pendahuluanxa.yimg.com/.../1418927540/name/feasibility+rokok1.docx · web viewmateri dari suatu...
TRANSCRIPT
I. EXECUTIVE SUMMARY
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang apa saja
yang harus dipertimbangkan layak atau tidak layaknya PT.X kedepan dengan
aspek dalam studi kelayakan bisnis. Industri rokok di Indonesia merupakan
industri yang layak untuk investasi. Hal ini dikarenakan banyaknya konsumen
rokok yang cukup banyak dan menjajikan di Indonesia hal ini terbukti dari pasar
yang terus kian meningkat dari tahun ke tahunnya dengan pertumbuhan sebesar
4% sampai dengan 8,3% per tahunnya. Pada saat ini pabrik rokok ini mempunyai
kapasitas sebesar >2 miliar pack per tahun. Dengan kapasitas sebesar ini maka
perusahaan ini mampu memenuhi permintaan pasar pada saat ini yang mencapai
1,5-1,9 miliar pack per tahun .
Proses yang ada dalam pabrik ini menggunakan mode operasi kontinyu.
Berdasarkan perhitungan ekonomi, PT. X ini mempunyai nilai NPV untuk proyek
ini sekitar 31 Trilyun, IRR sebesar 23,18%. Dari segi suplai dan bahan baku PT.
X didukung banyak sumber bahan baku dari seluruh penjuru pulau jawa sehingga
untuk kebutuhan bahan baku sebesar 14-19 ton per tahun sangat mudah diperoleh
karena mengingat kapasitas suplai bahan baku dari luar sebesar 7 – 8 kali lipat.
Serta di dukung dengan program safety stock untuk kebutuhan lainnya suplai
didapatkan dari daerah sekitar yang cukup potensial sehingga untuk kebutuhan
bahan baku dan suplai untuk kebutuhan ke depan tidak menjadi masalah. dari
aspek pemasaran dan pendistribusian PT. X bekerja sama dengan perusahaan
cargo yaitu PT. Handal logistik Nusantara untuk pendistribusian barang jadi.
Dari segi lokasi, lokasi yang ada saat ini adalah lokasi kawasan industri.
Yang tentunya sudah dirancang oleh pemerintah daerah setempat sebagai pusat
industri. Sampai saat ini lokasi ini sangat cocok karena fasilitas yang disediakan
oleh pemerintah dijamin ketersediaannya serta lokasi yang bebas macet dan jauh
dari penduduk sehingga tidak menimbulkan dampak langsung ke masyarakat.
1
II. LATAR BELAKANG PERUSAHAAN
Uang dan modal ternyata bukanlah satu-satunya kunci sukses untuk
melakukan kegiatan usaha. Kreativitas, kemampuan menangkap peluang usaha,
dan keuletan adalah kunci yang lebih utama. Sebab kreativitas mampu melahirkan
berbagai alternatif yang tidak terpikirkan oleh mereka yang tidak kreatif.
Kemampuan menangkap peluang usaha dapat menghasilkan uang dan tawaran
modal dari pihak lain. Keduanya menjadi lengkap apabila disertai dengan
keuletan. Mereka yang ulet biasanya akan tampil sebagai pemenang. Seorang
wirausaha yang ulet dan pantang mundur, walaupun hanya memiliki kecakapan
dan dana yang relatif terbatas akan dapat mengalahkan orang lain yang memiliki
dana dan kecakapan yang lebih baik, tapi tidak ulet. Banyak contoh membuktikan
bahwa hanya pengusaha yang uletlah yang dapat bertahan dalam menghadapi
tantangan. Untuk memulai kegiatan usaha, seseorang perlu melakukan
perencanaan danperhitungan dengan melakukan evaluasi terhadap kelayakan
usaha. Kelayakan usaha mencakup perkiraan laba rugi perusahaan, perkiraan arus
kas dan analisanya yang dibuat sebagai alat untuk memutuskan apakah suatu
rencana usaha atau investasi usaha akan dilanjutkan atau dihentikan. Menghitung
kelayakan usaha juga penting sebagai pertimbangan pihakpenyandang dana atau
Bank untuk menilai layak tidaknya diberikan pinjaman dana atas usaha yang akan
didirikan. Materi dari suatu kelayakan usaha pada prinsipnya memuat empat
aspek, yaitu aspek pemasaran, aspek teknis, aspek yuridis, dan aspek keuangan.
1. Sejarah Perusahaan
PT. X merupakan salah satu afiliasi dari Philip Morris International. PT. X
memulai bisnis di Indonesia pada bulan April 1984, pada saat memulai bisnis di
Indonesia PT X memproduksi dan mendistribusikan produk dengan menggunakan
Third Party yang memakai lisensi. PT X. Sampai pada akhirnya pada tahun 2006
memulai kegiatan manufaktur sendiri di Bekasi, Jawa Barat pada Mei 2006.
Saat ini, PT X - Bekasi Manufaktur Center memproduksi rokok,. Pada bulan Mei
2005, PT X, berhasil memperoleh mayoritas PT HM Sampoerna Tbk. saham.
Sampai saat ini, PT X memiliki 98,18% dari PT HM Sampoerna Tbk. saham.
2
Setelah mengkauisisi Sampoerna, PT. X menjadi leader dalam market share rokok
di Indonesia, menguasai 29,9% market di Indonesia mengungguli perusahaan
besar lainnya seperti PT.Gudang Garam, tbk dan PT.Djarum Tbk. Untuk produk
Marlboro sendiri yang diproduksi di Indonesia, mampu menguasai 5.2% market
share Indonesia, dan untuk penjualan rokok dengan kategori khususnya rokok
putih produk Marlboro menguasai kurang lebih 90% market disusul dengan
British Asian tobacco di posisi kedua dengan 7% market.
PT X Internasional adalah perusahaan induk PT. HM Sampoerna yang berkantor
pusat di Lausanne Swiss, dan merupakan perusahaan rokok terbesar di dunia:
1. PT. X Internasional memproduksi sejumlah merek rokok terlaris
di dunia, termasuk merek rokok nomor satu di dunia.
2. Merek-merek PT. X diproduksi di 51 pabrik di dunia
dan dijual di lebih dari 160 negara.
3. Sejak berdiri pada abad ke-19, PT. X Internasional telah tumbuh menjadi
organisasi yang mendunia; kini memiliki 75 ribu karyawan. Antara tahun 1970
dan 2007, PT. X Internasional mengalami pertumbuhan yang luar biasa. Volume
meningkat dari 87 juta batang menjadi 850 miliar batang. Pertumbuhan volume
ini disertai dengan peningkatan pendapatan yang mengagumkan, yaitu dari $425
juta menjadi lebih dari $55 miliar dalam periode yang sama. Pada tahun 2007, PT.
X Internasional meraih laba usaha sebesar $8,9 miliar, atau meningkat lebih dari
seratus kali lipat dibandingkan tahun 1970. Melalui penilaian kinerja keuangan,
perusahaan dapat memilih strategi dan struktur keuangannya, menentukan phase
out terhadap unit-unit bisnis. yang tidak produktif, menentukan balas jasa internal
dan menentukan harga saham secara wajar, sehingga perusahaan memiliki kinerja
yang baik.
3
III. ANALISA PASAR DAN KONSEP PEMASARAN
Indonesia merupakan negara terbesar ketiga pengguna rokok, dengan
jumlah perokok sekitar 250 juta jiwa. Sebagai salah satu sumber penerimaan
negara, cukai mempunyai konstribusi yang sangat penting dalam APBN
khususnya dalam kelompok Penerimaan Dalam Negeri. Penerimaan cukai
dipungut dari 3 (tiga) jenis barang yaitu; etil alkohol, minuman mengandung etil
alkohol dan hasil tembakau terhadap penerimaan negara yang tercermin pada
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara selalu meningkat dari tahun ke tahun.
Pada tahun anggaran 1990/1991, penerimaan cukai hanya sebesar Rp. 1,8
triliun atau memberikan kontribusi sekitar 4 persen dari penerimaan dalam negeri,
pada tahun anggaran 1999/2000 jumlah tersebut telah meningkat menjadi Rp. 10,4
triliun atau menyumbang sebesar 7,3 persen dari penerimaan dalam negeri. Pada
tahun anggaran 2003, penerimaan cukai ditetapkan sebesar Rp. 27,9 triliun atau
sebesar 8,3 persen dari penerimaan dalam negeri.
Hal ini berarti kontribusi penerimaan cukai terhadap penerimaan dalam
negeri selama kurun waktu 1 dasawarsa, telah meningkat sekitar 100 persen. Dari
penerimaan cukai tersebut, 95 persen berasal dari cukai hasil tembakau yang
diperoleh dari jenis hasil tembakau (JHT) berupa rokok sigaret kretek mesin,
rokok sigaret tangan dan rokok sigaret putih mesin, yang dihasilkan oleh industri
rokok.
A. Pemasaran
Peranan industri rokok dalam perekonomian Indonesia saat ini terlihat
semakin besar, selain sebagai motor penggerak ekonomi juga menyerap banyak
tenaga kerja. Industri rokok mengalami pertumbuhan yang signifikan
dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini terlihat dari kurun waktu 2005-
2009, pertumbuhan industri rokok sebesar 17,53% jauh melampaui pertumbuhan
penduduk yang hanya 4,59%
4
1. Deskripsi Produk
Rokok Putih: rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun tembakau
yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
Rokok Kretek: rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau
dan cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma
tertentu.
Rokok Klembak: rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun
tembakau, cengkeh, dan kemenyan yang diberi saus untuk mendapatkan
efek rasa dan aroma tertentu.
Rokok berdasarkan proses pembuatannya:
Sigaret Kretek Tangan (SKT): rokok yang proses pembuatannya dengan
cara digiling atau dilinting dengan menggunakan tangan dan atau alat
bantu sederhana.
Sigaret Kretek Mesin (SKM): rokok yang proses pembuatannya
menggunakan mesin. Sederhananya, material rokok dimasukkan ke dalam
mesin pembuat rokok. Keluaran yang dihasilkan mesin pembuat rokok
berupa rokok batangan. Saat ini mesin pembuat rokok telah mampu
menghasilkan keluaran sekitar enam ribu sampai delapan ribu batang
5
rokok per menit. Mesin pembuat rokok, biasanya, dihubungkan dengan
mesin pembungkus rokok sehingga keluaran yang dihasilkan bukan lagi
berupa rokok batangan namun telah dalam bentuk pak. Ada pula mesin
pembungkus rokok yang mampu menghasilkan keluaran berupa rokok
dalam pres, satu pres berisi 10 pak.
Rokok Berdasarkan Filter :
Rokok Filter (RF): rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat gabus.
Rokok Non Filter (RNF): rokok yang pada bagian pangkalnya tidak
terdapat gabus.
Rokok yang dihasilkan oleh PT. Philip Morris adalah Rokok Putih yang
menggunakan Filter dan Diproses dengan menggunakan mesin sigaret
kretek.
2. Input Produksi (Bahan Baku)
Rokok dibuat dari ramuan dan perpaduan berbagai jenis tembakau,
cengkeh, saus dan bahan-bahan pembantu pilihan lainnya. Proses pembelian
tembakau menuntut ketelitian yang tinggi dan penghayatan yang mendalam dari
para ahli tembakau (grader), baik tentang aroma, rasa maupun ciri-ciri fisiknya.
Daun tembakau kering, sebelum siap untuk dijadikan bahan baku rokok,
memerlukan proses pengolahan yang panjang dan rumit, yaitu dimulai dari
pemisahan gagang-gagang, pembersihan benda-benda asing, perajangan, untuk
menjaga aspek hygienisnya hingga akhirnya dikemas dalam kemasan khusus
untuk disimpan dalam gudang dengan suhu dan kelembaban tertentu.
Cengkeh yang mempunyai nama latin "Eugenia Caryophyllus" (Eugenia
aromatica O.K.) sebagai bahan utama bagi rokok kretek seperti halnya tembakau,
6
juga memerlukan teknik pemilihan, pemrosesan dan penyimpanan yang rumit.
Sejak tahap pembelian masalah pengendalian mutu sudah merupakan bagian yang
penting. Cengkeh dengan kualitas tinggi yang dibeli akan mengalami proses
pembersihan, perajangan dan pengeringan terlebih dahulu sebelum disimpan
dalam silo-silo stainless demi menjaga aspek hygienisnya. Bahan pembantu yang
digunakan filter dan kertas sigaret (ambri).
3. Proses Pembuatan Rokok
Dalam garis besarnya, proses produksi rokok dibagi dalam 3 (tiga) tahap
kegiatan utama, yaitu :
1. Pra-produksi
Setelah melalui proses seleksi yang ketat pada saat pembelian, Bahan baku
utama yang telah diproses kemudian dicampur dengan saus hingga siap dibuat
menjadi rokok.
2. Produksi
Rokok yang dihasilkan ada tiga jenis utama, yaitu klobot dan Sigaret Kretek
Tangan (SKT) sebagai hasil kreasi pekerja yang trampil dengan menggunakan
alat giling dari kayu serta Sigaret Kretek Mesin (SKM) yang diproses dengan
mesin-mesin otomatis berkecepatan tinggi.
3. Pengepakan
Batangan-batangan rokok yang telah jadi, membutuhkan beberapa lapis
kemasan dengan berbagai ukuran sesuai jenis produk, isi serta keperluan
distribusinya. Fungsi pengemasan di sini selain berguna untuk
mempertahankan mutu rokok, juga untuk memberikan citra terhadap produk.
Proses pengepakan rokok menjalani beberapa tahap pengemasan secara
berlapis. Kemasan lapisan pertama adalah kertas kaca untuk jenis rokok SKT
dan kertas yang berlapis alluminium foil untuk jenis rokok SKM. Lapisan
kedua adalah pembungkus (etiket) yang telah mengalami proses cetak terlebih
dahulu. Pengemasan ketiga dalam bentuk press atau slof, kemasan keempat
dalam bentuk bal (corrugated).
7
B. Perkembangan Pasar
Perkembangan pasar rokok di Indonesia mulai kurun waktu tahun 1981
sampai tahun 2002, secara rata-rata berdasarkan jenis hasil tembakau (JHT) paling
tinggi adalah Sigaret Kretek Mesin (SKM), dengan rata-rata pertumbuhan sebesar
11,08 persen. Pertumbuhan tertinggi berikutnya adalah Sigaret Putih Mesin
(SPM), dengan pertumbuhan 6,70 persen, diikuti oleh Sigaret Kretek Tangan
(SKT) sebesar 4,19 persen, dan rokok Klobot (KLB) sebesar 3,04 persen.
Tabel 3.1 Pertumbuhan Pasar
8
Gambar 3.1. Grafik Perkembangan Produksi RokokDilihat dari pangsa pasar rokok berdasarkan JHT, Sigaret Kretek Mesin
(SKM) menduduki peringkat tertinggi. Selama kurun waktu tersebut, SKM
mampu meraih pangsa rata-rata sebesar 44,83 persen, diikuti oleh Sigaret Kretek
Tangan (SKT) sebesar 33,85 persen, serta Sigaret Putih Mesin (SPM) sebesar
20,62 persen. Rokok Klobot (KLB) dan Klembak (KLM) hanya mempunyai
pangsa sebesar 0,70 persen.
Tabel 3.2 Rata-rata pertumbuhan dan pangsa JHT
Dilihat dari total produksi secara keseluruhan JHT, produksi rokok
mencapai puncaknya pada tahun 1998 dengan total produksi sebanyak 269,85
miliar batang dengan nilai sebesar Rp. 22, 09 Triliun. Setelah tahun tersebut, total
kemudian mengalami penurunan, tahun 1999 sebesar 254,17 miliar batang dengan
nilai sebesar Rp. 30,32 Triliun. Walaupun secara produksi sampai tahun 2001
terus mengalami penurunan, tetapi secara nilai pada tahun 2001 masih
menunjukkan peningkatan dengan nilai sebesar Rp. 54,79 Triliun. Berdasarkan
9
estimasi BPS, produksi rokok tahun 2002 sebesar 207,6 miliar batang, dengan
nilai produksi sebesar Rp. 51,90 Triliun.
Grafik 3.2. Perkembangan Produksi dan Nilai Rokok
Tabel 3.3. Total Produksi dan Nilai Industri Rokok
Produksi rokok kretek di Indonesia tidak hanya menjadi konsumsi
masyarakat Indonesia saja, tetapi sudah diekspor ke mancanegara. Ekspor rokok
10
khususnya rokok kretek Indonesia sudah mencapai berbagai negara tujuan.
Negara yang paling besar menjadi tujuan ekspor rokok kretek Indonesia adalah
Malaysia dengan volume 5.041.217 kg dengan nilai US$ 61.184.464. dan
beberapa negara di kawasan Asia, di antaranya adalah Thailand, Kamboja dan
Jordan.
Tabel 3.4. Perkembangan Ekspor Rokok di Indonesia
Grafik 3.3 Perkembangan Ekspor Rokok di Indonesia
C. Strategi Permasaran
Membangun ekuitas merek yang kuat adalah isu utama bagi pihak top
manajemen karena hal tersebut ikut menentukan nilai dari sebuah perusahaan.
Salah satu contoh efek dari ekuitas merek yang kuat adalah meningkatnya nilai
harga saham di pasar uang. Transaksi penjualan saham PT Handjaja Mandala
Sampoerna Tbk senilai Rp 18,58 triliun oleh PT. X Tbk merupakan salah satu
contoh nyata. (KOMPAS, 19 Maret 2005)
Menurut Angky Camaro, CEO Bisnis Lokal PT. X menyatakan bahwa
yang sebenarnya dibeli oleh PT. X adalah kultur yang termasuk bagian dari
ekuitas merek Sampoerna sebesar US$ 4 Milliar sedangkan nilai buku aset
11
Sampoerna seperti mesin, gedung, dan sebagainya hanya dihargai sekitar US$ 1
Miliar. (SWAsembada, Juli 2005)
Jika suatu produk telah memiliki ekuitas merek yang kuat, maka dengan
mudahnya mereka dapat mengembangkan mereknya melalui berbagai macam
strategi seperti co-branding, brand extention, line extension serta beberapa strategi
pengembangan merek lainnya. Perluasan merek atau brand extension dewasa ini
lazim digunakan oleh perusahaan – perusahaan di Indonesia sejak adanya krisis
ekonomi dan moneter pada tahun 1997.
Menurut Yadi Budhisetiawan, Managing Director Force One ”Selling &
Distribution Consultant menyatakan bahwa untuk membangun brand awareness
produk baru dibutuhkan biaya iklan rata - rata Rp 2 – 3 Miliar, sedangkan setelah
biaya iklan yang dibutuhkan meningkat menjadi rata – rata Rp 6 – 8 Miliar.
Kondisi ini tentunya membuat perusahaan berpikir dua kali dalam meluncurkan
produk baru dengan menggunakan merek yang benar – benar baru. Sehingga
strategi perluasan merek merupakan salah satu alternatif di dalam mensiasati
kondisi tersebut.
D. Konsep Pemasaran
Konsep pemasaran sangat erat kaitannya dengan manajemen pemasaran.
Manajemem pemasaran mempunyai tugas mempengaruhi tingkat, waktu, dan
komposisi permintaan dengan cara membantu organisasi mencapai tujuannya.
Manajemen Pemasaran pada dasarnya adalah manajemen pemenuhan permintaan.
manajemen Pemasaran mengelola permintaan dengan melakukan riset pemasaran,
perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian. Dalam perencanaan pemasaran,
pemasar harus membuat keputusan pada target pasar, posisi pasar, pengembangan
produk, harga, saluran distribusi, distribusi fisik, komunikasi, dan promosi.
