bab 1 2 3

31
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Orang tua tunggal (single parent) adalah fenomena yang makin dianggap biasa dalam masyarakat modern. Bagi yang terpaksa mengalaminya, entah karena bercerai atau pasangan hidupnya meninggal. Anak dengan orang tua tunggal (single parent) adalah seorang anak yang hanya di asuh atau di besarkan dengan satu orang tua. Perpisahan dengan anggota keluarga baik melalui perceraian maupun kematian adalah hal yang sulit bagi orang dewasa dan anak, terutama bagi anak kehilangan orang tua dapat mengakibatkan gangguan prilaku diri dan prilaku sosial (Macgregor 2002). Fenomena single parent beberapa dekade ini menjadi marak terjadi di berbagai negara di seluruh dunia. Pada tahun 2003 di Australia terdapat 14% keluaraga dari keseluruhan jumlah keluarga masuk dalam ketegori single parent, di Indonesia tahun 2004 single parent banyak terdapat di Nanggro Aceh Darussalam (NAD) hingga mencapai 148.000 orang, sedangkan di Jawa timur tahun 2005 terdapat 19% single parent, pada tahun 2008, fenomena yang terjadi dan berdasarkan data yang di peroleh di kelas 7 di dapatkan anak yang tinggal dengan orangtua tunggal di SLTPN II Ngadiluwih sejumlah 40 anak dengan rincian 18 anak perempuan dan 22 anak laki-laki (Okvina 2008).

Upload: silver8oys

Post on 17-Dec-2015

12 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

KTI

TRANSCRIPT

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Orang tua tunggal (single parent) adalah fenomena yang makin dianggap

    biasa dalam masyarakat modern. Bagi yang terpaksa mengalaminya, entah karena

    bercerai atau pasangan hidupnya meninggal. Anak dengan orang tua tunggal

    (single parent) adalah seorang anak yang hanya di asuh atau di besarkan dengan

    satu orang tua. Perpisahan dengan anggota keluarga baik melalui perceraian

    maupun kematian adalah hal yang sulit bagi orang dewasa dan anak, terutama

    bagi anak kehilangan orang tua dapat mengakibatkan gangguan prilaku diri dan

    prilaku sosial (Macgregor 2002).

    Fenomena single parent beberapa dekade ini menjadi marak terjadi di

    berbagai negara di seluruh dunia. Pada tahun 2003 di Australia terdapat 14%

    keluaraga dari keseluruhan jumlah keluarga masuk dalam ketegori single parent,

    di Indonesia tahun 2004 single parent banyak terdapat di Nanggro Aceh

    Darussalam (NAD) hingga mencapai 148.000 orang, sedangkan di Jawa timur

    tahun 2005 terdapat 19% single parent, pada tahun 2008, fenomena yang terjadi

    dan berdasarkan data yang di peroleh di kelas 7 di dapatkan anak yang tinggal

    dengan orangtua tunggal di SLTPN II Ngadiluwih sejumlah 40 anak dengan

    rincian 18 anak perempuan dan 22 anak laki-laki (Okvina 2008).

  • 2

    Biro anak nasional menerbitkan hasil survai dari suatu penelitian bahwa

    ketidakberuntungan anak dibesarkan dengan single parent lebih disebabkan

    karena yang timbul dari orang tuanya, sehingga dapat berpengaruh bagi anak

    sendiri. Hasil riset menunjukkan bahwa anak di keluarga yang memiliki oramg

    tua tunggal rata-rata cenderung kurang mampu mengerjakan sesuatu dengan baik

    dibandingkan anak yang berasal dari keluarga yang utuh. Untuk anak usia

    sekolah, biasanya prestasi mereka di sekolah otomatis akan menurun. Menurut

    hasil survai peneliti pada 4 anak siswa SLTPN II Ngadiluwih Kediri, mereka

    mengatakan akan lebih bahagia bila dapat hidup dengan kedua orang tua mereka,

    dan mereka mengaku merasa kurang percaya diri, dan malu dengan teman-teman.

    Pada umumnya yang menyebabkan terjadinya orang tua tunggal (single

    parent) ada dua diantaranya, yaitu pertama jika pasangan hidup meninggal dunia,

    otamatis itu akan menjadikan kita sebagai orang tua tunggal. Yang kedua adalah

    yang lebih umum, yakni perceraian. Saat ini lebih banyak orang tua tunggal yang

    muncul dari kategori yang kedua ini. Anak yang baru mendapati orang tuanya

    tinggal seorang pasti menghadapi gejolak hidup. Pada anak yang memiliki sifat

    tegar atau cuek mungkin dampaknya tidak terlalu terlihat, tapi untuk anak yang

    sensitif pasti akan terjadi perubahan perilaku, misalnya jadi pemarah pemurung

    atau suka menangis diam-diam (Ubaydillah 2007).

