3. bab 2 methodologi

53
PR-19 : PERENCANAAN TEKNIS FULL DISAIN RUAS JALAN BUJUNG TENUK – SIMPANG PEMATANG LAPORAN PENDAHULUAN - II - 1 - PT SARANA MULTI DAYA PT BINA BUANA RAYA BAB II METODOLOGI 2.1. Pendekatan Masalah Secara umum pekerjaan perencanaan teknik lengkap (full design) Ruas Jalan Bujung Tenuk – Simpang Pematang akan dilaksanakan berdasarkan prosedur teknis perencanaan suatu jalan yang lazim dilakukan. Memperhatikan eksisting jalan Ruas Jalan Bujung Tenuk – Simpang Pematang pada saat ini, maka kegiatan pekerjaan perencanaan yang akan dilakukan meliputi : 1. Pengumpulan data sekunder 2. Koordinasi dengan instansi terkait 3. Survai dan penyelidikan lapangan 4. Pengolahan data survai 5. Penggambaran 6. Penyusunan Dokumen Pelelangan 2.2. Metodologi Pelaksanaan Untuk melaksanakan pekerjaan perencanaan teknis ini, Konsultan akan membagi proses perencanaan menjadi 2 (dua) tahap, yaitu : 1. Tahap Pertama : Melakukan survey pendahuluan atau kunjungan lapangan untuk memahami kondisi lapangan yang sesungguhnya dengan maksud agar tercapai perencanaan yang baik

Upload: raja-cf

Post on 26-Sep-2015

96 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

Bab ini merupakan tahapan pelaksanaan pekerjaan jalan dan jembatan

TRANSCRIPT

  • PR-19 : PERENCANAAN TEKNIS FULL DISAIN RUAS JALAN BUJUNG TENUK SIMPANG PEMATANG

    LAPORAN PENDAHULUAN - II - 1 - PT SARANA MULTI DAYA PT BINA BUANA RAYA

    BAB II

    METODOLOGI

    2.1. Pendekatan Masalah Secara umum pekerjaan perencanaan teknik lengkap (full design) Ruas

    Jalan Bujung Tenuk Simpang Pematang akan dilaksanakan berdasarkan

    prosedur teknis perencanaan suatu jalan yang lazim dilakukan.

    Memperhatikan eksisting jalan Ruas Jalan Bujung Tenuk Simpang

    Pematang pada saat ini, maka kegiatan pekerjaan perencanaan yang akan

    dilakukan meliputi :

    1. Pengumpulan data sekunder

    2. Koordinasi dengan instansi terkait

    3. Survai dan penyelidikan lapangan

    4. Pengolahan data survai

    5. Penggambaran

    6. Penyusunan Dokumen Pelelangan

    2.2. Metodologi Pelaksanaan

    Untuk melaksanakan pekerjaan perencanaan teknis ini, Konsultan akan

    membagi proses perencanaan menjadi 2 (dua) tahap, yaitu :

    1. Tahap Pertama : Melakukan survey pendahuluan atau kunjungan

    lapangan untuk memahami kondisi lapangan yang

    sesungguhnya dengan maksud agar tercapai

    perencanaan yang baik

  • PR-19 : PERENCANAAN TEKNIS FULL DISAIN RUAS JALAN BUJUNG TENUK SIMPANG PEMATANG

    LAPORAN PENDAHULUAN - II - 2 - PT SARANA MULTI DAYA PT BINA BUANA RAYA

    Kegiatan Tahap Pertama merupakan kegiatan dasar yang terdiri atas

    kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

    1. Persiapan dan Mobilisasi,

    2. Koordinasi Dengan Instansi Terkait,

    3. Kajian Data Sekunder

    4. Survai Pendahuluan,

    5. Survai Lapangan

    2. Tahap Kedua : Melakukan perencanaan teknis terinci meliputi

    struktur perkerasan badan dan bahu jalan, drainase,

    rambu, marka jalan, bangunan pelengkap, perkiraan

    volume/ kuantitas pekerjaan dan biaya serta

    dokumen kontrak

    Kegiatan pada Tahap Kedua lebih menjurus kepada pekerjaan

    perencanaan/design dan persiapan dokumen terdiri atas kegiatan-

    kegiatan sebagai berikut :

    1. Perencanaan geometri jalan yang berbasis pada existing jalan

    dengan penyesuaian terhadap kondisi lapangan

    2. Perencanaan sistim drainase

    3. Perencanaan perkerasan jalan berdasar pada perkiraan volume lalu

    lintas pada kondisi yang direncanakan

    4. Perencanaan marka dan kelengkapan jalan lainnya.

    5. Gambar Rencana / Desain.

    6. Estimasi kuantitas / volume pekerjaan dan biaya konstruksi.

    7. Penyiapan Laporan Final.

    8. Penyiapan dokumen kontrak.

    Sesuai ketentuan didalam kerangka acuan kerja tentang tahapan dan aktifitas

    utama pekerjaan, kegiatan-kegiatan pada tahap pertama dan tahap kedua

    tersebut diatas diuraikan sebagai berikut :

  • PR-19 : PERENCANAAN TEKNIS FULL DISAIN RUAS JALAN BUJUNG TENUK SIMPANG PEMATANG

    LAPORAN PENDAHULUAN - II - 3 - PT SARANA MULTI DAYA PT BINA BUANA RAYA

    2.2.1. Uraian Pelaksanaan Tahap Pertama

    2.2.1.1. Persiapan dan Mobilisasi

    1. Persiapan

    Pada tahap ini konsultan menyiapkan personil inti dan personil

    pendukung, peralatan untuk pengujian jalan, alat ukur dan formulir

    standar untuk menunjang pelaksanaan survai. Alat-alat ukur dan

    peralatan pengujian jalan sudah dikalibrasi dan dalam keadaan siap

    untuk dipergunakan. Pelaksanaan pekerjaan dikoordinasi oleh Team

    Leader dibantu oleh anggota tim.

    2. Rencana Kerja Terinci

    Konsultan akan menyiapkan semua tahapan kegiatan yang akan

    dilaksanakan. Rencana kerja ini akan digunakan sebagai acuan untuk

    memantau kemajuan pekerjaan. Rencana Kerja Terinci harus

    mendapat persetujuan dari Pemberi Tugas. Rencana Kerja Terinci

    memuat uraian tentang :

    Aktivitas kegiatan dan waktu yang dibutuhkan

    Tahapan-tahapan kegiatan yang akan dilaksanakan

    Alokasi waktu untuk melakukan koordinasi dengan instansi terkait

    yang berhubungan dengan pekerjaan.

    Personil yang bertanggung jawab terhadap setiap kegiatan.

    Penyajian dalam bentuk Bar Chart

    3. Mobilisasi

    Mobilisasi personil konsultan dilaksanan setelah SPMK diterbitkan

    pada tanggal 26 September 2007 oleh Kepala SNVT Perencanaan

    dan Pengawasan Jalan dan Jembatan Provinsi Lampung.

    Mobilisasi personil tidak dilaksanakan sekaligus, tetapi secara

    bertahap sesuai dengan kebutuhan lapangan, untuk lebih jelasnya

    dapat diperiksa pada Gambar 2.1

  • PR-19 : PERENCANAAN TEKNIS FULL DISAIN RUAS JALAN BUJUNG TENUK SIMPANG PEMATANG

    LAPORAN PENDAHULUAN - II - 4 - PT SARANA MULTI DAYA PT BINA BUANA RAYA

    2.2.1.2. Koordinasi Dengan Instansi Terkait

    Mengingat dalam struktur organisasi Departemen Pekerjaan Umum

    terdiri antara instansi perencanaan dan pelaksanaan maka koordinasi

    dengan antar instansi akan sangat mudah dilakukan.

    Kegiatan koordinasi dan konsultansi antar instansi ini telah diatur dalam

    kerangka acuan kerja, yang bertujuan menyamakan misi dan visi antara

    instansi perencanaan dan pelaksanaan.

    Dalam kegiatan ini termasuk mengumpulkan informasi harga

    satuan/upah yang berlaku disekitar lokasi proyek terutama pada proyek

    yang sedang berjalan.

    2.2.1.3. Kajian Data Sekunder

    Tim Konsultan akan melakukan kajian terhadap data sekunder meliputi :

    Laporan-laporan yang berkaitan dengan wilayah yang dipengaruhi

    atau mempengaruhi ruas jalan yang direncanakan.

    Data dan jaringan jalan disekitar Ruas Jalan Bujung Tenuk

    Simpang Pematang

    Data-data teknis yang tersedia seperti titik-titik kontrol horizontal

    maupun vertikal yang ada sebagai referensi pekerjaan pengukuran.

    Data lalu lintas yang tersedia dan prediksi pertumbuhan lalu lintas

    Data fasilitas umum yang mungkin terkena kegiatan konstruksi.

    Data harga satuan pekerjaan didaerah pekerjaan, disekitar daerah

    pekerjaan yang dirinci menurut harga dasar material, upah dan

    peralatan.

    Data iklim, curah hujan, dan sistim drainase eksisting.

    Data sekunder ini sangat penting artinya bagi konsultan untuk

    mengetahui secara detail tentang kondisi existing jalan beserta bangunan

    pelengkapnya.

  • PR-19 : PERENCANAAN TEKNIS FULL DISAIN RUAS JALAN BUJUNG TENUK SIMPANG PEMATANG

    LAPORAN PENDAHULUAN - II - 5 - PT SARANA MULTI DAYA PT BINA BUANA RAYA

    2.2.1.4. Survai Pendahuluan

    Survai pendahuluan ini harus dilakukan agar konsultan benar-benar

    dapat memahami kondisi lapangan. Pelaksanaan survai pendahuluan ini

    dilakukan oleh personil inti yaitu Team Leader beserta beberapa tenaga

    ahli.

    Team Leader akan memberikan penjelasan dan arahan kepada tim

    tenaga ahli dalam rangka persiapan survai, agar pekerjaan survai

    membuahkan hasil yang akurat dan optimal untuk perencanaan. Untuk

    menunjang kegiatan survai, Tim Konsultan harus telah melakukan

    pengumpulan dan melakukan kajian terhadap data sekunder dari instansi

    terkait.

    Cakupan kegiatan Survai Pendahuluan yang akan dilaksanakan oleh

    Tim Konsultan adalah :

    1. Mengumpulkan informasi menyangkut ruas jalan dan bangunan

    struktur yang ada, termasuk data sekunder dari berbagai sumber

    yang relevan sebagai rujukan untuk survai detail berikutnya.

    2. Pencatatan kondisi perkerasan secara umum dan prakiraan penyebab

    kerusakan yang telah dan mungkin terjadi.

    3. Perkiraan secara umum tentang penanganan yang diperlukan, baik

    pada perkerasan maupun pada pekerjaan-pekerjaan lainnya diluar

    perkerasan, seperti : bahu jalan, drainase, stabilisasi lereng galian/

    timbunan, perbaikan geometri jalan/jembatan, bangunan struktur

    lainnya dan peningkatan keselamatan jalan.

    4. Identifikasi lebar ruang milik jalan, dan perkiraan keperluan

    pembebasan lahan atau studi lingkungan (Amdal, UKL/UPL)

    Konsultan akan membuat Laporan Pendahuluan berisi tentang

    identifikasi awal, data sekunder dan hasil kajian data sekunder, hasil

    survai lapangan, analisa temuan dan rekomendasi atas hasil kajian.

  • PR-19 : PERENCANAAN TEKNIS FULL DISAIN RUAS JALAN BUJUNG TENUK SIMPANG PEMATANG

    LAPORAN PENDAHULUAN - II - 6 - PT SARANA MULTI DAYA PT BINA BUANA RAYA

    2.2.1.5. Survai Lapangan

    2.2.1.5.1. Inventarisasi Jalan dan Jembatan

    1. Inventarisasi Jalan, meliputi :

    (1) Mencatat kondisi rata-rata perkerasan tiap 200 m dengan

    menggunakan kendaraan

    (2) Mencatat kondisi lainnya di dalam ruang manfaat jalan dan

    ruang milik jalan mencakup : bangunan-bangunan pelengkap,

    utilitas, pagar, dinding penahan tanah, dan lainnya yang

    memerlukan perhatian pada saat pelaksanaan konstruksi.

