laporan asidimetri

24
LABORATORIUM KIMIA ANALITIK SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2012/2013 PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK DASAR MODUL : TITRASI ASIDIMETRI PEMBIMBING : Dewi Widyabudiningsih, M.Si. Oleh : Kelompok: 6 Nama : 1. Riza Khairunnisa ,121431022 2. Rusydiana Abdullah ,121431023 3. Ryani Puji Lestari ,121431024 4. Sita Rahmi Dewi ,121431025 Kelas : 1A Praktikum : 19 Maret 2013 Penyerahan Laporan : 26

Upload: rusydianaabdulla

Post on 26-Oct-2015

1.129 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

asidimetri

TRANSCRIPT

Page 1: laporan asidimetri

LABORATORIUM KIMIA ANALITIK

SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2012/2013

PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK DASAR

MODUL : TITRASI ASIDIMETRI

PEMBIMBING : Dewi Widyabudiningsih, M.Si.

Oleh :

Kelompok : 6

Nama :

1. Riza Khairunnisa ,121431022

2. Rusydiana Abdullah ,121431023

3. Ryani Puji Lestari ,121431024

4. Sita Rahmi Dewi ,121431025

Kelas : 1A

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KIMIA

JURUSAN TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2013

Praktikum : 19 Maret 2013

Penyerahan Laporan : 26 Maret 2013 (Laporan)

Page 2: laporan asidimetri

Judul Praktikum : Asidimetri

Tanggal Praktikum : 19 Maret 2013

Pembimbing : Dewi Widyabudiningsih

Tujuan : 1. Memahami sifat-sifat dari larutan standar primer dan sekunder

2. Memahami reaksi netralisasi

3. Menentukan konsentrasi asam/basa dalam suatu sampel

Dasar Teori :

Asidimetri adalah pengukuran konsentrasi asam dengan menggunakan larutan baku

basa. Titrasi asidimetri termasuk kedalam titrasi netralisasi. Titrasi adalah proses mengukur

volume larutan yang terdapat dalam buret yang ditambahkan ke dalam larutan lain yang

diketahui volumenya sampai terjadi reaksi sempurna. Atau dengan perkataan lain untuk

mengukur volume titran yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen. Titik ekivalen

adalah saat yang menunjukkan bahwa ekivalen perekasi-pereaksi sama. Di dalam

prakteknya titik ekivalen sukar diamati, karena hanya meruapakan titik akhir teoritis atau

titik akhir stoikometri. Hal ini diatasi dengan pemberian indikator asam-basa yang

membantu sehingga titik akhir titrasi dapat diketahui. Titik akhir titrasi meruapakan

keadaan di mana penambahan satu tetes zat penitrasi (titran) akan menyebabkan perubahan

warna indikator (Anonim a, 2010).

Titrasi asidimetri menyangkut reaksi dengan asam kuat-basa kuat, asam kuat-basa

lemah, asam lemah-basa kuat, asam kuat-garam dari asam lemah, basa kuat-garam dari basa

lemah. Titrasi ini menggunakan indikator pH atau indikator asam-basa sebagai penanda

karena memiliki sifat dapat berubah warna apabila pH lingkungannya berubah. Warna asam

ialah sebutan warna indikator ketika dalam keadaan asam dan warna basa ketika dalam

keadaan basa (Harjadi 1986).

Tujuan titrasi netralisasi adalah untuk menentukan banyaknya asam atau basa yang

terdapat dalam suatu larutan. Pada titik ekivalen, tidak ada lagi kelebihan asam atau basa dan

terbentuklah larutan garam.

Di bawah ini adalah table indicator untuk titrasi.

