askep sirosis hepatis.docx
TRANSCRIPT
BAB I
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Sirosis hepatis adalah stadium akhir penyakit hati menahun dimana secara anatomis
didapatkan proses fibrosis dengan pembentukan nodul regenerasi dan nekrosis.
Sirosis hepatis adalah penyakit hati menahun yang ditandai dengan adanya
pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya proses
peradangan nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat, dan usaha regenerasi
nodul. Distorsi arsitektur hati akan menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro
menjadi tidak teratur akibat penambahan jaringan ikat dan nodul tersebut (Suzanne C.
Smeltzer dan Brenda G. Bare, 2001:1154).
Sirosis hepatis adalah penyakit kronik yang ditandai oleh distorsi sususnan hati
normal oleh pita-pita jaringan penyambung dan oleh nodul-nodul sel hati yang mengalami
regenerasi yang tidak berhubungan dengan susunan normal (Sylvia Anderson,2001:445).
B. Tipe Sirosis
Ada tiga tipe sirosis atau pembentukan parut dalam hati, yaitu:
1. Sirosis portal Laennec (alkoholik, nutrisional), dimana jaringan parut secara khas
mengelilingi daerah portal. Sirosis ini paling sering disebabkan oleh alkoholisme
kronis dan merupakan tipe sirosis yang paling sering ditemukan di negara Barat.
2. Sirosis poscanekrotik, dimana terdapat pita jaringan parut yang lebar sebagai akibat
lanjut dari hepatitis virus akut yang terjadi sebelumnya.
3. Sirosis bilier, dimana pembentukan jaringan parut terjadi dalam hati di sekitar saluran
empedu. Tipe ini biasanya terjadi akibat obstruksi bilier yang kronis dan infeksi
(kolangitis), insidensnya lebih rendah dari pada insidens sirosis Laennec dan sirosis
poscanekrotik.
C. Etiologi
Sirosis terjadi di hati sebagai respon terhadap cedera sel berulang dan reaksi
peradangan yang di timbulkan. Penyebab sirosis antara lain adalah infeksi misalnya
hepatitis dan obstruksi saluran empedu yang menyebabkan penimbunan empedu di
kanalikulus dan ruptur kanalikulus, atau cedera hepatosit akibat toksin.
Penyebab lain dari sirosis hepatis, yaitu:
1. Alkohol, suatu penyebab yang paling umum dari sirosis, terutama di daerah Barat.
Perkembangan sirosi tergantung pada jumlah dan keteraturan mengonsumsi alkohol.
Mengonsumsi alkohol pada tingkat-tingkat yang tinggi dan kronis dapat melukai sel-
sel hati.Alkohol menyebabkan suatu jajaran dari penyakit-penyakit hati, yaitu dari hati
berlemak yang sederhana dan tidak rumit (steatosis), ke hati berlemak yang lebih
serius dengan peradangan (steatohepatitis atau alcoholic hepatitis), ke
sirosis. Sirosis kriptogenik, disebabkan oleh(penyebab-penyebab yang tidak
teridentifikasi, misalnya untuk pencangkokan hati). Sirosis kriptogenik
dapat menyebabkan kerusakan hati yang progresif dan menjurus pada sirosis,
dandapat pula menjurus pada kanker hati.
2. Kelainan-kelainan genetik yang diturunkan/diwariskan berakibat pada akumulasi
unsur-unsur beracun dalam hati yang menjurus pada kerusakan jaringan dan sirosis.
Contohnyaakumulasi besi yang abnormal (hemochromatosis) atau tembaga (penyakit
Wilson). Pada hemochromatosis, pasien mewarisi suatu kecenderungan untuk
menyerap suatu jumlah besi yang berlebihan dari makanan.
3. Primary Biliary Cirrhosis (PBC) adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh
suatu kelainan dari sistem imun yang ditemukan pada sebagian besar wanita. Kelainan
imunitas pada PBC menyebabkan peradangan dan kerusakan yang kronis dari
pembuluh-pembuluh kecil empedu dalam hati. Pembuluh-pembuluh empedu adalah
jalan-jalan dalam hati yang dilalui empedu menuju ke usus. Empedu adalah suatu
cairan yang dihasilkan oleh hati yang mengandung unsur-unsur yang diperlukan untuk
pencernaan dan penyerapan lemak dalam usus serta produk-produk sisa, seperti
pigmen bilirubin (bilirubin dihasilkan dengan mengurai/memecah hemoglobin dari
sel-sel darah merah yang tua).
4. Primary Sclerosing Cholangitis (PSC) adalah suatu penyakit yang tidak umum yang
seringkali ditemukan pada pasien dengan radang usus besar. Pada PSC, pembuluh-
pembuluh empedu yang besar diluar hati menjadi meradang, menyempit, dan
terhalangi. Rintangan pada aliran empedu menjurus pada infeksi-infeksi pembuluh-
pembuluh empedu dan jaundice (kulit yang menguning) dan akhirnya menyebabkan
sirosis.
5. Hepatitis Autoimun adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh suatu kelainan
sistem imun yang ditemukan lebih umum pada wanita. Aktivitas imun yang abnormal
pada hepatitis autoimun menyebabkan peradangan dan penghancuran sel-sel
hati (hepatocytes) yang progresif dan akhirnya menjurus pada sirosis.
6. Bayi-bayi dapat dilahirkan tanpa pembuluh-pembuluh empedu (biliary
atresia) kekurangan enzim-enzim vital untuk mengontrol gula-gula yang menjurus
pada akumulasi gula-gula dan sirosis. Pada kejadian-kejadian yang jarang,
ketidakhadiran dari suatu enzim spesifik dapat menyebabkan sirosis dan luka parut
pada paru (kekurangan alpha 1 antitrypsin).
7. Penyebab-penyebab sirosis yang lebih tidak umum termasuk reaksi-reaksi yang
tidak umum pada beberapa obat-obatan dan paparan yang lama pada racun-racun, dan
juga gagal jantung kronis (cardiac cirrhosis). Pada bagian-bagian tertentu dari dunia
(terutama Afrika bagian utara), infeksi hati dengan suatu
parasit (schistosomiasis) adalah penyebab yang paling umum dari penyakit hati dan
sirosis.
