acidi dan alkalimetri

23
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Asidi-alkalimetri merupakan titrasi yang berhubungan dengan asam dan basa. Secara sederhana, asam merupakan larutan yang memiliki pH diatas 7 sedangkan basa merupakan larutan yang memiliki pH kurang dari 7. Apabila kedua larutan tersebut memiliki kekuatan yang sama, maka bila dicampurkan dengan volume yang sama, akan didapat larutan yang memiliki pH netral. Kesetimbangan asam basa merupakan suatu topik yang sangat penting dalam kimia dan bidang-bidang lain yang mempergunakan kimia, seperti biologi, kedokteran dan pertanian. Titrasi yang menyangkut asam dan basa sering disebut asidimetri-alkalimetri. Sedangkan untuk titrasi atau pengukuran lain-lain sering juga dipakai akhiran – ometri menggantikan –imetri. Kata metri berasal dari bahasa Yunani yang berarti ilmu atau proses atau seni mengukur. Pengertian asidimetri dan alkalimetri secara umum ialah titrasi yang menyangkut asam dan basa. LABORATORIUM TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UPN “VETERAN” JAWA TIMUR Praktikum : KIMIA ANALISA Percobaan : Acidi Dan Alkalimetri Tanggal : 12 November 2014 Pembimbing : Ir. Nana Dyah S. Mkes Nama : Muchammad Arief Alfan NPM/Semester : 1331010018 / III Romb./Grup : III / D NPM/Teman Praktek :1331010029 / DRAFT

Upload: arief-alfan

Post on 13-Apr-2016

127 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

praktikum kimia analisa

TRANSCRIPT

Page 1: acidi dan alkalimetri

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Asidi-alkalimetri merupakan titrasi yang berhubungan dengan  asam dan

basa. Secara sederhana, asam merupakan larutan yang memiliki pH diatas 7

sedangkan basa merupakan larutan yang memiliki pH kurang dari 7. Apabila

kedua larutan tersebut memiliki kekuatan yang sama, maka bila dicampurkan

dengan volume yang sama, akan didapat larutan yang memiliki pH netral.

Kesetimbangan asam basa merupakan suatu topik yang sangat penting

dalam kimia dan bidang-bidang lain yang mempergunakan kimia, seperti biologi,

kedokteran dan pertanian. Titrasi yang menyangkut asam dan basa sering disebut

asidimetri-alkalimetri. Sedangkan untuk titrasi atau pengukuran lain-lain sering

juga dipakai akhiran –ometri menggantikan –imetri. Kata metri berasal dari

bahasa Yunani yang berarti ilmu atau proses atau seni mengukur. Pengertian

asidimetri dan alkalimetri secara umum ialah titrasi yang menyangkut asam dan

basa.

Asidi-alkalimetri berperan penting dalam berbagai bidang kehidupan. Oleh

karena itu, untuk lebih memahami konsep peniteran asidi – alkalimetri dan

mengetahui konsentrasi standar dari zat yang dianalisa maka perlu dilakukan

peniteran dengan menggunakan suatu standar primer, misalnya larutan asam

oksalat. Untuk praktikum kali ini praktikan akan melakukan percobaan asidi-

alkalimetri.

LABORATORIUM TEKNIK KIMIAFAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UPN “VETERAN” JAWA TIMURPraktikum : KIMIA ANALISAPercobaan : Acidi Dan AlkalimetriTanggal : 12 November 2014Pembimbing : Ir. Nana Dyah S. Mkes

Nama : Muchammad Arief Alfan NPM/Semester : 1331010018 / IIIRomb./Grup : III / DNPM/Teman Praktek :1331010029 / Honing N.T

1331010030 / Lestariyanto Amat.M

DRAFT

Page 2: acidi dan alkalimetri

I.2 Tujuan

1. Menganalisa kadar Na2CO3 dan NaHCO3 dalam sampel.

2. Standarisasi HCl dengan Na borak 0,1 N.

3. Standarisasi NaOH dengan HCl yang telah distandarisasi.

I.3 Manfaat

1. Mengetahui bagaimana cara menganalisa kadar Na2CO3 dan NaHCO3 dalam

sampel.

