Download - BAB 1 2 3
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Orang tua tunggal (single parent) adalah fenomena yang makin dianggap
biasa dalam masyarakat modern. Bagi yang terpaksa mengalaminya, entah karena
bercerai atau pasangan hidupnya meninggal. Anak dengan orang tua tunggal
(single parent) adalah seorang anak yang hanya di asuh atau di besarkan dengan
satu orang tua. Perpisahan dengan anggota keluarga baik melalui perceraian
maupun kematian adalah hal yang sulit bagi orang dewasa dan anak, terutama
bagi anak kehilangan orang tua dapat mengakibatkan gangguan prilaku diri dan
prilaku sosial (Macgregor 2002).
Fenomena single parent beberapa dekade ini menjadi marak terjadi di
berbagai negara di seluruh dunia. Pada tahun 2003 di Australia terdapat 14%
keluaraga dari keseluruhan jumlah keluarga masuk dalam ketegori single parent,
di Indonesia tahun 2004 single parent banyak terdapat di Nanggro Aceh
Darussalam (NAD) hingga mencapai 148.000 orang, sedangkan di Jawa timur
tahun 2005 terdapat 19% single parent, pada tahun 2008, fenomena yang terjadi
dan berdasarkan data yang di peroleh di kelas 7 di dapatkan anak yang tinggal
dengan orangtua tunggal di SLTPN II Ngadiluwih sejumlah 40 anak dengan
rincian 18 anak perempuan dan 22 anak laki-laki (Okvina 2008).
-
2
Biro anak nasional menerbitkan hasil survai dari suatu penelitian bahwa
ketidakberuntungan anak dibesarkan dengan single parent lebih disebabkan
karena yang timbul dari orang tuanya, sehingga dapat berpengaruh bagi anak
sendiri. Hasil riset menunjukkan bahwa anak di keluarga yang memiliki oramg
tua tunggal rata-rata cenderung kurang mampu mengerjakan sesuatu dengan baik
dibandingkan anak yang berasal dari keluarga yang utuh. Untuk anak usia
sekolah, biasanya prestasi mereka di sekolah otomatis akan menurun. Menurut
hasil survai peneliti pada 4 anak siswa SLTPN II Ngadiluwih Kediri, mereka
mengatakan akan lebih bahagia bila dapat hidup dengan kedua orang tua mereka,
dan mereka mengaku merasa kurang percaya diri, dan malu dengan teman-teman.
Pada umumnya yang menyebabkan terjadinya orang tua tunggal (single
parent) ada dua diantaranya, yaitu pertama jika pasangan hidup meninggal dunia,
otamatis itu akan menjadikan kita sebagai orang tua tunggal. Yang kedua adalah
yang lebih umum, yakni perceraian. Saat ini lebih banyak orang tua tunggal yang
muncul dari kategori yang kedua ini. Anak yang baru mendapati orang tuanya
tinggal seorang pasti menghadapi gejolak hidup. Pada anak yang memiliki sifat
tegar atau cuek mungkin dampaknya tidak terlalu terlihat, tapi untuk anak yang
sensitif pasti akan terjadi perubahan perilaku, misalnya jadi pemarah pemurung
atau suka menangis diam-diam (Ubaydillah 2007).
Salah satu hal yang harus dilakukan orang tua untuk membantu anak
menghadapi kondisi semacam itu adalah mengajarkan anak untuk menyesuaikan
diri dengan keadaan yang baru, jika orang tua becerai yakinkan anak bahwa
keadaan tersebut bukan kesalahannya, melainkan ketidakcocokan ayah dan ibu,
-
3
bangkitkan rasa percaya dirinya. Jika anak harus menghadapi kematian salah satu
dari orang tuanya maka bisa lebih mudah menjelaskan dengan pendekatan agama.
Memang anak usia sekolah dan remaja bisa lebih mudah menjelaskan keadaan
yang dihadapi. Untuk mendapatkan pengertian dari anak orang tua dapat mencoba
mengubah pola pikir anak. Coba ajak anak untuk mengunjungi panti asuhan,
biarkan anak melihat bahwa masih banyak anak-anak yang kurang beruntung
tidak memiliki ayah dan ibu, sehingga anak berpikir, saat ini masih beruntung
memiliki satu orang tua yang bisa diandalkan. Bagi masyarakat jangan kucilkan
anak tersebut beri motifasi dan semangat untuk masa depannya.
