ulkus kornea

42
BAB I LAPORAN KASUS 1.1 IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. Maspupah Umur : 57 thn Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Jl. Kuti Gunung, Gedangan, Magersari Agama : Islam Suku Bangsa : Jawa / Indonesia Pekerjaan : Petani Status Marital : Menikah Tgl MRS : 21 Februari 2015 Tanggal Pemeriksaan : 21 Februari 2015 No. RM : 1.2 ANAMNESA Keluhan Utama : Mata Kanan tidak bisa melihat, Kemeng (Sakit,Nyeri), Merah dan Berair Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien mengeluh mata kiri kemeng (sakit, nyeri) sampai kepala ± 1 bulan yang lalu, kemeng perlahan-lahan bertambah parah 1 minggu terakhir sebelum MRS, pasien tidak mengalami demam, sebelumnya mata sering kelilipan gabah padi dan membasuhnya dengan air sawah. Pasien sempat berobat ke praktek dokter umum setempat dan diberikan satu obat tetes mata tanpa label dan 1

Upload: ihwan-muslimin

Post on 23-Dec-2015

24 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

ulkus kornea adalah..................................................

TRANSCRIPT

Page 1: Ulkus kornea

BAB ILAPORAN KASUS

1.1 IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. Maspupah

Umur : 57 thn

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jl. Kuti Gunung, Gedangan, Magersari

Agama : Islam

Suku Bangsa : Jawa / Indonesia

Pekerjaan : Petani

Status Marital : Menikah

Tgl MRS : 21 Februari 2015

Tanggal Pemeriksaan : 21 Februari 2015

No. RM :

1.2 ANAMNESA

Keluhan Utama :

Mata Kanan tidak bisa melihat, Kemeng (Sakit,Nyeri), Merah dan Berair

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien mengeluh mata kiri kemeng (sakit, nyeri) sampai kepala ± 1 bulan yang lalu, kemeng

perlahan-lahan bertambah parah 1 minggu terakhir sebelum MRS, pasien tidak mengalami

demam, sebelumnya mata sering kelilipan gabah padi dan membasuhnya dengan air sawah.

Pasien sempat berobat ke praktek dokter umum setempat dan diberikan satu obat tetes mata

tanpa label dan obat anti nyeri, tetapi tidak ada perubahan dan kemudian timbul bercak putih

dimata dan pasien merasa padangan nya berkabur secara perlahan, serta berair.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Pasien tidak menggunakan kacamata

Hipertensi (-) disangkal

Diabetes (+) 228

1

Page 2: Ulkus kornea

Riwayat Penyakit Keluarga :

Keluarga tidak ada yang menggunakan kacamata

Hipertensi (-)

Diabetes (-)

Riwayat Kebiasaan :

Pasien sering mencuci muka dan membilas matanya bila kelilipan dengan air sawah

Riwayat Pengobatan :

Pasien menggunakan obat tetes mata dari dokter umum yang tidak ada labelnya

Pasien meminum obat anti nyeri dari dokter umum tetapi lupa nama obatnya

Planing Diagnosa :

DL, SGOT, SGPT, GDA, RFT (BUN, Kreatinin)

Flouresin Test

1.3 PEMERIKSAAN FISIK (FOLLOW UP)

Hari Pertama Sabtu 21 Februari 2015

S : Mata kanan nyeri kurang lebih 1 bulan lalu dan bertambah parah seminggu terakhir,

kabur(+) secara perlahan, merah(+), Nerocoh (+), sakit bila terkena cahaya, susah membuka

mata, belekan (-).

Status Internis

Keadaan Umum : Baik

Kesadaraan : Compos Mentis

GCS : 4 / 5 / 6

Vital Sign

Tekanan Darah : 120/80 mmHg

Nadi : 80 x/menit

Pernafasan : 22 x/menit

Suhu : 36,5 ºC

Kepala Leher : A / I / C / D - / - / - / -

Pembesaran KGB (-)

Thorax : Cor : S1S2 tunggal, murmur (-), gallop (-)

Pulmo : Rhonki -/-, Wheezing (-)

Abdomen : Supel (+), Meteorismus (-), BU (+) DBN

Ekstremitas : Akral Hangat, Edema (-)

2

Page 3: Ulkus kornea

Status Oftalmologi

Visus OD : LP (-) posisi berbaring

Visus OS : 5/60 posisi berbaring

Segmen Anterior ODS

OD OS

Palpebra : Oedem -, Hiperemi + Oedem -, Hiperemi -

Konjungtiva : Hiperemi +, Laserasi – PTG gr II Hiperemi -, Laserasi -

Kornea : Keruh, Infiltrat + Jernih

BMD : Dangkal, Hipopion 1 mm Dalam

Iris : Radier Radier

Pupil : Bulat, Ø ± 4 mm RC Bulat, Ø ± 3 mm RC +

Lensa : Keruh Jernih

A : OD Ulkus Kornea Cum Hipopion ± 1 mm + Pterygium gr II

P: Infus RL drip Neurobion 1 amp 14 tpm

Cefotaxime 3x1 gr iv (Antibiotik)

Vigomox ed tiap 3 jam

Ketokonazole 2 x 1 Tab. (Anti-Jamur)

Hari kedua Minggu 22 Februari 2015

3

Page 4: Ulkus kornea

S : Mata kanan nyeri, kabur(+), merah(+), Nerocoh (+), sakit bila terkena cahaya, susah

membuka mata, belekan (-).

Status Internis

Keadaan Umum : Baik

Kesadaraan : Compos Mentis

GCS : 4 / 5 / 6

Vital Sign

Tekanan Darah : 120/80 mmHg

Nadi : 80 x/menit

Pernafasan : 22 x/menit

Suhu : 36,5 ºC

Kepala Leher : A / I / C / D - / - / - / -

Pembesaran KGB (-)

Thorax : Cor : S1S2 tunggal, murmur (-), gallop (-)

Pulmo : Rhonki -/-, Wheezing (-)

Abdomen : Supel (+), Meteorismus (-), BU (+) DBN

Ekstremitas : Akral Hangat, Edema (-)

Status Oftalmologi

Visus OD : LP (-) posisi berbaring

Visus OS : 5/60 posisi berbaring

Segmen Anterior ODS

OD OS

Palpebra : Oedem -, Hiperemi + Oedem -, Hiperemi -

Konjungtiva : Hiperemi +, Laserasi – PTG gr II Hiperemi -, Laserasi -

Kornea : Keruh, Infiltrat + Jernih

BMD : Dangkal, Hipopion 1 mm Dalam

Iris : Radier Radier

Pupil : Bulat, Ø ± 4 mm RC Bulat, Ø ± 3 mm RC +

Lensa : Keruh Jernih

A : OD Ulkus Kornea Cum Hipopion ± 1 mm + Pterygium gr II

P: Infus RL drip Neurobion 1 amp 14 tpm

4

Page 5: Ulkus kornea

Cefotaxime 3x1 gr iv (Antibiotik)

Vigomox ed tiap 3 jam

Ketokonazole 2 x 1 Tab. (Anti-Jamur)

Hari ketiga Senin 23 Februari 2015

S : Mata kanan nyeri, kabur(+), merah(+), Nerocoh (+), sakit bila terkena cahaya, susah

membuka mata, belekan (-).