2. Mengetahui bagaimana cara mentritasi yang benar sesuai standarisasi.

3. Melatih kecakapan, ketelitian, dan kecermatan mahasiswa dalam melakukan

percobaan ini.

Page 3: acidi dan alkalimetri

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Secara Umum

ASIDI ALKALI METRI

Asidimetri dan alkalimetri yaitu 2 macam kelompok dari titrasi netralisasi.

Asidimetri dan alkalimetri sering juga disebut dengan titrasi asidimetri dan titrasi

alkalimetri.

Titrasi alkalimetri adalah titrasi larutan yang bersifat asam (asam bebas,

dan larutan garam-garam terhidrolisis yang berasal dari basa lemah) dengan

larutan standart basa.

Titrasi asidimetri adalah titrasi larutan yang bersiofat basa (basa bebas, dan

larutan garam-garam terhidrolisis yang berasal dari asam lemah) dengan larutan

standart asam.

Larutan standart/larutan baku adalah suatu larutan yang konsentrasinya

telah diketahui dengan pasti dan teliti. Dimana, proses penambahan larutan

standart ke dalam larutan analit sampai terjadi reaksi sempurna disebut proses

titrasi.

STANDARISASI

Standarisasi dapat dilakukan dengan titrasi. Titrasi merupakan proses

penentuan konsentrasi suatu larutan dengan mereaksikan larutan yang sudah

ditentukan konsentrasinya ( larutan standar).

(Syukri,S.1999.”Kimia Dasar 2”.Bandung:Penerbit ITB)

Proses penentuan konsentrasi suatu larutan dipastikan dengan tepat dikenal

sebagai standarisasi. Suatu larutan standar dapat disiapkan dengan menggunakan

suatu sampel zat terlarut yang diinginkan, yang ditimbang dengan tepat dalam

volume larutan yang diukur dengan tepat. Zat yang memadai dalam hal ini disebut

standar primer.

Page 4: acidi dan alkalimetri

Dalam analisis larutan asam dan basa, titrasi akan melibatkan pengukuran

yang seksama volume – volumenya suatu asam dan suatu basa yang tepat akan

saling menetralkan. Reaksi penentralan atau asidimetri dan alkalimetri adalah

salah satu dari empat golongan utama dalam penggolongan reaksi alam analisis

titrimetri. Asidi – alkalimetri ini melibatkan titrasi basa bebas atau basa yang

terbentuk karena hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah, dengan suatu

standar (asidimetri) dan teori asam bebas yang terbentuk dari hidrolisis garam

yang berasal dari basa lemah, dengan suatu basa standar (alkalimetri). Reaksi –

reaksi ini melibatkan bersenyawaannya ion hidrogen dan ion hidroksida untuk

membentuk air.

(Bassett.1994.”Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik”.Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran-EGC)

Analis memanfaatkan perubahan besar dalam pH yang terjadi dalam

titrasi, utnuk menetapkan kapan titik kesetaraan itu dicapai. Terdapat banyak asam

dan basa organik lemah yang membentuk ion dan berbentuk tak-terdisodiasinya

menunjukkan warna yang berlainan. Molekul – molekul semacam itu dapat

digunakan untuk menetapkan kapan telah ditambahkan cukup titran dan disebut

indicator tampak.

Indikator fenolftalein yang dikenal baik adalah asam dwiprotik dan tak

berwarna. Mula – mula zat ini tersisosiasi menjadi suatu bentuk tak berwarna dan

kemudian dengan kehilangan proton kedua, menjadi ion dengan system konjugasi,

timbulah warna merah. Jingga metil, suatu indicator lain yang luas pemakaiannya,

adalah suatu basa dan berwarna kuning dalam bentuk molekulnya. Penambahan

ipn hifropgen akan menghasilkan kation yang berwarna merah muda.

