85350667 17 makalah seminar kasus

Upload: ekovinaly

Post on 16-Oct-2015

41 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. D

    DENGAN DIAGNOSA MEDIS GAGAL GINJAL

    DI RUANGAN RA1 RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

    OLEH : KELOMPOK II

    Deswita Helmi Saragih

    Ferdiana Casanova

    Fidha Andelia

    Fitri Andryani

    Hartati A. M. Simamora

    Helena Pryadina

    Ida Rismauli M.A.S.

    Imelda S.

    Irma Sari

    Ismah Khairani

    Pendidikan Ners

    Program Studi Ilmu Keperawatan

    Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

    Medan, 2008

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Defenisi

    Gagal Ginjal Kronik atau Penyakit Renal Tahap Akhir (ESRD) merupakan

    gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible, dimana kemampuan tubuh

    gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan

    elektrolit menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam

    darah).

    Gagal ginjal kronik adalah suatu sindrom klinik yang disebabkan penurunan

    fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progressif dan cukup lama.

    B. Etiologi

    Gagal Ginjal Kronik disebabkan oleh

    1. Infeksi

    2. Penyakit peradangan

    3. Penyakit vaskuler, hipertensi

    4. Gangguan jaringan penyambung

    5. Gangguan metabolisme

    6. Nefrotoksik

    7. Gangguan congenital atau herediter

    8. Nefrotik obstruktif

    9. Glomerulonefritis

  • C. Patofisiologi

    Skema Patofisiologi Gagal Ginjal Kronik (GGK)

    D. Tanda dan Gejala

    Penyakit infeksi, Penyakit radang, Penyakit vaskuler, Gangguan kongenital, Gangguan jaringan penyambungan, Penyakit metabolik, Nefrotik obstruksi dan Nefrotik toksik

    Gagal Ginjal Kronik

    Kerusakan glomerulus

    Laju Filtrasi Glomerulus (GFR)

    Aktivitas Renin Serum fosfat , kalsium Creatinin Klirens

    Angiotensin I dan II Creatinin Serum kalsium tulang

    Penyakit tulang,Uremik,Costeodistropi

    Sekresi Aldosteron BUN

    Pruritis,Anoreksia, Mual dan muntah,Perubahan tingkat kesadaran, Konsentrasi menurun, Kejang otot

    Retensi cairan dan natrium

    Edema,Gagal jantung kongestif,

    Hipertensi

    Kerusakan glomerulus

    Peningkatan proses keperawatan

    Eskresi NH3- .Eskresi HCO3-

    Eskresi H+

    Asidosis Metabolik

    Pernafasan Kusmaul

    Eritroprotein tidak adekuat

    Anemia Berat

    Kelehanan,Sesak nafas,Angina

  • 1. Sistem Pencernaan

    Anoreksia, stomatitis, gingivitis, muntah, diare, konstipasi, hematemesis,

    esofagitis, gastritis, melena dan pembesaran hepar.

    2. Elektrolit

    Peningkatan kadar kalium, hydrogen, natrium, fosfat, dan magnesium,

    penurunan kadar asam, bikarbonat dan kalsium.

    3. Sistem perkemihan

    Oliguria, anuria, infeksi, urin mengandung lekosit, proteinuria, hematuria,

    penurunan kadar kreatinin klearens.

    4. Sistem kardiovaskuler

    Edema paru, pneumonia, fleura effusion, nafas kusmaul, apnoe, nafas bau

    ammonia, hiperventilasi.

    5. Integument

    Kulit kering, ekomosis, kuku rapuh, kulit pucat dan beraroma tembaga.

    6. Metabolic

    Peningkatan kadar urea, nitrogen dan kreatinin serum, peningkatan asam

    urat, intoleransi terhadap glukosa, perubahan degradasi insulin,

    peningkatan trigleserida dan asidosis.

    7. Persayaran

    Perubahan fungsi kognitif dan tingkah laku, perubahan tingkat kesadaran,

    neuropati perifer, keram pada malam hari, kesemutan ekstremitas bawah,

    apatis, kelemahan, sakit kepala, kejang dan koma.

    8. Muskuloskletal

    Renalosteodistropi, osteosklerosis, hilangnya massa otot, osteomalaise,

    nyeri tulang, peningkatan alkali fosfat.

    E. Pemeriksaan Diagnostik

    1. Laboratorium

    Urin

    - Volume, 400 cc/24 jam; oliguria, anuria

  • - Warna keruh, mungkin disebabkan pus, bakteri, sedikit kotor dan

    adanya darah

    - Berat jenis urine kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010

    menunjukkan kerusakan ginjal berat)

    - Osmolalitas kurang dari 350 oam/kg menunjukkan kerusakan

    tubular

    - Klearens kreatinin menurun

    - Natrium > 40 mEq/l: ginjal tidak dapat mengabsorbsi natrium

    - Protein derajat tinggi (proteinuria (+++)) menunjukkan kerusakan

    glomerulus

    Darah

    - BUN/Kreatinin meningkat mungkin 5-10 mg/fosfor meningkat

    - Hitungan darah lengkap: HB

  • BAB II

    ASUHAN KEPERAWATAN

    A. Pengkajian Fisik Pada Pasien GGK

    Identitas pasien

    Nama pasien/umur : Ny. N/55 tahun

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Status Perkawinana : Kawin

    Agama : Islam

    Pendidikan : SMU

    Pekerjaan : IRT

    Alamat : Ujung Modawa L. Pakam

    Tanggal masuk RS : 15 Oktober 2011

    No. Register : 461132

    Ruang/Kamar : Rindu A1/IB

    Golongan Darah : O

    Tanggal Pengkajian : 18 Oktober 2011

    Diagnosa Medis : CKD Stage V ec Diabetik Nephropathy

    Penanggung jawab

    Nama : Tn. A

    Hubungan Keluarga : Suami

    Pekerjaan : Wiraswasta

    Alamat : Ujung Modawa L.Pakam

    B. Keluhan Utama : Sesak nafas

    C. Riwayat Kesehatan Sekarang

    Klien mengalami sesak napas. Hal ini dialami klien sejak 1 minggu

    sebelum masuk RS, oedem ekstremitas bawah kiri/kanan.

