askep in bab 1

61
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infertilitas (kemandulan) merupakan masalah kesehatan, dimana pasangan suami istri tidak mengetahui kalau pasangannya mengalami infertilitas dan penyebab terjadinya infertilitas. Infertilitas ini membutuhkan perhatian di seluruh dunia maupun di Indonesia, karena banyaknya pasangan infertil di Indonesia khususnya pada wanita yang pernah kawin tapi tidak mempunyai anak. Sedangkan di negara-negara maju seperti Amerika, Jepang ditemukan kasus infertil baik dari laki-laki maupun perempuan sekitar 80% jumlah pasangan infertil diperoleh ± 400 juta pasangan (Siswono, 2003). Faktor-faktor organik/psikologi merupakan penyebab terjadinya infertilitas karena kekakuan yang berlebihan (emotion stress) dapat juga menurunkan kesuburan wanita. Selain itu pendapat umum mengatakan bahwa ketegangan jiwa/kecemasan dapat menyebabkan 1

Upload: ayi-da-vincie

Post on 01-Feb-2016

14 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

bab 1 infertil

TRANSCRIPT

Page 1: askep in bab 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Infertilitas (kemandulan) merupakan masalah kesehatan, dimana pasangan

suami istri tidak mengetahui kalau pasangannya mengalami infertilitas dan

penyebab terjadinya infertilitas. Infertilitas ini membutuhkan perhatian di seluruh

dunia maupun di Indonesia, karena banyaknya pasangan infertil di Indonesia

khususnya pada wanita yang pernah kawin tapi tidak mempunyai anak. Sedangkan

di negara-negara maju seperti Amerika, Jepang ditemukan kasus infertil baik dari

laki-laki maupun perempuan sekitar 80% jumlah pasangan infertil diperoleh ± 400

juta pasangan (Siswono, 2003).

Faktor-faktor organik/psikologi merupakan penyebab terjadinya infertilitas

karena kekakuan yang berlebihan (emotion stress) dapat juga menurunkan

kesuburan wanita. Selain itu pendapat umum mengatakan bahwa ketegangan

jiwa/kecemasan dapat menyebabkan spasmus di daerah antara uterus dan tuba

(utero-tubal junction). Di negara Jugoslavia ditemukan 678 kasus dengan keluhan

sterilias, 544 kasus (81,6%) disebabkan oleh kelainan organik, dan 124 kasus

(18,4%) disebabkan oleh faktor penanggulangan infertilitas dan subfertilitas yang

mempunyai kadar psikologi sebaiknya dilakukan dengan pendidikan psikologi

(Prawirohardjo, 2003).

Saat ini diketahui diketahui bahwa sekitar 10% pasangan usia subur yang

telah menikah menderita infertilitas primer, 10% lainnya mengalami infertilitas

sekunder, yaitu ketidakberhasilan untuk hamil lagi setelah mempunyai satu atau

1

Page 2: askep in bab 1

dua anak. Dalam masalah infertilitas pasangan ini, diketahui bahwa 64%

penyebabnya datang dari pihak istri, yaitu 15% karena tuba, 21% karena ovulasi,

8% karena endometrosis, 8% karena masalah vagina, serviks, korpus dan

endometrium, 8% psikogenetik, dan 15-20% penyebabnya tidak diketahui

(idiopatik), 16% penyebab yang multifaktorial dari suami maupun istri (Henderson,

2006).

Menurut Worlth Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa jumlah

pasangan infertilitas sebanyak 36% diakibatkan adanya kelainan pada si ayah,

sedangkan 64% berada pada si ibu. Halini di alami 17% pasangan yang sudah

menikah lebih dari 2 tahun belum mengelami tanda-tanda kehamilan bahkan sama

sekali pernah hamil. Beberapa daerah di Indonesia, wanita seringkali disalahkan

menjadi penyebab infertilitas yang tidak bisa hamil. Padahal, masalah infertilitas

dapat berasal dari pihak laki-laki, perempuan ataupun interaksi keduanya. Menurut

penelitian PERSI di Jakarta, 36% infertilitas diakibatkan adanya kelainan pada si

ayah, sedangkan 64% ada pada si ibu.

Pada tahun 1985 diperoleh data jumlah infertilitas di Indonesia sebanyak

12% pasangan, jumlah ini sama dengan 3 juta pasangan menikah, dari jumlah

tersebut 10% mengalami infertilitas primer, atau belum terjadi kehamilan walaupun

pasangan tersebut mengalami bersenggama teratur dan dihadapkan pada

kemungkinan kehamilan selama 12 bulan berturut-turut. 10% lainnya akibat

infertilitas primer, atau belum berhasil lagi untuk hamil, umumnya 32,7% hamil

dalam satu bulan 57% hamil dalam 3 bulan, 72,1% hamil dalam waktu 6 bulan,

85% dalam 12 bulan, dan 93,4% dalam 24 bulan (Robert, 2003).

2

Page 3: askep in bab 1

1.2  Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan umum

Mengetahui tentang konsep asuhan keperawatan klien dengan infertilitas dan

memahami konsep medisnya.

1.2.2 Tujuan khusus

1. Mengetahui pengertian dari infertilitas

2. Mengetahui klasifikasi dari infertilitas

3. Mengetahui etiologi dari infertilitas

4. Mengetahui patofisiologi dari infertilitas

5. Mengetahui manifestasi klinis dari infertilitas

6. Mengetahui syarat-syarat pemeriksaan infertilitas

7. Mengetahui pemeriksaan diagnostik dari infertilitas

8. Mengetahui penatalaksanaan dari infertilitas

9. Mengetahui pengobatan dari infertilitas

10.Mengetahui konsep asuhan keperawatan klien dengan infertiitas

3

Page 4: askep in bab 1

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Infertilitas

2.1   Pengertian

Infertilitas merupakan suatu ketidakmampuan pasangan untuk mencapai

kehamilan setelah 1 tahun hubungan seksual tanpa pelindung (Keperawatan

Medikal Bedah).

Infertilitas (pasangan mandul) adalah pasangan suami istri yang telah

menikah selama satu tahun dan sudah melakukan hubungan seksual tanpa

menggunakan alat kontrasepsi, tetapi belum memiliki anak. (Sarwono, 2000).

Infertilitas berarti melaksanakan tugas dan upaya selama 1 tahun belum

berhasil hamil dengan situasi rumah tangga normal (Manuaba, 2001).

Definisi tradisional gangguan fertilitas adalah ketidakmampuan untuk

mengandung setelah sekurang-kurangnya satu tahun melakukan hubungan seksual

tanpa perlindungan (Bobak, 2006).

