan pihak sekolah masih terbatas pada pada rapat bersama penetapan

uang komite, Komite diundang menghadiri rapat penerimaan raport, adanya

kebersamaan dalam penyelenggaraan kegiatan hari-hari besar, baik nasional maupun

keagamaan, serta kebersamaan dalam penyediaan biaya pelaksanaan kegiatan

ekstrakurikuler oleh orang tua peserta didik seperti pada kegiatan Perkemahan

Pramuka, kegiatan PMR dan kegiatan ekstrakurikuler lainnya.

B. Fokus Masalah

Berdasarkan latar belakang pemikiran di atas, dirumuskan masalah pokok

yang menjadi fokus penelitian sebagai berikut :

1. Optimalisasi Fungsi Komite Sekolah sebagai pemberi pertimbangan dalam

pelaksanaan kebijakan pendidikan di SMP Muammadiyah 02 Kecamatan

Tolangohula Kabupaten Gorontalo

2. Optimalisasi Fungsi Komite Sekolah sebagai lembaga pendukung dalam

penyelenggaraan pendidikan di SMP Muammadiyah 02 Tolangohula Kabupaten

Gorontalo

3. Optimalisasi Fungsi Komite Sekolah sebagai lembaga pengontrol dalam

penyelenggaraan pendidikan di SMP Muammadiyah 02 Kecamatan Tolangohula

Kabupaten Gorontalo

4. Optimalisasi Fungsi Komite Sekolah sebagai sebagai mediator antara

pemerintah dan masyarakat di SMP Muammadiyah 02 Kecamatan Tolangohula

Kabupaten Gorontalo

C. Tujuan Penelitian..

Adapun yang menjadi tujuan penelitian adalah :

1. Untuk memperoleh informasi dan pengetahuan tentang optimalisasi fungsi

Komite Sekolah sebagai pemberi pertimbangan dalam pelaksanaan kebijakan

pendidikan di SMP Muhammadiyah 02 Kecamatan Tolangohula Kabupaten

Gorontalo

2. Untuk memperoleh informasi dan pengetahuan tentang optimalisasi fungsi

Komite Sekolah sebagai lembaga pendukung dalam penyelenggaraan pendidikan

di SMP Muhammadiyah 02 Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo dan

implikasinya terhadap kelancaran layanan pendidikan..

3. Untuk memperoleh informasi dan pengetahuan tentang Optimalisasi Fungsi

Komite Sekolah sebagai pengontrol dalam penyelenggaraan pendidikan di SMP

Muhammadiyah 02 Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo

4. Untuk memperoleh informasi tentang Optimalisasi Fungsi Komite Sekolah

sebagai sebagai mediator antara pemerintah dan masyarakat di SMP

Muhammadiyah 02 Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo

D. Manfaat Penelitian.

Adapun kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1). Bagi Komite Sekolah temuan penelitian ini diharapkan akan menjadi masukan

dan informatsi yang sifatnya ilmiah dalam rangka optimalisasi fungsi Komite

sekolah di SMP Muhammadiyah 02 Tolangohula Kabupaten Gorontalo pada

masa yang akan datang.

2). Bagi Sekolah hasil penelitian diharapkan menjadi bahan informasi yang sifatnya

ilimiah dalam rangka lebih mengoptimalkan fungsi dan kerja sama yang baik

dengan Komite Sekolah.

3). Bagi Peneliti hasil Penelitian ini diharapkan menjadi dasar dan bahan acuan untuk

penelitian selanjutnya,

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Peran Masyarakat Dalam Pendidikan

Masyarakat ingin memperoleh layanan pendidikan yang bermutu. Untuk dapat

memberikan layanan pendidikan yang berkualitas, sekolah harus dapat menjalin kerja

sama yang sinergis dengan keluarga dan masyarakat. Kerja sama sinergis itu untuk

menciptakan proses pengajaran dan pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan,

agar peserta didik menjadi manusia yang berpendidikan dan warga Negara yang

produktif. Untuk memberdayakan masyarakat dan meningkatkan peran sertanya

secara aktif dalam penyelenggaraan pendidikan dalam implementasi otonomi daerah.

