askep sirosis hati

22
SIROSIS HATI Diusulkan oleh: SGD 1 Ketua Kelompok: I Gusti Bagus Jelantik Dharma Putra (1002105050/2010) Sekretaris: I Gusti Agung Novi Lindaswari (1002105038/2010) Anggota Kelompok: Komang Tri Budi Utami (1002105001/2010) I Gede Ardi Wiranata (1002105008/2010) I Gusti Ayu Anik Sutari (1002105028/2010) Kadek Dian Praptini (1002105029/2010) Lia Dwi Jayanti (1002105036/2010) Kadek Dwi Pradnya Iswari (1002105040/2010) Kadek Ratih Mentari (1002105041/2010) Putu Inge Ruth Suantika (1002105072/2010) Ayu Indah Carolina (1002105073/2010) UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011

Upload: yuktika-riyu

Post on 11-Aug-2015

262 views

Category:

Documents


15 download

TRANSCRIPT

Page 1: askep Sirosis Hati

SIROSIS HATI

Diusulkan oleh: SGD 1

Ketua Kelompok:

I Gusti Bagus Jelantik Dharma Putra (1002105050/2010)

Sekretaris:

I Gusti Agung Novi Lindaswari (1002105038/2010)

Anggota Kelompok:

Komang Tri Budi Utami (1002105001/2010)

I Gede Ardi Wiranata (1002105008/2010)

I Gusti Ayu Anik Sutari (1002105028/2010)

Kadek Dian Praptini (1002105029/2010)

Lia Dwi Jayanti (1002105036/2010)

Kadek Dwi Pradnya Iswari (1002105040/2010)

Kadek Ratih Mentari (1002105041/2010)

Putu Inge Ruth Suantika (1002105072/2010)

Ayu Indah Carolina (1002105073/2010)

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2011

Page 2: askep Sirosis Hati

Learning Task

Tn. H 45 th datang ke UGD RS sanglah dengan keluhan muntah darah dan BAB darah, perut terasa sebah

dan membesar (asites) BAK sperti air teh, klien adalah penderita sirosis hepatis, saat ini klien dirawat di

bangsal, terpasang NGT dan diprogram irigasi lambung setiap delapan jam serta lavament pagi dan

so...re, klien mengeluh pusing, mual dan badan terasa lemas, tanda vital : TD = 100/80 mmhg, N = 80

x/menit, s = 37,4 derajat C, RR = 20 x/menit, pemeriksaan lab yang abnormal adalah HB = 7,8 mg%,

albumin = 2,4 mg%, SGOT = 98 mg%, SGPT = 110 mg%, seluruh perawatan diri klien dibantu keluarga

dan perawat

1. Uraikan pengkajian keperawatan yang bisa dilakukan pada klien berdasarkan pola gordon, tambahkan

data yang belum ada dalam pengkajian sesuai dengan patofisiologi penyakit diatas!

2. Uraikan pemeriksaan fisik dan penunjang yang diperlukan klien, tambahkan diagnosa lain sesuai

dengan patofisiologi penyakit minimal 5 diagnosa!

3. Uraikan diagonsa keperawatan dan potensial komplikasi yang muncul pada klien, lengkap dengan

tujuan dan kriteria hasil.

Page 3: askep Sirosis Hati

Pembahasan

1. Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan adanya pembentukan

jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya proses peradangan nekrosis sel hati

yang luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. Distorsi arsitektur hati akan

menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro menjadi tidak teratur akibat penambahan

jaringan ikat dan nodul tersebut (Suzanne C. Smeltzer dan Brenda G. Bare, 2001).

Pengkajian Pola Gordon :

1. Persepsi Kesehatan

Dalam pola ini, yang di kaji adalah pengetahuan pasian terhadap penyakit yang diderita

pasien, dan kebiasaan pasien berobat pada saat sakit.

2. Pola Nutrisi dan Metabolik

Yang di kaji dalam pola ini meliput kebiasaan pasien dalam makan dan minum sehari-hari,

seberapa sering pasien makan dan minum dalam sehari, serta porsi makan dan minum dari

pasien pada saat sehat. Selain mengkaji kebiasaan makan dan minum di rumah, pola

makan dan minum pada saat di rawat di rumah sakit juga perlu di kaji karena dengan cara

mengkaji, perawat dapat mengetahui Berat Badan (BB) dari pasien karena berat badan

menggambarkan nutrisi yang di peroleh pasien. Serta yang perlu perawat ketahui adalah

apakah pasien mengalami anoreksia, mual, muntah, dll yang dapat merubah pola nutrisi

dan metabolic dari pasien.

