3. bab 2 (8)

39
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Pengertian Menurut Notoatmodjo, pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap objek yang terjadi melalui panca indera manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu pnginderaan sampai menghasilkan pengeahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. (Wawan dan Dewi, 2010) 2.1.2 Tingkat Pengetahuan 11

Upload: ferdian-dwi-saputra

Post on 24-Jul-2015

90 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: 3. Bab 2 (8)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

2.1.1 Pengertian

Menurut Notoatmodjo, pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini

terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek

tertentu. Penginderaan terhadap objek yang terjadi melalui panca indera

manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba

dengan sendiri. Pada waktu pnginderaan sampai menghasilkan pengeahuan

tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap

objek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga. (Wawan dan Dewi, 2010)

2.1.2 Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo pengetahuan yang cukup di dalam domain kognitif

mempunyai 6 tingkat, yaitu: (Wawan dan Dewi, 2010)

1. Tahu (Know)

Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja

untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari yaitu

menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan, dan

sebagainya.

11

Page 2: 3. Bab 2 (8)

12

2. Memahami (Comprehention)

Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui dan dimana dapat

menginterprestasikan secara benar. Orang yang telah paham terhadap

objek atau materi terus dapat menjelaskan, menyebutkan, contoh,

menyimpulkan, meramalkan, da sebagainya terhadap suatu objek yang

dipeajari.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi ataupun kondisi riil (sebenarnya).

Apliksi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum,

rumus, metode, rinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang

lain.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu

objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur

organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (Syntesis)

Sintesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu kemampuan untuk

melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru ari formulasi yang ada.

Page 3: 3. Bab 2 (8)

13

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu

berdasarkan suatu krteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan

kriteria-kriteria yang telah ada.

2.1.3 Cara Memperoleh Pengetahuan

2.1.3.1 Cara Kuno

1. Cara coba salah (Trial and Error)

Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahakan

mungkin sebelum adanya peradaban. Pada waktu itu seseorang

apabila menghadapi persoalan atau masalah, upaya pemecahannya

dilakukan dengan coba-coba saja. .

2. Cara kekuasaan atau otoritas

Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin-pemimpin

masyarakat baik formal atau informal, ahli agama, pemegang

pemerintah, dan berbagai prinsip orang lain yang dikemukakan oleh

orang yang mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau

membuktikan kebenarannya.

3. Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh

pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang

pernah diproleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu.

Page 4: 3. Bab 2 (8)

14

2.1.3.2 Cara Moderen

Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih populer disebut

metodologi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis

Bascon (1561-1626), kemudian dikembangkan oleh Deobold Van Daven.

Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita

kenal dengan penelitian ilmiah. (Notoatmodjo dalam Wawan dan Dewi,

2010)

2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

2.1.4.1 Faktor Internal

1. Pendidikan

Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku

seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap

berperan serta dalam pembangunan pada umumnya makin tinggi

pendidikan seseorang mudah menerima informasi. (Wawan dan Dewi,

2010)

2. Pekerjaan

Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk

menunjang keluarga. Pekerjaan bukanlah merupakan sumber

kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang

membosankan, berulang, dan banyak tantangan. Sedangkan bekerja

umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-

ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga. (Wawan

dan Dewi, 2010)

Page 5: 3. Bab 2 (8)

15

3. Umur

Menurut Elisabeth BH yang dikutip dari Nursalam (2003), usia adalah

umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang

tahun. Sedangkan menurut Hurlock (2008) semakin cukup umur,

tingkat kematangan dan kekuatan sesorang akan lebih matang dalam

berfikir dan bekerja. (Wawan dan Dewi, 2010)

2.1.4.2 Faktor Eksternal

1. Faktor Lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada di sekitar manusia

dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan eilaku

orang atau kelompok. (Wawan dan Dewi, 2010)

2. Sosial Budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi

sikap dalam menerima informasi.

