bab iv hasil dan pembahasan 4.1. hasil...

20
19 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Deskripsi Umum Tentang Lokasi Penelitian Kondisi hutan di Kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone Wilayah Lombongo termasuk dalam tipe ekosistem hutan dataran rendah, dataran tinggi dan pegunungan.Secara administratif kawasan TNBNWterbagi atas dua provinsi yaitu Provinsi Sulawesi Utara (Kabupaten Bolaang Mongondow) dan Provinsi Gorontalo (Kabupaten Bone Bolango). Sebagian besar wilayah atau sekitar 90% luas TNBNW mempunyai kelerengan 25-45%. Sesuai dengan lokasi dan kondisi topografinya kawasan TNBNW, sebagian besar merupakan hulu sungaike arah barat yaitu Sungai Bone, Sungai Palanggua dan Sungai Lolio di wilayah Gorontalo. Faktor lingkungan yang mempengaruhi tumbuhan di Kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone Sub Kawasan Lombongodisajikan pada Tabel 4.1. Tabel 4.1.Faktor lingkungan di Kawasan Taman Nasional Bogani NaniWartabone Faktor Lingkungan Stasiun I II III Suhu ( 0 C) 26 28.5 26.3 Kelembaban (%) 98 95.5 97.6 Intensitas cahaya (Cd) 72 65 64.3 Ketinggian 750 456 200 Sumber : Data Primer, 2013 19

Upload: truongkhanh

Post on 30-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

19

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Deskripsi Umum Tentang Lokasi Penelitian

Kondisi hutan di Kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone Wilayah

Lombongo termasuk dalam tipe ekosistem hutan dataran rendah, dataran tinggi dan

pegunungan.Secara administratif kawasan TNBNWterbagi atas dua provinsi yaitu

Provinsi Sulawesi Utara (Kabupaten Bolaang Mongondow) dan Provinsi

Gorontalo (Kabupaten Bone Bolango).

Sebagian besar wilayah atau sekitar 90% luas TNBNW mempunyai kelerengan

25-45%. Sesuai dengan lokasi dan kondisi topografinya kawasan TNBNW, sebagian

besar merupakan hulu sungaike arah barat yaitu Sungai Bone, Sungai Palanggua dan

Sungai Lolio di wilayah Gorontalo.

Faktor lingkungan yang mempengaruhi tumbuhan di Kawasan Taman Nasional

Bogani Nani Wartabone Sub Kawasan Lombongodisajikan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1.Faktor lingkungan di Kawasan Taman Nasional Bogani NaniWartabone

Faktor LingkunganStasiun

I II IIISuhu (0C) 26 28.5 26.3

Kelembaban (%) 98 95.5 97.6 Intensitas cahaya (Cd) 72 65 64.3 Ketinggian 750 456 200

Sumber : Data Primer, 2013

19

20

Berdasarkan Tabel 4.1 Faktor lingkungan di Kawasan Taman Nasional

Bogani Nani Wartabone, suhu udara berkisar antara 26 – 280C, kelembaban udara

berkisar antara 95 – 98 %,intensitas cahaya berkisar antara 64-72 cd dan memiliki

ketinggian tempat antara 50 – 2000 mdpl.

Hasil pengukuran intensitas cahaya pada lokasi yang diteliti menunjukan

perbedaan nilai yang tidak terlalu jauh namun jika diperhatikan lebih seksama maka

terdapat kecenderungan faktor lingkungan dalam hal intensitas cahaya semakin

menurun seiring dengan peningkatan ketinggian tempat area penelitian. Untuk faktor

lingkungankelembaban udara pada tempat lokasi yang diteliti cenderung meningkat

seiring dengan peningkatan ketinggian tempat dari permukaan laut.

Suhu udara pada lokasi penelitian cenderung mengalami penurunanpada saat

pengambilan sampel di ketinggian 200 mdpl. Penurunan suhu ini berhubungan

tempat lokasi penelitan dalam keadaan hujan. Berdasarkan uraian di atas dapat

dikatakan bahwa faktor lingkungan berupa ketinggian tempat, intensitas cahaya,

kelembaban udara dan suhu udara dapat memberikan pegaruh bagi vegetasi

tumbuhan.

