bab ii tinjauan pustaka a. minyak 1. minyak dan lemak
TRANSCRIPT
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Minyak
1. Minyak dan lemak
Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida, senyawa organik yang tidak
larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik non polar misalnya dietil eter
(C2H5OC2H5), Kloroform(CHCl3), benzena dan hidrokarbon lainnya. Sifat
kelarutan ini yang membedakan lipida dari senyawa alam penting lain, misalnya
protein dan karbohidrat pada umumnya tidak larut dalam pelarut nonpolar
(Shofyan, 2010). Lemak dan minyak adalah sumber energi yang lebih efektif
dibandingkan dengan karbohidrat dan protein. Dalam satu gram minyak atau
lemak menghasilkan energi 9 kkal, sedangkan karbohidrat dan protein hanya
menghasilkan energi 4 kkal/gram. Sebagian besar minyak nabati berbentuk cair
karena mengandung asam lemak tidak jenuh sedangkan lemak hewani pada
umumnya berbentuk padat pada suhu kamar karena banyak mengandung asam
lemak jenuh (Ketaren, 2005).
2. Sumber - Sumber Minyak dan Lemak
Berdasarkan sumbernya minyak dan lemak dapat diklasifikasikan menjadi
dua, yaitu minyak dan lemak yang bersumber dari tanaman dan bersumber dari
hewan. Sumber dari tanaman dan hewan ini berfungsi sebagai sumber cadangan
energi.
8
Pengklasifikasi minyak dan lemak berdasarkan sumbernya.
a. Minyak dan lemak yang bersumber dari tanaman (minyak nabati)
1) Biji - biji palawija
Contoh : minyak jagung, biji kapas, wijen, bunga matahari, kelapa, kelapa
sawit, jarak pagar, jarak kepyar
2) Biji – bijian dari tanaman tahunan
Contoh : kelapa, coklat, inti sawit, jarak pagar, dan jarak kepyar
3) Kulit buah tanaman tahunan
Contoh : minyak zaitun dan kelapa sawit
b. Minyak dan lemak yang bersumber dari hewan (lemak hewani)
1) Susu hewan peliharaan
Contoh : lemak susu
2) Daging hewan peliharaan
Contoh : lemak sapi dan turunannya
3) Hasil laut
Contoh : minyak ikan sardine dan minyak ikan paus
3. Sifat fisika – kimia Minyak dan Lemak
Sifat minyak goreng dibagi ke sifat fisika dan sifat kimia (Ketaren, 2005),
yaitu :
a. Sifat Fisika
1) Warna
Zat warna pada minyak terdiri dari 2 golongan yaitu :
9
a) Zat warna alamiah
Zat warna golongan ini terdapat secara alamiah pada bahan
mengandung minyak dan ikut terekstrak bersama minyak pada proses
ekstraksi. Zat warna tersebut adalah α dan ß karoten, xantofil, klorofil,
dan antosianin. Zat warna ini menyebabkan minyak berwarna kuning,
kuning kecoklatan, kehijau-hijauan dan kemerah-merahan. Pigmen
berwarna merah jingga atau kuning disebabkan oleh karotenoid yang
bersifat larut dalam minyak. Karatenoid bersifat tidak stabil pada suhu
tinggi, dan bila minyak dialiri uap panas, maka warna kuning hilang.
(Ketaren, 2008).
b) Warna Akibat Oksidasi dan Degradasi Komponen Kimia Yang Terdapat
Pada Minyak
1) Warna Gelap
Disebabkan oleh proses oksidasi terhadap tokoferol (vitamin E).
Apabila minyak bersumber dari tanaman hijau, maka zat klorofil yang
berwarna hijau ikut terekstrak bersama minyak. Warna gelap ini terjadi
selama proses pengolahan dan penyimpanan yang disebabkan oleh
beberapa faktor, yaitu: Suhu pemanasan yang terlalu tinggi, pengepresan
bahan yang mengandung minyak dengan tekanan dan suhu yang lebih
tinggi, logam Fe, Cu dan Mn akan menimbulkan warna yang tidak
diinginkan dalam minyak (Ketaren, 2008).
10
2) Warna Coklat
Pigmen coklat biasanya terdapat pada minyak atau lemak yang berasal
dari bahan yang rusak atau memar (Ketaren, 2008).
