asidimetri dan alkalimetri

36
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS PERCOBAAN 2 “ASIDIMETRI DAN ALKALIMETRI” OLEH : KELOMPOK 8 : FRANSISKUS LAGAI EVA TRIVONA KARUNDENG JULIANA YUYUN PAKKU YUNI NURSANTI NURFADILA STIFA C ASISTEN : DEWI SULISTIAWATI

Upload: juli-ana

Post on 28-Jul-2015

359 views

Category:

Data & Analytics


18 download

TRANSCRIPT

Page 1: Asidimetri dan alkalimetri

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ANALISIS

PERCOBAAN 2

“ASIDIMETRI DAN ALKALIMETRI”

OLEH :

KELOMPOK 8 :

FRANSISKUS LAGAI

EVA TRIVONA KARUNDENG

JULIANA

YUYUN PAKKU

YUNI NURSANTI

NURFADILA

STIFA C

ASISTEN : DEWI SULISTIAWATI

LABORATORIUM KIMIA FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI

MAKASSAR

2015

Page 2: Asidimetri dan alkalimetri

BAB I

PENDAHULUAN

I.1   Latar Belakang

Dalam analisis kimia, terdapat beberapa cara yang dapat digunakan

untuk menentukan kadar senyawa yang terkandung dalam suatu bahan. Salah

satu cara yang dapat digunakan adalah dengan proses titrasi. Titrasi

merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan

menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya

dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi. Dalam

titrasi itu sendiri ada bermacam-macam cara yang sering digunakan, salah

satunya adalah asidimetri dan alkalimetri.

Asidimetri dan alkalimetri sangat perlu untuk dipelajari, karena  titrasi

asam basa sangat berguna dalam dunia industri. Contoh penggunaannya

adalah dalam bidang pertanian, untuk pembuatan pupuk kalium klorida yang

dalam pembentukkannya diperlukan MgO yang dihitung kadarnya sebagai

penguji dengan proses titrasi. Dalam industri makanan digunakan untuk

penentuan kadar iodium, sakarin, kadar Zn dan Fe dalam tahu yang dibungkus

dengan plastik dan dalam industri kosmetika yaitu dalam penentuan kadar zat

warna AZO yang berbahaya.

Dalam bidang kefarmasian terutama untuk reaksi-reaksi dalam

pembuatan obat yang memerlukan sebuah analisis tersendiri. Metode analisis

dengan volumetri ataupun titrimetri menggunakan prinsip asam basa adalah

asidimetri dan alkalimetri. Proses ini digunakan dalam perhitungan untuk

menentukan kadar suatu zat berdasarkan perhitungan volume dengan larutan

standar yang telah diketahui kadarnya dengan tepat.

Page 3: Asidimetri dan alkalimetri

I.2. Maksud dan Tujuan

I.2.1. Maksud Percobaan

Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan memahami

cara identifikasi suatu zat dengan analisa kuantitatif dan kualitatif.

I.2.2. Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini antara lain :

1. Mengidentifikasi Asam Sitrat, Asam Salisilat, dan Natrium Bikarbonat

secara kualitatif.

2. Menentukan kadar zat dari Asam Sitrat, Asam Salisilat dan Natrium

Bikarbonat dengan metode asidimetri-alkalimetri.

I.3 Prinsip Percobaan

Asidimetri :

Penetapan kadar Asam Sitrat dan Asam Salisilat berdasarkan

reaksi netralisasi dengan menggunakan metode asidimetri dan

menggunakan larutan baku NaOH sebagai titran dan dengan penambahan

indikator fenoftalein, dimana titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan

warna dari bening menjadi merah muda.

Alkalimetri :

Penetapan kadar Natrium Bikarbonat yang dilarutkan dengan H2O

dengan menggunakan metode alkalimetri dengan menggunakan indikator

metil merah dimana titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna

dari larutan tidak berwarna menjadi merah muda lemah tidak hilang.