Maka diperlukan wadah organisasi yang mandiri, yang dalam UU Nomor 25 tahun

2000, tentang program Pembangunan Nasional (Propenas) 2000-2004 dan Keputusan

Menteri Pendidikan Nasional No.044/U/2002 tentang Dewan Pendidikan dan Dewan

Sekolah disebut Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah. Organisasi ini merupakan

badan yang bersifat mandiri dan otonom menganut asas kebersamaan, tidak

mempunyai hubungan hirarkis dengan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota maupun

lembaga-lembaga lainnya. (Sagal, 2009: 251)

Dewan Pendidikan dan Komite sekolah merupakan organisai masyarakat

pendidikan yang mempunyai komitmen dan loyalitas serta peduli terhadap

peningkatan kualitas pendidikan di daerahnya. Organisasi Dewan pendidikan dan

Komite Sekolah bertujuan (1) mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa

masyarakat dalam melahirkan kebijakan dan program pendidikan; (2) meningkatkan

tanggung jawab dan peran serta aktif dari seluruh lapisan masyarakat dalam

penyelenggaraan pendidkan; (3) menciptakan suasana dan kondisi transparan,

akuntabel, dan demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang

bermutu.

Sekolah bersama komite sekolah perlu menetapkan siapa stakeholders yang ada

di lingkungan wilayahnya dan mengidentifikasi apa saja yang mungkin dapat dibantu

oleh stakeholders untuk meningkatkan mutu layanan pendidikan di sekolah. Dalam

penetapan stakeholders yang akan dijaring informasinya, sangat penting untuk diingat

adanya berbagai kelompok di masyarakat seperti kelompok perempuan yang juga

memiliki kepentingan dengan dunia pendidikan dan sekolah misalnya PKK, yang

sering membantu pelaksanaan kegiatan siswa di sekolah dan sebagainya. Sekolah

bersama komite sekolah bisa membentuk kelompok kecil untuk mendatangi

stakeholders dan melakukan wawancara terstruktur dengan pokok bahasan mengenai

pandangan dan harapan mereka serta kebutuhan mereka mengenai sekolah di tingkat

sekolah.

Selain itu perlu dijelaskan pentingnya partisipasu masyarakat dalam dunia

pendidikan dengan merujuk pada UUSPN No. 20/2003. Setelah semua informasi

terkumpul dewan pendidikan dan komite sekolah melakukan perekapan dan

merapikan informasi dalam bentuk yang sistematis. Yang dijadikan bahan masukan

dalam perumusan rencana kebijakan sekolah.

B. Fungsi dan Tugas Komite Sekolah

Komite Sekolah dibentuk dengan berdasarkan Undang-undang Nomor 25

Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (PROPENAS).

(Masaong:2010:1). Komite Sekolah dibentuk di setiap satuan pendidikan atau

kelompok satuan pendidikan. Keberadaan Komite Sekolah ini telah diperkuat dari

aspek legal karena telah dicantumkan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 56 dan untuk memudahkan masyarakat

dalam membentuk baik Dewan Pendidian maupun Komite Sekolah Pemerintah

menerbitkan Kepmendiknas Nomor 004/U/2002 tanggal 2 April 2002 sebagai acuan.

(Depdiknas ;2006:3)

Adapun maksud dibentuknya Komite sekolah agar ada suatu organisasi

masyarakat sekolah yang mempunyai komitmen dan loyalitas serta peduli terhadap

peningkatan kualitas sekolah. Komite sekolah yang dikembangkan secara khas dan

berakar dari budaya, demografis, ekologis, nilai kesepakatan dan kepercayaan, yang

dibangun sesuai dengan potensi masyarakat setempat. Oleh karena itu Komite

Sekolah yang dibangun harus merupakan pengembang kekayaan filosofis masyarakat

secara kolektif. Artinya Komite Sekolah mengmbangkan konsep yang berorientasi

kepada pengguna, berbagi kewenangan dan kemitraan yang difokuskan pada

peningkatan mutu pelayanan pendidikan.

Tujuan utama dibentuknya Komite Sekolah adalah :

1) Mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam

melahirkan kebijakan oprasional dan program pendidikan di satuan

pendidikan,

2) Meningkatkan tanggungjawab dan peranserta masyarakat dalam

penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan, 3) Menciptakan Susana

dan kondisi transparan, akuntabel, dan demokratis dalam penyelenggaraan dan

pelayanan pendidikan yang bermutu di satuan pendidikan.

Keberadaan Komite Sekolah bertumpu pada landasan partisipasi masyarakat

dalam meningkatkan kualitas pelayanan dan hasil pendidikan din satuan pendidikan.

Oleh karena itu pembentukan Komite Sekolah harus memperhatikan pembagian

peran sesuai posisi dan otonomi yang ada.

