trvler disease

53
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Ilmu kedokteran terus berkembang, salah satu perkembangan yang terjadi adalah terbentuknya percabangan ilmu kedokteran. Jika ilmu kedokteran sebelumnya merupakan seni menyembuhkan penyakit yang dilakukan oleh dokter yang mampu melayani pasien yang menderita berbagai penyakit maka kemudian sesuai kebutuhan. Kesehatan mempunyai peranan penting dalam memingkatkan derajat hidup masyarakat maka semua negara berupaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sebaik- baiknya. Oleh sebab itu sebagai mahasiswa/I Fakultas Kedokteran harus memahami tentang kedokteran wisata agar kami mengerti dan mempunyai pemahaman tentang hal tersebut, yang pada dasarnya akan membantu kami dalam memhami bermacam-macam gangguan dari penyakit pada wisatawan. Disamping itu didalam perkembangan ilmu kedoteran yang sangat dinamis sehingga menuntut mahasiswa terus belajar dan menggali 1

Upload: nafsiyatusysyukriya

Post on 25-Dec-2015

12 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

mklh

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Ilmu kedokteran terus berkembang, salah satu perkembangan yang terjadi adalah

terbentuknya percabangan ilmu kedokteran. Jika ilmu kedokteran sebelumnya merupakan

seni menyembuhkan penyakit yang dilakukan oleh dokter yang mampu melayani pasien yang

menderita berbagai penyakit maka kemudian sesuai kebutuhan. Kesehatan mempunyai

peranan penting dalam memingkatkan derajat hidup masyarakat maka semua negara

berupaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sebaik-baiknya.

Oleh sebab itu sebagai mahasiswa/I Fakultas Kedokteran harus memahami tentang

kedokteran wisata agar kami mengerti dan mempunyai pemahaman tentang hal tersebut, yang

pada dasarnya akan membantu kami dalam memhami bermacam-macam gangguan dari

penyakit pada wisatawan.

Disamping itu didalam perkembangan ilmu kedoteran yang sangat dinamis sehingga

menuntut mahasiswa terus belajar dan menggali ilmu tanpa mengenal waktu. Jadi dengan

konsep keilmuan yang baik maka lahirlah seorang dokter yang kompeten dan dipercaya oleh

masyarakat, itulah yang merupakan salah satu latar belakang kami dalam menyusun makalah

ini.

1

1.2 RUMUSAN MASALAH

Adapaun rumusan masalah yang kami dapatkan adalah :

1. Apa saja penyakit pada wisatawan?

2. Apa tanda dan gejala dari traveleer diare?

3. Bagaimana pengobatan pada traveleer diare?

4. Apa saja penatalaksanaan keracunan makanan?

1.3 TUJUAN PEMBAHASAN

Dalam menyusun makalah ini tentunya memilki tujuan yang diharapkan berguna bagi para

pembaca dan khususnya kepada penulis sendiri. Dimana tujuannya dibagi menjadi dua

macam yang pertama secara umum makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan

mahasiswa/I dalam menguraikan suatu persoalan secara holistik dan tepat, dan melatih

pemikiran ilmiah dari seorang mahasiswa/I fakultas kedokteran, dimana pemikiran ilmiah

tersebut sangat dibutuhkan bagi seorang dokter agar mampu menganalisis suatu persoalan

secara cepat dan tepat. Sedangkan secara khusus tujuan penyusunan makalah ini sebagai

berikut:

1) Mengetahui Definisi Traveller Diare

2) Mengetahui Definis Traveller Diare

3) Mengetahui Etiologi Traveller Diare

4) Mengetahui Gejala dan Tanda Traveller Diare

5) Mengetahui Penatalaksanaan Traveller Diare

6) Mengetahui Penatalaksanaan Keracunan Makanan

7) Menambah khasanah ilmu pengetahuan para pembaca dan penuli

8) Melengkapi tugas small group discussion

2

BAB II

SUB-PEMBAHASAN

2.1 SKENARIO

TRAVELLERS DISEASE

Bapak S umur 40 tahun seorang staf di salah satu Dinas Tingkat Propinsi Sumatera Utara,

bersama dua orang temannya sedang melakukan perjalanan Dinas ke beberapa daerah

Tingkat II yang direncanakan selama 6 hari. Pada hari ketiga Pak S dan salah satu kawannya

mengalami diare (Travellers Diare). Karena kesibukan dan padatnya jadwal tugas, mereka

tidak sempat ke dokter untuk mengobati diarenya. Mereka hanya minum obat diare yang

dijual bebas. Tetapi diare yang dialaminya tidak membaik bahkan temannya yang satu lagi

juga mengalami hal yang sama, sementara tugas mereka harus tetap dilaksanakan karena

telah terjadwal sebelumnya. Akhirnya pada hari kelima mereka menyempatkan diri untuk

berobat ke salah satu praktek dokter. Oleh dokter yang memeriksa mereka, menyampaikan

bahwa mereka mengalami Travellers diare.

3

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 TRAVEL MEDICINE

Meningkatnya kesadaran akan kesehatan tertuama di negara maju (developed country)

dengan adanya travel warning memang menimbulkan banyak dampak negatif terutama pada

tujuan negara berkembang. Menurunnya pendapatan utama pariwisata serta transportasi bisa

dikatakan sebagai bukti konkret. Stigma terhadap negara yang terkena travel warning pun

semakin membuat kesenjangan antara negara berkembang dan negara maju. Namun bila di

ambil sisi positifnya, perihal di atas bisa dikatakan sebagai tantangan bagi suatu negara tujuan

untuk meningkatkan sistem kesehatannya agar tercipta suatu lingkungan yang sehat.

Alasan utama sebuah negara mengeluarkan travel warning adalah untuk melindungi warga

negaranya tereskpos dari berbagai macam resiko kesehatan pada negara tujuan yang notabene

belum terlalu farmiliar oleh para pelancong tersebut. Dan ternyata resiko resiko tersebut bisa

dicegah dengan adanya sebuah tindakan precaution yang didasarkan pada travel medicine.