2.1.5 Kriteria Tingkat Pengetahuan

Menurut Arikunto dalam Wawan dan Dewi (2010) pengetahuan seseorang

dapat diketahui dan diinterpretasikan dengan sakla yang bersifat kualitatif,

yaitu:

1. Baik : Hasil presentase 76%-100%

2. Cukup : Hasil presentase 56%-75%

3. Kurang : Hasil presentase <56%

Page 6: 3. Bab 2 (8)

16

2.2 Pendidikan

2.2.1 Pengertian

Menurut Suprapto dalam Ihsan (2010), pendidikan adalah proses yang

berisi beragai macam kegiatan yang cocok bagi ndividu untuk kehidupan

sosialnya dan membantu meneruskan adat dan budaya serta kelembagaan

sosial dari generasi ke generasi.

Pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan

kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya, yaitu

rohani (pikir, karya, cipta, rasa, dan budi nurani) dan jasmani (paca indera

serta keterampilan-keterampilan). (Ihsan, 2010)

2.2.2 Jenjang Pendidikan

Jenjang pendidikan adalah tahap pendidikan yang berkelanjutan, yang

ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tingkat

kerumitan bahan pengajaran dan cara menyajikan bahan pengajaran.

2.2.2.1 Pendidikan Dasar

Pendidikan dasar adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan

ketermapilan, menumbuhkan sikap dasar yang diperlukan dalam

masyarakat, serta mempersiapkan peserta didik untk mengetahui

mengikuti pendidikan menengah

Page 7: 3. Bab 2 (8)

17

2.2.2.2 Pendidikan Menengah

Pendiikan menengah diselenggarakan untuk melanjutkan dan meluaskan

pendidikan dasar serta menyiapkan peserta didik menjadi anggota

masyarakat yang memiliki kemampuan mengadakan hubungan timbal

balik dengan lingkungan sosial, budaya, alam sekitar, serta dapat

mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau

pendidikan tinggi.

2.2.2.3 Pendidikan Tinggi

Pendidikan tinggi adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik

untuk menjadi anggota masyarakat yang memiliki tingkat kemampuan

tinggi yang bersifat akademik dan atau profesional sehingga dapat

menerapkan, mengembangkan dan menciptakan ilmu pengetahuan,

teknologi dan seni dalam rangka pembangunan nasional dan meningkatkan

kesejahteraan manusia. (Ihsan, 2010)

2.2.3 Kriteria Tingkat Pendidikan

Menurut Riyanto (2011), pengukuran pada variabel tingkat pendidikan

dapat diukur dengan skala ordinal dengan hasil pengukuran:

1. Tinggi

Jika pendidikan terakhir SMA (pendidikan menengah) dan Perguruan

Tinggi (pendidikan tinggi).

2. Rendah

Jika pendidikan terakhir SD dan SMP (pendidikan dasar).

Page 8: 3. Bab 2 (8)

18

2.3 Pekerjaan

Pekerjaan dalam arti luas adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh manusia.

Dalam arti sempit, istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas atau kerja

yang menghasilkan uang bagi seseorang. Dalam pembicaraan sehari-hari

istilah ini sering dianggap sinonim dengan profesi. (Wikipedia Bahasa

Indonesia)

2.3.1 Bekerja

Karl Marx mengatakan bekerja merupakan aktivitas yang sangat hakiki

bagi manusia. Bekerja adalah aktivitas yang menjadi saranabagi manusia

untuk menciptakan eksistensi dirinya. (Fajar Setyani, 2010)

2.3.2 Status Ibu Bekerja

Fenomena mengenai kemunculan wanita karir, pada dasarnya baik pria

maupun wanita. Menurut Rachman (2007), baik pria maupun wanita harus

mampu menjaga keseimbangan, keselarasan dan keserasian dalam peran-

peran yang menjadi tanggung jawabnya. (Fajar Setyani, 2010)