Adapun peran atau tugas utama Komite Sekolah adalah : 1) Sebagai lembaga

pemberi pertimbangan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan di

satuan pendidikan, 2) Sebagai lembaga pendukung baik yang berwujud financial,

pemikiran maupun tenaga penyelenggara pendidikan di satuan pendidikan, 3) Sebagai

lembaga pengontrol dalam rangka transparansi, dan akuntabilitasn penyelenggaraan

pendidikan di satuan pendidikan., 4) Sebagai lembaga mediator antara pemerintah

dan masyarakat di satuan pendidikan. (Depdiknas:2006:4)

Sementara itu menjalankan peran yang terlah disebutkan Komite sekolah

memiliki fungsi sebagai berikut:

1) Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap

penyelenggaraan pendidikan yang bermutu,

2) Melakukan kerja sama dengan masyarakat (perorangan/organisasi/dunia usaha

dan dunia industri (DUDI) dan pemerintah berkenaan dengan penyelenggaraan

pendidikan yang bermutu.

3) Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan dan berbagai kebutuhan

pendidikan yang diajukan oleh masyarakat,

4) Memberi masukan, pertimbangan dan rekomendasi kepada satuan pendidikan

mengenai :

a. Kebijakan dan program pendidikan

b. Rencana Anggaran Pendidikan dan Belanja Sekolah (RAPBS)

c. Kriteria kinerja satuan pendidikan

d. Kriteria tenaga kependidikan

e. Kriteria fasilitas pendidikan

f. Hal-hal lain yang berkaitan dengan pendidikan.

5) Mendorong orang tua siswa dan masyarakat untuk berpartisipasi dalam

pendidikan guna mendukung peningkatan mutu pendidikan dan pemerataan

pendidikan

6) Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program,

penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.

C. Perangkat Organisasi Komite Sekolah

Perangkat Organisasi Komite Sekolah minimal yang harus ada, yang

memungkinkan berjalannya roda organisasi Komite Sekolah adalah; (1) Personel

Komite Sekolah, (2) Struktur Organisasi disertai job description setiap personel dan

(3) tata hubungan antar personel, (4) Panduan Organisasi berupa AD/ART, dan (4)

fasilitas penunjang berupa Kantor Sekretariat dan tenaga Administrasi

(Depdiknas:2006:6). Kepengurusan Komite Sekolah yang terdiri atas personel yang

dibentuk berdasarkan ketentuan yang ada dibentuk menjadi sebuah organisasi yang

paling tidak terdiri atas Ketua, Sekretaris, Bendahara dan Anggota. Dalam keadaan

Struktur Organisasi Komite dengan kegiatan lebih kompleks, struktur Organisasi

dapat lebih diperluas dengan beberapa Ketua Bidang, dan beberapa Seksi. Guna

menjalankan roda organisasi Komite Sekolah perlu dibuat job descriptrion bagi setiap

personel pada setiap jabatan yang diembannya, sehingga tidak perlu terjadi tumpang

tindih pelaksanaan tugas. AD/ART merupakan salah satu perangkat organisasi yang

penting. Dalam AD/ART diatur mengenai; Dasar, Tujuan, dan kegiatan dari Komite

Sekolah, Ketentuan keanggotaan dan kepengurusan, hak dan kewajiban anggota dan

pengurus, ketentuan tentang pengelolaan keuangan, mekanisme pengambilan

keputusan, perubahan Panduan OPrganisasi atau SAD/ART, dan pembubaran

organisasi. Organisasi Komite Sekolah agar dapat berjalan dengan mulus harus

didukung oleh fasilitas peninjang. Fasilitas penunjang sebuah Komite Sekolah yng

paling sederhana, terdiri dasri, meja Ketua, baik di rumah sang ketua, di sebuah

sekolah, atau bahkan di8 sebuah kantor khusus Sekolah yang memiliki fasilitasruang-

ruang kerja pengurus, ruang rapat fasilitas administrasi dan karyawan. Komite

sekolah yang efektif dapat memutar roda organisasi dengan dimulai dari hal-hal yang

sederhana yang disebut konsolidasi seperti penyamaan visi, membangun Tim yang

efektif, serta mengembangkan kreativitas. Agar organisasi berjalan dengan baik,

maka semua anggota pengurus memiliki visi dan misi yang sama. Selanjutnya

organisasi dapat berjalan baik apabila terjadi kebersamaan di dalam tim kerja yang

efektif. Terakhir organisasi akan berjalan lebih cepat, efektif, dan efisien apabila

organisasi tersebut diurus oleh orang-orang yang penuh kreatifitas, berupa orang-

orang yang selalu bertanya tentang masalah, berfikir untuk menemukan solusi untuk

memecahkan masalah, memiliki gagasan-gagasan baru yang tak terpikirkan oleh

orang lain. Organisasi yang b aik adalah organisasi yang mendukung perkembangan

kreatifitas.

