bab ii tinjauan pustaka a. minyak 1. minyak dan lemak

19
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Minyak 1. Minyak dan lemak Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida, senyawa organik yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik non polar misalnya dietil eter (C2H5OC2H5), Kloroform(CHCl3), benzena dan hidrokarbon lainnya. Sifat kelarutan ini yang membedakan lipida dari senyawa alam penting lain, misalnya protein dan karbohidrat pada umumnya tidak larut dalam pelarut nonpolar (Shofyan, 2010). Lemak dan minyak adalah sumber energi yang lebih efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein. Dalam satu gram minyak atau lemak menghasilkan energi 9 kkal, sedangkan karbohidrat dan protein hanya menghasilkan energi 4 kkal/gram. Sebagian besar minyak nabati berbentuk cair karena mengandung asam lemak tidak jenuh sedangkan lemak hewani pada umumnya berbentuk padat pada suhu kamar karena banyak mengandung asam lemak jenuh (Ketaren, 2005). 2. Sumber - Sumber Minyak dan Lemak Berdasarkan sumbernya minyak dan lemak dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu minyak dan lemak yang bersumber dari tanaman dan bersumber dari hewan. Sumber dari tanaman dan hewan ini berfungsi sebagai sumber cadangan energi.

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Minyak 1. Minyak dan lemak

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Minyak

1. Minyak dan lemak

Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida, senyawa organik yang tidak

larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik non polar misalnya dietil eter

(C2H5OC2H5), Kloroform(CHCl3), benzena dan hidrokarbon lainnya. Sifat

kelarutan ini yang membedakan lipida dari senyawa alam penting lain, misalnya

protein dan karbohidrat pada umumnya tidak larut dalam pelarut nonpolar

(Shofyan, 2010). Lemak dan minyak adalah sumber energi yang lebih efektif

dibandingkan dengan karbohidrat dan protein. Dalam satu gram minyak atau

lemak menghasilkan energi 9 kkal, sedangkan karbohidrat dan protein hanya

menghasilkan energi 4 kkal/gram. Sebagian besar minyak nabati berbentuk cair

karena mengandung asam lemak tidak jenuh sedangkan lemak hewani pada

umumnya berbentuk padat pada suhu kamar karena banyak mengandung asam

lemak jenuh (Ketaren, 2005).

2. Sumber - Sumber Minyak dan Lemak

Berdasarkan sumbernya minyak dan lemak dapat diklasifikasikan menjadi

dua, yaitu minyak dan lemak yang bersumber dari tanaman dan bersumber dari

hewan. Sumber dari tanaman dan hewan ini berfungsi sebagai sumber cadangan

energi.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Minyak 1. Minyak dan lemak

8

Pengklasifikasi minyak dan lemak berdasarkan sumbernya.

a. Minyak dan lemak yang bersumber dari tanaman (minyak nabati)

1) Biji - biji palawija

Contoh : minyak jagung, biji kapas, wijen, bunga matahari, kelapa, kelapa

sawit, jarak pagar, jarak kepyar

2) Biji – bijian dari tanaman tahunan

Contoh : kelapa, coklat, inti sawit, jarak pagar, dan jarak kepyar

3) Kulit buah tanaman tahunan

Contoh : minyak zaitun dan kelapa sawit

b. Minyak dan lemak yang bersumber dari hewan (lemak hewani)

1) Susu hewan peliharaan

Contoh : lemak susu

2) Daging hewan peliharaan

Contoh : lemak sapi dan turunannya

3) Hasil laut

Contoh : minyak ikan sardine dan minyak ikan paus

3. Sifat fisika – kimia Minyak dan Lemak

Sifat minyak goreng dibagi ke sifat fisika dan sifat kimia (Ketaren, 2005),

yaitu :

a. Sifat Fisika

1) Warna

Zat warna pada minyak terdiri dari 2 golongan yaitu :