Masalah pengasuhan terhadap anak biasanya dialami oleh para ibu bekerja

yang empunyai anak kecil balita dan batita. Pekerjaan bisa menjadi sumber

ketegangan dan stress yang besar bagi para ibu bekerja. Kelelahan fisik

dan psikis sering membuat mereka sensitif dan emosional, termasuk

dengan anak-anak (Fajar Setyani, 2010)

Page 9: 3. Bab 2 (8)

19

2.4 Konsep Bermain

2.4.1 Pengertian

Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan atau

mempraktikan ketrampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran,

menjadi kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan dan berperilaku

dewasa. (A. Aziz Alimul Hidayat, 2009)

Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan yang menghasilkan

pengertian atau memberikan informasi, memberi kesenangan maupun

mengembangkan imajinasi pada anak. (Anggiani Sudono, 2003).

2.4.2 Fungsi Bermain pada Anak

Sebelum memberikan berbagai jenis permainan pada anak, maka orang tua

seharusnya mengetahui maksud dan tujuan permainan pada anak yang

akan diberikan, agar diketahui perkembangan anak lebih lanjut, mengingat

anak memiliki berbagai masa dalam tumbuh kembang yang membutuhkan

stimulasi dalam puncaknya seperti masa kritis, optimal, dan sensitif.

Untuk lebih jelasnya, dibawah ini terdapat beberapa fungsi bermain pada

anak (A. Aziz Alimul Hidayat, 2009) :

1. Membantu perkembangan sensorik dan motorik

Fungsi bermain pada anak ini adalah dapat dilakuakan dengan

melakukanrangsangan pada sensorik dan motorik melalui rangsangan

ini aktivitas anak dapat mengeksplorasikan alam sekitarnya.

Rangsangan yang dimaksud melalui stimulasi permainan.

Page 10: 3. Bab 2 (8)

20

2. Membantu perkembangan kognitif

Perkembangan kognitif dapat dirangsang melalui permainan. Hal ini

dapat terlihat pada anak aat bermain, maka anak akan mencoba

melakukan berkomunikasi dengan bahasa anak, mamapun memahami

objek permainan seperti dunia tempat tinggal, ampu membedakan

khayalan dan kenyataan, ampu belajar warna, memahami bentuk dan

ukuran dan berbagi manfaat benda yang digunakan dalam permainan,

sehingga fungsi bemain pada model demikian akan meningkatkan

perkembangan kognitif selanjutnya.

3. Meningkatkan sosialisasi anak, proses sosialisasi ini dapat terjadi

melalui permainan.

4. Meningkatkan kreativitas.

Bermain juga dapat berfungsi dalam peningkatan kreativitas, dimana

anak mulai belajar menciptakan sesuatu darri permainan yang ada dan

mampu memodifikasi objek yang digunakan dalam permainan

sehingga anak lebih kreatif.

5. Meningkatkan kesadaran diri

Bermain pada anak akan memberikan kemampuan pada anak untuk

eksplorasi tubuh dan meraakan dirinya sadar dengan orang lain yang

merupakan bagian dari individu yang slaing berhubungan, anak mau

belajar mengatur perilaku, membandingkan dengan perilaku orang

lain.

Page 11: 3. Bab 2 (8)

21

6. Mempunyai nilai terapeutik

Bermain dapat menjadikan diri naka lebih senang dana nyaman

sehingga adanya stress dan ketegangan dapat dihindarkan, mengingat

bermain dapat menghibur diri dari anak terhadap dunianya.

7. Mempunyai nilai moral pada anak

Bermain juga memberikan nilai moral tersendiri pada anak, hal ini

dijumpai pada anak sudah mampu belajar benar atau salah dari budaya

di rumah, di sekolah, dan ketika berinteraksi dengan temannya.

2.4.3 Kategori Bermain

2.4.3.1 Bermain Bebas

Bermain bebas berarti anak bermain tanla aturan dan tuntunan. Anak bisa

mempertahannkan minatnya dan mengembangkan sendiri kegiatannya.