Dari uraian di atas, maka peneliti ingin mengetahui tentang Gambaran
Perilaku anak dengan single parent di SLTPN II Ngadiluwih.
1.2 Rumusan Masalah
Masalah dalam penelitian di rumuskan sebagai berikut:
Bagaimana gambaran perilaku anak dengan single parent di kelas 7 SLTPN
II Ngadiluwih Kabupaten Kediri 2008 ?
1.3 Tujuan Penelitian
Dengan melihat permasalahan maka penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui gambaran perilaku anak dengan single parent di kelas 7 SLTPN II
Ngadiluwih Kabupaten Kediri 2008.
-
4
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Institusi
Memperoleh gambaran dan informasi mengenai perilaku anak dengan
single parent dan dapat digunakan sebagai informasi awal untuk
melaksanakan penelitian selanjutnya.
1.4.2 Bagi SLTPN II Ngadiluwih kediri
Sebagai masukan bagi institusi yang dapat digunakan dasar dalam
melakukan pembinaan.
1.4.3 Bagi Peneliti
Merupakan informasi penting dalam menambah wawasan peneliti
dalam bidang sosial dan kejiwaan terutama mengenai prilaku anak dengan
single parent.
1.4 Batasan Penelitian
Untuk mengarahkan ruang lingkup penelitian maka masalah-masalah
yang di teliti dalam penelitian ini di batasi sebagai berikut:
1.4.1 Penelitian ini di batasi pada anak kelas 7 SLTP
1.4.2 Penelitian ini untuk mengetahui gambaran prilaku anak dengan single
parent di SLTPN II Ngadiluweh Kabupaten Kediri 2008
1.4.3 Anstrumen : Kuesioner
1.4.4 Tehnik Sampling : Accidental Sampling
-
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Perilaku
2.1.1 Pengertian Perilaku
Perilaku adalah sebuah gerakan yang dapat diamati dari luar, seperti
orang berjalan kaki, naik sepeda, mengendarai motor atau mobil (Kartono,
2006).
Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman
serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwuud dalam bentuk
pengetahuan, sikap, dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan
respon / reaksi individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun
dalam dirinya. Respon ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan) maupun aktif (
melakukan tindakan) (Sarwono, 1997)
Perilaku manusia merupakan dorongan dari dalam diri manusia,
sedang dorongan merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan yang ada
dalam diri manusia. Pada dasarnya manusia berperilaku karena dituntut oleh
dororngan dari dalam sedangkan dororngan merupakan suatu usaha untuk
memenuhi kebututuhan yang harus terpuaskan (Purwanto, 1999).
-
6
2.1.2 Faktor-faktor perilaku
Menurut Kartono (2006), faktor-faktor perilaku dibagi menjadi tiga
yaitu :
2.1.2.1 Faktor predisposisi
Fakor ini terwujud dlam pengetahuan sikap, kepercayaan,
keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.
2.1.2.2 Faktor pendukung
Faktor ini terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak
tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan.
2.1.2.3 Faktor pendorong
Faktor ini terwujud dalam sikap dan perilaku petugas
kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari
perilaku masyarakat.
2.1.3 Faktor yang mempengaruhi perilaku manusia
1. Keturunan
Keturunan diartikan sebagai pembawa yang merupakan
karunia Tuhan Maha Esa. Keturunan sering dsebut juga pembawaan,
heredity. Teori tentang keturunan disampaikan oleh Gregor Mendel
yang dikenal dengan hipotesa genetik. Teory tersebut menyatakan
bahwa :
a) Tiap sifat mahluk dikendalikan oleh faktor keturunan.
b) Tiap pasangan merupakan penentu alternatif bagi ketururnannya.
-
7
c) Pada waktu pembentukan sel kelamin, pasangan keturunan
memisah dan menerima pasangan faktor keturunan.
