bab i, ii, iii askep osteroporosis

31
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ostoporosis adalah kelainan di mana terjadi penurunan massa tulang total. Terdapat perubahan pergantian tulang homeostatis normal, kecepatan resorpsi tulang lebih besar dari kecepatan pembentukan tulang, mengakibatkan penurunan massa tulang total. Tulang secara progresif menjadi porus, rapuh, dan mudah patah; tulang menjadi mudah fraktur dengan stress yang tidak akan menimbulkan pengaruh pada tulang normal. Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur kompresi vertebra torakalis dan lumbalis, fraktur daerah kolum femoris dan daerah trokhanter, dan patah tulang Colles pada pergelangan tangan. Fraktur kompresi ganda vertebra mengakibatkan deformitas skelet. B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum : Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dengan osteoporosis 2. Tujuan Khusus : 1) Untuk mengetahui definisi osteoporosis 2) Untuk mengetahui epidemiologi osteoporosis 3) Untuk mengetahui anatomi fisiologi osteoporosis

Upload: utup-ben

Post on 23-Oct-2015

32 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab i, II, III Askep Osteroporosis

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ostoporosis adalah kelainan di mana terjadi penurunan massa tulang total. Terdapat

perubahan pergantian tulang homeostatis normal, kecepatan resorpsi tulang lebih besar dari

kecepatan pembentukan tulang, mengakibatkan penurunan massa tulang total. Tulang secara

progresif menjadi porus, rapuh, dan mudah patah; tulang menjadi mudah fraktur dengan stress

yang tidak akan menimbulkan pengaruh pada tulang normal. Osteoporosis sering mengakibatkan

fraktur kompresi vertebra torakalis dan lumbalis, fraktur daerah kolum femoris dan daerah

trokhanter, dan patah tulang Colles pada pergelangan tangan. Fraktur kompresi ganda vertebra

mengakibatkan deformitas skelet.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum : Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan kepada

pasien dengan osteoporosis

2. Tujuan Khusus :

1) Untuk mengetahui definisi osteoporosis

2) Untuk mengetahui epidemiologi osteoporosis

3) Untuk mengetahui anatomi fisiologi osteoporosis

4) Untuk mengetahui etiologi osteoporosis

5) Untuk mengetahui manifestasi klinis osteoporosis

6) Untuk mengetahui patofisiologi osteoporosis

7) Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang osteoporosis

8) Untuk mengetahui penatalaksanaan klinis osteoporosis

9) Untuk mengetahui komplikasi osteoporosis

10) Untuk mengetahui askep pada pasien osteoporosis menurut teori

Page 2: Bab i, II, III Askep Osteroporosis

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi

Osteroporosis, yaitu gangguan tulang metabolic, tingkat resorpsi tulang dipercepat,

sedangkan pembentukan tulang melambat. Kondisi ini menyebabkan massa tulang hilang.

Tulang yang diserang penyakit ini akan kehilangan kalsium dan garam fosfat, sehingga menjadi

keropos, rapuh, dan secara abnormal rawan terkena fraktur. Osteoporosis bisa primer maupun

mengikuti (sekunder) penyakit mendasar. Osteoporosis primer umumnya disebut osteoporosis

senile atau postmenopausal karena paling sering menyerang wanita lansia dan setelah

menopause. Osteoporosis pada pria bisa diklasifikasikan dalam tig cara, yaitu:

Primer – idiopatik; tidak ada penyebab yang diketahui

Sekunder – lebih sering menyerang pria daripada wanita; mungkin disebabkan oleh terapi obat

(antikonvulsan, glukokortikoid, terapi heparin atau warfarin dalam waktu lama), faktor gaya

hidup (alkoholisme, imobilitas, merokok), atau kondisi medis (gangguan GI, hiperkalsiuria,

hipogonadisme, penyakit neoplastik, transplantasi organ, arthritis rheumatoid, tirotoksikosis)

Senile – muncul setelah penderita berusia 70 tahun; disebabkan oleh ketidakseimbangan

antara kehancuran tulang dengan pembentukan tulang baru, asupan kalsium dan vitamin D

tidak cukup, dan aktivitas fisik kurang (Lippincott, 2008).

Kifosis

Kolaps bertahap tulang vertebra mungkin tidak menimbulkan gejala; hanya terlihat sebagai

kifosis progresif. Dengan berkembangnya kifosis (“dowager’s hump”), terjadi pengurangan

tinggi badan. Beberapa wanita pascamenopause dapat kehilangan tinggi 2,5 sampai 15 cm (1

sampai 6 inci) akibat kolaps vertebra. Perubahan postural mengakibatkan relaksasi otot

abdominal dan akibatnya perutnya menonjol. Deformitas ini juga dapat mengakibatkan

insufisiensi paru. Kebanyakan pasien mengeluh kelelahan.

Page 3: Bab i, II, III Askep Osteroporosis

Kehilangan massa tulang merupakan fenomena universal yang berkaitan dengan usia.