D. Memberdayakan Orang Tua Peserta Didik.

Salah satu unsur penting dalam implementasi MBS adalah tingkat

partisipasi orang tua siswa dalam penyelenggaraan pendidikan. Selama beberapa

dekade pendidikan yang dilaksanakan dengan sistem sentralis, telah mengakibatkan

peran orang tua siswa sangat rendah. Hal ini didukung oleh penelitian Balitbang

Diknas RI yang menyimpulkan bahwa berdasarkan penilaian guru, tingkat partisipasi

orang tua peserta didik dalam mendukung penyelenggaraan pendidikan di sekolah

masih rendah, yaitu rata-rata hanya 57,10 % (dalam Masaong, 2010:161). Partisipasi

orang tua siswa peserta didik yang masih rendah dalam mendukung

penyelenggaraan pendidikan sekolah, ialah dalam hal penentuan kebijakan program

sekolah dan mengawasinya, pertemuan rutin, kegiatan ekstrakurikuler dan

pengembangan iklim sekolah. Partisipasi orang tua peserta didik yang tinggi masih

terbatas dalam mengawasi mutu sekolah, pertemuan Komite sekolah, pembayaran

dan bentuk uang Komite per tahun dan sumbangan uang gedung untuk peserta didik

yang baru. Komunikasi orang tua peserta didik dengan sekolah hanya terjadi dua

kali dalam setahun yaitu saat penerimaan raport dan penaikan kelas. Demikian pula

informasi yang disampaikan sangat minim yaitu biasanya terjadi melalui

pemberitahuan perubahan besaran iuran SPP, uang komite, dan pemberitahuan

tunggakan yang harus dibayar. Di era ototnomi pendidikan dengan pendekatan MBS

peran Kepala Sekolah dan staf harus mengambil inisiatif untuk memaksimalkan

pemberdayaan orang tua peserta didik dalam mendukung implementasi MBS di

sekolahnya. Cara yang dapat diperoleh adalah dengan membentuk Dewan

Pendidikan, Komite Sekolah, Persatuan Guru dan Orang Tua Peserta didik, atau nama

lain yang sehaluan. Shields (dalam Masaong,2010:161) menyatakan bahwa reformasi

pendidikan harus sampai pada hubungan antara sekolah dengan orang tua peserta

didik dengan cara melibatkan secara aktif dalam kegiatan-kegiatan sekolah, baik yang

terkait langsung dengan kegiatan pembelajaran maupun pengembangan sarana serta

penciptaan iklim dan budaya sekolah yang kondusif. Cheng (dalam

Masaong,2010:162) juga mengemukakan bahwa peran para orang tua peserta didik

dalam MBS adalah menerima pelayanan yang berkualitas melalui peserta didik yang

menerima pendidikan sesuai yang dibutuhkan. Peran orang tua peserta didik, adalah

sebagai partner dan pendukung penyelenggaraan pendidikan di sekolah.. Mereka

dapat berpartisipasi dalam proses sekolah, mendidik peserta didik secara koopratif,

berusaha membantu perkembangan yang sehat kepada sekolah dengan memberi

sumbangan sumberdaya dan informasi, mendukung dan melindungi sekolah pada saat

mengalami kesulitan dan krisis.

Dark (dalam Masaong,2010:162)mengemukakan bahwa terdapat dua jenis

pendekatan untuk mengajak orang tua peserta didik dan masyarakat berperan dan

berpartisipasi aktif dalam pendidikan, yaitu; Pertama, pendekatan school-based,

dengan cara mengajak orang tua peserta didik datang ke sekolah melalui pertemuan-

pertemuan, konferensi, diskusi, dan mengunjungi anaknya yang sedang belajar di

sekolah. Kedua, pendekatan home-based, yaitu orang tua peserta didik membantu

anaknya belajar di rumah bersama-sama dengan guru yang berkunjung ke rumah.

Keuntungannya adalah menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik dan

meningkatkan hubungan baik antara orang tua dan anak.

