bab i pendahuluan a. latar belakang...

133
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam sejarah penyelenggaraan pendidikan di negara kita, tercatat sebanyak lima kali perubahan kurikulum pendidikan dasar dan menengah yang berbarengan dengan perubahan strategi belajar mengajar. Kurikulum pertama dirancang pada tahun 1968 yang menekankan pada pentingnya pembinaan moral, budi pekerti, agama, kecerdasan dan keterampilan, serta fisik yang kuat dan sehat. Kurikulum 1968 dianggap belum sempurna sekalipun penyusunannya berdasarkan hasil kajian mendalam terhadap pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Oleh karena itu, pemerintah, para ahli, dan praktisi pendidikan melakukan inovasi dan uji coba terhadap model desain pembelajaran yang pada akhirnya terakumulasi dalam perwujudan kurikulum 1975. kurikulum 1975 pun dipandang belum mampu mengakomodasikan upaya menciptakan manusia Indonesia seutuhnya yang berindikasi pada pengembangan tiga aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Maka dirancanglah kurikulum 1984 sebagai penyempurnaan kurikulum sebelumnya yang menekankan pada Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). 1 Seiring dengan perubahan situasi politik, tarik menarik kepentingan pun sering terjadi sehingga mempengaruhi sistem pendidikan yang diselenggarakan di negeri ini. Setelah berjalan selama kurang lebih sepuluh tahun, implementasi kurikulum tahun 1984 terasa terlalu membebani guru dan murid mengingat jumlah materi pelajaran yang terlalu banyak jika dibandingkan dengan waktu yang tersedia. Dengan demikian, perubahan kembali dilakukan dengan lahirnya kurikulum 1994 sebagai penyederhanaan kurikulum 1984 dan dilaksanakan sesuai dengan Undang-undang No.2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari sistem semester ke sistem caturwulan. Dengan sistem caturwulan yang pembagiannya dalam satu 1 R. Bambang R. Soekisno, www. Wordpress.com, 16 Mei 2007

Upload: others

Post on 24-Dec-2019

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Dalam sejarah penyelenggaraan pendidikan di negara kita, tercatat

sebanyak lima kali perubahan kurikulum pendidikan dasar dan menengah

yang berbarengan dengan perubahan strategi belajar mengajar. Kurikulum

pertama dirancang pada tahun 1968 yang menekankan pada pentingnya

pembinaan moral, budi pekerti, agama, kecerdasan dan keterampilan, serta

fisik yang kuat dan sehat. Kurikulum 1968 dianggap belum sempurna

sekalipun penyusunannya berdasarkan hasil kajian mendalam terhadap

pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Oleh karena itu, pemerintah, para

ahli, dan praktisi pendidikan melakukan inovasi dan uji coba terhadap model

desain pembelajaran yang pada akhirnya terakumulasi dalam perwujudan

kurikulum 1975. kurikulum 1975 pun dipandang belum mampu

mengakomodasikan upaya menciptakan manusia Indonesia seutuhnya yang

berindikasi pada pengembangan tiga aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Maka dirancanglah kurikulum 1984 sebagai penyempurnaan kurikulum

sebelumnya yang menekankan pada Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).1

Seiring dengan perubahan situasi politik, tarik menarik kepentingan pun

sering terjadi sehingga mempengaruhi sistem pendidikan yang

diselenggarakan di negeri ini. Setelah berjalan selama kurang lebih sepuluh

tahun, implementasi kurikulum tahun 1984 terasa terlalu membebani guru dan

murid mengingat jumlah materi pelajaran yang terlalu banyak jika

dibandingkan dengan waktu yang tersedia. Dengan demikian, perubahan

kembali dilakukan dengan lahirnya kurikulum 1994 sebagai penyederhanaan

kurikulum 1984 dan dilaksanakan sesuai dengan Undang-undang No.2 tahun

1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada sistem

pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari sistem semester ke

sistem caturwulan. Dengan sistem caturwulan yang pembagiannya dalam satu

1R. Bambang R. Soekisno, www. Wordpress.com, 16 Mei 2007

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

2

tahun menjadi tiga tahap diharapkan dapat memberikan kesempatan bagi

siswa untuk dapat menerima materi pelajaran cukup banyak.

Mutu pendidikan yang semakin terpuruk hingga berada pada level ke 12

dari 12 Negara di Asia seolah mengindikasikan hanya dengan perubahan

kurikulum kemudian keterpurukan itu dapat didongkrak ke arah yang lebih

baik, maka lahirlah Kurikulum Berbasis Kompetensi.2 KBK merupakan

seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar,

serta pemberdayaan sumber daya pendidikan. Batasan tersebut menyiratkan

bahwa KBK dikembangkan dengan tujuan agar peserta didik memperoleh

kecerdasan yang mumpuni dalam membangun identitas budaya dan

bangsanya. Dalam arti, melalui penerapan KBK tamatan diharapkan memiliki

kompetensi atau kemampuan akademik yang baik, keterampilan untuk

menunjang hidup yang memadai, pengembangan moral yang terpuji,

pembentukan karakter yang kuat, kebiasaan hidup yang sehat, semangat

bekerja sama yang kompak, dan apresiasi estetika yang tinggi terhadap dunia

sekitar.3 Namun demikian, dalam pelaksanaannya di lapangan KBK sering

mengalami hambatan yang menuntut untuk diadakannya perubahan kembali

dalam kurikulum tersebut. Kurangnya sosialisasi serta pengetahuan guru

tentang KBK, ditambah dengan jumlah materi yang terlalu banyak, sarana dan

prasarana yang kurang memadi serta faktor lain yang kesemuanya itu

mengindikasikan tidak tercapainya tujuan KBK secara optimal. Maka lahirlah

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang lebih dikenal dengan istilah

KTSP sebagai penyempurnaan dari kurikulum 2004 (KBK). KTSP merupakan

kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing

satuan pendidikan /sekolah. Dalam kurikulum ini sebenarnya tidak ada

perbedaan yang esensial antara KTSP dengan KBK karena kedua-duanya

masih berorientasi pada kompetensi dan hasil belajar peserta didik, akan tetapi

perbedaan terdapat pada teknis pelaksanaan, jika dalam KBK disusun oleh

2 Soekisno R. Bambang. A, www. wordpress.com, 16 Mei 2007. 3 Masnur Muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan kontekstual : Panduan Bagi Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas Sekolah, Jilid 1, ( Jakarta: Bumu Aksara, 2007), Cet. 1, h. 17

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

3

pemerintah pusat, dalam hal ini Depdiknas sedangkan Pada Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan disusun oleh masing-masing, dalam hal ini sekolah

yang bersangkutan, walaupun masih tetap berpedoman atau mengacu pada

rambu-rambu nasional panduan Penyusunan KTSP yang disusun oleh badan

independen yang disebut Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP).

Untuk itu dalam proses implementasi KTSP disekolah agar lebih optimal

banyak hal yang harus dilakukan, baik oleh kepala sekolah itu sendiri sebagai

pemimpin maupun pihak-pihak lain yang terkait dengan proses implementasi

KTSP di sekolah seperti guru, staf tata usaha, orang tua, lingkungan sekolah

serta masyarakat sekitar sekolah. Mereka semua harus saling mendukung dan

bekerja sama untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sesuai

yang diharapkan, baik itu tujuan nasional maupun tujuan institusional.

Permasalahan yang sering timbul berkaitan dengan implementasi sebuah

kurikulum di sekolah adalah proses sosialisasi dan pengetahuan seorang guru

mengenai kurikulum itu sendiri yang kurang, seperti terlihat pada sebagian

guru di SMPN 250 Jakarta. Mereka seakan kurang memahami dengan benar

apa itu KTSP, padahal hal tersebut seharusnya sudah terlaksana dengan baik.

Selain itu juga selama tiga tahun berjalan, SMPN 250 jakarta belum

mempunyai prestasi yang cukup signifikan baik dari segi prestasi hasil ujian

nasional maupun prestasi-prestasi lain seperti lomba karya ilmiah misalnya hal

ini mengindikasikan belum tercapainya implementasi kurikulum secara

optimal. Untuk itu, disini guru dituntut harus mempunyai pengetahuan dan

keterampilan khusus (Profesional) yang berkaitan dengan kegiatan

pembelajaran dalam mengimplementasikan sebuah kurikulum di sekolah,

salah satunya adalah dengan membuktikan keprofesionalannya dalam

menyusun satuan pembelajaran atau yang lebih dikenal dengan rencana

pelaksanaan pembelajaran. Mereka dituntut untuk dapat menyusun dan

membuat rencana pembelajaran yang berdasarkan kemampuan dasar apa yang

dapat digali dan dikembangkan oleh peserta didik. Guru harus mampu

menggali potensi diri dan bakat peserta didik sehingga mampu mencari dan

menemukan ilmu pengetahuannya sendiri. Selain itu juga guru harus mampu

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

4

mengubah dirinya sendiri. KTSP pada dasarnya adalah proses belajar

mengajar yang berlangsung dalam rangka pengkonstruksian dan penyusunan

pengetahuan oleh peserta didik dengan cara memberi makna dan merespon

pengetahuan sebelumnya. Dengan demikian di dalam penyusunan rencana

pembelajaran guru harus mampu menyusunnya sehingga kelas berlangsung

dalam suasana demokratis dan terbuka.

Selanjutnya keprofesionalan guru dalam menggunakan strategi

pembelajaran walaupun banyak lagi keprofesionalan guru yang lain yang

harus dikembangan, juga merupakan salah satu kompetensi yang harus

dimiliki untuk mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) dengan baik. Kalau dilihat pada proses pengkonstruksian dan

penyusunan pengetahuan yang dimaksud di atas, maka pengunaan strategi

pembelajaran dengan pendekatan kontektual (Contextual Teaching And

Learning) didalam kelas merupakan sesuatu hal yang sangat penting dan perlu

diperhatikan dengan baik. Akan tetapi fenomena yang ada menunjukkan

sedikitnya pemahaman guru mengenai strategi ini. Akhir-akhir ini

pembelajaran dengan pendekatan kontekstual (Contextual Teaching And

Learning) merupakan salah satu pendekatan yang banyak dibicarakan orang.

Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching And Learning) adalah

“mukanya” Kurikulum yang berorientasi pada Kompetensi, artinya CTL

merupakan salah satu pendekatan yang dapat diandalkan dalam

mengembangkan dan mengimplementasikan KTSP, karena dengan adanya

CTL selain dapat memberikan pengalaman belajar, diharapkan siswa dapat

memiliki kecakapan untuk memecahkan permasalahan hidup sesuai dengan

kegiatan belajar yang mengarahkan siswa untuk terlibat secara langsung dalam

konteks rumah, masyarakat maupun tempat kerja.

Pendekatan CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru

mengaitkan materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan

mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya

dengan penerapannyan dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan

masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

5

bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam

membentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer

pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan dari

pada hasil. Dalam konteks itu siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa

manfaatnya, dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya. Mereka

sadar bahwa yang mereka pelajari berguna untuk hidupnya nanti. Dalam

upaya itu, mereka memerlukan guru sebagai pengarah dan pembimbing.

Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai

tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi

daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim

yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi siswa.

Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri, bukan dari apa kata guru.

Model pembelajaran dengan pendekatan CTL (Contextual Teaching And

Learning) hanya sebuah strategi pembelajaran. Seperti halnya strategi

pembelajaran yang lain, CTL (Contextual Teaching And Learning)

dikembangkan denga tujuan agar pembelajaran berjalan dengan lebih

produktif dan bermakna. CTL (Contextual Teaching And Learning) dapat

diterapkan tanpa mengubah kurikulum dan tatanan yang ada.

Selanjutnya, dalam proses implementasi CTL (Contextual Teaching

And Learning) pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk

mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan, KTSP perlu melibatkan

berbagai pihak seperti kepala sekolah, komite sekolah, guru, siswa,

lingkungan keluarga, masyarakat serta pihak-pihak lain yang terkait, yang

semuanya itu harus saling mendukung dan berjalan bersama. Tanpa itu semua,

keberhasilan implementasi pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching

And Learning) mempunyai kemungkinan tidak tercapai secara optimal seperti

yang diharapkan dalam konsep KTSP..

Kalau kita melihat pada implementasi KTSP yang ada pada saat sekarang

ini seperti yang telah dijelaskan di atas yang ada di SMPN 250 Jakarta, maka

secara tidak langsung dengan adanya faktor tersebut dapat mengganggu

terhadap proses penggunaan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual itu

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

6

sendiri pada KTSP dan dapat mengubah rencana pembelajaran yang telah ada

dan akan di pakai. Untuk itu, perlu diperhatikan pengunaan pembelajaran

dengan pendekatan CTL(Contextual Teaching And Learning) dalam

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan disesuaikan dengan situasi dan

kondisi yang ada.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis ingin membahas lebih lanjut

permasalahan tersebut dalam bentuk judul skripsi dengan judul :

“HAMBATAN PELAKSANAAN CONTEXTUAL TEACHING AND

LEARNING DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN

PENDIDIKAN” (Studi Kasus Pada Pendidikan Agama Islam Di SMP Negeri

250 Jakarta )

B. Perumusan Masalah Penggunaan pendekatan CTL pada KTSP merupakan salah satu pendekatan

yang dapat diandalkan. Untuk itu pelaksanaannya harus benar-benar

berdasarkan konteksnya agar pembelajaran lebih bermakna dan implementasi

KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada

KTSP dengan situasi dan kondisi yang ada, baik itu menyangkut peserta didik,

pendidik, media pembelajaran, maupun lingkungan serta faktor pembawaan

dari peserta didik itu sendiri. Karena, jika hal tersebut tidak sesuai dengan

prosesnya maka keberhasilan tujuan pendidikan tidak tercapai dengan baik.

Dengan demikian pelaksanaan pendekatan CTL tergantung pada implementasi

KTSP. Untuk itu, proses sosialisasi pada para guru tentang KTSP harus benar-

benar berjalan dengan baik agar dapat saling mendukung dan berjalan

seimbang. Artinya, jika proses implementasi KTSP berjalan dengan baik,

maka dalam proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL pun

begitu juga.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penulis dapat merumuskan

permasalahan sebagai berikut : “Mengapa pelaksanaan CTL (Contextual

Teaching And Learning) dalam KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan) kurang efektif ?

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

7

Studi ini akan mengangkat kasus pelaksanaan CTL (Contextual Teaching

And Learning) dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada Pendidikan

Agama Islam di SMP Negeri 250 Jakarta.

Untuk memudahkan dalam kajian ini atau mendapatkan jawaban dari

pertanyaan di atas (Major Research Questions), maka di bawah ini dibuat

minor research questions sebagai berikut:

1. Bagaimana pemahaman guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP ) secara teoritis dan praktis?

2. Bagaimana kondisi obyektif tentang materi ajar Pendidikan Agama

Islam yang meliputi kedalaman dan keluasan materi ?

3. Bagaimana kondisi sarana dan prasarana yang mendorong

terimplementasinya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dengan

pendekatan CTL (Contextual Teaching And Learning) ?

C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pelaksanaan KTSP di SMP Negeri 250 Jakarta

2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan

pendekatan CTL dalam KTSP di SMPN 250 Jakarta

3. Untuk mengetahui bagaimana penerapan CTL dalam KTSP pada

Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 250 Jakarta

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini dapat menambah pemahaman terhadap

pendekatan teori dan strategi pembelajaran melalui pendekatan CTL

dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

Menumbuhkan aktifitas dan kreatifitas siswa secara optimal

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

8

dalam kegiatan belajar mengajar sehingga lebih bermakna.

b. Bagi Guru

Sebagai referensi dalam proses belajar mengajar terhadap

ketepatan dan keefektifan penggunaan strategi pembelajaran.

c. Bagi SMPN 250 Jakarta

Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang

berarti dalam rangka meningkatkan kualitas proses belajar

mengajar sehingga menjadikan SMPN 250 Jakarta sebagai

lembaga pendidikan yang dinamis dan inisiatif.

d. Bagi Peneliti

Mendapat pengalaman langsung pelaksanaan pembelajaran

Pendidikan Agama Islam sekaligus sebagai model yang dapat

dilaksanakan dan dikembangkan kelak. Selain itu, memberikan

bekal agar mahasiswa sebagai calon guru Pendidikan Agama

Islam siap melaksanakan tugas sesuai kebutuhan dan

perkembangan zaman.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

9

BAB II

LANDASAN TEORI

A. KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN( KTSP )

1. Pengertian KTSP Pengertian KTSP menurut pendapatnya Masnur Muslih adalah

“kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-

masing satuan pendidikan / sekolah.”4 Penyusunan KTSP dilakukan

oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan standar

kompetensiserta kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan

Standar Nasional Pendidikan. KTSP merupakan strategi pengembangan

kurikulum untuk mewujudkan sekolah yang efektif, produktif, dan

berprestasi. KTSP merupakan paradigma baru pengembangan

kurikulum, yang memberikan otonomi luas pada setiap satuan

pendidikan, dan pelibatan masyarakat dalam rangka mengefektifkan

proses belajar mengajar di sekolah. Otonomi diberikan agar setiap satuan

pendidikan dan sekolah memiliki keleluasaan dalam mengelola sumber

daya, sumber dana, sumber belajar dan mengalokasikannya sesuai

prioritas kebutuhan, serta lebih tanggap terhadap kebutuhan setempat.

2. Tujuan KTSP Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah memandirikan dan

memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan

(otonomi) kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk

melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam

4 Masnur muslih, KTSP Dasar Pemahaman…, h. 10.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

10

pengembangan kurikulum.

Secara khusus tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk:

a) Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan nisiatif sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia.

b) Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama.

c) Meningkatkan kompetensi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas pendidikan yang akan dicapai.5

Berdasarkan tujuan tersebut di atas dapat kita fahami bahwa KTSP

merupakan suatu pola pendekatan baru dalam pengembangan kurikulum

dalam konteks otonomi daerah. Oleh sebab itu, KTSP perlu diterapkan

pada setiap satuan pendidikan, hal tersebut dikarenakan oleh beberapa

hal:

a) Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi dirinya sehingga dia dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya yang tersedia untuk memajukan lembaganya.

b) Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya input pendidikan yang akan dikembangkan dan didayagunakan dalam proses pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik.

c) Keterlibatan semua warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat, serta lebih efisien dan efektif apabila dikontrol oleh masyarakat setempat.

d) Sekolah dapat bertanggung jawab tentang mutu pendidikan masing-masing kepada pemerintah, orang tua peserta didik, dan masyarakat pada umumnya, sehingga mereka akan berusaha semaksimal mungkin untuk melaksanakan dan mencapai sasaran KTSP.

e) Sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan sekolah-sekolah lain untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui upaya-upaya inovatif dengan dukungan orang tua peserta didik, masyarakat, dan pemerintah daerah setempat.

f) Sekolah dapat secara cepat merespon aspirasi masyarakat dan lingkungan yang berubah dengan cepat, serta mengakomodasinya

5 E. Mulyasa, KurikulumTingkat Satuan Pendidikan Suatu Panduan Praktis, Jilid 1,

(Bandung: Rosda Karya, 2007), Cet. 3, h.22

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

11

dalam KTSP.6

3. Landasan Pengembangan KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dilandasi oleh undang-undang

dan peraturan pemerintah sebagai berikut:

a) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat (19); pasal 18 ayat (1), (2), (3), (4); Pasal 32 ayat (1), (2), (3); Pasal 35 ayat (2); Pasal 36 ayat (1), (2), (3), (4); Pasal 37 ayat (1), (2), (3); Pasal 38 ayat (1), (2).

b) Peraturan Pemerintah Rebublik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 1 ayat (5), (13), (14), (15); pasal 5 ayat (1), (2); Pasal 6 ayat (6); Pasal 7 ayat (1),(2), (3), (4), (5), (6), (7), (8); Pasal 8 ayat (1), (2), (3); Pasal 10 ayat (1), (2), (3); Pasal 11 ayat (1), (2), (3), (4); Pasal 13 ayat (1),(2), (3), (4); Pasal 14 ayat (1), (2), (3); Pasal 16 ayat (1),(2), (3), (4), (5); Pasal 17 ayat (1),(2); Pasal 18 ayat (1), (2), (3); Pasal 20.

c) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi memuat putusan sebagai berikut:

Pasal 1 1) Standar Isi untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah

yang selanjutnya disebut Standar Isi mencakup lingkup materi minimal dan tingkat kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.

2) Standar Isi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum pada Lampiran Peraturan Menteri ini.

d) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan memuat putusan sebagai berikut: Pasal 1

1) Standar Kompetensi Lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah digunakan sebagai pedoman penilaian dalam menentukan kelulusan peserta didik.

2) Standar Kompetensi Lulusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi standar kompetensi lulusan minimal satuan pendidikan dasar dan menengah, standar kompetensi lulusan minimal kelompok mata pelajaran, dan standar kompetensi lulusan minimal mata pelajaran.

3) Standar Kompetensi Lulusan sebagaimana dimaksud pada

6 E. Mulyasa, KurikulumTingkat…, h.23.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

12

ayat (1) tercantum pada lampiran Peraturan Menteri ini.7

4. Karakteristik KTSP KTSP merupakan bentuk operasional pengembangan kurikulum

dalam konteks desentralisasi pendidikan dan otonomi daerah, yang akan

memberikan wawasan baru terhadap sistem yang sedang berjalan selama

ini. Hal ini diharapkan dapat membawa dampak terhadap peningkatan

efisiensi dan efektivitas kinerja sekolah, khususnya dalam meningkatkan

kualitas pembelajaran.mengingat peserta didik dating dari berbagai latar

belakang sosial dan, salah satu perhatian sekolah harus ditujukan pada

asas pemerataan, baik dalam bidang social, ekonomi, maupun politik.

Disisi lain, sekolah juga harus meningkatkan efisiensi, partisipasi, dan

mutu, serta tanggung jawab kepada masyarakat dan pemerintah.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dikemukakan beberapa

karakteristik KTSP sebagai berikut: pemberian otonomi luas kepada

sekolah dan satuan pendidikan, partisipasi masyarakat dan orang tua

yang tinggi, kepemimpinan yang demokratis dan professional, serta

team-kerja yang kompak dan transparan.

a. Pemberian Otonomi Luas Kepada Sekolah dan Satuan

Pendidikan

KTSP memberikan otonomi luas kepada sekolah dan satuan

pendidikan, disertai seperangkat tanggung jawab untuk

mengembangkan kurikulum sesuai dengan kondisi setempat. Sekolah

dan satuan pendidikan juga diberi kewenangan dan kekuasaan yang

luas untuk mengembangkan pembelajaran sesuai dengan kondisi dan

kebutuhan peserta didik serta tuntutan masyarakat. Selain itu,

sekolah dan satuan pendidikan juga diberikan kewenangan untuk

menggali dan mengelola sumber dana sesuai dengan prioritas

kebutuhan. Melalui otonomi yang luas, sekolah dapat meningkatkan

kinerja tenaga kependidikan dengan menawarkan partisipasi aktif

7Masnur muslih, KTSP Dasar…, h. 1-10.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

13

mereka dalam pengambilan keputusan dan tanggung jawab bersama

dalam pelaksanaan keputusan yang diambil secara proporsional, dan

professional.

b. Partisipasi Masyarakat dan Orang Tua Yang Tinggi

Dalam KTSP, pelaksanaan kurikulum didukung oleh partisipasi

masyarakat dan orang tua peserta didik yang tinggi. Orang tua

peserta didik dan masyarakat tidak hanya mendukung sekolah

melalui bantuan keuangan tetapi melalui komite sekolah dan dewan

pendidikan merumuskan serta mengembangkan program-program

yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Masyarakat dan

orang tua menjalin kerja sama untuk membantu sekolah sebagai nara

sumber pada berbagai kegiatan sekolah untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran.

c. Kepemimpinan Yang Demokratis

Dalam KTSP, pengembangan dan pelaksanaan kurikulum

didukung oleh adanya kepemimpinan sekolah yang demokratis dan

professional. Kepala sekolah dan guru-guru sebagai tenaga pelaksana

kurikulum merupakan orang yang memiliki kemampuan dan

integritas professional. Kepala sekolah adalah manajer pendidikan

professional yang direkrut komite sekolah untuk mengelola segala

kegiatan sekolah berdasarkan kebijakan yang ditetapkan. Guru-guru

yang direkrut oleh sekolah adalah pendidik profesional dalam

bidangnya masing-masing, sehingga mereka bekerja berdasarkan

pola kinerja profesional yang disepakati bersama untuk memberi

kemudahan dan mendukung keberhasilan belajar peserta didik.

Dalam proses pengambilan keputusan, kepala sekolah

mengimplementasikan proses “bottom – up” secara demokratis,

sehingga semua pihak memiliki tanggung jawab terhadap keputusan

yang diambil beserta pelaksanaannya.

d. Team Kerja Yang Kompak dan Transparan

Dalam KTSP, keberhasilan pengembangan kurikulum dan

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

14

pembelajaran didukung oleh kinerja tim yang kompak dan transparan

dari berbagai pihak yang terlibat dalam pendidikan. Dalam dewan

pendidikan dan komite sekolah misalnya, pihak-pihak yang terlibat

bekerja sama secara harmonis sesuai dengan posisinya masing-

masing untuk mewujudkan suatu “ sekolah yang dapat dibanggakan”

oleh suatu pihak. Mereka tidak saling menunjukkan kuasa atau

paling berjasa, tetapi masing-masing berkontribusi terhadap upaya

peningkatan mutu dan kinerja sekolah secara keseluruhan. Dalam

pelaksanaan pembelajaran misalnya, pihak-pihak yang terkait

bekerja sama secara profesional untuk mencapai tujuan-tujuan atau

target yang disepakati bersama. Dengan demikian, keberhasilan

KTSP merupakan hasil sinergi (sinergisitif effect) dari kolaborasi

team yang kompak dan transparan. Dalam konsep KTSP yang utuh

kekuasaan yang dimiliki sekolah dan suatun pendidikan, terutama

mencakup pengambilan keputusan tentang pengembangan kurikulum

dan pembelajaran; serta penilaian hasil belajar peserta didik.

Disamping beberapa karakteristik diatas, terdapat beberapa factor

yang penting yang perlu diperhatikan dalam pengembangan KTSP,

terutama berkaitan dengan system informasi, serta sistem

penghargaan dan hukuman.

5. Prinsip-Prinsip KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan jenjang pendidikan dasar dan

menengah dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah berpedoman

pada standar isi serta panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh

BNSP, dengan memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Berpusat pada potensi, perkembangan, serta kebutuhan peserta didik

dan lingkungannya

Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta

didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya

agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

15

Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta

bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut

pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi,

perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta

tuntutan lingkungan.

b. Beragam dan terpadu

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman

karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis

pendidikan , tanpa membedakan agama, suku, budaya dan adat

istiadat, serta status social ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi

substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan

pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan

dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antar substansi.

c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, tekhnologi, dan

seni

Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu

pengetahuan, tekhnologi dan seni berkembang secara dinamis, dan

oleh karena itu semangat dan isi kurikulum mendorong peserta didik

untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu

pengetahuan, tekhnologi, dan seni.

d. Relevan dengan kebutuhan

Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan

pemangku kepentingan untuk menjamin relevansi pendidikan dengan

kebutuhan hidup dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan

kurikulum harus mempertimbangkan dan memperhatikan

pengembangan integritas pribadi, kecerdasan spiritual, keterampilan

berfikir, kreatifitas sosial, kemampuan akademik, dan keterampilan

vokasional.

e. Menyeluruh dan berkesinambungan

Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

16

kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang

direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antar semua

jenjang pendidikan.

f. Belajar sepanjang hanyat

Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan,

pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung

sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara

unsure-unsur pendidikan formal, informal dan non formal, dengan

memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu

berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.

g. Seimbang antara kepentingan global, nasional dan lokal

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan

global, nasional dan local untuk membangun kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan global,

nasional, dan local harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan

dengan perkembangan era globalisasi dengan tetap berpegang pada

motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

6. Acuan Operasional KTSP Sedikitnya ada 12 poin acuan operasional untuk penyusunan

kurikulum tingkat satuan pendidikan, yaitu “peningkatan iman dan

takwa serta akhlak mulia, peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat

sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik, keragaman potensi

dan karakteristik daerah dan lingkungan, tuntutan pembangunan daerah

dan nasional, tuntutan dunia kerja, perkembangan ilmu pengetahuan

tekhnologi dan seni, Agama, dimanika perkembangan global, persatuan

nasional dan nilai-nilai kebangsaan, kondisi sosial budaya masyarakat

setempat, kesetaraan gender, karakteristik satuan pendidikan.”8

Keduabelas poin tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

8 Masnur muslih, KTSP Dasar pemahaman…, h. 11.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

17

1) Peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia 2) Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat

perkembangan peserta didik Kurikulum disusun agar memungkinkan pengembangan keragaman potensi, minat, kecerdasan intelektual, emosional, spiritual, dan kinestetik peserta didik secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.

3) Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan Daerah memiliki keragaman potensi, kebutuhan tantangan, dan keragaman karakteristik lingkungan. Oleh karena itu, kurikulum harus memuat keragaman tersebut untuk menghasilkan lulusan yang dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan daerah.

4) Tuntutan pembangunan daerah dan nasional Pengembangan kurikulum harus memperhatikan keseimbangan tuntutan pembangunan daerah dan nasional.

5) Tuntutan dunia kerja Kurikulum harus memuat kecakapan hidup untuk membekali

peserta didik memasuki dunia kerja sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik dan kebutuhan dunia kerja, khususnya bagi mereka yang tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.

6) Perkembangan ilmu pengetahuan tekhnologi dan seni Kurikulum harus dikembangkan secara berkala dan berkesinambungan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

7) Agama Kurikulum harus dikembangkan untuk meningkatkan toleransi dan kerukunan umat beragama, serta memperhatikan norma agama yang berlaku di lingkungan sekolah.