2.4.3.2 Bermain Terstruktur

Bermain terstruktur direncanakan dan dipandu ole orang dewasa. Kategori

ini membatasi dan meminimalkan daya cipta anak. (Dian Adriana, 2011)

2.4.4 Variasi dan Keseimbangan dalam Aktivitas Bermain

Anak memerlukan alat permainan yang bervariasi sehingga bila bosan

permainan yang satu, dia dapat memilih permainan yang lainnya.

Bermain harus seimbang, artinya harus ada keseimbangan antara bermain

aktif dan pasif, yang biasa disebut hiburan. Dalam bermain aktif,

Page 12: 3. Bab 2 (8)

22

kesenangan diperoleh dari apa yang diperbuat oleh mereka sendiri,

sedangkan bermain pasif kesenangan didapat dari orang lain.

Variasi aktivitas bermain menurut Dian Adriana, 2011 adalah sebagai

berikut:

2.4.4.1 Bermain Aktif

1. Bermain mengamati/menyelidiki (exploratory play)

Perhatian pertama pada anak bermain adalah memeriksa alat permain

tersebut. Anak memperhatikan alat permainan, mengocok-ngocok

apakah ada bunyi, mencium, meraba, menekan, dan kadang-kadang

berusaha membongkar.

2. Bermain konstruktif (construction play)

Pada anak umur 3 tahun, misalnya menyusun balok menjadi rumah-

rumahan.

3. Bermain drama

Misalnya sandiwara boneka, dan dokter-dokteran dengan temannya.

4. Bermain bola, tali, dan sebagainya.

2.4.4.2 Bermain Pasif

Dalam hal ini anak berperan pasif, antara lain dengan melihat dan

mendengarkan. Bemain pasif ini adalah ideal apabila anak sudah lelah

bermain dan membutuhkan sesuatu untuk mengatsi kebosanan dan

keletihannya. Contoh bermain pasif adalah sebagai berikut:

Page 13: 3. Bab 2 (8)

23

1. Melihat gambar-gambar di buku/majalah

2. Mendengarkan cerita/musik

3. Menonton televisi, dan lain-lain

Kadang-kadang tidak dicapai keseimbangan dalam bermain, yaitu apabila

terdapat hal-hal seperti di bawah ini:

1. Kesehatan anak menurun

Anak yang sakit tidak mempunyai energi untuk aktiviras bermain

2. Tidak ada variasi dari alat permainan

3. Tidak ada kesempatan belajar dari alat permainannya

Meskipun banyak alat permainan, tetapi tidak banyak manfaatnya kalau

anak tidak tahu cara menggunakannya.

4. Tidak mempunyai teman bermain

Kalau tidak mempunyai teman bermain, maka aktivitas bermain yang

dapat dikerjakan sendiri akan terbatas

2.4.5 Hal-hal yang Perlu diperhatikan dalam Aktivitas Bermain

Menurut Dian adriana, 2011 adalah sebagai berikut:

1. Energi ekstra/tambahan

Bermain memerlukan energi tambahan, anak sakit kecil keinginannya

untuk bermain. Apabila ia mulai lelah atau bosan, maka akan

menghentikan permainan.

2. Waktu

Anak harus mempunyai cukup waktu untuk bermain

Page 14: 3. Bab 2 (8)

24

3. Pemilihan Jenis Alat Permainan

Untuk bermain diperlukan alat permainan yang sesuai dengan umur

dan taraf perkembangannya.

4. Ruangan untuk bermain

Ruangan tidak usah terlalu besar, anak juga bisa bermain di halaman

atau di tempat tidur

5. Cara bermain

Anak belajar bermain melalui mencoba-mencoba sendiri, meniru

teman-temannya, atau diberi tahu caranya.

6. Teman bermain

Anak harus yakin bahwa ia mempunyai teman bermain. Kalau ia main

sendiri, maka ia akan kehilangan kesempatan belajar dari teman-

temannya. Akan tetapi kalau anak terlalu banyak bermain dengan anak

lain, maka anak tidak mempunyai kesempatan yang cukup untuk

menghibur diri sendiri dan menemukan kebutuhan sendiri.