Status Internis

Keadaan Umum : Baik

Kesadaraan : Compos Mentis

GCS : 4 / 5 / 6

Vital Sign

Tekanan Darah : 120/80 mmHg

Nadi : 80 x/menit

Pernafasan : 22 x/menit

Suhu : 36,5 ºC

Kepala Leher : A / I / C / D - / - / - / -

Pembesaran KGB (-)

Thorax : Cor : S1S2 tunggal, murmur (-), gallop (-)

Pulmo : Rhonki -/-, Wheezing (-)

Abdomen : Supel (+), Meteorismus (-), BU (+) DBN

Ekstremitas : Akral Hangat, Edema (-)

Status Oftalmologi

Visus OD : LP (-) posisi berbaring

Visus OS : 5/60 posisi berbaring

Segmen Anterior ODS

OD OS

Palpebra : Oedem -, Hiperemi + Oedem -, Hiperemi -

Konjungtiva : Hiperemi +, Laserasi – PTG gr II Hiperemi -, Laserasi -

Kornea : Keruh, Infiltrat + Jernih

BMD : Dangkal, Hipopion 1 mm Dalam

Iris : Radier Radier

5

Page 6: Ulkus kornea

Pupil : Bulat, Ø ± 4 mm RC Bulat, Ø ± 3 mm RC +

Lensa : Keruh Jernih

A : OD Ulkus Kornea Cum Hipopion ± 1 mm + Pterygium gr II

P: Infus RL drip Neurobion 1 amp 14 tpm

Cefotaxime 3x1 gr iv (Antibiotik)

Vigomox ed tiap 3 jam

Ketokonazole 2 x 1 Tab. (Anti-Jamur)

1.4 DIAGNOSA

OS Ulkus Kornea

1.5 PROGNOSIS

DUBIA AD MALAM

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENDAHULUAN

6

Page 7: Ulkus kornea

Ulkus kornea adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh adanya

infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung, diskontinuitas jaringan kornea dapat

terjadi dari epitel sampai stroma.Ulkus kornea adalah suatu kondisi yang berpotensi

menyebabkan kebutaan yang membutuhkan penatalaksanaan secara langsung.

Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) 2011 menyebutkan saat ini terdapat 285

juta orang menderita gangguan penglihatan, 39 juta diantaranya mengalami kebutaan.

Sembilan puluh persen penderitanya berada di negara berkembang. Ekstrapolasi

perkiraan India lanjut ke seluruh Afrika dan Asia, jumlah ulkus kornea yang terjadi

setiap tahunnya di negara berkembang dengan cepat mendekati 1,5-2 juta, dan jumlah

sebenarnya mungkin lebih besar.

. Ulkus kornea yang luas memerlukan penanganan yang tepat dan cepat untuk

mencegah perluasan ulkus dan timbulnya komplikasi berupa descematokel, perforasi,

endoftalmitis, bahkan kebutaan. Ulkus kornea yang sembuh akan menimbulkan

kekeruhan kornea dan merupakan penyebab kebutaan nomor lima di Indonesia.

Kekeruhan kornea ini terutama disebabkan oleh infeksi mikroorganisme berupa bakteri,

jamur, dan virus dan bila terlambat didiagnosis atau diterapi secara tidak tepat akan

mengakibatkan kerusakan stroma dan meninggalkan jaringan parut yang luas yang

akhirnya mengarah pada kebutaan fungsional. Kebanyakan gangguan penglihatan ini

dapat dicegah, namun hanya bila diagnosis penyebabnya ditetapkan secara dini dan

diobati secara memadai.

2.2 ANATOMI DAN FISIOLOGI KORNEA

a. Anatomi dan Fisiologi Kornea

Kornea adalah jaringan transparan, yang ukurannya sebanding dengan kristal

sebuah jam tangan kecil. Kornea ini disisipkan ke sklera di limbus, lengkung melingkar

pada persambungan ini disebut sulkus skleraris. Kornea dewasa rata-rata mempunyai

tebal 0,52 mm di tengah, sekitar 0,65 mm di tepi, dan diameternya sekitar 12,5 mm.

Dari anterior ke posterior, kornea mempunyai lima lapisan yang berbeda-beda: lapisan

epitel (yang bersambung dengan epitel konjungtiva bulbaris), lapisan Bowman, stroma,

membran Descement, dan lapisan endotel. Batas antara sklera dan kornea disebut

limbus kornea. Kornea merupakan lensa cembung dengan kekuatan refraksi sebesar +

43 dioptri.

7

Page 8: Ulkus kornea

Gambar Anatomi Kornea

Kornea terdiri dari 5 lapisan dari luar ke dalam:

1. Lapisan epitel

- Tebalnya 40 µm , terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling tumpang

tindih; satu lapis sel basal, sel polygonal dan sel gepeng.

- Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong kedepan

menjadi lapis sel sayap dan semakin maju kedepan menjadi sel gepeng, sel basal

berikatan erat dengan sel basal disampingnya dan sel polygonal didepannya melalui

desmosom dan makula okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air, elektrolit dan

glukosa yang merupakan barrier.

- Sel basal menghasilkan membrane basal yang melekat erat kepadanya. Bila terjadi

gangguan akan menghasilkan erosi rekuren.

- Epitel berasal dari ektoderm permukaan.

2. Membran Bowman

- Lapisan Bowman adalah lapisan yang terkuat dan terbentuk dari lapisan fibril

kolagen yang tersusun secara random.