    (3) Mengambil foto eksisting dalam rumaja atau rumija setiap jarak

    paling jauh 200 m, jarak tersebut harus diperpendek jika

    ditemui perubahan kondisi yang signifikan.

    2. Inventarisasi Jembatan

    (1) Mencatat : nama, lokasi, tipe dan kondisi umum jembatan

    (2) Dimensi : bentang, lebar, ruang bebas, jenis lantai

    (3) Bangunan bawah : tipe dan kondisi

    (4) Kondisi aliran saungai

    (5) Penanganan atau perbaikan yang diperlukan termasuk

    perkiraan kuantitas pekerjaannya.

    2.2.1.5.2. Survai Topografi

    Survai topografi dilakukan sepanjang trace rencana termasuk

    persimpangan atau perpotongan yang ada.

    Survai ini meliputi pekerjaan-pekerjaan sebagai berikut :

    1. Pemasangan patok-patok

    Patok-patok BM harus dibuat dari beton ukuran 10x10x75 cm

    atau pipa pralon ukuran 4 yang diisi dengan adukan beton dan

    diatasnya dipasang neut dari baut.

    Dipasang pada lokasi yang aman, kokoh dan mudah dicari

  • PR-19 : PERENCANAAN TEKNIS FULL DISAIN RUAS JALAN BUJUNG TENUK SIMPANG PEMATANG

    LAPORAN PENDAHULUAN - II - 7 - PT SARANA MULTI DAYA PT BINA BUANA RAYA

    Patok BM dicat warna kuning, diberi lambang PU dan nomor BM

    dengan warna hitam.

    2. Pengukuran Titik Kontrol Horizontal

    Pengukuran ini berupa rangkaian poligon dan semua titik ikat

    (BM) harus dijadikan sebagai titik poligon.

    Sisi poligon atau jarak antar titik poligon maksimum 100 m, diukur

    dengan alat ukur optis maupun elektronis.

    Pengukuran sudut dilakukan dengan alat ukur sudut satu detik

    (1), yaitu theodolit jenis T2 atau yang setingkat.

    Pengukuran poligon ini harus diikatkan pada titik tetap yang

    sudah diketahui koordinatnya.

    Pengukuran poligon yang dikerjakan harus memenuhi syarat

    ketelitian pengukuran poligon orde ke II yaitu :

    i. Kesalahan sudut 10 detik untuk sejumlah titik poligon, atau 8

    detik tiap-tiap poligon.

    ii. Kesalahan azimuth pengontrol tidak lebih dari 5 detik.

    iii. Pada setiap jarak 5-6 Km poligon utama harus dilakukan

    azimuth pengontrol dengan pengamatan azimuth matahari.

    iv. Kesalahan penutup jarak setelah azimuth dikoreksi tidak lebih

    1/10.000 dari jarak yang diukur.

    3. Pengukuran Titik-titik Kontrol Vertikal

    Pengukuran beda tinggi harus dilakukan dengan cara 2 kali

    berdiri pergi-pulang.

    Pengukuran sifat datar harus mencakup semua titik pengukuran

    (poligon, sifat datar dan potongan melintang) dan titik BM

    Referensi ketinggian harus menggunakan Bench Mark yang

    sudah ada.

    Kesalahan menengah dari sipat datar yang diperoleh tidak boleh

    lebih besar dari 5-10 D mm (D = Jarak dalam Km).

  • PR-19 : PERENCANAAN TEKNIS FULL DISAIN RUAS JALAN BUJUNG TENUK SIMPANG PEMATANG

    LAPORAN PENDAHULUAN - II - 8 - PT SARANA MULTI DAYA PT BINA BUANA RAYA

    4. Pengukuran Situasi

    Pengukuran situasi dilakukan dengan sistim tachimetri, mencakup

    semua obyek yang dibentuk oleh alam maupun manusia yang

    ada disepanjang jalur pengukuran

    Untuk pengukuran situasi digunakan alat ukur theodolit

    5. Pengukuran Profil Melintang

    Pengukuran profil melintang diambil setiap jarak 50 meter pada

    bagian jalan yang lurus dan landai dan setiap jarak 25 meter

    untuk daerah-daerah tikungan. Lebar pengukuran akan meliputi

    sekurang-kurangnya sama dengan ROW rencana dan lebar

    pengukuran akan ditambah pada lokasi-lokasi tertentu yang

    dianggap kritis.

    Khusus untuk daerah sungai, tempat persilangan jalan, dibuat

    juga penampang melintang sungai yang sejajar dengan sumbu

    lintasan jalan, untuk setiap jarak 50 meter, serta dibuat selebar

    daerah pemetaan situasi. Semua keterangan yang penting akan

    dicantumkan dalam gambar.

    Titik-titik yang juga perlu diperhatikan adalah tepi perkerasan,

    dasar dan permukaan selokan, dasar dan permukaan gorong-

    gorong, tepi bahu jalan, lantai kendaraan, tebing sungai, dan lain-

    lain.

    Peralatan yang dipergunakan untuk pengukuran penampang

    melintang ini adalah alat ukur sudut satu detik (1, T2 atau yang

    sederajat).

    2.2.1.5.3. Survai Lalu Lintas

    Berdasarkan data lalu lintas yang ada (sekunder) LHR pada Ruas Jalan

    Bujung Tenuk Simpang Pematang adalah : 5.000 < LHR < 10.000

    kendaraan, termasuk kategori Pos B.

    Adapun metode pencacahan adalah 40 jam, dimulai pukul 06.00 pagi

    pada hari pertama dan berakhir pada pukul 22.00 pada hari kedua.

  • PR-19 : PERENCANAAN TEKNIS FULL DISAIN RUAS JALAN BUJUNG TENUK SIMPANG PEMATANG

    LAPORAN PENDAHULUAN - II - 9 - PT SARANA MULTI DAYA PT BINA BUANA RAYA

    2.2.1.5.4. Survai Perkerasan Jalan

    1. Pemeriksaan Lendutan Balik

    Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui besarnya nilai

    lendutan balik dari konstruksi perkerasan jalan beraspal,

    pemeriksaan akan dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :

    Truck yang dipakai harus dibebani sehingga mencapai beban

    gandar belakang sebesar 8.20 Ton dengan tekanan angin ban

    sebesar 80 psi.

    Pengukuran beban gandar belakang harus dilakukan dengan

    menggunakan jembatan timbang, hasil pengukuran beban

    gandar dicatat pada form terlampir.

    Interval pemeriksaan 200 m sepanjang ruas jalan beraspal,

    kecuali ruas jalan yang.

    Selama melakukan pemeriksaan, kondisi-kondisi khusus dicatat

    seperti : kondisi drainase, cuaca, waktu, dll.

    2. Dynamic Cone Pnetrometer

    Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui CBR tanah dasar,

    kemudian nilai CBR ini dikorelasikan dengan nilai CBR laboratorium.

    Ketentuan pengujian tanah dasar dengan DCP adalah :

    Interval pengujian 200 m sepanjang ruas jalan yang dilebarkan

    Pengujian dilakukan pada bahu jalan (dekat tepi perkerasan), hal

    ini selain untuk mengetahui CBR tanah dasar juga untuk

    mengetahui susunan existing perkerasan.

    Semua pembacaan data DCP di record untuk perhitungan

    parameter tanah dasar.

    CBR hasil DCP dihitung dengan rumus :

    CBRi = 10 (2,8135 1,313 Log DN)

    CBRi = CBR pada setiap tumbukan titik yang diuji

    DN = Dynamic Number

  • PR-19 : PERENCANAAN TEKNIS FULL DISAIN RUAS JALAN BUJUNG TENUK SIMPANG PEMATANG

    LAPORAN PENDAHULUAN - II - 10 - PT SARANA MULTI DAYA PT BINA BUANA RAYA

    CBR design = CBR rata-rata -

    Hasil perhitungan CBR design ini dibandingkan terhadap CBR design

    yang dilakukan sesuai dengan prosedur yang tercantum dalam SNI-

    1732-1989-F, selanjutnya diambil nilai CBR terkecil.

    Nilai CBR yang diperoleh akan memberikan parameter Daya Dukung

    Tanah (DDT) existing atau Soil Support (SS) existing yang akan

    digunakan sebagai dasar perhitungan tebal perkerasan.

    2.2.1.5.5. Survai Geoteknik

    Pekerjaan ini untuk menunjang perhitungan teknis perencanaan badan

    jalan dan bangunan pelengkap lainnya sehubungan dengan tujuan

    pengamatan konstruksi jalan.

    Kegiatan ini meliputi :

    1. Test pit

    Dilakukan sebanyak 12 titik, ukuran lubang (1 x 1 x 0,75) m sedekat

    mungkin dengan existing perkerasan untuk mengetahui tentang jenis

    dan tebal lapisan-lapisan perkerasan yang ada, semua kondisi yang

    ada/terlihat didalam lubang/pit, dicatat

    2. Sondir

    Sondir dilakukan sebanyak 20 titik. Titik-titik sondir ditetapkan pada

    lokasi jembata < 11.00 m. Semua kondisi yang ada/ditemui selama

    sondir dicatat termasuk level muka air tanah.

    2.2.1.5.6. Pengujian Laboratorium

    Pekerjaan laboratorium merupakan pengujian-pengujian yang didasarkan

    pada Manual Pemeriksaan Bahan Jalan No. 01/MN/BM1976. Pekerjaan

    laboratorium ini mencakup pengujian-pengujian untuk design perkerasan

    jalan sebagai berikut :

    CBR max CBR min C

  • PR-19 : PERENCANAAN TEKNIS FULL DISAIN RUAS JALAN BUJUNG TENUK SIMPANG PEMATANG

    LAPORAN PENDAHULUAN - II - 11 - PT SARANA MULTI DAYA PT BINA BUANA RAYA

    1. Sieve Analysis

    Test analisa saringan bertujuan untuk mengetahui ukuran butiran

    agar dapat ditentukan sifat dan klasifikasi tanahnya. Sifat tanah

    dipakai untuk menentukan batas-batas plastisitas dan klasifikasi

    dipakai untuk pemberian nama kepada jenis-jenis tanah tertentu.

    Bahan pengujian adalah contoh tanah hasil pekerjaan bor tangan

    Contoh-cantoh tanah diambil pada kedalaman lubang bor 1 m atau

    1,8 m tergantung jenis tanah yang ditemui.

    2. Moisture Content (Kandungan Air)

    Bahan pengujian adalah contoh tanah hasil pekerjaan bor tangan

    pada kedalaman 1 m atau 1,8 m tergantung jenis tanah yang

    ditemui. Kandungan air yang akan dicari sesuai prosedur pengujian

    adalah kandungan air asli (nature) contoh tanah tersebut tanpa ada

    kontaminasi air dari luar maupun penguapan air sewaktu

    pengambilan contoh tanah, oleh karena itu contoh-contoh tanah

    harus dimasukkan segera kedalam kantong plastik tertutup. Nilai

    kandungan air dapat dipakai untuk menentukan kondisi tanah antara

    lain :

    i. Tanah kering jika MC : 0% - 10%

    ii. Tanah basah jika MC : 10% - 30%

    iii. Tanah sangat basah jika MC : 30% - 70%

    iv. Tanah jenuh air jika MC : > 70%

    3. Atterberg Limit (batas-batas plastis)

    Bahan Pengujian adalah contoh tanah hasil pekerjaan bor tangan

    pada kedalaman 1,0 atau 1,8 m tergantung jenis tanah yang

    ditemui.