Page 4: Asidimetri dan alkalimetri

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori Umum

Asidi-alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion

hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa

untuk menghasilkan air yang bersifat netral.Netralisasi juga dapat dikatakan

sebagai reaksi antara pemberi proton (asam) dengan penerima proton.Metode

titrimetri masih digunakan secara luas karena merupakan metode yang tahan,

murah, dan mampu memberikan ketapatan yang tinggi.Keterbatasan metode

ini adalah bahwa metode titrimetrik kurang spesifik. Dalam analisis titrimetri

atau analisis volumetri atau analisis kuantitatif dengan mengukur volume,

sejumlah zat yang diselidiki direaksikan dengan larutan baku (standar) yang

kadar (konsentrasinya) telah diketahui secara teliti dan reaksinya berlangsung

secara kuantitatif. Suatu titrasi yang ideal adalah jika titik akhir titrasi sama

dengan titik ekivalen teoritis. Dalam kenyataannya selalu ada perbedaan kecil.

Beda ini disebut dengan kesalahan titrasi yang dinyatakan dengan mililiter

larutan baku. Oleh karena itu, pemilihan indikator harus dilakukan sedemikian

rupa agar kesalahan ini sekecil-kecilnya. Dalam larutan, kadar bahan yang

terlarut (solut) dinyatakan dengan konsentrasi. Istilah ini berarti banyaknya

massa yang terlarut dihitung sebagai berat (gram) tiap satuan volume

(mililiter) atau tiap satuan larutan, sehingga satuan kadar seperti ini adalah

gram/mililiter (Rohman, 2007).

Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap

senyawa-senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan baku asam.

Sebaliknya, alkalimetri merupakan penetapan kadar senyawa-senyawa yang

bersifat asam dengan menggunakan baku basa. Keasaman permukaan

merupakan jumlah asam total (asam Bronsted dan asam Lewis) pada

Page 5: Asidimetri dan alkalimetri

permukaan padatan yang dinyatakan sebagai jumlah milimol asam perberat

sampel (Widihati, 2008).

Pada analisis titrimetri atau volumetrik, untuk mengetahui saat reaksi

sempurna dapat dipergunakan suatu zat yang disebut indikator. Indikator

umumnya adalah senyawa yang berwarna, dimana senyawa tersebut akan

berubah warnanya dengan adanya perubahan pH. Indikator dapat menanggapi

munculnya kelebihan titran dengan adanya perubahan warna.Indikator

berubah warna karena sistem kromofornya diubah oleh reaksi asam basa

(Suirta, 2010).

Reaksi penetralan atau asidimetri dan alkalimetri adalah salah satu dari

empat golongan utama dalam penggolongan reaksi dalam analisis titrimetri.

Asidi alkalimetri ini melibatkan titrasi basa bebas atau basa yang terbentuk

karena hidrolisis garamyang berasal dari asam lemah, dengansuatu standar

(asidimetri) dan titrasi asam bebas yang terbentuk dari hidrolisisgaram yang

berasal dari basa lemah, dengan suatu basa standar (alkalimetri). Reaksi-reaksi

ini melibatkan senyawa ion hidrogen dan ion hidroksida untuk membentuk

air. (Bassett, 1994).

Analisis volumetri juga dikenal sebagai titrimetri, di mana zat

dibiarkan   bereaksi dengan zat yang lain yang konsentrasinya diketahui dan

dialirkan dari buret dalam bentuk larutan.  Konsentrasi larutan yang tidak

diketahui (analit) kemudian dihitung.  Syaratnya adalah reaksi harus

berlangsung secara cepat, reaksi berlangsung kuantitatif dan tidak ada reaksi

samping. (Harjadi, 1990).

Dalam menguji suatu reaksi untuk menetapkan apakah reaksi itu dapat

digunakan untuk suatu titrasi, pembuatan suatu kurva titrasi akan membantu

pemahaman untuk titrasi asam basa suatu kurva titrasi terdiri dari suatu alur

pH atau pOH versus mL titran. Kurva semacam itu membantu dalam

mempertimbangkan kelayakan suatu titrasi dan dalam memilih indikator yang

tepat.(Day dan Underwood, 1999).

Page 6: Asidimetri dan alkalimetri

Zat-zat anorganik dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan penting :

asam, basa dan garam.  Asam didefinisikan sebagai zat yang bila dilarutkan

dalam  air, mengalami disosiasi dengan pembentukan ion hidrogen sebagai

satu-satunya ion positif. Asam kuat berdisosiasi hampir sempurna dengan

pengenceran yang sedang, karena itu ia merupakan elektrolit kuat.  Asam

lemah berdisosiasi hanya sedikit pada konsentrasi sedang bahkan pada

konsentrasi rendah. (Harjadi, 1990).

Kuat relatif asam dan basa dalam larutan bergantung pada afinitas

mereka terhadap proton yang berlainan.  Makin kuat asam, makin lemah basa

konjugatnya.(Keenan, 1994).