  • D. Riwayat Kesehatan Masa Lalu dan Riwayat Kesehatan Keluarga

    Klien pernah dirawat di RS Adam Malik pada tahun 2010 selama 2

    minggu. Riwayat Hipertensi (+), DM (+). Keluarga klien tidak ada yang

    menderita GGK, klien mengatakan keluarganya tidak ada yang mengalami

    hipertensi. Klien mengatakan bahwa klien malas minum sebelumnya.

    E. Genogram

    Keterangan :

    : Laki-laki

    : Perempuan

    : Klien

    F. Data Psikologis/Sosiologi dan Spritual

    Psikologis : Klien sedih akibat penyakit yang dialami

    Sosiologis : Klien mau bergaul dengan pasien lain

    Spritual : Klien yakin bahwa Tuhan akan membantunya.

    G. Pemeriksaan Fisik

  • 1. Keadaan umum: lemah, tingkat kesadaran: CM; GCS: 15

    E=4; V=5; M=6.

    2. Tanda-tanda vital

    Suhu tubuh: 36,6o C Nadi: 76x/i

    Tekanan darah: 160/100mmHg RR: 26x/i

    TB: 155cm BB: 55 kg

    3. Pemeriksaan kepala dan leher

    a. Kepala dan rambut: Bentuk kepala bulat, ubun-ubun

    tertutup dengan rambut, kulit kepala bersih, penyebaran rambut

    merata, tidak berbau. Warna kulit wajah sawo matang dengan struktur

    wajah anatomis.

    b. Mata: Mata kanan dan kiri lengkap dan simetris,

    palpebra tidak ptosis dan meradang, (-) edema, (+)anemia konjungtiva,

    ikterik (-). Pupil isokor, bulat, reaksi terhadap cahaya positif, diameter

    pupil 3 mm. Kornea jernih, iris hitam dan tidak ada tekanan pada bola

    mata.

    c. Hidung: Tulang hidung simetris. Tulang hidung

    tidak ada masalah dengan septum nasi midline, lubang hidung bersih

    tidak ada sekret, tidak ada pernapasan cuping hidung.

    d. Telinga: Bentuk telinga simetris kiri dan kanan,

    bentuk anatomis, (-) peradangan, ukuran dalam batas normal, klien

    dapat mendengar dengan jelas.

    e. Mulut dan Faring: simetris, bibir pucat, mukosa

    bibir pucat, gusi pucat. Gigi kotor, keadaan lidah bersih dan orofaring

    tidak ada tanda-tanda radang.

    f. Leher: Posisi trakea midline, tidak ada

    pembengkakan kelenjar tiroid, klien dapat berbicara namun sulit untuk

    dimengerti, tidak ada pembengkakan kelenjar limfe di leher, tidak ada

    peningkatan vena jugularis, denyut nadi karotis teraba, ronchi (+) dada

    sebelah kanan.

  • g. Thorax / dada: Bentuk thorax normal, ratio

    AP/tranversal = 1:2, RR: 26x/i irama reguler, (+) kesulitan bernafas,

    klien mengatakan nyeri pada dada, ronchi basah lapangan tengah paru

    kanan..

    h. Jantung

    - inspeksi: Pada inpeksi jantung tidak tampak pulasi / getaran, (-)

    clubbing finger, (-)cyanosis

    - palpasi: pada ictus cordis, pulsasi teraba dengan jelas.

    - Auskultasi: Bunyi jantung 1=S1(terdengar lub) terdengar jelas,

    bunyi jantung 2=S2 setelah S1 (terdengar dub), (-)murmur, tidak ada

    bunyi tambahan, bunyi jantung cepat dan teratur, HR : 76 x/i.

    i. Abdomen: pada inpeksi bentuk abdomen simetris,

    tidak terdapat benjolan massa, tidak tampak bayangan pembuluh

    darah. Pada auskultasi peristaltik usus normal 9 x/i. Pada saat dipalpasi

    terdapat nyeri tekan pada hepar, (+) asites/hepar tidak teraba, tidak ada

    nyeri tekan pada titik Mc. Burney. Perkusi suara abdomen tympani

    j. Genitalian dan Anus tidak dikaji

    k. Ekstremitas: kesimetrisan otot simetris kiri-kanan,

    terdapat edema pada ekstremitas inferior kanan/kiri, kekuatan otot

    ekstremitas superior dan inferior kanan/kiri normal, sianosis (-), pucat

    (-)

    l. Pola Kebiasaan Sehari-hari:

    - Nutrisi dan Cairan: Diet ginjal 1500 kal, diet

    MB, makan habis

    - Eliminasi: BAB=2x/hari, konsistensi

    lembek; BAK=5x/hari, 200cc, karakteristik coklat muda, nyeri

    pada saat BAK

    - Istirahat dan tidur: tidak ada keluhan

    - Aktivitas: tingkat ketergantungan minimal

    - Kebersihan diri: badan bersih, gigi dan

    mulut bersih, kuku pendek dan bersih, dibantu oleh suami.

  • H. Hasil Pemeriksaan Penunjang/Penunjang Medis

    No. Hasil laboratorium Nilai Nilai Normal Satuan

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    6.

    7.

    8.

    9

    10.

    11.

    12.

    13.