4.1.2. Struktur Vegetasi Tegakan Pohon Yang Ada Di Sub Kawasan

Lombongo

a. Daftar Spesies Penyusun Vegetasi Tegakan Pohon

Spesies tegakan pohon yang ditemukan dilokasi penelitian sebanyak 11 spesies

yakni Dracontomelon dao, Intsia bijuga, Diospiros celebica, Calamus ornatus,

Arenga pinnata, Aiphanes caryotafolia, Ficus benjamina, Canarium asperum,

21

Pterospermum javanicum, Palaquium obtusifolium, Alstonia scholaris.Spesies

tumbuhan yang terdapat di Sub Kawasan Lombongo di sajikan pada Tabel 4.2

Tabel 4.2. Jenis-jenis Tumbuhan yang Terdapat di Sub KawasanLombongo

No Nama Spesies Nama daerahNama

Perdagangan1 Dracontomelon dao Rau Rau2 Intsia bijuga Pilobintalahe Merbau3 Diospiros celebica Pongapuhu Ebony/kayu hitam4 Calamus ornatus Rotan Rotan5 Arenga pinnata Aren Aren6 Aiphanes caryotafolia Palem duri Palem duri7 Ficus benjamina Beringin Beringin8 Canarium asperum Tohetutu Kenari9 Pterospermum javanicum Boyuhu Bayur10 Palaquium obtusifolium Nantu Nantu11 Alstonia scholaris Talanggilala Pulai

Sumber : Data Primer, 2013

Berdasarkan hasil identifikasi tumbuhan yang di tampilkan pada Tabel 4.2

ditemukan pada tiga titik pengambilan sampel terdapat 11 (sebelas) spesies tumbuhan

yaitu Dracontomelon dao, Intsia bijuga, Diospiros celebica, Calamus ornatus,

Arenga pinnata, Aiphanes caryotafolia, Ficus benjamina, Canarium asperum,

Pterospermum javanicum, Palaquium obtusifolium, Alstonia scholaris.

Dari 11 spesies tegakan pohon tersebut, terdapat 9 spesies pada stasiun I yaitu

Dracontomelon dao, Intsia bijuga, Diospiros celebica, Calamus ornatus, Arenga

pinnata, Aiphanes caryotafolia, Ficus benjamina, Pterospermum javanicum,

Alstonia scholaris. Pada stasiun II yaitu Intsia bijuga, Diospiros celebica, Arenga

pinnata, Ai]phanes caryotafolia, Ficus benjamina, Pterospermum javanicum,

22

Palaquium obtusifolium, Alstonia scholaris. Pada stasiun III yaitu Intsia bijuga,

Calamus ornatus, Aiphanes caryotafolia, Ficus benjamina, Canarium asperum,

Pterospermum javanicum, Palaquium obtusifolium, Alstonia scholaris. Tabel jumlah

dari setiap individu pohon yang terdapat di Sub Kawasan Lombongo, di sajikan pada

Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Jumlah setiap individu pohon yang terdapat di Sub Kawasan Lombongo

No Jenis Pohon STASIUN

I titik II titik III titik 1 Dracontomelon dao 2 1 - - - -2 Intsia bijuga 6 1 4 1 2 13 Diospiros celebica 7 1 3 1 - -4 Calamus ornatus 7 1 - - 27 35 Arenga pinnata 6 1 17 2 - -6 Aiphanes caryotafolia 1 1 16 2 17 37 Ficus benjamina 1 1 10 1 1 18 Canarium asperum - - - - 16 39 Pterospermum javanicum 1 1 2 1 13 310 Palaquium obtusifolium - - 11 1 14 311 Alstonia scholaris 1 1 7 2 6 3

Secara rinci klasifikasi pohon yang ditemukan pada lokasi penelitian di Taman

Nasional Bogani Nani Wartabone Sub Kawasan Lombongo disajikan pada Tabel

4.4(Lampiran 7).

b. Struktur Vegetasi Pohon Pada Stasiun I

Struktur vegetasi merupakan komponen penyusun vegetasi itu sendiri. Berikut

merupakanstruktur vegetasi dan indeks nilai penting tingkat pohon yang ada di

stasiun I.

23

Tabel 4.5. Struktur Vegetasi Dan Indeks Nilai Penting Tingkat Pohon Pada

Stasiun 1 Di Sub Kawasan Lombongo

No Nama Spesies K KR F FR D DR INP

1 Diospiros celebica 0,091 21,875 1 11 0,76 23,38 56,24

2 Arenga pinnata 0,078 18,75 1 11 0,63 19,38 49,62

3 Calamus ornatus 0,091 21,875 1 11 0,36 11,07 44,23

4 Intsia bijuga 0,078 18,75 1 11 0,44 13,53 43,63

5 Dracontomelon dao 0,026 6,25 1 11 0,61 18,76 36,49

6 Ficus benjamina 0,013 3,125 1 11 0,26 8,2 22,33

7 Pterospermum javanicum 0,013 3,125 1 11 0,08 2,46 16,58

8 Aiphanes caryotafolia 0,013 3,125 1 11 0,07 2,15 16,33

9 Alstonia scholaris 0,013 3,125 1 11 0,04 1,23 15,36

Sumber : Data Primer, 2013

Pada Tabel 4.5terlihat adanya spesies tertentu yang memiliki nilai-nilai

parameter vegetasi yang tinggi dan hal ini dapat mencirikan spesies yang dominan

dalam suatu komunitas tersebut. Spesies Diospiros celebica memiliki nilai penting