Kalsitonin yang menghambat resorpsi tulang dan merangsang pembentukan tulang mengalami

penurunan. Estrogen yang menghambat pemecahan tulang, juga berkurang bersama

bertambahnya usia. Hormone paratiroid, di sisi lain, meningkat bersama bertambahnya usia dan

meningkatkan resorpsi tulang. Konsekuensi perubahan ini adalah kehilangan tulang neto bersama

berjalannya waktu (Brunner & Suddarth, 2001).

B. Epidemiologi

Prevalensi osteoporosis pada wanita usia 75 adalah 90%. Rata-rata wanita usia 75 tahun

telah kehilangan 25% tulang kortikalnya dan 40% tulang trebekularnya. Dengan bertambahnya

usia populasi ini, insiden fraktur (1,3 juta per tahun), nyeri, dan kecacatan yang berkaitan dengan

nyeri juga meningkat.

Wanita lebih sering mengalami osteoporosis dan lebih ekstensif daripada pria karena

puncak massa tulang juga lebih rendah dan efek kehilangan estrogen selama menopause. Wanita

Afrika-Amerika, yang memiliki massa tulang lebih besar daripada wanita Kaukasia, lebih tidak

rentanterhadap osteoporosis. Wanita Kaukasia yang tidak gemuk dan berkerangka kecil

mempunyai risiko tertinggi untuk osteoporosis. Lebih setengah dari semua wanita di atas usia 45

memperlihatkan bukti pada sinar-x adanya osteoporosis.

Identifikasi awal wanita usia belasan dan dewasa muda yang mempunyai risiko tinggi dan

pendidikan untuk meningkatkan asupan kalsium, berpartisipasi dalam latihan pembebanan berat

badan teratur, dan mengubah gaya hidup (mis. mengurangi penggunaan kafein, sigaret, dan

alkohol) akan menurunkan risiko terjadinya osteoporosis, fraktur tulang, dan kecacatan yang

diakibatnya pada usia lanjut.

C. Anatomi Fisiologi

Ada 206 tulang dalam tubuh manusia yang terbagi dalam empat kategori: tulang panjang

(mis. femur), tulang pendek (mis, tulang tarsalia), tulang pipih (mis, sternum), dan tulang

tak teratur (mis. vertebra). Bentuk dan konstruksi tulang tertentu ditentukan oleh fungsi

dan gaya yang bekerja padanya.

Page 4: Bab i, II, III Askep Osteroporosis

Tulang tersusun oleh jaringan tulang kanselus (trabekular atau spongius) atau kortikal

(kompak). Tulang panjang (mis. femur berbentuk seperti tangkai atau batang panjang dengan

ujung yang membulat. Batang atau diafisi terutama tersusun atas tulang kortikal. Ujung tulang

panjang dinamakan epifisis dan terutama tersusun oleh tulang kanselus. Plat epifisis memisahkan

epifisis dari diafisis dan merupakan pusat pertumbuhan longitudinal pada anak-anak. Pada orang

dewasa mengalami kalsifikasi. Ujung tulang panjang ditutupi oleh kartilago atrikular pada sendi-

sendinya. Tulang panjang disusun untuk menyangga berat badan dan gerakan. Tulang pendek

(mis. metakarpal) terdiri dari tulang kanselus ditutupi selapis tulang kompak. Tulang pipih (mis.

sternum) merupakan tempat penting untuk hematopoiesis dan sering memberikan perlindungan

bagi organ vital. Tulang pipih tersusun dari tulang kanselus di antara dua tulang kompak. Tulang

tak teratur (mis. vertebra) mempunyai bentuk yang unik sesuai fungsinya.

Tulang tersusun atas sel, matriks protein, dan deposit mineral. Sel-selnya terdiri atas tiga

jenis dasar-ostoblas, osteosit, dan osteoklas. Osteoblas berfungsi dalam pembentukan tulang

dengan mensekresikan matriks tulang. Osteosit adalah sel dewasa yang terlibat dalam

pemeliharaan fungsi tulang dan terletak dalam osteon (unit matriks tulang). Osteoklas adalah sel

multinuklear (berinti banyak) yang berperan dalam penghancuran, resorpsi, dan remodeling

tulang.

Tulang mulai terbentuk lama sebelum kelahiran. Osifikasi adalah proses di mana matrik

tulang (di sini serabut kolagen dan substansi dasar) terbentuk dan pengerasan mineral (di sini

garm kalsium) ditimbun di serabut kolagen dalam suatu lingkungan elektronegatif. Serabut

kolagen member kekuatan terhadap tarikan pada tulang dan kalsium memberikan kekuatan

terhadap tekanan pada tulang.

Ada dua model dasar osifikasi: intramembran dan endokondral. Penulangan

intramembranus di mana tulang tumbuh di dalam membran, terjadi pada tulang wajah dan

tengkorak. Maka ketika tengkorak mengalami penyembuhan, terjadi union secara fibrus. Bentuk

lain pembentukan tulang adalah penulangan endokondral di mana terbentuk dahulu model tulang

rawan. Pertama terbentuk jaringan serupa tulang rawan (osteosid), kemudian mengalami resorpsi

dan diganti oleh tulang. Kebanyakan tulang di tubuh terbentuk dan mengalami penyembuhan

melalui osifikasi endokondral.