Pemasaran bekerja di pasar konsumen secara formal dilakukan oleh manajer
penjualan, tenaga penjualan, periklanan dan promosi mengelola, peneliti
pemasaran, manajer layanan pelanggan, manajer produk dan merek, pengelola
pasar dan industri, dan wakil presiden pemasaran. Konsep pemasaran menyatakan
bahwa kunci untuk mencapai tujuan organisasi menjadi lebih efektif daripada
12
pesaing dalam memadukan kegiatan pemasaran adalah menentukan dan
memenuhi kebutuhan dan keinginan target pasar.
Konsep Pemasaran yang dimiliki PT. X bersandar pada empat pilar yakni :
Target Pasar, Costomer needs, Integrated marketing dan profitabilitas. Pada
Target pasar PT. X menargetkan pasar pada seluruh wilayah indonesia yang
tentunya target pasar tersebut ditujukan pada orang – orang yang sudah cukup
umur atau kategori dewasa. Untuk Customer needs, kebutuhan masyarakat
indonesia akan kebutuhan rokok cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat pada tabel
diatas. Ketika semua departemen perusahaan bekerja sama untuk melayani
kepentingan pelanggan, hasilnya adalah pemasaran terpadu (Integrated
Marketing). Pemasaran terpadu mengambil dua aspek. Pertama, berbagai tenaga
dan fungsi pemasaran, penjualan, iklan, manajemen produk, riset pemasaran, dan
sebagainya harus bekerja sama. Kedua harus terkoordinasi pada departemen yang
lain. Untuk mendorong kerja sama antara semua departemen, perusahaan
melakukan pemasaran internal maupun pemasaran eksternal pemasaran.
Pemasaran eksternal adalah pemasaran diarahkan pada orang-orang luar
perusahaan. pemasaran internal adalah bertugas mempekerjakan, pelatihan, dan
memotivasi karyawan yang ingin melayani pelanggan dengan baik. Bahkan
pemasaran internal harus mendahului pemasaran eksternal. Tidak masuk akal
untuk menjanjikan pelayanan prima sebelum staf perusahaan siap untuk
memberikan pelayanan prima. Yang terakhir adalah profitability, Tujuan akhir
dari konsep pemasaran adalah membantu organisasi mencapai tujuan mereka,
tujuan utama PT. X adalah keuntungan. Manajer Pemasaran harus memberikan
nilai kepada pelanggan dan keuntungan bagi organisasi. Manajer pemasaran
beserta jajaran petinggi harus mengevaluasi profitabilitas semua strategi
pemasaran dan memilih keputusan alternatif yang paling menguntungkan untuk
kelangsungan hidup jangka panjang dan pertumbuhan perusahaan.
1. Strategi
1.1 Segmentasi
PT.X membagi masyarakat kedalam segmen masyarakat terdidik yang
mengerti benar akan bahaya merokok tetapi tetap memilih untuk merokok. Pada
segmen masyarakat terdidik, terdapat konsumen yang sangat potensial bagi
13
produsen rokok, yaitu kalangan anak muda terdidik yang mengetahui dampak
rokok, tetapi mengambil resiko untuk merokok. Nantinya dapat menjadi
konsumen jangka panjang bagi perusahaan, karena rokok dapat menimbulkan
keterikatan. Apabila konsumen anak muda terikat, maka perusahaan akan
memiliki potensi konsumen yang akan loyal dalam jangka panjang.
1.2 Targeting
PT.X sendiri menetapkan target konsumennya pada perokok muda dewasa dengan
rentang usia 18-50 tahun. Pria dewasa.
1.3 Positioning
Tema merupakan introduction theme, karena saat itu rokok putih
merupakan kategori produk yang baru bagi pasar Indonesia. Dengan iklan televisi
(TVC) yang begitu unik yaitu animasi icon-icon yang bercita rasa country dan
enteng. Jelas bahwa pesan positioning yang ingin disampaikan adalah bahwa
PT.X memiliki kandungan tar dan nikotin yang paling rendah serta eksklusif
dibanding brand lain. Rupanya konsumen rokok Indonesia mulai sedikit demi
sedikit teredukasi dengan tema ini. Hal ini terbukti dengan penetrasi produk ini
yang mulai berjalan. Lalu positioning ” ini berusaha diperkuat lagi dengan
promosi lainnya. PT.X sebagai sebuah brand mulai memainkan teknik yang saya
sebut sebagai parallel positioning. Seluruh eksekusi dari TVC maupun print ad
begitu jauhnya, bahkan tidak berhubungan sama sekali dengan atribut produk
PT.X sendiri. Masih banyak lagi berbagai eksekusi iklan bertema ini yang
membuat audiens iklan, baik mereka yang paham marketing dan advertising
maupun konsumen awan, bertanya-tanya dan membuat penasaran hingga ingin
mencoba bahkan beralih ke produk ini.
Seiring dengan mulai membesarnya segmen pasar perokok yang dibuka
jalannya oleh PT.X, PT.X sempat berusaha keluar sebentar dari parallel
positioning dan kembali ke tema ”konvensional”, dalam arti tema yang lebih
mudah dicerna oleh audiens iklan. Iklan ini ingin mengatakan bahwa PT.X tidak
bisa dibantah adalah rokok PT.X yang pertama, sekaligus dengan market share
dan mind share terbesar. Eksekusinya antara lain adalah animasi 3 dimensi. Yang
mengingatkan kita bahwa iklan ini tetap iklan komersial adalah adanya logo PT.X
14
dan peringatan pemerintah akan bahaya merokok yang selalu muncul di akhir
iklan.
Beberapa pelajaran penting yang dapat kita ambil dari evolusi positioning
PT.X adalah bahwa sebuah brand selalu memerlukan cara baru untuk
berkomunikasi, karena pasar adalah sebuah kelompok manusia yang dinamis.
Brand juga hidup dalam persaingan di mana untuk membedakan diri dengan
pesaing memerlukan kreativitas tinggi, sehingga brand performance yang diukur
dari pertumbuhan penjualan dapat terus terjaga. Jelas bahwa kekuatan finansial
untuk membentuk sebuah brand adalah baru setengah dari cerita, karena bukan
frekuensi iklan saja yang penting, akan tetapi tema iklan juga sangat penting,
kalau tidak bisa dibilang lebih menentukan.
2 Tactic
2.1 Differentiation
PT.X merupakan hasil sebuah keseimbangan perpaduan antara tembakau
amerika dan bahan berkualitas lainnya. Rasa dan aroma produk ini adalah hasil
dari persembahan tersendiri dari tembakau alam terbaik. Selain itu diferensiasi
yang terdapat pada PT.X juga terletak pada image yang tergambarkan pada
produk PT.X itu sendiri, yaitu menggambarkan pribadi yang berjiwa muda,
menyukai music, entertainment dan sport.
2.2 Marketing Mix (4P)
2.2.1 Product
PT.X adalah rokok yang rendah kadartar dannikotin nya. Secara resmi,
produk PT.X mempunyai kandungan 14 mg tar dan 1.0 mg nikotin per pak-nya.
PT.X juga merupakan rokok pertama yang mendobrak pasar Indonesia dengan
penampilannya yang unik, yakni dengan ukuran keliling lingkaran rokok 22 mm
dan panjang rokok 90 mm. Produk ini sangat sukses di pasaran karena dapat
memenuhi keinginan perokok yang ingin menerapkan pola hidup sehat.
Produk PT.X sendiri terdapat dua jenis yang sama-sama memiliki kadar
rendah nikotin dan tar. Dua jenis tersebut dapat dibedakan dari kemasannya. Yang
pertama yaitu PT.X dengan kemasan warna hijau yang membawa pada kesan
alami dari rasa menthol- nya dan kedua yaitu kemasan merah dengan rasa
premium
15
2.2.2 Price
Dari konteks harga, PT.X terbilang menengah, dengan membandrol harga
bagi konsumen akhir sebesar Rp. 8.500,- untuk setiap packnya. Harga tersebut
bila dilihat dari pendapatan masyarakat Indonesia pada umumnya jumlah tersebut
pastinya bukan jumlah uang yang kecil untuk hanya dapat menikmati rokok, akan
tetapi PT.X memang diperuntukkan bagi masyarakat golongan menengah keatas
yang lebih mempertimbangkan nilai prestisiusnya. Selain dengan menawarkan
keistimewaan dari produk, PT.X menawarkan isi yang lebih banyak dari produk
rokok lainnya dalam tiap packnya.
2.2.3 Promotion
Beberapa bentuk promosi utama yang dilakukan oleh PT.X untuk
konsumen akhir adalah event atau sponsorship. Beberapa bentuk event atau
sponsorship yang dilakukan oleh PT.X memang diakui sebagai bentuk promosi
yang menarik banyak perhatian misalnya saja kampanye iklan yang berkali-kali
meraih penghargaan bergengsi pada skala nasional sebagai iklan terbaik dan event
atau sponsorship besar beskala nasional dengan kemasan yang unik dan menarik.
2.2.4 Place
Strategi distribusi yang digunakan oleh dalam mendistribusikan rokoknya
menggunakan distributor tunggal,. Sedangkan dalam tingkatan saluran distribusi,
menggunakan saluran distribusi tiga tingkat, dimana distributor tunggalnya
menyalurkannya ke dua perantara lain, yaitu agen dan pengecer yang
didistribusikan ke semua wilayah di Indonesia, bahkan sampai ke daerah-daerah
maupun pedesaan.
2.3 Selling
Strategi Penjualan / Selling yang digunakan oleh PT.X dalam menjual
produk PT.X melalui 2 cara, yaitu melalui Wholesaler, dan Retail.Wholesaler
adalah agen penjual yang membeli rokok dari PT.X dalam jumlah yang besar,
sedang kan Retail adalah penjual rokok yang membeli rokok dari Wholesaler.
3. Value
3.1 Brand
16
PT.X meluncurkan suatu produk dalam mengembangkan jajaran merek
rokok dengan yang ditandai dengan peluncuran sebagai rokok yang berkadar tar
dan nicotine rendah (LTLN).
III.3.2 Service
Salah satu nilai dari value yaitu service yang dilakukan adalah direct
selling yang dilakukan di café-café terkemuka di Jakarta. Bentuk direct selling
yang dilakukan oleh pemasar ditujukan untuk memberikan service excellent bagi
perokok produk PT.X ataupun bukan perokok produk PT.X agar beralih ke
produk PT.X.
III.5 Market Share
Di bisnis rokok Indonesia, PT.X merupakan pionir rokok rendah tar dan
nikotin di Indonesia yang menjadi pemimpin pasar (market leader) rokok jenism
ild dengan penguasaan pasar lebih dari 70% pada produk sejenis yang dikeluarkan
perusahaan lain. Dalam kontek pemasaran PT.X telah meraih equitas merek dalam
pandangan masyarakat kita. PT.X meraih equitas merek tersebut karena
keberhasilannya dalam memadukan konten, konteks dan infrastruktur yang
dimiliki, mendapatkan mind share, heart share dan market share pada masyarakat.
Ketiga hal yang didapatkan tersebut pada akhirnya membawa PT.X mencapai
pada equitas merek. Dalam pencapaian tersebut PT.X juga tidak terlepas dari
saluran komunikasi yang selalu tampil nyleneh namun terbukti sangat efektif,
kekreatifan dan keinovatifan yang selalu dihadirkan menjadi ciri khas tersendiri,
baik dari iklan yang ditampilkan di media
E. Biaya Pemasaran dan Pendapatan.
Menurut Yadi Budhisetiawan, Managing Director Force One ”Selling &
Distribution Consultant menyatakan bahwa untuk membangun brand awareness
produk baru sebelum krisis moneter dibutuhkan biaya iklan rata - rata Rp 2 – 3
Miliar, sedangkan setelah krisis biaya iklan yang dibutuhkan meningkat menjadi
rata – rata Rp 6 – 8 Miliar.
Kondisi ini tentunya membuat perusahaan berpikir dua kali dalam meluncurkan
produk baru dengan menggunakan merek yang benar – benar baru. Sehingga
17
strategi perluasan merek merupakan salah satu alternatif di dalam mensiasati
kondisi tersebut.
Tabel 3.5. Jumlah Rokok Yang Terjual
Tahun Penjualan2004 2.076.081.6472005 2.901.180.9412006 3.475.892.1182007 3.504.438.2352008 4.080.052.3532009 1.071.469.1762010 1.221.298.706
Tabel 3.6. Forecast Demand Rokok 5 Tahun Kedepan
Tahun Penjualan2011 1.438.823.5292012 1.273.183.5292013 1.479.650.7062014 1.585.269.1762015 1.941.106.435
Tabel 3.7. Proyeksi Biaya Pemasaran 5 Tahun Kedepan
Tahun Penjualan2011 872.954.000.0002012 945.791.000.0002013 1.237.152.000.0002014 1.544.338.000.0002015 1.465.045.000.000
Tabel Proyeksi Pendapatan Laba Bersih 5 Tahun Ke Depan
Tahun Laba Bersih2011 2.636.460.400.0002012 2.308.620.000.0002013 2.883.789.000.0002014 2.469.571.000.0002015 1.784.906.700.000
18
2011 2012 2013 2014 20150
500,000,000,000
1,000,000,000,000
1,500,000,000,000
2,000,000,000,000
2,500,000,000,000
3,000,000,000,000
3,500,000,000,000
Proyeksi Laba bersih Dan Biaya Pemasaran
Biaya PemasaranLaba Bersih
Gambar 3.4. Grafik Proyeksi Laba Bersih dan Biaya Pemasaran
19
IV. ASPEK BAHAN BAKU DAN SUPLAI
I. Gambaran Umum Proses Procurement Di PT. Philip Morris
1. Bagian Pengadaan Barang menerima laporan stok barang dari bagian Gudang.
Jika stok barang yang ada di gudang sudah mendekati stok aman, maka
bagian Pengadaan Barang akan membuat permintaan pembelian sebanyak 2
rangkap. Rangkap 1 diarsipkan dan rangkap 2 diserahkan ke bagian
Pembelian.
2. Setelah menerima permintaan pembelian dari bagian Pengadaan Barang,
bagian Pembelian kemudian membuat order pembelian sebanyak 3 rangkap.
Rangkap 1 diserahkan ke Suplier, rangkap 2 diserahkan ke bagian keuangan
dan rangkap 3 diarsipkan.
3. Bagian Gudang kemudian akan memeriksa barang dan surat jalan beli yang
diterima dari Suplier. Jika barang tersebut ada cacat maka bagian Gudang
akan membuat nota retur beli sebanyak 2 rangkap. Rangkap 1 diserahkan ke
Suplier sedangkan rangkap 2 diarsipkan. Tetapi jika barang tersebut tidak ada
cacat, maka bagian Gudang akan membuat laporan penerimaan barang
sebanyak 2 rangkap, rangkap 1 diserahkan ke bagian Pembelian dan rangkap
ke 2 diarsipkan. Kemudian bagian pembelian akan mendapat faktur beli dari
Suplier.
4. Berdasarkan order pembelian yang diterima dari bagian Pembelian, bagian
Keuangan akan mencetak kontra Bon sebanyak 3 rangkap. Rangkap 2
diserahkan kepada Suplier rangkap 3 diarsipkan dan rangkap 1 digunakan
untuk melakukan pembayaran. Setelah bagian Keuangan melakukan
pembayaran, maka akan dihasilkan kwitansi sebanyak 2 rangkap. Rangkap 1
diserahkan kepada Suplier dan rangkap 2 diarsipkan.
5. Faktur beli dari Suplier dan laporan penerimaan barang kemudian akan
menjadi dasar dalam pembuatan laporan pembelian. Bagian Pembelian akan
membuat laporan pembelian sebanyak 2 rangkap, rangkap 1 diserahkan
kepada General Manager dan rangkap 2 diarsipkan.
20
A. Klasifikasi Bahan Baku dan Suplai
Bahan baku rokok dari perusahaan PT. X Adalah Tembakau, Tembakau
didatangkan langsung dari petani di kawasan, Jawa Barat, jawa tengah, Jawa
Timur, Madura dan dikirim langsung menggunakan truk yang datang setiap hari
setelah melalui beberapa proses dari petani. Untuk mencapai tujuan ini, kami
merancang program yang dikembangkan oleh Perusahaan Induk kami,
PT. X International, yang dinamakan ”Good Agricultural Practices” atau
Program Kemitraan Pertanian Tembakau. Dengan berkoordinasi dengan
pemasok tembakau kami, program tersebut bertujuan untuk membantu
para petani mengembangkan usaha pertanian tembakau berkualitas yang
berkesinambungan. Hasilnya, para pemasok dan petani yang menjadi
mitra telah senantiasa sanggup memasok tembakau yang berkualitas bagi
fasilitas produksi kami. Hingga kini, program tersebut telah menjangkau
lebih dari lima ribu petani tembakau di Nusa Tenggara Barat, Jawa
Timur, DI Jogjakarta dan Jawa Tengah. Karena bahan baku tersebut dipasok
setiap hari maka produksi rokok tetap terjamin prosesnya. Untuk bahan baku di
luar tembakau atau bahan baku pendukung seperti kemasan, saus, kertas pavir dan
lain – lain. Sebagian besar dipasok oleh agen yang diangkut menggunakan mobil
box yang berada di sekitar pabrik. Sehingga keseluruhan bahan baku utama dan
pendukungnya.
a. Tembakau
b. Kertas pembungkus rokok
c. Kertas pembungkus filter
d. Filter
e. Alumunium Foil
f. Plastik pembungkus
g. Kardus
PT. X membeli bahan baku Kardus dari suplier – suplier yang berada di
sekitar kawasan jababeka dan cibitung maupuan daerah kawasan industri pulo
gadung.
21
Tabel Harga Bahan Baku
a. Jumlah kardus yang dibutuhkan 1273183529 Unit – 1941106435 Unit
produksi per tahun
b. Harga Kardus per lipat (10 kardus) Rp. 300 (termasuk biaya transport)
c. Pasokan dilakukan 1 hari sekali dengan disertai label yang telah
ditentukan oleh perusahaan
d. Pembayaran dilakukan 1 bulan sekali pada akhir bulan
e. Apabila terjadi kerusakan resiko ditanggung oleh pemasok
B. Spesifikasi Bahan Baku1. Tembakau
- Kelembapan Air Tidak Lebih dari 5% Dari Penjemuran
- Berbau Khas Agak Menyengat
- Daunnya Berwarna Coklat
- Bebas Dari Jamur
2. Kertas pembungkus rokok
- Dengan Ukuran Pemakaian 120 mm x 20 mm Per Batang
Rokok
- Memiliki Ketebalan 2 mm
3. Kertas pembungkus filter
- Ukuran Dengan Ukuran Panjang 30 mm ( Per Batang Rokok )
- Tidak Mudah Basah
- Tidak Mudah Berjamur
4. Filter
22
Nama Bahan Hargaa. Tembakau 2000 / Kgb. Kertas pembungkus rokok 200 / Lembarc. Kertas pembungkus filter 800 / Lembare. Filter 400 /Filterf. Alumunium Foil 1200 / Lembarg. Plastik pembungkus 100 / Plastiki. Kardus 300 / Kardus
- Berwarna Putih Polos
- Panjang 30 mm Dengan diameter 10 mm ( Perbatang Rokok )
- Lapisan Busa
- Tidak Mudah Berjamur
5. Alumunium Foil
- Berwarna Abu – Abu Dengan Pelapisan Kertas Pada Bagian
Belakang
6. Plastik pembungkus
- Berwarna Transparan
- Mempunyai Ketebalan 1 mm
7. Kardus
- Mempunyai Warna Dan Logo Yang Sudah Ditetapkan Oleh
Perusahaan
- Mempunyai Ketebalan 3 mm
- Permukaan Dilapisi Dengan Bahan Tahan Air
C. Ketersediaan dan Suplai
Pengendalian persediaan bahan baku di perusahaan ini dilakukan dengan cara memantau
persediaan bahan baku setiap bulan. Pembelian tembakau yang dilakukan perusahaan, baik
jumlah setiap pemesanan maupun frekuensinya, tidak tetap setiap tahun. Jumlah tembakau yang
dibeli ditentukan berdasarkan peramalan pemakaian tembakau selama 3 bulan. Mutu tembakau
mempengaruhi ketersediaan tembakau, sehingga diawasi dengan ketat melalui uji fisik dan uji
laboratorium. Untuk menjaga mutu tembakau yang disimpan di gudang dilakukan pemeliharaan
berupa fumigasi dan pebingasapan serta pembalikan tumpukan tembakau.. Hasil analisis demand
dan produksi menunjukkan bahwa pada tahun 2009 jumlah setiap pemesanan sebesar 3.551 kg
untuk Januari sampai februari, 2.793 untuk Maret sampai April , 3.093 untuk Mei sampai Juni. 4.236 kg,
3.049 kg untuk Juli sampai Agustus, dan 3.679 kg untuk September sampai Oktober. Mengingat
tingginya demand dan meningkatnya produktivitas maka Frekuensi pemesanan pada tahun 2010
dan setrusnya diperkirakan meningkat sebanyak 13 kali sampai 15 kali pemesanan dalam setahun,
yang biasanya hanya 11 kali pesan per tahun.. PT. X menerapkan Safety Stock sebesar 2,5 bulan
pemakaian.