Dalam keturunan terdapat beberapa asas yaitu :
a) Asas reproduksi yaitu kecakapan dari ayah atau ibu tidak dapat
diturunkan kepada anaknya karena kecakapan merupakan
kecakapan tiap individu.
b) Asas variasi yaitu penurunan sifat dari orang tua pada
keturunannya terdapat variasi baik kuantitas maupun kualitas.
c) Asas regresi filial yaitu penurunansifat-sifat orang tua yang
ditururnkan kepada anaknya.
d) Asas jenis menyilang yaitu apa yang diturunkankepada anak
mempunyai sasaran menyilang. Ibu akan menurunkan lebih
banyak sifatnya pada anak laki-laki dan ayah akan menurunkan
lebih banyak sifatnya pada anak perempuan.
e) Asas konfromitas yaitu setiap individu akan menyerupai ciri-
ciri yang diturunkan oleh kelompok rasnya.
2. Lingkungan
a) Lingkungan manusia, yang termasuk dalam lingkungan ini
adalah keluarga, sekolah, dan masyarakat, termasuk didalamnya
kebudayaan, agama, taraf kehidupan dan sebagainya.
b) Lingkungan benda yaitu benda yang terdapat disekitar manusia
yang turut memberi warna pada jiwa manusia yang berada
disekitarnya.
-
8
c) Lingkungan geografis. Latar belakang turut mempengaruhi corak
kehidupan manusia. Masyarakatyang tinggal diderah pantai
mempunyai keahlian, kegemaran dan kebudayaan yang berbeda
dengan manusiayang tinggal didaerah yang gersang (purwanto,
1999).
Menurut Kartono, 2006 adapun ciri-ciri perilaku kontruktif (membangun) dan
perilaku destruktif (merusak) adalah :
Perilaku kontruktif :
1. Suka menolong orang lain
2. Mampu menempatkan diri
3. Tidak mudah marah
4. Tidak mudah tersinggung
5. Suka melakukan kegiatan sosial
6. Ketegasan tanpa arogansi
7. Menghormati orang yang lebih tua
8. Bersikap ramah
9. Terbuka
10. Menghargai orang lain
Perilaku destruktif :
1. Suka menyendiri / menarik diri
2. Murung
3. Merusak diri / melukai orang lain
4. Melakukan percobaan bunuh diri
-
9
5. Suka mengancam orang lain
6. Mementingkan diri sendiri
7. Suka mencela orang lain
8. Minum minuman keras dan obat-obatan terlarang
9. Pilih-pilih dalam berhubungan / berteman
10. Irihati
2.2 Konsep Diri
2.1.1 Pengertian Konsep Diri
Konsep diri didentifikasikan sebagai semua pikiran, keyakinan dan
kepercayaan yang membuat seseorang mengetahui tentang dirinya dan
mempengaruhi hubungan dengan orang lain ( Stuart dan Sundeen, 1998)
Konsep diri adalah citra diri subyektif dari diri dan percampuran yang
komplek dari perasaan, sikap dan presepsi bawah sadar maupun sadar (perry
dan potter 2005)
2.1.2 Komponen Konsep Diri
Menurut Stuart dan Sundeen (1998), konsep diri terdiri atas koponen-
komponen sebagai berikut :
2.1.2.1 Citra Tubuh
Adalah kumpulan diri sikap individu yang disadari dan tidak
disadari terhadap tubuhnya.
-
10
2.1.2.2 Ideal Diri
Adalah persepsi individu tentang bagaimana dia seharusnya
berperilaku berdasarkan standar, aspirasi, tujuan, atau nilai personal
tertentu.
2.1.2.3 Harga Diri
Adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan
menganalisis seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri.
2.1.2.4 Penampilan Peran
Adalah serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh
lingkungan sosial berhubungan denan fungsi individu diberbagai
kelompok sosial.
2.1.2.5 Identitas
Adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari
observasi dan penilaian konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh.
2.1.3 Rentang Respon Kosep Diri
Respon Adaptif Respon Maladaptif
Aktualisasi Konsep Harga Keracunan Depersonalisasi Diri Diri Diri Identitas Positif Rendah Gbr. 2.1.3 Rentang Respon Konsep Diri Diambil dari Gbr. 10-1 Rentang Respon Konsep Diri, (Stuart dan Sundden 1998)
-
11
2.1.4 Proses Kembentukan Konsep Diri
Konsep diri terbentuk melalui proses belajar sejak masa
pertumbuhan seorang manusia dari kecil hingga dewasa.Lingkungan
dan pola asuh orang tua turut memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap konsep diri yang terbentuk.(Jacinta 2002)
2.1.5 Faktor yang mempengaruhi konsep diri
2.1.5.1 Pola asuh orang tua
Sikap yang positif orang tua yang terbaca oleh anak, akan
menumbuhkan konsep dan pemikiran yang positif serta sikap
menghargai diri sendiri. Sikap negatif orang tua akan
mengundang pertanyaan pada anak, dan menimbulkan asumsi
dirinya tidak cukup berharga untuk dikasihi.