    Salah satu hal yang harus dilakukan orang tua untuk membantu anak

    menghadapi kondisi semacam itu adalah mengajarkan anak untuk menyesuaikan

    diri dengan keadaan yang baru, jika orang tua becerai yakinkan anak bahwa

    keadaan tersebut bukan kesalahannya, melainkan ketidakcocokan ayah dan ibu,

  • 3

    bangkitkan rasa percaya dirinya. Jika anak harus menghadapi kematian salah satu

    dari orang tuanya maka bisa lebih mudah menjelaskan dengan pendekatan agama.

    Memang anak usia sekolah dan remaja bisa lebih mudah menjelaskan keadaan

    yang dihadapi. Untuk mendapatkan pengertian dari anak orang tua dapat mencoba

    mengubah pola pikir anak. Coba ajak anak untuk mengunjungi panti asuhan,

    biarkan anak melihat bahwa masih banyak anak-anak yang kurang beruntung

    tidak memiliki ayah dan ibu, sehingga anak berpikir, saat ini masih beruntung

    memiliki satu orang tua yang bisa diandalkan. Bagi masyarakat jangan kucilkan

    anak tersebut beri motifasi dan semangat untuk masa depannya.

    Dari uraian di atas, maka peneliti ingin mengetahui tentang Gambaran

    Perilaku anak dengan single parent di SLTPN II Ngadiluwih.

    1.2 Rumusan Masalah

    Masalah dalam penelitian di rumuskan sebagai berikut:

    Bagaimana gambaran perilaku anak dengan single parent di kelas 7 SLTPN

    II Ngadiluwih Kabupaten Kediri 2008 ?

    1.3 Tujuan Penelitian

    Dengan melihat permasalahan maka penelitian ini bertujuan untuk

    mengetahui gambaran perilaku anak dengan single parent di kelas 7 SLTPN II

    Ngadiluwih Kabupaten Kediri 2008.

  • 4

    1.4 Manfaat Penelitian

    1.4.1 Bagi Institusi

    Memperoleh gambaran dan informasi mengenai perilaku anak dengan

    single parent dan dapat digunakan sebagai informasi awal untuk

    melaksanakan penelitian selanjutnya.

    1.4.2 Bagi SLTPN II Ngadiluwih kediri

    Sebagai masukan bagi institusi yang dapat digunakan dasar dalam

    melakukan pembinaan.

    1.4.3 Bagi Peneliti

    Merupakan informasi penting dalam menambah wawasan peneliti

    dalam bidang sosial dan kejiwaan terutama mengenai prilaku anak dengan

    single parent.

    1.4 Batasan Penelitian

    Untuk mengarahkan ruang lingkup penelitian maka masalah-masalah

    yang di teliti dalam penelitian ini di batasi sebagai berikut:

    1.4.1 Penelitian ini di batasi pada anak kelas 7 SLTP

    1.4.2 Penelitian ini untuk mengetahui gambaran prilaku anak dengan single

    parent di SLTPN II Ngadiluweh Kabupaten Kediri 2008

    1.4.3 Anstrumen : Kuesioner

    1.4.4 Tehnik Sampling : Accidental Sampling

  • 5

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Konsep Perilaku

    2.1.1 Pengertian Perilaku

    Perilaku adalah sebuah gerakan yang dapat diamati dari luar, seperti

    orang berjalan kaki, naik sepeda, mengendarai motor atau mobil (Kartono,

    2006).

    Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman

    serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwuud dalam bentuk

    pengetahuan, sikap, dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan

    respon / reaksi individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun

    dalam dirinya. Respon ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan) maupun aktif (

    melakukan tindakan) (Sarwono, 1997)

    Perilaku manusia merupakan dorongan dari dalam diri manusia,

    sedang dorongan merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan yang ada

    dalam diri manusia. Pada dasarnya manusia berperilaku karena dituntut oleh

    dororngan dari dalam sedangkan dororngan merupakan suatu usaha untuk

    memenuhi kebututuhan yang harus terpuaskan (Purwanto, 1999).

  • 6

    2.1.2 Faktor-faktor perilaku

    Menurut Kartono (2006), faktor-faktor perilaku dibagi menjadi tiga

    yaitu :

    2.1.2.1 Faktor predisposisi

    Fakor ini terwujud dlam pengetahuan sikap, kepercayaan,

    keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.

    2.1.2.2 Faktor pendukung

    Faktor ini terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak

    tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan.

    2.1.2.3 Faktor pendorong

    Faktor ini terwujud dalam sikap dan perilaku petugas

    kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari

    perilaku masyarakat.