23
D. Suplai Pemasaran dan Suplai Program
PT. X adalah salah satu perusahaan rokok nasional yang menguasai
hampir 90 % pangsa pasar. PT. X sebagai produsen rokok tentunya tidak kalah
dalam berinovasi mencipatakan rokok yang sesuai dengan citra rasa dan iklim
dimana rokok tersebut akan dipasarkan. Dalam menguasai pangsa pasar PT. X
menggunakan saluran distribusi melalui agen-agen yang tersebar diwilayah
tertentu yang telah ditetapkan dan ditentukan pihak manajemen sebagai area
pemasaran. Faktor yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan saluran distribusi
pada perusahaan PT. X adalah yakni sistem penjualan dilakukan secara langsung
dan tunai kepada para agen. Atau melalui mekanisme tempo bagi para agen atau
distributor yang telah bekerjasama lama dengan PT. X sehingga dapat
menghindari kemacetan penjualan yang disebabkan karena tidak mampu bayarnya
agen atau distributor terhadap pembayaran rokok dan juga sebagai upaya yang
dilakukan untuk pembelian yang tidak berkali-kali yang menyebabkan tingginya
biaya operasional yang harus dikeluarkan oleh PT. X. Model saluran distribusi
yang digunakan oleh perusahaan menggunakan model saluran distribusi panjang.
Keterkaitan antara saluran distribusi dengan volume penjualan pada PT.X
dipergunakan sebagai suatu strategi distribusi yang dipilih dan di pergunakan
dalam perusahaan sebab hal ini sangat berkenan erat dengan penentuan dan
manajemen saluran distribusi yang dipergunakan oleh perusahaan tersebut untuk
memasarkan barang dan jasanya, sehingga produk tersebut dapat sampai ditangan
konsumen sasaran dalam jumlah dan jenis yang dibutuhkan, pada waktu yang
diperlukan, dan tempat yang tepat untuk mendistribusikan barang dari produsen
ke konsumen, alternatif yang dipilih dapat berupa distribusi langsung (direct
channel) atau distribusi tidak langsung (indirect channel).
E. Biaya Bahan Baku dan Perbekalan
PT. X mempunyai banyak gudang distribusi yang tersebar di seluruh
penjuru Indonesia. Khusunya di pulau jawa PT. X mempunyai sekitar 3059
Retailer dan 187 Wholesaler. PT X juga mempunyai sebanyak 30 gudang
penyimpanan dan distribusi yang tersebar di pulau jawa. Untuk pendistribusian,
24
PT. X mempunyai armada angkutan darat tersendiri untuk mendistribusikan
seluruh rokok ke pulau jawa.
Tabel 4.1 Proyeksi Jumlah Kebutuhan Bahan Baku Sampai 5 Tahun Ke Depan
Nama Bahan 2011 2012 2013 2014 2015
a. Tembakau 14389 Kg 12732 Kg 14797 Kg 15853 Kg 19412 Kg
b. Kertas pembungkus rokok 71941177 Lembar 63659177 Lembar 73982536 Lembar 79263459 Lembar 97055322 Lembar
c. Kertas pembungkus filter 71941177 Lembar 63659177 Lembar 73982536 Lembar 79263459 Lembar 97055322 Lembar
e. Filter 719411765 Filter 636591765 Filter 739825353 Filter 792634589 Filter 970553218 Filter
f. Alumunium Foil 287764706 Foil 254636706 Foil 295930142 Foil 317053836 Foil 388221288 Foil
g. Plastik pembungkus 143882353 Plastik 127318353 Plastik 147965071 Plastik 158526918 Plastik 194110644 Plastik
i. Kardus 1438823530 Kardus 1273183530 Kardus 1479650706 Kardus 1585269177 kardus 1941106436 Kardus
Tabel 4.1 Proyeksi Ketersediaan Bahan Baku Sampai 5 Tahun Ke Depan
Nama Bahan 2011 2012 2013 2014 2015
a. Tembakau 115112 Kg 101856 Kg 118376 Kg 126824 Kg 155296 Kg
b. Kertas pembungkus rokok575529416
Lembar 509273416 Lembar 591860288 Lembar 634107672 Lembar776442576
Lembar
c. Kertas pembungkus filter575529416
Lembar 509273416 Lembar 591860288 Lembar 634107672 Lembar776442576
Lembar
e. Filter 5755294120 Filter 5092734120 Filter 5918602824 Filter 6341076712 Filter7764425744
Filter
f. Alumunium Foil 2302117648 Foil 2037093648 Foil 2367441136 Foil 2536430688 Foil3105770304
Foil
g. Plastik pembungkus 1151058824
Plastik 1018546824 Plastik1183720568
Plastik1268215344
Plastik1552885152
Plastik
i. Kardus11510588240
Kardus10185468240
Kardus11837205648
Kardus12682153416
Kardus15528851488
Kardus
Nama Bahan 2011 2012 2013 2014 2015
a. Tembakau Rp31.655.800 Rp28.010.400 Rp32.553.400 Rp34.876.600 Rp42.706.400
b. Kertas pembungkus rokok Rp14.388.235.400 Rp12.731.835.400 Rp14.796.507.200 Rp15.852.691.800 Rp19.411.064.400
c. Kertas pembungkus filter Rp57.552.941.600 Rp50.927.341.600 Rp59.186.028.800 Rp63.410.767.200 Rp77.644.257.600
e. Filter Rp287.764.706.000 Rp254.636.706.000 Rp295.930.141.200 Rp317.053.835.600 Rp388.221.287.200
f. Alumunium Foil Rp287.764.706.000 Rp254.636.706.000 Rp295.930.142.000 Rp317.053.836.000 Rp388.221.288.000
g. Plastik pembungkus Rp14.388.235.300 Rp12.731.835.300 Rp14.796.507.100 Rp15.852.691.800 Rp19.411.064.400
i. Kardus Rp431.647.059.000 Rp381.955.059.000 Rp443.895.211.800 Rp475.580.753.100 Rp582.331.930.800
Total Biaya Rp1.093.537.539.100 Rp967.647.493.700 Rp1.124.567.091.500 Rp1.204.839.452.100 Rp1.475.283.598.800
Tabel 4.2 Proyeksi Biaya Kebutuhan Bahan Baku Sampai 5 Tahun Ke Depan
25
2011 2012 2013 2014 20150
500,000,000,000
1,000,000,000,000
1,500,000,000,000
2,000,000,000,000
2,500,000,000,000
3,000,000,000,000
3,500,000,000,000
Laba BersihTotal Biaya Bahan Baku
Gambar 4.1 Grafik Proyeksi Total Biaya Bahan Baku dan Laba Bersih
26
V. ASPEK LOKASI DAN LINGKUNGAN
A. Pemilihan Lokasi
Saat ini PT. X beroperasi di MM2100 Cibitung alasan pemilihan lokasi
operasi disini adalah:
1. Kemudahan untuk mendapatkan akses bahan baku dan bahan pendukung
lainnya.
2. Jauh dari penduduk sehingga, tidak menimbulkan dampak lingkungan ke
penduduk. Untuk karyawan yang berada diluar lokasi ini, disediakan bus
karyawan di lokasi tertentu sebagai sarana angkutan untuk menuju ke
lokasi pekerjaan
3. Bebas macet, lokasi yang ada saat ini hanya khusus untuk kawasan
industri dan tidak adanya pusat bisnis disini. Sehingga kawasan ini cocok
untuk kegiatan distribusi
B. Lingkungan Alam
Kota Cibitung merupakan salah satu kota yang terdapat di provinsi Jawa
Barat, yang terletak di lingkungan megapolitan Jabodetabek dan menjadi kota
besar kelima di Indonesia. Kota cibitung merupakan tempat tinggal kaum urban
dan saat ini berkembang menjadi kawasan sentra industri. Secara geografis kota
cibitung berada pada ketinggian 19 m diatas permukaan laut. Kota ini terletak di
sebelah timur Jakarta; berbatasan dengan Jakarta Timur di barat, kabupaten
Bekasi di utara dan timur, kabupaten Bogor di selatan, serta kota Depok di
sebelah barat daya. Untuk melayani warga kota, tersedia bus antar kota dan dalam
kota yang mengangkut penumpang ke berbagai jurusan, seperti jurusan Blok M,
Rambutan, Tanjung Priok, Grogol, Kali Deres, Pulo Gadung, Lebak Bulus
(Dalam Kota), Bandung, Merak, Tasikmalaya, Cirebon, dan kota-kota di Jawa
Tengah serta Jawa Timur. Kereta komuter KRL Jabotabek jurusan Bekasi-Jakarta
Kota/Tanah Abang/Tanjung Priok mengangkut warga kota yang bekerja di
Jakarta. Selain itu tersedia pula bus pengumpan TransJakarta dari Kemang
Pratama, Galaxi City, dan Harapan Indah.
27
C. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
1. Aspek Medis
Rokok secara teroritik medis memang berbahaya tapi beberapa
kasus menunjukan beberapa individu tetap sehat dan berumur panjang. Dari
pernyataan di atas ada maksud bahwa usaha tani tembakau dan industri
rokok tembakau masih cukup relevan sebagai sumber penghasilan
masyarakat, cukai dan menunjang aspek sosial lain yang menguntungkan.
Dengan catatan tembakau yang dikembangkan jenis tembakau yang memiliki
kadar nikotin yang sangat rendah.
2. Aspek Pengolahan Limbah
Secara Operasional, Limbah yang dihasikan PT. X tidak
mengganggu lingkungan yang berada di sekitar. Karena limbah yang
dihasilkan dari awal proses pembuatan rokok bersifat alam dan sangat ramah
lingkungan. Dan proses limbah operasional rokok ini, ternyata juga dapat
dijual kepada vendor lain. Sehingga pengolahan limbahnya tidak memakan
proses yang rumit. Proses pengolahan limbahnya hanya ditumpuk di dalam
gudang khusus penimbunan barang sisa kemudian dijual kepada vendor lain.
Sehingga limbah yang dihasilkan tentunya juga menambah aspek ekonomis
D. Aspek Sosial Ekonomi
1. Bentuk Badan UsahaDalam kepemilikan perusahaan terdapat beberapa bentuk badan hukum
yang dapat dipilih oleh si pendiri perusahaan. Pemilihan bentuk perusahaan
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain ukuran besar kecilnya
perusahaan, jenis perusahaan, pembagian laba yang diinginkan oleh
pemiliknya, resiko yang dapat ditangung oleh para pemilik dan pembagian
pengawasan dan aturan penguasaan perusahaan.
Berdasarkan pertimbangan diatas, maka bentuk perusahaan yang
sesuai untuk X ini adalah Perseroan Terbatas. Pemilihan ini dilakukan dengan
alasan modal investasi yang dibutuhkan relatif cukup besar dan jenis industri
yang didirikan termasuk industri yang mempunyai resiko cukup tinggi
sehingga tidak mungkin untuk ditanggung beberapa orang saja.
28
Disamping itu, keuntungan dari bentuk perusahaan seperti itu antara
lain adalah jumlah modal yang dapat dikumpulkan jauh lebih besar
dibandingkan perusahaan dalam bentuk Persekutuan Komanditer (CV), serta
resiko yang tidak dibebankan kepada satu orang saja, melainkan kepada
seluruh orang yang mempunyai saham dalam perusahaan. Dengan demikian,
perusahaan tidak hanya bergantung kepada satu orang saja, melainkan pada
beberapa orang.
2. PerizinanUntuk mendirikan satu industri, minimal diperlukan izin-izin dan
persyaratan sebagai berikut:
- Persetujuan prinsip mendirikan industri
- Surat Izin Umum Perusahaan (SIUP)
- Tanda Daftar Perusahaan (TDP)
- Akta Pendirian Perusahaan
Berdasarkan keputusan Presiden No. 97 Tahun 1993 tentang tata cara
penanaman modal bahwa permohonan penanaman modal baru dalam rangka
PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) dapat diajukan oleh Perseroan
Terbatas (PT), Badan Usaha Milik Negara/Daerah (BUMN/BUMD), Firma
atau Perusahaan Perseorangan. Persetujuan dan Izin Pelaksanaan Penanaman
Modal dan Instansi Tingkat Pusat terdiri dari:
3. Persetujuan pemberian fasilitas pembebasan atau keringanan bea masuk
atas pengimpor barang modal. Persetujuan ini dikeluarkan oleh Ketua
BKPM atas nama menteri keuangan.
4. Pesetujuan pemberian fasilitas pembebasan atau keringanan bea masuk
atas pengimpor bahan baku atau badan penolong. Persetujuan ini
dikeluarkan oleh Ketua BKPM atas nama Menteri Keuangan yang
diperlukan oleh proyek penanaman modal yang telah memperoleh
persetujuan pemerintah untuk kebutuhan dua tahun produksi bagi proyek
baru.
5. Persetujuan penangguhan pembayaran Pajak Pertambahan Nilai dan atau
Pajak Penjualan Barang Mewah.
29
Permohonan penanaman modal baru diajukan secara tertulis ditujukan
kepada Ketua BKPM dengan tembusan Ketua BKPM setempat, yang
dilengkapi dengan:
1. Rekaman akte pendirian perusahaan untuk PT, BUMN/BUMD atau Firma.
2. Surat Kuasa apabila penandatanganan permohonan bukan dilakukan oleh
pemohon sendiri.
3. Rekaman Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Pemohon.
4. Uraian proses produksi yang dilengkapi dengan bagan alir proses, serta
mencantumkan jenis bahan baku/penolong, bagi industri pengolahan.
Selain itu, Keputusan Menteri Negara Pengerak Dana Investasi / Ketua
Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 15 / SK / 1993 tentang tata cara
permohonan penanaman modal dalam negeri dan penanaman modal asing. Bab
IV pasal 11 menyatakan bahwa perusahaan penanaman modal wajib memiliki
Izin Usaha Tetap (IUT) untuk dapat memulai pelaksanaan kegiatan produksi
komersial. Izin Usaha Tetap (IUT) tersebut harus dilengkapi dengan:
- Rekaman Izin Lokasi
- Rekaman Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
- Hak atas tanah
- Laporan kegiatan Penanaman Modal (LKPM)
- Surat pernyataan siap berproduksi komersial
Sedangkan untuk memperoleh ijin lokasi pemohon menyampaikan
permohonan secara tertulis kepada Gubernur Kepala Daerah melalui Kepala
Kanwil BPN dengan dilengkapi:
- Rekomendasi Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah
- Akte Pendirian Perusahaan bagi Perusahaan yang berbadan hukum atau
Surat Izin Usaha bagi Perusahaan Perorangan.
- Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
- Lay Out Proyek
- Garis besar uraian proyek
- Pernyataan kesanggupan memberikan ganti rugi dan atau menyediakan
tempat penampungan bagi pemilik tanah.
30
- Surat Persetujuan Penananaman Modal bagi Perusahaan yang
menggunakan fasilitas Penanaman Modal.
- Konfirmasi Pencadangan Tanah dari Gubernur Kepala Daerah, khusus
bagi Perusahaan PMA/PMDN
- Pertimbangan Aspek Penatagunaan Tanah.
- Peta Rencana Tata Ruang (RUTD/RUTR) lokasi yang bersangkutan.
Dewasa ini, pemerintah masih membuka kesempatan lebar-lebar bagi
perusahaan yang bermaksud mendirikan industri yang dapat meningkatkan
pada bahan baku, memperluas kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan
daerah serta menunjang pembangunan pada sektor non migas. Oleh karena itu,
selama persyaratan yang dibutuhkan dapat terpenuhi, maka tidak ada kesulitan
untuk memperoleh perizinan tersebut.
3. PajakSemua Industri yang berorientasi pada profit tidak terlepas dari
kewajiban terhadap pajak yang dibebankan, sesuai dengan Undang-Undang
No.7 tahun 1994 tentang pajak penghasilan yang menyatakan bahwa yang
menjadi subyek pajak adalah badan yang terdiri dari Perseroan Terbatas,
Perseroan Komanditer, BUMN dan BUMD, perseroan / perkumpulan lainnya,
Firma, Kongsi, Koperasi, Yayasan/Lembga, dan bentuk usaha tetap.
Pajak keuntungan yang diberlakukan berdasarkan Undang-Undang
Perpajakan tahun 1994 adalah 10 persen untuk keuntungan sampai Rp. 25
juta, 15 persen untuk keuntungan Rp. 25 juta sampai 50 juta dan 30 persen
untuk keuntungan selebihnya.
1. Undang-undang kawasan tanpa rokok
Pembatasan merokok di tempat-tempat umum mencegah “bukan perokok
dari paparan asap tembakau lingkungan” (perokok pasif). Tempat-tempat
umum tersebut meliputi baik tempat kerja pribadi, bangunan kantor, restoran,
kendaraan umum, lift, fasilitas kesehatan, tempat ibadah dan sarana rekreasi,
tempat perbelanjaan, warung-warung maupun tempat-tempat lainnya dimana
orang berada dalam ruangan.
31
2. Pembatasan promosi industri tembakau untuk anak dan remaja
Makin dini seseorang mulai merokok, makin besar kemungkinannya untuk
mempertahankan kebiasaan tersebut selama hidup. Usia rata-rata mulai
merokok di Indonesia menurun dari 18,8 tahun (1995) menjadi 18,3 tahun
(2001). Industri tembakau memandang remaja sebagai target utama untuk
memperluas pasarnya dan secara aktif mempromosikan penggunaan
tembakau diantara anak-anak dan remaja.
3. Kemasan dan pelabelan
Ruangan yang terbatas untuk penempatan label pada produk tembakau
mengakomodir dua kepentingan yang bersaingan. Dua kepentingan yang
dapat diakomodir dalam ruang untuk pelabelan adalah: a) untuk
mempromosikan merk dan pernyataan pabrik; b) menyediakan ruang bagi
peringatan kesehatan, informasi konsumen, dan pita cukai.
4. Peringatan kesehatan.
Peringatan kesehatan pada bungkus rokok, produk tembakau lain dan iklan
rokok membantu memberikan informasi pada konsumen tentang dampak
negatif penggunaan tembakau pada kesehatan. Efektivitas peringatan
kesehatan tergantung pada ukuran pesan, warna, bentuk huruf dan gambar;
serta apakah pesan tersebut selalu sama atau berubah-ubah.
5. Tuntutan hukum
Litigasi mulai menjadi perhatian para pendukung penanggulangan tembakau
karena besarnya dan berhasilnya tuntutan terhadap industri tembakau di
Amerika Serikat baru-baru ini. Sukses dari perjuangan hukum di Amerika
menunjukkan pentingnya untuk memfokuskan pada perilaku yang salah dari
industri tembakau.
Hubungan antara penyakit dan merokok telah diketahui sejak tahun 1950-an.