Travel medicine adalah disiplin ilmu kedokteran yang memfokuskan perhatian pada hal yang

berkaitan dengan kondisi kesehatan dalam kaitannya dengan suatu proses perjalanan

(travelling) ini. Cabang ilmu ini mencakup berbagai disiplin ilmu termasuk epidemiologi,

penyakit menular, kesehatan masyarakat, kedokteran tropis, fisiologi , mikrobiologi psikiatri,

kedokteran kerja dan masih banyak lainnya.

4

Pada dasarnya dua hal khusus yang menjadi dasar dalam travel medicine adalah promosi

kesehatan dan pencegahan penyakit. Setiap wisatawan diwajibkan mendapatkan informasi

akan potensi resiko kesehatan di daerah tujuan dan mengerti bagaimana memproteksi diri

sendir dari resiko bahaya tersebut. Kemudian diikuti dengan pemberian vaksin yang

merupakan salah satu tindakan pencegahan yang biasa dilakukan.

Rekomendasi yang diberikan WHO berkaitan dengan travel medicine ini berupa :

1. Konsultasi kesehatan sebelum bepergian: Konsultasi ini harus dilakukan setidaknya 4-

8 minggu sebelum perjalanan dan dan lebih dianjurkan sebelumnya jika perjalanan jangka

panjang atau bekerja di luar negeri. Hal-hal yang harus diperhatikan baik oleh dokter atau

pun wisawatan ini antara lain transportasi, daerah tujuan, durasi, tujuan, dan kondisi

kesehatan wisatawan saat ini.

2. Penilaian resiko kesehatan yang berhubungan dengan perjalanan: Setelah melakukan

konsultasi, pemberian vaksin atau obat-obat prophylaxis lainnya harus dilakukan menurut

hasil penilaian dari konsultasi. Perlu diperhatikan dalam pemberian vaksin dan obat-obatan

ini antara lain aspek kondisi kesehatan pasien,riwayat alergi, interaksi vaksin-vaksin dan

vaksin-obat. Pemberian informasi tentang metode penularan atau penyebaran penyakit dan

pencegahannya seperti mencuci tangan, menjaga kebersihan makanan dan minuman,

penggunaan anti nyamuk (repellan) bisa dilakukan untuk penyakit yang tidak bisa dicegah

dengan vaksin atau obat.

5

3. Medical kit : Persediaan medis cukup harus dilakukan untuk memenuhi semua

kebutuhan yang akan datang selama perjalanan.

4. Perhatian khusus pada kelompok-kelompok tertentu : Mencakup persiapan-persiapan

khusus seperti pada usia ekstrim (bayi dan lansia), ibu hamil, difabel dan wisatawan dengan

riwayat penyakit kronis.

5. Asuransi : Semua wisatawan sangat disarankan untuk melakukan perjalanan dengan

asuransi perjalanan yang komprehensif. Hal ini memudahkan akan ketersediaannya

pelayanan kesehatan didaerah tujuan yang sebagian besar dikelola oleh sektor swasta.

6. Pemeriksaan kesehatan setelah pulang : Wisatawan disarankan untuk menjalani

pemeriksaan medis saat mereka kembali jika mereka menderita a) penyakit kronis seperti

jantung, diabetes, saluran pernapasan;b) munculnya gejala penyakit selama 1 minggu setelah

pulang seperti demam, diare, muntah, jaundice, penyakit kulit;c) bepergian ke negara

endemis malaria;d) bepergian ke negara berkembang selama lebih dari 3 bulan

3.2 TRAVLLER DIARE

Menurut Easmon (2005), Travellers’ Diarrhoea (TD) adalah suatu penyakit yang

yang sangat sering terjadi pada orang yang berlibur di tempat dengan kondisi makan

maupun taraf hidup yang berbeda. TD didefenisikan sebagai pembuangan air besar yang

bersifat cair sekurang-kurangnya 3 kali dalam suatu tempoh 24 jam dan disertai dengan

6

sakit di bagian abdominal, pusing dan mual. Secara umum, Escherichia coli adalah

penyebab paling sering penyakit TD ini.

Wilderness Diarrhoea (WD) pula adalah kejadian di mana orang-orang yang sering

bercuti ke daerah hutan-hutan atau perkampungan tetapi tetap di negara mereka sendiri

menghidap diare dengan gejala yang mirip dengan TD. Setiap tahun, sekitar 30% dari

warga dunia yang bercuti ke negara lain (sekitar 10 juta kasus) mengalami diare

(Farthing, 2001).

Gejala Travellers’ Diarrhoea

Kebanyakan kasus dari TD terjadi secara tiba-tiba. Penyakit ini secara umumnya akan

menyebabkan peningkatan frekuensi, volume dan berat dari feses. Perubahan

konsistensi feses juga sering terjadi. Biasanya, pasien yang menghidapi TD ini akan

mengalami sekitar 4 hingga 5 kali pembuangan feses yang bersifat encer per hari. Ini

disertai dengan gejala-gejala lain seperti pusing, muntah, nyeri di bagian abdominal,

demam dan juga malaise (Easmon, 2005).

Penyebab Travellers’ Diarrhoea

Penyebab TD yang paling utama adalah agen-agen infeksi. Enteropatogen bakteri

menyebabkan lebih dari 80% dari kasus TD. Agen kausatif yang paling sering

menyebabkan TD ini di negara-negara membangun adalah Escherichia coli.

Escherichia coli menyebabkan diare yang bersifat encer dan disertai dengan nyeri di

bagian abdominal dan terkadang menyebabkan demam. Berikut adalah daftar

penyebab dari kejadian diare yang sering terjadi pada warga yang berlibur di luar

negara.