2.2  Klasifikasi Infertilitas

Infertilitas terdiri dari 2 macam, yaitu :

1) Infertilitas primer yaitu jika perempuan belum berhasil hamil walaupun koitus

teratur dan di hadapkan kepada kemungkinan selama 12 bulan berturut-turut.

2) Infertilitas sekunder yaitu jika perempuan pernah hamil, akan tetapi kemudian

tidak berhasil hamil lagu walaupun koitus teratur dan di hadapkan pada

kemungkinan kehamilan selama 12 bulan berturut-turut.

4

Page 5: askep in bab 1

2.3  Etiologi Infertilitas

1) Penyebab infertilitas pada perempuan (istri)

a. Faktor penyakit

1. Endometriosis

Endometriosis adalah jaringan endometrium yang semestinya

berada di lapisan paling dalam rahim (lapisan endometrium) terletak dan

tumbuh di tempat lain. Endometriosis bisa terletak di lapisan tengah

dinding rahim (lapisan myometrium) yang disebut juga adenomyosis, atau

bisa juga terletak di indung telur, saluran telur, atau bahkan dalam rongga

perut. Gejala umum penyakit endometriosis adalah nyeri yang sangat pada

daerah panggul terutama pada saat haid dan berhubungan intim, serta tentu

saja infertilitas.

2. Infeksi Panggul

Infeksi panggul adalah suatu kumpulan penyakit pada saluran

reproduksi wanita bagian atas, meliputi radang pada rahim, saluran telur,

indung telur, atau dinding dalam panggul. Gejala umum infeksi panggul

adalah: nyeri pada daerah pusar ke bawah (pada sisi kanan dan kiri), nyeri

pada awal haid, mual, nyeri saat berkemih, demam, dan keputihan dengan

cairan yang kental atau berbau.

Infeksi panggul memburuk akibat haid, hubungan seksual, aktivitas

fisik yang berat, pemeriksaan panggul, dan pemasangan AKDR (alat

kontrasepsi dalam rahim, misalnya: spiral).

5

Page 6: askep in bab 1

3. Mioma Uteri

Mioma uteri adalah tumor (tumor jinak) atau pembesaran jaringan

otot yang ada di rahim. Tergantung dari lokasinya, mioma dapat terletak di

lapisan luar, lapisan tengah, atau lapisan dalam rahim. Biasanya mioma

uteri yang sering menimbulkan infertilitas adalah mioma uteri yang

terletak di lapisan dalam (lapisan endometrium).

Mioma uteri biasanya tidak bergejala. Mioma aktif saat wanita

dalam usia reproduksi sehingga saat menopause mioma uteri akan

mengecil atau sembuh.

4. Polip

Polip adalah suatu jaringan yang membesar dan menjulur yang

biasanya diakibatkan oleh mioma uteri yang membesar dan teremas-

remas oleh kontraksi rahim. Polip dapat menjulur keluar ke vagina. Polip

menyebabkan pertemuan sperma-sel telur dan lingkungan uterus

terganggu, sehingga bakal janin akan susah tumbuh.

5. Kista

Kista adalah suatu kantong tertutup yang dilapisi oleh selaput

(membran) yang tumbuh tidak normal di rongga maupun struktur tubuh

manusia. Terdapat berbagai macam jenis kista, dan pengaruhnya yang

berbeda terhadap kesuburan. Hal penting lainnya adalah mengenai

ukuran kista. Tidak semua kista harus dioperasi mengingat ukuran juga

6

Page 7: askep in bab 1

menjadi standar untuk tindakan operasi. Jenis kista yang paling sering

menyebabkan infertilitas adalah sindrom ovarium polikistik.

Penyakit tersebut ditandai amenore (tidak haid), hirsutism

(pertumbuhan rambut yang berlebihan, dapat terdistribusi normal

maupun tidak normal), obesitas, infertilitas, dan pembesaran indung

telur. Penyakit ini disebabkan tidak seimbangnya hormon yang

mempengaruhi reproduksi wanita.

6. Saluran Telur yang Tersumbat

Saluran telur yang tersumbat menyebabkan sperma tidak bisa

bertemu dengan sel telur sehingga pembuahan tidak terjadi alias tidak

terjadi kehamilan. Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui

saluran telur yang tersumbat adalah dengan HSG (Hystero Salpingo

Graphy), yaitu semacam pemeriksaan rontgen (sinar X) untuk melihat

rahim dan saluran telur.

7.  Sel Telur

Kelainan pada sel telur dapat mengakibatkan infertilitas yang

umumnya merupakan manifestasi dari gangguan proses pelepasan sel telur

(ovulasi). Delapan puluh persen penyebab gangguan ovulasi adalah

sindrom ovarium polikistik. Gangguan ovulasi biasanya direfleksikan

dengan gangguan haid. Haid yang normal memiliki siklus antara 26-35

hari, dengan jumlah darah haid 80 cc dan lama haid antara 3-7 hari. Bila

haid pada seorang wanita terjadi di luar itu semua, maka sebaiknya untuk

periksa ke dokter.

7

Page 8: askep in bab 1

b. Faktor fungsional

-  Gangguan system hormonal wanita dan dapat di sertai kelainan bawaan

(immunologis)

Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu, maka tubuh ibu

memberikan reaksi sebagai respon terhadap benda asing. Reaksi ini dapat

menyebabkan abortus spontan pada wanita hamil.

- Gangguan pada pelepasan sel telur (ovulasi)

Ovulasi atau proses pengeluaran sel telur dari ovarium terganggu jika

terjadi gangguan hormonal. Salah satunya adalah polikistik. Gangguan ini

diketahui sebagai salah satu penyebab utama kegagalan proses ovulasi yang

normal.

Ovarium polikistik disebabkan oleh kadar hormon androgen yang tinggi dalam

darah. Kadar androgen yang berlebihan ini mengganggu hormon FSH (Follicle

Stimulating Hormone) dalam darah. Gangguan kadar hormon FSH ini akan

mengkibatkan folikel sel telur tidak bisa berkembang dengan baik, sehingga

pada gilirannya ovulasi juga akan terganggu.