Tetapi dari tahun 1954 hingga tahun 1980an, industri tembakau berhasil
memenangkan ratusan kasus hukum. Pertama, industri tembakau menyangkal
bahwa tembakau menyebabkan penyakit dan kematian. Kemudian mereka
juga berargumentasi bahwa, sudah menjadi pengetahuan umum bahwa rokok
menyebabkan penyakit dan karena itu para perokok tahu resiko kesehatan.
32
4. Kebijakan Tarif Cukai Hasil Tembakau Di Indonesia
Pemerintah memutuskan kenaikan cukai hasil tembakau sebesar 7%
yang dilaksanakan pada 1 Februari 2009 untuk mengendalikan konsumsi
rokok dan mencapai target penerimaan cukai senilai Rp. 53.30 triliun.
Kenaikan setoran Industri Hasil Tembakau ini harus dibarengi penurunan
konsumsi rokok. Untuk mencapai target tersebut, pemerintah akan menekan
pertumbuhan konsumsi rokok di level 5% dengan menaikkan beban cukai
rokok rata-rata sebesar 7% per tahun.
E. Kondisi Infrastruktur
Dengan penjualan rokok yang mencapai 1,4 Milyar batang untuk untuk
tahun 2009. Kesuksesan tersebut tentunya tidak luput dari adanya kecukupan dan
kesiapan fasilitas yang dimiliki oleh PT. X. Berikut adalah beberapa penjelasan
Fasilias yang dimiliki oleh PT. X
Ruangan yang dibutuhkan oleh PT. X terdiri atas ruangan produksi dan
ruangan penunjang produksi dan ruangan non produksi. Ruangan produksi adalah
ruangan tempat dilakukannya proses pengolahan bahan baku menjadi produk
akhir, dan ruangan non produksi adalah ruangan untuk aktifitas yang mendukung
kegiatan produksi.
1. Ruangan Produksi
Ruangan ini Digunakan untuk melakukan proses pembuatan rokok,
Berikut adalah Spesifikasi dari ruangan Produksi yang ada di PT. X
1). PT. X mempunyai Ruang areal produksi seluas 6000m persegi
2). PT. X saat ini mempunyai 6 Mesin Maker dan 6 mesin packer yaitu
Machine Maker di PT. X ada 3 jenis yaitu, 3 buah Protos 100, 2 buah Protos
70 dan 1 buah Protos 80, dan Machine packer di Philip Morris ada 3 jenis
yaitu, 3 buah Focke 550, 2 buah GDX-2 dan 1 buah Focke 350
3). PT. X mempunyai ruang operator. Ruang operator adalah ruang yang
berfungsi untuk.memantau produksi, luas ruang operator ini adalah10 meter
persegi
Areal penumpukan
33
Fasilitas lainnya di ruangan produksi. Selain ruangan produksi utama, fasilitas
lainnya yang digunakan untuk memperlancar arus produksi adalah :
Ban Berjalan
Ban Berjalan di ruangan produksi digunakan untuk pergerakan material
rokok. Dimana prosesnya secara otomatis
Forklift
Forklift yang digunakan di ruangan produksi adalah forklift bertenaga listrik.
Keunggulan forklift bertenaga listrik ini selain hemat bahan bakar, juga tidak
menimbulkan polusi di dalam. Forklift digunakan untuk mengangkut produk
yang sudah jadi ke gudang penumpukan barang jadi.
2. Ruangan Penunjang Produksi
Sebagai penunjang dari kegiatan produksi tentunya kegiatan tersebut tidak
luput dari ruangan oenunjang produksi. Ruangan ini berfungsi untuk melancarkan
ruangan produksi. Ruangan ini terdiri atas gudang bahan baku, gudang produk
jadi, pengawasan mutu, workshop,dan lain – lain.
1). Gudang Bahan Baku
Ruangan ini digunakan untuk menyimpan bahan Tembakau, kardus dan
bahan – bahan baku lainnya untuk kegiatan produksi selanjutnya, luas ruangan ini
adalah400.meter persegi dan mampu menampung hingga 10 ton tembakau
2). Gudang Produk Jadi
Ruangan ini digunakan untuk menyimpan produk akhir rokok marlboro
untuk selanjutnya akan didistribusikan ke retailer, wholesaler dan gudang
distribusi milik PT. X sendiri. Luas Ruang Gudang Produk jadi saat ini adalah 400
meter persegi dan mampu menampung lebih kurang 5000 pallet rokok Marlboro
3). Gudang Distribusi
PT. X saat ini hanya mempunyai 2 pabrik yang beroperasi Di Bekasi dan
di daerah surabaya tepatnya di Jalan Rungkut Industri raya. Untuk menjaga
pasokan rokok marlboro tetap terjaga khususnya di pulau jawa maka PT. X
membangun 30 Gudang distribusi yang tersebar di beberapa daerah pulau jawa.
Gudang Distribusi ini digunakan untuk menampung produk jadi dari 2 pabrik
tersebut, untuk kemudian disalurkan ke retailer dan wholesaler yang selanjutnya
34
akan didistribusikan ke konsumen langsung. Gudang distribusi ini sangat penting
sekali untuk menunjang proses produksi dan pemasaran.
4). Quality Control
Quality Control bertugas untuk melakukan uji mutu produk, DI PT. X
khususnya departemen Quality Control dibagi menjadi 2 divisi yaitu : Divisi
pengujian bahan baku dan divisi pengujian produk jadi. Divisi pengujian bahan
baku bertugas untuk menguji mutu produk bahan baku yang diperoleh dari
pemasok. Divisi pengujian produk jadi bertugas untuk menguji produk yang
sudah jadi, dengan cara mengambil sample produk jadi. Biasanya sampel yang
diambil berjumlah 10 sloft. Dengan adanya fasilitas quality control, maka produk
yang beredar dipasaran tetap terjaga mutunya.
5). Workshop
Sebagai salah satu fasilitas yang cukup mempunyai andil di bagian
penunjang produksi adalah workshop, ruangan ini digunakan untuk menyimpan
peralatan dan mesin cadangan bila ada, serta tempat untuk memperbaiki peralatan
dan mesin yang tidak dapat diperbaiki di ruangan produksi. Luas ruangan ini
sebesar 50 m2.
3. Ruangan Non Produksi
1). Masjid
Masjid ini digunakan sebagai tempat beribadah umat islam dan juga
sebagai pusat kegiatan kerohanian umat muslim. Di dalam masjid ini juga ada
beberapa fasilitas penunjang seperti toilet yang berjumlah 3 toilet pria dan 3 toilet
wanita, serta mempunyai 12 tempat wudhu untuk pria dan 12 untuk wanita. Luas
masjid ini sekitar 200 meter persegi.
2). Klinik
Klinik ini dugunakan sebagai fasilitas pelayanan kesehatan bagi karyawan
yang sakit. Ruangan ini diperkirakan seluas 50 m2.
3). Kantin
Kantin ini sebagai tempat makan bagi para karyawan. Luas ruangan ini
diperkirakan seluas 150 m2.
35
4). Pos Satpam
Pos Satpam sebagai pos keamanan penjagaan pabrik, letaknya di dekat
pintu masuk pabrik. Diperkirakan luas pos keamanan seluas 10 m2.
5). Penampungan Limbah
Pembuangan limbah dari hasil produk “coco drink” di tempatkan di
belakang pabrik. Dengan mempunyai luas 5 m2 dan dalamnya kolam 3 m2
6). Bangunan penunjang
Tempat istirahat karyawan pada saat jam istirahat dengan mempunyai luas
12 m2.
7). Kantor
Ruangan ini dipergunakan untuk menyelesaikan pekerjaan administratif,
yang meliputi ruang staf, ruang tamu, ruang rapat, mushola, kamar kecil (WC)
serta dapur. Luas ruangan ini diperkirakan sebesar 250 m2.
36
VI. ASPEK TEKNIS DAN TEKNOLOGI
A. Production Programme And Plant Capacity Unit bagian produksi akan memproduksi rokok berdasarkan beberapa parametet. Yaitu parameter kebutuhan pasar, parameter kapasitas mesin dan ketersediaan bahan baku di gudang bahan baku.
Tabel 6.1 Proyeksi Penjualan
Tahun Penjualan2011 1.438.823.5292012 1.273.183.5292013 1.479.650.7062014 1.585.269.1762015 1.941.106.435
Berdsarkan Tabel diatas maka perusahaan akan memproduksi sebanyak 10 % dari ramalan penjualan untuk menjaga ketersediaan di pasar.
Tabel 6.2 Proyeksi Program Produksi Rokok Selama 5 Tahun Ke Depan
Tahun Jumlah Produksi2011 1.582.705.8822012 1.400.501.8822013 1.627.615.7772014 1.743.796.0942015 1.955.217.079
Dalam 1 Hari PT. X Mampu memproduksi kurang lebih 36.000.000
batang rokok. Dalam 1 Hari PT. X Mampu memproduksi kurang lebih 5.400.000
pack rokok. Sehingga dalam 1 tahun PT. X Mampu memproduksi sebanyak
1.971.000.000 Pack Rokok. Sehingga untuk memproduksi kebutuhan rokok
sampai 5 tahun ke depan masih mencukupi.
Tabel 6.3 Kapasitas Produksi
Tahun Kapasitas Produksi2011 1.971.000.0002012 1.971.000.0002013 1.971.000.0002014 1.971.000.0002015 1.971.000.000
37
2011 2012 2013 2014 20150
500,000,000
1,000,000,000
1,500,000,000
2,000,000,000
2,500,000,000
Kapasitas PabrikRencana Produksi
Gambar 6.1 Grafik Proyeksi Kapasitas Pabrik dan Rencana Produksi
Tabel 6.4 kapasitas produksi selama 5 tahun ke depan
Tahun Kapasitas Produksi2011 1.971.000.0002012 3.942.000.0002013 5.913.000.0002014 7.884.000.0002015 9.855.000.000
Tabel 6.5. Rekapitulasi Perencanaan Produksi Selama 5 Tahun Ke Depan
Tahun Rencana Produksi2011 1.582.705.8822012 2.983.207.7642013 4.610.823.5412014 6.354.619.6352015 8.309.836.714
38
2011 2012 2013 2014 20150
2,000,000,000
4,000,000,000
6,000,000,000
8,000,000,000
10,000,000,000
12,000,000,000
Total Kapasitas Produksi 5 Tahun Ke depanTotal Perencanaan Produksi Selama 5 Tahun Ke depan
Gambar. 6.2. Grafik Proyeksi Total Kapasitas Produksi dan Total Perencanaan Produksi
I. Proses Pembuatan Rokok
Dalam garis besarnya, proses produksi rokok dibagi dalam 3 (tiga ) tahap
kegiatan utama, yaitu :
1. Pra-produksi
Tahap ini adalah proses inspeksi bahan baku. Bahan baku yang dikirim
melalui truk kemudian disimpan di dalam gudang penyimpanan bahan baku
untuk selanjutnya di inspeksi. Tujuan dari tahap pra produksi ini adalah untuk
menjamin bahan baku yang akan diproses tetap terjaga mutunya sesuai dengan
spesifikasi perusahaan. Spesifikasi tembakau tersebut antara lain :
a. Tembakau Virginia
b. Filter
c. Ramuan saus ( Tidak dapat disebutkan karena rahasia perusahaan )
Setelah melalui proses seleksi yang ketat pada saat pembelian, Bahan baku
utama yang telah diproses kemudian dicampur dengan saus hingga siap dibuat
menjadi rokok.
2. Produksi
ada tiga jenis utama Rokok, yaitu Filter, filter kretek dan Sigaret Kretek
Tangan (SKT) sebagai hasil kreasi pekerja yang trampil dengan menggunakan
39
alat giling dari kayu serta Sigaret Kretek Mesin (SKM) yang diproses dengan
mesin-mesin otomatis berkecepatan tinggi. Namun pada perusahaan philip
morris rokok yang dihasilkan hanya 1 jenis yaitu rokok filter. Contoh dari
rokok Jenis Filter adalah Marlboro. Produk Ini berciri khas mempunyai busa,
disisi salah satu ujungnya, dan filternya tidak mempunyai rasa ( tawar ). Serta
rokok ini sangat enteng untuk dihisap serta mempunyai kadar tar dan nikotin
yang rendah..
II.Proses produksi pembuatan rokok Jenis Filter
Pada proses pembuatan rokok, proses ini menggunakan 1 line produksi.
Proses pertama adalah pengeringan tembakau menggunakan semacam oven,
proses ini digunakan untuk mengurangi kadar air yang ada di dalam tembakau,
setelah proses pengeringan ini selesai maka proses selanjutnya adalah proses
pencacahan tembakau, tembakau dicacah menjadi kecil – kecil untuk proses
pencampuran tembakau dengan ramuan – ramuan yang sudah disiapkan
sebelumnya. Proses Pertama adalah, setelah melalui tahap inspeksi kemudian
kertas dipotong sesuai ukuran ( 120 mm ), setelah kertas pavir dipotong sesuai
ukuran, langkah selanjutnya adalah mengisi tembakau dan memadatkan tembakau
di dalam kertas pavir pada kertas pavir kemudian digulung agar tembakau tidak
tercerai berai. Proses selanjutnya adalah menggabungkan dengan filter yang sudah
disiapkan sebelumnya. Pada Proses Produksinya PT. X mempunyai 6 mesin
maker (pembuat rokok) dan 6 mesin packer (pengepakan rokok). Machine Maker
di PT. X ada 3 jenis yaitu, 3 buah Protos 100, 2 buah Protos 70 dan 1 buah Protos
80, yang secara spesifikasinya sebagai berikut:
1. Nama mesin: Protos 100
Asal Mesin: Germany Kapasitas Produksi: 10.000 batang per menit
40
2. Nama: Protos 70
Asal Mesin: Germany
Kapasitas Produksi: 7000 batang per menit
3. Nama: Protos 80
Asal Mesin: Germany
Kapasitas Produksi: 8000 batang per menit
Dalam 1 Hari PT. X Mampu memproduksi kurang lebih 36.000.000 batang
rokok.
3. Pengepakan
Batangan-batangan rokok yang telah jadi, membutuhkan beberapa lapis
kemasan dengan berbagai ukuran sesuai jenis produk, isi serta keperluan
41
distribusinya. Fungsi pengemasan di sini selain berguna untuk
mempertahankan mutu rokok, juga untuk memberikan citra terhadap produk.
Proses pengepakan rokok menjalani beberapa tahap pengemasan secara
berlapis. Kemasan lapisan pertama adalah kertas yang berlapis alluminium
foil. Lapisan kedua adalah pembungkus (etiket) yang telah mengalami proses
cetak terlebih dahulu. Pengemasan ketiga dalam bentuk press atau slof,
kemasan keempat dalam bentuk bal (corrugated).
Machine Packer di PT. X ada 3 jenis yaitu, 3 buah Focke 550, 2 buah GDX-2 dan
1 buah Focke 350, yang secara spesifikasinya sebagai berikut:
1. Nama: Focke 550
Asal Mesin: Germany
Kapasitas Produksi: 500 pack per menit
2. Nama: GDX-2
Asal Mesin: Italy
Kapasitas Produksi: 350 pack per menit
3. Nama: Protos Focke 350
Asal Mesin: Germany
42
Kapasitas Produksi: 350 pack per menit
Untuk menjamin ketersediaan rokok marlboro dipasaran khususnya pulau jawa,
maka PT. X membangun pabrik di daerah Surabaya. Dalam 1 Hari PT. X Mampu
memproduksi kurang lebih 5.400.000 pack rokok.
B. Pemilihan Teknologi
Pada Proses Produksinya PT. X mempunyai 6 mesin maker (pembuat
rokok) dan 6 mesin packer (pengepakan rokok). Machine Maker di Philip Morris
ada 3 jenis yaitu, 3 buah Protos 100, 2 buah Protos 70 dan 1 buah Protos 80, yang
secara spesifikasinya sebagai berikut:
1. Nama mesin: Protos 100
Asal Mesin: Germany
Kapasitas Produksi: 10.000 batang per menit
2. Nama: Protos 70
Asal Mesin: Germany
Kapasitas Produksi: 7000 batang per menit
43
3. Nama: Protos 80
Asal Mesin: Germany
Kapasitas Produksi: 8000 batang per menit
Untuk menjamin ketersediaan rokok marlboro dipasaran khususnya pulau jawa,
maka PT. X membangun pabrik di daerah surabaya.
C. Technology Acquisition and Transfer
PT X membentuk tim yang terdir dari para professional di bidang sistem
informasi, Penjualan dan operasional untuk menentukan sistem yang dapat
meningkatkan efisiensi operasional. Setelah melakukan studi banding, sistem
iSMS direkomendasikan sebagai pilihan terbaik. iSMS telah digunakan oleh
sejumlah afiliasi PMIlainnya.Tim proyek iSMS berhasil melakukan persiapan atas
seluruh infrastruktur TI yang dibutuhkan serta membuat strategi implementasi dan
pelatihan yang segera dilaksanakan ketika sistem telah diaktifkan.
Kami berhasil melaksanakan implementasi iSMS di kantor-kantor penjualan
dengan 4 komponen berikut ini:
1. Aplikasi handheld iSMS untuk digunakan oleh tenaga penjual
44
2. Aplikasi back office iSMS untuk digunakan pada komputer desktop di kantor
penjualan
3. Aplikasi Front Office Reporting Tool (FORT) untuk digunakan oleh para
supervisor penjualan
4. Aplikasi Back Office Reporting & Analysis (BORA) untuk para manajer area
dan manajemen.
Implementasi iSMS telah memberikan sejumlah manfaat dalam meningkatkan
efisiensi transaksi penjualan dan pengendalian terhadap pekerjaan administratif,
serta yang juga penting, meningkatkan akurasi dan kualitas informasi penjualan
untuk membantu pembuatan keputusan
D. Detailed Plant Layout And Basic Engineering
45
Tabel 6.6 Proyeksi Biaya Perawatan Selama 5 Tahun Ke Depan
Tahun 2011 2012 2013 2014 2015
Ruangan Produksi Rp18.420.309.000 Rp11.769.813.000 Rp10.970.379.000 Rp11.705.160.000 Rp9.970.293.000
Ruangan Penunjang Produksi
Gudang Bahan Baku Rp12.013.245.000 Rp7.675.965.000 Rp7.154.595.000 Rp7.633.800.000 Rp6.502.365.000
Gudang Produk Jadi Rp12.013.245.000 Rp7.675.965.000 Rp7.154.595.000 Rp7.633.800.000 Rp6.502.365.000
Gudang Distribusi Rp6.407.064.000 Rp4.093.848.000 Rp3.815.784.000 Rp4.071.360.000 Rp3.467.928.000
Quality Control Rp4.004.415.000 Rp2.558.655.000 Rp2.384.865.000 Rp2.544.600.000 Rp2.167.455.000
Workshop Rp4.004.415.000 Rp2.558.655.000 Rp2.384.865.000 Rp2.544.600.000 Rp2.167.455.000
Ruangan non produksi
Masjid Rp400.441.500 Rp255.865.500 Rp238.486.500 Rp254.460.000 Rp216.745.500
Klinik Rp400.441.500 Rp255.865.500 Rp238.486.500 Rp254.460.000 Rp216.745.500
Kantin Rp400.441.500 Rp255.865.500 Rp238.486.500 Rp254.460.000 Rp216.745.500
Pos Satpam Rp400.441.500 Rp255.865.500 Rp238.486.500 Rp254.460.000 Rp216.745.500
Penampungan Limbah Rp8.008.830.000 Rp5.117.310.000 Rp4.769.730.000 Rp5.089.200.000 Rp4.334.910.000
Bangunan Penunjang Rp5.606.181.000 Rp3.582.117.000 Rp3.338.811.000 Rp3.562.440.000 Rp3.034.437.000
Kantor Rp8.008.830.000 Rp5.117.310.000 Rp4.769.730.000 Rp5.089.200.000 Rp4.334.910.000
Total Biaya Maintenance Rp80.088.300.000 Rp51.173.100.000 Rp47.697.300.000 Rp50.892.000.000 Rp43.349.100.000
2011 2012 2013 2014 2015Rp0
Rp10,000,000,000
Rp20,000,000,000
Rp30,000,000,000
Rp40,000,000,000
Rp50,000,000,000
Rp60,000,000,000
Rp70,000,000,000
Rp80,000,000,000
Rp90,000,000,000
Biaya Maintenance
Biaya Maintenance
Gambar 6.3 Grafik Biaya Maintenance
46
VII. ASPEK ORGANISASI DAN OVERHEAD COST
A. Struktur Organisasi
Pelaksanaan kegiatan setiap hari PT. Philip Morris dipimpin oleh
seorang Direktur yang membawahi empat orang manajer, yang terdiri dari
Manajer Distribusi dan Pemasaran, Manajer Pabrik, Manajer Administrasi dan
Keuangan, dan Manajer Teknis.
