kasus seminar abrasi kornea

Upload: himukihideyashu

Post on 11-Oct-2015

280 views

Category:

Documents


35 download

DESCRIPTION

asuhan keperawatan pada gangguan sistem penglihatan

TRANSCRIPT

Asuhan Keperawatan pada Tn.Y dengan Gangguan Sistem Penglihatan : Abrasi Kornea di Ruang Dahlia Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung

Ditujukan untuk memenuhi tugas salah satu mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 4

Disusun Oleh:Gusni Pratami Putr (P17320112029)Ika Wijayanti (P17320112033)Indriane Risti (P17320112036)Kania Lestari (P17320112040)Fitriani Fauziah Z (P17320112026)Haryanti Apriliani S (P17320112030)

Hernawati Bernadettha (P17320112031)Ilma Fauziah Silva (P17320112034)Firman Pratama (P17320112023)Gilang Permana (P17320112027)Gita Ayu Mayacita (P17320112028)Hurin Nasywa Adilah (P17320112032)

POLITEKNIK KEMENKES BANDUNGJURUSAN KEPERAWATAN2014

42

KATA PENGANTAR

Segala puji serta syukur kami panjatkan ke-Hadirat Illahi Rabbi yang selalu memberi Petunjuk, Rahmat, serta Hidayah-Nya kepada semua makhluk-Nya. Atas berkat-Nya pula, kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini sesuai dengan yang diharapkan. Adapun tujuan makalah yang berjudul ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.Y DENGAN GANGGUAN SISTEM PENGLIHATAN: ABRASI KORNEA untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Medikal Bedah 4. Makalah ini menjelaskan meliputi teori tentang materi serta asuhan keperawatan kepada Pasien meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi serta evaluasiDalam penyusunan makalah ini, telah banyak pihak yang membantu baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada :1. Ibu Hj. Mariana selaku dosen pembimbing,2. Orang tua kami yang dengan kasih sayangnya senantisa memberikan pada kami baik moril maupun materil,3. Serta semua pihak yang ikut membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini, yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.4. Pihak perpustakaan yang telah meminjami kami buku sumber untuk kami.Semoga bimbingan dan saran dari ibu pembimbing serta semua pihak yang terkait langsung dalam penyelesaian makalah ini, mendapat imbalan darin Allah SWT.Akhirnya, kami berharap makalah ini dapat menjadi bahan informasi yang berharga dan bermanfaat bagi kita semua. Amin

Bandung, Juli 2014

Penyusun

DAFTAR ISIKATA PENGANTARiDAFTAR ISIiiBAB I PENDAHULUAN11. 1 Latar Belakang11.2 Tujuan1BAB II TINJAUAN TEORITIS3A. KONSEP DASAR ABRASI KORNEA32.1Pengertian32.2 Anatomi dan Fisiologi Sistem penglihatan32.3 Penyebab Abrasi Kornea72.4 Tanda dan Gejala82.5 Patofisiologi8 2.6 Pemeriksaan Penunjang92.7 Penatalaksanaan Medis102.8 Komplikasi11BKonsep Asuhan Keperawatan122.9 Pengkajian122.10 Diagnosa keperawatan152.11 Perencanaan162.12 Implementasi212.13 Evaluasi21BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn Y223.1 Pengkajian223.2 Daftar diagnosa sesuai prioritas313.3 Intervensi Keperawatan323.4 Implementasi Keperawatan343.5 Evaluasi38BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN404.1 Kesimpulan404.2 Saran41DAFTAR PUSTAKA42

BAB I PENDAHULUAN

1. 1 Latar BelakangAbrasi kornea umumnya akibat dari trauma pada permukaan mata. Penyebab umum termasuk menusukkan jari ke mata, berjalan ke sebuah cabang pohon, mendapatkan pasir di mata dan kemudian menggosok mata atau dipukul dengan sepotong logam proyektil. Sebuah benda asing di mata juga dapat menyebabkan goresan jika mata digosok. Cedera juga dapat dikeluarkan oleh "keras" lensa kontak yang telah ditinggalkan di terlalu lama. Kerusakan bisa terjadi jika lensa dihapus, bukan ketika lensa masih dalam kontak dengan mata. Selain itu, jika kornea menjadi sangat kering, mungkin menjadi lebih rapuh dan mudah rusak oleh gerakan di seluruh permukaan.Hal tersebut diatas yang melatar belakangi penulis untuk melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem penglihatan: abrasi kornea untuk membantu Pasien dalam memecahkan masalah-masalah keperawatan atau gangguan-gangguan yang dialami Pasien terutama pada sistem penglihatan baik yang bersifat actual meupun potensial dengan memperhatikan seluruh aspek pasien secara komprehensif yang meliputi bio psiko sosial - spiritual. Dari hal tersebut diatas, maka penulis mencoba untuk menyusun makalah yang berjudul : ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. DENGAN GANGGUAN SISTEM PENGLIHATAN: ABRASI KORNEA. Untuk menerapkan pelayanan kepekatan dan asuhan keperawatan yang dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh Pasien.

1.2 Tujuan1.2.1 Tujuan UmumMahasiswa mampu melaksanakan asuhan keperawatan dengan pendekatan proses keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem penglihatan: abrasi kornea.1.2.2 TujuanKhusus1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian dan mengelompokan data fokus dari hasil pengkajian pada Tn. Y1. Mahasiswa mampu menegakkan diagnose keperawatan sesuai data fokus yang sudah di dapat dari Tn. Y1. Mahasiswa mampu membuat dan mengaplikasikan rencana keperawatan dari sesuai diagnose keperawatan yang sudah dibuat1. Mahasiswa mampu membuat evaluasi pada Tn. Y setelah dilakukan tindakan sesuai diagnose keperawatan1. Mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada Tn.Y

BAB IITINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP DASAR ABRASI KORNEA2.1PengertianAbrasi kornea merupakan terkikisnya lapisan kornea (epitel) oleh karena trauma pada bagian superfisial mata. Abrasi kornea umumnya sembuh dengan cepat dan harus diterapi dengan salep antibiotik dan pelindung mata. (Ilyas, Sidarta., 2004)Abrasi kornea atau jejas kornea adalah kondisi medis yang melibatkan hilangnya lapisan permukaan epitel kornea mata.Abrasi kornea merupakan luka umum yang mengakibatkan rusakya epitel permukaan kornea. Hal ini disebabkan oleh mata kering, lensa kontak, debu atau kotoran. Penanganan yang diberikan adalah mencakup pencucian mata dengan saline steril dan mengangkat lensa kontak hingga kornea sembuh. (Ilyas, Sidarta., 2002)