3. Pola Eliminasi

Dalam pola eliminasi, pasien akan di kaji terkait dengan masalah BAB dan BAK. Pada kasus,

disebutkan bahwa pasien sirosis hati berwarna seperti air the dan pasien mengalami asites

(pembesaran pada abdomen).

4. Pola Aktivitas dan Latihan

Selama dirawat di rumah sakit, pasien dibantu dalam menjalankan segala aktivitasnya

karena terpasang NGT dan diprogram irigasi lambung. Sehingga pasien dibantu oleh

keluarga dan perawat dalam perawatan dirinya.

5. Pola Tidur dan Istirahat

Untuk mengkaji pasien dari pola ini, yang harus diperhatikan adalah apakah terdapat

gangguan pada pola tidur dan istirahat dari pasien. Berapa jam pasien tidur, bagaimana

Page 4: askep Sirosis Hati

gaya tidur dari pasien serta bagaimana perasaan pasien ketika bangun tidur juga perlu di

kaji dalam pola ini.

6. Pola Kognitif dan Perseptual (sensoris)

Yang dikaji dalam pola ini adalah bagaimana fungsi dari panca indera pada pasien.

Bagaimana pasien berkomunikasi, apakah terdapat gangguan pada pendengaran pasien,

dll.

7. Pola Persepsi dan Konsep Diri

Dalam pola ini, pasien akan dikaji terkait dengan citra diri, gambaran diri, identitas diri,

ideal diri, dan harga dirinya.

8. Peran dan Tanggung Jawab

Yang dikaji kepada pasien adalah apa peran pasien dalam keluarganya sebelum dan setelah

sakit. Ketika pasien sakit yang perlu perawat kaji adalah adakah orang lain yang

menggantikan peran pasien dalam keluarga.

9. Pola Reproduksi dan Seksual

Dari pola reproduksi dan seksual yang perlu perawat kaji mencakup jumlah anak yang di

miliki pasien. Selain hal tersebut, apakah pasien sudah mengalami menoupause (bagi

pasien wanita), ataupun impotensi (bagi pasien laki-laki), rontoknya rambut (dada, aksila,

pubis), dll.

10. Pola Koping dan Toleransi Stress

Pasien dalam pola ini akan dikaji terkait dengan masalah yang pernah pasien alami,

sehingga perawat dapat mengetahui bagaimana koping atau pertahanan dari pasien dalam

menghadapi masalah yang dihadapi.

11. Pola Nilai dan Keyakinan

Perawat disini akan mengkaji bagaimana pasien dalam menjalankan ibadah sesuai dengan

agamanya, mencakup seberapa teratur pasien sembahyang dan bagaimana keyakinan

pasien terhadap agamanya sebelum dirawat dirumah sakit. Selain itu perawat juga akan

mengkaji bagaimana ketaatan pasien dalam ibadah ketika dirawat dirumah sakit.

2. Pemeriksaan fisik

a. Kesadaran dan keadaan umum pasien

Perlu dikaji tingkat kesadaran pasien dari sadar – tidak sadar (compos mentis – coma) untuk

mengetahui berat ringannya prognosis penyakit pasien, kekacuan fungsi dari hepar salah

Page 5: askep Sirosis Hati

satunya membawa dampak yang tidak langsung terhadap penurunan kesadaran, salah satunya

dengan adanya anemia menyebabkan pasokan O2 ke jaringan kurang termasuk pada otak.

b. Tanda – tanda vital dan pemeriksaan fisik Kepala – kaki

Tekanan Darah, Nadi, Respirasi, Temperatur yang merupakan tolak ukur dari keadaan umum

pasien / kondisi pasien dan termasuk pemeriksaan dari kepala sampai kaki dan lebih focus pada

pemeriksaan organ seperti hati, abdomen, limpa dengan menggunakan prinsip-prinsip inspeksi,

auskultasi, palpasi, perkusi), disamping itu juga penimbangan BB dan pengukuran tinggi badan

dan LLA untuk mengetahui adanya penambahan BB karena retreksi cairan dalam tubuh

disamping juga untuk menentukan tingakat gangguan nutrisi yang terjadi, sehingga dapat

dihitung kebutuhan Nutrisi yang dibutuhkan.