-  Gangguan pada leher rahim, uterus (rahim) dan Tuba fallopi (saluran

telur)

Dalam keadaan normal, pada leher rahim terdapat lendir yang dapat

memperlancar perjalanan sperma. Jika produksi lendir terganggu, maka

perjalanan sperma akan terhambat. Sedangkan jika dalam rahim, yang berperan

8

Page 9: askep in bab 1

adalah gerakan di dalam rahim yang mendorong sperma bertemu dengan sel

telur matang. Jika gerakan rahim terganggu, (akibat kekurangan hormon

prostaglandin) maka gerakan sperma melambat. Terakhir adalah gangguan pada

saluran telur. Di dalam saluran inilah sel telur bertemu dengan sel sperma. Jika

terjadi penyumbatan di dalam saluran telur, maka sperma tidak bisa membuahi

sel telur. Sumbatan tersebut biasanya disebabkan oleh penyakit salpingitis,

radang pada panggul (Pelvic Inflammatory Disease) atau penyakit infeksi yang

disebabkan oleh jamur klamidia.

Kelainan pada uterus, misalnya diakibatkan oleh malformasi uterus yang

mengganggu pertumbuhan fetus, mioma uteri dan adhesi uterus yang

menyebabkan terjadinya gangguan suplai darah untuk perkembangan fetus dan

akhirnya terjadi abortus berulang. Kelainan tuba falopii akibat infeksi yang

mengakibatkan adhesi tuba falopii dan terjadi obstruksi sehingga ovum dan

sperma tidak dapat bertemu.

- Gangguan implantasi hasil konsepsi dalam Rahim

Setelah sel telur dibuahi oleh sperma dan seterusnya berkembang

menjadi embrio, selanjutnya terjadi proses nidasi (penempelan) pada

endometrium. Perempuan yang memiliki kadar hormon progesteron rendah,

cenderung mengalami gangguan pembuahan. Diduga hal ini disebabkan oleh

antara lain karena struktur jaringan endometrium tidak dapat menghasilkan

hormon progesteron yang memadai

c.  Lingkungan

9

Page 10: askep in bab 1

Paparan radiasi dalam dosis tinggi, asap rokok, gas ananstesi, zat kimia, dan

pestisida dapat menyebabkan toxic pada seluruh bagian tubuh termasuk organ

reproduksi yang akan mempengaruhi kesuburan.

2)  Penyebab pada laki-laki (suami)

a.  Kelainan pada alat kelamin

- Hipospadia yaitu muara saluran kencing letaknya abnormal, antara lain pada

permukaan testis

- Ejakulasi retrograd yaitu ejakulasi dimana air mani masuk kedalam kandung

kemih

-Varikokel yaitu suatu keadaan dimana pembuluh darah menuju bauh zakar terlalu

besar, sehingga jumlah dan kemampuan gerak spermatozoa berkurang yang

berarti mengurangi kemampuannya untuk menimbulkan kehamilan

-  Testis tidak turun dapat terjadi karena testis atrofi sehingga tidak turun

b. Kegagalan fungsional

- Kemampuan ereksi kurang

- Kelainan pembentukan spermatozoa

- Gangguan pada sperma

c. Gangguan di daerah sebelum testis (pretesticular)

Gangguan biasanya terjadi pada bagian otak, yaitu hipofisis yang bertugas

mengeluarkan hormon FSH dan LH. Kedua hormon tersebut mempengaruhi testis

dalam menghasilkan hormon testosteron, akibatnya produksi sperma dapat

terganggu serta mempengaruhi spermatogenesis dan keabnormalan semen Terapi

yang bisa dilakukan untuk peningkatan testosterone adalah dengan terapi hormon.

10

Page 11: askep in bab 1

d.  Gangguan di daerah testis (testicular)

Kerja testis dapat terganggu bila terkena trauma pukulan, gangguan fisik,

atau infeksi. Bisa juga terjadi, selama pubertas testis tidak berkembang dengan

baik, sehingga produksi sperma menjadi terganggu. Dalam proses produksi, testis

sebagai “pabrik” sperma membutuhkan suhu yang lebih dingin daripada suhu

tubuh, yaitu 34–35 °C, sedangkan suhu tubuh normal 36,5–37,5 °C. Bila suhu

tubuh terus-menerus naik 2–3 °C saja, proses pembentukan sperma dapat

terganggu.

e.  Gangguan di daerah setelah testis (posttesticular)

Gangguan terjadi di saluran sperma sehingga sperma tidak dapat

disalurkan dengan lancar, biasanya karena salurannya buntu. Penyebabnya bisa

jadi bawaan sejak lahir, terkena infeksi penyakit seperti tuberkulosis (Tb), serta

vasektomi yang memang disengaja.

f.  Tidak adanya semen

Semen adalah cairan yang mengantarkan sperma dari penis menuju vagina.

Bila tidak ada semen maka sperma tidak terangkut (tidak ada ejakulasi). Kondisi

ini biasanya disebabkan penyakit atau kecelakaan yang memengaruhi tulang

belakang.

g.  Kurangnya hormon testosterone

Kekurangan hormon ini dapat mempengaruhi kemampuan testis dalam

memproduksi sperma.

h.  Lingkungan

Pada lingkungan yang sering terkena paparan Radiasi dan obat-obatan anti kanker.

11

Page 12: askep in bab 1

3) Penyebab pada suami dan istri

a.  Gangguan pada hubungan seksual

Kesalahan teknik sanggama dapat menyebabkan penetrasi tak sempurna ke

vagina, impotensi, ejakulasi prekoks, vaginismus, kegagalan ejakulasi, dan kelainan

anatomik seperti hipospadia, epispadia, penyakit Peyronie.

b.  Factor psikologis antara kedua pasangan (suami dan istri)

1)  Masalah tertekan karena sosial ekonomi belum stabil

2)  Masalah dalam pendidikan

3)   Emosi karena didahului orang lain hamil

2.4  Patofisiologi

1)  Perempuan

Beberapa penyebab dari gangguan infertilitas dari wanita diantaranya

gangguan stimulasi hipofisis hipotalamus yang mengakibatkan pembentukan FSH

dan LH tidak adekuat sehingga terjadi gangguan dalam pembentukan folikel di

ovarium.

Penyebab lain yaitu radiasi dan toksik yng mengakibatkan gangguan

pada ovulasi. Gangguan bentuk anatomi sistem reproduksi juga penyebab mayor

dari infertilitas, diantaranya cidera tuba dan perlekatan tuba sehingga ovum tidak

dapat lewat dan tidak terjadi fertilisasi dari ovum dan sperma. Kelainan bentuk

uterus menyebabkan hasil konsepsi tidak berkembang normal walapun

sebelumnya terjadi fertilisasi. Abnormalitas ovarium, mempengaruhi

12

Page 13: askep in bab 1

pembentukan folikel. Abnormalitas servik mempegaruhi proses pemasukan

sperma.

Faktor lain yang mempengaruhi infertilitas adalah aberasi genetik yang

menyebabkan kromosom seks tidak lengkap sehingga organ genitalia tidak

berkembang dengan baik. 

