trvler disease
DESCRIPTION
mklhTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Ilmu kedokteran terus berkembang, salah satu perkembangan yang terjadi adalah
terbentuknya percabangan ilmu kedokteran. Jika ilmu kedokteran sebelumnya merupakan
seni menyembuhkan penyakit yang dilakukan oleh dokter yang mampu melayani pasien yang
menderita berbagai penyakit maka kemudian sesuai kebutuhan. Kesehatan mempunyai
peranan penting dalam memingkatkan derajat hidup masyarakat maka semua negara
berupaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sebaik-baiknya.
Oleh sebab itu sebagai mahasiswa/I Fakultas Kedokteran harus memahami tentang
kedokteran wisata agar kami mengerti dan mempunyai pemahaman tentang hal tersebut, yang
pada dasarnya akan membantu kami dalam memhami bermacam-macam gangguan dari
penyakit pada wisatawan.
Disamping itu didalam perkembangan ilmu kedoteran yang sangat dinamis sehingga
menuntut mahasiswa terus belajar dan menggali ilmu tanpa mengenal waktu. Jadi dengan
konsep keilmuan yang baik maka lahirlah seorang dokter yang kompeten dan dipercaya oleh
masyarakat, itulah yang merupakan salah satu latar belakang kami dalam menyusun makalah
ini.
1
1.2 RUMUSAN MASALAH
Adapaun rumusan masalah yang kami dapatkan adalah :
1. Apa saja penyakit pada wisatawan?
2. Apa tanda dan gejala dari traveleer diare?
3. Bagaimana pengobatan pada traveleer diare?
4. Apa saja penatalaksanaan keracunan makanan?
1.3 TUJUAN PEMBAHASAN
Dalam menyusun makalah ini tentunya memilki tujuan yang diharapkan berguna bagi para
pembaca dan khususnya kepada penulis sendiri. Dimana tujuannya dibagi menjadi dua
macam yang pertama secara umum makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan
mahasiswa/I dalam menguraikan suatu persoalan secara holistik dan tepat, dan melatih
pemikiran ilmiah dari seorang mahasiswa/I fakultas kedokteran, dimana pemikiran ilmiah
tersebut sangat dibutuhkan bagi seorang dokter agar mampu menganalisis suatu persoalan
secara cepat dan tepat. Sedangkan secara khusus tujuan penyusunan makalah ini sebagai
berikut:
1) Mengetahui Definisi Traveller Diare
2) Mengetahui Definis Traveller Diare
3) Mengetahui Etiologi Traveller Diare
4) Mengetahui Gejala dan Tanda Traveller Diare
5) Mengetahui Penatalaksanaan Traveller Diare
6) Mengetahui Penatalaksanaan Keracunan Makanan
7) Menambah khasanah ilmu pengetahuan para pembaca dan penuli
8) Melengkapi tugas small group discussion
2
BAB II
SUB-PEMBAHASAN
2.1 SKENARIO
TRAVELLERS DISEASE
Bapak S umur 40 tahun seorang staf di salah satu Dinas Tingkat Propinsi Sumatera Utara,
bersama dua orang temannya sedang melakukan perjalanan Dinas ke beberapa daerah
Tingkat II yang direncanakan selama 6 hari. Pada hari ketiga Pak S dan salah satu kawannya
mengalami diare (Travellers Diare). Karena kesibukan dan padatnya jadwal tugas, mereka
tidak sempat ke dokter untuk mengobati diarenya. Mereka hanya minum obat diare yang
dijual bebas. Tetapi diare yang dialaminya tidak membaik bahkan temannya yang satu lagi
juga mengalami hal yang sama, sementara tugas mereka harus tetap dilaksanakan karena
telah terjadwal sebelumnya. Akhirnya pada hari kelima mereka menyempatkan diri untuk
berobat ke salah satu praktek dokter. Oleh dokter yang memeriksa mereka, menyampaikan
bahwa mereka mengalami Travellers diare.
3
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 TRAVEL MEDICINE
Meningkatnya kesadaran akan kesehatan tertuama di negara maju (developed country)
dengan adanya travel warning memang menimbulkan banyak dampak negatif terutama pada
tujuan negara berkembang. Menurunnya pendapatan utama pariwisata serta transportasi bisa
dikatakan sebagai bukti konkret. Stigma terhadap negara yang terkena travel warning pun
semakin membuat kesenjangan antara negara berkembang dan negara maju. Namun bila di
ambil sisi positifnya, perihal di atas bisa dikatakan sebagai tantangan bagi suatu negara tujuan
untuk meningkatkan sistem kesehatannya agar tercipta suatu lingkungan yang sehat.
Alasan utama sebuah negara mengeluarkan travel warning adalah untuk melindungi warga
negaranya tereskpos dari berbagai macam resiko kesehatan pada negara tujuan yang notabene
belum terlalu farmiliar oleh para pelancong tersebut. Dan ternyata resiko resiko tersebut bisa
dicegah dengan adanya sebuah tindakan precaution yang didasarkan pada travel medicine.
Travel medicine adalah disiplin ilmu kedokteran yang memfokuskan perhatian pada hal yang
berkaitan dengan kondisi kesehatan dalam kaitannya dengan suatu proses perjalanan
(travelling) ini. Cabang ilmu ini mencakup berbagai disiplin ilmu termasuk epidemiologi,
penyakit menular, kesehatan masyarakat, kedokteran tropis, fisiologi , mikrobiologi psikiatri,
kedokteran kerja dan masih banyak lainnya.
4
Pada dasarnya dua hal khusus yang menjadi dasar dalam travel medicine adalah promosi
kesehatan dan pencegahan penyakit. Setiap wisatawan diwajibkan mendapatkan informasi
akan potensi resiko kesehatan di daerah tujuan dan mengerti bagaimana memproteksi diri
sendir dari resiko bahaya tersebut. Kemudian diikuti dengan pemberian vaksin yang
merupakan salah satu tindakan pencegahan yang biasa dilakukan.