    2.1.3 Faktor yang mempengaruhi perilaku manusia

    1. Keturunan

    Keturunan diartikan sebagai pembawa yang merupakan

    karunia Tuhan Maha Esa. Keturunan sering dsebut juga pembawaan,

    heredity. Teori tentang keturunan disampaikan oleh Gregor Mendel

    yang dikenal dengan hipotesa genetik. Teory tersebut menyatakan

    bahwa :

    a) Tiap sifat mahluk dikendalikan oleh faktor keturunan.

    b) Tiap pasangan merupakan penentu alternatif bagi ketururnannya.

  • 7

    c) Pada waktu pembentukan sel kelamin, pasangan keturunan

    memisah dan menerima pasangan faktor keturunan.

    Dalam keturunan terdapat beberapa asas yaitu :

    a) Asas reproduksi yaitu kecakapan dari ayah atau ibu tidak dapat

    diturunkan kepada anaknya karena kecakapan merupakan

    kecakapan tiap individu.

    b) Asas variasi yaitu penurunan sifat dari orang tua pada

    keturunannya terdapat variasi baik kuantitas maupun kualitas.

    c) Asas regresi filial yaitu penurunansifat-sifat orang tua yang

    ditururnkan kepada anaknya.

    d) Asas jenis menyilang yaitu apa yang diturunkankepada anak

    mempunyai sasaran menyilang. Ibu akan menurunkan lebih

    banyak sifatnya pada anak laki-laki dan ayah akan menurunkan

    lebih banyak sifatnya pada anak perempuan.

    e) Asas konfromitas yaitu setiap individu akan menyerupai ciri-

    ciri yang diturunkan oleh kelompok rasnya.

    2. Lingkungan

    a) Lingkungan manusia, yang termasuk dalam lingkungan ini

    adalah keluarga, sekolah, dan masyarakat, termasuk didalamnya

    kebudayaan, agama, taraf kehidupan dan sebagainya.

    b) Lingkungan benda yaitu benda yang terdapat disekitar manusia

    yang turut memberi warna pada jiwa manusia yang berada

    disekitarnya.

  • 8

    c) Lingkungan geografis. Latar belakang turut mempengaruhi corak

    kehidupan manusia. Masyarakatyang tinggal diderah pantai

    mempunyai keahlian, kegemaran dan kebudayaan yang berbeda

    dengan manusiayang tinggal didaerah yang gersang (purwanto,

    1999).

    Menurut Kartono, 2006 adapun ciri-ciri perilaku kontruktif (membangun) dan

    perilaku destruktif (merusak) adalah :

    Perilaku kontruktif :

    1. Suka menolong orang lain

    2. Mampu menempatkan diri

    3. Tidak mudah marah

    4. Tidak mudah tersinggung

    5. Suka melakukan kegiatan sosial

    6. Ketegasan tanpa arogansi

    7. Menghormati orang yang lebih tua

    8. Bersikap ramah

    9. Terbuka

    10. Menghargai orang lain

    Perilaku destruktif :

    1. Suka menyendiri / menarik diri

    2. Murung

    3. Merusak diri / melukai orang lain

    4. Melakukan percobaan bunuh diri

  • 9

    5. Suka mengancam orang lain

    6. Mementingkan diri sendiri

    7. Suka mencela orang lain

    8. Minum minuman keras dan obat-obatan terlarang

    9. Pilih-pilih dalam berhubungan / berteman

    10. Irihati

    2.2 Konsep Diri

    2.1.1 Pengertian Konsep Diri

    Konsep diri didentifikasikan sebagai semua pikiran, keyakinan dan

    kepercayaan yang membuat seseorang mengetahui tentang dirinya dan

    mempengaruhi hubungan dengan orang lain ( Stuart dan Sundeen, 1998)

    Konsep diri adalah citra diri subyektif dari diri dan percampuran yang

    komplek dari perasaan, sikap dan presepsi bawah sadar maupun sadar (perry

    dan potter 2005)

    2.1.2 Komponen Konsep Diri

    Menurut Stuart dan Sundeen (1998), konsep diri terdiri atas koponen-

    komponen sebagai berikut :

    2.1.2.1 Citra Tubuh

    Adalah kumpulan diri sikap individu yang disadari dan tidak

    disadari terhadap tubuhnya.

  • 10

    2.1.2.2 Ideal Diri

    Adalah persepsi individu tentang bagaimana dia seharusnya

    berperilaku berdasarkan standar, aspirasi, tujuan, atau nilai personal

    tertentu.

    2.1.2.3 Harga Diri

    Adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan

    menganalisis seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri.

    2.1.2.4 Penampilan Peran

    Adalah serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh

    lingkungan sosial berhubungan denan fungsi individu diberbagai

    kelompok sosial.