8) Dimanika perkembangan global Kurikulum harus dikembangkan gar peserta didik mampu bersaing secara global dan dapat hidup berdampingan dengan bangsa lain.

9) Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan Kurikulum harus mendorong wawasan dan sikap kebangsaan dan persatuan nasional untuk memperkuat keutuhan bangsa dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

10) Kondisi sosial budaya masyarakat setempat Kurikulum harus dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik sosial budaya masyarakat setempat dan menunjang kelestarian keragaman budaya.

11) Kesetaraan gender Kurikulum harus diarahkan kepada pendidikan yang berkeadilan

dan mendorong tumbuh kembangnya kesetaraan gender. 12) Karakteristik satuan pendidikan.

Kurikulum harus dikembangkan sesuai dengan visi, misi,

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

18

tujuan, kondisi, dan ciri khas satuan pendidikan.9

7. Komponen-Komponen KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau lebih dikenal dengan

KTSP memiliki beberapa komponen. Dalam garis besarnya ada lima

komponen. Kelima komponen tersebut antara lain sebagai berikut: Visi

dan Misi, Tujuan Pendidikan Satuan Pendidikan, Menyusun Kalender

Pendidikan, Struktur dan Muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,

Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Sedangkan menurut

panduan yang dibuat oleh BNSP dalam pengembangan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan terdapat empat komponen. Perbedaannya

terletak pada tidak terdapatnya komponen visi dan misi sebagaimana

yang tercantum dalam pendapatnya E.mulyasa tersebut di atas. Dalam

hal ini, penulis akan menjelaskan kedua pendapat tersebut karena

keduanya penting dan saling mendukung.

a. Visi dan Misi

Untuk dapat menetapkan visi dan misi satuan pendidikan,

hendaknya kepala sekolah harus memahami terlebih dahulu tentang

visi itu sendiri. “Menurut pendapat Helgeson visi merupakan

penjelasan tentang rupa yang seharusnya dari suatu organisasi

kalau ia berjalan dengan baik”.10 Selanjutnya, Gaffar berpendapat

“ bahwa visi adalah daya pandang yang jauh, mendalam dan

meluas yang merupakan daya piker yang abstrak, yang memiliki

kekuatan yang amat dahsyat dan dapat menerobos segala batas-

batas fikik dan tempat”.11 Sedangkan Morrisey berpendapat “

bahwa visi adalah representasi dari apa yang diyakini sebagai

bentuk organisasi dimasa depan dalam pandangan pelanggan,

9 Masnur muslih, KTSP Dasar Pemahaman…, h. 12. 10 E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat…, h. 176. 11 E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat …, h. 177.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

19

karyawan, pemilik dan stakeholder lainnya”.12

Untuk itu tugas kepala sekolah seharusnya adalah meluangkan

sedikit waktunya untuk dapat mengkomunikasikan visi tersebut

kepada seluruh staf dan jajarannya dan tingkat manajemen. Hal ini

dpat dilakukan dengan mengangkat visi sebagai acuan dalam

berbagai pertemuan yang melibatkan beberapa unsur diantaranya

unsur satuan pendidikan, komite sekolah, dewan pendidikan, dunia

usaha, dan industri, serta masyarakat disekitar lingkungan sekolah.

Dalam mengembangkan visi tersebut, kepala sekolah harus

mampu mendayagunakan kekuatan-kekuatan yang sesuai bagi

kegiatan internal sekolah. Selain itu juga, kepala sekolah dalam

menetapkan visinya harus berpijak pada peningkatan kualitas masa

depan.

b. Tujuan Pendidikan Satuan Pendidikan

Dalam mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP), satuan pendidikan harus menyusun program peningkatan

mutu pendidikan yang mencakup tujuan, sasaran dan target yang

akan dicapai untuk program jangka pendek maupun jangkan

panjang (strategis).

Tujuan pendidikan satuan pendidikan merupakan acuan dalam

mengembangkan Kurikulum Kingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan untuk pendidikan

dasar, menengah, dan kejuruan adalah sebagai berikut:

1. Pendidikan Dasar, yang meliputi SD/MI/SDLB/Paket A

dan SMP/MTs./SMPLB/Paket B bertujuan : Meletakkan

dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia,

serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti

pendidikan lebih lanjut.

2. Pendidikan Menengah yang terdiri atas

SMA/MA/SMALB/Paket C bertujuan : Meningkatkan

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

20

kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta

keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti

pendidikan lebih lanjut.

3. Pendidikan Menengah Kejuruan yang terdiri atas

pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan

untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut

sesuai dengan kejuruannya.13

c. Menyusun Kalender Pendidikan

Satuan pendidikan dapat menyusun kalender pendidikan sesuai

dengan kebutuhan daerah, karakteristik sekolah, kebutuhan peserta

didik dan masyarakat, dengan memperhatikan kalender pendidikan

sebagaimana tercantum dalam standar isi. Dalam penyusunan

kalender pendidikan, sebaiknya setiap satuan pendidikan harus

mampu menghitung jam belajar efektif untuk pembentukkan

kompetensi peserta didik, dan menyesuaikannya dengan standar

kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh peserta

didik setelah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan

tertentu.

Penyusunan kalender pendidikan selama satu tahun pelajaran

mengacu pada efisiensi, efektifitas, dan hak-hak peserta didik.

Dalam kalender pendidikan dapat kita lihat berapa jam efektif yang

dapat dipergunakan untuk kegiatan pembelajaran, termasuk waktu

libur, dan lain-lain.berdasarkan sumber-sumber tersebut, dapat

ditetapkan dan dikembangkan jumlah kompetensi dasar, dan waktu

yang tersedia untuk menyelesaikan kompetensi dasar, jumlah

ulangan, baik ulangan umum maupun ulangan harian, dan jumlah

waktu cadangan.14

d. Struktur dan Muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

13 Masnur Muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan kontekstual : Panduan Bagi Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas Sekolah, h. 29. 14 E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat…, h. 180.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

21

Struktur Kurkulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada

tingkat atau jenjang pendidikan dasar dan menengah tertuang

dalam Standar Isi, yang dikembangkan dari kelompok mata

pelajaran sebagai berikut:

a) Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia. b) Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan

kepribadian. c) Kelompok mata pelajaran Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi. d) Kelompok mata pelajaran estetika. e) Kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga dan

kesehatan.15

Kelompok mata pelajaran tersebut dilaksanakan melalui

muatan dan / atau kegiatan pembelajaran sebagaimana diuraikan

dalam PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

Pasal 7.

Struktur Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

memuat antara lain: mata pelajaran, muatan local, kegiatan

pengembangan diri, pengaturan beban belajar, kenaikan kelas,

penjurusan, dan kelulusan, pendidikan kecakapan hidup,

pendidikan berbasis keunggulan local dan global. Muatan

Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP) tersebut dapat

dijelaskan sebagai berikut:

1) Mata pelajaran

Mata pelajaran beserta alokasi waktu untuk masing-masing

tingkat satuan pendidikan tertera pada struktur kurikulum yang

tercantum dalam standar isi.

2) Muatan local

Muatan local merupakan kegiatan kurikuler untuk

mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas

dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya

15Masnur Muslich, KTSP Pembelajaran…, h. 12.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

22

tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada.

Substansi muatan local ditentukan oleh satuan pendidikan.

3) Kegiatan Pengembangan Diri

Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang

harus diasuh oleh guru. Pengembangan diri bertujuan untuk

memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan

kebutuhan, bakat, minat, setiap peserta didik sesuai dengan kondisi

sekolah. Kegiatan tersebut di difasilitasi dan/atau dibimbing oleh

konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan

dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler.

4) Pengaturan Beban Belajar

a. Beban belajar dalam sistem paket digunakan oleh tingkat

satuan pendidikan SD / MI / SDLB, SMP /MTs / SMPLB, baik

kategori standar maupun mandiri, SMA /MA / SMALB / SMK

/ MAK kategori standar.

b. Beban belajar dalam sistem kredit semester (SKS) dapat

digunakan oleh SMP/MTs./SMPLB kategori mandiri, dan oleh

SMA /MA / SMALB / SMK / MAK kategori standar.

c. Beban belajar dalam sistem kredit semester (SKS) digunakan

oleh SMA /MA / SMALB / SMK / MAK kategori mandiri.

d. Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran pada sistem

paket dialokasikan sebagaimana tertera dalam struktur

kurikulum. Satuan pendidikan dimungkinkan manambah

maksimum empat jam pembelajaran per minggu secara

keseluruhan. Pemanfaatan jam pembelajaran tambahan

mempertimbangkan kebutuhan peserta didik dalam mencapai

kompetensi.

e. Alokasi waktu untuk penugasan terstruktur dan kegiatan

mandiri tidak terstruktur dalam sistem paket untuk

SD/MI/SDLB 0%-40%, SMP/MTs./SMPLB 0%-50% dan

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

23

SMA/MA/SMALB/SMK/MAK 0%-60% dari waktu kegiatan

tatap muka mata pelajaran yang bersangkutan. Pemanfaatan

alokasi waktu tersebutmempertimbangkan kebutuhan peserta

didik dalam mencapai kompetensi.

f. Alokasi waktu untuk praktik, dua jam kegiatan praktik

disekolah setara dengan satu jam tatap muka. Empat jam

praktik di luar sekolah setara dengan satu jam tatap muka.

g. Alokasi waktu untuk tatap muka, penugasan terstruktur, dan

kegiatan mandiri tidak terstruktur untuk SMP/MTs. Dan

SMA/MA/SMK/MAK yang menggunakan system SKS

mengikuti aturan sebagai berikut:

1. Satu SKS pada SMP/MTs. Terdiri atas: 40 menit tatap

muka, 20 menit kegiatan terstruktur dan kegiatan mandiri

tidak terstruktur.

2. Satu SKS pada SMA/MA/SMK/MAK terdiri atas: 45 menit

tatap muka, 25 menit kegiatan terstruktur dan kegiatan

mandiri tidak terstruktur.

5) Kenaikan Kelas, Penjurusan, dan Kelulusan

Kenaikan kelas, penjurusan, dan kelulusan mengacu pada

standar penilaian yang dikembangkan oleh BNSP.

6) Pendidikan Kecakapan Hidup

a. Kurikulum untuk SD/MI/SDLB, SMP/MTs./SMPLB,

SMA/MA/SMALB, SMK/SMAK dapat memasukkan

pendidikan kecakapan hidup, yang mencakup kecakapan

pribadi, kecakapan social, kecakapan akademik dan

/kecakapan vokasional.

b. Pendidikan kecakapan hidup dapat merupakan bagian dari

pendidikan semua mata pelajaran.

c. Pendidikan kecakapan hidup dapat diperoleh peserta didik

dari satuan pendidikan yang bersangkutan dan / atau dari

satuan pendidikan formal lain dan / atau non formal yang

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

24

sudah memperoleh akreditasi.

7) Pendidikan berbasis keunggulan Lokal dan Global

a. Kurikulum untuk semua tingkat satuan pendidikan

dapat memasukkan pendidikan berbasis keunggulan

lokal dan global.

b. Pendidikan berbasis keunggulan lokal dapat merupakan

bagian dari semua mata pelajaran.

c. Pendidikan berbasis keunggulan lokal dapat diperoleh

peserta didik dari satuan pendidikan formal lain dan /

atau non formal yang sudah memperoleh akreditasi.16

e. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan

kompetensi dasar ke dalam materi pokok, kegiatan pembelajaran,

dan indicator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Berdasarkan

silabus inilah guru bisa mengembangkannya menjadi rancangan

pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang akan diterapkan dalam

kegiatan pembelajaran bagi siswanya.

8. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan

Pengembangan KTSP Dalam mengembangkan dan melaksanakan KTSP disekolah terdapat

beberapa faktor yang perlu diperhatikan. Faktor-faktor tersebut sangat

menentukan terhadap keberhasilan implementasi Turikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP) itu sendiri. Faktor tersebut, yaitu:” terutama

berkaitan dengan sosialisasi KTSP di sekolah, suasana yang kondusif,

fasilitas dan sumber belajar, disiplin, kemandirian kepala sekolah,

paradigma (pola pikir) guru, serta pemberdayaan staf.”17

a. Sosialisasi KTSP di Sekolah

16 Masnur Muslich, KTSP Pembelajaran… , h. 13. 17 E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat…, h. 153.

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

25

Dalam proses pelaksanaan KTSP disekolah diperlukan

sosialisasi yang matang agar dapat dipahami dan diterapkan secara

optimal, selain itu juga sosialisasi merupakan langkah yang penting

yang akan menunjang dan menentukan keberhasilan KTSP tersebut.

Sosialisasi tersebut harus sampai pada seluruh warga sekolah bahkan

terhadap masyarakat dan orang tua peserta didik agar mereka semua

mengenal dan memahami visi dan misi sekolah serta KTSP yang

akan dikembangkan di sekolah. Dalam pelaksanaannya sosialisasi

dapat dilakukan oleh kepala sekolah secara langsung maupun oleh

orang lain yang ahli dalam bidang tersebut yaitu baik dari kalangan

masyarakat, akademisi maupun dari kalangan penulis atau pengamat

pendidikan.

b. Suasana yang kondusif

Lingkungan sekolah yang aman, nyaman dan tertib, optimisme

dan harapan yang tinggi dari seluruh warga sekolah, kesehatan

sekolah, serta kegiatan-kegiatan yang terpusat pada peserta didik

merupakan suasana yang dapat membangkitkan semangat belajar.

Suasana yang kondusif merupakan faktor pendorong yang dapat

memberikan daya tarik tersendiri bagi proses pembelajaran,

sebaliknya suasana yang kurang menyenangkan akan menimbulkan

kejenuhan dan rasa bosan.

Suasana yang kondusif seperti yang telah dijelaskan di atas perlu

ditunjang dengan berbagai fasilitas belajar yang menyenangkan,

seperti: sarana, laboratorium, pengaturan lingkungan, penampilan

dan sikap guru, hubungan yang harmonis antara guru dengan peserta

didik dan di antara para peserta didik itu sendiri, serta penataan

organisasi dan bahan pembelajaran secara tepat, sesuai dengan

kemampuan dan perkembangan peserta didik.

Dengan demikian, karena implementasi KTSP menggunakan

pendekatan kompetensi dan berlandaskan aktivitas serta kemampuan

berfikir peserta didik, maka diperlukan ruangan yang fleksibel, serta

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

26

mudah disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik. Luas ruangan

dengan jumlah peserta didik juga perlu diperhatikan, bila

pembelajaran dilakukan di dalam ruangan tertutup: sedang ditempat

terbuka perlu diperhatikan gangguan-gangguan yang datang dari

lingkungan sekitar. Sarana dan media pembelajaran juga perlu diatur

dan ditata sedemikian rupa, demikian halnya dengan penerangan

jangan sampai mengganggu pandangan peserta didik.

c. Fasilitas dan sumber belajar

Dalam mengembangkan KTSP diperlukan sumber belajar yang

cukup memadai diantaranya laboratorium, pusat sumber belajar dan

perpustakaan, serta pengelola yang professional. Sumber belajar

tersebut harus didayagunakan secara optimal mungkin, dipelihara,

dan disimpan dengan sebaik-baiknya. Selain itu juga kreativitas guru

dan peserta didik perlu ditingkatkan untuk membuat dan

mengembangkan alat-alat pembelajaran yang berguna untuk

menunjang proses pembelajaran. Dalam pengembangan sumber

belajar, guru selain harus mampu membuat sendiri alat pembelajaran

dan alat peraga, juga harus berinisiatif mendayagunakan lingkungan

sekitar sekolah sebagai sumber belajar yang lebih kongkrit. Untuk

kepentingan tersebut, perlu diupayakan pengingkatan pengetahuan

guru dan didorong terus untuk menjadi guru yang kreatif dan

professional, terutama dalam hal pengadaan serta pendayagunaan

fasilitas dan sumber belajar secara luas, untuk mengembangkan

kemampuan kemampuan peserta ddik yang optimal.

d. Disiplin

Kegiatan disipin bertujuan untuk membantu peserta didik untuk

menemukan diri, mengatasi, dan mencegah timbulnya problem-

problem disiplin, serta berusaha menciptakan situasi yang

menyenangkan bagi kegiatan pembelajaran, sehingga mereka

mentaati segala peraturan yang diterapkan. Dalam proses

implementasi KTSP, guru harus mampu membina disiplin peserta

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

27

didik, terutanma disiplin diri. Guru harus mampu membantu peserta

didik mengembangkan perilakunya, meningkatkan standar

perilakunya, dan melaksanakan aturan sebagai alat untuk

menegakkan disiplin. Pembinaan disiplin tersebut perlu dimulai

dengan prinsip yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, yakni

sikap demokratis, sehingga aturan disiplin perlu berpedoman pada

hal tersebut, yakni dari, oleh dan untuk peserta didik, sedangkan guru

sebagai pengemban ketertiban yang perlu digugu dan ditiru, tapi

tidak diharapkan sikap yang otoriter.

Dengan adanya disiplin diharapkan tercipta suasana yang

kondusif untuk mengimplementasikan KTSP, sehingga peserta didik

dapat berkembang secara optimal dan menguasai berbagai

kompetensi sesuai dengan tujuan.

e. Kemandirian kepala sekolah

Kepala sekolah dalam memimpin di sekolah harus memiliki

sikap yang mandiri, terutama dalam mengkoordinasikan,

menggerakkan, dan menselaraskan semua sumber daya pendidikan

yang tersedia. Hal tersebut dikarenakan agar pelaksanaan KTSP

disekolah yang menyangkut visi, misi, tujuan dan sasaran sekolah

melalui program – program yang dilaksanakan dapat diwujudkan

secara terencana dan bertahap. Oleh karena itu diperlukan

kemandirian dan profesionalisme kepala sekolah. Kepala sekolah

yang mandiri sangat diperlukan dalam pengambilan keputusan yang

menyangkut berbagai aspek pengembangan KTSP dan sarana

penunjangnya, termasuk peningkatan profesionalisme guru. Kepala

sekolah harus mampu mengambil keputusan yang bijaksana secara

tepat waktu dan tepat sasaran, tanpa harus menunggu perintah dari

pimpinan yang ada di atasnya.

f. Paradigma (pola pikir) guru

Salah satu faktor penting yang mempunyai pengaruh cukup besar

terhadap keberhasilan proses dan hasil belajar bahkan sangat

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

28

menentukan berhasil tidaknya peserta didik dalam belajar adalah

adanya seorang guru. Demikian juga dalam proses implementasi

KTSP di sekolah diperlukan aktivitas dan kreativitas guru untuk

membentuk kompetensi pribadi peserta didik. Untuk itu proses

pembelajaran harus sebanyak mungkin melibatkan peserta didik,

agar mereka mampu bereksplorasi untuk menentukan kebenaran

ilmiah. Dalam hal inilah perlunya membangun guru, agar mereka

mampu menjadi fasilitator, mitra belajar bagi peserta didiknya.

Dengan demikian, untuk mengembangkan KTSP perlu

membangun karakter guru, sesuai dengan kebutuhan dan

perkembangan zaman. Tugas guru tidak hanya menyampaikan

informasi kepada peserta didik, tetapi harus dilatih menjadi fasilitator

yang bertugas memberikan kemudahan belajar kepada seluruh

peserta didik, agar mereka dapat belajar dalam suasana yang

menyenangkan, gembira, penuh semangat, tidak cemas, dan berani

mengemukakan pendapat secara terbuka merupakan modal dasar

bagi peserta didik untuk tumbuh dan berkembang menjadi manusia

yang siap beradaptasi, menghadapi berbagai kemungkinan, dan

memasuki era globalisasi yang sarat tantangan dan persaingan.

g. Pemberdayaan staf.

Keberhasilan pendidikan di sekolah sangat ditentukan oleh

keberhasilan kepala sekolah dalam memberdayakan staf yang ada.

Dalam hal ini, peningkatkan produktivitas dan prestasi kerja dapat

dilakukan dengan meningkatkan prilaku staf di sekolah melalui

aplikasi berbagai konsep dan teknik manajemen personalia modern.

Manajemen tersebut harus bertujuan untuk memberdayakan staf

secara efektif dan efisien untuk mencapai hasil yang optimal, namun

tetap dalam kondisi yang menyenangkan. Selanjutnya, fungsi

manajemen staf di sekolah dapat dilakukan oleh kepala sekolah

dengan menarik, mengembangkan, menggaji, dan memotivasi staf

untuk mencapai tujuan pendidikan yang optimal, membantu staf

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

29

mencapai posisi dan standar perilaku, memaksimalkan

perkembangan karier, serta menyelaraskan tujuan individu,

kelompok, dan lembaga. Pemberdayaan staf dalam kaitannya dengan

implementasi KTSP disekolah dapat dilakukan oleh kepala sekolah

dengan beberapa hal, yaitu: menyangkut kesejahteraan staf,

prajabatan, rekrutmen dan penempatan staf, kualitas staf, serta

pengembangan karier.

B. CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

1. Konsep dasar dan karakteristik CTL (Contextual

Teaching And Learning) CTL (Contextual Teaching And Learning) adalah “suatu pendekatan

pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan Siswa secara

penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan

menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga

mendorong Siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan

mereka.”18 Selanjutnya, Elaine B Johnson dalam bukunya Contextual

Teaching And Learning memberikan definisi tentang system CTL, yaitu:

“sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat

makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara

menghubungkan subyek-subyek akademik dengan konteks keadaan

pribadi, social, dan budaya mereka.”19 Dari pengertian tersebut di atas

dapat disimpulkan, bahwa CTL adalah merupakan salah satu pendekatan

dari beberapa pendekatan yang ada dalam proses pembelajaran yang

membantu siswa untuk dapat menemukan sendiri makna yang ada dalam

materi pelajaran dan menghubungkannya dengan kehidupan nyata siswa.

Dari konsep tersebut di atas ada dua hal yang harus dipahami. 18 Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jilid 1, (Jakarta: Kencana, 2006), Cet. 1, h. 109. 19 Elaine B. Johson, Contextual Teaching and Learning, Jilid 1, (Bandung: MLC, 2007), Cet. 1, h.109

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

30

Pertama, CTL menekankan proses keterlibatan Siswa untuk menemukan

materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman

secara langsung. Kedua, CTL mendorong agar Siswa dapat menemukan

hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata,

artinya Siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara

pengalaman belajar di Sekolah dengan kehidupan nyata.

Dari penjelasan ini, terdapat lima karakteristik dalam proses

pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL (Contextual Teaching

And Learning), yaitu:

a) Dalam CTL Pembelajaran merupakan proses pengaktifan

pengetahuan yang sudah ada (activing knowledge), artinya apa

yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah

dipelajari, dengan demikian pengetahuan yang akan diperoleh

Siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan

satu sama lain.

b) Pembelajaran yang Kontekstual adalah belajar dalam rangka

memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring

learning). Pengetahuan baru itu diperoleh dengan cara deduktif,

artinya pembelajaran dimulai dengan mempelajari secara

keseluruhan, kemudian memperhatikan detailnya.

c) Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), artinya

pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tapi untuk

dipahami dan diyakini, misalnya dengan cara meminta tanggapan

dari yang lain tentang pengetahuan yang diperolehnya dan

berdasarkan tanggapan tersebut baru pengetahuan itu

dikembangkan.

d) Mempraktikan pengetahuan dan pengalaman tersebut(applying

knowledge) artinya pengetahuan dan pengalaman yang

diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan Siswa,

sehingga tampak perubahan perilaku Siswa.

e) Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi

Page 31: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

31

pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan

balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi.

2. Latar Belakang Filosofis Dan Psikologis CTL (Contextual

Teaching And Learning)

a) Latar Belakang Filosofis CTL banyak dipengaruhi oleh filsafat konstruktivisme yang

mulai oleh Mark Baldwin dan selanjutnya dikembangkan oleh Jean

Piaget. Aliran ini berangkat dari pemikiran Giambatista Vico. Vico

mengatakan: “Tuhan adalah pencipta alam semesta dan manusia

adalah tuan dari ciptaannya”. 20

Mengetahui, menurut Vico berarti mengetahui bagaimana

membuat sesuatu. Artinya, seseorang dikatakan mengetahui

manakala ia dapat menjelaskan unsur-unsur apa yang membangun

sesuatu itu. Oleh karena itu menurut Vico, pengetahuan itu tidak

lepas dari orang (subjek) yang tahu. Pengetahuan merupakan

struktur konsep dari subjek yang mengamati. Selanjutnya,

pandangan filsafat konstruktivisme tentang hakikat pengetahuan

mempengaruhi konsep tentang proses belajar, bahwa belajar

bukanlah sekedar menghafal tetapi proses merekonstruksi

pengetahuan melalui pengalaman. Pengetahuan bukanlah hasil

“pemberian” dari orang lain seperti Guru, akan tetapi hasil dari

proses mengonstruksi yang dilakukan setiap individu.

Piaget berpendapat, “Bahwa sejak kecil setiap anak sudah

memiliki struktur kognitif yang kemudian dinamakan skema.”21

Skema terbentuk karena pengalaman, misalnya anak senang

bermain dengan dan kelinci yang sama-sama berbulu putih. Berkat

keseringannya, ia dapat menangkap perbedaan keduanya, yaitu;

bahwa kucing berkaki empat sedangkan kelinci berkaki dua. Pada

20Wina Sanjaya, Pembelajaran…, h. 111. 21 Wina Sanjaya, Pembelajaran…, h. 112.

Page 32: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

32

akhirnya, berkat pengalaman itulah dalam struktur kognitif anak

terbentuk skema tentang binatang berkaki empat dan binatang

berkaki dua. Semakin dewasa anak, maka semakin sempurnalah

skema yang dimilikinya. Proses penyempurnaan skema dilakukan

melalui proses asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses

penyempurnaan skema; dan akomodasi adalah proses mengubah

skema yang sudah ada hingga terbentuk skema baru. Skema itu

(asimilasi dan akomodasi) terbentuk berdasarkan pengalaman

Siswa.

Sebelum ia mampu menyusun skema baru, ia akan dihadapkan

pada posisi ketidakseimbangan (disequilibrium), yang akan

mengganggu psikologi anak. Manakal skema telah disempurnakan

atau anak telah berhasil membentuk skema baru, anak akan

kembali pada posisi seimbang (equilibrium), untuk kemudian ia

akan dihadapakan pada perolehan pengalaman baru.

Pandangan Piaget tentang bagaimana sebenarnya pengetahuan

itu terbentuk dalam struktur kognitif Anak, sangat berpengaruh

terhadap beberapa model pembelajaran diantaranya Model

Pembelajaran Kontekstual. Menurut Pembelajaran Kontekstual,

pengetahuan itu akan bermakna manakala ditemukan dan dibangun

sendiri oleh Siswa. Pengetahuan yang diperoleh hasil dari

pemberitahuan orang lain, tidak akan menjadi pengetahuan yang

bermakna. Pengetahuan yang demikian akan mudah dilupakan dan

tidak fungsional.

b) Latar Belakang psikologis

Berdasarkan Filsafat yang mendasarinya bahwa pengetahuan

terbentuk karena peran aktif Subjek, maka dipandang dari sudut

psikologis, CTL berpijak pada aliran Psikologi Kognitif. Menurut

aliran ini: “Proses-proses belajar terjadi karena pemahaman

individu akan lingkungan. Belajar bukanlah peristiwa mekanis

Page 33: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

33

seperti keterkaitan stimulus dan respons.”22 Belajar tidak

sesederhana itu. Belajar melibatkan proses mental seperti emosi,

minat, motivasi, dan kemampuan/ pengalaman.

3. Peranan Guru Dan Siswa Dalam Pembelajaran CTL Setiap Siswa memiliki cara yang berbeda dalam belajarnya. Bobi

Deforter menamakannya sebagai modalitas belajar. “Menurutnya ada

tiga tipe cara belajar Siswa, yaitu tipe Visual, Auditorial, dan Kinestetik.

Tipe visual adalah gaya belajar dengan cara melihat, artinya Siswa akan

lebih cepat belajar dengan cara menggunakan indera penglihatan. Tipe

Auditorial, adalah tipe belajar dengan menggunkan alat pendengarannya;

sedangkan tipe kinestetik, adalah tipe belajar dengan cara bergerak,

bekerja, dan menyentuh.”23

Dalam proses pembelajaran CTL (Contextual Teaching And

Learning), setiap Guru perlu memahami tipe belajar dalam dunia Siswa.

Dalam proses pembelajaran konvensional hal ini sering terlupakan,

sehingga proses pembelajaran tidak ubahnya sebagai proses pemaksaan

kehendak, yang menurut Paulo Freire sebagai system penindasan.

Sehubungan dengan hal itu, terdapat beberapa hal yang harus

diperhatikan bagi setiap Guru dalam menggunakan Pendekatan CTL,

yaitu:

a) Siswa dalam pembelajaran CTL dipandang sebagai individu yang

sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan

dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman

yang dimilikinya. Anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil,

melainkan organisme yang sedang berada dalam tahap-tahap

perkembangan. Kemampuan belajar akan sangat ditentukan oleh

tingkat perkembangan dan pengalaman mereka. Dengan demikian

22 Wina Sanjaya, Pembelajaran…, h. 114. 23 Elaine B. johson, Contextual…, h.113

Page 34: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

34

peran Guru bukanlah sebagai instruktur yang memaksakan kehendak,

melainkan Guru adalah pembimbing Siswa agar mereka dapat belajar

sesuai dengan tahap perkembngannya.

b) Setiap anak memiliki kecenderungan untuk belajar hal-hal yang baru

dan penuh tantangan. Kegemaran anak adalah mencoba hal-hal yang

dianggap aneh dan baru. Oleh karena itulah belajar bagi mereka

adalah mencoba memecahkan setiap persoalan yang menantang.