Hifema dapat terjadi akibat trauma tumpul yang merobek pembuluh darah iris atau badan siliar (Ilyas, 2011)

Ekskoriasi adalah perlukaan dimana terdapat kerusakan dariepidermis dan dermis. Hifema adalah akumulasi darah pada kamera okuli anterior pada mata. (Balatay, 2008) 2.2 Anatomi dan Fisiologi Sistem penglihatan

Anatomi Mata Struktur mata tambahanMata dilindungi dari kotoran dan benda asing oleh alis, bulu mata dan kelopak mata. Konjungtiva adalah suatu membran tipis yang melapisi kelopak mata ( konjungtiva palpebra), kecuali darah pupil. Konjungtiva palpebra melipat kedalam dan menyatu dengan konjungtiva bulbar membentuk kantung yang disebut sakus konjungtiva. Walaupun konjungtiva transparan, bagian palpebra tampak merah muda karena pantulan dari pembuluh pembuluh darah yang ada didalamnya, pembuluh pembuluh darah kecil dapat dari konjungtiva bulbar diatas sklera mata. Konjungtiva melindungi mata dan mencegah mata dari kekeringan. Kelenjar lakrimalis teletak pada sebelah atas dan lateral dari bola mata. Kelenjar lakrimalis mengsekresi cairan lakrimalis. Air mata berguna untuk membasahi dan melembabkan kornea, kelebihan sekresi akan dialirkan ke kantung lakrimalis yang terletak pada sisi hidung dekat mata dan melalui duktus nasolakrimalis untuk kehidung. Bola MataBola mata disusun oleh tiga lapisan, yaitu : sklera, koroid, dan retina. Lapisan terluar yang kencang atau sklera tampak putih gelap dan ada yang bening yaitu pada bagian iris dan pupil yang membantuk kornea. Lapisan tengan yaitu koroid mengandung pembuluh pembuluh darah yang arteriolnya masu kedalam badan siliar yang menempel pada ligamen suspensori dan iris. Lapisan terdalam adalah retina yang tidak mempunyai bagian anterior mengandung reseptor cahaya ( fotoreseptor ) yang terdiri dari sel batang dan sel kerucut. Reseptor cahaya melakukan synap dengan saraf - saraf bipolar diretina dan kemudian dengan saraf saraf ganglion diteruskan keserabut saraf optikus. Sel kerucut lebih sedikit dibanding sel batang. Sel kerucut dapat ditemukan di dekat pusat retina dan diperkirakan menjadi reseptor terhadap cahaya terang dan penglihatan warna. Sel sel batang ditemukan banyak pada daerah perifer retina yang merupakan reseptor terhadap gelap atau penglihatan malam. Sel sel batang mengandung rhodopsin yaitu suatu protein fotosintetif yang cepat berkurang dalam cahaya terang. Regenerasi rhodopsin bersifat lambat tergantung pada tersedianya vitamin A, mata memerlukan waktu untuk beradaptasi dari terang ke gelap. Defisiensi vitamin A mempengaruhi kemampuan melihat dimalam hari. Ruangan pada mataBagian dalam bola mata terdiri dari 2 rongga ; anterior dan posterior. Rongga anterior teletak didepan lensa, selanjutnya dibagi lagi kedalam dua ruang ; ruang anterior (antara kornea dan iris) dan ruang posterior (antara iris dan lensa). Rongga anterior berisi cairan bening yang dinamakan humor aqueous yang diproduksi dalam badan ciliary, mengalir kedalam ruang posterior melewati pupil masuk keruang anterior dan dikeluarkan melalui saluran schelmm yang menghubungkan iris dan kornea (sudut ruang anterior).

Iris dan lensaIris adalah berwarna, membran membentuk cairan (bundar) mengandung dilator involunter dan otot otot spingter yang mengatur ukuran pupil. Pupil adalah ruangan ditengah tengah iris, ukuran pupil bervariasi dalam merespon intensitas cahaya dan memfokuskan objek (akomodasi) untuk memperjelas penglihatan, pupil mengecil jika cahaya terang atau untuk penglihatan dekat. Lensa mata merupakan suatu kristal, berbentuk bikonfek (cembung) bening, terletak dibelakang iris, terbagi kedalam ruang anterior dan posterior. Lensatersusun dari selsel epitel yang dibungkus oleh membran elastis, ketebalannya dapat berubahubah menjadi lensa cembung bila refraksi lebih besar. Otot otot mataOtot otot mata terdiri dari dua tipe; ekstrinsik dan intrinsik. Otot otot intrinsi bersifat volunter (dibawah sadar), diluar bola mata yang mengontrol pergerakan diluar mata. Otot otot intrinsik bersifat involunter (tidak disadari) berada dalam badan ciliary yang mengontrol ketebalan dan ketipisan lensa, iris dan ukuran pupil. Sudut filtrasiSudut filtrasi ini terdapat didalam limbus kornea. Limbus adalah bagian yang dibatasi oleh garis yang menghubungkan akhir dari membran descemet dan membran bowman lalu ke posterior 0,75 mm, kemudian kedalam mengelilingi kanal schelmm dan trabekula sampai ke COA. Akhir dari membran descemet disebut garis schwalbe. Limbus terdiri dari 2 lapisan epitel dan stroma. Epitelnya dua kali setebal epitel kornea. Didalam stromanya terdapat serat serat saraf dan cabang akhir dari A. siliaris anterior. Bagian terpenting dari sudut foltrasi adalah trabekula, yang terdiri dari :1. Trabekula korneoskeral, serabutnya berasal dari lapisan dalam stroma kornea dan menuju kebelakang, mengelilingi kanal schelmm untuk berinsersi pada sklera.2. Trabekula uveal, serabut berasal dari lapisan dalam stroma kornea, menuju ke skleralspur (insersi dari m. siliarir) dan sebagian ke m. siliaris meridional.3. serabut berasal dari akhir membran descemet (garis schwalbe), menuju kejaringan pengikat m. siliaris radialis dan sirkularis.Ligamentum pektinatum rudimenter, berasaal dari dataran depan iris menuju ke depan trabekula. Trabekula terdiri dari jaringan kolagen, jaringan homogen, elastis, dan seluruhnya diliputi endotel. Keseluruhannya merupakan spons yang tembus pandang, sehingga bila ada darah dalam canal schelmm, dapat terlihat dari luar. (Gibson, John, 2002)