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Minyak 1. Minyak dan lemak

9

a) Zat warna alamiah

Zat warna golongan ini terdapat secara alamiah pada bahan

mengandung minyak dan ikut terekstrak bersama minyak pada proses

ekstraksi. Zat warna tersebut adalah α dan ß karoten, xantofil, klorofil,

dan antosianin. Zat warna ini menyebabkan minyak berwarna kuning,

kuning kecoklatan, kehijau-hijauan dan kemerah-merahan. Pigmen

berwarna merah jingga atau kuning disebabkan oleh karotenoid yang

bersifat larut dalam minyak. Karatenoid bersifat tidak stabil pada suhu

tinggi, dan bila minyak dialiri uap panas, maka warna kuning hilang.

(Ketaren, 2008).

b) Warna Akibat Oksidasi dan Degradasi Komponen Kimia Yang Terdapat

Pada Minyak

1) Warna Gelap

Disebabkan oleh proses oksidasi terhadap tokoferol (vitamin E).

Apabila minyak bersumber dari tanaman hijau, maka zat klorofil yang

berwarna hijau ikut terekstrak bersama minyak. Warna gelap ini terjadi

selama proses pengolahan dan penyimpanan yang disebabkan oleh

beberapa faktor, yaitu: Suhu pemanasan yang terlalu tinggi, pengepresan

bahan yang mengandung minyak dengan tekanan dan suhu yang lebih

tinggi, logam Fe, Cu dan Mn akan menimbulkan warna yang tidak

diinginkan dalam minyak (Ketaren, 2008).

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Minyak 1. Minyak dan lemak

10

2) Warna Coklat

Pigmen coklat biasanya terdapat pada minyak atau lemak yang berasal

dari bahan yang rusak atau memar (Ketaren, 2008).

3) Warna Kuning

Hubungan yang erat antara proses absorpsi dan timbulnya warna

kuning dalam minyak, terutama terjadi dalam minyak atau lemak tidak

jenuh. Warna ini timbul selama penyimpanan dan intensitas warna

bervariasi dari mulai kuning sampai ungu kemerah-merahan , diantaranya

sebagai berikut:

(a) Lemak hewan, timbulnya warna kuning dalam lemak terjadi pada

suhu rendah, dalam waktu penyimpanan yang terlalu lama. Lemak hewan

contohnya, lemak celeng yang diekstraksi dari daging tidak akan menjadi

kuning pada proses oksidasi, kecuali apabila disimpan dalam jangka

panjang.

(b) Ikan, warna kuning dapat terjadi pada ikan asin dan ikan kering atau

istilah lainnya rusting.

(c) Penguningan oleh mikroorganisme, warna atau perubahan warna

dapat disebabkan oleh pigmen berbagai tipe mikroorganisme yang

tumbuh diatas media yang mengandung lemak (Kataren, 2008).

2) Bau dan Aroma

Terdapat secara alami dalam minyak dan juga terjadi karena pembentukan

asam-asam yang berantai sangat pendek. Umumnya odor dan flavor ini

disebabkan oleh komponen bukan minyak, sebagai contoh adalah bau khas dari

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Minyak 1. Minyak dan lemak

11

minyak kelapa sawit dikarenakan terdapat beta ionone, sedangkan bau khas dari

minyak kelapa adalah nonyl methylketon.

3) Kelarutan

Minyak tidak larut dalam air kecuali minyak jarak (castor oil). Minyak larut

dalam alkohol, etileter, karbon disulfide, dan pelarut-pelarut halogen.

4) Titik cair dan polymorphism

Suatu pengukuran titik cair yang digunakan dalam penentuan atau pengenalan

komponen-komponen organik yang murni. Polymorphism adalah keadaan

dimana terdapat lebih dari satu kristal.

5) Titik didih (Boiling Point)

Titik didih asam-asam lemak akan semakin meningkat dengan bertambah

panjangnya rantai karbon asam lemak tersebut.

6) Bobot jenis

Bobot jenis minyak biasanya ditentukan dengan temperature 25ºC.

7) Titik lunak (Softening Point)

Ditetapkan dengan tujuan untuk identifikasi minyak.