Page 5: Bab i, II, III Askep Osteroporosis

Kebanyakan patah tulang sembuh melalui osifikasi endokondral. Ketika tulang

mengalami cidera, fragmen tulang tidak hanya ditambal dengan jaringan parut namun tulang

mengalami regenerasi sendiri. Ada beberapa tahapan dalam penyembuhan tulang: (1) inflamasi,

(2) proliferasi sel, (3) pembentukan kalus, (4) penulangan kalus, dan (5) remodeling menjadi

tulang dewasa.

D. Etiologi

Osteoporosis primer : tidak diketahui

Faktor risiko

Fungsi adrenal gonad menurun

Kekeliruan metabolism protein akibat defisisensi estrogen

Keseimbangan kalsium negatif yang ringan namun berlangsung lama, yang disebabkan oleh

asupan kalsium yang tidak cukup

Sering duduk dan tidak bergerak

Osteoporosis sekunder

Alkoholisme

Imobilisasi atau salah menggunakan tulang

Hipertiroidisme

Intoleransi laktosa

Penyakit hati

Malabsorpsi

Malnutrisi

Ketidaksempurnaan osteogenesis

Terapi yang berlangsung lama dengan steroid atau heparin

Arthritis rheumatoid

Penyakit kudis

Atrofi Sudeck (setempat di tangan dan kaki bawah, dengan serangan yang berulang-ulang)

Page 6: Bab i, II, III Askep Osteroporosis

E. Manifestasi Klinis

Fraktur Colles setelah jatuh ringan

Fraktur pinggul

Deformitas yang semakin parah

Kifosis

Tinggi badan berkurang

Nyeri yang memburuk saat bergerak atau terkejut

Fraktur patologis di leher dan femur

Bunyi kertakan di vertebra bawah ketika dibengkokkan

Fraktur baji spontan

Nyeri mendadak di punggung bawah

Kolaps vertebra menyebabkan nyeri yang memancar di sekitar batang tubuh

F. Patofosiologi

Remodeling tulang normal pada orang dewasa akan meningkatkan massa tulang sampai

sekitar usia 35 tahun. Genetik, nutrisi, pilihan gaya hidup (mis. merokok, konsumsi kafein,

dan alkohol), dan aktivitas fisik mempengaruhi puncak massa tulang. Kehilangan karena usia

mulai segera setelah tercapainya puncak massa tulang. Menghilangnya esterogen pada saat

menopause dan pada ooforektomi mengakibatkan percepatan resorpsi tulang dan berlangsung

terus selama bertahun-tahun pascamenopause. Pria mempunyai puncak massa tulang lebih

besar dan tidak mengalami perubahan hormonal mendadak. Akibatnya, insidensi osteoporosis

lebih rendah pada pria.

Faktor nutrisi mempengaruhi pertumbuhan osteoporosis. Vitamin D penting untuk

absorpsi kalsium dan untuk mineralisasi tulang normal. Diet mengandung kalsium dan

vitamin D harus mencukupi untuk mempertahankan remodeling tulang dan fungsi tubuh.

Asupan kalsium dan vitamin D yang tidak mencukupi selama bertahun-tahun mengakibatkan

pengurangan massa tulang dan pertumbuhan osteoporosis. Asupan harian yang dianjurkan

(RDA = recommended daily allowance) kalsium meningkat pada adolesens dan dewasa muda

(usia 11 sampai 24 tahun) sampai 1200 mg untuk memaksimalkan puncak massa tulang. RDA

Page 7: Bab i, II, III Askep Osteroporosis

untuk orang dewasa tetap 800 mg. Tetapi 1000 sampai 1500 mg per hari untuk wanita

pascamenopause biasanya dianjurkan. Rata-rata perkiraan sesungguhnya asupan per hari

adalah 300 sampai 500 mg. Lansia menyerap kalsium diet kurang efisien dan

mengekskresikannya lebih cepat melalui ginjalnya, maka wanita pascamenopause dan lansia

sesungguhnya perlu mengkonsumsi kalsium dalam jumlah tak terbatas. Sumber vitamin D dan

kalsium terbaik adalah susu yang diperkaya.

Bahan katabolik endogen (diproduksi oleh tubuh) dan eksogen (dari sumber luar) dapat

menyebabkan osteoporosis. Kortikosteroid berlebihan, sindrom Cushing, hipertiroidisme

menyebabkan kehilangan tulang. Derajat osteoporosis berhubungan dengan durasi terapi

kortikosteroid. Ketika terapi dihentikan atau masalah metabolisme telah diatasi,

perkembangan osteoporosis akan berhenti, namun restorasi kehilangan massa tulangbiasanya

tidak terjadi.

Keadaan medis penyerta (mis. sindrom malabsorpsi, intoleransi laktosa, penyalahgunaan

alcohol, gagal ginjal, gagal hepar, dan gangguan endokrin) mempengaruhi pertumbuhan

osteoporosis. Obat-obatan (mis. isoniasid, heparin, tetrasiklin, antasida yang mengandung

aluminium, furosemide, antikonvulsan, kortikosteroid, dan suplemen tiroid) mempengaruhi

penggunaan tubuh dan metabolisme kalsium.