    2.1.2.5 Identitas

    Adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari

    observasi dan penilaian konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh.

    2.1.3 Rentang Respon Kosep Diri

    Respon Adaptif Respon Maladaptif

    Aktualisasi Konsep Harga Keracunan Depersonalisasi Diri Diri Diri Identitas Positif Rendah Gbr. 2.1.3 Rentang Respon Konsep Diri Diambil dari Gbr. 10-1 Rentang Respon Konsep Diri, (Stuart dan Sundden 1998)

  • 11

    2.1.4 Proses Kembentukan Konsep Diri

    Konsep diri terbentuk melalui proses belajar sejak masa

    pertumbuhan seorang manusia dari kecil hingga dewasa.Lingkungan

    dan pola asuh orang tua turut memberikan pengaruh yang signifikan

    terhadap konsep diri yang terbentuk.(Jacinta 2002)

    2.1.5 Faktor yang mempengaruhi konsep diri

    2.1.5.1 Pola asuh orang tua

    Sikap yang positif orang tua yang terbaca oleh anak, akan

    menumbuhkan konsep dan pemikiran yang positif serta sikap

    menghargai diri sendiri. Sikap negatif orang tua akan

    mengundang pertanyaan pada anak, dan menimbulkan asumsi

    dirinya tidak cukup berharga untuk dikasihi.

    2.1.5.2 Kegagalan

    Kegagalan yang terus menerus dialami seringkali menimbulkan

    termasuk kepada diri sendiri dan berahir dengan kesimpulan

    bahwa semua penyebabnya terletak pada kelemahan diri ,

    kegagalan membuat orang meras dirinya tidak berguna.

  • 12

    2.1.5.3 Depresi

    Orang yang sedang mengalami depresi akan mempunyai

    pemikiran yang cenderung negatif dalam memandang dan

    merespon sesuatu, termasuk menilai diri sendiri.Orang yang

    depresi akan menjadi super sensitive dan cenderung mudah

    tersinggung atau termakan ucapan orang.(Jacinta 2000)

    2.3 Konsep Harga Diri

    2.3.1 Pengertian Harga Diri

    2.3.1.1 Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang

    diperoleh dengan menganalisis seberapa baik perilaku seseorang

    sesuai dengan ideal diri (Stuart dan Sudeen, 1998).

    2.4.1.2 Harga diri yang berangkat dari penerimaan tanpa syarat sbagai

    suatu penghormatan individu secara alamiah (Stuart dan

    Sundeen, 1987), seperti seorang yang cenderung untuk menerima

    kegagalan atau kejadian-kejadian yang mengancam atas sebab-

    sebab eksternal di bawah kontrol. Sebaliknya individu yang

    memiliki rasa rendah diri, cenderung melakukan kesalahan-

    kesalahan yang berangkat dari sebab-sebab internal (Carpenito,

    2000 dikutip dari Tenner dan Herzbeger, 1987)

    2.5.1.3 Harga diri mengandung arti suatu hasil penilaian individu

    terhadap dirinya yang di ungkapkan dalam sikap-sikap yang

    dapat bersifat tinggi dan rendah. (perrry dan potter 2005)

  • 13

    Bagaimana seseorang menilai tentang dirinya akan

    mempengaruhi prilaku kehidupan sehari-hari.

    Menurut perry dan potter 2005 adapun cirri-ciri harga diri tinggi

    dan harga diri rendah adalah:

    Harga diri tinggi:

    1. Membangkitkan rasa percaya diri

    2. Penghargaan diri

    3. Rasa yakin akan kemampuan diri

    4. Rasa berguna

    5. Rasa bahwa kehadirannya diperlukan di dunia ini

    6. Suka melakukan kegiatan sosial

    7. Mampu menyesuaikan diri dengan masyarakat

    8. Menerima kritikan dari orang lain

    9. Mampu menerima kenyataan yakin akan kemampuan

    tinggi

    Harga diri rendah:

    1. Ekpresi malu atau rasa bersalah

    2. Pengungkapan diri negative

    3. Ketidakmampuan untuk menentukan tujuan

    4. Ragu-ragu

    5. Merasa hidup tak bahagia

    6. Takut menghadapi respon dari orang lain

    7. Mengkritik diri sendiri

  • 14

    8. Menarik diri

    9. Mudah tersinggung

    10. Tidak dapat menerima perubahan yang terjadi

    2.3.2 Cara meningkatkan harga diri :

    1. Memberikan kesempatan berhasil

    Beri tugas yang kemungkinan dapat diselesaikan,

    kemudian beri pengakuan dan pujian akan keberhasilannya,

    jangan memberi tugas yangsudah di ketahui tidak akan dapat

    diselesaikan.