Page 3: laporan asidimetri

IndikatorpH

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Crystal Violet Kuning Biru

Cresol red Merah Kuning

Thymol Blue Merah Kuning

Bromophenol blue Kuning Biru

Methyl orange Merah Kuning

Methyl red Merah Kuning

Bromothymol blue Kuning Biru

Cresol yellow Kuning Merah

Phenolptalein Tak berwarna Merah

Thymolphthalein Tak berwarna Biru

Alzarin yelloy R Kuning Merah

Alat Bahan :

Alat Bahan

BuretAquadest

Botol SemprotBoraks

Erlenmeyer 250mLIndikator methyl merah

Gelas ukur 50mLLarutan HCl

Labu takarIndikator Phenolptalein

Pipet volum 25mL

Pipet tetes

Corong

Spatula dan batang pengaduk

Bola hisap

Page 4: laporan asidimetri

Cara Kerja :

a. Standarisasi Larutan HCl dengan Larutan Standar Boraks

b. Penentuan Konsentrasi Campuran NaOH-Na2CO3

Siapkan buret dengan larutan HCl

± 0.1 N

Buat larutan boraks dalam labu takar 100mL, 0.7000 gr

boraks 100mL

Pipet 25 mL boraks, masukkan ke

erlenmeyer 250 mL

Tambah 3 tetes larutan indikator

metil merah

Titrasi dengan larutan HCl

Catat volume yang diperlukan saat

perubahan warna

Lakukan percobaan 3 kali/triplo

Siapkan buret dengan larutan HCl

± 0.1 N

Pipet 25mL campuran sample dan masukkan ke

erlenmeyer 250mL

Tambah 3 tetes indikator

phenolptalein

Titrasi dengan HCl ± 0.1 N

Catat volume yang diperlukan saat

perubahan warna (a gr)

Tambah 3 tetes indikator metil

merah, lanjutkan titrasi

Catat volume yang diperlukan saat

perubahan warna (b gr)

Lakukan titrasi 3 kali/triplo

Page 5: laporan asidimetri

Data Pengmatan :

a. Standarisasi Larutan HCl (I)Berat padatan boraks = 0,7050 gram

Mr boraks = 384 g/mol

Berat ekivalen boraks = 384/2 = 192

Persamaaan reaksi :

Na2B4O7(aq) + 5H2O(l) + 2 HCl(aq) 2NaCl(aq) + 4 H3BO3(aq)

No Volume (mL)Boraks HCl awal HCl akhir HCl yang diperlukan

1 25 0,00 9,80 9,802 25 24,00 34,30 10,303 25 34,40 44,10 9,70

b. Penentuan konsentrasi NaOH-Na2CO3

Persamaan Reaksi :

1. Phenolpthalein

NaOH(aq) + HCl (aq) NaCl(aq) + H2O(l)

Na2CO3(aq) +HCl(aq) NaHCO3(aq) + NaCl(aq)

2. Metil Jingga :

NaOH(aq) + HCl (aq) NaCl(aq) + H2O(l)

Na2CO3(aq) + 2HCl(aq) +2NaCl(aq) + H2O(l) + CO2(g)

No Volume (mL)Keterangan

Sampel Indicator pp Methyl merah1 25 32,70 26,30 HCl (I)2 25 24,80 14,40 HCl (II)3 25 23,70 15,00 HCl (II)

c. Penentuan konsentrasi HCl (II)

No Volume (mL)Boraks HCl awal HCl akhir HCl yang

diperlukan1 10,00 0,00 3,00 3,00

Page 6: laporan asidimetri

Perhitungan :

1) Titrasi asidimetri Volume rata-rata HCl = 9,93 ml

Konsentrasi Na2B4O7.10H2O Berat padatan boraks = 0,7050 gr BE boraks = 192 gr/mol

N= ekV

N=massa boraksBEboraks

×1000100

¿ 0,7050192

×10=0,0367 N

Perhitungan pada TE:ek HCl = ek boraks( N ×V ) HCl=( N ×V )boraks

N HCl=0,0367 N .25 ml9,93ml

=0,0924 N

2) Konsentrasi HCl baruVolume HCl = 3 mlek HCl = ek boraks( N ×V ) HCl=( N ×V )boraks

