aspek pemasaran batubara

Upload: topanalee

Post on 09-Oct-2015

64 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Mengulas tentang prospek bisnis transportasi pengangkutan batubara di kalimantan

TRANSCRIPT

  • 7/13/2019 ASPEK PEMASARAN BATUBARA

    1/29

    I.

    ASPEK PEMASARAN

    4.1. Kondisi dan Prospek Makro Ekonomi[

    4.1.1.Tinjauan Ekonomi Makro Dunia

    Pasca krisis keuangan global tahun 2008 perekonomian dunia terus berupaya

    keluar dari krisis. Indikasi pemuliah telah tampak pada paruh kedua tahun 2009

    dan semakin kuat pada tahun 2010 yang ditandai oleh angka pertumbuhan

    ekonomi yang kembali positif sebesar 5,0 persen. Meskipun pemulihan ekonomi

    global telah berlangsung, prosesnya belum merata di berbagai Negara (multi

    speed economic recovery). Pemulihan ekonomi Negara-negara emerging

    marketsrelatif lebih cepat, dengan laju pertumbuhan PDB mencapi 7,1 persen

    dibandingkan dengan pemulihan ekonomi Negara-negara maju yang hanya

    tumbuh 3,0 persen1(Gambar 4.1.).

    Gambar 4-1

    Pertumbuhan Ekonomi Negara-

    Proses pemulihan di negara-negara emerging markets yang lebih cepat juga

    diikuti oleh tekanan inflasi yang meningkat, sehinga mendorong Negara-negara

    1Estimasi IMF dalam World Economic Outlook, Januari 2011

  • 7/13/2019 ASPEK PEMASARAN BATUBARA

    2/29

    tersebut untuk melakukan pengetatan kebijakan moneter lebih awal dengan

    Negara-negara maju. Negara-negara maju pada umumnya masih

    mempertahankan kebijakan moneter longgar untuk mendorong daya beli

    masyarakat (private domestic demand) yang masih lemah. Bahkan pemerintah

    Negara-negara maju juga mengeluarkan berbagai paket stimulus fiscal secar

    lebih agresif dibandingkan dengan pemerintah Negara-negara emerging

    markets

    Selain belum merata, proses pemulihan ekonomi global juga mengalami

    perlambatan pertumbuhan ekonomi di paruh waktu kedua tahun 2010 sehigga

    momentum pemulihan juga melemah. Pemulihan ekonomi yang cukup kuat

    pada awal tahun terganggu oleh munculnya krisis utang Pemerintah Yunani di

    triwulan II tahun 2010. Krisis ini mengakibatkan pemulihan ekonomi Yunani dan

    juga Negara-negara lain yang tergabung dalam kawasan Euro terganggu.

    Bahkan krisis diperkirakan dapat meluas mengingat beberapa Negara lainnya

    seperti Irlandia, Italia, Portugal dan Spanyol juga mengalami permasalahan fiscal

    yang cukup berat. Akhir tahun 2010, Irlandia juga mengalami krisis fiscal. Krisis

    utang pemerintah di kawasan Uero ini pada gilirannya juga berdampak pada

    proses pemulihan global yang baik melalui jalur keuangan maupun jalur

    perdagangan. Akibatnya, laju pertumbuhan di banyak Negara, termasuk di

    Negara-negara emerging marketsmelambat pada paruh waktu tahun 2010.

    Pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2011 diperkirakan tetap tumbuh

    relative kuat, walaupun melambat setelah tumbuh cukup pesat pada tahun

    2010. Perekonomian Negara-negara maju diperkirakan belum akan sepenuhnya

    pulih karena masih mengalami beberapa tantangan berupa penghematan fiscal

    ditengah konsumsi rumah tangga yang masih lemah akibat masih tingginya

    tingkat pengangguran. Jepang dan Negara-negara di kawasan Eropa

    diperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang malambat pada tahun 2011

    Pemulihan ekonomi Negara-negara emerging marketsdiperkirakan lebih cepat

    dibandingkan dengan pemulihan di Negara-negara maju. Pertumbuhan

    ekonomi di Negara-negara emerging markets pada tahun 2011 masih cukup

    tinggi, walaupun cenderung melambat seiring dengan pengetatan kebijakan

    yang ditempuh oleh Negara-negara tersebut. Masih cukup tingginya

    pertumbuhan ekonomi di Negara-negara emerging markets tersebut terutama

    dimotori oleh China dan India terkait dengan masih kuatnya permintaan

    domestik.

  • 7/13/2019 ASPEK PEMASARAN BATUBARA

    3/29

    Secara keseluruhan tahun 2011, pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan

    mencapai 4,4 persen (yoy). Negara-negara emerging markets diperkirakan

    masih menjadi motor pertumbuhan ekonomi dunia dengan tingkat

    pertumbuhan yang masih cukup tinggi sebesar 6,5 persen. Di sisi lain, Negara-

    negara maju diperkirakan hanya akan mencatat pertumbuhan sebesar 2,5

    persen sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2011 yang

    melambat, volume perdagangan dunia (WTV) pada tahun 2011 diperkirakan

    juga mengalami perlambatan, walaupun masih tumbuh cukup tinggi dan

    kembali mencapai kisaran rata-rata historis sebelum krisis, sebesar 7,1 persen2.

    Harga komoditas dunia dan inflasi

    Seiring dengan masih kuatnya kinerja ekonomi dunia, terutama di Negara-

    negara emerging markets, harga komoditas dunia diperkirakan mengalami

    kenaikan. Harga minyak diperkirakan meningkat dan mencapai harga rata-rata

    tahun 2011 sebesar 90 dollar AS per barel (Minas). Meningkatnya harga minyak

    ke depan, antara lain didorong oleh berlanjutnya kecenderungan pelemahan

    dollas AS, yang terlihat dari meningkatnya prosisi kontrak perdagangan

    nonkomesial (non-commercial contract) dan peningkatan produksi yang relative

    terbatas. Produksi minyak OPEC diperkirakan hanya mengalami kenaikan

    sebesar 0,4 juta berel per hari ditengah konsumsi minyak global yang

    diperkirakan meningkat hingga sebesar 1,4 juta barel per hari (Short-term

    Energy Outlook, U.S Energy Information Administration, Desember 2010).

    Sejalan dengan kenaikan harga minyak, harga komoditas lainnya juga

    diperkirakan cenderung meningkat. Untuk kelompok komoditas nonmigas,

    kenaikan harga antara lain disebabkan kuatnya pertumbuhan ekonomi dunia,

    terutama di Negara-negara emerging markets

    Inflasi dunia tahun 2011 diperkirakan relative tinggi, terutama di Negara-negara

    emerging markets. Masih tingginya tingkat inflasi sejalan dengan pemulihan

    Negara-negara emerging markets dan Negara-negara maju serta kenaikan

    harga komoditas. Berdasarkan perkiraan IMF (WEO-Januari 2011), tekanan inflasi

    di Negara-negara maju dan berkembang pada tahun 2011 masing-masing

    sebesar 1,6 persen (yoy) dan 6,0 persen (yoy). Pertumbuhan ekonomi dan

    tingkat inflasi di Negara-negara maju di masa mendatang diperkirakan

    meningkat, walaupun masih lebih rendah dibandingkan dengan Negara-negara

    emerging markets. Kondisi tersebut, kebijakan moneter di Negara-negara maju

    secara umum diperkirakan masih akan tetap longgar dengan beberapa Negara

    2World Economic Outlook Update,IMF, Januari 2011

  • 7/13/2019 ASPEK PEMASARAN BATUBARA

    4/29

    maju mulai melakukan pengetatan. Disisi lain, Negara-negara emerging markets

    diperkirakan masih akan melanjutkan kebijakan yang lebih ketat.

    4.1.2.Gambaran Umum Ekonomi Indonesia

    Selama triwulan III 2011 kondisi perekonomian Indonesia tetap terjaga.

    Perkembangan tersebut ditandai oleh stabilitas ekonomi yang tercermin dari

    inflasi yang terkendali, sistem pembayaran yang stabil, serta kinerja perbankan

    dan stabilitas sistem keuangan yang terjaga. Nilai tukar rupiah memang sempat

    mengalami tekanan terkait pengaruh meningkatnya ketidakpastian di AS dan

    Eropa. Namun respon kebijakan Bank Indonesia yang tepat dan terukur dapat

    meredam tekanan lebih lanjut pada nilai tukar dan membatasi dampak gejolak

    hanya terjadi di pasar keuangan. Berbagai perkembangan tersebut pada

    gilirannya berkontribusi positif pada pertumbuhan ekonomi yang pada triwulan

    III 2011 yang diperkirakan masih cukup tinggi.

    Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada laporan triwulan 2011masih cukup

    terkendali, meskipun terdapat kenaikan permintaan domestik terkait dengan

    puasa dan Hari Raya Idul Fitri serta tekanan pada nilai tukar. Inflasi IHK pada

    triwulan III-2011 tercatat sebesar 1,89% (qtq), atau secara tahunan sebesar 4,61

    persen (yoy). Inflasi ini lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama tahun

    sebelumnya sebesar 2,88 persen (qtq) atau 5,80 persen (yoy). Untuk keseluruhantahun 2011, Bank Indonesia memperkirakan inflasi IHK tahun 2011 akan berada

    pada kisaran sasaran inflasi yang ditetapkan yaitu 5%1%. Perkiraan tersebut

    sejalan dengan perkembangan inflasi yang hingga akhir periode laporan masih

    tercatat rendah sebesar 2,97 persen (ytd), serta perkiraan tetap terjaganya

    pasokan barang dan jasa dan tidak adanya kebijakan penyesuaian harga energi.