    Tanggal 17 Februari 2008

    Albumin

    Globulin

    Haemoglobin

    Eritrosit

    Leukosit

    SGOT

    SGPT

    Ureum

    Kreatinin

    Natrium darah

    Kalium darah

    Klorida darah

    Kalsium

    3,0

    2,60

    9,40

    3,30

    6,37

    78

    133

    154,80

    6,87

    138

    4,7

    108

    8,5

    3,5-5,3

    1,3-3,2

    11,7-15,5

    4,20-4,8

    4,5-11,0

    LK:

  • Hemodialisa reguler 2 kali satu minggu hari senin dan kamis.

    Analisa Data

    No. Analisa Data Etiologi Masalah Keperawatan1. DS: klien mengatakan kakinya

    bengkak dan perutnya

    membesar.

    DO:

    - asites

    - ekstremitas bawah edema

    - muka sembab

    - haluaran urine

  • pada dadanya.

    DO:

    - TD tinggi = 160/100

    - HR = 76x/i

    - Pada saat palpasi di dada,

    klien tampak kesakitan

    Retensi cairan dan elektrolit

    *TD meningkat

    *HR meningkat

    Penurunan curah jantung

    Jantung

    3. DS: klien mengatakan

    tubuhnya terasa lemah dan

    pucat.

    DO:

    - Klien tampak pucat

    - ekstremitas pucat

    - membrane mukosa dan

    konjungtiva pucat

    - HB = 9,40 gr/dl

    Gangguan fungsi ginjal

    Penurunan produksi hormone

    eritropoetin

    Penurunan produksi sel darah

    merah

    *HB menurun

    *pucat

    anemia

    kelelahan

    Kelelahan

  • 4. DS: klien mengatakan merasa

    sesak nafas

    DO:

    - RR = 26x/i

    - Terpasang O2 = 3 l/i

    - Penggunaan otot Bantu

    pernafasan (+)

    - Ronchi (+) di paru kanan

    Gangguan fungsi ginjal

    Retensi cairan dan elektrolit

    Ascites akumulasi cairan

    ke paru

    penekanan diafragma

    penurunan ekspansi paru

    *sesak nafas

    *batuk

    *ronchi

    pola nafas tidak efektif

    Pola nafas tidak

    efektif

    5. DS: klien mengatakan pusing.

    DO:

    - Ureum: 154,80 mg/100 ml

    - Kreatinin: 6,87 mg/100 ml

    Gangguan fungsi ginjal

    penurunan pengeluaran zat-zat

    racun

    akumulasi zat-zat racun didalam

    darah masuk ke otak

    pusing

    resti perubahan proses pikir

    Resti perubahan

    proses pikir

    Prioritas Masalah

    1. Kelebihan volume cairan

  • 2. Penurunan curah jantung

    3. Pola nafas tidak efektif

    4. Kelelahan

    5. Resti perubahan proses pikir

    Diagnosa Keperawatan

    Diagnosa 1:

    Kelebihan Volume Cairan berhubungan dengan Gangguan fungsi ginjal,

    retensi cairan dan elektrolit.

    Ditandai dengan

    Ekstremitas edema, muka sembab, asites.

    Kriteria Hasil :

    Menunjukkan haluaran urine tepat dengan berat jenis/hasil laboratorium

    mendekati normal, BB stabil, TTV dalam batas normal, tidak ada edema dan

    asites.

    INTERVENSI RASIONALMandiri

    Awasi denyut jantung, TD dan

    CVP

    Catat pengeluaran dan pemasukan

    akurat

    Takikardi dan hipertensi terjadi

    karena (1) kegagalan ginjal untuk

    mengeluarkan urine (2) pembatasan

    cairan berlebihan selama mengobati

    hipovolemi/hipotensi atau perubahan

    fase oliguri gagal ginjal (3) perubahan

    pada sistem renin angiotensin.

    Perlu untuk menentukan fungsi

    ginjal, kebutuhan penggantian cairan,

    dan penurunan resiko kelebihan

  • Awasi Berat jenis Urine

    Timbang BB tiap hari

    Kaji kulit, wajah, area tergantung

    edema. Evaluasi derajat edema (pada

    skala +1 sampai +4)

    Auskultasi paru dan bunyi jantung.

    Kaji tingkat kesadaran; selidiki

    perubahan mental, adanya gelisah

    Kolaborasi

    Awasi pemeriksaan laboratorium,

    contoh:

    BUN, kreatinin

    Natrium dan Kreatinin urine

    Natrium serum

    cairan.

    Mengukur kemampuan ginjal

    untuk mengkonsentrasikan urine.

    Penimbangan BB harian adalah

    pengawasan status cairan terbaik.

    Edema terjadi terutama pada

    jarinagn yang tergantung pada tubuh,

    contoh tangan, kaki, area lumbosakral.

    Kelebihan cairan dpat

    menimbulkan edema paru dan GK

    dibuktikan oleh terjadinya bunyi nafas

    tambahan, bunyi jantung ekstra.

    Dapat menunjukkan perpindahan

    cairan, akumulasi toksin, asidosis,

    ketidakseimbangan elektrolit atau

    terjadinya hipoksia.

    Mengkaji berlanjutnya dan

    penanganan disfungsi gagal ginjal.

    Pada NTA, integritas fungsi

    tubular hilang dan reabsorpsi

    terganggu mengakibatkan peningkatan

    ekskresi natrium. Kreatinin urine

    biasanya menurun sesuai dengan

    peningkatan kreatinin serum

    Hiponatremia dapat diakibatkan

    dari kelebihan cairan atau

    ketidakmampuan ginjal untuk

    menyimpan natrium. Hipernatremia

    menunjukkan defisit cairan tubuh

  • Kalium serum

    Hb/Ht

    Foto dada

    Batasi cairan sesuai indikasi

    Berikan obat sesuai indikasi

    Diuretik

    Antihepertensif

    Siapkan untuk dialisis sesuai

    indikasi

    total.