Dengan demikian Guru berperan dalam memilih bahan-bahan belajar

yang dianggap penting untuk dipelajari Siswa.

c) Belajar bagi Siswa dalah proses mencari keterkaitan atau

keterhubungan antara hal-hal yang sudah diketahui. Dengan

demikian peran Guru adalah membantu agar setiap Siswa mampu

menemukan keterkaitan antara pengalaman baru dengan pengalaman

sebelumnya.

d) Belajar bagi anak adalah proses menyempurnakan skema yang telah

ada (asimilasi) atau proses pembentukan skema baru (akomodasi),

dengan demikian tugas Guru adalah memfasilitasi (mempermudah)

agar anak mampu melakukan proses asimilasi dan proses akomodasi.

4. Komponen-komponen Dalam Pembelajaran Dengan

Pendekatan CTL (Contextual Teaching And Learning) CTL sebagai suatu pendekatan pembelajaran memiliki tujuh

komponen. Komponen-komponen ini yang melandasi pelaksanaan

proses pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan CTL (Contextual

Teaching And Learning). Menurut pendapat Elaine B. Jonson: “Ada

tujuh komponen, yaitu: membuat keterkaitan-keterkaitan yang

bermakna, melakukan pembelajaran yang diatur sendiri, bekerja sama,

berfikir kritis dan kreatif, membantu individu untuk tumbuh dan

berkembang, mencapai standar yang tinggi, menggunakan penilaian

Page 35: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

35

yang autentik.”24

Selanjutnya menurut Sardiman dalam bukunya interaksi dan

motivasi belajar mnyebutkan ada tujuh komponen dalam CTL dan begitu

juga dengan pendapatnya Wina Sanjaya dalam bukunya pembelajaran

dalam implementasi KBK, akan tetapi ada sedikit perbedaan dari segi

pengungkapan bahasanya. Ketujuh komponen tersebut, yaitu: teori

konstruktivisme, menemukan (inquiri), bertanya (questioning),

masyarakat belajar ( learning community), pemodelan (modeling),

refleksi (reflection), dan penilaian yang autentik (authentic

assessment).25 Kemudian, yang akan dijelaskan oleh penulis tentang

CTL disini yaitu menurut pendapatnya Elaine B. Johson sebagai orang

yang pertama kali menggagas dan mempraktekkan tentang pendekatan

CTL ini dalam kegiatan pembelajaran. Komponen-komponen tersebut

antara lain:

a) Membuat Keterkaitan-keterkaitan Yang Bermakna Membuat keterkaitan-keterkaitan yang mengarah pada makna

merupakan jantung dari proses pengajaran dan pembelajaran dengan

pendekatan CTL (Contextual Teaching And Learning). Pada waktu

siswa dapat mengaitkan isi dari materi pelajaran, seperti matematika,

ilmu pengerahuan _tatis, atau sejarah dengan pengalaman yang diperoleh

dari kehidupan nyata siswa, maka mereka menemukan makna dan

makna memberi _tatist untuk belajar. Mengaitkan pembelajaran dengan

kehidupan nyata siswa dapat membuat proses pembelajaran menjadi

hidup dan keterkaitan-keterkaitan inilah inti dari pendekatan CTL.

Sebenarnya, setiap hari berada dalam berbagai macam konteks saat

kita keluar atau pergi dari rumah seperti pergi ke sekolah, kampus,

bekerja ke kantor, berdagang, dan berkumpul dan bersenda gurau dengan

teman-teman. Sebagian besar mereka tidak pernah memikirkan tentang

24 Elaine B. johson, Contextual…, h.65 25 Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengjar, Jild 1, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), Cet. 1, h.203.

Page 36: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

36

konteks-konteks tersebut. Sebagian dari kita berusaha untuk

membentuknya. Visi yang kita miliki mengenai bagaimana seharusnya

konteks suatu sekolah mencerminkan gambaran kita tentang dunia.

Setiap individu memiliki pandangan tersendiri mengenai dunia.

Maksudnya, cerita yang kita ceritakan pada diri kita sendiri mengenai

peran kita sebagai individu dan tujuan kita sebagai manusia. Cerita

tersebut menggambarkan prinsip kita dan menunjukkan nilai kita. Dari

ilmu pengetahuan yang modern kita dapat belajar dan mendapatkan

informasi baru, seperti yang sudah kita lihat, yang mempengaruhi

pandangan dan menuntun kita. Dari ilmu biologi dan fisika, kita dapat

belajar bahwa semua yang ada di alam saling berkaitan dan merasakan

keterkaitan-keterkaitan tersebut sebagai aktivitas alami manusia.

Kita belajar dari ilmu pengetahuan bahwa manusia memiliki

kecenderungan untuk mencari keterkaitan-keterkaiatan di antara hal-hal

yang baru seperti: politik, film, seni, bisnis dan sebagainya.

Denganmembangun keterkaitan, kita menghasilkan konteks untuk

belajar dan hidup. Karena kita makhluk hidup yang dapat mengelola dan

mengatur diri sendiri, kita tiada henti mencari informasi dan

menggunakannya untuk menciptakan makna kita sendiri.

Untuk dapat membuat keterkaitan-keterkaitan yang lebih bermakna

dalam proses kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dengan beberapa

hal, diantaranya yaitu:

1) Ruang kelas tradisional yang mengaitkan materi dengan konteks siswa.

2) Memasukkan materi dari bidang lain dalam kelas. 3) Mata pelajaran yang terpisah, tetapi mencakup topic-topik yang

saling berhubungan. 4) Mata pelajaran gabungan yang menyatukan dua atau lebih

disiplin 5) Menggabungkan sekolah dengan pekerjaan (pembelajaran

berbasis karis, jalur karir, dan pengalaman kerja berbasis sekolah).

6) Model kuliah kerja nyata atau penerapan terhadap hal-hal yang

Page 37: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

37

dipelajari di sekolah ke masyarakat.26 Dengan membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna

diharapkan para siswa dapat mencapai standar akademik yang tinggi.

Selain itu juga, dapat mempersiapkan para siswa sebagai genersi pemuda

yang yang mampu menghadapi tantangan era informasi, perubahan

instant, dan kehadiran tekhnologi di mana-mana. Selanjutnya

membangun keterkaitan ini juga mempersiapkan mereka untuk

menimbang akibat dan keputusan-keputusan mereka terhadap orang lain

dan alam.

b) Melakukan Pembelajaran Yang Mandiri Pembelajaran mandiri yaitu suatu proses belajar yang mengajak

siswa melakukan tindakan mandiri yang melibatkan terkadang satu

orang, atau sekelompok orang. Pembelajaran mandiri ini di rancang

untuk menghubungkan pengetahuan akademik dengan kehidupan siswa

sehari-hari secara sedemikian rupa untuk mencapai tujuan yang

bermakna. Tujuan ini mungkin menghasilkan hasil yang nyata maupun

yang tidak nyata.

Dengan adanya pembelajaran mandiri ini dapat membebaskan siswa

untuk dapat menggunakan kecerdasan mereka yang majemuk yang

mereka sukai. Perlu diketahui, bahwa para siswa belajar tentunya dengan

bakat, minat kemampuan serta lingkungan yang berbada-beda juga, baik

itu lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat dimana siswa

tersebut tinggal. Untuk itu, sekolah tidak bisa mengharapkan para

siswanya belajar dalam situasi yang sama dari satu teks atau metode

pembelajaran yang sama. Dengan demikian pembelajaran mandiri disini

sangat diperlukan oleh siswa, dan tugas guru adalah mengawasi,

mengarahkan, membimbing dan memberikan solusi terhadap

permasalahan yang berhubungan dengan pembelajaran khususnya dalam

pembelajaran mandiri.

Pembelajaran mandiri memberikan siswa kesempatan yang luar biasa

26 Elaine B. johson, Contextual…, h. 99

Page 38: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

38

untuk mempertaham kesadaran mereka akan lingkungan mereka.

Pembelajaran mandiri memungkinkan siswa untuk membuat pilihan-

pilihan positif tentang bagaimana mereka akan mengatasi kegelisahan

dan kekacauan dalam kehidupan sehari-hari. Pola ini memungkinkan

siswa untuk bertindak berdasarkan inisiatif mereka sendiri untuk

membentuk lingkungan. Dengan jalan demikian, para siswa mandiri

mengembangkan potensi mereka. Mereka menemukan minat-minat baru

dan bakat-bakat terpendam mereka sembari berkembang mencapai

keunggulan akademik. Mereka juga menemukan bahwa mereka mampu

mempengaruhi lingkungan mereka. Melalui proses belajar mandiri,

mereka belajar bahwa mereka bisa menjadi pencipta bersama dalam

dunia tempat tinggal mereka.

Dalam proses pembelajaran mandiri, untuk dapat mencapai tujuan

seperti yang telah disebutkan di atas, harus mengikuti prosedur

pembelajaran mandiri.Proses pembelajaran mandiri adalah suatu metode

yang melibatkan siswa dalam tindakan-tindakan yang meliputi beberapa

langkah, dan menghasilkan baik yang _tatis maupun yang tidak _tatis.

Langkah-langkah ini menggunakan berbagai pengetahuan dan keahlian,

juga penilaian yang autentik.

Secara umum, proses yang harus diikuti oleh siswa yang belajar

mandiri adalah sebagai berikut:

1. Siswa mandiri menetapkan tujuan.

2. siswa mandirimembuat rencana.

3. siswa mandiri mengikuti rencana dan mengukur kemajuan diri.

4. siswa mandiri membuahkan hasil.

5. siswa mandiri menunjukkan kecakapan melalui penilaian autentik.

c) Bekerja Sama Kerja sama dalam pembelajaran dengan pendekatan CTL sangat

diperlukan, karena dengan adanya kerja sama dapat menghilangkan

hambatan mental akibat terbatasnya pengetahuan, pengalaman dan cara

pandang yang sempit. Dengan adanya kerja sama memungkinkan siswa

Page 39: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

39

untuk menemukan kekuatan dan kelemahan diri, belajar untuk

menghargai orang lain, mendengarkan pikiran terbuka, dan membangun

kesepakatan bersama. Dengan adanya kerja sama para anggota

kelompok kecil akan mampu mengatasi berbagai rintangan, bertindak

mandiri, dengan penuh tanggung jawab, mengandalkan bakat setiap

kelompok, mempercayai orang lain, mengeluarkan pendapat, dan

mengambil keputusan.

Selanjutnya, untuk dapat mencapai tujuan seperti yang telah

disebutkan di atas, kerja sama tersebut harus dilakukan oleh semua pihak

dan tidak boleh mengandalkan antara yang satu dengan yang lainnya.

Sekolah bekerja sama dengan mitra bisnis dan masyarakat, SMP dengan

SMA, dan para guru bekerja sama dengan orang tua dan rekan kerja

mereka. Dalam proses belajar dengan bekerja sama, ada yang

beranggapan bahwa mereka percaya jika para siswa bekerja sama dalam

kelompok kecil, mereka tanpa kecuali akan saling mengabaikan,

menerima beban tugas yang tidak sama, berperilaku tidak efisien, dan

saling berdebat. Akan tetapi hal tersebut di bantah oleh para penganjur

tentang pola belajar dengan kerja sama yakin bahwa hal tersebut dapat di

hindari dengan mudah dan menunnjukkan banyak keuntungan yang

diperoleh dari pola belajar dengan bekerja sama, selain yang telah

disebutkan di atas yaitu:dapat membantu siswa untuk menemukan

bahwa ternyata sudut pandang mereka hanyalah satu diantara cara

pandang yang lain, dan bahwa cara mereka melakukan sesuatu hanyalah

satu kemungkinan dari berbagai kemungkinan. Dengan adanya kerja

sama dan bukanlah persaingan atau kompetisi, siswa-siswa akan

menyerap kebijaksanaan orang lain. Melalui kerja sama, mereka dapat

menyemai toleransi dan perasaan mengasihi.

Dengan bekerja sama dengan orang lain, mereka saling menukar

pengalaman yang sempit dan pribadi sifatnya untuk mendapatkan

konteks yang lebih luas berdasarkan pandangan kenyataan yang lebih

berkembang. Untuk dapat mengembangkan proses belajar dengan pola

Page 40: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

40

bekerja sama, ada beberapa hal yang dapat diwujudkan diantaranya:

1. Pembentukan kelompok kecil.

2. Pembentukan kelompok besar.

3. Mendatangkan ahli di kelas (Tokoh, Olah Ragawan, Dokter, dan

lain-lain).

4. Bekerja dengan kelas sederajat.

5. Bekerja kelompok dengan kelas di atasnya.

6. Bekerja dengan masyarakat.

d) Berfikir Kritis dan Kreatif 1. Berfikir Kritis

Berpikir kritis adalah sistematis yang memungkinkan siswa

untuk merumuskan dan mengevaluasi keyakinan dan pendapat

mereka sendiri. Berpikir kritis adalah “sebuah proses terorganisasi

yang memungkinkan siswa mengevaluasi bukti, asumsi, logika, dan

bahasa yang mendasari pernyataan orang lain.”27 Tujuan dari

berpikir kritis adalah untuk mencapai tujuan yang mendalam.

Dengan berpikir kritis para siswa memungkinkan dapat menganalisa

pemikiran sendiri, untuk memastikan bahwa mereka telah

menentukan pilihan dan menarik kesimpulan dengan benar. Bagi

para siswa yang tidak bias berpikir kritis, mereka tidak bias

memutuskan untuk diri mereka apa yang dipikirkannya, apa yang

harus dipercaya, atau bagaimana harus bertindak.

Selanjutnya, untuk dapat berpikir secara kritis bagi siswa yang

belajar dengan pola pendekatan CTL terdapat delapan langkah yang

disajikan dalam bentuk pertanyaan, yaitu:

Pertama, apa sebenarnya isu, masalah, keputusan, atau kegiatan yang sedang dipertimbangkan Kedua, apa sudut pandangnya Ketiga, apa alas an yang diajukan Keempat, asumsi-asumsi apa yang dibuat Kelima, apakah bahasanya jelas Keenam, apa alas an didasarkan pada bukti-bukti yang menyakinkan Ketujuh, kesimpulan apa yang ditawarkan Kedelapan, apakah implikasi

27 Elaine B. johson, Contextual…, h.185

Page 41: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

41

dari kesimpulan-kesimpulan yang sudah diambil.28

2. Berfikir Kreatif

Berpikir kreatif adalah sebuah kebiasaan dari pikiran yang dilatih

memperhatikan intuisi, menghidupkan imajinasi, mengungkapkan

kemungkinan-kemungkinan, membuka sudut pandang yang

menakjubkan, dan membangkitkan ide-ide yang tidak terduga.

Dalam berpikir kreatif, pada umumnya masyarakat beranggapan

bahwa hal tersebut merupakan pembawaan dari lahir, sesuatu yang

tidak bias dipelajari, sekolah-sekolah tidak memiliki peraturan

mendorong siswa untuk mengembangkan kekuatan kreatifnya, akan

tetapi anggapan tersebut tidaklah benar pada saat sekarang ini karena

orang-orang sudah mulai sadar bahwa semua orang itu kreatif.

Selanjutnya, semua orang mempunyai kapasitas untuk menggunakan

pikiran dan imajinasi mereka secara konstruktif untuk menghasilkan

sesuatu yang baru. Dalam pembelajaran dengan pendekatan CTL,

siswa dapat berpikir kreatif secara terbuka, selain itu juga mereka

dapat membangun hubungan diantara hal-hal yang berbeda. Untuk

itu para guru CTL perlu mendorong siswa untuk berpikir terhadap

permasalahan-permasalahan yang ada, mengapa sesuatu itu selalu

dilakukan seperti itu, atau mengapa sebuah pernyataan di buku

pegangan harus dipercaya dan seterusnya.

e) Membantu Individu untuk Tumbuh dan Berkembang Guru adalah seorang pendidik yang mengarahkan, membimbing,

menasehati dan memberikan pelajaran kepada anak didiknya.

Seorang guru untuk dapat melaksanakan hal tersebut terlebih dahulu

harus mengetahui dan mengenal setiap siswa baik dari segi minat

siswa, bakatnya, gaya belajarnya, emosinya, dan perlakuan dari

teman-temannya. Selain itu juga para guru CTL perlu untuk

memahami kehidupan rumah setiap siswa dan untuk menghargai

28 Elaine B. johson, Contextual…, h.192.

Page 42: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

42

latar belakang agama dan budaya siswa yang mempengaruhi nilai-

nilai yang dianutnya.

Dengan demikian, ketika seorang guru memahami tentang hal

tersebut di atas maka guru dapat dengan mudah membantu siswa

untuk percaya pada diri mereka sendiri dan untuk menemukan jalan

mereka. Selain itu juga para guru dapat menginspirasikan mereka

untuk mencapai standar akademik yang bahkan paling sulit. Para

guru menginspirasikan siswa untuk mengembangkan potensi yang

terpendam atau tersembunyi, untuk mengembangkan kecerdasan

mereka dan untuk menemukan bidang pekerjaan yang tepat untuk

diri mereka.

Selanjutnya, dalam proses membantu siswanya untuk tumbuh

dan berkembang seorang guru dapat melakukannya dengan

memberikan perhatian yang lebih kepada para siswanya atau

memberikan waktu tersendiri untuk bertatap muka, berbincang-

bincang dengan lebih sering dan teratur baik secara individual

maupun secara berkelompok di luar kegiatan pembelajaran, misalnya

pada jam-jam istirahat ataupun sahabis pulang sekolah dan

sebagainya. Karena pada saat sekarang ini jarang para guru

melakukan hal tersebut padahal perhatian seorang guru terhadap

siswanya yang telah disebutkan di atas sangat memotivasi untuk

mencapai tujuan yang diharapkan tentunya disini yaitu mencapai

standar akademik yang tinggi.

Selain itu juga, para guru dapat memberikan contoh atau suri

tauladan kepada siswanya misalnya menanamkan sifat-sifat yang

intelaktual, sopan santun, rasa belas kasihan, saling menghormati,

dan semangat belajar yang mereka harapkan dari siswanya. Hal

tersebut ditujukan untuk dapat membantu tumbuh dan

berkembangnya siswa baik dari segi perilaku maupun etika, karena

jika guru berperilaku seperti apa yang telah dikatakan dan

melakukannya, maka mereka menciptakan sebuah lingkungan yang

Page 43: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

43

mendorong pembelajaran.

f) Menetapkan Standar Akademik yang Tinggi Komponen selanjutnya dari pembelajaran dengan pendekatan

CTL adalah menetapkan standar akademik yang tinggi. Standar

akademik yang tinggi harus di capai oleh para siswa. Dalam

menetapkan standar akademik yang tingi, tidak lepas dari

permasalahan-permasalahan yang timbul dari penilaian terhadap

penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang yang telah

disampaikan oleh pendidik.

Pada saat sekarang ini, _tatis semua orang tua dan begitu juga

para dengan pendidik setuju bahwa tujuan utama dari pendidikan

pada era globalisasi ini adalah untuk mempersiapkan anak agar dapat

hidup mandiri, produktif, dan bertanggung jawab. Untuk dapat

menetapkan atau menghasilkan tujuan tersebut tercapai tergantung

pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang canggih.

Keunggulan akademik merupakan kunci menuju warga Negara yang

bertanggung jawab, mengambil keputusan yang bijaksana dan untuk

memperoleh pelajaran yang memuaskan. Siswa yang dapat

memenuhi standar akademik yang tinggi dapat memilih masa depan

mereka, sedangkan mereka yang tidak dapat memenuhi standar

akademik yang tinggi akan mengalami kesulitan pada saat sekarang

ini.

Standar akademik sering disebut dengan “standar muatan”,

adalah segala sesuatu yang harus dikuasai dan diketahui oleh seorang

siswa setelah menyesuaikan sebuah tugas, kegiatan, tugas praktik,

atau setelah duduk dikelas tertentu. Dengan begitu, kata “standar “

memiliki arti yang sama dengan “tujuan”, “kompetensi”, “tujuan

akademik”, dan “hasil”.29 Apabila sebuah standar muatan menuntut

cukup banyak dan mewajibkan siswa bekerja keras, maka secara

definisi standar tersebut termasuk standar tinggi. CTL mewajibkan 29 Elaine B. johson, Contextual…, h.261

Page 44: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

44

para siswa mencapai standar akademik yang tinggi. Jika siswa diberi

beban sedikit dan standar akademik diturunkan, itu berarti

mengabaikan potensi dan kesejahteraan masa depan mereka.

Dalam pembelajaran dengan pendekatan CTL, untuk mencapai

standar akademik yang tinggi dapat dilakukan dengan cara sebagai

berikut: menciptakan tujuan-tujuan yang tinggi, membuat tujuan-

tujuan yang bermakna, mengunakan standar eksternal,

menghubungkan standar Negara atau standar Nasional dengan mata

pelajaran, dan mengunakan kuliah kerja nyata (KKN).

g) Menggunakan Penilaian yang Autentik Pada saat ini seorang Guru biasanya dalam melakukan proses

pembelajaran lebih menekankan kepada aspek intelektual, sehingga

dalam mengevaluasi terbatas pada penggunaan test sebagai alatnya.

Dengan tes dapat diketahui sejauh mana Siswa telah mengetahui

materi pelajaran. Dalam CTL, keberhasilan pembelajaran tidak

hanya ditentukan oleh perkembangan kemampuan intelektual saja,

akan tetapi seluruh aspek. Oleh sebab itu, penilaian keberhasilan

tidak hanya ditentukan oleh aspek hasil belajar seperti test, akan

tetapi juga proses belajar melalui penilaian yang nyata.

Penilaian nyata adalah proses yang dilakukan Guru dalam

mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang

dilakukan Siswa. Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui apakah

Siswa benar-benar belajar atau tidak; apakah pengalaman belajar

Siswa mempunyai pengalaman positif terhadap perkembangan baik

intelektual maupun mental Siswa.

Penilaian yang autentik dilakukan secara terintegrasi dengan

proses pembelajaran. Penilaian ini dilakukan secara terus-menerus

selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Oleh sebab itu,

tekanannya diarahkan kepada proses belajar bukan kepada hasil

belajar.

Page 45: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

45

Karakteristik penilaian yang autentik adalah sebagai berikut:

1) Dilakukan selama dan sesudah proses pembelajaran

berlangsung 2) Bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif 3) Yang diukur keterampilan dan performansi, bukan mengingat

fakta 4) Berkesinambungan 5) Terintegrasi 6) Dapat digunakan sebagai fed back

Adapun prosedur untuk merancang penilaian autentik, yaitu: a) Jelaskan dengan tepat apa yang harus diketahui dan bisa

dikerjakan oleh para siswa b) Hubungkan pelajaran akademik dengan konteks dunia nyata

siswa dengan cara yang penuh makna, atau lakukan stimulasi dengan konteks dunia nyata yang penuh nyata.

c) Tugaskan para siswa untuk menunjukkan apa yang bias mereka lakukan dengan apa yang mereka ketahui, untuk memperlihatkan keterampilan dan kedalaman pengetahuan mereka, dengan memproduksi hasil, contohnya, produk nyata, presentasi, koleksi hasil tugas.

d) Putuskan tingkat penguasaan yang harus dicapai. e) Tampilkan tingkat penguasaan tersebut dalam sebuah rubric,

yaitu dalam pedoman penilaian yang dilengkapi dengan _tatisti yang digunakan menilai.

f) Biasakan para siswa dengan rubric tersebut. Ajak para siswa untuk terus-menerus melakukan penilaian diri saat mereka menilai kerja mereka sendiri.

g) Libatkan sekelompok orang selain guru untuk menanggapi penilaian ini. 30

Hal-hal yang bisa digunakan sebagai dasar menilai prestasi Siswa adalah sebagai berikut: 1) Portofolio 2) Proyek 3) Pertunjukan 4) Tanggapan tertulis lengkap Keuntungan penilaian autentik bagi siswa, antara lain: a. Mengungkapkan secara total seberapa baik pemahaman

materi akademik mereka. b. Mengungkapkan dan memperkuat penguasaan kompetensi

mereka seperti mengumpulkan informasi, menggunakan sumber daya, menangani tekhnologi, dan berfikir secara sistematis

30 Elaine B. johson, Contextual…, h.289.

Page 46: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

46

c. Menghubungkan pembelajaran dengan pengalaman mereka sendiri, dunia mereka, dan masyarakat luas.

d. Mempertajam keahlian berfikir dalam tingkatan yang lebih tinggi saat mereka menganalisis, memadukan, mengidentifikasi masalah, menciptakan solusi, dan mengikuti hubungan sebab akibat. Menerima tanggung jawab dan membuat pilihan.

e. Berhubungan dan bekerja sama dengan orang lain dalam mengerjakan tugas.

f. Belajar mengevaluasi tingkat prestasi sendiri.

5. Perbedaan CTL Dengan Pembelajaran Konvensional Ada perbedaan pokok antara pembelajaran dengan Pendekatan CTL

(Contextual Teaching And Learning) dengan pembelajaran

konvensional, yaitu:

a) CTL menempatkan Siswa sebagai subjek belajar, artinya Siswa

berperan aktif dalam setiap proses pembelajaran dengan cara

menemukan dan menggali sendiri materi pelajaran. Sedangkan dalam

pembelajaran konvensional Siswa ditempatkan sebagai objek belajar

yang berperan sebagai penerima informasi secara pasif.

b) Dalam pembelajaran CTL Siswa belajar melalui kegiatan kelompok,

seperti kerja kelompok, berdiskusi, saling memberi dan menerima.

Sedangkan dalam pembelajaran konvensional, Siswa lebih banyak

menerima, mencatat, dan menghafal materi pelajaran.

c) Dalam CTL, pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata secara

riil; Sedangkan dalam pembelajaran konvensional pembelajaran

bersifat teoritis dan abstrak.

d) Dalam CTL, kemampuan didasarkan atas pengalaman; Sedangkan

dalam pembelajaran konvensional kemampuan diperoleh melalui

latihan-latihan.

e) Tujuan akhir dari proses pembelajaran melalui CTL adalah kepuasan

diri; Sedangkan dalam pembelajaran konvensionl tujuan akhir adalah

nilai atau angka.

f) Dalam pembelajaran CTL, pembelajaran bisa terjadi dimana saja

Page 47: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

47

dalam konteks dan setting yang berada sesuai dengan kebutuhan;

Sedangkan dalam pembelajaran konvensional pembelajaran hanya

terjadi di dalam kelas.

g) Keberhasilan pembelajaran dalam CTL diukur dengan berbagai cara

misalnya dengan evaluasi proses, hasil karya Siswa, penampilan,

rekaman, observasi, wawancara, dan sebagainya; Sedangkan dalam

pembelajaran konvensional keberhasilan pembelajaran biasanya

hanya diukur dari test.

C. PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam Pengertian Pendidikan Islam sampai saat sekarang ini masih sering

disamakan dengan istilah “Pendidikan Agama Islam”, dan kedua istilah

tersebut masih saling dipertukarkan. Sebagian orang beranggapan bahwa

Pendidikan Islam itu adalah Pendidikan Agama Islam. Dengan adanya

hal tersebut dapat dipahami, karena Islam adalah nama agama, dan kita

menyebutnya “agama Islam”. Jadi boleh saja istilah “Pendidikan Islam”

dengan sebutan “Pendidikan Agama Islam”.

Untuk membedakan kedua istilah itu, Ahmad Tafsir dalam beberapa

tulisannya membakukan dan mempertegas kedua istilah tersebut (lihat:

Ahmad Tafsir, 1994:24-33;, 1997: 8). Selanjutnya, selain itu juga Tim

Penulis dari Fakultas Tarbiyah IAIN Semarang menyebutkan bahwa

Pendidikan Islam merupakan suatu sistem; sebagai suatu sistem

Pendidikan Islam memiliki komponen-komponen yang secara

keseluruhan mendukung terwujudnya sosok Muslim yang diidealkan.

Telah dijelaskan bahwa Pendidikan Islam adalah nama sistem, yaitu

sistem pendidikan yang islami. Pendidikan Islam adalah pendidikan

yang berdasarkan Islam. Pendidikan Islam adalah pendidikan yang teori-

teorinya disusun berdasarkan al-Qur’an dan Hadits.

Adapun “Pendidikan Agama Islam” dibakukan sebagai nama

kegiatan dalam mendidikkan agama Islam. Sebagai mata pelajaran

Page 48: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

48

namanya ialah “Agama Islam”. Usaha-usaha dalam mendidikkan agama

Islam itulah yang disebut sebagai “Pendidikan Agama Islam”.31 Jadi

yang perlu diperhatikan di sini yaitu bahwa Pendidikan Islam adalah

nama sistem dan Pendidikan Agama Islam adalah nama kegiatan (dalam

mendidikkan agama Islam kepada siswa).

Di dalam GBPP istilah Pendidikan Agama Islam itu dipakai untuk

untuk nama mata pelajaran, demikian juga beberapa mata pelajaran lain

seperti Pendidikan Olah Raga, Pendidikan Kesenian, dan Pendidikan

Keterampilan.

Penamaan Pendidikan Agama Islam sebagai nama mata pelajaran

ternyata didukung oleh Tim Penulis dari Fakultas Tarbiyah IAIN

Semarang. Mereka mengatakan bahwa Pendidikan Agama Islam

merupakan sebutan yang diberikan pada salah satu subyek pelajaran

yang harus dipelajarai oleh siswa dalam menyelesaikan pendidikannya

pada tingkat tertentu. Ia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

kurikulum suatu sekolah (lihat Tim Penulis, 1994: 4).