7. Reward

Berikan semangat atau pujian atau hadiah pada anak bila berhasil

melakukan sebuah permainan

2.4.6 Keuntungan Bermain

Keuntungan bermain menurut Dian Adriana, 2011:

1. Membuang energi ekstra

2. Mengoptimalkan pertumbuhan seluruh bagian tubuh seperti tulang,

otot, dan organ-organ.

Page 15: 3. Bab 2 (8)

25

3. Aktivitas yang dilakukan dapat meningkatkan nafsu makan

4. Anak belajar mengontrol diri

5. Berkembangnya berbagai ketrampilan yang akan berguna sepanjang

hidupnya.

6. Meningkatkan daya kreativitas

7. Mendapatkan kesempatan untuk menemukan arti dari benda-benda

yang ada disekitar anak

8. Cara untuk mengatasi kemarahan, kekhawatiran, iri hati, dan

kedukaan.

9. Kesempatan untuk belajar bergaul dengan orang atau anak lainnya

10. Kesempatan untuk menjadi pihak yang kalah ataupun yang menang

dalam bermain

11. Kesempatan untuk belajar mengikuti aturan

12. Dapat mengembangkan kemampuan intelektual

2.4.7 Kesalahan-kesalahan dalam Memilih Alat Permainan

Menurut Soetjiningsih, 2002 kesalahan yang sering dibuat dalam memilih

alat permainan adalah sebagai berikut:

1. Orang tua memberikan sekaligus banyak macam alat permainan.

Padahal pada umumnya anak-anak suka mengulang-ulang alat

permainan yang sama untuk beberapa waktu yang lama

2. Banyak orang tua membeli alat permainan yang mereka pikir indah

dan menarik, tetapi mereka tidak berpikir pa yang dikerjakan anak

terhadap alat permainan tersebut.

Page 16: 3. Bab 2 (8)

26

3. Banyak orang tua membayar terlalu mahal untuk alat permainan.

Mereka lupa bahwa alat permainan yang dibuat sendiri atau dari

barang bekas sering menyenangkan pula

4. Alat permainan yang terlalu lengkap, sehingga sedikit peluang bagi

anak untuk melakukan eksplorasi dan konstruksi. Sekali anak

melihatnya, hanya sedikit tersiksa waktu untuk memainkannya.

5. Alat permainan tidak sesuai umur anak, anak terlalu tua atau terlalu

muda terhadap alat permainanya. Sehingga maksud dan tujuan alat

tersebut tidak tercapai.

6. Memberikan terlau banyak lat permainan dengan tipe yang sama.

7. Banyak orang tua yang tidak meneliti kemananan dari alat permainan

yang dibelinya.

2.4.8 Cara Menolong Anak untuk Bermain

Agar tujuan dari stimulasi dengan alat permainan tercapai, berbagai hal

harus diperhatikan , yaitu: (Soetjiningsih, 2002)

1. Bermain/alat permainan harus sesuai dengan taraf perkembangan anak.

2. Agar kemampian bermain anak berkembang, orang tua harus sabar.

Pehatikan kemampuan dan minat anak, janganlah orang tua menuntut

anak di luar kemampuannya.

3. Ulangi suatu cara bermain, sehingga anak bena-benar terampil sebelum

meningkat pada ketrampilan yang lebih majemuk.

Page 17: 3. Bab 2 (8)

27

4. Orang tua selalu menjadi model bagi anak-anaknya. Apabila orang tua

senang dengan sesuatu alat permainan, maka nak cenderung menyukai

juga.

5. Sebelum orang tua mengajak bermain dengan menggunakan alat

permainan, pelajarilah terlebih dahulu cara dan tujuan bermain dari

alat permainan tersebut.

6. Jangan memaksa anak bermain, bila si anak sedang tidak ingin

bermain.

