asidi-alkalimetri
DESCRIPTION
laporan praktikum kimia analisis 1TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ANALISIS I
ASIDI ALKALIMETRI
Disususun oleh :
1. RANI SASKIA JEANITA (G1F011049)
2. INES NUR HENDRIANI (G1F011051)
3. REZA SATRIA BAYUAJI (G1F011053)
4. INNE ROSALINA YUNIANTI (G1F011055)
5. SHARON SUSANTO (G1F011057)
Golongan : A
Kelompok : 2
Hari/tanggal :Selasa, 23 Oktober 2012
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN FARMASI
PURWOKERTO
2012
I. JUDUL PERCOBAAN
Asidi Alkalimetri
II. TUJUAN
Menetapkan kadar suatu senyawa obat dalam sampel menggunakan prinsip
reaksi asam-basa.
III. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada percobaan kali ini yaitu labu ukur, buret,
labu erlenmeyer, pipet tetes, batang pengaduk, sendok tuang, pipet
volume, beker glass, gelas ukur, statip dan klem, gelas arloji, corong pisah,
gelas piala, kertas perkamen, tissue, dan timbangan.
Bahan yang digunakan yaitu HCL pekat, aqudes, natrium karbonat
anhidrat, indikator pp, natrium hidroksida, asam oksalat dihidrat, NaOH,
asam salisilat, etanol 95%, asam sitrat, natrium karbonat, dan indikator
metal jingga.
IV.DATA PENGAMATAN
Larutan baku
a. Larutan Natrium Hidroksida 0,1 N
Titrasi 1
Larutan asam oksalat 10 ml 0,1 N, diperlukan :
Larutan NaOH = 11,25 ml
N NaOH = V as .o ksalat x N as . oksalat
V titran
= 10 x 0,111,25
= 0,08 N
Titrasi 2
Larutan asam oksalat = 10 ml 0,1 N, diperlukan :
Larutan NaOH = 10,75 ml
N NaOH = V as .oksalat x N as . oksalat
V titran
= 10 x 0,110,75
= 0,09 N
N NaOH rata-rata = N 1+N 2
2 =
0,08+0,092
= 0,17
2 = 0,085 N
Rata-rata VNaOH = V 1+V 2
2 =
11,25+10,752
= 222
= 11 ml
b. LarutanAsamKlorida 0,1 N
Titrasi 1 = 14,75
N HCl = 2x mg Na 2CO3
BM Na 2 CO3 xml HCl yang digunakan
= 2 x 200
106 x 14,75
= 400
1563,5 = 0,25 N
Titrasi 2 = 16,35
N HCl = 2x mg Na 2CO3
BM Na 2 CO3 xml HCl yang digunakan
= 2 x 200
106 x 16,35
= 400
1733,1 = 0,23 N
Titrasi 3 = 17,35
N HCl = 2 x mg Na 2 CO3
BM Na 2 CO3 xml HCl yang digunakan
= 2 x 200
106 x 17,35
= 400
1839,1 = 0,22 N
N HCl rata-rata = N 1+N 2+N 3
2 =
0,25+0,23+0,223
= 0,23
N
Penetapan Kadar Asam Sitrat
Diketahui :
N titran NaOH = 0,085 N
V1 = 5,4 ml
V2 = 5,78 ml
mgsampel = 200 mg
BE Asamsitrat = BME
= 1923
= 64
Labu 1Digunakan titran NaOH = 5,4 ml
% Kadar ( b/b) = ml titran x N titran x BE zat x 100 % b/bmg sampel
% Kadar ( b/b) = 5,4 x 0,085 x 64 X 100 % b / b200
= 14,68% b/b
Labu 2Digunakan titran NaOH = 5,78ml
% Kadar ( b/b) = ml titran x N titran x BE zat x 100 % b/bmg sampel
% Kadar ( b/b) = 5,78x 0,085 x 64 X 100 % b / b200
= 15,72 % b/b
Labu 3DigunakantitranNaOH = 5,5 ml
% Kadar ( b/b) = ml titran x N titran x BE zatx 100 % b/bmgsampel
% Kadar ( b/b) = 5,5x 0,085 x 64 X 100 % b / b200
= 14,96 % b/b
Didapatkan kadar NaOH adalah 14,68 %, 15,72 %, 14,96 %.