Penamaan istilah Pendidikan Agama Islam tersebut, sebagaimana

yang telah dijelaskan di atas sebenarnya keliru, nama mata pelajaran

seharusnya “Agama Islam” sedangkan Pendidikan Agama Islam adalah

nama kegiatan pendidikannya, karena yang diajarkan adalah Agama

Islam bukan Pendidikan Agama Islam. Nama kegiatannya adala

Pendidikan Agama Islam, dan kata “pendidikan” ini ada pada dan

mengikuti setiap mata pelajaran. Oleh karena itu pada perubahan

kurikulum yang akan _tatis sebaiknya nama mata pelajaran “Pendidikan

Agama Islam” itu diubah menjadi “Agama Islam” saja.

Berdasarkan penjelasan tentang istilah Pendidikan Islam dan

Pendidikan Agama Islam tersebut di atas, dapat diambil kesimpulan

bahwa Pendidikan Islam itu berbeda dengan Pendidikan Agama Islam.

Pendidikan Islam adalah nama sistem, yaitu sistem pendidikan yang

islami. Pendidikan Islam adalah pendidikan yang berdasarkan Islam. 31 Ahmad Tafsir, Kajian Pendidikan Islam di IAIN, (Bandung:2006), hal.254.

Page 49: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

49

Pendidikan Islam adalah pendidikan yang teori-teorinya disusun

berdasarkan al-Qur’an dan Hadits. Sedangkan Pendidikan Agama Islam

adalah nama kegiatan dalam mendidikkan agama Islam.

2. Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di sekolah mempunyai dasar

yang kuat. Dasar tersebut, Yaitu: “Menurut Zuhairini dkk. dapat ditinjau

dari tiga segi, yaitu dari segi dasar yuridis/ hukum, dari segi dasar

agama, dan dari segi dasar psikologis.” 32 Dasar-dasar tersebut dapat

dijelaskan sebagai berikut:

a. Dasar Yuridis / Hukum

Dasar pelaksanaan pendidikan agma Islam berasl dari perundang-

undangan yang secara tidak langsung dapat menjadi pegangan dalam

pelaksanaan pendidikan agama Islam di sekolah secara formal. Dasar

yuridis tersebut terdiri dari tiga macam, yaitu:

1) Dasar ideal, yaitu dasar falsafah Negara pancasila, sila pertama:

ketuhanan yang Maha Esa

2) Dasar Struktural / konstitusional, yaitu undang-undang dasar 1945

dalam bab XI pasal 29 ayat 1 dan 2, yang berbunyi : pertama, Negara

berdasarkan atas ketuhanan yang Maha Esa: kedua, Negara

menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama

masing-masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya

itu.

3) Dasar operasional, yaitu terdapat dalam Tap MPR No. IV/

MPR/1973 yang kemudian dikokohkan dalam Tap MPR No.

IV/MPR/1978 jo. Ketetapan MPR No. II/MPR/1983, diperkuat oleh

Tap MPR No. II/MPR/ 1988 dan Tap MPR No. II/ MPR/ 1993

tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara yang pada pokoknya

32 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,

(Bandung: Rosda Karya, 2005), Cet. 2, h. 134.

Page 50: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

50

menyatakan bahwa pelaksanaan pendidikan agama secara langsung

dimaksudkan dan kurikulm sekolah-sekolah formal, mulai dari

sekolah dasar hingga perguruan tinggi.

b. Segi Religius

Yaitu dasar yang bersumber dari ajaran Islam. Menurut ajaran

Islam Pendidikan agama adalah perintah Tuhan yang Maha Besar dan

merupakan perwujudan ibadah kepada-Nya. Dalam Al-Qur’an banyak

ayat yang menunjukan perintah tersebut, antara lain:

1). Q.S An-Nahl :125” serulah manusia kepada jalan tuahanmu dengan

hikmah dan pelajaran yang baik…”

2). Q.S Ali Imran : 104 “ Dan hendaklah diantara kamu ada

segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh

kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar…”

3). Al-Hadits Rosulullah:” Sampaikanlah ajaran kepada orang lain

walaupun hanya sedikit.

c. Aspek psikologis

Psikologis yaitu dasar yang berhubungan dengan aspek kejiwaan

kehidupan bermasyarakat. Hal ini didasarkan bahwa dalam hidupnya,

manusia baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat

dihadapkan pada hal-hal yang membuat hatinya tidak tenang dan tidak

tenteram sehingga memerlukan adanya pegangan hidup. Sebagaimana

dikemukakan oleh Zuhairi dkk (1983:25) bahwa: semua manusia di

dunia ini selalu membutuhkan adanya pegangan hidup yang disebut

agama. Mereka merasakan bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan

yang mengakui adanya Zat yang Maha Kuasa, tempat mereka

berlindung dan tempat mereka memohon pertolongan-Nya. Hal

semacam ini terjadi pada masyarakat yang masih primitif maupun

masyarakat yang sudah modern. Merkea merasa tenang dan tentram

hatinya kalau mereka dapat mendekat dan mengabdi kepada Zat Yang

Maha Kuasa.

Page 51: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

51

Berdasarkn uraian di atas jelaslah bahwa untuk membuat hati

tenang dan tentram adalah dengan jalan medekatkan diri kepada

Tuhan. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Al – Ra’ad ayat

28, yaitu: “…. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati

menjadi tentram”.

3. Fungsi Pendidikan Agama Islam

Kurikulum Pendidikan Agama Islam untuk sekolah / madrasah

mempunyai fungsi sebagai berikut:

Pertama, Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan

ketakwaan peserta didik kepada Allah Swt yang telah ditanamkan dalam

lingkungan keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuh kembangkan

lebih lanjut dalam diri anak melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan

agar keimanan dan ketakwaan tersebut dapat berkembang secara optimal

sesuai dengan tingkat perkembangannya.

Kedua, Penanaman Nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari

kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

Ketiga, Penyesuaian Mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan

lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan social dan

dapat mengubah lingkungan sesuai dengan ajaran Islam.

Keempat, Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan,

kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam

keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-

hari.

Kelima, Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal _tatisti dari

lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya

dan menghambat perkembangan menuju manusia Indonesia seutuhnya.

Keenam, Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara

umum (alam nyata dan nin-nyata), system dan fungsional.

Ketujuh, Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang

memiliki bakat khusus di bidang Agama Islam agar bakat tersebut dapat

Page 52: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

52

berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya

sendiri dan bagi orang lain.33

4. Tujuan dan Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam Secara umum, Pendidikan Agama Islam bertujuan: ”untuk

meningkatkan Keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan

peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim

yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt serta berakhlak mulia

dalam kehidupan pribadi, bermasyrakat, berbangsa dan bernegara.”34

Di dalam GBPP PAI mata pelajaran Pendidikan Agama Islam

kurikulum 1999, tujuan PAI tersebut lebih dipersingkat lagi, yaitu: “agar

siswa memahami, menghayati, menyakini, dan mengamalkan ajaran

Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman, bertakwa kepada

Allah Swt dan berakhlak mulia”. Rumusan tujuan PAI ini mengandung

pengertian bahwa proses Pendidikan Agama Islam yang dilalui dan

dialami oleh siswa di sekolah di mulai dari tahapan kognisi, yakni

pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap ajaran dan nilai-nilai yang

terkandung dalam ajaran Islam, untuk selanjutnya menuju ke tahapan

afeksi, yakni terjadinya proses internalisasi ajaran dan nilai agama ke

dalam diri siswa, dalam arti menghayati dan meyakininya. Tahapan

afeksi ini terkait dengan kognisi, dalam arti penghayatan dan keyakinan

siswa menjadi kokoh jika dilandasi oleh pengetahuan dan

pemahamannya terhadap ajaran dan nilai agama Islam. Melalui tahapan

afeksi tersebut diharapkan dapat tumbuh motivasi dalam diri siswa dan

bergerak untuk mengamalkan dan menaati ajaran Islam (tahapan

psikomotorik) yang telah diinternalisasikan dalam dirinya. Dengan

demikian, akan terbentuk manusia muslim yang beriman, bertakwa dan

berakhlak mulia.

Untuk mencapai tujuan tersebut maka ruang lingkup materi PAI

33 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan…, h. 134. 34 GBPP PAI, 1994.

Page 53: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

53

(kurikulum 1994) pada dasarnya mencakup tujuh ruang lingkup pokok,

yaitu : Al-Qur’an – Hadits, Keimanan Syariah, Ibadah, Muamalah,

Akhlak, dan Tarikh (sejarah Islam) yang menekankan pada

perkembangan politik. Pada kurikulum tahun 1999, dipadatkan menjadi

lima _tatis pokok, yaitu : Al-Qur’an, Keimanan, Akhlak, Fiqh dan

bimbingan ibadah, serta Tarikh/sejarah yang lebih menekankan pada

perkembangan ajaran agama, ilmu pengetahuan dan kebudayaan.35

D. PELAKSANAAN PENDEKATAN CTL DALAM PAI Dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam dapat dilakukan

dengan beberapa pendekatan atau strategi pembelajaran. Pendekatan tersebut

bertujuan agar tujuan pendidikan dapat tercapai sesuai dengan apa yang

diinginkan baik itu sifatnya tujuan nasional, tujuan instruksional maupun

tujuan institusional. Salah satu pendekatan yang dapat dilaksanakan dalam

proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah dengan pendekatan

Contextual Teaching And Learning. Pendekatan Contextual Teaching And

Learning atau yang lebih dikenal dengan pendekatan CTL adalah merupakan

konsep belajar yang membantu guru mengaitkan materi yang diajarkannya

dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan

antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannyan dalam kehidupan

mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Pelaksanaan pendekatan

CTL agar tujuan pembelajaran Pendidikan Agama slam dapat dilakukan

dengan beberapa hal, yaitu:

1. Pembelajaran dengan berbasis pada masalah

Sebelum memulai proses kegiatan belajar mengajar di dalam kelas,

siswa terlebih dahulu diminta untuk mengobservasi statu fenomena

terlebih dahulu. Kemudian siswa diminta untuk mencatat permasalahan-

permasalahan yang muncul. Kemudian, tugas guru sekarang adalah

merangsang siswa untuk berfikir kritis dalam memecahkan masalah yang

35 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam

di Sekolah, (Bandung: Rosda Karya, 2004), Cet. 3, h. 79

Page 54: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

54

ada. Tugas guru adalah mengarahkan siswa untuk bertanya, membuktikan

asumís, dan mendengarkan perspektif yang berbeda dari mereka.

2. Memanfaatkan lingkungan siswa

Dalam hal ini, guru memberikan penugasan yang dapat dilakukan di

berbagai konteks lingkungan siswa baik di sekolah, keluarga, maupun

masyarakat. Penugasan yang diberikan oleh guru memberikan desempatan

bagi siswa untuk belajar di luar kelas. Misalnya, siswa keluar dari ruang

kelas dan berinteraksi langsung untuk melakukan wawancara. Dengan

adanya hal ini siswa diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung

tentang apa yang sedang dipelajarinya.

3. Kegiatan aktivitas kelompok

Dalam hal ini, yaitu aktivitas belajar secara kelompok dapat

memperluas perspektif serta membangun kecakapan interpersonal untuk

berhubungan dengan orang lain. Guru dapat menyusun kelompok-

kelompok kecil seperti dalam tiga kelompok, lima maupun delapan

kelompok.

4. Membuat aktivitas belajar mandiri

Dalam hal ini diharapkan peserta didik mampu mencari, menganalisis

dan menggunakan informasi dengan sedikit atau bahkan tanpa bantuan

guru. Supaya dapat melakukannya, siswa harus lebih memperhatikan

bagaimana mereka memproses informasi, menetapkan strategi pemecahan

masalah, dan menggunakan pengetahuan yang telah mereka peroles.

Pengalaman pembelajaran dengan pendekatan kontekstual harus mengikuti

uji coba terlebih dahulu, menyediakan waktu yang cukup, dan menyusun

refleksi serta berusaha tanpa meminta bantuan guru agar dapat

memberikan pengalaman verja. Misalnya meminta siswa untuk Madang di

tempat kerja tertentu.

5. Membuat aktivitas belajar bekerja sama dengan masyarakat

Dalam hal ini, sekolah dapat melakukan verja sama dengan orang tua

siswa yang memiliki keahlian khusus untuk menjadi guru tamu. Hal ini

perlu dilakukan guna memberikan pengalaman belajar secara langsung di

Page 55: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

55

mana siswa dapat termotivasi untuk mengajukan pertanyaan. Selain itu,

verja sama juga dapat dilakukan dengan instituís atau preusan tertentu

untuk memberikan pengalaman verja. Misalnya meminta siswa untuk

Magang di tempat kerja.

6. Dengan menerapkan penilaian yang autentik

Dalam pembelajaran CTL, penilaian autentik dapat membantu siswa

untuk menerapkan informasi akademik dan kecakapan yang telah

diperoleh pada situasi nyata untuk tujuan tertentu. Penilaian autentik

memberikan desempatan yang luas bagi siswa untuk menunjukkan apa

yang telah mereka pelajari selama proses belajar mengajar. Adapun bentuk

penilaian yang dapat digunakan oleh guru dalam hal ini adalah portafolio,

tugas kelompok, demonstrasi, dan laboran tertulis. Bentuk penilaian

seperti ini lebih baik dari pada menghafal teks, siswa dituntut untuk

menggunakan keterampilan berfikir yang lebih tinggi agar dapat

membantu memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan saharí-

harinya.

Page 56: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

56

E. KERANGKA BERFIKIR Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan merupakan perangkat rencana,

dan pengetahuan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai oleh

siswa, penilaian kegiatan belajar mengajar, pemberdayaan sumber daya

pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah. KTSP memiliki konsep

pendekatan pembelajaran berbasis kompetensi dimana fokus program sekolah

adalah siswa serta apa yang akan dikerjakan oleh mereka dengan

memperhatikan kecakapan hidup (life skill). Dalam pengembangannya,

seluruh elemen sekolah dan masyarakat perlu terlibat langsung, antara lain

kepala sekolah, komite sekolah, guru, karyawan, orang tua siswa serta siswa.

Salah satu unsur terpenting dalam penerapan KTSP sangat tergantung

pada pemahaman guru dalam menerapkan strategi pembelajaran di dalam

kelas. Penggunaan strategi pembelajaran dengan pendekatan CTL (Contextual

Teaching And Learning), dianggap sebagai salah satu pendekatan yang sesuai

pada saat sekarang ini, karena pendekatan tersebut dapat memberdayakan

siswa, sebuah pendekatan yang tdk mengharuskan siswa untuk menghafal

fakta-fakta, serta yang mendorong siswa mengonstruksi pengetahuan dibenak

mereka sendiri. Sebaliknya, tidak seperti pendekatan-pendekatan yang sudah

ada dan masih berjalan sampai saat sekarang ini, yaitu menjadikan guru

sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah menjadi pilihan utama

strategi belajarnya. Pembelajaran dengan pendekatan CTL (Contextual

Teaching And Learning) adalah pendekatan yang membantu guru mengaitkan

antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan

mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya

dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan

masyarakat.

Dalam proses implementasinya, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

sering terdapat hambatan yang datangnya bisa dari dalam, maupun dari luar.

Hambatan-hambatan tersebut secara tidak langsung dapat menghambat proses

pembelajaran dengan pendekatan CTL dan tujuan dari KTSP tersebut

keberhasilannya kurang maksimal atau tidak sesuai dengan apa yang

Page 57: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

57

diharapkan. Untuk itu, jika tujuan pembelajaran dengan pendekatan CTL ingin

dicapai maksimal maka dalam implementasi KTSP harus sejalan dengan apa

yang telah dirumuskan dalam KTSP itu sendiri. Dengan demikian,

keberhasilan pembelajaran dengan pendekatan CTL (Contextual Teaching

And Learning) ditentukan oleh keberhasilan implementasi KTSP. Semakin

sedikit hambatan yang dihadapi, semakin besar kemungkinan keberhasilannya

dan sebaliknya.

Page 58: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

58

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan metodologi penelitian yang terdiri dari pendekatan

penelitian, subyek penelitian, lokasi penelitian, metode pengumpulan data,

instrument penelitian, proses pelaksanaan penelitian, tekhnik analisis data dan isu

etis.

A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif yang didasari

oleh keinginan untuk memahami pengalaman hambatan pelaksanaan CTL

dalam KTSP studi kasus pada Pendidikan Agama Islam dan mendengarkan

“suara” atau pendapat guru-guru Pendidikan Agama Islam, Kepala Sekolah

dan Wakil Kepala Sekolah bidang kurikulum agar diperoleh pemahaman yang

utuh dari sudut pandang yang bersangkutan. Pengertian penelitian kualitatif

menurut Creswell mengungkapkan asumsi-asumsi paradigma kualitatif seperti

bahasa penelitian kualitatif dan metodologi desain yang terus berubah

berdasarkan pengalaman individu dalam latar alamiah. Pendapat lain ”Bodgan

dan Taylor mengatakan bahwa penelitian kualitatif sebagai prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau

lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati”.36 Oleh karena itu,

pengalaman individual subyek menjadi kunci dari penelitian ini.

B. Subyek Penelitian Poerwandari (2005, h.102) menyatakan bahwa dalam penelitian kualitatif

sampel tidak diambil secara acak tetapi justeru dipilih mengikuti criteria

tertentu. Dengan demikian, saya menetapkan kriteria subyek penelitian

sebagai berikut:

36 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosda Karya, 2001), Cet. 16, h. 3

Page 59: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

59

1) Sekolah /Madrasah yang melaksanakan atau mengimplementasikan

KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).

2) Para Guru Pendidikan Agama Islam yang telah berpengalaman mengajar

selama sekurang-kurangnya 5 tahun.

3) Adanya hambatan pelaksanaan CTL dalam KTSP.

Saya menemukan subyek guru-guru Pendidikan Agama Islam dan Kepala

Sekolah serta Wakil Kepala Sekolah bidang kurikulum melalui bantuan teman

yang memperkenalkan kepada saya dengan petugas piket dan guru bagian

hubungan masyarakat. Dari petugas piket dan guru bagian hubungan

masyarakat ini saya meminta pertolongannya untuk menemukan informan

guru-guru Pendidikan agama Islam, Kepala sekolah, dan Wakil Kepala

Sekolah bidang kurikulum karena petugas piket dan guru bagian hubungan

masyarakat ini lebih tahu dan faham tentang keadaan guru dan lingkungan

sekolah tersebut.

Terlebih dahulu saya menjelaskan informan kepada petugas piket dan guru

bagian hubungan masyarakat tersebut. Kemudian, kedua orang itulah yang

memperkenalkan saya kepada informan. Jadi, mereka adalah penghubung saya

dengan informan. Wawancara yang saya lakukan ini telah mendapatkan

persetujuan dari semua informan dan mereka diberi tahu terlebih dahulu

sebelum wawancara berlangsung bahwa wawancara itu dipergunakan untuk

kepentingan penulisan skripsi.

Informasi mengenai informan dengan menggunakan nama samaran adalah

sebagai berikut:

1. Ahmadi adalah informan laki-laki yang berasal dari petukangan Jakarta

Selatan. Ia lahir di Lamongan pada 15 Januari 1950 dan telah

menyelesaikan sarjana lengkapnya pada tahun 1997 jurusan fisika. Pada

sekolah ini, ia mengajar bidang studi bimbingan konseling dan telah

mengabdikan diri sekurang-kurangnya empat tahun dimulai desember

2004.

2. Abdullah adalah informan laki-laki yang berasal dari Kebayoran Lama

Jakarta Selatan. Ia lahir di subang 12 desember 1960 dan telah mengabdi

Page 60: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

60

pada sekolah ini sekurang-kurangnya 17 tahun dimulai pada November

1990.

3. Zahra adalah informan perempuan yang berasal dari Ciputat Jakarta

Selatan. Ia menyelesaikan sarjana mudanya di IAIN Riau dan

melanjutkan lagi di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan memperoleh

gelar sarjana lengkap SI dengan gelar S.Pd.I

4. Zulaikha adalah informan yang berasal dari Kebayoran Baru Jakarta

selatan. Ia alumni dari IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang sekarang

menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan memperoleh sarjana

lengkap dengan gelar S.Ag. Selama ini ia telah mengabdikan diri di

SMPN 250 Jakarta menjadi guru sekurang-kurangnya empat tahun.

Berikut ini adalah rangkuman daftar guru-guru Pendidikan Agama Islam

dan Kepala Sekolah Serta Wakil Kepala Sekolah bidang kurikulum.

Daftar Tabel 1

No

.

Nama Guru Jenis

Kelamin

Pendidikan

Terakhir

Masa

Bakti

Daerah Asal

1. Ahmad Laki-laki S 1 24 tahun Petukangan

2. Abdullah Laki-laki S 1 17 tahun Kebayoran

Lama

3. Zahra Perempuan S 1 20 tahun Ciputat

4. Zulaikha Perempuan S 1 4 tahun Kebayoran

Baru

Untuk melengkapi data penelitian ini selain informan di atas, saya juga

melakukan wawancara dengan dua orang siswa SMPN 250 Jakarta. Mereka

adalah kelas satu dan kelas dua.

C. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 250 Jakarta. Sekolah SMPN 250

Page 61: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

61

Jakarta ini terletak di Jl. KH. Naim III Cipete Utara- Kebayoran Baru-Jakarta

Selatan. Sekolah ini letaknya strategis, mudah dijangkau dan agak jauh dari

folusi suara kendaraan serta lebih nyaman. Selain itu juga sekolah ini

merupakan salah satu sekolah yang menerapkan KTSP lebih awal dan sebagai

bahan percontohan bagi sekolah lain yang ada di Jakarta baik itu Negeri

maupun swasta.

D. Metode pengumpulan Data Adapun metode pengumpulan data dari penelitian ini, penulis

menggunakan beberapa cara, yaitu:

1) Observasi yaitu : “pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap

fenomena-fenomena yang diselidiki.”37 Observasi merupakan tekhnik

yang pertama-tama digunakan untuk mendapatkan data yang berkaitan

dengan penelitian dan merupakan alat pengumpulan data dengan cara

mendatangi langsung subyek penelitian untuk mendapatkan data yang

berkaitan dengan hambatan pelaksanaan pembelajaran dengan

pendekatan CTL yang dilaksanakan di SMP Negeri 250 Jakarta. Dalam

observasi ini, penulis meneliti lingkungan atau kelas dalam proses

pembelajaran Pendidikan Agama Islam, kemudian penulis meneliti

keadaan siswa dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam,

serta penulis meneliti keadaan guru dalam proses pembelajaran

Pendidikan Agama Islam. Observasi ini penulis lakukan untuk

mempermudah mendapatkan data yang akurat sesuai dengan kenyataan

yang ada. Hal tersebut dimaksudkan agar tidak terjadi adanya

pengambilan data yang tidak benar sesuai dengan kenyataan yang ada.

2) Wawancara yaitu: “merupakan tekhnik pengumpulan data yang sesuai

berdasarkan dari lapangan secara verbal dimana pada wawancara ini

terdapat dialog yang dilakukan oleh interviewer (pewawancara) untuk

37 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Ardi Ofset, 1992), Cet. 2, h.136

Page 62: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

62

memperoleh informasi dari intervieweer (orang yang diwawancarai).” 38

wawancara ini dilakukan dengan cara bertatap muka langsung untuk

memperoleh data pendukung dan utama. Untuk mendapatkan data

pendukung saya memanfaatkan wawancara tidak terstruktur. Artinya,

saya hanya menggunakan garis besar informasi dari informan.

Wawancara dilakukan terhadap kepala sekolah, wakil kepala sekolah

bidang kurikulum, dan sejumlah siswa kelas satu dan dua.

Saya melakukan wawancara secara mendalam yang terstruktur untuk

menggali informasi dari informan, yaitu guru Pendidikan Agama Islam

yang dinyatakan sebagai data utama. Alasan saya melakukan wawancara

terstruktur adalah supaya mempunyai kendali atas apa yang saya

tanyakan kepada informan. Hal ini pertanyaan-pertanyaan yang diajukan

harus mengikuti daftar pertanyaan yang telah disiapkan. Dengan kata

lain, saya menghindari kehilangan arah agar jangan sampai terlibat jauh

terhadap penjelasan informan yang sama sekali tidak berhubungan

dengan pertanyaan penelitian.

3) Dokumentasi yaitu: “mencari data mengenai hal-hal atau variable yang

berupa catatan transkip, buku, surat kabar, majalah, bulletin, prasasti,

notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya. Dalam penelitian ini,

penulis meneliti buku legger atau buku induk untuk mengetahui keadaan

siswa yang meliputi nama, tempat tanggal lahir, lulusan sekolah, tahun

masuk sekolah, nama orang tua, alamat siswa dan seterusnya.

Selanjutnya, penulis meneliti tentang keadaan guru dan staf melalui data

_tatistic yang ada yang meliputi pendidikan, alamat, lama mengajar dan

status kepegawaian seorang guru dan seterusnya. Kemudian penulis

melakukan penelitian pada buku panduan sekolah yang ada yang berisi

tentang visi dan misi, sejarah sekolah, kurikulum, sarana dan prasarana

yang menunjang proses kegiatan belajar mengajar dan seterusnya.

38 Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), Cet. 3, h.202

Page 63: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

63

E. Instrumen Penelitian Daftar pertanyaan terstruktur dipakai sebagai alat pengumpul data utama

(lihat lampiran). Saya memutuskan melakukan wawancara secara langsung

atau face to face agar informasi yang disampaikan informan dapat tergali.

Selain itu juga, saya dapat melihat ekspresi dan tindakan informan ketika

menanggapi pertanyaan. Daftar pertanyaan yang ditulis secara garis besar juga

dipakai untuk mengumpulkan data pendukung. Akhirnya, hasil wawancara

baik dari informan utama dan pendukung direkam dengan tape recorder.

F. Proses Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dikerjakan secara intensif pertengahan November 2007

sampai dengan awal Januari 2008 akan tetapi proposal penelitian telah dibuat

sejak semester tujuh. Pengambilan data dilakukan sehari setelah surat izin

penelitian itu diterima oleh pihak sekolah yang bersangkutan dan berakhir

pada awal Januari 2008.

Dalam pengambilan data, saya dengan mudah memperolehnya karena

sebelumnya saya mengetahui tempat tersebut dari teman dekat yang telah

melakukan praktek profesi keguruan terpadu selama sekurang-kurangnya

empat bulan dari bulan Februari sampai pertengahan bulan Juni 2007 dalam

rangka memenuhi tugas mata kuliah PPL II. Dari teman dekat, saya

memperoleh data mengenai informan yang akan saya temui, selain itu juga

saya memperoleh informasi mengenai pelaksanaan pendekatan CTL

(Contextual Teaching And Learning) dalam mengimplementasikan KTSP dan

saya merasa bersyukur karena sudah cukup lama saya mencari sekolah yang

melaksanakan pendekatan CTL (Contextual Teaching And Learning) akan

tetapi belum juga menemukannya dan akhirnya saya diberitahukan di SMPN

250 Jakarta sudah melaksanakannya.

Untuk memperoleh data yang sesuai dengan tujuan penelitian saya

melakukan wawancara yang pertama dengan informan pertama pada tanggal

19 November 2007 dan dilakukan tidak hanya sekali saja karena keterbatasan

waktu, selain itu juga pedoman wawancara yang saya buat memuat tiga topik,

Page 64: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

64

Jadi saya melakukannya dalam tiga kali pertemuan yaitu pada tanggal 19

November dan terakhir wawancara dengannya pada tanngal 22 November

2007.

Dalam rencana wawancara saya dengan informan yang pertama, saya

memerlukan waktu sekurang-kurangnya 90 menit dan menggunakan media

tape recorder sebagai alat pembantu saya karena dikhawatirkan ada data

penting yang tidak tercatat oleh saya, akan tetapi kenyataan dilapangan

berbeda. Informan pertama kurang setuju kalau direkam dengan menggunakan

media tape recorder, baginya hal tersebut dapat mengganggu konsentrasi

dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang saya ajukan dan merasa grogi

karena tidak terbiasa. Dengan demikian, saya belajar untuk memahami

dinamika keadaan lapangan.

Hasil dari wawancara dengan informan pertama kemudian dianalisa agar

diketahui kedalaman informasi yang terungkap. Setelah itu daftar pertanyaan

dikoreksi kembali agar pengumpulan data yang digunakan untuk penelitian ini

menjadi lebih tajam dan terarah.

Setelah mewawancarai informan pertama, kemudian saya meneruskan

bertemu dengan informan yang kedua di ruangannya yang terletak di belakang

sekolahan pada hari yang sama. Dari ruang informan yang kedua saya

mendapatkan kesempatan untuk melakukan wawancara dengannya pada hari

berikutnya karena pada hari itu ia sedang sibuk dan kedatangan tamu dari

orang tua siswa. Selanjutnya pada hari yang telah disepakati saya bertemu

dengan informan kedua untuk melakukan wawancara, akan tetapi pada

waktunya pelaksanaan wawancara tersebut tidak dapat dilaksanakan karena

ada janji akan melakukan ulangan harian di kela tempat ia mengajar yang

telah disepakati antara informan kedua dengan siswa sebelum saya melakukan

kesepakatan dengannya. Dari sini saya di ajak oleh informan kedua untuk ikut

masuk ke dalam kelas IX 7 untuk melihat situasi dan kondisi siswa, maupun

sarana dan prasarana yang ada di kelas tersebut. Sebelum ulangan

dilaksanakan, terlebih dahulu informan kedua melakukan penjelasan pada

materi yang akan diulangkan secara umum, dan kebetulan saya dapat

Page 65: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

65

melakukan observasi. Sebagaimana waktu yang telah disepakati, saya

melakukan wawancara dengan informan kedua pada tanggal 22 November

2007 diruangannya, dan seperti pada informan pertama, informan kedua

sedikit keberatan apabila wawancara yang akan saya laksanakan

menggunakan media tape recorder. Dengan demikian saya melakukan

wawancara dengannya dengan mencatat poin-poin penting dan ditulis serta

dijelaskan kembali oleh saya pada malam harinya karena dikhawatirkan saya

akan lupa terhadap data yang telah peroleh.