1) Hati : perkiraan besar hati, bila ditemukan hati membesar tanda awal adanya cirosis hepatis,

tapi bila hati mengecil prognosis kurang baik, konsistensi biasanya kenyal/firm, pinggir hati

tumpul dan ada nyeri tekan pada perabaan hati. Sedangkan pada pasien Tn.MS ditemukan

adanya pembesaran walaupun minimal (USG hepar). Dan menunjukkan sirosis hati dengan

hipertensi portal.

2) Limpa: ada pembesaran limpa, dapat diukur dengan 2 cara :

- Schuffner, hati membesar ke medial dan ke bawah menuju umbilicus (S-I-IV) dan dari

umbilicus ke SIAS kanan (S V-VIII)

- Hacket, bila limpa membesar ke arah bawah saja.

Pada pasien Tn.MS ditemukan pembesaran limpa (USG) hal ini menunjukkan adanya kelainan

pada sistem asesori pencernaan.

3). Pada abdomen dan ekstra abdomen dapat diperhatikan adanya vena kolateral dan acites,

manifestasi diluar perut: perhatikan adanya spinder nevi pada tubuh bagian atas, bahu, leher,

dada, pinggang, caput medussae dan tubuh bagian bawah, perlunya diperhatikan adanya

eritema palmaris, ginekomastia dan atropi testis pada pria, bias juga ditemukan hemoroid.

Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan Laboratorium

1. Darah : dijumpai HB rendah, anemia normokrom normositer, hipokrom

mikrositer/hipokrom makrositer, anemia dapat dari akibat hipersplemisme dengan

leukopenia dan trombositopenia, kolesterol darah yang selalu rendah mempunyai

prognosis yang kurang baik.

Page 6: askep Sirosis Hati

2. Kenaikan kadar enzim transaminase – SGOT, SGPT bukan merupakan petunjuk berat

ringannya kerusakan paremkim hati, kenaikan kadar ini timbul dalam serum akibat kebocoran

dari sel yang rusak, pemeriksaan bilirubin, transaminase dan gamma GT tidak meningkat pada

sirosis inaktif.

3. Albumin akan merendah karena kemampuan sel hati yang kurang/berkurang, dan juga

globulin yang naik merupakan cerminan daya tahan sel hati yang kurang dan menghadapi

stress.

4. Pemeriksaan CHE (kolinesterase). Ini penting karena bila kadar CHE turun : kemampuan sel

hati turun, tapi bila CHE normal / tambah turun akan menunjukan prognasis jelek

5. Kadar elektrolit penting dalam penggunaan diuretic dan pembatasan garam dalam diet, bila

ensefalopati, kadar Na turun dari 4 meg/L menunjukan kemungkinan telah terjadi sindrom

hepatorenal.

6. Pemanjangan masa protrombin merupakan petunjuk adanya penurunan fungsi hati.

Pemberian vit K baik untuk menilai kemungkinan perdarahan baik dari varises esophagus, gusi

maupun epistaksis.

7. Pemeriksaan marker serologi seperti virus, HbsAg/HbsAb, HbcAg/ HbcAb, HBV DNA, HCV

RNA., untuk menentukan etiologi sirosis hati dan pemeriksaan AFP (alfa feto protein) penting

dalam menentukan apakah telah terjadi transpormasi kearah keganasan.

b. Pemeriksaan lainya

1) Radiologi , dengan barium swallow dapat dilihat varises esophagus untuk konfirmasi adanya

hipertensi portal

2) Esofaguskopi , varises esophagus sebagai akibat komplikasi cirosis hati.

3) Ultra sonografi , mengetahui secara lengkap fisik hati dan bentuk permukaan dan lain-lain.

4) Radiografi Gastro intestinal bagian atas dilakukan pemeriksaan secara berseri pada esofagus

atau gaster atau ulserasi duodenum.

5) Pemeriksaan angiografi untuk mengidentifikasi tempat perdarahan arteri yang nyata.

6) CT scan untuk membantu mendeteksi ascites kecil yang memberikan informasi tentang

volume dan karakter dari kumpulan cairan.

7) Radio isotof hati mengidentifikasi adanya massa pada hati.