7. Hentikan kegiatan bermain sebelum anak mulai bosan.

8. Alat permainan anak tidak selalu harus baru.

9. Jangan memberikan alat permainan terlalu banyak atau terlalu sedikit.

Karena, kalu terlalu banyak akan membuat anak bingung, sedangkan

kalau terlalu sedikit anak tidak mencapai kesempatan secara optimal

mengembangkan ketrampilannya.

10. Bila anak terlau menetap perhatiannya kepada alat pemainan tertentu,

janganlah orang tua terlalu khawatir. Usahakan untuk tetap

memperkenalkan alat permainan yang lain agar anak mendapatkan

pengalaman yang lebih luas

11. Bila orang tua menyediakan waktu sedikit untuk bermain dengan

anaknya setiap harinya, maka akan terjalin hubungan yang akrab

dengan anaknya, yang sangat untuk perkembangan kepribadian anak

kelak di kemudian hari.

12. Sekali-kali beri kesempatan kepada anak untuk bermain sendiri. Anak

sebaiknya diberikan kesempatan untuk dapat menyenangkan dirinya

Page 18: 3. Bab 2 (8)

28

sendiri. Sekaligus berarti memberikan kesempatan anak

mengembangkan ketrampilan untuk mandiri.

2.4.9 Perkembangan yang distimulasi dengan Bermain

Menurut Soetjiningsih, 2002:

1. Perkembangan fisik/motorik kasar

Menggunakan mainan sepeda roda dua/tiga, bola, mainan yang

ditarik/didorong, tali, dan lain-lain.

2. Motorik Halus

Menggunakan gunting, pensil, bola, balok, lilin, dan lain-lain.

3. Kecerdasan/kognitif

Mengguanakan mainan buku bergambar, buku cerita, puzzle, lego,

boneka, pensil warna, dan lain-lain.

4. Bahasa

Menggunakan mainan buku bergambar, buku cerita, majalah, radio, dan

lain-lain.

5. Menolong diri sendiri

Menggunakan gelas/piring plastik, sendok, baju, sepatu, kaos kaki, dan

lain-lain.

6. Tingkah laku sosial

Menggunakan mainan yang dapat dipakai bersama, misalnya congklak,

kotak pasir, bola, tali, dan lain-lain.

Page 19: 3. Bab 2 (8)

29

2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi Pemilihan

Menurut Notoatmodjo (2003), faktor penentu atau determinan perilaku

manusia sulit untuk dibatasi karena perilaku merupakan rseultansi dari

berbagi faktor baik internal maupun eksternal. Beberapa teori yang telah

dicoba dari analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku manusia.

Lawrence Green menganalisis perilaku dari tingkat kesehatan yang terbentuk

dari 3 faktor yaitu:

1. Faktor predisposisi (presdisposing factor), yang terwujud dalam

pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya

2. Faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan

fisik, tersedianya atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana

kesehatan seperti puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban,

dan sebagainya

3. Faktor pendorong (renforcing factor), yang terwujud dalam sikap dan

perilaku tugas kesehatan, atau petugas yang lain yang merupakan

kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

2.5.1 Jenis Mainan untuk Balita

2.5.1.1 Pengertian Mainan

Mainan adalah sesuatu yang digunakan dalam permainan oleh anak-anak.

(Wikipedia Bahasa Indonesia)

Page 20: 3. Bab 2 (8)

30

2.5.1.2 Jenis Mainan untuk Balita

2.5.1.2.1 Umur 12-24 bulan

Tujuan:

1. Mencari sumber suara/mengikuti sumber suara

2. Memperkenalkan sumber suara

3. Melatih anak melakukan gerakan mendorong atau menarik

4. Melatih imajinasinya

5. Melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari semuanya dalam

bentuk kegiatan yang menarik

Alat permainan yang dianjurkan:

1. Genderang, bola dengan giring-giring di dalamnya

2. Alat permainan yang dapat didoroang dan ditarik

3. Alat permainan yang terdiri dari: alat rumah tangga(misalnya:

cangkir yang tidak mudah pecah, sendok, botol plastik, ember,

waskom, air), balok-balok besar, kardus-kardus besar, buku

bergambar, kertas-kertas untuk dicoret, krayon/pensil berwarna.