yang tertinggi sebesar 56,24 m2. Distasiun 1 di temukan 9 spesies, nilai-nilai tertingi

dan terendah pada struktur vegetasi, disajikan pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1.Diagram Sruktur Vegetasi Dan Nilai Penting TingkatpohonI Di Sub Kawasan Lombongo

c. Struktur Vegetasi Struktur vegetasi merupakan komponen penyusun vegetasi itu sendiri. Berikut

merupakan struktur vegetasi dan

stasiun II.

Tabel 4.6. Struktur Vegetasi

Stasiun II Di Sub Kawasan Lombongo

No Nama Spesies

1 Aiphanes caryotafolia

2 Arenga pinnata

3 Ficus benjamina

4 Alstonia scholaris

5 Palaquium obtusifolium

6 Intsia bijuga

7 Diospiros celebica

0

10

20

30

40

50

60

24

Sruktur Vegetasi Dan Nilai Penting TingkatpohonDi Sub Kawasan Lombongo

Struktur Vegetasi pohon pada Stasiun IIStruktur vegetasi merupakan komponen penyusun vegetasi itu sendiri. Berikut

merupakan struktur vegetasi dan indeks nilai penting tingkat pohon yang ada di

ruktur Vegetasi Dan Indeks Nilai Penting Tingkat

Stasiun II Di Sub Kawasan Lombongo

Nama Spesies K KR F FR D DR

Aiphanes caryotafolia 0,062 22,89 1 18 0,6 29,82

Arenga pinnata 0,066 24,37 1 18 0,45 22,36

Ficus benjamina 0,039 14,4 0,5 9,1 0,31 15,4

Alstonia scholaris 0,027 9,97 1 18 0,15 7,55

Palaquium obtusifolium 0,043 15,87 0,5 9,1 0,18 8,94

0,015 5,53 0,5 9,1 0,15 7,4

Diospiros celebica 0,011 4,06 0,5 9,1 0,12 5,9

K KR F FR D DR INP

Sruktur Vegetasi Dan Nilai Penting Tingkatpohon PadaStasiun

Struktur vegetasi merupakan komponen penyusun vegetasi itu sendiri. Berikut

indeks nilai penting tingkat pohon yang ada di

Nilai Penting Tingkat Pohon Pada

INP

29,82 71,22

22,36 65,27

15,4 39,16

7,55 35,8

8,94 34,2

7,4 22.13

5,9 19,13

8 Pterospermum javanicum

Sumber : Data primer, 2013

Pada Tabel 4.6

parameter vegetasi yang tinggi dan hal ini dapat

dalam suatu komunitas

yang tertinggi sebesar 71,22 m

dan terendah pada struktur vegetasidisajikan pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2.Diagram Sruktur Vegetasi Dan Nilai Penting TingkatIIDi Sub Kawasan Lombongo

d. Struktur Vegetasi Struktur vegetasi merupakan komponen penyusun vegetasi itu sendiri. Berikut

merupakan struktur vegetasi dan indeks nilai penting tingkat pohon yang ada di

stasiun III.

01020304050607080

25

Pterospermum javanicum 0,008 2,88 0,5 9,1 0,05 2,48

Sumber : Data primer, 2013

6terlihat adanya spesies tertentu yang memiliki nilai

parameter vegetasi yang tinggi dan hal ini dapat mencirikan spesies yang dominan

tersebut. Spesies Aiphanes celebica memiliki nilai penting

sebesar 71,22 m2. Distasiun II di temukan 8 spesies, nilai

erendah pada struktur vegetasidisajikan pada Gambar 4.2.

Sruktur Vegetasi Dan Nilai Penting TingkatPohon Pada Stasiun Di Sub Kawasan Lombongo