x = 14,68 %+15,72 %+14,96 %
3 = 15,12 %
x x d[x-x] d2
14,6815,7214,96
15,120,440,60,16
0,19360,360,0256
∑ = 1,2 ∑ = 0,5792
d = 1,23
= 0,4
SD=√ 0,57922
= 0,54
Jadi kadar asam sitrat adalah 15,12 % ± 0,54
* Hargaditolakjika = x - x > 2,5d
= 14,68 – 15,12 > 2,50,4
= 1,1> 2,5
Jadi, harga TIDAK DITOLAK
V. PEMBAHASAN
Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat
dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi
biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi,
sebagai contoh bila melibatkan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam
basa, titrasi redoks untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi
komlpeksometri untuk titrasi yang melibatkan pembentukan reaksi kompleks dan
lain sebagainya (Underwood, 1999).
Larutan yang telah diketahui konsentrasinya disebut dengan titran.
Titran ditambah sedikit demi sedikit pada titrat ( larutan yang dititrasi) sampai
terjadi perubahan warna indicator baik titrat maupun titran biasanya berupa
larutan. Saat terjadi perubahan warna indicator, maka titrasi dihentikan. Saat
terjadi perubahan warna pada indicator dan titrasi diakhiri disebut dengan titik
akhir titrasi (waktunya titrasi dihentikan, situasinya berupa kondisi setelah titik
ekuivalen terlewati sehingga sudah terdapat sedikit titran berada dalam
Erlenmeyer yang ditandai dengan perubahan warna indicator) dan diharapkan titik
akhir titrasi sama dengan titik ekivalen (kondisi dimana analit yang ada di
Erlenmeyer tepat habis bereaksi dengan titran yang di buret). Semakin jauh titik
akhir titrasi dengan titik ekivalen maka semakin besar kesalahan titrasi oleh
karena itu, pemilihan indicator menjadi sangat penting agar warna indicator
berubaha saat titik ekivalen tercapai. Pada saat tercapai titik ekivalen maka pHnya
7 (Underwood, 1999).
Menurut W. Ostwald, Indikator adalah suatu senyawa organik
kompleks dalam bentuk asam atau dengan bentuk basa yang mampu berada dalam
keadaan dua macam bentuk warna yang berbeda dan dapat saling berubah warna
dari bentuk satu ke bentuk yang lain ada konsentrasi H+ tertentu atau pada pH
tertentu (Vogel, 1978).
Asidimetri dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi
antara ion hydrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal
dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral. Netralisis juga dapat di
katakana sebagai reaksi antara pemberi proton (asam) dengan penerima proton
(basa). Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap
senyawa-senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan baku asam.
Sebaliknya alkalimetri merupakan penetapan kadar senyawa-senyawa yang
bersifat asam menggunakan baku basa (Gandjar, 2007).
Asidi-Alkalimetri merupakan metode yang mendasar pada reaksi
netralisasi, yaitu reaksi antara ion hydrogen (berasal dari asam) dan ion hidroksida
( berasal dari basa) yang membentuk molekul air. Asidimetri adalah penetapan
kadar basa dari suatu contoh dengan menggunakan larutan baku asam yang sesuai,
sedangkan alkalimetri adalah penetapan kadar asam dari suatu contoh dengan
menggunakan larutan baku basa yang sesuai (Muchtar, 1982).
Bahan atau senyawa obat yang digunakan dalam praktikum kali ini antara
lain :
Natrium Hidroksida
Natrium Hidroksida mengandung tidak kurang dari 97,5% alkali jumlah
dihitung sebagai NaOH, dan tidak lebih dari 2,5% Na2CO3.Pemerian bentuk
batang, butiran, massa hablur atau keping, kering, keras, rapuh dan menunjukkan
susunan hablur : mudah meleleh, basah. Sangat alkalis dan korosif. Segera
menyerap karbondioksida. Kelarutan sangat mudah larut dalam air dan dalam
etanol (95%).
Identifikasi larutan bereaksi alkali kuat, jika dinetralkan dengan asam
klorida encer, menunjukkan reaksi natrium yang tertera pada reaksi identifikasi.
Klorida larutan 500 mg dalam air dengan penambahan 1,8 ml asam nitrat,
memenuhi uji batas klorida. Penyimpanan dalam wadah tertutup baik. Khasiat
dan penggunaan sebagai zat tambaha ( Anonim, 1979).
Aquades (H2O, BM 18,02)
Air murni adalah air yang dimurnikan yang diperoleh dengan destilasi,
perlakuan menggunakan penukar ion, osmosis balik, atau proses lain yang sesuai.