3) Warna Kuning
Hubungan yang erat antara proses absorpsi dan timbulnya warna
kuning dalam minyak, terutama terjadi dalam minyak atau lemak tidak
jenuh. Warna ini timbul selama penyimpanan dan intensitas warna
bervariasi dari mulai kuning sampai ungu kemerah-merahan , diantaranya
sebagai berikut:
(a) Lemak hewan, timbulnya warna kuning dalam lemak terjadi pada
suhu rendah, dalam waktu penyimpanan yang terlalu lama. Lemak hewan
contohnya, lemak celeng yang diekstraksi dari daging tidak akan menjadi
kuning pada proses oksidasi, kecuali apabila disimpan dalam jangka
panjang.
(b) Ikan, warna kuning dapat terjadi pada ikan asin dan ikan kering atau
istilah lainnya rusting.
(c) Penguningan oleh mikroorganisme, warna atau perubahan warna
dapat disebabkan oleh pigmen berbagai tipe mikroorganisme yang
tumbuh diatas media yang mengandung lemak (Kataren, 2008).
2) Bau dan Aroma
Terdapat secara alami dalam minyak dan juga terjadi karena pembentukan
asam-asam yang berantai sangat pendek. Umumnya odor dan flavor ini
disebabkan oleh komponen bukan minyak, sebagai contoh adalah bau khas dari
11
minyak kelapa sawit dikarenakan terdapat beta ionone, sedangkan bau khas dari
minyak kelapa adalah nonyl methylketon.
3) Kelarutan
Minyak tidak larut dalam air kecuali minyak jarak (castor oil). Minyak larut
dalam alkohol, etileter, karbon disulfide, dan pelarut-pelarut halogen.
4) Titik cair dan polymorphism
Suatu pengukuran titik cair yang digunakan dalam penentuan atau pengenalan
komponen-komponen organik yang murni. Polymorphism adalah keadaan
dimana terdapat lebih dari satu kristal.
5) Titik didih (Boiling Point)
Titik didih asam-asam lemak akan semakin meningkat dengan bertambah
panjangnya rantai karbon asam lemak tersebut.
6) Bobot jenis
Bobot jenis minyak biasanya ditentukan dengan temperature 25ºC.
7) Titik lunak (Softening Point)
Ditetapkan dengan tujuan untuk identifikasi minyak.
8) Slipping point
Digunakan untuk pengenalan minyak dan pengaruh komponen komponennya.
9) Shot melting point
Temperatur pada saat terjadi tetesan pertama dari minyak atau lemak.
10) Titik asap, titik nyala dan titik api
12
Titik asap adalah temperatur pada minyak atau lemak menghasilkan asap
kebiru-biruan pada saat pemanasan. Titik nyala adalah temparatur pada campuran
uap dari minyak dengan udara mulai terbakar. Titik api adalah temperatur saat
dihasilkan pembakaran yang terus-menerus (Ketaren, 1986).
11) Titik kekeruhan (turbidity point)
Ditetapkan dengan cara mendinginkan campuran minyak dengan pelarut
lemak. Temperatur pada waktu mulai terjadi kekeruhan disebut sebagai titik
kekeruhan.
b. Sifat kimia
Sifat kimia yang terdapat pada minyak goreng diantaranya adalah :
1) Hidrolisa
Enzim lipase mneghidrolisis lemak, memecah menjadi gliserol dan asam
lemak. Asam lemak bebas yang dihasilkan oleh reaksi ini dapat memberikan
rasa dan bau yang tidak sedap. Reaksi hidrolisa yang dapat mengakibatkan
kerusakan minyak atau lemak terjadi karena terdapat sejumlah air dalam
minyak ataupun lemak, contohnya pada penggorengan bahan makanan yang
lembab.
2) Oksidasi
Proses oksidasi berlangsung apabila terjadi kontak antara sejumlah
oksigen dengan minyak atau lemak. Terjadinya reaksi ini mengakibatkan bau
tengik pada minyak.
13
3) Hidrogenasi
Proses hidrogenasi bertujuan untuk memperoleh kestabilan terhadap
oksidasi, memperbaiki warna, dan yang tertama mengubah lemak cair
menjadi bersifat plastis yang penting dalam industri makanan.