    Kekurangan ekskresi ginjal

    dan/atau retensi selektif kalium untuk

    mengekskresi kelebihan ion hidrogen.

    Penurunan nilai dapat

    mengindikasikan hemodilusi, namun

    selama gagal lama anemia sering

    terjadi.

    Peningkatan ukuran jantung, batas

    vaskular paru prominen, efusi pleura,

    infiltrat/kongesti menunjukkan respon

    akut terhadap kelebihan cairan

    Manajemen cairan diukur untuk

    menggantikan pengeluaran dari semua

    sumber ditambah perkiraan kehilangan

    yang tak nampak.

    Diberikan dini pada upaya

    menunrunkan hiperkalemia,

    meningkatkan volume urine adekuat

    Mengatasi hipertensi

    Dilakukan untuk memperbaiki

    volume, ketidakseimbangan elektrolit,

    asam/basa, dan untuk menghilangkan

    toksin.

    Diagnosa 2:

    Penurunan Curah jantung berhubungan dengan gangguan fungsi ginjal, retensi

    cairan dan elektrolit

    Ditandai dengan ;

    Peningkatan frekuensi jantung (HR=92x/i); peningkatan TD, jantung

    berdebar, nyeri pada dada.

    Kriteria hasil ;

  • Menunjukkan tanda vital dalam batas yang dapat diterima (disritmia

    terkontrol atau hilang) dan bebas gejala gagal jantung (mis; parameter

    hemodinamik dalam batas normal, haluan urine adekuat).

    Melaporkan penurunan episode dispnea, angina

    Ikut serta dalam aktivitas yang mengurangi beban

    INTERVENSI RASIONAL Auskultasi nadi apikal, kaji

    frekuensi irama jantung.

    Catat dan kaji bunyi jantung.

    Palpasi nadai perifer

    Kaji kulit terhadap pucat dan

    syanosis.

    Pantau haluan urine, atat penurunan

    haluan dan kepekatan atau

    konsentrasi urine

    Kaji perubahan pada sensorik,

    contoh; litergi, bingung, cemas dan

    Biasanya terjadi takikardia

    meskipun pada saat istirahat.

    S1 dan S2 mungkin melemah karena

    penurunan kerja pompa jantung, S3

    dan S4 mungkin ada dihasilkan

    sebagai aliran darah kedalam

    serambi yang distensi. Murmur

    dapat menunjukkan

    inkompetensi/stenosis katup

    Penurunan curah jantung dapat

    menunjukkan menurunnya nadi

    radial, poplitea, dorsalis pedis dan

    post tibia. Nadi mungkin cepat

    hilang atau tidak teratur

    Pucat menunjukkan penurunan

    perfusi perifer, vasokonstriksi dan

    anemia.

    Ginjal brespon untuk menurunkan

    curah jantung dengan menahan

    cairan dan natrium. Haluan urine

    menurun akibat perpindahan cairan

    kejaringan tetapi pada malam hari

    dapat meningkat

    Dapat menunjukkan tidak

    edekuatnya perpusi serebral

  • depresi.

    Kolaborasi:

    Beri oksigen tambahan

    Berikan obat sesuai indikasi

    o Beri deuretik, misalnya Furosemide.

    o Beri captopril, Enalopril.

    o Morfin sulfat

    o Pemberian cairan IV. Hindari cairan garam.

    Pemeriksaan koagulasi

    sekunder terhadap penurunan curah

    jantung.

    Meningkatkan sediaan oksigen

    untuk miokard.

    Tergantung pada derajat gagal

    jantung dan status fungsi ginjal.

    Dengan menghambat konpersi

    angiotensin dalam paru dan

    menurunkan vasokonstriksi.

    Penurunan tahanan vaskuler dan

    aliran balik vena menurunkan kerja

    miokard

    Karena ada peningkatan tekanan

    ventrikel kiri pasien tidak dapat

    mentoleransi peningkatan volume

    cairan.

    Mengukur perubahan pada proses

    koagulasi atau keefektifan terapi

    antikoagulan.

    Diagnosa 3

    Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan Akumulasi cairan ke paru,

    penekanan diafragma, penurunan ekspansi paru

    Ditandai dengan

    batuk, sesak nafas (RR=26x/i), ronchi di paru kanan, O2 terpasang 3 l/i

    Kriteria hasil :

    menunjukkan pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman

    dalam rentang normal dan paru jelas/bersih

  • berpartisipasi dalam aktivitas/perilaku meningkatkan fungsi paru

    INTERVENSI RASIONALMandiri

    kaji frekuensi, kedalaman

    pernafasan dan ekspansi dada. Catat

    upaya pernafasan, termasuk

    penggunaan otot bantu/pelebaran

    nasal

    auskultasi bunyi nafas dan catat

    adanya bunyi nafas adventisius

    tinggikan kepala dan bantu

    mengubah posisi

    dorong/bantu pasien dalam nafas

    dalam dan latihan batuk.

    Kolaborasi

    berikan oksigen tambahan

    berikan humidifikasi tambahan

    bantu fisioterapi dada

    Kecepatan biasanya meningkat.

    Dispnea dan terjadi peningkatan kerja

    nafas. Kedalaman pernafasan

    bervariasi tergantung derajat gagal

    nafas. Ekspansi dada terbatas yang

    berhubungan dnegan atelektasis

    dan/atau nyeri dada pleuritik.

    Bunyi nafas menurun/tak ada bila jalan

    nafas obstruksi sekunder terhadap

    perdarahan, bekuan atau kolaps jalan

    nafas kecil. Ronki dan mengi

    menyertai obstruksi jalan

    nafas/kegagalan pernafasan.

    Duduk tinggi memungkinkan ekspansi

    paru dan memudahkan pernafasan.

    Dapat meningkatkan/banyaknya

    sputum dimana gangguan ventilasi dan

    ditambah ketidaknyamanan upaya

    bernafas.