Rekomendasi yang diberikan WHO berkaitan dengan travel medicine ini berupa :
1. Konsultasi kesehatan sebelum bepergian: Konsultasi ini harus dilakukan setidaknya 4-
8 minggu sebelum perjalanan dan dan lebih dianjurkan sebelumnya jika perjalanan jangka
panjang atau bekerja di luar negeri. Hal-hal yang harus diperhatikan baik oleh dokter atau
pun wisawatan ini antara lain transportasi, daerah tujuan, durasi, tujuan, dan kondisi
kesehatan wisatawan saat ini.
2. Penilaian resiko kesehatan yang berhubungan dengan perjalanan: Setelah melakukan
konsultasi, pemberian vaksin atau obat-obat prophylaxis lainnya harus dilakukan menurut
hasil penilaian dari konsultasi. Perlu diperhatikan dalam pemberian vaksin dan obat-obatan
ini antara lain aspek kondisi kesehatan pasien,riwayat alergi, interaksi vaksin-vaksin dan
vaksin-obat. Pemberian informasi tentang metode penularan atau penyebaran penyakit dan
pencegahannya seperti mencuci tangan, menjaga kebersihan makanan dan minuman,
penggunaan anti nyamuk (repellan) bisa dilakukan untuk penyakit yang tidak bisa dicegah
dengan vaksin atau obat.
5
3. Medical kit : Persediaan medis cukup harus dilakukan untuk memenuhi semua
kebutuhan yang akan datang selama perjalanan.
4. Perhatian khusus pada kelompok-kelompok tertentu : Mencakup persiapan-persiapan
khusus seperti pada usia ekstrim (bayi dan lansia), ibu hamil, difabel dan wisatawan dengan
riwayat penyakit kronis.
5. Asuransi : Semua wisatawan sangat disarankan untuk melakukan perjalanan dengan
asuransi perjalanan yang komprehensif. Hal ini memudahkan akan ketersediaannya
pelayanan kesehatan didaerah tujuan yang sebagian besar dikelola oleh sektor swasta.
6. Pemeriksaan kesehatan setelah pulang : Wisatawan disarankan untuk menjalani
pemeriksaan medis saat mereka kembali jika mereka menderita a) penyakit kronis seperti
jantung, diabetes, saluran pernapasan;b) munculnya gejala penyakit selama 1 minggu setelah
pulang seperti demam, diare, muntah, jaundice, penyakit kulit;c) bepergian ke negara
endemis malaria;d) bepergian ke negara berkembang selama lebih dari 3 bulan
3.2 TRAVLLER DIARE
Menurut Easmon (2005), Travellers’ Diarrhoea (TD) adalah suatu penyakit yang
yang sangat sering terjadi pada orang yang berlibur di tempat dengan kondisi makan
maupun taraf hidup yang berbeda. TD didefenisikan sebagai pembuangan air besar yang
bersifat cair sekurang-kurangnya 3 kali dalam suatu tempoh 24 jam dan disertai dengan
6
sakit di bagian abdominal, pusing dan mual. Secara umum, Escherichia coli adalah
penyebab paling sering penyakit TD ini.
Wilderness Diarrhoea (WD) pula adalah kejadian di mana orang-orang yang sering
bercuti ke daerah hutan-hutan atau perkampungan tetapi tetap di negara mereka sendiri
menghidap diare dengan gejala yang mirip dengan TD. Setiap tahun, sekitar 30% dari
warga dunia yang bercuti ke negara lain (sekitar 10 juta kasus) mengalami diare
(Farthing, 2001).
Gejala Travellers’ Diarrhoea
Kebanyakan kasus dari TD terjadi secara tiba-tiba. Penyakit ini secara umumnya akan
menyebabkan peningkatan frekuensi, volume dan berat dari feses. Perubahan
konsistensi feses juga sering terjadi. Biasanya, pasien yang menghidapi TD ini akan
mengalami sekitar 4 hingga 5 kali pembuangan feses yang bersifat encer per hari. Ini
disertai dengan gejala-gejala lain seperti pusing, muntah, nyeri di bagian abdominal,
demam dan juga malaise (Easmon, 2005).
Penyebab Travellers’ Diarrhoea
Penyebab TD yang paling utama adalah agen-agen infeksi. Enteropatogen bakteri
menyebabkan lebih dari 80% dari kasus TD. Agen kausatif yang paling sering
menyebabkan TD ini di negara-negara membangun adalah Escherichia coli.
Escherichia coli menyebabkan diare yang bersifat encer dan disertai dengan nyeri di
bagian abdominal dan terkadang menyebabkan demam. Berikut adalah daftar
penyebab dari kejadian diare yang sering terjadi pada warga yang berlibur di luar
negara.
7
Tabel 2.1 Mikroorganisme Penyebab Travellers’ Diarrhoea dan Contoh Makanan
Yang Sering Terkait (Dikutip dari Travel Doctor.)
Mikroorganisme Medium Makanan Simptom Umum
Maka
nan
Minu
man
Tiada Ya Tidak Makanan
pedas, diet
makanan
baru
Mual muntah, diare
sedang yang
bertahan selama 24-
48 jam dan bersifat
self-limiting.
Bakteri
Bacillus cereus Ya Tidak Nasi dan
daging yang
telah
dimasak,
sayuran
1-5 jam muntah
yang predominan
diikuti dengan 8-16
jam diare
predominan.
Campylobacter Ya Ya Susu
mentah,
produk susu
Nyeri abdominal,
diare disertai darah,
malaise tetapi
muntah tidaksering.