    Contoh-contoh tanah harus segera dimasukkan kedalam kantong

    plastik tertutup agar kandungan airnya tidak mudah menguap. Tujuan

    utama pengujian adalah untuk mengetahui harga PI (Plastisitas

  • PR-19 : PERENCANAAN TEKNIS FULL DISAIN RUAS JALAN BUJUNG TENUK SIMPANG PEMATANG

    LAPORAN PENDAHULUAN - II - 12 - PT SARANA MULTI DAYA PT BINA BUANA RAYA

    Index), LL (Liquid Limit) dan PL (Plastic Limit). Dengan diketahui PI

    dan prosentase Clay, maka nilai aktifitas tanah dapat diketahui.

    Mengetahui nilai aktifitas tanah sangat penting untuk pekerjaan

    subgrade.

    4. Compaction (Proctor)

    Bahan pengujan adalah contoh tanah hasil pekerjaan bor tangan.

    Cara pengambilan contoh tanah sebagaimana telah dijelaskan

    diatas. Pengujian adalah untuk mengetahui :

    i. Nilai swelling (setelah perendaman 4 hari)

    ii. Kadar air optimum

    iii. Berat isi kering maksimum ( dry max )

    Test yang akan digunakan adalah Modified Compaction Test.

    Berat isi kering maksimum atau dry max dipaki sebagai dasar

    pelaksanaan pemadatan dilapangan.

    5. CBR (California Bearing Ratio) Laboratorium

    Pada prinsipnya percobaan CBR untuk menilai kekuatan tanah. Nilai

    CBR yang diperoleh akan dipakai untuk menentukan tebal lapisan

    perkerasan yang diperlukan diatas lapisan yang nilai CBRnya

    ditentukan. Pengujian bertujuan untuk mengukur kekuatan tanah bila

    dipadatkan pada kadar air optimum dan pada kepadatan kering

    maksimum.

    CBR dihitung terhadap penetrasi 0,1 Inchi pada percobaan

    pemadatan, masing-masing untuk jumlah tumbukan tertentu,

    selanjutnya dibuat grafik CBR. Dari grafik CBR, untuk nilai kadar air

    optimum dan kepadatan kering maksimum akan didapat nilai CBR

    laboratorium.

    Untuk menghindari kesalahan yang mungkin terjadi terhadap contoh-

    contoh tanah yang diambil untuk pengujian tersebut, konsultan akan

    menuliskan label pada kantong-kantong plastik yang berisi contoh-

    contoh tanah minimum menunjukkan identitas : No, jalur, Sta,

  • PR-19 : PERENCANAAN TEKNIS FULL DISAIN RUAS JALAN BUJUNG TENUK SIMPANG PEMATANG

    LAPORAN PENDAHULUAN - II - 13 - PT SARANA MULTI DAYA PT BINA BUANA RAYA

    kedalaman dan posisi / letak titik pengambilan. Identitas ini akan

    dituliskan juga didalam buku laporan survai lapangan.

    2.2.1.5.7. Survai Hidrologi dan Hidraulik

    Survai hidrologi dan hidarulik dilakukan untuk mendapatkan data yang

    sesuai untuk perencanaan system drainase di sepanjang dan sekitar

    jalan yang direncanakan.

    Analisa Hidrologi banyak bersifat prediksi dengan menggunakan analisa

    statistik dari rangkaian kejadian yang lampau serta koefisien parameter

    alam, karena itu pengamatan langsung terhadap kondisi nyata dari

    perilaku hidrologi itu sendiri dibutuhkan sebagai koreksi hasil analisa

    perhitungan. Koefisien parameter alam antara lain kekasaran, limpasan,

    waktu pengaliran dan lain-lain.

    Kegiatan survai hidrologi yang akan dilakukan antara lain :

    1. Peninjauan system existing drainase dan membuat kesimpulan awal

    terhadap kondisi pada lokasi-lokasi tertentu yang diperkirakan akan

    mengalami perubahan.

    2. Peninjauan terhadap genangan lahan yang pernah terjadi di sekitar

    lokasi proyek dan analisa cara penanganannya dalam kaitannya

    dengan keamanan jalan.

    3. Melakukan kompilasi data :

    Data curah hujan dari stasiun-stasiun penakar hujan yang

    terdekat dengan catchment area

    Data banjir dan debit sungai yang melintasi rencana jalan.

    2.2.2. Uraian Pelaksanaan Tahap Kedua

    Dalam melaksanakan perencanaan teknik lengkap (full design) konsultan

    mengelompokkan tahapan pekerjaan yang saling berkaitan. Hasil

    kegiatan pekerjaan pada setiap tahap akan didiskusikan dengan Tim

    Teknis SNVT Perencanaan dan Pengawasan Jalan dan Jembatan

    Provinsi Lampung, dan dituangkan dalam laporan.

  • PR-19 : PERENCANAAN TEKNIS FULL DISAIN RUAS JALAN BUJUNG TENUK SIMPANG PEMATANG

    LAPORAN PENDAHULUAN - II - 14 - PT SARANA MULTI DAYA PT BINA BUANA RAYA

    Kajian data sekunder dan hasil survai pendahuluan dijadikan kerangka

    untuk menyusun laporan pendahuluan, dalam laporan ini juga termuat

    konsep dan metodologi pelaksanaan pekerjaan.

    Setelah laporan pendahuluan mendapat persetujuan dari Tim Teknis,

    maka konsultan akan melanjutkan pekerjaannya sesuai dengan

    metodologi yang telah disetujui.

    Hasil survai detil dituangkan dalam Laporan Antara, isi laporan ini sudah

    mengarah kepada final perencanaan teknik lengkap (full design), pada

    tahap ini akan dibahas secara lebih terinci perkiraan output perencanaan

    secara menyeluruh.

    Adapun hasil keluaran perencanaan teknis lengkap akan terdiri dari :

    1. Dokumen Teknik

    a. Nota Perhitungan merupakan hasil kajian dan perhitungan untuk :

    Perkerasan Jalan, Drainase dan Struktur

    b. Gambar Rencana Teknik.

    Merupakan satu set gambar komplit yang akan dipakai untuk

    pelaksanaan pekerjaan konstruksi.

    2. Laporan Akhir

    Atas dasar dokumen teknik disusun Laporan Akhir yang berisi :

    i. Metoda Pelaksanaan Konstruksi

    ii. Perkiraan Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan

    iii. Perhitungan Volume Pekerjaan

    iv. Perkiraan Biaya Konstruksi

    3. Dokumen Pelelangan

    Atas dasar laporan akhir, maka disusun dokumen pelelangan yang

    mengacu kepada Kepmen PU No. 38/KPTS/1998

  • PR-19 : PERENCANAAN TEKNIS FULL DISAIN RUAS JALAN BUJUNG TENUK SIMPANG PEMATANG

    LAPORAN PENDAHULUAN - II - 15 - PT SARANA MULTI DAYA PT BINA BUANA RAYA

    2.3. Standar Desain Yang Diterapkan

    2.3.1. Standar Yang Digunakan

    1. Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Departemen

    Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga, No. 038/T/BM/1997

    2. Spesifikasi Standar untuk Perencanaan Geometrik Jalan Luar Kota,

    Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina 1990

    3. Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya dengan

    Metode Analisa Komponen. Departemen Pekerjaan Umum SKBI

    2.3.26.1987,UDC.625.73(02) SNI 1732-1989-F, Direktorat Jenderal

    Bina,1987

    4. ASSHTO Guide for Design of Pavement Structures 1986, American

    Association of State Highway and Transportation Officials, 1986

    5. Road Design System 5.05 (RDS 5.05), Subdit Penyiapan Standar dan

    Pedoman, Direktorat Jenderal Bina Marga, 2006.

    6. Tata Cara Perencanaan Drainase Permukaan Jalan, Departemen

    Pekerjaan Umum SNI 03-3424-1994, Badan Penelitian dan

    Pengembangan PU, 1994

    2.3.2. Standar Geometrik Jalan

    Standar dasar perencanaan geometrik jalan adalah sebagai berikut :

    Kecepatan rencana : 60 km/jam Lebar jalur lalu lintas : 3.50 m Kemiringan melintang perkerasan : 2 % Lebar bahu jalan : 2.00 m Kemiringan bahu jalan : - 4 % Super Elevasi maksimum : 6 % Landai maksimum pada alinyemen vertikal : 8 % Panjang lengkungan peralihan minimum : 50 m

  • PR-19 : PERENCANAAN TEKNIS FULL DISAIN RUAS JALAN BUJUNG TENUK SIMPANG PEMATANG

    LAPORAN PENDAHULUAN - II - 16 - PT SARANA MULTI DAYA PT BINA BUANA RAYA

    2.3.3. Standar Disain Perkerasan

    Standar desain perkerasan harus mempertimbangkan faktor-faktor yang

    mempengaruhi antara lain :

    Muatan Sumbu Terberat (MST) maximum 10 Ton

    Lalu lintas, yaitu jenis / golongan kendaraan dan jumlah kendaraan.

    Data pertumbuhan lalu lintas (traffic growth).

    Data CBR tanah dasar (subgrade).

    Rencana umur perkerasan.

    Perkiraan tahun pembukaan lalu lintas.

    Factor wilayah (Regional Factor ) = pengaruh keadaan lingkungan

    Faktor keadaan drainase : alam lingkungan atau buatan. Makin baik

    keadaan drainase, faktor wilayah makin kecil.

    Faktor sifat tanah menahan air. Sifat tanah menahan air dapat diteliti

    berdasarkan nilai PI (Plastis Index).

    PI kecil bersifat mudah melepaskan air; PI besar bersifat sulit

    melepaskan air. Faktor Curah Hujan dan PI umumnya menjadi satu

    kesatuan faktor.

    Faktor-faktor tersebut diatas perlu dirupakan sebagai faktor koreksi terhadap

    umur rencana perkerasan.

    Pada dasarnya tebal perkerasan dihitung dengan rumus :

    ITP = a1 D1 + a2 D2 + a3D3 +

    Dimana :

    ITP = Index Tebal Perkerasan

    a1, a2, a3 = Koefisien Kekuatan Lapisan.

    D1, D2, D3 = Tebal Lapisan.

    ITP dihitung dengan cara Bina Marga dan AASHTO. Dari hasil kedua cara

    tersebut diambil nilai yang terbesar.

  • PR-19 : PERENCANAAN TEKNIS FULL DISAIN RUAS JALAN BUJUNG TENUK SIMPANG PEMATANG

    LAPORAN PENDAHULUAN - II - 17 - PT SARANA MULTI DAYA PT BINA BUANA RAYA

    2.3.4. Standar Disain Drainase

    Drainase yang dimaksud disini adalah sistem drainase yang berada di bahu

    jalan yang dipengaruhi oleh :

    Data Hujan

    Untuk merencanakan drainase digunakan data hujan rencana 5 tahun.

    Kemiringan Saluran

    Kemiringan saluran harus disesuaikan dengan perencanaan kemiringan

    memanjang jalan serta jenis tanahnya dengan mempertimbangkan

    effisiensi biaya konstruksi tanpa mengabaikan aspek teknis.

    Kemiringan saluran diarahkan ke cacth basin yang ada dengan

    kemiringan dasar saluran tidak kurang dari 0,3 %.

    Konstruksi saluran

    Konstruksi saluran dibedakan untuk daerah superelevasi dan daerah

    lurus. Pada daerah superelevasi, konstruksi saluran dibuat dari beton

    bertulang ataupun bahan lainnya. Pada daerah lurus, konstruksi saluran

    di buat dari saluran tanah.