    Inflasi yang masih terkendali kemudian berkontribusi positif pada pertumbuhan

    ekonomi yang diperkirakan masih tinggi. Pertumbuhan ekonomi triwulan III-

    2011 diperkirakan mencapai 6,6 persen didukung oleh konsumsi, kinerja ekspor

    dan kegiatan investasi. Konsumsi rumah tangga diperkirakan tumbuh kuat,

    dipengaruhi oleh peningkatan pendapatan yang berasal dari hasil ekspor sejalan

    dengan kinerja ekspor yang masih tinggi. Investasi ditopang oleh investasi

    bangunan dan nonbangunan yang diperkirakan tumbuh meningkat. Dengan

    perkembangan tersebut, untuk keseluruhan tahun 2011 pertumbuhan ekonomi

    diperkirakan mencapai 6,6 persen

    Perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan III-2011

    banyak dipengaruhi oleh dampak meningkatnya sentimen negatif permasalahan

    ekonomi di AS dan Eropa. Ketidakpastian di AS dan Eropa memicu terjadinya

  • 7/13/2019 ASPEK PEMASARAN BATUBARA

    5/29

    aliran keluar modal asing, khususnya berbentuk investasi portofolio, dan

    selanjutnya memberikan tekanan terhadap kinerja neraca transaksi modal dan

    finansial (TMF). Sementara itu, kinerja neraca transaksi berjalan diperkirakan

    masih baik, meskipun mengalami penurunan dibandingkan kinerja pada periode

    sebelumnya. Kondisi tersebut dipengaruhi pertumbuhan impor yang mengalami

    peningkatan sejalan dengan meningkatnya aktivitas perekonomian domestik,

    meskipun kinerja ekspor non-migas yang masih tumbuh cukup tinggi. Secara

    keseluruhan, kuatnya penurunan kinerja TMF kemudian berkontribusi pada

    penurunan kinerja keseluruhan Neraca Pembayaran Indonesia. Dengan

    perkembangan NPI tersebut, cadangan devisa pada akhir laporan tercatat 114,5

    miliar dolar AS atau setara dengan 6,5 bulan impor dan pembayaran utang luar

    negeri Pemerintah.

    Tekanan pada NPI akibat meningkatnya aliran keluar modal asing pada

    gilirannya memberikan tekanan terhadap nilai tukar rupiah. Sejalan dengan

    pelemahan mata uang regional, nilai tukar rupiah secara umum terdepresiasi,

    meskipun pada awal triwulan masih berada dalam tren menguat. Tekanan

    rupiah lebih jauh dapat sedikit diredam oleh langkah stabilisasi yang ditempuh

    secara terukur oleh Bank Indonesia. Pada akhir triwulan III-2011, rupiah ditutup

    Rp8.780 per dolar AS, atau melemah Rp207 (2,41 persen) dibandingkan dengan

    akhir triwulan sebelumnya.

    Kendati nilai tukar rupiah mengalami tekanan, stabilitas sistem keuangan masih

    tetap terjaga dan dibarengi terus membaiknya fungsi intermediasi perbankan

    dalam mendukung pembiayaan perekonomian. Pada Agustus 2011, rasio

    kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) tercatat sebesar 17,3 persen,

    jauh melampaui ketentuan batas minimum permodalan 8 persen. Kondisi

    tersebut juga disertai profitabilitas dan efisiensi bank yang terus membaik.

    Selain itu, penyaluran kredit untuk pembiayaan kegiatan perekonomian juga

    terus berlanjut hingga mencapai 23,8 persen (yoy) dan lebih banyak disalurkan

    untuk membiayai sektor-sektor produktif. Penyaluran kredit tersebut disertai

    dengan kualitas kredit yang tetap terjaga dengan rasio Non Performing Loan

    (NPL) gross yang masih dibawah 3 persen. Kinerja sektor perbankan, yang

    merupakan sektor utama dalam sistem keuangan Indonesia, mendorong

    membaiknya stabilitas sistem keuangan. Pada akhir triwulan II 2011, Indeks

    Stabilitas Sistem Keuangan (Financial Stability Index/FSI) masih tetap sebesar

    1,68 persen3.

    3 Outlook Ekonomi Indonesia 2009-2014, Edisi Januari 2009, Bank Indonesia

  • 7/13/2019 ASPEK PEMASARAN BATUBARA

    6/29

    Perekonomian Indonesia 2007-2011

    Kinerja perekonomian Indonesia pada tahun 2010 turut diwarnai oleh dinamika

    perekonomian global. Membaiknya pertumbuhan ekonomi global yang

    mendorong naiknya volume perdagangan internasional serta memicu kenaikan

    harga-harga komoditas berdampak pada tingginya pertumbuhan ekspor

    Indonesia. Pada tahun 2010, ekspor menjadi penyumbang terbesar bagi

    pertumbuhan ekonomi Indonesia. Kenerjanya yang meningkat tinggi mampu

    mempertahankan surplus transaksi berjalan, walaupun terjadi peningkatan yang

    tinggi di sisi impor maupun pembayaran profit transfer. Disisi transaksi pasar

    modal dan financial, pemulihan ekonomi global yang disertai derasnya aliran

    modal menyebabkan surplus neraca modal yang besar dalam NPI.

    Perkembangan kondisi makroekonomi yang membaik ini membawa

    perkembangan positif bagi pasar modal Indonesia. Harga saham meningkat

    cukup tinggi hingga menjadikan Bursa Efek Indonesai sebagai bursa terbaik di

    Negara-negara kawasan. Sementara itu, imbal hasil Surat Berharga Negara

    (SBN) terus mengalami penurunan signifikan sejak 2009. Derasnya arus modal

    masuk juga mengakibatkan terjadinya penguatan nilai likudititas di pasar uang

    jangka pendek. Kondis ini mendorong suku bunga PUAB over night (O/N)

    bergerak di bawah BI rate dan cenderung mendekati batas bawah koridor.

    Meningkatnya keyakinan konsumen dan daya beli masyarakat menjadi faktor

    utama cukup tingginya pertumbuhan konsumsi pada tahun 2010. Kondisi ini

    kemudian direspons oleh peningkatan pertumbuhan investasi seiring dengan

    membaiknya tendensi bisnis dan permintaan ekspor yang tinggi. Disisi lain,

    realisasi belanja pemerintah tumbuh lebih lambat dibanding tahun sebelumnya.

    Berbagai perkembangan ini membawa pertumbuhan ekonomi Indonesia

    meningkat menjadi 6,1 persen dari 4,6 persen pada tahun sebelumnya.

    Sementara itu, inflasi pada tahun 2010 meningkat cukup tinggi dengan

    perkembangan inflasi IHK yang mencapai 6,96 persen berada di atas sasaraninflasi tahun 2010 (51%). Tingginya inflasi ini bersumber dari tekanan kenaikan

    inflasi pada kelompok volatife food terkat dengan anomali cuaca yang

    menyebabkan terjadinya gangguan pasokan pada kelompok barang ini.

    Meskipun demikian, secara fundamental perkembangan inflasi pada dasarnya

    cukup terkendali, sejalan dengan penguatan rupiah, terjaganya ekspektasi inflasi

    masyarakat, serta kondisi sisi penawaran yang masih memadai dalam meresons

  • 7/13/2019 ASPEK PEMASARAN BATUBARA

    7/29

    kenaikan permintaan. Perkembangan ini terlihat pada inflasi inti yang tetap

    stabil di angka yang relative sama dengan tahun sebelumnya yaitu 4,28 persen4

    Ekonomi Indonesia selama tahun 2007-2010 mengalami pertumbuhan masing-

    masing sebesar 6,3 persen (2007), 6,0 persen (2008), 4,6 persen (2009) dan 6,1

    persen (2010) dibanding tahun sebelumnya. Sementara pada semester I tahun

    2011 bila dibandingkan dengan semester II tahun 2010 tumbuh sebesar 2,2

    persen dan bila dibandingkan dengan semester I tahun 2010 (yoy) tumbuh

    sebesar 6,5 persen

    Tabel 4-1. Laju dan sumber pertumbuhan PDB menurut Lapangan Usaha

    Tahun 2007-2010 (persen)

    Sumber: Badan Pusat Statistik | Data Strategis BPS | Agustus 2011

    Sektor pengangkutan dan komunikasi selama tahun 2007-2010 selalu

    mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 14,0 persen (2007), 16,6 persen

    (2008), 15,5 persen (2009) dan 13,5 persen (2010). Bahkan kontribusi sektor

    pengangkutan-komunikasi terhadap total pertumbuhan ekonomi indoneis

    mencapai tingkat tertinggi pada tahun 2008 dan 2009. Sementara sektorperdagangan, hotel dan restaurant memberikan pertumbuhan yang terbesar

    pada tahun 2007, 2008 dan 2010. Sektor industri pengolahan memberikan

    kontribusi terbesar kedua selama periode ini

    4 Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerjasama Internasional Triwulan III-2011, Bank Indonesia

    2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010

    -1 -2 -3 -4 -5 -6 -7 -8 -9

    1.Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 3,5 4,8 4,1 2,9 0,5 0,6 0,5 0,4

    2. Pertambangan dan Penggalian 1,9 0,7 4,4 3,5 0,2 0,1 0,4 0,3

    3. Industri Pengolahan 4,7 3,7 2,2 4,5 1,2 0,9 0,6 1,1

    4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 10,3 10,9 14,3 5,3 0,1 0,1 0,1 0

    5. Konstruksi 8,5 7,5 7,1 7 0,5 0,4 0,4 0,4

    6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 8,9 6,9 1,3 8,7 1,4 1,1 0,2 1,4