Fisiologi Penglihatan Cahaya masuk ke mata dan di belokkan (refraksi) ketika melalui kornea dan struktur-struktur lain dari mata (kornea, humor aqueous, lensa, humor vitreous) yang mempunyai kepadatan berbeda-beda untuk difokuskan di retina, hal ini disebut kesalahan refraksi. Mata mengatur (akomodasi) sedemikian rupa ketika melihat objek yang jaraknya bervariasi dengan menipiskan dan menebalkan lensa. Pemglihatan dekat memerlukan kontraksi dari badan ciliary, yang bisa memendekkan jarak antara kedua sisi badan ciliary yang diikuti dengan relaksasi ligamen pada lensa. Lensa menjadi lebih cembung agar cahaya dapat terfokuskan pada retina. Penglihatan yang terus menerus dapat menimbulkan ketegangan mata karena kontraksi yang menetap (konstan) dari otot-otot ciliary. Hal ini dapat dikurangi dengan seringnya mengganti jarak antara objek dengan mata. Akomodasi juga dinbantu dengan perubahan ukuran pupil. Penglihatan dekat, iris akan mengecilkan pupil agar cahaya lebih kuat melelui lensa yang tebal. Cahaya diterima oleh fotoreseptor pada retina dan dirubah menjadi aktivitas listrik diteruskan ke kortek. Serabut-serabut saraf optikus terbagi di optik chiasma (persilangan saraf mata kanan dan kiri), bagian medial dari masing-masing saraf bersilangan pada sisi yang berlawanan dan impuls diteruskan ke korteks visual. Tekanan dalam bola mata (intra occular pressure/IOP)Tekanan dalam bola mata dipertahankan oleh keseimbangan antara produksi dan pengaliran dari humor aqueous. Pengaliran dapat dihambat oleh bendungan pada jaringan trabekula (yang menyaring humor aquoeus ketika masuk kesaluran schellem) atau dengan meningkatnya tekanan pada vena-vena sekitar sclera yang bermuara kesaluran schellem. Sedikit humor aqueous dapat maengalir keruang otot-otot ciliary kemudian ke ruang suprakoroid. Pemasukan kesaluran schellem dapat dihambat oleh iris. Sistem pertahanan katup (Valsava manuefer) dapat meningkatkan tekanan vena. Meningkatkan tekanan vena sekitar sklera memungkinkan berkurangnya humor aquoeus yang mengalir sehingga dapat meningkatkan IOP. Kadang-kadang meningkatnya IOP dapat terjadi karena stress emosional. (Gibson, John, 2002)2.3 Penyebab Abrasi Kornea

Abrasio kornea umumnya akibat dari trauma pada permukaan mata. Penyebab umum termasuk menusukkan jari ke mata, berjalan ke sebuah cabang pohon, mendapatkan pasir di mata dan kemudian menggosok mata atau dipukul dengan sepotong logam proyektil. Sebuah benda asing di mata juga dapat menyebabkan goresan jika mata digosok. Selain itu, jika kornea menjadi sangat kering, mungkin menjadi lebih rapuh dan mudah rusak oleh gerakan di seluruh permukaan.Cedera (trauma) adalah penyebab paling umum untuk abrasio kornea.Penyebab trauma yang paling umum adalah : (James, Bruce., 2006.) Goresan dari kuku (manusia dan hewan) Memukul benda asing kornea (misalnya, kotoran, serpihan kayu, serutan logam, tanaman,cabang pohon, dll) Berlebihan menggosok mata. Lebih dari pemakaian lensa kontak. Kuas makeup. Kimia luka bakar. Bulu mata teratur menggosok kornea atau jatuh ke dalam mata. Sebuah benda asing yang tertangkap di bawah kelopak mata, yang kemudian mengganggu kornea setiap kali anda berkedip.Penyebab lainnya adalah kondisi mata yang mendasari, seperti : Ketidakmampuan untuk sepenuhnya menutup kelopak mata. Kelainan posisi tutup. Parah kondisi mata kering. Parah blepharitis, kronis (kelopak mata meradang). 2.4 Tanda dan Gejala

Tanda dan Gejala yang dari abrasi kornea adalah : (James, Bruce., 2006.) Pada anamnesis yang didapatkan adanya riwayat trauma tumpul dengan gejala-gejala seperti rasa nyeri pada mata, fotopobia, rasa mengganjal, blefarospasme, pengeluaran air mata berlebihan dan visus yang menurun. Pada pemeriksaan slit lamp adanya defek yang terjadi pada lapisan epitel bersamaan dengan adanya edema kornea. Dengan tes fluoresensi, daerah defek/abrasi dapat dilihat pada daerah yang berwarna hijau.Adapun manifestasi klinisnya adalah sebagai berikut : Nyeri Oedema Perubahan visus Kelopak mata bengkak Adanya benda asing Fotofobia Menyipitkan mata yang berlebihan dan produksi reflex air mata

2.5 Patofisiologi

Prognosis tergantung luasnya robekan konea, jarak waktu terjadinya abrasio, diagnosisnya dan tindakan bedah yang dilakukan. Terapi yang cepat prognosis lebih baik. Prognosis lebih buruk bila mengenai makula atau jika telah berlangsung lama. Jika makula melekat dan pembedahan berhasil melekatkan kembali kornea perifer, maka robekan l yang ebih luas pada vitreus dapat dicegah .Jika makula lepas lebih dari 24 jam sebelum pembedahan, maka tajam penglihatan sebelumnya mungkin tidak dapat pulih sepenuhnya. Korpus vitreum yang terus menyusut dan munculnya pertumbuhan jaringan di permukaan kornea menyebabkan tidak semua kornea yang terlepas dapat direkatkan kembali. Bila kornea tidak dapat direkatkan kembali, maka mata akan terus menurun penglihatannya dan akhirnya menjadi buta (Corwin, Elizabeth J., 2009)