Struktur Vegetasi pohon pada Stasiun IIIStruktur vegetasi merupakan komponen penyusun vegetasi itu sendiri. Berikut

merupakan struktur vegetasi dan indeks nilai penting tingkat pohon yang ada di

K KR F FR D DR INP

2,48 14,51

terlihat adanya spesies tertentu yang memiliki nilai-nilai

kan spesies yang dominan

memiliki nilai penting

spesies, nilai-nilai tertingi

Pohon Pada Stasiun

Struktur vegetasi merupakan komponen penyusun vegetasi itu sendiri. Berikut

merupakan struktur vegetasi dan indeks nilai penting tingkat pohon yang ada di

26

Tabel 4.7. Struktur Vegetasi Dan Indeks nilai Penting Tingkat Pohon Pada

Stasiun III Di Sub Kawasan Lombongo

No Nama Spesies K KR F FR D DR INP

1 Canarium asperum 0,11 16,8 1 15 0,97 26,64 58,54

2 Aiphanes caryotafolia 0,11 16,8 1 15 0,51 14,13 46,03

3 Pterospermum javanicum 0,09 13,8 1 15 0,58 16,02 44,92

4 Calamus Ornatus 0,19 29,1 1 15 0,86 23,56 41,57

5 Palaquium obtusifolium 0,09 13,8 1 15 0,41 11,13 40,03

6 Alstonia scholaris 0,04 6,14 1 15 0,2 5,47 26,71

7 Intsia bijuga 0,014 2,15 0,3 4,5 0,08 2,172 8,82

8 Ficus benjamina 0,007 1,07 0,3 4,5 0,03 0,85 6,42

Sumber : Data primer, 2013

Pada Tabel 4.7terlihat adanya spesies tertentu yang memiliki nilai-nilai

parameter vegetasi yang tinggi dan hal ini dapat mencirikan spesies yang dominan

dalam suatu komunitas tersebut. Spesies Canarium asperum memiliki nilai penting

yang tertinggi sebesar 58,54m2. Distasiun III di temukan 8 spesies, nilai-nilai tertingi

dan terendah pada struktur vegetasi, disajikan pada Gambar 4.3.

Gambar 4.3.Diagram Sruktur Vegetasi Dan Nilai Penting TingkatStasiun III

4.1.3. Status Konservasi dan

Kategori status konservasi IUCN

oleh IUCN dalam melakukan klasifikasi terhadap spesies

hidup yang terancam kepunahan.Kategori status konservasi di setiap stasiun yang

terdapat di Sub Kawasan lombongo dapat disajikan pada Tabel 4.7.

Tabel. 4.8. Status Konservasi Pada Stasiun I Di Sub Kawasan Lombongo

No Nama Spesies

1 Pterospermum javanicum2 Aiphanes caryotafolia3 Dracontomelon dao4 Ficus benjamina5 Alstonia scholaris6 Intsia bijuga7 Diospiros celebica8 Calamus ornatus

0

20

40

60

27

Sruktur Vegetasi Dan Nilai Penting TingkatStasiun IIIDi Sub Kawasan Lombongo

Status Konservasi dan Indeks Nilai Konservasi (CVI)

Kategori status konservasi IUCN Red list merupakan kategori yang digunakan

oleh IUCN dalam melakukan klasifikasi terhadap spesies-spesies berbagai makhluk

ancam kepunahan.Kategori status konservasi di setiap stasiun yang

terdapat di Sub Kawasan lombongo dapat disajikan pada Tabel 4.7.

. Status Konservasi Pada Stasiun I Di Sub Kawasan Lombongo

Nama Spesies Status konservasi

Pterospermum javanicum Endanger (EN)Aiphanes caryotafolia Vulnerable (VU)Dracontomelon dao Vulnerable (VU)Ficus benjamina Least concern (LC)Alstonia scholaris Least concern (LC)

Vulnerable (VU)Diospiros celebica Vulnerable (VU)Calamus ornatus Near Threatened (NT)

K KR F FR D DR INP

Sruktur Vegetasi Dan Nilai Penting TingkatPohon Pada

merupakan kategori yang digunakan

spesies berbagai makhluk

ancam kepunahan.Kategori status konservasi di setiap stasiun yang

. Status Konservasi Pada Stasiun I Di Sub Kawasan Lombongo

CVI

10,88,1

4,052,72,7

1,351,1

1,08

28

9 Arenga pinnata Least concern (LC) 0,45Sumber : Data primer, 2013

Berdasarkan Tabel 4.8 di atas untuk status konservasi setiap spesies pada

stasiun I,Dracontomelon dao, Intsia bijuga, Diospiros celebica, Aiphanes

caryotafolia berstatus konservasi kondisi rentan (Vulnerable) dengan nilai CVI

(Conservation value index) masing-masing spesies yakni sebesar 4,05 untuk spesies

Dracontomelon dao, Instia bijuga sebesar1,35, Diospiros celebicasebesar

1,1,Aiphanes caryotafolia sebesar 8,1, dimana spesies-spesies ini merupakan spesies

yang dinyatakan berada dalam ambang kepunahan. Artinya spesies-spesies tersebut

dapat dikatakan sedang menghadapi ancaman kepunahan di habitat alaminya.