Dari kumpulan reaksi kimia yang dikenal relatif sedikit yang dapat

digunakan sebagai dasar untuk titrasi, suatu reaksi memenuhi persyaratan

berikut sebelum digunakan.

1. Reaksi harus berjalan sesuai dengan suatu persamaan reaksi tertentu. 

Tidak boleh ada reaksi samping.

2. Reaksi harus berjalan sampai boleh dikatakan lengkap pada titik

ekivalensi. Dengan kata lain, tetapan keseimbangan reaksi harus

sangat besar.

3. Beberapa metode harus tersedia untuk menetapkan kapan titik

ekivalensi tercapai.  Suatu inidikator haruslah tersedia atau beberapa

metode secara instrumen dapat digunakan untuk memberitahu analisis

kapan penambahan titran dihentikan.

4. Reaksi berjalan cepat (dalam beberapa menit saja).

(Day dan Underwood, 1999).

Indikator asam basa adalah zat yang berubah warnanya atau

membentuk fluoresen atau kekeruhan pada suatu range (trayek) pH tertentu. 

Indikator asam basa terletak pada titik ekivalen dan ukuran dari pH.  Zat-zat

indikator dapat berupa asam atau basa, larut dan stabil serta akan

Page 7: Asidimetri dan alkalimetri

menunjukkan perubahan warna yang kuat, biasanya merupakan zat organik.

(Keenan, 1991)

Analisis kimia yang diketahui terhadap sampel yaitu analisis kualitatif

dan analisis kuantitatif.Analisis kuantitatif yang paling sering diterapkan yaitu

analisis titrimetri.Analisis titrimetri dilakukan dengan menitrasi suatu sampel

tertentu dengan larutan standar, yaitu larutan yang sudah diketahui

konsentrasinya.Perhitungan didasarkan pada volume titran yang diperlukan

hingga tercapai titik ekuivalen titrasi.Analisis titrimetri yang didasarkan pada

terjadinya reaksi asam dan basa antara sampel dengan larutan standar disebut

analisis asidi – alkalimetri.Apabila larutan yang bersifat asam maka analisis

yang dilakukan adalah analisis asidimetri.Sebaliknya jika digunakan suatu

basa sebagai larutan standar, analisis tersebut disebut sebagai analisis

alkalimetri. (Keenan, 1991)

Standarisasi dapat dilakukan dengan titrasi. Titrasi merupakan proses

penentuan konsentrasi suatu larutan dengan mereaksikan larutan yang sudah

ditentukan konsentrasinya ( larutan standar). (Syukri, 1999)

Proses penentuan konsentrasi suatu larutan dipastikan dengan tepat

dikenal sebagai standarisasi. Suatu larutan standar dapat disiapkan dengan

menggunakan suatu sampel zat terlarut yang diinginkan, yang ditimbang

dengan tepat dalam volume larutan yang diukur dengan tepat.Zat yang

memadai dalam hal ini disebut standar primer. (Day, 1998)

Suatu zat standar primer harus memenuhi persyaratan berikut :

1. Zat harus mudah diperoleh, mudah dimurnikan, mudah dikeringkan, dan

mudah dipertahankan dalam keadaan murni.

2. Zat harus tak berubah dalam udara selama penimbangan, kondisi-kondisi

ini mengisyaratkan bahwa zat tak boleh higroskopis, tak pula dioksidasi

oleh udara atau dipengaruhi karbon dioksida.

3. Zat harus dapat diuji terhadap zat-zat pengotor dengan uij-uji kuantitatif

atau uji-uji lain yang kepekaannya diketahui.

Page 8: Asidimetri dan alkalimetri

4. Zat harus mempunyai ekuivalen yang tinggi, sehingga sesatan

penimbangan dapat diabaikan.

5. Zat harus mudah larut pada kondisi-kondisi dalam mana ia digunakan.

6. Reaksi dengan larutan standar harus stokiometri dan praktis. Zat-zat yang

biasa dipakai sebagai standar primer adalah reaksi asam basa natrium

karbonat, natrium tetraborat, KH(C8H4O4), asam klorida bertitik didih

konstan, dan asam benzoat.