2.6 Pemeriksaan Penunjang (James, Bruce., 2006.)

Meskipun abrasio kornea dapat dilihat dengan ophthalmoscopes, celah lampu mikroskop memberikan perbesaran yang lebih tinggi yang memungkinkan untuk evaluasi yang lebih menyeluruh. Untuk membantu dalam melihat, fluorescein noda yang mengisi cacat kornea dan bersinar dengan cahaya biru kobalt umumnya ditanamkan pertama.Sebuah pencarian yang cermat harus dilakukan untuk setiap benda asing, khususnya mencari di bawah kelopak mata. Cedera gunakan berikut palu atau power-alat harus selalu meningkatkan kemungkinan benda asing menembus ke mata, yang mendesak oftalmologi pendapat harus dicari.1. Pemeriksaan oftalmologia. Pemeriksaan visus, dapat terjadi penurunan tajam penglihatan akibat terlibatnya makula lutea ataupun terjadi kekeruhan media penglihatan atau badan kaca yang menghambat sinar masuk. Tajam penglihatan akan sangat menurun bila makula lutea ikut terangkat.b. Pemeriksaan lapangan pandang, akan terjadi lapangan pandang seperti tertutup tabir dan dapat terlihat skotoma relatif sesuai dengan kedudukan ablasio kornea, pada lapangan pandang akan terlihat pijaran api seperti halilintar kecil dan fotopsia.Pemeriksaan lapang pandangan dapat dilakukan dengan :1. Pemeriksaan konfrontasi, yaitu pemeriksaan dengan melakukan perbandingan lapang pandangan pasien dengan si pemeriksa sendiri.2. Pemeriksaan perimeter atau kampimetri. Lapang pandangan normal adalah 90 derajat temporal, 50 derajat atas, 50 derajat nasal dan 65 derajat ke bawah.3.Pemeriksaan funduskopi, yaitu salah satu cara terbaik untuk mendiagnosis ablasio kornea dengan menggunakan binokuler indirek oftalmoskopi. Pada pemeriksaan ini ablasio kornea dikenali dengan hilangnya refleks fundus dan pengangkatan kornea. Kornea tampak keabu-abuan yang menutupi gambaran vaskuler koroid. Jika terdapat akumulasi cairan bermakna pada ruang subkornea, didapatkan pergerakkan undulasi kornea ketika mata bergerak. Suatu robekan pada kornea terlihat agak merah muda karena terdapat pembuluh koroid dibawahnya. Mungkin didapatkan debris terkait pada vitreus yang terdiri dari darah dan pigmen atau ruang kornea dapat ditemukan mengambang bebas.5. Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mengetahui adanya penyakit penyerta antara lain glaukoma, diabetes mellitus, maupun kelainan darah.6. Pemeriksaan ultrasonografi, yaitu ocular B-Scan ultrasonografi juga digunakan untuk mendiagnosis ablasio kornea dan keadaan patologis lain yang menyertainya seperti proliverative vitreokorneopati, benda asing intraokuler. Selain itu ultrasonografi juga digunakan untuk mengetahui kelainan yang menyebabkan ablasio kornea eksudatif misalnya tumor dan posterior skleritis.Hasil Pemeriksaan :1. Visus atau salah satu posisi lapang pandang memburuk.2.Fundus refleks hilang3.Kornea terangkat, terlihat abu-abu, bergoyang-goyang.4.Terkadang robekan kornea berwarna merah dapat terlihat langsung pada pemeriksaan funduskopi.

2.7 Penatalaksanaan Medis

Abrasi kornea umumnya sembuh dengan cepat dan harus diterapi dengan salep antibiotik dan pelindung mata. Meskipun abrasio kecil mungkin tidak memerlukan pengobatan khusus, abrasio yang lebih besar biasanya diobati selama beberapa hari dengan antibiotik topikal untuk mencegah infeksi dan kadang-kadang cycloplegic topikal untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan kenyamanan.Dilatasi pupil dengan siklopentolat 1% dapat membantu menghilangkan nyeri yang disebabkan oleh spasme otot siliar. Kornea memiliki kemampuan untuk menyembuhkan diri sendiri, dimana pengobatan bertujuan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.Jika abrasi yang terjadi ringan, maka terapi yang diberikan hanyalah lumbrikasi pada mata yang sakit dan kemudian dilakukan follow-up untuk hari berikutnya. Penyembuhan ini dapat berlangsung selama 2 hari ataupun dalam waktu seminggu. Bagaimanapun untuk menghindari infeksi, pemberian antibiotik dianjurkan. Namun tak lepas dari pengobatan, seorang dokter harus tetap melakukan follow up utnuk meyakinkan bahwa tidak terjdi inefeksi nantinya.Sebagai langkah awal, diberikan pengobatan yang berisifat siklopegi sepertiatropine1% pada kasus yang berat,hematropine5% pada kasus sedang dancyclopentolate1% untuk pasien dengan abrasi yang ringan. Anjuran selanjutnya yaitu pada obat topical antibiotic yang terdiri daripolytrim,gentamycindantombramycin. Selain itu, pasien dianjurkan untuk istirahat total (bed-rest) diharapkan tidak adanya pergerakkan pasien secara aktif. Apabila pasien merasa nyeri, diberikan pengobatan topical nonsteroid anti inflamasi (Voltaren, AcularatauOcufen). Untuk erosi kornea berulang, pengobatan mungkin telah dengan operasi laser disebut keratectomy phototherapeutic.Anestesi topikal tidak akan digunakan untuk mengontrol rasa sakit terus karena mereka dapat mengurangi penyembuhan dan menyebabkan keratitis sekunder (Webb, Lennox.A., 2004 )

2.8 Komplikasi

Kadang-kadang epitel dapat disembuhkan kurang patuh pada membran basement yang mendasari.Dalam hal ini mungkin terlepas pada interval sehingga menimbulkan erosi kornea berulang.Komplikasi yang terjadi apabila penyembuhan epitel tidak terjadi secara baik atau minimal sehingga kerusakan lapisan kornea bisa terjadi hingga pada daerah membrane descemen. Dengan keadaan seperti itu, maka akan terjadi pelepasan pada lapisan kornea hingga terjadi Recurrent Corneal Erosions (RCE) dalam beberapa bulan atau hingga beberapa tahun.

BKonsep Asuhan Keperawatan

Untuk melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami gangguan sistem penglihatan dengan abrasi kornea perlu menggunakan proses keperawatan untuk mencapai hasil yang diharapkan. Adapun proses keperawatan terdiri dari: pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

2.9 PengkajianPengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan pada Pasien.a. Data biografiHal-hal yang perlu ditanyakan meliputi nama, umur, pendidikan, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka tingkat pengetahuan semakin meningkat termasuk pengetahuan tentang penyakit dan penyebabnya, sehingga dapat melakukan pencegahan lebih dini; pekerjaanb. Riwayat kesehatan(1) Riwayat kesehatan sekaranga) keluhan utama masuk RSUmumnya pasien masuk RS karena mengalami cidera pada mata.b) keluhan saat pengkajianMenjelaskan keluhan yang dirasakan pasien saat dikaji oleh perawat yang kemudian dikembangkan lebih lanjut dengan memakai metoda PQRST. Untuk pengembangan PQRST ini, tentu saja tergantung dari keluhan yang Pasien keluhkan dan perlu diingat bahwa poin-point PQRST ini kadang tidak secara keseluruhan keluhan pasien dapat dikembangkan, tapi setidaknya memberikan kejelasan untuk ketepatan intervensi pada saat itu.Pada umumnya pasien dengan abrasi kornea akan mengeluh nyeri, disertai rasa gatal, atau perdarahan.