8) Slipping point

Digunakan untuk pengenalan minyak dan pengaruh komponen komponennya.

9) Shot melting point

Temperatur pada saat terjadi tetesan pertama dari minyak atau lemak.

10) Titik asap, titik nyala dan titik api

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Minyak 1. Minyak dan lemak

12

Titik asap adalah temperatur pada minyak atau lemak menghasilkan asap

kebiru-biruan pada saat pemanasan. Titik nyala adalah temparatur pada campuran

uap dari minyak dengan udara mulai terbakar. Titik api adalah temperatur saat

dihasilkan pembakaran yang terus-menerus (Ketaren, 1986).

11) Titik kekeruhan (turbidity point)

Ditetapkan dengan cara mendinginkan campuran minyak dengan pelarut

lemak. Temperatur pada waktu mulai terjadi kekeruhan disebut sebagai titik

kekeruhan.

b. Sifat kimia

Sifat kimia yang terdapat pada minyak goreng diantaranya adalah :

1) Hidrolisa

Enzim lipase mneghidrolisis lemak, memecah menjadi gliserol dan asam

lemak. Asam lemak bebas yang dihasilkan oleh reaksi ini dapat memberikan

rasa dan bau yang tidak sedap. Reaksi hidrolisa yang dapat mengakibatkan

kerusakan minyak atau lemak terjadi karena terdapat sejumlah air dalam

minyak ataupun lemak, contohnya pada penggorengan bahan makanan yang

lembab.

2) Oksidasi

Proses oksidasi berlangsung apabila terjadi kontak antara sejumlah

oksigen dengan minyak atau lemak. Terjadinya reaksi ini mengakibatkan bau

tengik pada minyak.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Minyak 1. Minyak dan lemak

13

3) Hidrogenasi

Proses hidrogenasi bertujuan untuk memperoleh kestabilan terhadap

oksidasi, memperbaiki warna, dan yang tertama mengubah lemak cair

menjadi bersifat plastis yang penting dalam industri makanan.

4) Esterifikasi

Proses esterifikasi bertujuan mengubah asam-asam lemak dari trigiserida

dalam bentuk ester. Dengan prinsip ini hidrokarbon rantai pendek dalam

asam lemak yang menyebabkan bau tidak enak, dapat ditukar dengan rantai

panjang yang bersifat tidak menguap (Ketaren, 2005).

4. Kerusakan Minyak

Kerusakan minyak akan mempengaruhi mutu dan nilai gizi bahan pangan

yang digoreng. Minyak yang rusak akibat oksidasi dan polimerisasi akan

menghasilkan bahan pangan yang kurang menarik dan cita rasa yang tidak enak,

serta kerusakan sebagian vitamin dan asam lemak esensial yang terdapat dalam

minyak. Oksidasi minyak terjadi karena kontak antara sejumlah oksigen dengan

minyak. Pembentukan senyawa polimer selama proses menggoreng terjadi karena

reaksi polimerisasi adisi dari asam lemak tidak jenuh. Hal ini terbukti dengan

terbentuknya bahan menyerupai gum yang mengendap di dasar tempat

penggorengan (Ketaren, 2005).

Oksidasi adalah akibat utama dari perubahan kimiawi minyak tetapi ada

beberapa penyebab degradasi lain yang berpotensial menyebabkan atau

menghasilkan racun. Perubahan kimiawi pada minyak, tidak semuanya berbahaya.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Minyak 1. Minyak dan lemak

14

Ada beberapa yang tidak berbahaya dan layak untuk dikonsumsi. Perubahan

kimia tergantung pada jenis minyak.

Kerusakan minyak atau lemak dengan pemanasan pada suhu tinggi (200-

250°C) akan mengakibatkan keracunan dalam tubuh dan berbagai macam

penyakit, misalnya diare, pengendapan lemak dan pembuluh darah, kanker dan

menurunkan nilai cerna lemak. Rusaknya minyak juga bisa terjadi karena lama

penyimpanan (Ketaren, 2005).