    Memaksimalkan bernafas dan

    menurunkan kerja nafas

    Memberikan kelembaban pada

    membran mukosa dan membantu

    pengenceran sekret untuk memudahkan

    pembersihan.

    Memudahkan upaya pernafasan dalam

    dan menigkatkan drainase secret dari

    segmen paru kedalam bronkus.

  • siapkan untuk/bantu bronkoskopi Berguna untuk membuang bekuan

    darah dan membersihkan jalan nafas

    Diagnosa 4:

    Kelelahan berhubungan dengan Penurunan produksi hormon eritropoetin.

    Ditandai dengan

    Pucat, Hb menurun=5,8 g/dl

    Kriteria hasil :

    Mempertahankan posisi optimal dari fungsi yang dibuktikan oleh tidak

    adanya kontraktur, footdrop.

    Mempertahankan/meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang

    terkena atau kompensasi

    Mendemonstrasikan tekhnik/perilaku yang memunkinkan melakukan

    aktivitas.

    Mempertahankan integritas kulit.

    INTERVENSI RASIONALMandiri

    Kaji kemampuan secara

    fungsional/luasnya kerusakan awal

    dan dengan cara yang teratur.

    Ubah posisi minimal setiap 2 jam

    (telentang, miring), dan sebagainya

    dan jika memungkinkan bisa lebih

    sering.

    Letakkan pada posisi telungkup

    satu kali atau dua kali sehari jika

    pasien dapat mentoleransinya.

    Mengidentifikasi kekuatan/kelemahan

    dan dapat memberikan informasi

    mengenai pemulihan.

    Menutunkan resiko terjadinya

    trauma/iskemia jaringan. Daerah yang

    terkena mengalami sirkulasi yang

    lebih jelek dan menurunkan sensasi

    dan lebih besar dapat menimbulkan

    dekubitus.

    Membantu mempertahankan ekstensi

    pinggul fungsional, tetapi

    kemungkinan akan mengakibatkan

    ansietas terutama mengenai

    kmampuan pasien untuk bernafas

  • Mulailah melakukan latihan

    rentang gerak aktif dan pasif pada

    semua ekstremitas saat masuk.

    Evaluasi penggunaan

    dari/kebutuhan alat bantu untuk

    pengaturan posisi.

    Tinggikan tangan dan kepala

    Anjurkan klien untuk membantu

    pergerakan dan latihan dengan

    menggunakan ekstremitas yang

    tidak sakit untuk menyokong

    daerah tubuh yang mengalami

    kelemahan.

    Kolaborasi

    Konsultasikan dengan ahli

    fisioterapi secara aktif, latihan

    resisitif, dan ambulasi pasien.

    Berikan obat relaksan otot,

    antispasmodic sesuai indikasi,

    seperti baklofen, dantrolen.

    Meminimalkan atropi otot,

    maningkatkan sirkulasi, membantu

    mencegah kontraktur.

    Kontraktur fleksi dapat terjadi akibat

    dari otot fleksor lebih kuat

    dibandingkan dengan otot ekstensor.

    Meningkatkan aliran balik vena dan

    membantu mencegah terbentuknya

    edema.

    Dapat berespons dengan baik jika

    derah yang sakit tidak menjadi lebih

    terganggu dan memerlukan dorongan

    serta latihan aktif untuk menyatukan

    kembali sebagai bagian dari tubuhnya

    sendiri.

    Program yang khusus dapat

    dikembangkan untuk menemukan

    kebutuhan yang berarti/menjaga

    kekurangan tersebut dalam

    keseimbangan, koordinasi, dan

    kekuatan.

    Mungkin diperlukan untuk

    menghilangkan kapastisitas pada

    ekstremitas yang terganggu

    Diagnosa 5:

    Resti perubahan proses pikir berhubungan dengan Gangguan fungsi ginjal,

    akumulasi zat-zat racun di dalam darah dan masuk ke otak.

    Ditandai dengan :

    Klien mengatakan pusing.

  • Kadar Ureum 165 mg/dl

    Intervensi Rasional Kaji luas gangguan kemampuan

    berfikir, memori, dan orientasi.

    Berikan tahu orang terdekat

    informasi tentang status pasien.

    Berikan lingkungan yang

    tenang.

    Orientasikan kembali terhadap

    lingkungan, orang, dan waktu.

    Komunikasikan informasi

    dalam kalimat pendek dan

    sederhana.

    Tingkatkan istirahat adekuat.

    Kolaborasi

    Kolaborasi dengan tim lab

    dalam pemeriksaan BUN/Kreatinin,

    elektrolit serum, kadar glukosa,

    GDA (PO2, pH).

    Berikan tambahan O2 sesuai

    indikasi.

    Siapkan untuk dialisis.

    Efek sindrom uremik dapat

    terjadi dengan kekacauan dan dapat

    merubah kepribadian atau

    ketidakmampuan.

    Perbaikan mental dapat

    memperbaiki kadar BUN.

    Meminimalkan rangsangan

    lingkungan untuk menurunkan

    kelebihan sensori/peningkatan

    kekacauan.

    Memberikan petunjuk untuk

    membantu dalam pengenalan

    kenyataan.

    Dapat menurunkan kekacauan

    dan meningkatkan komunikasi.

    Gangguan tidur dapat

    mengganggu kemampuan kognitif

    lebih lanjut.

    Perbaikan peningkatan/

    keseimbangan hasil lab/BUN dapat

    mempengaruhi kognitif atau mental.

    Perbaikan hipoksia dapat

    memperbaiki.

    Dialisis dilakukan untuk

    menarik zat toksin dalam tubuh.