2.1.5.2 Kegagalan
Kegagalan yang terus menerus dialami seringkali menimbulkan
termasuk kepada diri sendiri dan berahir dengan kesimpulan
bahwa semua penyebabnya terletak pada kelemahan diri ,
kegagalan membuat orang meras dirinya tidak berguna.
-
12
2.1.5.3 Depresi
Orang yang sedang mengalami depresi akan mempunyai
pemikiran yang cenderung negatif dalam memandang dan
merespon sesuatu, termasuk menilai diri sendiri.Orang yang
depresi akan menjadi super sensitive dan cenderung mudah
tersinggung atau termakan ucapan orang.(Jacinta 2000)
2.3 Konsep Harga Diri
2.3.1 Pengertian Harga Diri
2.3.1.1 Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang
diperoleh dengan menganalisis seberapa baik perilaku seseorang
sesuai dengan ideal diri (Stuart dan Sudeen, 1998).
2.4.1.2 Harga diri yang berangkat dari penerimaan tanpa syarat sbagai
suatu penghormatan individu secara alamiah (Stuart dan
Sundeen, 1987), seperti seorang yang cenderung untuk menerima
kegagalan atau kejadian-kejadian yang mengancam atas sebab-
sebab eksternal di bawah kontrol. Sebaliknya individu yang
memiliki rasa rendah diri, cenderung melakukan kesalahan-
kesalahan yang berangkat dari sebab-sebab internal (Carpenito,
2000 dikutip dari Tenner dan Herzbeger, 1987)
2.5.1.3 Harga diri mengandung arti suatu hasil penilaian individu
terhadap dirinya yang di ungkapkan dalam sikap-sikap yang
dapat bersifat tinggi dan rendah. (perrry dan potter 2005)
-
13
Bagaimana seseorang menilai tentang dirinya akan
mempengaruhi prilaku kehidupan sehari-hari.
Menurut perry dan potter 2005 adapun cirri-ciri harga diri tinggi
dan harga diri rendah adalah:
Harga diri tinggi:
1. Membangkitkan rasa percaya diri
2. Penghargaan diri
3. Rasa yakin akan kemampuan diri
4. Rasa berguna
5. Rasa bahwa kehadirannya diperlukan di dunia ini
6. Suka melakukan kegiatan sosial
7. Mampu menyesuaikan diri dengan masyarakat
8. Menerima kritikan dari orang lain
9. Mampu menerima kenyataan yakin akan kemampuan
tinggi
Harga diri rendah:
1. Ekpresi malu atau rasa bersalah
2. Pengungkapan diri negative
3. Ketidakmampuan untuk menentukan tujuan
4. Ragu-ragu
5. Merasa hidup tak bahagia
6. Takut menghadapi respon dari orang lain
7. Mengkritik diri sendiri
-
14
8. Menarik diri
9. Mudah tersinggung
10. Tidak dapat menerima perubahan yang terjadi
2.3.2 Cara meningkatkan harga diri :
1. Memberikan kesempatan berhasil
Beri tugas yang kemungkinan dapat diselesaikan,
kemudian beri pengakuan dan pujian akan keberhasilannya,
jangan memberi tugas yangsudah di ketahui tidak akan dapat
diselesaikan.
2. Menanamkan gagasan
Berikan gagasan yang dapat memotifasi kreatifitas anak
untuk berkembang.
3. Memandang aspirasi
Pertanyaan dan pendapat perlu di tanggapi dengan
memberi penjelasan yang sesuai. Berikan pengakuan dan
sokongan untuk aspirasi yang yang positif sehingga anak
memandang dirinya di terima dan bermakna.