4) Esterifikasi
Proses esterifikasi bertujuan mengubah asam-asam lemak dari trigiserida
dalam bentuk ester. Dengan prinsip ini hidrokarbon rantai pendek dalam
asam lemak yang menyebabkan bau tidak enak, dapat ditukar dengan rantai
panjang yang bersifat tidak menguap (Ketaren, 2005).
4. Kerusakan Minyak
Kerusakan minyak akan mempengaruhi mutu dan nilai gizi bahan pangan
yang digoreng. Minyak yang rusak akibat oksidasi dan polimerisasi akan
menghasilkan bahan pangan yang kurang menarik dan cita rasa yang tidak enak,
serta kerusakan sebagian vitamin dan asam lemak esensial yang terdapat dalam
minyak. Oksidasi minyak terjadi karena kontak antara sejumlah oksigen dengan
minyak. Pembentukan senyawa polimer selama proses menggoreng terjadi karena
reaksi polimerisasi adisi dari asam lemak tidak jenuh. Hal ini terbukti dengan
terbentuknya bahan menyerupai gum yang mengendap di dasar tempat
penggorengan (Ketaren, 2005).
Oksidasi adalah akibat utama dari perubahan kimiawi minyak tetapi ada
beberapa penyebab degradasi lain yang berpotensial menyebabkan atau
menghasilkan racun. Perubahan kimiawi pada minyak, tidak semuanya berbahaya.
14
Ada beberapa yang tidak berbahaya dan layak untuk dikonsumsi. Perubahan
kimia tergantung pada jenis minyak.
Kerusakan minyak atau lemak dengan pemanasan pada suhu tinggi (200-
250°C) akan mengakibatkan keracunan dalam tubuh dan berbagai macam
penyakit, misalnya diare, pengendapan lemak dan pembuluh darah, kanker dan
menurunkan nilai cerna lemak. Rusaknya minyak juga bisa terjadi karena lama
penyimpanan (Ketaren, 2005).
5. Sebab-Sebab Kerusakan Dari Minyak dan Lemak
a) Penyerapan Bau (Tainting)
Apabila pembungkus dapat menyerap lemak, maka lemak yang terserap akan
teroksidasi oleh udara sehingga akan rusak dan berbau, sehingga seluruh lemak
akan menjadi rusak (Winarno, 2004)
b) Hidrolisis
Dengan adanya air, maka lemak dapat terhidrolisis menjadi gliserol dan asam
lemak. Dalam teknologi makanan, hidrolisis oleh enzim lipase sangat penting
karena enzim tersebut terdapat pada semua jaringan yang mengandung minyak
(Winarno, 2004).
c) Oksidasi Lemak
Kerusakan lemak adalah timbulnya bau dan rasa tengik yang disebut proses
ketengikan. Disebabkan oleh faktor-faktor yang dapat mempercepat reaksi,
misalnya panas dan cahaya. Oksidasi ini bisa juga terjadi apabila terjadi kontak
antara sejumlah oksigen dengan minyak ataupun lemak. Terjadinya oksidasi ini
mengakibatkan bau tengik pada minyak ataupun lemak (Winarno, 2004).
15
6. Sistem Menggoreng Bahan Pangan
a. Proses Gangsa (Pan Frying)
Proses gangsa (Pan Frying) dapat menggunakan minyak dengan titik asap
yang lebih rendah, karena suhu pemanasan pada umumnya lebih rendah dari suhu
pemanasan pada system deep frying. Ciri khas dari proses gangsa ini adalah bahan
pangan yang digoreng tidak sampai terendam dalam minyak.
b. Menggoreng Biasa (Deep Frying)
Pada proses penggorengan dengan system deep frying, bahan pangan yang
digoreng terendam dalam minyak dan suhu minyak dapat mencapai 200-2050C.
Sistem menggoreng deep frying, yang umumnya digunakan masyarakat Indonesia,
dan juga pemakaian berulang minyak goreng, akan mengubah asam lemak tidak
jenuh menjadi asam lemak trans, yang dapat meningkatkan kolesterol jahat dan
menurunkan kolesterol baik (Ketaren, 2005).
7. Pemurnian Minyak dan Lemak
Tujuan yang utama dari proses pemurnian minyak atau lemak adalah untuk
menghilangkan rasa dan bau yang tidak enak, warna yang tidak menarik serta
memperpanjang masa simpan sebelum di konsumsi (Ketaren, 2005).