7

Tabel 2.1 Mikroorganisme Penyebab Travellers’ Diarrhoea dan Contoh Makanan

Yang Sering Terkait (Dikutip dari Travel Doctor.)

Mikroorganisme Medium Makanan Simptom Umum

Maka

nan

Minu

man

Tiada Ya Tidak Makanan

pedas, diet

makanan

baru

Mual muntah, diare

sedang yang

bertahan selama 24-

48 jam dan bersifat

self-limiting.

Bakteri

Bacillus cereus Ya Tidak Nasi dan

daging yang

telah

dimasak,

sayuran

1-5 jam muntah

yang predominan

diikuti dengan 8-16

jam diare

predominan.

Campylobacter Ya Ya Susu

mentah,

produk susu

Nyeri abdominal,

diare disertai darah,

malaise tetapi

muntah tidaksering.

Inkubasi antara 2-5

hari dan maksimak

11 hari.

Cholera Ya Ya Kerang, air Menginfeksi melalui

8

kotor minuman dan

makanan, onset

adalah tiba-tiba dan

sulit untuk

dibedakan dengan

yang lain. Penderita

sering muntah dan

mulai membaik

seiring pasien

mengkonsumsi

minuman.

Penggunaan

antibiotik per-oral

mengurangi durasi

infeksi.

Clostridia Ya Tidak Ikan,

daging,

sayuran,

madu

Diare dengan nyeri

abdominal, tetapi

jarang disertai

dengan muntah.

Waktu inkubasi

selama 12-18 jam.

Infeksi dengan Cl.

Botulinum bisa

berakibat fatal.

Escherichia coli Ya Ya Salada, Bakteri ini

9

sayur

mentah,

susu, keju,

daging yang

tidak cukup

masak

memperbanyak diri

di dalam usus kecil

dan menghasilkan

toksin yang

menunjukkan

symptom lain

termasuk defekasi

yang lebih cair.

Kondisi ini bersifat

self limiting dengan

durasi sekitar 48

jam.

Listeria Ya Ya Keju, susu

mentah,

sayuran

mentah

Diare dan nyeri

abdominal sering

diikuti dengan

konjunktivitis dan

nyeri di

tenggorokan. Pada

kasus yang kronis

kadang kala

septicaemia bisa

berkembang.

Bersifat berbahaya

pada wanita hamil.

Salmonella (non Ya Ya Produk susu, Diare yang

10

typhoid) salada,

sayuran,

telur,

daging,

kerang

mengandung mucus,

nyeri abdominal,

muntah dan demam

yang kurang daari

seminggu. Waktu

inkubasi sekitar 12-

36 jam.

Shigella Ya Ya Kentang,

telur

Sejenis disentri dan

bertanggung jawab

kepada 15% dari

kasus TD. Suatu

fase demam dengan

keluhan feses yang

encer sehingga

keluhan defekasi

yang encer tetapi

sering disertai darah

dan mukus.

Staphylococcus

aureus

Ya Tidak Daging

salai, produk

tenusu,

salada, telur,

keju, krim

dan eskrim

Pusing, mual,

muntah, nyeri

abdominal,

dehidrasi, suhu

tubuh menurun dan

kadang-kala diare.

Waktu inkubasi

11

sekitar 2-7 jam.

Thyphoid Ya Ya Air

terkontamin

asi, kerang,

susu

terkontamin

asi, produk

susu,

sayuran

mentah

Simptom mulai

menunjuk selepas 7

hari yaitu termasuk

sakit kepala,

demam, nyeri

abdominal,

konstipasi dan diare.

Bersifat fatal jika

tidak ditangani.

Vibrio

parahaemolyticus

Ya Ya Kerang

mentah

Nyeri abdominal,

diare, mual, muntah,

demam dan sakit

kepala. Waktu

inkubasi sekitar 12-

24 jam.

Virus

Hepatitis A Ya Ya Air minum,

kerang,

buah-buahan

dan sayuran

mentah.

Virus ini

menginfeksi melalui

air minum. Simptom

utama adalah seperti

symptom flu yaitu

kehilangan selera

makan, mual,

muntah, nyeri

12

abdominal dan

diikuti dengan

ikterus. Diare

berkemungkinan ada

maupun tiada.

Hepatitis A jarang

berkembang

menjadi kronis.

Rotavirus Ya Ya Tiada

informasi

Diare yang kronis

bisa disebabkan oleh

invasi dinding perut

oleh virus yang

memusnahkan

kebolehan menyerap

cairan dan

mengurangkan

kadar enzim

pencernaan.

Norovirus

(Norwhalk)

Ya Ya Tiada

informasi

Virus ini masih

belum dipahami

dengan mendalam

lagi membuatkan ia

sangat sulit

ditangani. Infeksi

bersifat menular dan

13

menghasilkan

imunitas yang tidak

bertahan. Virus ini

menyebabkan diare

akut dan muntah

yang dapat tertular

melalui kontak

langsung dan juga

tetesan. Biasanya,

infeksi terjadi

selama 24-48 jam

dah jarang bersifat

serius. Virus ini

sangat sering terjadi

pada tempat

terisolasi seperti di

atas kapal layar di

mana ia sangat cepat

tertular antara

penumpang dan

awak kapal.

Protozoa

Cryptosporidium

spp.

Ya Ya Susu

mentah,

sosis

Berasal dari

keluarga parasit

malaria, organisme

14

mentah. menginvasi dinding

perut dan

menyebabkan

keluarnya cairan

yang bisa mencapai

durasi 10 hari

maupun lebih.

Pengobatan adalah

terapi rehidrasi dan

organisme turut

resisten terhadap

disinfeksi kimia,

termasuk iodin.

Entamoeba

histolytica

Ya Ya Buah-

buahan,

sayur-

sayuran.

Onset diare bersifat

gradual dan tiada

demam untuk

membedakan ia dari

disentri bakteri.

Diare mengandung

darah dan mukus.