- Ketebalan lapisan ini sekitar 8-14 mikro meter. Bila terjadi luka yang mengenai

bagian ini maka akan digantikan dengan jaringan parut karena tidak memiliki daya

regenerasi.

3. Jaringan Stroma

8

Page 9: Ulkus kornea

- Terdiri atas lamela yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan yang

lainnya. Pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang dibagian perifer serat

kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu lama

yang kadang-kadang sampai 15 bulan. Keratosit merupakan sel stroma kornea yang

merupakan fibroblast terletak diantara serat kolagen stroma. Diduga keratosit

membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau

sesudah trauma. Jenis kolagen yang dibentuk adalah tipe I, III dan VI.

- Transparansi kornea juga ditentukan dengan menjaga kandungan air di stroma

sebesar 78%.

4. Membran Descement

- Merupakan membrana aselular dan merupakan batas belakang stroma kornea

dihasilkan sel endotel dan merupakan membrane basalnya.

- Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai tebal 40 µm.

5. Endotel

- Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-40 m. Endotel

melekat pada membran descement melalui hemidosom dan zonula okluden.

- Sel endotel mempunyai fungsi transport aktif air dan ion yang menyebabkan stroma

menjadi relatif dehidrasi sehingga terus menjaga kejernihan kornea.

Gambar Potongan Melintang Kornea

9

Page 10: Ulkus kornea

Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensorik terutama berasal dari saraf siliar longus,

saraf nasosiliar, saraf ke V, saraf siliar longus berjalan supra koroid, masuk ke dalam stroma

kornea, menembus membran Bowman melepaskan selubung Schwannya. Bulbus Krause

untuk sensasi dingin ditemukan diantaranya. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di

daerah limbus terjadi dalam waktu 3 bulan.

Sumber nutrisi kornea adalah pembuluh-pembuluh darah limbus, humour aquous, dan

air mata. Kornea superfisial juga mendapat oksigen sebagian besar dari atmosfir.

Transparansi kornea dipertahankan oleh strukturnya seragam, avaskularitasnya dan

deturgensinya.

Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan jendela yang dilalui berkas cahaya

menuju retina. Sifat tembus cahayanya disebabkan strukturnya yang uniform, avaskuler dan

deturgenes. Deturgenes, atau keadaan dehidrasi relative jaringan kornea dipertahankan oleh

pompa bikarbonat aktif pada endotel dan oleh fungsi sawar epitel dan endotel. Endotel lebih

penting daripada epitel dalam mekanisme dehidrasi dan cidera kimiawi atau fisik pada

endotel jauh lebih berat daripada cedera pada epitel. Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan

edema kornea dan hilangnya sifat transparan. Sebaliknya cedera pada epitel hanya

menyebabkan edema lokal stroma kornea sesaat yang akan menghilang bila sel-sel epitel itu

telah beregenerasi. Penguapan air dari film air mata prakornea akan mengkibatkan film air

mata akan menjadi hipertonik; proses itu dan penguapan langsung adalah faktor-faktor yang

yang menarik air dari stroma kornea superfisialis untuk mempertahankan keadaan dehidrasi.

Penetrasi kornea utuh oleh obat bersifat bifasik. Substansi larut lemak dapat melalui

epitel utuh, dan substansi larut air dapat melalui stroma yang utuh. Karenanya agar dapat

melalui kornea, obat harus larut lemak dan larut air sekaligus.

2.3 Definisi Ulkus Kornea

Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian

jaringan kornea, yang ditandai dengan adanya infiltrat supuratif disertai defek kornea

bergaung, dan diskontinuitas jaringan kornea yang dapat terjadi dari epitel sampai

stroma.

Ulkus kornea adalah suatu kondisi yang berpotensi menyebabkan kebutaan yang

membutuhkan penatalaksanaan secara langsung.

2.4 Patofisiologi

Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya, dalam

perjalanan pembentukan bayangan di retina, karena jernih, sebab susunan sel dan

10

Page 11: Ulkus kornea

seratnya tertentu dan tidak ada pembuluh darah. Biasan cahaya terutama terjadi di

permukaan anterior dari kornea. Perubahan dalam bentuk dan kejernihan kornea, segera

mengganggu pembentukan bayangan yang baik di retina. Oleh karenanya kelainan

sekecil apapun di kornea, dapat menimbulkan gangguan penglihatan yang hebat

terutama bila letaknya di daerah pupil.

Karena kornea avaskuler, maka pertahanan pada waktu peradangan tidak segera

datang, seperti pada jaringan lain yang mengandung banyak vaskularisasi. Maka badan

kornea, wandering cell dan sel-sel lain yang terdapat dalam stroma kornea, segera

bekerja sebagai makrofag, baru kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh darah yang

terdapat dilimbus dan tampak sebagai injeksi perikornea. Sesudahnya baru terjadi

infiltrasi dari sel-sel mononuclear, sel plasma, leukosit polimorfonuklear (PMN), yang

mengakibatkan timbulnya infiltrat, yang tampak sebagai bercak berwarna kelabu, keruh

dengan batas-batas tak jelas dan permukaan tidak licin, kemudian dapat terjadi

kerusakan epitel dan timbullah ulkus kornea.

Kornea mempunyai banyak serabut saraf maka kebanyakan lesi pada kornea baik

superfisial maupun profunda dapat menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Rasa sakit

juga diperberat dengan adanya gesekan palpebra (terutama palbebra superior) pada

kornea dan menetap sampai sembuh. Kontraksi bersifat progresif, regresi iris, yang

meradang dapat menimbulkan fotofobia, sedangkan iritasi yang terjadi pada ujung saraf

kornea merupakan fenomena reflek yang berhubungan dengan timbulnya dilatasi pada

pembuluh iris.

Penyakit ini bersifat progresif, regresif atau membentuk jaringan parut. Infiltrat

sel leukosit dan limfosit dapat dilihat pada proses progresif. Ulkus ini menyebar kedua

arah yaitu melebar dan mendalam. Jika ulkus yang timbul kecil dan superficial maka

akan lebih cepat sembuh dan daerah infiltrasi ini menjadi bersih kembali, tetapi jika lesi

sampai ke membran Bowman dan sebagian stroma maka akan terbentuk jaringan ikat

baru yang akan menyebabkan terjadinya sikatrik.