Selanjutnya setelah melakukan wawancara dengan informan kedua, saya

melakukan wawancara dengan informan yang ketiga dan keempat sesuai

dengan kesepakatan yang telah saya peroleh dengannya yaitu pada tanggal 16

Desember dan 31 Desember 2007 di ruangan piket dan ruangan guru. Seperti

halnya informan pertama dan kedua ketika pelaksanaan wawancara dalam hal

penggunaan media tape recorder, informan ketiga dan keempat merasa

keberatan dengan pengunaan media tape recorder tersebut sebagai media

dalam pelaksanaan wawancara, karena terlihat agak sedikit formal.

Di samping itu, saya melakukan observasi dari kedua kelas tempat

informan kedua dan ketiga mengajar pendidikan agama Islam. Disana saya

melihat ada sedikit perbedaan dari sarana dan prasarana, juga waktu

mengajarnya. Jika pada informan ketiga, observasi saya lakukan pada jam

14.10 sampai dengan 15.20 WIB., dan pada informan keempat saya lakukan

pada waktu pagi hari mulai jam 09.10 sampai dengan 10.20 WIB. Dari sini

saya dapat melihat perbedaan antara kelas yang satu dengan yang lainnya dari

segi waktu, efektifitas dan kegiatan pembelajarannya.

G. Tekhnik Analisis Data Analisis data dalam penelitian kualitatif adalah “upaya yang dilakukan

dengan jalan mengorganisasikan berbagai data, memilah-milah data menjadi

satu kesatuan data yang dapat dikelola, mensistesiskannya, mencari dan

menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan

Page 66: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

66

memutuskan apa yang diceritakan kepada orang lain.”39 Proses analisis data

dimulai dengan menelaah seluruh data yang terkumpul dari berbagai sumber

yang diperoleh dari kegiatan wawancara, pengamatan yang telah dituliskan

dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar foto, dan

sebagainya. Kemudian setelah data tersebut dibaca, dipelajari, dan ditelaah,

maka selanjutnya melakukan reduksi data yang dilakukan dengan jalan

membuat abstraksi. Abstraksi yaitu usaha membuat rangkuman yang inti,

proses, dan pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijaga sehingga tetap berada di

dalamnya.40

Langkah selanjutnya adalah menyusun dalam satuan-satuan. Satuan-satuan

tersebut kemudian dikategorisasi pada langkah berikutnya. Kategori-kategori

itu dilakukan sambil membuat koding. Selanjutnya tahap akhir dari analisis

data ini adalah mengadakan keabsahan data. Setelah selesai tahap ini,

kemudian ditafsirkan dan disimpulkan ke dalam bahasa yang mudah dipahami

dan logis sesuai dengan penelitian yang dibahas.

H. Isu Etis Newman seperti dikutip oleh Poerwandari (2005, h.218) menyatakan

beberapa prinsip dasar penelitian yang etis. Diantaranya:

a) Tanggung jawab etis pada penelitian.

b) Peneliti tidak mengeksploitasi subyek penelitiannya untuk kepentingan

pribadinya.

c) Bentuk-bentuk informed consent sangat diperlukan.

d) Peneliti menjunjung tinggi jaminan pribadi, kerahasiaan, dan anonimitas

dan,

e) Peneliti mendeteksi serta menjauhkan konsekuensi-konsekuensi tidak

diinginkan dari subyek penelitiannya.

Berdasarkan pendapat Newman dalam Poerwandari (2005) tersebut di

atas, saya lebih setuju pada point (b) dan point (d) di dalam penelitian ini

39 Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian… , h. 248. 40 Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian…, h. 190.

Page 67: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

67

karena saya tidak memanfaatkan informan untuk kepentingan pribadi, akan

tetapi untuk kepentingan akademis. Kemudian, saya menjaga kerahasiaan

informan tanpa menjelaskan nama mereka yang sesungguhnya dan alamat di

mana mereka tinggal. Hal ini dilakukan untuk melindungi mereka dan

memperhatikan kebutuhannya terhadap keamanan dan kenyamanan. Dengan

demikian, melalui penelitian ini diharapkan dapat terungkap dengan jelas

tentang hambatan pelaksanaan CTL (Contextual Teaching And Learning)

dalam KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) studi kasus pada

pendidikan agama Islam di SMPN 250 Jakarta.

Page 68: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

68

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. GAMBARAN UMUM SMPN 250 JAKARTA

1. Profil Sekolah Nama Sekolah : SMP NEGERI 250 JAKARTA

No. Statistik Sekolah : 201016306246

Tipe Sekolah : A2

Alamat Sekolah : JL. KHM. Naim III, Cipete Utara

: (Kecamatan) : Kebayoran Baru

: (Kabupaten/Kota) : Jakarta Selatan

: (Propinsi) : DKI Jakarta

Telepon/HP/Fax : Telp. (021)7200396, Fax (021) 7265788

Status Sekolah : Negeri

Nilai Akreditasi Sekolah : B

2. Visi dan Misi SMPN 250 Jakarta

a. Visi Berprestasi, Berbudaya, dan Beriptek Berdasarkan Iman dan Takwa.

b. Misi Dengan Disiplin dan Pelayanan yang Baik Kita Tingkatkan Prestasi.

3. Kepemilikan Tanah Status Tanah : SHM (Milik Negara )

Luas Lahan/Tanah : 2.232 m2

Luas Tanah Terbangun : 3.219 m2

Luas Tanah Siap Bangun : ....... m2

Luas Lantai Atas Siap Bangun : ....... m2

4. Data Siswa SMPN 250 Jakarta memiliki siswa yang cukup banyak bila

Page 69: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

69

dibandingkan dengan tahun ajaran sebelumnya. Siswa-siswa tersebut

berasal dari sekolah dasar negeri maupun swasta yang jumlah

keseluruhan dari kelas VII sampai dengan kelas IX berjumlah 790 siswa.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam table 2, tentang jumlah siswa

yang terdapat dibawah ini.

Tabel 2

Jumlah siswa

Kelas VII Kelas VIII Kelas IX

Jumlah (Kls. VII + VIII

+ IX) Th. Pelajaran

Calon Siswa Baru Jml

Siswa Jml

Ruang Jml

Siswa Jml

Ruang Jml

Siswa Jml

Ruang Siswa Ruang

2003/2004 320 280 7 265 7 262 7 807 21 2004/2005 308 280 7 267 7 263 7 810 21 2005/2006 384 280 7 265 7 262 7 807 21 2006/2007 280 260 7 257 7 261 7 778 21 2007/2008 420 276 7 269 7 245 7 790 21

5. Keadaan guru dan kepala sekolah Di SMPN 250 Jakarta kepemimpinan sekolah dipimpin oleh seorang

kepala sekolah dan dibantu oleh dua wakil kepala sekolah, yaitu wakil

kepala sekolah bidang kurikulum dan wakil kepala sekolah bidang

kesiswaan. Untuk lebih jelasnya lihatlah table 3 di bawah ini.

Tabel 3

Kepala Sekolah

Jenis Kela-min

No. Nama

L P Usia Pend. Akhir Masa Kerja

1. Kepala Sekolah

Drs. Mochamad Imam

L - 57 S 1 24

2. Wakil Kepala Maman L - 44 S 1 24

Page 70: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

70

Sekolah Suparman, S.Pd 3. Wakil Kepala

Sekolah Sobari, S.Ag L - 47 S 1 17

Adapun keadaan guru di SMPN 250 Jakarta terdiri dari guru

pegawai negeri sipil, baik dari Departemen Pendidikan Nasional maupun

Departemen Agama serta dibantu oleh beberapa guru honorer. Guru-

guru tersebut berasal dari latar belakang pendidikan yang berbeda dan

dari daerah yang berbeda pula. Untuk lebih jelasnya dpat dilihat dalam

table 4 di bawah ini.

Tabel 4 Kualifikasi Pendidikan, Status, Jenis Kelamin, dan Jumlah

Jumlah dan Status Guru

GT/PNS GTT/Guru Bantu No. Tingkat

Pendidikan L P L P

Jumlah

1. S3/S2 2 - - - 2

2. S1 13 21 - 7 41

3. D-4 - - - -

4. D3/Sarmud 1 1 - - 2

5. D2 - - - - -

6. D1 - 1 - - 1

7. SMA/sederajat - 1 - - 1

Jumlah 16 24 - 7 47

Tabel 5

Jumlah guru dengan tugas mengajar sesuai dengan latar belakang

pendidikan (keahlian)

No

. Guru

Jumlah guru dengan latar

belakang pendidikan sesuai

dengan tugas mengajar

Jumlah guru dengan latar

belakang pendidikan yang

TIDAK sesuai dengan tugas

Jumlah

Page 71: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

71

mengajar

D1/

D2

D3/

Sarmud

S1/D4 S2/S3 D1/D

2

D3/

Sarmud

S1/D4 S2/S3

1. IPA - - 6 - - - - - 6

2. Matematika - - 5 1 - - - - 6

3. Bahasa Indonesia 1 1 3 - - - - - 5

4. Bahasa Inggris - - 3 1 - - - - 4

5. Pendidikan Agama - - 2 - - - 1 - 3

6. IPS 1 - 5 - - - - - 6

7. Penjasorkes - 1 2 - - - - - 3

8. Seni Budaya - - 2 - - - - - 2

9. PKn - - 2 - - - - - 2

10. TIK/Keterampilan - - 1 - - - 2 - 3

11. BK - - 3 - - - 1 - 4

12.

13.

PLKJ

Tata Busana

-

-

-

-

-

2

-

-

-

-

-

-

1

-

-

-

1

2

Jumlah 2 2 36 2 - - 5 - 47

Tabel 6

Pengembangan kompetensi/profesionalisme guru

Jumlah Guru yang telah mengikuti kegiatan

pengembangan kompetensi/profesionalisme No. Jenis Pengembangan

Kompetensi Laki-laki Jumlah Perempuan Jumlah

1. Penataran KBK/KTSP 5 3 8

3. Penataran Metode 5 4 9

Page 72: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

72

Pembelajaran (termasuk

CTL)

4. Penataran PTK 4 3 7

5. Penataran Karya Tulis

Ilmiah

3 - 3

6. Sertifikasi

Profesi/Kompetensi

1 - 1

7. Penataran PTBK 4 4 8

8. Penataran lainnya:

..............

8 10 18

Tabel 7

Prestasi guru

Perolehan kejuaraan 1 sampai 3 dalam 3 tahun terakhir No. Jenis lomba

Tingkat Jumlah Guru

Nasional -

Provinsi -

1. Lomba PTK

Kab/Kota -

Nasional 1

Provinsi 1

2. Lomba Karya

tulis Inovasi

Pembelajaran Kab/Kota 1

Nasional -

Provinsi -

3. Lomba Guru

Berprestasi

Kab/Kota 2

Nasional -

Provinsi -

4. Lomba lainnya:

.........................

......

Kab/Kota -

Page 73: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

73

Nasional -

Provinsi -

4.

Kab/Kota -

Tabel 8

Tenaga Kependidikan

Jumlah tenaga pendukung

dan kualifikasi

pendidikannya

Jumlah tenaga

pendukung

Berdasarkan

Status dan Jenis

Kelamin

Jumlah

PNS Honorer

No. Tenaga

pendukung

SMP SMA D1 D2 S1 Jml

L P L P

1. Tata Usaha - 3 - - 5 8 3 3 2 2 9

2. Perpustakaa

n

- 1 - - - 1 - - 1 - 1

3. Laboran lab.

IPA

- 1 - - - 1 - - 1 - 1

4. Teknisi lab.

Komputer

- - - - - - - - - - -

5. Laboran lab.

Bahasa

- - - - - - - - - - -

6. PTD (Pend

Tek. Dasar)

- - - - - - - - - - -

7. Kantin 5 - - - - 5 - - - - -

8. Penjaga

Sekolah

1 - - - - 1 1 - - - 1

9. Tukang

Kebun

- - - - - - - - - - -

Page 74: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

74

10. Keamanan 1 - - - - 1 - - 1 - 1

11. Kebersihan

4 - - - - 4 2 - 2 - 4

Jumlah 11 5 - - 5 21 4 3 7 2 16

6. Sarana dan Prasarana Sekolah SMPN 250 Jakarta memiliki sarana dan prasarana yang cukup

lengkap dan memadai, baik dari segi ruang belajar maupun ruangan atau

sarana penunjang belajar yang lainnya. Untuk lebih jelasnya tentang

sarana dan prasarana SMPN 250 Jakarta yang ada dapat diliha pada tabel

di bawah ini.

Tabel 9

Data Ruang Belajar

Jumlah dan ukuran

Kondisi Ukuran

7x9 m2

(a)

Ukuran

> 63m2

(b)

Ukuran

< 63 m2

©

Jumlah

(d)

=(a+b+c)

Jml. Ruang

lainnya

yg digunakan

untuk r.

Kelas

(e)

Jumlah ruang

yg digunakan

u. R. Kelas

(f)=(d+e)

Baik 11 - - -

Rsk ringan - - - -

Rsk sedang - - - -

Rsk Berat - - - -

Rsk Total - - - -

-

-

Keterangan kondisi:

Baik Kerusakan < 15%

Rusak 15% - < 30%

Page 75: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

75

ringan

Rusak

sedang

30% - < 45%

Rusak berat 45% - 65%

Rusak total >65%

Tabel 10

Data Ruang Belajar Lainnya

Jenis Ruangan Jumlah (buah) Ukuran (pxl) Kondisi*)

1. Perpustakaan 1 96 Baik

2. Lab. IPA 1 96 Baik

3. Ketrampilan 1 64 Baik

4. Multimedia 1 64 Baik

Jenis Ruangan Jumlah (buah) Ukuran (pxl) Kondisi

6. Lab. Bahasa - - -

7. Lab. Komputer 1 64 Baik

8. PTD - - -

9. Serbaguna/aula - - -

Tabel 11

Data Ruang Kantor

Jenis Ruangan Jumlah (buah) Ukuran (pxl) Kondisi*)

1. Kepala Sekolah 1 32 Baik

2. Wakil Kepala Sekolah 1 32 Baik

3. Guru 1 64 Baik

Page 76: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

76

4. Tata Usaha 1 64 baik

5. Tamu - - -

Lainnya: ……………… - - -

Tabel 12

Data Ruang Penunjang

Jenis Ruangan Jumlah (buah) Ukuran (pxl) Kondisi*)

Gudang 1 50 Rusak Sedang

Dapur 1 8 Baik

Reproduksi - - -

KM/WC Guru 2 32 Baik

KM/WC Siswa 2 30 Rusak Ringan

BK 1 32 Baik

UKS 1 42 Baik

PMR/Pramuka - - -

Jenis Ruangan Jumlah (buah) Ukuran (pxl) Kondisi

Ibadah 1 36 Baik

Ganti - - -

Koperasi 1 21 Baik

Hall/lobi - - -

Kantin 6 72 Baik

Rumah Pompa/

Menara Air

1 - -

Bangsal Kendaraan 1 - -

Rumah Penjaga 1 64 Baik

Pos Jaga - - -

Page 77: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

77

Tabel 13

Lapangan Olahraga dan Upacara

Lapangan Jumlah (buah) Ukuran (pxl) Kondisi Keterangan

1. Lapangan Olahraga

a. Basket

b. Volly

c. Bulu Tangkis

d. Sepak Bola / Futsal

e.

........................................

1

1

1

1

-

-

-

-

Baik

Baik

Baik

Baik

Satu

Area

2. Lapangan Upacara 1 400 Baik

B. PENGETAHUAN GURU TERHADAP KURIKULUM

TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau lebih dikenal dengan sebutan

KTSP adalah Kurikulum operasional yang disusun dan dilakukan oleh

masing-masing satuan pendidikan.41 Definisi tentang KTSP tersebut saya

peroleh dari hasil wawancara dengan beberapa informan berkenaan dengan

pengetahuannya mengenai KTSP. Pengetahuan tentang KTSP tersebut masih

secara umum dan sama persis dengan definisi-definisi yang saya peroleh dari

buku-buku tentang KTSP misalnya saja karangan E. Mulyasa yang membahas

secara lengkap tentang KTSP dalam karangannya “Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan: Suatu Panduan Praktis”, dan begitu juga dengan buku-buku

karangan penulis lain seperti Masnur Muslih dalam judul bukunya “KTSP:

Dasar Pemahaman dan Pengembangan”. Sebenarnya definisi tentang KTSP itu

41Masnur muslih, KTSP Dasar Pemahaman dan Pengembangan…, h. 10.

Page 78: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

78

sangat luas dan informan tidak menjelaskannya secara rinci kepada saya,

bahkan mereka menganjurkan pada saya membaca buku pedoman tentang

KTSP sekolah tersebut untuk mendapatkan data yang saya perlukan.42 Dari

anjuran tersebut saya tidak melaksanakannya karena yang saya butuhkan

bukan konsep atau teori tentang KTSP akan tetapi bagaimana pemahaman

informan terhadap KTSP itu sendiri baik secara teori maupun praktek. Dengan

adanya anjuran untuk melihat buku pedoman KTSP sekolah tersebut berarti

pemahaman atau pengetahuan informan mengenai KTSP masih kurang atau

belum faham betul karena masih sebatas definisi saja, padahal KTSP itu

merupakan sebuah konsep kurikulum yang terdiri dari beberapa komponen

Komponen-komponen misalnya: tujuan satuan pendidikan, kalender

pendidikan, struktur dan muatan kurikulum, serta silabus dan rencana

pelaksanaan pembelajaran, yang kesemuanya itu seharusnya dijelaskan

informan kepada saya agar bisa dilihat sejauh mana mereka dapat memahami

tentang KTSP. Selain itu juga seharusnya informan memberikan penjelasan

lebih luas lagi mengenai apa tujuan KTSP, kemudian apa yang menjadi

landasan pengembangannya, karakteristik, prinsip-prinsip, dan acuan

opersional akan tetapi mereka tidak menjelaskannya. Hal tersebut bisa saja

disebabkan karena pemahaman informan yang masih minim mengenai KTSP.

Tapi kalau dilihat pada proses sosialisai yang dilakukan, pihak sekolah sering

memberikan pengetahuan tentang KTSP baik dari kepala sekolah secara

langsung dan kebetulan ia menjadi tim pengembang dan penilai KTSP

depdiknas melalui musyawarah yang diikuti semua pihak-pihak terkait seperti:

guru dan staf, orang tua siswa melalui komite sekolah dan juga dewan

pendidikan. Selain itu juga semua guru pernah mengikuti pelatihan yang

diberikan oleh pemerintah dalam hal ini depdiknas tentang KTSP di SMPN 19

jakarta dan semua siswa diliburkan.43 Dengan demikian, sebenarnya KTSP

secara teoritis dapat memberikan solusi belajar untuk mewujudkan sekolah

yang efektif, produktif, dan berprestasi. KTSP memberikan keleluasaan

42 Mohammad Imam, Wawancara, ( 19 Desember 2007). 43 Sobari, Wawancara, (Jakarta, 22 Desember 2007).

Page 79: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

79

kepada setiap satuan pendidikan dalam mengelola sumber daya, sumberdana,

sumber belajar dan mengalokasikannya sesuai prioritas kebutuhan, serta lebih

tanggap terhadap kebutuhan setempat. Hal ini dapat terlihat pada kemandirian

guru dalam menentukan kompetensi dasar dalam pembuatan rencana

pelaksanaan pembelajaran, dan juga dapat dilihat pada kemandirian kepala

sekolah dalam mengambil keputusan yang menyangkut kalender pendidikan

serta penggunaan dana sesuai dengan kebutuhan. Selain itu juga penentuan

kepala sekolah pada stafnya berdasarkan keterampilan yang dimilikinya bukan

berdasarkan pengalamannya. Akan tetapi permasalahan yang ada sekarang ini

adalah bagaimana agar implementasi KTSP dapat tercapai secara optimal ?

maka disini semua elemen harus saling mendukung, bekerja sama mulai dari

kepala sekolah sebagai penanggung jawab semua kegiatan dan terakhir

terletak pada guru sebagai pelaksana dan penentu di lapangan.

Selanjutnya, proses implementasi KTSP disekolah yang dilakukan oleh

informan sebagai pelaksana dan penentu dari tercapai tidaknya tujuan

pendidikan, informan merasa cukup kesulitan. Mereka belum mengetahui

dengan benar mengenai pengelolaan pembelajaran yang menyangkut

perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian (evaluasinya), juga memahami

peserta didik mengingat mereka mempunyai bakat, minat,, potensi dan

karakteristik serta sosial budaya mayarakat setempat yang berbeda-beda

penggunaan metode, penggunaan media, serta proses evaluasinya.44 Semuanya

itu harus dikuasai agar tujuan pendidikan dapat tercapai secara optimal. Akan

tetapi pada prakteknya berbeda.

Dalam pengelolaan pembelajaran yang menyangkut perencanaan,

informan membuatnya dalam bentuk rencana pelaksanaan pembelajaran atau

yang lebih dikenal dengan RPP. Dalam membuat RPP informan membuat

kompetensi dasar yang akan dicapai dengan mencakup tiga aspek kompetensi

yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Selain itu juga dalam RPP ditentukan

mengenai tujuan pembelajaran, waktu belajar dan juga materi yang akan

44 Mohammad Imam, Wawancara, ( Jakarta, 19 Desember 2007).

Page 80: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

80

diberikan kepada siswa.45 Akan tetapi yang menjadi permasalahan adalah

informan membuat RPP tersebut untuk kelas yang sama dan waktu yang sama,

dan kondisi peserta didik yang sama, intinya informan menggunakan RRP

yang dibuatnya untuk digunakan atau diturunkan dalam beberapa kelas.

Seharusnya hal tersebut tidak dilakukannya, kenapa? Karena antara kelas yang

satu dengan yang lainnya itu berbeda, antara siswa yang satu mulai dari minat,

bakat, potensi, sosial budaya dengan siswa yang lainnya berbeda dan itu tidak

bisa dibuat dalam satu RPP. Selain itu juga waktu penyampaian materi juga

berbeda, mungkin kelas yang pagi akan lebih dapat menerima materi lebih

banyak ketimbang kelas yang masuknya siang, karena situasi dan kondisi

mempengaruhi terhadap prestasi belajar. Yang menjadi alasan kenapa hal

tersebut terjadi adalah karena informan merasa enggan membuatnya kembali,

dan baginya memerlukan waktu yang cukup lama, apalagi kalau dalam sehari

itu mengajarnya ful, delapan jam pelajaran dan semuanya harus memakai RPP

yang berbeda.

Selanjutnya dalam pengelolaan kelas, informan lebih banyak

memberikan penyampaian materi melalui metode ceramah, dan terkadang

menggunaan metode demonstrasi untuk materi sholat contohnya, guru

menggunakan metode demonstrasi. Yang menjadi permasalahan disini adalah

informan menggunakan metode demonstrasi melalui siswa, informan melihat,

membimbing dan mengarahkan. Seharusnya informan terlebih dahulu

mendemonstrasikan kemudian diikuti oleh peserta didiknya. Selain itu juga

dalam mendemonstraikan sholat tersebut, informan tidak melakukannya

dengan menggunakan media yang sudah ada yaitu dimushalla.46 Dengan

demikian, jika di dalam kelas informan hanya membutuhkan beberapa siswa

saja, ini kurang efektif, dan tidak berdasarkan konteksnya. Perlu diingat

bahwa keberhasilan belajar siswa tidak ditentukan oleh sebagian siswa saja

akan tetapi harus semuanya dapat mencapai kompetensi dasar yang telah

ditentukan, sedangkan apabila di mushalla semua siswa dalam satu kelas dapat

45 Sobari, Wawancara, (Jakarta, 22 Desember 2007). 46 Nurlaili, Wawancara, (Jakarta, 18 Desember 2007).

Page 81: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

81

mempraktekkannya.dan lebih efektif, serta sesuai dengan konteksnya.

Kemudian dalam pengelolaan kelas selanjutnya, informan hanya sesekali

memberikan kesempatan kepada siswanya untuk bertanya dan menanggapi

terhadap materi yang masih kurang dipahami, dan juga dalam melakukan atau

menjawab pertanyaan siswa terkesan berbelit-belit bahkan informan

menjawab seperlunya saja. Selain itu juga, tidak semua siswa diberikan

kesempatan untuk bertanya, menjawab, dan menanggapi akan tetapi tebang

pilih. Padahal semua siswa mempunyai hak dan kedudukan yang sama untuk

menerima, bertanya, menanggapi tanpa dibeda-bedakan.

Selanjutnya, pengelolaan pembelajaran yang berkaitan dengan

penggunaan media pembelajaran, informan lebih banyak menggunakan dan

memanfaatkan media pembelajaran yang sudah ada, selain itu juga informan

mengusahakan / membuat sendiri media-media pembelajaran lain apabila

media tersebut tidak terdapat di sekolah padahal media tersebut sangat

penting, misalnya ketika informan akan menyampaikan materi tentang haji

dan umrah maka informan terlebih dahulu memberikan teori terlebih dahulu

yang dibantu dengan visualisasi dalam bentuk power point maupun CD yang

menjelaskan tentang materi haji dan umrah.47 Kemudian, pelaksanaan praktek

dilakukan pada waktu hari raya Ied al-adha. Pada hari Ied al-adha semua siswa

diharuskan hadir untuk secara bersama-sama melakukan shalat Ied berjamaah

yang dilanjutkan dengan pemotongan hewan kurban yang dihasilkan dari

siswa dalam bentuk kolektif. Pada hari berikutnya bagi kelas yang telah

menerima materi tentang umrah diharuskan datang untuk melakukan tawaf

bersama, dengan media yang dibuat disekolah dengan ukuran 3x4 meter.

Disini siswa dibimbing, diarahkan bagaimana proses tawaf, arah tawaf dan

juga pakaian yang harus dipakai pada waktu tawaf.48 Akan tetapi,

penggunaan media yang ada tersebut, yang berkaitan dengan materi yang

disampaikan masih kurang efektif karena tidak sesuai dengan konteksnya.

Selain itu juga siswa tidak berkonsentrasi dalam melakukan praktek baik itu

47 Sobari, Wawancara, (Jakarta, 22 Desember 2007). 48 Maryani, Wawancara, ( Jakarta, 31 Desember 2007).

Page 82: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

82

shalat Ied maupun tawaf. Jumlah siswa dengan informan tidak memadai

sehingga tidak bisa membimbing, mengarahkan secara langsung peserta didik.

Dengan demikian tujuan kompetensi dasar yang telah dibuat dalam bentuk

RPP tidak tercapai dengan optimal. Walaupun demikian dengan adanya media

tersebut yang sudahdibuat dalam bentuk visualisasi sudah dapat membantu

peserta didik untuk menambah pemahamnnya mengenai materi tersebut

ketimbang hanya menerima teori saja. Kalau menurut saya, materi tentang haji

dan umrah tersebut kurang sesuai dengan karakteristik siswa, karena materi

tersebut cukup luas dan diperlukan media yang benar-benar sesuai dengan

konteknya untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran yang optimal, salah

satunya dengan cara dating langsung ketempat dimana haji dan umrah itu

dilakukan oleh orang pada umumnya, yaitu di Makkah dan ini tidak mungkin

dilakukan oleh semua sekolah yang ada. Salah satu solusinya adalah dengan

tidak memberikan materi tersebut pada tingkat sekolah dasar dan menengah

ataupun materi tersebut lebih disederhanakan lagi.

Selanjutnya, pelaksanaan evaluasi yang dilakukan oleh informan di

dalam kelas lebih banyak mengerjakan lembar kerja siswa, karena didalamnya

sudah terdapat soal-soal baik dalam bentuk pilihan ganda maupun esei.49

Dengan demikian informan lebih banyak mengandalkan lembar kerja siswa

sebagai alat untuk mengukur tercapai tidaknya kompetensi yang diharapkan.

Seharusnya informan tidak mengandalkan lembar kerja siswa, karena hanya

akan mengukur kognitif siswa saja secara umum padahal yang diharapkan ada

afektif dan psikomotorik. Untuk itu lebih baiknya disamping mengerjakan

lembar kerja siswa, siswa dilatih untuk mempraktekkan, bekerja kelompok

atau yang alinnya agar tujuan pendidikan dapat tercapai secara optimal. Selain

evaluasi yang dilakukan di kelas, informan juga melakukan evaluasi dalam

bentuk ujian tengah semester dan ujian akhir semester yang dilakukan oleh

pemerintah pusat dalam hal ini Depdiknas, akan tetapi untuk ujian tengah

semester dilakukan oleh satuan pendidikan masing-masing.