Giardia lamblia Ya Ya Buah-

buahan,

sayur-

sayuran.

Diare terjadi setelah

suatu fase kronis

defekasi bersifat

besar dan sangat

busuk yang bisa

15

bertahan selama

beberapa bulan.

Faktor Resiko Travellers’ Diarrhoea

Penyebab primer dari infeksi adalah ingestasi dari air atau makanan yang telah

terkontaminasi dengan feses. Negara-negara membangun memiliki persentase yang

lebih tinggi terutama Amerika Latin, Afrika, Timur Tengah dan Asia.

Menurut WHO dan Centers For Disease Control and Prevention, CDC

(2006), yang memiliki resiko tinggi untuk mengalami TD adalah remaja dan dewasa

muda (dalam rentang usia 20-25 tahun), penderita imunosupresan, pesakit diabetes,

dan orang yang sedang mengambil obat H-2 Blockers atau antasid. Tidak ada

perbedaan dalam faktor gender.

Pencegahan Travellers’ Diarrhoea

TD paling sering terjadi akibat adanya kontak langsung dari route fecal-oral. Oleh

karena itu, penjagaan makanan adalah faktor penting dalam mencegah terjadinya TD.

Menurut CDC (2007), secara umum, apabila seseorang berkunjung ke suatu

tempat yang baru, haruslah diingatkan bahwa pemilihan makanan yang bersih dan

aman itu penting. Semua makanan yang tidak cukup masak atau mentah mempunyai

derajat kontaminasi yang sangat tinggi. Terutamanya di tempat-tempat di mana

kebersihan dan sanitasi sangatlah tidak mencukupi, setiap orang yang mengunjungi

tempat itu seharusnya dinasehati supaya tidak mengkonsumsi sayur-sayuran yang

sering dimakan mentah seperti salada, susu yang tidak menggunakan tehnik

pempasteuran, produk tenusu lainnya seperti keju dan makan makanan yang sudah

16

benar-benar dimasak dan masih hangat. Jika ingin memakan buah-buahan, pastikan

buah-buahan itu sudah benar-benar dicuci dengan air yang bersih dan kulitnya

dikupas sendiri. Makanan yang telah dimasak sekalipun, jika dibiarkan di tempat

terbuka selama beberapa jam dengan suhu ruangan yang normal bisa menjadi tempat

perkembangan bakteri dan sekaligus menyebabkan makanan tersebut terkontaminasi

lagi.

Tehnik pencucian tangan sebelum makan juga penting dimana pencucian

tangan dilakukan dengan menggunakan sabun dengan kandungan alkohol lebih dari

60%. Ini harus dilakukan setiap kali ke kamar mandi, menukar lampin anak atau

setelah kontak langsung dengan anak-anak kecil, hewan peliharaan ataupun feses

secara langsung.

Aktivitas renang yang terkawal turut memainkan peran penting dalam

pencegahan TD. Terdapat banyak kasus yang mengatakan adanya hubungkait antara

renang di laut, danau, sungai, maupun di kolam renang dengan terjadinya diare

terutama jika kepala perenang turut masuk dalam air. Air tersebut bisa terkontaminasi

oleh perenang lainnya dan juga dari bahan buangan sampah, bahan buangan dari

hewan dan kotoran lainnya.

Secara umum, bagi yang ingin berenang di tempat yang tidak terjamin

kebersihannya, haruslah dilihat terlebih dahulu jika pantai atau kawasan renang itu

telah terkontaminasi oleh buangan hewan maupun manusia. Seterusnya, elak dari

berenang berdekatan dengan sistem perparitan.

Selain itu, berenang selepas hujan yang lebat turut meningkatkan resiko untuk

terinfeksi dengan mikroorganisme yang bisa menyebabkan diare. Cara pencegahan

apabila berenang adalah dengan menggunakan ‘nose plugs’ apabila melakukan

aktivitas berenang. Ini dapat mengurangkan resiko patogen untuk masuk ke rongga

17

hidung untuk menyebabkan infeksi. Berenang di kawasan kolam renang dengan air

yang telah melalui proses netralisasi dengan klorin bisa dianggap aman selagi pH

airnya dalam batas normal. Akan tetapi, ada beberapa organisme yang sedikit resisten

terhadap klorin seperti Giardia, hepatitis A, norovirus dan yang sangat resisten

terhadap klorin seperti Cryptosporidium banyak dijumpai di kawasan kolam renang

dengan air yang diklorinkan. Oleh itu, para perenang harus hati-hati dan tidak

menelan air di kolam renang itu (Cartwright, 2003).

Cairan yang diminum juga harus dilihat dan diawasi tingkat keamananya. Di

kawasan yang terdapat banyak kasus diare, konsumsi es pada hidangan harus turut

diawasi. Ini karena, es yang telah cair akan mengaktivasikan bakteri bersifat patogen

tersebut yang sebelumnya tidak aktif. Oleh karena itu, aktivitas rutin seperti menyikat

gigi harus juga diawasi dan sebisa mungkin, tidak menggunakan air biasa melainkan

air yang telah dijamin kebersihannya. Selain mengkonsumsi air dari botol, memasak

air adalah cara paling efektif dan tidak menguras kantong untuk memastikan air yang

dikonsumsi itu aman. Ini dilakukan dengan cara membiarkan air tersebut masak dan

berbuih selama kurang lebih 1 menit, dan kemudian membiarkan suhunya turun ke

suhu kamar tanpa menggunakan es

3.3 KERACUNAN MAKANAN

Keracunan makanan adalah masuknya zat toxic (racun) dari bahan yang kita makan ke

dalam tubuh baik dari saluran cerna, kulit, inhalasi, atau dengan cara lainnya yang

menimbulkan tanda dan gejala klinis.