2.5.1.2.2 Umur 25-36 bulan

Tujuan:

1. Menyalurkan emosi/perasaan anak

2. Mengembangkan ketrampilan berbahasa

3. Melatih motorik halus dan kasar

Page 21: 3. Bab 2 (8)

31

4. Mengembangkan kecerdasan (memasangkan, menghitung,

mengenal dan membedakan warna)

5. Melatih kerja sama mata dan tangan

6. Melatih daya imajinasi

7. Kemampuan membedakan warna dan benda

Alat permainan yang dianjurkan:

1. Lilin yang dapat dibentuk

2. Alat-alat untuk menggambar

3. Puzzle sederhana

4. Manik-manik ukuran besar

5. Berbagai benda yang mempunyai permukaan dan warna yang

berbeda

6. Bola

2.5.1.2.3 Umur 37-72 bulan

Tujuan:

1. Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan

2. Mengembangkan kemampuan berbahasa

3. Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah,

mengurangi

4. Merangsang daya imajinasi dengan berbagai cara bermain pura-pura

(sandiwara)

5. Membedakan benda dengan perabaan

Page 22: 3. Bab 2 (8)

32

6. Menumbuhakan sportivitas

7. Mengembangkan kepercayaan diri

8. Mengembangkan kreativitas

9. Mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat, lari, dan

lain-lain)

10. Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik halus

dan kasar

11. Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang

diluar rumahnya

12. Memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan

misalnya pengertian mengenai terapung dan tenggelam

13. Memperkenalkan suasana kompetisi, gotong royong.

Alat permainan yang dianjurkan:

1. Berbagai benda dari sekitar rumah, buku bergambar, majalah anak-

anak, alat gambar & tulis, kertas untuk belajar melipat, gunting, air.

2. Teman-teman bermain : anak sebaya, orang tua, orang lain di luar

rumah.

(Soetjiningsih, 2002)

Page 23: 3. Bab 2 (8)

33

2.5.2 Balita

2.5.2.1 Pengertian

Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau

lebih popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun. (Muaris,

2006 dalam http://digilib.unimus.ac.id)

Bawah Lima Tahun atau sering disingkat Balita merupakan salah satu

periode usia manusia setelah bayi sebelum anak awal. Rentang usia balita

dimulai dari dua sampai lima tahun, atau biasa digunakan dalam

perhitungan bulan yaitu usia 24-60 bulan. Peiode usia ini disebut juga

sebagai anak usia prasekolah (Wikipedia Bahasa Indonesia).

2.5.2.2 Ciri Khas Perkembangan Balita

2.5.2.2.1 Perkembangan Fisik

Pertambahan berat badan menurun, terutama diawal balita. Hal ini

terjadi karena balita menggunakan banyak energi untuk bergerak.

2.5.2.2.2 Perkembangan Psikologis

1. Psikomotor

Terjadi perubahan yang cukup drastis dari kemampuan

psikomotor balita yang mulai terampil dalam pergerakannya

(lokomotion). Mulai melatih kemampuan motorik kasar misalnya

berlari, memanjat, melompat, berguling, berjinjit, menggenggam,

Page 24: 3. Bab 2 (8)

34

melempar yang berguna untuk mengelola keseimbangan tubuh

dan mempertahankan rentang atensi.

Pada akhir periode balita kemampuan motorik halus anak juga

mulai terlatih seperti meronce, menulis, menggambar,

menggunakan gerakan pincer yaitu memegang benda dengan

hanya menggunakan jari telunjuk dan ibu jari seperti

memegang alat tulis atau mencubit serta memegang sendok dan

menyuapkan makanan kemulutnya, mengikat tali sepatu.