  • CATATAN PERKEMBANGAN

    Nama Klien : Ny N. Dx. Medis : CKD Stage V ec Diabetik

    Usia : 56 thn. Nephropathy

    Tanggal Dx Jam Implementasi Evaluasi18/10/201

    1

    1 15.50

    16.00

    17.10

    17.20

    17.30

    17.50

    18.00

    Memantau TTV klien

    TD=160/100 mmHg, RR=26x/i,

    HR=76x/i, T=36,6oC.

    Memberi injeksi furosemide 1

    amp(IV).

    Memantau BAK klien, vol.urin 50

    ml, warna kuning kecoklatan agak

    keruh.

    Menimbang berat badan pasien. BB

    = 50 kg.

    Mengauskultasi bunyi nafas klien.

    Mengkaji peristaltik pasien dan

    mengobservasi keadaan abdomen.

    S : Klien menyatakan

    tangan dan kakinya

    masih bengkak,

    perut besar dan

    kencing sedikit.

    O :

    TTV :

    - TD = 160/100

    - RR = 26x/i

    - HR = 78 x/i

    - T = 36,6 0C

    BB = 50 kg

  • 18.10

    18.30

    20.00

    Mengobservasi dan menanyakan :

    mual, muntah, dan nafsu makan

    klien.

    Memantau TTV klien :

    TD = 160/100 mmhg, HR = 78 x/i,

    RR = 26 x/i, T = 36,60 C.

    Mengobservasi makan dan minum

    klien,

    - Minum = gls = 60 cc.

    - Makan nasi beserta lauk = 50

    cc.

    Memantau TTV :

    TD = 160/90 mmhg, HR = 80 x/i,

    RR = 26 x/i, T = 36,8 0C.

    Ronchi (+) di

    paru kanan.

    Bising usus (+)

    = 9 x/i.

    Abdomen

    distensi.

    Ascites, mual

    Cairan :

    pemasukan =

    160 cc.

    Pengeluaran =

    50 cc +

    keringat.

    A : Masalah belum

    teratasi

    P : Intervensi

    dilanjutkan

    - Pantau terus TTV

    - Timbang BB klien

    - Pantau Output /

    Intake cairan.

    - Cuci darah rutin

    - Injeksi furosemid

    1 amp/8 jam.2 15.50

    16.10

    16.30

    17.10

    Memantau TTV klien :

    TD = 160/100 mmHg, RR=26x/i,

    HR = 76 x/i, T = 36,60C.

    Memberi obat captopril 25mg

    Mengevaluasi dan mengauskultasi

    jantung klien (memantau irama dan

    frekuensi jantung).

    S : - Klien menyatakan

    jantungnya terasa

    berdebar debar.

    - Klien menyatakan

    dadanya sakit

    ketika dipalpasi.

    O :

  • 317.20

    18.10

    20.00

    15.50

    16.00

    16.15

    18.00

    20.00

    Menanyakan pada pasien

    keadaannya saat ini.

    Mempalpasi dada klien.

    Memantau TTV :

    TD = 160/100 mmhg, HR = 78 x/i,

    RR = 26 x/i, T = 36,60 C.

    Memantau TTV :

    TD = 160/90 mmhg, HR = 80 x/i,

    RR = 26 x/i, T = 36,8 0C.

    Memantau TTV klien

    TD = 160/100 mmHg, RR=26x/i,

    HR =76 x/i, T = 36,60 C.

    Mengauskultasi bunyi nafas klien.

    Memantau TTV klien

    TD = 160/100 mmhg, HR = 78 x/i,

    RR = 26 x/i, T = 36,60 C.

    Memantau O2 klien.

    Memantau TTV :

    TD = 160/90 mmhg, HR=80 x/i,

    RR = 26 x/i, T = 36,8 0C.

    TTV :

    - TD = 160/90

    - RR = 26x/i

    - HR = 80 x/i

    - T = 36,8 0C

    Terdapat nyeri

    dada saat

    dipalpasi.

    Denyut jantung

    tidak teratur.

    Palpitasi

    A : Masalah belum

    teratasi.

    P : Intervensi

    dilanjutkan

    - Pantau terus TTV

    S : Klien menyatakan

    sesak nafas.

    O :

    TTV :

    - TD = 160/100

    - RR = 26x/i

    - HR = 78 x/i

    - T = 36,6 0C

    Klien terlihat

    sesak nafas.

    Ronchi positif di

    paru kanan.

    O2 terpasang 3

  • l/i

    A : Masalah belum

    teratasi.

    P : Intervensi

    dilanjutkan :

    - Pantau terus

    TTV.

    - Auskultasi

    bunyi nafas.

    - Pantau terus O2.4 07.45

    08.00

    10.00

    10.10

    10.30

    Menanyakan keluhan klien dan

    mengobservasi keadaan umum

    klien.

    Membantu klien BAK.

    Mengobservasi aktivitas klien.

    Membantu klien melakukan

    personal higiene.

    Mengambil sampel darah klien

    untuk pemeriksaan Hb.

    S : Klien menyatakan

    tubuhnya terasa

    lemah dan lelah.

    O :

    - Klien tampak

    pucat

    - Hb sebelumnya =

    5,8 g/l

    A : Masalah belum

    teratasi

    P : Intervensi

    dilanjutkan :

    - Anjurkan

    keluarga untuk

    membantu klien

    dalam

    beraktivitas.

    - Pantau terus Hb.

    - Lakukan tranfusi

    darah.5 07.45

    08.00Menanyakan keluhan klien

    Membuat lingkungan tenang dan

    nyaman.

    S : Klien mengatakan

    kepalanya pusing.

    O :

  • 11.45

    09.45

    Menganjurkan pasien untuk

    istirahat.

    Berkolaborasi dalam pemeriksaan

    ureum, kreatinin, dan elektrolit

    dalam darah.

    - Klien terlihat

    sempoyongan

    sewaktu berjalan.

    - Ureum = 165

    mg/100 ml.