8) Biopsi jaringan hati yang rusak, infiltrasi lemak dan fibrosis sel hati,mengidentifikasikan

adanya sirosis.Pemeriksaan ini juga untuk mendiagnosa adanya tumor ganas dan infeksi pada

hati.

Page 7: askep Sirosis Hati

Diagnosa yang muncul pada pasien antara lain :

a) Resiko cedera berhubungan dengan hipertensi portal, perubahan mekanisme pembekuan

dan gangguan dalam proses detoksifikasi obat.

b) Gangguan integritas kulit berdasarkan dengan perubahan sirkulasi, akumulasi garam di

kulit, menurunnya turgor kulit , adanya edema, asites.

c) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan asites dan pembentukan edema.

d) Sindrom defisit self care b/d kelemahan

3. Diagnosa yang muncul pada pasien antara lain :

a) Resiko cedera berhubungan dengan hipertensi portal, perubahan mekanisme pembekuan

dan gangguan dalam proses detoksifikasi obat.

b) Gangguan integritas kulit berdasarkan dengan perubahan sirkulasi, akumulasi garam di

kulit, menurunnya turgor kulit , adanya edema, asites.

c) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan asites dan pembentukan edema.

d) Sindrom defisit self care b/d kelemahan

e) PK : Anemia

f) PK : Hipoalbuminemia

Diagnosa

Keperawatan

Rencana Keperawatan

Tujuan dan Kriteria

Hasil

Intervensi Rasional

Gangguan

integritas kulit

yang

berhubungan

dengan

pembentukan

edema.

Tujuan:

Memperbaiki

integritas kulit dan

proteksi jaringan

yang mengalami

edema.

1. Batasi natrium seperti

yang diresepkan.

2. Berikan perhatian dan

perawatan yang cermat

pada kulit.

3. Balik dan ubah posisi

1. Meminimalkan

pembentukan edema.

2. Jaringan dan kulit yang

edematus

mengganggu suplai

nutrien dan sangat

Page 8: askep Sirosis Hati

Kriteria Hasil:

Memperlihatkan

turgor kulit yang

normal pada

ekstremitas dan

batang tubun.

Memperlihatkan

jaringan yang

normal tanpa

gejala eritema,

perubahan warna

atau peningkatan

suhu di daerah

tonjolan tulang.

Mengubah posisi

dengan sering.

pasien dengan sering.

4. Timbang berat badan

dan catat asupan serta

haluaran cairan setiap

hari.

5. Lakukan latihan gerak

secara pasif, tinggikan

ekstremitas edematus.

6. Letakkan bantalan busa

yang kecil dibawah

tumit, maleolus dan

tonjolan tulang lainnya.

rentan terhadap

tekanan serta trauma.

3. Meminimalkan tekanan

yang lama dan

meningkatkan

mobilisasi edema.

4. Memungkinkan

perkiraan status cairan

dan pemantauan

terhadap adanya

retensi serta

kehilangan cairan

dengan cara yang

paling baik.

5. Meningkatkan

mobilisasi edema.

6. Melindungi tonjolan

tulang dan

meminimalkan trauma

jika dilakukan dengan

benar.

Resiko cedera

berhubungan

dengan

hipertensi

portal,

perubahan

mekanisme

pembekuan dan

Tujuan: Pengurangan

resiko cedera

Kriteria Hasil:

Tidak

memperlihatkan

adanya

perdarahan yang

nyata dari traktus

1. Amati setiap feses yang

dieksresikan untuk

memeriksa warna,

konsistensi dan

jumlahnya.

2. Waspadai gejala ansietas,

rasa penuh pada

1. Memungkinkan

deteksi perdarahan

dalam traktus

gastrointestinal.

2. Dapat menunjukkan

tanda-tanda dini

Page 9: askep Sirosis Hati

gangguan

dalam proses

detoksifikasi

obat.

gastrointestinal.

Tidak

memperlihatkan

adanya

kegelisahan, rasa

penuh pada

epigastrium dan

indikator lain yang

menunjukkan

hemoragi serta

syok.

Memperlihatkan

hasil pemeriksaan

yang negatif untuk

perdarahan

tersembunyi

gastrointestinal.

Bebas dari daerah-

daerah yang

mengalami

ekimosis atau

pembentukan

hematom.

Memperlihatkan

tanda-tanda vital

yang normal.

Mempertahankan

istirahat dalam

keadaan tenang

epigastrium, kelemahan

dan kegelisahan.