(Day,R.A and Underwood.1998.”Analisis Kimia Kuantitatif”.Jakarta:Erlangga)

PEMBUATAN SUATU ASAM STANDAR

Dua asam, yaitu asam klorida dan asam sulfat, sangat luas digunakan untuk

membuat larutan asam standar. Kedua zat ini tersedia secara kormesial sebagai

larutan pekat; asam klorida pekat adalah kira – kira 10,5-12M, dan asam sulfat

Page 5: acidi dan alkalimetri

pekat adalah kira – kira 18M. Dengan pengenceran yang sesuai, dapat dengan

mudah dibuat larutan dengan kuat kira – kira seberapapun yang dikehendaki.

Asam klorida umumnya lebih disukai, karena kebanyakan klorida dapat larut

dalam air. Asam sulfat membentuk garam yang tak dapat larut dengan kalsium

dan barium hidroksida; namun untuk titrasi cairan panas atau untuk penetapan

yang memerlukan pendidihan beberapa lama dengan asam berlebih, asam sulfat

standar lebih disukai. Asam nitrat jarang digunakan, karena hamper tidak pernah

menganduk sedikit asam nitrit, yang mempunyai aksi destruktif terhadap banyak

indicator.

PEMBUATAN ALKALI STANDAR

Hidroksida (dari) natrium, kalium dan barium umumnya digunakan untuk

pembuatan larutan alkali standar;zat – zat ini adalah basa kuat yang dapat larut

dalam air. Larutan yang dibuat dari larutan air ammonia tak disukai, karena

cenderung kehilangan ammonia terutama jika konsentrasinya melampaui 0.5M;

tambahan lagi ia merupakab basa lemah dan kesukaran akan timbul pada titrasi

dengan asam – asam lemah. Natrium hidroksida adalah yang paling umum

digunakan, karena murah harganya. Tak satupun dari hidroksida padat ini dapat

diperoleh murni, sehingga suatu larutan standar yak dapat dibuat dengan

melarutkan suatu bobot yang diketaui dalam volume air tertentu.

(Bassett.1994.”Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik”.Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran-EGC)

TITRASI

Dalam proses titrasi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :

1. Indikator titrasi, yaitu zat kimia lain, analit atau titran yang sengaja

ditambahkan pada proses titrasi untuk mengetahui titik ekivalen.

2.   Titik Ekivalen/titik akhir teoritis, yaitu saat dimana reaksi tepat

berlangsung sempurna.

3.   Titik Akhir titrasi, yaitu suatu peristiwa dimana indikator telah

menunjukkan warna dan titrasi harus dihentikan.

Page 6: acidi dan alkalimetri

(Syukri,S.1999.”Kimia Dasar 2”.Bandung:Penerbit ITB)

II.2 Sifat Bahan

1. HCl

Sifat Fisika 

1. Massa atom : 36,45 

2. Massa jenis : 3,21 gr/cm3. 

3. Titik leleh : -1010C 

4. Pada suhu kamar, HCl berbentuk gas yang tak berwarna 

5. Berbau tajam. 

Sifat Kimia 

1. HCl akan berasap tebal di udara lembab. 

2. Gasnya berwarna kuning kehijauan dan berbau merangsang. 

3. Dapat larut dalam alkali hidroksida, kloroform, dan eter. 

4. Merupakan oksidator kuat. 

5. Berafinitas besar sekali terhadap unsur-unsur lainnya

6. Racun bagi pernapasan. 

(Demoin.2013.”Sifat Fisika dan Sifat Kimia”.http://demoln.blogspot.com/2012/03

/sifat-fisika-dan-sifat-kimia-zat-kimia.html)

2. Na Borak

Sifat fisika :

1. Bentuk : Serbuk kristal putih

2. Tidak berbau

3. Stabil pada suhu serta tekanan normal

Sifat Kimia :

1 .Larut dalam air

2. Tidak larut dalam alkohol

3. pH 9,5

Page 7: acidi dan alkalimetri

(Rosdiana,Eviriyani.2013.”Boraks”.http://www.planetkimia.com/2013/01/

blengboraks/html)

4. NaOH

Sifat fisika

1. Berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk pelet, serpihan,

butiran ataupun larutan jenuh 50%.