8. Pencegah Ketengikan
Proses ketengikan sangat dipengaruhi oleh prooksidan dan antioksidan.
Antioksidan dalam minyak atau lemak akan mengurangi kecepatan proses
oksidasi. Penyimpanan lemak yang baik adalah dalam tempat yang tertutup gelap,
dan dingin. Wadah lebih baik terbuat dari aluminium atau stainless steel
(Winarno, 2004).
16
Proses rusaknya lemak berlangsung selama pengolahan sampai siap untuk
dikonsumsi. Terjadinya ketengikan tidak hanya pada bahan pangan yang
mempunyai kadar lemak tinggi, tetapi juga dapat terjadi pada bahan berkadar
lemak rendah. Contohnya adalah biskuit yang terbuat dari tepung gandum tanpa
penambahan mentega putih akan menghasilkan bau yang tidak enak apabila
disimpan dalam jangka panjang hal ini disebabkan ketengikan oleh oksidasi,
padahal kadar lemaknya lebih kecil dari 1% ( Winarno, 2004).
B. Minyak Goreng
1. Definisi Minyak Goreng
Minyak goreng merupakan minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau
lemak hewan yang dimurnikan dalam bentuk cair dan biasanya digunakan untuk
menggoreng makanan. Minyak goreng berfungsi sebagai penghantar panas,
penambah rasa gurih, penambah bahan kalori pangan.
Minyak goreng tersusun dari unit-unit asam lemak. Jumlah asam lemak alami
yang diketahui ada dua puluh jenis asam lemak yang berbeda. Tidak ada minyak
atau lemak yang tersusun atas satu jenis asam lemak, jadi selalu dalam bentuk
campuran dari banyak asam lemak. Proporsi campuran perbedaan asam-asam
lemak tersebut menyebabkan lemak dapat berbentuk cair atau padat, bersifat sehat
atau membahayakan kesehatan, tahan simpan, atau mudah tengik (Ketaren, 2005).
2. Minyak Jelantah
Minyak jelantah merupakan minyak goreng yang dipakai berulang kali,
warna tidak jernih, menjadi gelap dan coklat. Minyak jenis ini sangat mudah
17
dikenali, karena warnanya lebih hitam dibandingkan dengan minyak goreng baru
dipakai 1-2 kali (Wijayanti, 2008).
Warna gelap pada minyak jelantah disebabkan oleh proses oksidasi terhadap
tokoferol (vitamin E). Warna coklat terjadi karena reaksi molekul karbohidrat
dengan gugus pereduksi seperti aldehid serta gugus amina dari molekul protein,
selain itu disebabkan oleh aktivitas enzim seperti phenol oksidase, poliphenol
oksidase dan lain sebagainya (Ketaren, 2008).
3. Akibat Menggunakan Minyak Jelantah
Minyak yang sudah digunakan untuk menggoreng yang disebut minyak
jelantah tidak baik digunakan untuk memasak kembali. Reaksi yang ditimbulkan
akibat panas yang tinggi berada diatas perapian dapat mengganggu fungsi hati,
ginjal, bahkan diduga dapat menyebabkan kanker (Yulianto, 2010).
C. Bilangan Peroksida
Kerusakan lemak atau minyak yang utama adalah karena peristiwa oksidasi
hidrolitik, baik enzimatik maupun non enzimatik. Kerusakan minyak yang
mungkin terjadi karena autoksidasi yang paling besar pengaruhnya terhadap cita
rasa. Hasil yang diakibatkan oksidasi lemak antara lain, peroksida, asam lemak,
aldehid dan keton. Bau tengik atau ransid terutama disebabkan oleh aldehid dan
keton. Untuk mengetahui tingkat kerusakan minyak dinyatakan sebagai peroksida
atau angka thiobarbitural (S. Sudarmadji, 2007).
18
1. Definisi Bilangan Peroksida
Bilangan peroksida adalah miligram oksigen yang dihasilkan setiap 100 gram
sampel. Prinsip penentuan angka peroksida adalah senyawa yang terdapat dalam
minyak akan mengoksidasi KI sehingga terbentuk I2 bebas yang diikat oleh
larutan Na-thiosulfat sehingga jumlah thiosulfat ekivalen dengan jumlah I2 bebas
yang berarti ekivalen dengan jumlah senyawa peroksida dalam minyak tersebut
(Ketaren, 2008).