Keikut sertaan orang tua dalam pendidikan memiliki banyak keuntungan,

sebagaimana dikemukakan Rhoda (dalam Masaong,2010:162) yaitu; Pertama,

pencapaian tujuan akademik dan perkembangan kognitif peserta didik dapat

berkembang secara signifikan. Kedua, orang tua peserta didik dapat mengetahui

perkembangan anaknya dalam proses pendidikan di sekolah. Ketiga, orang tua

peserta didik akan menjadi guru yang baik di rumah dan bisa menerapkan formula-

formula positif untuk pendidikan anaknya. Keempat,orang akan memilki sikap dan

pandangan positif terhadap sekolah.

Salah satu peran paling penting dan efektif dari orang tua siswa adalah

menyediakan lingkungan belajar yang kondusif, sehingga peserta didik dapat belajar

tenang dan menyenangkan. Beberapa hal yang dapat disarankan kepada sekolah dan

terhadap orang tua peserta didik untuk membentuk lingkungan belajar yang kondusif

di rumah antara lain:

a. Menciptakan budaya belajar di rumah pada jam-jam belajar, orang tua

sebaiknya ikut belajar.

b. Memprioritaskan tugas yang terkait langsung dengan pembelajaran di sekolah.

Artinya apabila banhyak kegiatan yang harus dilakukan anak, maka haruslah

diutamakan kegiatan yang terkait dengan tugas pembelajaran.

c. Mendorong anak untuk aktif dalam berbagai kegiatan dan organisasi sekolah,

baik bersifat kurikuler maupun ekstrakurikuler.

d. Memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan gagasan, ide, dan

berbagai aktifitas yang menunjang kegiatan belajar.

e. Menciptakan situasi yang demokratis di rumah agar terjadi tukar pendapat dan

pikiran sebagai saran belajar dan membelajarkan.

f. Memahami apa yang telah, sedang dan akan dilakukan oleh sekolah dalam

mengembangkan potensi anaknya.

g. Menyediakan sarana belajar yang memadai sesuai dengan kemampuan orang

tua dan kebutuhan sekolah.

Mengingat bahwa salah satu kunci sukses menggalang partisipasi orang tua

siswa adalah menjalin hubungan yang harmonis, maka perlu diprogramkan beberapa

hal sebagai berikut:

a. Melibatkan orang tua siswa secara proporsional, dan professional dalam

mengembangkan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program sekolah.

b. Menjalin komunikasi secara intensif

c. Mengadakan pembagian tugas dan tanggungjawab antara sekolah dan orang tua

siswa dalam pembinaan pribadi peserta didik, melalui: 1) melibatkan orang tua

siswa dalam berbagai program dan kegiatan di sekolah yang bersifat sosial

kemasyarakatan, seperti bakti sosial, perpisahan baik guru atau siswa kelas

terakhir, peringatan hari-hari besar baik nasional maupun keagamaan, dan

pentas seni, yang pelibatannya disesuaikan dengan hobi, kemampuan, dan

pekerjaan mereka dengan program dan kegiatan yang akan dilakukan sekolah,

2) melibatkan orang tua peserta didik dalam berbagai pengambilan keputusan,

agar mereka merasa bertanggung jawab untuk melaksanakannya, 3) mendorong

guru untuk mendayagunakan orang tua peserta didik sebagi sumber belajar dan

menunjang keberhasilan belajar peserta didik.

Untuk merealisasikan program di atas dan mendorong partisipasi orang tua

peserta didik dalam kegiatan sekolah, kepala sekolah seharunya melakukan hal-hala

sebagai berikut :

a. Mengidentifikasi kebutuhan sekolah dan partisipasi orang tua peserta didik

dalam program sekolah, yang dalam mengidentifikasi hal-hal tersebut

melibatkan guru, tenaga kependidikan, dan wakil komite sekolah.

b. Menyusun tugas-tugas yang dapat dilakuka bersama antara sekolah dan orang

tua siswa.

c. Membantu guru mengembangkan program pelibatan orang tua dalam

aktivitas sekolah.

d. Mengkomfirmasikan secara luas program sekolah, dan membuka peluang bagi

orang tua siswa untuk melibatkan diri dalam program tersebut.

e. Mengundang dan meminta orang tua peserta didik, menjadi relawan dalam

berbagai aktifitas sekolah.

f. Member penghargaan secara proporsional terhadap keterlibatan orang tua

peserta didk dalam berbagai kegiatan sekolah.

E. Pemberdayaan masyarakat melalui Komite Sekolah.

Di dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, pasal 54, dikemukakan; (1) peran serta masyarakat dalam pendidikan

meliputi peran serta perorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi, pengusaha,

dan organisasi kemsyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu dan

pelayanan pendidikan, (2) masyarakat dapat berperan serta sebagai sumber,

pelaksana, dan pengguna hasil pendidikan (Depag RI, 2007:22).