    7. Pengangkutan dan Komunikasi 14 16,6 15,5 13,5 0,9 1,1 1,2 1,1

    8. Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan 8 8,2 5,1 5,7 0,7 0,7 0,5 0,5

    9. Jasa-jasa 6,4 6,2 6,4 6 0,6 0,5 0,6 0,5

    PDB 6,3 6 4,6 6,1 6,3 6 4,6 6,1

    PDB Tanpa Migas 6,9 6,5 5 6,6 - - - -

    Lapangan Usaha

    Laju Pertumbuhan Sumber Pertumbuhan

  • 7/13/2019 ASPEK PEMASARAN BATUBARA

    8/29

    Tabel 4-2. Laju dan Sumber Pertumbuhan PDB Menurut Lapangan Usaha

    Semester I-2011 (persen)

    Sumber: Badan Pusat Statistik | Data Strategis BPS | Agustus 2011

    Pada semester tahun 2010, sumber pertumbuhan terbesar masih dari sektor

    perdagangan, hotel dan restaurant sebesar 1,4 persen terhadap total

    pertumbuhan sebesar 6,5 persen dengan laju pertumbuhan sebesar 8,7 persen

    (yoy). Sementara sektor industri pengolahan dan sektor pengangkutan-

    komunikasi memberikan kontribusi pertumbuhan masing-masing sebesar 1,3

    persen dan 1,0 persen dengan laju pertumbuhan masing-masing 5,4 persen dan

    sebesar 12,1 persen. Pada semester ini, pertumbuhan sektor pengangkutan dan

    komunikasi masih yang tertinggi dibandingkan setor lain (Tabel 4.2.)

    Kondisi Moneter

    Berbagai kebijakan telah ditempuh Bank Indonesia selama triwulan 2011 dalam

    upaya mendukung kinerja positif perekonomian. Kebijakan tersebut juga

    ditempuh dengan berkoodinasi erat bersama pemerintah.

    Di bidang moneter, selama triwulan III 2011 Bank Indonesia memutuskan untuk

    mempertahankan BI Rate pada level 6,75 persen. Kebijakan yang ditempuh Bank

    Indonesia tersebut selaras dengan upaya menjaga laju inflasi ke depan agar

    tetap berada pada kisaran sasarannya. Arah kebijakan juga ditempuh setelah

    mempertimbangkan dampak kecenderungan menurunnya pertumbuhan

    ekonomi negara maju, melambatnya volume perdagangan dunia dan

    -1 -2 -3 -4

    1. Perikanan, peternakan, kehutanan dan perikanan 6,9 3,7 0,5

    2. Pertambangan dan penggalian 2,6 2,3 0,2

    3. Industri Pengolahan 1 5,4 1,3

    4. Listri, Gas dan Air Bersih 1 4,1 0

    5. Konstruksi -0,5 6,2 0,46. Perdagangan, Hotel dan Restoran 2,7 8,7 1,4

    7. Pengangkutan dan Komunikasi 2,7 12,1 1

    8. Keuangan, Reas Estate dan Jasa Perusahaan 2,1 6,3 0,6

    9. Jasa-jasa 3,8 7,1 0,6

    PDB 2,2 6,5 6,5

    PDB Tanpa Migas 2,5 7 -

    Semester I-

    2010

    terhadap

    Semester

    II-2009

    Semester I-

    2010

    terhadap

    Semester

    II-2009

    SumberLapangan Usaha

    Pertumbuhan y-o-y

  • 7/13/2019 ASPEK PEMASARAN BATUBARA

    9/29

    menurunnya harga komoditas global terhadap perekonomian domestik. Dalam

    periode laporan yang ditandai oleh arus pembalikan modal, kebijakan BI juga

    diperkuat oleh kebijakan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sehingga tidak

    memberikan tekanan terhadap stabilitas makroekonomi secara keseluruhan.

    Untuk mendorong kegiatan di pasar uang antar bank di tengah besarnya ekses

    likuiditas selama ini, Bank Indonesia juga memperlebar batas bawah koridor

    suku bunga operasi moneter yang semula 100 bps menjadi 150 bps di bawah

    BI Rate. Selain itu, Bank Indonesia juga melanjutkan penerapan strategi

    penguatan operasi moneter. Strategi tersebut ditempuh melalui optimalisasi

    penyerapan likuiditas, khususnya untuk tenor jangka panjang berupa penerbitan

    Sertifikat Bank Indonesia (SBI) tenor 9 bulan, Term Deposit (TD) yang didominasi

    tenor 6 bulan, dan Reverse Repo Surat Berharga Negara (RR-SBN) ditawarkan

    dengan tenor 2 bulan.

    Bank Indonesia juga terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah

    khususnya dalam penyiapan Protokol Manajemen Krisis (Crisis Management

    Protocol). Koordinasi ditempuh sebagai antisipasi terhadap ketidakpastian

    global yang semakin meningkat yang membutuhkan kesiapan untuk mengambil

    langkah-langkah mitigasi yang cepat dan tepat sehingga dapat mengisolasi

    dampak dari krisis. Koordinasi mengantisipasi ketidakpastian global juga

    dilakukan melalui kerjasama dengan berbagai komunitas internasional untuk

    membuka berbagai fasilitas yang ada guna mencegah eskalasi dampak krisis

    jika gejolak keuangan global semakin memburuk.

    Ke depan, Bank Indonesia akan terus mewaspadai tingginya risiko dan

    ketidakpastian di pasar keuangan global serta kecenderungan menurunnya

    kinerja perekonomian global akibat permasalahan utang dan fiskal di Eropa dan

    Amerika Serikat. Berdasarkan perkembangan tersebut Bank Indonesia akan

    menempuh bauran antara kebijakan moneter serta makroprudensial lainnya

    untuk memitigasi potensi penurunan kinerja perekonomian Indonesia. Untuk

    memperkuat efekivitas kebijakan tersebut, Bank Indonesia akan secara aktif

    melakukan komunikasi dan edukasi agar sasaran berbagai kebijakan dapat

    tercapai.

    Di bidang perbankan, Bank Indonesia mengambil langkah antisipatif dengan

    meningkatkan intensitas pengawasan bank guna meminimalisir dampak yang

    terjadi pada kondisi likuiditas perbankan nasional. Bank Indonesia juga terus

    berupaya meningkatkan ketahanan perbankan melalui penguatan strukturperbankan nasional, khususnya pada aspek permodalan dengan melanjutkan

  • 7/13/2019 ASPEK PEMASARAN BATUBARA

    10/29

    implementasi Basel II dan persiapan Basel III. Peningkatan kualitas manajemen

    dan operasional perbankan, peningkatan perlindungan nasabah, serta kelanjutan

    program sistem keuangan inklusif (financial inclusion) juga akan menjadi

    prioritas. Keseluruhan kebijakan tersebut merupakan bagian dari

    penyempurnaan Arsitektur Perbankan Indonesia (API).

    Di bidang sistem pembayaran, upaya peningkatan efisiensi, keamanan dan

    kehandalan sistem pembayaran ditempuh melalui penataan infrastuktur melalui

    National Payment Gateway (NPG) serta melanjutkan rencana standarisasi kartu

    ATM/Debet berbasis chip dan interoperabilitas uang elektronik. Terjaganya

    kelancaran di bidang sistem pembayaran juga diimbangi dengan kelancaran di

    bidang pengedaran uang dengan fokus pada penyediaan uang rupiah dalam

    jumlah nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai dan dalam kondisi layak

    edar, serta peningkatan jangkauan layanan dan distribusi uang ke wilayah

    perbatasan dan daerah terpencil.

    Pelaksanaan tugas pokok Bank Indonesia di bidang moneter, perbankan dan

    sistem pembayaran tidak terlepas dari dukungan berbagai kegiatan pendukung

    internal. Di bidang perencanaan strategis, Bank Indonesia telah menyusun arah

    strategis Bank Indonesia 2012 sebagai pedoman kegiatan dan pencapaian

    target yang jelas di tahun mendatang. Dalam mendukung pelaksanaan strategi

    dimaksud, Bank Indonesia berkomitmen untuk senantiasa meningkatkan

    kapasitas manajemen internal guna mendukung terciptanya manajemen

    organisasi yang lebih efektif dan good governance yang lebih kuat. Untuk itu,

    kebijakan di bidang sumber daya manusia tetap konsisten diarahkan pada

    peningkatan kompetensi dan kepemimpinan serta penyelarasan organisasi yang

    sejalan dengan arah strategi ke depan.

    Pada akhirnya, berbagai upaya dan langkah kebijakan yang dilakukan oleh Bank

    Indonesia tersebut diharapkan dapat menjaga kondusifnya situasi perekonomian

    nasional, termasuk pencapaian inflasi sesuai dengan target yang ditetapkan

    sebesar 5%1% pada tahun 2011 dan 4,5%1% pada tahun 2012 5.

    Inflasi

    Inflasi sampai dengan triwulan III 2011 secara umum masih terkendali meskipun

    permintaan domestik cukup kuat sejalan dengan pola musiman terkait puasa

    dan Lebaran serta tekanan nilai tukar yang sempat meningkat. Inflasi IHK

    tercatat sebesar 1,89 persen (qtq), atau secara tahunan sebesar 4,61 persen

    5Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerjasama Internasional Triwulan III-2011, Bank Indonesia

  • 7/13/2019 ASPEK PEMASARAN BATUBARA

    11/29

    (yoy). Bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu saat pola

    musiman puasa dan Lebaran juga terjadi, inflasi IHK triwulan laporan tercatat

    lebih rendah dari inflasi IHK tahun lalu sebesar 2,88 persen (qtq) dan 5,80

    persen (yoy).