G. Pemeriksaan Penunjang

Sinar – X menunjukkan degenerasi khas di toraks bawah dan vertebra lumbar. Tubuh

vertebral bisa tampak datar dan bisa terlihat lebih padat dibanding normalnya.

Pengujian kepadatan mineral tulang (bone mineral density-BMI) dilakukan dalam dual-energy

X-ray absorptiometry (DEXA) untuk mengukur mineralisasi tulang. Hilangnya mineral tulang

menjadi terlihat jelas di stadium lanjut.

Semua kadar kalsium serum, fosforus, dan alkalin fosfatase berada dalam batas normal,

namun kadar hormon paratiroid bisa naik.

Biopsy tulang menunjukkan tulang yang tipis dan keropos namun jika tidak memakai biopsy,

tulang tampak normal.

Page 8: Bab i, II, III Askep Osteroporosis

Computed tomography (CT) scan spinal menunjukkan demineralisasi. CT kuantitatif bisa

mengevaluasi kepadatan tulang namun kurang banyak tersedia dan lebih mahal disbanding

DEXA.

Uji terbaru untuk membantu diagnosis osteoporosis meliputi pengukuran kadar N-telopeptida

dalam urin (Lippincott, 2008).

H. Komplikasi : fraktur tulang yang mengalami osteoporosis.

I. Penatalaksanaan Medis

Program terapi fisik menekankan latihan dan aktivitas yang halus.

Natrium fluorida menstimulasi pembentukan tulang.

Kalsium dan vitamin D mendukung metabolisme tulang normal.

Terapi penggantian hormon (hormone replacement therapy-HRT) dengan estrogen dan

progesteron bisa mmperlambat tulang yang hilang dan mencegah terjadinya fraktur. HRT

mengurangi reabsorpsi dan menambah masa tulang. Akan tetapi, terapi ini masih controversial

karena potensi komplikasi dari HRT bisa membuat beberapa pasien mendapatkan keuntungan

yang lebih besar.

Penyangga punggung bisa menunjang vertebra yang melemah.

Pembedahan mungkin diperlukan untuk memperbaiki fraktur patologis di femur dengan

reduksi terbuka dan fiksasi internal.

Reduksi dan imobilisasi gips plester selama 4 sampai 10 minggu merupakan pilihan

penanganan untuk fraktur Colles.

Tindakan preventif antara lain cukup asupan kalsium, latihan teratur, dan tidak merokok, serta

tidak mengkonsumsi alkohol secara berlebihan. Medikasi untuk menjaga kesehatan tulang

meliputi bisphosphonates (alendronate [Fosamax] dan risedronate [Actonel]), calcitonin,

estrogen, dan raloxifene (Evista). Osteoporosis sekunder bisa dicegah dengan penanganan

efektif pda penyakit penyebab, mobilisasi dini setelah pembedahan atau trauma, mengurangi

konsumsi alcohol, pemeriksaan saksama terhadap tanda malabsorpsi, dan penanganan

hipertiroidisme yang cepat dan tepat (Lippincott, 2008).

Page 9: Bab i, II, III Askep Osteroporosis

J. Dokumentasi ASKEP (Pengkajian-Evaluasi) teoritis

Pengkajian

Promosi kesehatan, identifikasi individu dengan risiko mengalami osteoporosis, dan

penemuan masalah yang berhubungan dengan osteoporosis membentuk dasar bagi pengkajian

keperawatan. Wawancara meliputi pertanyaan mengenai terjadinya osteoporosis dalam keluarga,

fraktur sebelumnya, konsumsi kalsium diet harian, pola latihan, awitan menopause, dan

penggunaan kortikosteroid selain asupan alkohol, rokok, dan kafein. Setiap gejala yang dialami

pasien seperti nyeri pinggang, konstipasi, atau gangguan citra diri harus digali.

Pemeriksaan fisik kadang menemukan adanya patah tulang, kifosis vertebra torakalis, atau

pemendekan tinggi badan. Masalah mobilitas dan pernapasan dapat terjadi akibat perubahan

pstur dan kelemahan otot. Konstipasi dapat terjadi akibat inaktivitas.

Diagnosis

Berdasarkan data pengkajian, diagnosa keperawatan utama pasien yang mengalami fraktur

vertebra spontan karena osteoporosis dapat meliputi yang berikut:

1) Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi

2) Nyeri yang berhubungan dengan fraktur dan spasme otot

3) Konstipasi yang berhubungan dengan imobilitas atau terjadinya ileus (obstruksi

usus)

4) Risiko terhadap cedera: fraktur, yang berhubungan dengan tulang osteoporotik.

Intervensi Keperawatan

1) Memahami osteoporosis dan program tindakan

Page 10: Bab i, II, III Askep Osteroporosis

Pengajaran pasien dipusatkan pada faktor yang mempengaruhi terjadinya osteoporosis,

intervensi untuk menghentikan atau memperlambat proses, dan upaya mengurangi gejala.