D. Patofisiologi
Meskipun ada beberapa faktor yang terlibat dalam etiologi sirosis, mengonsumsi
minuman beralkohol dianggap sebagai faktor penyebab yang utama. Selain pada peminum
alkohol, penurunan asupan protein juga dapat menimbulkan kerusakan pada hati. Namun
demikian, sirosis juga pernah terjadi pada individu yang tidak memiliki kebiasaan minum dan
pada individu yang dietnya normal tapi dengan konsumsi alkohol yang tinggi.
Faktor lainnya termasuk pajanan zat kimia tertentu (karbon tetraklorida, naftalen,
terklorinasi, arsen atau fosfor) atau infeksi skistosomiastis yang menular. Jumlah laki-laki
penderita sirosis adalah dua kali lebih banyak dari pada wanita, dan mayoritas pasien sirosis
berusia 40 hingga 60 tahun.
Sirosis Laennec merupakan penyakit yang ditandai oleh episode nekrosis yang
melibatkan sel-sel hati dan kadang-kadang berulang di sepanjang perjalanan penyakit
tersebut. Sel-sel hati yang dihancurkan itu secara berangsur-angsur digantikan oleh jaringan
parut, akhirnya jumlah jaringan parut melampaui jumlah jaringan hati yang masih
berfungsi. Jaringan-jaringan normal yang masih tersisa dan jaringan hati hasil regenerasi
dapat menonjol dari bagian-bagian yang berkonstriksi sehingga hati yang sirotik
memperlihatkan gambaran mirip paku sol sepatu berkelapa besar dalam (hobnail appearance)
yang khas. Sirosis Hepatis biasanya memiliki awitan yang insidius dan perjalanan penyakit
yang sangat panjang sehingga kadang-kadang melewati rentang waktu 30 tahun atau lebih.
E. Manifestasi Klinik
Pembesaran Hati ( hepatomegali ). Pada awal perjalanan sirosis, hati cendrung
membesar dan sel-selnya dipenuhi oleh lemak. Hati tersebut menjadi keras dan memiliki tepi
tajam yang dapat diketahui melalui palpasi. Nyeri abdomen dapat terjadi sebagai akibat dari
pembesaran hati yang cepat sehingga mengakibatkan regangan pada selubung fibrosa hati
(kaosukalisoni). Pada perjalanan penyakit yang lebih lanjut, ukuran hati akan berkurang
setelah jaringan parut sehingga menyebabkan pengerutan jaringan hati.
Obstruksi Portal dan Asites. Manifestasi lanjut sebagian disebabkan oleh kegagalan
fungsi hati yang kronis dan sebagian lagi oleh obstruksi sirkulasi portal. Semua darah dari
organ-organ digestif akan berkumpul dalam vena portal dan dibawa ke hati. Cairan yang kaya
protein dan menumpuk di rongga peritoneal akan menyebabkan asites. Hal ini ditujukan
melalui perfusi akan adanya shifting dullness atau gelombang cairan. Jarring-jaring
telangiektasis atau dilatasi arteri superfisial menyebabkan jarring berwarna biru kemerahan,
yang sering dapat dilihat melalui inspeksi terhadap wajah dan seluruh tubuh.
Varises Gastroinstestinal. Obstruksi aliran darah lewat hati yang terjadi akibat
perubahanfibrotik yang mengakibatkan pembentukan pembuluh darah kolateral dalam sistem
gastrolintestinal dan pemintasan (shunting) darah dari pembuluh portal ke dalam pembulu
darah dengan tekanan yang lebih rendah.
Edema. Gejala lanjut lainnya pada sirosis hepatis ditimbulkan oleh gagal hati yang
kronis. Konsentrasi albumin plasma menurun sehingga menjadi predisposisi untuk terjadinya
edema. Produksi aldosteron yang berlebihan akan menyebabkan retensi natrium serta air dan
ekskresi kalium.
Defisiensi Vitamin dan Anemia. Kerena pembentukan, penggunaan, dan
penyimpanan vitamin tertentu yang tidak memadai (terutama vitamin A, C, dan K), maka
tanda-tanda defisiensi vitamin tersebut sering dijumpai khususnya sebagai fenomena
hemoragi yang berkaitan dengan defisiensi vitamin K. Gastritis kronis dan gangguan fungsi
gastrointestinal bersama-sama asupan diet yang tidak adekuat dan gangguan fungsi
hati akan menimbulkan anemia yang sering menyertai sirosis hepatis. Gejala anemia dan
status nutrisi serta kesehatan pasien yang buruk akan mengakibatkan kelelahan hebat yang
mengganggu kemampuan untuk melakukan aktivitas rutin sehari-hari.
Kemunduran mental. Manifestasi klinik lainnya adalah kemunduran fungsi mental
dengan ensefalopati. Karena itu, pemeriksaan neurologi perlu dilakukan pada sirosis
hepatis yang mencakup perilaku umum pasien, kemampuan kognitif, orientasi terhadap
waktu serta tempat, dan pola bicara.
Manifestasi lainnya pada sirosis hepatis, yaitu:
1. Mual-mual dan nafsu makan menurun
2. Cepat lelah
3. Kelemahan otot
4. Penurunan berat badan
5. Air kencing berwarna gelap
6. Kadang-kadang hati teraba keras
7. Ikterus, spider navi, erytema palmaris
8. Hematemesis, melena
F. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada srosi hepatis, yaitu:
1. Edema dan ascites
Karena efek gaya berat ketika berdiri atau duduk, maka kelebihan garam dan air
berakumulasidalam jaringan dibawah kulit pergelangan kaki dan kaki. Akumulasi cairan ini
disebut edema ataupitting edema (pitting edema merujuk pada fakta bahwa menekan sebuah
ujung jari dengan kuat pada suatu pergelangan atau kaki yang
mengalami edema akan menyebabkan suatu lekukan pada kulit yang berlangsung untuk
beberapa waktu setelah pelepasan dari tekanan). Ketika sirosis memburuk dan lebih banyak
garam dan air yang tertahan, cairan juga mungkin berakumulasi dalam rongga perut antara
dinding perut dan organ-organ perut. Akumulasi cairan ini disebut ascites yang menyebabkan
pembengkakkan perut, ketidaknyamanan perut, dan berat badan yang meningkat.