Dibuat dari air yang memenuhi persyaratan air minum. Tidak mengandung zat
tambahan lain. Pemeriannyacairanjernih, tidakberwarnadantidakberbau.
Asam Sitrat
Asam sitrat berbentuk anhidrat atau mengandung satu molekul air hidrat.
Mengandung tidak kurang dari 99,5% dan tidak lebih dari 100,5% C6H8O7
dihitung terhadap zat anhidrat. Pemeriannya hablur bening, tidak berwarna, atau
serbuk hablur granul sampai halus, putih, tidak berbau atau praktis tidak berbau.
Rasa sangat asam. Bentuk hidrat mekar dalam udara kering. Sangat mudah larut
dalam air, mudah larut dalam etanol, agak sukar larut dalam eter. Baiknya
disimpan dalam wadah tertutup rapat
Asam oksalat
(CO2H)2.2H2O. mengandung tidak kurang dari 99,5% C2H2O4.2H2O.
pemerian hablur tidak berwarna. Larut dalam air dan dalam etanol
95%.Singkatnya, kita harus memilih indicator yang berubah warna disekitar titik
ekivalensi dari titrasi. Untuk asam lemah. pH pada titik ekivalen di atas 7 dan
fenolftalein merupakan indikator yang lazim. Untuk basa lemah, yang memiliki
pH di bawah 7, indikator yang sering digunakan adalah metil merah atau metil
orange. Untuk asam dan basa kuat, indikator yang sesuai adalah , metil merah,
bromtimolbiru, dan fenolftalein (Underwood, 1999).
A. Pembuatan larutan baku
a. Larutan baku NaOH 0,1 N
Pembuatan larutan baku Natrium Hidroksida (NaOH) adalah
dengan mencampurkan 4,001 gram NaOH dengan aquades pada labu ukur
hingga 1000 ml, lalu dikocok agar homogen. Titrasi asam oksalat
menggunakan larutan NaOH 0,315 gram asam oksalat dihidrat ditmbang
dengan menggunakan timbangan analitik, lalu dilarutkan dalam gelas piala
50 ml air. Dipipet 10 ml larutan baku primer asam oksalat, dimasukkan
dalam Erlenmeyer. Kemudian dititrasi dengan larutan baku natrium
hidroksida yang telah dibuat pada labu Erlenmeyer dengan menggunakan
indicator fenolftalein 3 tetes hingga warna putih bening berubah menjadi
warna merah muda. Larutan ini dititrasi dengan larutan baku NaOH
sampai terjadi perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah muda
dan didapatkan hasil titrasi 1 sebanyak 10,35 ml, titrasi 2 sebanyak 10,6
ml dan titrasi 3 sebanyak 10,15 ml.
V C2H2O4 x N C2H2O4 = V NaOH x N NaOH
N NaOH=V C 2 H 2O 4 x N C 2 H 2O 4V NaOH
N NaOH I =10 ml x 0,111,25
=0,08 N
N NaOH II=10 ml x0,110,75
=0,09 N
N NaOH= N 1+ N 2+N 32
N NaOH=0,08+0,092
=0,085 N
DidapatkankadarNaOHsebesar 0,0085 N.
Pembakuan larutan NaOH dilakukan dengan menambahkan setetes
demi setetes larutan NaOH pada larutan oksalat dihidrat (C2H2O4 . 2 H20).
Fungsinya dalam percobaan ini yaitu sebagai larutan standart untuk
mentitrasi asam sitrat (titran). Penambahan tetes NaOH yang pertama
menyebabkan system berubah menjadi larutan buffer, terjadi reaksi
netralisasi sebagai berikut :
C2H2O4 . 2 H20 + NaOH C2NaHO4.2H2O + H2O
Basa kuat terurai sempurna dalam air sedangkan asam lemah
terurai sebagian dalam air, sehingga terbentuk garam. Penambahan NaOH
dilakuikan sampai titik akhir titrasi yaitu titik dimana indicator berubah
warna. Indicator yangb digunakan adalah fenolftalein. Sehuingga titik
akhir titrasi didapat saat indicator berubah warna dari tidak berwarna
menjadi merah muda. Perubahan warna tersebut khusus untuk indicator
fenolftalein yang berwarna merah muda dalam bentuk basa dan dalam
bentuk asamnya tidak berwarna dengan kisaran pH 8,3 sampai 10,10.
Dalam suatu larutan indicator membentuk kesetimbangan :
H2O + HIn H30+ + In (Bird, 1993).