2. Bersifat lembab cair

3. Secara spontan menyerap karbon dioksida dari udara bebas.

4. Sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan.

5. Larut dalam etanol dan metanol

6. Tidak larut dalam dietil eter dan pelarut non-polar lainnya

7. larutan natrium hidroksida akan meninggalkan noda kuning pada kain

dan kertas.

8. Sangat basa, keras, rapuh dan menunjukkan pecahan hablur.

9. Titik leleh 318 °c

10. Titik didih 1390 °c. 

11. Naoh membentuk basa kuat bila dilarutkan dalam air

12. Sensitas naoh adalah 2,1

13. Senyawa ini sangat mudah terionisasi membentuk ion natrium dan

hidroksida

Sifat kimia 

Dengan larutan natrium hidroksida, (HCl)asam klorida dinetralkan dimana

akan terbentuk garam dan air

             NaOH + HCl                            NaCl + H2O

(Meirina.2011.”Caustic Soda’.http://membagiilmutekim-meirina.blogspot.com/20

11/05/caustic-soda.html)

5. Indikator MO

Sifat Fisika

1. senyawa organik dengan rumus C14H14N3NaO3S

Page 8: acidi dan alkalimetri

2. Indikator MO ini berubah warna dari merah pada pH dibawah 3.1 dan

menjadi warna kuning pada pH diatas 4.4 jadi warna transisinya adalah

orange

Sifat Kimia

1. Tidak dapat digunakan untuk titrasi asam kuat oleh basa kuat, karena

pada titik ekivalen tidak tepat memotong pada bagian curam dari kurva

titrasi, hal ini disebabakan karena titrasi ini saling menetralkan

sehungga akan berhenti pada pH 7.

2. Titrasi Asam lemah oleh Basa kuat. Jelas tidak boleh digunakan karena

pada pH + 9. untuk konsentrasi 0,1 M

3. Titrasi Basa lemah oleh Asam kuat, dapat dipakai, tetapi harus hati-hati,

titrasi harus dihentikan asal sudah terjadi perubahan warna.

4. Titrasi Garam dari Asam lemah oleh Asam kuat. MO dapat dipakai

tetapi titrasi harus dihentikan setelah warna berubah.

(Ripani.2011.”Indikator asam basa”. http:

//ripanimusyaffalab.blogspot.com/2011 /02/indikator-asam-basa.html)

6. Natrium Karbonat

Sifat Fisika

1. Rumus molekul : Na2CO3

2. Berat molekul : 106 gr/mol

3. Titik lebur, 1 atm : 8510 ⁰C4. Kelarutan  : 7,1 g/100 g H2O

5. Densitas,  : 2,533 gr/ ml

6. Panas spesifik, 30 ⁰C : 0,89 cal/ mol

7. Panas penguapan : 7.000 cal/ mol

8. Kapasitas panas, 25 ⁰C : 4,3350 cal/mol ⁰CSifat kimia

Page 9: acidi dan alkalimetri

1. CO2 murni dapat diperoleh dari melakukan pemanasan natrium

bikarbonat pada persamaan berikut                                             

2 NaHCO3 --> Na2CO3 + CO2  +  H2O      

2. Manfaat utamanya adalah sebagai bahan pendingin dalam pemadam

kebakaran serta untuk minuman yang berkarbonat, soda untuk mencuci

(Na2CO3.10H2O), soda kue (NaHCO3) dan timbale pemutih

[Pb3(OH) 2(CO3) 2].

Anonim.2014.”Natrium Karbonat”. http: //id . wikipedia.org/ wiki/ Natrium_

karbonat)

7 Natrium Bikarbonat

Sifat Fisika

1. Rumus molekul : NaHCO3. Dalam penyebutannya kerap disingkat

menjadi bicnat. Senyawa ini termasuk kelompok garam dan telah

digunakan sejak lama.