2. Spontaneous bacterial peritonitis (SBP)
Adalah suatu cairan yang mengumpul didalam perut yang tidak mampu untuk
melawan infeksi secara normal. SBP adalah suatu komplikasi yang mengancam nyawa. Pada
beberapa pasien penderita SBP tidak memiliki gejala-gejala, seperti demam, kedinginan, sakit
perut dan kelembutan perut, diare, dan memburuknya ascites.
3. Perdarahan dari Varices-Varices Kerongkongan (esophageal varices)
Adalah suatu keadaan dimana aliran darah meningkat, peningkatan tekanan vena pada
kerongkongan yang lebih bawah, dan mengembangnya lambung bagian atas. Perdarahan dari
varices-varices biasanya adalah parah/berat dan apabila tanpa perawatan segera dapat
menjadi fatal. Gejala-gejala dari perdarahan varices-varices adalah muntah darah (muntahan
dapat berupa darah merah bercampur dengan gumpalan-gumpalan atau “coffee grounds”,
yang belakangan disebabkan oleh efek dari asam pada darah), mengeluarkan tinja/feces yang
hitam, disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam darah ketika melewati usus (melena),
dan kepeningan orthostatic (orthostatic dizziness) atau pingsan,disebabkan oleh suatu
kemerosotan dalam tekanan darah terutama ketika berdiri dari suatu posisi berbaring).
4. Hepatic encephalopathy
Adalah suatu keadaan dimana unsure-unsur racun berakumulasi secara cukup dalam
darah sehingga fungsi dari otak menjadi terganggu. Tidur pada siang hari daripada pada
malam hari (berbanding terbalik dengan pola tidur yang normal) merupakan gejala yang
paling dini dari hepatic encephalopathy. Gejala-gejala lainnya adalah cepat marah,
ketidakmampuan untuk berkonsentrasi atau melakukan perhitungan, kehilangan memori,
kebingungan atau tingkat kesadaran yang tertekan (dapat mengakibatkan keparahan pada
penyakit ini bahkan dapat menimbulkan kematian).
5. Hepatorenal syndrome
Adalah suatu komplikasi yang serius dimana fungsi dari ginjal-ginjal berkurang.
Fungsi yang berkurang disebabkan oleh perubahan-perubahan cara darah mengalir melalui
ginjal. Hepatorenal syndrome didefinisikan sebagai kegagalan yang progresif dari ginjal-
ginjal untuk membersihkan unsur-unsur dari darah dan menghasilkan jumlah-jumlah urine
yang memadai. Ada dua tipe dari hepatorenal syndrome, yaitu yang terjadi secara berangsur-
angsur melalui waktu berbulan-bulan dan yang terjadi secara cepat melalui waktu dari satu
atau dua minggu.
6. Hepatopulmonary syndrome
Pasien dapat mengalami kesulitan bernapas karena hormon-hormon tertentu yang
dilepas pada sirosis telah berlanjut dan menyebabkan paru-paru berfungsi secara abnormal.
Darah yang mengalir melalui paru-paru dilangsir sekitar alveoli dan tidak dapat mengambil
cukup oksigen dari udara didalam alveoli. Akibatnya pasien mengalami sesak napas,
terutama dengan pengerahan tenaga.
7. Hypersplenism
Hypersplenism adalah istilah yang berhubungan dengan suatu jumlah sel darah
merah yang rendah (anemia), jumlah sel darah putih yang rendah (leucopenia), dan/atau
suatu jumlah platelet yang rendah (thrombocytopenia). Anemia dapat menyebabkan
kelemahan, leucopenia dapat menjurus pada infeksi-infeksi, dan thrombocytopenia dapat
mengganggu pembekuan darah dan berakibat pada perdarahan yang berkepanjangan (lama).
8. Kanker Hati (hepatocellular carcinoma)
Sirosis yang disebabkan oleh penyebab apa saja dapat meningkatkan risiko kanker
hati utama/primer (hepatocellular carcinoma). Utama (primer) merujuk pada fakta bahwa
tumor berasal dari hati. Suatu kanker hati sekunder adalah satu yang berasal dari mana saja
didalam tubuh dan menyebar (metastasis) ke hati.
G. Penatalaksanaan
Penatalaksaan pasien sirosis biasanya didasarkan pada gejala yang ada. Sebagai contoh,
antasid diberikan untuk mengurangi distress lambung dan meminimalkan kemungkinan
perdarahan gastrointestinal. Vitamin dan suplemen nutrisi akan meningkatkan proses
kesembuhan pada sel-sel hati yang rusak dan memperbaiki status gizi pasien. Pemberian
preparat diuretik yang mempertahankan kalium (spironolakton) mungkin diperlukan untuk
mengurangi asites dan meminimalkan perubahan cairan serta elektrolit yang umum terjadi
pada penggunaan jenis diuretik lainnya.
Penatalaksaan lainnya pada sirosis hepatis, yaitu:
a) Istirahat yang cukup sampai terdapat perbaikan ikterus, asites, dan demam.
b) Makanan tinggi kalori dan protein.
c) Mengatasi infeksi dengan antibiotik.
d) Memperbaiki keadaan gizi.
e) Roboransia. Vitamin B Kompleks yang cukup. Dilarang makan-makanan yang
mengandung alkohol.
Penatalaksanaan pada asites dan edema, yaitu:
a) Istirahat dan diet rendah garam.
b) Bila istirahat dan diet rendah garam tidak dapat diatasi, diberikan pengobatan
diuretik berupa spironolakton 50-100 mg/hari (awal) dan dapat ditingkatkan sampai
300 mg/hari bila setelah 3-4 hari tidak terdapat perubahan.
c) Bila terjadi asites refrakter (asites yang tidak dapat dikendalikan dengan terapi
medikamentosa yang intensif) lakukan terapi parasentesis.
d) Pengendalian cairan asites. Diharapkan terjadi penurunan berat badan 1kg/2 hari atau
keseimbangan cairan negative 600-800 ml/hari. Hati-hati bila cairan terlalu banyak
dikeluarkan dalam satu saat, dapat mencetus ensefalopati hepatik..