5. Sebab-Sebab Kerusakan Dari Minyak dan Lemak

a) Penyerapan Bau (Tainting)

Apabila pembungkus dapat menyerap lemak, maka lemak yang terserap akan

teroksidasi oleh udara sehingga akan rusak dan berbau, sehingga seluruh lemak

akan menjadi rusak (Winarno, 2004)

b) Hidrolisis

Dengan adanya air, maka lemak dapat terhidrolisis menjadi gliserol dan asam

lemak. Dalam teknologi makanan, hidrolisis oleh enzim lipase sangat penting

karena enzim tersebut terdapat pada semua jaringan yang mengandung minyak

(Winarno, 2004).

c) Oksidasi Lemak

Kerusakan lemak adalah timbulnya bau dan rasa tengik yang disebut proses

ketengikan. Disebabkan oleh faktor-faktor yang dapat mempercepat reaksi,

misalnya panas dan cahaya. Oksidasi ini bisa juga terjadi apabila terjadi kontak

antara sejumlah oksigen dengan minyak ataupun lemak. Terjadinya oksidasi ini

mengakibatkan bau tengik pada minyak ataupun lemak (Winarno, 2004).

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Minyak 1. Minyak dan lemak

15

6. Sistem Menggoreng Bahan Pangan

a. Proses Gangsa (Pan Frying)

Proses gangsa (Pan Frying) dapat menggunakan minyak dengan titik asap

yang lebih rendah, karena suhu pemanasan pada umumnya lebih rendah dari suhu

pemanasan pada system deep frying. Ciri khas dari proses gangsa ini adalah bahan

pangan yang digoreng tidak sampai terendam dalam minyak.

b. Menggoreng Biasa (Deep Frying)

Pada proses penggorengan dengan system deep frying, bahan pangan yang

digoreng terendam dalam minyak dan suhu minyak dapat mencapai 200-2050C.

Sistem menggoreng deep frying, yang umumnya digunakan masyarakat Indonesia,

dan juga pemakaian berulang minyak goreng, akan mengubah asam lemak tidak

jenuh menjadi asam lemak trans, yang dapat meningkatkan kolesterol jahat dan

menurunkan kolesterol baik (Ketaren, 2005).

7. Pemurnian Minyak dan Lemak

Tujuan yang utama dari proses pemurnian minyak atau lemak adalah untuk

menghilangkan rasa dan bau yang tidak enak, warna yang tidak menarik serta

memperpanjang masa simpan sebelum di konsumsi (Ketaren, 2005).

8. Pencegah Ketengikan

Proses ketengikan sangat dipengaruhi oleh prooksidan dan antioksidan.

Antioksidan dalam minyak atau lemak akan mengurangi kecepatan proses

oksidasi. Penyimpanan lemak yang baik adalah dalam tempat yang tertutup gelap,

dan dingin. Wadah lebih baik terbuat dari aluminium atau stainless steel

(Winarno, 2004).

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Minyak 1. Minyak dan lemak

16

Proses rusaknya lemak berlangsung selama pengolahan sampai siap untuk

dikonsumsi. Terjadinya ketengikan tidak hanya pada bahan pangan yang

mempunyai kadar lemak tinggi, tetapi juga dapat terjadi pada bahan berkadar

lemak rendah. Contohnya adalah biskuit yang terbuat dari tepung gandum tanpa

penambahan mentega putih akan menghasilkan bau yang tidak enak apabila

disimpan dalam jangka panjang hal ini disebabkan ketengikan oleh oksidasi,

padahal kadar lemaknya lebih kecil dari 1% ( Winarno, 2004).

B. Minyak Goreng

1. Definisi Minyak Goreng

Minyak goreng merupakan minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau

lemak hewan yang dimurnikan dalam bentuk cair dan biasanya digunakan untuk

menggoreng makanan. Minyak goreng berfungsi sebagai penghantar panas,

penambah rasa gurih, penambah bahan kalori pangan.