    2. Menanamkan gagasan

    Berikan gagasan yang dapat memotifasi kreatifitas anak

    untuk berkembang.

    3. Memandang aspirasi

    Pertanyaan dan pendapat perlu di tanggapi dengan

    memberi penjelasan yang sesuai. Berikan pengakuan dan

    sokongan untuk aspirasi yang yang positif sehingga anak

    memandang dirinya di terima dan bermakna.

    4. Membantu membentuk koping

    Pada tiap tahap perkembangan individu mempunyai

    tugas perkembangan yang harus di selesaikan. Individu perlu

    mengembangkan koping untuk menghadapi kemungkinan yang

    terjadi dalam penyelesaian tugas. (Keliat 1998)

  • 15

    2.3.3 Faktor Predisposisi

    Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua,

    harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang kali, kurang

    mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, dan

    ideal diri yang realistic (Stuart dan Sundeen, 1998)

    2.4 Konsep Anak

    2.4.1 Pengertian Anak

    Anak adalah seseorang yang berusia 0-12 tahun dan belum menikah

    (UURI no.4 Tahun 1997). Menurut UUPA pasal 1.1, anak setiap orang yang

    berusia dibawah 18 tahun (maria, 2003). Sedangkan menurut Saikhul hadi (2004),

    anak adalah komponen masyarakat yang harus dibina dengan sungguh-sungguh.

    2.4.2 Tahap-tahap perkembangan anak (Potter & Pery,2005)

    1. Masa Pranatal (Mulai dari hasil konsepsi janin sampai lahir)

    2. Masa bayi (usia 0-12 bulan)

    3. Neonatal (usia 6-28 hari)

    4. Pasca Neonatal (usia 29 hari- 12 bulan)

    5. Masa Toddler (usia 1-3 tahun)

    6. Masa Prasekolah (usia 4-6 tahun)

    7. Masa sekolah (usia 6-20 tahun)

    Periode perkembangan dimana terdapat kematangan yang stabil pada

    perkembangan fisik, mental, dan perkembangan sosial dengan menekankanpada

    perkembangan kopentensi keterampilan.

  • 16

    Perkembangan anak menurut ahli teori pertahapan (Potter & Pery, 2005)

    1. Teori Psikoseksual Freud

    a. Latensi (6 tahun- pubertas)

    b. Anak mungkin terikat dalam aktvitas erogenus dengan teman

    sebaya yang sama jenis kelaminnya.

    c. Genital (pubertas-dewasa 12-2 tahun)

    Genetalia menjadi pusat dari tekanan dan kesenangan seksual.

    2. Teori Psikososial Ericson

    Industri vs Inferior (6-12 tahun)

    Melakukan dan memproduksi sesuatu, anak mendapatkan

    pengenalan melalui demonstrasi keterampilan dan produksi benda-benda

    serta pengembangan harga diri melalui pencapaian.

    3. Teori Perkembangan Kognitif Piaget

    a. Kongkret Operasional (7-11 tahun)

    Kemampuan untuk memhami aturan dari percakapan

    menghasilkan pola pemikiran yang logis dan mental operasional.

    b. Formal Operasonal ( 11-15 tahun)

    Berkembang kemampuan untuk berfikir perilaku yang

    abstrak dan muncul pemikiran yang ilmiah.

  • 17

    4. Teori Perkembangan Moral Kohlberg

    a. Orentasi Egoistik secara sederhana ( 6-9 tahun)

    Anak menyesuaikan minat diri sendiri dengan aturan

    b. Moralitas Konvensional (9-13 tahun)

    Usaha dilakukan untuk menyenangkan orang lain. Kontrol

    di dapat dari dalam dirinya.

    2.5 Konsep Anak Single Parent

    Dampak psikologi terhadap anak yang baru saja di tinggal salah satu orang

    tuanya sebaiknya tidak dianggap enteng. Pasalnya anak yang belum siap

    menghargai rasa kehilangan akan terpukul dan kemungkinan besar mengalami

    perubahan tingkah laku seperti :

    1. Kehilangan kontrol diri Tidak lagi mampu berpikir sehat

    2. Memakai obat-obat berbahaya sebagai pelampiasan rasa kecewanya

    3. Suka mengamuk, menjadi kasar dan tindakan agresif lainnya

    4. Menjadi pendiam, tidak lagi ceria, tidak suka bergaul

    5. Sulit konsentrasi tidak berminat pada tugas sekolah sehigga prestasi di

    sekolah cenderung menurun

    Menurut Jacinta 2002, cara pencegahannya adalah:

    1. Ubah pola berpikirnya

    Setiap orang berusaha memahami dan memperoleh arti dari dunianya.