Pada keadaan keracunan makanan, gejala-gejala timbul karena racun yang ikut tertelan

bersama dengan makanan. Umumnya pada keracunan makanan, gejala-gejala terjadi tak lama

18

setelah menelan bahan beracun tersebut, bahkan dapat segera setelah menelan bahan beracun

itu dan tidak melebihi 24 jam setelah tertelannya racun.

Sebagai seseorang yang menyenangi kegiatan alam terbuka, perlulah kiranya kita

mengetahui ilmu tentang keracunan ini, karena dalam kegiatan alam bebas kita sering

mengkonsumsi makanan yang jika ditinjau dari segi kesehatan, memiliki peluang besar untuk

mengandung bahan-bahan yang membahayakan bagi tubuh kita. Bahan-bahan tersebut antara

lain makanan cepat saji seperti mie instant dan sarden, juga jamur yang sering kita anggap

sebagai bahan makanan kita jika sedang dalam keadaan survival. Bahan-bahan itu jika tidak

diolah dengan hati-hati akan berpeluang untuk menimbulkan keracunan.

Mengetahui gejala dan prinsip penatalaksanaan secara ringkas dan tepat sangatlah

membantu dalam menghindari jatuhnya korban. Tindakan yang tepat ini juga akan membantu

rumah sakit atau dokter dalam memberikan penanganan lebih lanjut dalam menyelamatkan

nyawa korban.

Seseorang dicurigai menderita keracunan, bila :

1. Sakit mendadak.

2. Gejala tak sesuai dengan keadaan patologik tertentu.

3. Gejala berkembang dengan cepat karena dosis besar.

4. Anamnese menunjukkan kearah keracunan, terutama kasus percobaan bunuh diri,

pembunuhan atau kecelakaan.

5. Keracunan kronis dicurigai bila digunakannya obat dalam waktu lama atau lingkungan

pekerjaan yang berhubungan dengan zat kimia.

19

Prinsip Penatalaksanaan :

1 Mengatasi penyebab terjadinya keracunan

Mengatasi masuknya zat racun ke dalam tubuh, atau menjadikan racun yaang telah

masuk ke dalam tubuh menjadi hilang (dieliminasi) dari daam tubuh.

2. Mengatasi efek yang ditimbukan oleh racun

I. JENIS-JENIS KERACUNAN

a. Keracunan Botulisme

Botulisme adalah suatu bentuk keracunan yang spesifik, akibat penyerapan toksin/racun

yang dikeluarkan oleh kuman Clostridium botulinum. Toksin botulinum mempunyai efek

yang sangat spesifik, yaitu menghambat hantaran pada serabut saraf kolinergik dan

mengadakan sparing dengan serabut adrenergic, Toksin mengganggu hantaran saraf di dekat

percabangan akhir dan di ujung serabut saraf. Kuman clostridium botulinum masuk ke dalam

tubuh melalui saluran cerna melalui makanan yang tercemar oleh kuman clostridium.

Biasanya terdapat juga makanan kaleng yang sudah habis masa berlakunya. Angka kematian

akibat keracunan botulisme ini sangat tinggi.

Gejala Klinis

Botulisme dapat bervariasi sebagai penyakit yang ringan sampai dengan penyakit yang

berat dan dapat menimbulkan kematian dalam waktu 24 jam. Bila gejala timbul lebih cepat,

maka keadaannya lebih serius dan berat.

20

Gejala klinis tersebut dapat berupa:

o Mual dan muntah

o Rasa lemah, pusing dan vertigo (perasaan berputar-putar)

o Rasa kering pada mulut dan tenggorokan, kadang-kadang disertai rasa nyeri

o Gejala neurologis berupa gangguan penglihatan (mata kabur), disfagia, kelelahan dan

diikuti dengan gangguan otot-otot pernafasan.

Penatalaksanaan

Pasien dengan botulisme dapat meninggal karena kegagalan pernafasan. Tindakan segera

yang kita lakukan adalah:

o Menjaga jalan nafas tetap terbuka dan mengontrol vital sign

o Muntahkan korban, bisa dilakukan dengan cara mekanik (menekan reflek muntah di

tenggorokan), atau pemberian air garam.

(Kontraindikasi : cara ini tidak boleh dilakukan pada keracunan zat korosif (asam/basa

kuat, minyak tanah, bensin), kesadaran menurun dan penderita kejang.

o Bilas Lambung

o Pemberian susu dan air kelapa dapat dipertimbangkan

o Segera rujuk ke RS

b. Keracunan Insektisida

Insektisida digunakan untuk membasmi bermacam-macam hama (tumbuhan maupun

binatang) khususnya hama serangga yang dijumpai dalam kehidupan manusia. Insektisida

digunakan di negara-negara dunia ini untuk melindungi tanaman dari kerusakan.

21

Walaupun dalam jumlah dan ukuran kecil tetapi insektisida jelas menimbulkan keracunan

pada manusia. Insektisida yang sering menyebabkan keracunan antara lain:

1. Insektisida Golongan Organofosfat (Cholinesterase Inhibitor Insecticides)

Insektisida golongan penghambat kolinesterase sangat toksis dan insiden keracunan oleh

bahan ini cenderung meningkat karena senyawa organofosfat banyak digunakan sebagai

bahan pengganti untuk DDT, setelah pelarangan DDT di beberapa negara.

Yang termasuk senyawa organofosfat misalnya paration, malation, systox, TEPP, HEPP,

OMPA, sedangkan yang lain adalah golongan carbonates misalnya dimethan dan matacil.

Insektisida ini bekerja dengan menghambat dan mengaktivasikan enzim asetilkolinesterase.

Enzim secara normal menghancurkan asetilkolin yang dilepaskan oleh susunan saraf pusat,

ganglion otonom, ujung-ujung saraf parasimpatis dan ujung-ujung saraf motorik hambatan

asetilkolinesterase menyebabkan tertumpuknya sejumlah besar asetilkolin pada tempat-

tempat tersebut.