N HCl = 0,0367 N .10 ml

3ml=0,1224 N

3) Penentuan jumlah Na2CO3 dan NaOH

Sampel ( I )

mek NaOH = (a - b) x N HCl

= (32,7 – 26,3) x 0,0924 N

= 0,59136 mek

Berat NaOH = BE NaOH x mek NaOH = 40 x 0,59163 mek = 23,6544 mg

Kandungan NaOH = 23,6544 mg x 1000

25 = 946,176 mg/L

mek Na2CO3 = 2 x 26,30 x 0,0924 N

= 4,86024 mek

Page 7: laporan asidimetri

Berat Na2CO3 = BE Na2CO3 x mek Na2CO3

= 53 x 4,86024

= 257,59272 mg

Kandungan Na2CO3 = berat Na2CO3 x 1000

25

= 257,5927 x 40 = 10303,708 mg/L

Sampel ( II )

mek NaOH = (a – b) x N HCl = (24,8 – 14,4) x 0,1224 N = 1,27296 mek

Berat NaOH = BE NaOH x mek NaOH

= 40 x 1,27296 mek

= 50,9184 mg

Kandungan NaOH = berat NaOH x 1000

25

= 50,9184 x 40 = 2036,736 mg/L

mek Na2CO3 = 2 x 14,40 x 0,1224 N = 3,52512 mek

Berat Na2CO3 = BE Na2CO3 x mek Na2CO3

= 53 x 3,52512 = 186,83136 mg

Kandungan Na2CO3 = berat Na2CO3 x 1000

25

= 186,83136 x 1000

25 = 7,473 mg/L

Sampel (III)

mek NaOH = (a – b) x N HCl = (23,70 – 15,00) x 0,1224 N = 1,06488 mek

Berat NaOH = BE NaOH x mek NaOH

= 40 x 1,06488 mek = 42,5952 mg

Page 8: laporan asidimetri

Kandungan NaOH = berat NaOH x 1000

25

= 42,5952 x 1000

25 = 1703,808 mg/L

mek Na2CO3 = 2 x 15 x 0,1224 = 3,6720 mek

Berat Na2CO3 = BE Na2CO3 x mek Na2CO3

= 53 x 3,6720 = 194,616 mg

Kandungan Na2CO3 = berat Na2CO3 x 1000

25

= 194,616 x 1000

25 = 7784,64 mg/L

Pembahasan :

Nama : Riza Khairunnisa

NIM : 121431022

Standarisasi HCl

Pada saat pelarutan, boraks dilarutkan dalam air dan di panskan. Tujuan pemansan

agar boraks larut, karena boraks bereaksi lambat dengan air. Percobaan ini melakukan

standarisasi HCl dengan borax (Na2B4O7.10H2O). Boraks berperan sebagai standar primer

yang digunakan untuk pembakuan larutan HCl. Pemilihan boraks karena memiliki tingkat

kemurnian yang tinggi, kering, tidak mudah terpengaruh lingkungan seperti udara, mudah

larut dalam air dan memiliki massa ekivalen yang tinggi. Sebelum melakukan titrasi, maka

boraks dilarutkan dalam fase solid padatan.

Pada penetuan konsentrasi HCl dilakukan secara asidimetri. Karena larutan penitrasi

dari larutan tersebut bersifat asam.

Indikator yang dipilih adalah metil merah karena titrasi ini dilakukan untuk asam kuat

dan basa lemah, sehingga kemungkinan pH <7. Trayek atau range pH untuk metil merah

adalah 4,2-6,3. Setelah larutan boraks dititrasi dengan HCl terjadi perubahan warna dari

Page 9: laporan asidimetri

kuning menjadi merah muda. Ini disebabkan semua ion boraks telah habis bereaksi dengan

HCl. Sehingga ion H+ dari HCl bereaksi dengan indikator. 