    Anak memerlukan kerangka rujukan untuk mengevaluasi situasi baru

    yang mengarahkan tindakan yang sesuai.Ketika salah satu orang tuanya

  • 18

    tidak ada, maka kerangka rujukannya berubah menjadi informasi dari

    hanya satu orang tua.

    Untuk itu orang tua harus secepatnya memberi arti yang alami.Informasi

    tentang orang tua tunggal di berikan sebelum si anak menarik

    kesimpulan tentang orang tua tunggal.misalnya, mengajak dia

    menjenguk panti asuhan, Memberi bantuan kepada anak-anak

    terlantar.Saat anak melihat kenyataan bahwa masih banyak anak tidak

    memiliki orang tua, Berikan informasi kepadanya bahwa dia memiliki

    orang tua.

    2. Bangkitkan rasa percaya diri

    Anak yang kehilangan salah orang tuanya merasa tidak nyaman dan

    tidak aman. Anak ingin memenuhi kebutuhan biologisnya,

    inginmemperoleh masa depan gemilang bersama orang tuanya. Ketika

    dia hanya mempunyai satu orang tua, maka dia menghadapi persoalan

    masa depan dengan satu orang tua, anjurkan anak untuk berkomunikasi

    dengan orang lain. Misalnya, menganjurkan dia bergaul, masuk kedalam

    kelompok atau organisasi yang bertujuan positif, dengan bergaul

    bersama orang lain si anak akan merasa nyaman dan aman, juga lebih

    percaya diri menghadapi persoalan kehidupan.

    3. Menjaga komunikasi dengannya

    Anak sagat membutuhkan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Kasih

    sayang yang tidak terpenuhi akan menimbulkan perilaku anak yang

    kurang baik. Maka orang tua perlu berkomunikasi dengan anak, agar dia

  • 19

    tidak merasa kesepian. Orang tua mendengarkan cerita anak, sebaliknya

    orang tua juga menceritakan apa yang sedang di alami.Jadikan anak

    sebagai sabat, agar masing-masing pihak salig mengerti dan memahami

    situasi yang dialami.

    4. Tuntunlah dia dengan agama

    Anak yang baru mendapati orang tua tunggal pastu menghadapi gejolak

    hidup. Anak membutuhkan nilai-nilai untuk menuntunnya dalam

    mengambil keputusan atau memberi makna dalam kehidupannya.

    Jadikan agama sebagai nilai-nilai untuk menuntun hidupnya. Misal,

    mengajak anak berdoa bersama kepada Tuhan dalam menghadapi

    cobaan hidup. Melihat orang tua pasrah dan berdoa, anak akan meniru

    apa yang diperbuat orang tuanya bila kehilangan orang yang di cintai.

    Hal hal yang dirasakan ketika kehilangan salah satu orang tuanya adalah :

    1. Tidak aman ( insecurity )

    2. Tidak ingin ditolak oleh orang tuanya yang pergi

    3. Sedih dan kesepian

    4. Marah

    5. Kehilangan

    6. Merasa bersalah, menyalahkan diri sendiri sebagai penyebab orang tua

    bercerai.

  • 20

    Beberapa indikator bahwa anak telah beradaptasi adalah :

    1. Menyadari dan mengerti bahwa orang tuanya sudah tidak lagi bersama

    2. Tidak lagi berfantasi akan persatuan kedua orang tua

    3. Dapat menerima rasa kehilangan

    4. Tidak marah pada orang tua dan tidak menyalahkan diri sendiri

    5. Menjadi dirinya sendiri lagi.

  • 21

    2.6 Kerangka Konseptual

    1. Perceraian 2. Salah satu orang

    tuanya meninggal

    1. Informasi 2. Pergaulan 3. Pola Asuh

    Lingkungan

    1. Usia 2. Pendidikan 3. Gaya Hiup

    Individu

    1. Body Image 2. Penampilan peran 3. Indentitas 4. Ideal diri

    Konsep Diri

    5. Harga diri

    Harga diri Rendah

    Perilaku Kontruktif

    Koping Koping

    Perilaku Destruktif

    Harga diri Tinggi

    Gambar 2.6 Kerangka Konseptual Gambaran Perilaku Anak Dengan single parent di SLTPN II Ngadiluwih Kediri

    Anak dengan Single Parent

  • 22

    Keterangan : : Diteliti : Tidak diteliti

    Penjelasan : Perceraian dan meninggal dunia merupakan hal yang menyebabkan anak kehilangan orang tua . Sehingga anak hidup dan dibesarkan oleh salah satu orang tua. Diasuh oleh single parent merupakan hal berat bagi anak karna akan mendapatkan kasih sayang dan didikan yang kurang seimbang. Harga diri anak dengan single parent dipengaruhi koping individu, dimana koping sangat ditentukan oleh pengaruh

    lingkungan, pengaruh individu, dan pola asuh orang tua. Anak dengan harga diri rendah akan mempunyai koping negatif sehingga anak

    cenderung berprilaku destruktif, anak dengan harga diri tinggi akan mempunyai koping positif sehingga anak potensi untuk berprilaku kontruktif.