2. Kognitif

Pada periode usia ini pemahaman terhadap obyek telah lebih ajeg.

Balita memahami bahwa obyek yang diaembunyikan masih tetap

ada, dan akan mengetahui keberadaan obyek tersebut jika proses

penyembunyian terlihat oleh mereka. Akan tetapi jika prose

penghilangan obyek tidak terlihat, balita mengetahui benda

tersebut masih ada, namun tidak mengetahui dengan tepat letak

obyek tersebut. Balita akan mencari pada tempat terakhir ia

melihat obyek tersebut. Oleh karena itu pada

permainan sulap sederhana, balita masih kesulitan untuk membuat

prediksi tempat persembunyian obyek sulap.

Kemampuan bahasa balita bertumbuh dengan pesat. Pada periode

awal balita yaitu usia dua tahun kosa kata rata-rata balita adalah

50 kata, pada usia lima tahun telah menjadi diatas 1000 kosa kata.

Pada usia tiga tahun balita mulai berbicara dengan kalimat

Page 25: 3. Bab 2 (8)

35

sederhana berisi tiga kata dan mulai mempelajari tata bahasa dari

bahasa ibunya, contoh kalimat:

1. Usia 24 bulan: "Haus, minum"

2. Usia 36 bulan:"Aku haus minta minum"

3. Sosial dan Individu

Pada periode usia ini balita mulai belajar berinteraksi dengan

lingkungan sosial diluar keluarga, pada awal masa balita, bermain

bersama berarti bersama-sama berada pada suatu tempat dengan

sebaya, namun tidak bersama-sama dalam satu

permainan interaktif. Pada akhir masa balita, bermain bersama

berarti melakukan kegiatan dengan melibatkan aturan permainan

dan pembagian peran.

Balita mulai memahami dirinya sebagai individu yang

memiliki atribut tertentu seperti nama, jenis kelamin, mulai

merasa berbeda dengan orang lain dilingkungannya. Mekanisme

perkembangan ego yang drastis untuk membedakan dirinya

dengan individu lain ditandai oleh kepemilikan yang tinggi

terhadap barang pribadi maupun orang signifikannya sehingga

pada usia ini balita sulit untuk dapat berbagi dengan orang lain.

Proses pembedaan diri dengan orang lain atau individuasi juga

menyebabkan anak pada usia tiga atau empat tahun memasuki

Page 26: 3. Bab 2 (8)

36

periode negativistik sebagai salah satu bentuk latihan

untuk mandiri.

Tabel 2.2 Ciri Perkembangan Balita

Usia

Perkembangan

Fisik

Motorik KognitifLaki-laki Perempuan

TB(cm) BB(kg) TB(cm) BB(kg)

2–3tahun

87 – 96 12 – 15 86–95 12–15 Sudah pandai berlari, berolahraga, dan dapat meloncat.

Keterampilan tangan mulai membaik, pada usia 3 tahun belajar menggunting kertas, belajar menyanyi, dan membuat coretan sederhana.

4–5tahun

100–120

16–21 100–120

16–22 Dapat berdiri pada satu kaki, mulai dapat menari, melakukan gerakan olah tubuh, keseimbangan tubuh mulai membaik.

Mulai belajar membaca, berhitung, menggambar, mewarnai, dan merangkai kalimat dengan baik.

Sumber : Label Ilmu Pengetahuan Alam dan Manusia

2.6 Kerangka Teori

Page 27: 3. Bab 2 (8)

37

Gambar 2.1 Kerangka Teori

(Modifikasi teori perilaku Lawrence Green dalam Notoatmodjo, 2003)

Faktor Predisposisi- Pengetahuan

- Sikap

- Kepercayaan

- Keyakinan

- Nilai-nilai

- Pendidikan

- Pekerjaan

Faktor Pendukung- Lingkungan fisik

- Ketersediaan fasilitas dan sarana kesehatan

Faktor Pendorong- Sikap dan perilaku

tugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi masyarakat

Perilaku