bab ii askep trauma abdomen,

22
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Trauma adalah cedera fisik dan psikis, kekerasan yang mengakibatkan cedera (Sjamsuhidayat, 1997). Trauma pada abdomen dapat dibagi menjadi dua jenis, trauma penetrasi dan non-penetrasi. Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2001). 1.2 Tujuan 1. Agar mahasiswa/i dapat mengetahui definisi Trauma Dada. 2. Agar mahasiswa/i dapat mengetahui bagaimana Trauma Dada. 3. Agar mahasiswa/i dapat melakukan proses asuhan keperawatan. 1.3 Sistimatika Penulisan Dalam penulisan karya tulis ini dibagi menjadi tiga BAB, yaitu: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan Penulisan 1.3 Sistematika Penulisan BAB II KONSEP TEORITIS 2.1 Konsep Penyakit 2.1.1 Pengertian 1

Upload: farifah-mulyanti

Post on 05-Aug-2015

114 views

Category:

Documents


20 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II Askep Trauma Abdomen,

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Trauma adalah cedera fisik dan psikis, kekerasan yang mengakibatkan cedera

(Sjamsuhidayat, 1997). Trauma pada abdomen dapat dibagi menjadi dua jenis, trauma

penetrasi dan non-penetrasi. Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa

trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer,

2001).

1.2 Tujuan

1. Agar mahasiswa/i dapat mengetahui definisi Trauma Dada.

2. Agar mahasiswa/i dapat mengetahui bagaimana Trauma Dada.

3. Agar mahasiswa/i dapat melakukan proses asuhan keperawatan.

1.3 Sistimatika Penulisan

Dalam penulisan karya tulis ini dibagi menjadi tiga BAB, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan Penulisan

1.3 Sistematika Penulisan

BAB II KONSEP TEORITIS

2.1 Konsep Penyakit

2.1.1 Pengertian

2.1.2 Etiologi

2.1.3 Manifestasi Klinik

2.1.4 Patofisiologi

2.1.5 Pemeriksaan diagnostik

2.1.6 Penatalaksanaan

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan

2.2.1 Pengkajian

2.2.2 Analisa data

2.2.3 Diagnosa keperawatan

1

Page 2: BAB II Askep Trauma Abdomen,

2.2.4 Perencanaan tindakan keperawatan

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

2

Page 3: BAB II Askep Trauma Abdomen,

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 KONSEP DASAR PENYAKIT

2.1.1 Pengertian

Trauma adalah cedera/rudapaksa atau kerugian psikologis atau emosional

(Dorland, 2002). Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera

fisiologis akibat gangguan emosional yang hebat (Brooker, 2001). Trauma adalah

penyebab kematian utama pada anak dan orang dewasa kurang dari 44 tahun.

Penyalahgunaan alkohol dan obat telah menjadi faktor implikasi pada trauma

tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer,

2001).

Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul

dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2001).

Trauma perut merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan atau

tanpa tembusnya dinding perut dimana pada penanganan/penatalaksanaan lebih

bersifat kedaruratan dapat pula dilakukan tindakan laparatomi (FKUI, 1995).

Trauma adalah cedera fisik dan psikis, kekerasan yang mengakibatkan cedera

(Sjamsuhidayat, 1997). Trauma pada abdomen dapat di bagi menjadi dua jenis :

1. Trauma penetrasi

1) Trauma Tembak

2) Trauma Tumpul

2. Trauma non-penetrasi

1) Kompresi

2) Hancur akibat kecelakaan

3) Sabuk pengaman

4) Cedera akselerasi

Trauma pada dinding abdomen terdiri kontusio dan laserasi.

1. Kontusio dinding abdomen tidak terdapat cedera intra abdomen,

kemungkinan terjadi eksimosis atau penimbunan darah dalam jaringan

lunak dan masa darah dapat menyerupai tumor.

3

Page 4: BAB II Askep Trauma Abdomen,

2. Laserasi, jika terdapat luka pada dinding abdomen yang menembus rongga

abdomen harus di eksplorasi (Sjamsuhidayat, 1997). Atau terjadi karena

trauma penetrasi.

Trauma Abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ abdomen yang

dapat menyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi gangguan metabolisme,

kelainan imonologi dan gangguan faal berbagai organ.

Trauma abdomen pada isi abdomen, menurut Sjamsuhidayat (1997) terdiri dari:

1. Perforasi organ viseral intraperitoneum. Cedera pada isi abdomen mungkin

disertai oleh bukti adanya cedera pada dinding abdomen.