Calamus ornatus berstatus konservasi hampir terancam (Near Threatened)dengan

nilai CVI (Conservation value index) sebesar 1,8 untuk spesies Calamus

ornatus,dimana spesies ini meruapakn spesies yang diperkirakan mendekati ancaman

kepunahan. Pterospermum javanicum berstatus konservasi

terancam(Endanger)dengan nilai CVI (Conservation value index) sebesar 10,8 untuk

spesies Pterospermum javanicum, dimana spesies ini merupakan spesies yang

terancam kepunahan atau menghadapi resiko tinggi kepunahan dihabitat alaminya.

Arenga pinnata, Ficus benjamina, Alstonia scholaris berstatus konservasi

Resiko rendah (Leas concern) dengan nilai CVI (Conservation value index) masing-

masing spesies yakni sebesar 0,45 untuk spesies Arenga pinnata, Ficus benjamina

sebesar 2,7, Alstonia scholaris sebesar 2,7, dimana spesies-spesies ini merupakan

29

spesies yang dinyatakan tidak memiliki tanda-tanda kepunahan atau kondisi

resikonya rendah.

Tabel 4.9. Status Konservasi Pada Stasiun II Di Sub Kawasan Lombongo

Sum

ber :

Data

prim

er,

2013

Berdasarkan Tabel 4.8 di atas untuk status konservasi setiap spesies pada

stasiun I Intsia bijuga, Diospiros celebica, Aiphanes caryotafolia berstatus konservasi

kondisi rentan(Vulnerable)dengan nilai CVI (Conservation value index) masing-

masing spesies yakni sebesar 1,6 untuk spesies Intsia bijuga,Diospiros celebica

sebesar 2,24, Aiphanes caryotafolia sebesar 0,45, dimana spesies-spesies ini

merupakan spesies yang dinyatakan berada dalam ambang kepunahan. Palaquium

obtusifolium berstatus konservasi hampir terancam (Near Threatened) dengan nilai

CVI (Conservation value index) sebesar 0,56 untuk spesies Palaquium

obtusifolium,dimana spesies ini meruapakn spesies yang diperkirakan mendekati

ancaman kepunahan.

Pterospermum javanicum berstatus konservasi terancam punah

(Endanger)dengan nilai CVI (Conservation value index) sebesar 4,28 untuk spesies

No Nama Spesies Status konservasi CVI

1 Pterospermum javanicum Endanger (EN) 4,282 Diospiros celebica Vulnerable (VU) 2,243 Intsia bijuga Vulnerable (VU) 1,64 Alstonia scholaris Least concern (LC) 0,885 Palaquium obtusifolium Near Threatened (NT) 0,566 Aiphanes caryotafolia Vulnerable (VU) 0,457 Ficus benjamina Least concern (LC) 0,168 Arenga pinnata Least concern (LC) 0,15

30

Pterospermum javanicum, dimana spesies ini merupakan spesies yang terancam

kepunahan atau menghadapi resiko tinggi kepunahan dihabitat alaminya. Arenga

pinnata, Ficus benjamina, Alstonia scholaris berstatus konservasi resiko rendah

(Leas concern) dengan nilai CVI (Conservation value index) masing-masing spesies

yakni sebesar 0,15 untuk spesies Arenga pinnata,Ficus benjamina sebesar 0,16,

Alstonia scholaris sebesar 0,88, dimana spesies-spesies ini merupakan spesies yang

dinyatakan tidak memiliki tanda-tanda kepunahan atau kondisi resikonya rendah.

Tabel. 4.10. Status Konservasi Pada Stasiun III Di Sub Kawasan Lombongo

Sum

ber :

Data

prim

er,

2013

Berdasarkan Tabel 4.10 di atas untuk status konservasi setiap spesies pada

stasiun I Intsia bijuga, Aiphanes caryotafolia berstatus konservasi kondisi rentan

(Vulnerable)dengan nilai CVI (Conservation value index) masing-masing spesies

yakni sebesar 2,84 untuk spesies Instia bijuga,Aiphanes caryotafolia sebesar 0,42,

dimana spesies-spesies ini merupakan spesies yang dinyatakan berada dalam ambang

No Nama Spesies Status konservasi CVI

1 Intsia bijuga Vulnerable (VU) 2,852 Ficus benjamina Least concern (LC) 0,883 Pterospermum javanicum Endanger (EN) 0,724 Palaquium obtusifolium Near Threatened (NT) 0,515 Aiphanes caryotafolia Vulnerable (VU) 0,426 Alstonia scholaris Least concern (LC) 0,397 Calamus ornatus Near Threatened (NT) 0,268 Canarium asperum Least concern (LC) 0,15

31

kepunahan. Calamus ornatus,Palaquium obtusifolium berstatus konservasi hampir

terancam (Near Threatened)dengan nilai CVI (Conservation value index) masing-

masing spesies yakni sebesar 0,26 untuk spesies Calamus ornatus,Palaquium

obtusifolium sebesar 0,51, dimana spesies ini merupakan spesies yang diperkirakan

mendekati ancaman kepunahan.