Larutan yang distandarisasi HCl dengan menggunakan boraks bertujuan untuk

menghilangkan gas karbon dioksida (CO2) yang terbentuk. 

Berdasarkan perhitungan, penetapan konsentrasi HCl yang pertama membutuhkan volume

HCl sebanyak 9,93 ml sehingga diketahui nilai konsentrasinya adalah 0,0924 N. Sedangkan

pada penetapan konsentrasi HCl yang ke dua memerlukan volume HCl sebanyak 3,00 ml

sehingga diperoleh konsentrasi HCl 0,1224 N.

Penentuan konsentrasi NaOH- Na2CO3

Pada cuplikan terdapat campuran OH- dan CO32-. Menurut Bronsted keduanya adalah basa.

OH- adalah basa konjugasi dari H2O sedangkan CO32-adalah basa konjugasi dari HCO3

-.

Penetapan kadar NaOH dan karbonat dalam campuran dilakukan menggunakan metode titrasi

asidimetri menggunakan larutan asam klorida (HCl). Penambahan indikator phenolphthalein

pada larutan campuran berfungsi sebagai indikator yang digunakan karena larutan campuran

memiliki pH di atas 7 atau berada dalam suasana basa sehingga larutan akan memberikan

warna merah secara teori dalam suasana basa pada trayek PH indikator penolpthalein. Dari

tirasi pertama ini dapat diketahui jumlah ekivalen total OH- + CO32-. Pada TE pada titrai

pertama (menggunakan indikator penoplphtalein) pada larutan reaksi hanya terdapat HCO3-

dan pH nya bersifat amfiprotik. pH larutan reaksi pada tahap pertama ini berada daerah

trayek pH indikator phenolphthalein. Penambahan indikator pada larutan membuat larutan

berubah warna menjadi merah muda (pink), penitrasian dilakukan dengan asam klorida (HCl)

hingga larutan berubah menjadi tak berwarna. Perubahan warna larutan menjadi tak berwarna

menandakan bahwa larutan telah bersuasana asam dimana pada pH di bawah 8,3 larutan akan

berubah menjadi tak berwarna. Reaksi antara larutan campuran dengan asam klorida

(indikator phenophtalein) membuat natrium karbonat bereaksi dengan asam klorida (HCl)

menghasilkan natrium bikarbonat (NaHCO3) dan natrium klorida (NaCl), menurut persamaan

reaksi :

Na2CO3(aq) + HCl(aq)   NaHCO3(aq)  + HCl(aq) 

Untuk menentukan kadar karbonat, maka larutan campuran tadi ditambahkan dengan metil

merah (trayek 4,2 – 6,3). Penitrasian kembali dilakukan dengan asam klorida (HCl) sehingga

larutan mengalami perubahan warna. Setelah penambahan indikator, larutan berubah warna

menjadi merah. Proses titrasi pada larutan membuat larutan berubah warna menjadi merah

muda sehingga dapat dikatakan bahwa larutan telah bersuasana basa. Reaksi antara natrium

Page 10: laporan asidimetri

bikarbonat dengan asam klorida (HCl) menghasilkan garam berupa natrium klorida (NaCl),

air yang bersifat netral serta uap karbondioksida, sesuai persamaan reaksi :

Na2CO3 (aq) + HCl(aq)   NaCl(aq)  + H2O(aq)  + CO2(aq) 

Berdasarkan hasil analisa data, kadar karbonat dan NaOH pada titrasi secara triplo di

dapatkan hasil :

Titrasi pertama :

Kandungan Na2CO3 = 10.303,7088 mg/L

Kandungan NaOH = 946,176 mg/L

Titrasi ke dua :

Kandungan Na2CO3 = 7.473 mg/L

Kandungan NaOH = 2.036,736 mg/L

Titrasi ke tiga :

Kandungan Na2CO3 = 7.784,64 mg/L

Kandungan NaOH = 1.703,808 mg/L

Nama : Rusydiana Abdullah

NIM : 121431023

Titrasi adalah salah satu cara pemakaian jumlah zat kimia berdasarkan pada volume yang

dibutuhkannya. Pada dasarnya, titrasi terdiri dari pengukuran volume larutan pereaksi yang

dibutuhkan untuk bereaksi secara stoikiometri dengan zat yang akan ditentukan. Pada titrasi

ini, Salah satu larutan yang akan dicampurkan harus diketahui pasti konsentrasinya dan

larutan yang lainnya adalah yang ingin diketahui konsentrasinya.