Diet atau suplemen kalsium yang memadai, latihan pembebanan berat badan teratur, dan

modifikasi gaya hidup, bila perlu (mis. pengurangan kafein, sigaret, dan alkohol), dapat

membantu mempertahankan massa tulang. Latihan dan aktivitas fisik merupakan kunci

utama untuk menumbuhkan tulang dengan kepadatan tinggi yang tahan terhadap

terjadinya osteoporosis. Ditekankan pada lansia harus tetap membutuhkan kalsium,

vitamin D, sinar matahari, dan latihan yang memadai untuk meminimalkan efek

osteoporosis.

Pendidikan pasien yang berkaitan dengan terapi obat sangat penting. Karena nyeri

lambung dan distensi abdomen merupakan efek samping yang sering terjadi pada

suplemen kalsium, maka pasien sebaiknya meminum suplemen kalsium bersama

makanan untuk mengurangi terjadinya efek samping tersebut. Selain itu, asupan cairan

yang memadai dapat menurunkan risiko pembentukan batu ginjal. Bila diresepkan HRT,

pasien harus diajar mengenai pentingnya skrining berkala terhadap kanker payudara dan

endometrium.

2) Meredakan Nyeri.

Peredaan nyeri punggung dapat dilakukan dengan istirahat di tempat tidur dengan posisi

telentang atau miring ke samping selama beberapa hari. Kasur harus padat dan tidak

lentur. Fleksi lutut dapat meningkatkan rasa nyaman dengan merelaksasi otot. Kompres

panas intermiten dan pijatan punggung memperbaiki relaksasi otot. Pasien diminta untuk

menggerakkan batang tubuh satu unit, hindari gerakan memuntir. Postur yang bagus

dianjurkan dan mekanika tubuh juga harus diajarkan. Ketika pasien dibantu turun dari

tempat tidur, pasang korset lumbosakral untuk menyokong dan imobilisasi sementara,

meskipun alat serupa kadang terasa tidak nyaman dan kurang bisa ditoleransi oleh

kebanyakan lansia. Bila pasien sudah dapat menghabiskan lebih banyak waktunya di luar

tempat tidur, perlu dianjurkan untuk sering istirahat baring untuk mengurangi rasa tidak

nyaman dan mengurangi stress akibat postur abnormal pada otot yang melemah. Opioid

oral mungkin diperlukan untuk hari-hari pertama setelah awitan nyeri punggung. Setelh

beberapa hari, analgetika non-opioid dapat mengurangi nyeri.

3) Memperbaiki pengosongan usus.

Page 11: Bab i, II, III Askep Osteroporosis

Konstipasi merupakan masalah yang berkaitan dengan imobilitas, pengobatan, dan lansia.

Pemberian awal diet tinggi serat, tambahan cairan, dan penggunaan pelunak tinja sesuai

kebutuhan dapat membantu atau meminimalkan konstipasi. Bila kolaps vertebra

mengenai vertebra T10-L2 pasien dapat mengalami ileus. Maka perawat harus memantau

asupan pasien, bising usus, dan aktivitas usus.

4) Mencegah Cedera

Aktivitas fisik sangat penting untuk memperkuat otot, mencegah atrofi, dan

memperlambat demineralisasi tulang progresif. Latihan isometric dapat digunakan untuk

memperkuat otot batang tubuh. Berjalan, mekanika tubuh yang baik, dan postur tubuh

yang baik harus dianjurkan. Membungkuk mendada, melenggok, dan mengangkat beban

lama harus dihindari. Aktivitas pembebanan berat badan harian, sebaiknya di luar rumah

Tindakan Keperawatan

Fokuskan pada kerapuhan pasien, penekanan pada pemosisian yang hati-hati, ambulasi, dan

latihan yang diberikan.

Periksa kulit pasien setiap hari untuk melihat apakah muncul warna merah, terasa hangat, dan

ada nyeri di tempat baru, yang bisa mengindikasikan fraktur baru. Dorong pasien melakukan

aktivitas, bantu ia berjalan beberapa kali setiap hari.

Lakukan latihan jangkauan-pergerakan pasif atau dorong pasien melakukan latihan aktif.

Pastikan ia menghadiri sesi terapi fisik secara teratur dan sesuai jadwal.

Lakukan tindakan pencegahan yang aman, misalnya menjaga palang ranjang selalu naik.

Selalu gerakkan pasien dengan lembut dan hati-hati. Jelaskan pada keluarga dan personel

fasilitas tambahan mengenai betapa mudahnya tulang pasien osteoporosis mengalami fraktur.

Beri makan seimbang, kaya nutrisi yang mendukung metabolisme skeletal: vitamin D,

kalsium, dan protein. Beri analgesic dan panas untuk meredakan nyeri.

Pastikan pasien dan keluarganya benar-benar memahami aturan obat yang diberikan. Beritahu

mereka cara mengenali reaksi merugikan dan minta mereka segera melaporkannya. Selain itu,

minta pasien segera melaporkan tempat nyeri baru di manapun, terutama setelah trauma

seringan apapun.

Page 12: Bab i, II, III Askep Osteroporosis

Sarankan pasien tidur di matras yang kuat dan tidak beristirahat di ranjang secara berlebihan.