Perubahan warna larutan yang dititrasi menandakan larutan titran
(basa) yang ditambahkan sudah melebihi titik ekivalen, yaitu titik dimana
jumlah ekivalen basa sama dengan jumlah ekivalen asam (asam dan
basanya sudah bereaksi dengan tepat). Indicator fenolftalein sangat peka
terhadap perpindahan proton dengan menunjukkan perubahan warna yang
tajam. Nindikator ini sukar larut dalam air, tetapi dapat berinteraksi
dengan air sehingga cincin laktonnya terbuka dan membentuk asam yang
tidak berwarna. Lepasnya proton pertama dari molekul fenolftalein tidak
banyak mengubah kerangka molekulnya. Tetapi lepasnya proton kedua
menyebabkan perubahan besar pada molekulnya (Rivai,1995).
B. Penetapan Kadar
a. Penetapan kadar asam sitrat
Percobaan penetapan kadar asam sitrat dilakukan sebagai berikut :
Lebih kurang 200 mg sampel yang ditimbang seksama, dilarutkan
dalam 100 ml air. Dititrasi dengan larutan baku NaOH 0,085 N
menggunakan indicator PP hingga larutan berubah dari tak berwarna
hingga larutan menjadi merah muda. PP berfungsi sebagai indicator yang
menunjukkan titik akhir titrasi (titik ekivalen). Mempunyai rumus molekul
C20H14O4 dengan massa jenisnya 1, 227. Reaksi yang terjadi adalah :
CH2COOH
HOC-COOH + 3NaOH
CH2-COOH
CH2-COOH
HOC-COOH + 3H2O
CH2-COOH
Penetapan Kadar Asam Sitrat
Diketahui :
N titranNaOH = 0,085 N
V1 = 5,4 ml
V2 = 5,78 ml
mgsampel = 200 mg
BE Asamsitrat = BM E
= 1923
= 64
Labu 1 DigunakantitranNaOH = 5,4 ml
% Kadar ( b/b) = ml titran x N titran x BE zatx 100 % b/bmgsampel
% Kadar ( b/b) = 5,4 x 0,085 x 64 X 100 % b / b200
= 14,68 % b/b
Labu 2DigunakantitranNaOH = 5,78 ml
% Kadar ( b/b) = ml titran x N titran x BE zatx 100 % b/bmgsampel
% Kadar ( b/b) = 5,78x 0,085 x 64 X 100 % b / b
200
= 15,72 % b/b
Labu 3DigunakantitranNaOH = 5,5 ml
% Kadar ( b/b) = ml titran x N titran x BE zatx 100 % b/bmgsampel
% Kadar ( b/b) = 5,5x 0,085 x 64 X 100 % b / b200
= 14,96 % b/b
DidapatkankadarNaOHadalah14,68 %, 15,72 %, 14,96 %.
x = 14,68 %+15,72 %+14,96 %
3 = 15,12 %
x x d[x-x] d2
14,6815,7214,96
15,120,440,60,16
0,19360,360,0256
∑ = 1,2 ∑ = 0,5792
d = 1,23
= 0,4
SD=√ 0,57922
= 0,54
Jadikadarasamsitratadalah 15,12 % ± 0,54
* Hargaditolakjika = x - x > 2,5d
= 14,68 – 15,12 > 2,50,4
= 1,1> 2,5
Jadi, harga TIDAK DITOLAK
Menurut literatur kadar asam sitrat adalah mengandung tidak kurang dari 99,5%
Tidak lebih dari 100,5% C6H8O7, dihitung terhadap zat anhidrat. Kadar
asamsitrathasilpercobaan 15,12% ± 0,54berbeda seperti literatur (Anonim, 1995).
Hal ini terjadi mungkin disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya :
1. Kurang telitinya praktikan dalam melakukan proses titrasi
2. Kurang tepatnya pada saat pembuatan larutan baku NaOH, seperti pada
saat penimbangannya
3. Kurang ketelitian dalam memperhatikan perubahan warna indikator
4. Penetesan titran yang berlebihan
Menurut literatur kadar asam sitrat adalah mengandung tidak kurang dari 99,5 % tidak lebih dari 100,5% C6H8O7
Semua perhitungan dalam titrimetri didasarkan pada konsentrasi
titran sehingga konsentrasi titran harus dibuat secara teliti. Titran semacam
ini disebut dengan larutan baku (standar). Konsentrasi larutan dapat
dinyatakan dengan normalitas, molaritas, atau bobot per volume (Gandjar,
2007).