I. Pengobatan
1. Sirosis hepatis
Pengobatan untuk sirosis hepatis, yaitu:
a. Simtomatis.
b. Supportif, yaitu:
Istirahat yang cukup.
Pengaturan makanan yang cukup dan seimbang, misalnya: cukup kalori,
protein 1gr/kgBB/hari dan vitamin.
Pengobatan berdasarkan etiologi, misalnya pada sirosis hati akibat infeksi virus C
dapat dicoba dengan interferon. Sekarang telah dikembangkan perubahan strategi
terapi untukpasien dengan hepatitis C kronis yang belum pernah
mendapatkan pengobatan IFN (intraferon), seperti:
a) kombinasi IFN (intraferon) dengan ribavirin.
b) terapi induksi IFN (intraferon).
c) terapi dosis IFN tiap hari
Terapi kombinasi IFN (intraferon) dan RIB (Ribavirin) terdiri dari
IFN(intraferon) 3 juta unit 3 x seminggu dan RIB (ribavirin) 1000-2000
mg perhari tergantung berat badan(1000mg untuk berat badan kurang dari
75kg) yang diberikan untukjangka waktu 24-48 minggu.
Terapi induksi Interferon yaitu interferon diberikan dengan dosis yang
lebih tinggi dari 3 juta unit setiap hari untuk 2-4 minggu yang dilanjutkan
dengan 3 juta unit 3 x seminggu selama 48 minggudengan atau tanpa
kombinasiRIB
Terapi dosis interferon setiap hari. Dasar pemberian IFN dengan dosis 3
juta atau 5 juta unit tiap hari sampai HCV-RNA negatif di serum dan
jaringan hati.
c. Pengobatan yang spesifik dari sirosis hati akan diberikan jika telah terjadi komplikasi
seperti:
1. Asites.
2. Spontaneous bacterial peritonitis.
3. Hepatorenal syndrome.
4. Ensefalophaty hepatic
2. Asites
Asites dapat dikendalikan dengan terapi konservatif yang terdiri atas:
1) Istirahat.
2) Diet rendah garam: untuk asites ringan dicoba dulu dengan istirahat dan diet
rendah garam dan penderita dapat berobat jalan dan apabila gagal maka penderita
harus dirawat.
3) Diuretik, pemberian diuretic hanya bagi penderita yang telah menjalani diet
rendah garam dan pembatasan cairan namun penurunan berat badannya kurang
dari 1 kg setelah 4 hari. Mengingat salah satu komplikasi akibat pemberian
diuretic adalah hipokalem dan hal ini dapat mencetuskan encepalophaty hepatic,
maka pilihan utamadiuretic adalah spironolacton, dan dimulai dengan dosis
rendah, serta dapat dinaikkan dosisnya bertahap tiap 3-4 hari, apabila dengan
dosis maksimal diuresisnya belum tercapai maka dapat kita kombinasikan dengan
furosemid.
4) Terapi lain:
Spontaneus Bacterial Peritonitis (SBP), pengobatan SBP dengan
memberikan Cephalosporins Generasi III (Cefotaxime),secara parental selama
lima hari, atau Qinolon secara oral. Mengingat akan rekurennya tinggi maka
untuk Profilaxis dapat diberikan Norfloxacin (400mg/hari)selama 2-3 minggu.
Hepatorenal Sindrome, dicegah dengan menghindari pemberian diuretik
yang berlebihan, pengenalan secara dini setiap penyakit seperti gangguan
elekterolit, perdarahan dan infeksi. Penanganan secara konservatif dapat
dilakukan berupa: Ritriksi cairan,garam, potassium dan protein. Serta
menghentikan obat-obatan yang nefrotoxic.Pilihan terbaik adalah transplantasi
hati yang diikuti dengan perbaikan dan fungsi ginjal.
Perdarahan karena pecahnya Varises Esofagus, prinsip penanganan yang
utama adalah tindakan Resusitasi sampai keadaan pasien stabil, dalam keadaan
ini maka dilakukan:
Pasien diixstirahatkan daan dpuasakan.
Pemasangan IVFD berupa garam fisiologis dan kalau perlu transfusi.
Pemasangan Naso Gastric Tube, hal ini mempunyai banyak sekali
kegunaannya, yaitu:untuk mengetahui perdarahan, cooling dengan es,
pemberian obat-obatan, evaluasi darah.
Pemberian obat-obatan berupa antasida,ARH2,Antifibrinolitik,Vitamin K,
Vasopressin.
Octriotide dan Somatostatin
Ensefalopati Hepatik, nutrisi khusus hati akan menjaga kecukupan
kebutuhan protein dan mempertahankan kadar albumin darah tanpa
meningkatkan risiko terjadinya hiperamonia. Dengan nutrisi khusus ini
diharapkan status nutrisi penderita akan terjaga, mencegah memburuknya
penyakit hati, dan mencegah terjadinya ensefalopati hepatik sehingga kualitas
serta harapan hidup penderita juga akan membaik.