2. Luka tusuk (trauma penetrasi) pada abdomen luka tusuk pada abdomen

dapat menguji kemampuan diagnostik ahli bedah.

3. Cedera thorak abdomen setiap luka pada thoraks yang mungkin

menembus sayap kiri diafragma, atau sayap kanan dan hati harus

dieksplorasi.

2.1.2 Etiologi

1. Penyebab trauma penetrasi

1) Luka akibat terkena tembakan

2) Luka akibat tikaman benda tajam

3) Luka akibat tusukan

2. Penyebab trauma non-penetrasi

1) Terkena kompresi atau tekanan dari luar tubuh

2) Hancur (tertabrak mobil)

3) Terjepit sabuk pengaman karna terlalu menekan perut

4) Cidera akselerasi / deserasi karena kecelakaan olah raga.

2.1.3 Tanda dan Gejala/Manifestasi Klinik

Klinis kasus trauma abdomen ini bisa menimbulkan manifestasi klinis menurut

Sjamsuhidayat (1997), meliputi: nyeri tekan diatas daerah abdomen, distensi

abdomen, demam, anorexia, mual dan muntah, takikardi, peningkatan suhu tubuh,

nyeri spontan. Pada trauma non-penetrasi (tumpul) biasanya terdapat adanya jejas

atau ruptur dibagian dalam abdomen sehingga fungsi usus tidak normal dan

biasanya akan mengakibatkan peritonitis dengan gejala mual, muntah, dan BAB

4

Page 5: BAB II Askep Trauma Abdomen,

hitam (melena). Kemungkinan bukti klinis tidak tampak sampai beberapa jam

setelah trauma.

Cedera serius dapat terjadi walaupun tak terlihat tanda kontusio pada dinding

abdomen. Pada trauma penetrasi biasanya terdapat:

Terdapat luka robekan pada abdomen

Luka tusuk sampai menembus abdomen

Biasanya organ yang terkena penetrasi bisa perdarahan/memperparah keadaan

keluar dari dalam abdomen

Trauma operasi terjadi perforasi lapisan abdomen (kontusio, laserasi menekan

syaraf peritonitis terjadi perdarahan dalam jaringan lunak dan rongga abdomen

nyeri motilitas usus dilakukan tindakan drain disfungsi usus resiko tinggi infeksi

refleks usus output cairan lebih. Peningkatan gangguan keseimbangan elektrolit

metabolisme defisit volume cairan dan elektrolit intake nutrisi kurang kelemahan

fisik gangguan mobilitas.

TANDA DAN GEJALA

Nyeri pada penggerakan

Nyeri tekan, nyeri ketok, nyeri lepas dan kekakuan (rigidity) dinding perut.

Functio laesa (fungsi terganggu)

Posisi trauma abnormal

Memar/jejas pada dinding perut.

Kerusakan organ-organ.

Iritasi cairan usus (FKUI, 1995).

Perdarahan dan pembekuan darah

Kontaminasi bakteri

Kematian sel

Komplikasi klinik

Segera : hemoragi, syok, dan cedera.

Lambat : infeksi (Smeltzer, 2001).

2.1.4 Patofisiologi

Jika terjadi trauma penetrasi atau non-pnetrasi kemungkinan terjadi

pendarahan intra abdomen yang serius, pasien akan memperlihatkan tanda-tanda

iritasi yang disertai penurunan hitung sel darah merah yang akhirnya gambaran

klasik syok hemoragik. Bila suatu organ viseral mengalami perforasi, maka

5

Page 6: BAB II Askep Trauma Abdomen,

tanda-tanda perforasi, tanda-tanda iritasi peritonium cepat tampak. Tanda-tanda

dalam trauma abdomen tersebut meliputi nyeri tekan, nyeri spontan, nyeri lepas

dan distensi abdomen tanpa bising usus bila telah terjadi peritonitis umum.Bila

syok telah lanjut pasien akan mengalami takikardi dan peningkatan suhu tubuh,

juga terdapat leukositosis. Biasanya tanda-tanda peritonitis mungkin belum

tampak. Pada fase awal perforasi kecil hanya tanda-tanda tidak khas yang

muncul. Bila terdapat kecurigaan bahwa masuk rongga abdomen, maka operasi

harus dilakukan (Sjamsuhidayat, 1997).