Suatu larutan standar dapat dibuat dengan cara melarutkan
sejumlah senyawa baku tertentu yang sebelumnya senyawa tersebut
ditimbang secara tepat dalam volume larutan yang diukur dengan tepat.
Larutan standar ada dua macam, yaitu larutan baku primer dan larutan
baku sekunder. Larutan baku primer mempunyai kemurnian tinggi.
Larutan baku sekunder harus dibakukan dengan larutan baku primer. Suatu
proses yang mana larutan baku sekunder dibakukan dengan larutan baku
primer disebut dengan standardisasi (Gandjar, 2007).
Menurut Gandjar dalam Kimia Farmasi Analisis, suatu senyawa dapat
digunakan sebagai baku primer jika memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :
1. Mudah didapatkan, dimurnikan, dikeringkan, dan disimpan dalam
keadaan murni.
2. Mempunyai kemurnian yang sangat tinggi (100±0,02)% atau dapat
dimurnikan dengan penghabluran kembali.
3. Titran tidak berubah selama penimbangan (zat yang higroskopis bukan
merupakan baku primer).
4. Tidak teroksidasi oleh oksigen dari udara dan tidak berubah oleh
karbondioksida dari udara.
5. Susunan kimianya tepat sesuai jumlah.
6. Mempunyai berat ekivalen yang tinggi, sehingga kesalahan
penimbanagn akan menjadi lebih kecil.
7. Mudah larut.
8. Reaksi dengan zat yang ditetapkan harus stoikiometri, cepat, dan
terukur.
Titran-titran (larutan baku) seperti asam klorida dan natrium
hidroksida tidak dapat dianggap sebagai baku primer karena kemurniannya
cukup bervariasi. Oleh karena itu larutan baku natrium hidroksida harus
dibakukan dengan kalium biftalat karena kalium biftalat tersedia dalam
kemurnian yang tinggi. Larutan baku yang sudah dibakukan dengan
kalium biftalat ini disebut juga dengan baku sekunder dan dapat digunakan
untuk membakukan larutan baku asam klorida.
Baku primer dan kegunaannya
Sumber : Watson, 1999
Baku Primer Kegunaan
Kalium biftalat Pembakuan larutan natrium hidroksida
Pembakuan larutan asam perklorat
Kalium iodat Pembakuan larutan natrium tiosulfat
melalui pembentukan iodium
Natrium karbonat
anhidrat
Pembakuan asam klorida
Logam Zn Pembakuan larutan EDTA
Sedikit berbeda dengan literatur, dalam percobaan yang kami
lakukan pembakuan natrium hidroksida dilakukan dengan larutan asam
oksalat dihidrat, dengan menggunakan indicator phenolftalein, sampai
terjadi perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah muda (rosa).
Indicator phenolftalein yang sudah dikenal merupakan asam
diprotik dan tidak berwarna. Indicator ini terurai dahulu menjadi bentuk
tidak berwarnanya dan kemudian dengan hilangnya proton kedua, menjadi
ion dengan system terkonjugat, menghasilkan warna merah. Metal orange,
indicator lainnya yang banyak digunakan, merupakan basa dan berwarna
kuning dalam bentuk molekulnya. Penambahan proton menghasilkan
kation yang berwarna merah muda( Underwood, 1999).
Rasio Bentuk Warna dari Indikator pada berbagai nilai pH
pH larutan Rasio [ Hln]/[ln-] Warna
1 10.000 : 1 Merah
2 1000 : 1 Merah
3 100 : 1 Merah
4 10 : 1 Merah
5 1 : 1 Orange
6 1 : 10 Kuning
7 1 : 100 Kuning
8 1 : 1000 Kuning
Perubahan minimum yang dibutuhkan untuk perubahan warna ini diacu
sebagairentang indikator. Pada nilai pH menengah, warna yang
ditunjukkan oleh indikator bukan merah maupun kuning tetapi mendekati
orange. Pada pH 5, yakni pKa dari Hln, kedua bentuk warna tersebut
memiliki konsentrasi yang sama, artinya Hln separuh ternetralkan. Tabel
dibawahinimendaftarkanbeberapaindikatorasam-
basabersamadenganperkiraanrentangmereka (Underwood, 1999).