Inkubasi antara 2-5
hari dan maksimak
11 hari.
Cholera Ya Ya Kerang, air Menginfeksi melalui
8
kotor minuman dan
makanan, onset
adalah tiba-tiba dan
sulit untuk
dibedakan dengan
yang lain. Penderita
sering muntah dan
mulai membaik
seiring pasien
mengkonsumsi
minuman.
Penggunaan
antibiotik per-oral
mengurangi durasi
infeksi.
Clostridia Ya Tidak Ikan,
daging,
sayuran,
madu
Diare dengan nyeri
abdominal, tetapi
jarang disertai
dengan muntah.
Waktu inkubasi
selama 12-18 jam.
Infeksi dengan Cl.
Botulinum bisa
berakibat fatal.
Escherichia coli Ya Ya Salada, Bakteri ini
9
sayur
mentah,
susu, keju,
daging yang
tidak cukup
masak
memperbanyak diri
di dalam usus kecil
dan menghasilkan
toksin yang
menunjukkan
symptom lain
termasuk defekasi
yang lebih cair.
Kondisi ini bersifat
self limiting dengan
durasi sekitar 48
jam.
Listeria Ya Ya Keju, susu
mentah,
sayuran
mentah
Diare dan nyeri
abdominal sering
diikuti dengan
konjunktivitis dan
nyeri di
tenggorokan. Pada
kasus yang kronis
kadang kala
septicaemia bisa
berkembang.
Bersifat berbahaya
pada wanita hamil.
Salmonella (non Ya Ya Produk susu, Diare yang
10
typhoid) salada,
sayuran,
telur,
daging,
kerang
mengandung mucus,
nyeri abdominal,
muntah dan demam
yang kurang daari
seminggu. Waktu
inkubasi sekitar 12-
36 jam.
Shigella Ya Ya Kentang,
telur
Sejenis disentri dan
bertanggung jawab
kepada 15% dari
kasus TD. Suatu
fase demam dengan
keluhan feses yang
encer sehingga
keluhan defekasi
yang encer tetapi
sering disertai darah
dan mukus.
Staphylococcus
aureus
Ya Tidak Daging
salai, produk
tenusu,
salada, telur,
keju, krim
dan eskrim
Pusing, mual,
muntah, nyeri
abdominal,
dehidrasi, suhu
tubuh menurun dan
kadang-kala diare.
Waktu inkubasi
11
sekitar 2-7 jam.
Thyphoid Ya Ya Air
terkontamin
asi, kerang,
susu
terkontamin
asi, produk
susu,
sayuran
mentah
Simptom mulai
menunjuk selepas 7
hari yaitu termasuk
sakit kepala,
demam, nyeri
abdominal,
konstipasi dan diare.
Bersifat fatal jika
tidak ditangani.
Vibrio
parahaemolyticus
Ya Ya Kerang
mentah
Nyeri abdominal,
diare, mual, muntah,
demam dan sakit
kepala. Waktu
inkubasi sekitar 12-
24 jam.
Virus
Hepatitis A Ya Ya Air minum,
kerang,
buah-buahan
dan sayuran
mentah.
Virus ini
menginfeksi melalui
air minum. Simptom
utama adalah seperti
symptom flu yaitu
kehilangan selera
makan, mual,
muntah, nyeri
12
abdominal dan
diikuti dengan
ikterus. Diare
berkemungkinan ada
maupun tiada.
Hepatitis A jarang
berkembang
menjadi kronis.
Rotavirus Ya Ya Tiada
informasi
Diare yang kronis
bisa disebabkan oleh
invasi dinding perut
oleh virus yang
memusnahkan
kebolehan menyerap
cairan dan
mengurangkan
kadar enzim
pencernaan.
Norovirus
(Norwhalk)
Ya Ya Tiada
informasi
Virus ini masih
belum dipahami
dengan mendalam
lagi membuatkan ia
sangat sulit
ditangani. Infeksi
bersifat menular dan
13
menghasilkan
imunitas yang tidak
bertahan. Virus ini
menyebabkan diare
akut dan muntah
yang dapat tertular
melalui kontak
langsung dan juga
tetesan. Biasanya,
infeksi terjadi
selama 24-48 jam
dah jarang bersifat
serius. Virus ini
sangat sering terjadi
pada tempat
terisolasi seperti di
atas kapal layar di
mana ia sangat cepat
tertular antara
penumpang dan
awak kapal.
Protozoa
Cryptosporidium
spp.
Ya Ya Susu
mentah,
sosis
Berasal dari
keluarga parasit
malaria, organisme
14
mentah. menginvasi dinding
perut dan
menyebabkan
keluarnya cairan
yang bisa mencapai
durasi 10 hari
maupun lebih.
Pengobatan adalah
terapi rehidrasi dan
organisme turut
resisten terhadap
disinfeksi kimia,
termasuk iodin.
Entamoeba
histolytica
Ya Ya Buah-
buahan,
sayur-
sayuran.
Onset diare bersifat
gradual dan tiada
demam untuk
membedakan ia dari
disentri bakteri.
Diare mengandung
darah dan mukus.
Giardia lamblia Ya Ya Buah-
buahan,
sayur-
sayuran.
Diare terjadi setelah
suatu fase kronis
defekasi bersifat
besar dan sangat
busuk yang bisa
15
bertahan selama
beberapa bulan.
Faktor Resiko Travellers’ Diarrhoea
Penyebab primer dari infeksi adalah ingestasi dari air atau makanan yang telah
terkontaminasi dengan feses. Negara-negara membangun memiliki persentase yang
lebih tinggi terutama Amerika Latin, Afrika, Timur Tengah dan Asia.