(2) Riwayat kesehatan dahuluKaji adanya penyakit sistemik seperti diabetes mellitus. Tanyakan pula penggunaan berbagai obat topikal atau sistemik (Vasokonstriktor, bronkodilator, penenang, dan anti parkinson)(3) Riwayat kesehatan keluargaKaji apakah dalam keluarga pasien ada yang menderita penyakit diabetes mellitus atau hipertensi.c. Pemeriksaan fisikPemeriksaan fisik pada sistem penglihatan mengkaji struktur eksterna dan interna. Selain itu pemeriksaan itu dilakukan secara head to toe.

1) Aktifitas istirahatGejala : perubahan aktifitas sehubungan dengan gangguan penglihatanGangguan istirahat karena nyeri dan ketidaknyamanan.2) Intregitas ego Kecemasan tentang status kesehatan dan tindakan pengobatan. 3) NeurosensorGejala: gangguan penglihatan, sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap tentang penglihatan perifer dan lakrimasi. Tanda: kornea keruh, iris, dan pupil tidak kelihatan serta peningkatan air mata. 4) KeamananTerjadi trauma karena penurunan penglihatan. 5) Nyeri Gejala: ketidak nyamanan ringan, mata berair dan merak, myeri berat disertai tekanan pada sekitar bola mata dan menyebabkan sakit kepala. 6) Penyuluhan / PembelajaranGejala : Riwayat keluarga glukoma, DM, gangguan sustem vaskuler, riwayat stress, alergi, ketidak seimbangan endokrin, terpajan pada radiasi,polusi, steroid. 7) Rencana pemulangan Memerlukan bantuan tranportasi, penyediaan makanan, perawatan diri, pemeliharaan rumah. (Doenges, 2000)

Pemeriksaan fisik mata1.InspeksiAmati :1) Kelopak mata .Apakah ada bengkak, benjolan,ekimosis,ekstropion, entropion,pseudoptosis dan kelainan kelopak mata lainnya.2) Konjungtiva. Apakah warnanya lebih pucat dari warna normalnya merah muda pucat mengkilat. Apakah ada kerehanan / pus mungkin karena alergi / konjungtivitis3) Sclera. Apakahapakah ikterik atau unikterik, adanya bekas trauma4) Iris. Apakah ada ke abnormalan seperti iridis, atropi (pada DM, glaucoma, ishkemi,lansia) dll5) Kornea. Apakah ada arkus senilis (cincin abu abu dipinggir luar kornea),edema/ keruh /menebalnya kornea atau adanya ulkus kornea.6) Pupil. Apakah besarnya normal (3-5 mm/ isokor), atau amat kecil (pin point), miosis (< 2 mm), midriasis (>5mm) 7) Lensa. Apakah warnanya jernih (normal), atau keruh (katarak)

2. PalpasiSetelah inspeksi, lakukan palpasi pada mata dan struktur yang berhubungan.. Nyeri tekan dan keadaan tekanan intraokular (TIO). Mulai dengan palpasi ringan pada kelopak mata terhadap adanya pembengkakan dan kelemahan. Untuk memeriksa TIO dengan palpasi, setelah Pasien duduk dengan enak, Pasien diminta melihat ke bawah tanpa menutup matanya. Secara hati hati pemeriksa menekankan kedua jari telunjuk dari kedua tangan secara bergantian pada kelopak atas. Cara ini diulangi pada mata yang sehat dan hasilnya dibandingkan. Kemudian palpasi sakus lakrimalis dengan menekankan jari telunjuk pada kantus medial. Sambil menekan, observasi pungtum terhadap adanya regurgitasi material purulen yang abnormal atau airmata berlebihan yang merupakan indikasi hambatan duktus nasolakrimalis.d. Pola aktivitas sehari-hariDengan membandingkan kebiasaan sehari-hari Pasien sebelum dan sesudah dapat diketahui perrubahan yang terjadi pada Pasien dan membantu memudahkan untuk mengetahui kebutuhan Pasiene. Data psikologisKaji gambaran emosi dan status sosial Pasien serta identifikasi kebutuhan-kebutuhan khusus persepsi Pasien sebelum didiagnosa.Kaji bagaimana perasaan Pasien setelah mengalami cidera/trauma mata, apakah harga diri Pasien terganggu. Jangan biarkan Pasien merasa stress dengan keadaannya karena stress dapat menyebabkan peningkatan TIO.f. Data sosialSering ditemukan masalah sosial yang dapat menimbulkan stress pada Pasien.g. Data spiritualKaji pandangan pasien tentang penyakit dan harapan pasien tentang penyakitnya.

2.10 Diagnosa keperawatan 1) Nyeri akut berhubungan dengan imflamasi pada kornea atau peningkatan tekanan intraokular.2) Resiko terhadap cedera yang berhubungan dengan penurunan tajam penglihatan atau kurang pengetahuan.3) Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan sekunder terhadap interupsi permukaan tubuh.4) Gangguan persepsi sensori berhubungan penurunan visus dan ketajaman penglihatan penyakit struktur mata5) Gangguan rasa aman : cemas berhubungan dengan kurangnya pemahaman mengenai perawatan serta tindakan yang akan dilakukan ditandai dengan

2.11 Perencanaan Perencanaan adalah proses penentuan tujuan, merumuskan intervensi dan rasional secara sistematis dan spesifik disesuaikan dengan kondisi, situasi dan lingkungan Pasien itu sendiri. Dalam rencana ini perlu pula diperhatikan adanya kerjasama yang baik antara keuarga Pasien dengan tim kesehatan lainnya agar tujuan dapat dicapai dengan baik. Berdasarkan diagnosa keperawatan diatas dapat ditetapkan tujuan, kriteria evaluasi, intervensi dan rasional menurut Barbara Engram (1999), Marilyne E Doenges (1993) dan Burner dan Suddarth (2001) sebagai berikut:1) Gangguan rasa nyaman: nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada kornea atau peningkatan tekanan intraokular Tujuan: Nyeri berkurang atau hilang.Kriteria hasil : Pasien akan Melaporkan penurunan nyeri progresif dan penghilangan nyeri setelah intervensi. Pasien tidak gelisah.

NoIntervensiRasional

1

2.