Salah satu jenis reaksi dalam titrasi, dalah reaksi netralisasi (asidi-alkalimetri). Asidi

merupakan metode titrasi asam. Asidimetri yaitu titrasi dengan menggunakan larutan standar

asam untuk menentukan basa. Pada praktikum, asam yang digunakan adalah HCl. HCl bukan

merupakan larutan standar baku, sehingga harus dilakukan suatu standarisasi dengan suatu

larutan standar baku primer. Larutan standar baku primer ini berciri-ciri yaitu kemurniannya

99%, stabil pada suhu ruang, relative mudah diperoleh dan proses pelarutannya relative

mudah.

Page 11: laporan asidimetri

Indicator merupakan suatu senyawa organic yang kompleks dan digunakan untuk

menentukan titik akhir suatu reaksi netralisasi. Perubahan warna suatu indicator tergantung

konsentrasi ion hydrogen (H+) yang ada dalam larutan dan tidak menunjukkan kesempurnaan

reaksi atau ketetapan netralisasi. Indikator pH asam basa adalah suatu idikator atau zat yang

dapat berubah warna apabila pH lingkungan berubah. Misalnya indikator metil merah,

dilarutkan asam menjadi warna merah, tetapi dalam larutan basa menjadi kuning.

a. Standarisasi larutan HCl dengan larutan boraks

HCl merupakan asam kuat, sedangkan boraks merupakan basa lemah dengan reaksi

antara keduanya akan membentuk suatu garam yang ber pH 7 pada titik ekivalen titrasi.

Reaksi antara keduanya adalah :

Na2B4O7(aq) + 5H2O(l) + 2 HCl(aq) 2NaCl(aq) + 4 H3BO3(aq)

Sesuai praktikum, boraks 25mL membutuhkan HCl pertama sebanyak 9.93mL, sehingga

diperoleh konsentrasi HCl pertama 0.0924 N. Berbeda dengan konsentrasi HCl kedua.

Boraks 10mL membutuhkan HCl yang kedua 3mL, sehingga diperoleh konsentrasi HCl

kedua yaitu 0.1224 N

b. Penentuan konsentrasi campuran NaOH-Na2CO3

Natrium Hidroksida lazim tercemar dengan Natrium Karbonat, sering sekali Natrium karbonat

dan Natrium bikarbonat terdapat bersama-sama. Campuran ini bersifat basa ber pH lebih

dari 10, dibuktikan dengan penambahan phenolptalein yang mengakibatkan warna merah

pada larutan.

Ion karbonat dititrasi dalam 2 tahap. Phenolphtalein berperan sebagai indikator untuk

tahap pertama dalam titrasi dan metil merah untuk yang kedua. Titrasi NaOH berlangsung

lengkap pada titik akhir fenolftalein dan hanya diperlukan satu atu dua tetes titran

tambahan untuk mencapai titik akhir metil merah. Ion karbonat dititrasi sebagai suatu

basa dengan asam kuat sebagai titran.

Campuran karbonat dan bikarbonat, atau karbonat dan hidroksida, dapat dititrasi dengan

HCl standar. pada titik akhir phenolphtalein NaOH dinetralkan dengan lengkap, Na2CO3

separuh dinetralkan dan HNO3- belum bereaksi. Dari titik akhir fenolftalein ketitik akhir

metil merah, karbonat akan dinetralkan. Hanya beberapa tetes titran akan diperlukan oleh

NaOH untuk menurunkan pH dari 8 ke 4 dan ini dapat dikoreksi oleh suatu blanko

indikator (Day and Underwood, 1989:167-170).