    2.3.5. Typical Cross Section (Bentuk Penampang Melintang)

    Penampang melintang akan memperlihatkan data-data :

    Arah jalur dan simbol centerline

    Jumlah dan lebar lajur

    Kemiringan permukaan jalur lalu lintas dan bahu jalan

    Susunan perkerasan badan jalan dan bahu jalan

    Detail sambungan antara perkerasan lama dengan perkerasan pelebaran

    jalan (jika ada)

    Bentuk dan struktur drainase di median, tinggi dan jarak guard rail yang

    akan di pasang dan lain-lain

    2.3.6. Longitudinal Section (Potongan Memanjang).

    Ditampilkan secara garis besar data-data dalam profile, antara lain :

    Alinyemen vertikal

    Letak titik-titik PVI : Sta elevasi, Lv, Ev, dan Rv.

  • PR-19 : PERENCANAAN TEKNIS FULL DISAIN RUAS JALAN BUJUNG TENUK SIMPANG PEMATANG

    LAPORAN PENDAHULUAN - II - 18 - PT SARANA MULTI DAYA PT BINA BUANA RAYA

    Rencana grade dan existing grade

    Letak dan elevasi gorong-gorong.

    Letak persilangan dengan sungai.

    2.4. Detail Metodologi Perhitungan/Analisa Secara lebih detail metode perhitungan / analisa masing-masing jenis

    pekerjaan diuraikan sebagai berikut :

    2.4.1. Analisa Perencanaan Geometrik

    1. Penetapan Alinyemen Horizontal

    Konsultan akan mengevaluasi kembali existing alinyemen horisontal

    akibat pemilihan pelebaran perkerasan 1 (satu) sisi dan mengakibatkan

    perubahan as jalan yang mungkin masih dibawah standard geometrik

    jalan raya dengan memperhatikan :

    Lokasi (Sta) dan nomor-nomor titik kontrol horisontal.

    Pertimbangan ekonomi.

    Data lengkung horisontal (curva data) yang direncanakan.

    Lokasi dari bangunan pelengkap dan rencana pelebaran jembatan.

    2. Penetapan Alinyemen Vertikal

    Konsep alinyemen vertikal (longitudinal section) dapat dimulai setelah

    konsep alinyemen horisontal disetujui Pengguna Jasa dan digambar

    dibagian bawah dari gambar alinyemen horisontal.

    Penetapan alinyemen vertikal didasarkan pada :

    Tinggi muka tanah asli.

    Ketentuan kemiringan maksimum diagram super-elevasi.

    Data lengkung vertikal.

    Elevasi bangunan-bangunan pelengkap, drainase, dan bangunan

    disekitar rencana jalan.

    Elevasi jembatan.

    Pertimbangan ekonomi

    Ketentuan panjang kritis landai maksimum.

  • PR-19 : PERENCANAAN TEKNIS FULL DISAIN RUAS JALAN BUJUNG TENUK SIMPANG PEMATANG

    LAPORAN PENDAHULUAN - II - 19 - PT SARANA MULTI DAYA PT BINA BUANA RAYA

    3. Penetapan potongan melintang

    Didalam merencanakan standar memperhatikan hal-hal sebagai berikut

    potongan melintang Konsultan akan memperhatikan hal-hal sebagai

    berikut :

    Rencana bangunan pelengkap yang diperlukan.

    Penetapan rencana konstruksi perkerasan dan badan jalan.

    Penetapan rencana drainase

    Penetapan rencana lansekap

    4. Keselamatan lalu lintas

    Dalam perencanaan geometrik jalan konsultan akan mempertimbangkan

    aspek keselamatan pengguna jalan, baik selama pelaksanaan

    pekerjaan konstruksi maupun pada saat pengoperasian jalan. Konsultan

    perlu menjamin bahwa semua elemen geometrik yang direncanakan

    memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam standar geometrik jalan

    dan sesuai dengan kondisi lingkungan setempat.

    5. Tinjauan geometrik jalan

    Standard perencanaan geometrik yang perlu diperhatikan antara lain

    dan tidak terbatas pada :

    Klasifikasi perencanaan

    Lalulintas (traffic)

    Kecepatan rencana

    Potongan melintang

    Jalur lalulintas

    Bahu jalan

    Alinyemen horisontal

    Bagian peralihan

    Kemiringan melintang

    Alinyemen vertikal

  • PR-19 : PERENCANAAN TEKNIS FULL DISAIN RUAS JALAN BUJUNG TENUK SIMPANG PEMATANG

    LAPORAN PENDAHULUAN - II - 20 - PT SARANA MULTI DAYA PT BINA BUANA RAYA

    6. Kemiringan Melintang Jalur Lalu Lintas

    Kemiringan melintang dijalan lurus diperuntukan terutama untuk

    drainase, kemiringan melintang antara 1-3% untuk jalan beraspal.

    7. Parameter Perencanaan Geometrik Jalan

    (1) Kendaraan rencana

    Kendaraan rencana umumnya dikelompokkan

    1) Mobil penumpang

    2) Bus, truk

    3) Semi trailer, trailer

    Ukuran kendaraan rencana diperlihatkan seperti pada tabel

    berikut:

    Tabel 2.1 : Ukuran Kendaraan Rencana

    Jenis Kendaraan

    Panjang total

    Lebar total Tinggi

    Depan tergant

    ung Jarak

    gandar Belakang

    tergantung Radius putar min.

    Kendaraan penumpang 4,7 1,7 2,0 0,8 1,2 2,7 6,0

    Truk/bus tanpa

    gandengan 12,0 2,5 4,5 1,5 6,5 4,0 12,0

    Kombinasi 16,5 2,5 4,0 1,3

    4,0 - dpn 9,0 - blk

    2,2 12,0

    (2) Kecepatan rencana

    Kecepatan rencana adalah suatu kecepatan yang ditetapkan untuk

    disain dan korelasi segi-segi fisik dari suatu jalan yang

    mempengaruhi operasi kendaraan.

    Kecepatan ini adalah kecepatan maximum yang aman yang dapat

    dipertahankan pada tempat tertentu di jalan itu apabila kondisinya

    begitu menyenangkan sehingga kendaraan hanya diatur oleh

    aspek disain jalan raya.

    Sebagai acuan lain, AASHTO (American Association of State

    Highway and Transportation Office) menyarankan agar kecepatan

    rencana ditetapkan pada tingkat terbesar yang masih mungkin

    memenuhi tuntutan pengemudi pada saat ini maupun diwaktu

  • PR-19 : PERENCANAAN TEKNIS FULL DISAIN RUAS JALAN BUJUNG TENUK SIMPANG PEMATANG

    LAPORAN PENDAHULUAN - II - 21 - PT SARANA MULTI DAYA PT BINA BUANA RAYA

    mendatang selama umur rencana jalan. Menurut AASHTO,

    pertama kali harus diadakan klasifikasi jalan. Jalan dikelompokkan

    sebagai datar, perbukitan dan pegunungan.

    Kecepatan rencana dilihat dari sifat kendaraan pemakai jalan, dan

    kondisi jalan merupakan kecepatan rencana yang disarankan

    untuk perencanaan jalan.

    Perubahan kecepatan rencana yang dipilih disepanjang jalan tidak

    boleh terlalu besar dan tidak dalam jarak yang terlalu pendek.

    Perbedaan sebesar 10 km/jam dapat dipertimbangkan karena

    akan menghasilkan beda rencana geometrik yang cukup berarti,

    kecuali terdapat hal-hal yang sangat khusus.

    (3) Volume dan kapasitas jalan

    Volume lalu lintas menunjukan Jumlah kendaraan yang melintasi

    satu titik pengamatan dalam satu satuan waktu.

    Satuan volume lalu lintas yang umum dipergunakan sehubungan

    dengan penentuan jumlah dan lebar lajur adalah : Lalu lintas

    Harian Rata-rata (LHR).

    Kapasitas adalah jumlah kendaraan maksimum yang dapat

    melewati suatu penampang jalan pada jalur jalan selama I jam

    dengan kondisi serta arus lalu lintas tertentu.

    (4) Tingkat pelayanan.

    Lebar dan jumlah lajur yang dibutuhkan tidak dapat direncanakan

    dengan baik walaupun LHR telah ditentukan. Hal mi disebabkan

    oleh karena tingkat kenyamanan dan keamanan yang akan

    diberikan oleh jalan rencana belum ditentukan. Lebar lajur yang

    dibutuhkan akan lebih lebar jika pelayanan jalan diharapkan lebih

    tinggi. Kebebasan bergerak yang dirasakan pengemudi akan lebih

    baik pada jalan-jalan dengan kebebasan samping yang memadai.

    Pada keadaan volume lalu lintas rendah, pengemudi akan merasa

    lebih nyaman mengendarai kendaraan dibandingkan jika berada

    pada daerah dengan volume lalu lintas besar. Kenyamanan

  • PR-19 : PERENCANAAN TEKNIS FULL DISAIN RUAS JALAN BUJUNG TENUK SIMPANG PEMATANG

    LAPORAN PENDAHULUAN - II - 22 - PT SARANA MULTI DAYA PT BINA BUANA RAYA

    berkurang sebanding dengan bertambahnya volume lalu lintas.

    Kenyamanan dan kondisi anus lalu lintas yang ada tidak cukup

    hanya digambarkan dengan volume lalu lintas tanpa disertai data

    kapasitas jalan dan kecepatan pada jalan tersebut.

    (5) Jarak Pandang

    Jarak pandang adalah panjang jalan didepan kendaraan yang

    masih dapat dilihat dengan jelas diukur dari titik kedudukan

    pengemudi.

    Jarak pandang berguna untuk :

    Menghindari terjadinya tabrakan.

    Memberi kemungkinan untuk mendahului kendaraan lain.

    Menambah efisiensi jalan.

    Sebagai pedoman bagi pengatur lalu lintas dalam penempatan

    rambu-rambu lalu lintas.

    1) Jarak pandangan henti

    Yaitu jarak pandangan yang dibutuhkan untuk menghentikan

    kendaraannya. Jarak pandangan henti minimum adalah jarak

    yang ditempuh pengemudi untuk menghentikan kendaraan

    yang bergerak setelah melihat adanya rintangan pada lajur

    jalannya.

    2) Jarak pandangan menyiap

    Yaitu jarak pandangan yang dibutuhkan untuk dapat

    menyiapkan kendaraan lain yang beradap pada jalur jalannya

    dengan menggunakan lajur lain.

    Jarak pandangan menyiap standar dihitung berdasarkan

    beberapa asumsi terhadap sifat arus lalu lintas :

    a. Kendaraan yang akan disiapkan harus mempunyai

    kecepatan tetap.

    b. Sebelum menyiap, kendaraan harus mengurangi

    kecepatan dan mengikuti kendaraan yang akan disiap

  • PR-19 : PERENCANAAN TEKNIS FULL DISAIN RUAS JALAN BUJUNG TENUK SIMPANG PEMATANG

    LAPORAN PENDAHULUAN - II - 23 - PT SARANA MULTI DAYA PT BINA BUANA RAYA

    dengan kecepatan yang sama.

    c. Bila kendaraan sudah berada pada lajur untuk menyiap,

    maka pengemudi harus mempunyai waktu untuk

    menentukan apakah gerakan menyiap dapat diteruskan

    atau tidak.

    d. Kecepatan kendaraan yang menyiap mempunyai

    perbedaan sekitar 15 km/ jam dengan kecepatan

    kendaraan yang akan disiap.

    e. Pada saat kendaraan yang menyiap telah berada kembali

    pada lajur jalannya, maka harus tersedia cukup jarak

    dengan kendaraan yang berada didepannya.

    f. Tinggi mata pengemudi diukur dari permukaan

    perkerasan menurut AASHTO90 = 1,06 m (3,5 ft) dan

    tinggi obyek yaitu kendaraan yang akan disiap 1,25 m

    (4,25 ft), sedangkan Bina Marga (urban) mengambil tinggi

    mata pengemudi sama dengan tinggi obyek 1,00.