3

4

Lakukan tindakan penghilangan nyeri yang non invasif dan non farmakologi, seperti berikut : Posisi : Tinggikan bagian kepala tempat tidur, berubah-ubah antara berbaring pada punggung dan pada sisi yang tidak sakit. Distraksi Latihan relaksasi

Bantu pasien dalam mengidentifikasi tindakan penghilangan nyeri yang efektif.

Berikan dukungan tindakan penghilangan nyeri dengan analgesik yang diresepkan.

Beritahu dokter jika nyeri tidak hilang setelah 1/2 jam pemberian obat, jika nyeri bertambah.Penghilangan nyeri yang non invasif dan nonfarmakologi memungkinkan pasien untuk memperoleh rasa kontrol terhadap nyeri.

Pasien kebanyakan mempunyai pengetahuan yang mendalam tentang nyerinya dan tindakan penghilangan nyeri yang efektif.

Untuk beberapa pasien terapi farmakologi diperlukan untuk memberikan penghilangan nyeri yang efektif.

Tanda ini menunjukkan peningkatan tekanan intraokular atau komplikasi lain

2) Resiko terhadap cedera yang berhubungan dengan penurunan tajam penglihatan atau kurang pengetahuan.Tujuan : Pencegahan cedera

NoIntervensiRasional

1

2

3

4

5

6

Bantu pasien ketika mampu melakukan ambulasi pascaoperasi sampai stabil dan mencapai penglihatan dan keterampilan koping yang memadai. Ingat bahwa balutan bilateral menjadikan pasien tak dapat (melihat), menggunakan teknik bimbingan penglihatan.

Bantu pasien menata lingkungan.jangan mengubah penataan meja, kursi tanpa pasien diorientasi dahulu

Orientasikan pasien pada ruangan

Bahas perlunya pengguanaan perisai metal atau kacamata bila diperintahkan

Jangan memberikan tekanan pada mata yang terkena trauma

Gunakan prosedur yang memadai keika memberiakn obat mata Menurunkan risiko jatuh atau cedera ketika langkah sempoyongan atau tidak mempunyai keterampilan koping untuk kerusakan penglihatan

Memfasilitasi kemandirian dan menurunkan risiko cedera

Meningkatkan keamanan mobilitas dlam lingkungan

Tameng logam atau kaca mata melindungi mata terhadap cedera

Tekanan pada mata dapat mengakibatkan kerusakan seritis lebih lanjut

Cedera dapat terjadi bila wadah obat menyentuh mata

3) Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan sekunder terhadap interupsi permukaan tubuh.Tujuan : Tidak terjadi infeksi.Kriteria hasil : Pasien akan :Menunjukkan penyembuhan tanpa gejala infeksi.Nilai Labotratorium : SDP normal, kultur negatif.

NoIntervensiRasional

1

2

3

4

5

6Jaga teknik aseptik ketat, lakukan cuci tangan sesering mungkin

Tingkatkan penyembuhan luka :a. Berikan dorongan untuk mengikuti diet yang seimbang dan asupan cairan yang adekuat.b. Instruksikan pasien untuk tetap menutup mata sampai diberitahukan untuk dilepas.

Gunakan tehnik aseptik untuk meneteskan tetes mata :a) Cuci tangan sebelum memulai.b) Pegang alat penetes agak jauh dari mata.c) Ketika meneteskan, hindari kontak antara mata, tetesan dan alat penetes.

Kaji tanda dan gejala infeksi .a) Kemerahan, edema pada kelopak mata.b) Injeksi konjungtiva (pembuluh darah menonjol).c) Drainase pada kelopak mata dan bulu mata.d) Materi purulen pada bilik anterior (antara kornea dan iris).e) Peningkatan suhu.f) Nilai laboratorium abnormal (misal : peningkatan SDP, hasil kultur ).

Beritahu dokter tentang semua drainase yang terlihat mencurigakan.

Kolaborasi dengan dokter dengan pemberian antibiotika dan steroid.

Akan meminimalkan infeksi

Nutrisi dan hidrasi yang optimal meningkatkan kesehatan secara keseluruhan, yang meningkatkan penyembuhan luka pembedahan. Memakai pelindung mata meningkatkan penyembuhan dengan menurunkan kekuatan iritasi.

Tehnik aseptik meminimalkan masuknya mikroorganisme dan mengurangi risiko infeksi.

Deteksi dini infeksi memungkinkan penanganan yang cepat untuk meminimalkan keseriusan infeksi.Pembatasan aktivitas diresepkan untuk mempercepat penyembuhan dan menghindari kerusakan lebih lanjut pada mata yang cedera

Drainase abnormal memerlukan evaluasi medis dan kemungkinan memulai penanganan farmakologi.

Mengurangi reaksi radang, dengan steroid dan menghalangi hidupnya bakteri, dengan antibiotika.

4) Gangguan persepsi sensori berhubungan penurunan visus dan ketajaman penglihatan Tujuan : Ketajaman penglihatan Pasien meningkatKriteria Hasil: Penglihatan tidak buram VOD 1 / 60 VOS 3/60 TIO dalam batas normal ( 12 22 )

NoIntervensiRasional

1

2

3

4

5Orientasikan pasien terhadap lingkungan sekitar.

Kaji kembali kemampuan melihat antara mata kiri dan kanan.

Bantu Pasien untuk melakukan aktivitas.

Dorong Pasien untuk melakukan aktivitas sederhana secara mandiri.

Atur pencahaan lingkungan sekitar pasien

Untuk mempermudah Pasien saat melakukan aktivitas

Agar terkaji perkembangan penglihatan antara mata kanan dan kiri pasien

Untuk mengurangi resiko cedera saat melakukan aktivitas

Mempertahankan keadaan pasien saat normal tanpa meningkatkan stress karena penglihatannya yang terganggu

Membuat penglihatan optimal

5) Gangguan rasa nyaman : cemas sehubungan dengan kurangnya pemahaman mengenai perawatan serta tindakan yang akan dilakukan ditandai denganTujuan: Cemas Pasien berkurangKriteria Hasil: Pasien tidak memperlihatkan tanda-tanda cemas seperti Pasien tampak tenang Pasien mengetahui tindakan yang akan dilakukan Pasien siap dilakukan operasiNoIntervensiRasional

1

2

3

4Gunakan komunikasi terapeutik dalam pendekatan kepada pasien.

Bantu pasien untuk mengungkapkan perasaan cemasnya.

Menjelaskan pada pasien tentang kegiatan dari perioperatif.

Melibatkan keluarga dalam pengambilan keputusan terhadap perawatan yang dilakukanAgar lebih terbuka dalam mengungkapkan perasaan yang pasien alami.

Mengetahui tingkat kecemasan serta koping yang digunakan oleh pasien

Pasien yang mendapatkan informasi akan lebih mudah dalam menerima penanganan yang akan dilakukan.