Dari percobaan titrasi secara triplo, diperoleh rata-rata kandungan Na2CO3 sebesar

8520,45 mg/L dan Kandungan NaOH sebesar 1562,24 mg/L.

Page 12: laporan asidimetri

Ryani Puji Lestari

121431024

1. Standarisasi HCl

Dalam percobaan ini kita melakukan standarisasi HCl agar kita dapat menentukan

kosentrasi dari larutan HCl yang kami gunakan. Standarisasi ini dilakukan dengan cara

memasukkan 25 mL larutan baku primer kedalam erlenmeyer, kemudian larutan yang

distandarisasi dimasukkan kedalam buret yaitu larutan HCl. Larutan baku primer yang kami

gunakan adalah Na boraks (Na2B4O7.10H2O) karena Na boraks itu sendiri memiliki massa

setara relatif tinggi, yang berarti potensi kesalahan dalam standarisasi lebih kecil dari pada

dalam kasus bahan lain. Setelah larutan baku primer yang di dalam erlenmeyer ditambahkan

dengan indikator metil merah yang kemudian ditritasi dengan larutan HCl.

Pada saat melakukan titrasi tangan kanan memegang erlenmeyer dan mengoyang-

goyangkan. Sedangkan tangan kiri memegang kran buret dan sedikit membukanya agar HCl

dapat mengalir sedikit demi sedikit. Setelah terjadi perubahan warna dari kuning menjadi

merah konstan meka titrasi harus dihentikan karena sudah mencapai titik akhir titrasi.

Pengaruh indikator metil merah membantu dalam pembentukan warna dalam percobaan

titrasi atau sebagai indikator visual yang menandakan terjadinya reaksi sempurna yaitu ketika

warna larutan yang semula kuning (sudah ditambahkan dengan indikator metil merah)

menjadi merah konstan. Dalam percobaan ini juga dapat diketahui bahwa telah terjadi reaksi

asam basa yaitu asam klorida (HCl) dengan . Sehingga reaksi yang terjadi sebagai berikut :

Na2B4O7 10H2O + 2HCl             H3BO3 + 2 NaCl

Page 13: laporan asidimetri

Pada percobaan ini kita menggunakan metode titrasi yang diperlukan untuk mencapai

titik ekuivalen. Dalam percobaan ini kita dapat mengetahui kosentrasi HCl yaitu dengan cara

V1.N1 = V2.N2, dimana V1 dan N1 adalah volume dan konsentrasi asam. Sedangkan V2 dan

N2 adalah volume dan kosentrasi basa. Pada saat penetapan konsentrasi HCl yang pertama

membutuhkan volume HCl sebanyak 9,93 ml sehingga diketahui nilai konsentrasinya adalah

0,0924 N. Sedangkan pada penetapan konsentrasi HCl yang ke dua memerlukan volume HCl

sebanyak 3,00 ml sehingga diperoleh konsentrasi HCl 0,1224 N.

2. Penentuan konsentrasi NaOH- Na2CO3

Setelah melakukan standarisasi larutan HCl, kemudian kami menentukan konsentrasi

NaOH-Na2CO3. Tujuannya adalah untuk mengetahui kandungan Na2CO3 dan kandungan

NaOH dalam campuran. Campuran NaOH-Na2CO3 di tambahkan indicator phenolphtalein

untuk mengetahui titik akhir titrasi yang ditunjukkan dengan adanya perubahan warna. Ketika

campuran ditambahkan penolphtalein, warna campuran berubah menjadi warna merah muda

(pink). Dengan adanya perubahan warna menjadi merah muda menandakan bahwa larutan

telah bersifat asam. Reaksi yang terjadi adalah:

Na2CO3(aq) + HCl(aq)   NaHCO3(aq)  + HCl(aq) 

NaOH(aq) + HCl (aq) NaCl(aq) + H2O(l)

Setelah itu, dilakukan penambahan metil merah untuk menentukan kadar karbonat.