2.5 Etiologi Ulkus Kornea

a. Infeksi

Infeksi Bakteri : P. aeraginosa, Streptococcus pneumonia dan spesies Moraxella

merupakan penyebab paling sering. Hampir semua ulkus berbentuk sentral. Gejala

klinis yang khas tidak dijumpai, hanya sekret yang keluar bersifat mukopurulen yang

bersifat khas menunjukkan infeksi P aeruginosa.

11

Page 12: Ulkus kornea

Infeksi Jamur : disebabkan oleh Candida, Fusarium, Aspergilus, Cephalosporium,

dan spesies mikosis fungoides.

Infeksi virus

Ulkus kornea oleh virus herpes simplex cukup sering dijumpai. Bentuk khas dendrit

dapat diikuti oleh vesikel-vesikel kecil dilapisan epitel yang bila pecah akan

menimbulkan ulkus. Ulkus dapat juga terjadi pada bentuk disiform bila mengalami

nekrosis di bagian sentral. Infeksi virus lainnya varicella-zoster, variola, vacinia

(jarang).

Acanthamoeba

Acanthamoeba adalah protozoa hidup bebas yang terdapat didalam air yang

tercemar yang mengandung bakteri dan materi organik. Infeksi kornea oleh

acanthamoeba adalah komplikasi yang semakin dikenal pada pengguna lensa kontak

lunak, khususnya bila memakai larutan garam buatan sendiri. Infeksi juga biasanya

ditemukan pada bukan pemakai lensa kontak yang terpapar air atau tanah yang

tercemar.

b. Noninfeksi

Bahan kimia, bersifat asam atau basa tergantung PH.

Bahan asam yang dapat merusak mata terutama bahan anorganik, organik dan

organik anhidrat. Bila bahan asam mengenai mata maka akan terjadi pengendapan

protein permukaan sehingga bila konsentrasinya tidak tinggi maka tidak bersifat

destruktif. Biasanya kerusakan hanya bersifat superfisial saja. Trauma kimia asam

adalah trauma pada kornea dan konjungtiva yang disebabkan karena adanya kontak

dengan bahan kimia asam yang dapat menyebabkan kerusakan permukaan epitel

bola mata, kornea dan segmen anterior yang cukup parah serta kerusakan visus

permanen baik unilateral maupun bilateral. Sebagian besar bahan asam hanya akan

mengadakan penetrasi terbatas pada permukaan mata, namun bila penetrasi lebih

dalam dapat membahayakan visus. Asam sulfat merupakan penyebab paling sering

dari seluruh trauma kimia asam. Asam bereaksi dengan air mata yang melapisi

kornea dan mengakibatkan temperatur meningkat (panas) dan terbakarnya epitel

kornea. Semua asam cenderung untuk mengkoagulasi dan mengendapkan protein.

Sel-sel terkoagulasi pada permukaan berfungsi sebagai penghalang relatif pada

12

Page 13: Ulkus kornea

penetrasi asam yang lebih parah. Protein jaringan juga memiliki efek buffer pada

asam, yang berkontribusi pada sifat terlokalisir luka bakar asam.

Pada bahan alkali antara lain amonia, cairan pembersih yang mengandung

kalium/natrium hidroksida dan kalium karbonat akan terjadi penghancuran kolagen

kornea. Trauma basa biasanya lebih berat daripada trauma asam, karena bahan-

bahan basa memiliki dua sifat yaitu hidrofilik dan lipolifik dimana dapat

mengijinkan  mereka secara cepat untuk penetrasi sel membran dan masuk ke bilik

mata depan, bahkan sampai retina. Sementara trauma asam akan menimbulkan

koagulasi protein permukaan, dimana merupakan suatu sawar perlindungan agar

asam tidak penetrasi lebih dalam.  Bahan ammonium hidroksida dan akustik soda

dapat menyebabkan kerusakan yang berat karena mereka dapat penetrasi secara

cepat, dan dilaporkan bahwa bahan akustik soda dapat menembus ke dalam bilik

mata depan  dalam waktu 7 detik. Kornea, pada organ ini dapat terjadi edema kornea

karena adanya kerusakan dari epitel, glikosaminoglikan, keratosit, dan endotel,

sehingga aquos humor dari bilik mata anterior dapat masuk kedalam kornea. Selain

itu karena adanya iskemia limbus suplai nutrisi berkurang sehingga menyebabkan

tidak terjadinya reepitelisai kornea dan pada akhirnya dapat timbul sikatrik pada

kornea.

Radiasi atau suhu

Dapat terjadi pada saat bekerja las, dan menatap sinar matahari yang akan merusak

epitel kornea.

Sindrom Sjorgen

Pada sindrom Sjorgen salah satunya ditandai keratokonjungtivitis sicca yang

merupakan suatu keadan mata kering yang dapat disebabkan defisiensi unsur film air

mata (akeus, musin atau lipid), kelainan permukan palpebra atau kelainan epitel

yang menyebabkan timbulnya bintik-bintik kering pada kornea. Pada keadaan lebih

lanjut dapat timbul ulkus pada kornea dan defek pada epitel kornea terpulas dengan

flurosein.

Defisiensi vitamin A

Ulkus kornea akibat defisiensi vitamin A terjadi karena kekurangan vitamin A dari

makanan atau gangguan absorbsi di saluran cerna dan ganggun pemanfaatan oleh

tubuh.

13

Page 14: Ulkus kornea

Obat-obatan

Obat-obatan yang menurunkan mekanisme imun, misalnya; kortikosteroid, IDU

(Iodo 2 dioxyuridine), anestesi lokal dan golongan imunosupresif.

Kelainan dari membran basal, misalnya karena trauma.

Pajanan (exposure)

Dapat timbul pada situasi apapun dengan kornea yang tidak cukup dibasahi dan

dilindung oleh palpebra.

Neurotropik

Ulkus yang terjadi akibat gangguan saraf ke V atau ganglion Gaseri. Pada keadaan

ini kornea atau mata menjadi anestetik dan reflek mengedip hilang. Benda asing

pada kornea bertahan tanpa memberikan keluhan selain daripada itu kuman dapat

berkembang biak tanpa ditahan daya tahan tubuh. Terjadi pengelupasan epitel dan

stroma kornea sehingga menjadi ulkus kornea.

c. Sistem Imun (Reaksi Hipersensitivitas)

SLE

SLE adalah gangguan autoimun multisistem dengan komplikasi okular di segmen

anterior dan posterior, termasuk keratitis sicca, episkleritis, ulkus kornea, uveitis,

dan vasculitis retina.