BAB II
Manajemen Asuhan Keperawatan
I. Informasi Umum
Nama : Tn. P
Tempat/tanggal lahir : Takengon, 31-12-1968
Jenis kelamin : laki-laki
Alamat : Bebesen
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tani
Status Kesehatan Sekarang
Keluhan Utama : pasien mengatakan nyeri dibagian abdomen kanan atas
Factor pencetus : pasien mengatakan saat makan, dan saat merubah posisinya
Lama keluhan : pasien mengeluh nyeri sejak tiga bulan yang lalu
Timbul keluhan : sering
Factor pencetus : anoroksia, fisik, dan saamerubah posisi
Diagnose medis : SIROSIS HEPATIS
Riwayat Kesehatan yang Lalu
a. Penyakit yang pernah dialami : pasien mengatakan pernah mengalami sakit lambung
b. Riwayat alergi : pasien mengatakan tidak pernah alergi terhadap obat
c. Imunisasi : pasien tidak pernah di imunisasi
d. Peggunaan obat-obatan sendiri : peasien pernah membeli obat di warung dan di apotik
e. Penggunaan obat-obat lain : -
Pola Nutrisi
a. Frekuensi makan : 2 sehari
b. Jenis makanan : nasi M II dan susu
c. Jenis makanan yang disukai : nasi M II dan susu
d. Jenis makanan yang tidak disukai: selain nasi M II dan susu
e. Makanan pantangan : tidak ada
f. Nafsu makan
( ) baik
( ) sedang, alas an : mual, muntah, sariawan, sakit menelan
( ) Kurang, alas an : mual, muntah dan sakit menelan
BB : 35Kg
TB : 150 Cm
Pola Eliminasi
BAB
Frekuensi Waktu (Pagi, Siang,
Sore/Malam
Warna/Bau Konsistensi
1x sehari Tidak teratur Kehitaman/khas padat
BAK
Frekuensi Warna Bau Jumlah
5x sehari The amoniak 575 cc
Istirahat dan Tidur
Waktu istirhat Siang Malam Lama tidur/hari Kebiasaan tidur
Siang dan malam 1 jam 4 jam 5 jam Tidak tentu
Kesulitan dalam tidur : ( ) menjelang tidur
( ) Sering mudah terbangun
( ) Merasa tidak puas saat bangun tidur
Pola Aktivitas Dalam Latihan
a. Kegiatan dalam pekerjaan : pasien tidak bisa bekerja saat ini karena kandisinya
sangat lemah
b. Olah raga, jenis frekuensi : pasien tidak pernah berolah raga karena kondisinya
Sangat lemah
c. Kegiatan waktu luang : pasien hanya bisa berbaring di tempat tidurnya
d. Kesulitan/keluahan dalam hal :
( ) pergerakan tubuh : pasien sanat lemah dan sulit untuk bergerak
( ) mandi : pasien hanya di seka-seka oleh keluarga
( ) mengenakan pakain : pakaian pasien dikenakan oleh keluarganya
( ) bersolek
( ) makan : pasien disuapi oleh keluarga
( ) mudah merasa kelelahan : kondisi pasien sangat lemah dan merasa lelah
( ) sesak nafas
Pola Pekerjaan
a. Jenis pekerjaan : Tani (berkebun)
b. Jumlah jam kerja : 8 jam perhari
c. Jadwal kerja : pagi-sore
d. Lain-lain : tidak ada
Riwayat Keluarga
Genogram
Keterangan
:Laki-laki :Perempuan
Aspek Psikologi
a. Persepsi Diri
Hal yang sangat dipikirkan saat ini : pasien cemas dengan keadaan penyakinya
Harapan setelah mengalami perawatan : pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan
keluar dari Rumah Sakit ini
Perubahan yang dirasakan seteleh sakit : pasien mengatakan belum merasa ada
perubahan selama perawatan di Rumah Sakit
ini
b. Pola Pikir Persepsi
Alat bantu yang digunakan : ( ) kaca mata ( ) alat bantu pendengaran
Kesulitan yang sering di alami : ( ) Pusing
( ) Menurunnya sensitifitas terhadap dingin dan panas
( ) Membaca/menulis
c. Suasana Hati : cemas dengan keadaanya
Rentang Perhatian : pasien kurang memperhatikan tempat tidurnya yang kotor
d. Hubungan/Komunikasi
Bicara ( ) Jelas Bahasa Utama : Indonesia
( ) Relevan Bahasa daerah : Jawa dan gayo
( ) Mampu Mengekspresikan
( ) Mampu Mengerti
Tempat tinggal ( ) Sendiri
( ) Bersama orang lain yaiu : Keluarga
Pengkajian Fisik
Kepala
Bentuk : Oval
Keluhan yang berhubungan : tidak ada keluhan di kepala
Rambut : kelihatan Kotor dan bau, lurus panjang
Mata
Bentuk : Simitris
Ukuran Pupil : Isokor kanan dan kiri
Rekasi cahaya : silau saat lampu dinyalakan dan gorden dibuka
Akomodasi : bisa melihat pada jarak yang jauh
Sclera : ikterik
Konjungtiva : anemis
Fungsi Penglihatan : normal
Tanda-tanda peradangan : tidak ditemukan tanda-tanda perdangan pada mata
Operasi : pasien belum pernah di operasi pada mata
Kaca mata : pasien tidak menggunakan kaca mata
Lensa kontak : pasien tidak menggunakan lensa kontak
Lain-lain (terangkan kelainanannya) : -
Hidung
Bentuk : Simitris
Tanda-tanda peradangan : tidak ditemukan tanda-tanda peradangan pada hidung
Reaksi alergi : pasien alergi pada debu
Polip : tidak ditemukan adanya polip
Sinus : tidak ditemukan adanya sinus
Peradarahan : tidak ada perdarahan pada hidung
Pernah mengalami Flu : pasien pernah mengalami flu
Frekuensi dalam setahun : 50 kali
Mulut dan tenggorakan
Gigi geligi : gigi pasien lengkap yantu 32 buah
Pemeriksaan gigi terkahir : pasien tidak pernah memeriksakan giginya
Kesulitan berbicara : pasien berbicara jelas dan tidak ada kesulitan
Alat bantu berbicara : pasien tidak memakai alat bantu berbicara
Kesulitan menelan : pasien kesulitan menelan karena tenggorakan kering
Tanda-tanda peradangan : tidak ada tanda-tanda peradangan
Faring : normal
Tanda-tanda peradangan : tidak ada tanda-tanda peradangan
Laring : normal
Tanda-tanda peradangan : tidak ada tanda-tanda peradangan
Telinga
Bentuk : simitris
Fungsi pendengaran : Pasien dapat mendengar dengan jelas saat saya ajak
Bicara
Tanda-tanda peradangan : tidak ada tanda-tanda peradangan
Alat bantu dengar : pasien tidak menggunakan alat bantu dengar
Tinnitus : tidak ada tinnitus
Perdarahan : tidak terdpat perdarahan
Pernafasan
Dada : simitris
Pergerkan : simitris
Nyeri tekan : nyeri tekan pada abdomen kanan atas
Frekuensi nafas : 26x/i
Penggunaan otot asesoris : pasien menggunakan otot asesoris saat bernafas
Sputum : tidak ada pruduksi sputum
Batuk : pasien menderita batuk
Suara : wheezing
Penggunaan alat bantu : tidak menggunakan alat bantu perafasan
Sirkulasi
Bunyi jantung : Lup-Dup
Nyeri dada : tidak ada nyeri pada dada