2.1.5 Pemeriksaan Diagnostik

6

Trauma abdomen

Takikardi

Iritasi

penetrasi

Punurunan sel darahn merah

Pendarahan

Peningkatan suhu tubuh

Syok hemarogik

Non penetrasi

Nyeri tekanNyeri spontanDistensiAbdomen

Page 7: BAB II Askep Trauma Abdomen,

1. Diagnostic Peritoneal Lavage (DPL)

Dilakukan pada trauma abdomen perdarahan intra abdomen, tujuan dari DPL

adalah untuk mengetahui lokasi perdarahan intra abdomen. Indikasi untuk

melakukan DPL, antara lain:

- Nyeri abdomen yang tidak bisa diterangkan sebabnya

- Trauma pada bagian bawah dari dada

- Hipotensi, hematokrit turun tanpa alasan yang jelas

- Pasien cidera abdominal dengan gangguan kesadaran (obat, alkohol,

cedera otak)

- Pasien cedera abdominalis dan cidera medula spinalis (sumsum tulang

belakang)

- Patah tulang pelvis

Pemeriksaan DPL dilakukan melalui anus, jika terdapat darah segar

dalam BAB atau sekitar anus berarti trauma non-penetrasi (trauma tumpul)

mengenai kolon atau usus besar, dan apabila darah hitam terdapat pada BAB

atau sekitar anus berarti trauma non-penetrasi (trauma tumpul) usus halus

atau lambung. Apabila telah diketahui hasil Diagnostic Peritonea Lavage

(DPL), seperti adanya darah pada rektum atau pada saat BAB. Perdarahan

dinyatakan positif bila sel darah merah lebih dari 100.000 sel/mm³ dari 500

sel/mm³, empedu atau amilase dalam jumlah yang cukup juga merupakan

indikasi untuk cedera abdomen. Tindakan selanjutnya akan dilakukan

prosedur laparotomi.

Kontra indikasi dilakukan Diagnostic Peritoneal Lavage (DPL), antara

lain:

- Hamil

- Pernah operasi abdominal

- Operator tidak berpengalaman

2. Skrinning Pemeriksaan Rontgen.

Foto rontgen torak tegak berguna untuk menyingkirkan kemungkinan

hemo atau Pneumotoraks atau untuk menemukan adanya udara

intraperitonium. Serta rontgen abdomen sambil tidur (supine) untuk

menentukan jalan peluru atau adanya udara retroperitoneum.

7

Page 8: BAB II Askep Trauma Abdomen,

a. IVP atau Urogram Excretory dan CT Scanning

Ini di lakukan untuk mengetauhi jenis cedera ginjal yang ada.

b. Uretrografi.

Di lakukan untuk mengetauhi adanya rupture uretra

c. Sistografi Ini

Di gunakan untuk mengetauhi ada tidaknya cedera pada kandung

kencing, contohnya pada

1) fraktur pelvis.

2) Trauma non-penetrasi

2.1.6 Penatalaksanaan

Pengkajian yang dilakukan untuk menentukan masalah yang mengancam

nyawa, harus mengkaji dengan cepat apa yang terjadi di lokasi kejadian. Param

edik mungkin harus melihat Apabila sudah ditemukan luka tikaman, luka trauma

benda lainnya, maka harus segera ditangani, penilaian awal dilakuakan prosedur

ABC jika ada indikasi, Jika korban tidak berespon, maka segera buka dan

bersihkan jalan napas.

1. Airway, dengan Kontrol Tulang Belakang Membuka jalan napas menggunakan

teknik ‘head tilt chin lift’ atau menengadahkan kepala dan mengangkat dagu,

periksa adakah benda asing yang dapat mengakibatkan tertutupnya jalan napas.

Muntahan, makanan, darah atau benda asing lainnya.

2. Breathing, dengan Ventilasi Yang Adekuat Memeriksa pernapasan dengan

menggunakan cara ‘lihat-dengar-rasakan’ tidak lebih dari 10 detik untuk

memastikan apakah ada napas atau tidak, Selanjutnya lakukan pemeriksaan status

respirasi korban (kecepatan, ritme dan adekuat tidaknya pernapasan).

3. Circulation, dengan Kontrol Perdarahan Hebat Jika pernapasan korban

tersengal-sengal dan tidak adekuat, maka bantuan napas dapat dilakukan. Jika

tidak ada tanda-tanda sirkulasi, lakukan resusitasi jantung paru segera. Rasio

kompresidada dan bantuan napas dalam RJP adalah 15 : 2 (15 kali kompresi dada

dan 2 kalibantuan napas).