Beberapa infeksi menyebabkan infertilitas dengan melibatkan reaksi

imun sehingga terjadi gangguan interaksi sperma sehingga sperma tidak bisa

bertahan, infeksi juga menyebebkan inflamasi berlanjut perlekatan yang pada

akhirnya menimbulkan gangguan implantasi zigot yang berujung pada abortus.

2)  Laki-laki

Abnormalitas androgen dan testosteron diawali dengan disfungsi

hipotalamus dan hipofisis yang mengakibatkan kelainan status fungsional testis.

Gaya hidup memberikan peran yang besar dalam mempengaruhi infertilitas

dinataranya merokok, penggunaan obat-obatan dan zat adiktif yang berdampak

pada abnormalitas sperma dan penurunan libido. Konsumsi alkohol

mempengaruhi masalah ereksi yang mengakibatkan berkurangnya pancaran

sperma. Suhu disekitar areal testis juga mempengaruhi abnormalitas

spermatogenesis. Terjadinya ejakulasi retrograt misalnya akibat pembedahan

sehingga menyebebkan sperma masuk ke vesika urinaria yang mengakibatkan

komposisi sperma terganggu.

2.5 Manifestasi Klinis

1)  Perempuan

- Terjadi kelainan system endokrin

13

Page 14: askep in bab 1

-  Hipominore dan amenore

- Diikuti dengan perkembangan seks sekunder yang tidak adekuat menunjukkan

masalah pada aksis ovarium hipotalamus hipofisis atau aberasi genetik

- Wanita dengan sindrom turner biasanya pendek, memiliki payudara yang tidak

berkembang,dan gonatnya abnormal

- Wanita infertil dapat memiliki uterus

- Motilitas tuba dan ujung fimbrienya dapat menurun atau hilang akibat infeksi,

adhesi, atau tumor

- Traktus reproduksi internal yang abnormal

2) Laki-laki

- Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan reproduksi (panas,

radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi)

- Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin tertentu

Riwayat infeksi genitorurinaria

-  Hipertiroidisme dan hipotiroid

-  Tumor hipofisis atau prolactinoma

-  Disfungsi ereksi berat

-  Ejakulasi retrograt

-  Hypo/epispadia

-  Mikropenis

-  Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha

- Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas sperma)

-  Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis )

14

Page 15: askep in bab 1

-  Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis)

-  Abnormalitas cairan semen

2.6  Syarat-syarat Pemeriksaan Infertil

Menurut Wikjosastro (2002), syart pemeriksaan infertil antara lain :

1. Istri yang berumur antar 20-30 tahun baru akan diperiksa setelah berusaha untuk

mendapatkan anak selama 12 bulan. Pemeriksaan dapat dilakukan lebih dini apabila

: pernah mengalami keguguran berulang, diketahui mengidap kelainan endokrin,

pernah mengalami peradangan rongga panggul atau rongga perut dan pernah

mengalami bedah ginekologi.

2.Istri yang berumur 31-35 tahun dapat diperiksa pada kesempatan pertama

pasangan itu datang ke dokter.

3. Istri pasangan infertil yang berumur antara 36-40 tahun hanya dilakukan

pemeriksaaan infertilitas kalau belum mempunyai anak dari perkawinanya ini.

4. Pemeriksaan infertilitas tidak dilakukan pada pasangan infertil yang salah satu

pasangannya mengidap penyakit membahayakan kesehatan istri atau anaknya.

2.7 Pemeriksaan Diagnostic

a.  Pemeriksaan fisik:

- Hirsutisme diukur dengan skala ferryman dan gallway, jerawat

- Pembesaran kel tiroid

- Galaktorea

-  Inspeksi lender serviks di tunjukan dengan kualitas mucus

-  PDV untuk menunjukan adanya tumor uterus/ adneksa

b.  Pemeriksaan penunjang

15

Page 16: askep in bab 1

a)   Analisis sperma

Pengeluaran sperma dapat dilakukan di laboratorium yang menyedian tempat untuk

pasien mengeluarkan sperma. Pengeluaran juga dapat dilakukan dirumah bila pasien bisa

membawa specimen dari waktu dikeluwarkan sampai dilaboratorium kurang dari 30 menit.

Pasien diminta untuk menahan ejakulasi kurang lebih 3 hari sebelum pemeriksaan. Hasil

pemeriksaan normal analisis sperma menurut WHO adalah sebagai berikut: Volume 2-5

cc, Jumlah  > 20 juta/ml; Motilitas > 50%; Morfologi > 40% normal;

likuefaksi: 15-30 menit.

Bila dijumpai hasil analisis sperma yang kurang atau kurang baik, maka

biasanya diperlukan pemeriksaan ulang 1 minggu sesudahnya pada keadaan

yang lebih sehat/ nyaman guna mengkonfirmasi hal tersebut. Perlu diingat

bahwa apapun hasil analis sperma, sangat berguna untuk penentuan terapi,

tindakan, dan pemilihan penatalaksanaan infertilitas.

b)  Deteksi ovulasi

- Anamnesis siklus menstruasi, 90 % siklus menstrusi teratur :siklus ovulatoar 

-  Peningkatan suhu badan basal, meningkat 0,6 - 1⁰C setelah ovulasi : Bifasik 

-   Uji benang lendir serviks dan uji pakis, sesaat sebelum ovulasi : lendir

serviks encer,daya membenang lebih panjang, pembentukan gambaran daun

pakis dan terjadi Estradiol meningkat

c )  Hormonal : FSH, LH, E2, Progesteron, Prolaktin

Setelah semua pemeriksaan dilakukan, bila belum dapat memberikan tentang sebab

infertilitas, dapat dilakukan pemeriksaan hormonal untuk mengetahui keterangan tentang

hubungan hipotalamus dengan hipofise dan ovarial aksis. Hormon yang diperiksa adalah

16

Page 17: askep in bab 1

gonadotropin (follicle stimulation hormone (FSH), hormone luteinisasi (LH), dan hormone

(estrogen dan progesterone, prolaktin). Pemeriksaan hormonal ini diharapkan dapat

menerangkan kemungkinan infertilitas dari kegagalannya melepaskan telur (ovulasi).