Menurut WHO dan Centers For Disease Control and Prevention, CDC
(2006), yang memiliki resiko tinggi untuk mengalami TD adalah remaja dan dewasa
muda (dalam rentang usia 20-25 tahun), penderita imunosupresan, pesakit diabetes,
dan orang yang sedang mengambil obat H-2 Blockers atau antasid. Tidak ada
perbedaan dalam faktor gender.
Pencegahan Travellers’ Diarrhoea
TD paling sering terjadi akibat adanya kontak langsung dari route fecal-oral. Oleh
karena itu, penjagaan makanan adalah faktor penting dalam mencegah terjadinya TD.
Menurut CDC (2007), secara umum, apabila seseorang berkunjung ke suatu
tempat yang baru, haruslah diingatkan bahwa pemilihan makanan yang bersih dan
aman itu penting. Semua makanan yang tidak cukup masak atau mentah mempunyai
derajat kontaminasi yang sangat tinggi. Terutamanya di tempat-tempat di mana
kebersihan dan sanitasi sangatlah tidak mencukupi, setiap orang yang mengunjungi
tempat itu seharusnya dinasehati supaya tidak mengkonsumsi sayur-sayuran yang
sering dimakan mentah seperti salada, susu yang tidak menggunakan tehnik
pempasteuran, produk tenusu lainnya seperti keju dan makan makanan yang sudah
16
benar-benar dimasak dan masih hangat. Jika ingin memakan buah-buahan, pastikan
buah-buahan itu sudah benar-benar dicuci dengan air yang bersih dan kulitnya
dikupas sendiri. Makanan yang telah dimasak sekalipun, jika dibiarkan di tempat
terbuka selama beberapa jam dengan suhu ruangan yang normal bisa menjadi tempat
perkembangan bakteri dan sekaligus menyebabkan makanan tersebut terkontaminasi
lagi.
Tehnik pencucian tangan sebelum makan juga penting dimana pencucian
tangan dilakukan dengan menggunakan sabun dengan kandungan alkohol lebih dari
60%. Ini harus dilakukan setiap kali ke kamar mandi, menukar lampin anak atau
setelah kontak langsung dengan anak-anak kecil, hewan peliharaan ataupun feses
secara langsung.
Aktivitas renang yang terkawal turut memainkan peran penting dalam
pencegahan TD. Terdapat banyak kasus yang mengatakan adanya hubungkait antara
renang di laut, danau, sungai, maupun di kolam renang dengan terjadinya diare
terutama jika kepala perenang turut masuk dalam air. Air tersebut bisa terkontaminasi
oleh perenang lainnya dan juga dari bahan buangan sampah, bahan buangan dari
hewan dan kotoran lainnya.
Secara umum, bagi yang ingin berenang di tempat yang tidak terjamin
kebersihannya, haruslah dilihat terlebih dahulu jika pantai atau kawasan renang itu
telah terkontaminasi oleh buangan hewan maupun manusia. Seterusnya, elak dari
berenang berdekatan dengan sistem perparitan.
Selain itu, berenang selepas hujan yang lebat turut meningkatkan resiko untuk
terinfeksi dengan mikroorganisme yang bisa menyebabkan diare. Cara pencegahan
apabila berenang adalah dengan menggunakan ‘nose plugs’ apabila melakukan
aktivitas berenang. Ini dapat mengurangkan resiko patogen untuk masuk ke rongga
17
hidung untuk menyebabkan infeksi. Berenang di kawasan kolam renang dengan air
yang telah melalui proses netralisasi dengan klorin bisa dianggap aman selagi pH
airnya dalam batas normal. Akan tetapi, ada beberapa organisme yang sedikit resisten
terhadap klorin seperti Giardia, hepatitis A, norovirus dan yang sangat resisten
terhadap klorin seperti Cryptosporidium banyak dijumpai di kawasan kolam renang
dengan air yang diklorinkan. Oleh itu, para perenang harus hati-hati dan tidak
menelan air di kolam renang itu (Cartwright, 2003).
Cairan yang diminum juga harus dilihat dan diawasi tingkat keamananya. Di
kawasan yang terdapat banyak kasus diare, konsumsi es pada hidangan harus turut
diawasi. Ini karena, es yang telah cair akan mengaktivasikan bakteri bersifat patogen
tersebut yang sebelumnya tidak aktif. Oleh karena itu, aktivitas rutin seperti menyikat
gigi harus juga diawasi dan sebisa mungkin, tidak menggunakan air biasa melainkan
air yang telah dijamin kebersihannya. Selain mengkonsumsi air dari botol, memasak
air adalah cara paling efektif dan tidak menguras kantong untuk memastikan air yang
dikonsumsi itu aman. Ini dilakukan dengan cara membiarkan air tersebut masak dan
berbuih selama kurang lebih 1 menit, dan kemudian membiarkan suhunya turun ke
suhu kamar tanpa menggunakan es
3.3 KERACUNAN MAKANAN
Keracunan makanan adalah masuknya zat toxic (racun) dari bahan yang kita makan ke
dalam tubuh baik dari saluran cerna, kulit, inhalasi, atau dengan cara lainnya yang
menimbulkan tanda dan gejala klinis.
Pada keadaan keracunan makanan, gejala-gejala timbul karena racun yang ikut tertelan
bersama dengan makanan. Umumnya pada keracunan makanan, gejala-gejala terjadi tak lama
18
setelah menelan bahan beracun tersebut, bahkan dapat segera setelah menelan bahan beracun
itu dan tidak melebihi 24 jam setelah tertelannya racun.