Secara lebih khusus lagi pada pasal 56, disebutkan bahwa di masyarakat

terdapat dewan pendidikan dan komite sekolah/madrasah, yang berperan sebagai

berikut; (1) masyarakat berperan dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan yang

meliputi perencanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan melalui dean

pendidikan dan komite sekolah/madrasah, (2) dewan pendidikan sebagai lembaga

mandiri dibentuk dan berperan dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan

dengan memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana, dan prasaran

serta pengawasan pendidikan di tingkat nasional, propinsi dcan daerah

kabupaten/kota yang tidak mempunyai hubungan hierarkis, (3) komite sekolah

sebagai lembaga mandiri dibentuk dan berperan dalam peningkatan mutu pelayanan

dan memberikan pertimbangan, arahan, dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana

serta pengawasan pendidikan pada tungkat satuan pendidikan. (Depag RI, 2007:22).

Tindak lanjut dari Undang-undang tersebut, Menteri Pendidikan Nasional

mengeluarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044/U/2002.(dalam

Masaong, 2010:165). Berdasarkan Keputusan Mendiknas tersebut Komite Sekolah

merupakan sebuah badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam

rangka meningkatkan mutu, penentuan, dan efisiensi pengelolaan pendidikandi satuan

pendidikan baik pada pendidikan pra sekolah, jalur pendidikan sekolah maupun jalur

pendidikan luar sekolah. Untuk penamaan badan disesuaikan dengan kondisi dan

kebutuhan daerah masing-masing satuan pendidikan, seperti Komite Sekolah,

Majelis Madrasah, atau nama lain yang disepakati bersama. Komite sekolah yang

berkedudukan di setiap satuan pendidikan merupakan badan mandiri yang tidak

memiliki hubungan hierarki dengan lembaga pemerintahan. Komite sekolah dapat

terdiri dari satuan pendidikan atau beberapa satuan pendidikan dalam jenjang yang

sama atau beberapa satuan pendidikan yang berbeda jenjang tetapi berada pada

lokasi yang berdekatan, atau satuan pendidikan yang dikelola oleh suatu

penyelenggara pendidikan, atau karena petimbanagn lain.

Adapun tujuan dibentuknya Komite Sekolah yaitu; (1) mewadahi dan

menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam melahirkan kebijakan

oprasional dan program pendidikan di satuan pendidikan, (2) meningkatkan tanggung

jawab dan peran masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan, dan (3)

menviptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel, dan demokratis dalam

penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu di satuan

pendidikan.(Masaong,2010:165)

F. Pemberdayaan Komite Sekolah

Peran serta masyarakat melalui Komite Sekolah memiliki posisi yang

amat srategis dalam mengembangkan tanggung jawab masyarakat. Iklim demokratis

dalam pengelolaan sekolah dicerminkan dalam peran serta masyarakat dalam hal-hal

berikut; (a) membangun sikap kepemilikan sekolah, (b) merumuskan kebijakan

sekolah, (c) membangun kesadaran mutu, (d) perhatian terhadap kehidupan ademik

sekolah, dan (e) membangun tatakerja kelembagaan sekolah (Masaong, 2010:168).

Kelima hal tersebut menurut Masaong diuraikan sebagai berikut :

1. Merumuskan Kebijakan Sekolah

Dalam konteks pembangunan daerah pendidikan seharusnya mampu

memberikan respon yang tepat terhadap tuntutan pembangunan dan aspirasi

masyarakat yang dilayaninya. Artrinya bahwa perumusan kebijakan dan pembuatan

keputusan pendidikan hendaknya memperhatikan aspirasi yang berkembang di

wilayah itu. Ini berarti bahwa penyelenggaraan pendidikan di sekolah, pihak-pihak

yang berkepentingan dengan sekolah itu, seperti orang tua dan masyarakat setempat

sepatunya memiliki akses terhadap perencanaan kebijakan dan pembuatan keputusan

untuk kepentingan memajukan sekolah.

2. Membangun Sikap Kepemilikan Sekolah

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan gagasan yang menempatkan

kewenangan pengelolaan sekolah dalam satu keutuhan otoritas sistem. Di dalamnya

terkandung desentralisasi kewenangan yang diberikan kepada sekolah untuk

membuat keputusdan. Sebagai institusi sosial maka makna kewenangan pengambilan

keputusan hendaknya dilihat dalam persfektif peran sekolah yang sesungguhnya,

yaitu melayani anak didik agar mereka beroleh layanan belajar yang sebaik-baiknya.