Pastikan ia mengerti cara mengenakan penyangga punggungnya.

Ajari pasien mengenai mekanisme tubuh yang baik-membungkuk sebelum mengangkat

apapun dan tidak memelintirkan gerakan dan membengkok dalam waktu yang lama.

Minta pasien wanita menggunakan estrogen dengan teknik yang tepat untuk pemeriksaan-diri

pada payudara. Minta ia melakukan pemeriksaan ini, setidaknya satu kali dalam sebulan dan

segera melaporkan bongkahan apapun. Tekankan perlunya pemeriksaan ginekologis secara

teratur. Minta ia melaporkan pendarahan abnormal dengan cepat dan tepat.

Page 13: Bab i, II, III Askep Osteroporosis

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Kasus

Pada tanggal 19 Oktober 2013, Ny. S 40 tahun diantar oleh anaknya ke RS dengan

keluhan nyeri di bagian punggung saat melakukan aktivitas, klien juga mengeluh sering lelah.

Saat pengkajian klien tampak meringis menahan nyeri dan badan teraba hangat. Klien

mengatakan bingung apa yang terjadi pada dirinya padahal dia merasa sehat-sehat saja. Hasil

pemeriksaan rontgent menunjukkan degenerasi khas di toraks bawah dan vertebra lumbar yang

tampak dan lebih padat. Tanda-tanda vital berupa TD: 130/80 mmHg, RR: 28 x/mnt, N: 110

x/mnt, S: 38,5oC.

B. Dokumentasi ASKEP kasus

Pengkajian Keperawatan

Nama Perawat : Ns. Nara

Tanggal Pengkajian : 14 Oktober 2013

Jam Pengkajian : 08.00 WIB

Page 14: Bab i, II, III Askep Osteroporosis

1. Biodata Pasien

Nama : Ny. S

Usia : 58 tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Pemetik teh

Status Pernikahan : Menikah

Alamat : Jl. Merdeka gang Suramadu no. 29, Yogyakarta

Diagnosa Medis : Osteoporosis

Waktu/tanggal Masuk RS : 14 Oktober 2013/07.40 WIB

Penanggung Jawab

Nama : Nn. Ayu

Usia : 26 tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Pemetik teh

Status Pernikahan : Menikah

Alamat : Jl. Merdeka gang Suramadu no. 29, Yogyakarta

Hubungan dengan klien : Anak kandung

2. Keluhan Utama : Nyeri di bagian punggung

3. Riwayat Kesehatan :

a) Riwayat Penyakit Sekarang: Pada tanggal 19 Oktober 2013, Ny. S 40 tahun

diantar oleh anaknya ke RS dengan keluhan nyeri di bagian punggung saat

melakukan aktivitas, klien juga mengeluh sering lelah. Saat pengkajian klien

Page 15: Bab i, II, III Askep Osteroporosis

tampak meringis menahan nyeri dan badan teraba hangat. Klien mengatakan

bingung apa yang terjadi pada dirinya padahal dia merasa sehat-sehat saja.

b) Riwayat Penyakit Dahulu: Ny. S mengatakan pernah mengalami maag.. Klien

mengatakan tidak pernah mengalami kecelakaan. Klien mengatakan berhenti

merokok setahun yang lalu dan klien sering minum kopi. Klien mengatakan

pernah imunisasi BCG, Polio, DPT, Hepatitis, dan Campak.

4. Riwayat Penyakit Keluarga : Klien mengatakan almarhum ayahnya mengalami

penyakit asma.

Genogram :

asma

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal

Page 16: Bab i, II, III Askep Osteroporosis

: Garis keturunan

: Garis Perkawinan

: Garis tinggal 1 rumah

: Klien dengan Osteoporosis

1) Pengkajian Kebutuhan Dasar Klien

1. Aktivitas dan latihan

a. Olahraga/aktivitas rutin : Sebelum sakit klien mengatakan jarang berolahraga

hanya sekali seminggu atau bahkan tidak ada sama sekali dalam satu bulan.

b. Alat Bantu : Sebelum sakit klien tidak menggunakan alat bantu seperti walker,

kruk, kursi roda, dan tongkat. Saat sakit, klien memakai kursi roda.

c. Terapi : Sebelum dan saat sakit klien tidak ada terapi traksi atau gips.

d. Kemampuan melakukan ROM : Sebelum sakit keluarga klien mengatakan

aktivitas klien aktif tetapi saat sakit aktivitas klien pasif.

e. Kemampuan ambulasi dan ADL : Sebelum sakit keluarga klien mengatakan

aktivitas klien dilakukan secara mandiri. Tetapi saat sakit, aktivitas klien dibantu

keluarga dan perawat.

2. Tidur dan istirahat : Keluarga kllien mengatakan sebelum sakit klien hanya tidur 6-7

jam pada malam hari dan jarang tidur siang hari.

3. Kenyamanan dan nyeri :

Palliative/Profokatif : Klien mengatakan ada nyeri dibagian punggung. Saat

menggunakan pain scale klien mengatakan nyerinya skala 8 (nyeri berat).Klien

mengatakan nyeri dada saat beraktivitas. Jika klien nyeri dada, klien segera

beristirahat.