Dalam analisis larutan asam dan basa, titrasi akan melibatkan pengukuran

yang seksama volume – volumenya suatu asam dan suatu basa yang tepat

akan saling menetralkan. Reaksi penentralan atau asidimetri dan alkalimetri

adalah salah satu dari empat golongan utama dalam penggolongan reaksi alam

analisis titrimetri.Asidi – alkalimetri ini melibatkan titrasi basa bebas atau

basa yang terbentuk karena hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah,

dengan suatu standar (asidimetri) dan teori asam bebas yang terbentuk dari

hidrolisis garam yang berasal dari basa lemah, dengan suatu basa standar

(alkalimetri).Reaksi – reaksi ini melibatkan bersenyawaannya ion hidrogen

dan ion hidroksida untuk membentuk air. (Bassett, 1994)

Tidak semua reaksi dapat digunakan sebagai reaksi titrasi. Untuk itu reaksi

harus memenuhi syarat-syarat berikut :

1. Berlangsung sempurna, tunggal dan menurut persamaan yang jelas (dasar

teoritis).

2. Cepat dan reversibel. Bila tidak cepat, titrasi akan memakan waktu terlalu

banyak.

3. Ada penunjuk akhir titrasi (indikator). 

4. Larutan baku yang direaksikan dengan analay harus mudah didapat dan

sederhana menggunakannya, juga harus stabil sehingga konsentrasinya

tidak mudah berubah saat disimpan.

Indikator asam-basa ialah zat yang dapat berubah warna apabila pH

lingkungannya berubah.Setiap indikator asam-basa mempunyai trayeknya

Page 9: Asidimetri dan alkalimetri

sendiri, demikian pula warna asam dan warna basanya.Diantara indikator ada

yang mempunyai satu macam warna, misalnya fenolftalein yang berwarna

merah dalam keadaan basa tetapi tidak berwarna bila keadaannya asam.

Indikator satu warna menunjukkan warna yang sama, juga dalam trayeknya,

akan tetapi intensitas warna tersebut berbeda sesuai dengan pHnya. Untuk

fenolftalein, warnanya tampak semakin tua bila pH semakin tinggi (mendekati

9,6) dan makin muda bila semakin kecil (mendekati 8,0). Letak trayek

fenolftalein diantara 8,0 sampai 9,6 sehingga pada pH dibawah 8,0 larutan tak

berwarna dan diatas 9,6 warna merah tidak berubah intensitasnya. (Harjadi,

1990)

Tabel 1. Beberapa indikator asam-basa yang penting

Nama Indikator Trayek pHWarna

Asam Basa

1.   Asam pikrat 0,1 – 0,8 Tidak berwarna Kuning

2.   Biru timol 1,2 – 2,8 Merah Kuning

3.   2,6-Dinitrofenol 2,0 – 4,0 Tidak berwarna Kuning

4.   Kuning metiil 2,9 – 4,0 Merah Kuning

5.   Jingga metal 3,1 – 4,4 Merah Jingga

6.   Hijau bromkresol 3,8 – 5,4 Merah Biru

7.   Merah metal 4,2 – 6,3 Merah Kuning

8.   Lakmus 4,5 – 8,3 Merah Biru

9.   Purpur bromkresol 5,2 – 6,8 Kuning Purpur

10. Biru bromtimol 6,0 – 7,6 Kuning Biru

11. Merah fenol 6,4 – 8,0 Kuning Merah

12. p--Naftolftalein 7,0 – 9,0 Kuning Biru

13. Purpur kresol 7,4 – 9,6 Kuning Biru

14. Fenolftalein 8,0 – 9,6 Tidak berwarna Merah

Page 10: Asidimetri dan alkalimetri

15. Timolftalein 9,3 – 10,5 Tidak berwarna Biru

16. Kuning alizarin R 10,1 – 12,0 Kuning Violet

17. 1,3,5-

Trinitrobenzen12,0 – 14,0 Tidak berwarna Jingga

Pada saat terjadi perubahan warna indikator, titrasi

dihentikan.Indikator berubah warna pada saat titik ekuivalen.Pada titrasi asam

basa dikenal istilah ekuivalen dan titik akhir titrasi. Titik ekuivalen adalah

titik pada proses titrasi ketika asam dan basa tepay habis bereaksi. Untuk

mengetahui titik ekuivalen digunakan indikator.Saat perubahan warna terjadi,

saat itu disebut titik akhir titrasi. (Sukmariah, 1990)