Rheumathoid arthritis

RA adalah gangguan vaskulitis sistemik yang paling sering melibatkan permukaan

okular. Pasien dengan RA berat sering hadir dengan ulserasi progresif indolen dari

kornea perifer atau pericentral dengan peradangan minimal yang pada akhirnya

dapat mengakibatkan perforasi kornea.

2.6 Klasifikasi Ulkus Kornea

Berdasarkan lokasi , dikenal ada 2 bentuk ulkus kornea , yaitu:

1. Ulkus kornea sentral

a. Ulkus kornea bakterialis

b. Ulkus kornea fungi

c. Ulkus kornea virus

d. Ulkus kornea acanthamoeba

14

Page 15: Ulkus kornea

2. Ulkus kornea perifer

a. Ulkus marginal

b. Ulkus mooren (ulkus serpinginosa kronik/ulkus roden)

c. Ulkus cincin (ring ulcer)

2.6.1 Ulkus Kornea Sentral

a. Ulkus Kornea Bakterialis

Ulkus Streptokokus :

Ulkus kornea sentral yang disebabkan Streptococcus Beta-Hemolyticus tidak memiliki

ciri khas.Stroma kornea di sekitarnya sering menunjukkan infiltrat dan sembab , dan biasanya

terdapat hipopion berukuran sedang.Kerokan menampakkan kokus gram-positif dalam

bentuk rantai.Ulkus bewarna kuning keabu-abuan berbentuk cakram dengan tepi ulkus yang

menggaung. Ulkus cepat menjalar ke dalam dan menyebabkan perforasi kornea, karena

eksotoksin yang dihasilkan oleh streptokok pneumonia.

Ulkus Stafilokokus :

Banyak di antaranya pada kornea yang telah biasa terkena kortikosteroid

topikal.Ulkusnya sering indolen namun dapat disertai hipopion dan sedikit infiltrat pada

kornea sekitar.Ulkus ini sering superficial , dan dasar ulkus teraba pada saat dilakukan

kerokan.Kerokan mengandung kokus gram positif satu-satu , berpasangan atau dalam bentuk

rantai. Pada awalnya berupa ulkus yang bewarna putik kekuningan disertai infiltrat berbatas

tegas tepat dibawah defek epitel. Apabila tidak diobati secara adekuat, akan terjadi abses

kornea yang disertai edema stroma dan infiltrasi sel leukosit.

Gambar Ulkus Kornea Bakterialis

15

Page 16: Ulkus kornea

Ulkus Pseudomonas :

Ulkus kornea pseudomonas berawal sebagai infiltrat kelabu atau kuning di tempat

epitel kornea yang retak.Nyeri yang sangat biasanya menyertainya.Lesi ini cenderung cepat

menyebar ke segala arah karena pengaruh enzim proteolitik yang dihasilkan organism

ini.Meskipun pada awalnya superficial , ulkus ini dapat mengenai seluruh kornea.Umumnya

terdapat hipopion besar yang cenderung membesar dengan berkembangnya ulkus.Infiltrat dan

eksudat mungkin berwarna hijau kebiruan.Ini akibat pigmen yang dihasilkan organism dan

patognomonik untuk infeksi P aeruginosa.Dapat terjadi pada abrasi kornea minor atau

penggunaan lensa kontak lunak terutama yang dipakai agak lama.Kerokan dari ulkus

mengandung batang gram negative halus panjang yang sering tidak banyak.

Gambar Ulkus Kornea Pseudomonas

Ulkus Pneumokokus :

S pneumonia merupakan penyebab ulkus kornea bakteri di banyak bagian dunia.Ulkus ini

sering terdapat pada pasien dengan sumbatan duktus nasolakrimalis.Biasanya muncul 24-48

jam setelah inokulasi pada kornea yang lecet.Infeksi ini secara khas menimbulkan sebuah

ulkus berbatas tegas warna kelabu yang cenderung menyebar secara tak teratur dari tempat

infeksi ke sentral kornea.Batas yang maju menampakkan ulserasi aktif dan infiltrasi

sementara batas yang ditinggalkan mulai sembuh.( Efek merambat ini menimbulkan istilah

“ulkus serpiginosa akut”).Lapis superficial kornea adalah yang pertama terlibat , kemudian

parenkim bagian dalam.Kornea sekitar ulkus biasanya ada hipopion.Kerokan dari tepian

depan ulkus kornea pneumokokus mengandung diplokokus berbentuk lancet gram

positif.Dakriosistitis yang timbul bersamaan harus diobati pula.

16

Page 17: Ulkus kornea

Gambar Ulkus Kornea Bakterialis dengan hipopion

b.. Ulkus Kornea Fungi

Ulkus fungi itu indolen , dengan infiltrate kelabu , sering dengan hipopion , peradangan

nyata pada bola mata , ulserasi superficial , dan lesi-lesi satelit umumnya infiltrat di tempat-

tempat yang jauh dari daerah utama ulserasi ).Lesi utama dan lesi satelit merupakan plak

endotel dengan tepian tidak teratur di bawah lesi kornea utama , disertai reaksi kamera

anterior yang hebat dan abses kornea.Kebanyakan ulkus fungi disebabkan organism oportunis

seperti Candida , Aspergillus , dan lain-lain.Kerokan dari ulkus kornea fungi kecuali yang

disebabkan Candida mengandung unsure-unsur hypha.Kerokan dari ulkus Candida

umumnya mengandung pseudohyphae atau bentuk ragi yang menampakkan kuncup-kuncup

khas.

Gambar Ulkus Kornea Fungi

c. Ulkus Kornea Virus

Ulkus Kornea Herpes Zoster :

Biasanya diawali rasa sakit pada kulit dengan perasaan lesu. Gejala ini timbul satu 1-

3 hari sebelum timbulnya gejala kulit. Pada mata ditemukan vesikel kulit dan edem

palpebra, konjungtiva hiperemis, kornea keruh akibat terdapatnya infiltrat subepitel dan

17

Page 18: Ulkus kornea

stroma. Infiltrat dapat berbentuk dendrit yang bentuknya berbeda dengan dendrit herpes

simplex. Dendrit herpes zoster berwarna abu-abu kotor dengan fluoresin yang lemah.

Kornea hipestesi tetapi dengan rasa sakit keadaan yang berat pada kornea biasanya

disertai dengan infeksi sekunder.