Sebagai seseorang yang menyenangi kegiatan alam terbuka, perlulah kiranya kita
mengetahui ilmu tentang keracunan ini, karena dalam kegiatan alam bebas kita sering
mengkonsumsi makanan yang jika ditinjau dari segi kesehatan, memiliki peluang besar untuk
mengandung bahan-bahan yang membahayakan bagi tubuh kita. Bahan-bahan tersebut antara
lain makanan cepat saji seperti mie instant dan sarden, juga jamur yang sering kita anggap
sebagai bahan makanan kita jika sedang dalam keadaan survival. Bahan-bahan itu jika tidak
diolah dengan hati-hati akan berpeluang untuk menimbulkan keracunan.
Mengetahui gejala dan prinsip penatalaksanaan secara ringkas dan tepat sangatlah
membantu dalam menghindari jatuhnya korban. Tindakan yang tepat ini juga akan membantu
rumah sakit atau dokter dalam memberikan penanganan lebih lanjut dalam menyelamatkan
nyawa korban.
Seseorang dicurigai menderita keracunan, bila :
1. Sakit mendadak.
2. Gejala tak sesuai dengan keadaan patologik tertentu.
3. Gejala berkembang dengan cepat karena dosis besar.
4. Anamnese menunjukkan kearah keracunan, terutama kasus percobaan bunuh diri,
pembunuhan atau kecelakaan.
5. Keracunan kronis dicurigai bila digunakannya obat dalam waktu lama atau lingkungan
pekerjaan yang berhubungan dengan zat kimia.
19
Prinsip Penatalaksanaan :
1 Mengatasi penyebab terjadinya keracunan
Mengatasi masuknya zat racun ke dalam tubuh, atau menjadikan racun yaang telah
masuk ke dalam tubuh menjadi hilang (dieliminasi) dari daam tubuh.
2. Mengatasi efek yang ditimbukan oleh racun
I. JENIS-JENIS KERACUNAN
a. Keracunan Botulisme
Botulisme adalah suatu bentuk keracunan yang spesifik, akibat penyerapan toksin/racun
yang dikeluarkan oleh kuman Clostridium botulinum. Toksin botulinum mempunyai efek
yang sangat spesifik, yaitu menghambat hantaran pada serabut saraf kolinergik dan
mengadakan sparing dengan serabut adrenergic, Toksin mengganggu hantaran saraf di dekat
percabangan akhir dan di ujung serabut saraf. Kuman clostridium botulinum masuk ke dalam
tubuh melalui saluran cerna melalui makanan yang tercemar oleh kuman clostridium.
Biasanya terdapat juga makanan kaleng yang sudah habis masa berlakunya. Angka kematian
akibat keracunan botulisme ini sangat tinggi.
Gejala Klinis
Botulisme dapat bervariasi sebagai penyakit yang ringan sampai dengan penyakit yang
berat dan dapat menimbulkan kematian dalam waktu 24 jam. Bila gejala timbul lebih cepat,
maka keadaannya lebih serius dan berat.
20
Gejala klinis tersebut dapat berupa:
o Mual dan muntah
o Rasa lemah, pusing dan vertigo (perasaan berputar-putar)
o Rasa kering pada mulut dan tenggorokan, kadang-kadang disertai rasa nyeri
o Gejala neurologis berupa gangguan penglihatan (mata kabur), disfagia, kelelahan dan
diikuti dengan gangguan otot-otot pernafasan.
Penatalaksanaan
Pasien dengan botulisme dapat meninggal karena kegagalan pernafasan. Tindakan segera
yang kita lakukan adalah:
o Menjaga jalan nafas tetap terbuka dan mengontrol vital sign
o Muntahkan korban, bisa dilakukan dengan cara mekanik (menekan reflek muntah di
tenggorokan), atau pemberian air garam.
(Kontraindikasi : cara ini tidak boleh dilakukan pada keracunan zat korosif (asam/basa
kuat, minyak tanah, bensin), kesadaran menurun dan penderita kejang.
o Bilas Lambung
o Pemberian susu dan air kelapa dapat dipertimbangkan
o Segera rujuk ke RS
b. Keracunan Insektisida
Insektisida digunakan untuk membasmi bermacam-macam hama (tumbuhan maupun
binatang) khususnya hama serangga yang dijumpai dalam kehidupan manusia. Insektisida
digunakan di negara-negara dunia ini untuk melindungi tanaman dari kerusakan.
21
Walaupun dalam jumlah dan ukuran kecil tetapi insektisida jelas menimbulkan keracunan
pada manusia. Insektisida yang sering menyebabkan keracunan antara lain:
1. Insektisida Golongan Organofosfat (Cholinesterase Inhibitor Insecticides)
Insektisida golongan penghambat kolinesterase sangat toksis dan insiden keracunan oleh
bahan ini cenderung meningkat karena senyawa organofosfat banyak digunakan sebagai
bahan pengganti untuk DDT, setelah pelarangan DDT di beberapa negara.
Yang termasuk senyawa organofosfat misalnya paration, malation, systox, TEPP, HEPP,
OMPA, sedangkan yang lain adalah golongan carbonates misalnya dimethan dan matacil.
Insektisida ini bekerja dengan menghambat dan mengaktivasikan enzim asetilkolinesterase.
Enzim secara normal menghancurkan asetilkolin yang dilepaskan oleh susunan saraf pusat,
ganglion otonom, ujung-ujung saraf parasimpatis dan ujung-ujung saraf motorik hambatan
asetilkolinesterase menyebabkan tertumpuknya sejumlah besar asetilkolin pada tempat-
tempat tersebut.