2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

8

Page 9: BAB II Askep Trauma Abdomen,

2.2.1 Pengkajian Data

Dasar Pemeriksaan fisik ‘head to toe’ harus dilakukan dengan singkat tetapi

menyeluruh dari bagian kepala ke ujung kaki.

Pengkajian data dasar menurut Doenges (2000), adalah:

1. Aktifitas/istirahat

Subjektit :Pusing, sakit kepala, nyeri, mulas,

Objektif:Perubahan kesadaran, masalah dalam keseim Bangan cedera (trauma).

2. Sirkulasi

Objektif :Kecepatan (bradipneu, takhipneu), pola napas (hipoventilasi,

hiperventilasi, dll). Normalnya pernapasan normal berkisar antara 8-20

kali per menit (dewasa), 15 – 30 (anak-anak) dan 25 – 50 (bayi).

3. Integritas ego

Subjektif : menyangkal gejala penting / adanya kondisi takut mati, perasaan ajal

sudah dekat, marah pada penyakit / perawatan yang tidak perlu, kuatirtentang

eluarga, kerja, keuangan. Perubahan tingkah laku / kepribadian(tenangatau

dramatis),

Objektif : menolak, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah, marah,

perilaku menyerang, fokus pada diri sendiri.

4. Eliminasi

Objektif :Inkontinensia kandung kemih/usus atau mengalami gangguan fungsi

5. Makanan dan cairan

Subjektif :Mual, muntah, dan mengalami perubahan Selera makan.

Objektif:Mengalami distensi abdomen.Nyeri tekan di perut,kulit

kering/berkeringat, perubahan berat badan.

6. Neurosensori.

9

Page 10: BAB II Askep Trauma Abdomen,

Objektif : Kehilangan kesadaran sementara, vertigo, Perubahan kesadaran

bisasampai koma, perubahan status mental, Kesulitan dalam menentukanposisi

tubuh.

7. Nyeri dan kenyamanan

Subjektif : Sakit pada abdomen dengan intensitas dan lokasi yang berbeda,

biasanya lama.

Objektif : wajah meringi, gelisah, merintih, emosi labil, perilaku berhati-hati.

8. Pernafasan

Objektif : Perubahan pola nafas.

9. Keamanan

Subjektif : Trauma baru/ trauma karena kecelakaan.

Objektif : Dislokasi gangguan kognitif.Gangguan rentang gerak.

2.2.2 Analisa Data

No Data Etiologi Masalah keperawatan

1.

2.

Ds : pasien mengatakan ”

saya tidak nafsu makan”

Do :

- mual

- muntah

- distensi abdomen

- berkeringat

- perdarahan

Ds: pasien mengatakan

”saya merasakan sakit

pada

daerah luka.

Kurangnya masukan

cairan dan elektrolit

trauma pada daerah

abdomen

Kekurangan cairan dan

elekrolit

Nyeri dan kenyamanan

10

Page 11: BAB II Askep Trauma Abdomen,

3.

4.

5.

Do :

- wajah meringis

-gelisah,

- Merintih

- Emosi labil

- Perilaku berhati-hati.

- bradipneu

Ds : pasien mengatakan

”keadaan luka saya belum

membaik”

Do :

- suhu tubuh

meningkat lebih dari

37,8°C

- adanya

pembengkakan

- adanya kemerahan

disekitar luka

Ds : pasien menyatakan

”saya takut penyakit saya

tak akan sembuh

Do :

- cemas

- bingung

- depresi

- ekspresi wajah

tegang

- ketakutan

- insomnia

Ds : pasien mengatakan

”saya masih takut untuk

Tindakan pembedahan,

tidak adekuatnya

pertahanan tubuh

Krisis situasi dan

perubahan status

kesehatan

Kelemahan fisik

`

Infeksi

Ansietas

Gangguan mobilitas

11

Page 12: BAB II Askep Trauma Abdomen,

bergerak”

Do :