Minyak goreng tersusun dari unit-unit asam lemak. Jumlah asam lemak alami

yang diketahui ada dua puluh jenis asam lemak yang berbeda. Tidak ada minyak

atau lemak yang tersusun atas satu jenis asam lemak, jadi selalu dalam bentuk

campuran dari banyak asam lemak. Proporsi campuran perbedaan asam-asam

lemak tersebut menyebabkan lemak dapat berbentuk cair atau padat, bersifat sehat

atau membahayakan kesehatan, tahan simpan, atau mudah tengik (Ketaren, 2005).

2. Minyak Jelantah

Minyak jelantah merupakan minyak goreng yang dipakai berulang kali,

warna tidak jernih, menjadi gelap dan coklat. Minyak jenis ini sangat mudah

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Minyak 1. Minyak dan lemak

17

dikenali, karena warnanya lebih hitam dibandingkan dengan minyak goreng baru

dipakai 1-2 kali (Wijayanti, 2008).

Warna gelap pada minyak jelantah disebabkan oleh proses oksidasi terhadap

tokoferol (vitamin E). Warna coklat terjadi karena reaksi molekul karbohidrat

dengan gugus pereduksi seperti aldehid serta gugus amina dari molekul protein,

selain itu disebabkan oleh aktivitas enzim seperti phenol oksidase, poliphenol

oksidase dan lain sebagainya (Ketaren, 2008).

3. Akibat Menggunakan Minyak Jelantah

Minyak yang sudah digunakan untuk menggoreng yang disebut minyak

jelantah tidak baik digunakan untuk memasak kembali. Reaksi yang ditimbulkan

akibat panas yang tinggi berada diatas perapian dapat mengganggu fungsi hati,

ginjal, bahkan diduga dapat menyebabkan kanker (Yulianto, 2010).

C. Bilangan Peroksida

Kerusakan lemak atau minyak yang utama adalah karena peristiwa oksidasi

hidrolitik, baik enzimatik maupun non enzimatik. Kerusakan minyak yang

mungkin terjadi karena autoksidasi yang paling besar pengaruhnya terhadap cita

rasa. Hasil yang diakibatkan oksidasi lemak antara lain, peroksida, asam lemak,

aldehid dan keton. Bau tengik atau ransid terutama disebabkan oleh aldehid dan

keton. Untuk mengetahui tingkat kerusakan minyak dinyatakan sebagai peroksida

atau angka thiobarbitural (S. Sudarmadji, 2007).

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Minyak 1. Minyak dan lemak

18

1. Definisi Bilangan Peroksida

Bilangan peroksida adalah miligram oksigen yang dihasilkan setiap 100 gram

sampel. Prinsip penentuan angka peroksida adalah senyawa yang terdapat dalam

minyak akan mengoksidasi KI sehingga terbentuk I2 bebas yang diikat oleh

larutan Na-thiosulfat sehingga jumlah thiosulfat ekivalen dengan jumlah I2 bebas

yang berarti ekivalen dengan jumlah senyawa peroksida dalam minyak tersebut

(Ketaren, 2008).

2. Mekanisme Pembentukan Peroksida

Reaksi oksidasi oksigen terhadap asam lemak tidak jenuh akan menyebabkan

terbentuknya peroksida, aldehid, keton serta asam-asam lemak berantai pendek

yang dapat menimbulkan perubahan organoleptik yang tidak disukai seperti

perubahan bau dan aroma (ketengikan). Oksidasi dimulai dengan pembentukan

peroksida dan hidroperoksida dengan pengikatan oksigen pada ikatan rangkap

pada asam lemak tidak jenuh. Minyak mengalami oksidasi menjadi senyawa

peroksida yang tidak stabil ketika dipanaskan (Raharjo, 2007).

3. Faktor-faktor yang mempercepat pembentukan peroksida

Proses pembentukan peroksida ini dipercepat oleh adanya cahaya, panas,

enzim peroksida, logam-logam berat seperti Cu, Fe, Co dan Mn, logam porfirin

seperti hematin, hemoglobin, miogloblin, klorofil dan enzim-enzim lipoksidase.