4. Membantu membentuk koping
Pada tiap tahap perkembangan individu mempunyai
tugas perkembangan yang harus di selesaikan. Individu perlu
mengembangkan koping untuk menghadapi kemungkinan yang
terjadi dalam penyelesaian tugas. (Keliat 1998)
-
15
2.3.3 Faktor Predisposisi
Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua,
harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang kali, kurang
mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, dan
ideal diri yang realistic (Stuart dan Sundeen, 1998)
2.4 Konsep Anak
2.4.1 Pengertian Anak
Anak adalah seseorang yang berusia 0-12 tahun dan belum menikah
(UURI no.4 Tahun 1997). Menurut UUPA pasal 1.1, anak setiap orang yang
berusia dibawah 18 tahun (maria, 2003). Sedangkan menurut Saikhul hadi (2004),
anak adalah komponen masyarakat yang harus dibina dengan sungguh-sungguh.
2.4.2 Tahap-tahap perkembangan anak (Potter & Pery,2005)
1. Masa Pranatal (Mulai dari hasil konsepsi janin sampai lahir)
2. Masa bayi (usia 0-12 bulan)
3. Neonatal (usia 6-28 hari)
4. Pasca Neonatal (usia 29 hari- 12 bulan)
5. Masa Toddler (usia 1-3 tahun)
6. Masa Prasekolah (usia 4-6 tahun)
7. Masa sekolah (usia 6-20 tahun)
Periode perkembangan dimana terdapat kematangan yang stabil pada
perkembangan fisik, mental, dan perkembangan sosial dengan menekankanpada
perkembangan kopentensi keterampilan.
-
16
Perkembangan anak menurut ahli teori pertahapan (Potter & Pery, 2005)
1. Teori Psikoseksual Freud
a. Latensi (6 tahun- pubertas)
b. Anak mungkin terikat dalam aktvitas erogenus dengan teman
sebaya yang sama jenis kelaminnya.
c. Genital (pubertas-dewasa 12-2 tahun)
Genetalia menjadi pusat dari tekanan dan kesenangan seksual.
2. Teori Psikososial Ericson
Industri vs Inferior (6-12 tahun)
Melakukan dan memproduksi sesuatu, anak mendapatkan
pengenalan melalui demonstrasi keterampilan dan produksi benda-benda
serta pengembangan harga diri melalui pencapaian.
3. Teori Perkembangan Kognitif Piaget
a. Kongkret Operasional (7-11 tahun)
Kemampuan untuk memhami aturan dari percakapan
menghasilkan pola pemikiran yang logis dan mental operasional.
b. Formal Operasonal ( 11-15 tahun)
Berkembang kemampuan untuk berfikir perilaku yang
abstrak dan muncul pemikiran yang ilmiah.
-
17
4. Teori Perkembangan Moral Kohlberg
a. Orentasi Egoistik secara sederhana ( 6-9 tahun)
Anak menyesuaikan minat diri sendiri dengan aturan
b. Moralitas Konvensional (9-13 tahun)
Usaha dilakukan untuk menyenangkan orang lain. Kontrol
di dapat dari dalam dirinya.
2.5 Konsep Anak Single Parent
Dampak psikologi terhadap anak yang baru saja di tinggal salah satu orang
tuanya sebaiknya tidak dianggap enteng. Pasalnya anak yang belum siap
menghargai rasa kehilangan akan terpukul dan kemungkinan besar mengalami
perubahan tingkah laku seperti :
1. Kehilangan kontrol diri Tidak lagi mampu berpikir sehat
2. Memakai obat-obat berbahaya sebagai pelampiasan rasa kecewanya
3. Suka mengamuk, menjadi kasar dan tindakan agresif lainnya
4. Menjadi pendiam, tidak lagi ceria, tidak suka bergaul
5. Sulit konsentrasi tidak berminat pada tugas sekolah sehigga prestasi di
sekolah cenderung menurun
Menurut Jacinta 2002, cara pencegahannya adalah:
1. Ubah pola berpikirnya
Setiap orang berusaha memahami dan memperoleh arti dari dunianya.
Anak memerlukan kerangka rujukan untuk mengevaluasi situasi baru
yang mengarahkan tindakan yang sesuai.Ketika salah satu orang tuanya
-
18
tidak ada, maka kerangka rujukannya berubah menjadi informasi dari
hanya satu orang tua.