Tekanan darah : 90/50 mmHg
Irama denyut jantung : regular
Neurologis
Tingkat kesadaran : compos mentis
Status orientasi : pasien masih mengenal anak dan istrinya dan masih
ingat tempat tinggal dan tempat tidurnya
Abdomen/Pencernaan
Bentuk : simitris
Turgor Kulit : jelek, di tes dengan mencubit kulit dan tidak kembali
saat 1 menit
massa/cairan : ada
nyeri : ada pada abdomen kanan atas
bising usus : ada
Ekstremitas Atas
Bentuk : simitris
Rentang gerak : tangan kiri pasien susah untuk digerkan karena
terpasang infuse RL dan tangan kanan sangat lemah
reflex : pasien masih terasa saat saya pegang
Ekstremitas Bawah
Bentuk dan kekuatan : simitris dan lemah
Rentang gerak : pasien susah utnuk bergrak karena kondisi lemah
Reflek : kaki pasien masih terasa saat saya pegang
Genetalia
Kebersihan perineum : deficit
Peradangan : tidak ada peradangan
Pembesaran kelenjar : tidak ada pembesaran kelenjar
Hemoroid : tidak ada haemoroid
Eliminasi
Pola BAK
Frekuensi : 5x sehari
Inkontenensia : pasien tidak menderita inkotenensia
Retensi urine : pasien tidak menderita retensi urine
Karakter urin : warna teh dan bau khas urine
Nyeri rasa terbakar/kesulitan BAK : tidak ada nyeri saat BAK
Hematuria : tidak ada darah dalam urine
Peradangan : tidak ada peradangan
Jumlah urine : 125 cc
Data Laboratorium
Jenis pemeriksaan Hasil Nilai Normal
WBC 9.1 X 10/ul 3.9-10.4
RBC 4.55 X 10/ul 3.71-5.52
HGB 12.9 X 10/ul 10.9-16.7
HCT 46.4 g/dl 32.5-49.4
MCV 102.0 fl 82.5-98.0
MCH 28.4 Pg 26.1-32.8
MCHE 27.8 g/dl 30.7-35.9
PLT 337 X 10/ul 148-382
LYM % 31.0% 14.7-45.9
MXD% 6.9% 3.2-16.9
NEUT% 62.1% 46.4-76.9
RDW# 0.6 X 10/ul 0.2-1.2
RDW-SD 20.1 F 39.1-51.6
MPV 8.2 fl 8.5-13.3
GOLONGAN DARAH B
DATA USG
- Liver : ukuran membesar, permukaan kasar dan echo parenkim heterogen, tip tumpul
tidak tampak SOL, bile duct dan vascular interhepatik dalam batas normal
- GB, pancreas dan splem echo normal
- Kidney : ukuran normal, echocortex, medulla normal, tak tampak dilatsi peldocalyceal
system, tak tampak batu maupun massa
- VU, permukaan licin, dinding tak tampak echo maupun massa
- Cairan bebas cavum abdomen
Pengobatan/Terapi
Nama Obat Dosis Waktu Tujuan/Kegunaan Diminum
secara teratur
IVFD
- Nacl 0.9% 30 gtt/i
Injeksi
- Cefotaxxime
- Furosemide
- Ranitidine
1 gr
1 A
1 A
/12 jam
/12 jam
/12 jam
Antibiotic
Diuretic
Penetral asam
lambung
Oral
- Methiason
- Propanolol
3x1
2x5 mg
/8 jam
/12 jam
Vit hati
Relaksasi atau
mengurangi
debaran jantung
ANALISA DATA
N
O
DATA ETIOLOGI MASALAH
1 DS :
- Pasien mengatakan tidak nafsu
makan
- Pasien mengatakan susah menelan
karena tenggorakan kering
DO :
- Penurunan badan sebesar 30 %
SMRS BB : 55 Kg
MRS BB : 35 Kg
- Tonus otot lemah
- Ketidakseimbangan dalam
pemeriksaan nutrisi
- Perut klien tampak buncit
Penurunan intake
makanan, diet tidak
adekuat
Perubahan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
2 DS :
- Pasien mengatakan nyeri hebat
dibagian abdomen kanan atas
- Pasien selalu meminta untuk injeksi
anti nyeri
DO :
- Mimic wajah tmpak meringis
- Perilaku melindungi seperti
memegang abdomen
- Skala nyeri 4-7
Pembengkakan hepar Nyeri
3 DS :
- Pasien mengatakan tidak bisa tidur
karena merasa nyeri
- Pasien mengatakan tidak merasa
puas saat bangun tidur
DO :
- Terus-terusan terjaga
Fisiologis
penyakitnya
Gangguan pola tidur
- Peka terhadap rangsangan
- Tampak lingkaran hitam disekitar
mata
4 DS :
- Pasien mengatakan tidak mampu
untuk bergerak
DO :
- Pasien tampak hanya terbaring di
tempat tidur
- Pasien tampak lemah
- Perubahan tanda-tanda vital
TD : 90/50 mmHg
RR : 26x/i
N : 75 x/i
T : 360 c
Kelemahan dan tirah
baring lama
Gangguan aktivitas
PRIORITAS MASALAH
1. Nyeri berhubungan dengan pembengkakan hepar
2. Perubahan pola nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan
intake makanan, diet tidak adekuat
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan fisiologis penyakit
4. Gangguang aktivitas berhubungan dengan kelemahan, tirah baring lama
Perencanaan Keperawatan
No Diagnose Tujuan/ criteria Hasil
Intervensi Rasional
1 Nyeri berhubungan
dengan
pembengkakan
hepar ditandai
dengan Pasien
mengatakan nyeri
hebat dibagian
abdomen kanan
atas, Pasien selalu
meminta untuk
injeksi anti nyeri,
Mimic wajah tmpak
meringis, Perilaku
melindungi seperti
memegang
abdomen, Skala
nyeri 4-7
Tujuan :Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
2x24jam nyeri dapat
terkontrol dengan baik
Criteria Hasil:- Menunjukan nyeri
terkontrol
- Pasien
mengatakan tidak
ada lagi nyeri
dengan skala nyeri
0
- Kaji nyeri,
catat lokasi,
karakteristik
dan intensita
(skala 0-10)
- Dorong pasien
untuk
menyakan
masalah dan
mendengarkan
dengan aktif
masalah ini
- Beri tindakan
kenyamanan
- Bantu
melakukan
- Membantu
mengevaluasi
derajat
ketidaknyaman
an dan
keefektitfan
analgesic atau
dapat
menyatkan
terjadinya
komplikasi
- Menurunkan
ansietas dapat
meningkatkan
relaksasi
- mencegah
ketidaknymana
n, menurunkan
tegangan otot,
meningkatkan
relaksasi, dan
dapat
meningkatkan
koping
- menurunkan
kekakuan
latihan rentang
gerak dan
dorong
ambulasi dini
- Dorong
penggunaan
teknik
relaksasi
otot/sendi
- membantu
pasien untuk
istirahat lebih
efektif fan
memfokuskan
kembali
perhatian,
sehingga
menurunkan
nyeri
2 Perubahan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan
dengan Penurunan
intake makanan,
diet tidak adekuat di
tandai dengan
Pasien mengatakan
tidak nafsu makan,
Pasien mengatakan
susah menelan
karena tenggorakan
kering, Penurunan
badan sebesar 30 %,
Tonus otot lemah,
Ketidakseimbangan
dalam pemeriksaan
Tujuan :Setelah dilakukan perawatan selam 2 x 24 jam nafsu makan membaik dan peningkatan berat badan
Kriteria Hasil :- Berat badan naik
30%- Nafsu makan
membaik- Perut tidak tampak
buncit
- Kaji intake
diet, Ukur
pemasukan
diit, timbang
BB tiap
minggu.