- aktifitas terbatas

- gerakan lambat

-gaya berjalan tidak

stabil

- bicara tersendat-Sendat

`

2.2.3 Diagnosa Keperawatan

1. Defisit Volume cairan dan elektrolit

2. Nyeri

3. Resiko infeksi

4. Ansietas

5. Gangguan Mobilitas fisik

2.2.4 Perencanaan tindakan keperawatan

No Diagnosa

keperawatan

Rencana keperawatan

Tujuan Intervensi Rasionalisasi

1. Defisit Volume

cairan dan

elektrolit

berhubungan

dengan perdarahan

Terjadi

keseimbangan

volume cairan

a.Kaji tanda-tanda

vital.

b.Pantau cairan

parenteral dengan

elektrolit, antibiotik

dan vitamin

c.Kaji tetesan infus

d. Kolaborasi :

Berikan cairan

parenteral sesuai

indikasi.

e. Tranfusi darah

- untuk

mengidentifikasi

defisit volume cairan

- mengidentifikasi

keadaan perdarahan

- awasi tetesan untuk

mengidentifikasi

kebutuhan cairan

- cara parenteral

membantu

memenuhi

kebutuhan nuitrisi

tubuh

- menggantikan

darah yang keluar.

12

Page 13: BAB II Askep Trauma Abdomen,

2.

3.

Nyeri berhubungan

dengan adanya

trauma

abdomen atau luka

penetrasi abdomen.

(Doenges, 2000)

Resiko infeksi

berhubungan

dengan

tindakan

pembedahan,

tidak adekuatnya

pertahanan

tubuh

Nyeri Teratasi

Tidak terjadi

infeksi

a.Kaji karakteristik

nyeri

b.Beri posisi semi

fowler.

c.Anjurkan tehnik

manajemen nyeri

seperti distraksi

d.Kolaborasi

pemberian

analgetik sesuai

indikasi.

e.Managemant

lingkungan yang

nyaman.

a.Kaji tanda-tanda

infeksi

b.Kaji keadaan luka

c.Kaji tanda-tanda

vital

d.Perawatan luka

dengan prinsip

sterilisasi

e.Kolaborasi

pemberian

antibiotik

- mengetahui tingkat

nyeri klien

- mengurngi

kontraksi abdomen

- membantu

mengurangi rasa

nyeri dengan

mmengalihkan

perhatian

- analgetik

membantu

mengurangi rasa

nyeri

- lingkungan yang

nyaman dapat

memberikan

rasa nyaman klien.

-mengidentifikasi

adanya resiko

infeksi lebih

dini

-keadaan luka yang

diketahui lebih awal

dapat mengurangi

resiko infeksi

-suhu tubuh naik

dapat di indikasikan

adanya

proses infeksi

-teknik aseptik dapat

m5enurunkan resiko

infeksi nosokomial

13

Page 14: BAB II Askep Trauma Abdomen,

4.

5.

Ansietas

berhubungan

dengan kurangnya

pengetahuan

tentang penyakit.

Gangguan

mobilitas

berhubungan

dengan kelemahan

fisik

pasien tidak

merasa gelisah

terhadap

penyakitnya.

pasien dapat

begerak secara

normal.

a. kaji emosional

pasien

b. memberikan

penyuluhan kepada

pasien dan keluarga

pasien.

a. kaji ruang

rentang gerak

pasien.

b. melatih pasien

dalam

berkomunikasi.

-antibiotik mencegah

adanya infeksi

bakteri

dari luar.

-untuk mengetahui

perkembangan

perasaan pasien.

-untuk menguragi

ansietas pasien

terhadap

penyakitnya.

- untuk mengetahui

berapa besar

kemampuan pasien

dalam bergerak

- agar pasien dapat

berkomunikasi

dengan lancar.

BAB III

PENUTUP

14

Page 15: BAB II Askep Trauma Abdomen,

3.1 Kesimpulan

Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan

tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2001). Trauma

Abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ abdomen yang dapat

menyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi gangguan metabolisme, kelainan

imonologi dan gangguan faal berbagai organ.

TANDA DAN GEJALA

Nyeri pada penggerakan

Nyeri tekan, nyeri ketok, nyeri lepas dan kekakuan (rigidity) dinding perut.

Functio laesa (fungsiterganggu)

Posisi trauma abnormal

Memar/jejas pada dinding perut.

Kerusakan organ-organ.

Iritasi cairan usus (FKUI, 1995).

Perdarahan dan pembekuan darah

Kontaminasi bakteri

Kematian sel

3.2 Saran

Kami menyadari dalam menyusun makalah ini masih banyak kekurangan.

Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan agar kami

menjadi lebih baik lagi.

15