Ulkus Kornea Herpes simplex :

Ada dua bentuk yaitu primer dan rekurens. Perjalanan klinik dapat berlangsung lama

karena stroma kornea kurang vaskuler , sehingga menghambat migrasi limfosit dan

makrofag ke tempat lesi.Infeksi okuler HSV pada hospes imuno kompeten biasanya

sembuh sendiri namun pada hospes yang secara imunologik tidak kompeten , termasuk

pasien yang diobati dengan kortikosteroid topikal , perjalanan penyakitnya mungkin

menahun dan dapat merusak.Penyakit stroma dan endotel tadinya diduga hanyalah

respons imunologik terhadap partikel virus atau perubahan seluler akibat virus namun

sekarang bukti menunjukkan infeksi virus aktif dapat timbul di dalam stroma dan juga

sel-sel endotel , selain di jaringan lain dalam segmen anterior seperti iris dan endotel

trabekel.Kortikosteroid topikal dapat mengendalikan respons peradangan yang merusak

namun memberi peluang terjadinya replikasi virus.Jadi setiap kali menggunakan

kortikosteroid topikal , harus ditambahkan obat anti-viral. Kebanyakan infeksi HSV pada

kornea disebabkan HSV tipe 1 ( penyebab herpes labialis ) namun beberapa kasus pada

bayi dan dewasa dilaporkan disebabkan HSV tipe 2 ( penyebab herpes genitalis ).Lesi

kornea kedua jenis ini tidak dapat dibedakan.

Ulkus dendritik terjadi pada epitel kornea memiliki percabangan linear khas dengan

tepian kabur , memiliki bulbus-bulbus terminalis pada ujungnya.Pemulasan floresein

memudahkan melihat dendrit.Ulserasi geografik sebentuk penyakit menahun yang lesi

dendritiknya berbentuk lebih lebar.Tepian ulkus tidak kabur.Sensasi kornea menurun.

Gambar Ulkus Kornea Dendritik

18

Page 19: Ulkus kornea

Gambar Ulkus Kornea Herpetik

d.Ulkus Kornea Acanthamoeba

Acanthamoeba adalah protozoa hidup bebas yang terdapat di dalam air tercemar yang

mengandung bakteri.Komplikasi pada pengguna lensa kontak lunak khususnya bila memakai

larutan garam buatan sendiri.Infeksi ini juga pada yang terpapar pada air yang

tercemar.Gejala awal adalah rasa sakit yang tidak sebanding dengan temuan kilniknya yaitu

kemerahan dan fotofobia.Tanda klinik khas adalah ulkus kornea indolen , cincin stroma dan

infiltrate perineural.Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan kerokan dan biakan.Biopsi

kornea mungkin diperlukan.Sediaan histopatologik menampakkan adanya kista atau trofozoit.

Gambar Ulkus Kornea Acanthamoeba

2.6.2 Ulkus Kornea Perifer

a. Ulkus Marginal

19

Page 20: Ulkus kornea

Kebanyakan ulkus kornea marginal bersifat jinak namun sangat sakit.Ulkus ini timbul

akibat konjungtivitis bakteri akut atau menahun khususnya blefarokonjungtivitis

stafilokok.Namun ulkus ini bukan proses infeksi dan kerokan tidak mengandung bakteri

penyebab.Ulkus timbul akibat sensitisasi terhadap produk bakteri di mana antibody dari

pembuluh limbus bereaksi dengan antigen yang telah berdifusi melalui epitel kornea.Infiltrat

mulai berupa infiltrat linear atau lonjong terpisah dari limbus oleh interval bening dan hanya

pada akhirnya menjadi ulkus dan mengalami vaskularisasi.Proses ini sembuh sendiri

umumnya setelah 7 sampai 10 hari namun yang menyertai blefarokonjungtivitis stafilokok

umumnya kambuh.

Gambar Ulkus Marginal

b. Ulkus Mooren

Penyebab ulkus Mooren belum diketahui namun diduga autoimun.Paling sering

terdapat pada usia tua namun tidak berhubungan dengan penyakit sistemik yang sering

diderita orang tua.Ulkus ini tidak responsive terhadap antibiotic atau kortikosteroid.

20

Page 21: Ulkus kornea

A

B

C

Gambar Mooren's Ulcer (A : Gambaran awal ulkus Mooren, B : Gambaran lanjut Ulkus Mooren, C: Ulkus Mooren dengan penyebaran lesi ke tengah)

c. Ring Ulcer

Terlihat injeksi perikorneal sekitar limbus. Di kornea terdapat ulkus yang

berbentuk melingkar dipinggir kornea, di dalam limbus, bisa dangkal atau dalam,

kadang-kadang timbul perforasi. Ulkus marginal yang banyak kadang-kadang dapat

menjadi satu menyerupai ring ulcer. Perjalanan penyakitnya menahun.

21

Page 22: Ulkus kornea

Gambar Ulcer Ring

2.7 Manifestasi Klinis

Gejala klinis pada ulkus kornea secara umum dapat berupa :

2.7.1 Gejala Subjektif

a. Eritema pada kelopak mata dan konjungtiva

b. Sekret mukopurulen

c. Merasa ada benda asing di mata

d. Pandangan kabur

e. Mata berair

f. Bintik putih pada kornea, sesuai lokasi ulkus

g. Silau

h. Nyeri

i. Infiltat yang steril dapat menimbulkan sedikit nyeri, jika ulkus terdapat pada

perifer kornea dan tidak disertai dengan robekan lapisan epitel kornea.

2.7.2 Gejala Objektif

a. Injeksi siliar

b. Hilangnya sebagian jaringan kornea, dan adanya infiltrat

c. Hipopion

2.8 Diagnosis Ulkus Kornea

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,

pemeriksaan klinis dengan menggunakan slit lamp dan pemeriksaan laboratorium.

22

Page 23: Ulkus kornea

Anamnesis pasien penting pada penyakit kornea, sering dapat diungkapkan

adanya riwayat trauma, benda asing, abrasi, adanya riwayat penyakit kornea yang

bermanfaat, misalnya keratitis akibat infeksi virus herpes simplek yang sering kambuh.

Hendaknya pula ditanyakan riwayat pemakaian obat topikal oleh pasien seperti

kortikosteroid yang merupakan predisposisi bagi penyakit bakteri, fungi, virus terutama

keratitis herpes simplek. Juga mungkin terjadi imunosupresi akibat penyakit sistemik

seperti diabetes, AIDS, keganasan, selain oleh terapi imunosupresi khusus.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan gejala obyektif berupa adanya injeksi siliar,

kornea edema, terdapat infiltrat, hilangnya jaringan kornea. Pada kasus berat dapat

terjadi iritis yang disertai dengan hipopion.