2. Berbentuk kristalyang sering terdapat dalam bentuk serbuk.

3. Natrium bikarbonat larut dalam air.

Sifat Kimia

1. Senyawa ini digunakan dalam roti atau kue karena bereaksi dengan

bahan lain membentuk gas karbon dioksida, yang menyebabkan roti

"mengembang".

2. Senyawa ini juga digunakan sebagai obat antasid (penyakit maag atau

tukak lambung). Karena bersifat alkaloid (basa), senyawa ini juga

digunakan sebagai obat penetral asam bagi penderita asidosis tubulus

renalis (ATR) atau rhenal tubular acidosis (RTA). Selain itu, natrium

bikarbonat juga dapat dimanfaatkan untuk menurunkan kadar asam

urat.[1]

Page 10: acidi dan alkalimetri

3. NaHCO3 umumnya diproduksi melalui proses Solvay, yang

memerlukan reaksi natrium klorida, amonia, dan karbon dioksida dalam

air. NaHCO3 diproduksi sebanyak 100 000 ton/tahun (2001).[2]

4. Soda kue juga diproduksi secara komesial dari soda abu (diperoleh

melalui penambangan bijih trona, yang dilarutkan dalam air lalu

direaksikan dengan karbon dioksida. Lalu

NaHCO3 mengendap sesuai persamaan berikut

Na2CO3 + CO2 + H2O → 2 NaHCO3

(Anonim.2014. “Natrium Bikarbonat”.http://id.wikipedia.org/wiki/Natrium_bikar

bonat)

8 Kapur

Sifat Fisika

1. Penampakan : bentuk putih dan halus terbuat dari batu sedimen

2. Membentuk bebatuan yang terdiri dari mineral kalsium.

Sifat Kimia

1. Biasanya kapur relatif terbentuk di laut dalam dengan kondisi bebatuan

yang mengandung lempengan kalsium plates (coccoliths) yang dibentuk

oleh mikroorganisme coccolithophores. Biasanya lazim juga

ditemukan batu api dan chert yang terdapat dalam kapur.

(Anonim.2013.”Kapur”.http://id.wikipedia.org/wiki/kapur)

9 CaCO3

Sifat Fisika 

1. Massa molar 100.0869 g/mol 

2. Wujud bubuk putih lembut 

3. Tidak berbau 

4. Massa jenis 2.711 g/cm3 (kalsit), 2.83 g/cm3 (aragonit) 

Page 11: acidi dan alkalimetri

5. Titik lebur 1339 °C (kalsit), 825 °C (aragonit) 

6. Titik didih tidak ada (mendekomposisi) 

7. Kelarutan dalam air 0.0013 g/100 mL (25°C) 

8. Ksp 4.8×10−9 

9. Larut dalam asam encer 

10. pKa = 9.0 

11. Indeks bias cahaya = 1.59 

Sifat Kimia

1. ΔHf = −1207 kJ·mol−1 

2. S = 93 J·mol−1·K−1 

3. Terbakar pada suhu 825 °C

(Anonim.2014.”Calcium Carbonate”.http://en.wikipedia.org/wiki/Calcium_carbon

ate 2014)

Page 12: acidi dan alkalimetri

BAB III

PELAKSANAAN PRAKTIKUM

III.1 Bahan

1. HCl

2. Na Borak

3. NaOH

4. Indikator MO

5. Na2CO3

6. NaHCO3

7. Kapur

8. CaCO3

9. Aquadest

III.2 Alat

1. Buret

2. Erlenmeyar

3. Statif

4. Gelas Ukur

5. Pipet tetes

6. Corong

7. Spatula

8. Kaca Arloji

9. Neraca Analitik

10. Labu Ukur

11. Beaker glass

Page 13: acidi dan alkalimetri

III.3 Gambar Alat

Buret Erlenmeyer Pipet tetes Spatula

Corong Statif Gelas Ukur Neraca Analitik Beakerr Glass

Labu ukur Kaca Arloji

Page 14: acidi dan alkalimetri

III. Prosedure Percobaan

1. Standarisasi HCl dengan Na Boraks 0,1 N

a. Ambil 10 ml Na Boraks 0,1 N masukkan dalam Erlenmeyer.