49 Nurlaili, Wawancara, (Jakarta, 18 Desember 2007).

Page 83: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

83

C. KONDISI OBYEKTIF MATERI PENDIDIKAN AGAMA

ISLAM Di dalam GBPP PAI mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kurikulum

1999 dijelaskan tentang tujuan materi pendidikan agama Islam, yaitu: “agar

siswa memahami, menghayati, menyakini, dan mengamalkan ajaran Islam

sehingga menjadi manusia muslim yang beriman, bertakwa kepada Allah Swt

dan berakhlak mulia”.50 Untuk mencapai tujuan tersebut secara optimal,

pengetahuan informan terhadap materi pendidikan agama Islam harus benar-

benar dipahami dan dikuasai sehingga ketika materi ajar pendidikan agama

Islam sudah benar-benar dipahami maka proses pembelajaran akan berjalan

sesuai dengan yang direncanakan. Selain itu, faktor materi pendidikan agama

Islam yang mencakup kedalaman dan keluasannya juga ikut menentukan

keberhasilan belajar peserta didik. Sejauh mana materi pendidikan agama

Islam itu menjelaskan, apakah materi pendidikan agama Islam yang ada sudah

sesuai dengan karakteristik siswa sesuai dengan minat, bakat, potensi, dan

kondisi sosial keagamaan yang berbeda-beda, apakah materi yang diterima

oleh peserta didik dapat dijadikan sebagai pedoman hidup, apakah materi

pendidikan agama Islam tersebut dapat memotivasi peserta didik untuk

memperluas dan memperdalam pengetahuannya, apakah materi ajar

pendidikan Agama Islam benar-benar diaplikasikan oleh peserta baik di

sekolah maupun dirumah sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Perlu diketahui bahwa materi pendidikan Agama Islam itu cukup luas

cakupannya, akan tetapi pada garis besarnya materi pendidikan agama islam

itu meliputi: Al-Qur’an, Keimanan, Akhlak, Fiqh dan bimbingan ibadah, serta

Tarikh/sejarah yang lebih menekankan pada perkembangan ajaran agama,

ilmu pengetahuan dan kebudayaan.51

Kemudian berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai seperti yang telah

dijelaskan dalam GBPP PAI tersebut di atas, ada beberapa hal yang dilakukan

50 GBPP PAI, 1994 51 Muhaimin, Paradigma Pendidikan…,h. 79.

Page 84: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

84

oleh informan untuk dapat mencapai tujuan tersebut seoptimal mungkin.

Upaya tersebut diantaranya membaca buku-buku agama, literature-literatur

lain yang membahas tentang materi yang akan disampaikan baik melalui

majalah, koran, maupun buku tafsir al-Quran dan al-Hadits. Upaya tersebut

bertujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuannya tentang materi

pendidikan agama Islam sehingga nantinya dapat menjelaskan materi kepada

siswa dengan sejelas-jelasnya. Dengan demikian berarti materi pendidikan

agama Islam yang ada saat sekarang ini belum menjelaskannya secara rinci.

Hal ini dapat dilihat pada upaya informan untuk mencari dan membaca buku-

buku tafsir untuk menjelaskan isi kandungan dari suatu ayat al-Quaran

maupun al-Hadits.

Proses membaca dan mencari buku-buku tersebut dilakukan oleh informan

di perpustakaan dan juga di mushalla, akan tetapi disini informan tidak

menjelaskan secara rinci mengenai buku-buku agama apa saja yang dibaca

dan karangannya siapa jangan-jangan entar buku-buku agama yang tidak ada

kaitannya dengan materi yang akan diajarkan, kemudian majalah apa dan

topik apa yang dibahas dimajalah tersebut sehingga ada terkesan mengada-

ada. Kemudian saya mencoba mengecek kebenaran buku-buku yang berkaitan

tersebut ke perpustakaan dan tidak mengecek yang lainnya dan ternyata

memang ada buku-buku agama tersebut, akan tetapi tidak selengkap seperti

yang telah dikatakan oleh informan. Kebanyakan yang ada diperpustakaan itu

adalah koleksi buku-buku pelajaran umum bukan buku-buku yang berkaitan

dengan materi pendidikan agama Islam. Untuk lebih jelasnya saya tampilkan

gambar perpustakaan di bawah ini.

Selanjutnya upaya lain yang dilakukan oleh informan adalah dengan

menyampaikan materi sesuai dengan konteksnya atau kehidupan nyata peserta

didik. Seperti misalnya ketika menyampaikan materi tentang shalat berjamaah

yang telah dilakukan oleh kelas VII Sembilan. Informan menjelaskan terlebih

dahulu tentang materi shalat berjamaah disertai dengan demonstrasi di dalam

kelas dan diikuti oleh beberapa siswa, karena tempatnya yang kurang sesuai

Page 85: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

85

maka dilanjutkan di mushalla.52 Seperti yang tampak dalam gambar dibawah

ini.

Pelaksanaan praktek dan juga media yang digunakan sudah sesuai

dengan konteksnya, akan tetapi apakah tujuan kompetensi dasar telah

tercapai? Mungkin dari aspek afektif ya dan belum tentu dari aspek

psikomotorik dan kognitif siswa. Jumlah siswa dalam satu kelas tidak bisa

diatur, dibimbing dan diawasi oleh seorang informan saja, selain itu juga perlu

adanya dukungan baik itu dari informan maupun dari siswanya itu sendiri.

Jika para siswa sadar dengan sendirinya bahwa materi yang diterima akan

menambah keimanan dan ketakwaannya kepada yang Allah SWT dan dapat

dijadikan bekal hidupnya, maka dengan sendirinya kompetensi dasar yang

menyangkut aspek psikomotorik dapat tercapai tidak semata-mata hanya

dilakukan pada waktu disekolah akan tetapi dimanapun dan kapanpun berada

jika memang waktu sholat telah tiba maka melakukannya. Selain itu juga

kompetensi kognitifnya juga akan tercapai dengan optimal, karena disini siswa

akan lebih mengingat, memahami, dan menerapkan.

Pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan konteksnya atau

kehidupan nyata siswa tidak hanya dalam materi tentang sholat saja, akan

tetapi materi-materi yang lain juga disesuaikan dengan konteksnya juga,

contohnya materi tentang tayamum, materi bersuci baik dari hadats kecil

maupun hadats besar. Seperti tampak gambar di bawah ini.

Selanjutnya dalam proses penyampain materi pendidikan agama Islam

terkadang informan merasa kesulitan dalam hal materi-materi keimanan

misalnya, materi tentang pembagian warisan. Kesulitan tersebut bukan terletak

pada kurangnya pengetahuan guru mengenai materi tersebut, akan tetapi lebih

pada penggunaan medianya yang sesuai dengan konteksnya, selain itu juga

materi tersebut merupakan materi yang berhubungan dengan keyakinan dan

ini susah untuk dijelaskan. Dengan demikian, ketika membahas tentang

52 Sobari, Wawancara, (Jakarta, 22 Desember 2007).

Page 86: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

86

materi tersebut tujuan kompetensi dasar tidak akan tercapai dengan optimal,

akan tetapi informan tetap berusaha menggunakan media atau sumber belajar

yang lain misalnya penggunaan CD sebagai visualisasi atau dengan

mengundang orang yang ahli dalam bidang tersebut, dan bisa juga ketika ada

acara –acara keagamaan para siswa dianjurkan untuk mengadirinya, karena

belajar tidak hanya disekolah saja akan tetapi diluar sekolah pun bisa

dilakukan.53 Siapa tahu materi yang didapat di luar sekolah belum didapat di

dalam sekolah, jadi saling mengisi dan bila perlu ditanyakan di sekolah jika

ada sesuatu yang tidak dipahami. Dibawah ini ditampilkan gambar mengenai

mendatangkan orang yang ahli untuk menjelaskan materi yang sesuai. Yang

dilaksanakan pada saat isra’ dan mi’raj di sekolah.

D. SARANA DAN PRASARANA PENDUKUNG IMPLEMENTASI

KTSP DENGAN PENDEKATAN CTL Proses implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di dalam

satuan pendidikan memerlukan dukungan atau partisipasi dari semua pihak

agar implementasi kurikulum tersebut dapat berjalan sesuai dengan apa yang

diharapkan, baik dari pihak pendidik, peserta didik, maupun tempat atau

lingkungan peserta didik tersebut tinggal. Yang menjadi salah satu faktor

terpenting optimal tidaknya dalam mengimplementasikan KTSP adalah

adanya sarana dan prasarana yang memadai, mulai dari gedung sekolah

meliputi jumlah ruangan, ukuran ruangan, laboratorium, perpustakaan dan

sarana pendukung lain.54

Berkaitan dengan sarana dan prasarana untuk mendukung implementasi

KTSP, sarana pendukung disekolah tempat saya melakukan penelitian cukup

lengkap dan memadai. Di sekolah tersebut hamper semua saranan pendukung

ada, terkecuali ada beberapa sarana yang kebetulan belum ada dan biasanya

diadakan ketika sarana tersebut dibutuhkan artinya hanya sesekali saja. Akan

53 Mohammad Imam, Wawancara, ( Jakarta, 19 Desember 2007). 54 Maryani, Wawancara, ( Jakarta, 31 Desember 2007).

Page 87: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

87

tetapi, dengan sarana pendukung tersebut terkadang informan merasa kesulitan

karena berbarengan dengan teman informan lain yang akan menggunakan

media atau alat tersebut, untuk itu dalam penyediaan sarana dan prasarana

tidak hanya sebatas memenuhinya saja akan tetapi harus disesuaikan dengan

kebutuhan dan jumlah guru yang mengajar.55

Dengan demikian jika sarana pendukung tersebut cukup memadai

sebagaimana yang telah distandarkan BNSP akan tetapi masih terbatas, maka

secara tidak langsung prestasi siswa dan proses implementasi dapat berjalan

dengan baik, namun belum optimal. Sarana pendukung tersebut diperoleh dari

anggaran pemerintah daerah melalui bantuan operasional pendidikan dan

bantuan operasional sekolah. Akan tetapi permasalahan yang sering timbul

dan juga dapat menghambat proses implementasi justeru datangnya dari

pemahaman dan pengetahuan informan mengenai sarana pendukung tersebut.

Dalam penggunaan sarana pendukung, informan terkadang perlu

menyesuaikannya dan harus mempunyai keterampilan khusus dengan

peralatan/sarana yang bisa disebut baru, yaitu komputer misalnya, Lcd

infocus, OHP sehingga jarang sekali informan menggunakannya walaupun

sarana tersebut tersedia, akan tetapi karena alasan tidak bisa menggunakannya

maka informan mengesampingkan penggunaan sarana pendukung tersebut

sehingga terkadang sarana pendukung yang ada menjadi lapuk dimakan umur.

padahal kalau dilihat dari aspek kegunannya, sarana tersebut sangat

mendukung dan dapat menambah serta mempermudah dalam proses

penyampaian materi kepada peserta didik sehingga kemungkinan tercapai

tujuan pembelajarannya cukup optimal, dan tidak hanya itu saja untuk sarana

yang lain yang tersedia di sekolah tersebut seharusnya informan

memanfaatkan sarana pendukung yang ada sebaik mungkin dan diperlukan

keterampilan atau pengetahuan khusus untuk dapat menggunakannya. Untuk

itu informan perlu mengikuti atau mencari tahu tentang bagaimana

menggunakan sarana pendukung tersebut dengan baik dan benar. Dibawah ini

55 Nurlaili, Wawancara, (Jakarta, 18 Desember 2007).

Page 88: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

88

saya tampilkan gambar sekolah sebagai sarana untuk mengimplementasikan

kurikulum.

Page 89: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

89

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN Berdasarkan penjelasan tersebut di atas penulis mengambil kesimpulan

bahwa pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di SMPN 250

Jakarta belum optimal. Belum optimalnya pelaksanaan Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan disebabkan oleh beberapa hal:

1. Dari segi pengetahuan guru tentang Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan baik itu secara teori maupun praktis guru pendidikan

agama Islam di SMPN 250 Jakarta belum sesuai dengan yang

diharapkan seperti dalam pedoman pelaksanaan dan pengembangan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang telah dibuat bersama. Hal

tersebut dapat disebabkan oleh kurangnya sosialisasi tentang

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ataupun faktor lain seperti

lingkungan sekolah yang kurang mendukung.

2. Dari segi materi ajar pendidikan agama Islam guru pendidikan agama

Islam di SMPN 250 Jakarta belum begitu menguasai, selain itu juga

adanya kesulitan untuk menyampaikan materi sesuai dengan

konteksnya.

3. Dari segi sarana dan prasarana pendukung guru pendidikan Agama

Islam di SMPN 250 Jakarta belum mengerti dan mempunyai

pengetahuan, keterampilan khusus untuk menggunakannya sehingga

sarana yang ada tidak dapat dimanfaatkan dengan baik. Selain itu juga,

adanya keterbatasan sarana pendukung pada materi tertentu juga dapat

mempengaruhi terhadap proses implementasi Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan.

Dengan demikian, karena pelaksanaan Kurikulum Tingkat satuan

Pendidikan di SMPN 250 Jakarta belum optimal, maka pelaksanaan

pendekatan CTL (Contextual Teaching And Learning) dalam Kurikulum

Page 90: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

90

Tingkat Satuan Pendidikan khususnya pada Pendidikan Agama Islam di

SMPN 250 Jakarta tidak tercapai dengan optimal. Semakin efektif

terlaksananya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di SMPN 250 Jakarta,

maka semakin efektif pula pelaksanaan pendekatan CTL (Contextual

Teaching And Learning) dalam materi Pendidikan Agama Islam di SMPN 250

Jakarta.

B. SARAN 1. Guru Pendidikan Agama Islam harus mempunyai pengetahuan dan

keterampilan (profesionalisme) dalam mengelola kegiatan pembelajaran di

dalam maupun di luar kelas secara teori dan praktek.

2. Kegiatan pembelajaran harus didukung dengan sarana dan prasarana yang

cukup dan memadai supaya dapat mencapai tujuan pendidikan yang

Page 91: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

91

optimal. Untuk itu setiap satuan pendidikan harus memiliki dan

mengusahakan sarana dan prasarana tersebut.

3. Lingkungan pendidikan harus saling mendukung dan bekerja sama dalam

hal ini orang tua, masyarakat, pemerintah sesuai dengan yang diharapkan.

4. Pemerintah dalam hal ini Depdiknas harus benar-benar mensosialisasikan

kurikulum yang baru sampai ke tingkat yang paling bawah.

5. Dengan keberadaan skripsi ini penulis berharap dapat menjadi pemicu

untuk mengkaji dan meneliti mengenai hambatan pelaksanaan pendekatan

Contextual Teaching and Learning dalam Kutikulum Tingkat Satuan

Pendidikan dan pendekatan-pendekatan yang baru yang ditawarkan oleh

sekolah-sekolah yang ada di Indonesia.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang menjadikan

bahan perbandingan untuk karya ilmiah selanjutnya.

Page 92: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

92

DAFTAR PUSTAKA

GBPP PAI, 1994 Imam, Muhammad. Wawancara, Jakarta, 19 November 2007. Johnson, Elaine B. Contextual Teaching And Learning: Menjadikan Kegiatan

Belajar Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, Bandung: Mizan Media Utama, Cet. II, 2007.

Maryani. Wawancara, Jakarta, 31 Desember 2007. Majid, Abdul dan Andayani, Dian. Pendidikan Agama Berbasis Kompetensi:

Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, Bandung: Rosdakarya, Cet. II, 2005.

Mulyasa, E. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Bandung: Rosdakarya, Cet.

III, 2007. _____, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung: Rosdakarya. Cet. I,

2007. Muslich, Masnur. KTSP: Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual,

Jakarta: Bumi Aksara, Cet. I, 2007. _____, KTSP: Dasar Pemahaman dan Pengembangan, Jakarta: Bumi Aksara,

Cet. I, 2007. Muhaimin. Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan

Agama Islam di Sekolah, Bandung: Rosdakarya, Cet. III, 2004. Moleong, Lexy J. Metodologi penelitian Kualitatif, Bandung: Rosdakarya, Cet.

XV, 2001. Nurlaili. Wawancara, Jakarta, 16 Desember 2007. R. Bambang A. Soekisno, “Bagaimanakah Perjalanan Kurikulum Nasional (Pada

Pendidikan Dasar dan Menengah”, dari www. Wordpress.com, 16 Mei 2007.

Sobari, Ahmad. Wawancara, Jakarta, 22 November 2007. Sanjaya,Wina. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis

Kompetensi, Jakarta: Kencana, Cet. 1, 2006.

Page 93: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

93

Sardiman A.M. Interaksi dan Motivasi Belajar Menguar, Jakarta: Raja Grafindo

Persada, Cet. 1, 2004. Tafsir, Ahmad. Kajian Pendidikan Islam di IAIN, Bandung: Fakultas Tarbiyah

IAIN Sunan Gunung Jati Bandung, 2006.

Lampiran 1

Wawancara dengan Kepala Sekolah SMPN 250 Jakarta

Nama : Drs. Moh. Imam

Jabatan : Kepala Sekolah

Tempat : Ruang Kepala Sekolah SMPN 250 Jakarta

Page 94: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

94

Hari/Tanggal : Rabu, 19 Desember 2007

Topik 1 “Bagaimana pemahaman guru terhadap KTSP secara teoritis dan praktis ?” Secara Teoritis

1. Apakah yang Bapak/Ibu ketahui tentang KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)? Kurikulum operasional yang disusun dan dilakukan oleh masing-masing satuan pendidikan.

2. Darimanakah Bapak/Ibu tahu tentang KTSP? Dari Depdiknas, kebetulan saya sebagai tim pengembang dan penilai KTSP

3. Sejak kapan sekolah Bapak/Ibu menerapkan KTSP? Tahap sosialisasi awal tahun 2004 dan mulai dilaksanakan pada tahun ajaran 2005

4. Apa yang menjadi dasar atau alasan sekolah Bapak/Ibu melaksanakan KTSP? Sebenarnya lebih pada adanya keinginan para guru untuk menentukan sendiri proses pembelajaran, mulai dari pembuatan silabus, rpp, walaupun masih berpedoman pada standar isi dan kelulusan yang telah ditetapkan BNSP

5. Apa kelebihan KTSP dengan kurikulum sebelumnya? Guru lebih leluasa dalam menentukan kompetensi dasar pada KTSP sedangkan pada KBK ditentukan oleh pemerintah pusat.

6. Bagaimana sikap para guru disekolah Bapak/Ibu dalam mengimplementasikan KTSP (mudah atau kesulitan)? Sedikit kesulitan terutama dalam menentukan kompetensi dasar, contohnya pada pelajaran IPA dan IPS yang harus menentukan kompetensi dasar secara keseluruhan, padahal pelajaran IPA dan IPS itu terdiri dari tiga sub pelajaran yaitu untuk IPA terdiri dari fisika, kimia dan biologi dan begitu juga dengan IPS terdiri dari sejarah, ekonomi dan geografi.

7. Bagaimana cara soialisasi KTSP di sekolah Bapak/Ibu? Semua guru di sini mengikuti pelatihan yang diadakan secara bersama-sama oleh tim pengembang dalam hal ini Depdiknas di SMPN 19 Jakarta dan semua siswa diliburkan, selain setiap ada musyawarah disekolah, saya

Page 95: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

95

memberikan pengarahan dan penyuluhan kepada segenap guru beserta karyawan atau Tu dan pihak-pihak yang terkait seperti komite sekolah.

8. Apakah persiapan khusus yang dilakukan oleh pihak sekolah untuk mengimplementasikan KTSP? Tidak ada persiapan khusus, karena pada dasarnya semua kurikulum itu sama perbedaannya pada segi pelaksanaannya di lapangan.

9. Menurut Bapak/Ibu, bagaimana hasil belajar siswa pada saat ini setelah menggunakan KTSP, apakah sudah maksimal? Dari segi prestasi meningkat. Hal ini dapat dilihat pada hasil ujian nasional kelas tiga, jika pada KBK nilai rata-ratanya mencapai 5,76 sedangkan pada KTSP mencapai 6,32.

10. Usaha-usaha apa saja yang dilakukan oleh Bapak/Ibu/pihak sekolah untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang timbul akibat adanya implementasi KTSP? Dimusyawarahkan dengan pihak-pihak terkait seperti MGMP, selain itu juga saya memberikan pengarahan kepada guru-guru karena selain saya sebagai kepala sekolah, juga sebagai tim pengembang yang ditunjuk Depdiknas dalam masalam yang berkaitan dengan KTSP.

11. Bagaimana cara Bapak/Ibu mengetahui KTSP dapat dikatakan berhasil? Saya melihat dari prestasi nilai ujian nasional, karena secara tidak langsung ketika siswa lulus dari ujian nasional, maka kompetensi yang diharapkan dapat tercapai..Adapun dari segi perilaku dapat dilihat dari keseharian siswa di sekolah bagaimana mereka bergaul dan bersopan santun dengan guru maupun dengan temannya sendiri sesame siswa.

Secara Praktis

1. Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai, persiapan apa saja yang dilakukan oleh Bapak/Ibu? Mengabsen siswa, menata ruangan, memberikan apersepsi/gambaran umum tentang materi yang akan diberikan.

2. Apakah Bapak/Ibu tahu tentang RPP (rencana pelaksanaan pembelajaran) atau satuan pembelajaran, jika tahu apa itu RPP dan bagaimana cara membuatnya? Ya, RPP adalah rancangan pembelajaran mata pelajaran perunit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas. Cara membuatnya, guru harus bisa menentukan kompetensi dasar, penggunaan media, alokasi waktu, penilaiannya dll.

Page 96: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

96

3. Apakah Bapak/Ibu selalu membuatnya setiap akan mengajar, jika ya/tidak mengapa? Ya, Agar kegiatan belajarnya dapat terencana dan terarah dengan baik tidak asal, karena dapat berpengaruh pada hasil belajar.

4. Apakah Bapak/Ibu merasa kesulitan dalam membuat RPP, jika ya/tidak kenapa dan dalam hal apa? Ya, karena kurangnya pengetahuan terhadap materi yang ada sehingga susah dalam menentukan kompetensi dasarnya. Hal ini dapat terlihat pada RPP yang telah dipakai pada kelas 7 misalnya dipakai lagi pada kelas berikutnya, padahal ini tidak boleh karena keadaan siswa berbeda antara kelas yang satu dengan yang lainnya.

5. Dalam membuat RPP, apakah Bapak/Ibu membuatnya dengan mencakup tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik atau salah satu aspek saja?alasannya. Ya, contohnya pada pelajaran Bhs.Indonesia kompetensi yang harus dicapai siswa adalah siwa harus bisa membaca, menulis, berbicara dst dan begitu juga dalam bahasa inggris. Karena keberhasilan belajar tidak hanya kognitif saja akan tetapi ketiga aspek tersebut.

6. Dalam proses pembelajaran apakah Bapak/Ibu menggunakan metode yang bervariasi, jika ya metode apasaja yang sering digunakan dan apa kelebihan metode tersebut? Ya, disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan. Biasanya saya menggunakan metode Tanya jawab, karena dengan metode ini siswa dengan guru dapat berkomunikasi dengan baik sehingga dengan sendirinya materi tersebut dapat diingat dan dicerna dengan baik oleh siswa.

7. Bagaimana cara Bapak/Ibu menggunakan metode pembelajaran, jika dilihat pada kondisi siswa yang berbeda-beda baik dari segi minat, bakat serta kondisi lingkungan yang berbeda-beda? Tergantung pada materi yang diajarkan dan tidak seenaknya saya sendiri. Selain itu juga saya melihat waktu yang tepat dalam menggunakan metode pembelajaran, misalnya waktu siang tidak sesuai dengan metode ceramah, karena selain membuat anak jenuh juga sering anak kurang begitu memperhatikan.

8. Bagaimana keadaan siswa ketika proses pembelajaran sedang berlangsung dengan metode pembelajaran yang Bapak/Ibu lakukan? Menyimak dengan baik, bahkan kelihatannya mereka senang, walaupun ada beberapa siswa yang kurang tertarik dengan penggunaan metode yang saya lakukan akan tetapi saya berusaha tidak monoton terhadap penggunaan metode tersebut.

Page 97: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

97

9. Apakah Bapak/Ibu menggunakan media pembelajaran yang berbeda dalam proses pembelajaran?, jika ya media apa saja yang sering dipakai dan apakah media tersebut sudah sesuai dengan keadaan atau karakteristik siswa? Ya, disesuaikan dengan kebutuhan dan menurut saya penggunaan media tersebut sudah cukup sesuai.

10. Jika dalam proses pembelajaran perlu menggunakan media pembelajaran yang sesuai, akan tetapi media tersebut tidak tersedia apa yang Bapak/Ibu lakukan,contohnya dalam materi haji atau kurban? Dalam hal ini saya biasanya memberikan teori terlebih dahulu di dalam kelas disertai dengan visualisasi dalam bentuk CD dan Infocus, kemudian prakteknya pada waktu hari raya ied al adha siswa mempraktekkan atau melihat bagaimana penyembelihan hewan kurban, sholat ied bersama dan pada hari keduanya siswa mempraktekkan tawaf dengan menggunakan media yang telah dipersiapkan dengan ukuran 2x2 meter.

11. Apakah media pembelajaran yang sudah ada pada saat ini dapat menjamin ketercapaian prestasi belajar siswa sesuai dengan tujuan pendidikan yang ada? ya

12. Apakah Bapak/Ibu memberikan keleluasaan kepada siswanya untuk bertanya, menanggapi, menjawab atau memberikan komentar setiap ada permasalahan? Ya

13. Apakah penilaian yang ada saat ini sudah sesuai, jenis penilaian apasaja yang sering dilakukan oleh Bapak/Ibu? Ya, Pertanyaan lisan maupun tulisan yang dilaksanakan di awal pembelajaran maupun di akhir pembelajaran dan disertai tugas untuk mengerjakan LKS

Topik 2 “Bagaimana Kondisi Obyektif Tentang Materi Ajar pendidikan Agama Islam yang Mencakup Kedalaman dan Keluasan Materi ?”

1. Untuk menambah wawasan keilmuan atau pengetahuan, apa saja yang telah Bapak/Ibu lakukan, apakah hal tersebut penting,mengapa? Membaca buku-buku agama atau sumber lain yang ada hubungannya dengan materi yang akan diajarkan.

2. Apakah yang menjadi buku rujukan atau pedoman Bapak/Ibu dalam mengajar, apa hanya mengandalkan buku paket saja atau yang lainnya? Tidak, buku-buku agama yang tersedia seperti yang ada di perpustakaan dan mushalla.

Page 98: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

98

3. Seandainya ada perbedaan atau ikhtilaf pendapat yang berhubungan dengan materi pelajaran, bagaimana Bapak/Ibu bersikap?dalam fiqih misalnya…. Saya bersikap mengikuti keputusan atau penetapan dari pemerintah yang sudah ada agar tidak terjadi adanya perselisihan. Contohnya pada hari raya ied al-fitri.

4. Seringkali dalam materi pelajaran fiqih, contohnya materi sholat ada kesan diulang-ulang, apakah ada hubungan antara materi yang satu dengan yang lainnya atau ada maksud lain? Ya, yaitu pendalaman materi dan lebih luas cakupannya.

5. Bagaimanakah cara Bapak/Ibu memotivasi siswa agar dapat memperdalam atau menggali ilmu lebih luas? Membaca dan membaca materi yang telah dan akan diberikan di sekolah., selain itu juga terdapat buku-buku penunjang lain di sekolah yang berhubungan dengan pelajaran yang terdapat di perpustakaan ataupun di mushalla yang harus dibaca dan dimanfaatkan oleh siswa. Contonya, ketika siswa laki-laki sedang melaksanakan shalat jum’at maka siswa perempuan diharuskan memanfaatkan waktunya untuk membaca/mendiskusikan pengetahuan tentang haid, nifas dan sejenisnya yang berkaitan dengan hal ihwal perempuan.

6. Bagaimana cara Bapak/Ibu mengetahui bahwa materi yang telah diajarkan dapat menjadi bekal hidup bagi siswanya sebagai anggota keluarga, masyarakat maupun warga Negara yang baik? Siswa mengaplikasikan materi yang sudah diterimanya di sekolah. Contohnya siswa memanfaatkan waktu shalat jum’at atau dzuhur untuk bersama-sama berjamaah.

7. Apakah materi yang telah diajarkan selama ini telah sesuai dengan karakteristik siswa (minat, bakat, kemampuan dan lingkungan yang berbeda-beda)? Belum cukup sesuai kalau dilihat dari segi lingkungannya, karena ada beberapa materi pendidikan agama yang tidak sesuai dengan konteksnya seperti yang diharapkan CTL, akan tetapi untuk materi-materi yang lain saya kira sudah sesuai walaupun belum begitu optimal. Selain itu juga mengenai materi sudah diatur pemerintah melalui peraturan pemerintah no 22.

8. Menurut pendapat Bapak/Ibu, apakah para peserta didik tertarik dalam mempelajari materi ini, jika ya/tidak apa alasannya dan seharusnya bagaimana? Ya, karena selain belajar hal baru juga mereka menginginkan Pengetahuan yang didapat dapat dijadikan bekal hidupnya kelak.

Page 99: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

99

9. Materi ajar yang telah diberikan dapat memberikan kepuasan tersendiri baik dalam bentuk nilai atau insentif yang sangat berguna bagi kehidupannya dimasa yang akan datang jika mereka dapat bekerja dengan menggunakan ilmunya dan bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain. Apakah hal tersebut benar, dan bagaimana menurut Bapak/Ibu? Ya,

Topik 3 “ Bagaimana Kondisi Sarana dan Prasarana untuk mengimplementasikan KTSP dengan CTL?”

1. Sarana dan prasarana apa sajakah yang diperlukan untuk mengimplementasikan KTSP? Bisa saja menggunakan media pembelajaran yang ada seperti: OHP, Lcd proyektor, untuk media haji dibuat dan dilakukan pada hari ied al adha. Selain itu juga masih banyak lagi media yang lain dan lebih jelasnya lihat di profil yang sudah ada.

2. Apakah sarana dan prasarana yang ada pada saat sekarang ini telah sesuai untuk mengimplementasikan KTSP? Ada yang sesuai dan ada juga yang tidak. Yang tidak ini biasanya jarang digunakan dan hanya sesekali saja dan kebanyakan dimakan oleh umur.

3. Sejak kapankah sekolah Bapak/Ibu terdapat fasilitas yang cukup memadai seperti saat ini? Sebenarnya sudah cukup lama semenjak KBK namun masih terdapat kekurangan, dan kadang berebutan pemakaiannya antara guru yang satu dengan yang lainnya.