    3) Jarak pandangan pada malam hari

    Pandangan malam hari dibatasi oleh kemampuan penyinaran

    dan ketinggian letak lampu besar. Keadaan yang menentukan

    pada malam hari adalah jarak pandang henti.

    Faktor yang paling mementukan pada malam hari adalah

    faktor lampu besar. Penurunan kemampuan untuk melihat

    pada malam hari terutama adalah akibat kesilauan lampu

    besar dari kendaraan yang berlawanan arah.

    8. Sebagai ilustrasi mengenai sebagian kriteria perencanaan geometrik

    dapat dilihat pada Gambar 2.1 s/d 2.5

    9. Bahu Jalan

    Bahu jalan adalah jalur yang terletak berdampingan dengan jalur lalu

    lintas, berfungsi:

    Ruangan untuk tempat berhenti sementara.

  • PR-19 : PERENCANAAN TEKNIS FULL DISAIN RUAS JALAN BUJUNG TENUK SIMPANG PEMATANG

    LAPORAN PENDAHULUAN - II - 24 - PT SARANA MULTI DAYA PT BINA BUANA RAYA

    Ruangan untuk menghindari diri dalam keadaan darurat

    Memberikan kelegaan pengemudi

    Memberikan sokongan konstruksi jalan dari arah samping.

    Ruangan pembantu pada waktu ada pekerjaan perbaikan jalan.

    Ruangan untuk lintasan kendaraan patroli, ambulan.

    10. Saluran Samping

    Fungsi saluran samping

    Mengalirkan air dari permukaan jalan atau dari luar jalan.

    Menjaga supaya konstruksi jalan selalu dalam keadaan kering.

    Umumnya bentuk saluran samping adalah trapesium atau segi-empat.

    Lebar saluran berdasar debit rencana. Kelandaian dasar saluran

    biasanya mengikuti kelandaian jalan. Hila kelandaian dasar saluran

    cukup besar, perlu dibuat terasering.

    11. Talud

    Talud umumnya dibuat kemiringan 2 H : 1 V, atau dibuat sesuai dengan

    landai yang arnan. Berdasarkan keadaan tanah atau kondisi jalan,

    rnungkin juga dibuat dinding penahan tanah (retaining wall).

    12. Pengaman tepi

    Pengaman tepi bertujuan untuk memberikan ketegasan tepi badan jalan.

    Jika teljadi kecelakaan dapat mencegah kendaraan keluar dari badan

    jalan. Umumnya dipergunakan pada :

    Sepanjang jalan yang menyusur jurang

    Tanah timbunan dengan tikungan yang tajam

    Jenis pengaman tepi

    Pengaman tepi dari besi yang digalvanised (guard rail)

    Pengaman tepi dari beton (parapet)

  • PR-19 : PERENCANAAN TEKNIS FULL DISAIN RUAS JALAN BUJUNG TENUK SIMPANG PEMATANG

    LAPORAN PENDAHULUAN - II - 25 - PT SARANA MULTI DAYA PT BINA BUANA RAYA

    KRITERIA PERENCANAAN FISIK DAN TOPOGRAFI

    Gambar 2.1 : Kriteria Perencanaan Fisik dan Topografi

    KRITERIA KEAMANAN

    Gambar 2.2 : Kriteria Keamanan

  • PR-19 : PERENCANAAN TEKNIS FULL DISAIN RUAS JALAN BUJUNG TENUK SIMPANG PEMATANG

    LAPORAN PENDAHULUAN - II - 26 - PT SARANA MULTI DAYA PT BINA BUANA RAYA

    STANDARD PERENCANAAN DAN KRITERIA DASAR

    Gambar 2.3 : Standard Perencanaan dan Kriteria Dasar

    KRITERIA JARAK PANDANG

    Gambar 2.4 : Kriteria Jarak Pandang

  • PR-19 : PERENCANAAN TEKNIS FULL DISAIN RUAS JALAN BUJUNG TENUK SIMPANG PEMATANG

    LAPORAN PENDAHULUAN - II - 27 - PT SARANA MULTI DAYA PT BINA BUANA RAYA

    KRITERIA ALINYEMEN VERTIKAL

    Gambar 2.5 : Kriteria Alinyemen Vertikal

    2.4.2. Metode Perencanaan Tebal Perkerasan

    Pemilihan type dan material perkerasan akan didasarkan pada

    pertimbangan dari segi ekonomi, kondisi setempat, kemampuan

    pelaksanaan dan syarat teknis lainnya, mengingat keterbatasan biaya maka

    dipilih perencanaan perkerasan bertahap, dalam hal ini yang paling sesuai

    adalah perkerasan lentur (flexible pavement)

    1. Pemilihan jenis bahan

    Konsultan akan mengutamakan penggunaan bahan setempat sesuai

    dengan masukan dari laporan penyelidikan tanah dan survai material.

    Bila bahan setempat tidak dapat digunakan langsung sebagai bahan

    konstruksi, maka konsultan akan mengusulkan usaha-usaha

    peningkatan sifat-sifat teknis dan fisis bahan Gika memungkinkan)

    sehingga dapat dipakai sebagai bahan konstruksi jalan.

  • PR-19 : PERENCANAAN TEKNIS FULL DISAIN RUAS JALAN BUJUNG TENUK SIMPANG PEMATANG

    LAPORAN PENDAHULUAN - II - 28 - PT SARANA MULTI DAYA PT BINA BUANA RAYA

    2. Prinsip-prinsip perencanaan tebal perkerasan :

    1) Jumlah jalur dan koefisien distribusi kendaraan

    Jalur rencana merupakan sa!ah satu jalur lalu lintas dari suatu arus

    jalan yang menampung lalu lintas terbesar. Koefisien distrihusi

    kendaraan (C) untuk kendaraan ringan dan berat yang lewat pada

    jalur rencana ditentukan sesuai dalam "daftar koefisien distribusi

    kendaraan (C)".

    Angka ekivalen beban sumbu kendaraan (E)

    Sumbu tunggal = 8160

    Kg) dalam galsumbu tungsatu (Beban 4

    Sumbu ganda = 0,086 8160

    Kg) dalam galsumbu tungsatu (Beban 4

    2) Lalulintas Harian Rata-rata (LHR)

    LHR setiap jenis kendaraan ditentukan pada awal umur rencana,

    yang dihitung untuk diusahakan pada jalan tanpa median atau

    masing-masing arah pada jalan dengan median.

    3) Lintas Ekivalen Permulaan (LEP)

    xCjxEjLHRLEP jn

    j

    1

    j = jenis kendaraan

    4) Lintas Ekivalen Akhir (LEA)

    jjUR

    j

    n

    1xECx )1(LHR LEA i

    j

    UR = Umur Rencana

    i = Perkembangan lalu lintas

    5) Lintas Ekivalen Tengah (LET)

    LET = 2

    LEALEP

  • PR-19 : PERENCANAAN TEKNIS FULL DISAIN RUAS JALAN BUJUNG TENUK SIMPANG PEMATANG

    LAPORAN PENDAHULUAN - II - 29 - PT SARANA MULTI DAYA PT BINA BUANA RAYA

    6) Lintas Ekivalen Rencana (LER)

    LER = LET x FP

    FP = 10LR

    7) Daya Dukung Tanah Dasar (DDT) dan CBR

    Daya dukung tanah dasar ditetapkan berdasarkan grafik koreksi

    dengan CBR dalam buku standar Bina Marga.

    8) Faktor Regional (FR)

    Kelandaian.

    Persentase kendaraan berat ( > 5 ton )

    Curah hujan.

    Faktor regional dapat diambil dari nilai-nilai yang terdapat dalam buku

    standar.

    9) Indeks Permukaan (IP)

    Indeks permukaan ini menyatakari nilai dari pada kerataan serta

    kekokohan permukaan yang berkaitan dengan tingkat pelayanan bagi

    lalulintas yang lewat.

    10) Indeks permukaan pada Awal Umur Rencana (lPo)

    Dalam menentukan indeks permukaan pada awal umur rencana perlu

    diperhatikan jenis lapis permukaan jalan (kerataan/kehalusan serta

    kekokohan) pada awal umur rencana.

    11) Koefisien Kekuatan Relatif ( a )

    Koefisien kekuatan relatif masing-masing bahan dan kegunaannya

    sebagai lapis permukaan, pondasi ditentukan/digunakan seperti pada

    daftar Koefisien Kekuatan Relatif(a) dalam buku standar.

    12) Indeks Tebal Perkerasan (ITP)

    Penetuan tebal perkerasan dinyatakan oleh ITP

    ITP = al.D1 + a2.D2 + a3.D3

    al, a2, a3 = Koefesien kekuatan relatif bahan

    Dl, D2, D3 = Tebal masing-masing lapis perkerasan.

  • PR-19 : PERENCANAAN TEKNIS FULL DISAIN RUAS JALAN BUJUNG TENUK SIMPANG PEMATANG

    LAPORAN PENDAHULUAN - II - 30 - PT SARANA MULTI DAYA PT BINA BUANA RAYA

    13) Bagan Alir Perencanaan Tebal Perkerasan

    Gambar 2.6. Bagan Alir Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur

    2.4.3. Metode Perencanaan Drainase

    Permasalahan umumnya pada perencanaan bangunan air (saluran

    drainase), adalah :

    Berapakah besar debit air yang harus disalurkan melalui bangunannya.

    Bentuk dan dimensi struktur / konstruksi bangunannya.

    Air hujan (air) yang jatuh disuatu daerah harus dapat segera dibuang. Untuk

    keperluan itu harus dibuatkan saluran-saluran guna menampung air hujan

    yang mengalir dipermukaan tanah dan mengalirkannya kedalam saluran

  • PR-19 : PERENCANAAN TEKNIS FULL DISAIN RUAS JALAN BUJUNG TENUK SIMPANG PEMATANG

    LAPORAN PENDAHULUAN - II - 31 - PT SARANA MULTI DAYA PT BINA BUANA RAYA

    pembuangan. Saluran pembuangan ini mengalirkan air tadi lebih lanjut

    kesungai atau tempat pembuangan air lain.

    Rencana drainase dibagi menjadi dua sistem yang terpisah, yaitu sistem

    drainase untuk hujan permulaan dan sistem drainase pokok.

    Sistem drainase hujan permulaan ialah bagian dari sistem drainase

    keseluruhannya yang melayani aliran maksimum dari hujan permulaan.

    Didalam sistem ini termasuk parit, saluran tepi jalan, gorong-gorong dan

    bangunan yang direncanakan untuk melayani aliran hujan awal. Besarnya

    hujan rencana dapat direncanakan dengan masa ulang 2 atau 5 tahun,

    tergantung pada pemanfaatan tanah yang berbatasan.

    Sistem drainase pokok mencakup sungai dan saluran alami, saluran

    pembuangan buatan, penampung banjir. Sistem drainase pokok harus

    mempunyai kapasitas cukup untuk melayani banjir-banjir sungai dan saluran

    dengan daerah aliran lebih dari 100 hektar dengan masa ulang 20 tahun.

    Disamping itu juga harus diusahakan untuk membatasi kerusakan harta

    benda dan korban jiwa sebanyak-banyaknya yang disebabkan oleh banjir

    100 tahunan.

    Besarnya banjir dihitung dengan Metoda Rasional kalau daerah alirannya

    tidak melebihi kira-kira 500 ha.

    1. Perkiraan run-off

    Karena syarat drainase yang baik adalah amat penting untuk

    pemeliharaan jalan dan keselamatan lalu lintas, maka ada beberapa

    aspek yang harus diperhatikan, sebagai berikut:

    Drainase air permukaan termasuk air hujan, kemiringan tanggul dan

    permukaan-permukaan lainnya dalam batas ROW.

    Drainase tepi jalan termasuk air hujan pada tepi jalan dan areal

    terdekat yang mempunyai pengaruh terhadap jalan.

    Saluran terbuka dan saluran pembuangan yang melintang jalan.