    Berdasarkan kelompoknya, inflasi IHK yang terjaga didorong oleh inflasi harga

    kelompok bahan pangan yang bergejolak (volatile food) yang cukup rendah

    seiring dengan pasokan barang makanan yang cukup dan turunnya harga

    komoditas pangan global. Inflasi kelompok administered juga menurun sejalan

    dengan tidak adanya kebijakan pemerintah terkait penyesuaian harga barang

    dan jasa yang bersifat strategis. Sementara inflasi inti masih tetap terkendali.

    Inflasi volatile food tercatat sebesar 5,14 (yoy), jauh lebih rendah dari triwulan

    sebelumnya yang mencapai 8,57 persen (yoy). Rendahnya inflasi volatile food

    salah satunya disebabkan oleh deflasi kelompok volatile food pada September

    2011 sebesar 0,2 persen (mtm).

    Inflasi kelompok administered prices pada triwulan III 2011 juga tercatat rendah

    yaitu 2,83 persen (yoy) atau menurun dibandingkan triwulan II2011 sebesar 5,61

    persen (yoy). Komoditas administered prices yang berkontribusi pada inflasi

    adalah rokok, bahan bakar rumah tangga dan tarif kereta api. Komoditas rokok

    masih konsisten memberikan sumbangan inflasi di setiap bulannya akibat

    adanya selisih harga transaksi pasar (HTP) dengan harga jual eceran (HJE) yang

    ditetapkan oleh Pemerintah. Sementara itu, komoditas administered prices

    lainnya dipengaruhi oleh siklus hari raya.

    Inflasi inti triwulan III 2011 secara umum juga masih terjaga. Peningkatan inflasi

    inti dari 4,63 persen (yoy) pada triwulan II 2011 menjadi 4,93 persen pada

    triwulan III 2011 lebih banyak dipengaruhi oleh dampak kenaikan harga emas.

    Di luar kenaikan harga emas, inflasi inti tercatat lebih rendah 3,96 persen (yoy),

    atau relatif stabil dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 4,11

    persen (yoy).

    Untuk keseluruhan tahun 2011, Bank Indonesia memperkirakan inflasi IHK tahun

    2011 akan berada pada kisaran sasaran inflasi yang ditetapkan yaitu 5%1%.

    Perkiraan tersebut dengan mempertimbangkan perkembangan inflasi hingga

    triwulan III 2011 yang masih tercatat rendah sebesar 2,97 persen (ytd) serta

    perkiraan pasokan barang dan jasa kebutuhan masyarakat yang tetap terjaga

    dan tidak adanya kebijakan penyesuaian harga energi. Apabila perkembangan

  • 7/13/2019 ASPEK PEMASARAN BATUBARA

    12/29

    ini terus berlanjut maka inflasi IHK tahun 2012 diperkirakan akan berada pada

    kisaran sasaran inflasi yang ditetapkan yaitu 4,5%1% 6.

    Neraca Pembayaran

    Kinerja neraca pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan III 2011 diperkirakan

    menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Kondisi ini tidak terlepas

    dari pengaruh kuat meningkatnya ketidakpastian ekonomi global yang

    kemudian mengakibatkan terjadinya aliran keluar modal asing. Tekanan aliran

    keluar modal asing ini kemudian memberikan tekanan kepada kinerja neraca

    transaksi modal dan finansial (TMF) sehingga berkontribusi pada penurunan

    kinerja keseluruhan NPI pada triwulan III 2011.

    Tekanan pada neraca transaksi modal dan finansial pada triwulan III 2011

    tersebut banyak dipengaruhi oleh sentimen negatif terhadap meningkatnya

    permasalahan ekonomi krisis di Eropa dan masih tingginya ketidakpastian di AS.

    Sentimen itu kemudian memicu aliran keluar modal asing khususnya investasi

    portofolio yang cukup sensitif terhadap gejolak global. Sementara itu,

    penanaman modal berbentuk penanaman modal asing langsung (PMA) masih

    cukup besar sejalan dengan prospek ekonomi Indonesia yang masih kuat.

    Kinerja neraca transaksi berjalan diperkirakan masih baik, meskipun menurundibandingkan kinerja pada periode sebelumnya. Kondisi ini dipengaruhi kinerja

    ekspor non-migas yang masih tumbuh cukup tinggi sehingga dapat menopang

    kinerja neraca transaksi berjalan pada triwulan III 2011. Sementara pada sisi lain,

    peningkatan impor yang kemudian berkontribusi menurunkan kinerja neraca

    transaksi berjalan tidak terlepas dari pengaruh meningkatnya aktivitas

    perekonomian domestik.

    Ke depan, Bank Indonesia memperkirakan kinerja NPI akan kembali membaik.

    Bank Indonesia memperkirakan bahwa penyesuaian aliran modal portofolio

    pada triwulan III 2011 bersifat temporer merespon eskalasi ketidakpastian

    ekonomi negara maju. Selanjutnya, Bank Indonesia memperkirakan aliran masuk

    modal asing baik dalam bentuk investasi portofolio maupun PMA, diperkirakan

    akan kembali meningkat sejalan masih kuatnya fundamental ekonomi dan

    prospek ke depan. Salah satu kondisi fundamental yang cukup mendukung

    ketahanan ekonomi nasional ialah perkembangan cadangan devisa yang masih

    cukup besar. Posisi cadangan devisa sampai dengan akhir September 2011

    6Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerjasama Internasional Triwulan III-2011, Bank Indonesia

  • 7/13/2019 ASPEK PEMASARAN BATUBARA

    13/29

    mencapai 114,5 miliar dolar AS atau setara dengan 6,5 bulan impor dan

    pembayaran utang luar negeri Pemerintah.

    4.1.3 Prospek Perkonomian Tahun 2012-2015

    Prospek pertumbuhan ekonomi dalam jangka menengah diperkirakan berada

    pada lintasan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dengan stabilitas makroekonomi

    yang tetap terjaga. Peningkatan akumulasi capital masih menjadi faktor utama

    tercapainya akselerasi pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan. Selain

    didukung oleh tabungan masyarakat, akumulasi capital juga didukung oleh

    berbagai perbaikan di sektor riil yang ditempuh oleh pemerintah untuk

    mendorong investasi asing dalam bentuk Penanaman Modal Asing Langsung

    (PMA) di Indonesia. Aliran masuk PMA dimungkinkan semakin tinggi apabila

    Indonesia berhasil mencapai peringkat investment grade pada tahun 2011.

    Dilatarbelakangi kondisi tersebut, investasi dalam jangka menengah diprakirakan

    akan terus terakselerasi hingga mencapai kisaran 12,2-13,2 persen pada tahun

    2015

    Tabel 4-3. Prospek Ekonomi Indonesia Jangka Menengah (2010-2015)

    Sumber: Bank Indonesia | Laporan Ekonomi Indonesia 2010 | Maret 2011

    Keberhasilan Pemerintah dalam membenahi faktor structural diperkirakan dapat

    menopang daya saing sektor tradable, sehingga dapat lebih meningkatkan

    tabungan masyarakat. Meningkatnya tabungan masyarakat dan daya saing sektor

    tradable yang kuat akan mendukung kesinambungan pendapatan domestic dandaya beli konsumen ke depan. Besarnya potensi pasar domestic yang didukung

    oleh meningkatnya kegiatan akumulasi capital di masyarakat diprakirakan akan

    dapat menjaga konsumsi masyarakat tetap kuat dalam jangka menengah. Siklis

    pemilu lima tahunan diperkirakan juga akan mampu mendorong permintaan

    swasta sekaligus investasi di dunia usaha sebagai mana pola historisnya pada

    tahuan 2004 dan 2009. Berdasarkan gambaran tersebut, diprakirakan

    pertumbuhan konsumsi rumah tangga akan meningkat secara bertahap,

    puncaknya pada tahun 2014 ketika pemilu dilangsungkan dan mampu bertahan

    di kisaran 4,6-5,6 persen pada tahun 2015

    Komponen 2010 2011 2012 2013 2014 2015

    Konsumsi Rumah Tangga 4,6 4,5-5,0 4,8-5,3 4,6-5,5 4,8-5,8 4,6-5,6

    Konsumsi Pemerintah 0,3 8,8-9,3 1,1-1,8 1,6-2,5 3,6-4,6 1,8-2,8

    Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 8,5 10-10,5 12,6-13,1 12,1-13,0 12,9-13,9 12,2-13,2

    Ekspor Barang dan Jasa 14,9 7,9-8,4 8,1-8,6 8,2-9,1 8,3-9,3 8,6-9,6

    Impor Barang dan Jasa 17,3 9,2-9,7 9,8-10,3 9,5-10,4 10,7-11,7 9,8-10,9

    PDB 6,1 6,0-6,5 6,1-6,6 6,2-7,1 6,3-7,3 6,5-7,5

    Inflasi (Persen, akhir periode) 6,96 5,01,0 4,51,0 4,51,0 4,51,0 3,51,0

  • 7/13/2019 ASPEK PEMASARAN BATUBARA

    14/29

    Sementara itu disisi eksternal terjadi perbaikan kinerja ekspor sebagai dampak

    dari membaiknya daya saing produk domestic disamping karena kembali

    pulihnya perekonomian global. Kinerja ekspor diperkirakan dapat tumbuh di

    kisaran 8,6-9,6 persen pada tahun 2015 (Tabel 4.3)

    Perbaikan kinerja sisi eksternal ini menjadi faktor utama yang mendukung

    stabilitas nilai tukar rupiah. Kegiatan impor diperkirakan tetap terkendali

    mengingat ekselerasi pertumbuhan ekonomi diprakirakan tidak akan diikuit eleh

    peningkatan impor yang melonjak. Hal itu antara lain disebabkan oleh

    membaiknya produktivitas perokonomia yang turut berperan dalam mensubstitusi

    sebagian barang konsumsi, barang modal dan barang baku yang sebelumnya

    dipenuhi oleh impor dengan barang-barang produksi dalam negeri. Melihat

    kondisi tersebut, prospek akselerasi pertumbuhan impor diproyeksikan relatif

    stabil dan mencapai kisaran 9,8-10,8 persen pada tahun 2015.