Molekul-molekul lemak yang mengandung radikal asam lemak mengalami

oksidasi dan menjadi tengik.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Minyak 1. Minyak dan lemak

19

Oksidasi lemak biasanya melalui proses pembentukan radikal bebas,

kemudian radikal ini bersama O2 membentuk peroksida aktif yang dapat

membentuk hiperperoksida yang bersifat sangat tidak stabil yang mudah pecah

menjadi senyawa dengan rantai karbon yang lebih pendek oleh radiasi energi

tinggi, energi panas, katalis logam, atau enzim (S. Sudarmadji, 2007)

4. Zat Penghambat Pembentukan Peroksida

Proses ketengikan dipengaruhi oleh adanya prooksidan dan antioksidan.

Prooksidan mempercepat terjadinya oksidasi, sedangkan antioksidan akan

menghambatnya. Adanya antiokisdan dalam lemak akan mengurangi kecepatan

proses oksidasi. Antioksidan secara alamiah terdapat di dalam lemak nabati,

terkadang sengaja ditambahkan.

Ada dua macam antioksidan, yaitu antioksidan primer dan antioksidan sekunder:

a. Antioksidan Primer

Antioksidan primer adalah suatu zat yang dapat menghentikan reaksi berantai

pembentukan radikal yang melepas hidrogen. Zat-zat yang termasuk golongan ini

berasal dari alam dan dapat pula buatan. Antioksidan alam antara lain tokoferol,

lesitin, fosfatida, sesamol, gosipol, dan asam askorbat. Antioksidan alam yang

paling banyak ditemukan dalam minyak nabati adalah tokoferol yang mempunyai

keaktifan vitamin E dan terdapat dalam bentuk ∝, 𝛽, 𝛾 dan tokoferol. Tokoferol ini

akan mempunyai banyak ikatan rangkap yang mudah dioksidasi sehingga akan

melindungi dari oksidasi.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Minyak 1. Minyak dan lemak

20

b. Antioksidan Sekunder

Antioksidan sekunder adalah suatu zat yang mencegah kerja prooksidan

sehingga dapat digolongkan sebagai sinergik. Beberapa asam organik tertentu,

biasanya asam di- atau trikarbonat, dapat mengikat logam-logam (sequestran)

misalnya satu molekul asam sitrat akan mengikat prooksidan Fe seperti sering

dilakukan pada minyak kacang kedelai. EDTA (Etilendiamin tetraasetat) adalah

sequestran logam yang sering digunakan pada minyak salad.

D. Arang Bonggol jagung

Arang bonggol jagung merupakan produk dari pembakaran tidak sempurna

terhadap bonggol jagung. Arang aktif merupakan suatu padatan yang mengandung

85-95% karbon, dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon dengan

pemanasan pada suhu yang tinggi maupun diaktifasi dengan bahan-bahan kmia

(aktifator). Arang aktif merupakan senyawa karbon amorf yang sebagian besar

terdiri dari karbon bebas serta memiliki permukaan dalam (internal suface) dan

hal ini berhubungan dengan struktur pori internal yang menyebabkan arang aktif

mempunyai daya serap (absorben) yang baik (Anonimous, 2005). Daya serap

(absorpsi) arang aktif umumnya bergantung pada jumlah senyawaan karbon bebas

yang berkisar 85 – 95%. Arang aktif dapat mengadsorpsi gas dan senyawa-

senyawa kimia tertentu, daya serap arang aktif sangat besar yaitu 25-100%

terhadap berat arang aktif (Sinaga, 2003)

Tongkol jagung kaya akan pentose. Tongkol jagung sebagian besar tersusun

oleh selulosa (41%), hemiselulosa (36%), lignin (6%), dan senyawa lain yang

umum terdapat dalam tumbuhan. Hal ini mengindikasikan kandungan karbon

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Minyak 1. Minyak dan lemak

21

yang cukup tinggi. Arang yang berasal dari tongkol jagung diaktivasi secara fisik

dan kimia. Aktifasi kimia dengan larutan asam dan basa mengarah untuk

perbesaran pori-pori arang aktif (Prasetyo, 2013)

1. Proses pembuatan arang bonggol jagung

a. Dibakar langsung

Bonggol jagung langsung dibakar diatas tanah, setelah menjadi bara

dimatikan apinya, biasanya dengan cara disiram menggunakan air pada bara.