Quality: klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk.

Page 17: Bab i, II, III Askep Osteroporosis

Rasional : klien mengatakan nyeri di punggung.

Time : klien mengatakan nyeri menetap 1-2 menit.

4. Nutrisi : Saat sakit klien mengatakan, frekuensi makan 2 x/hari, berat badan klien 48

kg dengan tinggi badan 167 cm. Klien mengatakan BB klien dalam 1 bulan terakhir

menurun. Indeks Massa Tubuh (IMT) klien saat sakit (48/1,672) = 17,21 (Kurus

kekurangan BB tingkat ringan).

Kategori IMT :

< 17 : kurus (kekurangan BB tingkat berat)

17,0-18,4 : kurus (kekurangan BB tingkat ringan)

18,5-25,0 : NORMAL

25,1-27,0 : kelebihan BB tingkat ringan

>27,0 : kelebihan BB tingkat berat

5. Klien tidak alergi terhadap apapun. Saat sakit, nafsu makan klien kurang dengan porsi

makan ¼ porsi. Klien menyukai gudeg. Jenis makanan klien adalah nasi. Nafsu

makan klien kurang baik. Klien tidak memiliki riwayat operasi gastrointestinal.

6. Cairan, elektrolit dan asam basa : Sebelum sakit Tn. W mengatakan biasanya minum

air sebanyak 7-8 gelas/hari. Turgor kulit Tn. W elastis, klien tidak ada support IV

Line. Balance cairan klien seimbang. Saat sakit klien diberikan support IV line RL

500 cc, 20 tetes/mnt.

7. Oksigenasi : Saat sakit klien mengatakan napasnya tidak sesak. Klien mengatakan

tidak ada riwayat penyakit pneumonia, klien tidak ada riwayat merokok.

8. Eliminasi fekal/bowel : Sebelum sakit klien mengatakan buang air besar 1 x sehari

tiap pagi, warnanya kekuningan, baunya khas, konsistensi padat. Tidak ada

penggunaan obat pencahar. Klien tidak pernah mengalami gangguan buang air besar,

serta kebutuhan pemenuhan BAB dilakukan secara mandiri. Saat sakit klien BAB 4

hari sekali pemenuhan BAB dengan bantuan.

9. Eliminasi urin : Sabelum sakit Tn. W buang air kecil 5-6 x sehari, warna normal

bening tidak ada hematuria dan dilakukan mandiri. Tn. W juga mengatakan bahwa

tidak ada gangguan buang air kecil seperti (nyeri saat BAK, burning sensation,

bladder terasa penuh setelah BAK, inkontinensia bladder). Klien mengatakan tidak

ada riwayat penyakit ginjal, tidak ada batu ginjal, tidak ada injury/trauma. Klien tidak

Page 18: Bab i, II, III Askep Osteroporosis

menggunakan kateter. Klien mengatakan tidak ada keluhan nokturia, retensi urine,

dan inkontinensia urine.

10. Sensori, persepsi dan kognitif : Klien memakai kacamata dengan lensa cembung,

klien mengatakan tidak ada gangguan pendengaran, penciuman, perabaan ataupun

pengecapan. Klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit eye surgery, tidak ada

otitis media, tidak ada luka yang sulit sembuh.

2) Pemeriksaan Fisik :

a. Keadaan Umum : Klien saat diinspeksi terlihat kesadaran penuh (composmetis)

tidak somnolen, tidak sopor, tidak coma. Pada saat pemeriksaan tingkat kesadaran

menggunakan Glascow Coma Scale, ditemukan hasil Eye 4 (membuka mata

spontan), Verbal 5 (Orientasi baik), Motorik 6 (Gerakan sesuai perintah), total

GCS 15. Tanda-tanda vital berupa TD: 130/80 mmHg, RR: 28 x/mnt, N: 110

x/mnt, S: 38,5oC

b. Kepala : Saat diinspeksi, bentuk kepala klien normal simetris dan rambut sedikit

tipis dan ada uban, rontok, tidak ada hematoma dan lesi. Pada saat dipalpasi

kepala tidak ada tumor, tidak ada pigmentasi, tidak ada pembengkakan di kepala,

dan rambut tidak kasar. Pada saat diinspeksi muka klien normal, tidak bells palsy,

tidak ada hematom dan lesi. Pada saat menginspeksi mata, kelopak mata normal

tidak ada hordeolum dan tidak ada oedema, kemampuan klien untuk membuka,

menutup mata, dan berkedip secara normal tanpa ada gangguan. Saat inspeksi,

pupil isokhor, lensa keruh. Saat diinspeksi warna hidung klien sama dengan wajah

dan pada saat dipalpasi, hidung eksternal klien normal dengan halus simetris,

klien tidak mengalami epistaksis atau menderita polip. Pada saat pemeriksaan

mulut dengan diinspeksi bibir klien kering, tidak ada stomatitit, dan ada sianosis.