    Dukungan peningkatan investasi yang disertai dengan peningkatan produktivitas

    perekonomian, kapasitas perekonomia diperkiran semakin meningkat hingga

    tahun 2015. Peningkatan kapasitas tersebut diperkirakan dapat mengakomodasi

    kenaikan sisi permintaan dikisaran 6,5-7,5 persen pada tahun 2015, sehingga

    inflasi diperkirakan tetap mengarah pada target jangka menengah sebesar 3,5%

    1%. Namun kinerja perekonomian Indonesia dalam jangka menengah dapat lebih

    rendah dari yang diperkirakan, terutama apabila implementasi kebijakan

    strukturan tidak secepat yang diperkirakan.

    4.2. Overview Industri Pertambangan dan Penggalian Indonesia

    Pertambangan adalah suatu kegiatan yang meliputi pengambilan dan persiapan

    untuk pengolahan lanjutan dari benda pada, benda cair dan gas. Kegitan

    pertambangan tersebut dapat dilakukan di atas permukaan bum (tambang terbuka)

    maupun di bawah tanah (pertambangan dalam). Kegitan pertambagan mencakup

    penggalian, pengerukan dan penyedotan dengan tujuan mengambil benda padat,

    cair atau gas yang ada di dalamnya. Hasil kegiatan ini antara lain minyak dan gas

    bumi, batubara, bijih besi, bijih timah, nikel, bauksit, tembaga, emas dan perak.

    Dalam hitungan PDB, sektor pertambangan dikelompokkan menjadi tiga subsektor

    yaitu:

    Pertambangan minyak dan gas bumi (migas)

    Pertambangan bukan migas

    Dan penggalian

  • 7/13/2019 ASPEK PEMASARAN BATUBARA

    15/29

    4.2.1. Peranan dalam Kebijakan Ekonomi Makro

    Peranan terhadap Pertumbuah Ekonomi

    Selama periode tahun 2004-2011 perkembangan pertumbuhan tahunan

    sektor pertambangan dan penggalian sangat berfluktuasi dan umumnya

    cenderung tumbuh lebih rendah dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan

    ekonomi. Fluktuasi pertumbuhan pada sektor pertambangan dan penggalian

    terutama dipengaruhi fluktuasi pertumbuhan pada subsektor pertambangan

    migas

    Pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian tertinggi selama periode

    2004-2011 terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 4,47 persen. Sedangkan

    untuk pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2004 yaitu sebesar -4,48

    persen. Secara rata-rata pertumbuhan untuk sektor pertambanganmenunjukkan trend yang positif. Sumbangan sektor pertambangan terhadap

    laju pertumbuhan PDB secara total pada tahun 2011 adalah sebesar 1,7

    persen.

    Gambar 4-2. Laju Pertumbuhan PDB Total dan PDB Sektor Pertambangan

    atas Harga Konstan Tahun 2000 Periode Tahun 2004-2011

    Sumber: Badan Pusat Statistik, Mei 2012| diolah Konsultan

    Keterangan: *) angka sementara **) angka sangat sementara

    Selama periode tahun 2004-2011 sektor Industri Pertambangan dan

    Penggalian memberikan sumbangan terbesar ke empat terhadap PDB total

    setelah sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran

    dan sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan. Pada periode

    tersebut pertambangan dan penggalian rata-rata menyumbang 10,9 persen

    terhadap PDB total.

    -4.48

    3.20

    1.70

    1.93

    0.71

    4.47 3.57

    1.36

    5.035.69 5.50

    6.356.01

    4.63

    6.20 6.46

    -6.00

    -4.00

    -2.00

    0.00

    2.00

    4.00

    6.00

    8.00

    2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010* 2011**

    Pertambangan

    dan

    Penggalian

    Produk

    Domestik

    Bruto

  • 7/13/2019 ASPEK PEMASARAN BATUBARA

    16/29

    Gambar 4-3. Distribusi Persentase PDB atas dasar Harga Berlaku Menurut

    Lapangan Usaha Periode Tahun 2004-2011

    Sumber: Badan Pusat Statistik, Mei 2012| diolah Konsultan

    Keterangan: *) angka sementara **) angka sangat sementara

    Sumbangan subsector Pertambangan terhadap pertumbuhan ekonomi

    menunjukkan, subsector pertambangan migas memiliki andil yang cukup

    besar terhadap terjadinya peningkatan pada sektor pertambangan. Pada

    periode tahun 2004-2011 rata-rata sumbangan subsektor pertambangan

    minyak dan gas bumi menyumbang terhadap pertumbuhan ekonomi

    sebesar 5,4 persen, sedangankan untuk subsector pertambangan bukan

    migas dan penggalian rata-rata sebesar 4,2 dan 1,3 persen.

    Gambar 4-5. Distribusi Persentase PDB atas dasar Harga Berlaku Menurut

    Lapangan Usaha Periode Tahun 2004-2011

    Sumber: Badan Pusat Statistik, Mei 2012| diolah Konsultan

    Keterangan: *) angka sementara **) angka sangat sementara

    14.3 13.1 13 13.7 14.5 15.3 15.3 14.7

    8.9 11.1 11 11.2 10.910.6 11.2 11.9

    28.1 27.4 27.5 27.127.8 26.4 24.8 24.3

    6.6 7 7.5 7.78.5 9.9 10.3 10.2

    16.1 15.6 15 14.914 13.3 13.7 13.8

    6.2 6.5 6.9 6.7 6.3 6.3 6.6 6.6

    8.5 8.3 8.1 7.7 7.4 7.2 7.2 7.2

    10.3 10 10.1 10.1 9.7 10.2 10.2 10.5

    0%

    10%

    20%

    30%

    40%

    50%

    60%

    70%

    80%

    90%

    100%

    2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010* 2011**

    9. Jasa-jasa

    8. Keuangan, Real Estat dan

    Jasa Perusahaan

    7. Pengangkutan dan

    Komunikasi

    6. Perdagangan, Hotel dan

    Restoran

    5. Konstruksi

    4. Listrik, Gas dan Air Bersih

    3. Industri Pengolahan

    2. Pertambangan dan

    Penggalian

    1. Pertanian, Peternakan,

    Kehutanan dan Perikanan

    5.2

    6.4

    6 5.9 5.7

    4.5

    4.5 5.2

    2.8

    3.8 3.94.1 3.9

    4.5

    5.2 5.3

    0.9 11.1 1.2

    1.31.5 1.5 1.5

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010* 2011**

    PertambanganMinyak dan

    Gas Bumi

    Pertambangan

    Bukan Migas

    Penggalian

  • 7/13/2019 ASPEK PEMASARAN BATUBARA

    17/29

    Peranan Sektor Pertambangan terhadap Penerimaan Negara

    Pendapatan pemerintah dari penerimaan sektor pertambangan dan

    penggalian selama periode 2004-2011 menunjukkan pertumbuhan yang

    meningkat. Pertumbuhan selama periode tersebut mencapai rata-rata 2,42

    persen per tahun. Pada tahun 2011 penerimaan Negara dari sektor

    pertambangan dan penggalian mencapai 189,18 trilyun rupiah.

    Tabel 4-3. Penerimaan Negara dari Sektor Pertambangan dan Penggalian

    Periode 2004-2011 (trillyun rupiah)

    Sumber: Badan Pusat Statistik, Mei 2012| diolah Konsultan

    Keterangan: *) angka sementara **) angka sangat sementara

    Penerimaan sektor pertambangan dan penggalain berasal dari subsektor

    pertambangan minyak dan gas bumi pada tahun 2011 mencapai 94,682

    trilyun rupiah atau sebesar 50 persen. Sedangkan untuk subsector

    pertambangan bukan migas dan penggalian menyumbang sebesar 70,28 dan

    24,218 trilyun rupiah atah sebesar 37 dan 13 persen.

    4.2.2. Kinerja Sektor Pertambangan

    Produksi

    Sektor pertambangan dan penggalian merupakan sektor andalan dalam

    menyediakan sumber energy dan sebagai bahan baku bagi industri

    menufaktur

    Selama peride 10 tahun terakhir perkembangan pertumbuhan tahunan untuk

    bahan mineral menunjukkan pertumbuhan yang positif, hanya bauksit yang

    memilik pertumbuhan negatif. Produki Baukist mulai terjadi penurunan sejak

    tahun 2009 hingga tahun 2011. Pada tahun 2009 produksi bauksit menurun

    160.10165.22 168.03

    171.28 172.50180.20

    186.63 189.18

    98.64 96.89 95.85 94.75 95.17 95.23 95.63 94.68

    46.9552.69 55.24

    58.15 57.5763.82 68.48

    70.28

    14.52 15.63 16.94 18.3819.76 21.15 22.53

    24.22

    0.00

    20.00

    40.00

    60.00

    80.00

    100.00

    120.00

    140.00

    160.00

    180.00

    200.00

    2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010* 2011**

    Pertambangan

    dan

    Penggalian

    Pertambangan

    Minyak dan

    Gas Bumi

    Pertambangan

    Bukan Migas

    Penggalian

  • 7/13/2019 ASPEK PEMASARAN BATUBARA

    18/29

    19 persen terhadap tahun 2008 dimana produksi sebesar 1,152 juta ton dan

    menurun menjadi 935 ribu ton.