    Perkiraan run-off untuk setiap lembah sungai terdekat didasarkan rumus:

  • PR-19 : PERENCANAAN TEKNIS FULL DISAIN RUAS JALAN BUJUNG TENUK SIMPANG PEMATANG

    LAPORAN PENDAHULUAN - II - 32 - PT SARANA MULTI DAYA PT BINA BUANA RAYA

    6,3... AIfaQ

    Q = Debit (m3/det) A = Faktor penghitung F = Koefisien run-off A = Luas permukaan (km2) I = Intensitas curah hujan

    Dalam memperhatikan koefisien run-off, kerangka kondisi geologi dan

    tanah harus diperlihatkan untuk setiap areal dengan areal lain. Nilai

    tersebut ditentukan berdasarkan Tabel 2.2. berikut:

    Tabel 2.2 Koefisien Run - Off

    Jenis areal drainase Koefesien run-off

    Kemiringan permukaan dan tepi jalan Daerah perdagangan Daerah industri dan pemukiman Sawah ber-irigasi Daerah pedesaan dan militer Bukit dengan lereng landai Daerah terbuka (hutan dan areal pemakaman)

    0,9 0,8 0,5 0,5 0,3 0,3 0,2

    2. Gorong-gorong dan saluran terbuka

    Kapasitas gorong-gorong dan saluran terbuka dihitung dengan

    menggunakan rumus Manning.

    Q=V.A

    21.3

    2 SRV

    PAR

    Q = Debit banjir (m3/det) V = Kecepatan aliran (m/det) A = Luas tampang basah (m3) n = Koefisien kekasaran manning R = Radius hidraulik (m) S = Gradien rata-rata P = Keliling basah (m)

  • PR-19 : PERENCANAAN TEKNIS FULL DISAIN RUAS JALAN BUJUNG TENUK SIMPANG PEMATANG

    LAPORAN PENDAHULUAN - II - 33 - PT SARANA MULTI DAYA PT BINA BUANA RAYA

    3. Lama waktu konsentrasi

    Lama waktu konsentrasi tc untuk saluran drainase terdiri atas :

    waktu yang diperlukan air untuk mengalir melalui permukaan

    tanah ke saluran terdekat (to)

    waktu untuk mengalir didalam saluran ketempat yang diukur (td)

    Tc = to+td 4. Intensitas curah hujan

    Analisa curah hujan dibuat hanya untuk kurun waktu curah hujan

    maximum. Intensitas hujan I ialah laju rata-rata dan hujan yang Iamanya

    sama dengan lama waktu konsentrasi tc dengan masa ulang tertentu.

    5. Koefisien pengaliran

    Koefisien pengaliran C ini sukar ditentukan secara tepat dan

    memerlukan pertimbangan teknis dalam pemilihannya. Pemilihan

    koefisien ini hams mempertimbangkan kemungkinan akan adanya

    pembangunan dan pengembangan daerahnya dikemudian hari

    Besarnya koefisien pengaliran dapat diambil seperti pada Tabel 2.3.

    berikut :

    Tabel 2.3 : Koefesien Pengaliran

    Type daerah aliran C Perumputan Tanah pasir, datar, 2%

    Tanah pasir, rata-rata 2-7% Tanah pasir, curam 7% Tanah gemuk, datar 2% Tanah gemuk, rata-rata 2-7% Tanah gemuk, curam 7%

    0,05-0,10 0,10-0,15 0,15-0,20 0,13-0,17 0,18-0,22 0,25-0,35

    Busines Daerah kota lama Daerah Pinggiran

    0,75-0,95 0,50-0,70

    Perumahan Daerah single family Multi units, terpisah-pisah Multi unit, tertutup Suburban Daerah rumah2 apartemen

    0,30-0,50 0,40-0,60 0,60-0,75 0,25-0,40 0,50-0,70

    Pertamanan, kuburan, Tempat bermain, Halaman kereta api, Daerah yang tidak dikerjakan Jalan

    Beraspal Beton Batu

    0,10-0,25 0,20-0,35 0,20-0,40 0,10-0,30 0,70-0,95 0,80-0,95 0,70-0,85

  • PR-19 : PERENCANAAN TEKNIS FULL DISAIN RUAS JALAN BUJUNG TENUK SIMPANG PEMATANG

    LAPORAN PENDAHULUAN - II - 34 - PT SARANA MULTI DAYA PT BINA BUANA RAYA

    6. Koefisien kekasaran

    Tabel 2.4 : Koefisien kekasaran Manning (n)

    Dinding saluran Kondisi n

    Kayu Papan-papan rata. dipasang rapi Papan-papan rata, kurangrapi/tua Papan-papan kasar, dipasang rapi Papan-papan kasar, kurang rapi/tua

    0,010 0,012 0,012 0,014

    Metal Halus Dikeling Sedikit kurang rata

    0,010 0,015 0,020

    Pasangan batu

    Plesteran semen halus Plesteran semen dan pasir Beton dilapis baja Beton dilapis kayu Batu beta kosongan yang baik, kasar Pasangan batu, keadaan jelek

    0,010 0,012 0,012 0,013 0,015 0,020

    Barn kosongan

    Halus, dipasang rata Batu pecah, bath belah, dipasang dalam semen Kerikil halus, padat

    0,0 13 0,0 17 0,020

    Tabel 2.5 : Koefisien kekasaran Strickler (k)

    Dinding saluran k Saluran lama dengan dinding-dinding sangat kasar >36 Saluran lama dengan dinding-dinding kasar 38 Saluran drainase yang akan diberi tanggul dan saluran tersier

    40

    Saluran drainase baru tanpa tanggul 43,5 Saluran primer dan sekender dengan debit kurang dari 7.5 m3/det

    45,0 - 47,5

    Saluran terpelihara baik dengan debit lebih besar dari pada 10 m3/det

    50

    Saluran dengan pasangan batu kosongan 50 Saluran pasangan batu belah yang baik dan baton tidak dihaluskan

    60

    Saluran dengan dinding halus dinding kayu 90

    7. Tahapan perencanaan dan formulasi

    1) Analisis Hidrologi

    a. Hitung koefesien pengaliran (C)

    b. Dari data pengukuran, hitung : beda tinggi (H), panjang daerah

    pengaliran (L), Kemiringan rata-rata dasar pengaliran (s) : s = H/L

  • PR-19 : PERENCANAAN TEKNIS FULL DISAIN RUAS JALAN BUJUNG TENUK SIMPANG PEMATANG

    LAPORAN PENDAHULUAN - II - 35 - PT SARANA MULTI DAYA PT BINA BUANA RAYA

    c. Lama waktu konsentrasi (Tc):

    Untuk daerah aliran kecil dengan pola drainase sederhana, lama

    waktu konsentrasi bisa sama dengan lama waktu pengaliran dari

    tempat yang terjauh. Inilah salah satu sebab rumus rasional hanya

    dapat digunakan untuk daerah-daenah aliran kecil (kebanyakan

    untuk perencanaan sistem drainase daerah perkotaan, kurang dan

    500 ha). 77,0

    0195.0

    sLxTc menit

    d. Intensitas curah hujan (I):

    Digunakan Rumus Mononobe:

    32

    24 24.24

    tRI

    mm/jam

    R24 = Curah hujan maksimum setempat dalam mm.

    t = Lama waktu konsentnasi dalam jam.

    e. Hitung luas daerah aliran (A)

    f. Hitung debit nencana (Q):

    Q = 0,278.C.I.A m3/det.

    C = Koefisien pengaliran

    I = intensitas hujan dalam mm/jam

    A = Luas daerah aliran dalam km2

    2) Analisis Hidrolika

    a. Tentukan / pilih bentuk penampang basah dari alternatif sebagai

    berikut:

    Segi empat

    Trapesium

    Untuk perencanaan saluran dianjurkan perbandingan antara lebar

    dasar saluran b dan tinggi air h sebagai berikut (Tabel 2.6) :

  • PR-19 : PERENCANAAN TEKNIS FULL DISAIN RUAS JALAN BUJUNG TENUK SIMPANG PEMATANG

    LAPORAN PENDAHULUAN - II - 36 - PT SARANA MULTI DAYA PT BINA BUANA RAYA

    Tabel 2.6 : Pendekatan perbandingan dasar dan tinggi saluran.

    Q (m3/det) b: h 0,00 - 0,50 1 0,50 - 1,00 1,5 1,00 - 1,50 2 1,50 - 3,00 2,5 3,00 - 4,50 3 4,50 - 6,00 3,5 6,00 - 7,50 4 7,50 - 9,00 4,5 9,00 -11,0 5

    b. Tentukan / pilih type dinding saluran dengan alternatif sebagai

    berikut:

    Pasangan batu tanpa plesteran

    Pasangan batu dengan plesteran

    Beton

    Tanah

    c. Coba penampang basah:

    h dalam m b dalam m Luas penampang basah (F) dalam m2 Keliling penampang basah (0) dalam m

    d. Hitung Radius hidrolik

    meter OF R

    e. Hitung / tentukan kemiringan dasar saluran (S).Tentukan koefisien

    kekasaran (n) atau (k)

    f. Hitung kecepatan air rata-rata (V):

    Rumus Manning: n

    SRV 2

    1.32

    R = Radius hidrolik dalam meter S = Kemiringan dasar saluran n = Koefisien kekasaran

  • PR-19 : PERENCANAAN TEKNIS FULL DISAIN RUAS JALAN BUJUNG TENUK SIMPANG PEMATANG

    LAPORAN PENDAHULUAN - II - 37 - PT SARANA MULTI DAYA PT BINA BUANA RAYA

    Rumus Strickler: 21.3

    2. SRkV m/det

    k = koefisien kekasaran g. Hitung debit kapasitas saluran (Q):

    Q = V.F m3/det.

    Kapasitas saluran ini harus lebih besar dari pada debit rencana:

    Q = V.F Q = 0,278.C.I.A

    8. Bangunan pelengkap sistem drainase

    Bangunan yang dimaksud adalah bangunan yang ikut mengatur

    mengontrol sistem aliran air hujan yang ada dalam perjalanan menuju

    outfall agar aman dan melewati daerah-daerah curam atau melintasi

    jalan raya. Bangunan-bangunan tersebut berupa gorong-gorong (culvert),

    bangunan pertemuan saluran, bangunan terjunan, jembatan, dan lain-

    lain.

    1) Bangunan pertemuan saluran (Box drainage)

    Bangunan pertemuan saluran ini diperlukan pada pertemuan dua

    atau lebih saluran dan berbentuk box untuk memudahkan

    pengaturan arah aliran setelah pertemuan serta merupakan

    tempat peralihan karakteristik hidraulis dan saluran sebelum dan

    sesudah pertemuan tersebut.

    Karakieristik tersebut terutama menyangkut masalah ukuran profil,

    .kapasitas atau kemiringan saluran. Saluran setelah pertemuan

    hams menampung jumlah kumulatifdari debit semua saluran yang

    mengumpul dipertemuan tersebut.

    Dimensi saluran dari bangunan peredaman energi (energy

    dissipation) terhadap aliran-aliran dari hulunya. Dimensi Hidrolis

    disesuaikan dengan analisa terjunan.

    2) Terjunan

    Untuk mengurangi kemiringan saluran dan kecepatan yang terlalu

    besar yang dapat mengakibatkan penggerusan bahan saluran maka

    dipergunakan terjunan.

  • PR-19 : PERENCANAAN TEKNIS FULL DISAIN RUAS JALAN BUJUNG TENUK SIMPANG PEMATANG

    LAPORAN PENDAHULUAN - II - 38 - PT SARANA MULTI DAYA PT BINA BUANA RAYA

    Terjunan ini dapat pula diterapkan pada pertemuan saluran (titik

    simpul) elevasi dasar saluran yang berbeda tingginya, untuk

    mengurangi energi yang jatuh (sebagai energi disipator).