- Anjurkan pasien untuk istirahat/bedrest
- Membantu
dalam
mengidentifika
si defisiensi
dan kebutuhan
diet. Kondisi
fisik umum,
gejala uremik
(mual, muntah,
anoreksia,dan
ganggguan
rasa)
- Dimungkinkan
dapat
mengurangi
dan
menstabilkan
kebutuhan
nutrisi, Perut klien
tampak buncit
- Berikan makanan sedikit dan sering sesuai dengan diet
- Tawarkan perawatan mulut (berkumur/gosok gigi) dengan larutan asetat 25 % sebelum makan. Berikan permen karet, penyegar mulut diantara makan.
- Identifikasi makanan yang disukai termasuk kebutuhan cultural.
nutrisi dan
mengurangi
tingkat energi
yang tidak
diperlukan.
- Meminimalkan
anoreksia dan
mual
sehubungan
dnegan status
uremik.
- Membran mukosa menjadi kering dan pecah. Perawatan mulut menyejukkan, dan membantu menyegarkan rasa mulut, yang sering tidak nyaman pada uremia dan pembatasan oral. Pencucian dengan asam asetat membantu menetralkan ammonia yang dibentuk oleh perubahan urea
- Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam perencanaan makan, maka dapat meningkatkan nafsu makan
pasien.3 Gangguan pola tidur
berhubungan
dengan fisiologis
penyakit
Ditandai dengan
Pasien mengatakan
tidak bisa tidur
karena merasa
nyeri, Pasien
mengatakan tidak
merasa puas saat
bangun tidur, Terus-
terusan terjaga,
Peka terhadap
rangsangan,
Tampak lingkaran
hitam disekitar mata
Tujuan :Seteleah perawatan 2x24 jam pasien dapat tidur dengan baik
Criteria Hasil- Pasien dapat
istirahat- Lingkaran hitam
di mata hilang- Tidak mudah
terbangun
- Evaluasi
tingkat stress
sesuai
perkembangan
hari demi hari
- Hindari
penggunaan
“pengikatan”
terus-menerus
- Lengkapi
jadwal tidur,
katakan pada
pasien bahwa
pada saat ini
adalah waktu
tidur
- Beri makanan
kecil sore hari,
susu hangat,
dan mandi
- Putar music
yang lembut
- Peningkatan
stress dapat
melanggar pola
tidur
- Risiko
gangguan
sensori,
meningkatkan
agitasi dan
hambat waktu
tidur
- Penguatan
bahwa saatnya
tidur dan
mempertahank
an kestabilan
lingkungan
- Meningkatkan
relaksasi dan
perasaan
mengantuk
- Menurunkan
stimulasi
sensori dengan
menghambat
suara-suara
lain
4 Gangguang aktivitas Tujuan: - Tingkatkan - Meningkatkan
berhubungan
dengan kelemahan,
tirah baring lama
ditandai dengan
Pasien mengatakan
tidak mampu untuk
bergerak, Pasien
tampak hanya
terbaring di tempat
tidur, Pasien tampak
lemah, Perubahan
tanda-tanda vital
TD : 90/50
mmHg
RR : 26x/i
N : 75 x/i
T : 360 c
Setelah perawatan 4x24 jam pasien dapat beraktivitas kembaliCriteria Hasil :- Mampu
beraktivitas dengan mandiri
- Peningkatan tanda-tanda vitalTD : 120/80 mmHgRR : 20 x/iT : 36.50CPols : 75 x/i
tirah baring,
berikan
lingkungan
tenang, batasi
pengunjung
sesuai
kebutuhan
- Catat
perubahan
mental tingkat
kesadaran
- Tawarkan diet
tinggi kalori,
tinggi protein
(TKTP).
- Motivasi
pasien untuk
melakukan
latihan yang
diselingi
istirahat
istirahat dan
ketenangan
- Perubahan
dapat
menunjukkan
penurunan
perfusi
jaringan
serebral
sekunder
terhadap
hipovolemia,
hipoksemi
- Memberikan
kalori bagi
tenaga dan
protein bagi
proses
penyembuhan
- Menghemat
tenaga pasien
sambil
mendorong
pasien untuk
melakukan
latihan dalam
- Motivasi dan bantu pasien untuk melakukan latihan dengan periode waktu yang ditingkatkan secara bertahap.
batas toleransi
pasien
- Memperbaiki
perasaan sehat
secara umum
dan percaya
diri.