4. Apakah sarana dan prasarana yang ada dapat menunjang proses pembelajaran yang optimal, jika ya/tidak apa alasannya? Ya cukup baik bagi guru yang dapat memanfaatkan media/sarana dan prasarana tersebut.

5. Darimanakah dana diperoleh sekolah Bapak/Ibu untuk memenuhi sarana dan prasarana?(subsidi, individu, iuran) Dari bantuan operasional pendidikan dan dari bantuan operasional sekolah yang diberikan pemda/diknas setempat.

6. Bagaimana cara Bapak/Ibu memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada (memakai, merawat, memperbaiki)? Digunakan sesuai kebutuhan, mengganti , memperbaiki yang sudah rusak dan memanfaatkan yang masih bisa dimanfaatkan.

Page 100: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

100

7. Apakah Bapak/Ibu merasa kesulitan mengenai sarana dan prasarana pendidikan (Pemakaian, pengadaan) Kalau dari segi pengadaan sarana dan prasarana tidak, dan kalau dari segi penggunaan media/sarana yang baru mungkin ya, dan perlu penyesuaian.contoh media Lcd atau computer.

8. Apa yang Bapak/Ibu lakukan jika sarana dan prasarana disekolah tidak terdapat, padahal itu cukup penting untuk menunjang proses pembelajaran yang akan diberikan pada peserta didik? Diusahakan walaupun dibuat oleh sendiri media tersebut. Dan tekhnologi sekarang sudah maju dan memudahkannya seperti adanya Cd sebagai bahan visualisasi.

9. Sekolah Bapak/Ibu dalam mengimplementasikan KTSP mengunakan pendekatan CTL, sejak kapan hal tersebut dilaksanakan ? Sebenarnya sudahada dari dulu, akan tetapi pasnya pada implementasi KBK.

10. Atas yang menjadi dasar atau alasan sekolah Bapak/Ibu melaksanakan pendekatan CTL dalam mengimplementasikan KTSP? Mengacu pada komponen pertama dari CTL, yaitu konstruktivisme.

11. Faktor apa sajakah yang mendorong sekolah Bapak/Ibu menggunakan pendekatan CTL?

12. Fasilitas apa saja yang diperlukan untuk melaksanakan CTL?

Disesuaikan dengan materi 13. Apakah kelebihan pendekatan CTL jika dibandingkan dengan yang

lainnya? Siswa lebih faham, mudah mengingat dan tidak gampang lupa terhadap materi yang sudah diberikan.

14. Apakah Bapak/Ibu merasa kesulitan dalam menggunakan pendekatan CTL untuk mengimplementasikan KTSP ? Tidak, karena pada dasarnya kita sudah melaksanakan CTL dari dulu.

15. Bagaimana cara sekolah Bapak/Ibu mengetahui dan mensosialisasikan CTL? Mengikuti pelatihan, mencari sumber buku-buku tentang CTL

16. Bagaimanakah tanggapan siswa dengan dilaksanakannya pendekatan CTL ? Siswa akan lebih mengingat dan faham pada materi yang telah diberikan, karena sesuai dengan kehidupan nyata/konteksnya.

17. Dalam bidang studi apa saja pendekatan CTL disekolah Bapak/Ibu diterapkan?

Page 101: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

101

Pada dasarnya CTl dapat diterapkan pada semua mata pelajaran dan yang sekarang sudah berjalan, yaitu:IPA, IPS, Matematika, Pendidikan Olah Raga, Pendidikan Agama.

18. Bagaimanakah proses evaluasi yang dilakukan sekolah Bapak/Ibu ketika menggunakan pendekatan CTL, apa ada perbedaan khusus dan dilakukan terpisah,jika ya/tidak apa alasannya? Evaluasi yang sifatnya latihan-latihan, dan juga tugas-tugas lain seperti tugas individu, kelompok dilakukan oleh sekolah melalui guru dengan berpedoman pada standar isi dan lulusan dari BNSP. Adapun untuk evaluasi nasional dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini yaitu Depdiknas.

19. Bagaimana prestasi belajar siswa setelah pelaksanaan CTL, apakah ada perubahan yang signifikan antara sebelum dan sesudahnya, kemudian dalam bentuk apa? Dari aspek kognitif memang ya. Hal ini dapat di lihat pada hasil nilai ujian nasional dari nilai rata-rata: 6,32 sedangkan pada kurikulum sebelumnya mendapat nilai rata-rata: 5,76.

Lampiran 2 Wawancara dengan Wakil Kepala Sekolah SMPN 250 Jakarta

Page 102: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

102

Nama : Sobari, S.Ag Jabatan : Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum / Guru PAI 1 Tempat : Ruang Wakil Kepala Sekolah SMPN 250 Jakarta Hari/Tanggal : Rabu, 22 Desember 2007 Topik 1 “Bagaimana pemahaman guru terhadap KTSP secara teoritis dan praktis ?” Secara Teoritis

1. Apakah yang Bapak/Ibu ketahui tentang KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)? Kurikulum operasional yang disusun dan dilakukan oleh masing-masing satuan pendidikan

2. Darimanakah Bapak/Ibu tahu tentang KTSP? Baca buku-buku panduan tentang KTSP, mengikuti pelatihan yang diadakan bersama di SMP 19 Jakarta bagi semua guru SMPN 250 Jakarta

3. Sejak kapan sekolah Bapak/Ibu menerapkan KTSP? Sekurang-kurangnya 3 tahun dimulai dari tahun ajaran 2004/2005 sampai sekarang

4. Apa yang menjadi dasar atau alasan sekolah Bapak/Ibu melaksanakan KTSP? KBK sudah kurang releven lagi karena semua yang menyangkut kegiatan pembelajaran ditentukan oleh pemerintah dan ini telah melanggar hak-hak guru, engan demikian guru tidak diberikan kebebasan dalam menentukan keberhasilan peserta didiknya.

5. Apa kelebihan KTSP dengan kurikulum sebelumnya? Dalam pembuatan Satpel atau RPP guru diberikan kebebasan untuk menentukan sendiri kompetensi dasarnya dan hal-hal lain yang berhubungan dengan kegiatan pembelajaran, dengann berpedoman pada standar isi dan standar lulusan yang telah ditetapkan BNSP.

6. Bagaimana sikap para guru disekolah Bapak/Ibu dalam mengimplementasikan KTSP (mudah atau kesulitan)? Cukup kesulitan karena merupakan hal baru dan memerlukan waktu yang cukup lama untuk dapat menyesuaikannya, namun pada dasarnya sich tidak terlalu karena antara KBK dengan KTSP sama-sama berorientasi pada kompetensi dan hasil belajar siswa.

7. Bagaimana cara soialisasi KTSP di sekolah Bapak/Ibu?

Page 103: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

103

Melalui pemerintah dalam hal ini Depdiknas kemudian mendatangkan orang yang ahli dalam bidangnya. Selain itu juga menghadiri undangan dari instansi tertentu mengenai KTSP.

8. Apakah persiapan khusus yang dilakukan oleh pihak sekolah untuk mengimplementasikan KTSP? Tidak ada, karena bagi saya hal tersebut sudah biasa dan tidak aneh dengan adanya perubahan kurikulum antara yang sebelum dengan yang sesudahnya, Cuma kalau dari segi media pembelajaran sih sekarang sudah cukup memadai, dan sekarang tinggal mengimplementasikannya saja.

9. Menurut Bapak/Ibu, bagaimana hasil belajar siswa pada saat ini setelah menggunakan KTSP, apakah sudah maksimal? Ada yang naik dan ada juga yang turun, tergantung pada siswanya, karena siswa juga merupakan salah satu faktor yang menentukan berhasil tidaknya dalam belajar selain dari faktor kurikulum yang ada.

10. Usaha-usaha apa saja yang dilakukan oleh Bapak/Ibu/pihak sekolah untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang timbul akibat adanya implementasi KTSP? Bertanya kepada yang lebih tahu/orang yang ahli dalam bidangnya, dan perlu uga dibicarakan dengan MGMP.

11. Bagaimana cara Bapak/Ibu mengetahui KTSP dapat dikatakan berhasil? Dilihat dari prestasi hasil belajar siswa yang didalamnya mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Secara Praktis

1. Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai, persiapan apa saja yang dilakukan oleh Bapak/Ibu? Megondisikan siswa agar lebih berkonsentrasi dalam belajar, membersihkan ruangan dari sampah, mengatur ruangan kelas dengan menata meja dan kursi dengan baik tidak berantakan, dan terakhir menyuruh ketua kelas untuk memimpin doa sebelum belajar.

2. Apakah Bapak/Ibu tahu tentang RPP (rencana pelaksanaan pembelajaran) atau satuan pembelajaran, jika tahu apa itu RPP dan bagaimana cara membuatnya? Ya, RPP adalah rancangan pembelajaran mata pelajaran perunit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas. Pertama guru harus menentukan terlebih dahulu tujuan pembelajaran, kemudian materi pembelajaran, metode pembelajaran, proses kegiatan

Page 104: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

104

pembelajaran, sumber belajar atau media pembelajaran, dan terakhir mengenai penilaian yang didalamnya mencakup tekhniknya.

3. Apakah Bapak/Ibu selalu membuatnya setiap akan mengajar, jika ya/tidak mengapa? Ya, memudahkan saya dan dapat mengetahui kapan saya harus memberikan materi, kapan saya harus memberikan tes atau tanya jawab dan kapan saya harus mengakhiri pembelajaran.

4. Apakah Bapak/Ibu merasa kesulitan dalam membuat RPP, jika ya/tidak kenapa dan dalam hal apa?

Tidak, Kesulitannya dalam hal menentukan media yang akan dipakai, karena terkadang media tersebut sudah ditentukan dalam RPP akan tetapi dilapangan media tersebut tidak ada.

5. Dalam membuat RPP, apakah Bapak/Ibu membuatnya dengan mencakup tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik atau salah satu aspek saja?alasannya. Ya, Karena keberhasilan belajar siswa tidak ditentukan oleh salah satu aspek saja, akan tetapi semua aspek. Contohnya tentang materi sholat: siswa harus tahu tentang teori dan praktek tentang sholat. Kalau teori dilaksanakan di dalam kelas, sedangkan praktek dilaksanakan di mushola yang telah disediakan oleh sekolah. Biasanya pada sholat dzuhur atau sholat jum’at berjamaah.

6. Dalam proses pembelajaran apakah Bapak/Ibu menggunakan metode yang bervariasi, jika ya metode apasaja yang sering digunakan dan apa kelebihan metode tersebut? Ya, ceramah, diskusi, Tanya jawab dan semua metode tersebut disesuaikan dengan materi yang diajarkan, akan tetapi dalam satu kali pertemuan diusahakan mengingat tidak semua siswa menyukai metode-metode tersebut.

7. Bagaimana cara Bapak/Ibu menggunakan metode pembelajaran, jika dilihat pada kondisi siswa yang berbeda-beda baik dari segi minat, bakat serta kondisi lingkungan yang berbeda-beda? Disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan, jika materi yang akan diajarkan tentang wudlu, maka saya menggunakan metode demonstrasi baik di dalam kelas maupun di luar kelas misalnya di musholla yang sekaligus terdapat medianya yaitu air.

8. Bagaimana keadaan siswa ketika proses pembelajaran sedang berlangsung dengan metode pembelajaran yang Bapak/Ibu lakukan? Memperhatikan, menanyakan sesuatu yang kurang dipahami dan bahkan memberikan pendapat berdasarkan pengalamannya dia di

Page 105: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

105

lingkungan keluarga maupun masyarakat. Contohnya mengenai penentuan awal puasa ramadhan, kemudian saya memberikan jawaban mana yang lebih baik yang harus dilaksanakan.

9. Apakah Bapak/Ibu menggunakan media pembelajaran yang berbeda dalam proses pembelajaran?, jika ya media apa saja yang sering dipakai dan apakah media tersebut sudah sesuai dengan keadaan atau karakteristik siswa? Ya, Disesuaikan dengan materi yang akan diberikan. Media yang sering saya pakai yaitu: OHP, Power Poin, dan terkadang menggunakan infocus. Adapun penggunaan media yang ada saya rasa sudah cukup sesuai, karena mayoritas siswa di sekolah sini mempunyai kemampuan yang sama. Hal ini dapat dilihat pada hasil belajar yang di peroleh siswa.

10. Jika dalam proses pembelajaran perlu menggunakan media pembelajaran yang sesuai, akan tetapi media tersebut tidak tersedia apa yang Bapak/Ibu lakukan,contohnya dalam materi haji atau kurban? Saya memberikan teori atau pengetahuan tentang haji atau kurban, yang kemudian dipraktekkan pada waktu hari ied al adha yang disertai mempraktekkan wukuf dengan media yang tersedia.

11. Apakah media pembelajaran yang sudah ada pada saat ini dapat menjamin ketercapaian prestasi belajar siswa sesuai dengan tujuan pendidikan yang ada? Ya, contohnya pelaksanaan tawaf walaupun dengan media yang tersedia saya rasa dapat membantu siswa untuk mencapai prestasi.

12. Apakah Bapak/Ibu memberikan keleluasaan kepada siswanya untuk bertanya, menanggapi, menjawab atau memberikan komentar setiap ada permasalahan? Ya

13. Apakah penilaian yang ada saat ini sudah sesuai, jenis penilaian apasaja yang sering dilakukan oleh Bapak/Ibu? Ya,Mengerjakan pertanyaan dalam bentuk pilihan ganda maupun esay yang dilaksanakan setelah pembelajaran selesai, dan setiap pokok pembahasan materi tertentu selesai siswa disuruh untuk mengerjakan LKS

Topik 2 “Bagaimana Kondisi obyektif tentang materi ajar Pendidikan Agama Islam yang mencakup kedalaman dan keluasan materi?”

Page 106: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

106

1. Untuk menambah wawasan keilmuan atau pengetahuan, apa saja yang

telah Bapak/Ibu lakukan, apakah hal tersebut penting,mengapa? Mencari sendiri literature-literatur buku yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan, seperti buku-buku tafsir dan terjemahan untuk menjelaskan ayat atau kandungan ayat.

2. Apakah yang menjadi buku rujukan atau pedoman Bapak/Ibu dalam mengajar, apa hanya mengandalkan buku paket saja atau yang lainnya? Tidak, terkadang membaca atau mencari topik-topik tentang agama yang ada di koran atau majalah seperti rebublika yang biasanya membahas tentang sabar.

3. Seandainya ada perbedaan atau ikhtilaf pendapat yang berhubungan dengan materi pelajaran, bagaimana Bapak/Ibu bersikap?dalam fiqih misalnya…. Disesuaikan dengan lingkungan sekolah yang ada, contohnya pelaksanaan hari raya ied al-fitri atau penentuan awal puasa, akan tetapi tetap saya memberikan alas an-alasan mengenai pendapat tersebutt mana yang lebih baik untuk dilaksanakan dan keputusan ada pada siswa itu sendiri.

4. Seringkali dalam materi pelajaran fiqih, contohnya materi sholat ada kesan diulang-ulang, apakah ada hubungan antara materi yang satu dengan yang lainnya atau ada maksud lain? Ya ada hubungannya, jika pada tingkat awal katakanlah kelas yang pertama siswa diberikan materi tentang shalat mulai dari syarat, rukun, serta hal-hal yang membatalkan shalat, akan tetapi pada kelas selanjutnya atau yang lebih tinggi siswa sudah diberikan dalil-dalil tentang shalat dan terkadang terjemahan serta dijelaskan mengenai penafsiran dari dalil tersebut.

5. Bagaimanakah cara Bapak/Ibu memotivasi siswa agar dapat memperdalam atau menggali ilmu lebih luas? Belajar dirumah, sering berdiskusi dan latihan-latihan soal kemudian menyelesaikannya secara bersama-sama atau kelompok, dan jangan lupa mengerjakan tugas yang telah diberikan oleh guru dengan baik. Jika ada permasalahan yang belum terjawab ditanyakan pada guru di sekolah.

6. Bagaimana cara Bapak/Ibu mengetahui bahwa materi yang telah diajarkan dapat menjadi bekal hidup bagi siswanya sebagai anggota keluarga, masyarakat maupun warga Negara yang baik? Siswa menerapkannya, dan dalam menerapkannya itu bukan hanya ingin mendapatkan nilai semata seperti yang terjadi di sekolah, akan tetapi mereka benar-benar sadar bahwa itu semua telah menjadi bagian dari rutinitasnya.

7. Apakah materi yang telah diajarkan selama ini telah sesuai dengan karakteristik siswa (minat, bakat, kemampuan dan lingkungan yang berbeda-beda)?

Page 107: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

107

Sudah, disesuaikan dengan materi yang telah diajarkannya dan masih sebatas pengetahuan.

8. Menurut pendapat Bapak/Ibu, apakah para peserta didik tertarik dalam mempelajari materi ini, jika ya/tidak apa alasannya dan seharusnya bagaimana? Menurut saya ada yang tertarik dan juga ada yang tidak, tergantung pada motivasi siswa itu sendiri untuk mengkaji atau mempelajari tentang materi pendidikan agama tersebut.

9. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah materi yang telah diajarkan dapat memotivasi siswa sehingga peserta didik mempunyai minat untuk menggali atau mengembangkan keterampilan lebih lanjut dan lebih mendalam dari apa yang yang telah diberikan melalui proses pembelajaran? Jika ya/tidak apa alasannya… Ya, hal ini dapat dilihat pada banyaknya lulusan dari SMPN 250 Jakarta ini yang meneruskan sekolahnya ke Madrasah Aliyah baik itu Negeri maupun Swasta.

Topik 3 “Bagaimana sarana dan prasarana pendukung untuk mengimplementasikan KTSP dengan pendekatan CTL?”

1. Sarana dan prasarana apa sajakah yang diperlukan untuk mengimplementasikan KTSP? Disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan, karena pada dasarnya di sekolah ini cukup memadai mengenai sarana dan prasarana tergantung pada guru menggunakan media tersebut atau tidak.

2. Apakah sarana dan prasarana yang ada pada saat sekarang ini telah sesuai untuk mengimplementasikan KTSP? sudah

3. Sejak kapankah sekolah Bapak/Ibu terdapat fasilitas yang cukup memadai seperti saat ini? Sejak ktsp itu di implementasikan. Tahun ajaran 2005 sampai sekarang dan lebih-lebih sekarang sudah ada dana tersendiri dari pemerintah.

4. Apakah sarana dan prasarana yang ada dapat menunjang proses pembelajaran yang optimal, jika ya/tidak apa alasannya? Ya, Dapat mempermudah dan praktis dalam penyampaian materi, sehingga dapat dengan mudah diserap dan dimengerti oleh siswa.

5. Darimanakah dana diperoleh sekolah Bapak/Ibu untuk memenuhi sarana dan prasarana?(subsidi, individu, iuran)

Page 108: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

108

BOP dan BOS. Sedangkan dulu sebagian dana dari SPP yang diambil dari masyarakat.

6. Bagaimana cara Bapak/Ibu memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada (memakai, merawat, memperbaiki)? Disesuaikan dengan kebutuhan yang ada.

7. Apakah Bapak/Ibu merasa kesulitan mengenai sarana dan prasarana pendidikan (Pemakaian, pengadaan) Tidak, semuanya mudah asal mau belajar, seperti adanya komputer, ohp, lcd, power point dsb, yang kesemuanya itu memerlukan pengetahuan dan keterampilan khusus bagi guru yang akan menggunakan media tersebut.

8. Apa yang Bapak/Ibu lakukan jika sarana dan prasarana disekolah tidak terdapat, padahal itu cukup penting untuk menunjang proses pembelajaran yang akan diberikan pada peserta didik? Visualisasi, guru membuat sendiri media tersebut atau mengusahakannya, dan walaupun media tersebut tidak terdapat tetap diusahakan agar kompetensi dasar yang telah dibuat dapat tercapai.

9. Sekolah Bapak/Ibu dalam mengimplementasikan KTSP mengunakan pendekatan CTL, sejak kapan hal tersebut dilaksanakan ? Secara pasti pada kbk mulai diimplementasikan, walaupun sebenarnya konsep CTL sudah ada sejak kegiatan pembelajaran itu ada.

10. Atas yang menjadi dasar atau alasan sekolah Bapak/Ibu melaksanakan pendekatan CTL dalam mengimplementasikan KTSP? Adanya keinginan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, tercapainya tujuan pendidikan secara optimal, suasana pembelajaran yang demokratis.

11. Faktor apa sajakah yang mendorong sekolah Bapak/Ibu menggunakan pendekatan CTL?

12. Fasilitas apa saja yang diperlukan untuk melaksanakan CTL? Disesuaikan dengan materi

13. Apakah kelebihan pendekatan CTL jika dibandingkan dengan yang lainnya? Mereka tidak perlu lagi menghafal akan tetapi dengan sendirinya akan ingat sendiri.

14. Apakah Bapak/Ibu merasa kesulitan dalam menggunakan pendekatan CTL untuk mengimplementasikan KTSP ? Tidak, akan tetapi terkadang ya apabila memerlukan media atau sarana yang sesuai dengan konteksnya.

Page 109: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

109

15. Bagaimana cara sekolah Bapak/Ibu mengetahui dan mensosialisasikan

CTL? Mengikuti pelatihan, mencari sumber buku-buku tentang CTL

16. Bagaimanakah tanggapan siswa dengan dilaksanakannya pendekatan CTL ? Lebih respon atau lebih aktif, karena mereka mencari sendiri sedangkan guru mengarahkan dan membimbingnya.

17. Dalam bidang studi apa saja pendekatan CTL disekolah Bapak/Ibu diterapkan? Pada dasarnya CTl dapat diterapkan pada semua mata pelajaran dan yang sekarang sudah berjalan, yaitu:IPA, IPS, Matematika, Pendidikan Olah Raga, Pendidikan Agama.

18. Bagaimanakah proses evaluasi yang dilakukan sekolah Bapak/Ibu ketika menggunakan pendekatan CTL, apa ada perbedaan khusus dan dilakukan terpisah,jika ya/tidak apa alasannya? Sekolah melakukan evaluasi tersendiri baik dalam bentuk penilaian kelas maupun yang lainnya, tetapi juga mengikuti pemerintah dalam hal ujian nasional.

19. Bagaimana prestasi belajar siswa setelah pelaksanaan CTL, apakah ada perubahan yang signifikan antara sebelum dan sesudahnya, kemudian dalam bentuk apa? Dari aspek kognitif memang ya. Hal ini dapat di lihat pada hasil nilai ujian nasional dari nilai rata-rata: 6,32 sedangkan pada kurikulum sebelumnya mendapat nilai rata-rata: 5,76.

Lampiran 3 Wawancara dengan Guru PAI 2 Nama : Nurlaili, S.Pd.I

Page 110: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

110

Jabatan : Guru PAI 2 Tempat : Ruang Guru SMPN 250 Jakarta Hari/Tanggal : Rabu, 18 Desember 2007 Topik 1 “Bagaimana pemahaman guru terhadap KTSP secara teoritis dan praktis ?” Secara Teoritis

1. Apakah yang Bapak/Ibu ketahui tentang KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)? Kurikulum operasional yang disusun dan dilakukan oleh masing-masing satuan pendidikan.

2. Darimanakah Bapak/Ibu tahu tentang KTSP? Saya mengetahui tentang KTSP dari sekolah, yang disosialisasikan oleh kepala sekolah kepada guru-guru dan semua komponen-komponen terkait.

3. Sejak kapan sekolah Bapak/Ibu menerapkan KTSP? Sekurang-kurangnya telah berjalan 4 tahun.

4. Apa yang menjadi dasar atau alasan sekolah Bapak/Ibu melaksanakan KTSP? Kurikulum sebelumnya (KBK) sudah tidak relevan Lagi.

5. Apa kelebihan KTSP dengan kurikulum sebelumnya? Memberikan keleluasaan/kebebasan bagi guru dengan tetap berpedoman pada standar isi dan standar lulusan yang telah ditetapkan BNSP.

6. Bagaimana sikap para guru disekolah Bapak/Ibu dalam mengimplementasikan KTSP (mudah atau kesulitan)? Kesulitan karena kurangnya sosialisasi dan sumber belajar yang terbatas, serta belum siap untuk menerapkan kurikulum yang baru mengingat kurikulum sebelumnya belum optimal.

7. Bagaimana cara soialisasi KTSP di sekolah Bapak/Ibu? Dari sekolah melalui kepala sekolah dan wakasek bidang kurikulum yang diberikan saat musyawarah guru dan orang tua beserta komite sekolah, disamping mengikuti pelatihan tentang KTSP di SMPN 19 Jakarta.

8. Apakah persiapan khusus yang dilakukan oleh pihak sekolah untuk mengimplementasikan KTSP? Tidak ada persiapan khusus karena pada dasarnya ktsp sama dengan kurikulum sebelumya kbk dengan mengedepankan kompetensi.

Page 111: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

111

9. Menurut Bapak/Ibu, bagaimana hasil belajar siswa pada saat ini setelah menggunakan KTSP, apakah sudah maksimal? Belum, karena ada beberapa hal yang belum terlaksana dengan baik yang menyangkut media pembelajaran yang terbatas.

10. Usaha-usaha apa saja yang dilakukan oleh Bapak/Ibu/pihak sekolah untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang timbul akibat adanya implementasi KTSP? Diselesaikan dengan bermusyawarah bersama

11. Bagaimana cara Bapak/Ibu mengetahui KTSP dapat dikatakan berhasil? Prestasi hasil ujian nasional, dan kelulusan siswa, selain itu juga adanya perubahan sikap yang signifikan pada siswa baik di sekolah maupun di luar sekolah.

Secara Praktis

1. Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai, persiapan apa saja yang dilakukan oleh Bapak/Ibu? Berdoa, mengulang pelajaran sebelumnya, memberikan apersepsi.

2. Apakah Bapak/Ibu tahu tentang RPP (rencana pelaksanaan pembelajaran) atau satuan pembelajaran, jika tahu apa itu RPP dan bagaimana cara membuatnya? Ya, RPP adalah rancangan pembelajaran mata pelajaran perunit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas.

3. Apakah Bapak/Ibu selalu membuatnya setiap akan mengajar, jika ya/tidak mengapa? Ya, mempermudah kegiatan pembelajaran

4. Apakah Bapak/Ibu merasa kesulitan dalam membuat RPP, jika ya/tidak kenapa dan dalam hal apa? Tidak, karena sudah terbiasa. Selain itu juga adanya panduan tentang cara membuat RPP kami merasa lebih mudah.

5. Dalam membuat RPP, apakah Bapak/Ibu membuatnya dengan mencakup tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik atau salah satu aspek saja?alasannya. Ya, walaupun tidak secara langsung kompetensi itu tercapai semua dan mungkin dalam waktu yang cukup lama, mengingat kondisi siswa yang berbeda-beda baik dari segi bakat, minat dan sosialnya.

Page 112: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

112

6. Dalam proses pembelajaran apakah Bapak/Ibu menggunakan metode yang bervariasi, jika ya metode apasaja yang sering digunakan dan apa kelebihan metode tersebut? Ya Disesuaikan dengan materi yang diajarkan, contohnya: tentang sholat menggunakan metode demonstrasi yang kemudian diikuti oleh siswa. Selanjutnya guru membimbing dan membenarkan.

7. Bagaimana cara Bapak/Ibu menggunakan metode pembelajaran, jika dilihat pada kondisi siswa yang berbeda-beda baik dari segi minat, bakat serta kondisi lingkungan yang berbeda-beda? Diusahakan bervariasi.

8. Bagaimana keadaan siswa ketika proses pembelajaran sedang berlangsung dengan metode pembelajaran yang Bapak/Ibu lakukan? Lebih memahami, mengerti dan bermakna karena disesuaikan dengan konteksnya.

9. Apakah Bapak/Ibu menggunakan media pembelajaran yang berbeda dalam proses pembelajaran?, jika ya media apa saja yang sering dipakai dan apakah media tersebut sudah sesuai dengan keadaan atau karakteristik siswa? Terkadang, Ohp, cd, disesuaikan dengan materi.

10. Jika dalam proses pembelajaran perlu menggunakan media pembelajaran yang sesuai, akan tetapi media tersebut tidak tersedia apa yang Bapak/Ibu lakukan,contohnya dalam materi haji atau kurban? Diusahakan walaupun dalam bentuk visualisasi dengan CD, trus untuk kurban biasanya dipraktekkan pada hari ied al adha, mulai dari sholat sampai pemotongan hewan kurban.

11. Apakah media pembelajaran yang sudah ada pada saat ini dapat menjamin ketercapaian prestasi belajar siswa sesuai dengan tujuan pendidikan yang ada? Belum tentu.

12. Apakah Bapak/Ibu memberikan keleluasaan kepada siswanya untuk bertanya, menanggapi, menjawab atau memberikan komentar setiap ada permasalahan? ya

13. Apakah penilaian yang ada saat ini sudah sesuai, jenis penilaian apasaja yang sering dilakukan oleh Bapak/Ibu? Ya, Tertulis maupun lisan setelah maupun sebelum kegiatan pembelajaran.

Topik 2 “Bagaimana kondisi obyektif tentang Materi ajar Pendidikan Agama Islam, yang meliputi kedalaman dan keluasan materi” ?

Page 113: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

113

1. Untuk menambah wawasan keilmuan atau pengetahuan, apa saja yang

telah Bapak/Ibu lakukan, apakah hal tersebut penting,mengapa? Membaca, mencari buku-buku atau informasi lain yang ada hubungannya dengan materi, seperti dari radio, televise, Koran atau majalah hidayah.

2. Apakah yang menjadi buku rujukan atau pedoman Bapak/Ibu dalam mengajar, apa hanya mengandalkan buku paket saja atau yang lainnya? pertama dengan buku paket/pedoman yang ada, kemudian didukung dengan buku-buku lain yang ada kaitannya dengan materi keagamaan.