Gejala Klinis

Gejala klinis biasanya muncul dalam 2 jam setelah kontak. Gejalanya antara lain:

o nyeri kepala, mata miosis, kekacauan mental, bronchokonstriksi, hipotensi,

o Kejang yang diikuti dengan penurunan kesadaran dan depresi pernafasan

o Penglihatan kabur, kejang perut,mual, muntah dan diare

o Perangsangan kelenjar sekretoris menyebabkan rinorea, hipersalivasi, banyak keringat

o Pada kulit menimbulkan gatal-gatal atau dapat menimbulkan ekzem

22

Penatalaksanaan

o Cegah kontak selanjutnya misal melepaskan pakaian, cuci kulit yang terkontaminasi

o Bilas lambung bila racun tertelan

o Beri atropin

o Kontrol vital sign

o Segera rujuk ke rumah sakit terdekat

2. Insektisida Golongan Chlorinated

Organokhlorin atau disebut “Chlorinated hydrocarbon” terdiri dari beberapa

kelompok yang diklasifikasi menurut bentuk kimianya. Yang paling populer dan pertama

kali disinthesis adalah “Dichloro-diphenyl-trichloroethan” atau disebut DDT. Insektisida

golongan Chlorinated ini dibagi menjadi 3 golongan antara lain:

1. Cyclodienes : Aldrin, Chlordan, Dieldrin, Heptachlor, endrin,

Toxaphen, Kepon, Mirex.

2. Hexachlorocyclohexan : Lindane

3. Derivat Chlorinated-ethan : DDT

Gejala Klinis

Gejala permulaan keracunan akut adalah

o rasa mual dan muntah,

o sakit kepala, pusing, gelisah, tremor dan kelemahan.

Gejala ini berkembang dengan cepat dan terjadi :

23

o hipereksitabilitas susunan saraf pusat secara umum dengan delirium dan kejang klonik

atau tonik.

Fase ini kemudian diikuti oleh depresi yang progresif, paralysis, koma dan kematian

Penatalaksanaan

o Control vital sign

o Bilas lambung

o Muntahkan bila perlu

o Rujuk ke rumah sakit

c. Keracunan Jengkol (Pithecolobium lobatum)

Jengkol sering menimbulkan gejala keracunan. Yang menyebabkan keracunan tersebut

ialah asam jengkol, yaitu suatu asam amino yang mengadung belerang yang dapat diisolasi

dari biji jengkol (Pithecolobium lobatum). Timbulnya keracunan tidak bergantung dari

jumlah biji jengkol yang di makan dan apakah jengkol itu dimakan mentah atau di masak

lebih dahulu. Demikian juga tidak ada hubungan dengan muda atau tuanya biji jengkol yang

di makan. Van Veen dan Hyman berkesimpulan bahwa timbulnya gejala keracunan

tergantung dari kerentanan seseorang terhadap asam jengkol.

Gejala Klinis

Gejala yang timbul disebabkan oleh hablur (kristal) asam jengkol yang menyumbat

tractus urinarius. Keluhan pada umumnya timbul dalam waktu 5-12 jam setelah memakan

jengkol. Keluhan yang tercepat 2 jam dan yang terlambat 36 jam sesudah makan biji jengkol.

Gejala yang terjadi dapat berupa:

24

o Merasa nyeri perut, kadang-kadang disertai muntah

o Adanya serangan kolik pada waktu berkemih

o Volume air kemih juga berkurang bahkan sampai terjadi anuria. Kadang-kadang

terdapat hematuria.

o Nafas dan urine berbau jengkol.

Penatalaksanaan

o Jika gejala penyakit ringan (muntah, sakit perut/pinggang saja) penderita tidak perlu

dirawat, cukup dinasehati untuk banyak minum serta memberikan natrium bikarbonat saja.

Atau pasien bisa dianjurkan untuk meminum minuman bersoda seperti cola, dll.

o Bila gejala penyakit berat (oliguria, hematuria, anuria dan tidak dapat minum) penderita

perlu dimuat dan diberi infus natrium bikarbonat dalam larutan glukosa 5% dengan dosis 2-5

mEq/KgBB selama 4-8 jam

o Antibiotik jika ditemui infeksi sekunder

o Anjuran untuk tidak memakan jengkol

d. Keracunan Singkong (Manihot utilissima)

Bagian yang dimakan dari tumbuhan singkong atau cassava ialah umbi, akar dan

daunnya. Baik daun maupun umbinya, mengandung suatu glikosida cyanogenik, artinya

suatu ikatan organik yang dapat menghasilkan racun biru atau HCN (cyanida) yang bersifat

sangat toksik. Zat glikosida ini diberi nama Linamarin.

Penyebab keracunan singkong adalah asam cyanida yang terkandung didalamnya.

Bergantung pada jenis singkong kadar asam cyanida berbeda-beda. Namun tidak semua

25

orang yang makan singkong menderita keracunan. Hal ini disebabkan selain kadar asam

cyanida yang terdapat dalam singkong itu sendiri, juga dipengaruhi oleh cara pengolahannya

sampai di makan. Diketahui bahwa dengan merendam singkong terlebih dahulu di dalam air

dalam jangka waktu tertentu, kadar asam cyanida (HCN) dalam singkong akan berkurang

oleh karena HCN akan larut dalam air.

HCN adalah suatu racun kuat yang menyebabkan asfiksia. Asam ini akan mengganggu

oksidasi (pengakutan O2) ke jaringan dengan jalan mengikat enzyme sitokrom oksidasi. Oleh

karena adanya ikatan ini, 02 tidak dapat digunakan oleh jaringan sehingga organ yang sensitif

terhadap kekurangan 02 akan sangat menderita terutama jaringan otak. Akibatnya akan

terlihat pada permukaan suatu tingkat stimulasi daripada susunan saraf pusat yang disusul

oleh tingkat depresi dan akhirnya timbul kejang oleh hypoxia dan kematian oleh kegagalan

pernafasan. Kadang-kadang dapat timbul detak jantung yang ireguler. Dosis letal

(mematikan) dari HCN adalah 60-90 mg. Waktu kerja HCN akan semakin cepat jika HCN

ditelan pada saat lambung kosong dimana kadar asam lambung sangat tinggi.