Deskripsi tugas dan tanggung jawab masing-masing jabatan adalah
sebagai berikut:
1. General Manager
General manager merupakan penanggung jawab tertinggi kegiatan
harian perusahaan. General manager bertanggung jawab terhadap semua
paaksanaan kegiatan di abrik, baik kelancaran produksi, urusan keuangan dan
sebagainya serta mewakili perusahaan untuk kegiatan keluar perusahaan baik
dengan aparat setempat, pemerintah, lingkungan setempat atau antar
perusahaan.
2. Manager pemasaran dan distribusi
Manager pemasaran bertanggung jawab melakukan kegiatan promosi
pemasaran produk, mencari relasi baru dan memelihara daerah pemasaran
produk. Divisi pemasaran merupakan bagian yang strategis dalam
perusahaan. Kepala divisi pemasaran harus mampu manciptakan sasaran dan
strategi pemasaran yang jitu, serta harus mampu memanfaatkan dan
menciptakan peluang pasar. Betanggung jawab kepada General Manager
terhadap keberhasilan kegiatan pemasaran perusahaan baik volume dan nilai
pemasaran produk.
3. Manager Pabrik
Manager pabrik bertugas dan bertanggung jawab dalam mengawasi
segala kegiatan yang berkaitan dengan produksi, melakuan perecanaan
produksi, mengawasi kondisi gudang, mengawasi berbgai hal yang berkaitan
47
dengan kondisi produksi terutama bahan baku, bahan penolong, kemasan
produk serta kondisi dan peralatan yang digunakan.
4. Manager Finansial dan Administrasi
Manager finansial dan administrasi bertanggung jawab menyusun
budget penerimaan dan pengeluaran perusahaan untuk periode waktu
mendatang, kemudian meganalisa perbedaan antara angka anggaran dengan
kenyataannya, mencatat semua transaksi yang berkaitan dengan perusahaan
dan melakukan pengawasan terhadap budget yang dianggarkan dan membuat
langkah perbaikannya.
5. Manager Operasi
Manager Operasi bertugas dan bertanggung jawab mengawasi
kesiapan penggunaan mesin dan peralatan produksi serta operasionalnya.
6. Manager R&D
Manager R&D melakukan perencanan kegiatan penelitian dan
pengemangan terhadap produk baru agar memperoleh keunggulan dalam
peesaingan produk di pasaran, melakukan kegiatan pemasaran mutu terhadap
bahan baku sebelum diolah dan produk, begiti pula hasil penelitian dan
pengembangan berupa formula baru dalam mengolah produk.
7. Kepala Divisi Pemasaran
Kepala Divisi pemasaran bertugas melakukan pengawasan terhadap
pemasaran hasil produksi baik produk yang masuk maupun yang keluar,
mendayagunakan potensi produksi menjadi kekuatan potensial dalam
pemasaran hasil produksi.
8. Kepala Divisi Distribusi
Manager distribusi bertanggung jawab terhadap kelancaran
kegiatan distribusi.
48
9. Manager Produksi
Manager produksi bertugas merencanakan jadwal produksi,
mengawasi dan mengendalikan produksi, menekan dan mengurangi
kerusakan produk, mendukung kebijakan peruahaan dalam bidang produksi
sehinghga tujuan perusahaan tercapai.
10. Manager QA
Manager QA bertugas melakukan koreksi terhadap terhadap
penyimpanan proses produksi mengontrol mutu produk, melakukan
pengontrolan mutu/kualitas pada seluruh bahan kemasam dan bahan
tambahan/pembantu, mengatasi masalah yang menyangkut mutu atau
produk.
11. Supervisor QC
Supervisor QC bertugas Memberikan perintah kerja kepada
masing-masing kepala kelompok, memeriksa laporan harian yang dibuat
oleh staff QC, mengontrol tahapan proses terutama pada titik kritis dan
waktu kritis.
49
B. Organizational Design
Tabel. 7.1 Jumlah Kebutuhan Tenaga Kerja Tak LangsungJenis Pekerjaan Jumlah Tenaga Kerja
Direktur Utama 1
Direktur Operasional 4
Direktur Teknik 1
Direktur Pemasaran 1
General Manajer 1
Manajer 6
Kepala Divisi 8
Engineering 4
Staff 20
Satpam 2
Office Boy 45
Sopir 5
Kenek 3
Jumlah tenaga kerja tak langsung 103
Tabel. 7.2 Jumlah Kebutuhan Tenaga Kerja LangsungJenis Pekerjaan Jumlah Tenaga Kerja
Penerimaan bahan 5
Pra pengolahan bahan baku 9
Proses pengolahan utama ( Produksi ) 20
Pengisian bahan 1
Pengemasan / Pengepakan 6
Gudang produk 2
Gudang bahan pembantu dan kemasan 2
Laboratorium 4
Sumber energi 3
Teknisi 8
Jumlah tenaga kerja langsung 60
50
C. Biaya Overhead
Tabel 7.3 Total Biaya Overhead
Tahun 2011 2012 2013 2014 2015Jumlah
Tenaga Kerja Langsung
Rp28.030.905.000 Rp28.030.905.000 Rp28.030.905.000 Rp28.030.905.000 Rp28.030.905.000
Jumlah Tenaga Kerja tak Langsung
Rp13.615.011.000 Rp13.615.011.000 Rp13.615.011.000 Rp13.615.011.000 Rp13.615.011.000
Total Biaya Overhead Rp41.645.916.000 Rp41.645.916.000 Rp41.645.916.000 Rp41.645.916.000 Rp41.645.916.000
51
VIII. HUMAN RESOURCES
A. Kategori Dan Fungsi
1. Kualifikasi Tenaga KerjaUntuk menentukan kualifikasi tenaga kerja harus diperhatikan
tanggung jawab yang dibebankan pada suatu posisi sehingga diharapkan
orang yang memegangnya dapat melakukan tugas dengan baik.
Tenaga kerja yang dibutuhkan pada industri pengolahan yoghurt
ini dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu tenaga kerja yang
membutuhkan kualifikasi khusus dan tenaga kerja yang tidak
membutuhkan kualifikasi khusus.
2. Tenaga Kerja Yang Memerlukan Kualifikasi Khusus
a. Direktur
Seorang direktur yang dibutuhkan dalam industri rokok
adalah yang memiliki kemampuan dalam bidang manajemen dan
teknik industri, dengan kualifikasi sebagai berikut:
Berlatar pendidikan sarjana Teknologi Industri Pertanian
Berpengalaman minimal 5 tahun dalam bidangnya.
Memiliki kemampuan memimpin, bertanggung jawab, dan mampu
mengambil keputusan.
b. Manager
Kualifikasi yang dibutuhkan seorang manajer antara lain:
Berlatar belakang pendidikan sarjana atau diploma pada disiplin
ilmu yang sesuai dengan bagiannya.
Berpengalaman minimal 3 tahun dibidangnya.
Memiliki kemampuan memimpin dan mau bekerja keras.
c. Staff
Staff bertanggung jawab terhadap tugas atau pekerjaan
yang terdapat di bagiannya masing-masing. Kualifikasi yang
dibutuhkan antara lain:
52
Berlatarbelakang pendidikan Politeknik atau Diploma yang sesuai
dengan bidangnya.
Berpengalaman minimal 3 tahun dibidangnya.
Memiliki kemampuan memimpin dan mau bekerja keras.
3. Tenaga Kerja Yang Tidak Memerlukan Kualifikasi Khusus
a. Teknisi
Yang dimaksud dengan teknisi adlah tenaga kerja yang bekerja
untuk membantu kelancaran mesin dan operasi produksi. Latar
belakang yang dibutuhkan oleh teknisi adalah minimal SMA/STM.
b. Operator
Yang dimaksud dengan operator adalah tenaga kerja yang
bertugas dalam mengoperasikan mesin atau alat. Sedangkan tenaga
pelaksana lainnya meliputi tenaga penggerak, sopir, satpam, dan lain-
lain. Latar belakang pendidikan yang dibutuhkan untuk operator dan
tenaga pelaksana lainnya adalah SMP.
4. Kebutuhan Tenaga KerjaKebutuhan tenaga kerja untuk PT. X terdiri dari tenaga kerja
langsung dan tenaga kerja tak langsung. Tenaga kerja tak langsung berjumlah
sebanyak 103 orang. Tenaga kerja bagian produksi atau tenaga kerja langsung
dapat dipenuhi oleh penduduk di daerah sekitar pabrik atau industri tersebut
dengan kualifikasi yang tidak terlalu tinggi karena sebelum mulai bekerja akan
diadakan pelatihan bagi tenaga kerja bagian produksi. Jumlah tenaga kerja
langsung keseluruhan adalah 163 orang.
53
Tabel 8.1 Kebutuhan Tenaga Kerja Tak Langsung
Jenis Pekerjaan Jumlah Tenaga Kerja
Direktur Utama 1
Direktur Operasional 4
Direktur Teknik 1
Direktur Pemasaran 1
General Manajer 1
Manajer 6
Kepala Divisi 8
Engineering 4
Staff 20
Satpam 4
Office Boy 45
Sopir 5
Kenek 5
Jumlah tenaga kerja tak langsung 105
Tabel 8.2 Kebutuhan Tenaga Kerja Langsung
Akivitas Jumlah Tenaga Kerja
Penerimaan bahan 5
Pra pengolahan bahan baku 9
Proses pengolahan utama ( Produksi ) 20
Pengisian bahan 5
Pengemasan / Pengepakan 6
Gudang produk 6
Gudang bahan pembantu dan kemasan 6
Laboratorium 4
Sumber energi 6
Teknisi 8
Jumlah tenaga kerja langsung 75
54
B. Socio Economic And Cultural Environtment
Berikut adalah beberapa dampak pendirian pabrik rokok terhadap
lingkungan masyarakat sekitar diantaranya:
1. Pemasukan Keuangan Negara
Semakin ketatnya persaingan dalam dunia bisnis di Indonesia mendorong
banyak perusahaan untuk lebih berpikir ke depan guna menjalankan strategi yang
terbaik bagi perusahaannya. Persaingan ini khususnya pada bisnis rokok yang
semakin mendapatkan tekanan dari pemerintah dan lembaga lainnya yang peduli
pada masalah kesehatan. Tekanan tersebut meningkat pada tahun 2006,pemerintah
kembali menaikan target cukai menjadi 36,5 trilyun rupiah. Hal ini didukung
dengan dikeluarkannya Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 75 Tahun 2005
atau Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2005 tentang Kawasan Dilarang Merokok
(KDM). Undang-undang kawasan bebas rokok ini berlaku secara efektif pada
tanggal 4 Februari 2006.
Peraturan kawasan bebas rokok tersebut tentu merugikan bagi perusahaan
rokok, karena dapat menurunkan volume penjualan rokok yang disebabkan oleh
keterbatasan tempat merokok. Salah satu perusahaan rokok tersebut adalah PT.
HM Sampoerna TBk. yang telah diakuisisi oleh PT. X. Pada Tahun 2005, PMI
telah menyelesaikan akuisisi terbesar dalam sejarah korporasi Indonesia dengan
memiliki 98% saham Sampoerna. Tanggal 18 Mei 2005 tersebut menandai
dimulainya era baru dalam sejarah perusahaan rokok yang telah berdiri di Kota
Surabaya sejak Tahun 1913 ini.
2. Program CSR
Melalui profil program CSR Sampoerna dapat dilihat bahwa program CSR
yang telah dilakukan oleh Sampoerna meliputi berbagai sektor kehidupan di
dalam masyarakat, yakni: pendidikan, pemanfaatan potensi dan sumber daya
masyarakat sekitar, kesehatan, sosial dan budaya, pengembangan infrastruktur,
dan aspek strategis lainnya. Program CSR Sampoerna dibagi menjadi beberapa
program utama, yaitu: Sampoerna goes to campus, pendidikan, community
development, lingkungan, sosial, dan employee.
55
Gambar 8.1. Hubungan Perusahaan dengan Masyarakat sekitar
3. Program Bimbingan Anak (PBA)
PBA merupakan perwujudan dari kepekaan PT.X akan pentingnya masa
depan anak-anak Indonesia. Sampoerna yakin, masa depan Indonesia dan generasi
penerus bangsa bergantung pada apa yang dilakukan orang tua pada saat ini
kepada anak-anaknya. Dari keyakinan tersebut, PBA menanamkan konsep bahwa
anak-anak perlu diberi pengertian yang kuat sejak dini bahwa apa yang terjadi
pada negeri ini di masa datang adalah tanggung jawab bersama. Orang tua perlu
memberikan bimbingan kepada anak-anak agar mereka dapat mengembangkan
dirinya untuk menjawab tantangan di masa depan. Oleh karena itu munculah
pesan inti PBA: ’Bimbingan masa depan mereka’
5. Program pustaka
Program pustaka Sampoerna mendorong kegemaran membaca di kalangan
anak-anak melalui berbagai kegiatan seperti pengelolaan perpustakaan,
pengoperasian mobil pustaka, serta beragam kegiatan lain yang tak selalu terkait
dengan medium buku, namun melalui komik dan dongeng, misalnya. Dalam
pustaka Sampoerna ini, 2 unit mobil pustaka yang diluncurkan sejak tahun 2003,
terus beroperasi mengunjungi 22 SD dan Marsadah Ibtida’iyah di kecamatan
Rungkut dan Pabean Cantikan di Jawa Timur. Program ini berupaya mendekatkan
anak-anak dengan dunia pustaka sejak dini. Lalu pada bulan April 2005, Pustaka
Sampoerna menggelar pelatihan mengelola yang diikuti 40 siswa dan 20 guru
56
sekolah di wilayah Jabodetabek. Kemudian mengadakan kegiatan ’how to use the
library’ di lima perpusatakaan umum di Jakarta, dengan 500 siswa dari 50 sekolah
dasar di Jakarta. Seluruh sekolah dasar yang berpartisipasi juga mendapatkan rak
buku dan buku-buku untuk mengisi perpustakaannya.
Gambar 8.2 Perpustakaan Keliling
6. Bantuan Pendidikan
Pendidikan memainkan peran yang pentingdalam masyarakat, sehingga
melakukaninvestasi dalam pendidikan merupakan suatukeharusan, tidak hanya
bagi masyarakatIndonesia, namun juga merupakan strategi penting untuk
memastikan tersedianya sumber daya manusiaberkualitas dan berbakat bagi
kelangsungan bisnis Perseroan. Pada bulan Mei Perseroan melaksanakan
Indonesia Best Students 2007. Pada kegiatan tersebut, 92 siswa terbaik dari 18
universitas di Indonesia selama lima hari melakukan berbagai kegiatanseperti
mengunjungi kantor dan fasilitas produksi, berdiskusi dengan anggota manajemen
dan staff Perseroan, serta mengikuti berbagai pelatihan kepemimpinan.Selain
dukungan Perseroan terhadap kegiatannya pada sektor pendidikan,kegiatan
kemasyarakatan Perseroan juga meliputi berbagai bentuk bantuan pendidikan.
Pada bulan Juni, Perseroan meluncurkan model baru program “Pustaka keliling”.
Dengan wilayah layanan yang lebih luas, perpustakaan keliling Pustaka kini dapat
menyediakan buku-buku bacaan bagi masyarakat di sekitar Surabaya dan
Pandaan. Selain itu, Perseroan juga melaksanakan lomba menulis untuk
mengumpulkan cerita-cerita rakyat dari Kabupaten Pasuruan. Kemudian cerita-
ceritaterpilih dari lomba tersebut dikumpulkan dan diluncurkan dalam sebuah
buku pada bulan Desember. Pada tahun 2007, Perseroan meneruskan dukungan
terhadap komunitas kampus di nusantara melalui Program Kampus. Perseroan
57
memberikan dukungan kepada Twilite Orchestra dalam menyelenggarakan konser
simfonik Musicademia di 3 universitas di Bandung, Yogyakarta dan Surabaya.
Akhirnya pada bulan Desember, Perseroan kembali menunjukkan komitmen
dalam meningkatkan pendidikan di Indonesia dengan mengadakan program bea
siswa di Kabupaten Pasuruan untuk menjawabkebutuhan bagi dukungan
pendidikan yang lebih baik bagi masyarakat di sekitar lokasi Perseroan.
D. Proyek Related Requirement
Kegiatan yang masih berkaitan dengan perencanaan SDM adalah perekrutan
atau pengadaan tenaga kerja. Setelah organisasi / perusahaan menetapkan
karakteristik atau ciri-ciri karyawan yang diperlukan serta jumlahnya masing-masing,
maka kegiatan selanjutnya adalah upaya mendapatkan tenaga kerja yang
diperlukannya tersebut. Idealnya upaya pengadaan tenaga kerja ini untuk memastikan
bahwa tenaga kerja yang direkrut dan ditempatkan nantinya adalah the right people in
the right position.
Pengadaan tenaga kerja itu sendiri adalah suatu proses untuk mendapatkan
tenaga yang berkualitas dan memberikan harapan yang baik pada calon tenaga kerja
tersebut untuk membuat lamaran kerja guna bekerja pada instansi/perusahaan
tersebut. Khusus bagi organisasi/perusahaan yang besar, pengadaan tenaga kerja
merupakan proses yang terus berlangsung dan kompleks dan menuntut perencanaan
dan upaya yang ekstensif. Proses perekrutan dimulai dari mencari dan menarik
pelamar yang mampu melakukan suatu pekerjaan sampai adanya lamaran masuk.
1. Tujuan Perekrutan
• Menyediakan sekumpulan calon tenaga kerja/karyawan yang memenuhi syarat;
• Agar konsisten dengan strategi, wawasan dan nilai perusahaan;
• Untuk membantu mengurangi kemungkinan keluarnya karyawan yang belum
lama bekerja;
• Untuk mengkoordinasikan upaya perekrutan dengan program seleksi dan
pelatihan;
• Untuk memenuhi tanggungjawab perusahaan dalam upaya menciptakan
kesempatan kerja yang adil.
58
2. Sumber Perekrutan
Calon tenaga kerja yang akan direkrut dapat diambil dari internal
organisasi maupun eksternal organisasi. Perekrutan tenaga kerja dari dalam
biasanya dilakukan oleh organisasi/perusahaan yang telah lama berjalan dan
memiliki sistem karier yang baik. Perekrutan tenaga kerja dari dalam memiliki
keuntungan, diantaranya adalah tidak mahal, promosi dari dalam dapat
59
memelihara loyalitas dan dedikasi pegawai, dan tidak diperlukan masa adaptasi
yang terlalu lama, karena sudah terbiasa dengan suasana yang ada. Namun
demikian perekrutan dari dalam juga berarti terjadinya pembatasan terhadap bakat
yang sebenarnya tersedia bagi organisasi dan mengurangi peluang masuknya
pemikiran baru.