Pterospermum javanicum berstatus konservasi terancam punah

(Endanger)dengan nilai CVI (Conservation value index) sebesar 0,72 untuk spesies

Pterospermum javanicum, dimana spesies ini merupakan spesies yang terancam

kepunahan atau menghadapi resiko tinggi kepunahan dihabitat alaminya. Ficus

benjamina, Canarium asperum, Alstonia scholaris berstatus konservasi resiko

rendah (Leas concern)dengan nilai CVI (Conservation value index) masing-masing

spesies yakni sebesar 0,88 untuk spesies Ficus benjamina,Canarium asperum sebesar

0,15, Alstonia scholaris Sebesar 0,39, dimana spesies-spesies ini merupakan spesies

yang dinyatakan tidak memiliki tanda-tanda kepunahan atau kondisi resikonya

rendah.

1.1.4 Uji Korelasi

Berdasarkan INP dan CVI di lanjutkan dengan Uji lanjut yakni uji korelasi,

dimana Uji Korelasi merupakan salah satu analisis statistik yang dipakai untuk

menunjukan hubungan linear antar satu dua variabel atau lebih. Untuk mengetahui

nilai uji korelasi antara INP dan CVI menggunakan rumus Sarwono (2006). Hasil

akhir nilai koefisien korelasi momen hasil kali antara INP dan CVI di setiap stasiun

disajikanpada Tabel 4.11

32

Tabel 4.11. Hasil akhir nilai koefisien korelasi momen hasil kali antara INP dan

CVI di setiap stasiun

STASIUN HASIL UJI KORELASI TINGKAT HUBUNGAN

I R12 = 0,99 Korelasi sangat kuat

II R12 = 0,99 Korelasi sangat kuat

III R12 = 1 Korelasi sempurna

Sumber : Data Primer 2013

Hasil uji korelasi diperoleh pada stasiun I koefisien korelasi momen hasil kali

R12adalah sebesar 0,99 hal ini disebabkan kecilnya nilai struktur vegetasi tegakan

pohon yang ada di stasiun I , selanjutnya data pada stasiun II hampir sama dengan

data yang ada pada stasiun I sehingga koefisien korelasi momen hasil kali R12

memperoleh nilai sebesar 0,99 disebabkan kecilnya nilai struktur vegetasi tegakan

pohon yang ada pada stasiun II. Sedangkan pada stasiun III koefisien korelasi momen

hasil kali R12adalah sebesar 1karena nilai struktur vegetasi tegakan pohon lebih tinggi

dibanding nilai struktur vegetasi yang ada pada stasiun I dan II, maka diperoleh

nilaikorelasir > 0 artinya nilai struktur vegetasi tegakan pohon dengan nilai

konservasi mempunyai hubungan linier positif (Sangat kuat)

4.2. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terdapat 11 spesies yang

ditemukan di Sub Kawasan lombongo, pada stasiun I terdapat 9 spesies yaitu

pohonRao (Dracontomelon dao), merbau (Intsia bijuga), Kayu hitam/eboni

(Diospiros celebica), rotan (Calamus ornatus), Aren (Arenga pinnatta), Palem duri

(Aiphanes caryotafolia), beringin (Ficus benjamina), bayur (Pterospermum

33

javanicum), pulai (Alstonia scholaris). Pada stasiun II terdapat 8 spesies merbau

(Intsia bijuga), Kayu hitam/eboni (Diospiros celebica), Aren (Arenga pinnatta),

Palem duri (Aiphanes caryotafolia), beringin (Ficus benjamina), bayur

(Pterospermum javanicum), nantu (Palaquium obtusifolium), pulai (Alstonia

scholaris). Pada stasiun III terdapat 8 spesies yaitu merbau (Intsia bijuga), rotan

(Calamus ornatus), Palem duri (Aiphanes caryotafolia), beringin (Ficus benjamina),

kenari (Canarium asperum), bayur (Pterospermum javanicum), nantu (Palaquium

obtusifolium), pulai (Alstonia scholaris).