Gejala Klinis
Gejala klinis biasanya muncul dalam 2 jam setelah kontak. Gejalanya antara lain:
o nyeri kepala, mata miosis, kekacauan mental, bronchokonstriksi, hipotensi,
o Kejang yang diikuti dengan penurunan kesadaran dan depresi pernafasan
o Penglihatan kabur, kejang perut,mual, muntah dan diare
o Perangsangan kelenjar sekretoris menyebabkan rinorea, hipersalivasi, banyak keringat
o Pada kulit menimbulkan gatal-gatal atau dapat menimbulkan ekzem
22
Penatalaksanaan
o Cegah kontak selanjutnya misal melepaskan pakaian, cuci kulit yang terkontaminasi
o Bilas lambung bila racun tertelan
o Beri atropin
o Kontrol vital sign
o Segera rujuk ke rumah sakit terdekat
2. Insektisida Golongan Chlorinated
Organokhlorin atau disebut “Chlorinated hydrocarbon” terdiri dari beberapa
kelompok yang diklasifikasi menurut bentuk kimianya. Yang paling populer dan pertama
kali disinthesis adalah “Dichloro-diphenyl-trichloroethan” atau disebut DDT. Insektisida
golongan Chlorinated ini dibagi menjadi 3 golongan antara lain:
1. Cyclodienes : Aldrin, Chlordan, Dieldrin, Heptachlor, endrin,
Toxaphen, Kepon, Mirex.
2. Hexachlorocyclohexan : Lindane
3. Derivat Chlorinated-ethan : DDT
Gejala Klinis
Gejala permulaan keracunan akut adalah
o rasa mual dan muntah,
o sakit kepala, pusing, gelisah, tremor dan kelemahan.
Gejala ini berkembang dengan cepat dan terjadi :
23
o hipereksitabilitas susunan saraf pusat secara umum dengan delirium dan kejang klonik
atau tonik.
Fase ini kemudian diikuti oleh depresi yang progresif, paralysis, koma dan kematian
Penatalaksanaan
o Control vital sign
o Bilas lambung
o Muntahkan bila perlu
o Rujuk ke rumah sakit
c. Keracunan Jengkol (Pithecolobium lobatum)
Jengkol sering menimbulkan gejala keracunan. Yang menyebabkan keracunan tersebut
ialah asam jengkol, yaitu suatu asam amino yang mengadung belerang yang dapat diisolasi
dari biji jengkol (Pithecolobium lobatum). Timbulnya keracunan tidak bergantung dari
jumlah biji jengkol yang di makan dan apakah jengkol itu dimakan mentah atau di masak
lebih dahulu. Demikian juga tidak ada hubungan dengan muda atau tuanya biji jengkol yang
di makan. Van Veen dan Hyman berkesimpulan bahwa timbulnya gejala keracunan
tergantung dari kerentanan seseorang terhadap asam jengkol.
Gejala Klinis
Gejala yang timbul disebabkan oleh hablur (kristal) asam jengkol yang menyumbat
tractus urinarius. Keluhan pada umumnya timbul dalam waktu 5-12 jam setelah memakan
jengkol. Keluhan yang tercepat 2 jam dan yang terlambat 36 jam sesudah makan biji jengkol.
Gejala yang terjadi dapat berupa:
24
o Merasa nyeri perut, kadang-kadang disertai muntah
o Adanya serangan kolik pada waktu berkemih
o Volume air kemih juga berkurang bahkan sampai terjadi anuria. Kadang-kadang
terdapat hematuria.
o Nafas dan urine berbau jengkol.
Penatalaksanaan
o Jika gejala penyakit ringan (muntah, sakit perut/pinggang saja) penderita tidak perlu
dirawat, cukup dinasehati untuk banyak minum serta memberikan natrium bikarbonat saja.
Atau pasien bisa dianjurkan untuk meminum minuman bersoda seperti cola, dll.
o Bila gejala penyakit berat (oliguria, hematuria, anuria dan tidak dapat minum) penderita
perlu dimuat dan diberi infus natrium bikarbonat dalam larutan glukosa 5% dengan dosis 2-5
mEq/KgBB selama 4-8 jam
o Antibiotik jika ditemui infeksi sekunder
o Anjuran untuk tidak memakan jengkol
d. Keracunan Singkong (Manihot utilissima)
Bagian yang dimakan dari tumbuhan singkong atau cassava ialah umbi, akar dan
daunnya. Baik daun maupun umbinya, mengandung suatu glikosida cyanogenik, artinya
suatu ikatan organik yang dapat menghasilkan racun biru atau HCN (cyanida) yang bersifat
sangat toksik. Zat glikosida ini diberi nama Linamarin.
Penyebab keracunan singkong adalah asam cyanida yang terkandung didalamnya.
Bergantung pada jenis singkong kadar asam cyanida berbeda-beda. Namun tidak semua
25
orang yang makan singkong menderita keracunan. Hal ini disebabkan selain kadar asam
cyanida yang terdapat dalam singkong itu sendiri, juga dipengaruhi oleh cara pengolahannya
sampai di makan. Diketahui bahwa dengan merendam singkong terlebih dahulu di dalam air
dalam jangka waktu tertentu, kadar asam cyanida (HCN) dalam singkong akan berkurang
oleh karena HCN akan larut dalam air.
HCN adalah suatu racun kuat yang menyebabkan asfiksia. Asam ini akan mengganggu
oksidasi (pengakutan O2) ke jaringan dengan jalan mengikat enzyme sitokrom oksidasi. Oleh
karena adanya ikatan ini, 02 tidak dapat digunakan oleh jaringan sehingga organ yang sensitif
terhadap kekurangan 02 akan sangat menderita terutama jaringan otak. Akibatnya akan
terlihat pada permukaan suatu tingkat stimulasi daripada susunan saraf pusat yang disusul
oleh tingkat depresi dan akhirnya timbul kejang oleh hypoxia dan kematian oleh kegagalan
pernafasan. Kadang-kadang dapat timbul detak jantung yang ireguler. Dosis letal
(mematikan) dari HCN adalah 60-90 mg. Waktu kerja HCN akan semakin cepat jika HCN
ditelan pada saat lambung kosong dimana kadar asam lambung sangat tinggi.