Disamping itu perlu juga dilakukan pemeriksaan diagnostik seperti :

a. Ketajaman penglihatan

b. Tes refraksi

c. Pemeriksaan slit-lamp

d. Keratometri (pengukuran kornea)

e. Respon reflek pupil

f. Pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi.

g. Goresan ulkus untuk analisa atau kultur (pulasan gram, giemsa atau KOH)

h. Pada jamur dilakukan pemeriksaan kerokan kornea dengan spatula kimura dari dasar

dan tepi ulkus dengan biomikroskop dilakukan pewarnaan KOH, gram atau Giemsa.

Lebih baik lagi dengan biopsi jaringan kornea dan diwarnai dengan periodic acid

Schiff. Selanjutnya dilakukan kultur dengan agar sabouraud atau agar ekstrak

maltosa.

Gambar Pewarnaan gram ulkus kornea fungi

23

Page 24: Ulkus kornea

Gambar Pewarnaan gram ulkus kornea herpes simpleks

Gambar Pewarnaan gram ulkus kornea herpes zoster

A B

Gambar A. Pewarnaan gram ulkus kornea bakteri , B : Pewarnaan gram ulkus kornea akantamoeba

2.9 Penatalaksanaan Ulkus Kornea

Ulkus kornea adalah keadaan darurat yang harus segera ditangani oleh spesialis

mata agar tidak terjadi cedera yang lebih parah pada kornea. Pengobatan pada ulkus

kornea tergantung penyebabnya, diberikan obat tetes mata yang mengandung antibiotik,

anti virus, anti jamur, sikloplegik dan mengurangi reaksi peradangan dengann steroid.

24

Page 25: Ulkus kornea

Pasien dirawat bila mengancam perforasi, pasien tidak dapat memberi obat sendiri,

tidak terdapat reaksi obat dan perlunya obat sistemik.

a. Penatalaksanaan ulkus kornea di rumah

- Jika memakai lensa kontak, secepatnya untuk melepaskannya

- Jangan memegang atau menggosok-gosok mata yang meradang

- Mencegah penyebaran infeksi dengan mencuci tangan sesering mungkin dan

mengeringkannya dengan handuk atau kain yang bersih

- Berikan analgetik jika nyeri

b. Penatalaksanaan medis

1.Pengobatan lokal

Benda asing dan bahan yang merangsang harus segera dihilangkan. Lesi kornea

sekecil apapun harus diperhatikan dan diobati sebaik-baiknya. Konjungtivitis, dakriosistitis

harus diobati dengan baik. Infeksi lokal pada hidung, telinga, tenggorok, gigi atau tempat lain

harus segera dihilangkan.

Infeksi pada mata harus diberikan :

Sulfas atropine sebagai salep atau larutan,

Kebanyakan dipakai sulfas atropine karena bekerja lama 1-2 minggu.

Efek kerja sulfas atropine :

- Sedatif, menghilangkan rasa sakit.

- Dekongestif, menurunkan tanda-tanda radang.

- Menyebabkan paralysis M. siliaris dan M. konstriktor pupil.

Dengan lumpuhnya M. siliaris mata tidak mempunyai daya akomodasi

sehingga mata dalan keadaan istirahat. Dengan lumpuhnya M. konstriktor

pupil, terjadi midriasis sehinggga sinekia posterior yang telah ada dapat

dilepas dan mencegah pembentukan sinekia posterior yang baru

Analgetik.

Untuk menghilangkan rasa sakit, dapat diberikan tetes pantokain, atau

tetrakain tetapi jangan sering-sering.

Antibiotik

Antibiotik yang sesuai dengan kuman penyebabnya atau yang berspektrum

luas diberikan sebagai salep, tetes atau injeksi subkonjungtiva. Pada pengobatan

25

Page 26: Ulkus kornea

ulkus sebaiknya tidak diberikan salep mata karena dapat memperlambat

penyembuhan dan juga dapat menimbulkan erosi kornea kembali.

Anti jamur

Terapi medika mentosa di Indonesia terhambat oleh terbatasnya preparat

komersial yang tersedia berdasarkan jenis keratomitosis yang dihadapi bisa

dibagi:

1. Jenis jamur yang belum diidentifikasi penyebabnya : topikal amphotericin B

1, 2, 5 mg/ml, Thiomerosal 10 mg/ml, Natamycin > 10 mg/ml, golongan

Imidazole

2. Jamur berfilamen : topikal amphotericin B, thiomerosal, Natamicin, Imidazol

3. Ragi (yeast) : amphotericin B, Natamicin, Imidazol

4. Actinomyces yang bukan jamur sejati : golongan sulfa, berbagai jenis

antibiotik.

Anti Viral

Untuk herpes zoster pengobatan bersifat simtomatik diberikan streroid lokal untuk

mengurangi gejala, sikloplegik, antibiotik spektrum luas untuk infeksi sekunder

analgetik bila terdapat indikasi.

Perban tidak seharusnya dilakukan pada lesi infeksi supuratif karena dapat menghalangi

pengaliran sekret infeksi tersebut dan memberikan media yang baik terhadap

perkembangbiakan kuman penyebabnya. Perban memang diperlukan pada ulkus yang bersih

tanpa sekret guna mengurangi rangsangan.

Untuk menghindari penjalaran ulkus dapat dilakukan :

1. Kauterisasi

a. Dengan zat kimia : Iodine, larutan murni asam karbolik, larutan murni trikloralasetat

b. Dengan panas (heat cauterisasion) : memakai elektrokauter atau termophore. Dengan

instrumen ini dengan ujung alatnya yang mengandung panas disentuhkan pada pinggir

ulkus sampai berwarna keputih-putihan.

2. Pengerokan epitel yang sakit

Parasentesa dilakukan kalau pengobatan dengan obat-obat tidak menunjukkan

perbaikan dengan maksud mengganti cairan coa yang lama dengan yang baru yang banyak

mengandung antibodi dengan harapan luka cepat sembuh. Penutupan ulkus dengan flap

26

Page 27: Ulkus kornea

konjungtiva, dengan melepaskan konjungtiva dari sekitar limbus yang kemudian ditarik

menutupi ulkus dengan tujuan memberi perlindungan dan nutrisi pada ulkus untuk

mempercepat penyembuhan. Kalau sudah sembuh flap konjungtiva ini dapat dilepaskan

kembali.