    Gambar 4-6. Produksi Sektor Penggalian untuk Bahan Mineral periode

    Tahun 2001-20011 (Juta ton)

    Sumber: Badan Pusat Statistik, Mei 2012| diolah Konsultan

    Pertumbuhan subsector pertambangan tampa migas melambat di tahun

    2010. Sub sektor pertambangan tanpa migas meliputi pengambilan dan

    persiapan pengolahan lanjuta benda padat, baik di bawah Maupin di atas

    permukaan bumi serta selurh kegiatan lainya yang bertujuan untuk

    memanfaatkan bijih loga dan hasil tambang lainnya. Komoditi tambang

    tersebut seperti batubara, pasir besi, bijih timah, bijih nikel, bijih bauksit, bijih

    tembaga, bijih emas, perak dan sebagainnya. Dalam kurun waktu 10 tahun

    dari tahun 2001-2010 subsektor pertambangan tanpa migas mengalami

    pertumbuhan rata-rata 5,96 persen per tahun, berada di atas sektor

    pertambangan dan penggalian yang hanya tumbuh sebesar 1,10 persen.Subsector pertambangan tanpa migas sempat mengalami pertumbuhan dua

    digit yaitu pada tahun 2001 (14,70 persen), 2005 (12,24 persen) dan 2009

    (10,79 persen). Namum pada tahun 2010 pertumbuhn subsektor ini

    melambat dan hanya tumbuh sebesar 7,08 persen da hingga semester I-

    2011 hanya tumbuh sebesar 5,16 persen

    Gambar 4-7. Pertumbuhan Tahunan Subsektor Pertambangan terhadap

    Sektor Pertambangan dan Penggalian periode tahun 2001-2011

    (semester I)

    1.24 1.28 1.26 1.331.44

    2.121.25

    1.15 0.940.44 0.41

    2.47

    2.122.50

    2.11

    3.79 3.87

    7.116.57

    5.82

    9.48

    11.55

    3.98 3.98 3.94 4.044.30 4.51

    1.792.05

    5.14

    8.24

    9.87

    0.44 0.19 0.25 0.08 0.09 0.08 0.08

    4.464.56 4.67 4.78

    -

    2.00

    4.00

    6.00

    8.00

    10.00

    12.00

    14.00

    2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

    Bauksit

    Nikel

    Emas

    Perak

    Granit

    BijiBesi

    Konsentrat

    Tin

    Konsentrat

    Tembaga

  • 7/13/2019 ASPEK PEMASARAN BATUBARA

    19/29

    Keterangan: Bank Indonesia, Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih SubsektoEkonomi| 2012

    Seiring dengan perlambatan pertumbuhan tersebut, kontribusi subsektor

    pertambangan tanpa migas pada tahun 2010 hanya sebesar 0,21 persen

    (yoy) terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

    Tabel 4-4. Distribusi atau Share Sektor-sektor sumber PDB terhadap PDB

    total periode tahun 2001-2011

    Sumber: Badan Pusat Statistik| Mei 2012

    SEKTOR/SUB SEKTOR 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Semester

    I-2011

    Rata-rata

    2001-2010

    A. Distribusi/Share Terhadap PDB (%)

    Sektor Pertambangan & Penggalian 11.05 8.83 8.32 8.94 11.14 10.98 11.15 10.94 10.56 11.15 11.78 10.31

    - Subsek. Minyak dan gas bumi 7.01 5.11 4.73 5.16 6.40 5.99 5.93 5.72 4.55 4.50 5.24 5.51

    - Subsek. Pertambangan tanpa migas 3.19 2.81 2.65 2.84 3.77 3.91 4.06 3.95 4.53 5.16 5.08 3.69

    - Subsek. Penggalian 0.85 0.91 0.95 0.94 0.97 1.07 1.17 1.27 1.48 1.50 1.47 1.11

    B. Distribusi/Share Terhadap Sektor Industri Pengolahan

    Tanpa Migas (%)

    Sektor Pertambangan & Penggalian 43.82 35.48 34.11 37.31 49.69 49.04 49.71 47.54 46.69 51.75 56.12 44.51

    - Subsek. Minyak dan gas bumi 27.79 20.53 19.37 21.54 28.56 26.77 26.42 24.88 20.11 20.87 24.95 23.68

    - Subsek. Pertambangan tanpa migas 12.65 11.29 10.85 11.84 16.82 17.49 18.08 17.15 20.04 23.93 24.19 16.01

    - Subsek. Penggalian 3.38 3.67 3.89 3.93 4.31 4.78 5.21 5.51 6.54 6.96 6.99 4.82

    C. Pertumbuhan (% yoy)

    Sektor Pertambangan & Penggalian 0.33 1.00 (1.37) (4.48) 3.20 1.70 1.93 0.71 4.44 3.48 2.51 1.10

    - Subsek. Minyak dan gas bumi (4.87) (2.98) (4.66) (4.32) (1.77) (1.07) (1.15) 0.44 0.07 0.40 (0.43) (1.99)

    - Subsek. Pertambangan tanpa migas 14.70 9.72 3.96 (7.96) 12.24 4.84 5.27 (1.00) 10.79 7.08 5.16 5.96

    - Subsek. Penggalian 4.57 5.48 6.08 7.46 7.69 8.33 8.53 7.50 7.04 6.54 7.30 6.92

    D. Kontribusi Terhadap Pertumbuhan PDB (% yoy)

    Sektor Pertambangan & Penggalian 0.04 0.12 (0.15) (0.48) 0.31 0.16 0.18 0.06 0.37 0.29 0.20 0.09

    - Subsek. Minyak dan gas bumi (0.41) (0.23) (0.34) (0.28) (0.11) (0.06) (0.06) 0.02 0.00 0.02 (0.02) (0.14)

    - Subsek. Pertambangan tanpa migas 0.41 0.30 0.13 (0.26) 0.35 0.15 0.16 (0.03) 0.30 0.21 0.15 0.17

    - Subsek. Penggalian 0.04 0.05 0.05 0.06 0.07 0.07 0.08 0.07 0.07 0.06 0.07 0.06

  • 7/13/2019 ASPEK PEMASARAN BATUBARA

    20/29

    4.3. Perkembangan Sektor Pengangkutan

    Angkutanmemiliki peran strategis dalam menggerakkan roda perekonomian nasional.

    Di sisi lain, bidang angkutan merupakan lahan bisnis seperti sektor-sektor ekonomi

    lainnya. Bidang angkutan mencakup angkutan laut, angkutan jalan raya, angkutan

    sungai, angkutan udara, angkutan rel dan jasa penunjang angkutan.

    Sektor pengangkutan dan komunikasi pada tahun 2011 (angka sangat sementara BPS)

    menyumbang PDB sebesar 241,285.20 milyar rupiah atau sebesar 9,8 persen. Untuk

    sumbangan sektor pengangkutan sendiri pada tahun 2011 menumbang PDB sebesar

    91.796,5 milyar rupiah atau 3,73 persen terhadap PDB total tahun 2011. Sumbangan

    terbesar berasal dari subsektor angkutan jalan raya dengan sumbangan sebesasr

    38,339.30 milyar rupiah atau 1,56 persen terhadap PBD total tahun 2011. Sumbangan

    terbesar kedua berasal dari subsektor jasa penunjang angkutan yaitu sebesar 20,647

    millyar rupiah atau sebesar 0,84 persen terhadap PDB total 2011.

    Tabel 4-5. Pendapatan Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000

    Menurut Lapangan Usaha (Millyar Rupiah), 2004-2011

    Sumber: Badan Pusat Statistik| Mei 2012

    Keterangan: *)angka sementara **)angka sangat sementara

    Sektor pengangkutan selama periode tahun 2004-2011 menunjukkan pertumbuhan

    positif. Rata-rata pertumbuhan untuk sektor pengangkutan selama periode tersebut

    sebesar 5,7 persen. Subsektor pengangkutan memiliki rata-rata pertumbuhan terbesar

    adalah subsektor angkutan udara (11,3 persen) disusul subsektor angkutan jalan raya

    (5,1 persen) dan jasa penunjang angkutan (4,7 persen). Pada tahun 2011 subsektor

    angkutan jalan raya memiliki pertumbuhan sebesar 6,6 persen, di atas pertumbuhan

    PDB pada tahun 2011 (6,5 persen)

    Lapangan Usaha 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010* 2011**

    Pengangkutan dan Komunikasi 96,896.70 109,261.50 124,808.90 142,326.70 165,905.50 192,198.80 217,977.40 241,285.20

    a. Pengangkutan 62,495.70 66,404.70 70,796.00 72,791.10 74,786.90 79,571.50 85,290.40 91,796.50

    1). Angkutan Rel 603.3 585.3 623 631 721.3 792.2 832 798.8

    2). Angkutan Jalan Raya 27,056 .60 28,367.10 29,764.20 30,868.20 32,391.40 34,226.50 35,974.40 38,339.30

    3). Angkutan Laut 8,142.90 8,855.80 9,497.40 9,278.70 8,809.70 8,855.60 8,864.60 9,115.10

    4). Angkutan Sungai, Danau & Penyeberangan 2,254.00 2,342.70 2,431.90 2,512.50 2,631.80 2,760.70 2,962.00 3,078.50

    5). Angkutan Udara 9, 384. 30 10, 362.30 11, 466. 20 12,385. 30 13, 044. 40 14, 564. 30 17, 330. 40 19,817. 80

    6). Jasa Penunjang Angkutan 15,054.60 15,891.50 17,013.30 17,115.40 17,188.30 18,372.20 19,327.00 20,647.00

    b. Komunikasi 34,401.00 42,856.80 54,012.90 69,535.60 91,118.60 112,627.30 132,687.00 149,488.70