(1) Eksternal
Seringkali organisasi/perusahaan membutuhkan tenaga kerja dengan
syarat-syarat tertentu yang tidak dimiliki oleh SDM yang ada. Untuk itu
perekrutan calon tenaga kerja akan diambil dari luar organisasi. Beberapa sumber
yang dapat digunakan dalam perekrutan eksternal seperti :
a. Lembaga pendidikan
Perekrutan calon tenaga kerja dilakukan biasanya bila
organisai/perusahaan memerlukan jenis pendidikan tertentu tanpa memperdulikan
pengalaman kerja. Melalui cara perekrutan ini, diharapkan dapat dibentuk
karyawan sesuai yang diinginkan organisasi/perusahaan.
b. Teman/anggota keluarga karyawan
Organisasi/perusahaan dapat meminta jasa karyawan lama untuk
mencarikan calon tenaga kerja. Umumnya karyawan yang dimintai tolong akan
menyambut gembira, meskipun untuk tugas tersebut mereka tidak mendapatkan
imbalan dalam bentuk materi. Lebih-lebih dalam kondisi sulitnya lapangan kerja
seperti saat ini, karyawan akan gembira untuk menyodorkan informasi calon
pegawai seperti saudara/teman/tetangga dan sebagainya.
c. Lamaran terdahulu yang telah masuk
Perekrutan juga dapat diambil dari lamaran terdahulu yang telah masuk.
Melalui pembukaan arsip atau file lamaran yang belum diterima, diharapkan akan
didapat calon pegawai yang memiliki persyaratan sebagaimana yang diharapkan.
d. Agen tenaga kerja
Cara ini boleh dibilang relatif sangat baru dan belum populer di Indonesia.
Agen tenaga kerja adalah perusahaan swasta yang kegiatan utamanya adalah
mencari dan menyalurkan tenaga kerja.
e. Karyawan perusahaan lain
60
Perekrutan calon karyawan dari satu perusahaan ke perusahaan lain dapat
dilakukan secara legal maupun illegal. Yang dimaksud legal disini adalah
perusahaan yang ingin merekrut harus mengeluarkan sejumlah biaya yang akan
dibayarkan kepada perusahaan tempat calon pegawai tersebut bekerja. Perekrutan
model ini lebih dikenal dengan sebutan transfer. Sedangkan perekrutan secara
illegal lebih dikenal dengan pembajakan.
Kelebihan dari perekrutan ini adalah : pengalaman terjamin;
training/latihan diperlukan sekadarnya; kemungkinan mendapatkan ide-ide baru
besar. Namun juga terdapat kelemahan dalam cara ini, yaitu : loyalitas kurang,
terjamin, dan calon mungkin memiliki kebiasaan yang kurang sesuai dengan iklim
organisasi.
f. Asosiasi profesi
Perekrutan dilakukan melalui asosiasi suatu profesi sebagai mediator
penyedia tenaga kerja profesional bagi perusahaan, seperti di Indonesia terdapat
KADIN, IWAPI, HIPMI, IAI, dsb.
g. Outsourcing
Terkadang perusahaan juga perlu melakukan efisiensi, beberapa
pekerjaan yang dapat dilakukan tanpa harus mengangkat tenaga kerja tetap dapat
menggunakan tenaga kerja kontrak (outsourcing).
Metode perekrutan karyawan dengan sumber dari luar perusahaan, dapat
dilakukan :
(2) Internal
Melalui iklan atau adventensi diharapkan perusahan dapat merekrut calon
tenaga kerja dengan spesifikasi tertentu dan dengan pengalaman kerja tertentu.
Perekrutan melalui iklan ini biasanya disertai dengan suatu janji yang menarik,
misalnya gaji yang besar, masa depan yang menarik dan sebagainya.
Kebaikan perekrutan dengan menggunakan iklan adalah ;
• Dapat mencapai sasaran yang cukup luas.
• Hubungan langsung antarorganisasi/perusahaan dengan pelamar.
61
• Cara yang dianggap praktis.
• Kemungkinan besar mendapatkan calon yang berbobot (berkualitas).
• Efektif untuk mendapatkan calon tenaga kerja yang tidak terpusat.
Kelemahan pengadaan tenaga kerja melalui iklan adalah :
• Memerlukan biaya yang cukup mahal.
•Kemungkinan pelamar yang datang cukup banyak sehingga menyulitkan
penyelesaian.
Open house Untuk menjaring lebih banyak tenaga potensial secara umum,
perusahaan dapat melakukan open house di sejumlah kalangan yang diprediksikan
dapat menarik calon tenaga kerja potensial, seperti di perguruan tinggi, even-even
tertentu.
Menyewa konsultan perekrutan Terkadang untuk mencari dan merekrut tenaga
kerja profesional dibutuhkan konsultan yang mampu mencari tenaga tersebut,
dengan demikian ada jaminan melalui konsultan perekrutan perusahaan tidak
perlu membuang waktu untuk mencari tenaga kerja yang sesuai.
Beberapa alternatif perekrutan dari dalam organisasi melalui :
a. Promosi
Perekrutan internal yang paling banyak dilakukan adalah promosi untuk
mengisi kekosongan pada jabatan yang lebih tinggi yang diambil dari pekerja
yang jabatannya lebih rendah.
b. Transfer/Rotasi
Di samping itu terdapat pula kegiatannya dalam bentuk memindahkan
pekerja dari satu jabatan ke jabatan lain yang sama jenjangnya. Dengan kata lain
promosi bersifat vertikal, sedang pemindahan berifat horizontal (rotasi).
c. Pengkaryaan Kembali
Berlaku untuk karyawan yang diberhentikan sementara dan dipanggil
kembali ketika ada jabatan yang kosong.
d. Kelompok Pekerja Sementara / Kontrak Kerja
Kelompok pekerja sementara (temporer) adalah sejumlah tenaga kerja
yang dipekerjakan dan diupah menurut keperluan, dengan memperhitungkan
jumlah jam atau hari kerja. Namun mereka dapat menjadi pekerja tetap, jika
62
sesuai dengan persyaratan. Perekrutan internal sebagaimana diuraikan di atas
memiliki keuntungan dan kerugian. Keuntungannya :
(1) Pembiayaannya relatif murah, karena tidak memerlukan proses seleksi
seperti dilakukan pada perekrutan eksternal.
(2) Organisasi mengetahui secara tepat pekerja yang berkemampuan tinggi dan
kualifaid untuk mengisi jabatan yang kosong.
(3) Pekerja memiliki motivasi kerja yang lebih tinggi.
(4) Mencegah tenaga kerja yang baik dan kompetitif pindah keluar dari
organisasi/perusahaan, karena pengembangan kariernya jelas.
(5) Para pekerja telah memahami secara baik kebijaksanaan, prosedur-
prosedur, ketentuan-ketentuan dan kebiasaan organisasi/perusahaan.
Keburukan perekrutan internal adalah :
(1) Mengurangi motivasi kerja dan tidak memberikan perpektif baru, bagi
pekerja yang kurang kompetitif atau merasa dirinya tidak berpeluang
untuk mengisi setiap jabatan yang kosong.
(2) Pekerja yang dipromosikan untuk jabatan yag lebih tinggi cenderung tidak
dapat menjalankan kekuasaan dan kewenangannya, karena sudah sangat
akrab dengan bawahannya.
Beberapa metode perekrutan internal antara lain dengan :
a. Rencana Suksesi/ Succeesion Planning
Perekrutan ini merupakan kegiatan yang difokuskan pada usaha
mempersiapkan pekerja untuk mengisi posisi-posisi eksekutif
b. Penawaran Terbuka untuk suatu Jabatan (Job Posting)
Perekrutan terbuka ini merupakan sistem mencari pekerja yang
berkemampuan tinggi untuk mengisi jabatan yang kosong, dengan
memberikan kesempatan pada semua pekerja yang berminat. Untuk itu
setiap ada jabatan kosong diumumkan melalui media intern, bulletin
perusahaan, papan bulletin/pengumuman, sarana telepon atau sistem
komputer.
63
E. AVAILABILITY AND RECRUITMENT
PT. X Incorporated pertama kali memasuki pasar Indonesia pada tahun
1984, melalui perjanjian lisensi dengan perusahaan lokal untuk memproduksi
merk PT X . PT X Indonesia, salah satu afiliasi PT X International (PMI),
kemudian didirikan pada tahun 1998. Pada tahun 2005, PMI menjadi pemegang
saham mayoritas (98%) PT HM Sampoerna Tbk., Di Indonesia perusahaan rokok
terbesar ketiga, sesuai dengan tahun 2004, pangsa pasar.Beberapa orang Indonesia
memiliki kesempatan karir di departemen seperti keuangan, penjualan dan
distribusi, pemasaran, sumber daya manusia dan operasi.
Proses perekrutan dapat diterapkan pada lowongan tertentu, dengan
memilih pekerjaan yang menarik minat Anda pada website oline perusahaan
rokok ini.Jika Anda adalah seorang calon baru, Anda akan perlu membuat sebuah
profil pribadi untuk melamar pekerjaan tersebut. Anda akan dapat menggunakan
username dan password yang sama jika Anda ingin melamar pekerjaan lain atau
memperbarui profil Anda di masa depan. Account Anda akan tetap aktif hingga
36 bulan dari kunjungan terakhir Anda.
Aplikasi spontan yaitu Jika tidak ada posisi yang sesuai dengan kriteria
Anda, Anda selalu dapat mengirimkan aplikasi spontan. Profil Anda akan
disimpan di database kami di mana ia akan tetap aktif hingga 36 bulan dari
kunjungan terakhir Anda. Jika Anda kemudian melamar posisi formulir aplikasi
akan menjadi pra-diisi dengan informasi pribadi Anda.
Proses seleksi yaitu Proses rekrutmen bervariasi dari satu negara ke
negara, tetapi kami selalu akan memproses aplikasi anda terjamin
64
kerahasiaannya. Jika cocok, kami akan menghubungi Anda menggunakan rincian
disediakan Anda.
F. TRAINING PLAN
1. Program Entrepreneurship Training Center (PETC)
Pada tahun 2006, Pusat Pelatihan Kewirausahaan (PETC) membuka
pintunya pada lahan seluas 10 hektar Perusahaan di sekitar fasilitas SKM kami di
Desa Gunting di Wilayah Pasuruan. The SETC adalah realisasi komitmen
perusahaan kami untuk mengembangkan usaha kecil-menengah, dan untuk
memfasilitasi munculnya bisnis baru yang dapat memberikan lapangan kerja dan
meningkatkan ekonomi lokal. The SETC adalah suatu fasilitas yang terpadu, yang
meliputi ruang kelas, bengkel teknis dan pertanian eksperimental dan daerah
pertanian. Ini merupakan eksperimen unik untuk memberikan pra-pensiun kami
karyawan dan penduduk desa di wilayah fasilitas SKM kami dengan pelatihan
praktis dan keterampilan kerja, yang kemudian dapat digunakan untuk memulai
bisnis baru atau meningkatkan usaha yang ada.Untuk lebih mendukung lulusan
dalam memulai, Perusahaan kami juga menerapkan bisnis-mikro program bergulir
dana yang dikelola bersama-sama dengan Universitas Brawijaya Malang.
Dalam rangka untuk membuat SETC sukses, kita telah terlibat dari mitra yang
kompeten dan kredibel awal, termasuk Institut Pertanian Bogor, baik dalam
perencanaan dan dalam mengorganisir fasilitas, dan memberikan instruksi.
Pada tahun 2006, lebih dari 130 desa dan 30 karyawan lulus dari SETC, dan,
setelah sepenuhnya operasional SETC diharapkan untuk melatih lebih dari 600
orang setiap tahunnya.
2. Dunamis Foundation
Dunamis Foundation telah resmi setuju untuk bekerja sama dengan Putera
Sampoerna Foundation dalam bentuk pelatihan dan program sertifikasi "7
Kebiasaan Manusia yang Sangat Efektif ®" diberikan kepada Guardian Nilai Tim
Sampoerna Academy. Realisasi kerjasama ini ditandai dengan penandatanganan
Perjanjian Kerjasama antara Andiral Purnomo, Kepala Dunamis Foundation dan
Eddy Henry, Direktur Program Pendidikan, Putera Sampoerna Foundation.
65
Sejak berdirinya di tahun 1991, Dunamis adalah mitra berlisensi dari
Franklin Covey - sebuah organisasi global yang memberikan pelatihan dalam
pengembangan kepemimpinan dan eksekusi. Dengan memiliki misi yang sama
dengan Putera Sampoerna Foundation, Dunamis Foundation telah setuju untuk
bergabung dalam kemitraan dengan Putera Sampoerna Foundation dengan
memberikan pelatihan tentang "7 Kebiasaan Manusia yang Sangat Efektif",
sebuah program pendampingan Nilai Guardian Tim Sampoerna Academy.
Selain pelatihan tentang "7 Kebiasaan Manusia yang Sangat Efektif ®"
Nilai Guardian Tim, Sampoerna Academy juga akan berpartisipasi dalam program
sertifikasi Dunamis melalui Kereta The Trainer for "7 Kebiasaan Manusia yang
Sangat Efektif ®" dan "Pemimpin di dalam Aku (Visi & Implementasi Hari ® ")
pelatihan. Setelah mendapatkan sertifikat ini, Tim Nilai Guardian, Sampoerna
Academy diharapkan untuk terus memberikan pelatihan kepemimpinan ke
Akademi Sampoerna guru, karyawan dan mahasiswa. Eddy Henry, Direktur
Program Pendidikan, Putera Sampoerna Foundation, mengatakan, "Mengikuti
moto 'Hari Belajar, Lead Besok', Sampoerna Academy akan membentuk karakter
pemimpin masa depan Indonesia yang akan menjadi orang yang kompeten,
memiliki wawasan global, dan kepedulian denganmengembangkan komunitas
mereka. Bersama dengan Dunamis Foundation sebagai mitra berlisensi resmi dari
Covey Leadership Center, Putera Sampoerna Foundation akan memberikan
pelatihan kepemimpinan siswa berdasarkan "7 Kebiasaan Manusia yang Sangat
Efektif ®" dan "Pemimpin di dalam Aku - Visi & Pelaksanaan Hari ®".
Berpartisipasi dalam mempersiapkan generasi muda Indonesia sebagai pemimpin
masa depan bangsa, Dunamis Foundation dan Putera Sampoerna Foundation
menyiapkan tiga tahap utama dalam program-program pelatihan dan sertifikasi
untuk Nilai Guardian Tim, Sampoerna Academy, yang akan dimulai dari Oktober
2010 hingga Juni 2011.
Pada tahap pertama, Dunamis Foundation akan memberikan pelatihan dan
pengembangan untuk Nilai Guardian Tim, Sampoerna Academy serta
menyediakan buku-buku dan perangkat guru belajar. Pada tahap kedua, persiapan
penyelarasan sistem, kurikulum, dan fasilitas pendidikan yang didasarkan pada
kepemimpinan akan dilaksanakan bagi guru Academy Sampoerna dan staf yang
66
akan dilaksanakan langsung oleh Tim Nilai Guardian, Sampoerna Academy yang
akan didampingi oleh wakil Dunamis Yayasan. Pada tahap akhir, pelaksanaan
bahan ajar berdasarkan "7 Kebiasaan Remaja yang Sangat Efektif ®" kurikulum
akan dilakukan pada siswa Akademi Sampoerna oleh para guru yang telah
menyelesaikan Kereta Program sertifikasi Trainer dengan menggunakan
membimbing siswa asli yang diberikan oleh Dunamis Foundation untuk masing-
masing siswa. "Program Kepemimpinan Pemuda merupakan pilar utama dari
seluruh program dan inti dari keseluruhan silabus kami. Kami percaya
kepemimpinan yang tidak dapat diperoleh dari teori atau kerja di satu semester
tetapi merupakan hasil dari proses yang membutuhkan tahun investasi dan
dedikasi, "diungkapkan Eddy Henry.
Dunamis Foundation adalah bagian dari perwujudan misi PT.X
Foundation dalam menciptakan pemimpin yang berkualitas baik di masa depan
melalui pendidikan sehingga mereka bisa menghadapi tantangan
global.Mengintegrasikan kurikulum dari Universitas Cambridge (IGCSE) dengan
standar nasional yang diterapkan dalam sistem pendidikan sekolah asrama,
Sampoerna Academy bertujuan untuk mengembangkan kemampuan akademik
serta keterampilan siswa dan untuk membentuk karakter pemimpin masa depan
Indonesia yang akan memiliki kaliber internasional. Dipandu oleh slogan Putera
Sampoerna Foundation yang "Bersama Kita Bisa Membuat Perbedaan" dan
dengan kerjasama dari dua organisasi yang sangat prihatin tentang perkembangan
sumber daya di Indonesia, bersama-sama kami berharap bahwa Indonesia dapat
membuat lebih banyak pemimpin masa depan yang memiliki karakter dan telah
memenuhi syarat dalam membuat perubahan bagi masyarakat dan bangsa.
G. COST ESTIMATES
Tabel. 8.3 Estimasi Proyeksi Biaya Human Resources and Social
Tahun 2011 2012 2013 2014 2015
Biaya Perekrutan
Media Televisi Rp3.075.390.720 Rp1.965.047.040 Rp1.831.576.320 Rp1.954.252.800 Rp1.664.605.440
Media Cetak Rp1.922.119.200 Rp1.228.154.400 Rp1.144.735.200 Rp1.221.408.000 Rp1.040.378.400
Pelatihan
Pelatihan Teknis Rp3.075.390.720 Rp1.965.047.040 Rp1.831.576.320 Rp1.954.252.800 Rp1.664.605.440
Pelatihan Administrasi Rp2.690.966.880 Rp1.719.416.160 Rp1.602.629.280 Rp1.709.971.200 Rp1.456.529.760
67
Pelatihan Kewirausahaan Rp5.766.357.600 Rp3.684.463.200 Rp3.434.205.600 Rp3.664.224.000 Rp3.121.135.200
Pelatihan Keterampilan Rp3.844.238.400 Rp2.456.308.800 Rp2.289.470.400 Rp2.442.816.000 Rp2.080.756.800
Biaya Sosial
Program CSR Rp7.688.476.800 Rp4.912.617.600 Rp4.578.940.800 Rp4.885.632.000 Rp4.161.513.600
Program Bimbingan Anak Rp5.766.357.600 Rp3.684.463.200 Rp3.434.205.600 Rp3.664.224.000 Rp3.121.135.200
Program Pustaka Rp4.613.086.080 Rp2.947.570.560 Rp2.747.364.480 Rp2.931.379.200 Rp2.496.908.160
Total Biaya Estimasi Rp38.442.384.000 Rp24.563.088.000 Rp22.894.704.000 Rp24.428.160.000 Rp20.807.568.000
IX. IMPLEMENTATION PLANNING AND BUDGETING
A. Objectives of implementation planning
Perencanaan kedepan, PT. X mempunyai perencanaan untuk membuka
perkebunan tembakau di indonesia. Dengan tujuan pangsa pasar ekspor. PT. X
berencana untuk membuka perkebunan tembakau di daerah makassar tepatnya di
daerah mamuju dengan luas 2011 hektar dan diharapkan dapat menghasilkan 1654
ton dalam sekali panen. Alasan utama dipilihnya daerah ini adalah tanahnya yang
relatif subur dan harga tanhnya masih relatif tidak terlalu mahal ( Berkisar antara
Rp100.000 – Rp300.000 m2) serta kemudahan akses untuk mendapatkan tenaga
kerja dan curah hujan turun lebih banyak. Musim hujan yang lebih panjang
disertai sinar matahari yang terik hal ini akan membuat kualitas tembakau lebih
baik. Untuk perencanaan implementasi perkebunan tembakau ke depan, PT. X
bekerja sama dengan pemerintah daerah sulawesi selatan dan merekrut para
penduduk untuk dijadikan sebagai tenaga kerja. Dan untuk pengembangan riset
serta tenaga ahli, PT. X berencana untuk bekerja sama dengan pihak institusi
68
pendidikan terkait, serta mendatangkan tenaga ahli dan pekerja ahli dari dalam
dan luar sulawesi selatan.