Melibatkan keluarga akan menurunkan tingkat kecemasan pasien, pasien akan merasa aman

2.12 Implementasi Implementasi dari tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan. Tindakan yang dilakukan yang bertujuan untuk membantu indiviu dalam memenuhi kebutuhan yang tidak dapat dipenuhinya secara mandiri atau membantu mengatasi permasalahan yang dihadapinya.

2.13 EvaluasiEvaluasi disini adalah evaluasi formatif. Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah melakukan suatu tindakan.

BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn Y

3.1 Pengkajiana. Pengumpulan Data1. Identitas

a) Identitas Pasien

Nama: Tn. YUmur: 29 tahunJenis Kelamin: Laki-lakiPekerjaan: SwastaStatus Perkawinan: MenikahAgama: IslamSuku Bangsa: Sunda/IndonesiaAlamat: Jln Pinggirwangi RT 02 RW 08 Kutawaringin,SoreangDiagnosa Medis: Abrasi Kornea OD + hivema ect koagulum OD + vulnus ekskoriasi ps/pi OD + post hecting vl a/r nassalNomor Medrec: 00617671Tanggal Masuk: 23 Juni 2014Tanggal Pengkajian: 26 Juni 2014Sumber Informasi: Pasien dan keluarga

b) Identitas Penanggungjawab

Nama: Ny YUmur: 27 tahunJenis Kelamin: Perempuan Suku Bangsa: Sunda /IndonesiaAgama: IslamPekerjaan: IRTHubungan dg Pasien: Istri Alamat: Jln Pinggirwangi RT 02 RW 08 Kutawaringin,Soreang

2. Riwayat Kesehatan Sekarang1. Keluhan Utama Masuk Rumah SakitPasien mengatakan mata mata Pasien terkena ledakan api saat sedang membakar sisa kain di tempat kerjanya. Lalu Pasien segera dilarikan ke Rumah Sakit daerah setempat. Dari pihak Rumah Sakit menyarankan Pasien untuk berobat ke Rumah Sakit Mata Cicendo. Saat Berobat ke Rumah Sakit Mata Cicendo Pasien menjalan berobat jalan. Dan setelah tiga kali berobat jalan Pasien disarankan untuk dirawat inap karena akan menjalani operasi di Rumah Sakit Mata Cicendo.

1. Keluhan Utama Saat DikajiSaat dilakukan pengkajian Pasien mengeluh mata kanannya mengalami kesulitan untuk melihat. Mata kanan Pasien menjadi buram saat melihat. Pasien juga mengeluhkan nyeri pada daerah hidung karena terdapat luka jahitan.Nyeri dirasakan seperti disayat-sayat. Nyeri dirasakan bertambah jika luka jahitan tersentuh dan pada saat dilakukan perawatan luka. Nyeri dirasakan berkurang jika luka dibiarkan. Skala nyeri 5 dari 1-10.

3. Riwayat Kesehatan DahuluMenurut Pasien, Pasien tidak pernah mengalami kejadian yang sama sebelumnya. Pasien tidak mempunyai riwayat operasi ataupun riwayat pengobatan. Pasien mengatakan ini adalah pertama kalinya Pasien dirawat di Rumah Sakit. Pasien tidak menderita penyakit kronik. Pasien juga mengatakan tidak mempunyai alergi terhadap penyakit ataupun obat. 4. Riwayat Kesehatan KeluargaPasien mengatakan di keluarganya tidak ada yang mengalami masalah kesehatan yang sama seperti apa yang Pasien alami saat ini. Di keluarganya tidak ada yang mempunyai penyakit keturunan seperti Diabetes Melitus, Hipertensi, ataupun yang lainnya. Dikeluarganya tidak ada yang mempunyai penyakit menular perti TB ataupun penyakit kulit.

b. Pemeriksaan Fisik1) KeadaanUmum

Kesadaran :kompos mentis TD: 110/80 mmHg, N: 78x/menit, R: 18x/menit, S: 36,20 C BB : 84 kgTB : 178 cm

2) Sistem Penglihatana. Struktur EksternaBentuk kelopak mata simetris, penyebaran alis dan bulu mata merata, pertumbuhan alis dan bulu mata keluar, pergerakan kelopak mata kiri dapat bergerak bebas dan matakanan terbatas. Terdapat luka post hecting pada daerah nasal

b. Struktur internaStrukturODOS

PalpebraTenangTenang

KonjungtivabulbiMerahMerahmuda

Korneahifema, oedemaJernih, transparan

PupilRefleks negatifRefleks positif

IrisSinichia negatifSinichia negative

LensaKeruhJernih

KetajamanPenglihatan1/1.0

LapangpandangTidak terkaji90O

3) Sistem PernafasanHidung Pasien bersih, tidak terdapat pernafasan cuping hidung, tidak terdapat polip, bentuk hidung simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat sekret, mukosa hidung lembab.Bentuk dada simetris, tidak terdapat retraksi interkosta, nafas reguler, RR: 18x/menit, pengembangan toraks simetris kanan dan kiri, perkusi resonan di seluruh area paru

4) Sistem KardiovaskulerTekanan darah 110/80 mmHg, nadi78x/menit, tidak terdapat pembesaran KGB, konjungtiva tidak pucat, bunyi jantung murni reguler, tidak ada pembesaran jantung, tidak ada clubbing finger, CRT kembali dalam 2detik.

5) Sistem PencernaanBentuk bibir simetris, keadaan mulut bersih dan tidak berbau, mukosa mulut berwarna merah muda, tidak ada stomatitis, pergerakan lidah normal, tidak ada kesulitan menelan.Bentuk abdomen datar, teraba lembut.Bising usus5x/menit, tidak terdapat pembesaran hati dan limpa, tidak terdapat nyeri tekan pada hati dan limpa.

6) Sistem GenitourinariaTidak ada pembengkakan ginjal, tidak terdapat nyeri tekan pada ginjal, kandung kemih kosong.

7) Sistem EndokrinTidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid, paratiroiddankelenjargetahbening, tidakterdapat tumor.

8) Sistem IntegumenWarnakulitsawomatang, kulitkepaladanrambutlengket, badanbaukeringat, , turgor kulitbaik, suhu 36,20 C.