Gejala Klinis

Biasanya gejala akan timbul beberapa jam setelah makan singkong. Gejala keracunan

singkong ini antara lain:

o Gangguan saluran pencernaan seperti mual, muntah dan diare.

o Sesak nafas, takikardi, cyanosis dan hipotensi

o Perasaan pusing, lemah, kesadaran menurun dari apatis sampai koma.

o Renjatan (kejang)

o Syok.

26

Penatalaksanaan

Pengobatan harus dilakukan secepatnya. Penatalaksanaannya antara lain:

o Bila makanan diperkirakan masih ada di dalam lambung (kurang dari 4 jam setelah

makan singkong), dilakukan pencucian lambung atau membuat penderita muntah.

o Natrium thiosulfat 30% (antidotum) sebanyak 10-30 ml secara intravena perlahan.

Sebelumnya dapat diberikan amil nitrit secara inhalasi.

o Bila timbul cyanosis dapat diberikan 02.

o Beri 10 cc Na Nitrit 5 % iv dalam 3 menit

Beri 50 cc Na Thiosulfat 25 % iv dalam 10 menit.

o Bila gejala sangat berat, bawa ke Rumah Sakit.

e. Keracunan Minyak Tanah

Karakteristik Minyak Tanah :

Minyak tanah (kerosene) merupakan cairan bahan bakar yang jernih, tidak berwarna,

tidak larut dalam air, berbau, dan mudah terbakar. Termasuk dalam golongan petrolium

terdistilasi hidrokarbon. Memiliki berat jenis 0,79. Titik didih 163oC – 204oC, titik beku –

54oC.

Efek Toksik Minyak Tanah

27

- Efek pada paparan akut minyak tanah :

o Kontak kulit : kering, dapat iritasi, menyebabkan rash

o Absorbsi kulit : jarang

o Kontak mata : iritasi, dapat menyebabkan kerusakan permanen

o Inhalasi : iritasi, sakit kepala, pusing, mengantuk, intoksikasi

o Ingesti : sakit kepala, pusing, mengantuk, intoksikasi

- Efek pada paparan kronis minyak tanah :

o Secara umum : kulit pecah-pecah, dermatitis, kerusakan hepar/kelenjar

adrenal/ginjal, dan abnormalitas eritrosit

Insiden Intoksikasi Minyak Tanah :

o Terutama pada anak-anak < 6 tahun. Khususnya pada negara-negara berkembang.

o Daerah perkotaan > daerah pedesaan

o Pria > wanita

o Umumnya terjadi karena kelalaian orang tua

Patofisiologi :

Efek toksis terpenting dari minyak tanah adalah pneumonitis aspirasi. Studi pada

binatang menunjukkan toksisitas pada paru > 140 x dibanding pada saluran pencernaan.

Aspirasi umumnya terjadi akibat penderita batuk atau muntah. Akibat viskositas yang rendah

dan tekanan permukaan, aspirat dapat segera menyebar secara luas pada paru. Penyebaran

melalui penetrasi pada membran mukosa, merusak epithel jalan napas, septa alveoli, dan

28

menurunkan jumlah surfactan sehingga memicu terjadinya perdarahan, edema paru, ataupun

kolaps pada paru. Jumlah < 1 ml dari aspirasi pada paru dapat menyebabkan kerusakan yang

bermakna. Kematian dapat terjadi karena aspirasi sebanyak + 2,5 ml pada paru (pada

lambung + 350 ml). Selain itu, jumlah 1 ml/kg BB minyak tanah dapat menyebabkan depresi

CNS ringan – sedang, karditis, kerusakan hepar, kelenjar adrenal, ginjal, dan abnormalitas

eritrosit. Namun efek sistemik tersebut jarang karena tidak diabsorbsi dalam jumlah banyak

pada saluran pencernaan. Minyak tanah juga diekskresikan lewat urine.

Tanda / Gejala Klinis :

Gejala dan tanda klinis utamanya berhubungan dengan saluran napas, pencernaan, dan

CNS. Awalnya penderita akan segera batuk, tersedak, dan mungkin muntah, meskipun

jumlah yang tertelan hanya sedikit. Sianosis, distress pernapasan, panas badan, dan batuk

persisten dapat terjadi kemudian. Pada anak yang lebih besar mungkin mengeluh rasa panas

pada lambung dan muntah secara spontan. Gejala CNS termasuk lethargi, koma, dan

konvulsi.

            Pada kasus yang gawat, pembesaran jantung, atrial fibrilasi, dan fatal ventrikular

fibrilasi dapat terjadi. Kerusakan ginjal dan sumsum tulang juga pernah dilaporkan. Gejala

lain seperti bronchopneumonia, efusi pleura, pneumatocele, pneumomediastinum,

pneumothorax, dan subcutaneus emphysema.

            Tanda lain seperti rash pada kulit dan dermatitis bila terjadi paparan pada kulit.

Sedangkan pada mata akan terjadi tanda-tanda iritasi pada mata hingga kerusakan permanen

mata.