Hasil arang dari cara ini kualitas arangnya kurang bagus, karena arang banyak

yang pecah-pecah dan mengandung kadar air tinggi.

b. Dibakar dalam kaleng

Disediakan tong sampah dilepas penutup atasnya (seperti tong sampah).

Diberdirikan drum dengan lubang menghadap keatas dimasukkan dua genggam

bonggol jagung kedalam dasar kaleng kemudian dibakar. Setelah api menyala

dimasukkan sedikit demi sedikit bonggol jagung, biarkan asap mengepul seperti

sekam. Bila api menyala cepat-cepat ditimbun dengan bonggol jagung terus

sampai drum terisi penuh oleh bonggol jagung kemudian kaleng ditutup. Bila

bonggol jagung yang berada diatas sudah menjadi arang, berarti arang sudah jadi.

Tumpahkan drum yang berisi arang diatas matras, biarkan hingga dingin. Setelah

dingin arang diayak untuk memisahkan dari debu.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Minyak 1. Minyak dan lemak

22

a. Proses pembuatan arang dibakar langsung

Gambar 1. Bagan Pembuatan arang dibakar langsung

b. Proses pembuatan arang dibakar didalam kaleng

setelah

membara

asap mengepul

8jam

Gambar 2. Bagan Pembuatan arang yang dibakar didalam kaleng

Bonggol Jagung Dibakar diatas

tanah

Bara

Api dimatikan

dengan cara disiram

Bonggol Jagung Tungku Pengarangan Pembakaran

Dimasukkan

sedikit demi

sedikit bonggol

jagung

Cepat-cepat

ditimbun

dengan bonggol

jagung sampai

kaleng terisi

penuh

Kaleng

ditutup

Pengarangan

selesai

biarkan

dingin Bongkar dan

keluarkan

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Minyak 1. Minyak dan lemak

23

2. Proses Aktifasi Arang Bonggol Jagung

Arang hasil karbonisasi di aktifkan dengan larutan aktifator NaOH 3N dengan

waktu perendaman selama 24 jam (satu malam) selanjutnya dipanaskan dalam

oven pada suhu 110 0C kemudian diayak untuk menyeragamkan ukuran pori pada

karbon aktif sehingga efisien dan teratur.

Proses aktifasi arang bonggol jagung

Gambar 3. Bagan aktifasi arang bonggol jagung

Arang

bonggol

jagung

Diaktifkan

dengan larutan

NaOH 3N 24 jam

Di oven pada suhu

110o C 12 jam

Pengayaan

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Minyak 1. Minyak dan lemak

24

E. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep

E.1 Kerangka Teori

E .2 Kerangka Konsep

Variabel bebas Variabel terikat

Perendaman minyak jelantah dengan

arang bonggol jagung variasi

konsentrasi 6% b/v, 7% b/v, 8% b/v,

9% b/v selama 30 menit

Penurunan

bilangan peroksida

Minyak Goreng

1. Hidrolisa

2. Oksidasi

3. Hidrogenerasi

4. Eksterifikasi

Minyak jelantah

Penurunan bilangan

peroksida pada minyak

jelantah

Arang aktif bonggol

jagung

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Minyak 1. Minyak dan lemak

25

F. Hipotesis

Ho : Tidak ada pengaruh variasi konsentrasi arang bonggol jagung terhadap

penurunan bilangan peroksida pada minyak jelantah.

Ha : Ada pengaruh variasi konsentrasi arang bonggol jagung terhadap

penurunan bilangan peroksida pada minyak jelantah.