Visi dan misi serta tujuan permbukaan perkebunan tembakau di masa
mendatang akan dijelaskan dibawah ini :
Visi Dengan mengacu kepada kondisi perkebunan saat ini, dinamika lingkungan
strategis baik domestik maupun internasional, REPENAS, dan visi pembangunan
pertanian maka visi pembangunan perkebunan adalah terwujudnya masyarakat
perkebunan yang sejahtera melalui pengembangan sistem dan usaha agribisnis
perkebunan yang berdaya saing, berkeadilan, berkerakyatan, terdesentralisasi dan
berbasis pada pengelolaan SDA yang lestari sesuai fungsinya pada Kawasan
Industri Masyarakat Perkebunan (KIMBUN).
Misi Adapun Misi pembangunan perkebunan yang ditetapkan berdasarkan visi
tersebut diatas, adalah :
(1) mengembangkan prasarana dan sarana perkebunan dalam rangka optimalisasi
pemanfaatan SDA sesuai fungsinya.
(2) meningkatkan produksi, produktivitas dan efesiensi, efektifitas perkebunan
melalui dukungan sarana produksi, teknologi dan kelembagaan penyuluhan yang
kokoh.
(3) memantapkan prakondisi pengelolaan perkebunan untuk melindungi dan
melestarikan keberadaan sumber daya alam.
(4) meningkatkan rehabilitasi dan konservasi sumber daya alam dalam rangka
mewujudkan pembangunan perkebunan berwawasan lingkungan.
(5) mengembangkan industri perkebunan yang bertumpu pada keunggulan
komparatif wilayah dan keunggulan kompetitif komoditas dalam rangka
meningkatkan pangsa pasar, nilai tambah dan kesempatan kerja.
(6) mengembangkan sistem ketahanan pangan berbasis pada karateristik wilayah
dan keragaman sumber bahan pangan, kelembagaan dan budaya lokal dalam
rangka menjamin tersedianya pangan dan gizi dalam jumlah dan mutu yang
dibutuhkan pada tingkat harga yang terjangkau.
(7) Mendorong terwujudnya peningkatan pelayanan dalam pembangunan
perkebunan serta mengoptimalkan upaya peremajaan, intensifikasi, rehabilitasi,
ektensifikasi dan diversifikasi tanaman.
69
(8) meningkatkan kualitas SDM dan kelembagaan agribisnis agar mampu dalam
mengelola potensi ekonomi daerah dalam rangka pelaksanaan pembangunan
wilayah.
(9) mengembangkan inovasi teknologi spesifik lokasi yang ramah lingkungan
dalam rangka mendorong terwujudnya sistem agribisnis yang berdaya saing,
berkeadilan dan berkelanjutan.
(10) mengembangkan sistem administrasi dan manajemen pembangunan modern
sebagai upaya mendukung terwujudnya sistem agribisnis yang berdaya saing,
berkeadilan dan berkelanjutan.
Tujuan Sesuai dengan visi dan misi pembangunan perkebunan diatas, maka
tujuan yang ingin dicapai adalah :
(1) menggerakkan sistem agribisnis perkebunan melalui peningkatan pelayanan
perbenihan/ bahan tanaman, produktivitas, pengolahan dan keanekaragaman hasil
perkebunan, perencanaan, informasi pasar oleh aparatur pembangunan
perkebunan.
(2) Meningkatkan pendapatan dan taraf hidup masyarakat perkebunan melalui
peningkatan kemampuan kewirausahaan petani pekebun/ pengusaha, penerapan
dan penyebarluasan teknologi tepat guna dalam agribisnis perkebunan.
(3) Mengoptimalkan pemanafaatan sumber daya perkebunan serta mendorong
terwujudnya lingkungan lestari melalui kawasan sentra produksi dan industri hilir
yang berkelanjutan.
(4) Meningkatkan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha yang efesien dan
melalui peningkatan peran kelembagaan perkebunan dan kemitraan petani
pekebun dengan pengusaha agribisnis perkebunan.
(5) Mendorong pembangunan ekonomi pedesaan melalui pengembangan
agribisnis perkebunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
B. Stages Of Project Implementation
Tahap pertama adalah dengan mengurus perizinan kepada pemerintah
daerah setempat. Kemudian dilanjutkan dengan tahap perekruitan karyawan.
70
Tahap perekruitan karyawan adalah hal yang paling krusial. Pembangunan
perkebunan yang dilaksanakan telah menciptakan kesempatan kerja bagi
masyarakat di sulawesi selatan,diperkirakan dengan luas perkebunan tembakau
yang mencapai 2001 Ha. PT. X memerlukan tenaga kerja sebesar lebih kurang
700 Karyawan. Disamping itu untuk meningkatkan Mutu sumber daya Manusia
petani kebun PT. X membuka pelatihan secara berkesinambungan untuk
menjawab tantangan yang ada pada saat ini dan kemampuan untuk memanfaatkan
peluang yang ada. Untuk itu PT. X harus melakukan sosialisasi dan
menumbuhkan pengertian bagi SDM birokrasi Dinas Perkebunan Propinsi
sulawesi selatan bahwa pendekatan pembangunan kedepan adalah pendekatan
partisipatif sehingga orientasi tugas dan fungsi SDM mengarah pada pelayanan,
pendampingan, fasilitasi dan advokasi. Mengembangkan kemampuan dan
kesiapan pelayanan melalui penumbuhan perilaku pelayanan dan kesiapan
berbagai data dan informasi perkebunan. Mengembangkan sikap prakarsa pro-
aktif kepada petani-pekebun pelaku usaha subsektor perkebunan.
Mengembangkan sikap prakarsa pro-aktif berbagai fungsi terkait untuk
mendukung pelayanan penyelenggaraan kegiatan usaha budidaya perkebunan.
Sementara itu untuk SDM petani-pekebun dan masyarakat ditempuh
melalui kebijaksanaan menumbuhkan kesadaran petani dalam mengembangkan
dan merubah budaya petani yang hanya untuk menghasilkan produksi budidaya
kearah pengembangan usaha tani dengan memanfaatkan aset usaha secara
optimal. Memfasilitasi dan mendorong kemampuan petani untuk memanfaatkan
peluang usaha dalam memperkuat usaha taninya. Menumbuh-kembangkan
kesadaran petani mengenai kebersamaan ekonomi dalam mendapatkan peluang
berbagai akses kemudahan untuk pengembangan usaha melalui penumbuhan
kelembagaan ekonomi petani-pekebun yang mewakili kepentingan anggotanya.
Tahap selanjutnya adalah Transfer teknologi/ desiminasi juga sangat
penting untuk memperlancar hasil delivery and receiving system yang belum
mantap serta untuk menunjang proses mulai dari penanaman tembakau sampai
dengan masa panen kelak. Usaha berkelanjutan dilakukan dengan penerepan
penggunaan teknologi tepat guna dan sistem manajemen untuk memperoleh
peningkatan nilai tambah baik dari produk primer, produk antara dari industri
71
tengah dan produk akhir, yang dilakukan melalui penumbuhan integrasi vertical
dan horizontal. Dalam pelaksanaannya diterapkan prinsip limbah minimal (Zero
waste) dari produk-produk perkebunan melalui pemanfaatan hasil samping
maupun limbah serta penerapan pembukaan lahan sejauh mungkin tanpa bakar
(zero burning). SDM dan kelembagaan usaha berkelanjutan merupakan tindakan
memotivasi kelembagaan yang sudah terbentuk agar hubungan antar anggota
dalam kelembagaan dapat menghasilkan produktivitas dan efesiensi yang tinggi.
Kelembagaan yang ada harus dapat menciptakn hubungan kedalam (internal) dan
hubungan keluar (eksternal) dalam usaha optimalisasi kelembagaan yang ada
untuk berkelanjutan usaha perkebunan dalam KIMBUN.
Tahap akhir dari tahap proyek kedepan adalah Optimalisasi usaha
dilakukan melalui penumbuhan dan pengembangan kegiatan masyarakat
perkebunan dalam upaya mendapatkan nilai tambah dari usaha-kebunnya sesuai
dengan potensi lahan yang dimiliki. Upaya ini memerlukan dukungan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) tepat guna (bahan tanaman, pengendalian
OPT, Konservasi Tanah dan Air dan lain-lain). Dalam pelaksanaannya ditempuh
melalui kegiatan intensifikasi, ekstensifikasi, rehabilitasi dan diversifikasi guna
peningkatan produktivitas, mutu hasil dan nilai jual untuk meningkatkan
penerimaan. Optimalisasi usaha berkaitan pula dengan upaya penataan dan
pemanfaatan lahan serta perluasan usaha (diversifikasi vertical/ horizontal) yang
dilakukan secara terintegrasi guna memperoleh nilai tambah yang sebesar-
besarnya dan mengacu pada kebutuhan pasar dengan memperhatikan peningkatan
mutu hasil sesuai standar yang berlaku.
C. Implementation scheduling
Jadwal pelaksanaan perkebunan dimulai pada tahun 2020. Alasan
dimulainya tahun 2020 karena terdapat kebijakan pemerintah untuk tidak
memperluas areal tembakau di sampai pada tahun 2020 mendatang.
(1) implementasi Perencanaan dan Pengembangan, terdiri dari kegiatan :
a. Pengkajian prospek dan pengembangan komoditas perkebunan dan membuat
rancang bangun perkebunan,
72
b. Pembuatan bussines planning pengembangan komoditas perkebunan,
c. Pendataan ketersediaan potensi wilayah pengembangan perkebunan, kondisi
sumberdaya lahan dan kesesuaian komoditas yang akan dikembangkan,
d. Penyusunan standar, kriteria dan prosedur pembangunan perkebunan,
e. Pengembangan sistem informasi mencakup kemampuan memperoleh dan
menyebarluaskan informasi yang lengkap mengenai peluang usaha perkebunan
untuk menjadi acuan dalam mendorong dan menumbuhkan peran serta
masyarakat luas dan dunia usaha.
(2) Implementasi jadwal Tanaman Tahunan Perkebunan, terdiri dari kegiatan :
a. Pengumpulan dan penyediaan informasi menyeluruh tentang ruang lingkup
budidaya tanaman tahunan mencakup yang sudah maupun yang belum
melembaga pengusahaannya, perkembangan penyebaran pengusahaannya, bentuk
dan tingkat pengusahaannya, potensi dan peluang pengembangannya untuk
dijadikan acuan.
b. Pemantauan penyediaan paket teknologi yang sesuai termasuk paket teknologi
alternatif untuk menjadi pegangan pada usaha budidaya tanaman tahunan,
mencakup paket teknologi untuk perluasan dan pengembangan baru.
c. Peningkatan kemampuan pelayanan penerapan paket teknologi yang sesuai,
termasuk teknologi alternatif pada kegiatan penanaman baru, intensifikasi dan
rahabilitasi tanaman yang sudah ada dalam rangka peningkatan produktivitas dan
efisiensi usaha.
d. Pengembangan kesadaran dan kemampuan pemanfaatan sumberdaya agribisnis
secara optimal, khususnya sumberdaya lahan dan tenaga kerja petani pekebun
dengan penerapan intensifikasi usaha budidaya tanaman pokok dan
pengembangan cabang usahatani yang sesuai pada sisa asset lahan yang dimiliki
seperti lahan pekarangan, lahan garapan, lahan batas dan lahan miring.
e. Penyiapan model pendekatan upaya penumbuhan pusat kegiatan ekonomi pada
wilayah khusus, tertinggal, terpencil, konservasi, marginal/DAS melalui
pengembangan usaha tanaman tahunan.
f. Peningkatan profesionalisme para pelaku pembangunan perkebunan, baik para
petugas dari berbagai fungsi terkait dibidang pelayanan, bimbingan dan
73
pendampingan kegiatan usaha budidaya tanaman tahunan perkebunan, maupun
para pelaku langsung pada kegiatan usaha yaitu petani dan kelembagaannya,
masyarakat dan dunia usaha.
g. Pemberdayaan petani dan kelembagaannya untuk pengembangan kemampuan
dalam mengakses berbagai kemudahan (permodalan, teknologi, agro-input, benih/
bibit) dan pengembangan kemitraan usaha dengan pengolahan dan pemasaran
hasil serta intensifikasi kegiatan usahanya.
(3) Aspek Pengolahan dan Pemasaran, terdiri dari kegiatan :
a. Peningkatan SDM yang mampu dan berkualitas untuk menangani pengolahan
dan pemasaran yang meliputi perbaikan mutu produk, pengembangan industri
hilir, perluasan pemasaran, informasi harga, strategi pasar, market inteligence dan
penguatan jejaring dengan instansi/ lembaga terkait dalam maupun luar negeri.
b. Pembinaan dan peningkatan pengolahan industri hilir komoditi perkebunan.
c. Pembinaan dan bantuan alat pengolahan komoditi perkebunan dan
pengembangan jenis olahan.
D. Projecting The Implementation Budget
Dukungan alokasi dana yang sedang dan akan dilakukan kedepan untuk
pelaksanaan kegiatan tersebut bersumber dari pembiayaan anggaran rutin dan
anggaran pembangunan PT. X Serta pinjaman modal dari pihak kedua ( Bank
maupun pemerintah daerah ) dan pihak ketiga ( hubungan istimewa ). Anggaran
untuk pembangunan sektor perkebunan tembakau yang ada d berjumlah sekitar
Rp34 miliar, Dana sebesar itu untuk menggaji 670 petani (Rp 3,2 miliar); untuk
memfasilitasi komoditi ( pembelian tanah, fasilitas fisik ) sebesar Rp 8 miliar);
pengawalan program serta pelaporan ( Rp 972 juta). Antara lain untuk insentif
mantri perkebunan, petugas hama penyakit. Juga untuk rehabilitasi dan biaya
operasional laboratorium lapangan, sub laboratorium hayati, dan laboratorium
hayati. Pembelian benih rekruitmen dan pelatihan operasional petugas tenaga
kontrak pendamping dan alokasi dananya mencapai Rp 7,4 miliar. Selain itu kata
dia, dalam juga tersedia dana pendukung untuk belanja barang dan jasa sekitar
Rp9,5 miliar, anggaran tersebut akan digunakan untuk membangun infrastruktur
74
dalam rangka peningkatan produksi tembakau ke depan. Sementara anggaran
biaya operasional untuk sektor perkebunan yang ada sekitar Rp11 miliar.
X. ANALISA FINANSIAL DAN INVESTMENT APPRAISAL
A. Skope and Objectives of Financial Analysis
Ruang Lingkup dan Objektifitas dari PT.X dari segi analisis financial
adalah sebagai berikut:
Modal kerja yang dibutuhkan adalah sebesar Rp 25.550.000.000.000
didapat dari investor, keuntungan dari tahun sebelumnya, dan laba di tahan. PT. X
tidak menggunakan pinjaman kredit untuk operasi perusahaannya.
PT X memiliki 98,18% saham dari PT. HM Sampoerna Tbk. Setelah
mengkauisisi Sampoerna, PT. X menjadi leader dalam market share rokok di
Indonesia, menguasai 29,9% market di Indonesia mengungguli perusahaan besar
lainnya seperti PT.Gudang Garam, Tbk dan PT.Djarum Tbk. Untuk produk
Marlboro sendiri yang diproduksi di Indonesia, mampu menguasai 5.2% market
share Indonesia, dan untuk penjualan rokok dengan kategori khususnya rokok
putih produk Marlboro menguasai kurang lebih 90% market disusul dengan
British Asian tobacco di posisi kedua dengan 7% market.
B. Analisis Biaya Investasi
75
Biaya Investasi yang dibutuhkan oleh PT.X dapat dilihat pada lampiran 1.
Biaya investasi dapat dilihat dari modal kerja dari tahun 2010. Nilai IRR, B/C,
dan NPV yang di hitung berdasarkan operasi perusahaan yang telah berjalan.
C. Dasar Laporan Akuntansi
Dasar Laporan akuntansi terdiri dari dua kategori, laporan yang berkaitan
dengan laba bersih atau laba rugi. Berikut adalah rasio perhitungan yang
berhubungan dengan laba rugi perusahaan.
1. Rasio Laba Kotor atas Penjualan
Rasio ini mengukur tingkat profitabilitas produk sebelum dibebani oleh
biaya-biaya yang lain. Perubahan rasio laba kotor bisa saja terjadi karena
perubahan dalam kebijaksanaan penjualan, misalnya tingkat potongan atau adanya
produk baru.
2.Rasio Laba Usaha atas Penjualan
Laba usaha (laba operasi) adalah laba dari kegiatan utama perusahaan.
Oleh karena itu sudah seharusnya laba ini memberikan hasil lebih besar dibanding
dari laba yang bukan utama.
3. Rasio Laba Bersih atas Penjualan
Rasio ini mengukur hasil akhir dari kegiatan operasi perusahaan. Selisih
laba bersih dengan rasio laba usaha dapat mencerminkan berapa beban yan
ditanggung perusahaan untuk biaya-biaya non operasional.
4.Operating Ratio
Operating ratio mencerminkan tingkat efisiensi perusahaan, sehingga rasio
yang tinggi menunjukkan keadaan yang kurang baik karena berarti bahwa setiap
rupiah penjualan yang terserap dalam biaya juga tinggi, dan yang tersedia untuk
laba kecil. Tetapi rasio yang tinggi mungkin tidak hanya disebabkan oleh faktor
intern yang dapat dikendalikan oleh manajemen, tetapi juga faktor ekstern
misalnya faktor harga yang sulit dikendalikan oleh manajemen.
5.Rasio Tingkat Pengembalian Investasi
76
Tujuan perhitungan rasio ini adalah untuk mengetahui sampai seberapa
jauh aset yang digunakan dapat menghasilkan laba. Laba usaha berarti laba dari
kegiatan utama perusahaan. Aktiva operasi adalah aktiva yang dipakai untuk
menghasilkan laba usaha tersebut. Dengan kata lain, aset yang dihitung disini
hanya aset yang memberikan konstribusi terhadap pencapaian laba usaha.
Penyertaan yang biasanya menghasilkan pendapatan lain (di luar laba usaha) tidak
dihitung. Demikian halnya dengan aktiva lain-lain. Aktiva lain-lain ada yang
berupa aktiva belum selesai atau aktiva tidak operasional. Oleh karena itu juga
tidak diikutsertakan dalam pengertian aktiva operasi.
6.Rasio Tingkat Pengembalian Aset
Dengan rasio akan nampak seberapa besar tingkat produktifitas seluruh
aset. Perbedaan hasil perhitungan antara ROI dengan ROA akan diketahui sampai
seberapa jauh tingkat aset penunjang atau tidak produktif dan hasil sampingan
perusahaan.
7.Rasio Laba Bersih atas Modal
Rasio ini berguna untuk mengetahui seberapa jauh hasil yang diperoleh
dari penanam modal. Pengertian modal disini adalah semua modal yang tertanam
di perusahaan, termasuk di dalamnya saldo laba (laba ditahan).
E. Metode Penilaian Investasi
Metode penilaian investasi menggunakan beberapa criteria seperti Net
B/C, NPV dan IRR. Industri dinyatakan layak apabila NPV lebih besar sama
dengan nol dan IRR lebih dari tingkat suku bunga Bank.
77
1. NPV (Net Present Value)
Perhitungan dengan menggunakan nilai nominal dapat menyesatkan, sebab
tidak memperhitungkan nilai waktu dari uang. Untuk membuat hasil lebih akurat,
maka nilai sekarang didiskontokan. Keuntungan dari menggunakan metode
diskonto adalah kita dapat langsung menghitung selisih nilai sekarang dari biaya
total dengan penerimaan total bersih. Selisih inilah yang disebut net present value.
Suatu proposal investasi akan diterima jika NPV > 0, sebab nilai sekarang dari
penerimaan total lebih besar daripada nilai sekarang dari biaya total.