29

Penatalaksanaan

o Monitor sistem respirasi

o Inhalasi oksigen

o Jangan muntahkan korban

o Nebulisasi dengan Salbutamol : bila mulai timbul gangguan napas

o Antibiotika : bila telah timbul infeksi, tidak dianjurkan sebagai profilaksis

o Hidrokortison : dulu direkomendasikan, sekarang jarang dilakukan

o Kumbah lambung dan charcoal aktif (arang): beberapa literatur menolak

penatalaksanaan dengan kumbah lambung, dengan alasan dapat menyebabkan aspirasi

dan kerusakan paru. Sedangkan literatur lain memperbolehkannya, utamanya bila

jumlah yang ditelan cukup banyak, karena dikhawatirkan terjadi penguapan dari

lambung ke paru.

o Antasida : untuk mencegah iritasi mukosa lambung

o Pemberian susu atau bahan dilusi lain

o Anus dan perineum harus dibersihkan secepatnya untuk mencegah iritasi (skin burn)

sekunder

o Bila terjadi gagal napas, dapat dilakukan ventilasi mekanik (Positive End – Expiratory

Pressure – PEEP)

f. Keracunan Bongkrek

Bongkrek ialah sejenis tempe yang dalam proses pembuatannya di campur dengan ampas

kelapa dan kacang tanah. Sering pada proses pembuatan ini terjadi kontaminasi dengan

Clostridium botalinum suatu kuman anaerob yang membentuk spora dan Bacterium

cocovenenans yang mengubah gliserinum menjadi racun toksoflavin.

30

Gejala Klinis

Gejala timbul setelah 12-48 jam. Biasanya sekaligus beberapa anggota suatu keluarga

terkena. Kematian bisa timbul dari 1 -8 hari. Gejala intoksikasi yaitu :

o Pusing, diplopia, anorexia

o Merasa lemah, ptosis, strabismus

o Kesukaran bernafas, menelan atau berbicara.

Penatalaksanaan

o Kontrol Vital Sign

o Bilas Lambung atau muntahkan korban

o Antitoxin yang disertai dengan pemberian glukosa intravena. Pemberian glukosa

intravena ini sebaiknya disertai dengan larutan garam fisiologis dan plasma. Cairan ini

harus diberikan secepatnya bila ada persangkaan.

g. Keracunan Jamur

Jamur merupakan tumbuhan yang dapat dimanfaatkan dalam melakukan survival.

Rasanya enak dan bentuknya yang khas sangat mudah untuk dikenali.

Jamur biasanya hidup di alam bebas terutama muncul pada waktu musim penghujan atau

tempat lembab lainnya. Walaupun banyak diantaranya yang sudah dikenal sebagai jenis

31

jamur yang tidak berbahaya dan dapat dimakan atau digunakan sebagai bahan ramuan obat,

tetapi pada umumnya masih tetap merupakan jenis jamur liar.

Kalau sesekali kita berjalan-jalan di alam bebas dan menemukan jamur, maka amatilah

bentuk dan sifat timbulnya. Bentuk tubuh buah jamur pada umumnya tersusun oleh bagian

bagian yang dinamakan tudung (pileus), bilah (lamellae), cincin (annulus), batang/tangkai

(stipe), cawan (volva), dan akar semu (rhizoids). Sampai saat ini masih belum diketahui,

berapa jenis jamur yang dapat dimakan serta berapa jenis yang dapat dimakan dan tidak

membahayakan.

Gejala Klinis

Gejala klinis keracunan jamur antara lain:

1. Keracunan yang diakibatkan makan jamur, yang mengandung racun muskarin

mempunyai gejala-gejala:

o setelah 5-10 menit si penderita akan mengeluarkan air mata, peluh atau ludah.

o penyempitan pupil mata, sesak nafas, buang air, pusing,

o lemah, kollaps, koma, diikuti kejang-kejang, apabila tidak segera ditolong dapat

menimbulkan kematian.

2. Keracunan akibat racun yang lain, mempunyai gejala-gejala :

o setelah 4-6 jam si penderita akan menjadi haus.

o sakit perut, muntah-muntah dan berak encer, shock, apabila tidak segera ditolong

dapat menimbulkan kematian

Penatalaksanaan

32

o Muntahkan korban

o Bilas lambung

o Jika berat, kirim ke Rumah Sakit dan diberi antidotum Atopin.

BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Diare wisatawan adalah infeksi usus yang terjadi sebagai akibat dari penyediaan

makanan yang kurang bersih Penjamah makanan yang tidak mencuci tangan mereka

setelah mereka menggunakan kamar mandi dapat menularkan infeksi kepada orang-

orang yang mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi.

Area di mana ada risiko tertinggi tertular diare wisatawan termasuk negara-negara

berkembang di Afrika, Timur Tengah, dan Amerika Latin. Risiko infeksi bervariasi

tergantung pada jenis penyedia makanan dikunjungi - dengan resiko cukup rendah di

rumah pribadi dan risiko tinggi pada makanan dari PKL.

Penyebab yang paling umum adalah bakteri E.coli.

Gejala khas diare wisatawan meliputi:

1. Onset mendadak diare

2. Mual dan muntah

3. Kembung

33

4. Malaise 

5. Kehilangan nafsu makan

Diare wisatawan biasanya berlangsung 3 sampai 7 hari dan jarang mengancam nyawa.

Pengobatan meliputi obat dengan bahan absorben misalnya bismuth untuk

mengurangi massa air pada tinja. Pengobatan juga memerlukan penggantian cairan

dan garam yang hilang karena diare. Hal ini dapat dicapai dengan penggunaan larutan

rehidrasi oral seperti larutan oralit (ORS). 

4.2 SARAN

Kami sebagai penyusun makalah ini, sangat mengharap atas segala saran – saran dan

kritikan bagi para pembaca yang kami hormati guna untuk membangun pada masa yang akan

datang untuk menjadi yang lebih baik dalam membenarkan alur-alur yang semestinya kurang

memuaskan bagi tugas yang kami laksanakan.

34

DAFTAR PUSTAKA

Buku Materi Diklat medis dan KAT serta Pengabdian masyarakat Hippocrates Emergency

Team Angkatan XXII

Halim Mubin A. : Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam : Diagnosa dabn Terapi, EGC,

Jakarta 2001 : 98-115.

Panitia Pelantikan Dokter FK-UGM : Penatalaksanaan Medik, Senat Mahasiswa

Fak.Kedokteran UGM, Yogyakarta 1987 : 18-22

35