9) Sistem PersarafanTingkat KesadaranKeadaanumum: BaikKualitas: CM, E4 M6 V51. Tes fungsi serebralStatus Mental Orientasi : Orientasi terhadap orang, tempat, dan waktu baik. Pasien dapat mengenal istri, dimana ia berada sekarang, dan dapat menyebutkan waktu saat dikaji yaitu pagi hari. Memori : Pasien dapat menyebutkan tanggal lahir dengan benar, Konsentrasi & perhitungan :Pasien bisa berkonsentrasi dengan baik, Pasien bisa menjumlahkan angka yang disebutkan perawat ( 5+5 = 10 + 5 = 15 + 5 = 20 + 5 = 25). Daya piker dan bahasa : Pasien dapat menyebutkan lima kota di Jawa Barat2. Nervus cranialN I (Olfaktorius)Fungsi penghidu Pasien baik. Pasien dapat membedakan wangi kopi dan minyak kayu putih.N II (Optikus)Mata kanan Pasien tidak bisa membaca papan nama perawat dalam jarak + 30 cm. Pasien hanya dapat menghitung jari dalam jarak 1 meter untuk mata kanan, dan mata kiri normal , lapang pandang OS 90o sedangkan OD tidak terkaji.

N III, IV, VI :Mata kiri Pasien mampu menggerakan bola mata kearah lateral, atas dan bawah. Pupil OS isokor diameter 3 mm dan bereaksi pada cahaya, pupil OD diameter 3 mm bereaksi terhadap cahaya, dan pergerakan bola mata kanan keatas, kebawah, tengah (arah hidung) dan kearah lateral tidak terkaji karena Pasien mengeluh sakit jika bola matanya digerakanNervus V (Trigeminus)Sensorik : Pasien baik, dapat merasakan usapan kapas, pada kelopak mata, dahi, dan maxilla. Motorik : Pasien dapat mengunyah dengan baik

Nervus VII (Facialis)Sensosik : Pasien dapat membedakan rasa manis dan asin pada 2/3 anterior lidah.Motorik : Wajah simetris kiri dan kanan.

Nervus VIII (Akustikus)Pendengaran Pasien baik terbukti karena dapat menjawab pertanyaan perawat.

Nervus IX (Glosofaringeus) & X (Vagus)Uvula terletak ditengah, dan terangkat saat Pasien mengatakan ah.Reflek menelan baik.

Nervus XI (Assesoris)Pasien dapat mengangkat bahu kanan dan kiri dengan baik dan simetris

Nervus XII (Hipoglosus)Pergerakan lidah kearah lateral, depan dan belakang baik.

3. Tes SensorikPasien dapat merasakan dan membedakan halus, kasar, tajam, dan tumpul

10) Sistem MuskuloskeletalEkstremitas atas dan bawah simetris, tidak terdapat oedema, turgor kulit baik, ROM bebas, reflek trisep ++/++, reflek bisep ++/++, babinski -/-. Sensasi tajam dan halus dapat dirasakan Pasien pada ekstremitas atas dan bawah. Kekuatan otot 5 5 5 5 c. Pola aktivitas sehari-hari

NoAktivitasSebelum SakitSaat Sakit

1Nutrisi MakanJenis Jumlah FrekwensiKeluhan MinumJenisJumlahKeluhan

Nasi, sayur, tahu, tempe, daging1 porsi habis2-3 kali/hariTidak ada

Air mineral, teh, kopi6-7 gelas/hariTidak ada

Nasi, sayur, tahu, tempe, daging1 porsi habis3 kali/hariTidak ada

Air mineral, teh, kopi4-5 gelas/hariTidak ada

2Eliminasi BABWarnaKonsistensiFrekwensiKeluhan BAKWarnaFrekwensiKeluhan

Kuning khas fecesLembek1 kali/hariTidak ada

Kuning jernih2-3 kali/hariTidak ada

Kuning khas fecesLembek1 kali/hariTidak ada

Kuning jernih2-3 kali/hariTidak ada

3Personal Hygiene Mandi Keramas Gosok Gigi Gunting Kuku2 kali/hari dengan sabun1 kali/hari dengan shampo2 kali/hari dengan pasta gigiBila panjangHanya di lapBelum pernahBelum pernahBila panjang

4Istirahat Tidur Siang Malam KeluhanTidak pernah6-8 jamTidak ada1-2 jam6-8 jamTidak ada

5Aktivitas Sehari-hari Kegiatan Olah Raga Kebiasaan KeluhanBekerjaTidak pernahMerokokTidak adaIstirahat di tempat tidurTidak pernahTidak merokokTidak ada

d. Data Psikologis

1) Status emosi Pasien tampak tenang, emosi stabil, afek yang ditunjukkan sesuai dengan suasana hati yang dirasakan

2) Konsep diri a. Gambaran diriPasien mengatakan sangat menghargai matanya, karena dengan mata yang sehat, dirinya bisa beraktivitas dan beribadahb. Harga diriPasien mengatakan tidak malu pada keluarganya karena panyakit yang dideritanya sekarangc. Identitas diriPasien adalah seorang pria dan dengan penyakitnya ini Pasien tidak merasa terganggu.d. Ideal diriPasien mengatakan ingin cepat sembuh dan kembali kerumah serta melakukan aktivitas seperti biasae. PeranPasien adalah seorang suami, seorang ayah. Dengan penyakitnya sekarang Pasien merasa tidak dapat melaksanakan tugasnya sebagai seorang suami seperti biasanya.

3) Data sosialHubungan Pasien dengan keluarga baik ditandai dengan banyaknya keluarga yang menjenguk pada hari itu, hubungan Pasien dengan pasien lain baik, Pasien sangat kooperatif dengan petugas kesehatan.

4)Data spiritualPasien seorang muslim, walau dalam keadaan sakit, Pasien tetap menjalankan solat 5 waktu dan Pasien selalu berdoa untuk kesembuhannya. Pasien menerima keadaannya sekarang karena Pasien percaya bahwa penyakitnya ini merupakan cobaan dari Allah SWT

e. Data Penunjang

a) Pemeriksaan laboratorium

PEMERIKSAANHASILNILAI RUJUKANSATUAN

HEMATOLOGI Hemoglobin Leukosit Trombosit Hematokrit

URINE Warna Urine Kejernihan Urine Berat Jenis Urine PH Urine Nitrit Urine Protein Urine Glukosa Urine Keton Urine Urobilinogen Urine Bilirubin Urine Eritrosit Leukosit Sel Epitel Bakteri Kristal Silinder

KIMIA Glukosa Sewaktu SGOT SGPT Ureum Kreatinin15,69700340.00046,5

KuningAgak Keruh-1,0256,0-----1-23-52-4---

111491924,80,98

14-184.000 10.000150.000-440.00040 52

KuningJernihNegatif1,003 1,0295 8NegatifNegatifNegatifNegatif0,2 1,0Negatif (