2. Mekanisme Pembentukan Peroksida
Reaksi oksidasi oksigen terhadap asam lemak tidak jenuh akan menyebabkan
terbentuknya peroksida, aldehid, keton serta asam-asam lemak berantai pendek
yang dapat menimbulkan perubahan organoleptik yang tidak disukai seperti
perubahan bau dan aroma (ketengikan). Oksidasi dimulai dengan pembentukan
peroksida dan hidroperoksida dengan pengikatan oksigen pada ikatan rangkap
pada asam lemak tidak jenuh. Minyak mengalami oksidasi menjadi senyawa
peroksida yang tidak stabil ketika dipanaskan (Raharjo, 2007).
3. Faktor-faktor yang mempercepat pembentukan peroksida
Proses pembentukan peroksida ini dipercepat oleh adanya cahaya, panas,
enzim peroksida, logam-logam berat seperti Cu, Fe, Co dan Mn, logam porfirin
seperti hematin, hemoglobin, miogloblin, klorofil dan enzim-enzim lipoksidase.
Molekul-molekul lemak yang mengandung radikal asam lemak mengalami
oksidasi dan menjadi tengik.
19
Oksidasi lemak biasanya melalui proses pembentukan radikal bebas,
kemudian radikal ini bersama O2 membentuk peroksida aktif yang dapat
membentuk hiperperoksida yang bersifat sangat tidak stabil yang mudah pecah
menjadi senyawa dengan rantai karbon yang lebih pendek oleh radiasi energi
tinggi, energi panas, katalis logam, atau enzim (S. Sudarmadji, 2007)
4. Zat Penghambat Pembentukan Peroksida
Proses ketengikan dipengaruhi oleh adanya prooksidan dan antioksidan.
Prooksidan mempercepat terjadinya oksidasi, sedangkan antioksidan akan
menghambatnya. Adanya antiokisdan dalam lemak akan mengurangi kecepatan
proses oksidasi. Antioksidan secara alamiah terdapat di dalam lemak nabati,
terkadang sengaja ditambahkan.
Ada dua macam antioksidan, yaitu antioksidan primer dan antioksidan sekunder:
a. Antioksidan Primer
Antioksidan primer adalah suatu zat yang dapat menghentikan reaksi berantai
pembentukan radikal yang melepas hidrogen. Zat-zat yang termasuk golongan ini
berasal dari alam dan dapat pula buatan. Antioksidan alam antara lain tokoferol,
lesitin, fosfatida, sesamol, gosipol, dan asam askorbat. Antioksidan alam yang
paling banyak ditemukan dalam minyak nabati adalah tokoferol yang mempunyai
keaktifan vitamin E dan terdapat dalam bentuk ∝, 𝛽, 𝛾 dan tokoferol. Tokoferol ini
akan mempunyai banyak ikatan rangkap yang mudah dioksidasi sehingga akan
melindungi dari oksidasi.
20
b. Antioksidan Sekunder
Antioksidan sekunder adalah suatu zat yang mencegah kerja prooksidan
sehingga dapat digolongkan sebagai sinergik. Beberapa asam organik tertentu,
biasanya asam di- atau trikarbonat, dapat mengikat logam-logam (sequestran)
misalnya satu molekul asam sitrat akan mengikat prooksidan Fe seperti sering
dilakukan pada minyak kacang kedelai. EDTA (Etilendiamin tetraasetat) adalah
sequestran logam yang sering digunakan pada minyak salad.