Page 11: Asidimetri dan alkalimetri

II.2. Uraian Bahan

1. Aquadest (Farmakope Indonesia Ed.III hal : 96)

Nama Resmi : AQUA DESTILLATA

Nama Lain : Air Suling

RM/BM : H2O/18,02

Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak

mempunyai rasa

Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : sebagai pelarut

2. Asam klorida (Farmakope Indonesia Ed.III hal : 53)

Nama Resmi : ACIDUM HYDROCHLORIDUM

Nama Lain : Asam Klorida

RM/BM : HCL/36,46

Pemerian : cairan tidak berwarna, berasap, bau merangsang,

diencerkan dengan 2bagian air, asap dan bau

hilang

Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : sebagai sampel

3. Asam Salisilat (Farmakope Indonesia Ed.III hal : 56)

Nama Resmi : ACIDUM SALICYLICUM

Nama Lain : Asam Salisilat

RM/BM : C7H6O3/138,12

Pemerian :Hablur ringan tidak berwarna atau serbuk

berwarna putih, hampir tidak berbau rasa agak

manis dan tajam

Kelarutan : larut dalam 550 bagian air dan dalam 4 bagian

etanol(95%) p, dalam kloroform p dan dalam eter

p, larut dalam larutan ammonium asetat p,

Page 12: Asidimetri dan alkalimetri

dinatrium hidrogenfosfat p, kalium sitrat p dan

natrium sitrat p

Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : sebagai sampel

4. Asam Sitrat (Farmakope Indonesia Ed.III hal : 50)

Nama Resmi : ACIDUM CITRICUM

Nama Lain : Asam Sitrat

RM/BM : C6H8O7.H2O/210,14

Pemerian : hablur tidak berwarna atau serbuk putih, tidak

berbau, rasa sangat asam agak higroskopik,

merapuh dalam udara kering dan panas

Kelarutan : larut dalam kurang dari 1 bagian air dan dalam

1,5 bagian etanol(95%) p, sukar larut dalam eter

p

Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : sebagai sampel

5. Asam Sulfat (Farmakope Indonesia Ed.III hal : 58)

Nama Resmi : ACIDUM SULFURICUM

Nama Lain : Asam Sulfat

RM/BM : H2SO4/98,07

Pemerian : cairan kental seperti minyak, korosif, tidak

berwarna, jika ditambahkan kedalam air

menimbulkan panas

Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : sebagai zat tambahan

6. Besi (III) klorida (Farmakope Indonesia Ed.III hal : 659)

Nama resmi : FERRI CLORIDUM

Nama lain : besi (III) klorida

RM/BM : FeCl3/162,5

Page 13: Asidimetri dan alkalimetri

Pemerian : hablur atau serbuk hablur hitam kehijauan, bebas

warna jingga dari garam Hidrat yang telah

terpengaruh oleh kelembaban

Kelarutan : larut dalam air larutan beropalesensi berwarna

jingga

Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : sebagai zat tambahan

7. Etanol ( Farmakope Indonesia Ed.III hal : 65)

Nama Resmi : AETHANOLUM

Nama Lain : Etanaol Atau Alkohol

RM/BM : C2H6O/242,4

Pemerian : cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan

mudah bergerak, bau khas,rasa panas. Mudah

terbakar dengan memberikan nyala api biru yang

tidak berasap

Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform p

dan dalam eter p

Penyimpanan :dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari

cahaya, di tempat sejuk, jauh dari nyala api

Kegunaan : sebagai zat tambahan

8. Kalium Permanganat (Farmakope Indonesia Ed.III hal 331)

Nama Resmi : KALII PERMANGANAS

Nama Lain : Kalium Permanganate

RM/BM : KMnO4/158,03

Pemerian : hablur mengkilap, ungu tua atau hamper hitam,

tidak berbau rasa sepat

Kelarutan : larut dalam 16 bagian air, mudah larut dalam air

mendidih

Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik

Page 14: Asidimetri dan alkalimetri

Kegunaan : sebagai sampel

9. Natrium Bikarbonat (Farmakope Indonesia Ed.III hal : 424)

Nama Resmi : NATRII SUBCARBONAS

Nama Lain : Natrium Bikarbonat atau Natrium Subkarbonat

RM/BM : NaHCO3/84,01

Pemerian : serbuk putih atau hablur monoklin kecil, buram,

tidak berbau, rasa asin

Kelarutan : larut dalam 11 bagian air, praktis tidak larut

dalam etanol (95%) p

Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : sebagai sampel

10. Natrium Hidroksida (Farmakope Indonesia Ed.III hal : 412)

Nama Resmi : NATRII HYDROXYDUM

Nama Lain : Natrium Hidroksida

RM/BM : NaOH/40,00

Pemerian : bentuk batang, butiran, massa hablur

ataukeeping, kering, keras, rapuh dan

menunjukkan susunan hablur, putih, mudah

melelh basa. Sangat alkalis dan korosif. Segera

menyerap karbondioksida

Kelarutan : sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol

(95%) p

Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : sebagai penitran

11. Tembaga (II) sulfat (Farmakope Indonesia Ed.III hal : 731)

Nama resmi : CUPRII SULFAT

Nama lain : tembaga (II) sulfat

RM/BM : CuSO4/249,68

Pemerian : prisma triklinik atau serbuk hablur biru

Page 15: Asidimetri dan alkalimetri

Kelarutan : larut dalam 3 bagian air dan dalam 3 bagian

gliserol p, sangat sukar larut dalam Etanol (95%)

P

Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : sebagi zat tambahan

12. Vanilin (Farmakope Indonesia Ed.III hal : 632)

Nama Resmi : VANILLINUM

Nama Lain : Vanillin

RM/BM : C3H8O3/152,15

Pemerian : hablur halus berbentuk jarum, putih hingga agak

kuning, rasa dan bau khas

Kelarutan : sukar larut dalam air, larut dalam air panas,

mudah larut dalam etanol (95%) p,dalam eter p

dan dalam larutan alkali hidroksida, larut dalam

gliserol p

Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari

cahaya

Kegunaan : sebagai zat tambahan

Page 16: Asidimetri dan alkalimetri

BAB III

METODE KERJA

III.1. Alat Dan Bahan

III.1.1 Alat

Adapun alat-alat yang di gunakan dalam pratikum tersebut

yaitu ; Erlenmeyer, gelas kimia, gegep,hot plat, klem, kaca arloji, pipet

skala, pipet tetes, statif, tabung reaksi, timbangan analitik.

III.1.2. Bahan

Adapun bahan-bahan yang di gunakan dalam pratikum tersebut

yaitu, C2H6O, C6H8O7 (Asam Sitrat), C2H4O2 (Asam Asetat), C7H6O3

(Asam Salisilat), CaCL2 (Kalsium Klorida), FeCL3, Formalin, H2SO4

(Asam Sulfat), HCL (Asam Klorida), HNO3 (Asam Nitrat), H2O

(Aquadest), Indikator fenoptelein, Indikator metil merah, KMnO4

(Kalium Permanganat), Mg2SO4 (Magnesium Sulfat), MeOH (Metanol),

NH3 (amonia), NaOH (Natrium Hidroksida), NaHCO3

(NatriumBikarbonat), Pereaksi cuprifil, Raksa (III) sulfat.

III.2. Cara Kerja

III.2.1Analisa Asam Sitrat(C6 H 8 O2)

A. Kualitatif

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Dimasukan asam sitrat ke dalam tabung reaksi secukupnya

d tambahkan larutan F3Cl3

3. Dimasukan vanillin ke dalam tabung reaksi kemudian di

tambahkan alkohol

Page 17: Asidimetri dan alkalimetri

4. Di masukan ke dalam cawan porselin kemudian di uapkan,

kemudian ditambahkan H 2 SO4pekat.

B. Kuantitatif

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Ditimbang asam sitrat 300mg

3. Dimasukan ke dalam gelas beker kemudian di larutkan

dengan 100 ml H 2 O

4. Dimasukan larutan ke dalam Erlenmeyer kemudian di

tambahkan indikator penoftelein

5. Dititrasi dengan menggunakan NaOH 0,1 N

6. Titik akhir titrasi bening-pink

III.2.2 Analisis Asam Salisilat (C6 H 8 O4)

A. Kualitatif

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Dimasukan asam salisilat ke dalam tabung reaksi di

tambahkan FeCl3 kemudian d tambahkan alkohol

3. Dimasukan asam salisilat ke dalam tabung reaksi

ditambahkan etanol kemudian di tambahkan H 2 SO4

B. Kuantitatif

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Ditimbang 250 mg asam salisilat kemudian d masukan ke

dalam gelas beker

3. Dimasukan etanol netral 95% ke dalam gelas beker 15 ml

di tambahkan H 2 O 20 ml

4. Dimasukan larutan ke dalam Erlenmeyer di tambahkan

indikator fenoptelein

Page 18: Asidimetri dan alkalimetri

5. Dimasukan larutan NaOH kedalam buret kemudian di

titrasi larutan

III.2.3 Analisis Natrium Bikarbonat(C6 H 8 O7)