b. Ditambah beberapa tetes indicator MO

c. Dititrasi dengan HCl 0,1 N sampai warna menjadi merah orange.

d. Hitung kebutuhan HCl:

2. Standarisasi NaOH dengan HCl yang telah di standarisasi

a. Ambil 10 ml NaOH 0.1N masukkan dalam Erlenmeyer.

b. Ditambah beberapa tetes indicator MO

c. Dititrasi dengan HCl sampai warna menjadi merah orange.

d. Catat volume HCl

e. Hitung normalitas NaOH :

3. Mencari kadar Na2CO3 dan NaHCO3

a. Ambil 10 ml larutan sampel, masukkan dalam Erlenmeyer.

b. Ditambah beberapa tetes indicator PP

c. Dititrasi dengan HCl 0,1 sampai warna merah hamper hilang

d. Hitung kebutuhan HCl = a ml

e. Tambah indicator MO beberapa tetes.

f. Titrasi dengan HCl sampai terjadi warna merah orange.

g. Catat kebutuhan HCl untuk Na2CO3 = b ml

NaHCO3 = (b-a) ml

h. Hitung Kadar

Page 15: acidi dan alkalimetri

4.Mencari kadar CaCO3 dalam batu kapur

a. Kapur dimasukkan dalam Erlenmeyer, dtambahkan larutan HCl 0.5N diaduk

sampai warna menjadi jernih

b. Panaskan sampai CO2 hilang

c. Setelah dingin, tambah beberapa tetes indicator PP dan kelebihan HCl dititrasi

dengan NaOH sampai terbentuk warna merah muda

d. Hitung kebutuhan NaOH

Page 16: acidi dan alkalimetri

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2013.”Kapur”. http://id.wikipedia.org/wiki/Kapur. diakses pada tanggal 2

November 2014 pukul 14.20 WIB

Anonim.2014.”Calcium Carbonate”. http://en.wikipedia.org/wiki/Calcium_carbon

ate 2014. diakses pada tanggal 2 November 2014 pukul 14.40 WIB

Anonim.2014. “Natrium Bikarbonat”. http://id.wikipedia.org/wiki/Natrium_bikar

bonat. diakses pada tanggal 2 November 2014 pukul 14.15 WIB

Anonim.2014.”Natrium Karbonat”. http://id.wikipedia.org/wiki/Natrium_karbona

t. diakses pada tanggal 2 November 2014 pukul 14.50 WIB

Bassett.1994.”Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik”.Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran-EGC

Day,R.A and Underwood.1998.”Analisis Kimia Kuantitatif”.Jakarta:Erlangga

Demoin.2013.”Sifat Fisika dan Sifat Kimia”. http://demoln.blogspot

.com/2012/03/sifat-fisika-dan-sifat-kimia-zat-kimia.html. diakses pada

tanggal 2 November 2014 pukul 13.00 WIB

Meirina.2011.”Caustic Soda’.http://membagiilmutekim-meirina.blogspot.com/20

11/05/caustic-soda.html. diakses pada tanggal 2 November pukul 14.00

WIB

Ripani.2011.”Indikator asam basa”. http://ripanimusyaffalab.blogspot.com/2011/0

2/indikator-asam-basa.html. diakses pada tanggal 2 November 2014 pukul

14.10 WIB

Rosdiana,Eviriyani.2013.”Boraks”.http://www.planetkimia.com/2013/01/blengb

aks/. diakses pada tanggal 2 November 2014 pukul 13.44 WIB

Syukri,S.1999.”Kimia Dasar 2”.Bandung:Penerbit ITB