    - Kreatinin = 5,48

    mg/100 ml.

    A: Masalah tidak

    terjadi

    P: Intervensi

    dilanjutkan:

    - pantau terus kadar

    ureum dalam

    darah

    - cuci darah rutin

    18/2/2008 1 08.00

    09.00

    09.30

    10.00

    10.05

    10.10

    10.30

    Memantau TTV klien:

    TD = 200/120 mmHg; HR = 84 x/i;

    RR = 32 x/i; T = 36,6oC

    Membawa klien untuk

    pemasangan Cimino.

    Menanyakan dan

    mengobservasi: mual, muntah, dan

    nafsu makan klien.

    Memantau TTV klien:

    TD = 170/100 mmHg; HR = 82 x/i;

    RR = 30 x/i; T = 36,8oC.

    Memberikan injeksi furosemid

    1 ampul

    Mengobservasi makan klien

    - Minum = 50 cc

    - Makan = 50 cc

    S: Klien menyatakan

    mual; tangan, kaki

    dan mukanya

    bengkak; perutnya

    masih besar.

    O:

    TTV

    - TD = 170/100 mmHg

    - HR = 82 x/i

    - .RR = 30 x/i

    - T = 36,8oC.

    BB = 51 kg

    Wajah tampak

    oedem

  • 11.00

    11.15

    Memantau

    BAB dan BAK klien = 100 cc

    Menimbang

    BB klien = 51 kg

    Membawa

    klien HD

    Ascites

    Cairan :

    pemasukan = 100

    cc. Pengeluaran =

    100 cc + keringat.

    Pemasangan

    Cimino ditunda

    A : Masalah belum

    teratasi

    P : Intervensi

    dilanjutkan

    - Pantau terus TTV

    - Timbang BB klien

    - Pantau Output /

    Intake cairan.

    - Cuci darah rutin

    - Injeksi furosemid

    1 amp/8 jam.2 08.00

    09.20

    09.40

    09.50

    10.00

    Memantau TTV klien :

    TD = 200/120 mmHg, RR=32x/i,

    HR = 84 x/i, T = 36,60C.

    Mengevaluasi dan mengauskultasi

    jantung klien (memantau irama dan

    frekuensi jantung).

    Menanyakan pada pasien

    keadaannya saat ini.

    Mempalpasi dada klien.

    Memantau TTV :

    TD = 170/100 mmhg, HR = 82 x/i,

    RR = 30 x/i, T = 36,80 C.

    S : - Klien menyatakan

    jantungnya terasa

    berdebar debar.

    O :

    TTV :

    - TD = 170/100

    - RR = 30 x/i

    - HR = 82 x/i

    - T = 36,8 0C

    Tidak ada nyeri

    dada saat

    dipalpasi.

    Denyut jantung

  • tidak teratur.

    A : Masalah belum

    teratasi.

    P : Intervensi

    dilanjutkan

    - Pantau terus TTV

    - Beri obat

    Nifedipin.3 08.00

    08.10

    09.40

    09.45

    09.55

    10.00

    10.15

    11.10

    Memantau TTV klien

    TD = 200/120 mmHg, RR=32x/i,

    HR = 84 x/i, T = 36,60 C.

    Mengauskultasi bunyi nafas klien.

    Memfasilitasi klien untuk buang

    dahak.

    Mengobservasi dahak klien.

    Menganjurkan pasien cara nafas

    dalam dan batuk efektif.

    Memantau TTV :

    TD = 170/100 mmhg, HR=82 x/i,

    RR = 30 x/i, T = 36,8 0C.

    Menganjurkan pasien duduk.

    Memantau O2 klien.

    S : Klien menyatakan

    sesak nafas, batuk,

    dan dahaknya ada

    bercak darah.

    O :

    TTV :

    - TD = 170/100

    - RR = 30 x/i

    - HR = 82 x/i

    - T = 36,8 0C

    Klien terlihat

    sesak nafas.

    Ronchi positif di

    paru kanan.

    Batuk dengan

    dahak ada

    bercak darah.

    O2 terpasang 3

    l/i

    A : Masalah belum

    teratasi.

    P : Intervensi

    dilanjutkan :

    - Pantau terus

  • TTV.

    - Auskultasi

    bunyi nafas.

    4 07.50

    08.30

    08.35

    10.30

    Menanyakan keluhan klien dan

    mengobservasi keadaan umum

    klien.

    Mengobservasi aktivitas klien.

    Membantu klien melakukan

    personal higiene.

    Membantu klien BAK.

    S : Klien menyatakan

    tubuhnya terasa

    lemah dan lelah.

    O :

    - Klien tampak

    pucat

    - Hb sebelumnya =

    5,8 g/l

    A : Masalah belum

    teratasi

    P : Intervensi

    dilanjutkan :

    - Anjurkan

    keluarga untuk

    membantu klien

    dalam

    beraktivitas.

    - Pantau terus Hb.

    - Lakukan tranfusi

    darah.5 07.50

    08.05

    08.15

    09.30

    11.15

    Menanyakan keluhan klien

    Membuat lingkungan tenang dan

    nyaman.

    Menganjurkan pasien untuk

    istirahat.

    Berkolaborasi dalam pemeriksaan

    ureum, kreatinin, dan elektrolit

    dalam darah.

    Membawa pasien untuk HD.

    S : Klien mengatakan

    kepalanya pusing.

    O :

    - Klien terlihat

    sempoyongan

    sewaktu berjalan.

    - Ureum = 165

    mg/100 ml.

    - Kreatinin = 5,48

  • mg/100 ml.

    A : Masalah tidak

    terjadi

    P : Intervensi

    dilanjutkan:

    - pantau terus kadar

    ureum dalam

    darah

    - cuci darah rutin19/02/2008 1 10.15

    10.20

    10.40

    11.00

    11.10

    12.10

    12.50

    13.00

    13.30

    Memantau TTV klien

    TD = 130/70 mmHg, RR=22x/i,

    HR = 76 x/i, T = 36,50 C.