Gusi melekat erat pada gigi. Posisi gigi rata, warnanya agak kekuningan.

c. Pada pemeriksaan telinga, dengan diinspeksi, daun telinga klien normal sejajar,

simetris, warna sama dengan wajah, halus tanpa lesi dan tidak ada nyeri tekan,

tidak ada gangguan pendengaran, telinga tampak bersih.

Page 19: Bab i, II, III Askep Osteroporosis

d. Leher : Saat diinspeksi leher klien simetris, saat dipalpasi tidak ada pembesaran

tyroid atau pelebaran JVP, tidak ada kaku kuduk, tidak ada hematom dan lesi.

e. Tenggorokan : Saat diinspeksi tenggorokan klien normal, tidak ada nyeri telan,

tidak ada hiperemis, dan tidak ada pembesaran tonsil.

f. Dada : Saat diinspeksi bentuk dada klien simetris tampak penggunaan otot dada

saat bernapas, saat dipalpasi dengan fremitus taktil ka/ki suara getaran sama pada

kedua dada. Saat diperkusi :

- atas klavikula sonor

- ICS 2 parasternalis sinistra dan dextra sonor

- ICS 3 parasternalis dextra dan sonor

- ICS 4 midklavikula sinistra redup (batas jantung)

- ICS 5 axilla anterior redup (daerah jantung)

Saat diauskultasi suara vesikuler.

Cor : Saat diinspeksi tidak ada pembesaran jantung, saat dipalpasi iktus kordis ICS 4

midklavikula tidak teraba, tidak ada pembesaran jantung,

batas jantung saat diperkusi :

- Batas atas jantung ICS 2 atau 3 sinistra bunyi pekak

- Batas kiri ICS 2-4 mid axilla sinistra bunyi pekak

- Batas ICS 2-5 parasternal sinistra bunyi pekak

- Batas bawah ICS 5 midklavikula sinistra

Auskultasi :

- Bunyi jantung II di area katup aorta ICS 2 linea parasternalis sinistra

- Bunyi jantung II di area katup pulmonal ICS 2-3 linea parasternalis sinistra

- Bunyi jantung I di area katup trikuspidalis ICS 4 linea parasternalis sinistra

- Bunyi jantung I di area katup mitral ICS 5 midklavikularis sinistra (apeks jantung

atau iktus kordis)

Page 20: Bab i, II, III Askep Osteroporosis

g. Abdomen : Saat diinspeksi warna abdomen sama dengan warna kulit, tidak

ada acites. Saat dipalpasi normal tidak ada hepatomegali, tidak ada splenomegali,

tidak ada tumor. Saat diperkusi normal tidak ada hepatomegali, tidak ada suara

pekak. Saat diauskultasi peristaltik usus 7 x/mnt.

h. Genetalia : Pria : saat diinspeksi normal tidak ada hipospadia, tidak ada epispadia,

tidak ada hernia, tidak ada hydrocell, dan tidak ada tumor.

i. Rectum : Saat diinspeksi dan palpasi normal tidak ada hemorroid, tidak ada

prolaps, tidak ada tumor.

j. Ekstremitas atas dan bawah: Kekuatan otot kaki ka/ki lemah, ROM ka/ki lemah.

K= 4 4

4 4

Cappilary refille time klien normal < 2 detik.

3) Psiko sosio budaya Dan Spiritual :

Psikologis : Klien mengatakan sangat khawatir dengan masalah kesehatannya

Perasaan klien setelah mengalami masalah ini adalah: perasaan klien takut mengalami hal

yang lebih buruk, klien takut penyakitnya tidak dapat disembuhkan.

Cara mengatasi perasaan tersebut : Klien mengatakan sering berdoa.

Rencana klien setelah masalah terselesaikan adalah : Klien akan kembali bekerja.

Jika rencana klien tidak dapat diselesaikan maka : Klien hanya akan berserah kepada Tuhan

dan akan terus berusaha untuk kesembuhannya.

pengetahuan klien tentang masalahah/penyakit yang ada : Klien kurang memahami tentang

masalah kesehatannya.

Page 21: Bab i, II, III Askep Osteroporosis

Sosial :

Aktivitas atau peran di masyarakat adalah : Klien mengatakan sehari-hari bekerja sebagai

pemetik teh.

kebiasaan lingkungan yang tidak disukai adalah : Klien mengatakan tidak menyukai

lingkungan bising.

pandangan klien tentang aktifitas sosial dilingkungannya : klien mengatakan peduli dengan

lingkungan dan masyarakat sekitar.

Budaya :

Budaya yang diikuti klien adalah budaya Jawa. Klien mengatakan tidak ada kebudayaan yang

dianutnya merugikan kesehatannya.

Spiritual :

Klien mengatakan aktivitas ibadah sehari-hari klien sholat .

4) Pemeriksaan Penunjang :

1)    Pemeriksaan radiologis : ada kelainan tulang membungkuk

5) Terapi Medis :

- Cairan IV : RL 500 mL 20 tetes/menit.

- Ketorolac 10 mg IV.

- Ranitidin 25 mg/mL IV 2x1.

- Sanmol 500 mg oral 1-2 tablet.

- Dulcolax oral 2 x 1