Demikian rancangan pemeriksaan diharapkan dapat selesai dalam waktu tiga siklus

menstruasi, sehingga rencana pengobatan dapat dilakukan. Oleh karena itu pasangan

infertilitas diharapkan mengikuti rancangan pemeriksaan sehingga kepastian penyebabnya

dapat ditegakkan sebagai titik awal pengobatan selanjutnya.

d) Sitologi vagina

Pemeriksaan usap forniks vagina untuk mengetahui perubahan epitel vagina

e) Uji pasca senggama

Pemeriksaan uji pasca senggama dimaksudkan untuk mengetahui

kemampuan tembus spermatozoa menyerbu lender serviks. Caranya dianjurkan

melakukan hubungan seks dirumah dan setelah dua jam, dating kerumah sakit

untuk pemeriksaan. Lendir serviksdimbil dan selanjutnya dilakukan

pemeriksaan jumlah spermatozoa yang dijumpai dilendir tersebut. Pemeriksaan

ini dilakukan sekitar perkiraan masa ovulasi yaitu hari ke-12. 13, dan 14

dengan perhitungan menstruasi pertama dianggap hari pertama. Hasilnya masih

belum mendapat kesepakatan para ahli.

f) Biopsy endometrium terjadwal

Mengetahui pengaruh progesterone terhadap endometrium dan sebaiknya

dilakukan pada 2-3 hr sebelum haid.

17

Page 18: askep in bab 1

g)  Histerosalpinografi

Radiografi kavum uteri dan tuba dengan pemberian materi kontras.

Disini dapat dilihat kelainan uterus, distrosi rongga uterus dan tuba uteri,

jaringan parut dan adesi akibat proses radang. Dilakukan secara terjadwal.

h)  Laparoskopi

Standar emas untuk mengetahui kelainan tuba dan peritoneum.

i)  Pemeriksaan pelvis ultrasound

Untuk memvisualisasi jaringan pelvis, misalnya untuk identifikasi kelainan,

perkembangan dan maturitas folikuler, serta informasi kehamilan intra uteri

j) Analisa Semen

- Analisis semen merupakan tes untuk mengukur jumlah semen dan sperma

seorang pria. Semen merupakan cairan berwarna putih kental berisis sperma

yang dilepaskan saat ejakulasi. Pengumpulan sperma dapat diambil melalui

masturbasi untuk kemudian dimasukkan ke dalam container steril juga dapat

dikumpulkan selama persenggamaan dengan menggunakan kondom khusus.

- Persiapan khusus yang harus dilakukan untuk pemeriksaan ini adalah tidak

melakukan aktivitas seksual yang menyebabkan ejakulasi dalam 2-3 hari

sebelum tes. Tes ini pentin untuk mengevaluasi fertilitas seorang pria. Dengan

tes ini dapat ditentukan apakah permasalahannya karena gangguan reproduksi

atau kualitas sperma yang menyebabkan infertilitas. Selain itu pemeriksaan

kesuburan, tes ini juga bisa dilakukan setelah vasektomi untuk memastikan

bahwa tidak ada sperma dalam semen.

- Parameter Warna Putih keruh

18

Page 19: askep in bab 1

- PH 7,2 - 7,8

- Volume 2 - 5 ml

- Viskositas 1,6 – 6,6 centipose

- Jumlah sperma 20 juta / ml

- Sperma motil > 50%

- Bentuk normal > 60%

- Kecepatan gerak sperma 0,18-1,2 detik

- persentase gerak sperma motil > 60%

- Aglutasi Tidak ada

- Sel-sel Sedikit,tidak ada

- Uji fruktosa 150-650 mg/dl

k) Pemeriksaan endokrin

Pemeriksaan ini berguna untuk menilai kembali fungsi hipothalamus, hipofisis

jika kelainan ini diduga sebagai penyebab infertilitas. Uji yang dilakukan

bertujuna untuk menilai kadar hormon tesrosteron, FSH, dan LH.

l) USG transvaginal

Secara serial: adanya ovulasi dan perkiraan saat ovulasi

Ovulasi: ukuran volikel 18-24m

m) Biopsi testis

Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sampel jaringan testis memakai

metoda invasif untuk mengidentifikasi adanya kelainan patologi

n) Uji penetrasi sperma

o) Uji hemizona

19

Page 20: askep in bab 1

2.8 Penatalaksanaan

1)  Perempuan

a. Pengetahuan tentang siklus menstruasi, gejala lendir serviks puncak dan waktu

yang tepat untuk coital

b. Pemberian terapi obat, seperti;

1. Stimulant ovulasi, baik untuk gangguan yang disebabkan oleh supresi

hipotalamus, peningkatan kadar prolaktin, pemberian tsh .

2. Terapi penggantian hormon 

3. Glukokortikoid jika terdapat hiperplasi adrenal

4. Penggunaan antibiotika yang sesuai untuk pencegahan dan penatalaksanaan

infeksi dini yang adekuat

5. GIFT ( gemete intrafallopian transfer )

6. Laparatomi dan bedah mikro untuk memperbaiki tuba yang rusak secara luas

7. Bedah plastic misalnya penyatuan uterus bikonuate, 

8.  Pengangkatan tumor atau fibroid

9.  Eliminasi vaginitis atau servisitis dengan antibiotika atau kemoterapi

2)  Laki-laki

a.Penekanan produksi sperma untuk mengurangi jumlah antibodi autoimun,

diharapkan kualitas sperma meningkat

b. Agen antimikroba

c. Testosterone Enantat dan Testosteron Spionat untuk stimulasi kejantanan

d. HCG secara i.m memperbaiki hipoganadisme

e. FSH dan HCG untuk menyelesaikan spermatogenesis

20

Page 21: askep in bab 1

f. Bromokriptin, digunakan untuk mengobati tumor hipofisis atau hipotalamus 

g. Klomifen dapat diberikan untuk mengatasi subfertilitas idiopatik

h. Perbaikan varikokel menghasilkan perbaikan kualitas sperma

i. Perubahan gaya hidup yang sederhana dan yang terkoreksi. Seperti, perbaikan

nutrisi, tidak membiasakan penggunaan celana yang panas dan ketat

j. Perhatikan penggunaan lubrikans saat coital, jangan yang mengandung

spermatisida

2.9 Pengobatan infertilitas

Sekitar 50% pasangan infertil dapat berhasil hamil. Hal ini memberikan rasa

optimistik baik bagi dokter maupun pasiennya. Tindakan-tindakan diagnostik

seringkali pula merupakan rangsangan pengobatan, misalnya pemeriksaan vaginal

dan sondase uterus dapat menaikkan laju kehamilan sebesar 10-15%. Uji patensi tuba

bersama dengan dilatasi dan kuretase ternyata dapat menggandakan laju pembuahan.

Setiap kelainan yang ditemui selama pemeriksaan selalu perlu diobati.