A. Kualitatif

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Dimasukan sampel ke dalam cawan porselin di tambahkan

alkohol,kemudian di bakar

3. Dimasukan Natrium bikarbonat di masukan ke dalam

tabung reaksi kemudin di didihkan d atas hot plat

4. Dimasukan Natrium bikarbonat ke dalam tabung reaksi,di

tambahkan CaCl2kemudian di tambahkan NH 3

B. Kuantitatif

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Ditimbang natrium bikarbonat 500mg,dimsukan ke dalam

gelas beker,kemudian di tambahkan H 2 O 100ml

3. Dimasukan larutan ke dalam Erlenmeyer,di tambahkan

indikator metil merah 2-3 tetes

4. Dimasukan larutan HCl 0,1 N ke dalam buret kemudin

titrasi larutan natrium bikarbonat

5. Titik akhir titrasi bening-pink

6. Dipanaskan larutan di atas hot plat hingga mendidih

7. Didinginkan larutan

Page 19: Asidimetri dan alkalimetri

BAB IV

HASIL PENGAMATAN

IV.1. Tabel Pengamatan

A. Analisis Kualitatif Identifikasi Asam Sitrat

Langkah Identifikasi Data Hasil Pengamatan

1. Asan sitrat + FeCl3

2. Asam Sitrat + prx cuprifil + CuSO4

+ vanilin + alkohol 70 % → uapkan + H2SO4

Kuning Biru Muda

Biru Hijau

B. Identifikasi Asam Salisilat

Langkah Identifikasi Data Hasil Pengamatan

1. As. Salisilat + FeCl3

+ Alkohol2. As. Salisilat + MeOH + H2SO4

P (dipanaskan )3. As. Salisilat + NaOH4. As. Salisilat + HCl5. As. Salisilat + Formalin +

H2SO4 P6. As. Salisilat + HNO3P

Ungu Ungu Bau Metil Salisilat

LarutEndapan putihMerah Rose

Endapan Kuning

Page 20: Asidimetri dan alkalimetri

C. Identifikasi Natrium Bikarbonat

Langkah Identifikasi Data Hasil Pengamatan

1. Nat. Bikarbonat + Alkohol 70 % (dibakar)

2. Nat. Bikarbonat + MgSO4

3. Nat. Bikarbonat + CaCl2 P

Nyala Kuning

Endapan PutihLarutan Warna Putih

Analisis Kuantitatif

Rep Data penimbangan/pengukuran

VolumeTitrasi

VolumeBlanko

Kadar

Sampel 1 Asam SitratI 300 mg 1,1 1,467 %

II 300 mg 8,2 10,933%III - -

Rata-rataSampel 2 Asam Salisilat

I 2,5 g 16,3 2,609%II - -III - -

Rata-rataSampel 3 NaHCO3

I 2,5 g 3,1 0,496II - -III - -

Rata-rata

Page 21: Asidimetri dan alkalimetri

BAB V

PEMBAHASAN

Pada percobaan kali ini kita menggunakan analisis kualitatif

dan kuantitatif. Pada percobaan kualitatif dimana kita akan

menganalisa perubahan warna dari suatu larutan.

Pada percobaan asam sitrat, dimana asam sitrat ditambah

dengan larutan FeCl3 menghasilkan warna kuning, kedua asam sitrat

ditambah dengan pereaksi cupril menghasilkan warna biru muda,

kemudia di tambah lagi dengan vanillin dan alcohol di uapkan sampai

alcohol habis setelah itu di tambahkan H 2 SO4 P menghasilkan warna

biru hijau

Kemudian pada percobaan asam salisilat, sampel di tambah

dengan FeCl3 warnanya ungu kemudian di tambah alkohol warnanya

tetap, yang kedua sampel di tambah methanol kemudian di tambah lagi

dengan H 2 SO4 menghasilkan bau metal salisilat, yang ketiga yaitu

reaksi penagasan. Pertama, sampel ditambah NaOH dia akan larut.

Kedua, sampel di tambah HCl maka akan menghasilkan endapan

putih. Ketiga, sampel di tambah dengan formalin kemudian di tambah

H 2 SO4maka akan menghasilkan warna merah. Terakhir sampel

ditambah dengan HNO3 Pdia akan menghasilkan endapan kuning.