Gejala Klinis
Biasanya gejala akan timbul beberapa jam setelah makan singkong. Gejala keracunan
singkong ini antara lain:
o Gangguan saluran pencernaan seperti mual, muntah dan diare.
o Sesak nafas, takikardi, cyanosis dan hipotensi
o Perasaan pusing, lemah, kesadaran menurun dari apatis sampai koma.
o Renjatan (kejang)
o Syok.
26
Penatalaksanaan
Pengobatan harus dilakukan secepatnya. Penatalaksanaannya antara lain:
o Bila makanan diperkirakan masih ada di dalam lambung (kurang dari 4 jam setelah
makan singkong), dilakukan pencucian lambung atau membuat penderita muntah.
o Natrium thiosulfat 30% (antidotum) sebanyak 10-30 ml secara intravena perlahan.
Sebelumnya dapat diberikan amil nitrit secara inhalasi.
o Bila timbul cyanosis dapat diberikan 02.
o Beri 10 cc Na Nitrit 5 % iv dalam 3 menit
Beri 50 cc Na Thiosulfat 25 % iv dalam 10 menit.
o Bila gejala sangat berat, bawa ke Rumah Sakit.
e. Keracunan Minyak Tanah
Karakteristik Minyak Tanah :
Minyak tanah (kerosene) merupakan cairan bahan bakar yang jernih, tidak berwarna,
tidak larut dalam air, berbau, dan mudah terbakar. Termasuk dalam golongan petrolium
terdistilasi hidrokarbon. Memiliki berat jenis 0,79. Titik didih 163oC – 204oC, titik beku –
54oC.
Efek Toksik Minyak Tanah
27
- Efek pada paparan akut minyak tanah :
o Kontak kulit : kering, dapat iritasi, menyebabkan rash
o Absorbsi kulit : jarang
o Kontak mata : iritasi, dapat menyebabkan kerusakan permanen
o Inhalasi : iritasi, sakit kepala, pusing, mengantuk, intoksikasi
o Ingesti : sakit kepala, pusing, mengantuk, intoksikasi
- Efek pada paparan kronis minyak tanah :
o Secara umum : kulit pecah-pecah, dermatitis, kerusakan hepar/kelenjar
adrenal/ginjal, dan abnormalitas eritrosit
Insiden Intoksikasi Minyak Tanah :
o Terutama pada anak-anak < 6 tahun. Khususnya pada negara-negara berkembang.
o Daerah perkotaan > daerah pedesaan
o Pria > wanita
o Umumnya terjadi karena kelalaian orang tua
Patofisiologi :
Efek toksis terpenting dari minyak tanah adalah pneumonitis aspirasi. Studi pada
binatang menunjukkan toksisitas pada paru > 140 x dibanding pada saluran pencernaan.
Aspirasi umumnya terjadi akibat penderita batuk atau muntah. Akibat viskositas yang rendah
dan tekanan permukaan, aspirat dapat segera menyebar secara luas pada paru. Penyebaran
melalui penetrasi pada membran mukosa, merusak epithel jalan napas, septa alveoli, dan
28
menurunkan jumlah surfactan sehingga memicu terjadinya perdarahan, edema paru, ataupun
kolaps pada paru. Jumlah < 1 ml dari aspirasi pada paru dapat menyebabkan kerusakan yang
bermakna. Kematian dapat terjadi karena aspirasi sebanyak + 2,5 ml pada paru (pada
lambung + 350 ml). Selain itu, jumlah 1 ml/kg BB minyak tanah dapat menyebabkan depresi
CNS ringan – sedang, karditis, kerusakan hepar, kelenjar adrenal, ginjal, dan abnormalitas
eritrosit. Namun efek sistemik tersebut jarang karena tidak diabsorbsi dalam jumlah banyak
pada saluran pencernaan. Minyak tanah juga diekskresikan lewat urine.
Tanda / Gejala Klinis :
Gejala dan tanda klinis utamanya berhubungan dengan saluran napas, pencernaan, dan
CNS. Awalnya penderita akan segera batuk, tersedak, dan mungkin muntah, meskipun
jumlah yang tertelan hanya sedikit. Sianosis, distress pernapasan, panas badan, dan batuk
persisten dapat terjadi kemudian. Pada anak yang lebih besar mungkin mengeluh rasa panas
pada lambung dan muntah secara spontan. Gejala CNS termasuk lethargi, koma, dan
konvulsi.
Pada kasus yang gawat, pembesaran jantung, atrial fibrilasi, dan fatal ventrikular
fibrilasi dapat terjadi. Kerusakan ginjal dan sumsum tulang juga pernah dilaporkan. Gejala
lain seperti bronchopneumonia, efusi pleura, pneumatocele, pneumomediastinum,
pneumothorax, dan subcutaneus emphysema.
Tanda lain seperti rash pada kulit dan dermatitis bila terjadi paparan pada kulit.
Sedangkan pada mata akan terjadi tanda-tanda iritasi pada mata hingga kerusakan permanen
mata.