  • 23

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1 Desain Penelitian

    Penelitian ini menggunakan desain penelitian diskriptif yaitu sesuatu metode

    penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambar atau

    diskriptif tentang sesuatu keadaan secara objektif ( Notoadmojo, 2005). Penelitian

    ini dilakukan dengan menempuh langkah-langkah pengumpulan data, klasifikasi,

    pengolahan atau analisa data, membuat kesimpulan dan laporan.

    3.2 Waktu dan Tempat penelitian

    3.2.1 Waktu penelitian

    Penelitian dilaksanakan pada tanggal 14 Agustus 2008

    3.2.2 Tempat penelitian

    Lokasi penelitian di SLTP II Ngadiluwih kota kediri

  • 24

    3.3 Kerangka Kerja

    SAMPEL

    Siswa siswi kelas 7 SLTP yang orang tuanya single parent sejumlah 36 anak

    PENGUMPULAN DATA

    Siswa-siswi yang bersedia menjadi responden di beri kuasioner untuk di isi dan setelah selesai di serahkan kembali pada peneliti

    ANALISIS DATA

    Setelah data terkumpul kemudian ditabulasikan di kelompokkan sesusi dengan variabel yang diteliti.

    PENYAJIAN DATA

    KESIMPULAN

    TEHNIK SAMPLING

    Accidental Sampling

    POPULASI

    Siswa-Siswi di SLTPN II Ngadiluwih sejumlah 40 Siswa

    Gambar 3.1 Kerangka Kerja Gambaran Perilaku Anak Dengan Single Parent di Kelas 7 SLTPN II Ngadiluwih Kediri

  • 25

    3.4 Sampling Desain

    3.4.1 Populasi Penelitian

    Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2002:).

    Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi di SLTP Ngadiluwih

    Kediri sejumlah 40 anak.

    3.4.2 Sampel Penelitian

    Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yng diteliti (Arikunto,

    2002).

    Cara menghitung besar sampel adalah n = 2)(1 dNN

    +

    Keterangan : N : Jumlah populasi n : Jumlah Sampel

    d : Tingkat Siknifikansi (p)

    n = 2)(1 dNN

    += 36

    1.140

    )0025.0(40140

    ==

    +

    Sampel dalam penelitian ini adalah siswa-siswi di SLTP II Ngadiluwih

    Kediri sejumlah 36 anak.

    2.4.2.1 Siswa-siswi kelas 7 di SLTP II Ngadiluwih Kediri

    2.4.2.2 Siswa-siswi kelas 7 SLTP yang tinggal dengan orang tunggal

    2.4.2.3 Siswa- siswi yang bersedia menjadi responden

    3.4.3 Teknik Sampling

    Sampling adalah proses penyeleksi porsi dari populasiuntuk dapat

    mewakili populasi ( Nursalam, 2003:).

  • 26

    Dalam penelitian ini, teknik sampling yang di gunakan adalah teknik

    Accidental sampling adalah pengambilan sampel secara aksidental

    (accidental) ini dilakukan dengan cara mengambil kasus atau responden

    yang kebetulan ada atau tersedia (Notoatmodjo, 2005).

    3.5 Identifikasi Penelitian

    Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran

    yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep

    pengertian tertentu, misalnya: umur, jenis kelamin, pendidikan, status

    perkawinan, pekerjaan, pengetahuan, pendapatan, penyakit dan sebagainya

    (Notoadmojo, 2002). Variabel dalam penelitian ini adalah konsep diri :

    harga diri.

    3.6 Defenisi Operasional

    Defenisi operasional adalah mendefisinikan variabel secara

    operasional berdasarkan karatistik yang diamati, memungkinkan peneliti

    untuk melekukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu

    objek fenomena (Alimun, 2003).

  • 27

    Kerangka 3.6 Definisi Operasional Gambaran Perilaku Anak dengan Single Parent

    Variabel Definisi Operasional

    Parameter Alat

    ukur Skala Skor

    Kosep

    diri:

    Harga diri

    pada anak

    dengan

    single

    perent

    Harga diri

    adalah

    panilaian

    pribadi

    terhadap

    hasil yang

    dicapai

    dengan

    menganalisa

    seberapa

    jauh

    perilaku

    memenuhi

    ideal diri.