    Produk Domestik Bruto 1,656,516.80 1,750,815.20 1,847,126.70 1,964,327.30 2,082,456.10 2,178,850.40 2,313,838.00 2,463,242.00

  • 7/13/2019 ASPEK PEMASARAN BATUBARA

    21/29

    Gambar 4-8. Pertumbuhan PDB Sektor Pengangkutan Terhadap PDB Total Tahun

    2004-2011

    Sumber: Badan Pusat Statistik, Mei 2012| diolah konsultan

    Keterangan: *) angka sementara **) angka sangat sementara

    Subsektor Angkutan Jalan Raya

    4.4. Profil Kalimantan

    Letak Geografis

    Kalimantanadalah nama bagian wilayah Indonesia di Pulau Borneo Besar; yaitu pulau

    terbesar ketiga di dunia setelah Greenland dan Seluruh Pulau Irian. Kalimantan

    meliputi 73 persen massa daratan Borneo. Terdapat empat propinsi di Kalimantan,

    yaitu Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur,

    luas seluruhnya mencapai 549.032 km2. Luasan ini merupakan 28 persen seluruh

    daratan Indonesia. Kalimantan Timur saja merupakan 10 persen dari wilayahIndonesia. Bagian utara P. Borneo meliputi negara bagian Malaysia yaitu Serawak dan

    Sabah, dan Kesultanan Brunei Darusallam. Batasan wilayah secara politik yang ada

    sekarang ini mencerminkan kepentingan penjajah masa lampau.

    Secara geografis pulau Kalimantan [Indonesia], terletak diantara 4024` LU - 4010` LS

    dan anatara 1080 30` BT - 1190 00` BT dengan luas wilayah sekitar 535.834 km2.

    Berbatasan langsung dengan negara Malaysia (Sabah dan Serawak) di sebelah utara

    yang panjang perbatasannya mencapai 3000 km mulai dari proinsi Kalimantan Barat

    sampai dengan Kalimantan Timur.

    5.7%

    5.5%

    6.3%

    6.0%

    4.6%

    6.2%

    6.5%

    6.3% 6.6%

    2.8% 2.7%

    6.4%7.2% 7.6%

    -3.0%

    6.4%

    1.3%

    14.3%

    9.8%

    5.0%

    -4.0%

    10.4% 10.7%

    8.0%

    5.3%

    11.7%

    19.0%

    14.4%

    -10.0%

    -5.0%

    0.0%

    5.0%

    10.0%

    15.0%

    20.0%

    25.0%

    2005 2006 2007 2008 2009 2010* 2011**

    Produk Domestik Bruto

    a. Pengangkutan

    1). Angkutan Rel

    2). Angkutan Jalan

    Raya

    3). Angkutan Laut

    4). Angkutan Sungai,

    Danau &

    Penyeberangan

    5). Angkutan Udara

    6). Jasa PenunjangAngkutan

  • 7/13/2019 ASPEK PEMASARAN BATUBARA

    22/29

    Kondisi Fisik Dasar dan Sumber Daya Lahan

    Pulau Kalimantan sebagaian besar merupakan daerah pegunungan / perbukitan (39,69

    %), daratan (35,08 %), dan sisanya dataran pantai/ pasang surut (11,73 %) dataran

    aluvial (12,47 %), dan lainlain (0,93 %). Pada umumnya topografi bagian tengah dan

    utara (wilayah republik Indonesia/RI) adalah daerah pegunungan tinggi dengan

    kelerengan yang terjal dan merupakan kawasan hutan dan hutan lindung yang harus

    dipertahankan agar dapat berperan sebagai fungsi cadangan air dimasa yang akan

    datang.

    Pegunungan utama sebagai kesatuan ekologis tersebut adalah Pegunungan Muller,

    Schwaner, Pegunungan Iban dan Kapuas Hulu serta dibagian selatan Pegunungan

    Meratus.

    Para Ahli agronomi sepakat bahwa tanah-tanah di Kalimantan adalah tanah yang

    sangat miskin, sangat rentan dan sangat sukar dikembangkan untuk pertanian. Lahan

    daratan memerlukan konservasi yang sangat luas karena terdiri dari lahan rawa

    gambut, lahan bertanah asam, berpasir, dan lahan yang memiliki kelerengan curam.

    Kalimantan dapat dikembangkan, tetapi hanya dalam batas-batas ekologis yang agak

    ketat dan dengan kewaspadaan tinggi.

    Sejumlah sungai besar merupakan urat nadi transportasi utama yang menjalarkan

    kegiatan perdagangan hasil sumber daya alam dan olahan antar wilayah dan eksport-

    import. Sungai-sungai di Kalimantan ini cukup panjang dan yang terpanjang adalah

    sungai Kapuas (1.143 km) di Kalbar dan dapat menjelajah 65 persen wilayah

    Kalimantan Barat.

    Potensi pertambangan banyak terdapat di pegunungan dan perbukitan di bagaian

    tengah dan hulu sungai. Deposit pertambangan yang cukup potensial adalah emas,

    mangan, bauksit, pasir kwarsa, fosfat, mika dan batubara. Tambang minyak dan gas

    alam cair terdapat di dataran rendah, pantai, dan lepas pantai.

    Kegiatan perkebunan pada umumnya berada pada wilayah di perbukitan dataran

    rendah. Perkebunan yang potensi dan berkembang adalah: sawit, kelapa, karet, tebu

    dan perkebunan tanaman pangan.

  • 7/13/2019 ASPEK PEMASARAN BATUBARA

    23/29

    4.5. Potensi Perekonomian Kalimantan

    Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa penopang utama perekonomian

    Kalimantan adalah sektor migas dan pertambangan yang berkontribusi sekitar 50

    persen dari BDRB total Kalimantan.

    Gambar 4-9. Distribusi PDRB Kalimantan tahun 2010-2011

    Sumber: Badan Pusat Statistik, Mei 2012| dioleh konsultan

    Kontribusi PDRB Kalimantan masih didominasi oleh sektor migas hampir yaitu hampir

    50 persen. Kontribusi migas berasal dari Pertambangan migas (subsektor

    pertambangan) dan produksi migas (subsektor pengolahan). Sedangakan untuk sektor

    Komunikasi dan pengangkutan memberikan sumbangan terhadap PDRB total

    Kalimantan sebesar 7 persen

    Pertambangan Batubara

    Sektor pertambangan barubara di Kalimantan diidentifikasi sebagai salah satu

    kegiatan ekonomi yang dapat menopang perekonomian di Kalimantan pada saat

    subsektor migas mengalami penurunan. Pada tahun 2010, jumlah batubara yang

    digunakan untuk kebutuhan dalam negeri adalah sebesar 60 juta ton (18 persen dari

    total produksi). Sektor kelistrikan merupakan pengguna barubara terbesar di dalam

    negeri. Sementara sisanya sebesar 265 juta ton diekspor ke berbagai Negara. Adapun,

    Negara tujuan utama batubara Indonesia adalah Jepang, Cina, India, Korea Selatan

    dan beberapa Negara ASEAN.

    29% 27%

    21% 25%

    13%13%

    15% 14%

    7% 7%

    6% 6%

    5% 5%

    4% 4%

    0%

    10%

    20%

    30%

    40%

    50%

    60%

    70%

    80%

    90%

    100%

    2010 2011

    Keuangan, Persewaan dan Jasa

    Bangunan

    Jasa

    Listrik, Gas dan Air Bersih

    Pengangkutan dan Komunikasi

    Pertanian

    Perdagangan, Hotel dan Restoran

    Industri Pengolahan

    Pertambangan & Penggalian

  • 7/13/2019 ASPEK PEMASARAN BATUBARA

    24/29

    Gambar 4-10. Profil Batubara Indonesia, 2010 (Juta Ton)

    Sumber: Asosiasi Pertambangan Indonesia, 2010| diolah Konsultan

    Sejak tahun 1996 hingga 2010, produksi barubara mengalami pertumbuhan rata-rata

    14,8 persen per tahun, dan pertumbuhan rata-rata ekspor batubara Indonesia adalah

    15,1 persen per tahun. Sedangkan konsumsi batubara dalam negeri mengalami rata-

    rata pertumbuhan sebesar 13,8 persen per tahun selama periode 1996-2010. Jumlah

    produksi batubara Indonesia pada tahun 2010 mencapai 325 juta ton dengan dengan

    jumlah ekspor 265 juta ton dan penggunaan domestik sebesar 60 juta ton.

    Gambar 4-11. Pertumbuhan Produki, Ekspor, dan Penjualan Batubara Domestik

    periode 1996-2010

    Sumber: Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia

    104,800

    21,000

    325

    165

    1

    10

    100

    1000

    10000

    100000

    Sumberdaya Cadangan Produksi Ekspor

    46.254.1

    62.172.9

    79.390.7

    102.6

    121.4130.86

    152.86

    190.48

    221.1

    240

    283

    325

    35.540.9 46.7

    53.9 57.263.4

    73.485.3

    93.76

    110.79

    144.94158.6

    191

    230

    265

    10.9 13.2 15.419

    22.1 27.329.2

    35.74 37.1 41.345.54

    62.5

    49 5360

    0

    50

    100

    150

    200

    250

    300

    350

    1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

    Produksi

    Ekspor

    Domestik

  • 7/13/2019 ASPEK PEMASARAN BATUBARA

    25/29

    Berdasarkan data tahun 2009, disamping cadangan batubara di Sumatera, porsi

    cadangan batubara di Kalimantan juga merupakan salah satu terbesar di Indonesia.

    Hampir 50 persen cadangan batubara nasional terdapat di Kalimantan.