Catatan Perkembangan
No. Dx
KepTgl/jam Implementasi Evaluasi
I
28 Jan 2014
Jam 08:00
Jam 08:30
Jam 09:00
Jam 09:30
Jam 10:00
- mengkaji nyeri, catat lokasi,
karakteristik dan intensitas (skala 0-
10)
- mendorong pasien untuk menyakan
masalah dan mendengarkan dengan
aktif masalah ini
- memberikan tindakan kenyamanan
(pijatan pada punggung dan ubah
posisi)
- membantu melakukan latihan rentang
gerak dan dorong ambulasi dini
- Dorong penggunaan teknik relaksasi
(bimbingan imajinasi, visualisasi)
S :
- Pasien
mengatakan
nyeri belum
terkontrol
O :
- Mimic wajah
pasien masih
meringis
- Skala nyeri 4-7
A : tujuan belum
tercapai
P : intervensi
dilanjutkan
II
Jam 10:30
Jam 11:00
Jam 11:30
Jam 12:00
Jam 13:00
- mengkaji intake diet, Ukur pemasukan
diit, timbang BB tiap minggu
- menganjurkan pasien untuk
istirahat/bedrest
- Memberikan makanan sedikit dan
sering sesuai dengan diet
- Menawarkan perawatan mulut
(berkumur/gosok gigi) dengan larutan
asetat 25 % sebelum makan. Berikan
permen karet, penyegar mulut diantara
makan.
- mengidentifikasi makanan yang
S : - Pasien
mengatakan masih belum nafsu untuk makan
O : - BB = 30 Kg- Perut pasien
masih tampak buncit
A: tujuan belum tercapai,
P : intervensi dilanjutkan.
disukai termasuk kebutuhan cultural.
III
29 Jan 2014
Jam 08:00
Jam 08:30
Jam 09:00
Jam 09:30
Jam 10:00
- mengevaluasi tingkat stress sesuai
perkembangan hari demi hari
- menghindari penggunaan “pengikatan”
terus-menerus
- melengkapi jadwal tidur, katakan pada
pasien bahwa pada saat ini adalah
waktu tidur
- memberikan makanan kecil sore hari,
susu hangat, dan mandi
- memutarkan music yang lembut
S :- Pasien
mengatakan belum bisa tidur dengan nyaman karena nyeri
O :- Pasien tampak
terjaga terus-terusan
- Lingkaran hitam pada mata masih tampak.
A : tujuan belum tercapai,
P : inttervensi dilanjutkan
IV
Jam 10:30
Jam 11:00
Jam 11:30
Jam 12:00
Jam 13:00,
- meningkatkan tirah baring, berikan
lingkungan tenang, batasi pengunjung
sesuai kebutuhan
- mencatat perubahan mental tingkat
kesadaran
- menawarkan diet tinggi kalori, tinggi
protein (TKTP).
- Motivasi pasien untuk melakukan
latihan yang diselingi istirahat
- memootivasi dan bantu pasien untuk
melakukan latihan dengan periode
waktu yang ditingkatkan secara
bertahap.
S:- pasien
mengatakan masih lemah dan sussah bergerak
O :- pasien tampak
terbaring lemah di tempat tidur
A :Tujuan belum tercapai
P : intervensi dilanjutkan
No. Dx
Kep
Tgl/jam Implementasi Evaluasi
I 30 Jan 2014
Jam 08:00
Jam 08:30
Jam 09:00
Jam 09:30
Jam 10:00
- mengkaji nyeri, catat lokasi,
karakteristik dan intensita (skala 0-10)
- mendorong pasien untuk menyakan
masalah dan mendengarkan dengan
aktif masalah ini
- memberikan tindakan kenyamanan
(pijatan pada punggung dan ubah
posisi)
- membantu melakukan latihan rentang
gerak dan dorong ambulasi dini
- Dorong penggunaan teknik relaksasi
(bimbingan imajinasi, visualisasi)
S :
- Pasien
mengatakan
nyeri terkontrol
O :
- Pasien Nampak
tenang
- Skala nyeri 0
- A : tujuan
tercapai
P : intervensi
dihentikan
II
Jam 10:30
Jam 11:00
Jam 11:30
Jam 12:00
Jam 13:00
- mengkaji intake diet, Ukur pemasukan
diit, timbang BB tiap minggu
- menganjurkan pasien untuk
istirahat/bedrest
- Memberikan makanan sedikit dan
sering sesuai dengan diet
- Menawarkan perawatan mulut
(berkumur/gosok gigi) dengan larutan
asetat 25 % sebelum makan. Berikan
permen karet, penyegar mulut diantara
makan.
- mengidentifikasi makanan yang
disukai termasuk kebutuhan cultural.
S : - Pasien
mengatakan masih sudah nafsu untuk makan
O : - BB = 40 Kg- Perut pasien
masih sudah kembali normal
A: tujuan tercapai
P : intervensi dihentikan
III 25 feb 2013
Jam 08:00 - mengevaluasi tingkat stress sesuai
perkembangan hari demi hari
S :- Pasien
mengatakan tidur nyenyak
Jam 08:30
Jam 09:00
Jam 09:30
Jam 10:00
- menghindari penggunaan “pengikatan”
terus-menerus
- melengkapi jadwal tidur, katakan pada
pasien bahwa pada saat ini adalah
waktu tidur
- memberikan makanan kecil sore hari,
susu hangat, dan mandi
- memutarkan music yang lembut
O :- Pasien tampak
tidur tenang
A : tujuan tercapai,
P : inttervensi dihentikan
IV
Jam 10:30
Jam 11:00
Jam 11:30
Jam 12:00
Jam 13:00,
- meningkatkan tirah baring, berikan
lingkungan tenang, batasi pengunjung
sesuai kebutuhan
- mencatat perubahan mental tingkat
kesadaran
- menawarkan diet tinggi kalori, tinggi
protein (TKTP).
- Motivasi pasien untuk melakukan
latihan yang diselingi istirahat
- memootivasi dan bantu pasien untuk
melakukan latihan dengan periode
waktu yang ditingkatkan secara
bertahap.
S:- pasien
mengatakan sudah bisa beraktivitas
O :- pasien tampak
bergerak bebas
A :Tujuan tercapai
P : intervensi dihentikan