Dalam upaya m,emenuhi layanan belajar yang memuaskan maka aspirasi masyarakat

melalui komite sekolah didokumentasikan dfalam berbagai kepentingan yang

ditujukan pada peningkatan kinerja sekolah, antara lain direfleksikan pada rumusan

visi, misi dan tujuan serta program-program prioritas sekolah. Dengan demikian

dapat dikatakan bahwa penyelenggaraan manajemen berbasis sekolah dengan

kewenangan komite sekolahnya bnerada dalam kerangka system pendidikan nasional.

3. Membangun Kesadaran Mutu

Aspek penting dari peran masyarakat melalui komite sekolah adalah

berkaitran dengan membangun sikap sadar mutu pendidikan pada masyarakat. Di

lingkungan sistem pendidikan tuntutan akan jaminan mutu adalah merupakan suatu

kewajaran dan keharusan, karena penyelenggaran pendidikan yang bermutu

merupakan bagian dari akuntabilitas publik. Setiap komponen pihak-pihak yang

berkepentingan terhadap pendidikan, baik orang tua, masyarakat, dunia kerja dan

pemerintah dalam peranan dan kapasitasnya masing-masing memilikikepentingan

terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.

4. Perhatian baru terhadap Kehidupan Akademik Sekolah.

Melalui Komite Sekolah masyarakat diajak untuk ikut menaruh perhatian

terhadap aspek akademik kehidupan sekolah, tidak hanya terbatas pada hal-hal yang

berkaitan dengan aspek kebutuhan finansial saja.

5. Membangun Tata Kerja Kelembagaan Sekolah

Peran serta masyarakat terhadap dalam pengembangan sekolah melalui komite

sekolah, harus diarahkan pada penciptaan budaya kelembagaan baru dalam

pengelolaan sekolah. Hal yang dimaksud meliputi: (a) Komite Sekolah merupakan

partner sekolah yang secara bersama-sama mengupayakan kemajuan bagi sekolah.

Program-program akademik yasng ditujukan bagi kepentingan paserta didik harus

mendapatkan dukungan dari Komite, sekolah sehingga program tersebut bias

dilaksanakan dengan ketersediaan biaya yang diperlukan, .(b)

Pengembangan Perencanaan Strategis sekolah yang menggambarkan arah

pengembangan sekolah dilakukan bersama komite sekolah, (c) Perencanaan

tahunan dirumuskan bersama Komite Sekolah, (d) Melakukan monitoring

internaldan ervaluasi diri yang dilakukan secara regular serta melaporkan dan

mambahas hasilnya berssama komite sekolah. (e) Manajemen laporan tahunan

sekokah yang menggambarkan pelaksanaan perencanaan tahunan sekolah dibahas

dalam forum dan harus mendapatkan penerimaan Komite Sekolah, (f) Melakukan

review sekolah yang hasilnya dijadikan bahan berharga untuk dikaji secara terbuka

dan professional bersama komite sekolah, (g) Melakukan survey pendapat, (h)

Menyelenggarakan “hari terbuka”bagi orang tua dan masyarakat sehingga mereka

memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai kehidupan internal sekolah, dan (i)

Memantau kinerja sekolah.

Di dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, pasal 54 dikemukakan: (1) peran serta masyarakat dalam pendidikan

meliputi peran setrta perseorangan, kelompok, keluarga, orgamisasi profesi,

pengusaka dan organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian

mutu pelayanan pendidikan; (2) masyarakat dapat berperan serta sebagai sumber,

pelaksanan dan pengguna hasil pendidikan. (Depag RI, 2007:22)

Secara lebih khusus lagi dalam pasal 56 disebutkan bahwa (1) masyarakat

berperan dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan yang meliputi perencanaan,

pengawasan, dan evaluasi program pendidikanmelaui dewan pendidikan dan komite

sekolah/madrasah. (3) komite sekolah/madrasah sebagai lembaga mandiri, dibentuk

dan berperan dalam peningkatan mutu pelayanan dengan pendidikan dengan

memberikanpertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana, dan prasaranaserta

pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan (Depag RI;2007:23)

G. Peran Komite Sekolah dalam Rencana Kerja Sekolah

Sebagai suatu institusi kepala sekolah berhubungan dengan guru, dan komite

sekolah.