Pada percobaan Natrium bikarbonat, untuk Natrium (Na)

pertama sampel di tambah dengan alkohol kemudian di bakar maka

menghasilkan nyala api kuning. Kedua, sampel di oven akan

menbenntuk Kristal kemudian di tambahkan dengan alkohol kemudian

di bakar maka akan membentuk nyala api kuning. Kemudian untuk

Bicarbonat, pertama larutan bicarbonate di tambah MgSO4 di didihkan

maka akan menghasilkan endapan putih. Kedua, larutan bicarbonate di

Page 22: Asidimetri dan alkalimetri

tambah CaCl2 kemudian di tambah lagi dengan NH 3 akan

menghasilkan endapan putih.

Sedangkan pada analisa kuantitatif kita akan menetukan kadar

dari sampel tersebut. Pada penentuan kadar asam Sitrat menggunakan

metode asidimetri dimana menggunakan NaOH 0,1 N dengan

indicator fenolftalein sebanyak 2-3 tetes. Penentuan titik akhir titrasi

didasarkan pada perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah

muda.Volume yang dipelukan untuk menitrasi Asam Sitrat 300 mg

adalah 1,1 mL. Dari data tersebut didapatkan kadarnya.

Pada penentuan kadar asam salisilat 2,5 g menggunakan

metode asidimetri dimana menggunakan NaOH 0,1 N dengan

indicator fenolftalein sebanyak 2-3 tetes. Penentuan titik akhir titrasi

didasarkan pada perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah

muda. Volume yang dipelukan untuk menitrasi asam salisilat 2,5 g

adalah 16,3 mL.

Pada penentuan kadar natrium Bikarbonat 2,5 g menggunakan

metode alkalimetri dimana menggunakan HCl 0,1 N dengan indicator

metil merah sebanyak 2-3 tetes. Penentuan titik akhir titrasi didasarkan

pada perubahan warna dari merah menjadi menjadi kuning. Volume

yang dipelukan untuk menitrasi natrium bikarbonat 2,5 g adalah 3,1

mL.

Page 23: Asidimetri dan alkalimetri

BAB VI

PENUTUP

VI. Kesimpulan

Adapun hasil kesimpulan dari percobaan ini adalah :

1. Asam Salisilat, Asam Sitrat, dan Natrium Bikarbonat teridentifikasi

karena setelah di tambahkan senyawa atau zat lain terjadi warna yang

diinginkan.

2. Pada asam sitrat penentuan titik akhir titrasi didasarkan pada perubahan

warna dari tidak berwarna menjadi merah muda.Volume yang dipelukan

untuk menitrasi Asam Sitrat 300 mg adalah 1,1 mL. Dari data tersebut

didapatkan kadarnya. Begitupun pada percobaan asam salisilat dan

natrium bikarbonat.

V.2 Saran

Untuk Dosen, sebaiknya dosen dapat mendampingi praktikan saat

praktikum berlangsung.

Untuk Asisten, Sebaiknya asisten dapat meringan kan lagi tugasnya

jangan sampai 35 lembar, kami berharap ada keringanan.

Untuk Laboratorium, sebaiknya alat dan bahan yang ada di Lab lebih di

perhatikan lagi.

Page 24: Asidimetri dan alkalimetri

DAFTAR PUSTAKA

Bassett, J. et al. 1994. Buku Ajar Vogel : Kimia Analitik Kuantitatif Anorganik. Kedokteran. EGC. Jakarta.

Day, R.A. dan S. Keman. 1998. Kimia Analisa Kuantitatif. Erlangga. Jakarta.

Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Gramedia. Jakarta.

Syukri. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung. ITB.

Keenan, Charles W. et al. 1991. Ilmu Kimia Untuk Universitas. Erlangga. Jakarta.

Sukmariah. 1990. Kimia Kedokteran edisi dua. Binarupa Aksara. Jakarta.

Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Widihati, I Gede. 2008. “Adsorpsi Anion Cr(VI) Oleh Batu Pasir Teraktivasi Asam dan Tersalut Fe2O3”. Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran.

Suirta, I.W. 2010. “Sintesis Senyawa Orto-Fenilazo-2-Naftol sebagai Indikator dalam Titrasi.” Jurusan Kimia F-MIPA Universitas Udayana Bukit Jimbaran.