2. IRR (Internal Rate Ratio)
IRR merupakan tingkat bunga pada saat jumlah penerimaan sama dengan
jumlah penerimaan atau tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV sama
dengan nol yang dinyatakan dalam persen pertahun. Suatu proyek industri
dinyatakan layak apabila mempunyai nilai IRR yang lebih tinggi dari nilai suku
bunga bank (discount rate).
3. Benefit Dan Cost Ratio
B/C ratio mengukur mana yang lebih besar, biaya yang dikeluarkan dibanding
hasil (output) yang diperoleh. Biaya yang dikeluarkan dinotasikan dengan C
(cost). Output yang dihasilkan dinotasikan dengan B (benefit). Keputusan
menerima atau menolak proposal investasi dapat dilakukan dengan melihat nilai
B/C. Umumnya, proposal investasi baru diterima jika B/C > 1, sebab berarti
output yang dihasilkan lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan.
F. Rasio Efesiensi dan Finansial
1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)
Rasio lancar sangat berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam melunasi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya, dimana dapat diketahui
sampai seberapa jauh sebenarnya jumlah aktiva lancar perusahaan dapat
menjamin hutang lancarnya. Semakin tinggi rasio berarti semakin terjamin
hutang-hutang perusahaan kepada kreditor. Current ratio 2.0 kadang-kadang
sudah memuaskan bagi suatu perusahaan, tetapi jumlah modal kerja dan besarnya
rasio tergantung pada beberapa faktor, suatu standard atau rasio yang umum tidak
78
dapat ditentukan untuk seluruh perusahaan. Current ratio 2.0 hanya merupakan
kebiasaan dan akan digunakan sebagai titik tolak untuk mengadakan penelitian
atau analisa lebih lanjut.
Bagi perusahaan yang mempunyai hubungan baik dengan kreditor atau
posisinya kuat terhadap pemasok, mungkin perusahaan tidak perlu memiliki rasio
yang tinggi. Sebagai contoh supermarket. Posisi supermarket terhadap pemasok
biasanya adalah cukup kuat. Dengan kondisi demikian maka supermarket dapat
membayar hutangnya setelah 3 atau 4 bulan, sedangkan penjualan dilakukan
secara tunai. Dalam kondisi demikian rasio lacar tidak perlu terlalu
Rasio lancar mempunyai sifat tingginya berubah-ubah dari waktu ke
waktu. Sebagai contoh, pada toko pakaian ketika menjelang hari-hari raya
permintaan akan pakaian mulai meningkat, kemudian menurun mencapai titik
terbawah lagi pada hari raya tersebut. Untuk menghadapi kenaikan permintaan
tersebut toko pakaian harus menaikkan besarnya persediaan.
Kalau peningkatan persediaan barang dagangan tersebut dibiayai dengan
cara mengurangi uang tunai perusahaan, maka rasio lancar perusahaan tidak
mengalami perubahan. Sebab pada transaksi seperti itu hanya struktur aktiva
lancarnya saja yang mengalami perubahan, sedangkan nilai total aktiva lancar dan
nilai total passiva lancarnya tidak mengalami perubahan, sehingga rasio lancar
tidak mengalami perubahan.
Akan tetapi jika penumpukan persediaan dilaksanakan dengan cara
dibiayai dari pinjaman jangka pendek, maka ketika volume penjualan tinggi, rasio
lancar perusahaan akan menurun. Oleh karena itu untuk mengukur tingginya
likuiditas perusahaan lebih baik untuk mempergunakan angka perputaran modal
kerja daripada mempergunakan rasio lancar. Adapun pertimbangannya ialah
karena angka perputaran modal kerja tidak banyak dipengaruhi oleh sifat
musiman, relatif dibandingkan dengan rasio lancar.
2. Rasio Uji Cair (Acid Test Ratio)
Rasio ini sering juga disebut sebagai Quick ratio, dimana rasio ini
merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-
kewajibannya dengan tidak memperhitungkan persediaan, karena persediaan
79
memerlukan waktu yang relatif lama untuk direalisir menjadi uang kas, walaupun
kenyataannya mungkin persediaan lebih likuid daripada piutang. Jika current ratio
tinggi tapi quick rationya rendah menunjukkan adanya investasi yang sangat besar
dalam persediaan.
Sebagai pegangan kasar biasanya angka 1.0 untuk rasio uji cair
merupakan angka minimum yang perlu dipertahankan oleh perusahaan agar
perusahaan tidak mengalami ketidakmampuan dalam membayar hutang-hutang
jangka pendeknya.
3. Rasio Kas (Cash Ratio)
Rasio ini untuk mengukur jumlah kas tersedia dibanding dengan hutang
lancar. Pengertian kas kadang-kadang diperluas dengan setara kas (cash
equivalent) meliputi surat berharga yang mudah diperjualbelikan
4. Perputaran Piutang (Turn Over Receivable)
Rasio perputaran piutang memberikan analisa mengenai beberapa kali tiap
tahunnya dana yang tertanam dalam piutang berputar dari bentuk piutang
kebentuk uang tunai, kemudian kembali kebentuk piutang lagi. Rata-rata piutang
kalau memungkinkan dapat dihitung secara bulanan (saldo tiap-tiap akhir bulan
dibagi tigabelas) atau tahunan yaitu saldo awal tahun ditambah saldo akhir tahun
dibagi dua. Makin tinggi rasio (turn over) menunjukkan modal kerja yang
ditanamkan dalam piutang rendah, sebaliknya kalau rasio semakin rendah berarti
ada over investment dalam piutang, mungkin karena bagian kredit dan penagihan
bekerja tidak efektif, dll.
Kalau tujuannya hanya sekedar untuk menilai tingginya likuiditas aktiva
lancar jangka pendek, andaikan masa penagihan rata-rata angkanya sudah
tersedia, maka rasio perputaran piutang tidak diperlukan lagi. Apabila masa
penagihan rata-ratanya rendah, maka rasio perputaran piutang mempunyai nilai
yang tinggi.
5. Lama Penagihan Rata-rata (Average Collection Period)
80
Rasio ini biasanya dipergunakan sebagai tolak ukur untuk menilai tingkat
likuiditas aktiva lancar yang berbentuk piutang jangka pendek. Dalam
menginterprestasikan rasio lama penagihan rata-rata ini, dasar perbandingan yang
paling tepat dipergunakan ialah jangka waktu kredit penjualan. Misalkan jangka
waktu kredit penjualan yang dipergunakan oleh perusahaan adalah dua bulan (60
hari), dan masa penagihan rata-rata sebesar 49 hari, maka dapat diinterprestasikan
bahwa tingkat likuiditas sangat tinggi. Sedangkan apabila jangka waktu kredit
penjualan yang dipergunakan satu bulan, maka berarti sekitar 19% dari piutang
telah mengalami keterlambatan pembayaran selama rata-rata 19 hari.
6. Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)
Turn over ini menunjukkan berapa kali jumlah persediaan barang
dagangan diganti atau dijual dalam satu tahun. Perputaran yang tinggi
menunjukkan tingkat persediaan yang ada cukup baik.
Untuk perusahaan dagang, perputaran persediaannya disebut merchandise
turnover. Sedangkan untuk perusahaan pabrik, perputaran persediaan bisa dalam
bentuk perputaran bahan baku, bahan pembantu, suku cadang, barang setengah
jadi atau perputaran persediaan dalam proses.
Rasio perputaran persediaan hanya perlu dihitung pada perusahaan yang
keberadaan persediaan cukup penting, baik dalam menunjang kegiatan usaha
maupun sebagai barang yang dijual.
7. Rasio Modal Sendiri terhadap Total Aktiva
Rasio ini menunjukan pentingnya sumber modal pinjaman dan tingkat
keamanan yang dimiliki oleh kreditor. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin
kecil jumlah modal pinjaman yang digunakan untuk membiayai aktiva
perusahaan.
Rasio ini disebut juga proprietory ratio yang menunjukan tingkat
solvabilitas perusahaan dengan anggapan bahwa semua aktiva dapat direalisir
sesuai dengan yang dilaporkan dalam neraca.
8.Rasio Modal Sendiri dengan Aktiva Tetap
81
Jika rasio ini lebih dari 100 % berarti modal sendiri melebihi total aktiva
tetap dan menunjukan aktiva tetap seluruhnya dibiayai oleh pemilik perusahaan
dan sebagian dari aktiva lancar juga dibiayai oleh pemilik perusahaan. Sebaliknya
jika rasio dibawah 100 %berarti sebagian aktiva tetapnya dibiayai dengan modal
pinjaman jangka pendek / jangka panjang sedang aktiva lancarnya seluruhnya
dibiayai dengan modal pinjaman
9. Rasio Modal Sendiri dengan Aktiva Tetap
Jika rasio ini lebih dari 100 % berarti modal sendiri melebihi total aktiva
tetap dan menunjukan aktiva tetap seluruhnya dibiayai oleh pemilik perusahaan
dan sebagian dari aktiva lancar juga dibiayai oleh pemilik perusahaan. Sebaliknya
jika rasio dibawah 100 %berarti sebagian aktiva tetapnya dibiayai dengan modal
pinjaman jangka pendek / jangka panjang sedang aktiva lancarnya seluruhnya
dibiayai dengan modal pinjaman.
10.Rasio Aktiva Tetap dengan Hutang Jangka Panjang
Rasio ini mengukur tingkat keamanan yang dimiliki oleh kreditor jangka
panjang. Disamping itu juga menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
memperoleh pinjaman baru dengan jaminan aktiva tetap.
Semakin tinggi rasio ini semakin besar jaminan dan kreditor jangka
panjang semakin aman atau terjamin dan semakin besar kemampuan perusahaan
untuk mencari pinjaman.
11.Nilai Buku Saham
Nilai buku per lembar saham menunjukkan jumlah rupiah yang akan
dibayarkan kepada setiap lembar saham apabila perusahaan pada saat itu
dibubarkan dengan anggapan bahwa semua aktiva dapat direalisir atau dijual
dengan harga yang sama dengan nilai bukunya.
82
Dalam penghitungannya nilai buku saham jika ada saham yang sudah
dipesan (subscribed) walaupun saham tersebut belum diserahkan kepada pemesan,
maka jumlah tersebut harus ditambahkan pada jumlah modal yang sudah beredar.
Sebaliknya bila ada saham yang dibeli kembali oleh perusahaan (treasury stock)
maka harus dikurangkan terhadap jumlah modal saham yang beredar.
12.Rasio Total Hutang terhadap Total Aktiva
Semakin tinggi rasio ini semakin tinggi resiko keuangan perusahaan.
Dalam batas tertentu bank akan sulit untuk mengabulkan permohonan kredit.
Hanya saja setiap bank batasnya berbeda.
13.Rasio Laba Usaha dengan Aktiva Usaha
Profitability suatu perusahaan dapat diukur dengan menghubungkan antara
keuntungan atau laba yang diperoleh dari kegiatan pokok perusahaan dengan
kekayaan atau assets yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan tersebut
(operating assets). Yang dimaksud dengan operating assets adalah semua aktiva
kecuali investasi jangka panjang dan aktiva-aktiva lain yang tidak digunakan
dalam kegiatan atau usaha memperoleh penghasilan yang rutin atau usaha pokok
perusahaan. Rasio ini akan mencerminkan keuntungan yang diperoleh tanpa
mengingat dari mana sumber modal dan menunjukkan tingkat efisiensi
perusahaan dalam melaksanakan operasi sehari-hari.
14.Perputaran Aktiva Usaha
Rasio ini menunjukkan seberapa jauh aktiva telah dipergunakan di dalam
kegiatan perusahaan atau menunjukkan berapa kali operating assets berputar
dalam suatu periode tertentu, biasanya satu tahun. Turnover yang tinggi
menunjukkan management yang efektif tetapi dapat juga turnover yang tinggi
disebabkan aktiva perusahaan yang sudah tua dan sudah habis disusut, jadi
turnover yang tinggi ini karena keadaan perusahaan.
G. Evaluasi Finansial
83
1. NPV (Net Present Value)
Perhitungan dengan menggunakan nilai nominal dapat menyesatkan, sebab
tidak memperhitungkan nilai waktu dari uang. Untuk membuat hasil lebih akurat,
maka nilai sekarang didiskontokan. Keuntungan dari menggunakan metode
diskonto adalah kita dapat langsung menghitung selisih nilai sekarang dari biaya
total dengan penerimaan total bersih. Selisih inilah yang disebut net present value.
Suatu proposal investasi akan diterima jika NPV > 0, sebab nilai sekarang dari
penerimaan total lebih besar daripada nilai sekarang dari biaya total. Nilai NPV
yang di dapat PT.X adalah sebesar Rp. 31.472.442.158.710. Nilai yang di peroleh
cukup baik. Nilai NPV menunjukkan nilai bersih yang diperoleh PT.X untuk saat
ini.
2. IRR (Internal Rate Ratio)
IRR merupakan tingkat bunga pada saat jumlah penerimaan sama dengan
jumlah penerimaan atau tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV sama
dengan nol yang dinyatakan dalam persen pertahun. Suatu proyek industri
dinyatakan layak apabila mempunyai nilai IRR yang lebih tinggi dari nilai suku
bunga bank (discount rate). Berdasarkan perhitungan nilai IRR yang didapat PT.
X sebesar 23,18%. Nilai IRR>Nilai MARR, nilai MARR yang di pakai sebesar
15% setahun. Dengan nilai IRR yang didapat PT.X, perusahaan tersebut masih
layak beroperasi secara ekonomi.
3. Benefit Dan Cost Ratio
B/C ratio mengukur mana yang lebih besar, biaya yang dikeluarkan
dibanding hasil (output) yang diperoleh. Biaya yang dikeluarkan dinotasikan
dengan C (cost). Output yang dihasilkan dinotasikan dengan B (benefit).
Keputusan menerima atau menolak proposal investasi dapat dilakukan dengan
melihat nilai B/C. Umumnya, proposal investasi baru diterima jika B/C > 1, sebab
berarti output yang dihasilkan lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan. Nilai
B/C PT. X diperoleh sebesar 1,23. Nilai yang diperoleh PT.X lebih besar dari 1,
ini menunjukkan untuk tahun kedepan perusahaan ini dapat berjalan karena
benefit yang akan di dapat lebih besar daripada cost yang dikeluarkan.
84
H. Kelayakan Ekonomi
Hadirnya Pabrik Rokok dapat memberikan pengaruh positif terhadap
lapangan kerja di sektor pertanian tembakau dan lingkungan sekitar sektor
perekonomian. Dengan kata lain, perusahaan ini menyumbang pertanian
tembakau sebesar 29 persen dari seluruh pertanian tembakau. Total pemasukan
cukai tembakau dan perusahaan dari PT.X ini memberikan dampak neto yang
positif dalam bentuk output ekonomi sebesar Rp 335,4 milyar atau sama dengan
US$ 36,9 juta, kenaikan pendapatan rumah tangga sebesar Rp 491,6 milyar atau
sama dengan US$ 54,1 juta.
Berdasarkan laporan Departemen Perindustrian, perusahaan ini mampu
memberi peluang usaha dalam industri tembakau dan rokok (5,45 juta) terdiri dari
pengecer, percetakan, transportasi, dll yang tidak dapat diverifikasi oleh sumber
lain. Dalam laporan tersebut juga mengestimasi bahwa rokok menciptakan 4,9
juta pekerjaan untuk pengecer, atau sekitar 18 persen dari total lapangan kerja di
sektor jasa. Ini berarti bahwa sekitar 1 dari 5 pekerja dalam sektor jasa bergantung
pada penjualan rokok untuk mencari penghidupan. Estimasi pada tahun 2010
menunjukkan bahwa pengeluaran PT.X untuk iklan elektronik dan iklan cetak
sebesar 700 Milliar. Hal ini sebanding dengan laporan-laporan sebelumnya bahwa
industri tembakau menyumbang sekitar 5-7 persen dari total penerimaan iklan
langsung setiap tahun.
Tabel 10.1 Pengaruh Positif PT. X terhadap PerekonomianSektor Pendapatan
Pertanian Tembakau Rp. 335.000.000.000
Pengecer Rp. 2.500.000.000
Percetakan Rp. 30.560.0000.000
Transportasi Rp.258.678.000.000
Outlet Rp. 56.282.665.000
Rumah Tangga Rp. 491.600.000.000
Cukai Rp. 3.678.000.000
Iklan Rp. 700.000.000.000
Total Rp 2.153.338.650.000
Tabel 10.2 Pengaruh Negatif PT. X terhadap PerekonomianSektor Kerugian
85
Kesehatan Rp. 740.119.040.000
Polusi Udara Rp. 37.000.000.000
Estetika Lingkungan Rp. 3. 282.665.000
Perubahan Tata Guna Lahan Rp. 150.000.000.000
Ekologi Rp 35.000.000.000
Moral Rp. 135.780.000.000
Lain - lain Rp. 600.000.000.000
Total Rp. 1.697.899.040.000
KESIMPULAN
Dari hasil Perhitungan diperoleh hasil gambaran kelayakan investasi
dengan B/C Ratio > 1, NPV> 0 dan IRR > MARR. Dengan demikian investasi
usaha tesebut masih layak secara ekonomi untuk sampai 2 tahun kedepan. Untuk 5
tahun kedepan B/C ratio >1, NPV sebesar Rp 31.472.442.158.710 dan nilai IRR
sbesar 23,18%, nilai IRR>= MARR maka secara umum, perusahaan tersebut
masih layak secara ekonomi dan secara umum masih layak untuk beroperasi.
Sebaiknya pada tahun PT.X mulai memikirkan penghematan dan menekan biaya
disisi harga pokok produksi serta beban usaha yang terlalu besar serta menaikkan
penjualan produknya.
86
87
Lampiran1.Cash Flow 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Biaya Awal
Investasi - - - - - -
Modal Kerja Rp25.550.000.000.000 - - - -
Pendapatan - Rp12.230.000.000.000 Rp10.822.060.000.000 Rp12.577.031.000.000 Rp13.474.788.000.000 Rp16.499.404.700.000
Biaya TahunanOperasi + Pemeliharaan + Bahan Baku + Biaya Overhead
- Rp1.360.498.539.100 Rp1.234.608.493.700 Rp1.391.528.091.500 Rp1.471.800.452.100 Rp1.742.244.598.800
Biaya Pemasaran Rp600.923.600.000 Rp591.961.000.000 Rp648.000.000.000 Rp710.883.000.000 Rp1.100.840.000.000
Asuransi - Rp20.360.387.000 Rp20.360.387.000 Rp20.360.387.000 Rp20.360.387.000 Rp20.360.387.000
Depresiasi - Rp2.170.617.000 Rp2.170.617.000 Rp2.170.617.000 Rp2.170.617.000 Rp2.170.617.000
Total Biaya - Rp1.983.953.143.100 Rp1.849.100.497.700 Rp2.062.059.095.500 Rp2.205.214.456.100 Rp2.865.615.602.800
Laba - Rp10.246.046.856.900 Rp8.972.959.502.300 Rp10.514.971.904.500 Rp11.269.573.543.900 Rp13.633.789.097.200
Pajak - Rp3.073.814.057.070 Rp2.691.887.850.690 Rp3.154.491.571.350 Rp3.380.872.063.170 Rp4.090.136.729.160
Laba Bersih - Rp7.172.232.799.830 Rp6.281.071.651.610 Rp7.360.480.333.150 Rp7.888.701.480.730 Rp9.543.652.368.040
Net Cash Flow-
Rp25.550.000.000.000 Rp7.174.403.416.830 Rp6.283.242.268.610 Rp7.362.650.950.150 Rp7.890.872.097.730 Rp9.545.822.985.040
B/C Ratio 1,23
Suku Bunga 0,15 Pay Back Period 4,35
IRR 23,18%
88
NPV Rp 31.472.442.158.710
89
90