Pola hubungan tersebut dipengaruhi oleh berbagai hal seperti status pihak-pihak

yang berhubungan, alasan berhubungan, cara yang dipakai dalam berhubungan,

informasi yang diharapkan dan informasi yang diberikan. (Sagal, 2009: 255)

Status hubungan perlu diketahui kedua belah pihak, agar nasing-masing

mengerti posisi masing-masing, karena hal ini sangat membantu kelancaran

hubungan kerja nanti.

Keputusan Mendiknas no. 044/U/2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite

Sekolah menekankan ada empat fungsi yaitu, memberi pertimbangan (Adviroy

Agensi), pendukung (Supporting Agensi), pengontrol (Controlling Agensi), dan

penghubung (Mediating Agensi). (Sagala, 2009: 256-260)

1. Sebagai pemberi pertimbangan

Dalam pasal 56 ayat 2 UU No. 20 Tahun 2003. Tentang Sisdiknas dinyatakan

bahwa dewan pendidikan dan komite sekolah sebagai lembaga mandiri dan otonom

dibentuk dan berperan dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan dengan

menberi pertimbangan, arahan dukungan tenaga, sarana dan prasarana serta

pengawasan pendidikan pada tingkat Nasional, propinsi dan kabupaten/kota.

Fungsi-fungsi tersebut adalah sebagai berikut:

a. Memberi pertimbangan mengenai program dan kegiatan yang disusun

dalam rencana pembangunan pendidikan.

b. Memberi peetimbangan buat guru dalam pelaksanaan tugas agar tidak

sewenang-wenang dalam menangani siswa,

c. memberI pertimbangan dalam meningkatkan disiplin guru dan memberI

solusi bagi kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru,

d. Memberi pertimbangan dalam mengembangkan bakat dan minat siswa.

2. Sebagai lembaga pendukung

Dukungan komite sekolah tidak hanya dalam bentuk keuangan tetapi juga

dalam tenaga, idea atau gagasan.

Fungsi pendukung menurut Sagala (2009:258) adalah sebagai berikut;

a. Mendata jumlah guru yang memerlukan diklat, dan mendata tingkat

pendidikan guru yang memerlukan peningkatan kualifikasi pendidikan

b. Memberikan pelatihan mengenai mata pelajaran dan layanan dasar bagi guru

yang membutuhkan

c. Mendata jumlah siswa dan indeks prestasi guru dan komite sekolah.

d. Mendukung program pengayaan bagi siswa yang lebih pintar dan remedial

bagi yang belum tuntas.

e. Menyediakan tropi dan hadiah atas keberhasilan siswa dan guru,

f. Mengadakan pesantren kilat untuk peningkatan wawasan keagamaan siswa

g. Mendukung pemanfaatan layanan sarana prasarana sebagai layanan belajar

h. Menyediakan media pembelajaran sesuai kebutuhan

i. Membuat kebun percontohan

j. Memaksimalkan anggaran oprasional sekolah yang bersumber dari APBD,

dana BOS , bantuan komite dan lain-lain.

3. Sebagai pengontrol

Fungsi lain Komite Sekolah adalah sebagai lembaga pengontrol terhadap

pelaksanaan kegiatan sekolah. Fungsi Komite Sekolah menurut Sagala

(2009:259) adalah sebagai berikut :

a. Menanyakan proses belajar mengajar apa sudah memenuhi persyaratan

b. Menanyakan kondisi kesehatan, gizi, dan bakat peserta didik

c. Memantau pelaksanaan RKS dan RKT

d. Ikut serta dala penyusunan RKS dan RKT

e. Ikut memantau penggunaan anggaran

f. Ikut serta dalam rapat penyerahan raport

g. Mengontrol kesejahteraan guru dan tenaga kependidikan

h. Mengontrol pelaksanaann PBM dengan memakai kartu data sesuai dengan

perlindungan anak, cara mengajar gru, buku atau kartu yang ditanda tangani

ustad atau orang tua.

4. Sebagai penghubung (mediator)

Untuk dapat bekerja sama secara sinergis harus ada yang menghubungkan

antara keluarga masyarakat dan sekolah. Itulah sebabnya salah satu fungsi komite

sekolah adalah fungsi mediator. Fungsi tersebut menurut Sagala (2009:260)

adalah sebagai berikut :

a. Menghubungkan dengan instansi pemerintah

b. Menghubungi orang tua siswa yang mampu dan meminta kesediaannya

menjadi donator atau mebantu keperluan sekolah

c. Mencari informasi yang dapat dipakai untuk menghembangkan sekolah

d. Memberi laporan kepada masyarakat tentang pelaksanaan program dan

penggunaan keuangan.