Untuk itu orang tua harus secepatnya memberi arti yang alami.Informasi
tentang orang tua tunggal di berikan sebelum si anak menarik
kesimpulan tentang orang tua tunggal.misalnya, mengajak dia
menjenguk panti asuhan, Memberi bantuan kepada anak-anak
terlantar.Saat anak melihat kenyataan bahwa masih banyak anak tidak
memiliki orang tua, Berikan informasi kepadanya bahwa dia memiliki
orang tua.
2. Bangkitkan rasa percaya diri
Anak yang kehilangan salah orang tuanya merasa tidak nyaman dan
tidak aman. Anak ingin memenuhi kebutuhan biologisnya,
inginmemperoleh masa depan gemilang bersama orang tuanya. Ketika
dia hanya mempunyai satu orang tua, maka dia menghadapi persoalan
masa depan dengan satu orang tua, anjurkan anak untuk berkomunikasi
dengan orang lain. Misalnya, menganjurkan dia bergaul, masuk kedalam
kelompok atau organisasi yang bertujuan positif, dengan bergaul
bersama orang lain si anak akan merasa nyaman dan aman, juga lebih
percaya diri menghadapi persoalan kehidupan.
3. Menjaga komunikasi dengannya
Anak sagat membutuhkan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Kasih
sayang yang tidak terpenuhi akan menimbulkan perilaku anak yang
kurang baik. Maka orang tua perlu berkomunikasi dengan anak, agar dia
-
19
tidak merasa kesepian. Orang tua mendengarkan cerita anak, sebaliknya
orang tua juga menceritakan apa yang sedang di alami.Jadikan anak
sebagai sabat, agar masing-masing pihak salig mengerti dan memahami
situasi yang dialami.
4. Tuntunlah dia dengan agama
Anak yang baru mendapati orang tua tunggal pastu menghadapi gejolak
hidup. Anak membutuhkan nilai-nilai untuk menuntunnya dalam
mengambil keputusan atau memberi makna dalam kehidupannya.
Jadikan agama sebagai nilai-nilai untuk menuntun hidupnya. Misal,
mengajak anak berdoa bersama kepada Tuhan dalam menghadapi
cobaan hidup. Melihat orang tua pasrah dan berdoa, anak akan meniru
apa yang diperbuat orang tuanya bila kehilangan orang yang di cintai.
Hal hal yang dirasakan ketika kehilangan salah satu orang tuanya adalah :
1. Tidak aman ( insecurity )
2. Tidak ingin ditolak oleh orang tuanya yang pergi
3. Sedih dan kesepian
4. Marah
5. Kehilangan
6. Merasa bersalah, menyalahkan diri sendiri sebagai penyebab orang tua
bercerai.
-
20
Beberapa indikator bahwa anak telah beradaptasi adalah :
1. Menyadari dan mengerti bahwa orang tuanya sudah tidak lagi bersama
2. Tidak lagi berfantasi akan persatuan kedua orang tua
3. Dapat menerima rasa kehilangan
4. Tidak marah pada orang tua dan tidak menyalahkan diri sendiri
5. Menjadi dirinya sendiri lagi.
-
21
2.6 Kerangka Konseptual
1. Perceraian 2. Salah satu orang
tuanya meninggal
1. Informasi 2. Pergaulan 3. Pola Asuh
Lingkungan
1. Usia 2. Pendidikan 3. Gaya Hiup
Individu
1. Body Image 2. Penampilan peran 3. Indentitas 4. Ideal diri
Konsep Diri
5. Harga diri
Harga diri Rendah
Perilaku Kontruktif
Koping Koping
Perilaku Destruktif
Harga diri Tinggi
Gambar 2.6 Kerangka Konseptual Gambaran Perilaku Anak Dengan single parent di SLTPN II Ngadiluwih Kediri
Anak dengan Single Parent
-
22
Keterangan : : Diteliti : Tidak diteliti
Penjelasan : Perceraian dan meninggal dunia merupakan hal yang menyebabkan anak kehilangan orang tua . Sehingga anak hidup dan dibesarkan oleh salah satu orang tua. Diasuh oleh single parent merupakan hal berat bagi anak karna akan mendapatkan kasih sayang dan didikan yang kurang seimbang. Harga diri anak dengan single parent dipengaruhi koping individu, dimana koping sangat ditentukan oleh pengaruh
lingkungan, pengaruh individu, dan pola asuh orang tua. Anak dengan harga diri rendah akan mempunyai koping negatif sehingga anak
cenderung berprilaku destruktif, anak dengan harga diri tinggi akan mempunyai koping positif sehingga anak potensi untuk berprilaku kontruktif.