    Lokasi atau terjunan dapat diperkirakan dengan mempertimbangkan

    kemiringan saluran, sebagai dasar dapat dilihat pada Tabel 2.7

    berikut:

    Tabel 2.7 : Jarak pematah arus sesuai kemiringan lahan i (%) 6% 7% 8% 9% 10% L (m) 16 10 8 7 6

    a. Terjunan Tegak

    Perencanaan geometri terjunan tegak dinyatakan dalam persamaan

    berikut :

    3

    2

    ghQDn

    Dn = Koefesien terjunan Q = Debit saluran per meter lebar saluran (m3/det/m). g = Kecepatan grafitasi (9,8 m/det2) h = Tinggi terjunan (m)

    Fungsi dari perencanaan geometri terjunan tegak didefinisikan

    menurut persamaan-persamaan di bawah ini :

    Ld/h = 4,30 Dn0,27 Lp/h = Dn D1/h = 0,54 Dn d2/h = 1,66 DN Ld = Panjang saluran Lp = Tinggi air di bawah terjunan D1 & d2 = Tinggi air

    b. Terjunan Miring

    Perencanaan geometri didasarkan kepada perhitungan ruang

    olakan dengan prinsip-prinsip Hidraulic jump.

  • PR-19 : PERENCANAAN TEKNIS FULL DISAIN RUAS JALAN BUJUNG TENUK SIMPANG PEMATANG

    LAPORAN PENDAHULUAN - II - 39 - PT SARANA MULTI DAYA PT BINA BUANA RAYA

    2.4.4. Metode Perencanaan Box Culvert

    Perencanaan struktur box culvert yang sesuai dengan keperluan, dalam arti

    yang belum terdapat pada standard yang sudah ada, dilakukan perhitungan/

    analisis struktur tersendiri oleh konsultan.

    1. Modelisasi struktur

    2. Dasar dan data perencanaan

    Berat satuan bahan: Asphalt, Batu pecah, Beton bertulang, Tanah.

    Mutu beton bertulang

    Bila tinggi timbunan melampaui panjang bentang, beban hidup

    diabaikan.

    Kurangi beban vertikal sampai 70 % bila timbunan lebih dari 3 m.

    Taksiran tebal minimum plat: h = L/13

    Perhitungan Mekanika Teknik.

    Perhitungan beton bertulang dengan cara Kekuatan Batas (Ultimate).

    3. Pembebanan

    1) Tekanan tanah top ceiling

    Pv = v D

    Pv = Tekanan tanah vertikal top ceiling (t/m2) v= Berat satuan bahan diatas culvert (t/m3) D = Tebal lapisan di atas culvert (m)

  • PR-19 : PERENCANAAN TEKNIS FULL DISAIN RUAS JALAN BUJUNG TENUK SIMPANG PEMATANG

    LAPORAN PENDAHULUAN - II - 40 - PT SARANA MULTI DAYA PT BINA BUANA RAYA

    2) Tekanan tanah bottom slab

    Wd = c Ti

    Wd = Berat ceiling (t/m2) c = Berat satuan beton bertulang = 2,5 t/m3 Ti = Tebal ceiling (m)

    3) Tekanan tanah bottom slab

    QD = b T2 / ( H B )

    QD = Tekanan bottom slab (t/m2) T2 = Tebal side wall (m) H = Tinggi sebelah dalam culvert B = Lebar sebelah dalam culvert (m)

    4) Tekanan tanah side wall

    E1 = Ka. .Z

    E1 = Tekanan horizontal side wall (t/m2) Ka = Koefesien tekanan tanah aktif = Berat satuan tanah (t/m3 Z = Kedalaman dari permukaan (m)

    Ka = tg2

    2450

    dimana = Sudut geser dalam tanah (0)

    5) Beban hidup top ceiling

  • PR-19 : PERENCANAAN TEKNIS FULL DISAIN RUAS JALAN BUJUNG TENUK SIMPANG PEMATANG

    LAPORAN PENDAHULUAN - II - 41 - PT SARANA MULTI DAYA PT BINA BUANA RAYA

    i. Front wheels :

    75,22xTP

    ii. Rear wheels :

    75,22xTP

    iii. Distribusi beban :

    0,3 2DP PI

    PI = Live load top ceiling (t/m2)

    6) Beban hidup bottom slab

    2.T2 B0,8 x PI

    2.T2 B3,5

    2,75 x PI QL

    QL = Live load bottom slab (t/m2)

    7) Beban hidup side wall

    Ekivalen dengan tekanan tanah setinggi 0,6 m.

    Ee = Ka.q = Ka.0,6.

    Ee = Live load side wall (t/m2)

    8) Beban rencana

    Model A Top Ceilling

    Qt = Pv + Wd+P Bottom Slab

    2.2..2.2

    TBcHTWdPvQD

    Side Wall Q1 = E1 Q2 = Ee

    Model B Top Ceilling

    Qt = Pv + Wd + PI Bottom Slab

    2.2..2.2

    TBcHTWdPvQD

    Side Wall Q1 = E1 Q2 = E2 + Ee

    9) Check floating

    Tekanan air bottom slab :

  • PR-19 : PERENCANAAN TEKNIS FULL DISAIN RUAS JALAN BUJUNG TENUK SIMPANG PEMATANG

    LAPORAN PENDAHULUAN - II - 42 - PT SARANA MULTI DAYA PT BINA BUANA RAYA

    Wf = Hw (m) x 1 (t/m3) = Hw

    Wf = Buoyancy (t/m2)

    Hw = Tinggi original water level (m)

    QD > Wf (OK)

    4. Mekanika teknik

    1) Ditinjau setengah konstruksi

    2) Faktor Kekakuan : LEIK 4

    3) Carry Over Factor = 0,5

    4) Factor Distribusi : K

    KF

    5) Fixed End Moment Top ceiling : PLbaLQtFEM 2

    22 ..

    121

    6) Fixed End Moment Bottom slab : 2.121 LQtFEM

    7) Fixed End Moment Side wall :

    Ujung atas : 222

    1 121

    301 LQLQFEM

    Ujung bawah : 222

    1 121

    201 LQLQFEM

    8) Perhitungan momen ujung

    9) Perhitungan momen lapangan

    Top ceiling

    RAB = PLQt21.

    21

    Mt = 2.81..

    21 LQMLR tABAB

    Bottom slab

    LQR bDC .21

    2. .8

    121 LQbMCRDM DCLCb

  • PR-19 : PERENCANAAN TEKNIS FULL DISAIN RUAS JALAN BUJUNG TENUK SIMPANG PEMATANG

    LAPORAN PENDAHULUAN - II - 43 - PT SARANA MULTI DAYA PT BINA BUANA RAYA

    Side wall

    LQLQRDA 21 21.

    31

    LxQxQxQxRM DAx

    3

    22

    22

    2 .61.

    21.

    21.

    0:max dxdMM x

    5. Analisis beton bertulang

    1) Slab satu arah

    2) Momen rencana : Mu

    3) Anggapan tinggi efektif : d = h 5 cm

    4) Angka penulangan :

    Angka penulangan pada keadaan balanced :

    fyfycf

    fyfycfb

    8700087000'85,085,0

    8700087000'85,01

    max = 0,75 b

    maxfy

    200

    fyfycffy

    b87000

    87000'85,085,0

    200min

    b

    fyfycffy

    b

    8700087000'85,085,0

    200min

    Angka penulangan pada keadaan leleh :

    fydfydcf

    fydfydcf

    8700087000

    .'.'.85,085,0

    8700087000

    .'.'.85,011

    5) Anggapan angka penulangan

    6) Asumsi lengan momen

    7) Luas tulangan tarik

  • PR-19 : PERENCANAAN TEKNIS FULL DISAIN RUAS JALAN BUJUNG TENUK SIMPANG PEMATANG

    LAPORAN PENDAHULUAN - II - 44 - PT SARANA MULTI DAYA PT BINA BUANA RAYA

    8) Momen tahanan penampang bertulang tunggal

    9) Moment yang dipikul oleh tulangan rangkap

    10) Luas tulangan As :

    Mn2 = As.fy.(d-d)

    As = )'.(

    2ddfy

    Mn

    11) Luas tulangan As : As = As1 + As

    12) Kontrol angka penulangan

    dbAs.

    dbsA

    .''

    13) Tulangan pembagi : A = 0,0018 b.h

    14) Kontrol plat terhadap geser

    15) Faktor reduksi kekuatan untuk geser dan torsi :

    Vu = R

    W = lebar plat yang ditinjau = 1 m

    Ti = tebal plat (mm)

    Vu < .v.c

  • PR-19 : PERENCANAAN TEKNIS FULL DISAIN RUAS JALAN BUJUNG TENUK SIMPANG PEMATANG

    LAPORAN PENDAHULUAN - II - 45 - PT SARANA MULTI DAYA PT BINA BUANA RAYA

    6. Bagan Alir Perencanaan Struktur Box Culvert

    Gambar 2.10 : Bagan Alir Perencanaan Struktur Box Culvert

  • PR-19 : PERENCANAAN TEKNIS FULL DISAIN RUAS JALAN BUJUNG TENUK SIMPANG PEMATANG

    LAPORAN PENDAHULUAN - II - 46 - PT SARANA MULTI DAYA PT BINA BUANA RAYA

    2.4.5. Perencanaan Dinding Penahan Tanah

    Pekerjaan jalan dan jembatan umumnya tidak terlepas dari perlunya dinding

    penahan tanah terutama pada daerah berbukit, timbunan, talud-talud dan

    pada kepala jembatan.

    Dinding penahan tanah (retaining wall) merupakan suatu bangunan untuk

    mencegah keruntuhan tanah yang curam atau lereng yang dibangun

    ditempat dimana kemantapannya tidak dapat dijamin oleh lereng tanah itu

    sendiri.

    1. Jenis-jenis dinding penahan tanah

    1) Tembok penahan pasangan batu

    Tembok penahan jenis ini digunakan terutama untuk pencegahan

    terhadap keruntuhan tanah, dan apabila tanah asli dibelakang

    tembok itu cukup baik dan tekanan tanah dianggap kecil. Tembok

    penahan jenis ini digunakan secara luas sebagai dinding penahan

    tanah rendah karena biaya pekerjaannya relatif murah dan

    pelaksanaan pekerjaannya mudah dilakukan.

    2) Tembok penahan beton tipe gravitasi

    Tembok jenis ini untuk memperoleh ketahanan terhadap tekanan

    tanah dengan beratnya sendiri. Karena bentuknya yang sederhana

    dan juga pelaksanaan mudah, jenis ini sering digunakan apabila

    dibutuhkan konstruksi penahan yang tidak terlalu tinggi atau bila

    tanah pondasinya baik.

    3) Tembok penahan dengan sandaran

    Tembok penahan dengan sandaran sebenarnya juga termasuk

    dalam kategori tembok penahan gravitasi tetapi cukup berbeda

    dalarn fungsinya.

    4) Tembok penahan beton bertulang dengan balok kantilever

    Tembok penahan dengan balok kantilever tersusun dan suatu

    tembok memanjang dan suatu pelat. Masing-masing berlaku

  • PR-19 : PERENCANAAN TEKNIS FULL DISAIN RUAS JALAN BUJUNG TENUK SIMPANG PEMATANG

    LAPORAN PENDAHULUAN - II - 47 - PT SARANA MULTI DAYA PT BINA BUANA RAYA

    sebagai balok kantilever dan kemantapan tembok didapatkan

    dengan beratnya sendiri dan berat tanah diatas tumit pelat lantai.

    5) Tembok penahan beton bertulang dengan penahan (buttress)

    Tipe ini dibangun pada sisi tembok dibawah tanah tertekan untuk

    memperkecil gaya irisan yang bekerja path tembok memanjang dan

    pelat lantai. Jenis mi digunakan untuk tembok penahan yang cukup

    tinggi. Kelemahan dan tembok penahan jenis mi adalah

    pelaksanaannya yang lebih sulit dan pada jenis lainnya.