Berdasarkan hasil penelitian struktur vegetasi yang terdapat di sub kawasan

lombongo, nilai kerapatan tumbuhan yang ada di Sub Kawasan Lombongo relatif

sangat rendah. Calamus ornatus memiliki nilai kerapatan tertinggi yaitu

0.19Individu/m2 yang terdapat pada stasiun III, sedangkan kerapatan terendah pada

stasiun III pada spesies Ficus benjamina0.007 Individu/m2. Menurut Arrijani,

(2006)perbedaan nilai kerapatan masing-masing jenis disebabkan karena adanya

perbedaan penyebaran dan daya adaptasi terhadap lingkungan. Nilai kerapatan suatu

spesies menunjukkan jumlah individu spesies bersangkutan pada satuan luas tertentu,

maka nilai kerapatan merupakan gambaran mengenai jumlah spesies tersebut pada

lokasi penelitian.

Nilai Frekuensitumbuhan yang ada di Sub Kawasan Lombongo perbandingan

Frekuensi antara stasiun I, stasiun II dan stasiun III . Frekuensi yang didapatkan

adalah sama baik pada stasiun I yaitu 1 individu/m2, pada stasiun II yaitu 0,5 dan 1

individu/m2, sedangkan pada stasiun III yaitu 0,3 dan 1 individu/m2. Nilai frekuensi

34

suatu jenis dipengaruhi langsung oleh distrubusi (Arrijani,dkk 2006). Rendahnya

frekuensi pada stasiun I, II dan III di akibatkan karena kemampuan adaptasi

tumbuhan terhadap kondisi lingkungan yang ada di Kawasan Lombongo kurang

maksimal serta banyaknya pohon-pohon besar mati dan itulah yang mempengaruhi

terhadap pertumbuhan tumbuhan yang ada di Sub Kawasan lombongo.

Pada stasiun IIInilai dominansi tertinggi ditemukan pada spesies Canarium

asperum dan Calamus ornatus dengan nilai dominansinya 0,97 dan 0,86. Sedangkan

yang terendah pada stasiun I dan III yakni terdapat pada spesies Alstonia scolaris dan

Ficus benjamina dengan nilai dominansinya 0,04 dan 0,03.

Indeks Nilai Penting (INP) adalah untuk melihat seberapa besar peranan suatu

tumbuhan dalam ekosistem. Berdasarkan hasil penelitian di atas terlihat bahwa

tumbuhan mempunyai peranan sangat tinggi di Sub Kawasan Lombongo. Dari data

penelitian semua spesies mempunyai peranan secara homogen. Berdasarkan Indeks

Nilai Penting pada Gambar 4.2 diagram terlihat bahwa Aiphanes caryotafolia

memiliki tingkat nilai penting yang lebih tinggi pada stasiun II yaitu 71,22 sehingga

dapat dikatakan bahwa yang mempunyai peranan penting dalam proses menjaga

keberlangsungan ekosistem yakni spesies Aiphanes caryotafolia.

Nilai INP pada setiap spesies tumbuhan sangat tergantung pada kondisi

pertumbuhan itu sendiri. Tumbuhan dapat tumbuh dengan baik, dengan memerlukan

sejumlah faktor pendukung utama dalam pertumbuhan adalah ketersediaan nutrient

atau bahan organik.Hal ini dijelaskan oleh Risa, (2007) yakni nutrient dibutukan oleh

35

tumbuhan sebagai sumber energi yang digunakan untk tumbuhan selama proses

pertumbuhan dan perkembangan.

Indeks Nilai Konservasi menunjukkan seberapabesar nilai suatu kawasan

untuk berperan dalammelestarikan biodiversitas jenis-jenis tumbuhan terancam

dalamkawasan. Keberadaan jenis tumbuhan langka jelassangat mempengaruhi nilai

konservasi pada suatustasiun (Purnomo, 2008). Luasan yang besar pada stasiun I

(CVI=10,8) pada spesies Pterospermum javanicum. Spesies ini ditemukan di setiap

stasiun. Spesies ini merupakan spesies yang terancam punah di Sub Kawasan

lombongo.pada stasiun III (CVI=0,26) pada spesies Calamus ornatus. Spesies ini

merupakan spesies endemikyang ada di Sub Kawasan lombongo. Hal ini dibuktikan

penelitian sebelumnya oleh Sune, 2012 yakni Salah satu spesies endemik/langka yang

terdapat di Sub Kawasan lombongo adalah Calamus ornatus.

Potensi ancaman keragaman jenis tumbuhan di kawasan Taman Nasional

Bogani Nani Wartabone sangatbesar. Beberapa spesies tumbuhan kategori langka

(IUCN,2011) merupakan jenis menarik yang bernilaiekonomis, antara lain 4 jenis

rentan (vulnerable-VU):Rao (Dracontomelon dao), merbau (Intsia bijuga), kayu

hitam/eboni (Diospiros celebica), palem duri (Aiphanes caryotafolia).Spesies

merupakan spesies yang dinyatakan berada dalam ambang kepunahan.