-
23
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian diskriptif yaitu sesuatu metode
penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambar atau
diskriptif tentang sesuatu keadaan secara objektif ( Notoadmojo, 2005). Penelitian
ini dilakukan dengan menempuh langkah-langkah pengumpulan data, klasifikasi,
pengolahan atau analisa data, membuat kesimpulan dan laporan.
3.2 Waktu dan Tempat penelitian
3.2.1 Waktu penelitian
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 14 Agustus 2008
3.2.2 Tempat penelitian
Lokasi penelitian di SLTP II Ngadiluwih kota kediri
-
24
3.3 Kerangka Kerja
SAMPEL
Siswa siswi kelas 7 SLTP yang orang tuanya single parent sejumlah 36 anak
PENGUMPULAN DATA
Siswa-siswi yang bersedia menjadi responden di beri kuasioner untuk di isi dan setelah selesai di serahkan kembali pada peneliti
ANALISIS DATA
Setelah data terkumpul kemudian ditabulasikan di kelompokkan sesusi dengan variabel yang diteliti.
PENYAJIAN DATA
KESIMPULAN
TEHNIK SAMPLING
Accidental Sampling
POPULASI
Siswa-Siswi di SLTPN II Ngadiluwih sejumlah 40 Siswa
Gambar 3.1 Kerangka Kerja Gambaran Perilaku Anak Dengan Single Parent di Kelas 7 SLTPN II Ngadiluwih Kediri
-
25
3.4 Sampling Desain
3.4.1 Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2002:).
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi di SLTP Ngadiluwih
Kediri sejumlah 40 anak.
3.4.2 Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yng diteliti (Arikunto,
2002).
Cara menghitung besar sampel adalah n = 2)(1 dNN
+
Keterangan : N : Jumlah populasi n : Jumlah Sampel
d : Tingkat Siknifikansi (p)
n = 2)(1 dNN
+= 36
1.140
)0025.0(40140
==
+
Sampel dalam penelitian ini adalah siswa-siswi di SLTP II Ngadiluwih
Kediri sejumlah 36 anak.
2.4.2.1 Siswa-siswi kelas 7 di SLTP II Ngadiluwih Kediri
2.4.2.2 Siswa-siswi kelas 7 SLTP yang tinggal dengan orang tunggal
2.4.2.3 Siswa- siswi yang bersedia menjadi responden
3.4.3 Teknik Sampling
Sampling adalah proses penyeleksi porsi dari populasiuntuk dapat
mewakili populasi ( Nursalam, 2003:).
-
26
Dalam penelitian ini, teknik sampling yang di gunakan adalah teknik
Accidental sampling adalah pengambilan sampel secara aksidental
(accidental) ini dilakukan dengan cara mengambil kasus atau responden
yang kebetulan ada atau tersedia (Notoatmodjo, 2005).
3.5 Identifikasi Penelitian
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran
yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep
pengertian tertentu, misalnya: umur, jenis kelamin, pendidikan, status
perkawinan, pekerjaan, pengetahuan, pendapatan, penyakit dan sebagainya
(Notoadmojo, 2002). Variabel dalam penelitian ini adalah konsep diri :
harga diri.
3.6 Defenisi Operasional
Defenisi operasional adalah mendefisinikan variabel secara
operasional berdasarkan karatistik yang diamati, memungkinkan peneliti
untuk melekukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu
objek fenomena (Alimun, 2003).
-
27
Kerangka 3.6 Definisi Operasional Gambaran Perilaku Anak dengan Single Parent
Variabel Definisi Operasional
Parameter Alat
ukur Skala Skor
Kosep
diri:
Harga diri
pada anak
dengan
single
perent
Harga diri
adalah
panilaian
pribadi
terhadap
hasil yang
dicapai
dengan
menganalisa
seberapa
jauh
perilaku
memenuhi
ideal diri.