    6) Tembok penahan beton bertulang dengan penyokong

    Tembok penahan dengan penyokong berfungsi sama seperti

    dinding penahan tetapi tembok penyokong yang berhubungan

    dengan penahan ditempatkan pada sisi yang berlawanan dengan

    sisi dimana tekanan tanah bekerja.

    7) Tembok penahan khusus

    Jenis mi adalah tembok penahan khusus yang tidak termasuk

    dalam tembok penahan yang disebutkan diatas. Jenis mi dibagi

    menjadi tembok penahan macam rak, tipe kotak, tembok penahan

    menggunakan jangkar, dengan penguatan tanah, bentuk Y terbalik.

    2. Pemilihan jenis dinding penahan tanah

    Dalam memilih jenis dinding penahan, perlu mengetahui : sifat-sifat tanah

    pondasi, kondisi tempat, kondisi pelaksanaan dan efisiensi ekonomis.

    Sebagai pegangan, standar ketinggian dinding yang sering digunakan

    diperlihatkan pada Tabel 2.8

    Tabel 2.8: Pendekatan tinggi berbagai dinding penahan

    Tinggi (m) Tipe 5 10 15 Pasangan batu Gravitasi Balok akntilever Dinding penopang

  • PR-19 : PERENCANAAN TEKNIS FULL DISAIN RUAS JALAN BUJUNG TENUK SIMPANG PEMATANG

    LAPORAN PENDAHULUAN - II - 48 - PT SARANA MULTI DAYA PT BINA BUANA RAYA

    3. Prinsip-prinsip perencanaan dinding penahan tanah

    1) Beban rencana

    Berat sendiri tembok penahan. Tekanan tanah. Beban dibelakang dinding untuk jalan raya dianggap sebesar 1

    T/m2 sebagai pembebanan kendaraan. 2) Kemantapan / stabilitas

    Kontrol stabilitas guling. Kontrol stabilitas geser. Kontrol esentrisitas Kontrol terhadap daya dukung tanah pondasi

    3) Data dan ketentuan untuk perencanaan

    Tinggi : h Soil properties tanah timbunan Soil properties tanah dasar dibawah telapak. Koefesien gesekan antara telapak dan tanah dasar : Berat satuan bahan Sudut kemiringan tulud Sudut kemiringan dinding sebelah dalam Pendekatan dimensi dan asumsi

    H D = h D = 1/6 H B = 0,5 H d = 0,5 D

    Koefesien tekanan tanah aktif dan pasif Koefesien tekanan tanah aktif

    Koefesien tekanan tanah pasif

    4) Gaya dinding lateral

    Q = 0,6 a Pal = q.H.Ka Pa2 = PA2.cos( + () PA2 = .(a.H2.Ka 2.c.H) Pv = PA2 . sin (( + ()

    Ka2c Zoa

    Pp1 = . a.D2Kp Pp2 =2c.c.D pK

  • PR-19 : PERENCANAAN TEKNIS FULL DISAIN RUAS JALAN BUJUNG TENUK SIMPANG PEMATANG

    LAPORAN PENDAHULUAN - II - 49 - PT SARANA MULTI DAYA PT BINA BUANA RAYA

    5) Kontrol stabilitas guling

    1,5MM

    H

    V gulingF

    6) Kontrol stabilitas geser

    1,5P

    P V.

    a

    p

    geserF

    Tabel 2.8 : Nilai koefisien gesekan :

    Kondisi Permukaan kasar Tanah berbutir kasar (tanpa lumpur) Tanah berbutir kasar (dengan lumpur) Lumpur

    0,60 0,55 0,45 0,35

    7) Kontrol eksentrisitas

    e = 0,5 B - x < 1/6 B

    VMMx Hv

    8) Kontrol kapasitas daya dukung telapak

    LBeV

    LBVq 2max

    ..6.

    LBeV

    LBVq 2min

    ..6.

    245cos.2 2

    2

    aNq

    tan2

    .75,0

    ea

    Nc = (Nq 1) cot N = 2 (Nq + 1) tan

  • PR-19 : PERENCANAAN TEKNIS FULL DISAIN RUAS JALAN BUJUNG TENUK SIMPANG PEMATANG

    LAPORAN PENDAHULUAN - II - 50 - PT SARANA MULTI DAYA PT BINA BUANA RAYA

    4. Bagan Alir Perencanaan Dinding Penahan Tanah

    Gambar 2.11 : Bagan Alir Perencanaan Dinding Penahan

    2.4.6. Penggambaran

    Gambar teknik diproduksi pada skala yang sesuai dan dalam detail yang

    cukup mewakili lokasi secara utuh, tipologi, cakupan dan skala dari

    pekerjaan yang diusulkan, termasuk batas konstruksi.

    Gambar-gambar disesuaikan dengan gambar usulan yang berlaku pada

    kondisi fisik lapangan, termasuk topografi, prasarana saat ini, gambar

    menyajikan rencana ketinggian, penampang melintang, penampang

    memanjang dan detail lengkap konstruksi.

  • PR-19 : PERENCANAAN TEKNIS FULL DISAIN RUAS JALAN BUJUNG TENUK SIMPANG PEMATANG

    LAPORAN PENDAHULUAN - II - 51 - PT SARANA MULTI DAYA PT BINA BUANA RAYA

    Skala gambar sebagai berikut :

    Peta lokasi 1 : 5000, 1 : 10.000, 1 : 20.000

    Peta situasi 1 : 1000

    Gambar kontur 1 : 500, 1 : 200

    Potongan memanjang (H) 1 : 1000, (V) 1 : 100

    Potongan melintang 1 : 50, 1 : 100, 1 : 200

    Detail khusus digambar untuk persinggungan dengan fasilitas lain yang ada,

    seperti : jembatan, saluran drainase, jalur listrik, telepon, dan fasilitas

    pendukung utama penting.

    Gambar dibuat dengan jelas dan lengkap dengan memperhatikan hal-hal

    sebagai berikut:

    Rencana diplot diatas situasi/layout sehingga jelas kedudukan jalan

    tersebut. Yang perlu digambar jelas adalah rencana yang akan

    ditangani/dikerjakan dan untuk membedakan dengan yang ada (existing)

    perlu ditunjukkan dengan garis terputus, skala 1 : 5000

    Gambar situasi dibuat dengan perbandingan yang proporsional dengan

    menampilkan informasi umum di sekitar jalan tersebut.

    Potongan penampang memanjang, untuk horizontal skala 1 : 1000, untuk

    vertical skala 1 : 100.

    Potongan penampang melintang, skala 1 : 100 untuk horizontal dan 1 :

    50 untuk vertical dengan stationing setiap interval 25 m di tikungan dan

    50 m di bagian lurus.

    Ukuran huruf dengan tinggi minimum 4 mm dan jelas.

    Susunan Gambar Rencana tersebut adalah sesuai dengan petunjuk Pemberi

    Pekerjaan

    2.4.7. Perhitungan Kuantitas dan Perkiraan Biaya

    Pada bagian ini Konsultan memerlukan ketelitian sehingga penyimpangan

    volume dan biaya konstruksi dapat ditekan sekecil mungkin saat hasil

    perencanaan ini diaplikasikan di lapangan.

  • PR-19 : PERENCANAAN TEKNIS FULL DISAIN RUAS JALAN BUJUNG TENUK SIMPANG PEMATANG

    LAPORAN PENDAHULUAN - II - 52 - PT SARANA MULTI DAYA PT BINA BUANA RAYA

    1. Volume Pekerjaan

    Volume pekerjaan disiapkan dari perhitungan desain, gambar-gambar

    dan spesifikasi, dalam sebuah format dan pada sebuah tingkatan rinci.

    Hal ini ditinjau seteliti mungkin dari jumlah atau volume dari pekerjaan

    yang diperlukan untuk masing-masing jenis pekerjaan.

    Setiap paket pekerjaan yang direncanakan dihitung volume pekerjaan

    untuk tiap bagian sesuai masing-masing kontrak pelaksanaannya dan

    dikelompokkan dalam beberapa pekerjaan.

    2. Perkiraan Biaya

    Analisa harga satuan menggunakan metode Bina Marga (Kimpraswil)

    dan acuan lain yang baku berdasarkan faktor-faktor : tenaga, material,

    peralatan, sosial, pajak, overhead, dan keuntungan yang berlaku di

    daerah setempat.

    Perkiraan biaya yang diperoleh dari analisa ini dibandingkan dengan

    proyek-proyek lainnya di daerah sekitar lokasi.

    2.4.8. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan

    Bagian ini akan mengulas manajemen peralatan yang dapat dipergunakan

    sebagai pengendali waktu yang telah ditentukan berdasarkan volume

    pekerjaan rencana. Agar tepat waktu, maka perlu pendekatan analisis alat

    berat dengan keakuratan tinggi sehingga akan didapat jenis alat, jumlah alat,

    kapasitas alat minimal yang harus dioperasikan di lapangan.

    Pelaksanaan proyek dan tahapan awal jadwal disiapkan untuk tiap-tiap

    komponen. Jadwal menunjukkan pelaksanaan khusus yang diperlukan untuk

    dikoordinasikan dengan prasarana proyek lain dan untuk meminimalkan

    gangguan.

    Pada tahap perencanaan teknis, Konsultan menyiapkan metode

    pelaksanaan pekerjaan dan jadwal pelaksanaan. Selanjutnya dengan

    berdasarkan pada volume pekerjaan maka dibuat schedule pelaksanaan

    dengan barchart untuk masing-masing item pekerjaan sehingga dapat

    diketahui perkiraan jangka waktu konstruksi yang dibutuhkan. Schedule

  • PR-19 : PERENCANAAN TEKNIS FULL DISAIN RUAS JALAN BUJUNG TENUK SIMPANG PEMATANG

    LAPORAN PENDAHULUAN - II - 53 - PT SARANA MULTI DAYA PT BINA BUANA RAYA

    pelaksanaan yang dibuat disertai data pendukung mengenai jumlah dan

    kapasitas peralatan yang dipakai.

    Alat berat hubungannya sangat erat sekali dan tidak terpisahkan dengan

    pelaksanaan fisik proyek secara mekanis.

    Hal-hal pokok yang berhubungan dengan alat berat, yaitu :

    Volume pekerjaan yang harus diselesaikan dalam batas waktu tertentu

    Dengan volume pekerjaan tersebut dan waktu yang telah ditentukan berarti

    kira harus menetapkan jenis dan jumlah alat untuk menyelesaikan pekerjaan

    tersebut.

    Dari butir tersebut diatas diprogramkan suatu penanganan proyek yang

    konseptional, diharapkan target volume pekerjaan dan waktu pelaksanaan

    tidak meleset dari perkiraan. Ini bias terjadi bias didukung dengan analisa

    kapasitas alat berat dengan cermat.

    Dengan adanya analisis yang baik dalam Construction Method diharapkan

    peralatan yang dioperasikan dapat tepat waktu dan tepat guna untuk

    menangani proyek.

    Evaluasi dapat dikembangkan lebih jauh, yaitu dengan menempatkan

    peralatan tersebut pada tiap-tiap aktivitas pekerjaan dengan jenis dan jumlah

    sesuai kebutuhan. Misalnya untuk aktivitas : pengangkutan raw material dari

    quarry dibawa ke Crushing Plant, Pekerjaan overlay hotmix, Pekerjaan

    excavation dan Embankment. Aktivitas-aktivitas pekerjaan ini membutuhkan

    jenis dan jumlah alat yang berbeda-beda.

    Sedangkan metode pelaksanaan pekerjaan akan ditinjau pekerjaan utama

    saja (major work) atau pekerjaan khusus yang tingkat kesulitannya tinggi.