Beberapa jenis pengobatan berdasarkan sebab-sebab infertilitas dapat dilihat sebagai

berikut:

Penyebab

infertilitas

Jenis pengobatan

Suami

Hidrokel Aspirasi atau eksisi

Varikokel Ligasi

Bendungan

vasa atau

epididimis

Operasi pintas

21

Page 22: askep in bab 1

Oligozoospe

rmia

FSH dan hCG, FIV

dengan SSIS

Gangguan

spermatogen

esis

Hindari berendam air

panas dan pemakaian

celana ketat

Istri

Tuberkulosis Tuberkulostatika

Endometrios

is

Operasi, koagulasi

listrik atau laser,

progesteron, danazol,

medroksiprogesteron

asetat,

dehidroretroprogestero

n, antiprogestin,

anastrosol

Miom uterus

operabel

Operasi konservatif

Spasme tuba Hiosin

amilnitrit, triemonium

Obstruksi

tuba

Operasi rekonstruksi,

FIV

Gangguan

ovulasi

Pemicuan ovulasi

(klomifen sitrat,

epimestrol, tamoksifen,

22

Page 23: askep in bab 1

siklofenil, metformin,

pioglutazon,

hMG/hCG, FSH-

murni, GnRH);

pelubangan(drilling) o

varium

Kedua

nya

Idiopatik Inseminasi

buatan, TAGIT,

TAPIT, TAZIT, FIV,

SSIS, Adopsi

2.10 Teknik mengatasi infertilitas

1)  Inseminasi buatan

Inseminasi buatan atau artificial insemination (sering disingkat sebagai

AI) dilakukan dengan memasukkan cairan semen yang mengandung sperma dari

priake dalam organ reproduksi wanita tanpa melalui hubungan seks atau bukan

secara alami. Cairan semen yang mengandung sperma diambil dengan alat

tertentu dari seorang suami kemudian disuntikkan ke dalam rahim isteri

sehingga terjadi pembuahan dan kehamilan. Biasanya dokter akan menganjurkan

inseminasi buatan sebagai langkah pertama sebelum menerapkan terapi atau

perawatan jenis lainnya.

23

Page 24: askep in bab 1

2) GIFT (Gamete Intrafallopian Transfer)

GIFT yang merupakan singkatan dari Gamete Intrafallopian Transfer

merupakan teknik yang mulai diperkenalkan sejak tahun 1984. Tujuannya untuk

menciptakan kehamilan. Prosesnya dilakukan dengan mengambil sel telur dari

ovarium atau indung telur wanita lalu dipertemukan dengan sel sperma pria yang

sudah dibersihkan. Dengan menggunakan alat yang bernama laparoscope, sel

telur dan sperma yang sudah dipertemukan tersebut dimasukkan ke dalam tuba

falopi atau tabung falopi wanita melalui irisan kecil di bagian perut melalui

operasilaparoskopik. Sehingga diharapkan langsung terjadi pembuahan dan

kehamilan.

3) IVF (In Vitro Fertilization)

IVF atau In Vitro Fertilization dikenal juga sebagai prosedur bayi tabung.

Mula-mula sel telur wanita dan sel sperma dibuahi di media pembuahan di luar

tubuh wanita. Lalu setelah terjadi pembuahan, hasilnya yang sudah berupa

embrio dimasukkan kedalam rahim melalui serviks.

4)  ZIFT (Zygote Intrafallopian Transfer)

ZIFT atau Zygote Intrafallopian Transfer merupakan teknik pemindahan

zigot atau sel telur yang telah dibuahi. Proses ini dilakukan dengan cara

mengumpulkan seltelur dari indung telur seorang wanita lalu dibuahi di luar

tubuhnya. Kemudian setelah sel telur dibuahi, dimasukkan kembali ke tuba

falopi atau tabung falopi melalui pembedahan di bagian perut dengan operasi

laparoskopik. Teknik ini merupakan kombinasi antara teknik IVF dan GIFT.

24

Page 25: askep in bab 1

5) ICSI (Intracytoplasmic Sperm Injection)

ICSI atau Intracytoplasmic Sperm Injection dilakukan dengan

memasukkan sebuah sel sperma langsung ke sel telur. Dengan teknik ini, sel

sperma yang kurang aktif  maupun tidak matang dapat digunakan untuk

membuahi sel telur.

25

Page 26: askep in bab 1

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

1. Identitas Klien

Nama, jenis kelamin, suku bangsa / latar belakang kebudayaan, agama, status

sipil, pendidikan, pekerjaan dan alamat.

2. Riwayat Kesehatan

A. Wanita

a.   Riwayat Kesehatan Dahulu

1)   Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan

reproduksi di rumah

2)   Riwayat infeksi genitorurinaria

3)   Hipertiroidisme dan hipotiroid, hirsutisme

4)   Infeksi bakteri dan virus ex: toksoplasama

5)   Tumor hipofisis atau prolaktinoma

6)   Riwayat penyakit menular seksual

7)   Riwayat kista

b.   Riwayat Kesehatan Sekarang

1)   Endometriosis dan endometrits

2)   Vaginismus (kejang pada otot vagina)

3)   Gangguan ovulasi

4)   Abnormalitas tuba falopi, ovarium, uterus, dan servik

5)   Autoimun

26

Page 27: askep in bab 1

c.   Riwayat Kesehatan Keluarga

Memiliki riwayat saudara/keluarga dengan aberasi genetic

d.   Riwayat Obstetri

1)   Tidak hamil dan melahirkan selama satu tahun tanpa alat kontrasepsi

2)   Mengalami aborsi berulang

3)   Sudah pernah melahirkan tapi tidak hamil selama satu tahun tanpa alat

kontrasepsi

B. Pria

a.  Riwayat Kesehatan Dahulu

1)  Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan reproduksi

(panas, radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi)

2)  Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin tertentu

3)  Riwayat infeksi genitorurinaria

4)  Hipertiroidisme dan hipotiroid

5)  Tumor hipofisis atau prolactinoma

6)  Trauma, kecelakan sehinga testis rusak

7)  Konsumsi obat-obatan yang mengganggu spermatogenesis

8)  Pernah menjalani operasi yang berefek menganggu organ reproduksi

contoh : operasi prostat, operasi tumor saluran kemih

9)  Riwayat vasektomi

b.  Riwayat Kesehatan Sekarang

1)  Disfungsi ereksi berat

2)  Ejakulasi retrograt

27

Page 28: askep in bab 1

3)  Hypo/epispadia

4)  Mikropenis

5)  Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha)

6)  Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas sperma)

7)  Saluran sperma yang tersumbat

8)  Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis )

9)  Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis)

10) Abnormalitas cairan semen

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Memiliki riwayat saudara/keluarga dengan aberasi genetik

2.  Pemeriksaan Fisik

Terdapat kelainan pada organ  genital wanita maupun pria

a.  Pemeriksaan wanita

1) Pemeriksaan vagina

Masalah vagina yang dapat mengahambat penyimpanan air mani ke

dalam vagina sekitar serviks ialah adanya sumbatan atau peradangan.