    Mengauskultasi bunyi nafas klien.

    Menimbang BB klien.

    Menanyakan mual, muntah dan

    nafsu makan klien.

    Memberikan PendKes tentang gagal

    ginjal

    Mengobservasi klien makan dan

    minum : makan habis 1 porsi +

    minum = 100 cc.

    Memantau TTV klien

    TD = 130/80 mmhg, HR = 78 x/i,

    RR = 22 x/i, T = 370 C.

    Memberi injeksi furosemid 1 amp

    Mengobservasi dahak klien.

    S : Klien mengatakan

    tangan dan kakinya

    tidak begitu

    bengkak lagi.

    O :

    TTV

    - TD = 130/70 mmHg

    - HR = 76 x/i

    - .RR = 22 x/i

    - T = 36,50C.

    BB = 47 kg

    Ascites berkurang.

    Cairan :

    pemasukan = 100

    cc.

    A : Masalah belum

    teratasi

    P : Intervensi

    dilanjutkan

    - Pantau terus TTV

    - Timbang BB klien

  • - Pantau Output /

    Intake cairan.

    - Cuci darah rutin

    - Injeksi furosemid

    1 amp/8 jam.2 10.15

    10.30

    09.45

    10.20

    12.50

    .

    Memantau TTV klien :

    TD = 130/70 mmHg, RR=22x/i,

    HR = 76 x/i, T = 36,50C.

    Mengevaluasi dan mengauskultasi

    jantung klien (memantau irama dan

    frekuensi jantung).

    Menanyakan pada pasien

    keadaannya saat ini.

    Mempalpasi dada klien.

    Memantau TTV :

    TD = 130/80 mmhg, HR = 78 x/i,

    RR = 22 x/i, T = 36,50 C.

    S : -

    O :

    TTV :

    - TD = 130/80

    - RR = 22 x/i

    - HR = 78 x/i

    - T = 36,5 0C

    Tidak ada nyeri

    dada saat

    dipalpasi.

    Denyut jantung

    teratur.

    A : Masalah

    teratasi sebagian.

    P : Intervensi

    Dilanjutkan

    - Pantau terus TTV

    - Beri obat

    Nifedipin.3 10.15

    10.45

    12.50

    13.30

    Memantau TTV klien

    TD = 130/70 mmHg, RR=22x/i,

    HR = 76 x/i, T = 36,50 C.

    Mengauskultasi bunyi nafas klien.

    Memantau TTV klien

    TD = 130/80 mmhg, HR = 78 x/i,

    RR = 22 x/i, T = 36,50 C.

    Memfasilitasi klien untuk buang

    S : Klien menyatakan

    batuk dan dahaknya

    ada bercak darah.

    O :

    TTV :

    - TD = 130/80

    - RR = 22 x/i

    - HR = 78 x/i

  • 13.35

    dahak.

    Mengobservasi dahak klien.

    - T = 36,5 0C

    Batuk dengan

    dahak ada

    bercak darah.

    A : Masalah teratasi

    sebagian.

    P : Intervensi

    dilanjutkan :

    - Pantau terus

    TTV.

    - Auskultasi

    bunyi nafas.4 10.00

    10.10

    10.30

    10.50

    Menanyakan keluhan klien dan

    mengobservasi keadaan umum

    klien.

    Mengobservasi aktivitas klien.

    Membantu klien melakukan

    personal higiene.

    Mencek hasil lab klien.

    S : Klien menyatakan

    tubuhnya terasa

    lemah dan lelah.

    O :

    - Klien tampak

    pucat

    - Hb = 7,8 g/dl.

    A : Masalah teratasi

    sebagian.

    P : Intervensi

    dilanjutkan :

    - Anjurkan

    keluarga untuk

    membantu klien

    dalam

    beraktivitas.

    - Pantau terus Hb.

    - Lakukan tranfusi

    darah.

  • 5 10.00

    10.05

    10.40

    09.50

    Menanyakan keluhan klien

    Membuat lingkungan tenang dan

    nyaman.

    Menganjurkan pasien untuk

    istirahat.

    Berkolaborasi dalam pemeriksaan

    ureum, kreatinin, dan elektrolit

    dalam darah.

    S : Klien mengatakan

    kepalanya tidak

    pusing lagi.

    O :

    - Ureum = 165

    mg/100 ml.

    - Kreatinin = 5,48

    mg/100 ml.

    A : Masalah tidak

    terjadi

    P : Intervensi

    dilanjutkan:

    - pantau terus kadar

    ureum dalam

    darah

    - cuci darah rutin

  • DAFTAR PUSTAKA

    Deglin, J. H & Vallerand, A. H. (2004). Pedoman Obat untuk Perawat ed. 4.

    Jakarta: EGC

    Horne, M. M. & Swearingen, P. L. (2000). Seri Pedoman Praktis: Keseimbangan

    Cairan, Elektrolit dan Asam Basa ed. 2. Jakarta: EGC

    Manjoer A, dkk. (1999). Kapita Selekta kedokteran Jilid 1 Edisi 3. Jakarta: Media

    Aesculapius FK UI

    Prince S.A., & Wilson L.M. (1995). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses

    Penyakit Buku 2 Edisi 4, Jakarta: EGC

    Smeltzer S.C., & Bare B.G. (2001). Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah

    Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol. 3. Jakarta: EGC

    Tisher, C. C & Wilcox, C. S. (1997). Buku Saku: Nefrologi ed. 3. Jakarta: EGC

    Hipertensi Diagnosa KeperawatanDiagnosa 1:Diagnosa 2:INTERVENSIINTERVENSI

    DAFTAR PUSTAKA