3. Seandainya ada perbedaan atau ikhtilaf pendapat yang berhubungan dengan materi pelajaran, bagaimana Bapak/Ibu bersikap?dalam fiqih misalnya…. Lebih mengedepankan pendapat hasil ijtihad atau kesepakatan orang lain (Ulama) yang sudah terbukti kebenarannya, dan tidak mengikuti kehendak sendiri.

4. Seringkali dalam materi pelajaran fiqih, contohnya materi sholat ada kesan diulang-ulang, apakah ada hubungan antara materi yang satu dengan yang lainnya atau ada maksud lain? Ya, hubungannya yaitu lebih pada kedalaman dan keluasan materinya.

5. Bagaimanakah cara Bapak/Ibu memotivasi siswa agar dapat memperdalam atau menggali ilmu lebih luas? Memberitahukan akan pentingnya pendidikan agama sebagai bekal hidup untuk masa sekarang dan yang akan dating bahkan sampai akhirat kelak.

6. Bagaimana cara Bapak/Ibu mengetahui bahwa materi yang telah diajarkan dapat menjadi bekal hidup bagi siswanya sebagai anggota keluarga, masyarakat maupun warga Negara yang baik? Dilihat dari prestasi belajar siswa, kemudian perilaku siswa sehari-hari di sekolah yang mencerminkan kepribadiannya.

7. Apakah materi yang telah diajarkan selama ini telah sesuai dengan karakteristik siswa (minat, bakat, kemampuan dan lingkungan yang berbeda-beda)? Kurang sesuai, karena situasi kurang menunjang. Contohnya: materi al-Qur’an tidak didukung oleh orang tua dirumah.

8. Menurut pendapat Bapak/Ibu, apakah para peserta didik tertarik dalam mempelajari materi ini, jika ya/tidak apa alasannya dan seharusnya bagaimana? Ya,

Page 114: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

114

Dapat menjadi bekal hidup dan menambah keimanan serta ketakwaan dan menambah budi pekerti yang luhur. Hal ini tercermin dalam sikap saling menghormati antara sesama teman, guru dan orang lain.

9. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah materi yang telah diajarkan dapat memotivasi siswa sehingga peserta didik mempunyai minat untuk menggali atau mengembangkan keterampilan lebih lanjut dan lebih mendalam dari apa yang yang telah diberikan melalui proses pembelajaran? Jika ya/tidak apa alasannya… Ya, karena hal ini merupakan kebutuhan mereka.

Topik 3 “Bagaimana keadaan sarana dan prasarana yang mendukung terimplementasinya KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) dengan pendekatan CTl (Contextual Teaching And Learning)”

1. Sarana dan prasarana apa sajakah yang diperlukan untuk mengimplementasikan KTSP? Disesuaikan dengan kebutuhan. Contohnya; musholla sebagai sarana untuk praktek ibadah,

2. Apakah sarana dan prasarana yang ada pada saat sekarang ini telah sesuai untuk mengimplementasikan KTSP? Sudah, tergantung pada guru itu sendiri, mau dipakai atau tidak sarana tersebut.

3. Sejak kapankah sekolah Bapak/Ibu terdapat fasilitas yang cukup memadai seperti saat ini? Tahun ajaran 2004/2005

4. Apakah sarana dan prasarana yang ada dapat menunjang proses pembelajaran yang optimal, jika ya/tidak apa alasannya? Kurang optimal, karena tidak semua sarana dan prasarana tersedia dan terkadang berebutan dengan teman guru lain.

5. Darimanakah dana diperoleh sekolah Bapak/Ibu untuk memenuhi sarana dan prasarana?(subsidi, individu, iuran) BOS dan BOP

6. Bagaimana cara Bapak/Ibu memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada (memakai, merawat, memperbaiki)? Memakainya sesuai dengan kebutuhan atau keperluan untuk menyampaikan materi dsb, dengan tidak untuk kepentingan sendiri.

7. Apakah Bapak/Ibu merasa kesulitan mengenai sarana dan prasarana pendidikan (Pemakaian, pengadaan)?

Page 115: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

115

Ya, terkadang membutuhkan media/sarana untuk menunjang kegiatan pembelajaran akan tetapi media tersebut tidak ada.

8. Apa yang Bapak/Ibu lakukan jika sarana dan prasarana disekolah tidak terdapat, padahal itu cukup penting untuk menunjang proses pembelajaran yang akan diberikan pada peserta didik? Diusahakan walaupun media yang diinginkn terbatas, dan sementara teori terlebih dahulu, karena tujuan pembelajaran tidak hanya dapat di capai dengan semata-mata penggunaan media tersebut.

9. Sekolah Bapak/Ibu dalam mengimplementasikan KTSP mengunakan pendekatan CTL, sejak kapan hal tersebut dilaksanakan ? Dari mulai KBK sampai sekarang

10. Atas yang menjadi dasar atau alasan sekolah Bapak/Ibu melaksanakan pendekatan CTL dalam mengimplementasikan KTSP? Ketentuankurikulum

11. Faktor apa sajakah yang mendorong sekolah Bapak/Ibu menggunakan pendekatan CTL? Kesuksesan atau prestasi belajar anak.

12. Fasilitas apa saja yang diperlukan untuk melaksanakan CTL? Disesuaikan dengan materi

13. Apakah kelebihan pendekatan CTL jika dibandingkan dengan yang lainnya? Dalam pembelajaran CTL Siswa belajar melalui kegiatan kelompok, seperti kerja kelompok, berdiskusi, saling memberi dan menerima. Sedangkan dalam pembelajaran konvensional, Siswa lebih banyak menerima, mencatat, dan menghafal materi pelajaran

14. Apakah Bapak/Ibu merasa kesulitan dalam menggunakan pendekatan CTL untuk mengimplementasikan KTSP ? Tidak, karena proses penyelenggaraannya mudah.

15. Bagaimana cara sekolah Bapak/Ibu mengetahui dan mensosialisasikan CTL? Mengikuti pelatihan, mencari sumber buku-buku tentang CTL

16. Bagaimanakah tanggapan siswa dengan dilaksanakannya pendekatan CTL ? Baik

17. Dalam bidang studi apa saja pendekatan CTL disekolah Bapak/Ibu diterapkan? Pada dasarnya CTl dapat diterapkan pada semua mata pelajaran dan yang sekarang sudah berjalan, yaitu:IPA, IPS, Matematika, Pendidikan Olah Raga, Pendidikan Agama.

Page 116: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

116

18. Bagaimanakah proses evaluasi yang dilakukan sekolah Bapak/Ibu ketika

menggunakan pendekatan CTL, apa ada perbedaan khusus dan dilakukan terpisah,jika ya/tidak apa alasannya? Berpedoman pada standar isi dan standar kelulusan yang telah ditetapkan BNSP.

19. Bagaimana prestasi belajar siswa setelah pelaksanaan CTL, apakah ada

perubahan yang signifikan antara sebelum dan sesudahnya, kemudian dalam bentuk apa? Prestasi belajar siswa meningkat baik dari aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik.

Page 117: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

117

Lampiran 4

Wawancara dengan Guru PAI 3

Nama : Maryani, S.Ag

Jabatan : Guru PAI 2

Tempat : Ruang Guru SMPN 250 Jakarta

Hari/Tanggal : Rabu, 31 Desember 2007

Topik 1

“Bagaimana pemahaman guru terhadap KTSP secara teoritis dan praktis ?”

Secara Teoritis

1. Apakah yang Bapak/Ibu ketahui tentang KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)? Kurikulum operasional yang disusun dan dilakukan oleh masing-masing satuan pendidikan.

2. Darimanakah Bapak/Ibu tahu tentang KTSP? Dari sekolah

3. Sejak kapan sekolah Bapak/Ibu menerapkan KTSP? Tahun ajaran 2004 / 2005

4. Apa yang menjadi dasar atau alasan sekolah Bapak/Ibu melaksanakan KTSP? KBK sudah Kurang sesuai dengan zaman sekarang ini.

5. Apa kelebihan KTSP dengan kurikulum sebelumnya? Adanya keleluasaan/kebebasan bagi guru dalam menentukan RPP yang di dalamnya terdapat kompetensi dasar dan aspek-aspek lain yang berkaitan dengan RPP dengan tetap berpedoman pada standar isi dan standar lulusan yang telah ditetapkan BNSP.

6. Bagaimana sikap para guru disekolah Bapak/Ibu dalam mengimplementasikan KTSP (mudah atau kesulitan)? Sedikit cukup kesulitan karena kurangnya sosialisasi dan sumber belajar yang terbatas dan terkadang berebutan dengan guru mata pelajaran lain dalam penggunaan media pembelajaran.

7. Bagaimana cara soialisasi KTSP di sekolah Bapak/Ibu?

Page 118: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

118

Kepala sekolah dan wakasek bidang kurikulum memberikan pengetahuan tentang KTSP, selain itu juga adanya buku panduan tersendiri mengenai KTSP yang diberikan sekolah kepada semua guru. Selain itu juga pernah mengikuti pelatihan secara bersama-sama di SMPN 19 Jakarta tentang KTSP yang diadakan oleh Diknas setempat.

8. Apakah persiapan khusus yang dilakukan oleh pihak sekolah untuk mengimplementasikan KTSP? Sampai saat ini belum ada persiapan khusus karena pada dasarnya ktsp sama dengan kurikulum sebelumya kbk dengan mengedepankan, tapi hanya butuh waktu untuk menyesuaikannya.

9. Menurut Bapak/Ibu, bagaimana hasil belajar siswa pada saat ini setelah menggunakan KTSP, apakah sudah maksimal? Dari aspek prestasi ujian semester sudah cukup baik, akan tetapi dari aspek sikap atau perilaku masih kurang.contohnya siswa belum mengetahui dengan benar mengenai praktek shalat.

10. Usaha-usaha apa saja yang dilakukan oleh Bapak/Ibu/pihak sekolah untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang timbul akibat adanya implementasi KTSP? Musyawarah dengan semua komponen .

11. Bagaimana cara Bapak/Ibu mengetahui KTSP dapat dikatakan berhasil? Hasil ujian nasional untuk aspek pengetahuan atau kognitifnya, sedangkan untuk sikap dilihat pada keseharian siswa tersebut.

Secara Praktis

1. Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai, persiapan apa saja yang

dilakukan oleh Bapak/Ibu? Mengondisikan siswa : siswa disuruh tenang, berdoa, menyimak dan tidak ngobrol sendiri, mengulang materi sebelumnya, memberikan gambaran tentang materi yang akan diberikan.

2. Apakah Bapak/Ibu tahu tentang RPP (rencana pelaksanaan pembelajaran) atau satuan pembelajaran, jika tahu apa itu RPP dan bagaimana cara membuatnya? Ya, RPP adalah rancangan pembelajaran mata pelajaran perunit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas.

3. Apakah Bapak/Ibu selalu membuatnya setiap akan mengajar, jika ya/tidak mengapa?

Page 119: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

119

Ya, dengan adanya RPP mudah bagi saya untuk mengetahui kompetensi apa yang harus di capai.

4. Apakah Bapak/Ibu merasa kesulitan dalam membuat RPP, jika ya/tidak kenapa dan dalam hal apa? Tidak, Sudah menjadi makanan sehari-hari, walaupun berbeda kurikulumnya akan tetapi sama tujuannya. Selain itu juga adanya panduan tentang cara membuat RPP kami merasa lebih mudah.

5. Dalam membuat RPP, apakah Bapak/Ibu membuatnya dengan mencakup tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik atau salah satu aspek saja?alasannya. Ya, sangat penting karena keberhasilan belajar dilihat tidak dari salah satu aspek saja, akan tetapi dari ketiga aspek tersebut.

6. Dalam proses pembelajaran apakah Bapak/Ibu menggunakan metode yang bervariasi, jika ya metode apasaja yang sering digunakan dan apa kelebihan metode tersebut? Ya, ceramah, keteladanan, demonstrasi dan kesemuanya itu disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang menyangkut media, materi dan siswanya itu sendiri.

7. Bagaimana cara Bapak/Ibu menggunakan metode pembelajaran, jika dilihat pada kondisi siswa yang berbeda-beda baik dari segi minat, bakat serta kondisi lingkungan yang berbeda-beda?

8. Bagaimana keadaan siswa ketika proses pembelajaran sedang berlangsung dengan metode pembelajaran yang Bapak/Ibu lakukan? Menyimak dan memperhatikan, kemudian diberikan kesempatan untuk bertanya apabila ada hal-hal yang masih kurang dipahami.

9. Apakah Bapak/Ibu menggunakan media pembelajaran yang berbeda dalam proses pembelajaran?, jika ya media apa saja yang sering dipakai dan apakah media tersebut sudah sesuai dengan keadaan atau karakteristik siswa? Ya, Ohp, Lcd proyektor, visualisasi dengan Cd/dvd dll.

10. Jika dalam proses pembelajaran perlu menggunakan media pembelajaran yang sesuai, akan tetapi media tersebut tidak tersedia apa yang Bapak/Ibu lakukan,contohnya dalam materi haji atau kurban? Teori terlebih dahulu, selanjutnya berusaha untuk membuat media yang sesuai.

Page 120: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

120

11. Apakah media pembelajaran yang sudah ada pada saat ini dapat menjamin ketercapaian prestasi belajar siswa sesuai dengan tujuan pendidikan yang ada? Belum tentu, tergantung minat dan kemampuan siswa.

12. Apakah Bapak/Ibu memberikan keleluasaan kepada siswanya untuk bertanya, menanggapi, menjawab atau memberikan komentar setiap ada permasalahan? ya

13. Apakah penilaian yang ada saat ini sudah sesuai, jenis penilaian apasaja yang sering dilakukan oleh Bapak/Ibu? Ya, Tertulis maupun lisan setelah maupun sebelum kegiatan pembelajaran.

Topik 2

“Bagaimana kondisi obyektif tentang Materi ajar Pendidikan Agama Islam, yang meliputi kedalaman dan keluasan materi” ?

1. Untuk menambah wawasan keilmuan atau pengetahuan, apa saja yang telah

Bapak/Ibu lakukan, apakah hal tersebut penting,mengapa? Menyempatkan waktu sebelum mengajar untuk membaca, mencari informasi lain karena buku-buku yang ada masih kurang memadai dan terkadang hanya dijelaskan secara garis besarnya saja.

2. Apakah yang menjadi buku rujukan atau pedoman Bapak/Ibu dalam mengajar, apa hanya mengandalkan buku paket saja atau yang lainnya? Tidak hanya mengandalkan buku paket saja, akan tetapi buku-buku agama seperti alqur’an dan terjemahannya serta buku/kitab tafsir alqur’an dan al-hadits bila diperlukan dan kesemuanya itu disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan.

3. Seandainya ada perbedaan atau ikhtilaf pendapat yang berhubungan dengan materi pelajaran, bagaimana Bapak/Ibu bersikap?dalam fiqih misalnya…. Mengikuti pemerintah yang telah menetapkan melalui Departemen Agama biasanya atau fatwa MUI. Contohnya seperti masalah penentuan awal dan akhir dari puasa ramadhan seperti yang telah kita lalui pada dua bulan yang lalu.

4. Seringkali dalam materi pelajaran fiqih, contohnya materi sholat ada kesan diulang-ulang, apakah ada hubungan antara materi yang satu dengan yang lainnya atau ada maksud lain? Ada hubungannya, yaitu lebih luas materinya , dan tentu berbeda antara materi yang diajarkan pada tingkat kelas yang satu dengan yang lebih tinggi/diatasnya..

Page 121: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

121

5. Bagaimanakah cara Bapak/Ibu memotivasi siswa agar dapat memperdalam atau menggali ilmu lebih luas? Memberikan motivasi bahwa Belajar tidak hanya di sekolah saja, akan tetapi di mana saja kita berada., di perpustakaan, dimasjid dengan pengajian rutin atau di tempat-tempat lain. Selain itu juga memberitahukan akan pentingnya pendidikan Agama sebagai bekal hidup untuk masa sekarang dan yang akan datang bahkan sampai akhirat nanti. Sehingga dengan sendirinya siswa akan tergugah untuk mempelajarinya lebih lanjut.

6. Bagaimana cara Bapak/Ibu mengetahui bahwa materi yang telah diajarkan dapat menjadi bekal hidup bagi siswanya sebagai anggota keluarga, masyarakat maupun warga Negara yang baik? Dari prestasi, selain itu juga dilihat banyaknya siswa yang mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan seperti mauled nabi, isra’ mi’raj, shalat berjamaah,ektrakurkuler dst.

7. Apakah materi yang telah diajarkan selama ini telah sesuai dengan karakteristik siswa (minat, bakat, kemampuan dan lingkungan yang berbeda-beda)? Kurang sesuai, Lingkungan sekitar mempengaruhi terhadap belajar siswa

8. Menurut pendapat Bapak/Ibu, apakah para peserta didik tertarik dalam mempelajari materi ini, jika ya/tidak apa alasannya dan seharusnya bagaimana? Ya, Dapat menambah keimanan serta ketakwaan dan menambah budi pekerti yang luhur. Seharusnya siswa benar-benar mengaplikasikan ilmu yang telah didapat sehingga dari sini akan timbul sikap saling menghargai, menghormati, tolong menolong dst.

9. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah materi yang telah diajarkan dapat memotivasi siswa sehingga peserta didik mempunyai minat untuk menggali atau mengembangkan keterampilan lebih lanjut dan lebih mendalam dari apa yang yang telah diberikan melalui proses pembelajaran? Jika ya/tidak apa alasannya… Ya, setiap siswa punya minat, bakat yang berbeda, didorong oleh bakat dan minat dapat memotivasi siswa mengembangkan keterampilannya lebih mendalam dari apa yang telah diberikan melalui proses pembelajaran.

Topik 3 “Bagaimana keadaan sarana dan prasarana yang mendukung terimplementasinya KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) dengan pendekatan CTl (Contextual Teaching And Learning)”

Page 122: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

122

1. Sarana dan prasarana apa sajakah yang diperlukan untuk mengimplementasikan KTSP?

Sesuai dengan kebutuhan/ materi yang akan diajarkan.

2. Apakah sarana dan prasarana yang ada pada saat sekarang ini telah sesuai untuk mengimplementasikan KTSP? ya

3. Sejak kapankah sekolah Bapak/Ibu terdapat fasilitas yang cukup memadai seperti saat ini?

Tahun ajaran 2004/2005

4. Apakah sarana dan prasarana yang ada dapat menunjang proses pembelajaran yang optimal, jika ya/tidak apa alasannya? Kurang optimal, karena tidak semua sarana dan prasarana tersedia dan terkadang berebutan dengan teman guru lain.

5. Darimanakah dana diperoleh sekolah Bapak/Ibu untuk memenuhi sarana dan prasarana?(subsidi, individu, iuran)? BOS dan BOP

6. Bagaimana cara Bapak/Ibu memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada? Merawat, menjaga, memperbaiki, dan memakai sesuai keperluan kegiatan pembelajaran tidak untuk kepentingan yang lain.

7. Apakah Bapak/Ibu merasa kesulitan mengenai sarana dan prasarana pendidikan (Pemakaian, pengadaan)? Ya, terkadang berbarengan dengan teman guru yang lain Contohnya: penggunaan OHP.

8. Apa yang Bapak/Ibu lakukan jika sarana dan prasarana disekolah tidak terdapat, padahal itu cukup penting untuk menunjang proses pembelajaran yang akan diberikan pada peserta didik? Membuat/menguasakan agar media/sarana tersebut ada dan berguna bagi yang akan dating, karena nantinya akan dipakai kembali.

9. Sekolah Bapak/Ibu dalam mengimplementasikan KTSP mengunakan pendekatan CTL, sejak kapan hal tersebut dilaksanakan ? Saya mulai mengajar sekurang-kurangnya 4 tahun di sekolah ini, sudah melaksanakan pendekatan CTL

10. Apa yang menjadi dasar atau alasan sekolah Bapak/Ibu melaksanakan pendekatan CTL dalam mengimplementasikan KTSP? Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata atau berdasarkan konteksnya.

Page 123: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

123

11. Faktor apa sajakah yang mendorong sekolah Bapak/Ibu menggunakan pendekatan CTL?

12. Fasilitas apa saja yang diperlukan untuk melaksanakan CTL? Disesuaikan dengan materi

13. Apakah kelebihan pendekatan CTL jika dibandingkan dengan yang lainnya? Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata secara riil; Sedangkan dalam pembelajaran konvensional pembelajaran bersifat teoritis dan abstrak.

14. Apakah Bapak/Ibu merasa kesulitan dalam menggunakan pendekatan CTL untuk mengimplementasikan KTSP ? Tidak,

15. Bagaimana cara sekolah Bapak/Ibu mengetahui dan mensosialisasikan CTL? Mengikuti pelatihan, mencari sumber buku-buku tentang CTL

16. Bagaimanakah tanggapan siswa dengan dilaksanakannya pendekatan CTL ? Sangat menyenangkan karena siswa lebih mudah mengerti/lebih faham.

17. Dalam bidang studi apa saja pendekatan CTL disekolah Bapak/Ibu diterapkan? Pada dasarnya CTl dapat diterapkan pada semua mata pelajaran dan yang sekarang sudah berjalan, yaitu:IPA, IPS, Matematika, Pendidikan Olah Raga, Pendidikan Agama.

18. Bagaimanakah proses evaluasi yang dilakukan sekolah Bapak/Ibu ketika menggunakan pendekatan CTL, apa ada perbedaan khusus dan dilakukan terpisah,jika ya/tidak apa alasannya? Guru memberikan penilaian tersendiri baik dalam bentuk lisan maupun tulisan, atau mempraktekkan. Dan disini guru membimbing dan mengarahkan.adapaun penilaian yang sifatnya nasional mengikuti ketentuan pemerintah dalam hal inin Diknas

19. Bagaimana prestasi belajar siswa setelah pelaksanaan CTL, apakah ada

perubahan yang signifikan antara sebelum dan sesudahnya, kemudian dalam bentuk apa? Prestasi belajar siswa meningkat baik dari aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik.

Page 124: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

124

Lampiran 5

LEMBAR OBSERVASI Lingkungan / Latar Kelas dalam Proses Pembelajaran PAI

Hari / Tanggal : Kelas / Sekolah : Waktu : Nama Guru :

No Komponen Yang Dinilai Ya Tidak Keterangan 1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10

11

12

13

Pengaturan kelas dilakukan oleh guru

Pengaturan meja dan kursi dilakukan oleh

guru

Pengaturan meja dan kursi dapat diubah

sesuai dengan interaksi yang diperlukan

Pencahayaan ruang kelas sesuai

Ventilasi cukup

Kebersihan cukup

Posisi Siswa menghadap guru/papan tulis

semua

Kegaduhan dari ruang luar kelas

Pengaturan meja dan kursi memudahkan

siswa untuk berinteraksi dengan siswa lain

Siswa hanya berada di kursinya selama

proses pembelajaran

Posisi guru saat memberi materi dapat

berubah/berpindah –pindah

Penggunaan / pemajangan poster afirmasi

untuk meningkatkan kegairahan belajar

Penggunaan / pemajangan poster ikon se

Page 125: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

125

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

bagai visualisasi materi pelajaran

Ada tumbuhan di dalam ruangan kelas

Penggunaan aroma

Terdapat jam dinding

Ada media pembelajaran yang beragam

untuk setiap materi pelajaran

Penggunaan alat tulis warna untuk

menggarisbawahi pernyataan penting

Penggunaan warna untuk kata-kata penting

Letak papan tulis dapat dilihat oleh semua

siswa

Posisi papan tulis dapat berubah

Papan tulis dapat ditulisi dengan jelas

Meja siswa mempunyai tempat untuk

menyimpan alat pelajaran

Siswa memiliki tempat untuk menyimpan

perlengkapan sekolah

Ada tong sampah di dalam kelas

Adanya penggunaan kipas angin / ac

Ada rak buku khusus siswa

Ada hasil karya siswa yang dipajang di

dinding ruangan kelas

Ada papan pengumuman kelas untuk hasil

kerja siswa

Guru Observer

( ) ( ASIFUDIN ) NIP :

Page 126: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

126

LEMBAR OBSERVASI Keadaan Siswa dalam Proses Pembelajaran PAI

Hari / Tanggal : Kelas / Sekolah : Waktu : Nama Guru :

No. Komponen Yang Dinilai A B C D E Ket. 1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

Mencondongkan tubuhnya untuk

mendengar

Memandang kearah selain guru selama

guru menjelaskan

Berbicara dengan teman saat guru

menjelaskan

Berbicara dengan teman saat

mengerjakan latihan individu

Bekerja sama dalam mengerjakan tugas

individu

Mengangkat tangan untuk menjawab

pertanyaan yang diajukan oleh guru

Mengajukan pertanyaan tentang materi

yang kurang dipahami

Maju ke depan untuk mempraktekkan /

mendemonstrasikan materi yang telah

diajarkan

Menguap saat proses pembelajaran

Dapat bekerja sama dengan siswa lain

untuk menyelesaikan masalah

Bertanya untuk mengetahui lebih

Page 127: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

127

13

14

15

16

17

18

18

banyak tentang materi yang dipelajari

Bertopang dagu saat guru menjelaskan

Ikut serta dalam berdiskusi saat

berkelompok

Membuat catatan-catatan yang kurang

perlu saat proses pembelajaran

berlangsung

Menggunakan warna /

menggarisbawahi untuk menandai hal

penting pada catatannya

Mengganggu ketenangan siswa lain

dalam belajar saat proses pembelajaran

berlangsung

Menggunakan telephon genggam / mp3/

walkmen saat pembelajaran

berlangsung

Merayakan akhir pembelajaran PAI

Keterangan : Jumlah siswa :(………….)Anak, Yang hadir(…………….)Anak A: Semua :(………….) B: Sebagian besar :(………….) C: Sebagian :(………….) D: Sebagian kecil :(………….) E: Tidak ada :(……….…)

Guru Observer, ( ) ( ASIFUDIN ) NIP :

Page 128: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

128

LEMBAR OBSERVASI Keadaan Guru dalam Proses Pembelajaran PAI

Hari / Tanggal : Kelas / Sekolah : Waktu : Nama Guru :

No. Komponen Yang Dinilai A B C D E Ket. 1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

Memiliki RPP sebelum proses pembelajaran

Memberitahukan siswa tentang kegiatan yang

akan mereka lakukan selama belajar

Mempunyai kesepakatan antara guru dan

siswa

Menyakinkan siswa bahwa mereka semua

mampu menjadi siswa yang berprestasi

Menggunakan afirmasi sebelum memulai

pembelajaran

Menciptakan suasana yang kondusif sebelum

belajar

Mengenalkan materi baru dengan

mengaitkannya dengan masa depan

Memberitahukan manfaat belajar materi

tersebut

Mengaitkan materi yang dipelajari dengan

pengalaman sehari-hari siswa

Memberikan gambaran keseluruhan tentang

materi yang akan dipelajari melalui peta

konsep

Menyajikan materi dengan menggunakan

Page 129: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

129

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

media yang sesuai

Menyajikan materi dengan variasi nada suara

Menggunakan gerakan atau alat tubuh untuk

menyampaikan atau mendemonstrasikan

materi

Mengunakan kata-kata yang bersifat

mengajak

Melakukan Tanya jawab dengan siswa saat

proses pembelajaran

Memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mempraktikkan yang mereka pelajari

Memberikan pengakuan pada usaha siswa

dengan ucapan

Memberikan motivasi pada siswa

Memberikan kesempatan kepada siswa untuk

bertanya terhadap materi yang kurang

dipahami

Menjawab semua pertanyaan siswa

Memberikan pengakuan pada usaha siswa

dengan perbuatan

Melakukan pengulangan selama proses

pembelajaran

Memberikan post tes kepada siswa setiap

akhir pembelajaran

Membantu siswa yang mengalami kesulitan

belajar

Mengajak siswa yang telah faham untuk

membantu siswa lain yang belum faham

Memberikan contoh yang relevan pada

materi yang diajarkan dengan keadan pada

saat sekarang dan yang akan datang

Page 130: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

130

30 Memberikan pengayaan kepada siswa yang

telah faham

Membimbing siswa untuk merefleksi

terhadap materi yang telah diajarkan

Memberikan tugas rumah pada siswa untuk

materi yang akan atau sudah diajarkan

Mengadakan perayaan setelah belajar

Keterangan A: Selalu : B: Sering : C: Kadang – kadang : D: Jarang : E: Tidak pernah :

Observer,

( ASIFUDIN )

Page 131: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

131

Lampiran 6

Opini Siswa Say Basmalah to start…! Name : Class : Date :

Let’s Share Opinion….! Menurut kamu pelajaran apa yang paling menyenangkan ? Jawab:………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. Apa alasan kamu menyenangi pelajaran itu? Jawab:………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. Bagaimana perasaan kamu saat belajar Pendidikan Agama Islam? Jawab:………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. Apakah kamu dapat berkonsentrasi saat belajar Pendidikan Agama Islam? Jawab:………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. Apakah kamu mengerti pelajaran Pendidikan Agama Islam yang telah diajarkan?

Page 132: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

132

Jawab:………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. Bagaimana cara guru kamu menjelaskan materi Pendidikan Agama Islam? Jawab:………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. Pelajaran apa saja yang kamu pelajari di rumah? Jawab:………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. Menurut kamu apakah kegunaan Pendidikan agama Islam dalam kehidupan sehari-hari? Jawab:………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. Apakah orang tuamu selalu menanyakan PR Pendidikan Agama Islam? Jawab:………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. Berapa jam kamu belajar Pendidikan Agama Islam di Rumah? Jawab:…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..

Alhamdulillah……

You’ve got me..

Page 133: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46949/...KTSP berjalan dengan baik. Perlu adanya kesesuaian antara isi yang ada pada KTSP

133