BeberapaIndikatorAsam-basa
indikator
Perubahan warna
dengan Meningkatnya
pH
Rentang pH
asam pikrat Tidak berwarna ke kuning 0,1 – 0,8
Timol biru Merah ke kuning 1,2 – 2,8
2,6- Dinitrofenol Tidak berwarna ke kuning 2,0 – 4,0
Metil kuning Merah ke kuning 2,9 – 4.0
Bromfenol biru Kuning ke biru 3,0 – 4,6
Metil orange Merah ke kuning 3,4 – 4,4
Bromkresol hijau Kuning ke biru 3,8 – 5,4
Metil merah Merah ke kuning 4,2 – 6,2
Litmus Merah ke biru 5,0 – 8,0
Metil ungu Ungu ke hijau 4,8 – 5,4
p-Nitrifenol Tidak berwarna ke kuning 5,6 – 7,6
Bromkresol ungu Kuning ke ungu 5,2 – 6,8
Bromtimol biru Kuning ke biru 6,0 – 7,6
Netral merah Merah ke kuning 6,8 – 8,0
Fenol merah Kuning ke biru 6,8 – 8,4
p-a-Naftoltalein Kuning ke biru 7,0 – 9,0
Fenolfhtalein Tidak berwarna ke merah 8,0 – 9,6
Timolftalein Tidak berwarna ke biru 9,3 – 10,6
Alizarin kuning R Kuning ke violet 10,1 – 12,0
1,3,5- Trinitrobenzene Tidak berwarna ke orange 12,0 – 14,0
Saat asam kuat dititrasi, perubahan pH yang besar pada titik ekivalen
cukup untuk melebarkan rentang dari ketiga indikator. Kerana itu tiap-tiap
indikator ini akan berubah warna dalam penambahan satu atau dua tetes
dari titik ekivalen ini, seperti indikator lainnya yang akan berubah warna
antara pH 4 hingga 10. Dalam titrasi asam lemah, pilihan indikatornya
jauh lebih terbatas. Untuk asam dengan pKa 5, kira-kira sebesar pKa asam
asetat, pH tersebut lebih tinggi daripada 7 pada titik ekivalen dan
perubahan pH relatif kecil. Fenolftalein berubah warna di sekitar titik
ekivalen dan merupakan indikator yang sesuai. Dalam kasus asam yang
sangat lemah, misalnya pKa = 9, tidak ada perubahan pH yang terjadi di
dekat titik ekivalen. Oleh karena itu basa bervolume besar akan
dibutuhkan untuk mengubah warna indikator tersebut, dan titik
ekivalennya tidak dapat dideteksi dengan kepresisian yang biasa
(Underwood, 1999).
Dalam bidang farmasi, asidi-alkalimetri dapat digunakan untuk
menentukan kadar suatu obat dengan teliti karena dengan titrasi ini,
penyimpangan titik ekivalen lebih kecil sehingga lebih mudah untuk
mengetahui titik akhir titrasinya yang ditandai dengan suatu perubahan
warna, begitu pula dengan waktu yang digunakan seefisien mungkin.
VI. KESIMPULAN
Kesimpulan yang kami peroleh setelah melakukan praktikum ini adalah :
1. Aside dan alkalimetri merupakan metode yang mendasarkan pada
reaksi netralisasi, yakni reaksi antara ion hidroksida yang berasal dari
basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral.
2. Penetapan kadar asam salisilat, asam sitrat, dan natrium bikarbonat
dapat dilakukan melalui metode aside alkalimetri. Asidimetri
merupakan penetapan kadar suatu sampel secara kuantitatif terhadap
senyawa-senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan baku asam,
sedangkan alkalimetri adalah penetapan kadar senyawa-senyawa yang
bersifat basa dengan menggunakan baknu basa.
3. Penetapan kadar asam sitrat dapat diperoleh hasil yaitupada penepan
pertama sebesar 91,87%, penetapan kedua sebesar 89,395% dan
penetapan ketiga sebesar 89,643%.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1995. Faramakope Indonesia edisi IV. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta.
Bird, T. 1993. Kimia Fisik untuk Universitas. Gramedia. Jakarta.
Ganjar, I. G. dan Abdul Rohman. 2007. Kimia FarmasiAnalisis. PustakaPelajar.
Yogyakarta.
Rivai, H. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. UI press. Jakarta.
Svehla, G. 1985. Vogel : Buku Teks Analisis Kualitatif Makro dan Semimakro. PT
Kalman
Media Pustaka. Jakarta.
Underwood, A. L.1999. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Erlangga.
Jakarta.