Perilaku Kontruktif :
1. Suka menolong
2. Mampu
menempatkan diri
3. Tidak mudah marah
4. Tidak mudah
tersinggung
5. Suka melakukan
kegiatan sosial
6. Ketegasan tanpa
arogansi
7. Menghormati orang
yang lebih tua
8. Bersikap ramah
9. Terbuka
10. Menghargai
orang lain
Perilaku Destruktif :
1. Suka menyendiri
No. 1
No. 2
No. 3
No. 4
No. 5
No. 6
No. 7
No. 8
No.9
No. 10
No. 11
Ordinal Jawaban
- Ya : skor 1
- Tidak:skor 0
Dari jumlah
yang di dapat
dikatagorikan
dengan
penilaian :
%50 (0-10):
Perilaku
Kontruktif
%50 (11-
20): Perilaku
Destruktif
-
28
(menarik diri)
2. Murung
3. Merusak diri /
melukai orang lain
4. Melakukan
percobaan bunuh
diri
5. Suka mengancam
orang lain
6. Mementingkan diri
sendiri
7. Suka mencela orang
lain
8. Minum miniman
keras dan obat
obatan terlarang
9. Pilih-pilih dalan
berteman
10. Irihati
No. 12
No. 13
No. 14
No. 15
No. 16
No. 17
No. 18
No. 19
No. 20
-
29
3.7 Pengumpulan Data dan Analisis Data
3.7.1 lnstrument Penelitian
Instrument yang digunakan daiam penelitian menggunakan kuesioner
dengan metode closed-ended (Dichotomy question). Pengertian koesioner
adalah jenis pengukuran daiam mengumpulkan data secara format kepada
subyek untuk menjawab pertanyaan secara tertulis (Nursalam, 2003).
3.7.2 Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan kegiatan penelitian untuk melakukan
pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian (Aziz, 2006).
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode
kuesioner dengan cara beberapa saat pertanyaan yang menyangkut konsep
diri pada anak dengan single parent.
3.7.3 Analisis Data
Untuk menjawab respanden atas pertanyaan pada kuesioner setelah
terkumpul kemudian ditabulasi dan dikelompokkan sesuai dengan sub
variabel yang diteliti.
Adapun kategori penilaian berdasarkan pertanyaan:
a. Untuk jawaban ya nilai 1
b. Untuk jawaban tidak nilai 0
-
30
Selanjutnya dari jumlah nilai yang di dapat diklarifikasikan dengan
penilaian :
Jika : %50 (0-10) : Perilaku Kontruktif
%50 (11-20) : Perilaku Destruktif
3.7 Etika Penelitian
Masalah etika dalam penelitian menggunakan subyek manusia menjadi
isu sentral yang berkembang saat ini. Pada penelitian ilmu keperawatan
hampir 50% subyek yang digunakan adalah manusia, maka peneliti harus
memahami prinsip-prinsip etika penelitian (Nursalam, 2003).
Secara umum prinsip-prinsip etika dalam penelitian dibedakan
menjadi 3 bagian:
3.8.1 Informed Concert
Responden yang memenuhi syarat akan diberi penjelasan tentang
tujuan penelitian jika responden bersedia untuk diteliti maka responden
harus menandatangani lembar persetujuan.
3.8.2 Anonymity (Tanpa Nama)
Untuk menjaga kerahasiaan, maka peneliti tidak akan
mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data.
3.8.3 Confidentiality (Kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari responden di
jamin kerahasiaannya.
-
31
3.9 Keterbatasan
Keterbatasan merupakan bagian riset keperawatan yang menjelaskan
keterbatasan dalam penulisan riset. (Alimul Aziz, 2003).
3.9.1Instrumen Atau Alat Ukur
Pengumpulan data dengan questioner memungkinkan responden
menjawab pertanyaan tidak jujur atau asal jawab.
3.9.2 Waktu
Waktu penelitian yang diberikan sangat terbatas sehingga hasil
yang diperoleh kurang memuaskan atau kurang sempurna. Dalam hal ini
peneliti masih pemula dalam melakukan penelitian sehingga hasil
penelitian yang diperoleh masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna.
3.9.3 Sampel
Sampel yang digunakan terbatas, hanya pada anak dengan single
parent kelas 7 di SLTPN II Ngadiluwih Kediri.