29
Penatalaksanaan
o Monitor sistem respirasi
o Inhalasi oksigen
o Jangan muntahkan korban
o Nebulisasi dengan Salbutamol : bila mulai timbul gangguan napas
o Antibiotika : bila telah timbul infeksi, tidak dianjurkan sebagai profilaksis
o Hidrokortison : dulu direkomendasikan, sekarang jarang dilakukan
o Kumbah lambung dan charcoal aktif (arang): beberapa literatur menolak
penatalaksanaan dengan kumbah lambung, dengan alasan dapat menyebabkan aspirasi
dan kerusakan paru. Sedangkan literatur lain memperbolehkannya, utamanya bila
jumlah yang ditelan cukup banyak, karena dikhawatirkan terjadi penguapan dari
lambung ke paru.
o Antasida : untuk mencegah iritasi mukosa lambung
o Pemberian susu atau bahan dilusi lain
o Anus dan perineum harus dibersihkan secepatnya untuk mencegah iritasi (skin burn)
sekunder
o Bila terjadi gagal napas, dapat dilakukan ventilasi mekanik (Positive End – Expiratory
Pressure – PEEP)
f. Keracunan Bongkrek
Bongkrek ialah sejenis tempe yang dalam proses pembuatannya di campur dengan ampas
kelapa dan kacang tanah. Sering pada proses pembuatan ini terjadi kontaminasi dengan
Clostridium botalinum suatu kuman anaerob yang membentuk spora dan Bacterium
cocovenenans yang mengubah gliserinum menjadi racun toksoflavin.
30
Gejala Klinis
Gejala timbul setelah 12-48 jam. Biasanya sekaligus beberapa anggota suatu keluarga
terkena. Kematian bisa timbul dari 1 -8 hari. Gejala intoksikasi yaitu :
o Pusing, diplopia, anorexia
o Merasa lemah, ptosis, strabismus
o Kesukaran bernafas, menelan atau berbicara.
Penatalaksanaan
o Kontrol Vital Sign
o Bilas Lambung atau muntahkan korban
o Antitoxin yang disertai dengan pemberian glukosa intravena. Pemberian glukosa
intravena ini sebaiknya disertai dengan larutan garam fisiologis dan plasma. Cairan ini
harus diberikan secepatnya bila ada persangkaan.
g. Keracunan Jamur
Jamur merupakan tumbuhan yang dapat dimanfaatkan dalam melakukan survival.
Rasanya enak dan bentuknya yang khas sangat mudah untuk dikenali.
Jamur biasanya hidup di alam bebas terutama muncul pada waktu musim penghujan atau
tempat lembab lainnya. Walaupun banyak diantaranya yang sudah dikenal sebagai jenis
31
jamur yang tidak berbahaya dan dapat dimakan atau digunakan sebagai bahan ramuan obat,
tetapi pada umumnya masih tetap merupakan jenis jamur liar.
Kalau sesekali kita berjalan-jalan di alam bebas dan menemukan jamur, maka amatilah
bentuk dan sifat timbulnya. Bentuk tubuh buah jamur pada umumnya tersusun oleh bagian
bagian yang dinamakan tudung (pileus), bilah (lamellae), cincin (annulus), batang/tangkai
(stipe), cawan (volva), dan akar semu (rhizoids). Sampai saat ini masih belum diketahui,
berapa jenis jamur yang dapat dimakan serta berapa jenis yang dapat dimakan dan tidak
membahayakan.
Gejala Klinis
Gejala klinis keracunan jamur antara lain:
1. Keracunan yang diakibatkan makan jamur, yang mengandung racun muskarin
mempunyai gejala-gejala:
o setelah 5-10 menit si penderita akan mengeluarkan air mata, peluh atau ludah.
o penyempitan pupil mata, sesak nafas, buang air, pusing,
o lemah, kollaps, koma, diikuti kejang-kejang, apabila tidak segera ditolong dapat
menimbulkan kematian.
2. Keracunan akibat racun yang lain, mempunyai gejala-gejala :
o setelah 4-6 jam si penderita akan menjadi haus.
o sakit perut, muntah-muntah dan berak encer, shock, apabila tidak segera ditolong
dapat menimbulkan kematian
Penatalaksanaan
32
o Muntahkan korban
o Bilas lambung
o Jika berat, kirim ke Rumah Sakit dan diberi antidotum Atopin.
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Diare wisatawan adalah infeksi usus yang terjadi sebagai akibat dari penyediaan
makanan yang kurang bersih Penjamah makanan yang tidak mencuci tangan mereka
setelah mereka menggunakan kamar mandi dapat menularkan infeksi kepada orang-
orang yang mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi.
Area di mana ada risiko tertinggi tertular diare wisatawan termasuk negara-negara
berkembang di Afrika, Timur Tengah, dan Amerika Latin. Risiko infeksi bervariasi
tergantung pada jenis penyedia makanan dikunjungi - dengan resiko cukup rendah di
rumah pribadi dan risiko tinggi pada makanan dari PKL.
Penyebab yang paling umum adalah bakteri E.coli.
Gejala khas diare wisatawan meliputi:
1. Onset mendadak diare
2. Mual dan muntah
3. Kembung
33
4. Malaise
5. Kehilangan nafsu makan
Diare wisatawan biasanya berlangsung 3 sampai 7 hari dan jarang mengancam nyawa.
Pengobatan meliputi obat dengan bahan absorben misalnya bismuth untuk
mengurangi massa air pada tinja. Pengobatan juga memerlukan penggantian cairan
dan garam yang hilang karena diare. Hal ini dapat dicapai dengan penggunaan larutan
rehidrasi oral seperti larutan oralit (ORS).
4.2 SARAN
Kami sebagai penyusun makalah ini, sangat mengharap atas segala saran – saran dan
kritikan bagi para pembaca yang kami hormati guna untuk membangun pada masa yang akan
datang untuk menjadi yang lebih baik dalam membenarkan alur-alur yang semestinya kurang
memuaskan bagi tugas yang kami laksanakan.
34
DAFTAR PUSTAKA
Buku Materi Diklat medis dan KAT serta Pengabdian masyarakat Hippocrates Emergency
Team Angkatan XXII
Halim Mubin A. : Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam : Diagnosa dabn Terapi, EGC,
Jakarta 2001 : 98-115.
Panitia Pelantikan Dokter FK-UGM : Penatalaksanaan Medik, Senat Mahasiswa
Fak.Kedokteran UGM, Yogyakarta 1987 : 18-22
35