Penitrasian dilakukan kembali dengan HCl. Setelah penambahan indikator, larutan berubah

warna menjadi merah. Proses titrasi pada larutan membuat larutan berubah warna menjadi

merah muda sehingga dapat dikatakan bahwa larutan telah bersuasana basa. Reaksi antara

natrium bikarbonat dengan asam klorida (HCl) menghasilkan garam berupa natrium klorida

(NaCl), air yang bersifat netral serta uap karbondioksida, sesuai persamaan reaksi :

Na2CO3 (aq) + HCl(aq)   NaCl(aq)  + H2O(aq)  + CO2(aq) 

Berdasarkan hasil percobaan didapatkaan kadar karbonat dan NaOH pada titrasi secara triplo

adalah sebagai berikut:

Titrasi pertama :

Page 14: laporan asidimetri

Kandungan Na2CO3 = 10.303,7088 mg/L

Kandungan NaOH = 946,176 mg/L

Titrasi ke dua :

Kandungan Na2CO3 = 7.473 mg/L

Kandungan NaOH = 2.036,736 mg/L

Titrasi ke tiga :

Kandungan Na2CO3 = 7.784,64 mg/L

Kandungan NaOH = 1.703,808 mg/L

Kandungan NaOH = 2036,736 mg/L

Sita Rahmi Dewi

121431025

1) Standarisasi HCl

Pada percobaan ini kami menggunakan larutan baku primer berupa Na boraks

(Na2B4O7.10H2O) karena Na boraks itu sendiri memiliki massa setara relatif tinggi, yang

berarti potensi kesalahan dalam standarisasi lebih kecil dari pada dalam kasus bahan

lain. Kemudian indikator yang digunakan adalah metil merah karena titrasi ini dilakukan

untuk asam kuat dan basa lemah sehingga kemungkinan di dapat pH<7. Sehingga terjadi

reaksi yang positif yakni terjadi perubahan warna dari kuning menjadi merah konstan.

Reaksi yang berlangsung selama netralisasi adalah:

Na2B4O7 10H2O + 2 HCl             H3BO3 + 2 NaCl

Asam borat begitu lemah, sehingga keberadaannya tidak mengganggu dengan deteksi

titik akhir.

Borat asam yang terbentuk adalah seperti asam lemah yang pH larutan yang

decimolar sekitar 6.  Maka dibebaskan ion hidroksida dapat dititrasi terhadap asam yang kuat

Page 15: laporan asidimetri

secara kuantitatif dengan menggunakan indikator yang berubah warna pada pH kurang dari 5.

Tujuan dari standarisasi HCl ini untuk menghilangkan gas CO2 yang terbentuk saat reaksi

Na2CO3 + NaOH NaHCO3 + H2O

Lalu dari pembentukan tersebut NaHCO3 terurai menjadi Na+, OH- dan CO2.

Berdasarkan perhitungan, penetapan konsentrasi HCl yang pertama membutuhkan volume

HCl sebanyak 9,93 ml sehingga diketahui nilai konsentrasinya adalah 0,0924 N. Sedangkan

pada penetapan konsentrasi HCl yang ke dua memerlukan volume HCl sebanyak 3,00 ml

sehingga diperoleh konsentrasi HCl 0,1224 N.