Sumbatan psikogen disebut vaginismus atau disparenia, sedangkan

sumbatan anatomik dapat karena bawaan atau perolehan.Pemeriksaan yang

dilakukan adalah sebuah alat yang disebut spekulum, yang dipakai untuk

menahan agar vagina terbuka. Kemudian mengambil cairan vagina untuk

dianalisa di laboratorium.

Selama pemeriksaan, pasien harus berbaring terlentang dengan lutut

terbuka, atau tidur miring dengan lutut ditarik. Pemeriksaan ini tidak

28

Page 29: askep in bab 1

memberikan rasa sakit, sehingga pasien dapat santai. Hal itu

memungkinkan untuk mengetahui secara jelas apakah ada masalah pada

vagina, misalnya bekas infeksi, fibroid, kista indung telur, atau gangguan

lain.

3) Pemeriksaan leher rahim

Pemeriksaan standar leher rahim yang dikenal sebagai PAP Smear

(smear test) ini perlu dilakukan 3-5 tahun sekali pada setiap wanita dewasa

dengan kehidupan seks yang aktif. Vagina dibuka dengan spekulum dan

contoh sel permukaan lehir rahim diambil dengan alat spatula, lalu dibawa

ke lab untuk dianalisa, jangan melakukan hubungan seksual, Douche /

menggunakan produk pembersih vagina selama 24 jam setelah PAP

Smear.

b.  Pemeriksaan Pria

1) Mengamati kelainan fisik

Dalam kesempatan pemeriksaan fisik dilihat penyebaran rambut

dan lemak yang tidak rata, atau konsistensi testis, bisa menjadi tanda

akibat ketidakseimbangan hormonal kelainan fisik lain dari alat reproduksi

pria yang perlu diperiksa adalah kemungkinan adanya parut atau varises

pada scrotum yang dapat mempengaruhi jumlah dan kemampuan bergerak

(mobilitas) sperma. Salah satu testis tidak turun (kroptorkismus) berarti

memperkecil kemampuan produksi sperma.

29

Page 30: askep in bab 1

2) Penampungan air mani

Air mani ditampung dengan jalam masturbasi langsung kedalam

botol gelas yang bermulut lebar (atau gelas minum), setelah abstensi 3-5

hari. Sebaiknya penampungan dilakukan dirumah kemudian dibawa

kelaboratorium dalam 2 jam setelah dikeluarkan.

3.  Pemeriksaan Penunjang

1)   Wanita

a)    Deteksi Ovulasi

b)   Analisa hormone

c)    Sitologi vagina

d)   Uji pasca senggama

e)    Biopsy endometrium terjadwal

f)    Histerosalpinografi

g)   Laparoskopi

h)   Pemeriksaan pelvis ultrasound

2)   Laki-laki 

a)   Analisa Semen

a) Parameter

b) Warna Putih keruh

c) Bau Bunga akasia

d) PH 7,2 - 7,8

e) Volume 2 - 5 ml

f) Viskositas 1,6 – 6,6 centipose

30

Page 31: askep in bab 1

g) Jumlah sperma 20 juta / ml

h) Sperma motil > 50%

i) Bentuk normal > 60%

j) Kecepatan gerak sperma 0,18-1,2 detik

k) persentase gerak sperma motil > 60%

l) Sel – sel Sedikit,tidak ada

m) Uji fruktosa 150-650 mg/dl

b)   Pemeriksaan endokrin

c)    USG 

d)   Biopsi testis 

e)    Uji penetrasi sperma

f)    Uji hemizona

4. Diagnosa Keperawatan

1.    Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan tentang akhir proses diagnostic

2.    Gangguan konsep diri ; harga diri rendah berhubungan dengan gangguan fertilitas

3.    Nyeri akut berhubungan dengan efek test diagnostic

4.    Resiko tinggi terhadap kerusakan koping individu / keluarga berhubungan dengan

metode yang digunakan dalam investigasi fertilitas

31

Page 32: askep in bab 1

5. Rencana Asuhan Keperawatan

1)   Dx.1 :

Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan tentang akhir proses diagnostic

Tujuan : setelah tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan ansietas klien

berkurang

Kriteria Hasil:

1.      Klien mampu mengungkapkan tentang infertilitas dan bagaimana treatmentnya

2.      Klien memperlihatkan adanya peningkatan kontrol diri terhadap diagnosa infertile

3.      Klien mampu mengekspresikan perasaan tentang infertile

INTERVENSI RASIONAL

Jelaskan tujuan test dan prosedur Menurunkan cemas dan takut

terhadap diagnosis dan prognosis

Tingkatkan ekspresi perasaan dan

takut, contoh : menolak, depresi,

dan marah.

Biarkan pasien / orang terdekat

mengetahui ini sebagai reaksi yang

normal Perasaan tidak diekspresikan

dapat menimbulkan kekacauan

internal dan efek gambaran diri

Dorong keluarga untuk

menganggap pasien seperti

sebelumnya

Meyakinkan bahwa peran dalam

keluarga dan kerja tidak berubah

Kolaborasi : berikan sedative, Mungkin diperlukan untuk

32

Page 33: askep in bab 1

tranquilizer sesuai indikasi membantu pasien rileks sampai

secara fisik mampu untuk membuat

startegi koping adekuat

2)   Dx.2 :

Gangguan konsep diri ; harga diri rendah berhubungan dengan gangguan fertilitas

Tujuan : setelah tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan klien mengalami

perubahan harga diri

Kriteria Hasil:

1.      Klien mampu mengekspresikan perasaan tentang infertile

2.      Terjalin kontak mata saat berkomunikasi

3.      Klien mampu Mengidentifikasi aspek positif diri

INTERVENSI RASIONAL

Tanyakan dengan nama

apa pasien ingin dipanggil

Menunjukan kesopan santunan / penghargaan

dan pengakuan personal

Identifikasi orang terdekat

dari siapa pasien

memperoleh kenyaman

dan siapa yang harus

memberitahuakan jika

terjadi keadaan bahaya

Memungkinkan privasi untuk hubungan

personal khusus, untuk mengunjungi atau

untuk tetap dekat dan menyediakan kebutuhan

dukungan bagi pasien

Dengarkan dengan aktif Menyampaikan perhatian dan dapat dengan

33

Page 34: askep in bab 1

masalah dan ketakutan

pasien

lebih efektif mengidentifikasi kebutuhan dan

maslah serta strategi koping pasien dan

seberapa efektif

Dorong mengungkapkan

perasaan, menerima apa

yang dikatakannya

Membantu pasien / orang terdekat untuk

memulai menerima perubahan dan

mengurangi ansietas mengenai perubahan

fungsi / gaya hidup

Diskusikan pandangan

pasien terhadap citra diri

dan efek yang ditimbulkan

dari penyakit / kondisi

Persepsi pasien mengenai perubahan pada

citra diri mungkin terjadi secara tiba- tiba atau

kemudian

3.    Dx.3 :

Nyeri akut berhubungan dengan efek test diagnostic

Tujuan : setelah tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri klien

berkurang

Kriteria Hasil:

1.    Ekspresi klien terlihat tenang

2.    Napas klien teratur

3.    Skala nyeri 0-3

4.    Ttv dalam rentang normal

5.    Klien mengetahui penyebab nyeri

6.    Kliem mampu menggunakan teknik distraksi relaksasi dengan baik

34

Page 35: askep in bab 1

INTERVENSI RASIONAL

Lakukan komunikasi

terapeutik

kemampuan komunikasi

terapeutik seperti aktif

mendengarkan, diam, selalu

bersedia, dan pemahaman

dapat memberikan pasien

kesempatan untuk berbicara

secara bebas dan berhadapan

dengan perasaan

Pantau lokasi, lamanya

intensitas dan penyebaran

(PQRST)

Perhatikan tanda nonverbal,

contoh peningkatan TD dan

nadi, gelisah, merintih

Untuk menentukan intervensi

selanjutnya

Jelaskan penyebab nyeri dan

pentingnya melaporkan ke

staff terhadap karakteristik

nyeri

Memberikan kesempatan

untuk pemberian analgesik

sesuai waktu

Berikan tindakan relaksasi,

contoh pijatan, lingkungan

istirahat

Menurunkan tegangan otot

dan meningkatan koping

efektif

35

Page 36: askep in bab 1

Bantu atau dorong

penggunaan nafas efektif

Mengarahkan kembali

perhatian dan membantu

dalam relaksasi otot

Bimbingan imajinasi Mengontrol aktivitas

terapeutik

4.    Dx.4 :

Resiko tinggi terhadap kerusakan koping induvidu / keluarga berhubungan dengan

metode yang digunakan dalam investigasi fertilitas

Tujuan : setelah tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan kerusakan koping

individu tidak terjadi

Kriteria Hasil:

1. Klien dapat Mengidentifikasi tingkah laku koping yang tidak efektif dan

konsekuensi.

2. Klien Menunjukan kewaspadaan dari koping pribadi / kemampuan

memecahkan masalah

3. Klien dapat Memenuhi kebutuhan psikologis yang ditunjukan dengan

mengekspresikan perasaan yang sesuai, identifikasi pilihan dan pengguanaan

sumber – sumber

4. Klien mampu Membuat keputusan dan menunjukan kepuasaan dengan pilihan

yang diambil.

36

Page 37: askep in bab 1

INTERVENSI RASIONAL

Kaji keefektifan strategi

koping dengan

mengobservasi prilaku

kemampuan menyatakan

perasaan dan perhatian,

keinginan berpartisipasi

dalam rencana pengobatan

Kembangkan mekanisme

adaptif

mengubah pola hidup

seseorang, mengatasi

hipertensi kronik, dan

mengintegrasikan terapi

yang diharuskan kedalam

kehidupan sehari – hari

Bantu klien untuk

mengidentifikasi stresor

spesifik dan kemungkinan

strategi untuk

mengatasinya

Pengenalan terhadap

stressor adalah langkah

pertama dalam mengubah

respons seseorang terhadap

stresor

Libatkan pasien dalam

perencanaan perawatan

dan beri dorongan

partisipasi maksimal

dalam rencana pengobatan

Keterlibatan memberikan

pasien perasaan kontrol diri

yang berkelanjutan,

memperbaiki keterampilan

koping dan dapat

meningkatkan kerjasama

37

Page 38: askep in bab 1

dalam regimen terapeutik

Dorong pasien untuk

mengevaluasi prioritas /

tujuan hidup

Fokus perhatian pasien pada

realitas situasi yang ada.

Bantu pasien untuk

mengidentifikasi dan

mulai merencanakan

perubahan hidup yang

perlu.

Perubahan yang perlu harus

diprioritaskan secara realisti

untuk menghindari rasa

tidak menentu dan tidak

berdaya

38

Page 39: askep in bab 1

BAB III

PENUTUP

3.1  KESIMPULAN

Infertilitas merupakan suatu ketidakmampuan pasangan untuk mencapai

kehamilan setelah 1 tahun hubungan seksual tanpa pelindung (Keperawatan Medikal

Bedah).

Infertilitas (pasangan mandul) adalah pasangan suami istri yang telah menikah

selama satu tahun dan sudah melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan alat

kontrasepsi, tetapi belum memiliki anak. (Sarwono, 2000).

Klasifikasi infertilitas :

1. Infertilitas Primer

2. Infertilitas Skunder

Etiologi

1. penyebab infertilitas pada istri

a. Faktor penyakit

Endometriosis

Infeksi Panggul

Mioma Uteri

Polip

Kista

Saluran Telur yang Tersumbat

Sel Telur

39

Page 40: askep in bab 1

b.  Faktor fungsional

Gangguan system hormonal wanita dan dapat di sertai kelainan bawaan (immunologis)

Gangguan pada pelepasan sel telur (ovulasi)

Gangguan pada leher rahim, uterus (rahim) dan Tuba fallopi (saluran telur)

Gangguan implantasi hasil konsepsi dalam Rahim

c. Lingkungan

2. Penyebab pada laki-laki (suami)

a. Kelainan pada alat kelamin

b. Kegagalan fungsional

c. Gangguan di daerah sebelum testis (pretesticular)

d. Gangguan di daerah testis (testicular)

e. Gangguan di daerah setelah testis (posttesticular)

f. Tidak adanya semen

g.  Kurangnya hormon testosterone

h.  Lingkungan

3. Penyebab pada suami dan istri

a. Gangguan pada hubungan seksual

b. Factor psikologis antara kedua pasangan (suami dan istri)

3.2  SARAN

Kami yakin makalah ini banyak kekurangannya maka dari itu kami sangat

mengharapkan saran dari teman-teman dalam penambahan untuk kelengkapan makalah

ini,karna dari saran yang kami terima dapat mengkoreksi makalah yang kami buat

ini.atas saran dari teman-teman kami ucapkan terima kasih.

40

Page 41: askep in bab 1

41