4spesiesresiko rendah (Least concern-LC) antaralain: Aren (Arenga pinnata),

beringin (Ficus benjamina), kenari (Canarium asperum), Pulai (Alstonia scholaris).

Keempat spesies yang termasuk kategori status konservasi Least concern

diidentifikasikan tidak memiliki tanda-tanda kepunahan, karena spesies tersebut

36

masih termasuk kategori resiko rendah. 2 jenis hampir terancam (Near threatened-

NT) antara lain : rotan (Calamus ornatus), Nantu (Palaquium obtusifolium). Kedua

spesies ini sudah mendekati ancaman kepunahan di habitat alaminya.1 jenis

Terancam (Endanger-EN) yaitu Bayur (Pterospermum javanicum) untuk satu jenis

ini sedang menghadapi risiko tinggi kepunahan di alam liar atau habitat alaminya.

Hasil uji korelasi diperoleh pada stasiun I koefisien korelasi momen hasil kali

R12adalah sebesar 0,99hal ini disebabkan kecilnya nilai struktur vegetasi tegakan

pohon yang ada di stasiun I , selanjutnya data pada stasiun II hampir sama dengan

data yang ada pada stasiun I sehingga koefisien korelasi momen hasil kali R12

memperoleh nilai sebesar 0,99 disebabkan kecilnya nilai struktur vegetasi tegakan

pohon yang ada pada stasiun II. Sedangkan pada stasiun III koefisien korelasi momen

hasil kali R12adalah sebesar 1karena nilai struktur vegetasi tegakan pohon lebih tinggi

dibanding nilai struktur vegetasi yang ada pada stasiun I dan II, maka diperoleh

nilaikorelasir > 0 artinya nilai struktur vegetasi tegakan pohon dengan nilai

konservasi mempunyai hubungan linier positif (Sangat kuat). Jadi, makin tinggi nilai

struktur vegetasi tegakan pohonmaka makin tinggi pula nilai konservasinya.

Berdasarkan Hasil penelitian untuk faktor lingkungan pada Tabel I

menunjukkan bahwa di Kawasan Hutan Lombongo Kabupaten Bone Bolango yang

mempunyai ketinggian tempat antara 50 - 2000 mdpl, terdapat banyak tumbuhan

yang beranekaragam. Pada ketinggian 750 mdpl (Stasiun I) terdapat 9 jenis tumbuhan

dan yang mendominasi adalah spesies Calamus ornatus dan Arenga pinnata.

Dracontomelon dao (Rao)merupakan spesies yang hanya terdapat pada stasiun I

37

sedangkan pada stasiun I dan II tidak terdapat pohon Rao. Pada ketinggian 456 mdpl

spesies yang mendominasi pada stasiun II adalah Pohon Aren (Arenga pinnata) dan

pohon palem duri (Aiphanes caryotafolia). Sedangkan pada ketinggian 200 mdpl

(stasiun III) spesies yang mendominasi adalah rotan (Calamus ornatus), palem duri

(Aiphanes caryotafolia), Kenari (Canarium asperum).

Pada umumnya spesies tumbuhan dapat tumbuh dengan baik pada ekosistem

yang seimbang atau lingkungan yang sehat (Anonim, 2012). Menurut Primack.

(1998), bahwa syarat lingkungan yang sehat itu harus disusun oleh beberapa

komponen yang kedaannya mendukung, baik komponen fisik maupun biotiknya.

Hasil pengukuran intensitas cahaya pada lokasi yang diteliti menunjukan

perbedaan nilai yang tidak terlalu jauh namun jika diperhatikan lebih seksama maka

terdapat kecenderungan faktor lingkungan dalam hal intensitas cahaya semakin

menurun seiring dengan peningkatan ketinggian tempat area penelitian. Hal ini

ditunjukan dengan Indeks Nilai Penting (INP) yang diperoleh di area tersebut lebih

rendah dibanding area yang instensitas cahaya lebih tinggi karena berada pada area

penelitian yang lebih rendah.

Demikian pula untuk faktor lingkungan kelembaban udara pada tempat lokasi

yang diteliti cenderung meningkat seiring dengan peningkatan ketinggian tempat dari

permukaan laut. Hal ini sesuai dengan hasil Indeks Nilai Penting (INP) yang

diperoleh lebih tinggi.

38

Suhu udara pada lokasi penelitian cenderung mengalami penurunanpada saat

pengambilan sampel di ketinggian 200 mdpl. Penurunan suhu ini berhubungan

tempat lokasi penelitan dalam keadaan hujan. Berdasarkan uraian di atas dapat

dikatakan bahwa faktor lingkungan dapat memberikan pegaruh bagi vegetasi

tumbuhan.