D. Arang Bonggol jagung
Arang bonggol jagung merupakan produk dari pembakaran tidak sempurna
terhadap bonggol jagung. Arang aktif merupakan suatu padatan yang mengandung
85-95% karbon, dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon dengan
pemanasan pada suhu yang tinggi maupun diaktifasi dengan bahan-bahan kmia
(aktifator). Arang aktif merupakan senyawa karbon amorf yang sebagian besar
terdiri dari karbon bebas serta memiliki permukaan dalam (internal suface) dan
hal ini berhubungan dengan struktur pori internal yang menyebabkan arang aktif
mempunyai daya serap (absorben) yang baik (Anonimous, 2005). Daya serap
(absorpsi) arang aktif umumnya bergantung pada jumlah senyawaan karbon bebas
yang berkisar 85 – 95%. Arang aktif dapat mengadsorpsi gas dan senyawa-
senyawa kimia tertentu, daya serap arang aktif sangat besar yaitu 25-100%
terhadap berat arang aktif (Sinaga, 2003)
Tongkol jagung kaya akan pentose. Tongkol jagung sebagian besar tersusun
oleh selulosa (41%), hemiselulosa (36%), lignin (6%), dan senyawa lain yang
umum terdapat dalam tumbuhan. Hal ini mengindikasikan kandungan karbon
21
yang cukup tinggi. Arang yang berasal dari tongkol jagung diaktivasi secara fisik
dan kimia. Aktifasi kimia dengan larutan asam dan basa mengarah untuk
perbesaran pori-pori arang aktif (Prasetyo, 2013)
1. Proses pembuatan arang bonggol jagung
a. Dibakar langsung
Bonggol jagung langsung dibakar diatas tanah, setelah menjadi bara
dimatikan apinya, biasanya dengan cara disiram menggunakan air pada bara.
Hasil arang dari cara ini kualitas arangnya kurang bagus, karena arang banyak
yang pecah-pecah dan mengandung kadar air tinggi.
b. Dibakar dalam kaleng
Disediakan tong sampah dilepas penutup atasnya (seperti tong sampah).
Diberdirikan drum dengan lubang menghadap keatas dimasukkan dua genggam
bonggol jagung kedalam dasar kaleng kemudian dibakar. Setelah api menyala
dimasukkan sedikit demi sedikit bonggol jagung, biarkan asap mengepul seperti
sekam. Bila api menyala cepat-cepat ditimbun dengan bonggol jagung terus
sampai drum terisi penuh oleh bonggol jagung kemudian kaleng ditutup. Bila
bonggol jagung yang berada diatas sudah menjadi arang, berarti arang sudah jadi.
Tumpahkan drum yang berisi arang diatas matras, biarkan hingga dingin. Setelah
dingin arang diayak untuk memisahkan dari debu.
22
a. Proses pembuatan arang dibakar langsung
Gambar 1. Bagan Pembuatan arang dibakar langsung
b. Proses pembuatan arang dibakar didalam kaleng
setelah
membara
asap mengepul
8jam
Gambar 2. Bagan Pembuatan arang yang dibakar didalam kaleng
Bonggol Jagung Dibakar diatas
tanah
Bara
Api dimatikan
dengan cara disiram
Bonggol Jagung Tungku Pengarangan Pembakaran
Dimasukkan
sedikit demi
sedikit bonggol
jagung
Cepat-cepat
ditimbun
dengan bonggol
jagung sampai
kaleng terisi
penuh
Kaleng
ditutup
Pengarangan
selesai
biarkan
dingin Bongkar dan
keluarkan
23
2. Proses Aktifasi Arang Bonggol Jagung
Arang hasil karbonisasi di aktifkan dengan larutan aktifator NaOH 3N dengan
waktu perendaman selama 24 jam (satu malam) selanjutnya dipanaskan dalam
oven pada suhu 110 0C kemudian diayak untuk menyeragamkan ukuran pori pada
karbon aktif sehingga efisien dan teratur.
Proses aktifasi arang bonggol jagung
Gambar 3. Bagan aktifasi arang bonggol jagung
Arang
bonggol
jagung
Diaktifkan
dengan larutan
NaOH 3N 24 jam
Di oven pada suhu
110o C 12 jam
Pengayaan
24
E. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep
E.1 Kerangka Teori
E .2 Kerangka Konsep
Variabel bebas Variabel terikat
Perendaman minyak jelantah dengan
arang bonggol jagung variasi
konsentrasi 6% b/v, 7% b/v, 8% b/v,
9% b/v selama 30 menit
Penurunan
bilangan peroksida
Minyak Goreng
1. Hidrolisa
2. Oksidasi
3. Hidrogenerasi
4. Eksterifikasi
Minyak jelantah
Penurunan bilangan
peroksida pada minyak
jelantah
Arang aktif bonggol
jagung
25
F. Hipotesis
Ho : Tidak ada pengaruh variasi konsentrasi arang bonggol jagung terhadap
penurunan bilangan peroksida pada minyak jelantah.
Ha : Ada pengaruh variasi konsentrasi arang bonggol jagung terhadap
penurunan bilangan peroksida pada minyak jelantah.