    Perilaku Kontruktif :

    1. Suka menolong

    2. Mampu

    menempatkan diri

    3. Tidak mudah marah

    4. Tidak mudah

    tersinggung

    5. Suka melakukan

    kegiatan sosial

    6. Ketegasan tanpa

    arogansi

    7. Menghormati orang

    yang lebih tua

    8. Bersikap ramah

    9. Terbuka

    10. Menghargai

    orang lain

    Perilaku Destruktif :

    1. Suka menyendiri

    No. 1

    No. 2

    No. 3

    No. 4

    No. 5

    No. 6

    No. 7

    No. 8

    No.9

    No. 10

    No. 11

    Ordinal Jawaban

    - Ya : skor 1

    - Tidak:skor 0

    Dari jumlah

    yang di dapat

    dikatagorikan

    dengan

    penilaian :

    %50 (0-10):

    Perilaku

    Kontruktif

    %50 (11-

    20): Perilaku

    Destruktif

  • 28

    (menarik diri)

    2. Murung

    3. Merusak diri /

    melukai orang lain

    4. Melakukan

    percobaan bunuh

    diri

    5. Suka mengancam

    orang lain

    6. Mementingkan diri

    sendiri

    7. Suka mencela orang

    lain

    8. Minum miniman

    keras dan obat

    obatan terlarang

    9. Pilih-pilih dalan

    berteman

    10. Irihati

    No. 12

    No. 13

    No. 14

    No. 15

    No. 16

    No. 17

    No. 18

    No. 19

    No. 20

  • 29

    3.7 Pengumpulan Data dan Analisis Data

    3.7.1 lnstrument Penelitian

    Instrument yang digunakan daiam penelitian menggunakan kuesioner

    dengan metode closed-ended (Dichotomy question). Pengertian koesioner

    adalah jenis pengukuran daiam mengumpulkan data secara format kepada

    subyek untuk menjawab pertanyaan secara tertulis (Nursalam, 2003).

    3.7.2 Pengumpulan Data

    Pengumpulan data merupakan kegiatan penelitian untuk melakukan

    pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian (Aziz, 2006).

    Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode

    kuesioner dengan cara beberapa saat pertanyaan yang menyangkut konsep

    diri pada anak dengan single parent.

    3.7.3 Analisis Data

    Untuk menjawab respanden atas pertanyaan pada kuesioner setelah

    terkumpul kemudian ditabulasi dan dikelompokkan sesuai dengan sub

    variabel yang diteliti.

    Adapun kategori penilaian berdasarkan pertanyaan:

    a. Untuk jawaban ya nilai 1

    b. Untuk jawaban tidak nilai 0

  • 30

    Selanjutnya dari jumlah nilai yang di dapat diklarifikasikan dengan

    penilaian :

    Jika : %50 (0-10) : Perilaku Kontruktif

    %50 (11-20) : Perilaku Destruktif

    3.7 Etika Penelitian

    Masalah etika dalam penelitian menggunakan subyek manusia menjadi

    isu sentral yang berkembang saat ini. Pada penelitian ilmu keperawatan

    hampir 50% subyek yang digunakan adalah manusia, maka peneliti harus

    memahami prinsip-prinsip etika penelitian (Nursalam, 2003).

    Secara umum prinsip-prinsip etika dalam penelitian dibedakan

    menjadi 3 bagian:

    3.8.1 Informed Concert

    Responden yang memenuhi syarat akan diberi penjelasan tentang

    tujuan penelitian jika responden bersedia untuk diteliti maka responden

    harus menandatangani lembar persetujuan.

    3.8.2 Anonymity (Tanpa Nama)

    Untuk menjaga kerahasiaan, maka peneliti tidak akan

    mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data.

    3.8.3 Confidentiality (Kerahasiaan)

    Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari responden di

    jamin kerahasiaannya.

  • 31

    3.9 Keterbatasan

    Keterbatasan merupakan bagian riset keperawatan yang menjelaskan

    keterbatasan dalam penulisan riset. (Alimul Aziz, 2003).

    3.9.1Instrumen Atau Alat Ukur

    Pengumpulan data dengan questioner memungkinkan responden

    menjawab pertanyaan tidak jujur atau asal jawab.

    3.9.2 Waktu

    Waktu penelitian yang diberikan sangat terbatas sehingga hasil

    yang diperoleh kurang memuaskan atau kurang sempurna. Dalam hal ini

    peneliti masih pemula dalam melakukan penelitian sehingga hasil

    penelitian yang diperoleh masih banyak kekurangan dan jauh dari

    sempurna.

    3.9.3 Sampel

    Sampel yang digunakan terbatas, hanya pada anak dengan single

    parent kelas 7 di SLTPN II Ngadiluwih Kediri.