Bila seseorang dengan ulkus kornea mengalami perforasi spontan berikan sulfas

atropine, antibiotik dan balut yang kuat. Segera berbaring dan jangan melakukan gerakan-

gerakan. Bila perforasinya disertai prolaps iris dan terjadinya baru saja, maka dapat

dilakukan :

- Iridektomi dari iris yang prolaps

- Iris reposisi

- Kornea dijahit dan ditutup dengan flap konjungtiva

- Beri sulfas atropin, antibiotik dan balut yang kuat

Bila terjadi perforasi dengan prolaps iris yang telah berlangsung lama, kita obati seperti

ulkus biasa tetapi prolaps irisnya dibiarkan saja, sampai akhirnya sembuh menjadi leukoma

adherens. Antibiotik diberikan juga secara sistemik.

Gambar Ulkus kornea perforasi (jaringan iris keluar dan menonjol, infiltrat pada

kornea ditepi perforasi)

3. Keratoplasti

Keratoplasti adalah jalan terakhir jika urutan penatalaksanaan diatas tidak berhasil.

Indikasi keratoplasti terjadi jaringan parut yang mengganggu penglihatan, kekeruhan

kornea yang menyebabkan kemunduran tajam penglihatan, serta memenuhi beberapa

kriteria yaitu :

a. Kemunduran visus yang cukup mengganggu aktivitas penderita

b. Kelainan kornea yang mengganggu mental penderita.

c. Kelainan kornea yang tidak disertai ambliopia.

27

Page 28: Ulkus kornea

Gambar Keratoplasti

2.10 Komplikasi Ulkus Kornea

Komplikasi yang paling sering timbul berupa:

a. Kebutaan parsial atau komplit dalam waktu sangat singkat

b. Kornea perforasi dapat berlanjut menjadi endoftalmitis dan panopthalmitis

c. Prolaps iris

d. Sikatrik kornea

e. Katarak

f. Glaukoma sekunder

2.11 Prognosis Ulkus Kornea

Prognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan dan cepat lambatnya

mendapat pertolongan, jenis mikroorganisme penyebabnya, dan ada tidaknya

komplikasi yang timbul. Ulkus kornea yang luas memerlukan waktu penyembuhan

yang lama, karena jaringan kornea bersifat avaskular. Semakin tinggi tingkat keparahan

dan lambatnya mendapat pertolongan serta timbulnya komplikasi, maka prognosisnya

menjadi lebih buruk. Penyembuhan yang lama mungkin juga dipengaruhi ketaatan

penggunaan obat. Dalam hal ini, apabila tidak ada ketaatan penggunaan obat terjadi

pada penggunaan antibiotika maka dapat menimbulkan resistensi.

Ulkus kornea harus membaik setiap harinya dan harus disembuhkan dengan

pemberian terapi yang tepat. Ulkus kornea dapat sembuh dengan dua metode; migrasi

sekeliling sel epitel yang dilanjutkan dengan mitosis sel dan pembentukan pembuluh

darah dari konjungtiva. Ulkus superfisial yang kecil dapat sembuh dengan cepat

28

Page 29: Ulkus kornea

melalui metode yang pertama, tetapi pada ulkus yang besar, perlu adanya suplai darah

agar leukosit dan fibroblas dapat membentuk jaringan granulasi dan kemudian sikatrik.

29

Page 30: Ulkus kornea

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Ulkus Kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian

jaringan kornea, yang ditandai dengan adanya infiltrat supuratif disertai defek kornea

bergaung, dan diskontinuitas jaringan kornea yang dapat terjadi dari epitel sampai stroma.

Ulkus kornea adalah suatu kondisi yang berpotensi menyebabkan kebutaan yang

membutuhkan penatalaksanaan secara langsung.

Ulkus Kornea bisa disebabkan oleh infeksi (bakteri, jamur ,virus dan Acanthamoeba),

noninfeksi ; seperti bahan kimia bersifat asam atau basa tergantung PH, radiasi atau suhu,

Sindrom Sjorgen, defisiensi vitamin, obat-obatan, pajanan (exposure), neurotropik dan juga

bisa disebabkan oleh pengaruh sistem imun (Reaksi Hipersensitivitas).

Pengobatan pada ulkus kornea tergantung penyebabnya, diberikan obat tetes mata yang

mengandung antibiotik, anti virus, anti jamur, sikloplegik dan mengurangi reaksi peradangan

dengann steroid. Pasien dirawat bila mengancam perforasi, pasien tidak dapat memberi obat

sendiri, tidak terdapat reaksi obat dan perlunya obat sistemik.

Prognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan dan cepat lambatnya

mendapat pertolongan, jenis mikroorganisme penyebabnya, dan ada tidaknya komplikasi

yang timbul.

30

Page 31: Ulkus kornea

DAFTAR PUSTAKA

1. Biswell R. Ulserasi Kornea. Dalam: Riordan-Eva P, Whitcher JP, editors. Vaughan & Asbury Oftamologi Umum. Edisi 17. Jakarta: EGC, 2007; 126-138.

2. Ilyas S. Tukak (Ulkus) Kornea. Dalam Ilmu Penyakit Mata, Edisi 3, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2010. 159-167

3. Wijana. N.Ulkus Kornea. Dalam: Ilmu Penyakit Mata, cetakan ke-4, 1989. Jakarta

4. Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia, Ulkus Kornea dalam : Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran, edisi ke 2, Penerbit Sagung Seto, Jakarta,2002

5. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2012, Jakarta. Diunduh dari web site: http://depkes.go.id/index.php/component/content/article/43-newsslider/2084-kemenkes-canangkan-hari-pemberantasan-gangguan-penglihatan-dan-kebutaan-di-indonesia.html. pada tanggal 15 Juni 2013.

6. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2012, Jakarta. Diunduh dari web site: http://depkes.go.id/index.php/berita/press-release/845-gangguan-penglihatan-masih-menjadi-masalah-kesehatan.html. pada tanggal 15 Juni 2012

7. Suhardjo, Widodo F, dan Dewi MU. Artikel Tingkat Keparahan Ulkus Kornea di RS Dr. Sardjito Sebagai Tempat Pelayanan Mata. Diunduh dari website : http://www.tempo.co.id/medika/online/tmp.online.old/art-1.htm

31