2) Penentuan konsentrasi NaOH- Na2CO3

Pada percobaan selanjutnya, tujuan dari penentuan konsentrasi NaOH-Na2CO3 adalah

untuk mengetahui kandungan Na2CO3 dan kandungan NaOH dalam campuran. Untuk

mengetahui kandungan NaOH dan karbonat tersebut dilakukan titrasi asidimetri dengan

larutan HCl. Dan pada prakteknya, campuran ditambahkan indikator phenolphtalein untuk

mengetahui TA titrasi ditunjukkan dengan adanya perubahan warna. Saat larutan campuran

ditambah penolphtalein warna berubah menjadi merah muda (pink) lalu ditambahkan

penitrasi yakni larutan HCl yang kemudian warna berubah menjadi takberwarna. Perubahan

warna ini pun telah menunjukkan bahwa larutan telah bersifat asam yang memiliki pH kurang

dari 8,3. Reaksi antara larutan campuran dengan asam klorida (indikator phenophtalein)

membuat natrium karbonat bereaksi dengan asam klorida (HCl) menghasilkan natrium

bikarbonat (NaHCO3) dan natrium klorida (NaCl), menurut persamaan reaksi :

Na2CO3(aq) + HCl(aq)   NaHCO3(aq)  + NaCl(aq) 

NaOH(aq) + HCl (aq) NaCl(aq) + H2O(l)

Sedangkan untuk mengetahui kandungan karbonat, larutan campuran tadi di tambah dengan

indikator metil merah (trayek 4,2- 6,3), titrasi dilakukan kembali dengan menambahkan

larutan HCl pada campuran hingga terjadi perubahan warna. Saat penambahan indikator itu,

terjadi perubahan warna larutan menjadi merah. Saat dititrasi dengan HCl, warna berubah

menjadi merah muda. Ini menunjukkan bahwa larutan telah bersifat basa yang mungkin telah

memiliki pH lebih dari 8,3. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut,

Na2CO3 (aq) + HCl(aq)   NaCl(aq)  + H2O(aq)  + CO2(aq)

Berdasarkan hasil analisa data, kandungan karbonat dan NaOH pada titrasi secara triplo

yakni,

Titrasi pertama :

Kandungan Na2CO3 = 10303,7088 mg/L

Page 16: laporan asidimetri

Kandungan NaOH = 946,176 mg/L

Titrasi ke dua :

Kandungan Na2CO3 = 7473 mg/L

Kandungan NaOH = 2036,736 mg/L

Titrasi ke tiga :

Kandungan Na2CO3 = 7784,64 mg/L

Kandungan NaOH = 1703,808 mg/L

Kesimpulan :

Berdasarkan hasil praktikum dapat di peroleh :

Konsentrasi HCl

I. Konsentrasi HCl pertama adalah 0,0924 N

II. Konsentrasi HCl kedua adalah 0,1224 N

Kandungan NaOH dan Na2CO3

Titrasi pertama :

Kandungan Na2CO3 = 10.303,7088 mg/L

Kandungan NaOH = 946,176 mg/L

Titrasi ke dua :

Kandungan Na2CO3 = 7.473 mg/L

Kandungan NaOH = 2.036,736 mg/L

Titrasi ke tiga :

Kandungan Na2CO3 = 7.784,64 mg/L

Kandungan NaOH = 1.703,808 mg/L

Rata-rata kandungan NaOH-Na2CO3 berdasarkan titrasi

Kandungan Na2CO3 = 8520,45 mg/L

Kandungan NaOH = 1562,24 mg/L

Page 17: laporan asidimetri

Daftar Pustaka :

Clark, Jim. 2007. Indikator Asam dan Basa. http://www.chem-is-try.org [Diunduh pada 20

Maret 2013]

Farx. 2011. Larutan Baku (Larutan Standar). http://artikelteknikkimia.com. [Diunduh pada 23

Maret 2013]

Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: Gramedia.

J. Basset dan kawan-kawan. 1994. Teknik Analisis Kuantitatif. Jakarta : Erlangga.

Syarif. 2011. Syarat-Syarat Titrasi. Bandung: Themegallery.

Wiryawan, Adam. 2011. “Prinsip Titrasi Asam Basa” (Online)

http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/instrumen_analisis/titrasi-asam-basa/prinsip-

titrasi-asam-basa/ [Diunduh pada 25 Maret 2013]