    Gambar 4-12. Sumber Batubara Indonesia Tahun 2009 (Millyar Ton)

    Sumber: Dirjen Minerba, Indonesia Coal Book 2008/2009, Studi Literatur| diolah

    Konsultan

    Kalimantan memiliki potensi besar untuk pertambangan batubara. Untuk wilayah

    Kalimantan cadangan terbesar batubara berada di wilayah Kalimantan Timur dengan

    porsi mencapai 72 persen, disusul Kalimantan Selatan 23,7 persen ,Kalimantan Tengah

    3,1 Persen dan Kalimantan Barat 1 persen.

    Pertambangan Mineral

    Kalimantan untuk pertambangan mineral memiliki potensi yang cukup besar

    diantaranya bijih besi dan bauksit. Kalimantan memiliki cadangan biji besi terbesar di

    Indonesia, dan keberadaannya bagi industri besi dan baja Indonesia sangatlah

    penting. Sebesar 84 persen cadangan bijih besi baja primer dan 29 persen cadangan

    bijih besi laterit Indonesia terdapat di Kalimantan. Sumberdaya dan cadangan bijih

    besi di Kalimantan mencapai 319,3 juta ton besi primer dengan total cadangan

    sebesar 24 juta ton (Buletin sumber daya geologi, 2010)

    52.4

    51.90.5

    104.8

    0

    40

    80

    120

    Sumatera Kalimantan Lainnya Total

    50% 49,6 0,4%

    37.5

    12.3 1.6 0.551.9

    0

    20

    40

    60

    Kaltim Kalsel kalte ng Ka lbar Tota l

    72% 23,7% 3,1% 1%

  • 7/13/2019 ASPEK PEMASARAN BATUBARA

    26/29

    Gambar 4-13. Cadangan Bijih Besi Indonesia (dalam persen)

    Sumber: World Bank Commodity Price Data| diolah Konsultan

    Kegiatan ekonomi utama besi baja di Kalimantan, terdapat di Kalimantan Tengah

    (Kotawaringin Barat) dan Kalimantan Selatan (Batulicin, Tanah Bumbu dan Tanah Laut).

    Pengembangan proyek di lokasi tersebut diantaranya pengolahan dan pemurnian bijih

    besi serta pengembangan industri benefisiasi yang mengolah bijih besih dari tambang

    menjadi bahan baku (pellet and sponge iron) untuk industri baja di Indonesia. Nilai

    investasi industri besi dan baja di Kalimantan yang telah terindetifikasi hingga tahun

    2015 sebesar IDR 40 trilliun.

    Indonesia tercatat sebagai penyimpan cadangan bauksit terbesar nomor tujuh di

    dunia sekaligus sebagai produsen bauksit nomor empat di dunia. Besarnya cadangan

    bauksit Indonesia diperkirakan mencapai 24 juta ton

    Cadangan bauksit terbesar di Kalimantan, berada di wilayah Kalimantan Barat. Hingga

    saat ini mayoritas hasil tambang bauksit masih diekspor dalam bentuk bahan baku

    mentah. Potensi besarnya cadangan bauksit di Kalimantan merupakan potensi besar

    adanya pengembangan industri pengolahan bauksit menjadi alumina di masa yang

    akan datang di Kalimantan. Rencana pemerintah untuk meningkatkan nilai tambah

    dengan bahan baku bauksit, pemerintah akan melakukan insentif untuk investasi di

    bidang pengolah bauksit menjadi alumina. Rencananya sentra produksi pengolahan

    bauksit akan dibangun di Kabupaten Kutai Timur Propinsi Kalimantan Timur dan

    Kabupaten Mempawah, Ketapang, dan Sanggau di Propinsi Kalimantan Barat. Nilai

    investasi pada industri pengolahan bauksit kurang lebih mencapai IDR 57 trilliun

    84

    58

    0 04

    2932

    0

    2117

    0

    0

    25

    50

    75

    100

    Kalimantan Sulawesi Sumatera Papua Maluku Lainnya

    Cadangan bijih besi primary

    Cadangan bijih besi laterit

  • 7/13/2019 ASPEK PEMASARAN BATUBARA

    27/29

    4.6. Persaingan dan Competitor

    Sebagai daerah dengan potensi dan pertumbuhan sektor pertambangan, jumlah

    layanan dan bisnis sektor pengangkutan dan pendukungya semakin berkembang.Tumbuhnya industri tersebut mengakibatkan tingkat persaingan antar perusahaan

    yang ada di dalamnya menjadi semakin kompetitif. Dengan tingkat pertumbuhan

    sektor pengangkutan saat ini, maka persaingan pada tahun-tahun mendatang akan

    semakin kompetitif, sehingga para pelaku di dalam sektor pengangkutan bersaing

    dalam memberikan pelayanan yang terbaik bagi pelanggan.

    Tabel 4-9 Pesaing Perseroan

    Sumber : Hasil Survei Konsultan

    4.7. Strategi Pemasaran

    Perseroan merupakan pamain lama dalam dunia pengangkutan bahan tambang di

    Kalimantan, salah satu usaha perseroan dalam mempertahankan pasar adalah

    membangun awareness yang seluas mungkin atas segala konsep positif yang dimiliki

    oleh Perseroan. Konsep tersebut adalah menyediakan layanan jasa transportasi

    angkutan darat yang aman, efisien dan tepat waktu (lead time delivery), system

    personalized serviceyang menjunjung tingkat pelayanan yang tinggi, yang dijalankan

    oleh professional yang kompeten dan bermotivasi tinggi. Di samping itu, penetapan

    price structure yang wajar akan dijadikan sebagai dasar kiat pemasaran yang

    diharapkan akan sangat efektif dalam menghadapi persaingan yang ada.

    Untuk mempertahankan layanan yang baik dan professional, dengan menjaga

    kokompakan tim kerja dan melakukan pengembangan professional driver dan

    menyediakan jasa transportasi angkutan darat dengan kualitas produk yang terbaik.

    Kepuasan pelanggan merupakan parameter evaluasi performance kinerja Perseroan.

    Tidak hanya hanya layanan yang baik dan professional, tetapi juga memberikan solusi

    bagi setiap kebutuhan dan keinginan pelanggan.

    Untuk meningkatkan professional driver, Perseroan melakukan berbagai jenis dan

    tingkatan pelatihan yang disesuaikan dengan kebutuhan kompetensi driver. Jenis dan

    pelatihan pembekalan driver yang dilakukan oleh Perseroan antara lain:

    Ketrampilan mengemudi, pengetahuan dan taknik berlalu-lintas

    Pengembangan sikap mental dan etika

    Pengenalan area/ wilayah operasional dan ketrampilan lainnya

  • 7/13/2019 ASPEK PEMASARAN BATUBARA

    28/29

    4.8. Prospek Usaha Perseroan

    Perekonomian makro Indonesia pada tahun 2011, menunjukkan daya tahan yang kuat

    di tengah ketidakpastian ekonomi global, tercermin pada kinerja pertumbuhan yanglebih baik dan kestabilan makroekonomi yang tetap terjaga. Solidnya perekonomian

    Indonesia diperkirakan mampu mendorong ekonomi Indonesia untuk tetap dapat

    tumbuh tinggi ditengah melambatnya perekonomian global pada tahun-tahun

    mendatang. Kesetabilan ekonomi merupakan pendukung dari peningkatan

    pertumbuhan investasi-investasi baru.

    Kalimantan memilik potensi dalam bidang Pertambangan dan penggalian yang cukup

    besar. Proposi PDRB untuk propinsi-propinsi di Kalimantan sebagian besar berasal dari

    penggalian dan pertambangan. Sumbangan sektor pertambangan dan penggalianyang penting bagi perekonomian Indonesia, pemerintah mencoba mendorong usaha

    eksplorasi baru dan investasi di bidang pertambangan.

    Sektor pengangkutan merupakan sektor pendukung seluruh aspek dan kegiatan

    pembangunan. Sektor transportasi berperan dalam mendistribusikan barang kepada

    pelaku-pelaku ekonomi yang terkait. Untuk itu, sektor tranportasi sangat berperan

    dalam menunjung perekonomian baik secara Negara maupun regional.

    Pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian di Kalimantan 10 tahun kebelakang yang menunjukkan pertumbuhan positif. Usaha pemerintah dalam menjaga

    stabilitas perkonomian mendorong eksplorasi baru dan investasi di bidang

    pertambangan dan penggalian juga akan memberikan dampak yang positif kepada

    sektor pengangkutan bahan tambang di Kalimantan. Peningkatan akan kebutuhan

    sektor pengangkutan bahan tambang diperkirakan akan sejalan dengan pertumbuhan

    sektor pertambangan dan penggalian.

    Untuk itu, konsep effisiensi dan layanan yang dimiliki Perseroan tersebut, dikemas

    dengan baik dan menarik (professional) dan dikelola dengan tepat oleh TeamManagement untuk mampu menangkap potensi pasar di sector pengangkutan di

    Kalimantan.

    Bidang usaha Perseroan, memiliki prospek yang baik di masa yang akan datang.

    Dengan bekal pengalaman di bidang pengangkutan bahan tambang di Kalimantan,

    Perseroan telah memiliki nilai tambah dari jaringan yang telah terjalin dan

    pengetahuan tentang medan atau keadaan geografis di Kalimantan. Terlebih lagi saat

    ini Perseroan telah memiliki kontrak untuk pangangkutan bijih besi dengan PT Kapuas

    Prima Coal dan Pengangkutan Batubara di Jati Batulindung dengan PT Ganda ParadeArthanami

  • 7/13/2019 ASPEK PEMASARAN BATUBARA

    29/29

    II.