3. Periksa setiap feses dan

muntahan untuk

mendeteksi darah yang

tersembunyi.

4. Amati manifestasi

hemoragi: ekimosis,

epitaksis, petekie dan

perdarahan gusi.

5. Catat tanda-tanda vital

dengan interval waktu

tertentu.

6. Jaga agar pasien tenang

dan membatasi

aktivitasnya.

7. Bantu dokter dalam

memasang kateter untuk

tamponade balon

esofagus.

8. Lakukan observasi selama

transfusi darah

dilaksanakan.

9. Ukur dan catat sifat,

waktu serta jumlah

muntahan.

perdarahan dan syok.

3. Mendeteksi tanda dini

yang membuktikan

adanya perdarahan.

4. Menunjukkan

perubahan pada

mekanisme

pembekuan darah.

5. Memberikan dasar

dan bukti adanya

hipovolemia dan

syok.

6. Meminimalkan resiko

perdarahan dan

mengejan.

7. Memudahkan insersi

kateter kontraumatik

untuk mengatasi

perdarahan dengan

segera pada pasien

yang cemas dan

melawan.

8. Memungkinkan

deteksi reaksi

transfusi (resiko ini

akan meningkat

dengan pelaksanaan

lebih dari satu kali

Page 10: askep Sirosis Hati

ketika terjadi

perdarahan aktif.

Mengenali

rasional untuk

melakukan

transfusi darah

dan tindakan guna

mengatasi

perdarahan.

Melakukan

tindakan untuk

mencegah trauma

(misalnya,

menggunakan

sikat gigi yang

lunak, membuang

ingus secara

perlahan-lahan,

menghindari

terbentur serta

terjatuh,

menghindari

mengejan pada

saat defekasi).

Tidak mengalami

efek samping

pemberian obat.

Menggunakan

semua obat

10. Pertahankan pasien

dalam keadaan puasa

jika diperlukan.

11. Berikan vitamin K seperti

yang diresepkan.

12. Dampingi pasien secara

terus menerus selama

episode perdarahan.

13. Tawarkan minuman

dingin lewat mulut ketika

perdarahan teratasi (bila

diinstruksikan).

14. Lakukan tindakan untuk

mencegah trauma :

a. Mempertahankan

lingkungan yang

aman.

b. Mendorong pasien

untuk membuang

ingus secara perlahan-

lahan.

c. Menyediakan sikat

gigi yang lunak dan

menghindari

penggunaan tusuk

gigi.

transfusi yang

diperlukan untuk

mengatasi

perdarahan aktif dari

varises esofagus)

9. Membantu

mengevaluasi taraf

perdarahan dan

kehilangan darah.

10. Mengurangi resiko

aspirasi isi lambung

dan meminimalkan

resiko trauma lebih

lanjut pada esofagus

dan lambung.

11. Meningkatkan

pembekuan dengan

memberikan vitamin

larut lemak yang

diperlukan untuk

mekanisme

pembekuan darah.

12. Menenangkan pasien

yang merasa cemas

dan memungkinkan

pemantauan serta

deteksi terhadap

kebutuhan pasien

Page 11: askep Sirosis Hati

seperti yang

diresepkan.

Mengenali

rasional untuk

melakukan

tindakan

penjagaan dengan

menggunakan

semua obat.

d. Mendorong konsumsi

makanan dengan

kandungan vitamin C

yang tinggi.

e. Melakukan kompres

dingin jika diperlukan.

f. Mencatat lokasi

tempat perdarahan.

g. Menggunakan jarum

kecil ketika

melakukan

penyuntikan.

15. Berikan obat dengan hati-

hati; pantau efek

samping pemberian

obat.

selanjutnya.

13. Mengurangi resiko

perdarahan lebih

lanjut dengan

meningkatkan

vasokontriksi

pembuluh darah

esofagus dan

lambung.

14. Meningkatkan

keamanan pasien.

a. Mengurangi resiko

trauma dan

perdarahan dengan

menghindari

cedera, terjatuh,

terpotong, dll.

b. Mengurangi resiko

epistaksis sekunder

akibat trauma dan

penurunan

pembekuan darah.

c. Mencegah trauma

pada mukosa oral

sementara higiene

oral yang baik

ditingkatkan.

d. Meningkatkan

Page 12: askep Sirosis Hati

proses

penyembuhan

e. Mengurangi

perdarahan ke

dalam jaringan

dengan

meningkatkan

vasokontriksi lokal.

f. Memungkinkan

deteksi tempat

perdarahan yang

baru dan

pemantauan

tempat perdarahan

sebelumnya.

g. Meminimalkan

perambesan dan

kehilangan darah

akibat penyuntikan

yang berkali-kali.

15. Mengurangi resiko

efek samping yang

terjadi sekunder

karena

ketidakmampuan hati

yang rusak untuk

melakukan

detoksifikasi

(memetabolisasi)

Page 13: askep Sirosis Hati

obat secara normal.

Kelebihan

volume cairan

berhubungan

dengan asites

dan

pembentukan

edema.

Tujuan: Pemulihan

kepada volume

cairan yang normal

Kriteria Hasil:

Mengikuti diet

rendah natrium

dan pembatasan

cairan seperti

yang

diinstruksikan.

Menggunakan

diuretik,

suplemen kalium

dan protein

sesuai indikasi

tanpa mengalami

efek samping.

Memperlihatkan

peningkatan

haluaran urine.

Memperlihatkan

pengecilan

lingkar perut.

Mengidentifikasi

rasional

pembatasan

natrium dan

cairan.

1. Batasi asupan natrium

dan cairan jika

diinstruksikan.

2. Berikan diuretik,

suplemen kalium dan

protein seperti yang

dipreskripsikan.

3. Catat asupan dan

haluaran cairan.

4. Ukur dan catat lingkar

perut setiap hari.

5. Jelaskan rasional

pembatasan natrium dan

cairan.

1. Meminimalkan

pembentukan asites

dan edema.

2. Meningkatkan

ekskresi cairan lewat

ginjal dan

mempertahankan

keseimbangan cairan

serta elektrolit yang

normal.

3. Menilai efektivitas

terapi dan kecukupan

asupan cairan.

4. Memantau

perubahan pada

pembentukan asites

dan penumpukan

cairan.

5. Meningkatkan

pemahaman dan

kerjasama pasien

dalam menjalani dan

melaksanakan

pembatasan cairan.

Page 14: askep Sirosis Hati

Sindrom defisit self care b/d kelemahan

Setelah dilakukan askep …. jam klien mampu Perawatan diri Self care :Activity Daly Living dengan kriteria :

Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari (makan, berpakaian, kebersihan, toileting, ambulasi)

Kebersihan diri pasien terpenuhi

Bantuan perawatan diri

Monitor kemampuan pasien terhadap perawatan diri

Monitor kebutuhan akan personal hygiene, berpakaian, toileting dan makan

Beri bantuan sampai klien mempunyai kemapuan untuk merawat diri

Bantu klien dalam memenuhi kebutuhannya.

Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari sesuai kemampuannya

Pertahankan aktivitas perawatan diri secara rutin

Evaluasi kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Berikan reinforcement atas usaha yang dilakukan.

No Diagnosa Tujuan/KH Intervensi

1.PK: Anemia perawat akan dapat

meminimalkan terjadinya komplikasi anemia :

Hb >/= 10 gr/dl.

Monitor tanda-tanda anemia

Anjurkan untuk meningkatkan asupan nutrisi klien

Page 15: askep Sirosis Hati

Konjungtiva tdk anemis

Kulit tidak pucat

Akral hangat

yg bergizi

Kolaborasi untuk pemeberian terapi initravena dan tranfusi darah

Kolaborasi kontrol Hb, HMT, Retic, status Fe

Observasi keadaan umum klien

2.PK : Hipoalbumin

Page 16: askep Sirosis Hati

DAFTAR PUSTAKA

Price, Sylvia A, Wilson, Lorraine M. 2003. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit

edisi 6 Volume 1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Sukmarini, Lestari. Asuhan Keperawatan Pasien dengan Sirosis Hati.

http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/aabda051e128510234c22ba05ac2a32f7402fe90.pdf

(diakses pada tanggal 22 Juni 2011)

Sunardi. Asuhan Keperawatan pasien dengan Sirosis Hati pada Tn. MS di ruang Irna B Lantai 4 kanan

RSCM.

http://nardinurses.files.wordpress.com/2008/01/asuhan-keperawatan-psien-dengan-serosis-hati2.pdf

(diakses pada tanggal 22 Juni 2011)